Kaligrafi sebagai manifestasi seni dalam islam

2
Kaligrafi Sebagai Manifestasi Seni Dalam Islam Kaligrafi merupakan seni tulis indah atau bisa disebut pula kelihaian dalam mempuat pola tulisan menarik. Kaligrafi menjadikan wujud keindahanyang diselimuti nilai-nilai spiritual yang memberikan efek ketenangan, keindahan dan keceriaan. Sedangkan keindahan sendiri mendatangkan kehandalan seni dan karya manusia. Kaligrafi dalam bahasa Arab yang disebut dengan al khath juga merupakan identitas, sarana ibadah dan materi renungan sebagai pesan-pesan Illahi. Kaligrafi sebagai identitas dalam islam karena saat ini kaligrafi identik dengan hasil karya seni yang bernilai islami, sebab karya utama dari karya desain gambar ini adalah ayat-ayat yang berasal dari qauliyyah Ilahiyyah dan al hadits nabawiyyah disamping itu pula untaian hikmah didapat dari berbahasa Arab. Sementara itu kaligrafi juga disebut sebagai sarana dalam ibadah yaitu adanya motifasi terselubung dari sebuah kaligrafi itu sendiri yang memunculkan kaligrafer ataupun para penikmatnya untuk lebih “memahami” pesan-pesan Ilahi yang termaktub dalam tulisan arab indah tersebut. seorang kaligrafer kawakan Indonesia mengatakan bahwa wahyu pertama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW yang sangat revolusioner itu mempunyai peran andil dalam perkembangan kaligrafi . Ayat-ayat Iqra’ itulah awalan surat yang diturunkan dan menjadil awal kebangkitan aksara Arab sehingga turut menghiasi masa kejayaan Islam masa lampau hingga saat ini. Dengan adanya keajaiban tersebut, kaligrafi Islam tidak hanya bernilai artistik, tapi juga transcenter secara makna. Keindahannya berbaur dengan nilai-nilai spiritual. Sebagai karya dari seni islam kaligrafi adalah suatu hasil kesenian yang terus berkembang sehingga mencapai tangga tertinggi terkenalnya melebihi berbagai seni Islam lainnya. Bahkan, jika dibandingkan dengan bentuk jenis seni islam lainnya, kaligrafi Arab tetap menduduki deretan puncak yang tidak pernah dicapai oleh seni tulis mana pun di dunia ini. Dalam dunia perkembangan Islam, kaligrafi memiliki hubungan timbal yang erat dan tak mungkin dipisahkan. Sebelumnya Ibnu Khaldun pernah mencatat dalam Muqaddimahnya bahwa kaligrafi juga bergantung kepada eksistensi peradaban yang menaunginya. Sebagai realnya ketika kerajaan Islam mulai lemah dan luntur, maka kemahiran dalam menulis kaligrafi juga mulai surut. Pada masa berikutnya, kaligrafi terus mengalami inovasi yang sangat pesat baik dari desain ragamnya, cara penulisannya, sampai pada inovasi model dan visualisasinya mulai dari model klasik sampai kontemporer modern yang dipengaruhi oleh karya seni lain. kenyataannya membuat kaligrafi Arab memilik daya tarik tersendiri sehingga menarik perhatian kaum umum secara luas untuk mendalami dan mengkajinya baik itu oleh praktisi kaligrafi itu sendiri maupun mereka yang berada diluar pemahaman dari kaligrafi tersebut. Tetapi kebanyakan para pendalaman kaligrafi itu lebih menseriusi pada kaligrafi sebagai ekspresi kesenian tulis-menulis indah secara praktis sebagai sebuah keahlian. Yang menjadi sasaran adalah memperkenalkan kaedah-kaedah penulisan arab dan teori pelatihan sesuai dengan kaidah bahasa arab sehingga tidak menyalahi aturan. Sebagian besar dari buku-buku kajian kaligrafi mengambil refensi utama dari kitab-kitab yang memuat kaidah-kaidah tulisan Arab contohnya karya Hasyim Muhammad al

Transcript of Kaligrafi sebagai manifestasi seni dalam islam

Page 1: Kaligrafi sebagai manifestasi seni dalam islam

Kaligrafi Sebagai Manifestasi Seni Dalam Islam

Kaligrafi merupakan seni tulis indah atau bisa disebut pula kelihaian dalam mempuat pola tulisan

menarik. Kaligrafi menjadikan wujud keindahanyang diselimuti nilai-nilai spiritual yang memberikan efek

ketenangan, keindahan dan keceriaan. Sedangkan keindahan sendiri mendatangkan kehandalan seni

dan karya manusia. Kaligrafi dalam bahasa Arab yang disebut dengan al khath juga merupakan identitas,

sarana ibadah dan materi renungan sebagai pesan-pesan Illahi.

Kaligrafi sebagai identitas dalam islam karena saat ini kaligrafi identik dengan hasil karya seni yang

bernilai islami, sebab karya utama dari karya desain gambar ini adalah ayat-ayat yang berasal dari

qauliyyah Ilahiyyah dan al hadits nabawiyyah disamping itu pula untaian hikmah didapat dari berbahasa

Arab. Sementara itu kaligrafi juga disebut sebagai sarana dalam ibadah yaitu adanya motifasi

terselubung dari sebuah kaligrafi itu sendiri yang memunculkan kaligrafer ataupun para penikmatnya

untuk lebih “memahami” pesan-pesan Ilahi yang termaktub dalam tulisan arab indah tersebut.

seorang kaligrafer kawakan Indonesia mengatakan bahwa wahyu pertama yang diturunkan kepada Nabi

Muhammad SAW yang sangat revolusioner itu mempunyai peran andil dalam perkembangan kaligrafi.

Ayat-ayat Iqra’ itulah awalan surat yang diturunkan dan menjadil awal kebangkitan aksara Arab sehingga

turut menghiasi masa kejayaan Islam masa lampau hingga saat ini. Dengan adanya keajaiban tersebut,

kaligrafi Islam tidak hanya bernilai artistik, tapi juga transcenter secara makna. Keindahannya berbaur

dengan nilai-nilai spiritual.

Sebagai karya dari seni islam kaligrafi adalah suatu hasil kesenian yang terus berkembang sehingga

mencapai tangga tertinggi terkenalnya melebihi berbagai seni Islam lainnya. Bahkan, jika dibandingkan

dengan bentuk jenis seni islam lainnya, kaligrafi Arab tetap menduduki deretan puncak yang tidak

pernah dicapai oleh seni tulis mana pun di dunia ini.

Dalam dunia perkembangan Islam, kaligrafi memiliki hubungan timbal yang erat dan tak mungkin

dipisahkan. Sebelumnya Ibnu Khaldun pernah mencatat dalam Muqaddimahnya bahwa kaligrafi juga

bergantung kepada eksistensi peradaban yang menaunginya. Sebagai realnya ketika kerajaan Islam

mulai lemah dan luntur, maka kemahiran dalam menulis kaligrafi juga mulai surut.

Pada masa berikutnya, kaligrafi terus mengalami inovasi yang sangat pesat baik dari desain ragamnya,

cara penulisannya, sampai pada inovasi model dan visualisasinya mulai dari model klasik sampai

kontemporer modern yang dipengaruhi oleh karya seni lain. kenyataannya membuat kaligrafi Arab

memilik daya tarik tersendiri sehingga menarik perhatian kaum umum secara luas untuk mendalami dan

mengkajinya baik itu oleh praktisi kaligrafi itu sendiri maupun mereka yang berada diluar pemahaman

dari kaligrafi tersebut.

Tetapi kebanyakan para pendalaman kaligrafi itu lebih menseriusi pada kaligrafi sebagai ekspresi

kesenian tulis-menulis indah secara praktis sebagai sebuah keahlian. Yang menjadi sasaran adalah

memperkenalkan kaedah-kaedah penulisan arab dan teori pelatihan sesuai dengan kaidah bahasa arab

sehingga tidak menyalahi aturan. Sebagian besar dari buku-buku kajian kaligrafi mengambil refensi

utama dari kitab-kitab yang memuat kaidah-kaidah tulisan Arab contohnya karya Hasyim Muhammad al

Page 2: Kaligrafi sebagai manifestasi seni dalam islam

Khaththath, Qawa’id al Khath al ‘Araby dari Baghdad, 1961. Atau juga jika tidak, mereka banyak

mendesain tulisan kaligrafi dari aspek sejarah dengan menampilkan para tokoh-tokoh yang berpengaruh

pada zaman itu. Dan sangat jarang hasil kajian yang membahas kaligrafi dari aspek filosofis dan wacana

kebudayaan Islam yang aktual dan empiris.

Menyampingkan dari deskripsi di atas, kaligrafer berusaha memfokuskan desain pada kajian kaligrafi

sebagai manifestasi seni Islam dengan menelusuri peran penting kaligrafi dalam sejarah peradaban

Islam. Dalam penulisan desain ini, untuk efisiensi pembahasan, sengaja penulis tidak akan banyak

menyinggung kaligrafi dari aspek historis kemunculannya (asal muasalnya) ataupun aspek skill praktis

dan perkembangan perubahan gaya, corak serta jenisnya, tapi lebih pada motivasi perkembangan

kaligrafi dalam peradaban Islam terutama pascapewahyuan (diturunkannya al Qur’an).

1. Penyebutan istilah kaligrafi di paper ini dimaksudkan untuk kaligrafi Arab/Islam (al khath al

Araby), kecuali ada penambahan kata-kata tertentu yang ditujukan untuk maksud tertentu pula,

exp. Kaligrafi China, kaligrafi Jepang, dll.

2. Rubrik Sukses, Majalah GONTOR, Jakarta, Edisi 05 Tahun I, Rajab 1424H/September 2003M, hlm

57.

3. Lihat QS. al Alaq ; 1- 5 dan al Qalam ;1

4. Ibnu Khaldun, Muqaddimah, Mesir, Musthafa Muhammad, tth, Vol. I, hlm 420.

5. Selain Hasyim Muhammad al khaththath, para penulis buku senada adalah Hassan Massoud, Al

Khath al ‘Araby (Caligraphie arabe Vivante) (Paris,1981), dan di Indonesia banyak bermunculan

buku-buku praktis semacam ini yang diantaranya ditulis oleh Sirojuddin, Pelajaran Kaligrafi

Islam, (Jakarta, 1985), Serial Belajar Kaligrafi, (1991-1997, delapan jilid), Abdul Karim Husein,

Tuntunan Menulis Huruf Halus Arab, (Jakarta, 1970), Misbahul Munir, Pelajaran Menulis Indah

Huruf Arab, (Surabaya, dua jilid), Dede Nuruzzaman, Kalgrafi dan Tahsinul Khat, (1987, dua jilid),

Muthalib Alfasiry, Qiwaamul Khath,,(Jepara, dua jilid), Mausu’ah al Khathathin, (Jepara), Ulul

Aufa, Belajar Kaligrafi, (Kudus), dan lain sebagainya.

6. Disamping Ibnu Khaldun dengan Muqaddimahnya, penulis lain diantaranya adalah Yasin Hamid

safadi, Islamic Calligraphy, (London, 1978), Ismail Roji’ al Faruqi dan Lois Lamya al Faruqi, The

Cultural Atlas of Islam, (New York, 1986), Kamil Al Baba, Ruh al Khat al ‘araby, (Beirut, 1983), dan

D. Sirojuddin AR, Seni Kaligrafi Islam, (Jakarta, 1985).

7. Manifestasi berati pembuktian, pernyataan perwujudan dan pengejawentahan. Lihat Pius A.

Partanto dan M. Dahlan al Barry, Kamus Ilmiah Populer, Surabaya, Arkola, 1994, hlm. 435.