kajian islam_ Filosofi Hidup Etnis Melayu.pdf

6
8/20/2019 kajian islam_ Filosofi Hidup Etnis Melayu.pdf http://slidepdf.com/reader/full/kajian-islam-filosofi-hidup-etnis-melayupdf 1/6 3/3/2016 kajian islam: Filosofi Hidup Etnis Melayu http://cintaduha.blogspot.com.tr/2014/03/filosofi-hidup-etnis-melayu.html 1/6 blog ini hanya menampilkan kajian islam kajian islam Filosofi Hidup Etnis Melayu Filosofi Hidup Etnis Melayu Melayu bukan hanya berarti identitas diri namun dapat pula berarti pandangan hidup. Melayu dapat dikategorikan sebagai sebuah konsep atau cara pandang yang bersifat mendasar tentang diri dan dunia yang menjadi panduan untuk meraih kehidupan yang bermakna. Cara pandang tersebut berfungsi sebagai sarana untuk merespon dan menerangkan permasalahan eksistensial kehidupan seperti, Tuhan, manusia, dan dunia (alam semesta). Melayu adalah identitas kultural namun bukan berarti Melayu adalah sebuah entitas kebudayaan yang tunggal dan homogen. Melayu ibarat rumah, yang di dalamnya dihuni oleh berbagai orang dengan cara pandang yang berbeda- beda, baik itu yang bersumber dari perbedaan sistem religi maupun keyakinan. Sistem religi dan keyakinan tersebut memungkinkan munculnya perbedaan- perbedaan dalam hal adat-istiadat dan ritual, konsepsi kosmologi dan waktu, sistem mata pencaharian, dan lain-lain. Melayu sebagai pandangan hidup merupakan sebuah konstruksi fundamental yang mengacu kepada pandangan tentang Tuhan (pencipta), pandangan tentang kosmologi (dunia), pandangan tentang waktu, pandangan tentang nasib dan usaha, pandangan tentang manusia, pandangan tentang hal gaib (metafisis), dan pandangan tentang leluhur. Orang Melayu Deli merupakan sebuah kelompok masyarakat yang tinggal di pulau Sumatra dan beranggotakan 4 juta jiwa. Mereka terutama tinggal di sepanja ng pesisir Timur Laut, tetapi juga di kota-kota dan desa-desa di daerah pedalaman. S uku Deli termasuk salah satu suku dari rumpun Melayu yang tersebar di berbagai da erah di Indonesia, Malaysia, Brunei, Singapura dan Thailand Selatan. Islam tiba di T anah Melayu pada abad ke-15 dan merupakan ciri utama yang menjadi jati diri mere ka: "Orang Melayu adalah orang Islam". Namun demikian, bagi banyak warga Mela yu keislamannya tidak selalu didapatkan melalui pemahaman intelektual. Adat kebia saan nenek moyang tetap dipertahankan secara turun-temurun dan banyak kepercaya an animistis telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kebudayaan kolektif mereka. Pada waktu ini hanya ada kurang dari 50 warga Kristen di antara suku Deli. Sebagia n besar mereka menjadi orang Kristen karena pernikahan, dan biasanya orang yang b erpindah agama demikian terpaksa harus keluar dari komunitas Deli. Warga suku Deli terkenal sebagai nelayan yang bekerja sebagai penangkap ikan di Selat Malaka, yang terletak di antara pulau Sumatra dan semenanjung Malay sia. Karena banyak terjadi penangkapan ikan secara besar-besaran (dengan pukat har imau) oleh pihak tertentu, kegiatan keluarga-keluarga nelayan ini makin hari makin berkurang. Akibatnya, banyak warga suku Deli jatuh miskin. Umumnya mereka me mpunyai keluarga besar, anaknya bisa enam atau tujuh orang. Biasanya seluruh kelu arga tidur bersama di sebuah kamar dalam rumah yang terbuat dari kayu di pinggir p antai. Kebanyakan rumah mereka tidak dialiri listrik, dan sedikit yang mempunyai su mber air minum yang bersih. Air sungai dan pantai dipakai untuk minum, mandi dan mencuci pakaian. Warga Deli umumnya tidaklah rajin, dan kebanyakan anak merek a berhenti bersekolah pada usia 10-12 tahun. Nilai-nilai budaya orang Deli berasal d 2014 (371) April (2) March (108) February (261) 2013 (11) 2012 (1) 2009 (1) 2007 (1) Archive Join this site with Google Friend Connect Members (1) Already a member? Sign in Followers 0 Diğer Sonraki Blog» [email protected] Kontrol paneli Çıkış

Transcript of kajian islam_ Filosofi Hidup Etnis Melayu.pdf

Page 1: kajian islam_ Filosofi Hidup Etnis Melayu.pdf

8/20/2019 kajian islam_ Filosofi Hidup Etnis Melayu.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-islam-filosofi-hidup-etnis-melayupdf 1/6

3/3/2016 kajian islam: Filosofi Hidup Etnis Melayu

http://cintaduha.blogspot.com.tr/2014/03/filosofi-hidup-etnis-melayu.html 1/6

blog ini hanya menampilkan kajian islam

kajian islam

Filosofi Hidup Etnis MelayuFilosofi Hidup Etnis Melayu

Melayu bukan hanya berarti identitas diri namun dapat pula berarti pandangan hidup.

Melayu dapat dikategorikan sebagai sebuah konsep atau cara pandang yang bersifat

mendasar tentang diri dan dunia yang menjadi panduan untuk meraih kehidupan

yang bermakna. Cara pandang tersebut berfungsi sebagai sarana untuk merespon dan

menerangkan permasalahan eksistensial kehidupan seperti, Tuhan, manusia, dan

dunia (alam semesta). Melayu adalah identitas kultural namun bukan berarti Melayu

adalah sebuah entitas kebudayaan yang tunggal dan homogen. Melayu ibarat rumah,

yang di dalamnya dihuni oleh berbagai orang dengan cara pandang yang berbeda-

beda, baik itu yang bersumber dari perbedaan sistem religi maupun keyakinan.

Sistem religi dan keyakinan tersebut memungkinkan munculnya perbedaan-

perbedaan dalam hal adat-istiadat dan ritual, konsepsi kosmologi dan waktu, sistem

mata pencaharian, dan lain-lain. Melayu sebagai pandangan hidup merupakan

sebuah konstruksi fundamental yang mengacu kepada pandangan tentang Tuhan

(pencipta), pandangan tentang kosmologi (dunia), pandangan tentang waktu,

pandangan tentang nasib dan usaha, pandangan tentang manusia, pandangan tentang

hal gaib (metafisis), dan pandangan tentang leluhur.

Orang Melayu Deli merupakan sebuah kelompok masyarakat yang tinggal

di pulau Sumatra dan beranggotakan 4 juta jiwa. Mereka terutama tinggal di sepanja

ng pesisir Timur Laut, tetapi juga di kota-kota dan desa-desa di daerah pedalaman. S

uku Deli termasuk salah satu suku dari rumpun Melayu yang tersebar di berbagai da

erah di Indonesia, Malaysia, Brunei, Singapura dan Thailand Selatan. Islam tiba di T

anah Melayu pada abad ke-15 dan merupakan ciri utama yang menjadi jati diri mere

ka: "Orang Melayu adalah orang Islam". Namun demikian, bagi banyak warga Mela

yu keislamannya tidak selalu didapatkan melalui pemahaman intelektual. Adat kebia

saan nenek moyang tetap dipertahankan secara turun-temurun dan banyak kepercayaan animistis telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kebudayaan kolektif mereka.

Pada waktu ini hanya ada kurang dari 50 warga Kristen di antara suku Deli. Sebagia

n besar mereka menjadi orang Kristen karena pernikahan, dan biasanya orang yang b

erpindah agama demikian terpaksa harus keluar dari komunitas Deli.

Warga suku Deli terkenal sebagai nelayan yang bekerja sebagai penangkap

ikan di Selat Malaka, yang terletak di antara pulau Sumatra dan semenanjung Malay

sia. Karena banyak terjadi penangkapan ikan secara besar-besaran (dengan pukat har

imau) oleh pihak tertentu, kegiatan keluarga-keluarga nelayan ini makin hari makin

berkurang. Akibatnya, banyak warga suku Deli jatuh miskin. Umumnya mereka me

mpunyai keluarga besar, anaknya bisa enam atau tujuh orang. Biasanya seluruh kelu

arga tidur bersama di sebuah kamar dalam rumah yang terbuat dari kayu di pinggir p

antai. Kebanyakan rumah mereka tidak dialiri listrik, dan sedikit yang mempunyai su

mber air minum yang bersih. Air sungai dan pantai dipakai untuk minum, mandi dan

mencuci pakaian. Warga Deli umumnya tidaklah rajin, dan kebanyakan anak merek

a berhenti bersekolah pada usia 10-12 tahun. Nilai-nilai budaya orang Deli berasal d

▼ 2014 (371)

April (2)

March (108)

February (261)

► 2013 (11)

► 2012 (1)

► 2009 (1)

► 2007 (1)

Archive

Join this sitewith Google FriendConnect

Members (1)

Already a member?Sign in

Followers

0 Diğer Sonraki Blog» [email protected] Kontrol paneli Çıkış

Page 2: kajian islam_ Filosofi Hidup Etnis Melayu.pdf

8/20/2019 kajian islam_ Filosofi Hidup Etnis Melayu.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-islam-filosofi-hidup-etnis-melayupdf 2/6

3/3/2016 kajian islam: Filosofi Hidup Etnis Melayu

http://cintaduha.blogspot.com.tr/2014/03/filosofi-hidup-etnis-melayu.html 2/6

ari keyakinan agama Islam yang mereka anut, dan terutama mengutamakan hidup da

mai dan rukun dengan tetangga.

Menyonsong industrilisasi abad ke 21 orang melayu generasi baru harus m

erubah beberapa nilai filosofi hidupnya yang tidak sesuai dengan perkembangan zam

an tanpa mesti merubah filosofi hidup orang melayu sebenarnya banyak unsur positi

f dan progressif tetapi karea kurangnya motivasi tidak dapat ditingkatkan, misalnya k

ita melihat kehidupan orang melayu sebagian besar adalah nelayan[1] dan petani ada

lah orang melayu dan mereka membanting tulang dari subuh hingga sore hari, tetapi

hasil yang diperolehnya sangat minim karena produktivitas ini disebabkan kekurangan bimbingan dan penggunaan alat modern.[2]

Di zaman dahulu orang melayu adalah bangsa penakluk dan orang yang berhasilmemerintah suku‐suku lainya di Nusantara, orang yang lihai sebagai pedagang perantarasekaligs membawa Islam dan budaya melayu kesegenap pelosok Nusantara dan AsiaTenggara, tetapi itu semua sudah punah oleh penjajahan Belanda, dan orang melayu padawaktu itu lebih senang disebut orang Kampung. Dengan kehidupan yang sanatai, sederhanadan hidup bersahaja

Seseorang disebut melayu apabila beragama Islam berbahasa Melayu sehari‐hari danberadat istiadat melayu, adapun adat melayu itu “ Adat bersendi hukum syara’, syara’bersendi kitabullah. Jadi orang melayu itu adalah etnis secara cultural dan bukan mestisecara fenomenologis persamaan darah keturunan. Di dalam hukum kekeluargaan orangmelayu menganut system parental ( kedudukan pihak ibu dan bapak sama). [3] Padaawalnya filosofi kehidupan orang melayu pesisisr Sumatera Timur di tanah Deli ini adalahturunan campuran antara orang melayu yang ada di Medan dengan suku bangsa melayu yangdatang dati Johor, Melaka, Riau dan suku bangsa Aceh, Karo, Mandailing, Jawa Bugis,Minang dan lain‐lainnya seperti Arab, India, yang merasa mengamalkan adat resam melayuserta beragama Islam. Ia memakai bahasa melayu sebagai pengantar antara pergaulansesamanya dan dengan orang daerah lain.. [4]

Karena dahulu agama Islam dikembangkan dengan memakai bahasa Melayu dandakwah Islam dilaksanakan oleh orang Melayu, maka istilah masuk Islam diartikan jugamasuk melayu. Oleh sebab itu tiada hampir kedengaran seorang melayu pesisir masukKristen ataupun agama Budha, murtad dari agama Islam.

Ia percaya akan takdir yang ditetapkan oleh Allah swt, tetapi dia juga percayabahwa manusia harus berusaha untuk mencapai sesuatu, hanya manusia saja sebagaimakhluk yang dianugerahi Allah akal. Sebab dia berakal, maka dia berkebudayaan danitulah yang membedakannya dari hewan dan makluk lainnya.pada umumnya jika takdirtelah berlaku ia terima dengan syukur, tawakkal, sebab itu kadang‐kadang pihak luarmenganggap melayu itu pasif. Pada hal orang melayu itu aktif dalam berusaha, hanya pasif dalam menerima kejadian takdir setelah ikhtiar dilaksanakannya.

Untuk menjadi kaya, manusia harus berusaha, tapi bagaimanaupun hebatnyaberusaha, belum pasti ia jadi kaya. Karena ketentuan itu datang dari Allah dan harusditerima dengan syukur, maka ada istilah melayu yang popular “ dalam setiap kejadian, iatetap beruntung”. Artinya tiap‐tiap kejadian itu adalah cobaan batin dan rahmat dari Allahswt. Jika sekiranya ia tergelincir dan terkilir, keluar ucapannya “syukur hanya terkilir,untung tak patah” jika kakinya patah maka ia berkata untung tak mati”, jika naik keretajatuh untung tidak rusak, jika dia tersenggol mobil untung tidak mati..

Hal di atas mengambarkan filosofis hidup orang melayu yang perbuatan dankelakuannya biasanya adalah pertengahan dan tidak ingin menonjolkan diri, walaupun adakesanggupan dan keahliannya. Ia tertib sopan dalam bahasa dalam makan minum, dalamperjalanan dalam kehidupan sehari‐hari. Orang melayu wajib melayukan dirinya menuruthal‐hal di atas, tetapi karena tuntutan adab dan budi yang merendahkan diri sendiri dengansengaja, biaralah orang lain yang, meninggikannya jika tidak demikian maka akandikatakan tidak beradat dan tak tahu berbahasa, dan inilah salah satu pangkal; filosofis dariorang melayyu yang terus diamalkan sampai sekarang, ia tidak ingin bekerja berlebih‐lebihan, hanya guna mencari kekayaan yang bertumpuk‐tumpuk, ia mengetahui semuaharta itu pada satu maka ditinggalkan juga, ia lebih mementingkan kekayaan batin daripada kekayaan lahiriyah, sebab itulah orang melayu jarang menderita penyakit darahtinggi, penyakit maag shok dan lain‐lain [5]

Filosofis hidup melayu dapat dikelompokkan dalam 5 hal yaitu:1. Melayu itu Islam, yang sifatnya universal dan demokrtis bermusyawarah

2. Melayu itu berbudaya, yang sifatnya nasional dalam berbahasa, satra tari, pakaian,tersusun dalam tingkah laku dan lain‐lain

3. Melayu itu beradat, yang sifatnya rasional (kedaerahan) dalam bhinika tunggal ika,

dengan tepung tawar balai pulut kuning dan lain‐lain4. Melayu itu bertari, yaitu tersusun dalam masyarakat yang rukun tertib

mengutamakan ketenteraman dan kerukunan, hidup berdampingan denganmenghargai satu sama lain

5. Melayu itu berilmu, artinya pribadi yang diarahkan kepada ilmu pengetahuan danilmu kebatinan agar bermarwah dan disegani orang

Page 3: kajian islam_ Filosofi Hidup Etnis Melayu.pdf

8/20/2019 kajian islam_ Filosofi Hidup Etnis Melayu.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-islam-filosofi-hidup-etnis-melayupdf 3/6

3/3/2016 kajian islam: Filosofi Hidup Etnis Melayu

http://cintaduha.blogspot.com.tr/2014/03/filosofi-hidup-etnis-melayu.html 3/6

Kalau salah satu dari lima unsur di atas tidak dipunyai lagi, maka dia menjadi layubukan lagi seorang melayu asli. Dan c iri‐ciri orang melayu dibagi dalam dua hala. sifat dan golongan

1. Optimisme dalam hidup dan kehidupan serta toleran2. mengambil positif dari budaya orang lain3. lebih dipentingkan pikiran dari pada ras hati4. berpegang pada agama serta adat5. mengiatkan perkembangan dakwah Islam6. sopan santun, peramah dan pengasih7. demokrasi8. bertangung jawab kepada Allah9. suka kepada keindahan10. lebih mengutamakan diplomasi dari pada kekerasan11. berpantun dalam setiap saat

b. sifat umum pribadi orang melayu Ciri‐ciri sifat pribadi perorangan melayu adalah selain yang diuraikan di atas,umutnya juga seperti disebutkan dibawah ini:

1. ia tak suka berkata tepat lebih digemarinya secara lingkar

2. ia toleran, sedia mengalah tapi bukan kalah

3. jiwanya merdeka

4. ia mementingkan rasa dari pada pikiran

5. ia tidak mau diperintah secara paksa

6. ia lincah tentang tidak gugup

7. ia pendendam jika dianiaya

8. ia suka menokoh bukan tipu

9. ia tak suka ambil muka

10. menunjukkan keberaniannya

11. ia suka mencontoh sesuatu

12. ia percaya kepada ketentuan langkah

13. siasat mundur teratur

14. lahirnya tampak seolah‐olah di tindas

15. perjuangan dilakukan

16. bersifat cemburu [6]

Filosofis hidup orang orang melayu dipengaruhi agama Islam, ia tahan menderita

fisik maupun batin, sebagai nelayan ia tahan dipukuli badai, dihempas gelembang,dipanggang berhari‐hari lamanya, ia tahan menyelam alama‐lama tanpa alat modern, iatahan berhari‐hari memasuki hutan tua untuk mengambil rotan jelutung, damar dan lain‐lain dari hasil hutan, serta memikulnya pulang kekampung, ia tahan memanjat pohontualang yang besar dan tinggi untuk mengambil madu, hanya dengan memakai bambutempat pijak, ia tahan menderita batin yang berkepanjangan tanpa mengakhiri hidupnyadengan bunuh diri. Tangkal penawar dari itu semuanya adalah nasib buruk dan baikdatanngya dari Allah yang menentukan rezeki dan peruntungan, ia tahu nasib manusiaseperti roda pedati, sesekali ke atas sekali kebawah, dulu berumah tinggi sekarang berumahrendah dulu berkopiah sekarang berlobe, tapi rasa melayunya tetap ada, tiada reladikatakan bukan suku dan beradat melayu. Pantun sebagai bahasa cermin melayu deli dalam setiap hajatan akbar selalu adapantun, Setiap bangsa pada umumnya memiliki bentuk pengucapan puitik yang disukaiuntuk menyampaikan alam pikiran, dunia perasaan, dan tanggapan mereka terhadap

kehidupan yang mereka hayati. Orang Jepang memiliki tanka dan haiku, dua ragampengucapan puitik yang ringkas dengan aturan tertentu. Di Eropa soneta dan kuatrinmerupakan bentuk puisi lama yang disukai orang Italia, Perancis, Inggeris, dan lain‐lain.Orang Persia menyukai rubaiyat dan ghazal, dua bentuk puisi empat baris dengan aturan dankeperluan berbeda. Orang Melayu memilih pantun dan syair, sekalipun bentuk pengucapanlain seperti gurindam dan taromba (bahasa berirama) juga cukup disukai. Yang terakhir inimirip dengan mantera. [7]

Sebagai karangan terikat pada aturan persajakan tertentu, pantun memilikikekhasan. Ia terdiri dari sampiran dan isi. Sampiran berperan sebagai pembayang bagimaksud yang ingin disampaikan, sedangkan isi berperan sebagai makna atau gagasan yangingin dinyatakan. Walaupun pada umumnya pantun terdiri dari empat baris dengan polasajak akhir a b a b atau a a a a, tidak jarang terdiri dari enam atau delapan baris. Pantundelapan baris disebut talibun. Pada pantun empat baris, dua baris awal merupakansampiran, sedang dua baris akhir merupakan isi. Dalam sampiran biasanya yang dinyatakan

ialah gambaran alam atau lingkungan kehidupan masyarakat Melayu termasuk adat istiadat,sistem kepercayaan dan pandangan hidupnya. [8]

Berbeda dengan syair yang lahir dari tradisi tulis yang muncul bersamaan denganperkembangan agama Islam, dan ada pertautannya dengan bentuk pengucapan puitik dalamsastra Arab dan Persia; pantun lahir dari tradisi lisan dan tampaknya hanya sedikitdipengaruhi oleh puitika India, Arab, dan Persia. Sebagai bentuk sajak yang mudah diingatdan mudah pula dinyanyikan, hubungan antara sampiran dan isi dalam pantun sejak lama

Page 4: kajian islam_ Filosofi Hidup Etnis Melayu.pdf

8/20/2019 kajian islam_ Filosofi Hidup Etnis Melayu.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-islam-filosofi-hidup-etnis-melayupdf 4/6

3/3/2016 kajian islam: Filosofi Hidup Etnis Melayu

http://cintaduha.blogspot.com.tr/2014/03/filosofi-hidup-etnis-melayu.html 4/6

dipersoalkan oleh banyak sarjana. Ada yang berpendapat bahwa hubungannya tidak terbataspada persamaan atau kesejajaran bunyi, tetapi juga hubungan makna. Namun tidak sedikitpula yang berpendapat bahwa hubungannya sebatas persamaan bunyi.

Seperti halnya syair dan gurindam, wilayah penyebaran pantun begitu luasnya dikepulauan Nusantara. Ia tidak hanya digenal dan digemari oleh orang Melayu, tetapi jugaoleh suku bangsa lain di Nusantara seperti Aceh, Gayo, Batak, Mandailing, Minangkabau,Lampung, Sunda, Jawa, Madura, Bugis, Makassar, Sasak, Bima, Banjar, Gorontalo, dan sukubangsa lain di Nusatenggara Timur, Maluku, Sulawesi, dan Kalimantan. Terkadang timbulpertanyaan: kapankah penyebarannya itu terjadi? Apakah pada zaman sebelum Islam, yaitudalam abad ke‐8 – 11 M ketika bahasa Melayu dijadikan lingua franca di bidangperdagangan. Ataukah pada zaman pesatnya perkembangan agama Islam ketika bahasaMelayu naik peranannya bukan sekadar sebagai bahasa pergaulan dalam perdagangan,tetapi juga bahasa pergaulan antar etnik di Nusantara dalam bidang politik, administrasi,intelektual, dan kebudayaan? Bagaimana pula penyebaran itu berlangsung. Tetapibagaimana pun dan kapan pun mulai tersebar, pantun memang memiliki daya tariktersendiri yang memungkinkan luasnya penyebarannya. Ia merupakan bentuk pengucapanpuitik yang bersahaja, namun penuh dengan kemungkinan.

Tentu saja selain persoalan‐persoalan berkenaan dengan keunikan dan strukturlahirnya, dalam makalah ini akan dibahas juga kedudukan pantun dalam kebudayaan Melayuserta perannya sebagai media yang mencerminkan kehidupan masyarakat Melayu. SebagaiPengucapan PuitikTidak banyak diketahui kapan pantun muncul dan dari akar kata apa ia dibentuk. Juga tidakbanyak diketahui apa arti dari kata‐kata pantun sebenarnya. Teks Melayu tertua yangdijumpai dan mulai menyebut pantun sebagai bentuk sajak yang popular dalam masyarakatMelayu ialah teks syair‐syair tasawuf Abdul Jamal, penyair dan sufi Melayu yang hidup diBarus dan Aceh pada abad ke‐17 M dan merupakan murid dari Syekh Syamsudin Pasai. SyairAbdul Jamal itu sebutan pantun dikaitkan dengan kata‐kata seperti bandun, bantun, danlantun. Secara tersirat dalam syair itu pantun disebut sebagai puisi yang biasa dilantunkansecara spontan untuk menyindir, berseloroh, dan menghibur diri. [9]

Dalam beberapa bahasa Nusantara seperti Sasak di Lombok dan Madura di JawaTimur, kata‐kata pantun diberi ari nyanyian. Orang yang menyanyi di Madura dikatakanapantun (berpantun), dan yang dinyanyikan ialah ialah sajak yang dalam bahasa Melayudisebut pantun. Masuknya perkataan ini dan kebiasaan menyanyikan pantun mungkin telahdikenal pada abad ke‐17 M, atau setidak‐tidaknya pada abad ke‐18 M. Yaitu pada masatumbuhnya lembaga‐lembaga pendidikan Islam, sedangkan bahasa Melayu dijadikan bahasapengantar sebelum murid menguasai bahasa Arab. Pada abad ke‐18 pula mulai banyak kitabdan hikayat Melayu diterjemahkan dan disadur ke dalam bahasa Jawa, Sunda, Madura, danSasak. Dalam kenyataan memang tidak sedikit dari lirik lagu‐lagu Jawa, Minangkabau,Sunda, Melayu Betawi, dan lain‐lain adalah pantun.Pengertian pantun sebagai lirik yang dinyanyikan atau nyanyian itu sendiri telah disebutkanoleh seorang sarjana Belanda abad ke‐19 M J. J. de Hollander dalam bukunya Handleideingbij de beoefening der Maleische taal en letterkunde (1893). Hollander mengatakan bahwayang disebut pantun sebagian besarnya adalah sajak percintaan yang dinyanyikan ataudibaca dengan dinyanyikan secara spontan dan bergiliran dalam pesta. Dia merujuk padadua hikayat Melayu Hikayat Bikrama Datya Jaya dan Hikayat Bujangga Mahaputra. Dalamhikayat yang pertama ditemukan berulang kali kata‐kata seperti: “Segala dayang‐dayangpun bersyair dan berpantun dan berseloka”. Hollander berpendapat bahwa syair berasal darisastra Arab, seloka dari sastra India (Sanskerta), sedang pantun adalah nyanyian Melayu asli.[10] Dominannya tema percintaan itu masih ditemui hingga sekarang. Pantun Melayu yangsangat popular misalnya seperti berikut ini:Dari mana datangnya lintaDari sawah turun ke kaliDari mana datangnya cintaDari mata turun ke hatiPantun yang terdapat dalam lagu Betawi “Jali‐jali” juga demikian:Paling enak si mangga urangPohonnya tinggi buahnya jarangPaling enak si orang bujangKemana‐mana tiada melarangDi sana gunung di sini gunungDi tengah‐tengahnya bunga melatiKe sana bingung ke sini bingungDua‐duanya menarik hati [11]Di dalam masyarakat Melayu Banjar tema cinta juga dominant dalam pantun. Contohnyaseperti berikut:Apa guna main pelitakKalau kadak bersumbu kain

Apa guna bermain cintakKalau tidak berani kawin(Apa guna bermain pelitaKalau tidak dengan sumbunyaApa guna bermain cintaKalau tidak berani kawin)Dalam masyarakat suku bangsa Nusantara lain pun demikian. Contohnya adalah pantun

Page 5: kajian islam_ Filosofi Hidup Etnis Melayu.pdf

8/20/2019 kajian islam_ Filosofi Hidup Etnis Melayu.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-islam-filosofi-hidup-etnis-melayupdf 5/6

3/3/2016 kajian islam: Filosofi Hidup Etnis Melayu

http://cintaduha.blogspot.com.tr/2014/03/filosofi-hidup-etnis-melayu.html 5/6

Madura tentang seseorang yang ditinggalkan kekasihnya:Ka bara` bara` kellem arenaKatemor kolare nyangsangKaberra`‐berra` le` atenaNyalemor ate se posangKe arah barat tenggelam matahariDi timur daun nyiur kering bergelantunganSungguh berat rasa dalam hatiMerayau‐rayau aku kebingunganAdapun pantun Jawa berikut ini ialah tentang pertemuan seorang pemuda dengan seoranggadis setelah lama tidak berjumpa:Suwe ora jamuJamu godhong mentimunSuwe ora ketemuKetemu pisan gawe ngelamun(Lama tak minum jamuMinum jamu daun mentimunLama tidak ketemuKetemu sekali saya melamun)Di sini saya petikkan pula dua pantun dalam Hikayat Sulung Merah Muda, yang di dalamnyajuga terdapat pantun terkenal “Pulau Pandan jauh di tengah”. Yang pertama:Selat Dinding tanjung terkucilDi sini cik Ayub berkedai belangaPutih kuning pinggangnya keci lPipi dicium berbau bungaAdapun yang kedua tidak begitu ketara sebagai pantun percintaan, yaitu seperti berikut ini:

Terang bulan di laman tanggaSarang penyengat di dalam padiAdakah orang semacam sayaMenaruh khianat dalam hati?Tetapi yang lebih seronok adalah pantun seperti yang berikut ini:Ke Teluk sudah ke Siam sudahKe Mekkah saja saya yang belumBerpeluk sudah bercium sudahMenikah saja saya yang belum [12]

Roman Siti Nurbaya karangan Marah Rusli yang ditulis pada awal abad ke‐20 jugapenuh dengan kutipan pantun percintaan.Jika betul tema yang dominan pada mulanyaadalah sindiran dan percintaan, sejak kapan tema pantun mengalami perluasan? Hollandermencatat bahwa kemungkinan besar setelah pesatnya perkembangan agama Islam. Paraulama dan ahli tasawuf menghendaki sastra tidak hanya mengungkapkan tema‐temapercintaan dan pelipur lara, tetapi juga tema‐tema sosial dan keagamaan sehingga selainmemiliki unsur hiburan sastra juga mengandung unsur pendidikan. Risalah tasawuf HamzahFansuri Asrar al‐`Arifin, sebagaimana akan dikupas nanti, merupakan salah satu buktitertulis. Dalam teks yang disalin pada abad ke‐17 M dimuat sebuah pantun yang memuatajaran tasawuf.

Oleh karena itu beralasan jika muncul anggapan bahwa pantun menjadi bentukpengucapan puitik yang isi dan temanya kompleks setelah pesatnya perkembangan agamaIslam pada abad ke‐15 dan 16 M. Hamzah Fansuri sendiri hidup pada abad ke‐16 dan murid‐muridnya seperti Abdul Jamal mengecam pantun hanya mengemukakan tema‐tema berisipercintaan. Begitu pula pembedaan antara sampiran dan isi lantas kian dipertegas, sebab itusesuai dengan puitika dan estetika yang diperkenalkan orang‐orang Islam. Dalam tradisiIslam karangan sastra digambarkan seperti manusia yang terdiri dari dua unsur yang salingberhubungan yaitu badan dan jiwa/roh. Bentuk lahir atau badan dari karangan sastradisebut surah dan makna batin atau isinya disebut ma`na.Kaitan perkembangan tema pantun dengan Islam dapat dilihat dari jenis‐jenis pantun. Dari

segi isi pantun dapat dibagi menjadi: (1) Pantun anak‐anak; (2) Pantun cinta dan kasihsayang; (3) Pantun tentang adat istiadat dan cara hidup masyarakat Melayu; (4) Pantun tekateki; (5) Pantun pujian atau sambutan, misalnya dalam menyambut tamu di sebuah majlis;(6) Pantun nasehat misalnya pentingnya budi pekerti; (7) Pantun agama dan adab; (8)Pantun cerita (lihat juga Harun Mat Piah 1989:189‐90). Dilihat dari isinya ini jelas pantunmencerminkan kehidupan masyarakat Melayu yang beragama Islam Sunnim yang dalam fiqihbermadzab Syafii, dalam teologi bermadzab Asy`ariyah, dan dalam tasawuf pada umumnyamengikuti ajaran Imam al‐Ghazali.

[1]Wawancara dengan dekan sastra USU bapak Syaifuddin di ruang kerjanya, dan inimungkin dipengaruhii bahwasanya orang melayu pada waktu itu lebih suka tinggal di sungaidengan tujuan mudah untuk mencari sumber rezekinya terutama adalah ikan, dan padazaman Belanda orang melayu lebih memilih tinggal dipingiran sungai dari pada di daratan,

dan pada akhirnya yang maju daerah adalah didaratan dan dipinggir sungai ketertinggalan,dan pada akhirnya orang melayu banyak tertinggal dibandingkan dengan suku lain yang adadi Suamtera Utara pada waktu itu

[2]Tengku Lukman Sinar Basyarsyah II, Adat budaya Melayu Jati Diri danKepribadian, Cet I , Sumut: Forkala, 2005, hlm.41. Dan filosofi kehidupan orang Melayudari dulu hingga sekarang, misalnya “biar rumah condong (runtuh) asal gulai lemak” inidari dulu hingga sekarang masih saja orang melayu mengamalkannya dalam kehidupan

Page 6: kajian islam_ Filosofi Hidup Etnis Melayu.pdf

8/20/2019 kajian islam_ Filosofi Hidup Etnis Melayu.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kajian-islam-filosofi-hidup-etnis-melayupdf 6/6

3/3/2016 kajian islam: Filosofi Hidup Etnis Melayu

http://cintaduha.blogspot.com.tr/2014/03/filosofi-hidup-etnis-melayu.html 6/6

Newer Post Older PostHome

Diposkan oleh Duhariadin Simbolon

Label: Filosofi Hidup Etnis Melayu

sehari‐hari[3]Ibid., hlm. 29[4]Tengku H.M. lah Husny, Lintasan Sejarah Peradaban dan Budaya Melayu

Penduduk Pesisir Deli Sumatera Timur 1612‐1950, Medan‐ BP Husny 1973, hlm/ 100.[5]Ibid., 101.[6]Ibid., hlm. 103‐5.[9]Ibid.,[10] Ibid.,[11] Ibid.,[12] Ibid.,

Recommend this on Google

kami berharap masukan, guna perkembangan.

Sign out

Notify me

Enter your comment...

Comment as: ediyansyah be

Publish Preview

No comments:

Post a Comment

Simple template. Powered by Blogger .