Karya Tulis Ilmiah Johan Hikayat FOA1001021

of 163 /163
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA TN.S DENGAN HIPERTENSI PADA TN.S DI RT 03 RW 01 KELURAHAN TIPAR KECAMATAN CITAMIANG KOTA SUKABUMI KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Keperawatan Oleh JOHAN HIKAYAT FOA1001021 PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUKABUMI 2013

Embed Size (px)

Transcript of Karya Tulis Ilmiah Johan Hikayat FOA1001021

  • ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA TN.S DENGAN HIPERTENSI PADA TN.S DI RT 03 RW 01 KELURAHAN TIPAR KECAMATAN CITAMIANG

    KOTA SUKABUMI

    KARYA TULIS ILMIAH

    Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Keperawatan

    Oleh

    JOHAN HIKAYAT FOA1001021

    PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUKABUMI

    2013

  • LEMBAR PERSETUJUAN

    ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA TN.S DENGAN HIPERTENSI PADA TN.S DI RT 03 RW 01 KELURAHAN TIPAR KECAMATAN CITAMIANG

    KOTA SUKABUMI

    JOHAN HIKAYAT NIM : FOA 1001021

    Telah Diajukan dan Disetujui oleh Pembimbing Karya Tulis Ilmiah Sukabumi, Juli 2013

    Pembimbing

    Dewi Erna Marisa M.kep NIDN : 04161281103

    Mengetahui :

    Ketua Program Studi D III Keperawatan Universitas Muhammadiyah Sukabumi

    Sumirat Tresnayanti, S.kp NIK : 117206123

  • LEMBAR PENGESAHAN

    ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA TN.S DENGAN HIPERTENSI PADA TN.S DI RT 03 RW 01 KELURAHAN TIPAR

    KECAMATAN CITAMIANG KOTA SUKABUMI

    Karya Tulis Ilmiah ini telah Disidangkan Pada, Juli 2013

    Penguji I (satu) : Asep Rahmat S.Kep ( ) NIP : 19870724200901001 Penguji II (dua) : Hendri Hadiyanto, S.Kep.,Ners ( ) NIK : 117703053 Penguji III (tiga) : Dewi Erna Marisa M.Kep ( ) NIDN : 04161281103

    Mengetahui

    Ketua Program Studi DIII Keperawatan Universitas Muhammadiyah Sukabumi

    Sumirat Tresnayanti, S.kp NIK: 117206123

  • i

    PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN

    UNINIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUKABUMI

    2013

    JOHAN HIKAYAT, FOA1001021

    ABSTRAK

    ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA TN.S DENGAN HIPERTENSI

    PADA TN.S DI RT 03 RW 01 KELURAHAN TIPAR

    KECAMATAN CITAMIANG

    KOTA SUKABUMI

    x + 125 halaman, 4 bab, 22 tabel, 9 lampiran.

    Latar belakang penyusunan karya tulis ilmiah ini adalah adanya peningkatan

    angka kesakitan akibat penyakit hipertensi di dunia, Indonesia, jawa barat, sukabumi,

    hingga di daerah Tipar dari bulan januari 2012 sampai desember 2012. Maka penulis

    tertarik mengangkat kasus dengan Hipertensi di Tipar Rt 03 Rw 01 Kelurahan Tipar

    Kecamatan Citamiang Kota Sukabumi, serta melaksanakan asuhan keperawatan

    keluarga melalui pendekatan proses keperawatan. Metode penulisan yang di gunakan

    deskriptif dengan menggunakan tehnik pengumpulan data, wawancara, observasi,

    pemeriksaan fisik studi dokumentasi dan studi kepustakaan.

    Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah

    secara abnormal dan terus menerus. Setelah melakukan pengkajian pada Tn. S dengan

    hipertensi ditemukan masalah Nyeri dan resiko terjatuh. Dalam perencanaan tindakan

    keperawatan penulis tidak mengalami adanya hambatan karena adanya kerja sama

    dengan klien, keluarga yang kooperatif serta kerja sama tim kesehatan lainnya.

    Tindakan keperawatan disesuaikan dengan perencanaan yang sesuai dengan

    kebutuhan klien. Hasil evaluasi menunjukan sebagian besar diagnosa keperawatan

    yang ada telah teratasi. Kesimpulan pada kasus ini adanya kesenjangan antara teori

    dan masalah keperawatan pada Tn.S, diagnosa yang tidak muncul : potensial

    perubahan perfusi jaringan. Rekomendasi ditujukan kepada puskesmas agar dapat

    melakukan penyuluhan tentang kesehatan di daerah sekitarnya agar pendidikan

    kesehatan masyarakat meningkat, khususnya kesehatan klien & keluarga.

    Daptar Pustaka : 9 buku (2003 2013)

  • ii

    KATA PENGANTAR

    Segala puji hanya bagi Illahi Rabbi atas Dzat yang telah menciptakan semesta

    alam serta rahmat hidayah-Nya kepada penulis yang telah memberikan nikmat

    kesehatan, kesabaran dan karunia-Nya untuk dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah

    ini yang berjudul Asuhan Keperawatan Keluarga Tn. S Dengan Hipertensi Pada Tn.

    S Di Rt 03 Rw 01 Kelurahan Tipar Kecamatan Citamiang Kota Sukabumi . Yang

    diajukan sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas dalam menempuh

    Pendidikan Diploma III Program Studi D III Keperawatan Universitas

    Muhammadiyah Sukabumi.

    Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini banyak

    kekurangan dan jauh dari sempurna, hal ini disebabkan karena segala keterbatasan

    dan waktu yang dimiliki. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang

    sifatnya membangun dari berbagai pihak untuk menambah dan memperluas wawasan

    dalam menerapkan asuhan keperawatan sebagai salah satu tenaga yang professional.

    Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini, penulis banyak mendapat bantuan dari

    berbagai pihak berupa materi maupun dorongan moril dalam menyelesaikan karya

    tulis ilmiah ini, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang

    sebesa-besarnya kepada :

  • iii

    1. Bapak Prof. Dr. Asmawi Zaenul Selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Kota

    Sukabumi.

    2. Ibu Reny Sukmawani, SP., MP Selaku Wakil Rektor Bidang Akademik

    3. Bapak Idang Nurodin, S,Ip., MM Selaku Wakil Rektor Bidang Keuangan

    4. Bapak Drs. Sakti Alamsyah, M.Pd. Selaku Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan

    Universitas Muhammadiyah Kota Sukabumi.

    5. Ibu Sumirat Tresnayanti S.Kp selaku ketua program studi D III Keperawatan

    Universitas Muhammadiyah Kota Sukabumi

    6. Ibu dr. Hj. Ritanenny, ESM, MP Selaku Kepala Dinas Kesehatan Kota Sukabumi

    7. Ibu Dewi Erna Marisa. M.kep selaku penguji dan pembimbing satu dalam

    penyusunan studi kasus ini.

    8. Ibu dr. Nouva Riega Selaku Kepala Puskesmas Tipar Kota Sukabumi

    9. Seluruh Staf dosen, staf pengelola perpustakaan dan karyawan Universitas

    Muhammadiyah Sukabumi.

    10. Seluruh Staf Dinas kesehatan Kota Sukabumi, yang telah membantu penulis

    dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada Tn. S

    11. Seluruh Staf Pukesmas Tipar Kota Sukabumi yang telah membantu penulis dalam

    melaksanakan asuhan keperawatan pada Tn. S

    12. Kedua orang tuaku, mama dan papa yang selalu memberikan doa restunya dan

    dorongan baik moril maupun materil kepada penulis.

  • iv

    13. Klien Tn.S yang telah bersedia bekerja sama dengan penulis selama penulis

    melaksanakan asuhan keperawatan.

    Semoga apa yang telah mereka berikan mendapat balasan yang setimpal dari

    Allah SWT, amin. Penulis juga berharap semoga karya tulis ini bermanfaat bagi

    semua pihak yang membutuhkan khususnya bagi pengembangan ilmu kesehatan

    dan ilmu pengetahuan di bidang keperawatan.

    Harapan penulis semoga karya tulis ilmiah ini dapat berguna bagi pembaca

    umumnya dan tenaga perawat khususnya serta dapat dijadikan tambahan ilmu

    pengetahuan pada bidang perawatan.

    Sukabumi, Juli 2013

    Penulis

  • v

    DAFTAR ISI

    Halaman

    LEMBAR PERSETUJUAN ...

    LEMBAR PENGESAHAN

    LEMBAR PERSEMBAHAN .

    ABSTRAK . i

    KATA PENGANTAR ii

    DAFTAR ISI .. v

    DAFTAR TABEL .. ix

    DAFTAR LAMPIRAN . x

    BAB I : PENDAHULAN... 1

    A. Latar Belakang... 1

    B. Tujuan penulisan 4

    C. Metode telaahan. 5

    D. Sistematika penulisan. 8

    BAB II : TINJAUAN PUSTAKA .. 9

    A. Konsep Dasar Penyakit . 9

    1. Konsep Dasar Keluarga. 9

  • vi

    a. Definisi keluarga 9

    b. Struktur keluaraga.. 9

    c. Peran keluarga 10

    d. Fungsi keluarga.. 11

    e. Tahapan perkembangan keluarga. 16

    f. Tahapan keluarga mandiri. 21

    g. Keluarga yang beresiko tinggi dalam kesehatan. . 22

    h. Tugas keluarga dibidang kesehatan.. 25

    2. Konsep Penyakit. 29

    a. Definisi 29

    b. Etiologi 31

    c. Anatomi fisiologi. 32

    d. Patofisiologi. 33

    e. Manifestasi klinik. 35

    f. Pemeriksaan diagnostik 37

    g. Manajemen medik 38

    3. Dampak resiko tinggi pada fungsi keluarga .. 43

    B. Proses Keperawatan Keluarga Dengan Hipertensi Pada Lansian .. 45

    1. Konsep Dasar Lansia . 45

    C. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Hipertensi .. 50

    1. Pengkajian . 50

  • vii

    2. Diagnosa Keperawatan Keluarga . 60

    3. Rencana Tindakan Keperawatan Keluarga . 65

    4. Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Keluarga 76

    5. Evaluasi . 77

    BAB III : TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN. 78

    A. Tinjauan Kasus 79

    1. Pengkajian. 79

    2. Diagnosa Keperawatan............ 97

    3. Rencana Tindakan Keperawatan 98

    4. Implementasi dan Evaluasi. 102

    5. Catatan Perkembangan 106

    B. Pembahasan.. 114

    1. Pengkajian . 114

    2. Diagnosa. 117

    3. Rencana Tindakan Keperawatan.. 117

    4. Implementasi. 118

    5. Evaluasi. 119

    BAB IV : KESIMPULAN DAN REKOMENDASI...... 121

    A. Kesimpulan 121

    B. Rekomendasi.. 123

  • viii

    DAFTAR PUSTAKA 125

    LAMPIRAN..

    DAFTAR RIWAYAT HIDUP..

  • ix

    DAFTAR TABEL

    Halaman

    Tabel 2.1 Katz Indeks . 46

    Tabel 2.2 Barthel Indeks . 46

    Tabel 2.3 Test Keseimbangan ........ 47

    Tabel 2.4 Data Psikologis 47

    Tabel 2.5 Data Psikologis 48

    Tabel 2.6 Status Mental 48

    Tabel 2.7 Status Kognitif .. 48

    Tabel 2.8 Skala Dalam Menentukan Prioritas Diagnosa Keperawatan .. 62

    Tabel 2.9 Perencanan Asuhan Keperawatan Keluarga Hipertensi . 69

    Tabel 3.1 Kartu Keluarga 79

    Tabel 3.2 Katz Indeks . 91

    Tabel 3.3 Barthel Indeks . 92

    Tabel 3.4 Keseimbangan 93

    Tabel 3.5 Data Psikologis .. 93

    Tabel 3.6 Status Mental . 94

    Tabel 3.7 Status Kognitif .. 94

    Tabel 3.8 Analisa Data .. 95

    Tabel 3.9 Diagnosa Keperawatan . 96

    Tabel 3.10 Diagnosa Keperawatan . 97

    Tabel 3.11 Perencanaan .. 98

    Tabel 3.12 Implementasi dan Evaluasi .. 102

    Tabel 3.13 Catatan Perkembangan . 106

  • x

    DAFTAR LAMPIRAN

    Halaman

    Lampiran 1 Satuan Acara Penyuluhan Relaksasi Nafas Dalam

    Lampiran 2 Materi Penyuluhan Relaksasi Nafas Dalam

    Lampiran 3 Leaflet Relaksasi Nafas Dalam

    Lampiran 4 Satuan Acara Penyuluhan Rumah Sehat

    Lampiran 5 Materi Penyuluhan Rumah Sehat

    Lampiran 6 Leaflet Rumah Sehat

    Lampiran 7 Keterangan Kunjungan Rumah

    Lampiran 8 Lembar Konsultasi

    Lampiran 9 Pernyataan Tidak Melakukan Plagiarisme

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Kejadian hipertensi di dunia merupakan masalah yang besar dan serius

    disamping karena prevalensinya yang tinggi dan cenderung meningkat di masa

    yang akan datang, juga karena tingkat keganasannya yang tinggi berupa

    kecacatan permanen dan kematian mendadak, penyakit hipertensi telah

    membunuh 9,4 juta warga dunia setiap tahunnya. Badan Kesehatan Dunia (WHO)

    angka memperkirakan, jumlah penderita hipertensi akan terus meningkat seiring

    dengan jumlah penduduk yang membesar, hipertensi adalah suatu keadaan

    dimana pada umumnya mempunyai tekanan darah sistolik lebih dari atau sama

    dengan 140 mmHg dan tekanan darah lebih dari atau sama dengan 90 mmHg

    Batas tekanan darah yang masih dianggap normal adalah 140/90 mmHg dan

    tekanan darah sama dengan atau diatas 160/95 mmHg dinyatakan sebagai

    hipertensi (WHO) Hipertensi adalah suatu peningkatan abnormal tekanan darah

    dalam pembuluh darah arteri secara terus menerus lebih dari satu periode.

    Tujuan pembangunan kesehatan adalah terselenggaranya pembangunan

    kesehatan oleh semua potensi bangsa, baik masyarakat, swasta maupun

    pemerintah secara sinergis, berhasil dan berdaya guna sehingga tercapai derajat

    kesehatan masayarakat yang setinggi tingginya. Sejalan dengan tujuan

    pembangunan yang berwawasan kesehatan dan kesejahteraan maka pemerintah

  • 2

    telah menetapakan pola dasar pembangunan yaitu pembangunan mutu SDM di

    berbagai sektor serta masih menitik beratkan pada program-program pra-upaya

    kuratif dan rehabilitatif yang di dukung oleh informasi kesehatan secara

    berkesinambungan sehingga dapat mewujudkan masyarakat yang berperilaku

    hidup sehat, lingkungan sehat dan memiliki kemampuan untuk menolong dirinya

    sendiri serta dapat menjangkau pelayanan kesehatan yang berkualitas di tahun

    2015.(http://health.kompas.com/read/2013/04/05/1404008/Penderita.Hipertensi.T

    erus.Meningkat www.kompas.com dibuka pada tanggal 27 juli 2013).

    Prevalensi hipertensi di Indonesia yang ditentukan berdasarkan kriteria

    ambang hipertensi yaitu tekanan darah dengan rentang antara 140/90 160/100

    mmHg, diperkirakan 4,8-18,8%. Angka ini lebih tinggi dari angka prevalensi

    yang dilaporkan oleh Cheng dan kawan kawan di Taipeh, yaitu sekitar 6,2 %.,

    hipertensi atau tekanan darah tinggi di Indonesia tergolong tinggi, namun

    kebanyakan dari penderitanya tidak terdeteksi, akibatnya tidak tertangani dengan

    cepat, sehingga menyebabkan kesakitan bahkan kematian dini,. Hal ini

    menunjukkan prevelensi hipertensi sebanyak 31,7%, hipertensi menjadi salah satu

    penyebab kematian utama di perkotaan maupun perdesaan pada usia 55-64

    tahun,satu dari tiga orang dewasa Indonesia menderita hipertensi, bahkan di

    kalangan usia 50 tahun ke atas satu dari dua orang.

    (http://www.depkes.go.id/index.php/component/search/?searchword=Hipertensi&

    ordering=&searchphrase=all dibuka pada tanggal 27 juli 2013).

  • 3

    Masalah penyakit hipertensi di jawa barat ini menjadi perhatian khusus

    karena jumlah penderita semakin meningkat dari tahun ke tahun., berdasarkan

    laporan dari dinas kesehatan provinsi jawa barat penderita hipertensi pada tahun

    2012 penderita hipertensi di jawa barat mencapai 31 % , angka ini diperkirakan

    akan semakin bertambah seiring perekembangan jaman yang memicu pola hidup

    yang tidak sehat. ( http://diskes.jabarprov.go.id/index.php/subMenu/724 dibuka

    pada tanggal 27 juli 2013 )

    Data dari 15 puskesmas yang berada di kota sukabumi penderita hipertensi

    pada bulan januari sampai bulan desember tahun 2012 berjumlah 36.605 jiwa dari

    356.085 jiwa yang ada di kota sukabumi. Data dari 15 puskesmas di kota

    sukabumi yang mendapat kunjungan pasien dengan hipertensi tertinggi salah

    satunya ialah puskesmas tipar. (Dinkes Kota Sukabumi)

    Di puskesmas Tipar kota sukabumi angka kunjungan penderita hipertensi dari

    bulan januari samapai dengan bulan desember tahun 2012 berjumlah 2622

    jiwa,angka kunjungan penderita hipertensi di puskesmas tipar termasuk salah satu

    kunjugan terbanyak. (Puskesmas Tipar Kota Sukabumi).

    Keluarga merupakan salah satu sasaran dalam perawatan kesehatan

    masayarakat karena mempunyai peran penting dalam pemeliharaan kesehatan

    anggota keluarganya, mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang

    tepat, memberikan perawatan pada anggota keluaarga yang sakit,

    mempertahankan suasana lingkungan rumah yang menguntungkan kesehatan dan

  • 4

    pemanfaatan engan baik terhadap fasilitas kesehatan yang ada. Apabila kelima

    tugas kesehatan tersebut tidk bisa dijalankan dengan baik maka akan timbul

    berbagai macam masalah kesehatan.

    Berdasarkan hal tersebut diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan studi

    kasus pada keluarga Tn S melalui pendekatan asuhan keperwatan yang

    dituangkan dalam karaya tulis yang berjudul Asuhan Keperawatan Keluarga TN

    S Dengan Hipertensi Pada Tn S Di Rt 03 Rw 01 Kelurahan Tipar Kecamatan

    Citamiang Kota Sukabumi.

    B. Tujuan Penulisan

    1. Tujuan Umum

    Untuk mendapatkan pengalaman secara nyata dalam memberikan

    asuhan keperawatan keluarga secara langsung pada klien dengan

    hipertensi yang komprehensif meliputi aspek biologis, psikologis, sosial,

    dan spiritual dengan pendekatan proses keperawatan.

    2. Tujuan Khusus

    Mampu mendeskripsikan hasil pengkajian keluarga dengan hipertensi,

    Mampu mendeskripsikan diagnosa keperawatan keluarga dengan

    hipertensi, Mampu mendeskripsikan rencana asuhan keperawatan

    keluarga dengan hipertensi, Mampu mendeskripsikan tindakan

    keperawatan keluarga dengan hipertensi, Mampu mendeskripsikan

    evaluasi terhadap hasil asuhan keperawatan keluarga dengan hipertensi,

  • 5

    Mampu membandingkan antara konsep dengan kenyataan asuhan

    keperawatan keluarga dengan hipertensi.

    3. Metode Telaahan

    Yang dimaksud dengan metode telaahan dalam penulisan Karya Tulis

    Ilmiah ini adalah pendekatan yang digunakan dalam menghimpun data /

    informasi dan sebagai cara memperoleh data / informasi

    (wawancara,observasi,dll ).

    1. Metode Penelitian

    Metode yang digunakan adalah metode deskriptif, dengan type

    studi kasus yang di laksanakan terhadap salah satu keluaraga dengan

    kasus hipertensi.

    2. Pengumpulan Data

    Adapun teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara sebagai

    berikut :

    a. Wawancara

    Yaitu dengan mengadakan tanya jawab pada keluarga untuk

    mengumpulkan data.

    b. Observasi

    Yaitu mengadakan pengamatan terhadap klien, keluarga dan

    lingkungan.

    c. Studi Dokumentasi

  • 6

    Mempelajari data klien selama klien dan keluarga kontak

    dengan pelayanan kesehatan.

    d. Studi Kepustakaan

    Studi kepustakaan dilakukan untuk mendapatkan teori yang

    berkaitan dengan konsep asuhan keperawatan keluarga dan

    konsep asuhan keperawatan hipertensi dan konsep asuhan

    keperawatan keluarga dengan penyakit hipertensi.

    e. Pemeriksaan Fisik

    Mengadakan pemeriksaan secara sistematis pada anggota

    keluarga .

    3. Sumber dan jenis data :

    a. Sumber data primer dan sekunder

    1) Data Primer

    Data primer merupakan sumber data yang diperoleh

    langsung dari sumber asli (tidak melalui media

    perantara). Data primer dapat berupa opini subjek

    (orang) secara individual atau kelompok, hasil

    observasi terhadap suatu benda (fisik), kejadian atau

    kegiatan, dan hasil pengujian. Metode yang digunakan

    untuk mendapatkan data primer yaitu : (1) metode

    survey dan (2) metode observasi.

  • 7

    2) Data Sekunder

    Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang

    diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media

    perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data

    sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan

    historis yang telah tersusun dalam arsip (data

    documenter) yang dipublikasikan dan yang tidak

    dipublikasikan.

    b. Jenis data : Objektif dan subjektif

    1) Data Objektif

    Data objektif ialah data yang didapatkan secara tidak

    langsung.

    2) Data Subjektif

    Data subjektif ialah data yang didapatkan secara langsung.

    4. Pengolahan data

    Pengolahan data di lakukan secara manual yaitu dengan jalan

    mengklasifikasikan, lalu mengidentifikasi serta menginterprestasikan

    data yang diperoleh, selanjutnya disajikan secara textular.

    4. Sistematika Penulisan

    Dalam penulisan Karya Tulis ini, penulis membuat sistematika yang

    dimulai dengan judul, lembar pengesahan, abstrak, kata pengantar, daftar

  • 8

    isi, daftar lampiran, daftar tabel dan selanjutnya dibagi dalam 4 bab antara

    lain :

    BAB I PENDAHULUAN

    Pendahuluan yang menjelaskan latara belakang, tujuan penulisan,

    metode penulisan dan sistematika penulisan.

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    Tinjauan pustaka yang menjelaskan tentang konsep keluarga, konsep

    perawatan kesehatan keluarga, konsep dasar Penyakit Hipertensi, dan

    Konsep Keperawatan Keluarga Dengan Hipertensi.

    BAB III TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN

    Tinjauan kasus yang merupakan pelaksanaan proses keperawatan

    terhadap klien, yang mencakup pengumpulan data, analisa data,

    diagnosa keperawatan, rencana tindakan keperawatan, pelaksanaan,

    evaluasi, catatan perkembangan.

    BAB IV KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

    Berisikan kesimpulan dan saran dari asuhan keperawatan yang telah

    dilaksanakan yang disusun pada Karya Tulis ini serta rekomendasi

    yang dirujukan kepada pihak yang bersangkutan dalam upaya

    peningkatan kualitas asuhan keperawatan.

  • 9

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Konsep Dasar Penyakit

    1. Konsep keluarga

    a. Definisi keluarga

    Menurut Wall (1986) mengemukakan keluarga sebagai dua orang

    atau lebih yang disatukan oleh ikatan kebersamaan dan ikatan

    emosional serta mengidentifikasi diri mereka sebagai bagian dari

    keluarga (Padila, 2012 : 19).

    Menurut UU No. 10 (1992) mengemukakan keluarga adalah unit

    terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami, istri dan anak atau

    suami istri, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya (Padila, 2012

    : 19).

    Menurut Depkes RI (1988) mendefinisikan keluarga adalah unit

    terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa

    orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat dibawah suatu atap

    dalam keadaan saling ketergantungan (Padila, 2012 : 19).

    b. Struktur keluarga

    Strutur keluarga menurut Padila (2012 : 24) ada 5 macam yaitu :

  • 10

    1) Patrilineal

    Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah

    dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui

    jalur ayah.

    2) Matrilineal

    Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah

    dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui

    jalur ibu.

    3) Matrilokal

    Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga

    sedarah ibu.

    4) Patrilokal

    Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga

    sedarah ayah.

    5) Keluarga Kawin

    Adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan

    keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian

    keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau istri.

    c. Peran keluarga

    Peran keluarga menurut Nasrul Effendy (1998)

    1) Peran sebagai ayah. Ayah sebagai suami dari istri dan ayah

    dari anak-anaknya berperan sebagai pencari nafkah, pendidik,

  • 11

    pelindung, dan pemberi rasa aman. Juga sebagai kepala

    keluarga, anggota kelompok sosial, serta anggota masyarakat

    dan lingkungan.

    2) Peran sebagai ibu. Ibu sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya

    berperan untuk mengurus rumah tangga sebagai pengasuh dan

    pendidik anak-anaknya, pelindung dan salah satu anggota

    kelompok sosial, serta sebagai anggota masyarakat dan

    lingkungan di samping dapat berperan pula sebagai pencari

    nafkah tambahan keluarga.

    3) Peran sebagai anak. Anak melaksanakan peran psikososial

    sesuai dengan tingkat perkembangannya, baik fisik, mental,

    sosial, dan spiritual. (Ferry Effendy & Makhfudli, 2009 : 187)

    d. Fungsi keluarga

    Berkaitan dengan peran keluarga yang bersifat ganda, yakni satu

    sisi keluarga berperan sebagai matriks bagi anggotanya, disisi lain

    keluarga harus memenuhi tuntutan dan harapan masyarakat, maka

    selanjutnya akan dibahas tentang fungsi keluarga sebagai berikut :

    Menurut Friedman (1998) yang dikutip oleh Padila (2012 : 33-36)

    mengidentifikasikan lima fungsi dasar keluarga, yakni :

    1) Fungsi afektif

    Fungsi afektif berhubungan dengan fungsi internal keluarga yang

    merupakan basis kekuatan dari keluarga. Fungsi afektif berguna

  • 12

    untuk pemenuhan kebutuhan psikososial. Keberhasilan fungsi

    afektif tampak melalui keluarga yang bahagia. Anggota keluarga

    mengembangkan konsep diri yang positif, rasa dimiliki dan

    memiliki, rasa berarti serta merupakan sumber kasih sayang.

    Reinforcement dan support dipelajari dan dikembangkan melalui

    interaksi dalam keluarga.

    Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga untuk memenuhi

    fungsi afektif adalah :

    a) Saling mengasuh, cinta kasih, kehangatan, saling menerima

    dan mendukung. Setiap anggota keluarga yang mendapat

    kasih sayang dan dukungan, maka kemampuannya untuk

    memberi akan meningkat sehingga tercipta hubungan yang

    hangat dan saling mendukung. Hubungan yang baik dalam

    keluarga tersebut akan menjadi dasar dalam membina

    hubungan dengan orang lain diluar keluarga.

    b) Saling menghargai, dengan mempertahankan iklim yang

    positif dimana setiap anggota keluarga baik orang tua maupun

    anak diakui dan dihargai keberadaan dan haknya.

    c) Ikatan dan identifikasi, ikatan ini mulai sejak pasangan

    sepakat hidup baru. Kemudian dikembangkan dan disesuiakna

    dengan berbagai aspek kehidupan dan keinginan yang tidak

  • 13

    dapat dicapai sendiri, misalnya mempunyai anak. Hubungan

    selanjutnya akan dikembangkan menjadi hubungan orang tua

    anak dan antar anak melalui proses identifikasi. Proses

    identifikasi merupakan inti ikatan kasih sayang, oleh karena

    itu perlu diciptakan proses identifikasi yang positif dimana

    anak meniru perilaku orang tua melaului hubungan interaksi

    mereka.

    Fungsi afektif merupakan sumber energi yang menentukan

    kebahagiaan keluarga. Sering perceraian, kenakalan anak atau masalah

    keluarga lainnya timbul akibat fungsi afektif keluarga yang tidak

    terpenuhi.

    2) Fungsi sosialisasi

    Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang

    dialami individu yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar

    berperan dalam lingkungan sosial (Gegas, 1979 dan Friedman, 1998),

    sedangkan Soekanto mengemukakan bahwa sosialisasi adalah suatu

    proses dimana anggota masyarakat yang baru mempelajari norma-

    norma masyarakat dimana dia menjadi anggota.

    Sosialisasi dimulai sejak individu dilahirkan dan berakhir setelah

    meninggal. Keluarga merupakan tempat dimana individu melakukan

    sosialisasi. Tahap perkembangan individu dan keluarga akan dicapai

  • 14

    melalui interaksi atau hubungan yang diwujudkan dalam sosialisasi.

    Anggota keluarga belajar disiplin, memiliki nilai/norma, budaya dan

    prilaku melalui interaksi dalam keluarga sehingga individu mampu

    berperan di masyarakat.

    3) Fungsi reproduksi

    Keluarga berfungsi untuk meneruskan kelangsungan keturunan

    dan meningkatkan sumber daya manusia. Dengan adanya program

    keluarga berencana, maka fungsi ini sedikit dapat terkontrol. Namun

    disisi lain banyak kelahiran yang tidak diharapkan atau diluar ikatan

    perkawinan sehingga lahirnya keluarga baru dengan satu orangtua

    (single parent).

    4) Fungsi ekonomi

    Untuk memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti

    makanan, pakaian, dan rumah, maka keluarga memerlukan sumber

    keuangan. Fungsi ini sulit dipenuhi oleh keluarga dibawah garis

    kemiskinan (Gakin atau pra keluarga sejahtera ). Perawat

    berkontribusi untuk mencari sumber-sumber di masyarakat yang dapat

    digunakan keluarga meningkatkan status kesehatan mereka.

    5) Fungsi perawatan kesehatan

    Fungsi lain keluarga adalah fungsi perawatan kesehatan. Selain

    keluarga menyediakan makanan, pakaian, dan rumah, keluarga juga

  • 15

    berfungsi melakukan asuhan kesehatan terhadap anggotanya baik

    untuk mencegah terjadinya gangguan maupun merawat anggota yang

    sakit. Keluarga juga menetukan kapan anggota keluarga yang

    mengalami gangguan kesehatan memerlukan bantuan atau pertolongan

    tenaga profesional. Kemampuan ini sangat mempengaruhi kesehatan

    individu dan keluarga.

    Kesangggupan keluarga melaksanakan pemeliharaan kesehatan

    terhadap anggotanya dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga yang

    dilaksanakan. Tugas kesehatan keluarga tersebut adalah (Friedman,

    1998) :

    a) Mengenal masalah kesehatan

    b) Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat

    c) Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit

    d) Mempertahankan suasana rumah yang sehat

    e) Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat

    Kelima tugas kesehatan tersebut saling terkait dan perlu dilakukan

    oleh keluarga. Perawat perlu melakukan pengkajian untuk mengetahui

    sejauh mana keluarga dapat melaksanakan kelima tugas tersebut

    dengan baik, selanjutnya memberikan bantuan atau pembinaan

    terhadap keluarga untuk memenuhi tugas kesehatan keluarga tersebut.

  • 16

    e. Tahapan perkembangan keluarga

    1) Tahap I

    Tahap keluarga pemula ( beginning family)

    Keluarga baru/pasangan yang belum memiliki anak.

    Tugas perkembangan keluarga :

    a) Membangun perkawinan yang saling memuaskan

    b) Membangun jaringan persaudaraan secara harmonis

    c) Keluarga berencana (keputusan tentang kedudukan

    sebagai orang tua)

    d) Menetapkan tujuan bersama

    e) Persiapan menjadi orang tua

    f) Memahami prenatal care (pengertian kehamilan,

    persalinan dan menjadi orang tua).

    2) Tahap II

    Tahap keluarga sedang mengasuh anak (child bearing)

    Keluarga dengan anak pertama berusia kurang dari 30 bulan.

    Studi klasik le master (1957) dari 46 orang tua dinyatakan 17%

    tidak bermasalah selebihnya bermasalah dalam hal :

    a) Suami merasa diabaikan

    b) Peningkatan perselisihan dan argument

    c) Interupsi dalam jadwal kontinu

    d) Kehidupan seksual dan social terganggu dan menurun

  • 17

    Tugas perkembangan keluarga tahap ini adalah :

    (1) Membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit yang

    mantap (integrasi bayi dalam keluarga)

    (2) Rekomendasi tugas-tugas perkembangan yang bertentangan

    dan kebutuhan anggota keluarga

    (3) Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan

    (4) Memperluas persahabatan keluarga besar dengan

    menambah peran orangtua, kakek dan nenek

    (5) Bimbingan orang tua tentang pertumbuhan dan

    perkembangan anak

    (6) Konseling KB post partum 6 minggu

    (7) Menata ruang untuk anak

    (8) Menyiapkan biaya child bearning

    (9) Memfasilitasi role learning anggota keluarga

    (10) Mengadakan kebiasaan keagamaan secara rutin.

    3) Tahap III

    Tahap keluarga dengan anak usia prasekolah

    Keluarga dengan anak pertama berusia 30 bulan-6 tahun.

    Tugas perkembangan keluarga :

    a) Pemenuhan kebutuhan anggota keluarga seperti rumah,

    ruang bermain, privasi dan keamanan

  • 18

    b) Mensosialisakan anak

    c) Mengintegrasikan anak yang baru dan memenuhi kebutuhan

    anak yang lain

    d) Mempertahankan hubungan yang sehat (hubungan

    perkawinan dan hubungan orangtua-anak) serta hubungan

    diluar keluarga (keluarga besar dan komunitas)

    e) Pembagian waktu, individu, pasangan dan anak

    f) Pembagian tanggung jawab

    g) Merencanakan kegiatan dan waktu stimulasi tumbuh dan

    kembang anak.

    4) Tahap IV

    Tahap keluarga dengan anak usia sekolah

    Keluarga dengan anak pertama berusia 6-3 tahun.

    Tugas perkembangan keluarga :

    a) Mensosialisasikan anak-anak, termasuk meningkatkan

    prestasi sekolah dan mengembangkan hubungan dengan

    teman sebaya yang sehat

    b) Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan

    c) Memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga

    d) Mendorong anak untuk mencapai pengembangan daya

    intelektual

    e) Menyediakan aktivitas untuk anak

  • 19

    5) Tahap V

    Tahap keluarga dengan anak remaja

    Keluarga dengan anak pertama berusia 13-20 tahun.

    Tugas perkembangan keluarga :

    a) Memberikan keseimbangan antara kebebasan dan tanggung

    jawab ketika remaja menjadi dewasa dan semakin mandiri

    b) Memfokuskan kembali hubungan intim perkawinan

    c) Berkomunikasi secara terbuka antara orangtua dan anak-

    anak

    d) Mempersiapkan perubahan untuk memenuhi kebutuhan

    tumbuh dan kembang anggota keluarga

    6) Tahap VI

    Tahap keluarga dengan anak dewasa

    Keluarga dengan anak pertama meninggalkan rumah.

    Tugas perkembangan keluarga :

    a) Memperlua siklus keluarga dengan memasukan anggota

    keluarga baru dari perkawinan anak-anaknya

    b) Melanjutkan dan menyesuaikan kembali hubungan

    perkawinan

    c) Membantu orang tua lanjut usia dan sakit-sakitan dari

    suami atau istri

  • 20

    d) Membantu anak untuk mandiri sebagai keluarga baru

    masyarakat

    e) Mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan menerima

    kepergian anaknya

    f) Menciptakan lingkungan rumah yang dapat menjadi contoh

    bagi anak-anaknya.

    7) Tahap VII

    Tahap keluarga usia pertengahan (middle age family).

    Tugas perkembangan keluarga :

    a) Menyediakan lingkungan yang dapat meningkatkan

    kesehatan.

    b) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dan penuh

    arti dengan para orangtua (lansia) dan anak-anak.

    c) Memperkokoh hubungan perkawinan.

    d) Persiapan masa tua/pension

    8) Tahap VIII

    Tahap keluarga lanjut usia

    Tugas perkembangan keluarga :

    a) Penyesuain tahap masa pension dengan cara merubah cara

    hidup

    b) Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan

    c) Menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun

  • 21

    d) Mempertahankan hubungan perkawinan

    e) Menyesuiakan diri terhadap kehilangan pasangan

    f) Mempertahankan ikatan keluarga antar generasi

    g) Melakukan life review masalalu (Padila, 2012: hal 48)

    f. Tahapan keluarga mandiri

    Tingkat kemnadirian keluarga menurut Departemen Kesehatan RI

    (2006) Kemandirian keluarga dalam program dalam perawatan

    kesehatan komunitas dibagi menjadi empat tingkatan dari keluarga

    mandiri tingkat satu (paling rendah) sampai keluarga mandiri tingkat

    empat (paling tinggi).

    1) Keluarga mandiri tingkat satu ( KM-I)

    a) Menerima petugas perawatan kesehatan komunitas.

    b) Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai

    dengan rencana keperawatan.

    2) Keluarga mandiri tingkat dua (KM-II)

    a) Menerima petugas perawatan kesehatan komunitas.

    b) Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai

    dengan rencana keperawatan.

    c) Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatannya

    secara benar.

    d) Melakukan perawatan sederhana sesuai yang diajarkan.

    3) Keluarga mandiri tingkat tiga (KM-III)

  • 22

    a) Menerima petugas perawatan kesehatan komunitas.

    b) Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai

    dengan rencana keperawatan.

    c) Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatannya

    secara benar.

    d) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan secara aktif.

    e) Melakukan perawatan sederhana sesuai yang dianjurkan.

    f) Melaksanakan tindakan pencegahan secara aktif.

    4) Keluarga mandiri tingkat empat (KM-IV)

    a) Menerima petugas perawatan kesehatan komunitas.

    b) Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai

    dengan rencana keperawatan.

    c) Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatannya

    secara benar.

    d) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan secara aktif.

    e) Melakukan perawatan sederhana sesuai yang dianjurkan.

    f) Melaksanakan tindakan pencegahan secara aktif.

    g) Melaksanakan tindakan promotif secara aktif. (Ferry

    Effendy & Makhfudli, 2009 : 187)

    g. Keluarga yang beresiko tinggi dalam kesehatan

  • 23

    Dalam melakukan asuhan keperawatan kesehatan keluarga, yang

    menjadi prioritas utama adalah keluarga-keluarga yang tergolong

    risiko tinggi dalam bidang kesehatan (Effendy, 1998: 41), meliputi:

    1) Keluarga dengan anggota keluarga dalam masa usia subur dengan

    masalah sebagai berikut :

    a) Tingkat sosial ekonomi keluarga rendah

    b) Keluarga kurang atau tidak mampu mengatasi masalah

    kesehatan sendiri

    c) Keluarga dengan keturunan yang kurang baik/keluarga dengan

    penyakit keturunan

    2) Keluarga dengan ibu dengan risiko tinggi kebidanan. Waktu

    hamil:

    a) Umur ibu (16 tahun atau lebih dari 35 tahun)

    b) Menderita kekurangan gizi/anemia

    c) Menderita hipertensi

    d) Primipara atau multipara

    e) Riwayat persalinan dengan komplikasi

    3) Keluarga dimana anak menjadi risiko tinggi, karena :

    a) Lahir prematur/BBLR

    b) Beratbadan sukar naik

    c) Lahir dengan cacat bawaan

    d) ASI ibu kurang sehingga tidak mencukupi kebutuhan bayi

  • 24

    e) Ibu menderita penyakit menular yang dapat mengancam bayi

    atau anaknya

    4) Keluarga mempunyai masalah dalam hubungan antara anggota

    keluarga, Anak yang tidak dikehendaki dan pernah dicoba untuk

    digugurkan

    a) Tidak ada kesesuaian pendapat antara anggota keluarga dan

    sering timbul cekcok dan ketegangan

    b) Ada anggota keluarga yang sering sakit

    c) Salah satu orang tua (suami/istri) meninggal, cerai atau lari

    meninggalkan keluarga

    Sedangkan menurut Departemen Kesehatan RI (1996: 7), keluarga

    yang menjadi keluarga rawan kesehatan ialah :

    (1) Keluarga yang belum terjangkau pelayanan kesehatan, yaitu

    keluarga dengan :

    (a) Ibu hamil tertentu yang belum ANC (Ante Natal Care)

    (b) Ibu nifas yang persalinan dan neonatusnya ditolong dukun

    (c) Balita tertentu

    (d) Penyakit kronis menular yang tidak bisa diintervensi oleh

    program

    (e) Penyakit endemis

    (f) Penyakit kronis tidak menular

    (g) Kecacatan tertentu (mental atau fisik)

  • 25

    (2) Keluarga dengan risiko tinggi, yaitu keluarga dengan :

    (a) Ibu hamil dengan masalah gizi

    (b) Ibu hamil dengan risiko tinggi lain (perdarahan, infeksi,

    hipertensi)

    (c) Balita dengan BGM (Bawah Garis Merah)

    (d) Neonatus dengan BBLR (Berat Badan Lahir Rendah)

    (e) Usia lanjut jompo

    (f) Kasus percobaan bunuh diri (tentamen suicide)

    (3) Keluarga dengan kasus tindak lanjut keperawatan, yaitu keluarga

    dengan:

    (a) Drop out tertentu, seperti ibu hamil, bayi atau anak balita,

    keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan, penyakit

    kronis atau endemis tertentu.

    (b) Kasus pasca perawatan seperti : kasus keperawatan yang

    dirujuk dari institusi pelayanan kesehatan, kasus katarak yang

    dioperasi di puskesmas, persalinan dengan tindakan, kasus

    psikotik, kasus yang seharusnya di rujuk tetapi tidak

    melaksanakan rujukan.

    h. Tugas keluarga di bidang kesehatan

    Ada 5 pokok tugas keluarga yang dijabarkan oleh Friedman (1998)

    yang sampai saat ini masih dipakai dalam asuhan keperawatan

  • 26

    keluarga. Tugas kesehatan keluarga menurut Friedman (1998) dalam

    Efendi & Makhfudli (2009) tersebut adalah :

    1) Mengenal masalah kesehatan keluarga

    Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh

    diabaikan karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti

    dan karena kesehatanlah kadang seluruh kekuatan sumber daya

    dan dana akan habis. Orang tua perlu mengenal keadaan kesehatan

    dan perubahan-perubahan yang dialami anggota keluarga.

    Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara

    tidak langsung menjadi perhatian keluarga dan orang tua. Apabila

    menyadari adanya perubahan keluarga, perlu dicatat kapan

    terjadinya, perubahan apa yang terjadi, dan berapa besar

    perubahannya. Sejauh mana keluarga mengetahui dan mengnal.

    Fakta-fakta dari masalah kesehatan yang meliputi pengertian,

    tanda dan gejala, faktor penyebab dan yang memengaruhinya, serta

    persepsi keluarga terhadap masalah.

    2) Membuat keputusan tindakan yang tepat

    Sebelum keluarga dapat membuat keputusan yang tepat mengenai

    masalah kesehatan yang dialaminya, perawat harus dapat

    mengkaji keadaan keluarga tersebut agar dapat memfasilitasi

  • 27

    keluarga dalam membuat keputusan. Berikut ini adalah hal-hal

    yang perlu dikaji oleh perawat :

    a) Sejauh mana kemampuan keluarga mengerti mengenai sifat

    dan luasnya masalah.

    b) Apakah keluarga merasakan adanya masalah kesehatan.

    c) Apakah keluarga merasa menyerah terhadap masalah yang

    dialami.

    d) Apakah keluarga merasa takut akan akibat penyakit.

    e) Apakah keluarga mempunyai sifat negatif terhadap

    masalah kesehatan.

    f) Apakah keluarga kurang percaya terhadap petugas

    kesehatan.

    g) Apakah keluarga mendapat informasi yang salah terhadap

    tindakan dalam mengatasi masalah.

    3) Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit

    Ketika memberikan perawatan keluarganya yang sakit, keluarga

    harus mengetahui hal-hal sebagai berikut :

    a) Keadaan penyakitnya (sifat, penyebaran, komplikasi,

    prognosis dan perawatanya).

    b) Sifat dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan.

    c) Keberadaan fasilitas yang dibutuhkan untuk perawatan.

  • 28

    d) Sumber-sumber yang ada dalam keluarga (anggota

    keluarga yang bertanggung jawab, sumber keuangan atau

    finansial, fasilitas fisik, psikososial).

    e) Sikap keluarga terhadap yang sakit.

    4) Mempertahankan atau mengusahakan suasana rumah yang sehat.

    Ketika memodifikasi lingkungan atau menciptakan suasana rumah

    yang sehat, keluarga harus mengetahui hal-hal sebagai berikut :

    a) Sumber-sumber yang dimiliki oleh keluarga.

    b) Keuntungan atau manfaat pemeliharaan lingkungan.

    c) Pentingnya higiene sanitasi.

    d) Upaya pencegahan penyakit.

    e) Sikap atau pandangan keluarga terhadap higiene sanitasi.

    f) Kekompakan antar-anggota keluarga.

    5) Menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di

    masyarakat. Ketika merujuk keluarga harus mengetahui hal-hal

    berikut ini :

    a) Keberadaan fasilitas keluarga.

    b) Keuntungan-keuntungan yang diperoleh dari fasilitas

    kesehatan.

    c) Tingkat kepercayaan keluarga terhadap petugas dan

    fasilitas kesehatan.

    d) Pengalaman yang kurang baik terhadap petugas kesehatan.

  • 29

    e) Fasilitas kesehatan yang ada terjangkau oh keluarga.

    Perlu digaris bawahi bahwa 5 tugas keluarga dalam bidang kesehatan

    diatas, mesti selalu dijalankan. Tentu apabila salah satu atau beberapa

    diantara tugas tersebut tidak dijalankan justru akan menimbulkan

    maslah kesehatan dalam keluarga. (Yohanes Dion & Yasinta Betan,

    2013 : 25-28)

    2. Konsep Penyakit

    a. Definisi Hipertensi

    Hipertensi terjadi apabila tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg

    (Tagor,2003). Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi

    peningkatan tekanan darah secara abnormal dan terus menerus pada

    beberapa kali pemeriksaan tekanan darah yang di sebabkan satu

    atau beberapa factor risiko yang tidak berjalan sebagaimana

    mestinya dalam memepertahankan tekanan darah secara normal.

    Hipertensi berkaitan dengan kenaikan tekanan sistolik atau

    tekanan keduanya. Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan

    darah tinggi persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140

    mmHg dan tekanan diastolic di atas 90 mmHg. Pada populasi

    manula, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160

    mmHg dan diastolic 90 mmHg (Brunner & Suddarth, 2005 ).

    Klasifikasi hipertensi di bagi menjadi dua yaitu :

  • 30

    1) Hipertensi Primer

    Merupakan 90% dari kasus penderita hipertensi. Dimana sampai

    saat ini belum diketahui penyebabnya secara pasti. Beberapa

    factor yang berpengaruh dalam terjadinya hipertensi esensial,

    sperti : faktor genetik , stress dan psikologis, serta faktor

    lingkungan dan diet (peningkatan penggunaan garam dan

    berkurangnya asupan kalium atau kalsium).

    Peningkatan tekanan darah tidak jarang merupakan satu-satunya

    tanda hipertensi primer. Umumnya gejala baru terlihat setelah

    terjadi komplikasi pada organ target seperti ginjal,mata,otak dan

    jantung.

    2) Hipertensi sekunder

    Pada hipertensi sekunder, penyebab dan patofisiologi dapat

    diketahui dengan jelas sehingga lebih mudah untuk di

    kendalikan dengan obat-obatan. Penyebab hipertensi sekunder

    di antaranya berupa kelainan ginjal seperti tumor,

    diabetes,kelainan adrenal,kelainan aorta, kelainan endokrin

    lainya seperti obesitas,resistensi insulin,hipertiroidisme, dan

    pemakaian obat-obatan seperti kontrasepsi oral dan

    kortikosteroid. (Andra saferi wijaya & yessie mariza putri,2013

    : 52).

  • 31

    b. Etiologi

    Corwin (2000) menjelaskan bahwa hipertensi tergantung pada

    kecepatan denyut jantung, volume sekuncup dan Total Peripheral

    Resistance (TPR). Peningkatan kecepatan denyut jantung dapat

    terjadi akibat rangsangan abnormal saraf atau hormone pada nodus

    SA.Peningkatan kecepatan denyut jantung yang berlangsung kronik

    sering menyertai keadaan hipertiroidisme. Namun, peningkatan

    kecepatan denyut jantung biasanya dikompensasi oleh penurunan

    volume sekuncup sehingga tidak menimbulkan hipertensi.

    Peningkatan volume sekuncup yang berlangsung lama dapat

    terjadi apabila terdapat peningkatan volume plasma yang

    berkepanjangan, akibat gangguan penanganan garam dan air oleh

    ginjal atau konsumsi garam yang berlebihan. Peningkatan pelepasan

    rennin atau aldosterone maupun penurunan aliran darah ke ginjal

    dapat mengubah penanganan air dan garam oleh ginjal. Peningkatan

    volume plasma akan menyebabkan peningkatan volume diastolic

    akhir sehingga terjadi peningkatan volume sekuncup dan tekanan

    darah,peningkatan preload biasanya berkaitan dengan peningkatan

    tekanan sistolik.

    Peningkatan TPR yang berlangsung lama dapat terjadi pada

    peningkatan rangsangan saraf atau hormone pada arteriol, atau

    responsivitas yang berlebihan dari arteriol terdapat rangsangan

  • 32

    normal. Kedua hal tersebut akan menyebabkan penyempitan

    pembuluh darah.

    Pada peningkatan TPR, jantung harus memompa secara lebih

    kuat dan dengan demikian menghasilkan tekanan yang lebih besar,

    untuk mendorong darah melintasi pembuluh darah yang

    menyempit. Hal ini disebabkan peningkatan dalam afterload

    jantung dan biasanya berkaitan dengan peningkatan tekanan

    diastolic. Apabila peningkatan afterload berlangsung lama, maka

    ventrikl kiri mungkin mulai mengalami hipertropi (membesar).

    Dengan hipertropi, kebutuhan ventrikel akan oksigen semakin

    meningkat sehingga ventrikel harus mampu memompa darah

    secara lebih keras lagi untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Pada

    hipertropi, saraf-saraf otot jantung juga mulai tegang melebihi

    panjang normalnya yang pada akhirnya menyebabkan penurunan

    kontraktilitas dan volume sekuncup. (Andra saferi wijaya & yessie

    mariza putri,2013 : 53-54)

    c. Anatomi fisiologi

    System kardiovaskuler terdiri dari :

    1) Jantung merupakan organ pemompa yang besar yang

    memelihara peredaran melalui seluruh tubuh

    2) Arteri membawa darah dari jantung

    3) Vena membawa darah ke jantung

  • 33

    4) Kapiler menggabungkan arteri dan vena, terentang di antaranya

    dan merupakan jalan lalu lintas antara makanan dan bahan

    buangan. Di sini juga terjadi pertukaran gas dalam cairan

    extraseluler atau interstisiil. (Evelyn C.pearce,2008 : 121)

    d. Patofisiologi

    Kepastian mengenai patofisiologi hipertensi masih dipenuhi

    ketidak pastian. Sejumlah kecil pasien (antara 2% dan 5 % )

    memiliki penyakit dasar ginjal atau adrenal yang menyebabkan

    peningkatan tekanan darah. Namun, masih belum ada penyebab

    tunggal yang dapat diidentifikasi dan kondisi inilah yang disebut

    sebagai hipertensi esensial. Sejumlah mekanisme fisiologis

    terlibat dalam pengaturan tekanan darah normal, yang kemudian

    dapat turut berperan dalam terjadinya hipertensi esensial.

    Beberapa faktor yang saling berhubungan mungkin juga turut

    serta menyebabkan peningkatan tekanan darah pada pasien

    hipertensi, dan peran mereka berbeda pada setiap individu. Di

    antara faktor-faktor yang telah di pelajari secara intensif adalah

    asupan garam, obesitas dan resistensi insulin, system renin-

    angiotensin, dan system saraf simpatis. Pada beberapa tahun

    belakangan, faktor lainnya telah dievaluasi, termasuk genetik,

    disfungsi endoltel (yang tampak pada perubahan endotelin dan

    nitrat oksida).

  • 34

    Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi

    pembuluh darah terletak di pusat vasomotor, pada medulla di otak.

    Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang

    berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna

    medulla spinallis ke ganglia simpatis di toraks dan abdomen.

    Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls

    yang bergerak ke bawah melalui saraf simpatis ke ganglia simpatis.

    Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang

    akan merangsang serabut saraf paska ganglion ke pembuluh darah,

    dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan

    konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan

    ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap

    rangsang vasokontriktor. Individu degan hipertensi sangat sensitive

    terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas

    mengapa hal tersebut bisa terjadi.

    Pada saat bersamaan dimana system saraf simpatis merangsang

    pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal

    juga terangsang mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi.

    Medulla adrenal mengsekresi epinefrin yang menyebabkan

    vasokontriksi. Korteks adrenal mengsekresi kortisol dan steroid

    lainnya, yang dapat memeperkuat respon vasokontrikor pembuluh

    darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah

  • 35

    ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang

    pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi

    angiotensin II, suatu vasokonstrikor kuat, yang pada giliranya

    merangsang sekresi aldosterone oleh korteks adrenal. Hormon ini

    menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal,

    menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor

    tersebut cenderung pencetus keadaan hipertensi.

    Perubahan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh

    darah perifer bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah

    yang terjadi pada lanjut usia. Perubahan tersebut meliputi

    aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat, dan penurunan

    dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya

    menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah.

    Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya

    dalam mengakomodasi volume darah yang di pompa oleh jantung

    (volume sekuncup), mengakibatkan penurunan curah jantung dan

    penigkatan tahanan perifer (Brunner & Suddarth, 2005). (Andra

    saferi wijaya & yessie mariza putri,2013 : 54-55)

    e. Manifesstasi klinik

    Pada pemeriksaan fisik, tidak dijumpai kelainan apapun selain

    tekanan darah yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan

    pada retina, seperti perdarahan, eksudat (kumpulan cairan),

  • 36

    penyempitan pembuluh darah, dan pada kasus berat, edema pupil

    (edema pada diskus optikus).

    Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakan

    gejala sampai bertahun-tahun. Gejala bila ada menunjukan adanya

    kerusakan vaskuler, dengan manifestasi yang khas sesuai system

    organ yang divaskularisasi oleh pembuluh darah bersangkutan.

    Perubahan patologis pada ginjal dapat bermanifestasi sebagai

    nokturia (peningkatan urinasi pada malam hari) dan azetoma

    (peningkatan nitrogen urea darah), (BUN) dan (kreatinin).

    Keterlibatan pembuluh darah otak dapat menimbulkan stroke atau

    serangan iskemik transien yang bermanifestasi sebagai paralysis

    sementara pada satu sisi (hemiplegia atau gangguan tajam

    pengelihatan) (Brunner & Suddarth, 2005).

    Crowin (2000) menyebutkan bahwa sebagian besar gejala

    klinis timbul :

    1) Nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan

    muntah, akibat peningkatan tekanan darah intracranial.

    2) Penglihatan kabur akibat kerusakan retina akibat hipertensi.

    3) Ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan

    susunan saraf pusat.

    4) Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi

    glomerulus.

  • 37

    5) Edema depeden dan pembengkakan akibat peningkatan

    kapiler. (Andra saferi wijaya & yessie mariza putri,2013 :

    55-56)

    f. Pemeriksaan diagnostic

    1) Hb/Ht : untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume

    cairan (viskositas) dan dapat mengindikasi faktor resiko seperti

    : hipokoagulabilitas.

    2) BUN / kreatinin

    Memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal.

    3) Glukosa

    Hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapat

    diakibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin.

    4) Urinalisa

    Darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal dan

    ada DM.

    5) CT Scan

    Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.

    6) EKG

    Dapat menunjukan pola regangan, dimana luas, peninggian

    gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung,

    hipertensi.

  • 38

    7) IUP

    Mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti : Batu ginjal,

    perbaikan ginjal.

    8) Poto dada

    Menunjukan destruksi klasifikasi pada area katup, pembesaran

    jantung.

    g. Manajemen medic

    1) Penatalaksanaan Nonfarmakologi

    Penatalaksanaan nonfaramakologis dengan modifikasi gaya

    hidup sangat penting dalam mencegah tekanan darah tinggi dan

    merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam

    mengobati tekanan darah tinggi (Ridwanamiruddin,2007).

    Penatalaksanaan hipertensi dengan nonfarmakologis terdiri dari

    berbagai macam cara modifikasi gaya hidup untuk menurunkan

    tekanan darah yaitu :

    a) Mempertahankan berat badan ideal sesuai Body Mass Index

    (BMI) dengan rentang 18,5 24,9 kg/m2 (Kaplan, 2006).

    BMI dapat diketahui dengan membagi berat badan anda

    dengan tinggi badan yang telah di kuadratkan dalam satuan

    meter. Mengatasi obesitas (kegemukan) juga dapat

    dilakukan dengan melakukan diet rendah kolesterol namun

    kaya dengan serat dan protein (pfizerpeduli.com), dan jika

  • 39

    berhasil menurunkan berat badan 2,5 5 kg maka tekanan

    darah diastolic dapat diturunkan sebanyak 5 mmHg

    (Radmarssy, 2007).

    b) Kurangi asupan natrium (sodium)

    Mengurangi asupan natrium dapat dilakukan dengan cara

    diet rendah garam yaitu tidak lebih dari 100 mmoL/hari

    (kira-kira 6 gr NaCl atau 2,4 gr garam / hari) (Kaplan,

    2006). Jumlah yang lain dengan mengurangi asupan garam

    sampai kurang dari 2300 mg (1 senok the) setiap hari.

    Pengurangan konsumsi garam menjadi sendok the/hari,

    dapat menurunkan tekanan sistolik sebanyak 5 mmHg dan

    tekanan diastolic sekitar 2,5 mmHg (Radmarssy, 2007).

    c) Batasi konsumsi alcohol

    Radmarssy (2007) mengatakan bahwa konsumsi alcohol

    harus dibatasi karena konsumsi alcohol berlebihan dapat

    meningkatkan tekanan darah. Para peminum berat

    mempunyai resiko mengalami hipertensi empat kali lebih

    besar dari pada mereka yang tidak minum minuman

    beralkohol.

    d) Makan K dan Ca yang cukup dari diet

    Pertahankan asupan diet potassium (>90 mmol (3500 mg) /

    hari) dengan cara konsumsi diet tinggi buah dan sayur dan

  • 40

    diet rendah lemak dengan cara mengurangi asupan lemak

    jenuh dan lemak total (Kaplan, 2006). Kalium dapat

    menurunkan tekanan darah dengan meningkatkan jumlah

    natrium yang terbuang bersama air kencing. Dengan

    setidaknya mengonsumsi buah-buahan sebanyak 3-5 kali

    dalam sehari, seseorang bisa mencapai asupan potassium

    yang cukup (Radmarssy, 2007).

    e) Menghindari merokok

    Merokok memang tidak berhubungan secara langsung

    dengan timbulnya hipertensi, tetapi merokok dapat

    meningkatkan resiko komplikasi pada pasien hipertensi

    seperti jantung dan stroke, maka perlu dihindari

    mengkosumsi tembakau (rokok) karena dapat memperberat

    hipertensi (Dalimartha, 2008).

    f) Penurunan stress

    Stress memang tidak menyebabkan hipertensi yang menetap

    namun jika episode stress sering terjadi dapat menyebabkan

    kenaikan sementara yang sangat tinggi (Sheps, 2005).

    Menghindari stress dengan menciptakan suasana yang

    menyenangkan bagi penderita hipertensi dan

    memperkenalkan berbagai metode relaksasi seperti yoga

    atau meditasi yang dapat mengontrol system saraf yang

  • 41

    akhirnya dapat menurunkan tekanan darah

    (pfizerpeduli.com).

    g) Terapi masase (pijat)

    Menurut Dalimartha (2008), pada prinsipnya pijat yang

    dilakukan pada penderita hipertensi adalah untuk

    memperlancar aliran energi dalam tubuh sehingga gangguan

    hipertensi dan komplikasinya dapat diminimalisir, ketika

    semua jalur energi terbuka dan aliran energi tidak lagi

    terhalang oleh ketegangan otot dan hambatan lain maka

    resiko hipertensi dapat ditekan.

    2) Pengobatan Farmakologi :

    a) Diuretik (Hidroklorotiazid)

    Mengeluarkan cairan tubuh sehingga volume cairan

    ditubuh berkurang yang mengakibatkan daya

    pompa jantung menjadi lebih ringan.

    b) Penghambat Simpatetik (Metildopa, Klonidin dan

    Reserpin)

    Menghambat aktivitas saraf simpatis.

    c) Betabloker (Metoprolol, Propanolol dan Atenolol)

    (1) Menurunkan daya pompa jantung.

  • 42

    (2) Tidak dianjurkan pada penderita yang telah

    diketahui mengidap gangguan pernapasan

    seperti asma bronkial.

    (3) Pada penderita diabetes mellitus : dapat

    menutupi gejala hipoglikemia.

    d) Vasodilator (Prasosin, Hidralasin)

    Bekerja langsung pada pembuluh darah dengan

    relaksasi otot polos pembuluh darah.

    e) ACE inhibitor (Captopril)

    (1) Menghambat pembentukan zat Angiotensin II.

    (2) Efek samping : batuk kering, pusing, sakit

    kepala dan lemas.

    f) Penghambatan Reseptor Angiotensin II (Valsartan)

    Menghalangi penempelan zat Angiotensin II pada

    reseptor sehingga memperingan daya pompa

    jantung.

    g) Antagonis kalsium (Diltiasem dan Verapamil)

    Menghambat kontraksi jantung (kontraktilitas).

    (Andra saferi wijaya & yessie mariza putri,2013 :

    56-58)

  • 43

    3. Dampak resiko tinggi pada fungsi keluarga

    Resiko pada fungsi keluarga ialah sebagai berikut :

    a. Fungsi ekonomi

    Menjelaskan bagaimana upaya keluarga dalam pemenuhan kebutuhan

    sandang, pangan, dan papan serta pemanfaatan lingkungan rumah

    untuk meningkatkan penghasilah keluarga dan kemampuan keluarga

    dalam pemanfaatan sumber yang ada di masyarakat sekitar untuk

    meningkatkan status kesehatannya.

    b. Fungsi mendapatkan status sosial.

    Menjelaskan tentang upaya keluarga untuk memperoleh status sosial

    di masyarakat tempat tinggal keluarga.

    c. Fungsi pendidikian

    Menjelaskan upaya yang dilakukan keluarga dalam keluarga dalam

    pendidikan selain upaya yang diperoleh dari sekolah atau masyarakat

    sekitar.

    d. Fungsi sosialisasi

    Menjelaskan tentang hubungan anggota keluarga, sejauh mana

    anggota keluarga belajar tentang disiplin, nilai, norma, budaya dan

    perilaku yang berlaku di keluarga dan masyarakat.

    e. Fungsi pemenuhan (perawatan/pemeliharaan)kesehatan

    Berkaitan dengan tugas keluarga di bidang kesehatan, yaitu mengenai

    masalah, memutuskan tindakan yang tepat, merawat anggota keluarga

  • 44

    yang sakit, memelihara atau memodifikasi lingkungan yang

    menunjang terhadap kesehatan dan memanfaatkan fasilitas pelayanan

    kesehatan yang ada.

    f. Fungsi religius

    Menjelaskan tentang kegiatan keagamaan yang dipelajari dan

    dijalankan oleh keluarga yang berhubungan dengan kesehatan.

    g. Fungsi rekreasi

    Menjelaskan kemampuan dan kegiatan keluarga untuk melakukan

    rekreasi secara bersama baik di luar dan dalam rumah, juga tentang

    kuantitas yang dilakukan.

    h. Fungsi reproduksi

    Menjelaskan tentang bagaimana rencana keluarga dan upaya

    pengendalian jumlah anggota keluarga serta bagaimana keluarga

    menjelaskan kepada anggota keluarga tentang pendidikan seks yang

    dini dan benar.

    i. Fungsi afeksi

    Menjelaskan gambaran diri anggota keluarga, perasaan memiliki dan

    dimiliki dalam keluarga, dukungan anggota keluarga, hubungan

    psikososial dalam keluarga dan bagaimana keluarga mengembangkan

    sikap saling menghargai.

  • 45

    B. Proses Keperawatan Keluarga dengan Hipertensi Pada Lansia

    1. Konsep Dasar Lansia

    a. Pengertian proses menua

    Proses menua (Ageing process) merupakan proses yang terus

    menerus (berlanjut) secara alamiah, dimulai sejak lahir dan umumnya

    dialami oleh semua makhluk hidup. Menua (menjadi tua) adalah suatu

    proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan

    untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi

    normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan

    memperbaiki kerusakan yang diderita. (Suparyanto, 2010)

    b. Penyakit yang sering dijumpai pada lanjut usia

    Stieglitz (1945) yang dikutip oleh Suparyanto (2010)

    mengemukakan ada empat penyakit yang sangat erat hubungannya

    dengan proses menua, yaitu :

    1) Gangguan sirkulasi darah, seperti hipertensi, kelainan pembuluh

    darah, gangguan pembuluh darah di otak (koroner) dan ginjal.

    2) Gangguan metabolisme hormonal seperti diabetes mellitus,

    klimakterium dan ketidakseimbangan tiroid.

    3) Gangguan pada persendian seperti osteoartritis, gout, artritis

    ataupun penyakit kolagen lainnya.

    4) Neoplasma.

  • 46

    c. Pengkajian fokus pada lansia

    1) Katz Indeks

    Tabel 2.1 A Mandiri dalam makan, kontinensia (BAK, BAB), menggunakan

    pakaian, pergi ke toilet, berpindah dan mandi

    A

    B Mandiri semuanya kecuali salah satu saja dari fungsi di atas B

    C Mandiri, kecuali mandi dan satu lagi fungsi di atas C

    D Mandiri, kecuali mandi, berpakaian dan satu fungsi yang lain D

    E Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, ke toilet dan satu fungsi yang

    lain

    E

    F Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, ke toilet, berpindah dan satu

    fungsi yang lain

    F

    G Ketergantungan untuk semua fungsi di atas G

    2) Barthel Indeks

    Tabel 2.2 No Kriteria Dengan bantuan Mandiri

    1 Makan 5 10

    2 Minum 5 10

    3 Berpindah dari kursi roda ke tempat

    tidur dan sebaliknya

    5-10 15

    4 Personal toilet (cuci muka, menyisir

    rambut, gosok gigi)

    0 5

    5 Keluar masuk toilet (mencuci

    pakaian, menyeka tubuh, menyiram)

    5 10

    6 Mandi 5 15

    7 Jalan di tempat datar 0 5

    8 Naik turun tangga 5 10

    9 Mengenakan pakaian 5 10

    10 Kontrol bowel (BAB) 5 10

    11 Kontrol blader (BAK) 5 10

    12 Olahraga/latihan 5 10

    13 Rekreasi/pemanfaatan waktu luang 5 10

    Keterangan :

    130 : mandiri

    65-125 : ketergantungan sebagian

    60 : ketergantungan total

  • 47

    3) Test keseimbangan Tabel 2.3

    A Perubahan posisi/gerakan keseimbangan 0 1

    1 Bangun dari kursi

    2 Duduk dari kursi

    3 Menahan dorongan pada sternum

    4 MataTertutup

    5 Perputaran leher

    6 Gerakan Menggapai sesuatu

    7 Membungkuk

    B Komponen Gaya Berjalan 0 1

    8 Berjalan sesuai perintah

    9 Kemampuan mengangkat kaki saat berjalan

    10 Kontinuitas langkah kaki saat berjalan

    11 Kesimetrisan Langkah

    12 Penyimpangan jalur pada saat berjalan

    13 Berbalik

    Total

    Keterangan :

    0-5 : risiko jatuh

    6-10 : risiko jatuh sedang

    11-13 : risiko jatuh tinggi

    4) Data psikologis yang mencakup :

    Status emosional

    Tabel 2.4

    a

    b

    c

    d

    Mengalami sukar tidur

    Sering merasa gelisah

    Sering murung atau menangis sendiri

    Sering was-was atau khawatir

    Ya Tidak

    Jika jawaban diatas lebih dari satu, maka lanjutkan dengan pertanyaan

    berikut :

  • 48

    Tabel 2.5

    No Data Ya Tidak

    A Keluhan lebih dari 3 bulan atau lebih

    dari1kali dalam 1 bulan

    B Ada masalah atau banyak pikiran

    C Ada gangguan/masalah dengan keluarga

    lain

    D Menggunakan obat tidur/penenang atas

    anjuran dokter

    E Cenderung mengurung diri

    (1) Status mental (Short Portable Mental Status Quissionaire (SPMSQ))

    Tabel 2.6

    No Pertanyaan Benar Salah

    1 Tanggal berapa hari ini ?

    2 Hari apa sekarang ini ?

    3 Apa nama tempat ini ?

    4 Dimana alamat anda ?

    5 Berapa umur anda ?

    6 Kapan anda lahir ? (minimal tahun lahir)

    7 Siapa presiden Indonesia sekarang ?

    8 Siapa presiden Indonesia sebelumnya ?

    9 Siapa nama ibu anda ?

    10 Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 dari setiap

    angka baru semua secara menurun

    TOTAL

    Keterangan :

    Salah 0-3 : fungsi intelektual utuh

    Salah 4-5 : kerusakan intelektual ringan

    Salah 6-8 : kerusakan intelektual sedang

    Salah 9-10 : kerusakan intelektual berat

    (2) Status kognitif (Mini Mental Status Examination (MMSE))

    Tabel 2.7 No Aspek Kognitif Nilai

    maks

    Nilai klien Kriteria

    1 Orientasi 5 Menyebutkan dengan benar:

    Tahun

  • 49

    Musim

    Tanggal

    Hari

    Bulan

    Orientasi 5 Dimana kita sekarang berada ?

    Negara Indonesia

    Provinsi Jawa Barat

    Kota .

    PTSW

    Wisma

    2 Registrasi 3 Sebutkan nama 3 0bjek (oleh

    pemeriksa) 1 detik untuk

    mengatakan masing-masing obek.

    Kemudian tanyakan kepada klien ke 3 objek tadi (untuk disebutkan)

    Objek

    Objek

    Objek

    3 Perhatikan dan

    kalkulasi

    5 Minta klien untuk mulai dari

    angka 100 kemudian dikurangi 7

    sampai 5 kali / tingkat. 93, 86, 79,

    72, 65

    4 Mengingat 3 Minta klien untuk mengulangi ke

    3 objek pada nomor 2 (registrasi).

    Bila benar 1 poin untuk masing-

    masing objek.

    5 Bahasa 9 a. Menyebutkan nama benda yang ditunjuk minimal 2

    b. Kemampuan mengulang kata

    Tak ada jika, tetapi, atau c. Kemampuan melakukan

    perintah

    Mengambil

    Melakukan sesuatu terhadap benda yang

    diambil

    Menaruh d. Kemampuan menutup mata e. Kemampuan menulis 1

    kalimat

    f. Kemampuan menyalin gambar

    TOTAL

  • 50

    Keterangan :

    > 23 : aspek kognitif dari fungsi intelektual baik

    18-22 : kerusakan aspek fungsi mental ringan

    < 17 : terdapat kerusakan aspek fungsi mental berat

    C. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Hipertensi

    Proses keperawatan keluarga merupakan suatu proses yang kompleks

    dan bersifat dinamis, menggunakan pendekatan yang sistematis pada

    keluaraga dan anggota keluarga dengan menggunakan metode ilmiah. Proses

    keperawatan keluarga mengikuti pola keperawatan secara umum yang terdiri

    dari pengkajian, perencanaan, intervensi, implementasi dan evaluasi.

    (Yohanes Dion & Yasinta Betan, 2013 : 63)

    Tahap-tahap dalam proses keperawatan saling tergantung satu sama

    lainnya yang menggambarkan perkembangan dari tahap yang satu ke tahap

    yang lain, dengan tahap-tahap sebagai berikut :

    1. Pengkajian

    Pengkajian adalah suatu tahapan ketika seorang perawat mengumpulkan

    informasi secara terus menerus tentang keluarga yang dibinanya.

    (Suprajitno, 2004 : 29) Tahap ini mencakup pengumpulan data,

    analisis/interpretasi data tentang kondisi bio, psiko, sosio, kultural, dan

    spritual klien. Pengkajian merupakan langkah awal pelaksanaan asuhan

  • 51

    keperawatan keluarga. Pada kegiatan pengkajian ada beberapa tahap yang

    perlu dilakukan, yaitu :

    a. Membina hubungan yang baik

    Hubungan yang baik antara perawat dan klien (keluarga) merupakan

    modal utama pelaksanaa asuhan keperawatan, hubungan yang baik ini

    dapat dibentuk dengan menerapkan komunikasi terapetik yang

    merupakan strategi perawat untuk memberikan bantuan pada klien

    untuk memenuhi kebutuhan kesehatannya, ada beberapa hal yang

    perlu dilakukan yaitu :

    1) Diawali dengan perawat memperkenalkan diri dengan sopan dan

    ramah

    2) Menjelaskan tujuan kunjungan

    3) meyakinkan keluarga bahwa kehadiran perawat adalah untuk

    membantu keluarga menyelesaikan maslah kesehatan yang ada di

    keluarga

    4) Menjelaskan luas kesanggupan bantuan perawat yang dapat

    dilakukan

    5) Menjelaskan kepada keluarga siapa tim kesehatan lain yang

    menjadi jaringan perawat

    b. Pengkajian awal, pengkajian ini terfokus sesuai data yang diperoleh

    dari unit pelayanan kesehatan.

  • 52

    c. Pengkajian lanjutan (tahap kedua), adalah tahap pengkajian untuk

    memperoleh data yang lebih lengkap sesuai masalah kesehatan

    keluarga yang berorientasi pada pengkajian awal. Pada pengkajian

    lanjutan ini perawat perlu mengungkap keadaan keluarga hingga

    penyebab dari masalah kesehatan yang paling mendasar. Data yang

    harus diperoleh pada pengkajian yang meliputi :

    1) Data umum

    Data ini mencakup kepala keluarga (KK), alamat lengkap dan

    telpon, pekerjaan KK, komposisi keluarga dan genoram keluarga.

    Data lain yang perlu dikaji yang termasuk ke dalam data umum

    adalah tipe keluarga, suku bangsa, agama, status sosial ekonomi

    keluarga serta aktitas rekreasi keluarga.

    2) Riwayat dan tahap perkembangan keluarga, yaitu meliputi :

    a) Tahap perkembangan keluarga saat ini, yaitu tahap

    perkembangan tertinggi yang dicapai keluarga saat ini yang

    ditentukan oleh anak tertua dari keluarga tersebut.

    b) Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi, yaitu

    menjelaskan tentang tugas keluarga yang belum terpenuhi dan

    kendala yang dihadapi oleh keluarga. Juga dilakukan

    pengidentifikasian mengapa tugas keluarga belum terpenuhi

    dan upaya yang telah dilakukannya.

  • 53

    c) Riwayat kesehatan keluarga inti, menjelaskan riwayat

    kesehatan keluarga inti, riwayat kesehatan masing-masing

    anggota keluarga, perhatian terhadap upaya pencegahan

    penyakit, upaya dan pengalaman keluarga terhadap pelayanan

    kesehatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan kesehatan.

    d) Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya (generasi di atsnya).

    Dalam hal ini menjelaskan riwayat kesehatan generasi diatas

    orang tentang riwayat penyakit keturunan, upaya generasi

    tersebut tentang upaya penanggulangan penyakit, upaya

    kesehatan yang dipertahankan sampai saat ini.

    3) Data lingkungan, meliputi :

    a) Karakteristik rumah

    Menjelaskan tentang hasil identifikasi rumah yang dihuni

    keluarga meliputi luas rumah, tipe rumah, jumlah ruangan,

    pemanfaatan ruangan jumlah ventilasi, peletakan perabot

    rumah tangga, sarana pembuangan air limabah dan kebutuhan

    mck (mandi, cuci, kakus), sarana air bersih dan minum yang

    digunakan.

    b) Karakteristik tetangga dan komunitasnya

    Menjelaskan tentang karakteristik dari tetangga dan komunitas

    setempat, yaitu tempat keluarga bertempat tinggal meliputi

    kebiasaan seperti lingkungan fisik, nilai atau norma serta

  • 54

    aturan/kesepakatan penduduk setempat dan budaya setempat

    yang mempengaruhi kesehatan.

    c) Mobilitas geografis keluarga

    Menggambarkan mobilitas keluarga dan anggota keluarga dan

    ada keluarga yang sering berpindah tempat atau ada anggota

    keluarga yang tinggal jauh dan sering berkunjung pada

    keluarga yang dibina.

    d) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat

    Menjelaskan mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk

    berkumpul serta perkumpulan keluarga yang ada dan sejauh

    mana keluarga berinteraksi dengan masyarakat sekitarnya.

    e) Sistem pendukung keluarga

    Menjelaskan anggota keluarga yang sehat dan fasilitas keluarga

    yang menunjang kesehatan (askes, jamsostek, kartu sehat,

    asuransi, dll). Fasilitas fisik yang dimiliki anggota keluarga

    (peralatan kesehatan), dukungan psikologis anggota keluarga

    dan fasilitas sosial yang ada di sekitar keluarga yang dapat

    digunakan untuk meningkatkan upaya kesehatan.

  • 55

    4) Struktur keluarga

    a) Struktur peran

    Menjelaskan tentang peran masing-masing anggota keluarga

    secara formal maupun informal baik di keluarga atau

    masyarakat.

    b) Nilai atau norma keluarga

    Menjelaskan nilai atau norma yang dipelajarii dan dianut oleh

    keluarga yang berhubungan dengan kesehatan.

    c) Pola komunikasi keluarga

    Menjelaskan bagaimana cara keluarga berkomunikasi, siapa

    pengambil keputusan utama dan bagaimana peran anggota

    keluarga dalam menciptakan komunikasi serta hal apa yang

    mempengaruhi komunikasi keluarga.

    d) Struktur kekuatan keluarga

    Menjelaskan tentang kemampuan keluarga untuk

    mempengaruhi dan mengendalikan anggota keluarga untuk

    mengubah perilaku yang berhubungan dengan kesehatan.

    5) Fungsi Keluarga

    a) Fungsi ekonomi

    Menjelaskan bagaimana upaya keluarga dalam pemenuhan

    kebutuhan sandang, pangan, dan papan serta pemanfaatan

  • 56

    lingkungan rumah untuk meningkatkan penghasilah keluarga

    dan kemampuan keluarga dalam pemanfaatan sumber yang ada

    di masyarakat sekitar untuk meningkatkan status kesehatannya.

    b) Fungsi mendapatkan status sosial.

    Menjelaskan tentang upaya keluarga untuk memperoleh status

    sosial di masyarakat tempat tinggal keluarga.

    c) Fungsi pendidikian

    Menjelaskan upaya yang dilakukan keluarga dalam keluarga

    dalam pendidikan selain upaya yang diperoleh dari sekolah

    atau masyarakat sekitar.

    d) Fungsi sosialisasi

    Menjelaskan tentang hubungan anggota keluarga, sejauh mana

    anggota keluarga belajar tentang disiplin, nilai, norma, budaya

    dan perilaku yang berlaku di keluarga dan masyarakat.

    e) Fungsi pemenuhan (perawatan/pemeliharaan)kesehatan

    Berkaitan dengan tugas keluarga di bidang kesehatan, yaitu

    mengenai masalah, memutuskan tindakan yang tepat, merawat

    anggota keluarga yang sakit, memelihara atau memodifikasi

    lingkungan yang menunjang terhadap kesehatan dan

    memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada.

  • 57

    f) Fungsi religius

    Menjelaskan tentang kegiatan keagamaan yang dipelajari dan

    dijalankan oleh keluarga yang berhubungan dengan kesehatan.

    g) Fungsi rekreasi

    Menjelaskan kemampuan dan kegiatan keluarga untuk

    melakukan rekreasi secara bersama baik di luar dan dalam

    rumah, juga tentang kuantitas yang dilakukan.

    h) Fungsi reproduksi

    Menjelaskan tentang bagaimana rencana keluarga dan upaya

    pengendalian jumlah anggota keluarga serta bagaimana

    keluarga menjelaskan kepada anggota keluarga tentang

    pendidikan seks yang dini dan benar.

    i) Fungsi afeksi

    Menjelaskan gambaran diri anggota keluarga, perasaan

    memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan anggota

    keluarga, hubungan psikososial dalam keluarga dan bagaimana

    keluarga mengembangkan sikap saling menghargai.

    6) Stress dan koping keluarga

    a) Stressor jangka pendek dan jangka keluarga

    Menjelaskan kemampuan keluarga dalam berespons terhadap

    stressor dan strategi koping yang digunakan untuk

    menyelesaikan stressor baik itu stressor jangka pendek

  • 58

    (memerlukan waktu penyelesaian kurang lebih 6 bulan)

    maupun stressor jangka panjang (memerlukan waktu lebih dari

    6 bulan)

    b) Pemeriksaan kesehatan

    Pemeriksaan kesehatan pada setiap anggota keluarga

    menggunakan sistem pemeriksaan fisik secara head to toe.

    Pemeriksaan fisik dilakukan secara head to toe, meliputi :

    (1) Keadaan umum

    Kesadaran : compos mentis

    Tanda-tanda vital :TD: sistolik 160 mmHg

    diastolik 90mmHg.

    RR : 20 x / menit

    N : 96 x/menit

    S : 36 o C

    (2) Kepala : Bentuk simetris tidak ada lesi atau hematoma

    tidak ada eedema, tidak ada benjolan warna rambut,

    distribusi.

    (3) Mata : Bentuk simetris , reflek positif pupil terhadap

    rangsangan cahaya, fungsi pengelihatan biasanya menurun,

    konjungtiva unanemis visus 3 : 6, reflek mengedip, hygiene

    bersih, scelera terilhat kekuningan.

  • 59

    (4) Hidung : Bentuk simetris, fungsi penciuman baik, tidak

    ada nyeri tekan, tidak ada pernapasan cuping hidung, tidak

    ada sinus, hygiene.

    (5) Telinga : Bentuk simetris, tidak ada nyeri tekan, fungsi

    pendengaran biasanya menurun, hygiene.

    (6) Mulut : Hygiene, jumlah gigi , ovula berada di tengah-

    tengah, tidak ada pendarahan gusi.

    (7) Leher : Tidak ada pembesaran KGB, tidak ada nyeri tekan,

    tidak ada pembesaran JVP, tidak ada nyeri menelan.

    (8) Dada : Bentuk simetris, terdapat retraksi dada, pergerakan

    dada simetris, suara paru vaskuler, bunyi paru sonor, bunyi

    jantung s1 dan s2 tidak ada bunyi tambahan.

    (9) Abdomen : Bentuk datar dan Simetris, umbilicus bersih,

    tidak ada pembesaran hati, tidak ada nyeri tekan pada

    epigastrium, bising usus 8 x/ mnt, tidak terdapat distensi

    abdomen.

    (10) Genetalia : hygiene, bentuk, nyeri tekan.

    (11) Ektremitas :

    a) Atas : bentuk simetris reflek bisef, dan trisef positif,

    jumlah jari lengkap, akral hangat, di tumbuhi rambut,

    tidak ada edema, tonus otot kanan 5 kiri 5.

  • 60

    b) Bawah : bentuk simetris, reflek patella positif, jumlah

    jari lengkap, di tumbuhi rambut, tidak ada kontraktur

    sendi tingkat gradasi, tonus otot kanan 5 kiri 5.

    7) Harapan Keluarga

    Menjelaskan bagaimana harapan keluarga terhadap perawat

    (petugas kesehatan) untuk membantu menyelesaikan masalah

    kesehatan yang terjadi.

    2. Diagnosa keperawatan keluarga

    Diagnosa keperawatan merupakan pernyataan yang dirumuskan

    berdasarkan data yang dirumuskan tentang respon klien terhadap masalah

    kesehatan serta faktor penyebab (etiologi) yang berkontribusi terhadap

    timbulnya masalah yang perlu diatasi dengan tindakan/intervensi

    keperawatan. (Suprajitno, 2004 : 24)

    Menurut Suprajitno (2004 : 42), perumusan diagnosa keperawatan

    keluarga menggunakan aturan yang telah disepakati yang teridir dari :

    a. Masalah (problem, P) adalah suatu pernyataan yang tidak terpenuhinya

    kebutuhan dasar manusia yang dialami oleh keluarga atau anggota

    (individu) keluarga.

    b. Penyebab (etiologi, E), adalah suatu pernyataan yang dapat

    menyebabkan masalah dengan mengacu kepada lima tugas keluarga

    yaitu mengenal masalah, mengambil keputusan yang tepat, merawat

  • 61

    anggota keluarga, memelihara lingkungan atau memanfaatkan fasilitas

    pelayanan kesehatan.

    c. Tanda (sign, S), adalah sekumpulan data subjektif dan data objektif

    yang diperoleh perawat dari keluarga secara langsung atau tidak yang

    mendukung masalah dan penyebab.

    Tipologi diagnosa keperawatan keluarga dibedakan menjadi tiga

    kelompok, yaitu :

    a. Diagnosa aktual

    Adalah masalah keperawatan yang sedang dialami oleh keluarga dan

    memerlukan bantuan dari perawat dengan cepat.

    b. Diagnosa risiko/risiko tinggi

    Adalah masalah keperawatan yang belum terjadi, tetapi tanda untuk

    menjadi masalah aktual dapat terjadi dengan cepat apabila tidak segera

    mendapat bantuan perawat.

    c. Diagnosa potensial

    Adalah suatu keadaan sejahtera dari keluarga ketika keluarga telah

    mampu memenuhi kebutuhan kesehatannya dan mempunyai sumber

    penunjang kesehatan yang memungkinkan dapat terjadi.

    Masalah keperawatan keluarga yang mungkin muncul pada klien

    dengan hipertensi (Andra Saferi Wijaya & Yessie Mariza putri, 2013 :

    60) adalah :

  • 62

    1). Nyeri (sakit kepala)

    2). Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung

    3). Potensial perubahan perfusi jaringan

    Untuk menentukan diagnosa pada keperawatan keluarga maka etiologi

    dihubungkan pada lima tugas keluarga menurut Suprajitno (2004, 17-18)

    yaitu:

    a) Mengenal masalah kesehatan keluarga.

    b) Memutuskan tindakan yang tepat bagi keluarga.

    c) Merawat anggota keluarga yang sakit.

    d) Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan

    keluarga.

    e) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan.

    Apabila diagnosa keperawatan yang dirimuskan lebih dari satu,

    maka harus dilakukan skoring (penilaian) diagnosa keperawatan.

    Proses skoring menggunakan skala yang telah dirumuskan oleh

    Bailon dan Maglaya (1978) dalam Suprajitno (2004 : 45-46)

    Skala dalam Menentukan Prioritas Diagnosa Keperawatan

    Menurut Bailon dan Maglaya (1978)

    Tabel 2.8

    No Kriteria Skor Bobot

    1 Sifat masalah

    Skala : Tidak/kurang sehat

    Ancaman kesehatan

    3

    2

    1

  • 63

    Keadaan sejahtera 1

    2 Kemungkinan masalah dapat diubah

    Skala : Mudah

    Sebagian

    Tidak dapat

    2

    1

    0

    2

    3 Potensial masalah untuk dicegah

    Skala : Tinggi

    Cukup

    Rendah

    3

    2

    1

    1

    4 Menonjolnya masalah

    Skala : Masalah berat, harus segera ditangani

    Ada masalah tetapi tidak perlu ditangani

    Masalah tidak dirasakan

    2

    1

    0

    1

    (Sumber : Asuhan Keperawatan Keluarga; Aplikasi dalam Praktik.

    Suprajitno, 2004: 46)

    Proses skoring ini dilakukan untuk setiap diagnosa keperawatan yang

    telah diidentifikasi. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam proses

    skoring adalah :

    (1) Tentukan skornya sesuai dengan kriteria yang dibuat perawat

    (2) Skor dibagi dengan skor tertinggi dan dikalikan dengan bobot

    Skor yang diperoleh x bobot

    Skor tertinggi

  • 64

    (3) Jumlahkan skor untuk semua kriteria (skor maksimum sama

    dengan jumlah bobot yaitu 5)

    Setelah dilakukan proses skoring, langkah selanjutnya adalah

    penyusunan prioritas masalah. Prioritas didasarkan pada diagnosa

    keperawatan yang mempunyai skor tertinggi dan disusun berurutan

    sampai skor yang terendah. Namun, dalam hal ini perawat harus

    mempertimbangkan juga persepsi keluarga terhadap masalah

    keperawatan mana yang perlu diatasi segera.

    Penentuan prioritas sesuai dengan kriteria skala :

    1) Untuk kriteria pertama, prioritas utama diberikan pada tidak atau

    kurang sehat karena perlu tindakan segera dan biasanya disadari

    oleh keluarga.

    2) Untuk kriteria kedua, perlu diperhatikan :

    a) Pengetahuan yang ada sekarang, teknologi dan tindakan

    untuk menangani masalah

    b) Sumber daya keluarga : fisik, keuangan dan tenaga

    c) Sumber daya perawat : pengetahuan, keterampilan dan waktu

    d) Sumber daya lingkungan : fasilitas, organisasi dan dukungan

    3) Untuk kriteria ketiga perlu diperhatikan :

    a) Kepelikan dari masalah yang berhubungan dengan penyakit

    atau masalah

    b) Lamanya masalah yang berhubungan dengan jangka waktu

  • 65

    c) Tindakan yang sedang dijalankan atau yang tepat untuk

    memperbaiki masalah

    d) Adanya kelompok yang berisiko untuk dicegah agar tidak

    aktual dan menjadi parah

    4) Untuk kriteria keempat, perawat perlu menilai persepsi atau

    bagaimana keluarga menilai masalah keperawatan tersebut.

    3. Perencanaan

    Perencanaan asuhan keperawatan (nursing care plan) adalah acuan

    tertulis yang terdiri dari berbagai intervensi keperawatan yang

    direncanakan dapat mengatasi diagnosa keperawatan sehingga klien dapat

    terpenuhi kebutuhan dasarnya. (Suprajitno, 2004: 24)

    Ciri-ciri rencana perawatan keluarga menurut Effendy (1998 : 54) :

    1) Berpusat pada tindakan-tindakan yang dapat memecahkan atau

    meringankan masalah yang sedang dihadapi

    2) Merupakan hasil dari suatu proses yang sistematis dan telah

    dipelajari dan pikiran yang logis

    3) Rencana perawatan keluarga berhubungan dengan masa yang akan

    datang

    4) Berkaitan dengan masalah kesehatan dan masalah keperawatan

    yang diidentifikasi

    5) Rencana perawatan merupakan cara untuk mencapai tujuan

    6) Merupakan suatu proses yang berlangsung secara terus menerus

  • 66

    Perencanaan keperawatan keluarga (family care plan) mencakup tujuan

    umum dan khusus yang didasarkan pada masalah yang dilengkapi dengan

    kriteria dan standar yang mengacu pada penyebab. (Suprajitno, 2004: 49)

    Rencana tindakan keperawatan terhadap keluarga, meliputi kegiatan yang

    bertujuan :

    1) Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai

    masalah dan kebutuhan kesehatan dengan cara :

    a) Memberikan informasi yang tepat

    b) Mengidentifikasi kebutuhan dan harapan keluarga tentang

    kesehatan

    c) Mendorong sikap emosi yang mendukung upaya kesehatan

    2) Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang

    tepat dengan cara :

    a) Mengidentifikasi konsekuensinya bila tidak melakukan

    tindakan

    b) Mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki dan ada di

    sekitar keluarga

    c) Mendiskusikan tentang konsekuensi tipe tindakan

    3) Memberikan kepercayaan diri selama merawat anggota keluarga

    yang sakit dengan cara :

    a) Mendemonstrasika