KATARAK
-
Upload
haziq-mars -
Category
Documents
-
view
223 -
download
5
description
Transcript of KATARAK
KATARAK SENILIS
KOMPLIKATA
B7Melinda Ruslim 102008099Agung Haryanto 102010207Kevin Pinarto 102011040Threesia Yuliana Damayanti 102011086Stephanie Angelina Utomo 102011180Devy Anggi Stompul 102011241Maria Sunvratys 102011313Karinna Pratiwi 102011397Mohd Nur Haziq Bin Noor Hamizam Shah 102011431
Abstrak
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi
atau penambahan cairan lensa, denaturasi protein lensa, atau terjadi akibat kedua-
duanya . Kekeruhan ini dapat mengganggu jalannya cahaya yang melewati lensa
sehingga pandangan dapat menjadi kabur hingga hilang sama sekali. Penyebab utama
katarak adalah usia, tetapi banyak hal lain yang dapat terlibat seperti trauma, toksin,
penyakit sistemik seperti diabetes, merokok dan herediter . Prevalensi katarak pada
usia 65 tahun adalah 50% dan prevalensi ini meningkat hingga 70% pada usia lebih
dari 75 tahun.
Kata kunci: katarak, keruh, usia, diabetes
Abstract
A cataract is a cloudiness in the lens that may occur due to hydration or adding liquid
lens, lens protein denaturation, or occurs as a result of both. Turbidity can interfere
with the course of light passing through the lens so that the view can be blurred to
disappear altogether. The main cause of cataracts is age, but a lot of other things that
can be involved such as trauma, toxins, systemic diseases such as diabetes, smoking
and hereditary. Prevalence of cataract at the age of 65 years is 50% and this
prevalence increases to 70% at the age of 75 years.
Keywords: cataract, cloudy, age, diabetes
PENDAHULUAN
Katarak merupakan masalah penglihatan yang serius karena katarak dapat
mengakibatkan kebutaan. Menurut WHO pada tahun 2002 katarak merupakan
penyebab kebutaan yang paling utama di dunia sebesar 48% dari seluruh kebutaan di
dunia. Setidaknya terdapat delapan belas juta orang di dunia menderita kebutaan
akibat katarak. Di Indonesia sendiri berdasarkan hasil survey kesehatan indera 1993-
1996, katarak juga penyebab kebutaan paling utama yaitu sebesar 52%.1
Katarak memang dianggap sebagai penyakit yang lumrah pada lansia. Akan
tetapi, ada banyak faktor yang akan memperbesar resiko terjadinya katarak. Faktor-
faktor ini antara lain adalah paparan sinar ultraviolet yang berlebihan terutama pada
negara tropis, paparan dengan radikal bebas, merokok, defesiensi vitamin (A, C, E,
niasin, tiamin, riboflavin, dan beta karoten), dehidrasi, trauma, infeksi, penggunaan
obat kortikosteroid jangka panjang, penyakit sistemik seperti diabetes mellitus,
genetik dan myopia.2,3
Skenario 4
Pria usia 70 tahun datang ke poli umum RS FMC Sentul, dengan keluhan kabur pada
kedua mata, tidak disertai mata merah. Pasien melihat ada asap yang menutupi kedua
mata. Pada pemeriksaan didapatkan mata kanan visus 6/60 pinhole tidak maju, pada
mata kiri visus 6/30 dikoreksi 6/6. Adanya riwayat diabetes dan hipertensi yang tidak
terkontrol.
Katarak Senilis Komplikata 2
Anamnesis
Anamnesis adalah wawancara antara dokter, penderita atau keluarga penderita yang
mempunyai hubungan dekat dengan pasien atau warga yang menjadi saksi terhadap
apa yang berlaku, mengenai semua data tentang penyakit. Dalam anamnesis, harus
diketahui adalah identitas pasien, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang dan dulu,
riwayat kesihatan keluarga, riwayat peribadi dan riwayat ekonomi.
Anamnesis dapat dibagikan kepada 2 jenis yaitu:4
a. Alloanamnesis : riwayat penyakit didapat dari orang tua atau sumber lain.
b. Autoanamnesis: riwayat penyakit yang langsung didapatkan dari pasien.
Pasien sendiri yang menemui dokter dan memberitahu sendiri riwayat
penyakit dan keluhan yang mereka hadapi.
Berdasarkan kasus, anamnesis dilakukan berdasarkan tahap kesadaran pasien.
Anamnesis harus dilakukan secara teliti, teratur, dan lengkap karena sebagian besar
data yang diperlukan diperoleh dari anamnesis untuk menegakkan diagnosis.
Untuk mengendalikan suatu wawancara hal-hal yang perlu diperhatikan :4
- Pakailah pernyataan-pertanyaan peralihan untuk mengendalikan pasien yang
berbicara bertele-tele
- Mintalah ijin untuk menyelidiki persoalan-persoalan yang sensitif
- Berikanlah respons singkat kalau pasien mengungkapkan emosinya
- Hindarilah memberikan pertanyaan yang bertubi-tubi
- Selidikilah semua petunjuk
- Bila perlu, lontarkan emosi
Hal-hal yang perlu dipertanyakan dalam anamnesis :4
Identitas pasien; nama, umur, tanggal lahir, tempat tinggal dan pekerjaan
Sejak kapan mulai sadar akan penglihatannya mulai kabur dan berasap?
Keluhan sakit lain?
Riwayat penyakit dahulu dan sekarang
Jenis – jenis Katarak
Katarak Senilis Komplikata 3
Jenis- jenis katarak terbagi atas :
1. Katarak terkait usia (katarak senilis)
Katarak senilis adalah jenis katarak yang paling sering dijumpai. Satu- satunya
gejala adalah distorsi penglihatan dan penglihatan yang semakin kabur.
2. Katarak anak- anak
Katarak anak- anak dibagi menjadi dua kelompok, yaitu :
a. Katarak kongenital, yang terdapat sejak lahir atau segera sesudahnya.
Banyak katarak kongenital yang tidak diketahui penyebabnya
walaupun mungkin terdapat faktor genetik, yang lain disebabkan oleh
penyakit infeksi atau metabolik, atau beerkaitan dengan berbagai
sindrom.
b. Katarak didapat, yang timbul belakangan dan biasanya terkait dengan
sebab-sebab spesifik. Katarak didapat terutama disebabkan oleh
trauma, baik tumpul maupun tembus. Penyyebab lain adalah uveitis,
infeksi mata didapat, diabetes dan obat.
3. Katarak traumatik
Katarak traumatik paling sering disebabkan oleh cedera benda asing di
lensa atau trauma tumpul terhadap bola mata. Lensa menjadi putih segera
setelah masuknya benda asing karena lubang pada kapsul lensa
menyebabkan humor aqueus dan kadang- kadang korpus vitreum masuk
kedalam struktur lensa.
4. Katarak komplikata
Katarak komplikata adalah katarak sekunder akibat penyakit intraokular
pada fisiologi lensa. Katarak biasanya berawal didaerah sub kapsul
posterior dan akhirnya mengenai seluruh struktur lensa. Penyakit- penyakit
intraokular yang sering berkaitan dengan pembentukan katarak adalah
uveitis kronik atau rekuren, glaukoma, retinitis pigmentosa dan pelepasan
retina.
5. Katarak akibat penyakit sistemik
Katarak bilateral dapat terjadi karena gangguan- gangguan sistemik
berikut: diabetes mellitus, hipoparatiroidisme, distrofi miotonik, dermatitis
atropik, galaktosemia, dan syndrome Lowe, Werner atau Down.
6. Katarak toksik
Katarak Senilis Komplikata 4
Katarak toksik jarang terjadi. Banyak kasus pada tahun 1930-an sebagai
akibat penelanan dinitrofenol (suatu obat yang digunakan untuk menekan
nafsu makan). Kortokosteroid yang diberikan dalam waktu lama, baik
secara sistemik maupun dalam bentuk tetes yang dapat menyebabkan
kekeruhan lensa.
7. Katarak ikutan
Katarak ikutan menunjukkan kekeruhan kapsul posterior akibat katarak
traumatik yang terserap sebagian atau setelah terjadinya ekstraksi katarak
ekstrakapsular.
Katarak Diabetes2
Katarak diabetik merupakan katarak yang disebabkan oleh penyakit diabetes melitus.
Katarak dalam diabetes melitus dapat terjadi dalam 3 bentuk, yaitu:
- Pasien dengan dehidrasi berat, asidosis dan hiperglikemia nyata pada lensa
akan terlihat kekeruhan berupa garis akibat kapsul lensa berkerut. Bila
dehidrasi lama akan terjadi kekeruhan lensa, kekeruhan akan hilang bila
terjadi rehidrasi dan kadar gula normal kembali.
- Pasien diabetes juvenil dan tua tidak terkontrol, di mana terjadi katarak
serentak pada kedua mata dalam 48 jam, bentuk dapat snowflake atau piring
subskapular.
- Katarak pada pasien diabetes dewasa dimana gambaran secara histologik dan
biokimia sama dengan katarak pasien non diabetik.
Pada mata terlihat meningkatkan insidens maturasi katarak yang lebih pada pasien
diabetes. True diabetik katarak jarang ditemukan. Pada lensa akan terlihat tebaran
salju subskapular yang sebagian jernih dengan pengobatan.
Beberapa stadium katarak:
1. Katarak insipien
Pada stadium ini akan terlihat hal – hal berikut: kekeruhan mulai dari tepi
ekuator berbentuk jeriji menuju korteks anterior dan posterior. Kekeruhan ini
dapat menimbulkan poliopia oleh karena indeks refraksi yang tidak sama pada
semua bagian lensa.
2. Katarak Intumesen
Katarak Senilis Komplikata 5
Kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat lensa yang degeneratif
menyerap air. Pada keadaan ini lensa mencembung sehingga daya biasnya
bertambah sehingga menyebabkan miopisasi.
3. Katarak Imatur
Sebagian lensa mengalami kekeruhan. Katarak belum mengenai seluruh lapis
lensa. Pada katarak imatur akan dapat bertambah volume lensa akibat
meningkatnya tekanan osmotik bahan lensa yang degeneratif. Pada keadaan
lensa mencembung akan dapat menimbulkan hambatan pupil, sehingga dapat
terjadi glaukoma sekunder.
4. Katarak Matur
Kekeruhan telah mengenai seluruh lensa. Kekeruhan ini dapat terjadi akibat
deposisi ion Ca yang menyeluruh.
5. Katarak Hipermatur
Katarak yag mengalami proses degenerasi lanjut, dapat menjadi keras atau
lembek dan mencair. Bila katarak berlanjut disertai dengan kapsul yang tebal
maka korteks yang berdegenerasi dan cair tidak dapat keluar, maka korteks
akan memperlihatkan gambaran seperti sekantong susu disertai dengan
nukleus yang terbenam.
C. Anatomi dan Fisiologi
1. Anatomi mata4-10
a. Struktur Mata Eksternal
Katarak Senilis Komplikata 6
Gambar 1.
Struktur mata eksternal
1) Alis
Alis adalah dua potong kulit tebal melengkung yang ditumbuhi bulu. Alis dikaitkan
pada otot-otot sebelah bawahnya serta berfungsi melindungi mata dari sinar matahari.
2) Kelopak mata
Kelopak mata merupakan dua buah lipatan muskulofibrosa yang dapat digerakkan,
dapat dibuka dan ditutup untuk melindungi dan meratakan air mata ke permukaan
bola mata dan mengontrol banyaknya sinar yang masuk. Kelopak tersusun oleh kulit
tanpa lemak subkutis. Batas kelopak mata berakhir pada plat tarsal, terletak pada batas
kelopak. Sisi bawah kelopak mata dilapisi oleh konjungtiva.
3) Bulu mata
Bulu mata melindungi mata dari debu dan cahaya.
b. Struktur Mata Internal
Gambar 2.
Struktur mata internal
1) Sklera
Lapisan paling luar dan kuat ( bagian “putih” mata). Bila sclera mengalami penipisan
maka warnanya akan berubah menjadi kebiruan. Dibagian posterior, sclera
mempunyai lubang yang dilalui saraf optikus dan pembuluh darah retina sentralis.
Dibagian anterior berlanjut menjadi kornea. Permukaan anterior sklera diselubungi
Katarak Senilis Komplikata 7
secara longgar dengan konjungtiva. Sklera melindungi struktur mata yang sangat
halus serta membantu mempertahankan bentuk biji mata.
2) Khoroid
Lapisan tengah yang berisi pembuluh darah. Merupakan ranting-ranting arteria
oftalmika, cabang dari arteria karotis interna. Lapisan vaskuler ini membentuk iris
yang berlubang ditengahnya, atau yang disebut pupil (manik) mata. Selaput
berpigmen sebelah belakang iris memancarkan warnanya dan dengan demikian
menentukan apakah sebuah mata itu berwarna biru, coklat, kelabu, dan seterusnya.
Koroid bersambung pada bagian depannya dengan iris, dan tepat dibelakang iris.
Selaput ini menebal guna membentuk korpus siliare sehingga terletak antara khoroid
dan iris. Korpus siliare itu berisi serabut otot sirkulerndan serabut-serabut yang
letaknya seperti jari-jari sebuah lingkaran. Kontraksi otot sirkuler menyebabkan pupil
mata juga berkontraksi. Semuanya ini bersama-sama membentuk traktus uvea yang
terdiri dari iris, korpus siliare, dan khoroid. Peradangan pada masing-masing bagian
berturut-turut disebut iritis, siklitis, dan khoroiditis, atau pun yang secara bersama-
sama disebut uveitis. Bila salah satu bagian dari traktus ini mengalami peradangan,
maka penyakitnya akan segera menjalar kebagian traktus lain disekitarnya.
3) Retina
Lapisan saraf pada mata yang terdiri dari sejumlah lapisan serabut, yaitu sel-sel saraf
batang dan kerucut. Semuanya termasuk dalam konstruksi retina yang merupakan
jaringan saraf halus yang menghantarkan impuls saraf dari luar menuju jaringan saraf
halus yang menghantarkan impuls saraf dari luar menuju diskus optikus, yang
merupakan titik dimana saraf optik meninggalkan biji mata. Titik ini disebut titik
buta, oleh karena tidak mempunyai retina. Bagian yang paling peka pada retina adalah
makula, yang terletak tepat eksternal terhadap diskus optikus, persis berhadapan
dengan pusat pupil.
4) Kornea
Merupakan bagian depan yang transparan dan bersambung dengan sklera yang putih
dan tidak tembus cahaya. Kornea terdiri atas beberapa lapisan. Lapisan tepi adalah
epithelium berlapis yang tersambung dengan konjungtiva.
Katarak Senilis Komplikata 8
5) Bilik anterior (kamera okuli anterior)
Terletak antara kornea dan iris.
6) Iris
Tirai berwarna didepan lensa yang bersambung dengan selaput khoroid. Iris berisi dua
kelompok serabut otot tak sadar (otot polos). Kelompok yang satu mengecilkan
ukuran pupil, sementara kelompok yang lain melebarkan ukuran pupil itu
sendiri.
7) Pupil
Bintik tengah yang berwarna hitam yang merupakan celah dalam iris, dimana cahaya
dapat masuk untuk mencapai retina.
8) Bilik posterior (kamera okuli posterior)
Terletak diantara iris dan lensa. Baik bilik anterior maupun bilik posterior yang diisi
dengan aqueus humor.
9) Aqueus humor
Cairan ini berasal dari badan siliaris dan diserap kembali ke dalam aliran darah pada
sudut iris dan kornea melalui vena halus yang dikenal sebagai Saluran Schlemm.
10) Lensa
Suatu struktur bikonveks, avaskular, tak berwarna dan transparan. Tebalnya ±4 mm
dan diameternya 9 mm. Dibelakang iris, lensa digantung oleh zonula (zonula zinni)
yang menghubungkannya dengan korpus siliare. Di sebelah anterior lensa terdapat
humor aqueus dan disebelah posterior terdapat vitreus humor. Kapsul lensa adalah
membrane semi-permiabel yang dapat dilewati air dan elektrolit. Disebelah depan
terdapat selapis epitel subkapular. Nukleus lensa lebih keras daripada korteks nya.
Sesuai dengan bertambahnya usia, serat-serat lamelar sub epitel terus diproduksi
sehingga lensa lama-kelamaan menjadi kurang elastik. Lensa terdiri dari 65%
air, 35% protein, dan sedikit sekali mineral yang biasa ada dalam jaringan tubuh
lainnya. Kandungan kalium lebih tinggi di lensa daripada di jaringan lainnya. Asam
askorbat dan glutation terdapat dalam bentuk teroksidasi maupun tereduksi. Tidak ada
serat nyeri, pembuluh darah, maupun saraf dalam lensa.
Katarak Senilis Komplikata 9
11)Vitreus humor
Daerah sebelah belakang biji mata, mulai dari lensa hingga retina yang diisi dengan
cairan penuh albumen berwarna keputih-putihan seperti agar-agar. Berfungsi untuk
memberi bentuk dan kekokohan pada mata, serta mempertahankan hubungan antara
retina dengan selaput khoroid dan sklerotik.
2. Fisiologi mata
Saraf optikus atau urat saraf cranial kedua adalah saraf sensorik untuk penglihatan.
Saraf ini timbul dari sel-sel ganglion dalam retina yang bergabung untuk membentuk
saraf optikus. Saraf ini bergerak ke belakang secara medial dan melintasi kanalis
optikus, memasuki rongga cranium lantas kemudian menuju khiasma optikum. Saraf
penglihatan memiliki 3 pembungkus yang serupa dengan yang ada pada meningen
otak. Lapisan luarnya kuat dan fibrus serta bergabung dengan sclera, lapisan tengah
halus seperti arakhnoid, sementara lapisan dalam adalah vakuler (mengandung banyak
pembuluh darah). Pada saat serabut-serabut itu mencapai khiasma optikum, maka
separuh dari serabut-serabut itu akan menuju ke traktus optikus sisi seberangnya,
sementara separuhnya lagi menuju traktus optikus sisi yang sama. Dengan perantara
serabut-serabut ini, maka setiap serabut nervus optikus dihubungkan dengan kedua
sisi otak sehingga indera penglihatan menerima rangsangan berkas-berkas cahay pada
retina. Pusat visual terletak pada kortex lobus oksipitalis otak.
Indera penglihatan menerima rangsangan berkas-berkas cahaya pada retina
dengan perantaraan serabut nervus optikus, menghantarkan rangsangan ini ke pusat
penglihatan pada otak untuk ditafsirkan. Cahaya yang jatuh ke mata menimbulkan
bayangan yang difokuskan pada retina. Bayangan itu akan menembus dan diubah oleh
kornea, lensa badan aqueus dan vitreus. Lensa membiaskan cahaya dan memfokuskan
bayangan pada retina, bersatu menangkap sebuah titik bayangan yang difokuskan.
Gangguan lensa adalah kekeruhan, distorsi, dislokasi, dan anomaly geometric. Pasien
yang mengalami gangguan- gangguan tersebut mengalami kekaburan penglihatan
tanpa rasa nyeri.
a. Pembentukan bayangan
Cahaya dari objek membentuk ketajaman tertentu dari bayangan objek di retina.
Bayangan dalam fovea di retina selalu lebih kecil dan terbalik dari objek nyata.
Katarak Senilis Komplikata 10
Bayangan yang jatuh pada retina akan menghasilkan sinyal saraf dalam mosaik
reseptor, selanjutnya mengirim bayangan dua dimensi ke otak untuk
direkonstruksikan menjadi bayangan tiga dimensi. Pembentukan bayangan abnormal
terjadi jika bola mata terlalu panjang dan berbentuk elips, titik focus jatuh didepan
retina sehingga bayangan menjadi kabur. Untuk melihat lebih jelas harus
mendekatkan mata pada objek yang dilihat, dibantu dengan lensa bikonkaf yang
memberi cahaya divergen sebelum masuk mata. Pada hipermetropia, titik fokus jatuh
dibelakang retina. Kelainan dikoreksi dengan lensa bikonveks. Sedangkan pada
presbiopia, bentuk abnormal karena lanjut usia yang kehilangan kekenyalan lensa.
b. Respon bola mata terhadap benda
Relaksasi muskulus siliaris membuat ligamentum tegang, lensa tertarik sehingga
bentuknya lebih pipih. Keadaan ini akan memperpanjang jarak fokus. Bila benda
dekat dengan mata maka otot akan berkontraksi agar lengkung lensa meningkat. Jika
benda jauh, maka m. siliaris berkontraksi agar pipih supaya bayangan benda pada
retina menjadi tajam. Akomodasi mengubah ukuran pupil, kontraksi iris membuat
pupil mengecil dan melebar. Jika sinar terlalu banyak maka pupil menyempit agar
sinar tidak seluruhnya masuk ke dalam mata. Dalam keadaan gelap pupil melebar
agar sinar banyak yang ditangkap. Dalam hal melihat benda, jika mata melihat jauh
kemudian melihat dekat maka pupil berkontraksi agar terjadi peningkatan ke dalam
lapang penglihatan. Akomodasi lensa diatur oleh mekanisme umpan balik negatif
secara otomatis.
c. Lintasan penglihatan
Setelah impuls meninggalkan retina, impuls ini berjalan ke belakang melalui nervus
optikus. Pada persilangan optikus, serabut menyilang ke sisi lain bersatu dengan
serabut yang berasal dari retina. Otak menggunakan visual sebagai informasi untuk
dikirim ke korteks serebri dan visual pada bagian korteks visual ini membentuk
gambar tiga dimensi. Gambar yang ada pada retina di traktus optikus disampaikan
secara tepat ke korteks jika seseorang kehilangan lapang pandang sebagian besar
dapat dilacak lokasi kerusakan di otak yang bertanggung jawab atas lapang pandang.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan mata yang dapat dilakukan:2
Katarak Senilis Komplikata 11
- Pemeriksaan Visus Satu Mata
Setiap mata diperiksa terpisah. Dengan menggunakan Snellen’s Chart pasien
akan membaca huruf yang tertera pada Snellen’s Chart pada jarak 5 – 6 meter.
Pasien akan membaca dari huruf yang terbesar hingga ke huruf pada baris
yang menunjukkan angka 6/6. Apabila pasien tidak dapat membaca hingga
6/6, maka akan dilanjutkan dengan uji pinhole. Bila dengan uji pinhole,
penglihatan menjadi lebih baik, maka terdapat kelainan refraksi yang masih
dapat dikoreksi dengan kaca mata. Bila dengan uji pinhole penglihatan justru
berkurang atau tidak ada kemajuan, maka ada kelainan organik atau kekeruhan
media penglihatan yang menyebabkan penglihatan menurun.
- Shadow Test
Diketahui bahwa semakin sedikit lensa keruh, semakin besar bayangan iris
pada lensa yang keruh. Senter disinarkan pada pupil dengan membuat sudut 45
derajat dengan dataran dan dilihat bayangan iris pada lensa keruh. Bila letak
bayangan jauh dan besar berarti katarak imatur, sedangkan bila bayangan kecil
dan dekat pupil berarti lensa katarak matur.
- Tonometri
Suatu tindakan untuk melakukan pemeriksaan tekanan intraokular dengan
tonometer. Pengukuran tekanan bola mata sebaiknya dilakuka rutin pada orag
berusia di atas 20 tahun. Beberapa macam cara: Tonometer digital, tonometer
Schiotz, tonometer aplanasi, dan tonometer Mackay-Marg.
- Oftalmoskopi
Oftalmoskopi langsung memberikan gambaran normal atau tidak terbalik pada
fundus okuli. Oftalmoskopi tidak langsung memberikan bayang terbalik, dan
kecil serta lapangan pandang yang luas pada fundus okuli pasien. Oftalmoskop
digunakan untuk melihat bagian dalam mata atau fundus okuli.
- Elektroretinografi
ERG berguna untuk menilai kerusakan luas pada retina.
Pemeriksaan Penunjang
- HbA1c5
Katarak Senilis Komplikata 12
Kadar HbA1c merupakan kontrol glukosa jangka panjang, menggambarkan
kondisi glukosa 8-12 minggu sebelumnya sesuai dengan paruh waktu eritrosit.
Peningkatan kadar HbA1c >8% menunjukkan diabetes yang tidak terkontrol.
- Gula Darah Puasa5
Konsentrasi gula darah puasa ≥126 mg/dL merupakan penanda seseorang
menderita diabetes.
- USG
Dilakukan apabila bagian mata bagian dalam tidak dapat terlihat seperti pada
katarak hipermatur.
Working Diagnosis
Pasien diduga menderita katarak imatur karena pandangan pasien yang
berkabut atau menjadi buram tanpa disertai adanya tanda radang pada mata.
Differential Diagnosis
Glaukoma2
Glaukoma merupakan kelainan mata yang ditandai oleh meningkatnya tekanan
intraokular, atrofi papil saraf optik, dan menciutnya lapang pandang. Penyakit ini
ditandai peningkatan tekanan intraokular yang disebabkan:
- Bertambahnya produksi cairan mata oleh badan siliar
- Berkurangnya pengeluaran cairan mata di daerah sudut bilik mata atau celah
pupil.
Pada glaukoma akan terdapat melemahnya fungsi mata dengan terjadinya cacat
lapang pandang dan kerusakan anatomi berupa ekskavasi (penggaungan) serta
degenerasi papil saraf optik.
Retinopati2
Merupakan kelainan pada retina yang tidak disebabkan oleh radang. Terdapat
gambaran Cotton Wool Patches yang merupakan eksudat pada retina akibat
penyumbatan arteri prepapil sehingga terjadi daerah non perfusi di dalam retina.
D. Etiologi
Katarak Senilis Komplikata 13
Penyebab utama katarak adalah proses penuaan. Anak bisa mengalami katarak yang
biasanya merupakan penyakit yang diturunkan, peradangan di dalam kehamilan,
keadaan ini disebut sebagai katarak kongenital. Lensa mata mempunyai bagian yang
disebut pembungkus lensa atau kapsul lensa, korteks lensa yang terletak antara
nukleus lensa atau inti lensa dengan kapsul lensa. Pada anak dan remaja nukleus
bersifat lembek sedang pada orang tua nukleus ini menjadi keras. Katarak dapat mulai
dari nukleus, korteks, dan subkapsularis lensa.
Dengan menjadi tuanya seseorang maka lensa mata akan kekurangan air dan
menjadi lebih padat. Lensa akan menjadi keras pada bagian tengahnya,
sehingga kemampuannya memfokuskan benda dekat berkurang. Hal ini mulai
terlihat pada usia 45 tahun dimana mulai timbul kesukaran melihat dekat (presbiopia).
Pada usia 60 tahun hampir 60% mulai mengalami katarak atau lensa keruh. Katarak
biasanya berkembang pada kedua mata akan tetapi progresivitasnya berbeda. Kadang-
kadang penglihatan pada satu mata nyata berbeda dengan mata yang sebelahnya.
Perkembangan katarak untuk menjadi berat memakan waktu dalam bulan hingga
tahun.
Berbagai faktor dapat mengakibatkan tumbuhnya katarak lebih cepat. Faktor
lain dapat mempengaruhi kecepatan berkembangnya kekeruhan lensa sepertidiabetes
melitus, obat tertentu, sinar ultra violet B dari cahay matahari, efek racun dari
merokok, dan alkohol, gizi kurang vitamin E, dan radang menahun di dalam bola
mata. Obat tertentu dapat mempercepat timbulnya katarak seperti betametason,
klorokuin, klorpromazin, kortison, ergotamin, indometasin, medrison, neostigmin,
pilokarpin dan beberapa obat lainnya. Penyakit infeksi tertentu dan penyakit seperti
diabetes melitus dapat mengakibatkan timbulnya kekeruhan lensa yang akan
menimbulkan katarak komplikata.
Katarak biasanya terjadi bilateral, namun memiliki kecepatan yang berbeda.
Dapat disebabkan oleh kejadian trauma maupun sistemik, seperti diabetes. Namun
kebanyakan merupakan konsekuensi dari proses penuaan yang normal. Kebanyakan
katarak berkembang secara kronik ketika seseorang memasuki dekade ketujuh.
Katarak dapat bersifat kongenital dan harus diidentifikasi awal, karena bila tidak
terdiagnosa dapat menyebabkan ambliopia dan kehilangan penglihatan permanen.
Faktor yang paling sering berperan dalam terjadinya katarak meliputi radiasi sinar
ultraviolet B, obat-obatan, alkohol, merokok, diabetes, dan asupan vitamin
antioksidan yang kurang dalam jangka waktu lama.
Katarak Senilis Komplikata 14
E. Patofisiologi
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan, berbentuk
seperti kancing baju dan mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa
mengandung tiga komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat nukleus, di perifer
ada korteks, dan yang mengelilingi keduanya adalah kapsul anterior dan posterior.
Dengan bertambahnya usia, nucleus mengalami perubahan warna menjadi coklat
kekuningan. Disekitar opasitas terdapat densitas seperti duri di anterior dan posterior
nukleus. Opasitas pada kapsul posterior merupakan bentuk katarak yang paling
bermakna, Nampak seperti kristal salju pada jendela. Perubahan fisik dan kimia dalam
lensa mengakibatkan hilangnya transparansi. Perubahan pada serabut halus multipel
(zunula) yang memanjang dari badan silier ke sekitar daerah diluar lensa, misalnya
dapat menyebabkan penglihatan mengalamui distorsi. Perubahan kimia dalam protein
lensa dapat menyebabkan koagulasi, sehingga mengabutkan pandangan dengan
menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori menyebutkan terputusnya
protein lensa normal terjadi disertai influks air ke dalam lensa. Proses ini mematahkan
serabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori lain mengatakan
bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam melindungi lensa dari degenerasi.
Jumlah enzim akan menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada pada
kebanyakan pasien yang menderita katarak.11-14
Katarak Senilis Komplikata 15
F. Manifestasi Klinik
Katarak didiagnosis terutama dengan gejala subjektif. Biasanya, pasien melaporkan
penurunan ketajaman fungsi penglihatan, silau, dan gangguan fungsional sampai
derajat tertentu yang diakibatkan karena kehilangan penglihatan tadi, temuan objektif
biasanya meliputi pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina
tak akan tampak dengan oftalmoskop. Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan
dipendarkan dan bukannya ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan terfokus
pada retina. Hasilnya adalah pandangan kabur atau redup, menyilaukan yang
menjengkelkan dengan distorsi bayangan dan susah melihat di malam hari. Pupil yang
normalnya hitam, akan tampak kekuningan, abu-abu atau putih. Katarak biasanya
terjadi bertahap selama bertahun-tahun , dan ketika katarak sudah sangat memburuk,
lensa koreksi yang lebih kuat pun tak akan mampu memperbaiki penglihatan.
Orang dengan katarak secara khas selalu mengembangkan strategi untuk menghindari
silau yang menjengkel yang disebabkan oleh cahaya yang salah arah. Misalnya, ada
yang mengatur ulang perabotan rumahnya sehingga sinar tidak akan langsung
Katarak Senilis Komplikata 16
menyinari mata mereka. Ada yang mengenakan topi berkelepak lebar atau kaca mata
hitam dan menurunkan pelindung cahaya saat mengendarai mobil pada siang hari.15-17
Pada katarak senil, dikenal 4 stadium yaitu: insipiens, matur, imatur, dan
hipermatur.
G. Penatalaksanaan
Sampai saat ini belum ditemukan obat yang dapat mencegah katarak. Beberapa
penelitian sedang dilakukan untuk memperlambat proses bertambah keruhnya lensa
untuk menjadi katarak. Meski telah banyak usaha yang dilakukan untuk
memperlambat progresifitas atau mencegah terjadinya katarak, tatalaksana masih
dengan pembedahan. Untuk menentukan waktu katarak dapat dibedah ditentukan oleh
keadaan tajam penglihatan dan bukan oleh hasil pemeriksaan. Tajam penglihatan
dikaitkan dengan tugas sehari-hari penderita. Digunakan nama insipien, imatur,
matur, dan hipermatur didasarkan atas kemungkinan terjadinya penyulit yang dapat
terjadi. Operasi katarak terdiri dari pengangkatan sebagian besar lensa dan
penggantian lensa dengan implant plastik. Saat ini pembedahan semakin banyak
dilakukan dengan anestesi lokal daripada anestesi umum. Anestesi local
Katarak Senilis Komplikata 17
diinfiltrasikan di sekitar bola mata dan kelopak mata atau diberikan secara topikal.
Operasi dilakukan dengan insisi luas pada perifer kornea atau sklera anterior, diikuti
oleh ekstraksi (lensa diangkat dari mata) katarak ekatrakapsular. Insisi harus dijahit.
Likuifikasi lensa menggunakan probe ultrasonografi yang dimasukkan melalui insisi
yang lebih kecil dari kornea atau sklera anterior (fakoemulsifikasi).5-7
Operasi Ekstraksi Katarak Ekstra Kapsular/ ECCE
Tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan pengeluaran isi lensa
dengan merobek kapsul anterior sehingga massa lensa dan korteks dapat keluar
melalui robekan tersebut. Kapsula posterior disisakan untuk memasang lensa baru.
Komplikasi, yaitu dapat terjadi katarak sekunder.
Operasi Ekstraksi Katarak Intrakapsular / ICCE
Pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama kapsul. Dapat dilakukan
pada Zonula Zinn telah rapuh atau berdegenerasi dan mudah diputus. Pada katarak
ekstraksi intrakapsular tidak akan terjadi katarak sekunder. Proses ini
dikontraindikasikan pada pasien yang berusia di bawah 40 tahun karena masih
memiliki ligamen hialoidea kapsular.
H. Komplikasi
1. Hilangnya vitreous. Jika kapsul posterior mengalami kerusakan selama operasi
maka gel vitreous dapat masuk ke dalam bilik anterior, yang merupakan resiko
terjadinya glaucoma atau traksi pada retina. Keadaan ini membutuhkan pengangkatan
dengan satu instrument yang mengaspirasi dan mengeksisi gel (virektomi).
Pemasanagan lensa intraocular sesegera mungkin tidak bisa dilakukan pada kondisi
ini.
2. Prolaps iris. Iris dapat mengalami protrusi melalui insisi bedah pada periode pasca
operasi dini. Terlihat sebagai daerah berwarna gelap pada lokasi insisi. Pupil
mengalami distorsi. Keadaan ini membutuhkan perbaikan segera dengan pembedahan.
3. Endoftalmitis. Komplikasi infeksi ekstraksi katarak yang serius, namun jarang
terjadi.
I. Pengkajian Fokus
Pengkajian merupakan dasar utama dan hal yang penting di lakukan baik saat pasien
pertama kali masuk rumah sakit maupun selama pasien dirawat di rumah sakit.
Katarak Senilis Komplikata 18
1. Biodata
Identitas klien : nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku/ bangsa,
pendidikan, pekerjaan, alamat dan nomor register.
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
Penurunan ketajaman penglihatan dan silau.
b. Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat kesehatan pendahuluan pasien diambil untuk menemukan masalah primer
pasien, seperti: kesulitan membaca, pandangan kabur, pandangan ganda, atau
hilangnya daerah penglihatan soliter. Perawat harus menemukan apakah masalahnya
hanya mengenai satu mata atau dua mata dan berapa lama pasien sudah menderita
kelainan ini. Riwayat mata yang jelas sangat penting. Apakah pasien pernah
mengalami cedera mata atau infeksi mata, penyakit apa yang terakhir diderita pasien.
c. Riwayat kesehatan sekarang
Eksplorasi keadaan atau status okuler umum pasien. Apakah ia mengenakan kacamata
atau lensa kontak?, apakah pasien mengalami kesulitan melihat (fokus) pada jarak
dekat atau jauh?, apakah ada keluhan dalam membaca atau menonton televisi?,
bagaimana dengan masalah membedakan warna atau masalah dengan penglihatan
lateral atau perifer?
d. Riwayat kesehatan keluarga
Adakah riwayat kelainan mata pada keluarga derajat pertama atau kakek-nenek.
3. Pemeriksaan fisik
Pada inspeksi mata akan tampak pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil
sehingga retina tak akan tampak dengan oftalmoskop . Katarak terlihat tampak hitam
terhadap refleks fundus ketika mata diperiksa dengan oftalmoskop direk. Pemeriksaan
slit lamp memungkinkan pemeriksaan katarak secara rinci dan identifikasi lokasi
opasitas dengan tepat. Katarak terkait usia biasanya terletak didaerah nukleus,
korteks, atau subkapsular. Katarak terinduksi steroid umumnya terletak di subkapsular
posterior. Tampilan lain yang menandakan penyebab okular katarak dapat ditemukan,
antara lain deposisi pigmen pada lensa menunjukkan inflamasi sebelumnya atau
kerusakan iris menandakan trauma mata sebelumnya.10
Katarak Senilis Komplikata 19
4. Pemeriksaan Diagnostik
Selain uji mata yang biasanya dilakukan menggunakan kartu
snellen, keratometri, pemeriksaan lampu slit dan oftalmoskopi, maka Ascan
ultrasound (echography) dan hitung sel endotel sangat berguna sebagai alat
diagnostik, khususnya bila dipertimbangkan akan dilakukan pembedahan. Dengan
hitung sel endotel 2000 sel/mm3, pasien ini merupakan kandidat yang baik untuk
dilakukan fakoemulsifikasi dan implantasi IOL. Pasien yang mempunyai riwayat
diabetes dan hipertensi perlu dilakukan pemeriksaan gula darah puasa dan
pemeriksaan tekanan darah.
Daftar Pustaka
1. Dr.Saptoyo Argo Morosidi dan Dr. Margrette Franciscus Paliyama. Ilmu
Penyakit Mata. Katarak Senile, 2011; Fakultas Kedokteran Ukrida: 59
2. Prof.dr.H.Sidarta Ilyas. Ilmu Penyakit Mata. Katarak, 2009; Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia: 200
3. Paul Riordan-Eva and John P.Whitcher. Vaughan and Asbury’s General
Ophthalmology. Ophthalmologic Examination, 2007; McGraw Hill: 70
4. Lynn S. Bickley. Bates Guide to Physical Examination and History Taking.
Eye examination, 2008; Lippincott: 134
5. Vicente Victor D Ocompo Jr et al. Senile Cataract Workup. Imaging Studies.
Medscape Reference. 2012. Diunduh dari
http://emedicine.medscape.com/article/1210914-workup#a0720. Diunduh
pada 18 Maret 2014.
6. Prof.dr.H.Sidarta Ilyas. Ilmu Penyakit Mata. Katarak, 2009; Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia: 207-219
7. F Ryan Prall et al. Exudative ARMD. Presentation. Medscape Reference.
2012. Diunduh dari http://emedicine.medscape.com/article/1226030-overview.
Diunduh pada 18 Maret 2014.
8. Vicente Victor D Ocompo Jr et al. Senile Cataract Clinical Presentation.
Causes. Medscape Reference. 2012. Diunduh dari
http://emedicine.medscape.com/article/1210914-clinical#a0218. Diunduh pada
18 Maret 2014.
9. Murthy GV, Vashist P, John N, Pokharel G, Ellwein LB. Prevelence and
causes of visual impairment and blindness in older adults in an area of India
Katarak Senilis Komplikata 20
with a high cataract surgical rate. Ophthalmic Epidemiol. Aug
2010;17(4):185-95
10. Dr.Saptoyo Argo Morosidi dan Dr. Margrette Franciscus Paliyama. Ilmu
Penyakit Mata. Anatomi Mata, 2011; Fakultas Kedokteran Ukrida: 3-16
11. Vicente Victor D Ocompo Jr et al. Senile Cataract Overview.
Pathophysiology. Medscape Reference. 2012. Diunduh dari
http://emedicine.medscape.com/article/1210914-overview#a0104. Diunduh
pada 18 Maret 2014.
12. Prof.dr.H.Sidarta Ilyas. Ilmu Penyakit Mata. Katarak, 2009; Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia: 206-207
13. Ronald Pitts Crick et al. A Textbook of Clinical Ophthalmology. Painless
Impairment of Vision (in the White Eye). Cataract, 2003; Crick and Shaw: 94
14. Hirneiss C, Neubauer AS, Kampik A, Schönfeld CL. Comparison of
prednisolone 1%, rimexolone 1% and ketorolac tromethamine 0.5% after
cataract extraction: a prospective, randomized, double-masked study.Graefes
Arch Clin Exp Ophthalmol. Aug 2005;243(8):768-73.
15. Ronald Pitts Crick et al. A Textbook of Clinical Ophthalmology. Lens.
Principles and complications of cataract surgery, 2003; Crick and Shaw: 495
16. Robertson JM, Donner AP, Trevithick JR. A possible role for vitamins C and
E in cataract prevention. Am J Clin Nutr. Jan 1991;53(1 Suppl):346S-351S.
17. Vicente Victor D Ocompo Jr et al. Senile Cataract Follow-Up. Prognosis.
Medscape Reference. 2012. Diunduh dari
http://emedicine.medscape.com/article/1210914-followup#a2650. Diunduh
pada 18 Maret 2014.
Katarak Senilis Komplikata 21