KARYA TULIS ILMIAH HEMMOROID.doc
-
Upload
elvinvidora -
Category
Documents
-
view
278 -
download
8
description
Transcript of KARYA TULIS ILMIAH HEMMOROID.doc
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hemoroid dikenal di masyarakat sebagai penyakit wasir atau ambeien
merupakan penyakit yang sering dijumpai dan telah ada sejak jaman dahulu.
Namun masih banyak masyarakat yang belum mengerti bahkan tidak tahu
mengenai gejala-gejala yang timbul dari penyakit ini. Banyak orang awam
tidak mengerti daerah anorektal (anus dan rektum) dan penyakit-penyakit
umum yang berhubungan dengannya. Anus merupakan lubang di ujung
saluran pencernaan dimana limbah berupa tinja keluar dari dalam tubuh.
Sedangkan rektum merupakan bagian dari saluran pencernaan di atas anus,
dimana tinja disimpan sebelum dikeluarkan dari tubuh melalui anus. Sepuluh
juta orang di Amerika dilaporkan menderita hemoroid dengan prevalensi lebih
dari 4 %. (Probosuseno, 2009).
Hemoroid terkjadi akibat pembendungan struktur vaskuler normal selama
mengejan. Gejalanya adalah perdarahan, rasa penuh, secret, gatal dan dapat
mengalami thrombosis dengan nyeri hebat, kadang-kadang terkikis melalui
kulit. (Seymour l. Schwartz, 2000:424)
Gejala hemoroid dan ketidak nyamanan dapt dihilangkan dengan personel
hygiene yang baik dan menghindari mengejan berlebihan selama defekasi.
Diet tinggi serat yang mengandung buah. Bila tindakan ini gagal laktasif yang
berfungsi mengabsorbsi air saat melewati usus dapat membantu, rendam
duduk dengan salep dan supositor yang mengandung anestesi, astrigen da tirah
baring adalah tindakan yang memungkinkan pembesaran berkurang. (Suzanne
C. Smeltzer, dkk, 2002:1138).
Kebanyakan penderita dalam jangka waktu lama dan mencari bantuan
kesehatan bila menemukan perubahan pada kebiasaan defekasi atau perdarahn
rektal. (Suzanne C. Smeltzer, dkk, 2002:1123).
1
1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum:
Teori yang telah dikaji dan dipahami dapat diimplementasikan dalam
menangani kasus pasien dengan hemorroid. Dalam implementasi kasus
diharapkan teori yang telah dikaji dan dipahami dapat mendapatkan hasil
yang memuaskan.
2. Tujuan Khusus
- Mampu melakukan pemeriksaan dan menegakkan diagnosis terhadap
pasien dengan hemoroid.
- Mampu menyusun rencana tindakan kegawat daruratan pada pasien
hemoroid
- Mampu mengevaluasi hasil akhir dari tindakan yang telah dilakukan
pada pasien hemoroid
1.3 Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Menambah ilmu terutama dalam kesehatan masyarakat yang
berhubungan dengan hemoroid dan memperbaharui teori yang ada
tentang hemoroid (ambeien/ wasir).
2. Manfaat Praktis
Untuk memperoleh pengalaman dalam hal mengadakan Karya Tulis
Ilmiah (KTI) sehingga penulis terpacu untuk meningkatkan potensi diri
sehubungan dengan pengetahuan tentang hemoroid.
2
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1 Anamnesa
a. Identitas Pasien dan keluarga
Dalam identitas pasien ini perlu ditanyakan antara lain adalah nama
pasien, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaaan, status perkawinan
dan alamat.
b. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
- Pasien mengeluh BAB keras, tidak teratur dan bila mengedan
terasa nyeri
- Perdarahan pada waktu defekasi berwarna merah segar yang
disertai pengeluaran lendir
- Terasa gatal pada anus
- Pasien mengeluh adanya varises atau hemoroid yang keluar dari
anus saat defekasi
- Pasien yang varises berat tidak dapat memasukan sendiri secara
spontan tetapi harus didorong kembali sedangkan varises sedang
bisa masuk sendiri, untuk yang tidak dapat masuk maka akan
terjadi pembengkakan dan kemerahan pada anus.
2) Riwayat kesehatan dahulu
Pasien tidak pernah menderita penyakit ini sebelumnya
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Hemoroid bukanlah suatu penyakit menular tetapi ada juga
dipengaruhi oleh faktor keturunan.
3
2.2 Patofisiologi
Secara herediter dinding vena lemah, ini bisa ditimbulkan dari factor
mengejan yang dapat meningkatkan tekanan intra abdomen. Hal ini
dipengaruhi antara lain pekerjaan, misalnya mengangkat yang terlalu
berat, batuk kronis, dan mengejan saat proses persalinan, makanan yang
merangsang misalnya makanan yang pedas-pedas, diet rendah serat
(selulosa).
Letak plexus vena berada antara mukosa dan spingter ani. Pada
kebiasaan berak yang terlalu lama dapat terjadi dilatasi spingter ani.
Karena vena kurang penyangga maka spingter ani akan mengendor,
dengan demikian lama kelamaan akan menimbulkan varises. Akibat vena
yang melebar dan berkelok, maka akan menimbulkan gejala perdarahan.
Karena dindingnya menonjol dan terlalu tipis, sehingga tinja akan
menyebabkan perdarahan segar, setelah itu pada perkembangannya dapat
timbul benjolan. (Darma Adji, 1991)
Kolon sigmoid mulai setinggi krista illiaca dan berbentuk suatu
lekukan berbentuk S, lekukan bagian bawah membelok ke kiri waktu
kolon sigmoid bersatu dengan rectum, yang menjelaskan alasan anatomis
meletakkan penderita pada sisi kiri bila diberi barium enema. Pada posisi
ini, gaya berat membantu menyalinkan air dari rectum ke pleksura
sigmoid. Bagian utama usus besar yang terakhir dinamakan rektum dan
terbentang dari kolon sigmoid sampai anus( muara ke bagian luar tubuh).
Satu inci dari rektum dinamakan kanalis ani dan dilindungi oleh spingter
ani eksternus dan internus. Panjang rektum dan kanalis ani sekitar 5,9 inci
(15cm).
Suplai darah tambahan untuk rektum adalah melalui arteria sacralis
media dan arteria hemorhoidalis inferior dan media yang dikembangkan
dari arteria iliaka interna dan aorta abdominalis.
Alur balik vena dari kolon dan rectum superior melalui vena
mesenterika superior dan inferior dan vena hemorhoidalis superior, yaitu
bagian dari system vorta yang menyalinkan darah ke hati.
4
Vena hemorhoidalis media dan inferior mengalirkan darah ke vena
iliaka dan merupakan bagian dari sirkulasi sistemik. Terdapat anastomosik
antara vena hemorhoidalis superior, media dan inferior, sehingga
peningkatan tekanan vorta dapat mengakibatkan aliran balik ke dalam
vena-vena ini dan mengakibatkan hemorrhoid.
2.3 Etiopatogenesa
Teori pergeseran lapisan anus (sliding anal lining theory) merupakan teori
yang paling tepat menjelaskan etiologi terjadinya penyakit hemoroid. Hemoroid
terjadi karena gangguan pada Treitz’s muscle dan jaringan ikat elastis.
Hipertropi dan kongesti vaskular merupakan akibat sekunder. Hemoroid terjadi
akibat sering mengedan dan BAB yang tidak teratur, yang merupakan gambaran
yang cocok untuk teori pergeseran lapisan anus. Feses yang keras dan besar,
serta tenesmus karena diare menyebabkan bantalan anal bergeser ke bawah anal
kanal dan mukosa yang melapisinya akan menjadi tipis dan rapuh. Mengedan
terus-menerus saat defekasi menyebabkan pengembangan dari bantalan anal lalu
terjadi prolaps akibat regangan berlebihan dari submukosa Treitz’s muscle. Jika
prolaps tidak bisa direduksi kembali dan jaringan mengalami strangulasi serta
nekrosis, penyakit sistemik dan sepsis pelvis melalui sistem portal akan terjadi.
Teori ini juga didukung oleh penelitian histologis yang menunjukkan adanya
penurunan jaringan penyokong anal pada dekade ketiga kehidupan.
Pecahnya jaringan ikat yang mendukung bantalan anal kanal menyebabkan
terjadinya penurunan bantalan. Hal ini terjadi seiring dengan umur yang
menyebabkan kelemahan struktur jaringan ikat dan akibat mengedan karena
feses yang keras. Mengedan menyebabkan peningkatan tekanan vena lalu
menimbulkan prolaps bantalan anal. Pada bantalan yang mengalami prolaps
terjadi gangguan venous return sehingga mengakibatkan dilatasi pleksus dan
stasis vena. Inflamasi terjadi akibat erosi epitel bantalan yang pada akhirnya
menimbulkan perdarahan.
5
2.4 Pemeriksaan Fisik
Berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan pada pasien hemoroid biasanya
ditandai dengan:
1. Keadaan umum : lemah dan gelisah sampai renjatan (stadium lanjut)
2. Kesadaran : composmentis
3. Tanda-tanda vital : biasanya dalam batas normal jika ada kelainan
maka akan terjadi peningkatan atau penurunan tanda-tanda vital
4. Rectum/anus : terjadi pembengkakan, kemerahan, varises satu
atau lebih pada anus dan bila tertekan akan nyeri.
2.5 Pemeriksaan penunjang
Dilakukan pemeriksaan:
a. Darah
Terjadi peningkatan leukosit, dimana normal leukosit 5000-10.000
mm² juga ditemukan adanya peningkatan laju endapan darah yang
normalnya adalah pada laki-laki 0-20, wanita 0-15. Serta
pemeriksaaan agar diketahui apakah pasien mengalami anemia atau
tidak. Normal HB laki-laki 14-16 gr%, wanita 12-14 gr%.
b. Sigmoidoskopi
Pemeriksaan lumen distal 25-30 cm kolorectum untuk memungkinkan
inspeksi terjadi pada kolon.
c. Kolonoskopi
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui area obstruksi atau lesi
sesuai dengan penyakit peradangan atau neoplastik dapat
diidentifikasi dengan foto yang dibuat dalam beberapa posisi.
6
BAB III
PEMBAHASAN
1.1 Definisi
Hemoroid adalah pelebaran vena didalam pleksus hemoroidalis
yang tidak merupakan keadaan patologik. (R. Sjamsuhidajat- Wim De
Jong, 2005:672)
Lokasi terjadinya pelebaran hemoroid:
– Lateral kiri jam 3
– Anterior kanan jam 11
– Posterior kanan jam 7
Gambar 3.1 lokasi hemoroid (www.google.com)
1.2 Epidemiologi
Hemoroid dialami 50% masyarakat berusia lebih dari 50 tahun
tetapi hanya 5% yang menderita gejala yang dapat dikaitkan dengan
hemoroid. Di Indonesia penyakit hemoroid sekitar 1/3 penderita lansia.
Dengan frekuensi 0,2-5% prevalensinya mencapai 24-37% pada lansia
wanita dibandingkan lansia pria. (William Skach,dkk, 1996:403)
7
1.3 Anatomi
Bantalan anal (anal cushion) terdiri dari pembuluh darah, otot polos
(Treitz’s muscle), dan jaringan ikat elastis di submukosa. Bantalan ini
berlokasi di anal kanal bagian atas, dari linea dentata menuju cincin
anorektal (otot puborektal). Ada tiga bantalan anal, masing-masing terletak
di lateral kiri, anterolateral kanan, dan posterolateral kanan. Hemoroid
yang lebih kecil terdapat di antara ketiga letak primer tesebut.Otot polos
(Treitz’s muscle) berasal dari otot longitudinal yang bersatu. Serat otot
polos ini melelui sfingter internal dan menempelkan diri ke submukosa
dan berkontribusi terhadap bagian terbesar dari hemoroid. Beberapa dari
strukur vaskular tidak memiliki dinding otot. Tidak adanya dinding otot
menandai bahwa struktur vaskular ini lebih sebagai sinusoid bukan vena.
Penelitian menunjukkan bahwa perdarahan hemoroid merupakan
perdarahan dari arteri, bukan vena karena perdarahan dari hemoroid yang
abnormal ini berasal dari arteriol presinusoid yang berhubungan dengan
sinusoid di regio ini. Hal ini dibuktikan dengan warna darah yang merah
cerah dan pH arterial dari darah.
Gambar 3.2 Anatomi rektum (www.google.com)
Kembalinya darah dari anal kanal melalui dua sistem, yaitu
melalui portal dan sistemik. Hubungan antara kedua sistem ini
terjadi pada linea dentata. 2 Pleksus vena dan sinusoid di bawah
8
linea dentata membentuk hemoroid eksterna, mengalirkan darah
melalui vena rektal inferior menuju vena pudendal yang merupakan
cabang dari vena iliaka internal. Jaringan pada hemoroid eksterna
ini sensitif terhadap nyeri, panas, regangan, dan suhu karena
diinervasi secara somatik. Pembuluh darah subepitelial dan sinus-
sinus di atas linea dentata membentuk hemoroid interna, dialiri
darah dari vena rektal media menuju ke vena iliaka interna.
Bantalan vaskular di dalam anal kanal berkontribusi terhadap
kontinensi anal dan berfungsi melindungi sfingter anal. Bantalan ini
juga membantu penutupan lengkap dari anus, yang lebih jauh akan
membantu dalam kontinensia. Saat seseorang batuk, bersin, atau
mengedan, bantalan ini akan mengembang dan menutupi anal kanal
untuk mencegah kebocoran feses saat terjadi peningkatan tekanan
intrarektal. Bantalan vaskular ini memberikan informasi sensoris
yang memungkinkan seseorang membedakan cairan, benda padat,
dan gas. Hal ini penting untuk disadari saat akan melakukan
tindakan untuk penyakit hemoroid bahwa bantalan vaskular ini
merupakan bagian normal anatomi anorektal yang memiliki fungsi
penting. Pembedahan hemoroid bisa mengakibatkan terjadinya
inkontinensia dalam berbagai derajat.
1.4 Etiologi
a. Pengembangan pembuluh pada bagian terbawah dari poros usus,
disebelah dalam maupun luar dan lubang dubur yang dikarenakan oleh
hal-hal yang mengalami mengalirnya darah perut, terutama:
1) Gangguan limfa
2) Konstipasi yang menahun
3) Dalam rektum banyak kotoran
4) Pengaruh terlalu banyak duduk
b. Kelainan klep vena karena faktor keturunan, sehingga tidak bisa
menghambat aliran balik dari darah wasir. Semacam ini cendrung
diturunkan dalam keluarga.
9
c. Peningkatan tekanan pada vena disekitar rektum dan anus disebabkan
oleh mengejan saat buang air besar, batuk-batuk dan persalinan.
( Prayogo Utomo,2005: 83-84)
1.5 Manifestasi Klinis
a. Perdarahan pada waktu defekasi
b. Prolapsus suatu massa pada waktu defekasi
c. Pengeluaran lendir
d. Hygiene sering sukar diawasi bila komponen eksterna besar.
e. Rasa sakit merupakan tanda hemoroid interna kecuali jika terjadi
prolapsus dan thrombosis.
(Theodore R. Schrock. MD, 1995: 271)
1.6 Klasifikasi
• Hemoroid interna : berada di atas linea dentata, ditutupi oleh epitel
trasisional dan kolumnar
Hemoroid interna diklasifikasikan menjadi 4 derajat yaitu :
Derajat I : Tonjolan masih di lumen rektum, biasanya keluhan
penderita adalah perdarahan
Derajat II : Tonjolan keluar dari anus waktu defekasi dan
masuk sendiri setelah selesai defekasi.
Derajat III : Tonjolan keluar waktu defekasi, harus didorong
masuk setelah defekasi selesai karena tidak dapat masuk
sendiri.
Gambar 3.3 Hemoroid interna stadium III (www.google.com)
Derajat IV : Tonjolan tidak dapat didorong masuk/inkarserasi
10
Gambar 3.4 Hemoroid interna stadium IV (www.google.com)
• Hemoroid eksternal berada di bawah linea dentata, ditutupi oleh epitel
skuamosa.
Hemoroid eksterna diklasifikasikan:
akut : Bentuk akut berupa pembengkakan bulat kebiruan pada
pinggir anus dan sebenarnya merupakan hematoma, walaupun
disebut hemoroid trombosis eksterna akut. Bentuk ini sangat
nyeri dan gatal karena ujung-ujung syaraf pada kulit
merupakan reseptor nyeri
kroni/skin tag berupa satu atau lebih lipatan kulit anus yang
terdiri dari jaringan penyambung dan sedikit pembuluh darah.
• Hemoroid campuran merupakan gabungan dari hemoroid internal dan
eksterna (R. Sjamsuhidajat- Wim De Jong, 2005:672)
Gambar 3.5 Hemorrhoid interna dan eksterna(www.google.com)
11
Gambar 3.6 Hemorrhoid eksterna (www.google.com)
Tabel 3.1 Perbedaan gejala hemoroid sesuai stadium
Derajat Berdarah Menonjol Reposisi
I + - _
II + + Spontan
III + + Manual
IV + Tetap -
1.7 Komplikasi
Jarang terjadi anemia akibat perdarahan yang kronis dan perdarahan
massif. Hemoroid yang prolapsus mungkin mengalami thrombosis
peradangan dan meninmbulkan rasa sakit yang hebat. (Theodore R.
Schrock, MD, 1995:271)
1.8 Penatalaksanaan
1.8.1 Penatalaksanaan medis
a. Penatalaksanaan medis non farmakologis
Tujuan terapi bukan menghilangkan pleksus hemoroidal tetapi untuk
menghilangkan keluhan kebanyakan pasien hemorrhoid. Derajat
pertama dan kedua di tolong dengan tindakan lokal yang sederhana
disertai nasehat tentang makanan yang sebaiknya berserat tinggi
sehingga mempermudah defekasi dan mengurangi mengedan secara
berlebihan. Anjuran perbaikan pola hidup, pola makan dan minum
serta pola atau cara defekasi. Perbaikan defekasi disebut bowel
management program (BMP) yang terdiri dari diet, cairan, serat
12
tambahan dan perubahan prilaku buang air. Untuk memperbaiki
defekasi dianjurkan menggunakan posisi jongkok sewaktu defekasi.
b. Penatalaksaanan medis farmakologis
1) Obat memperbaiki defekasi:
Suplemen serat : physillium atau hisphagu Husk
pelicin tinja(pencahar): natrium dioktil sulfosuksinat atau
dulkolax
2) Obat simptomatis
Bertujuan menghilangkan atau mengurangi rasa gatal, nyeri karen
a kerusakan kulit didaerah anus. Obat pengurang keluhan sering
kali di campur pelumas (lubricant), vasokontriktor, antiseptic
lemah,dan penghilang nyeri. Penggunaan kortikosteiroid untuk
mengurangi radang perdarahan hemoroid. Untuk hemoroid interna
diberikan berupa sediaan berbentuk suposituria, sedangkan pada
ointment/krem diberikan untuk hemorrhoid eksterna.
3) Obat menghentikan perdarahan: citrus bioflavonoids dapat
memperbaiki permeabilitas dinding pembuluh
4) Obat pencegah serangan hemoroid: radium 500
1.8.2 Terapi invasif
1) Skleroterapi adalah penyuntikan larutan kimia yang merangsang
Misalnya 5% fenol dalam minyak nabati. Penyuntikan diberikan
kedalam submukosa jaringan areolar yang longgar dibawah
hemorrhoid intern dengan tujuan menimbulkan peradangan streil
menjadi fibrotic dan meninggalkan parut.
2) Ligasi dengan karet
Hemorrhoid yang besar dapat mengalami prolap ditangani dengan
ligasi menurut Barronn. Dengan bantuan anuskop mukosa di atas
hemorrhoid yang menonjol dijepit dan ditarik atau dihisap kedalam
tabung ligator khusus. Gelang karet didorong dan ditempatkan
rapat disekililing mukosa pleksus hemorhoidalis nekrosis karena
13
iskemia terjadi dalam beberapa hari mukosa bersama karet akan
lepas sendiri.
Gambar 3.7 Ligasi dengan karet (www.google.com)
3) Cryotherapy/Cryosurgery
Hemoroid dapat pula dibekukan dengan suhu yang rendah sekali. Jika
digunakan dengan cermat, dan hanya diberikan ke bagian atas hemoroid
pada sambungan anus rektum, maka krioterapi mencapai hasil yang
serupa dengan yang terlihat pada ligasi dengan gelang karet dan tidak
ada nyeri. Dingin diinduksi melalui sonde dari mesin kecil yang
dirancang bagi proses ini. Tindakan ini cepat dan mudah dilakukan
dalam tempat praktek atau klinik. Terapi ini tidak dipakai secara luas
karena mukosa yang nekrotik sukar ditentukan luasnya. Krioterapi ini
lebih cocok untuk terapi paliatif pada karsinoma rektum yang ireponibel
1.8.3 Tindakan bedah
Terapi bedah dipilih untuk penderita yang mengalami keluhan
menahun dan pada penderita hemoroid derajat III dan IV. Terapi bedah
juga dapat dilakukan dengan perdarahan berulang dan anemia yang
tidak dapat sembuh dengan cara terapi lainnya yang lebih sederhana.
Penderita hemoroid derajat IV yang mengalami trombosis dan
kesakitan hebat dapat ditolong segera dengan hemoroidektomi.
1) Hemorhoidektomi
Terapi bedah dipilih utuk penderita yang mengalami keluhan
menahun dan pada penderita hemoroid derajat III dan IV. Prinsip
14
yang harus dipertahankan pada hemorhoidektomi adalah eksisi yang
hanya dilakukan pada jaringan yang benar-benar berlebihan.
Gambar 3.8 Cara kerja hemoroidektomi (www.google.com)
2) Stapled Hemorrhoidectomy (Prosedure For Prolapsed and
Hemorrhoid = PPH )
Teknik ini mulai diperkenalkan pada tahun 1993 oleh dokter
berkebangsaan Italia yang bernama Longo sehingga teknik ini juga
sering disebut teknik Longo. Di Indonesia sendiri alat ini
diperkenalkan pada tahun 1999. Alat yang digunakan sesuai dengan
prinsip kerja stapler. Bentuk alat ini seperti senter, terdiri dari
lingkaran didepan dan pendorong dibelakangnya.
Pada dasarnya hemoroid merupakan jaringan alami yang terdapat di
saluran anus. Fungsinya adalah sebagai bantalan saat buang air besar.
Kerjasama jaringan hemoroid dan m. sfinter ani untuk melebar dan
mengerut menjamin kontrol keluarnya cairan dan kotoran dari dubur.
Teknik PPH ini mengurangi prolaps jaringan hemoroid dengan
mendorongnya ke atas garis mukokutan dan mengembalikan jaringan
hemoroid ini ke posisi anatominya semula karena jaringan hemoroid
ini masih diperlukan sebagai bantalan saat BAB, sehingga tidak
perlu dibuang semua.
Mula-mula jaringan hemoroid yang prolaps didorong ke atas dengan
alat yang dinamakan dilator, kemudian dijahitkan ke tunika mukosa
15
dinding anus. Kemudian alat stapler dimasukkan ke dalam dilator.
Dari stapler dikeluarkan sebuah gelang dari titanium diselipkan
dalam jahitan dan ditanamkan di bagian atas saluran anus untuk
mengokohkan posisi jaringan hemoroid tersebut. Bagian jaringan
hemoroid yang berlebih masuk ke dalam stapler. Dengan memutar
sekrup yang terdapat pada ujung alat , maka alat akan memotong
jaringan yang berlebih secara otomatis. Dengan terpotongnya
jaringan hemoroid maka suplai darah ke jaringan tersebut terhenti
sehingga jaringan hemoroid mengempis dengan sendirinya.
Keuntungan teknik ini yaitu mengembalikan ke posisi anatomis,
tidak mengganggu fungsi anus, tidak ada anal discharge, nyeri
minimal karena tindakan dilakukan di luar bagian sensitif, tindakan
berlangsung cepat sekitar 20 – 45 menit, pasien pulih lebih cepat
sehingga rawat inap di rumah sakit semakin singkat
Gambar 3.9 Alat stapler (www.google.com)
16
(a) (b)
(c)
Gambar3.10 (a), (b),dan (c): Cara kerja Stapled hemorrhoidektomi
(www.google.com)
(a) (b)
Gambar3.11: (a) sebelum operasi (b) hasil dari tindakan stapler
(www.google.com)
1.9 Diagnosa Banding
Diagnosa banding dari hemoroid adalah:
Karsinoma rectum
Karsinoma anus
Fisura ani
Amubiasis
Polip rectum
17
1.10 Pencegahan
Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya hemoroid
antara lain:
1. Jalankan pola hidup sehat
2. Olah raga secara teratur (ex.: berjalan)
3. Makan makanan berserat
4. Hindari terlalu banyak duduk
5. Jangan merokok, minum minuman keras, narkoba, dll.
6. Hindari hubunga seks yang tidak wajar
7. Minum air yang cukup
8. Jangan menahan kencing dan berak
9. Jangan menggaruk dubur secara berlebihan
10. Jangan mengejan berlebihan
11. Duduk berendam pada air hangat
12. Minum obat sesuai anjuran dokter
1.11 Prognosis
Dengan terapi yang sesuai, semua hemoroid simptomatis dapat dibuat
menjadi asimptomatis. Pendekatan konservatif hendaknya diusahakan
terlebih dahulu pada semua kasus. Hemoroidektomi pada umumnya
memberikan hasil yang baik. Sesudah terapi penderita harus diajari
untuk menghindari obstipasi dengan makan makanan serat agar dapat
mencegah timbulnya kembali gejala hemoroid.
18
BAB IV
KESIMPULAN
Hemoroid adalah vena-vena yang berdilatasi, membengkak dilapisan
rectum.
Pengkajian
Hemoroid merupakan penyakit yang sering dijumpai di masyarakat
yang sampai saat ini masih banyak orang yang salah mengerti
tentang hemoroid dan masalah-masalah kesehatan yang
berhubungan dengan hemoroid. Pengkajian yang dalam dapat
mendekatkan mahasiswa dengan
Perencanaan
Merupakan penyusunan rencana tindakan untuk mengatasi masalah pasien
dan untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan prioritas masalah. Rencana
tindakan sesuai teori dan penekanan pada tindakan kedaruratan medis,
sehingga masalah dapat teratasi dalam jangka waktu yang telah ditetapkan.
Implementasi
Teori yang telah dikaji dan dipahami dapat diimplementasikan dalam
menangani kasus pasien dengan hemorroid. Dalam implementasi kasus
diharapkan teori yang telah dikaji dan dipahami dapat mendapatkan hasil
yang memuaskan.
Evaluasi
Pengevaluasian teori yang telah dipahami dan diimplementasikan perlu
bagi mahasiswa kedokteran agar penanganan dalam kasus ini dapat
ditangani dengan baik dan memuaskan.
19
BAB V
SARAN
Agar Mahasiswa mengetahui penanganan kedaruratan medik untuk kasus
hemoroid.
Agar penanganan yang tepat dan efisien.
Agar teori yang telah dikaji dan dipahami agar dapat diimplementasikan
dan dievaluasi dengan hasil yang memuaskan.
20
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer, Arif, dkk.2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi III Jilid 2. Jakarta:
Media Aesculapius.
Sjamsuhidajat, R, Wim de jong.2004. Buku-Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC
Sudoyo, Aru W. 20006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi IV. Jakarta:
FKUI
Schwartz, Seymour l. 1994. Principles of Surgery Jilid 2 Edisi 6. New York:
McGraw-Hill Company
www.medicastore.com
www.scribd.com
21