Karya Tulis Ilmiah Johan Hikayat FOA1001021
-
Author
dilla-destiani -
Category
Documents
-
view
393 -
download
5
Embed Size (px)
Transcript of Karya Tulis Ilmiah Johan Hikayat FOA1001021
-
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA TN.S DENGAN HIPERTENSI PADA TN.S DI RT 03 RW 01 KELURAHAN TIPAR KECAMATAN CITAMIANG
KOTA SUKABUMI
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Keperawatan
Oleh
JOHAN HIKAYAT FOA1001021
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUKABUMI
2013
-
LEMBAR PERSETUJUAN
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA TN.S DENGAN HIPERTENSI PADA TN.S DI RT 03 RW 01 KELURAHAN TIPAR KECAMATAN CITAMIANG
KOTA SUKABUMI
JOHAN HIKAYAT NIM : FOA 1001021
Telah Diajukan dan Disetujui oleh Pembimbing Karya Tulis Ilmiah Sukabumi, Juli 2013
Pembimbing
Dewi Erna Marisa M.kep NIDN : 04161281103
Mengetahui :
Ketua Program Studi D III Keperawatan Universitas Muhammadiyah Sukabumi
Sumirat Tresnayanti, S.kp NIK : 117206123
-
LEMBAR PENGESAHAN
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA TN.S DENGAN HIPERTENSI PADA TN.S DI RT 03 RW 01 KELURAHAN TIPAR
KECAMATAN CITAMIANG KOTA SUKABUMI
Karya Tulis Ilmiah ini telah Disidangkan Pada, Juli 2013
Penguji I (satu) : Asep Rahmat S.Kep ( ) NIP : 19870724200901001 Penguji II (dua) : Hendri Hadiyanto, S.Kep.,Ners ( ) NIK : 117703053 Penguji III (tiga) : Dewi Erna Marisa M.Kep ( ) NIDN : 04161281103
Mengetahui
Ketua Program Studi DIII Keperawatan Universitas Muhammadiyah Sukabumi
Sumirat Tresnayanti, S.kp NIK: 117206123
-
i
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN
UNINIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUKABUMI
2013
JOHAN HIKAYAT, FOA1001021
ABSTRAK
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA TN.S DENGAN HIPERTENSI
PADA TN.S DI RT 03 RW 01 KELURAHAN TIPAR
KECAMATAN CITAMIANG
KOTA SUKABUMI
x + 125 halaman, 4 bab, 22 tabel, 9 lampiran.
Latar belakang penyusunan karya tulis ilmiah ini adalah adanya peningkatan
angka kesakitan akibat penyakit hipertensi di dunia, Indonesia, jawa barat, sukabumi,
hingga di daerah Tipar dari bulan januari 2012 sampai desember 2012. Maka penulis
tertarik mengangkat kasus dengan Hipertensi di Tipar Rt 03 Rw 01 Kelurahan Tipar
Kecamatan Citamiang Kota Sukabumi, serta melaksanakan asuhan keperawatan
keluarga melalui pendekatan proses keperawatan. Metode penulisan yang di gunakan
deskriptif dengan menggunakan tehnik pengumpulan data, wawancara, observasi,
pemeriksaan fisik studi dokumentasi dan studi kepustakaan.
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah
secara abnormal dan terus menerus. Setelah melakukan pengkajian pada Tn. S dengan
hipertensi ditemukan masalah Nyeri dan resiko terjatuh. Dalam perencanaan tindakan
keperawatan penulis tidak mengalami adanya hambatan karena adanya kerja sama
dengan klien, keluarga yang kooperatif serta kerja sama tim kesehatan lainnya.
Tindakan keperawatan disesuaikan dengan perencanaan yang sesuai dengan
kebutuhan klien. Hasil evaluasi menunjukan sebagian besar diagnosa keperawatan
yang ada telah teratasi. Kesimpulan pada kasus ini adanya kesenjangan antara teori
dan masalah keperawatan pada Tn.S, diagnosa yang tidak muncul : potensial
perubahan perfusi jaringan. Rekomendasi ditujukan kepada puskesmas agar dapat
melakukan penyuluhan tentang kesehatan di daerah sekitarnya agar pendidikan
kesehatan masyarakat meningkat, khususnya kesehatan klien & keluarga.
Daptar Pustaka : 9 buku (2003 2013)
-
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya bagi Illahi Rabbi atas Dzat yang telah menciptakan semesta
alam serta rahmat hidayah-Nya kepada penulis yang telah memberikan nikmat
kesehatan, kesabaran dan karunia-Nya untuk dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah
ini yang berjudul Asuhan Keperawatan Keluarga Tn. S Dengan Hipertensi Pada Tn.
S Di Rt 03 Rw 01 Kelurahan Tipar Kecamatan Citamiang Kota Sukabumi . Yang
diajukan sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas dalam menempuh
Pendidikan Diploma III Program Studi D III Keperawatan Universitas
Muhammadiyah Sukabumi.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini banyak
kekurangan dan jauh dari sempurna, hal ini disebabkan karena segala keterbatasan
dan waktu yang dimiliki. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang
sifatnya membangun dari berbagai pihak untuk menambah dan memperluas wawasan
dalam menerapkan asuhan keperawatan sebagai salah satu tenaga yang professional.
Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini, penulis banyak mendapat bantuan dari
berbagai pihak berupa materi maupun dorongan moril dalam menyelesaikan karya
tulis ilmiah ini, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang
sebesa-besarnya kepada :
-
iii
1. Bapak Prof. Dr. Asmawi Zaenul Selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Kota
Sukabumi.
2. Ibu Reny Sukmawani, SP., MP Selaku Wakil Rektor Bidang Akademik
3. Bapak Idang Nurodin, S,Ip., MM Selaku Wakil Rektor Bidang Keuangan
4. Bapak Drs. Sakti Alamsyah, M.Pd. Selaku Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan
Universitas Muhammadiyah Kota Sukabumi.
5. Ibu Sumirat Tresnayanti S.Kp selaku ketua program studi D III Keperawatan
Universitas Muhammadiyah Kota Sukabumi
6. Ibu dr. Hj. Ritanenny, ESM, MP Selaku Kepala Dinas Kesehatan Kota Sukabumi
7. Ibu Dewi Erna Marisa. M.kep selaku penguji dan pembimbing satu dalam
penyusunan studi kasus ini.
8. Ibu dr. Nouva Riega Selaku Kepala Puskesmas Tipar Kota Sukabumi
9. Seluruh Staf dosen, staf pengelola perpustakaan dan karyawan Universitas
Muhammadiyah Sukabumi.
10. Seluruh Staf Dinas kesehatan Kota Sukabumi, yang telah membantu penulis
dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada Tn. S
11. Seluruh Staf Pukesmas Tipar Kota Sukabumi yang telah membantu penulis dalam
melaksanakan asuhan keperawatan pada Tn. S
12. Kedua orang tuaku, mama dan papa yang selalu memberikan doa restunya dan
dorongan baik moril maupun materil kepada penulis.
-
iv
13. Klien Tn.S yang telah bersedia bekerja sama dengan penulis selama penulis
melaksanakan asuhan keperawatan.
Semoga apa yang telah mereka berikan mendapat balasan yang setimpal dari
Allah SWT, amin. Penulis juga berharap semoga karya tulis ini bermanfaat bagi
semua pihak yang membutuhkan khususnya bagi pengembangan ilmu kesehatan
dan ilmu pengetahuan di bidang keperawatan.
Harapan penulis semoga karya tulis ilmiah ini dapat berguna bagi pembaca
umumnya dan tenaga perawat khususnya serta dapat dijadikan tambahan ilmu
pengetahuan pada bidang perawatan.
Sukabumi, Juli 2013
Penulis
-
v
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN ...
LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR PERSEMBAHAN .
ABSTRAK . i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI .. v
DAFTAR TABEL .. ix
DAFTAR LAMPIRAN . x
BAB I : PENDAHULAN... 1
A. Latar Belakang... 1
B. Tujuan penulisan 4
C. Metode telaahan. 5
D. Sistematika penulisan. 8
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA .. 9
A. Konsep Dasar Penyakit . 9
1. Konsep Dasar Keluarga. 9
-
vi
a. Definisi keluarga 9
b. Struktur keluaraga.. 9
c. Peran keluarga 10
d. Fungsi keluarga.. 11
e. Tahapan perkembangan keluarga. 16
f. Tahapan keluarga mandiri. 21
g. Keluarga yang beresiko tinggi dalam kesehatan. . 22
h. Tugas keluarga dibidang kesehatan.. 25
2. Konsep Penyakit. 29
a. Definisi 29
b. Etiologi 31
c. Anatomi fisiologi. 32
d. Patofisiologi. 33
e. Manifestasi klinik. 35
f. Pemeriksaan diagnostik 37
g. Manajemen medik 38
3. Dampak resiko tinggi pada fungsi keluarga .. 43
B. Proses Keperawatan Keluarga Dengan Hipertensi Pada Lansian .. 45
1. Konsep Dasar Lansia . 45
C. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Hipertensi .. 50
1. Pengkajian . 50
-
vii
2. Diagnosa Keperawatan Keluarga . 60
3. Rencana Tindakan Keperawatan Keluarga . 65
4. Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Keluarga 76
5. Evaluasi . 77
BAB III : TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN. 78
A. Tinjauan Kasus 79
1. Pengkajian. 79
2. Diagnosa Keperawatan............ 97
3. Rencana Tindakan Keperawatan 98
4. Implementasi dan Evaluasi. 102
5. Catatan Perkembangan 106
B. Pembahasan.. 114
1. Pengkajian . 114
2. Diagnosa. 117
3. Rencana Tindakan Keperawatan.. 117
4. Implementasi. 118
5. Evaluasi. 119
BAB IV : KESIMPULAN DAN REKOMENDASI...... 121
A. Kesimpulan 121
B. Rekomendasi.. 123
-
viii
DAFTAR PUSTAKA 125
LAMPIRAN..
DAFTAR RIWAYAT HIDUP..
-
ix
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Katz Indeks . 46
Tabel 2.2 Barthel Indeks . 46
Tabel 2.3 Test Keseimbangan ........ 47
Tabel 2.4 Data Psikologis 47
Tabel 2.5 Data Psikologis 48
Tabel 2.6 Status Mental 48
Tabel 2.7 Status Kognitif .. 48
Tabel 2.8 Skala Dalam Menentukan Prioritas Diagnosa Keperawatan .. 62
Tabel 2.9 Perencanan Asuhan Keperawatan Keluarga Hipertensi . 69
Tabel 3.1 Kartu Keluarga 79
Tabel 3.2 Katz Indeks . 91
Tabel 3.3 Barthel Indeks . 92
Tabel 3.4 Keseimbangan 93
Tabel 3.5 Data Psikologis .. 93
Tabel 3.6 Status Mental . 94
Tabel 3.7 Status Kognitif .. 94
Tabel 3.8 Analisa Data .. 95
Tabel 3.9 Diagnosa Keperawatan . 96
Tabel 3.10 Diagnosa Keperawatan . 97
Tabel 3.11 Perencanaan .. 98
Tabel 3.12 Implementasi dan Evaluasi .. 102
Tabel 3.13 Catatan Perkembangan . 106
-
x
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Satuan Acara Penyuluhan Relaksasi Nafas Dalam
Lampiran 2 Materi Penyuluhan Relaksasi Nafas Dalam
Lampiran 3 Leaflet Relaksasi Nafas Dalam
Lampiran 4 Satuan Acara Penyuluhan Rumah Sehat
Lampiran 5 Materi Penyuluhan Rumah Sehat
Lampiran 6 Leaflet Rumah Sehat
Lampiran 7 Keterangan Kunjungan Rumah
Lampiran 8 Lembar Konsultasi
Lampiran 9 Pernyataan Tidak Melakukan Plagiarisme
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kejadian hipertensi di dunia merupakan masalah yang besar dan serius
disamping karena prevalensinya yang tinggi dan cenderung meningkat di masa
yang akan datang, juga karena tingkat keganasannya yang tinggi berupa
kecacatan permanen dan kematian mendadak, penyakit hipertensi telah
membunuh 9,4 juta warga dunia setiap tahunnya. Badan Kesehatan Dunia (WHO)
angka memperkirakan, jumlah penderita hipertensi akan terus meningkat seiring
dengan jumlah penduduk yang membesar, hipertensi adalah suatu keadaan
dimana pada umumnya mempunyai tekanan darah sistolik lebih dari atau sama
dengan 140 mmHg dan tekanan darah lebih dari atau sama dengan 90 mmHg
Batas tekanan darah yang masih dianggap normal adalah 140/90 mmHg dan
tekanan darah sama dengan atau diatas 160/95 mmHg dinyatakan sebagai
hipertensi (WHO) Hipertensi adalah suatu peningkatan abnormal tekanan darah
dalam pembuluh darah arteri secara terus menerus lebih dari satu periode.
Tujuan pembangunan kesehatan adalah terselenggaranya pembangunan
kesehatan oleh semua potensi bangsa, baik masyarakat, swasta maupun
pemerintah secara sinergis, berhasil dan berdaya guna sehingga tercapai derajat
kesehatan masayarakat yang setinggi tingginya. Sejalan dengan tujuan
pembangunan yang berwawasan kesehatan dan kesejahteraan maka pemerintah
-
2
telah menetapakan pola dasar pembangunan yaitu pembangunan mutu SDM di
berbagai sektor serta masih menitik beratkan pada program-program pra-upaya
kuratif dan rehabilitatif yang di dukung oleh informasi kesehatan secara
berkesinambungan sehingga dapat mewujudkan masyarakat yang berperilaku
hidup sehat, lingkungan sehat dan memiliki kemampuan untuk menolong dirinya
sendiri serta dapat menjangkau pelayanan kesehatan yang berkualitas di tahun
2015.(http://health.kompas.com/read/2013/04/05/1404008/Penderita.Hipertensi.T
erus.Meningkat www.kompas.com dibuka pada tanggal 27 juli 2013).
Prevalensi hipertensi di Indonesia yang ditentukan berdasarkan kriteria
ambang hipertensi yaitu tekanan darah dengan rentang antara 140/90 160/100
mmHg, diperkirakan 4,8-18,8%. Angka ini lebih tinggi dari angka prevalensi
yang dilaporkan oleh Cheng dan kawan kawan di Taipeh, yaitu sekitar 6,2 %.,
hipertensi atau tekanan darah tinggi di Indonesia tergolong tinggi, namun
kebanyakan dari penderitanya tidak terdeteksi, akibatnya tidak tertangani dengan
cepat, sehingga menyebabkan kesakitan bahkan kematian dini,. Hal ini
menunjukkan prevelensi hipertensi sebanyak 31,7%, hipertensi menjadi salah satu
penyebab kematian utama di perkotaan maupun perdesaan pada usia 55-64
tahun,satu dari tiga orang dewasa Indonesia menderita hipertensi, bahkan di
kalangan usia 50 tahun ke atas satu dari dua orang.
(http://www.depkes.go.id/index.php/component/search/?searchword=Hipertensi&
ordering=&searchphrase=all dibuka pada tanggal 27 juli 2013).
-
3
Masalah penyakit hipertensi di jawa barat ini menjadi perhatian khusus
karena jumlah penderita semakin meningkat dari tahun ke tahun., berdasarkan
laporan dari dinas kesehatan provinsi jawa barat penderita hipertensi pada tahun
2012 penderita hipertensi di jawa barat mencapai 31 % , angka ini diperkirakan
akan semakin bertambah seiring perekembangan jaman yang memicu pola hidup
yang tidak sehat. ( http://diskes.jabarprov.go.id/index.php/subMenu/724 dibuka
pada tanggal 27 juli 2013 )
Data dari 15 puskesmas yang berada di kota sukabumi penderita hipertensi
pada bulan januari sampai bulan desember tahun 2012 berjumlah 36.605 jiwa dari
356.085 jiwa yang ada di kota sukabumi. Data dari 15 puskesmas di kota
sukabumi yang mendapat kunjungan pasien dengan hipertensi tertinggi salah
satunya ialah puskesmas tipar. (Dinkes Kota Sukabumi)
Di puskesmas Tipar kota sukabumi angka kunjungan penderita hipertensi dari
bulan januari samapai dengan bulan desember tahun 2012 berjumlah 2622
jiwa,angka kunjungan penderita hipertensi di puskesmas tipar termasuk salah satu
kunjugan terbanyak. (Puskesmas Tipar Kota Sukabumi).
Keluarga merupakan salah satu sasaran dalam perawatan kesehatan
masayarakat karena mempunyai peran penting dalam pemeliharaan kesehatan
anggota keluarganya, mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang
tepat, memberikan perawatan pada anggota keluaarga yang sakit,
mempertahankan suasana lingkungan rumah yang menguntungkan kesehatan dan
-
4
pemanfaatan engan baik terhadap fasilitas kesehatan yang ada. Apabila kelima
tugas kesehatan tersebut tidk bisa dijalankan dengan baik maka akan timbul
berbagai macam masalah kesehatan.
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan studi
kasus pada keluarga Tn S melalui pendekatan asuhan keperwatan yang
dituangkan dalam karaya tulis yang berjudul Asuhan Keperawatan Keluarga TN
S Dengan Hipertensi Pada Tn S Di Rt 03 Rw 01 Kelurahan Tipar Kecamatan
Citamiang Kota Sukabumi.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk mendapatkan pengalaman secara nyata dalam memberikan
asuhan keperawatan keluarga secara langsung pada klien dengan
hipertensi yang komprehensif meliputi aspek biologis, psikologis, sosial,
dan spiritual dengan pendekatan proses keperawatan.
2. Tujuan Khusus
Mampu mendeskripsikan hasil pengkajian keluarga dengan hipertensi,
Mampu mendeskripsikan diagnosa keperawatan keluarga dengan
hipertensi, Mampu mendeskripsikan rencana asuhan keperawatan
keluarga dengan hipertensi, Mampu mendeskripsikan tindakan
keperawatan keluarga dengan hipertensi, Mampu mendeskripsikan
evaluasi terhadap hasil asuhan keperawatan keluarga dengan hipertensi,
-
5
Mampu membandingkan antara konsep dengan kenyataan asuhan
keperawatan keluarga dengan hipertensi.
3. Metode Telaahan
Yang dimaksud dengan metode telaahan dalam penulisan Karya Tulis
Ilmiah ini adalah pendekatan yang digunakan dalam menghimpun data /
informasi dan sebagai cara memperoleh data / informasi
(wawancara,observasi,dll ).
1. Metode Penelitian
Metode yang digunakan adalah metode deskriptif, dengan type
studi kasus yang di laksanakan terhadap salah satu keluaraga dengan
kasus hipertensi.
2. Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara sebagai
berikut :
a. Wawancara
Yaitu dengan mengadakan tanya jawab pada keluarga untuk
mengumpulkan data.
b. Observasi
Yaitu mengadakan pengamatan terhadap klien, keluarga dan
lingkungan.
c. Studi Dokumentasi
-
6
Mempelajari data klien selama klien dan keluarga kontak
dengan pelayanan kesehatan.
d. Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan dilakukan untuk mendapatkan teori yang
berkaitan dengan konsep asuhan keperawatan keluarga dan
konsep asuhan keperawatan hipertensi dan konsep asuhan
keperawatan keluarga dengan penyakit hipertensi.
e. Pemeriksaan Fisik
Mengadakan pemeriksaan secara sistematis pada anggota
keluarga .
3. Sumber dan jenis data :
a. Sumber data primer dan sekunder
1) Data Primer
Data primer merupakan sumber data yang diperoleh
langsung dari sumber asli (tidak melalui media
perantara). Data primer dapat berupa opini subjek
(orang) secara individual atau kelompok, hasil
observasi terhadap suatu benda (fisik), kejadian atau
kegiatan, dan hasil pengujian. Metode yang digunakan
untuk mendapatkan data primer yaitu : (1) metode
survey dan (2) metode observasi.
-
7
2) Data Sekunder
Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang
diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media
perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data
sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan
historis yang telah tersusun dalam arsip (data
documenter) yang dipublikasikan dan yang tidak
dipublikasikan.
b. Jenis data : Objektif dan subjektif
1) Data Objektif
Data objektif ialah data yang didapatkan secara tidak
langsung.
2) Data Subjektif
Data subjektif ialah data yang didapatkan secara langsung.
4. Pengolahan data
Pengolahan data di lakukan secara manual yaitu dengan jalan
mengklasifikasikan, lalu mengidentifikasi serta menginterprestasikan
data yang diperoleh, selanjutnya disajikan secara textular.
4. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan Karya Tulis ini, penulis membuat sistematika yang
dimulai dengan judul, lembar pengesahan, abstrak, kata pengantar, daftar
-
8
isi, daftar lampiran, daftar tabel dan selanjutnya dibagi dalam 4 bab antara
lain :
BAB I PENDAHULUAN
Pendahuluan yang menjelaskan latara belakang, tujuan penulisan,
metode penulisan dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan pustaka yang menjelaskan tentang konsep keluarga, konsep
perawatan kesehatan keluarga, konsep dasar Penyakit Hipertensi, dan
Konsep Keperawatan Keluarga Dengan Hipertensi.
BAB III TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
Tinjauan kasus yang merupakan pelaksanaan proses keperawatan
terhadap klien, yang mencakup pengumpulan data, analisa data,
diagnosa keperawatan, rencana tindakan keperawatan, pelaksanaan,
evaluasi, catatan perkembangan.
BAB IV KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Berisikan kesimpulan dan saran dari asuhan keperawatan yang telah
dilaksanakan yang disusun pada Karya Tulis ini serta rekomendasi
yang dirujukan kepada pihak yang bersangkutan dalam upaya
peningkatan kualitas asuhan keperawatan.
-
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Penyakit
1. Konsep keluarga
a. Definisi keluarga
Menurut Wall (1986) mengemukakan keluarga sebagai dua orang
atau lebih yang disatukan oleh ikatan kebersamaan dan ikatan
emosional serta mengidentifikasi diri mereka sebagai bagian dari
keluarga (Padila, 2012 : 19).
Menurut UU No. 10 (1992) mengemukakan keluarga adalah unit
terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami, istri dan anak atau
suami istri, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya (Padila, 2012
: 19).
Menurut Depkes RI (1988) mendefinisikan keluarga adalah unit
terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa
orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat dibawah suatu atap
dalam keadaan saling ketergantungan (Padila, 2012 : 19).
b. Struktur keluarga
Strutur keluarga menurut Padila (2012 : 24) ada 5 macam yaitu :
-
10
1) Patrilineal
Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah
dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui
jalur ayah.
2) Matrilineal
Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah
dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui
jalur ibu.
3) Matrilokal
Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah ibu.
4) Patrilokal
Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah ayah.
5) Keluarga Kawin
Adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan
keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian
keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau istri.
c. Peran keluarga
Peran keluarga menurut Nasrul Effendy (1998)
1) Peran sebagai ayah. Ayah sebagai suami dari istri dan ayah
dari anak-anaknya berperan sebagai pencari nafkah, pendidik,
-
11
pelindung, dan pemberi rasa aman. Juga sebagai kepala
keluarga, anggota kelompok sosial, serta anggota masyarakat
dan lingkungan.
2) Peran sebagai ibu. Ibu sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya
berperan untuk mengurus rumah tangga sebagai pengasuh dan
pendidik anak-anaknya, pelindung dan salah satu anggota
kelompok sosial, serta sebagai anggota masyarakat dan
lingkungan di samping dapat berperan pula sebagai pencari
nafkah tambahan keluarga.
3) Peran sebagai anak. Anak melaksanakan peran psikososial
sesuai dengan tingkat perkembangannya, baik fisik, mental,
sosial, dan spiritual. (Ferry Effendy & Makhfudli, 2009 : 187)
d. Fungsi keluarga
Berkaitan dengan peran keluarga yang bersifat ganda, yakni satu
sisi keluarga berperan sebagai matriks bagi anggotanya, disisi lain
keluarga harus memenuhi tuntutan dan harapan masyarakat, maka
selanjutnya akan dibahas tentang fungsi keluarga sebagai berikut :
Menurut Friedman (1998) yang dikutip oleh Padila (2012 : 33-36)
mengidentifikasikan lima fungsi dasar keluarga, yakni :
1) Fungsi afektif
Fungsi afektif berhubungan dengan fungsi internal keluarga yang
merupakan basis kekuatan dari keluarga. Fungsi afektif berguna
-
12
untuk pemenuhan kebutuhan psikososial. Keberhasilan fungsi
afektif tampak melalui keluarga yang bahagia. Anggota keluarga
mengembangkan konsep diri yang positif, rasa dimiliki dan
memiliki, rasa berarti serta merupakan sumber kasih sayang.
Reinforcement dan support dipelajari dan dikembangkan melalui
interaksi dalam keluarga.
Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga untuk memenuhi
fungsi afektif adalah :
a) Saling mengasuh, cinta kasih, kehangatan, saling menerima
dan mendukung. Setiap anggota keluarga yang mendapat
kasih sayang dan dukungan, maka kemampuannya untuk
memberi akan meningkat sehingga tercipta hubungan yang
hangat dan saling mendukung. Hubungan yang baik dalam
keluarga tersebut akan menjadi dasar dalam membina
hubungan dengan orang lain diluar keluarga.
b) Saling menghargai, dengan mempertahankan iklim yang
positif dimana setiap anggota keluarga baik orang tua maupun
anak diakui dan dihargai keberadaan dan haknya.
c) Ikatan dan identifikasi, ikatan ini mulai sejak pasangan
sepakat hidup baru. Kemudian dikembangkan dan disesuiakna
dengan berbagai aspek kehidupan dan keinginan yang tidak
-
13
dapat dicapai sendiri, misalnya mempunyai anak. Hubungan
selanjutnya akan dikembangkan menjadi hubungan orang tua
anak dan antar anak melalui proses identifikasi. Proses
identifikasi merupakan inti ikatan kasih sayang, oleh karena
itu perlu diciptakan proses identifikasi yang positif dimana
anak meniru perilaku orang tua melaului hubungan interaksi
mereka.
Fungsi afektif merupakan sumber energi yang menentukan
kebahagiaan keluarga. Sering perceraian, kenakalan anak atau masalah
keluarga lainnya timbul akibat fungsi afektif keluarga yang tidak
terpenuhi.
2) Fungsi sosialisasi
Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang
dialami individu yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar
berperan dalam lingkungan sosial (Gegas, 1979 dan Friedman, 1998),
sedangkan Soekanto mengemukakan bahwa sosialisasi adalah suatu
proses dimana anggota masyarakat yang baru mempelajari norma-
norma masyarakat dimana dia menjadi anggota.
Sosialisasi dimulai sejak individu dilahirkan dan berakhir setelah
meninggal. Keluarga merupakan tempat dimana individu melakukan
sosialisasi. Tahap perkembangan individu dan keluarga akan dicapai
-
14
melalui interaksi atau hubungan yang diwujudkan dalam sosialisasi.
Anggota keluarga belajar disiplin, memiliki nilai/norma, budaya dan
prilaku melalui interaksi dalam keluarga sehingga individu mampu
berperan di masyarakat.
3) Fungsi reproduksi
Keluarga berfungsi untuk meneruskan kelangsungan keturunan
dan meningkatkan sumber daya manusia. Dengan adanya program
keluarga berencana, maka fungsi ini sedikit dapat terkontrol. Namun
disisi lain banyak kelahiran yang tidak diharapkan atau diluar ikatan
perkawinan sehingga lahirnya keluarga baru dengan satu orangtua
(single parent).
4) Fungsi ekonomi
Untuk memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti
makanan, pakaian, dan rumah, maka keluarga memerlukan sumber
keuangan. Fungsi ini sulit dipenuhi oleh keluarga dibawah garis
kemiskinan (Gakin atau pra keluarga sejahtera ). Perawat
berkontribusi untuk mencari sumber-sumber di masyarakat yang dapat
digunakan keluarga meningkatkan status kesehatan mereka.
5) Fungsi perawatan kesehatan
Fungsi lain keluarga adalah fungsi perawatan kesehatan. Selain
keluarga menyediakan makanan, pakaian, dan rumah, keluarga juga
-
15
berfungsi melakukan asuhan kesehatan terhadap anggotanya baik
untuk mencegah terjadinya gangguan maupun merawat anggota yang
sakit. Keluarga juga menetukan kapan anggota keluarga yang
mengalami gangguan kesehatan memerlukan bantuan atau pertolongan
tenaga profesional. Kemampuan ini sangat mempengaruhi kesehatan
individu dan keluarga.
Kesangggupan keluarga melaksanakan pemeliharaan kesehatan
terhadap anggotanya dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga yang
dilaksanakan. Tugas kesehatan keluarga tersebut adalah (Friedman,
1998) :
a) Mengenal masalah kesehatan
b) Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat
c) Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit
d) Mempertahankan suasana rumah yang sehat
e) Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat
Kelima tugas kesehatan tersebut saling terkait dan perlu dilakukan
oleh keluarga. Perawat perlu melakukan pengkajian untuk mengetahui
sejauh mana keluarga dapat melaksanakan kelima tugas tersebut
dengan baik, selanjutnya memberikan bantuan atau pembinaan
terhadap keluarga untuk memenuhi tugas kesehatan keluarga tersebut.
-
16
e. Tahapan perkembangan keluarga
1) Tahap I
Tahap keluarga pemula ( beginning family)
Keluarga baru/pasangan yang belum memiliki anak.
Tugas perkembangan keluarga :
a) Membangun perkawinan yang saling memuaskan
b) Membangun jaringan persaudaraan secara harmonis
c) Keluarga berencana (keputusan tentang kedudukan
sebagai orang tua)
d) Menetapkan tujuan bersama
e) Persiapan menjadi orang tua
f) Memahami prenatal care (pengertian kehamilan,
persalinan dan menjadi orang tua).
2) Tahap II
Tahap keluarga sedang mengasuh anak (child bearing)
Keluarga dengan anak pertama berusia kurang dari 30 bulan.
Studi klasik le master (1957) dari 46 orang tua dinyatakan 17%
tidak bermasalah selebihnya bermasalah dalam hal :
a) Suami merasa diabaikan
b) Peningkatan perselisihan dan argument
c) Interupsi dalam jadwal kontinu
d) Kehidupan seksual dan social terganggu dan menurun
-
17
Tugas perkembangan keluarga tahap ini adalah :
(1) Membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit yang
mantap (integrasi bayi dalam keluarga)
(2) Rekomendasi tugas-tugas perkembangan yang bertentangan
dan kebutuhan anggota keluarga
(3) Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan
(4) Memperluas persahabatan keluarga besar dengan
menambah peran orangtua, kakek dan nenek
(5) Bimbingan orang tua tentang pertumbuhan dan
perkembangan anak
(6) Konseling KB post partum 6 minggu
(7) Menata ruang untuk anak
(8) Menyiapkan biaya child bearning
(9) Memfasilitasi role learning anggota keluarga
(10) Mengadakan kebiasaan keagamaan secara rutin.
3) Tahap III
Tahap keluarga dengan anak usia prasekolah
Keluarga dengan anak pertama berusia 30 bulan-6 tahun.
Tugas perkembangan keluarga :
a) Pemenuhan kebutuhan anggota keluarga seperti rumah,
ruang bermain, privasi dan keamanan
-
18
b) Mensosialisakan anak
c) Mengintegrasikan anak yang baru dan memenuhi kebutuhan
anak yang lain
d) Mempertahankan hubungan yang sehat (hubungan
perkawinan dan hubungan orangtua-anak) serta hubungan
diluar keluarga (keluarga besar dan komunitas)
e) Pembagian waktu, individu, pasangan dan anak
f) Pembagian tanggung jawab
g) Merencanakan kegiatan dan waktu stimulasi tumbuh dan
kembang anak.
4) Tahap IV
Tahap keluarga dengan anak usia sekolah
Keluarga dengan anak pertama berusia 6-3 tahun.
Tugas perkembangan keluarga :
a) Mensosialisasikan anak-anak, termasuk meningkatkan
prestasi sekolah dan mengembangkan hubungan dengan
teman sebaya yang sehat
b) Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan
c) Memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga
d) Mendorong anak untuk mencapai pengembangan daya
intelektual
e) Menyediakan aktivitas untuk anak
-
19
5) Tahap V
Tahap keluarga dengan anak remaja
Keluarga dengan anak pertama berusia 13-20 tahun.
Tugas perkembangan keluarga :
a) Memberikan keseimbangan antara kebebasan dan tanggung
jawab ketika remaja menjadi dewasa dan semakin mandiri
b) Memfokuskan kembali hubungan intim perkawinan
c) Berkomunikasi secara terbuka antara orangtua dan anak-
anak
d) Mempersiapkan perubahan untuk memenuhi kebutuhan
tumbuh dan kembang anggota keluarga
6) Tahap VI
Tahap keluarga dengan anak dewasa
Keluarga dengan anak pertama meninggalkan rumah.
Tugas perkembangan keluarga :
a) Memperlua siklus keluarga dengan memasukan anggota
keluarga baru dari perkawinan anak-anaknya
b) Melanjutkan dan menyesuaikan kembali hubungan
perkawinan
c) Membantu orang tua lanjut usia dan sakit-sakitan dari
suami atau istri
-
20
d) Membantu anak untuk mandiri sebagai keluarga baru
masyarakat
e) Mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan menerima
kepergian anaknya
f) Menciptakan lingkungan rumah yang dapat menjadi contoh
bagi anak-anaknya.
7) Tahap VII
Tahap keluarga usia pertengahan (middle age family).
Tugas perkembangan keluarga :
a) Menyediakan lingkungan yang dapat meningkatkan
kesehatan.
b) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dan penuh
arti dengan para orangtua (lansia) dan anak-anak.
c) Memperkokoh hubungan perkawinan.
d) Persiapan masa tua/pension
8) Tahap VIII
Tahap keluarga lanjut usia
Tugas perkembangan keluarga :
a) Penyesuain tahap masa pension dengan cara merubah cara
hidup
b) Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan
c) Menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun
-
21
d) Mempertahankan hubungan perkawinan
e) Menyesuiakan diri terhadap kehilangan pasangan
f) Mempertahankan ikatan keluarga antar generasi
g) Melakukan life review masalalu (Padila, 2012: hal 48)
f. Tahapan keluarga mandiri
Tingkat kemnadirian keluarga menurut Departemen Kesehatan RI
(2006) Kemandirian keluarga dalam program dalam perawatan
kesehatan komunitas dibagi menjadi empat tingkatan dari keluarga
mandiri tingkat satu (paling rendah) sampai keluarga mandiri tingkat
empat (paling tinggi).
1) Keluarga mandiri tingkat satu ( KM-I)
a) Menerima petugas perawatan kesehatan komunitas.
b) Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai
dengan rencana keperawatan.
2) Keluarga mandiri tingkat dua (KM-II)
a) Menerima petugas perawatan kesehatan komunitas.
b) Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai
dengan rencana keperawatan.
c) Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatannya
secara benar.
d) Melakukan perawatan sederhana sesuai yang diajarkan.
3) Keluarga mandiri tingkat tiga (KM-III)
-
22
a) Menerima petugas perawatan kesehatan komunitas.
b) Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai
dengan rencana keperawatan.
c) Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatannya
secara benar.
d) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan secara aktif.
e) Melakukan perawatan sederhana sesuai yang dianjurkan.
f) Melaksanakan tindakan pencegahan secara aktif.
4) Keluarga mandiri tingkat empat (KM-IV)
a) Menerima petugas perawatan kesehatan komunitas.
b) Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai
dengan rencana keperawatan.
c) Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatannya
secara benar.
d) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan secara aktif.
e) Melakukan perawatan sederhana sesuai yang dianjurkan.
f) Melaksanakan tindakan pencegahan secara aktif.
g) Melaksanakan tindakan promotif secara aktif. (Ferry
Effendy & Makhfudli, 2009 : 187)
g. Keluarga yang beresiko tinggi dalam kesehatan
-
23
Dalam melakukan asuhan keperawatan kesehatan keluarga, yang
menjadi prioritas utama adalah keluarga-keluarga yang tergolong
risiko tinggi dalam bidang kesehatan (Effendy, 1998: 41), meliputi:
1) Keluarga dengan anggota keluarga dalam masa usia subur dengan
masalah sebagai berikut :
a) Tingkat sosial ekonomi keluarga rendah
b) Keluarga kurang atau tidak mampu mengatasi masalah
kesehatan sendiri
c) Keluarga dengan keturunan yang kurang baik/keluarga dengan
penyakit keturunan
2) Keluarga dengan ibu dengan risiko tinggi kebidanan. Waktu
hamil:
a) Umur ibu (16 tahun atau lebih dari 35 tahun)
b) Menderita kekurangan gizi/anemia
c) Menderita hipertensi
d) Primipara atau multipara
e) Riwayat persalinan dengan komplikasi
3) Keluarga dimana anak menjadi risiko tinggi, karena :
a) Lahir prematur/BBLR
b) Beratbadan sukar naik
c) Lahir dengan cacat bawaan
d) ASI ibu kurang sehingga tidak mencukupi kebutuhan bayi
-
24
e) Ibu menderita penyakit menular yang dapat mengancam bayi
atau anaknya
4) Keluarga mempunyai masalah dalam hubungan antara anggota
keluarga, Anak yang tidak dikehendaki dan pernah dicoba untuk
digugurkan
a) Tidak ada kesesuaian pendapat antara anggota keluarga dan
sering timbul cekcok dan ketegangan
b) Ada anggota keluarga yang sering sakit
c) Salah satu orang tua (suami/istri) meninggal, cerai atau lari
meninggalkan keluarga
Sedangkan menurut Departemen Kesehatan RI (1996: 7), keluarga
yang menjadi keluarga rawan kesehatan ialah :
(1) Keluarga yang belum terjangkau pelayanan kesehatan, yaitu
keluarga dengan :
(a) Ibu hamil tertentu yang belum ANC (Ante Natal Care)
(b) Ibu nifas yang persalinan dan neonatusnya ditolong dukun
(c) Balita tertentu
(d) Penyakit kronis menular yang tidak bisa diintervensi oleh
program
(e) Penyakit endemis
(f) Penyakit kronis tidak menular
(g) Kecacatan tertentu (mental atau fisik)
-
25
(2) Keluarga dengan risiko tinggi, yaitu keluarga dengan :
(a) Ibu hamil dengan masalah gizi
(b) Ibu hamil dengan risiko tinggi lain (perdarahan, infeksi,
hipertensi)
(c) Balita dengan BGM (Bawah Garis Merah)
(d) Neonatus dengan BBLR (Berat Badan Lahir Rendah)
(e) Usia lanjut jompo
(f) Kasus percobaan bunuh diri (tentamen suicide)
(3) Keluarga dengan kasus tindak lanjut keperawatan, yaitu keluarga
dengan:
(a) Drop out tertentu, seperti ibu hamil, bayi atau anak balita,
keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan, penyakit
kronis atau endemis tertentu.
(b) Kasus pasca perawatan seperti : kasus keperawatan yang
dirujuk dari institusi pelayanan kesehatan, kasus katarak yang
dioperasi di puskesmas, persalinan dengan tindakan, kasus
psikotik, kasus yang seharusnya di rujuk tetapi tidak
melaksanakan rujukan.
h. Tugas keluarga di bidang kesehatan
Ada 5 pokok tugas keluarga yang dijabarkan oleh Friedman (1998)
yang sampai saat ini masih dipakai dalam asuhan keperawatan
-
26
keluarga. Tugas kesehatan keluarga menurut Friedman (1998) dalam
Efendi & Makhfudli (2009) tersebut adalah :
1) Mengenal masalah kesehatan keluarga
Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh
diabaikan karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti
dan karena kesehatanlah kadang seluruh kekuatan sumber daya
dan dana akan habis. Orang tua perlu mengenal keadaan kesehatan
dan perubahan-perubahan yang dialami anggota keluarga.
Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara
tidak langsung menjadi perhatian keluarga dan orang tua. Apabila
menyadari adanya perubahan keluarga, perlu dicatat kapan
terjadinya, perubahan apa yang terjadi, dan berapa besar
perubahannya. Sejauh mana keluarga mengetahui dan mengnal.
Fakta-fakta dari masalah kesehatan yang meliputi pengertian,
tanda dan gejala, faktor penyebab dan yang memengaruhinya, serta
persepsi keluarga terhadap masalah.
2) Membuat keputusan tindakan yang tepat
Sebelum keluarga dapat membuat keputusan yang tepat mengenai
masalah kesehatan yang dialaminya, perawat harus dapat
mengkaji keadaan keluarga tersebut agar dapat memfasilitasi
-
27
keluarga dalam membuat keputusan. Berikut ini adalah hal-hal
yang perlu dikaji oleh perawat :
a) Sejauh mana kemampuan keluarga mengerti mengenai sifat
dan luasnya masalah.
b) Apakah keluarga merasakan adanya masalah kesehatan.
c) Apakah keluarga merasa menyerah terhadap masalah yang
dialami.
d) Apakah keluarga merasa takut akan akibat penyakit.
e) Apakah keluarga mempunyai sifat negatif terhadap
masalah kesehatan.
f) Apakah keluarga kurang percaya terhadap petugas
kesehatan.
g) Apakah keluarga mendapat informasi yang salah terhadap
tindakan dalam mengatasi masalah.
3) Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit
Ketika memberikan perawatan keluarganya yang sakit, keluarga
harus mengetahui hal-hal sebagai berikut :
a) Keadaan penyakitnya (sifat, penyebaran, komplikasi,
prognosis dan perawatanya).
b) Sifat dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan.
c) Keberadaan fasilitas yang dibutuhkan untuk perawatan.
-
28
d) Sumber-sumber yang ada dalam keluarga (anggota
keluarga yang bertanggung jawab, sumber keuangan atau
finansial, fasilitas fisik, psikososial).
e) Sikap keluarga terhadap yang sakit.
4) Mempertahankan atau mengusahakan suasana rumah yang sehat.
Ketika memodifikasi lingkungan atau menciptakan suasana rumah
yang sehat, keluarga harus mengetahui hal-hal sebagai berikut :
a) Sumber-sumber yang dimiliki oleh keluarga.
b) Keuntungan atau manfaat pemeliharaan lingkungan.
c) Pentingnya higiene sanitasi.
d) Upaya pencegahan penyakit.
e) Sikap atau pandangan keluarga terhadap higiene sanitasi.
f) Kekompakan antar-anggota keluarga.
5) Menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di
masyarakat. Ketika merujuk keluarga harus mengetahui hal-hal
berikut ini :
a) Keberadaan fasilitas keluarga.
b) Keuntungan-keuntungan yang diperoleh dari fasilitas
kesehatan.
c) Tingkat kepercayaan keluarga terhadap petugas dan
fasilitas kesehatan.
d) Pengalaman yang kurang baik terhadap petugas kesehatan.
-
29
e) Fasilitas kesehatan yang ada terjangkau oh keluarga.
Perlu digaris bawahi bahwa 5 tugas keluarga dalam bidang kesehatan
diatas, mesti selalu dijalankan. Tentu apabila salah satu atau beberapa
diantara tugas tersebut tidak dijalankan justru akan menimbulkan
maslah kesehatan dalam keluarga. (Yohanes Dion & Yasinta Betan,
2013 : 25-28)
2. Konsep Penyakit
a. Definisi Hipertensi
Hipertensi terjadi apabila tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg
(Tagor,2003). Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi
peningkatan tekanan darah secara abnormal dan terus menerus pada
beberapa kali pemeriksaan tekanan darah yang di sebabkan satu
atau beberapa factor risiko yang tidak berjalan sebagaimana
mestinya dalam memepertahankan tekanan darah secara normal.
Hipertensi berkaitan dengan kenaikan tekanan sistolik atau
tekanan keduanya. Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan
darah tinggi persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140
mmHg dan tekanan diastolic di atas 90 mmHg. Pada populasi
manula, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160
mmHg dan diastolic 90 mmHg (Brunner & Suddarth, 2005 ).
Klasifikasi hipertensi di bagi menjadi dua yaitu :
-
30
1) Hipertensi Primer
Merupakan 90% dari kasus penderita hipertensi. Dimana sampai
saat ini belum diketahui penyebabnya secara pasti. Beberapa
factor yang berpengaruh dalam terjadinya hipertensi esensial,
sperti : faktor genetik , stress dan psikologis, serta faktor
lingkungan dan diet (peningkatan penggunaan garam dan
berkurangnya asupan kalium atau kalsium).
Peningkatan tekanan darah tidak jarang merupakan satu-satunya
tanda hipertensi primer. Umumnya gejala baru terlihat setelah
terjadi komplikasi pada organ target seperti ginjal,mata,otak dan
jantung.
2) Hipertensi sekunder
Pada hipertensi sekunder, penyebab dan patofisiologi dapat
diketahui dengan jelas sehingga lebih mudah untuk di
kendalikan dengan obat-obatan. Penyebab hipertensi sekunder
di antaranya berupa kelainan ginjal seperti tumor,
diabetes,kelainan adrenal,kelainan aorta, kelainan endokrin
lainya seperti obesitas,resistensi insulin,hipertiroidisme, dan
pemakaian obat-obatan seperti kontrasepsi oral dan
kortikosteroid. (Andra saferi wijaya & yessie mariza putri,2013
: 52).
-
31
b. Etiologi
Corwin (2000) menjelaskan bahwa hipertensi tergantung pada
kecepatan denyut jantung, volume sekuncup dan Total Peripheral
Resistance (TPR). Peningkatan kecepatan denyut jantung dapat
terjadi akibat rangsangan abnormal saraf atau hormone pada nodus
SA.Peningkatan kecepatan denyut jantung yang berlangsung kronik
sering menyertai keadaan hipertiroidisme. Namun, peningkatan
kecepatan denyut jantung biasanya dikompensasi oleh penurunan
volume sekuncup sehingga tidak menimbulkan hipertensi.
Peningkatan volume sekuncup yang berlangsung lama dapat
terjadi apabila terdapat peningkatan volume plasma yang
berkepanjangan, akibat gangguan penanganan garam dan air oleh
ginjal atau konsumsi garam yang berlebihan. Peningkatan pelepasan
rennin atau aldosterone maupun penurunan aliran darah ke ginjal
dapat mengubah penanganan air dan garam oleh ginjal. Peningkatan
volume plasma akan menyebabkan peningkatan volume diastolic
akhir sehingga terjadi peningkatan volume sekuncup dan tekanan
darah,peningkatan preload biasanya berkaitan dengan peningkatan
tekanan sistolik.
Peningkatan TPR yang berlangsung lama dapat terjadi pada
peningkatan rangsangan saraf atau hormone pada arteriol, atau
responsivitas yang berlebihan dari arteriol terdapat rangsangan
-
32
normal. Kedua hal tersebut akan menyebabkan penyempitan
pembuluh darah.
Pada peningkatan TPR, jantung harus memompa secara lebih
kuat dan dengan demikian menghasilkan tekanan yang lebih besar,
untuk mendorong darah melintasi pembuluh darah yang
menyempit. Hal ini disebabkan peningkatan dalam afterload
jantung dan biasanya berkaitan dengan peningkatan tekanan
diastolic. Apabila peningkatan afterload berlangsung lama, maka
ventrikl kiri mungkin mulai mengalami hipertropi (membesar).
Dengan hipertropi, kebutuhan ventrikel akan oksigen semakin
meningkat sehingga ventrikel harus mampu memompa darah
secara lebih keras lagi untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Pada
hipertropi, saraf-saraf otot jantung juga mulai tegang melebihi
panjang normalnya yang pada akhirnya menyebabkan penurunan
kontraktilitas dan volume sekuncup. (Andra saferi wijaya & yessie
mariza putri,2013 : 53-54)
c. Anatomi fisiologi
System kardiovaskuler terdiri dari :
1) Jantung merupakan organ pemompa yang besar yang
memelihara peredaran melalui seluruh tubuh
2) Arteri membawa darah dari jantung
3) Vena membawa darah ke jantung
-
33
4) Kapiler menggabungkan arteri dan vena, terentang di antaranya
dan merupakan jalan lalu lintas antara makanan dan bahan
buangan. Di sini juga terjadi pertukaran gas dalam cairan
extraseluler atau interstisiil. (Evelyn C.pearce,2008 : 121)
d. Patofisiologi
Kepastian mengenai patofisiologi hipertensi masih dipenuhi
ketidak pastian. Sejumlah kecil pasien (antara 2% dan 5 % )
memiliki penyakit dasar ginjal atau adrenal yang menyebabkan
peningkatan tekanan darah. Namun, masih belum ada penyebab
tunggal yang dapat diidentifikasi dan kondisi inilah yang disebut
sebagai hipertensi esensial. Sejumlah mekanisme fisiologis
terlibat dalam pengaturan tekanan darah normal, yang kemudian
dapat turut berperan dalam terjadinya hipertensi esensial.
Beberapa faktor yang saling berhubungan mungkin juga turut
serta menyebabkan peningkatan tekanan darah pada pasien
hipertensi, dan peran mereka berbeda pada setiap individu. Di
antara faktor-faktor yang telah di pelajari secara intensif adalah
asupan garam, obesitas dan resistensi insulin, system renin-
angiotensin, dan system saraf simpatis. Pada beberapa tahun
belakangan, faktor lainnya telah dievaluasi, termasuk genetik,
disfungsi endoltel (yang tampak pada perubahan endotelin dan
nitrat oksida).
-
34
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi
pembuluh darah terletak di pusat vasomotor, pada medulla di otak.
Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang
berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna
medulla spinallis ke ganglia simpatis di toraks dan abdomen.
Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls
yang bergerak ke bawah melalui saraf simpatis ke ganglia simpatis.
Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang
akan merangsang serabut saraf paska ganglion ke pembuluh darah,
dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan
konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan
ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap
rangsang vasokontriktor. Individu degan hipertensi sangat sensitive
terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas
mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana system saraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal
juga terangsang mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi.
Medulla adrenal mengsekresi epinefrin yang menyebabkan
vasokontriksi. Korteks adrenal mengsekresi kortisol dan steroid
lainnya, yang dapat memeperkuat respon vasokontrikor pembuluh
darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah
-
35
ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang
pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi
angiotensin II, suatu vasokonstrikor kuat, yang pada giliranya
merangsang sekresi aldosterone oleh korteks adrenal. Hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal,
menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor
tersebut cenderung pencetus keadaan hipertensi.
Perubahan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh
darah perifer bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah
yang terjadi pada lanjut usia. Perubahan tersebut meliputi
aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat, dan penurunan
dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya
menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah.
Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya
dalam mengakomodasi volume darah yang di pompa oleh jantung
(volume sekuncup), mengakibatkan penurunan curah jantung dan
penigkatan tahanan perifer (Brunner & Suddarth, 2005). (Andra
saferi wijaya & yessie mariza putri,2013 : 54-55)
e. Manifesstasi klinik
Pada pemeriksaan fisik, tidak dijumpai kelainan apapun selain
tekanan darah yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan
pada retina, seperti perdarahan, eksudat (kumpulan cairan),
-
36
penyempitan pembuluh darah, dan pada kasus berat, edema pupil
(edema pada diskus optikus).
Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakan
gejala sampai bertahun-tahun. Gejala bila ada menunjukan adanya
kerusakan vaskuler, dengan manifestasi yang khas sesuai system
organ yang divaskularisasi oleh pembuluh darah bersangkutan.
Perubahan patologis pada ginjal dapat bermanifestasi sebagai
nokturia (peningkatan urinasi pada malam hari) dan azetoma
(peningkatan nitrogen urea darah), (BUN) dan (kreatinin).
Keterlibatan pembuluh darah otak dapat menimbulkan stroke atau
serangan iskemik transien yang bermanifestasi sebagai paralysis
sementara pada satu sisi (hemiplegia atau gangguan tajam
pengelihatan) (Brunner & Suddarth, 2005).
Crowin (2000) menyebutkan bahwa sebagian besar gejala
klinis timbul :
1) Nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan
muntah, akibat peningkatan tekanan darah intracranial.
2) Penglihatan kabur akibat kerusakan retina akibat hipertensi.
3) Ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan
susunan saraf pusat.
4) Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi
glomerulus.
-
37
5) Edema depeden dan pembengkakan akibat peningkatan
kapiler. (Andra saferi wijaya & yessie mariza putri,2013 :
55-56)
f. Pemeriksaan diagnostic
1) Hb/Ht : untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume
cairan (viskositas) dan dapat mengindikasi faktor resiko seperti
: hipokoagulabilitas.
2) BUN / kreatinin
Memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal.
3) Glukosa
Hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapat
diakibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin.
4) Urinalisa
Darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal dan
ada DM.
5) CT Scan
Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.
6) EKG
Dapat menunjukan pola regangan, dimana luas, peninggian
gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung,
hipertensi.
-
38
7) IUP
Mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti : Batu ginjal,
perbaikan ginjal.
8) Poto dada
Menunjukan destruksi klasifikasi pada area katup, pembesaran
jantung.
g. Manajemen medic
1) Penatalaksanaan Nonfarmakologi
Penatalaksanaan nonfaramakologis dengan modifikasi gaya
hidup sangat penting dalam mencegah tekanan darah tinggi dan
merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam
mengobati tekanan darah tinggi (Ridwanamiruddin,2007).
Penatalaksanaan hipertensi dengan nonfarmakologis terdiri dari
berbagai macam cara modifikasi gaya hidup untuk menurunkan
tekanan darah yaitu :
a) Mempertahankan berat badan ideal sesuai Body Mass Index
(BMI) dengan rentang 18,5 24,9 kg/m2 (Kaplan, 2006).
BMI dapat diketahui dengan membagi berat badan anda
dengan tinggi badan yang telah di kuadratkan dalam satuan
meter. Mengatasi obesitas (kegemukan) juga dapat
dilakukan dengan melakukan diet rendah kolesterol namun
kaya dengan serat dan protein (pfizerpeduli.com), dan jika
-
39
berhasil menurunkan berat badan 2,5 5 kg maka tekanan
darah diastolic dapat diturunkan sebanyak 5 mmHg
(Radmarssy, 2007).
b) Kurangi asupan natrium (sodium)
Mengurangi asupan natrium dapat dilakukan dengan cara
diet rendah garam yaitu tidak lebih dari 100 mmoL/hari
(kira-kira 6 gr NaCl atau 2,4 gr garam / hari) (Kaplan,
2006). Jumlah yang lain dengan mengurangi asupan garam
sampai kurang dari 2300 mg (1 senok the) setiap hari.
Pengurangan konsumsi garam menjadi sendok the/hari,
dapat menurunkan tekanan sistolik sebanyak 5 mmHg dan
tekanan diastolic sekitar 2,5 mmHg (Radmarssy, 2007).
c) Batasi konsumsi alcohol
Radmarssy (2007) mengatakan bahwa konsumsi alcohol
harus dibatasi karena konsumsi alcohol berlebihan dapat
meningkatkan tekanan darah. Para peminum berat
mempunyai resiko mengalami hipertensi empat kali lebih
besar dari pada mereka yang tidak minum minuman
beralkohol.
d) Makan K dan Ca yang cukup dari diet
Pertahankan asupan diet potassium (>90 mmol (3500 mg) /
hari) dengan cara konsumsi diet tinggi buah dan sayur dan
-
40
diet rendah lemak dengan cara mengurangi asupan lemak
jenuh dan lemak total (Kaplan, 2006). Kalium dapat
menurunkan tekanan darah dengan meningkatkan jumlah
natrium yang terbuang bersama air kencing. Dengan
setidaknya mengonsumsi buah-buahan sebanyak 3-5 kali
dalam sehari, seseorang bisa mencapai asupan potassium
yang cukup (Radmarssy, 2007).
e) Menghindari merokok
Merokok memang tidak berhubungan secara langsung
dengan timbulnya hipertensi, tetapi merokok dapat
meningkatkan resiko komplikasi pada pasien hipertensi
seperti jantung dan stroke, maka perlu dihindari
mengkosumsi tembakau (rokok) karena dapat memperberat
hipertensi (Dalimartha, 2008).
f) Penurunan stress
Stress memang tidak menyebabkan hipertensi yang menetap
namun jika episode stress sering terjadi dapat menyebabkan
kenaikan sementara yang sangat tinggi (Sheps, 2005).
Menghindari stress dengan menciptakan suasana yang
menyenangkan bagi penderita hipertensi dan
memperkenalkan berbagai metode relaksasi seperti yoga
atau meditasi yang dapat mengontrol system saraf yang
-
41
akhirnya dapat menurunkan tekanan darah
(pfizerpeduli.com).
g) Terapi masase (pijat)
Menurut Dalimartha (2008), pada prinsipnya pijat yang
dilakukan pada penderita hipertensi adalah untuk
memperlancar aliran energi dalam tubuh sehingga gangguan
hipertensi dan komplikasinya dapat diminimalisir, ketika
semua jalur energi terbuka dan aliran energi tidak lagi
terhalang oleh ketegangan otot dan hambatan lain maka
resiko hipertensi dapat ditekan.
2) Pengobatan Farmakologi :
a) Diuretik (Hidroklorotiazid)
Mengeluarkan cairan tubuh sehingga volume cairan
ditubuh berkurang yang mengakibatkan daya
pompa jantung menjadi lebih ringan.
b) Penghambat Simpatetik (Metildopa, Klonidin dan
Reserpin)
Menghambat aktivitas saraf simpatis.
c) Betabloker (Metoprolol, Propanolol dan Atenolol)
(1) Menurunkan daya pompa jantung.
-
42
(2) Tidak dianjurkan pada penderita yang telah
diketahui mengidap gangguan pernapasan
seperti asma bronkial.
(3) Pada penderita diabetes mellitus : dapat
menutupi gejala hipoglikemia.
d) Vasodilator (Prasosin, Hidralasin)
Bekerja langsung pada pembuluh darah dengan
relaksasi otot polos pembuluh darah.
e) ACE inhibitor (Captopril)
(1) Menghambat pembentukan zat Angiotensin II.
(2) Efek samping : batuk kering, pusing, sakit
kepala dan lemas.
f) Penghambatan Reseptor Angiotensin II (Valsartan)
Menghalangi penempelan zat Angiotensin II pada
reseptor sehingga memperingan daya pompa
jantung.
g) Antagonis kalsium (Diltiasem dan Verapamil)
Menghambat kontraksi jantung (kontraktilitas).
(Andra saferi wijaya & yessie mariza putri,2013 :
56-58)
-
43
3. Dampak resiko tinggi pada fungsi keluarga
Resiko pada fungsi keluarga ialah sebagai berikut :
a. Fungsi ekonomi
Menjelaskan bagaimana upaya keluarga dalam pemenuhan kebutuhan
sandang, pangan, dan papan serta pemanfaatan lingkungan rumah
untuk meningkatkan penghasilah keluarga dan kemampuan keluarga
dalam pemanfaatan sumber yang ada di masyarakat sekitar untuk
meningkatkan status kesehatannya.
b. Fungsi mendapatkan status sosial.
Menjelaskan tentang upaya keluarga untuk memperoleh status sosial
di masyarakat tempat tinggal keluarga.
c. Fungsi pendidikian
Menjelaskan upaya yang dilakukan keluarga dalam keluarga dalam
pendidikan selain upaya yang diperoleh dari sekolah atau masyarakat
sekitar.
d. Fungsi sosialisasi
Menjelaskan tentang hubungan anggota keluarga, sejauh mana
anggota keluarga belajar tentang disiplin, nilai, norma, budaya dan
perilaku yang berlaku di keluarga dan masyarakat.
e. Fungsi pemenuhan (perawatan/pemeliharaan)kesehatan
Berkaitan dengan tugas keluarga di bidang kesehatan, yaitu mengenai
masalah, memutuskan tindakan yang tepat, merawat anggota keluarga
-
44
yang sakit, memelihara atau memodifikasi lingkungan yang
menunjang terhadap kesehatan dan memanfaatkan fasilitas pelayanan
kesehatan yang ada.
f. Fungsi religius
Menjelaskan tentang kegiatan keagamaan yang dipelajari dan
dijalankan oleh keluarga yang berhubungan dengan kesehatan.
g. Fungsi rekreasi
Menjelaskan kemampuan dan kegiatan keluarga untuk melakukan
rekreasi secara bersama baik di luar dan dalam rumah, juga tentang
kuantitas yang dilakukan.
h. Fungsi reproduksi
Menjelaskan tentang bagaimana rencana keluarga dan upaya
pengendalian jumlah anggota keluarga serta bagaimana keluarga
menjelaskan kepada anggota keluarga tentang pendidikan seks yang
dini dan benar.
i. Fungsi afeksi
Menjelaskan gambaran diri anggota keluarga, perasaan memiliki dan
dimiliki dalam keluarga, dukungan anggota keluarga, hubungan
psikososial dalam keluarga dan bagaimana keluarga mengembangkan
sikap saling menghargai.
-
45
B. Proses Keperawatan Keluarga dengan Hipertensi Pada Lansia
1. Konsep Dasar Lansia
a. Pengertian proses menua
Proses menua (Ageing process) merupakan proses yang terus
menerus (berlanjut) secara alamiah, dimulai sejak lahir dan umumnya
dialami oleh semua makhluk hidup. Menua (menjadi tua) adalah suatu
proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan
untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi
normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan
memperbaiki kerusakan yang diderita. (Suparyanto, 2010)
b. Penyakit yang sering dijumpai pada lanjut usia
Stieglitz (1945) yang dikutip oleh Suparyanto (2010)
mengemukakan ada empat penyakit yang sangat erat hubungannya
dengan proses menua, yaitu :
1) Gangguan sirkulasi darah, seperti hipertensi, kelainan pembuluh
darah, gangguan pembuluh darah di otak (koroner) dan ginjal.
2) Gangguan metabolisme hormonal seperti diabetes mellitus,
klimakterium dan ketidakseimbangan tiroid.
3) Gangguan pada persendian seperti osteoartritis, gout, artritis
ataupun penyakit kolagen lainnya.
4) Neoplasma.
-
46
c. Pengkajian fokus pada lansia
1) Katz Indeks
Tabel 2.1 A Mandiri dalam makan, kontinensia (BAK, BAB), menggunakan
pakaian, pergi ke toilet, berpindah dan mandi
A
B Mandiri semuanya kecuali salah satu saja dari fungsi di atas B
C Mandiri, kecuali mandi dan satu lagi fungsi di atas C
D Mandiri, kecuali mandi, berpakaian dan satu fungsi yang lain D
E Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, ke toilet dan satu fungsi yang
lain
E
F Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, ke toilet, berpindah dan satu
fungsi yang lain
F
G Ketergantungan untuk semua fungsi di atas G
2) Barthel Indeks
Tabel 2.2 No Kriteria Dengan bantuan Mandiri
1 Makan 5 10
2 Minum 5 10
3 Berpindah dari kursi roda ke tempat
tidur dan sebaliknya
5-10 15
4 Personal toilet (cuci muka, menyisir
rambut, gosok gigi)
0 5
5 Keluar masuk toilet (mencuci
pakaian, menyeka tubuh, menyiram)
5 10
6 Mandi 5 15
7 Jalan di tempat datar 0 5
8 Naik turun tangga 5 10
9 Mengenakan pakaian 5 10
10 Kontrol bowel (BAB) 5 10
11 Kontrol blader (BAK) 5 10
12 Olahraga/latihan 5 10
13 Rekreasi/pemanfaatan waktu luang 5 10
Keterangan :
130 : mandiri
65-125 : ketergantungan sebagian
60 : ketergantungan total
-
47
3) Test keseimbangan Tabel 2.3
A Perubahan posisi/gerakan keseimbangan 0 1
1 Bangun dari kursi
2 Duduk dari kursi
3 Menahan dorongan pada sternum
4 MataTertutup
5 Perputaran leher
6 Gerakan Menggapai sesuatu
7 Membungkuk
B Komponen Gaya Berjalan 0 1
8 Berjalan sesuai perintah
9 Kemampuan mengangkat kaki saat berjalan
10 Kontinuitas langkah kaki saat berjalan
11 Kesimetrisan Langkah
12 Penyimpangan jalur pada saat berjalan
13 Berbalik
Total
Keterangan :
0-5 : risiko jatuh
6-10 : risiko jatuh sedang
11-13 : risiko jatuh tinggi
4) Data psikologis yang mencakup :
Status emosional
Tabel 2.4
a
b
c
d
Mengalami sukar tidur
Sering merasa gelisah
Sering murung atau menangis sendiri
Sering was-was atau khawatir
Ya Tidak
Jika jawaban diatas lebih dari satu, maka lanjutkan dengan pertanyaan
berikut :
-
48
Tabel 2.5
No Data Ya Tidak
A Keluhan lebih dari 3 bulan atau lebih
dari1kali dalam 1 bulan
B Ada masalah atau banyak pikiran
C Ada gangguan/masalah dengan keluarga
lain
D Menggunakan obat tidur/penenang atas
anjuran dokter
E Cenderung mengurung diri
(1) Status mental (Short Portable Mental Status Quissionaire (SPMSQ))
Tabel 2.6
No Pertanyaan Benar Salah
1 Tanggal berapa hari ini ?
2 Hari apa sekarang ini ?
3 Apa nama tempat ini ?
4 Dimana alamat anda ?
5 Berapa umur anda ?
6 Kapan anda lahir ? (minimal tahun lahir)
7 Siapa presiden Indonesia sekarang ?
8 Siapa presiden Indonesia sebelumnya ?
9 Siapa nama ibu anda ?
10 Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 dari setiap
angka baru semua secara menurun
TOTAL
Keterangan :
Salah 0-3 : fungsi intelektual utuh
Salah 4-5 : kerusakan intelektual ringan
Salah 6-8 : kerusakan intelektual sedang
Salah 9-10 : kerusakan intelektual berat
(2) Status kognitif (Mini Mental Status Examination (MMSE))
Tabel 2.7 No Aspek Kognitif Nilai
maks
Nilai klien Kriteria
1 Orientasi 5 Menyebutkan dengan benar:
Tahun
-
49
Musim
Tanggal
Hari
Bulan
Orientasi 5 Dimana kita sekarang berada ?
Negara Indonesia
Provinsi Jawa Barat
Kota .
PTSW
Wisma
2 Registrasi 3 Sebutkan nama 3 0bjek (oleh
pemeriksa) 1 detik untuk
mengatakan masing-masing obek.
Kemudian tanyakan kepada klien ke 3 objek tadi (untuk disebutkan)
Objek
Objek
Objek
3 Perhatikan dan
kalkulasi
5 Minta klien untuk mulai dari
angka 100 kemudian dikurangi 7
sampai 5 kali / tingkat. 93, 86, 79,
72, 65
4 Mengingat 3 Minta klien untuk mengulangi ke
3 objek pada nomor 2 (registrasi).
Bila benar 1 poin untuk masing-
masing objek.
5 Bahasa 9 a. Menyebutkan nama benda yang ditunjuk minimal 2
b. Kemampuan mengulang kata
Tak ada jika, tetapi, atau c. Kemampuan melakukan
perintah
Mengambil
Melakukan sesuatu terhadap benda yang
diambil
Menaruh d. Kemampuan menutup mata e. Kemampuan menulis 1
kalimat
f. Kemampuan menyalin gambar
TOTAL
-
50
Keterangan :
> 23 : aspek kognitif dari fungsi intelektual baik
18-22 : kerusakan aspek fungsi mental ringan
< 17 : terdapat kerusakan aspek fungsi mental berat
C. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Hipertensi
Proses keperawatan keluarga merupakan suatu proses yang kompleks
dan bersifat dinamis, menggunakan pendekatan yang sistematis pada
keluaraga dan anggota keluarga dengan menggunakan metode ilmiah. Proses
keperawatan keluarga mengikuti pola keperawatan secara umum yang terdiri
dari pengkajian, perencanaan, intervensi, implementasi dan evaluasi.
(Yohanes Dion & Yasinta Betan, 2013 : 63)
Tahap-tahap dalam proses keperawatan saling tergantung satu sama
lainnya yang menggambarkan perkembangan dari tahap yang satu ke tahap
yang lain, dengan tahap-tahap sebagai berikut :
1. Pengkajian
Pengkajian adalah suatu tahapan ketika seorang perawat mengumpulkan
informasi secara terus menerus tentang keluarga yang dibinanya.
(Suprajitno, 2004 : 29) Tahap ini mencakup pengumpulan data,
analisis/interpretasi data tentang kondisi bio, psiko, sosio, kultural, dan
spritual klien. Pengkajian merupakan langkah awal pelaksanaan asuhan
-
51
keperawatan keluarga. Pada kegiatan pengkajian ada beberapa tahap yang
perlu dilakukan, yaitu :
a. Membina hubungan yang baik
Hubungan yang baik antara perawat dan klien (keluarga) merupakan
modal utama pelaksanaa asuhan keperawatan, hubungan yang baik ini
dapat dibentuk dengan menerapkan komunikasi terapetik yang
merupakan strategi perawat untuk memberikan bantuan pada klien
untuk memenuhi kebutuhan kesehatannya, ada beberapa hal yang
perlu dilakukan yaitu :
1) Diawali dengan perawat memperkenalkan diri dengan sopan dan
ramah
2) Menjelaskan tujuan kunjungan
3) meyakinkan keluarga bahwa kehadiran perawat adalah untuk
membantu keluarga menyelesaikan maslah kesehatan yang ada di
keluarga
4) Menjelaskan luas kesanggupan bantuan perawat yang dapat
dilakukan
5) Menjelaskan kepada keluarga siapa tim kesehatan lain yang
menjadi jaringan perawat
b. Pengkajian awal, pengkajian ini terfokus sesuai data yang diperoleh
dari unit pelayanan kesehatan.
-
52
c. Pengkajian lanjutan (tahap kedua), adalah tahap pengkajian untuk
memperoleh data yang lebih lengkap sesuai masalah kesehatan
keluarga yang berorientasi pada pengkajian awal. Pada pengkajian
lanjutan ini perawat perlu mengungkap keadaan keluarga hingga
penyebab dari masalah kesehatan yang paling mendasar. Data yang
harus diperoleh pada pengkajian yang meliputi :
1) Data umum
Data ini mencakup kepala keluarga (KK), alamat lengkap dan
telpon, pekerjaan KK, komposisi keluarga dan genoram keluarga.
Data lain yang perlu dikaji yang termasuk ke dalam data umum
adalah tipe keluarga, suku bangsa, agama, status sosial ekonomi
keluarga serta aktitas rekreasi keluarga.
2) Riwayat dan tahap perkembangan keluarga, yaitu meliputi :
a) Tahap perkembangan keluarga saat ini, yaitu tahap
perkembangan tertinggi yang dicapai keluarga saat ini yang
ditentukan oleh anak tertua dari keluarga tersebut.
b) Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi, yaitu
menjelaskan tentang tugas keluarga yang belum terpenuhi dan
kendala yang dihadapi oleh keluarga. Juga dilakukan
pengidentifikasian mengapa tugas keluarga belum terpenuhi
dan upaya yang telah dilakukannya.
-
53
c) Riwayat kesehatan keluarga inti, menjelaskan riwayat
kesehatan keluarga inti, riwayat kesehatan masing-masing
anggota keluarga, perhatian terhadap upaya pencegahan
penyakit, upaya dan pengalaman keluarga terhadap pelayanan
kesehatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan kesehatan.
d) Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya (generasi di atsnya).
Dalam hal ini menjelaskan riwayat kesehatan generasi diatas
orang tentang riwayat penyakit keturunan, upaya generasi
tersebut tentang upaya penanggulangan penyakit, upaya
kesehatan yang dipertahankan sampai saat ini.
3) Data lingkungan, meliputi :
a) Karakteristik rumah
Menjelaskan tentang hasil identifikasi rumah yang dihuni
keluarga meliputi luas rumah, tipe rumah, jumlah ruangan,
pemanfaatan ruangan jumlah ventilasi, peletakan perabot
rumah tangga, sarana pembuangan air limabah dan kebutuhan
mck (mandi, cuci, kakus), sarana air bersih dan minum yang
digunakan.
b) Karakteristik tetangga dan komunitasnya
Menjelaskan tentang karakteristik dari tetangga dan komunitas
setempat, yaitu tempat keluarga bertempat tinggal meliputi
kebiasaan seperti lingkungan fisik, nilai atau norma serta
-
54
aturan/kesepakatan penduduk setempat dan budaya setempat
yang mempengaruhi kesehatan.
c) Mobilitas geografis keluarga
Menggambarkan mobilitas keluarga dan anggota keluarga dan
ada keluarga yang sering berpindah tempat atau ada anggota
keluarga yang tinggal jauh dan sering berkunjung pada
keluarga yang dibina.
d) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Menjelaskan mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk
berkumpul serta perkumpulan keluarga yang ada dan sejauh
mana keluarga berinteraksi dengan masyarakat sekitarnya.
e) Sistem pendukung keluarga
Menjelaskan anggota keluarga yang sehat dan fasilitas keluarga
yang menunjang kesehatan (askes, jamsostek, kartu sehat,
asuransi, dll). Fasilitas fisik yang dimiliki anggota keluarga
(peralatan kesehatan), dukungan psikologis anggota keluarga
dan fasilitas sosial yang ada di sekitar keluarga yang dapat
digunakan untuk meningkatkan upaya kesehatan.
-
55
4) Struktur keluarga
a) Struktur peran
Menjelaskan tentang peran masing-masing anggota keluarga
secara formal maupun informal baik di keluarga atau
masyarakat.
b) Nilai atau norma keluarga
Menjelaskan nilai atau norma yang dipelajarii dan dianut oleh
keluarga yang berhubungan dengan kesehatan.
c) Pola komunikasi keluarga
Menjelaskan bagaimana cara keluarga berkomunikasi, siapa
pengambil keputusan utama dan bagaimana peran anggota
keluarga dalam menciptakan komunikasi serta hal apa yang
mempengaruhi komunikasi keluarga.
d) Struktur kekuatan keluarga
Menjelaskan tentang kemampuan keluarga untuk
mempengaruhi dan mengendalikan anggota keluarga untuk
mengubah perilaku yang berhubungan dengan kesehatan.
5) Fungsi Keluarga
a) Fungsi ekonomi
Menjelaskan bagaimana upaya keluarga dalam pemenuhan
kebutuhan sandang, pangan, dan papan serta pemanfaatan
-
56
lingkungan rumah untuk meningkatkan penghasilah keluarga
dan kemampuan keluarga dalam pemanfaatan sumber yang ada
di masyarakat sekitar untuk meningkatkan status kesehatannya.
b) Fungsi mendapatkan status sosial.
Menjelaskan tentang upaya keluarga untuk memperoleh status
sosial di masyarakat tempat tinggal keluarga.
c) Fungsi pendidikian
Menjelaskan upaya yang dilakukan keluarga dalam keluarga
dalam pendidikan selain upaya yang diperoleh dari sekolah
atau masyarakat sekitar.
d) Fungsi sosialisasi
Menjelaskan tentang hubungan anggota keluarga, sejauh mana
anggota keluarga belajar tentang disiplin, nilai, norma, budaya
dan perilaku yang berlaku di keluarga dan masyarakat.
e) Fungsi pemenuhan (perawatan/pemeliharaan)kesehatan
Berkaitan dengan tugas keluarga di bidang kesehatan, yaitu
mengenai masalah, memutuskan tindakan yang tepat, merawat
anggota keluarga yang sakit, memelihara atau memodifikasi
lingkungan yang menunjang terhadap kesehatan dan
memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada.
-
57
f) Fungsi religius
Menjelaskan tentang kegiatan keagamaan yang dipelajari dan
dijalankan oleh keluarga yang berhubungan dengan kesehatan.
g) Fungsi rekreasi
Menjelaskan kemampuan dan kegiatan keluarga untuk
melakukan rekreasi secara bersama baik di luar dan dalam
rumah, juga tentang kuantitas yang dilakukan.
h) Fungsi reproduksi
Menjelaskan tentang bagaimana rencana keluarga dan upaya
pengendalian jumlah anggota keluarga serta bagaimana
keluarga menjelaskan kepada anggota keluarga tentang
pendidikan seks yang dini dan benar.
i) Fungsi afeksi
Menjelaskan gambaran diri anggota keluarga, perasaan
memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan anggota
keluarga, hubungan psikososial dalam keluarga dan bagaimana
keluarga mengembangkan sikap saling menghargai.
6) Stress dan koping keluarga
a) Stressor jangka pendek dan jangka keluarga
Menjelaskan kemampuan keluarga dalam berespons terhadap
stressor dan strategi koping yang digunakan untuk
menyelesaikan stressor baik itu stressor jangka pendek
-
58
(memerlukan waktu penyelesaian kurang lebih 6 bulan)
maupun stressor jangka panjang (memerlukan waktu lebih dari
6 bulan)
b) Pemeriksaan kesehatan
Pemeriksaan kesehatan pada setiap anggota keluarga
menggunakan sistem pemeriksaan fisik secara head to toe.
Pemeriksaan fisik dilakukan secara head to toe, meliputi :
(1) Keadaan umum
Kesadaran : compos mentis
Tanda-tanda vital :TD: sistolik 160 mmHg
diastolik 90mmHg.
RR : 20 x / menit
N : 96 x/menit
S : 36 o C
(2) Kepala : Bentuk simetris tidak ada lesi atau hematoma
tidak ada eedema, tidak ada benjolan warna rambut,
distribusi.
(3) Mata : Bentuk simetris , reflek positif pupil terhadap
rangsangan cahaya, fungsi pengelihatan biasanya menurun,
konjungtiva unanemis visus 3 : 6, reflek mengedip, hygiene
bersih, scelera terilhat kekuningan.
-
59
(4) Hidung : Bentuk simetris, fungsi penciuman baik, tidak
ada nyeri tekan, tidak ada pernapasan cuping hidung, tidak
ada sinus, hygiene.
(5) Telinga : Bentuk simetris, tidak ada nyeri tekan, fungsi
pendengaran biasanya menurun, hygiene.
(6) Mulut : Hygiene, jumlah gigi , ovula berada di tengah-
tengah, tidak ada pendarahan gusi.
(7) Leher : Tidak ada pembesaran KGB, tidak ada nyeri tekan,
tidak ada pembesaran JVP, tidak ada nyeri menelan.
(8) Dada : Bentuk simetris, terdapat retraksi dada, pergerakan
dada simetris, suara paru vaskuler, bunyi paru sonor, bunyi
jantung s1 dan s2 tidak ada bunyi tambahan.
(9) Abdomen : Bentuk datar dan Simetris, umbilicus bersih,
tidak ada pembesaran hati, tidak ada nyeri tekan pada
epigastrium, bising usus 8 x/ mnt, tidak terdapat distensi
abdomen.
(10) Genetalia : hygiene, bentuk, nyeri tekan.
(11) Ektremitas :
a) Atas : bentuk simetris reflek bisef, dan trisef positif,
jumlah jari lengkap, akral hangat, di tumbuhi rambut,
tidak ada edema, tonus otot kanan 5 kiri 5.
-
60
b) Bawah : bentuk simetris, reflek patella positif, jumlah
jari lengkap, di tumbuhi rambut, tidak ada kontraktur
sendi tingkat gradasi, tonus otot kanan 5 kiri 5.
7) Harapan Keluarga
Menjelaskan bagaimana harapan keluarga terhadap perawat
(petugas kesehatan) untuk membantu menyelesaikan masalah
kesehatan yang terjadi.
2. Diagnosa keperawatan keluarga
Diagnosa keperawatan merupakan pernyataan yang dirumuskan
berdasarkan data yang dirumuskan tentang respon klien terhadap masalah
kesehatan serta faktor penyebab (etiologi) yang berkontribusi terhadap
timbulnya masalah yang perlu diatasi dengan tindakan/intervensi
keperawatan. (Suprajitno, 2004 : 24)
Menurut Suprajitno (2004 : 42), perumusan diagnosa keperawatan
keluarga menggunakan aturan yang telah disepakati yang teridir dari :
a. Masalah (problem, P) adalah suatu pernyataan yang tidak terpenuhinya
kebutuhan dasar manusia yang dialami oleh keluarga atau anggota
(individu) keluarga.
b. Penyebab (etiologi, E), adalah suatu pernyataan yang dapat
menyebabkan masalah dengan mengacu kepada lima tugas keluarga
yaitu mengenal masalah, mengambil keputusan yang tepat, merawat
-
61
anggota keluarga, memelihara lingkungan atau memanfaatkan fasilitas
pelayanan kesehatan.
c. Tanda (sign, S), adalah sekumpulan data subjektif dan data objektif
yang diperoleh perawat dari keluarga secara langsung atau tidak yang
mendukung masalah dan penyebab.
Tipologi diagnosa keperawatan keluarga dibedakan menjadi tiga
kelompok, yaitu :
a. Diagnosa aktual
Adalah masalah keperawatan yang sedang dialami oleh keluarga dan
memerlukan bantuan dari perawat dengan cepat.
b. Diagnosa risiko/risiko tinggi
Adalah masalah keperawatan yang belum terjadi, tetapi tanda untuk
menjadi masalah aktual dapat terjadi dengan cepat apabila tidak segera
mendapat bantuan perawat.
c. Diagnosa potensial
Adalah suatu keadaan sejahtera dari keluarga ketika keluarga telah
mampu memenuhi kebutuhan kesehatannya dan mempunyai sumber
penunjang kesehatan yang memungkinkan dapat terjadi.
Masalah keperawatan keluarga yang mungkin muncul pada klien
dengan hipertensi (Andra Saferi Wijaya & Yessie Mariza putri, 2013 :
60) adalah :
-
62
1). Nyeri (sakit kepala)
2). Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung
3). Potensial perubahan perfusi jaringan
Untuk menentukan diagnosa pada keperawatan keluarga maka etiologi
dihubungkan pada lima tugas keluarga menurut Suprajitno (2004, 17-18)
yaitu:
a) Mengenal masalah kesehatan keluarga.
b) Memutuskan tindakan yang tepat bagi keluarga.
c) Merawat anggota keluarga yang sakit.
d) Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan
keluarga.
e) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan.
Apabila diagnosa keperawatan yang dirimuskan lebih dari satu,
maka harus dilakukan skoring (penilaian) diagnosa keperawatan.
Proses skoring menggunakan skala yang telah dirumuskan oleh
Bailon dan Maglaya (1978) dalam Suprajitno (2004 : 45-46)
Skala dalam Menentukan Prioritas Diagnosa Keperawatan
Menurut Bailon dan Maglaya (1978)
Tabel 2.8
No Kriteria Skor Bobot
1 Sifat masalah
Skala : Tidak/kurang sehat
Ancaman kesehatan
3
2
1
-
63
Keadaan sejahtera 1
2 Kemungkinan masalah dapat diubah
Skala : Mudah
Sebagian
Tidak dapat
2
1
0
2
3 Potensial masalah untuk dicegah
Skala : Tinggi
Cukup
Rendah
3
2
1
1
4 Menonjolnya masalah
Skala : Masalah berat, harus segera ditangani
Ada masalah tetapi tidak perlu ditangani
Masalah tidak dirasakan
2
1
0
1
(Sumber : Asuhan Keperawatan Keluarga; Aplikasi dalam Praktik.
Suprajitno, 2004: 46)
Proses skoring ini dilakukan untuk setiap diagnosa keperawatan yang
telah diidentifikasi. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam proses
skoring adalah :
(1) Tentukan skornya sesuai dengan kriteria yang dibuat perawat
(2) Skor dibagi dengan skor tertinggi dan dikalikan dengan bobot
Skor yang diperoleh x bobot
Skor tertinggi
-
64
(3) Jumlahkan skor untuk semua kriteria (skor maksimum sama
dengan jumlah bobot yaitu 5)
Setelah dilakukan proses skoring, langkah selanjutnya adalah
penyusunan prioritas masalah. Prioritas didasarkan pada diagnosa
keperawatan yang mempunyai skor tertinggi dan disusun berurutan
sampai skor yang terendah. Namun, dalam hal ini perawat harus
mempertimbangkan juga persepsi keluarga terhadap masalah
keperawatan mana yang perlu diatasi segera.
Penentuan prioritas sesuai dengan kriteria skala :
1) Untuk kriteria pertama, prioritas utama diberikan pada tidak atau
kurang sehat karena perlu tindakan segera dan biasanya disadari
oleh keluarga.
2) Untuk kriteria kedua, perlu diperhatikan :
a) Pengetahuan yang ada sekarang, teknologi dan tindakan
untuk menangani masalah
b) Sumber daya keluarga : fisik, keuangan dan tenaga
c) Sumber daya perawat : pengetahuan, keterampilan dan waktu
d) Sumber daya lingkungan : fasilitas, organisasi dan dukungan
3) Untuk kriteria ketiga perlu diperhatikan :
a) Kepelikan dari masalah yang berhubungan dengan penyakit
atau masalah
b) Lamanya masalah yang berhubungan dengan jangka waktu
-
65
c) Tindakan yang sedang dijalankan atau yang tepat untuk
memperbaiki masalah
d) Adanya kelompok yang berisiko untuk dicegah agar tidak
aktual dan menjadi parah
4) Untuk kriteria keempat, perawat perlu menilai persepsi atau
bagaimana keluarga menilai masalah keperawatan tersebut.
3. Perencanaan
Perencanaan asuhan keperawatan (nursing care plan) adalah acuan
tertulis yang terdiri dari berbagai intervensi keperawatan yang
direncanakan dapat mengatasi diagnosa keperawatan sehingga klien dapat
terpenuhi kebutuhan dasarnya. (Suprajitno, 2004: 24)
Ciri-ciri rencana perawatan keluarga menurut Effendy (1998 : 54) :
1) Berpusat pada tindakan-tindakan yang dapat memecahkan atau
meringankan masalah yang sedang dihadapi
2) Merupakan hasil dari suatu proses yang sistematis dan telah
dipelajari dan pikiran yang logis
3) Rencana perawatan keluarga berhubungan dengan masa yang akan
datang
4) Berkaitan dengan masalah kesehatan dan masalah keperawatan
yang diidentifikasi
5) Rencana perawatan merupakan cara untuk mencapai tujuan
6) Merupakan suatu proses yang berlangsung secara terus menerus
-
66
Perencanaan keperawatan keluarga (family care plan) mencakup tujuan
umum dan khusus yang didasarkan pada masalah yang dilengkapi dengan
kriteria dan standar yang mengacu pada penyebab. (Suprajitno, 2004: 49)
Rencana tindakan keperawatan terhadap keluarga, meliputi kegiatan yang
bertujuan :
1) Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai
masalah dan kebutuhan kesehatan dengan cara :
a) Memberikan informasi yang tepat
b) Mengidentifikasi kebutuhan dan harapan keluarga tentang
kesehatan
c) Mendorong sikap emosi yang mendukung upaya kesehatan
2) Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang
tepat dengan cara :
a) Mengidentifikasi konsekuensinya bila tidak melakukan
tindakan
b) Mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki dan ada di
sekitar keluarga
c) Mendiskusikan tentang konsekuensi tipe tindakan
3) Memberikan kepercayaan diri selama merawat anggota keluarga
yang sakit dengan cara :
a) Mendemonstrasika