Kajian Tentang Sihir (Tafsir Hamka)

21

Click here to load reader

Transcript of Kajian Tentang Sihir (Tafsir Hamka)

Page 1: Kajian Tentang Sihir (Tafsir Hamka)

KAJIAN “SIHIR” DALAM ALQUR’AN

Di tinjau dari Tafsir Al-Azhar, Karangan

Syaikh Abdul Malik bin Abdul Karim Amrullah

(HAMKA)

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Ujian Akhir Semester (UAS)

Mata kuliah Tafsir Indonesia

Semester IV

Disusun oleh:

Ali Farhan 07530007

Dosen Pengampu: Bapak Indal Abror

Jurusan Tafsir dan Hadits

Fakultas Ushuluddin

Universitas Islam Negeri

Sunan KaliJaga

2009

0

Page 2: Kajian Tentang Sihir (Tafsir Hamka)

BAB I

PENDAHULUAN

Sihir dan sejenisnya dari cakupan ilmu-ilmu hitam sudah popular dari masa nabi

sulaiman sampai nabi Muhammad SAW. Banyak hal yang terjadi pada saat ini mengenai

hakikat sihir. Persepsi-persepsi yang salah akan hakikat sihir kini banyak terlontar di mulut

banyak orang, mereka beranggapan bahwa sihir itu adalah perpaduan antara manusia dengan

mahluk halus (syaitan, jin, dll) dan inilah yang terjadi pada sebagian orang yang mengaku

bahwa dirinya adalah tukang sihir.

Pada tugas ini, penulis mencoba menguraikan penjelasan tentang “sihir” dalam Al-

Qur’an Di tinjau dari tafsir Al-Alzhar karangan Syaikh Abdul Malik bin Abdul Karim

Amrullah (HAMKA). Untuk lebih jelas akan hakikat (bagaimana dan apa) “sihir” disini

penulis mencoba mengkaji kontekstualisasi sihir pada masa Nabi-nabi (Sulaiman, Musa, Isa,

Muhammad), alasan penulis menggunakan tafsir Al-Azhar adalah karena didalamnya

terdapat kejelasan yang detail akan hakikat sihir dan di lengkapi dengan berbagai tafsir dari

mufassir lain, dan disini juga penulis menambahkan sedikit penjelasan dari tafsir dan

literature lain upaya untuk hasil pengkajian tentang sihir bertambah baik.

Kiranya dalam makalah “Kajian “Sihir” dalam Al-qur’an (di tinjau dari tafsir Al-

Azhar, karangan Syaikh Abdul Malik bin Abdul Karim Amrullah (HAMKA) semoga dapat

mengangkat kebenaran yang seharusnya muncul, sehingga menjawab keraguan kita tentang

apa yang orang Yahudi tuduhkan.

1

Page 3: Kajian Tentang Sihir (Tafsir Hamka)

BAB II

PEMBAHASAN

1. Definisi Sihir

Sebelum melangkah dalam pembahasan tentang sihir secara mendalam tentunya

untuk lebih jelasnya pengertian sihir diulas terlebih dahulu.

Secara etimologis atau bahasa, sihir diartikan sebagai sesuatu yang halus dan rumit

sebabnya. Oleh karena itu, waktu sahur terjadi di malam hari karena aktivitas-aktivitas yang

dilakukan pada waktu itu tersembunyi. Adapun secara terminologis (istilah), terjadi

perbedaan pendapat di antara ulama dalam mengungkapkan dan mendefinisikan sihir. Di

antara mereka ada yang mendefinisikan sihir sebagai jimat-jimat, jampi-jampi, dan buhul-

buhul yang berpengaruh pada hati dan badan, yang mengakibatkan sakit, mati,

terpisahkannya antara suami dan istri atas izin Allah.1

Menurut Quraish Sihab di dalam Tafsir Al-Misbah, sihir adalah istilah yang terambil

dari kata Arab yang yaitu سحر , yang maknanya akhir waktu malam dan awal terbitnya fajar,

yang mana saat itu bercampur antara gelap dan terang sehingga segala sesuatu menjadi tidak

jelas atau tidak sepenuhnya jelas, demikianlah beliau memaknai sihir.2

Sedangkan menurut Syaikh Abdul Malik bin Abdul Karim Amrullah (HAMKA)

sendiri dalam karangannya tafsir Al-Alzhar mengenai definisi dalam sihir dalam Surat

Ash-Shaff, ayat 7 tidak di jelaskan secara langsung namun di jelskan dengan sebuah

pertanyaan:

Mengapa mereka tuduh sihir? Ialah karena barang siapa yang

mendengar dengan hati terbuka mesti tertarik.3

Penjelasan sihir yang selanjutnya dari Syaikh Abdul Malik bin Abdul Karim

Amrullah (HAMKA) yang terletak pada surat Al-Falaq ayat ke 14, di sana di jelaskan bahwa

Ilmu Sihir dan mantra dukun-dukun, tuju itu mempunyai Arti yaitu menujukan ingatan,

fikiran dan segala kekuatan kepada orang tertentu, menujukan kekuatan batin terhadap orang

1 Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul ‘Azis Sulaiman Al-Qar’awi, Al-Jadid fi Syarah Kitabut Tauhid, hlm 1532 M. Quraish Sihab,. Tafsir Al-Misbah Vol.I: pesan, kesan dan keserasian Al-Qur’an. Jakarta: Lentera Hati, 20043 Syaikh Abdul Malik bin Abdul Karim Amrullah (HAMKA), juz 28, Tafsir Al-Azhar, (Jakarta : Pustaka Panjimas) hlm 178

2

Page 4: Kajian Tentang Sihir (Tafsir Hamka)

itu, dengan maksud jahat kepadanya, sehingga walaupun berjarak yang jauh sekali, akan

berbekas juga kepada diri orang itu.4

2. Penjelasan Al-Qur’an mengenai Sihir yang Terjadi pada nabi-nabi

a). Sihir pada Zaman Nabi Sulaiman

Surat Al-Baqarah, ayat 102

102. dan mereka mengikuti apa5 yang dibaca oleh syaitan-syaitan6 pada

masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu

mengerjakan sihir), Padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan

sihir), hanya syaitan-syaitan lah yang kafir (mengerjakan sihir). mereka

mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua

orang malaikat7 di negeri Babil Yaitu Harut dan Marut, sedang keduanya

tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorangpun sebelum mengatakan:

"Sesungguhnya Kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kamu

kafir". Maka mereka mempelajari dari kedua Malaikat itu apa yang dengan

sihir itu, mereka dapat menceraikan antara seorang (suami) dengan

isterinya8. dan mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudharat dengan

sihirnya kepada seorangpun, kecuali dengan izin Allah. dan mereka

mempelajari sesuatu yang tidak memberi mudharat kepadanya dan tidak

4 Syaikh Abdul Malik bin Abdul Karim Amrullah (HAMKA), juz 30, Tafsir Al-Azhar, (Jakarta : Pustaka Panjimas) hlm 2755 Maksudnya: Kitab-Kitab sihir.6 Syaitan-syaitan itu menyebarkan berita-berita bohong, bahwa Nabi Sulaiman menyimpan lembaran-lembaran sihir (Ibnu Katsir).7 Para mufassirin berlainan Pendapat tentang yang dimaksud dengan 2 orang Malaikat itu. ada yang berpendapat, mereka betul-betul Malaikat dan ada pula yang berpendapat orang yang dipandang saleh seperti Malaikat dan ada pula yang berpendapat dua orang jahat yang pura-pura saleh seperti malaikat.8 Berbacam-macam sihir yang dikerjakan orang Yahudi, sampai kepada sihir untuk mencerai-beraikan masyarakat seperti mencerai-beraikan suami isteri.

3

Page 5: Kajian Tentang Sihir (Tafsir Hamka)

memberi manfaat. Demi, Sesungguhnya mereka telah meyakini bahwa

Barangsiapa yang menukarnya (kitab Allah) dengan sihir itu, Tiadalah

baginya Keuntungan di akhirat, dan Amat jahatlah perbuatan mereka

menjual dirinya dengan sihir, kalau mereka mengetahui.

Penjelasan

Dan mereka mengikuti apa9 yang dibaca oleh syaitan-syaitan pada masa

kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu

mengerjakan sihir), Padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan

sihir), hanya syaitan-syaitan lah yang kafir.

Siapakah syaitan-syaitan itu? Disini Syaikh Abdul Malik bin Abdul Karim Amrullah

(HAMKA) menjelaskan bahwa syetan bukan sejenis iblis yang halus saja, tetapi manusia

kasar itupun kalau telah membuat berbagai ragam dusta, terutama terhadap kesucian nabi

Allah, adalah syaitan pula. Mereka itulah yang syaitan dan mereka itulah yang kafir. Selain

dari menuduh bahwa Nabi Sulaiman di hari tuanya telah murtad, meninggalkan Allah dan

menyembah dewa-dewa dan berhala-berhala, karena tertarik oleh istri-istrinya. Mereka

katakan pula bahwa nabi Sulaiman itu banyak sihirnya. Kerajaan di pelihara atas kekuatan

sihir: “Mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan

kepada dua orang malaikat di negeri Babil Yaitu Harut dan

Marut”Syaitan-syaitan itu juga, yaitu manusia-manusia syaitan yang

mengajarkan sihir kepada orang dan mengatakan pula bahwa sihir itu

adalah pusaka dari Nabi Sulaiman. Nabi Sulaiman menyimpan berbagai

ragam sihir di bawah mahligai kerajaannya. Inilah cerita-cerita syaitan-

syaitan pembuat bohong yang di terima mereka turun-temurun, sampai

menuduh Nabi Sulaiman telah murtad.

Di dalam qira’at yang umum bagi Al-Qur’an di sebut malakaini

tetapi adalagi Qira’at Ibnu Abbas dan Abu Aswad dan lain-lain, yeti

malakaini; yang pertama malak, artinya malaikat. Yang kedua malik,

artinya raja. Jadi menurut yang pertama, kedua itu adalah malaikat

adanya.

9 Maksudnya: Kitab-Kitab sihir.

4

Page 6: Kajian Tentang Sihir (Tafsir Hamka)

Ada ahli tafsir menurut bunyi Qira’at yang pertama Malikainii, dua

orang Malaikat, menafsirkan bahwa memag dua malaikat turun dari langit

buat membawa fitnah, tetapi mereka peringatkan kepada setiap orang

yang hendak datang belajar sihir kepada mereka, bahwa kalau kami

ajarkan sihir ini jangan kamu pakai untuk yang buruk, sebab kami ini

datang hannya semata-mata sebagai percobaan atau ujian bagi kamu.

Itulah yang di sebut lanjutan ayat: “sedang keduanya tidak mengajarkan

(sesuatu) kepada seorangpun sebelum mengatakan: "Sesungguhnya Kami

hanya cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kamu kafir". Maka mereka

mempelajari dari kedua Malaikat itu apa yang dengan sihir itu, mereka

dapat menceraikan antara seorang (suami) dengan isterinya

Walaupun banyak ahli tafsir memakai tafsir ini, atau penafsir-

penafsir yang kemudian ikut menjalin cerita tafsir ini dengan tidak

memakai timbangannya sendiri, namun kita tidaklah puas dengan tafsir

seperti ini. Dua malaikat turun dari langit. Sengaja mengajarkan sihir

kepada orang. Kepada tiap orang yang belajar mereka katakan bahwa

mereka datang hanyalah sebagai fitnah, percobaan atau ujian Tuhan bagi

mereka. Kemudian di ajarkannya juga sihir itu. Yakni sihir yang

berbahaya, yeti ilmu bagaimana supaya suami istri berkasih-kasihan

bercerai karena pengaruh ilmu itu.10

b). Sihir pada zaman Nabi Musa

Surat A’raf, ayat 106-110

106. Fir'aun menjawab: "Jika benar kamu membawa sesuatu bukti, Maka

datangkanlah bukti itu jika (betul) kamu Termasuk orang-orang yang

benar".

10 Syaikh Abdul Malik bin Abdul Karim Amrullah (HAMKA), juz 1, Tafsir Al-Azhar, (Jakarta : Pustaka Panjimas) hlm 252

5

Page 7: Kajian Tentang Sihir (Tafsir Hamka)

107. Maka Musa menjatuhkan tongkat-nya, lalu seketika itu juga tongkat

itu menjadi ular yang sebenarnya.

108. dan ia mengeluarkan tangannya, Maka ketika itu juga tangan itu

menjadi putih bercahaya (kelihatan) oleh orang-orang yang melihatnya.

109. pemuka-pemuka kaum Fir'aun berkata: "Sesungguhnya Musa ini

adalah ahli sihir yang pandai,

110. yang bermaksud hendak mengeluarkan kamu dari negerimu".

(Fir'aun berkata): "Maka Apakah yang kamu anjurkan?"

Penjelasan

Pada ayat 106 Surat Al-a’raf yang berbunyi” Fir'aun menjawab: "Jika

benar kamu membawa sesuatu bukti, Maka datangkanlah bukti itu jika

(betul) kamu Termasuk orang-orang yang benar".

Di jelaskan bahwa jika tadi engkau mengatakan bahwa bahwa

engkau utusan dari Allah, kalau engkau dapat menunjukkan suatu ayat,

atau suatu bukti, cobalah datangkan atau cobalah buktikan, aku mau

melihat.

107. Maka Musa menjatuhkan tongkat-nya, lalu seketika itu juga tongkat

itu menjadi ular yang sebenarnya.

Belaiu tunujukkan bukti bahwa memang dia rasul Allah.

Dilemparkannya tongkat itu menjelma menjadi ular. Di sebut ular yang

nyata, artinya bukan hannya karena di pandang sepintas lalu serupa ular,

tetapi benar-benar ular.

Niscaya kagum tercenganglah Fir’aun dan orang-orang besarnya

yang hadir itu. Setelah itu beliau ambil tongkat itu kembali. Baru saja

tercecah tanganya. Diapaun kembali kepada keadannya yang asal,

tongkat kayu. Dalam fir’aun dan orang besar-besar itu tercengang dan

terpesona, beliau kembangkan pula taangannya.

Di dalam surat Thaha ayat 22 juga di jelaskan bahwa:

6

Page 8: Kajian Tentang Sihir (Tafsir Hamka)

22. dan kepitkanlah tanganmu ke ketiakmu, niscaya ia ke luar menjadi

putih cemerlang tanpa cacad, sebagai mukjizat yang lain (pula),

Maksudnya dalam ayat ini adalah cahaya putih yang keluar dari

tangannya itu bukannya suatu penyakit, bukan penyakit balak (supak),

tetapi suatu mu’jizat yang memang ganjil. Dan kedua kejadian itu bukan

hannya oleh fir’aun saja, tetapi oleh seluruh orang yang berada dalam

istana pada waktu itu.

Melihat kedua hal yang ajaib ini, timbulah dua kesan pada orang

besar-besar Fir’aun yang hadir itu.

109. pemuka-pemuka kaum Fir'aun berkata: "Sesungguhnya Musa ini

adalah ahli sihir yang pandai,

110. yang bermaksud hendak mengeluarkan kamu dari negerimu".

(Fir'aun berkata): "Maka Apakah yang kamu anjurkan?"

Melihat kedua mu’jizat yang sangat ajaib itu mulailah timbul

perasaan dalam hati orang besar-besar itu, sehingga bermusyawarahlah

mereka sesama mereka. Bukan mereka hendak mengakui bahwa

semuanya itu adalah sebagai tanda yang di pertunjukkan oleh Allah yang

Maha Kuasa sebagai sokongan dan bukti atas utusan-Nya, melainkan

mereka pandang bahwa musa ini adalah seorang ahli sihir yang sangat

mendalam pengetahuannya dalam ilmu sihir. Tadi ia meminta supaya

Fir’aun melepaskan Bani Israil dari perbudakan dan menyerahkan mereka

kedalam pimpinannya. Maka kedatanganny ke istana itu

mempertunjukkan kedua sihirnya yang amat hebat itu, adalah sebagai

ancaman bagi kita. Tentu dia hendak merebutu kekuasaan dalam negeri

ini bersama Bani Israil yang selama ini adalah budak-budak kita yang

hina. Dan kalau dia dapat mencapai kekuasaan itu, niscaya kita semua ini

7

Page 9: Kajian Tentang Sihir (Tafsir Hamka)

akan di usir dari negeri ini, sebagai bekas penguasa yang di

kalahkannya.11

Di dalam surat As-Suara’ ayat 33 sampai dengan 42 juga di

jelaskan

33. dan ia menarik tangannya (dari dalam bajunya), Maka tiba-tiba tangan

itu Jadi putih (bersinar) bagi orang-orang yang melihatnya.

34. Fir'aun berkata kepada pembesar-pembesar yang berada

sekelilingnya: Sesungguhnya Musa ini benar-benar seorang ahli sihir yang

pandai,

35. ia hendak mengusir kamu dari negerimu sendiri dengan sihirnya;

Maka karena itu Apakah yang kamu anjurkan?"

36. mereka menjawab: "Tundalah (urusan) Dia dan saudaranya dan

kirimkanlah ke seluruh negeri orang-orang yang akan mengumpulkan

(ahli sihir),

37. niscaya mereka akan mendatangkan semua ahli sihir yang pandai

kepadamu".

38. lalu dikumpulkan Ahli-ahli sihir pada waktu yang ditetapkan di hari

yang ma'lum12

39. dan dikatakan kepada orang banyak: "Berkumpullah kamu sekalian.

11 Syaikh Abdul Malik bin Abdul Karim Amrullah (HAMKA), juz 7, Tafsir Al-Azhar, (Jakarta : Pustaka Panjimas) hlm 3512 Yaitu di waktu pagi di hari yang dirayakan.

8

Page 10: Kajian Tentang Sihir (Tafsir Hamka)

40. semoga kita mengikuti Ahli-ahli sihir jika mereka adalah orang-orang

yang menang"13

41. Maka tatkala Ahli-ahli sihir datang, merekapun bertanya kepada

Fir'aun: "Apakah Kami sungguh-sungguh mendapat upah yang besar jika

Kami adalah orang-orang yang menang?"

42. Fir'aun menjawab: "Ya, kalau demikian, Sesungguhnya kamu sekalian

benar-benar akan menjadi orang yang didekatkan (kepadaku)".

33. dan ia menarik tangannya (dari dalam bajunya), Maka tiba-tiba tangan

itu Jadi putih (bersinar) bagi orang-orang yang melihatnya.

Di jelaskan bahwa nabi Musa dengan sihir yang sangat hebat itu,

tongkatnya langsung jadi ular dan tangannya di angkatny memancarkan

sinar, adalah dengan satu maksud tertentu . adalah dengan maksud

teretentu yaitu:

35. ia hendak mengusir kamu dari negerimu sendiri dengan sihirnya

Di jelaskan bahwa Fir’aun sekarang melihat bahwa bahaya yang di

hadapinya lebih hebat dari pada yang dikiranya semula

Pada ayat 36 – 45 surat Assyura’ ini adalah menjelaskan mengenai

pertandingan sihir antara nabi Musa dengan ahli sihir dari raja Fir’aun.

Selanjutkan di jelaskan bahwa seluruh orang yang menonton

pertandingan tersebut, termasuk Fir’aun sendiri heran terpesona. Yang

lebih terpesona ialah ahli-ahli sihir itu. Nayatalah bahwa yang mereka

hadapi bukanlah sihir, tetapi kekuasaan Yang Maha Tinggi, yang tidak

dapat di capai dengan ilmu. Sihir hannya berlaku kalau orang yang

menonton sihir terlebih dahulu merasa bahwa jiwanya terpengaruh.

Tetapi sebelum jiwa orang lain terpengaruh oleh keajaiban besar ini,

13 Maksudnya: ialah bahwa mereka mengharapkan benar- benar ahli sihir Itulah yang akan menang.

9

Page 11: Kajian Tentang Sihir (Tafsir Hamka)

tukang-tukang sihir itulah yang terlebih dahulu terpengaruh. Mantra-

mantra dukun tidak berlaku lagi, hembusan-hembusan datu kuasanya, tali

dan tongkat yang di khayalkan jadi ular yang benar-benar di telas habis,

entah kemana perginya, masuk perut dari ular jelmaan Nabi Musa.

Berpandang-pandanglah diantara satu dengan yang lain. Sebab

mereka telah menyebut tuah sihirnya. “Demi kebesaran kemuliaan

Fir’aun,” namun bekas sihir mereka habis di telan. Tukang-tukang sihir

yang tadinya terpesona termenung, akhirnya berfikir, apalah artinya

pekerjaan mereka selama ini. Sudah terang kekuasaan dan kebesaran

Fir’aun kalah di hadapan kebesaran yang disebut Musa, Tuhan Rabbul

“Alamin.14

c). Sihir pada zaman Nabi Isa

Surat Al-Maidah, ayat 110

110. (ingatlah), ketika Allah mengatakan: "Hai Isa putra Maryam, ingatlah

nikmat-Ku kepadamu dan kepada ibumu di waktu aku menguatkan kamu

dengan Ruhul qudus. kamu dapat berbicara dengan manusia di waktu

masih dalam buaian dan sesudah dewasa; dan (ingatlah) di waktu aku

mengajar kamu menulis, hikmah, Taurat dan Injil, dan (ingatlah pula)

diwaktu kamu membentuk dari tanah (suatu bentuk) yang berupa burung

14 Syaikh Abdul Malik bin Abdul Karim Amrullah (HAMKA), juz 1, Tafsir Al-Azhar, (Jakarta : Pustaka Panjimas) hlm 56

10

Page 12: Kajian Tentang Sihir (Tafsir Hamka)

dengan ijin-Ku, kemudian kamu meniup kepadanya, lalu bentuk itu

menjadi burung (yang sebenarnya) dengan seizin-Ku. dan (ingatlah) di

waktu kamu menyembuhkan orang yang buta sejak dalam kandungan ibu

dan orang yang berpenyakit sopak dengan seizin-Ku, dan (ingatlah) di

waktu kamu mengeluarkan orang mati dari kubur (menjadi hidup) dengan

seizin-Ku, dan (ingatlah) di waktu aku menghalangi Bani Israil (dari

keinginan mereka membunuh kamu) di kala kamu mengemukakan

kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, lalu orang-orang kafir

diantara mereka berkata: "Ini tidak lain melainkan sihir yang nyata".

Penjelasan

Dalam ayat ini di jelaskan bahwa di sini Allah meneruskan memberi ingat

kepada Almasih, bahwa setelah segala Mu’jizat itu beliau perlihatkan,

yang terjadi dengan izin Allah, maka orang-orang kafir yang tidak mau

percaya dari Bani Israil, dari orang Yahudi itu, tidaklah mau menerima

bahwa semuanya itu adalah Mukjizat tetapi menuduh saja bahwa

semuanya itu hanyalah sihir yang nyata; jelas sihirnya. Lantaran itu bukan

saja mereka itu telah mengingkari kelahiran Almasih sebagai pernyataan

kekuasaan Allah melahirkan seorang manusis tidak menurut jalan biasa,

bahkan sampai seteleh beliau dewasa, menjadi Rasul, Mukjizat yang

beliau kemukakan dengan sokongan Allah-pun mereka tuduh sihir. Maka

oleh karena mereka menuduh beliau seorang tukang sihir yang besar,

hendak mereka bunuhlah beliau, tetapi usaha mereka dihambat oleh

Allah. Isa Almasih diselamatkan oleh Allah,sebagaimana yang telah

disebutkan dalam surat Ali-Imran dan surat An-Nisaa’.15

d). Sihir Pada Zaman nabi Muhammad

Surat Ash-Shaff, ayat 6

15 Syaikh Abdul Malik bin Abdul Karim Amrullah (HAMKA), juz 7, Tafsir Al-Azhar, (Jakarta : Pustaka Panjimas) hlm 106

11

Page 13: Kajian Tentang Sihir (Tafsir Hamka)

6. dan (ingatlah) ketika Isa Ibnu Maryam berkata: "Hai Bani Israil,

Sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab

sebelumku, Yaitu Taurat, dan memberi khabar gembira dengan

(datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya

Ahmad (Muhammad)." Maka tatkala Rasul itu datang kepada mereka

dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: "Ini adalah

sihir yang nyata."

Penjelasan

Ayat di atas menjelaskan bahwa mereka tidak mau menerima baik

segala keterangan dan penjelasan Nabi Muhammad SAW. Mereka tidak

mau menerima meskipun di kemukakan dengan alasan yang cukup.

Bahkan semua mereka salah artikan.

Ini telah mereka mulai sejak mereka lihat bahwa gerakan nabi saw.

Itu kian lama kian berhasil. Artinya sejak masa-masa pertama dari

kebangkitan islam itu. Mereka tidak mau tahu, mereka tidak mau terima.

Jika tidak mau terdesak, mereka tudh saja bahwa semuanya itu sihir yang

nyata saja.

Mengapa mereka tuduh sihir? Ialah karena barang siapa yang

mendengar dengan hati terbuka mesti tertarik.

Tujuan pertama dari ayat ini ialah bani Israil, karena di awal ayat

telah dinyatakan bahwa yang di seru adalah Nabi Isa Al-Masih bin Maryam

ialah bani Israil; Bahwa beliau di utus kepada mereka. Sebab itu maka

setengah ahli tafsir mengatakan bahwa maksud ayat yang mengatakan

bahwa setelah dia yang datang dengan bukti-bukti yang nyata itu ialah

Nabi Muhammad saw. Karena surat ini di turunkan di Madinah dan

penentang keras terhadap beliau Setelah beliau hijrah itu ialah orang

yahudi yang umunya ialah Bani Israil. Mereka yang menuduh bahwa

ajakan nabi Muhammad itu sama saja dengan sihir. Pada mulanya mereka

itu menyambut Rasulallah saw hijrah ke Madinah dengan sebaik-baiknya,

sampai membuat perjanjian perdamaian. Hidup bertetangga secara baik.

12

Page 14: Kajian Tentang Sihir (Tafsir Hamka)

Surat Ash-Shaff, ayat 7

7. Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang mengada-adakan

Dusta terhadap Allah sedang Dia diajak kepada Islam? dan Allah tidak

memberi petunjuk kepada orang-orang zalim.

Di ungkapkan sebagai suatu pertanyaan siapakah lagi yang lebih

zalim, lebih aniaya; artinya ialah bahwa tidak ada lagi yang lebih zalim,

lebih aniaya; artinya ialah bahwa tidak ada lagi aniaya dan zalim yang

lebih dari pada mengada-adakan sesuatu dusta berkenaan dengan Allah.

Berdusta atas nama Allah, atau membawa-bawa nama Allah, adalah

kejahatan jiwa yang paling besar. Dusta yang mereka ada-adakan itu a\

ialah membuat fitnah atas nabi Allah dengan berbagai cara; padahal

mereka diseru kepada islam. Mereka persekutukan Allah kepada yang

lain, padahal mereka diseru kepada tauhid. Di dalam surat ke 2 Al-

Baqarah ayat 146 di terangkan bahwa mereka telah mengenal Nabi

Muhammad di dalam kitab-kitab suci mereka sama dengan mengenal

anak-anak mereka sendiri. Tetapi mereka mungkiri, mereka tuduh sihir

yang nyata, mereka ingkari ke-Nabiannya, sebab di sebut pula dalam

surat kedua, Al-Baqarah, ayat 109, ialah krena ada rasa hasad atau

dengki sudah berpengaruh, gelaplah jalan kepada kebenaran dan

timbullah kezaliman.16

3. Analisis

a) Analisis penulis dari penjelasan tentang “sihir” diatas.

Disini penulis mencoba menganalisis tentang sihir yang terdapat dalam al-qur’an yang di tinjau

dari tafsir Al-Azhar karangan Syaikh Abdul Malik bin Abdul Karim Amrullah (HAMKA) bahwa dari

analisis sihir yang terjadi pada masa nabi-nabi dan bahkan banyak dari para kaum yang menganggap

bahwa para nabi-nabi di atas memiliki sihir yang membahayakan dan hannya tipuan belaka,

sepertihalnya yang di ungkapkan oleh Fir’aun itu adalah tidak benar. bahwa apa yang di

lakukan oleh para nabi-nabi diatas bukan serta merta sihir akan tetapi 16 Syaikh Abdul Malik bin Abdul Karim Amrullah (HAMKA), juz 28, Tafsir Al-Azhar, (Jakarta : Pustaka Panjimas) hlm 178

13

Page 15: Kajian Tentang Sihir (Tafsir Hamka)

semuanya itu adalah sebagai tanda yang di pertunjukkan oleh Allah yang

Maha Kuasa sebagai sokongan dan bukti atas utusan-Nya

Dan pada ayat 102 surat al-Baqarah diatas menurut menurut penulis menunjukkan bahwa

orang-orang yang mempelajari ilmu sihir, sesungguhnya mereka mempelajari hal-hal yang hanya

mendatangkan mudlarat bagi diri mereka sendiri, tidak mendatangkan manfaat sedikitpun, dan tidak

pula mereka mendapatkan bagian sesuatu kebaikan di sisi Allah Ta’ala. Ini merupakan ancaman yang

sangat besar yang menunjukkan betapa besar kerugian yang diderita oleh mereka di dunia ini dan di

akhirat nanti. Mereka sesungguhnya telah memperjual-belikan diri mereka dengan harga yang sangat

murah

Dan disini penulis lebih berpendapat bahwasanya Jiwa seorang Rasul Allah tidaklah akan dapat

dikenai oleh sihirya seorang Yahudi. Jiwa manusia yang telah dipilih Allah (Mushthafa) bukanlah

sembarang jiwa yang dapat ditaklukkan demikian saja.

b) Analisis penulis terhadap tafsir Al-Azhar (tinjauan kualitas; kelebihan/kekurangan)

Secara garis besar penjelasan mengenai sihir di dalam tafsir Al-Azhar karangan Syaikh Abdul

Malik bin Abdul Karim Amrullah (HAMKA) sudah cukup baik dalam artian penjelasan yang di

kemukakan lugas dan dapat di pahami, dan penjelasan ayatnyapun di lengkapi penjelasan tafsir-tafsir

lain, namun menurut penulis ada hal yang harus di garis bawahi tentang tafsir ini, bahwa di dalamnya

juga memuat kata-kata daerah yang membuat pengkaji tafsir ini terkadang sulit memahami kata

tersebut, seperti contoh:

1) Gelang-gelang atau cacing yang dalam perut orang itu bisa membangkitkan penyakit yang

membawa sengsara, bahkan membawa maut bagi yang dituju! Gelang-gelang Si Raya Besar,

atau gelang-gelang si Ma-u-wek!

2) Dan orang pemaling pun keluar dalam malam hari, sedang orang enak tidur. Kadang-kadang

demikian enaknya tidur, sehingga segala barang-barang berharga yang ada dalam rumah

diangkat dan diangkut pencuri kita samasekali tidak tahu. Setelah bangun pagi baru kita

tercongong melihat barang-barang yang penting, milik-milik kita yang berharga telah licin

tandas dibawa maling

3) Dan masih banyak lagi yang lainnya.

BAB III

PENUTUP

14

Page 16: Kajian Tentang Sihir (Tafsir Hamka)

Dari tinjauan tafsir Al-Azhar karangan Syaikh Abdul Malik bin Abdul Karim

Amrullah (HAMKA) mengenai “sihir” penulis dapat menyimpulkan bahwa sihir memiliki

hakikat dan pengaruh dalam kehidupan manusia. Sihir merupakan bentuk perbuatan

tersembunyi yang akan memberi pengaruh terhadap badan, pikiran, dan hati seseorang

dengan bantuan makhluk halus baik melalui jampi-jampi, ikatan-ikatan buhul yang berakibat

merusak badan, pikiran, dan hati seseorang.

Dari semua realitas kehidupan yang terjadi pada para nab-nabi yang telah penulis

kemukakan diatas sudah sangat jelas kiranya, bahwa kejadian-kejadian yang aneh yang

terjadi pada masa nabi-nabi diatas adalah bukan karena sihir yang timbul karena persekutuan

dengan iblis ataupun jin, tapi melainkan sebuah wahyu yang diturunkan kepadanya sebagai

bukti kebenaran bahwa para nabi-nabi adalah benar-benar utusan Allah.

Dan seorang Rasul Allah tidaklah akan dapat dikenai oleh sihirya seorang Yahudi.

Jiwa manusia yang telah dipilih Allah (Mushthafa) bukanlah sembarang jiwa yang dapat

ditaklukkan demikian saja.

DAFTAR PUSTAKA

1) Abdul Karim Amrullah, Syaikh Abdul Malik (HAMKA), juz 7, Tafsir Al-Azhar,

(Jakarta : Pustaka Panjimas) hlm 106

2) juz 19, Tafsir Al-Azhar,

hlm 56

3) juz 9, Tafsir Al-Azhar,

hlm 35

15

Page 17: Kajian Tentang Sihir (Tafsir Hamka)

4) juz 1, Tafsir Al-Azhar,

hlm 252

5) juz 28, Tafsir Al-Azhar,

(Jakarta : Pustaka Panjimas) hlm 178

6) Sihab, M. Quraish. Tafsir Al-Misbah Vol.I: pesan, kesan dan keserasian Al-

Qur’an. Jakarta: Lentera Hati, 2004

7) Abdul ‘Azis Sulaiman Al-Qar’awi, Asy-Syaikh Muhammad, Al-Jadid fi Syarah

Kitabut Tauhid,

16