Karil yuliana nim. 822177824

36
PENERAPAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI ENERGI DAN PENGGUNAANNYA DI KELAS IV SD NEGERI 12 KONTUNAGA Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memenuhi Mata Kuliah Teknik Penulisan Karya Ilmiah NAMA : YULIANA NIM : 822177824 PRODI : S.1 PGSD POKJAR : LOHIA UNIT PROGRAM BELAJAR JARAK JAUH UNIVERSITAS TERBUKA UPBJJ KENDARI TAHUN 2015

Transcript of Karil yuliana nim. 822177824

Page 1: Karil yuliana nim. 822177824

PENERAPAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME DALAM MENINGKATKAN

HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI ENERGI DAN PENGGUNAANNYA

DI KELAS IV SD NEGERI 12 KONTUNAGA

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memenuhi Mata Kuliah Teknik Penulisan Karya

Ilmiah

NAMA : YULIANA

NIM : 822177824

PRODI : S.1 PGSD

POKJAR : LOHIA

UNIT  PROGRAM BELAJAR JARAK JAUH

UNIVERSITAS TERBUKA

UPBJJ KENDARI

TAHUN 2015

Page 2: Karil yuliana nim. 822177824

ABSTRAK

YULIANA (822177824) Telah melakukan penelitian yang berjudul “Penerapan

Pendekatan Konstruktivisme dalam Meningkatkan Hasil Belajar IPA Pada Materi Energi dan

Penggunaanya di Kelas IV SD Negeri 12 Kontunaga”, dibawah bimbingan Drs. La Masi,

M.Pd. Penelitian ini berfokus pada hasil belajar siswa pada materi energi dan penggunaannya

dalam pembelajaran IPA, yang belum memenuhi KKM yang ditetapkan sekolah yaitu 65. Hal

ini disebabkan guru dalam pembelajaran IPA khususnya energi dan penggunaannya hanya

menggunakan model Konvensional serta kurang melibatkan siswa dalam proses

pembelajaran. Rumusan masalah penelitian ini adalah “Apakah penerapan pendekatan

Konstruktivisme dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa pada materi energi dan

penggunaannya di kelas IV SDN 12 Kontunaga?”. Tujuan penelitian ini adalah untuk

meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA khususnya pada materi energi dan

penggunaannya. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas berdaur ulang/siklus,

meliputi perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, obsevasi, dan refleksi. Data penelitian

adalah aktivitas siswa belajar selama proses pembelajaran IPA berdasarkan model

pembelajaran konstruktivisme serta hasil tes siklus yang diperoleh siswa pada proses

pembelajaran. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada peningkatan pada aktivitas siswa

serta hasil tes siklus yang diperoleh siswa dalam proses pembelajaran IPA melalui

pendekatan konstruktivisme. Pada siklus I hasil belajar siswa mencapai nilai rata-rata 67,5

dengan persentase ketuntasan hasi belajar 67 %, sedangkan pada siklus II meningkat menjadi

83 % dengan nilai rata-rata 70,0, sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil belajar IPA siswa

kelas IV SDN 12 Kontunaga dapat ditingkatkan melalui pendekatan konstruktivisme.

Kata Kunci : Konstruktivisme, Meningkatkan Hasil Belajar IPA, Siswa SDN 12

Kontunaga

Page 3: Karil yuliana nim. 822177824

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam menghadapi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini,

pembangunan dibidang pendidikan sangat sangat memegang peranan penting. Pembangunan

pendidikanyang diharapkan tidak hanya terbatas pada ukuran kuantitatif tetapi yang lebih

panjang adalah ukuran kualitatif,karena proses pendidikan pada dasarnya adalah proses

pembangunan sumber daya manusia. Sejalan dengan hal tersebut arah kebijakan pemerintah

dewasa ini berupayauntuk mengembangkan kualitas sumber daya manusia sedini mungkin

secara terarah,terpadu dan menyeluruh melalui berbagai upaya proaktif dan kreatif oleh

seluruh komponen bangsa agar generasi muda dapat berkembang secara optimal disertai

dengan hak dukung dan lingkungannya sesuai dengan potensinya (Sukmadinata 2004).

Tujuan pembelajaran IPA di sekolah dasar (SD) pada umumnya adalah untuk

mengembangkan pengetahuan dasar siswa terhadap pelajaran IPA. Menurut kurikulum 2006,

pembelajaran IPA di sekolah dasar sebagai bagian dari system pendidikan nasional, bertujuan

antara lain agar siswa memiliki kemampuan dalam pembelajaran yang menekankan pada

pemahaman konsep.

Oleh karena itu, seorang guru perlu mengetahui dan memahami berbagai teori

belajar,pendekatan mengajar,dan metode mengajar dalam pembelajaran IPA, sehingga dapat

diaplikasikan dalam pembelajaran di kelas. Melalui penguasaan dan pengaplikasian teori,

metode dan pendekatan mengajar IPA yang telah dikuasai, guru dapat membimbing siswa

untuk menemukan sendiri konsep dan prinsip IPA. Dengan begitu siswa dapat lebih

memahami konsep dan prinsip IPA tersebut melalui pengkonstruksian pemikiran sendiri.

Sejalan dengan itu, Niskon (Hasbullah,1993:3) mengemukakan bahwa pembelajaran adalah

suatu upaya membantu siswa mengkonstruksi (membangun) konsep – konsep dan prinsip

IPA dengan kemampuan sendiri melalui internalisasi sehingga konsep dan prinsip itu

terbangun kembali. Namun, kenyataannya di kelas IV SD Negeri 12 Kontunaga, pelajaran

IPA pada materi Energi dan penggunaanya, belum dapat dikuasai oleh siswa dengan baik.

Hal ini dibuktikan dengan hasil evaluasi dalam pembelajaran. Nilai rata – rata belum

memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 65 (berdasarkan ketetapan sekolah).

Banyak faktor yang mempengaruhi rendahnya prestasi belajar siswa. Salah satunya

model pembelajaran yang digunakan masih menggunakan pembelajaran konvensional.

Artinya, proses pembelajaran siswa hanya duduk diam menerima materi pelajaran yang

disampaikan guru, siswa tidak aktif menerima pelajaran. Oleh karena itu masih banyak materi

Page 4: Karil yuliana nim. 822177824

pelajaran yang belum dikuasai siswa. Model pembelajaran konvensional ini diperkirakan

salah satu penyebab rendahnya prestasi belajar siswa kelas IV SD Negeri 12 Kontunaga.

Olehnya itu guru perlu merancang dan melaksanakan suatu pembelajaran yang

memungkinkan siswa mengkonstruksi pemikiranya sendiri untuk menemukan konsep IPA

yang sudah ada, kemudian siswa tersebut mengetahui dari mana dan untuk apa konsep

tersebut dipelajari.

Teori konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu

tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari. Konstrktivisme sebenarnya bukan

merupakan gagasan yang baru, apa yang dilalui dalam kehidupan kita selama ini erupakan

himpunan dan pembinaan pengalaman demi pengalaman.

1. Identifikasi Masalah

Setelah proses belajar mengajar pada pembelajaran IPA yang diakhiri dengan evaluasi

ternyata hasilnya belum mencapai target yang ditetapkan. Hal ini merupakan suatu masalah

yang harus diselesaikan dengan melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

Berdasarkan data yang ada selaku guru/peneliti meminta salah seorang guru teman

sejawat dan supervisor untuk mengidentifikasi kekurangan dalam pembelajaran yang

dilaksanakan. Dari diskusi dengan teman sejawat dan supervisor terungkap beberapa masalah

yang terjadi dalam pembelajaran yaitu:

a. Nilai prestasi siswa yang masih rendah.

b. Siswa kurang berminat menerima pelajaran

c. Siswa belum memahami materi pelajaran

d. Siswa tidak aktif dalam proses pembelajaran

2. Analisis Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah tersebut diatas, maka saya sebagai guru di kelas IV

melakukan hal – hal sebagai berikut:

a. Menganalis daftar hadir siswa

b. Menganalisis daftar nilai siswa

c. Melakukan refleksi terhadap cara mengajar guru di kelas

B. Rumusan Masalah

Bedasarkan latar belakang diatas, maka dirumuskan masalah sebagai berikut, “Apakah

Penerapan Pendekatan Konstruktivisme dapat Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa pada

Materi Energi dan Penggunaanya di Kelas IV SD Negeri 12 Kontunaga?”

Page 5: Karil yuliana nim. 822177824

C. Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran

Sesuai dengan permasalahan diatas, maka tujuan dari perbaikan ini adalah untuk

meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahua Alam (IPA)

khususnya pada materi energi dan penggunaanya.

D. Manfaat Perbaikan Pembelajaran

Hasil dari perbaikan ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang berarti dari

beberapa pihak:

1. Bagi siswa, dapat membantu sekaligus mempermudah siswa dalam belajar IPA pada

materi energi dan penggunaanya di kelas IV SD Negeri 12 Kontunaga.

2. Bagi guru, dapat memperbaiki model pembelajaran dan meningkatkan mutu

pembelajaran di kelas.

3. Bagi sekolah, dapat memberikan masukkan yang baik dalam rangka perbaikan

pembelajaran IPA pada khususnya .

4. Peneliti sendiri, Untuk menambah pengetahuan dan pengalaman tentang kondisi dan

permasalahan pembelajaran di sekolah serta dapat menerapkan model pembelajaran yang

sesuai.

Page 6: Karil yuliana nim. 822177824

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

1. Konsep Pembelajaran, Mengajar dan Prestasi Belajar

Pengajaran adalah susunan informasi dan lingkungan yang memfasilitasi pembelajaran.

Lingkungan tidak hanya tempat berlangsungnya pembelajaran, tetapi juga metode, media dan

peralatan yang diperlukan untuk menyampaikan informasi dan membimbing siswa belajar.

Sedangkan pembelajaran adalah mengembangkan pengetahuan, keterampilan atau sikap baru

pada saat individu berinteraksi dengan informasi dan lingkungan.

Setiap saat dalam kehidupan seseorang terjadi suatu proses belajar mengajar,baik sengaja

maupun tidak disengaja, disadari atau tidak disadari. Jadi belajar adalah suatu usaha yang

dilakukan seseorang secara sengaja dan terencana untuk mencapai tujuan tertentu. Sejalan

dengan itu, maka Slameto (1995 : 27) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses

usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru

secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya. Dalam usaha mencapai tujuan belajar tersebut, maka perlu diciptakan adanya

sistem lingkungan atau kondisi belajar yang lebih kondusif. Hal ini berkaitan langsung

dengan proses mengajar,sebab mengajar adalah sebagai usaha menciptakan sistem

lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar yang optimal.

Hal senada dikemukakan oleh Sudjana (1998 : 28) bahwa belajar sebagai suatu proses

yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seorang siswa. Perubahan sebagai hasil

proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuannya,

pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya, dan lain- lain aspek yang ada pada individu

siswa.

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan

suatu aktivitas yang dilakukan siswa dalam melakukan interaksi dengan lingkungannya,

sehingga menyebabkan terjadinya tingkah laku pada siswa yang dinyatakan sebagai hasil

belajar. Proses mengubah atau memperbaiki aspek – aspek tingkah laku melalui latihan,

pengalaman, dan interaksi dengan lingkungan, perubahan yang terjadi relative menetap dan

berbekas.

Mengajar pada hakekatnya merupakan proses mengatur, mrngorganisasi lingkungan

yang ada di sekitar siswa, sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong siswa melakukan

Page 7: Karil yuliana nim. 822177824

proses belajar. Pada tahap berikutnya mengajar adalah proses memberikan bimbingan/

bantuan kepada siswa dalam melakukan proses belajar (Sudjana, 1998 : 29).

Slameto (1988 : 30) mendefenisikan mengajar sebagai usaha bimbingan kepada siswa

dalam proses belajar. Hal ini menunjukkan bahwa yang aktif dan mengalami proses belajar

adalah siswa. Sementara guru hanya membimbing dan menunjukkan jalan dengan

memperhitungkan kepribadian siswa. Kesempatan untuk berbuat aktif dan berpikir lebih

banyak diberikan kepada siswa. Dari pendapat para ahli tersebut di atas tentang mrngajar,

dapat dikatakan bahwa mengajar merupakan suatu aktivitas yang direncanakan untuk

mencoba membimbing dan mengarahkan siswa dalam proses belajar.

Dalam proses belajar mengajar akan diperoleh suatu hasil yang disebut hasil

pembelajaran atau prestasi siswa. Agar memperoleh prestasi belajar yang optimal, maka

proses belajar mengajar harus dilakukan secara sadar dan sengaja serta terorganisasi secara

baik.

Prestasi belajar merupakan suatu indikator dari perubahan yang terjadi pada siswa

setelah mengalami proses belajar. Untuk mengungkapkan prestasi siswa ini, maka digunakan

suatu alat penilaian yang disebut tes prestasi belajar. Menurut Mappa (1978 :34) bahwa

prestasi belajar adalah hasil belajar yang dicapai siswa dalam bidang studi tertentu yang

menggunakan tes standar sebagai alat ukur keberhasilan mengajar. Jadi keberhasilan belajar

seorang siswa dalam menempuh proses belajar di sekolah dapat dilihat dari hasil penilaian

yang digunakan oleh seorang guru.

Keberhasilan guru dalam meningkatkan prestasi belajar siswa di sekolah merupakan

parameter yang diguakan untuk menilai proses perkembangan siswa. Jika hasil yang dicapai

siswa baik, proses perkembangan siswa berjalan dengan baik pula. Oleh karena itu perlu

diupayakan agar faktor – faktor penunjang yang dapat mempengaruhi proses perkembangan

prestasi belajar siswatersebut terutama sarana dan prasarana pendidikan serta pengembangan

kualitas profesionalitas guru di sekolah.

Winkel (1983 : 29) berpendapat bahwa prestasi belajar adalah suatu bukti dari usaha

yang dicapai. Jadi dalam hal ini prestasi belajar merupakan bukti dari usaha belajar yang

dilkukan seorang siswa sehubungan dengan apa yang dipelajarinya. Prestasi belajar yang

dicapai siswa merupakan bukti utama dari proses belajar karena didalamnya akan

menampakkan suatu perubahan tingkah laku sebagai cermin nyata dari kegiatan belajar.

Prestasi belajar adalah ukuran nyata dari hasil belajar siswa terhadap mata pelajaran tertentu.

Pemahaman terhadap konsep – konsep yang telah diajarkan nampak setelah melalui tekhnik

Page 8: Karil yuliana nim. 822177824

pengukuran tertentu.jenis, yaitu untuk mendapat pengetahuan, penanaman konsep dan

keterampilan serta pembentukkan sikap.

2. Proses Pembelajan IPA

Belajar IPA adalah bentuk belajar yang dilakukan dengan penuh kesadaran dan terencana

yang dalam pelaksanaanya dibutuhkan suatu proses yang aktif untuk memperoleh

pengalaman atau pengetahuan baru hingga menyebabkan perubahan tingkah laku.

Proses belajar mengajar merupakan inti dari keseluruhan proses pendidikan dengan guru

sebagai pemegang peranan utama. Belajar mengajar adalah suatu proses yang mengandung

serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung

dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubunngan timbal balik

antara guru dan siswa merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses belajar mengajar.

Interaksi dalam proses belajar mengajar mempunyai arti yang sangat luas, tidak sekedar

hubungan guru dengan siswa tetapi interaksi edukatif. Dalam hal ini bukan hanya

menyampaikan pesan berupa materi pelajaran, melainkan juga nilai dan sikap pada diri siswa

yang sedang belajar.

Untuk lebih memahami prinsip proses belajar mengajar, akan diuraikan sebagai berikut.

Pengertian proses dalam tulisan ini merupakan interaksi semua komponen atau unsur yang

terdapat dalam proses belajar yang satu sama lain saling berhubungan dalam ikatan mencapai

suatu tujuan (Usman,1990 : 17). Belajar diartikan sebagai suatu bentuk pertumbuhan dalam

diri seseorang yang dinyatakan dalam cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman atau

latihan ( Hamalik, 1993 : 9).

Dengan adanya benda – benda konkret dapat membuat siswa tertarik untuk

mengadaptasikan dirinya pada pembelajaran dengan menggunakan benda – benda nyata yang

ada di sekitarnya. Dalam proses ini seorang siswa akan menggunakan struktur yang sudah

ada dalam pikiranya untuk mengadakan respon terhadap tantangan lingkungan. Dalam proses

akomodasi, siswa memerlukan modifikasi struktur mental (schemata) yang sudah ada dalam

mengadakan respon terhadap tantangan / masalah yang dihadapi di lingkunganya. Teori

piaget tentang perkembangan intelektual ini menggambarkan tentang kontruksi pembentukan

pengetahuan, bahwa perkembangan intelektual adalah suatu proses dimana anak secara aktif

membangun pemahamannya dari hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungannya.

Impliksi dariteori Piaget ini adalah agar siswa berhasil dalam mempelajari IPA, maka siswa

tersebut harus berinisiatif dan terlibat secara aktif dalam pembelajaran.

Berdasarkan uraian diatas bahwa untuk belajar IPA siswa harus melibatkan diri secara

aktif dalam kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan guru. Keterlibatan siswa tersebut dapat

Page 9: Karil yuliana nim. 822177824

diupayakan jika pembelajaran dilakukan dengan benda – benda konkret yang dikenal siswa di

lingkungannya sehingga menunjukkan adanya tantangan dan inisiatif yang kuat bagi siswa

untuk memecahkannya.

3. Pendekatan Konstruktivisme

Pendekatan konstruktivisme dapat membantu siswa memahami pelajaran IPA pada

materi energi dan penggunaanya, dengan mengkonstruksi pemikiran sendiri anak akan lebih

memahami materi dengan baik. Pendekatan konstruktivisme juga memberikan penekanan

tentang bagaimana siswa mengkonstruksi pengetahuan sendiri berdasar permasalahan yang

diberikan, Suherman (Latri, 2003 : 6). Bahkan Suherman (2001 : 71) mengatakan bahwa

belajar IPA merupakan proses dimana siswa secara aktif mengkonstruksi pengetahuan IPA .

Siswa yang lebih banyak berpikir terhadap permasalahan yang tengah dihadapi sekaligus

melatih daya pikirnya.

Esensi dari teori konstruktivisme adalah siswa itu sendiri yang harus menemukan dan

mentransfer informasi – informsi yang akan dijadikan miliknya. Peranan guru adalah

menyediakan fasilitas dan membantu siswa menemukan dan mentransfer informasi itu.

Sebagaimana Slavin (Wardani, 1999 : 4) mengatakan bahwa teori belajar konstruktivisme

adalah teori yang berpandangan bahwa siswa itu sendiri yang harus menemukan dan

mentrasformasi informasi komplek, mengecek informasi baru, kemudian dibandingkan

dengan aturan lama dan merevisi aturan itu apa tidak sesuai lagi. Hal ini diperkuat oleh

Anders (Wardani, 1999 : 5) bahwa konstruktivisme adalah pandangan tentang belajar

mengajar yang menempatkan pelajar sendiri arti atau pengetahuan dari pengalaman dan

interaksi dengan yang lain dan peranan guru menyediakan pengalaman yang berarti bagi

siswa. Berdasarkan kedua pendapat diatas maka pandangan konstruktivisme dalam belajar

adalah siswa sendiri yang membangun pengetahuan yang dimilikinya.

a. Ciri – ciri Pendekatan Konstruktivisme

Ciri – ciri pembelajaran sesuai pandangan konstruktivisme menurut Hudoyo (Inganah,

2003 : 12) antara lain: 1) siswa terlibat aktif dalam belajarnya, 2) Informasi baru harus

dikaitkan dengan informasi lain sehingga menyatu dengan skema (jaringan konsep) yang

dimiliki siswa, 3)orientasi pembelajaran adalah infestigasi dan penemuan yang pada dasarnya

adalah pemecahan masalah. Agar pembelajaran IPA dapat tercapai secara optimal maka harus

disediakan lingkungan belajar yang konstruktivisme pula. Karakteristik utama belajar

menurut pendekatan Konstruktivisme, Mustaji dan Sugiarso (Aisyah, 2007 : 7), belajar

adalah proses aktif dan terkontrol yang maknanya terkonstruksi oleh masing – masing

individu. Belajar adalah aktivitas yang sosial yang ditentukan dalam kegiatan bersama dan

Page 10: Karil yuliana nim. 822177824

memiliki sudut pandang yang berbeda, 4) Belajar melekat dalam pembangunan suatu artifak

yang dilakukan dengan saling berbagi dan kritik oleh teman sebaya.

b. Prinsip – prinsip Pendekatan Konstruktivisme

Prinsip – prinsip pembelajaran menurut pendekatan konstruktivistik (Aisyah, 2007 : 9)

adalah:

1. Menciptakan lingkungan dunia nyata dengan menggunakan konteks yang relevan,

2. Menekankan pendekatan realistik guna memecahkan masalah dunia nyata,

3. Analisis strategi yang dipakai untuk memecahkan masalah dilakuakan oleh siswa,

4. Tujuan pembelajaran tidak dipaksakan tetapi dinegosiasikan bersama,

5. Menekankan antara hubungan konseptual dan menyediakan perspektif ganda mengenai isi

6. Evaluasi harus merupakan alat alat analisis diri sendiri,

7. Menyediakan alat dan lingkungan yang membantu siswa menginterpretasikan perspektif

ganda tentang dunia,

8. Belajar harus dikontrol secara internal oleh siswa sendiri dan dimediasi oleh guru.

Pendekatan konstruktivisme cenderung menyediakan lingkungan belajar bagi siswa yang

maksimal agar siswa dapat mengkonstruk pengetahuanya untuk menyelesaikan persoalan

yang yang tengah dihadapi. Terkait dengan penyediaan lingkungan belajar yang maksimal,

Knuth dan Cunningham (Inganah, 2003 : 13) memberi 7 prinsip yaitu: 1) Menyediakan

pengalaman belajar belajar siswa yang memungkinkan siswa dapat bekerja melalui proses

kontruksi pengetahuan; 2) Menyediakan pengalaman dalam berbagai pandangan yaitu

masalah dalam dunia nyata dan kehidupan sehari – hari; 3) Mengaitkan pembelajaran dengan

realita dan konteks yang sesuai; 4) Mendorong siswa untuk aktif dalam proses belajar; 5)

mengaitkan pembelajaran dengan pengalaman sosial; 6) Menggunakan berbagai model

presentasi, yaitu menggunakan berbagai media pembelajaran; 7) Melibatkan faktor emosional

siswa dalam kostruksi pengetahuan.

4. Pendekatan Kontruktivisme Terhadap Pembelajaran IPA

Mengajar menurut pandangan konstruktivisme, belajar bukanlah kegiatan memindahkan

pengetahuan dari guru kesiswa, melainkan suatu kegiatan yang memungkinkan siswa untuk

membangun sendiri pengetahuan, Suparno (Latri 2003 : 13). Dalam pembelajaran, guru harus

secara terus menerus menyadarkan untuk mencoba melihat aksi siswa dari sudut pandang

siswa sendiri. Seseorang yang memandang bahwa belajar suatu transmisi, maka proses

mengetahui akan mengikuti model imposition (pembebasan). Sedangkan yang berpandangan

bahwa mengajar adalah suatu proses yang memfasilitasi suatu konstruksi, maka ia akan

Page 11: Karil yuliana nim. 822177824

mengikuti model negosiasi. Aktivitas guru di kelas dipengaruhi oleh paham mereka tentang

pembelajaran.

Selanjutnya dalam pandangan konstruktivisme bahwa siswa sendiri yang harus

menemukan dan mentransfer pengetahuan yang dipelajari. Oleh karena itu, strategi

konstuktivisme merupakan pengajaran yang berpusat pada siswa. Dalam kegiatan,

konstruktivisme lebih menekankan pada pengajaran “Top down” dalam arti pembelajaran

IPA dengan cara membiasakan siswa memecahkan masalah yang kompleks dan guru

membimbing pemecahannya (Wardhani,1999 : 16).

Berg (Wardhani, 1999 : 17) menyatakan bahwa menurut konstruktivisme materi atau

palajaran baru harus disambungkan dengan konsepsi awal siswa yang sudah ada atau

membongkar konsep lama dan membangun kembali jika konsep yang ada menyimpang dari

konsep yang sudah ada. Materi IPA yang dipelajari siswa tersusun dalam struktur yang

hierarkis dan bagian – bagiannya saling berhubungan. Oleh karena itu untuk mempelajari

suatu topik IPA selalu ada topik IPA lain sebagai prasyaratnya.

Dalam pembelajaran IPA perlu adanya kontruksi interaksi antar siswa untuk membangun

iklim belajar yang konstruktivisme pula. Sebagaimana dikemukakan oleh Piaget dan

Vygostki (Wardhani, 1999 : 18) bahwa perlu adanya hakekat sosial atau interaksi dalam

belajar. Keduanya menyarankan penggunaan kelompok belajar dengan kemampuan anggota

kelompok yang beragam untuk mengupayakan perubahan konseptual. Banyak materi IPA

yang cocok bila dipelajari secara berkelompok. Hal ini untuk memahami siswa dalam kelas

yang berasal dari ragam yang berbeda seperti perbedaan individu dalam kelas.

Perbedaan individu di kelas berimplikasi bahwa guru diisyaratkan untuk

mempertimbangkan bagaimana menerapkan pembelajaran IPA agar dapat melayani secara

cukup perbedaan – perbedaan individu siswa. Guru harus memandang siswa sebagai suatu

totalitas yang heterogen dalam memahami sesuatu yang tengah dihadapinya. Hal ini agar

pemahaman terhadap pembelajaran konsep IPA dapat terkonstruksi. Terkait dengan hal

tersebut Grouws (Latri, 2003 : 13) menyatakan bahwa pembelajaran IPA dalam pandangan

konstruktivisme adalah membantu siswa untuk membangun konsep – konsep / prinsip –

prinsip IPA dengan kemampuannya sendiri melalui proses internalisasi sehingga konsep /

prinsip itu terbangun kembali.

Secara utuh pandangan konstruktivisme dalam pembelajaran IPA terhadap siswa pada

dasarnya adalah lebih menekankan untuk mengkonstruksi sendiri pengetahuan IPA yang

dipelajari melalui konteks atau budaya dan dikaitkan dengan pengetahuan yang telah dimiliki.

Siswa diberi kesempatan untuk mengkonstruksi sendiri pengetahuan yang dipelajari

Page 12: Karil yuliana nim. 822177824

sedangkan guru hanya akan memberikan jika diperlukan. Diantaranya adalah menyediakan

pengalaman mengajar berupa obyek – obyek yang ada di lingkungan siswa sehingga

pengetahuan dapat terkonstuksi secara maksimal. Sebab pengalaman bersentuhan langsung

dengan obyek belajar siswa dapat memberikan makna dan pengalaman yang sangat berarti

bagi siswa. Dengan cara ini siswa dapat menjalani proses mengkonstruksi pengetahuan baik

berupa konsep, ide maupun pengertian tentang sesuatu yang sedang dipelajari. Hal ini sesuai

yang dikemukakan oleh Suparno (Latri, 2003 : 12) pengetahuan yang diperoleh siswa selama

pembelajaran merupakan hasil bentukan siswa sendiri.

Langkah – langkah dalam proses pembelajaran dalam IPA dengan konstruktivisme

meliputi 3 fase yaitu : fase eksplorasi, fase pengenalan konsep dan fase aplikasi konsep.

a. Fase eksplorasi guru menyediakan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan

gagasannya yang mungkin bertentangan dan dapat menimbulkan perdebatan serta suatu

analisis mengenal mengapa siswa mempunyai gagasan demikian. Disamping itu juga

membawa para siswa pada identifikasi suatu pola keteraturan dalam fenomena yang

diselidiki. Pada kegiatan fase eksplorasi, guru melakukan penilaian awal yang berkaitan

dengan materi energi dan penggunaannya . Hal ini dapat dilakukan secara tertulis atau

lisan misalnya memberikan pertanyaan yang berkaitan dengan energi . Tujuannya untuk

mengenali pengetahuan awal siswa melalui pertanyaan yang sesuai dengan pengalaman,

lingkungan anak, atau sesuai dengan topik yang akan diajarkan. Untuk mengenal

pengetahuan atau pikiran yang ada pada diri siswa, guru dapat mengajukan pertanyaan

seperti apa itu energi. Setelah siswa dapat menjawab pertanyaan tersebut diatas, guru

dapat melanjutkan dengan menggali pengetahuan anak tentang energi, kemudian guru

mengajukkan berbagai pertanyaan untuk melacak pemahaman anak tentang energi dan

penggunaannya.

b. Fase pengenalan konsep dimulai dengan memperkenalkan suatu konsep atau konsep yang

ada hubungannya dengan fenomena yang diselidiki dan didiskusikan dalam konteks yang

telah diamati selama fase eksplorasi. Langkah kedua adalah pengenalan konsep energi

melalui kegiatan praktek tentang penggunaan energi.

c. Fase aplikasi konsep menyediakan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan konsep

yang telah dikenalnya untuk melatih kemampuan berpikir tentang energi dan

penggunaannya. Pada fase ini guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk

memantapkan konsep dengan menyelesaikan soal – soal energi sesuai dengan konsep yang

telah dipelajari, siswa mengemukakan permasalahan yang muncul berkaitan dengan

konsep, dan siswa menyelesaikan soal – soal yang bervarisi sesuai dengan konsep yang

Page 13: Karil yuliana nim. 822177824

dipelajarinya. Dari tiga fase kegiatan ini, keterlibatan guru dalam memberikan arahan dan

bimbingan diminimalkan bantuan diberikan apabila siswa membutuhkan.

Tiga fase yang telah dijelaskan diatas, guru memberikan kesempatan seluas-luasnya

kepada siswa untuk mengolah bahan, mencerna bahan, memikirkan, menganalisa dan

akhirnya yang terpenting merangkumnya sebagai suatu kontruksi pengetahuan berdasar pada

pengalaman atau pengetahuan awal yang telah dimilikinya. Pada kegiatan ini siswa

mengintegrasikan persepsi, konsep ataupun pengalaman baru kedalam skema yang cocok

dengan rangsangan baru atau memodifiksiskema yang ada sehingga cocok dengan

rangsangan tersebut.

Kegiatan tersebut bertujuan untuk melacak tingkat pemahaman siswa terhadap materi

yang telah dipelajarinya. Guru dapat mengajukan berbagai macam pertanyaan atau

memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan idea tau pendapat baik cara

berpikirnya dalam memanipulasi benda konkret maupun cara siswa menemukan jawaban.

Fenomena yang dialami siswa tersebut, akan menjadi unsur penting pada diri siswa dalam

mengkonstruksi pengetahuannya sendiri.

Page 14: Karil yuliana nim. 822177824

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Subjek Penelitian

Yang dijadikan subjek dalam penelitian perbaikan pembelajaran ini adalah siswa

kelas IV SD Negeri 12 Kontunaga, mata pelajaran IPA dengan jumlah siswa 24 orang (10

laki – laki dan 14 perempuan) mulai bulan Mei 2015 karena melihat hasil belajar siswa

masih tergolong lemah. Jadwal pelaksanaan perbaikan pembelajaran dilaksanakan dalam dua

siklus yaitu tanggal 7 mei 2015 untuk siklus 1, dan tanggal 11 mei 2015 untuk siklus 2.

B. Deskripsi Per Siklus (Rencana, Pelaksanaan, Pengamatan / Pengumpulan Data /

Instrumen, Refleksi)

SIKLUS I

Penelitian ini dilaksanakan dua siklus dan pada siklus kedua ternyata indikator kinerja

telah tercapai maka penelitian ini dihentikan pada siklus II. Tiap siklus dilaksanakan satu kali

pelaksanaan tindakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai. Berdasarkan hasil

evaluasi dalam proses pembelajaran di kelas pada siswa kelas IV SD Negeri 12 Kontunaga

mata pelajaran IPA pada energi dan penggunaannya masih tergolong rendah, sehingga

ditetapkan tindakan yang akan dipergunakan untuk meningkatkan hasil belajar IPA pada

materi energi dan penggunaanya yaitu model pembelajaran konstruktivisme.

Muhtar (2000 : 22) mengemukakan beberapa prosedur pelaksanaan penelitian

tindakan kelas sebagai berikut : (1) perencanaan; (2) pelaksanaan tindakan; (3) observasi dan

evaluasi; dan (4) refleksi.

Secara rinci prosedur pelaksanaan tindakan kelas dijabarkan sebagai berikut :

1. Perencanaan

Adapun kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini meliputi :

a. Membuat perangkat pembelajaran (RPP dan LKS).

b. Membuat instrumen penelitian yang meliputi alat evaluasi berupa tes disertai kunci

jawaban dan lembar observasi.

c. Menyiapkan bahan dan media pembelajaran yang diperlukan untuk membantu siswa

agar lebih cepat memahami materi pelajaran.

2. Pelaksanakan Tindakan

Kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap ini yaitu melaksanakan proses pembelajaran

di kelas IV SD Negeri 12 Kontunaga, pada mata pelajaran IPA pada materi energi dan

penggunaannya dengan menerapkan model pembelajaran konstruktivisme, yang dilaksanakan

Page 15: Karil yuliana nim. 822177824

dua kali pelaksanaan tindakan kelas. Dalam pelaksanaannya dibantu oleh teman sejawat yang

bertugas mengamati proses pelaksanaan pembelajaran yang telah dirancang pada tahap

perencanaan. Secara umum prosedur pelaksanaan tindakan dijabarkan sebagai berikut : a)

mengajukan pertanyaan tentang materi sebelumnya sebagai kegiatan awal; b) membahas

mata pelajaran dengan peragaan alat / media; c) memberikan kesempatan kepada siswa untuk

melakukan sendiri peragaan didepan kelas; d) menyimpulkan materi pelajaran; e)

memberikan pekerjaan rumah.

3. Pengamatan / Pengumpulan Data / Instrumen

Kegiatannya adalah melaksanakan proses observasi terhadap pelaksanaan tindakan

terhadap kegiatan guru dan siswa dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat.

Proses observasi dilakukan sejak awal hingga akhir penelitian. Dan melakukan evaluasi pada

setiap akhir siklus. Evaluasi bertujuan untuk melihat apakah hasil belajar IPA siswa dapat

meningkat dengan mengggunakan model pembelajaran Konstruktivisme. Sedangkan cara

pengumpulan data adalah sebagai berikut : 1) sumber data yaitu personil penelitian adalah

guru dan siswa; 2) jenis data yatu data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif diperoleh

melalui lembar observasi sedangkan data kuantitatif melalui tes hasil belajar; 3) Data

mengenai kondisi pelaksanaan model pembelajaran konstruktivisme diambil dengan

menggunakan lembar observasi; 4) Data mengenai hasil belajar siswa diambil dengan

menggunakan tes hasil belajar.

4. Refleksi

Pada tahap ini, hasil tes akan dilihat apakah telah memenuhi target yang ditetapkan

pada indikator kinerja. Jika belum, maka penelitian akan dilanjutkan pada siklus berikutnya.

Kelemahan atau kekurangan yang terjadi pada siklus sebelumnya akan diperbaiki pada siklus

berikutnya.

SIKLUS II

Berdasarkan hasil evaluasi pembelajaran pada siklus I di kelas pada siswa kelas IV

SD Negeri 12 Kontunaga mata pelajaran IPA pada materi energi dan penggunaannya masih

belum mencapai target yang telah ditetapkan dalam indikator kinerja, sehingga ditetapkan

tindakan yang akan dipergunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa mata pelajaran IPA

pada materi energi dan penggunaannya yaitu model pembelajaran konstruktivisme.

Secara rinci prosedur penelitian tindakan kelas dijabarkan sebagai berikut :

1. Perencanaan

Adapun kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini meliputi :

a. Meninjau kembali scenario pembelajaran

Page 16: Karil yuliana nim. 822177824

b. Membuat perangkat pembelajaran( RPP dan LKS).

c. Membuat instrument penelitian yang meliputi alat evaluasi berupa tes disertai kunci

jawaban dan lembar observasi.

d. Menyiapkan bahan dan media pembelajaran yang diperlukan untuk membantu siswa agar

lebih cepat memahami materi pelajaran.

2. Pelaksanaan Tindakan

Kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap ini yaitu melaksanakan proses pembelajaran

di kelas IV SD Negeri 12 Kontunaga mata pelajaran IPA pada materi energi dan

penggunaannya dengan menerapkan model pembelajaran konstruktivisme, yang dilaksanakan

satu kali pelaksanaan tindakan dalam satu siklus. Dalam pelaksanaannya dibantu oleh teman

sejawat yang bertugas mengamati proses pelaksanaan pembelajaran yang telah dirancang

pada tahap perencanaan. Secara umum prosedur pelaksanaan tindakan dijabarkan sebagai

berikut :

a) Mengajukan pertanyaan tentang materi sebelumnya sebagai kegiatan awal; b) Membahas

materi pelajaran dengan peragaan alat / media; c) Memberikan kesempatan kepada siswa

untuk melakukan sendiri peragaan didepan kelas; d) Menyimpulkan materi pelajaran; e)

Memberikan pekerjaan rumah.

3. Pengamatan / Pengumpulan Data / Instrumen

Kegiatannya adalah melaksanakan proses observasi terhadap pelaksanaan tindakan

terhadap kegiatan guru dan siswa dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat.

Proses observasi dilakukan sejak awal hinggga akhir penelitian. Dan melakukan evaluasi

pada setiap akhir siklus. Evaluasi bertujuan untuk melihat apakah hasil belajar IPA pada

materi energi dan penggunaannya dapat meningkat dengan mengunakan model pembelajaran

konstruktivisme. Sedangkan cara pengumpulan data adalah sebagai berikut : a) sumber data

yaitu personil penelitian adalah guru dan siswa; b) jenis data yaitu data kualitatif dan data

kuantitatif. Data kualitatif diperoleh melalui lembar observasi sedangkan data kuantitatif

melalui tes hasil belajar; c) Data mengenai kondisi pelaksanaan model pembelajaran

konstruktivisme diambil dengan menggunakan lembar observasi; d) Data mengenai hasil

belajar siswa diambil dengan menggunakan tes hasil belajar

4. Refleksi

Pada tahap ini, hasil evaluasi belajar siklus II telah memenuhi target yang ditetapkan

pada indikator kinerja. Kelemahan atau kekurangan yang terjadi telah diperbaiki, untuk itu

peneliti bersama teman sejawat melakukan diskusi, penelitian ini dihentikan pada siklus II

karena indikator keberhasilan sudah dicapai.

Page 17: Karil yuliana nim. 822177824

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 4.2 : Skor Dan Nilai Tes Siklus 1 Siswa Kelas IV SD Negeri 12

Kontunaga Kec. Watopute Kab. Muna Tahun Pelajaran 2014/2015 adalah sebagai berikut :

No. Nama Siswa Nilai Kategori

1. HALIM 65 Tuntas

2. DARFAN 70 Tuntas

3. ASRUN SALAMA 66 Tuntas

4. MUH.HALIM MUSTIARA 70 Tuntas

5. LA ODE ISBAR 62 Belum Tuntas

6. SAPRIL PRATAMA 62 Belum Tuntas

7. AGENG JAYA AWALANDO 75 Tuntas

8. AAN NURALAM 65 Tuntas

9. AKBAR KUNU 70 Tuntas

10. ENDRI 60 Belum Tuntas

11. NENI MUNALTI 65 Tuntas

12. WA LIANI 65 Tuntas

13. WA ASNA 70 Tuntas

14. WA MINA 62 Belum Tuntas

15. NASMAI 64 Belum Tuntas

16. WD.ZAHRA AULIA 64 Belum Tuntas

17. LINAR 70 Tuntas

18. WD.WARNIATI 62 Belum Tuntas

19. HARIANA 75 Tuntas

20. FITRIANI 80 Tuntas

21. WA SANTI 70 Tuntas

22. EMILIA PUTRI 63 Belum Tuntas

23. SITI HASNIATI 75 Tuntas

24. HASMAWATI 70 Tuntas

Jumlah Nilai 1.620

Rata – rata Kelas 67,5

Ketuntasan Belajar Secara Klasikal 67%

Page 18: Karil yuliana nim. 822177824

Dari tabel hasil tes siklus 1 di atas menunjukan baru 67 % siswa memperoleh nilai diatas

65, dalam hal ini sekitar 33% siswa belum mencapai indikator keberhasilan ketuntasan hasil

belajar siswa (belum mencapai indikator 70 %), maka kegiatan penelitian perbaikan

pembelajaran ini dilanjutkan pada siklus II.

Tabel 4.5 : Skor Dan Nilai Tes Siklus 2 Siswa Kelas IV SD Negeri 12

Kontunaga Kec. Watopute Kab. Muna Tahun Pelajaran 2014/2015 adalah sebagai

berikut :

No. Nama Siswa Nilai Kategori

1. HALIM 70 Tuntas

2. DARFAN 80 Tuntas

3. ASRUN SALAMA 80 Tuntas

4. MUH.HALIM MUSTIARA 75 Tuntas

5. LA ODE ISBAR 75 Tuntas

6. SAPRIL PRATAMA 64 Tidak tuntas

7. AGENG JAYA AWALANDO 64 Tidak tuntas

8. AAN NURALAM 70 Tuntas

9. AKBAR KUNU 70 Tuntas

10. ENDRI 65 Tuntas

11. NENI MUNALTI 65 Tuntas

12. WA LIANI 65 Tuntas

13. WA ASNA 70 Tuntas

14. WA MINA 70 Tuntas

15. NASMAI 64 Tidak tuntas

16. WD.ZAHRA AULIA 70 Tuntas

17. LINAR 70 Tuntas

18. WD.WARNIATI 64 Tidak tuntas

19. HARIANA 75 Tuntas

20. FITRIANI 80 Tuntas

21. WA SANTI 70 Tuntas

22. EMILIA PUTRI 63 Tidak tuntas

23. SITI HASNIATI 75 Tuntas

Page 19: Karil yuliana nim. 822177824

24. HASMAWATI 70 Tuntas

Jumlah Nilai 1684

Rata-rata 70

Ketuntasan Belajar Secara Klasikal 83 %

Dari tes yang dilakukan menunjukkan bahwa hasil belajar IPA pada materi energi dan

penggunaannya melalui model pembelajaran konstruktivisme mengaami peningkatan. Hasil

belajar IPA rata- rata 70 dengan ketuntasan hasil belajar 83 % atau sebanyak 20 siswa dari 24

siswa telah memperoleh nilai > 65.

Dari data peningkatan hasil belajar yang dilakukan menunjukkan bahwa hasil belajar

IPA siswa pada materi energi dan penggunaannya di kelas IV SD Negeri 12 Kontunaga

meningkat.

Pembahasan

Berdasarkan observasi pada siklus I guru/peneliti dan siswa melakukan sebagian

kegiatan pembelajaran dengan baik. Namun demikian masih terdapat kekurangan-

kekurangan yang perlu diperbaiki antara lain pada pelaksanaan tindakan pertama peneliti

belum melaksanakan semua proses pembelajaran seperti mengoptimalkan siswa kearah

pembelajaran, kegiatan membimbing siswa serta pemantauan terhadap kegiatan siswa dalam

kelompok masih ada yang terabaikan, dan pada pelaksanaan tindakan kedua, peneliti sudah

dapat melaksanakan semua proses pembelajaran sesuai waktu yang ditentukan dan

pemantauan terhadap kegiatan siswa dalam memperagakan alat peraga sudah mulai optimal

terbukti dengan tidak ada siswa yang terabaikan dalam pemantauan peneliti.

Dan untuk siswa pada pelaksanaan tindakan pertama, siswa terlihat masih asing dengan

pembelajaran yang diterapkan mengingat pembelajaran melalui model pembelajaran

konstruktivisme merupakan hal baru bagi mereka. Hal ini tergambar dari sikap siswa yang

masih pasif selama berada dalam kelas, dan siswa belum bisa mengemukakan pendapatnya

dan tidak memberikan sanggahan pada saat siswa yang lain mempresentasikan hasil kerjanya,

serta siswa masih takut jika namanya ditunjuk.

Hasil evaluasi pada siklus I menunjukkan scenario pembelajaran hanya terlaksana 72 %

dan peningkatan hasil belajar IPA siswa telah diterapkan pembelajaran melalui model

pembelajaran konstruktivisme adalah hasil belajar IPA siswa rata- rata 67,5 dengan

Page 20: Karil yuliana nim. 822177824

ketuntasan hasil belajar 67 % atau sebanyak 16 siswa dari 24 siswa telah memperoleh nilai ≤

65.

Bertitik tolak dari kekurangan yang masih ada dimana skenario pembelajaran baru

terlaksana72 % serta hasil belajar IPA siswa rata- rata 67,5 % dengan ketuntasan hasil belajar

67 % atau sebanyak 16 siswa dari 24 siswa telah memperoleh nilai ≤ 65. Sehingga belum

mencapai indikator keberhasilan dalam penelitian ini, maka penelitian dilanjutkan pada

tindakan siklus II. Pada tindakan siklus II pembelajaran melalui model pembelajaran

konstruktivisme kembali dilaksanakan.

Berdasarkan hasil observasi pada siklus II, guru dan siswa telah melakukan kegiatan

pembelajaran sesuai yang diharapkan. Kekurangan- kekurangan pada siklus I sudah dapat

diperbaiki. Guru sudah mampu mengorganisasikan waktu dengan baik sehingga tidak ada

lagi kegiatan yang tidak dilaksanakan. Guru/peneliti sudah mampu mengefektifkan

pemantauan dan bimbingan terhadap siswa dalam memperagakan alat peraga dan

menemukan konsep IPA sehingga tidak ada lagi siswa yang merasa terabaikan. Disamping

itu siswa sudah terlihat aktif dalam mengikut kegiatan pembelajaran dengan menggunakan

model pembelajaran konstruktivisme serta siswa sudah berani menyampaikan

pendapat/gagasannya.

Hasil evaluasi yang dilakukan pada siklus II dapat dikatakan bahwa pembelajaran

melalui penggunaan model pembelajaran konstruktivisme memberikan dampak yang positif

terhadap hasil belajar siswa. Mereka sudah mampu bersosialisasi dengan baik, bahkan

sebagian besar siswa sudah dapat menemukan konsep pembelajaran IPA dengan mengunakan

model pembelajaran konstruktivisme dan siswa sudah berani mengeluarkan pendapat dan

menjawab pertanyaan yang diberikan. Ada beberapa siswa yang hingga akhir tindakan siklus

memiliki hasil belajar < 65. Meskipun demikian, mereka menberikan penghargaan dan sikap

positif pada saat pembelajaran dengan penggunaan model pembelajaran konstruktivisme

yang diterapkan.

Pada tindakan siklus II, semua skenario pembelajaran telah tercapai dan ketuntasan

belajar secara klasikal mencapai hasil belajar IPA siswa rata- rata 70 dengan ketuntasan hasil

belajar 83 % atau sebanyak 20 siswa dari 24 siswa telah memperoleh nilai > 65. Dan

berdasarkan data tabel peningkatan hasil belajar siswa terjadi peningkatan hasil belajar siswa.

Maka penelitian ini dihentikan pada tindakan siklus II. Ini berarti hipotesis tindakan telah

terjawab yaitu dengan melalui model pembelajaran konstruktivisme hasil belajar IPA siswa

kelas IV SD Negeri 12 Kontunaga dapat ditingkatkan.

Page 21: Karil yuliana nim. 822177824

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil observasi dan evaluasi pada setiap siklus dari penelitin perbaikan

pembelajaran ini, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar IPA pada materi energi dan

penggunaannya di kelas IV SD Negeri 12 Kontunaga dapat ditingkatkan melalui model

pembelajaran konstruktivisme.

B. SARAN

Penelitian menyarankan hal- hal sebagai berikut :

1. Diharapkan kepada siswa untuk belajar dengan giat agar pelajaran yang diberikan dapat

dipahami dan dimengerti.

2. Diharapkan kepada guru agar dapat menerapkan model pembelajaran konstruktivisme

dalam upaya meningkatkan hasil belajar IPA karena dalam penelitian perbaikan

pembelajaran ini model pembelajaran konstruktivisme dapat meningkatkan hasil belajar

siswa.

3. Diharapkan kepada pihak sekolah agar dalam pembelajaran menggunakan model

pembelajaran dan alat peraga sehingga dapat meningkatkan mutu pendidikan di sekolah.

4. Dihimbau kepada pemerintah untuk memperhatikan dunia pendidikan dengan memberikan

pelatihan- pelatihan kepada guru- guru tentang model pembelajaran.

Page 22: Karil yuliana nim. 822177824

DAFTAR PUSTAKA

Depdikbud, 1994. Kurikulum Pendidikan Dasar. Depdikbud

Hasbullah, 1993. Dasar- dasar Ilmu Pengetahuan.Jakarta : Depdikbud Dirjen Dikti P2LPTK.

Hudoyo, H, 1988. Mengajar Belajar IPA . Jakarta : Depdikbud P2LPTK.

Hamalik, oemar, 1993,Evaluasi Kurikulum. Gramedia Rosda Karya, Bandung.

Nurkanca,1986. Evaluasi pendidikan. Surabaya : Usaha Nasional

Ruseffendi, 1998. Pengantar Membantu Guru Mengembangkan Kopetensi Dalam Pengajaran

IPA untuk meningkatkan CBSA. Bandung : Tarsito

Slameto. 1998. Malajar dan faktor- faktor yang mempenga///ruhinya. Jakarta : Bina aksi

E.Kuraesin, 2004. Belajar SAINS 4 Bandung : PT Sarana panca karya nusa.

Suparno. P. 21. Filsafat konstrutivismr dalam pendidikan.Kansius Yogyakarta

Sofyan,Gusami, amirudin, 2008. Model- modelSD/MI. Kendari : FKHI . Unhalu

Wardani sri.1999 konstruktivisne. Jakarta Deodikbud