Kayu Manis

27
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kayu Manis (Cinnamomum burmanii) Cinnamomum burmanii merupakan jenis tanaman berumur panjang penghasil kulit yang ada di Indonesia disebut dengan kayu manis. Kulit kayu manis sangat berlainan sifat dan daya guna. Sebelum masehi, kulit cinnamomum dikenal sebagai sumber pewangi untuk membalsam mumi raja-raja mesir serta peningkat cita rasa masakan dan minuman. Kloppenburg Versteegh menganjurkan bahwa kayu manis dapat dijadikan jamu untuk penyakit disentri dan singkir angin. Bianchini, Corbetta dan Kiangsui mengatakan bahwa minyak kayu manis sudah ratusan tahun dikenal di belahan dunia barat dan timur sebagai penyembuh reumatik, mencret, pilek sakit usus, jantung, pinggang dan darah tinggi. Cinnamomum burmanii yang bersinonim dengan Cinnamomum chinese, Cinnamomum dulce, dan Cinnamomum kiamis ini berasal dari Indonesia. Tanaman akan tumbuh baik pada ketinggian 600 – 1500 m. Kayu manis merupakan tanaman asli Indonesia yang banyak dijumpai di Sumatera Barat, Jambi, Sumatera Utara, Bengkulu, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Maluku. (Rismunandar, 2001). Adapun taksonomi kayu manis adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Super Divisi : Spermatophyta Divisi

description

Kayu Manis

Transcript of Kayu Manis

Page 1: Kayu Manis

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kayu Manis (Cinnamomum burmanii)

Cinnamomum burmanii merupakan jenis tanaman berumur panjang penghasil

kulit yang ada di Indonesia disebut dengan kayu manis. Kulit kayu manis sangat

berlainan sifat dan daya guna. Sebelum masehi, kulit cinnamomum dikenal sebagai

sumber pewangi untuk membalsam mumi raja-raja mesir serta peningkat cita rasa

masakan dan minuman. Kloppenburg Versteegh menganjurkan bahwa kayu manis

dapat dijadikan jamu untuk penyakit disentri dan singkir angin. Bianchini, Corbetta

dan Kiangsui mengatakan bahwa minyak kayu manis sudah ratusan tahun dikenal di

belahan dunia barat dan timur sebagai penyembuh reumatik, mencret, pilek sakit usus,

jantung, pinggang dan darah tinggi. Cinnamomum burmanii yang bersinonim dengan

Cinnamomum chinese, Cinnamomum dulce, dan Cinnamomum kiamis ini berasal dari

Indonesia. Tanaman akan tumbuh baik pada ketinggian 600 – 1500 m. Kayu manis

merupakan tanaman asli Indonesia yang banyak dijumpai di Sumatera Barat, Jambi,

Sumatera Utara, Bengkulu, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Maluku.

(Rismunandar, 2001).

Adapun taksonomi kayu manis adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Super Divisi : Spermatophyta

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Laurales

Famili : Lauraceae

Genus : Cinnamomum

Spesies : Cinnamomum burmannii

(Anonymous, 2010)

Page 2: Kayu Manis

6

Daunnya kecil dan kaku dengan pucuk berwarna merah. Umumnya tanaman

yang tumbuh di dataran tinggi warna pucuknya lebih merah dibanding di dataran

rendah. Kulitnya abu-abu dengan aroma khas dan rasanya manis. Selain hanya dalam

bentuk kering, kulitnya tersebut pun dapat didestilasi atau disuling untuk diambil

minyak atsirinya. Komponen utama minyak atsirinya adalah sinamaldehida (Cinnamic

Aldehide).

Oleoresin kayu manis sudah mulai digunakan pada awal abad ke-19. Kandungan

oleoresin kayu manis antara lain minyak atsiri, aroma khas dan bahan kimia organik

yang memberikan rasa pedas. Dengan kandungannya tersebut maka penggunaan

oleoresin menjadi lebih baik dibanding produk aslinya seperti kulit ataupun bubuk.

Ada beberapa keuntungan dari oleoresin dibanding produk asli, yaitu hampir seluruh

bagian tanaman dapat dimanfaatkan, sisa hasil dari olahannya dapat dimanfaatkan

untuk kebutuhan lain seperti pupuk.

Mendapatkan oleoresin kayu manis dapat melalui ekstraksi. Ekstraksi ini

menggunakan bahan pelarut yang memiliki sifat dapat dengan mudah dipisahkan dari

hasil ekstraksi. Umumnya bahan pelarut yang digunakan bersifat mudah menguap.

Beberapa jenis bahan pelarut yang dapat dijumpai di pasaran antara lain aseton,

heksan, metanol, dan isopropanol. Metanol lebih sering digunakan dibandingkan

pelarut yang lainnya. Sementara bahan bakunya dapat berasal dari daun, kulit batang,

kulit cabang, dan kulit ranting. Ekstraksi satu tahap menghasilkan oleoresin murni

dengan perbandingan minyak atsiri dan damar seperti aslinya yang terkandung dalam

bahan baku. Tahapan ekstraksi kayu manis dengan cara satu tahap adalah sebagai

berikut:

- Hancurkan bahan baku yang akan digunakan untuk memudahkan bahan pelarut

masuk ke dalam setiap bagian hingga ekstraksi berlangsung seefisien mungkin.

- Masukkan segera mungkin bahan baku yang dihancurkan ke dalam ruang ekstraksi

untuk menghindari penguapan minyak atsiri. Seluruh bahan baku harus terendam

dalam bahan pelarut.

- Alirkan hasil ekstraksi (slurry) yang merupakan bahan pelarut dan oleoresin ke

dalam ruang pemisah dari kedua bahan tersebut. Pemisahan ini dilakukan dalam

ruang vakum.

Page 3: Kayu Manis

7

- Masukkan oleoresin yang sudah terpisah dari bahan pelarut ke dalam botol atau

kemasan lain saat keadaannya masih panas dan cair. (Rismunandar, 2001)

2.1.1 Komposisi Kulit Kayu Manis

Tabel 2.1. Komposisi kulit kayu manis (Cinnamomum burmanii) (Wallis, 1951)

Jenis kulit kayu manis KomposisiCinnamomum burmanii Minyak atsiri:

- Sinamaldehida (55-65%)- eugenol (4-8%)

Kadar abu (26-36%) TerpenaSafroleTannin

Tabel 2.2. Komposisi senyawa/minyak atsiri pada kulit kayu manis (Cinnamomum

burmanii) (Wijayanti, 2010)

Jenis kulit kayu manis Komposisi minyak atsiri

Cinnamomum burmanii

dari Pacitan

Cinnamomum burmanii

dari Bogor

Cinnamomum burmanii

dari Bali

α-pinen, Benzaldehid, β-pinen, Limonen, 1,8-sineol,

Benzenpropan, Terpineol, α-terpineol, cis-Sinamaldehid,

trans-Sinamaldehid, α-kopaen, Asam sinamat, β-kariofilen,

α-humulen, Valencen, Delta kadinen, α-kalakoren,

Kariofilen oksida, Widdren, Torreyol, Benzil Benzoat, α-

mourulen.

α-pinen, Benzaldehid, 1,8-sineol, Benzenpropan,

Terpineol, α-terpineol, cis-Sinamaldehid, trans-

Sinamaldehid, α-kopaen, Asam sinamat, β-kariofilen,

Delta kadinen, Kariofilen oksida, Linalool, α-bergamoten,

Kumarin, α-sinensal,α-mourulen

α-pinen, Benzaldehid, 1,8-sineol, Benzenpropan,

Terpineol, α-terpineol, cis-Sinamaldehid, trans-

Sinamaldehid, α-kopaen, Asam sinamat, β-kariofilen, α-

humulen, Valencen, Delta kadinen, α-kalakoren, Kariofilen

oksida, Widdren, Torreyol, Benzil Benzoat, α-bergamoten,

Kumarin, β-elemen, Naftalen, α-kadinol, α-sinensal,α-

mourulen

Page 4: Kayu Manis

8

Minyak atsiri merupakan bagian utama dari terpenoid, biasanya terpenoid

terdapat dalam fraksi atsiri yang tersuling-uap. Zat inilah penyebab dari wangi, harum,

atau bau yang khas pada banyak tumbuhan. Golongan senyawa lainnya mungkin

terdapat bersama dengan terpena dalam minyak atsiri. Terpena juga sering kali

terdapat dalam fraksi yang berbau, bersama-sama dengan senyawa aromatik. Secara

kimia, terpena minyak atsiri dapat dipilah menjadi dua golongan, yaitu monoterpena

dan seskuiterpena, berupa isoprenoid C10 dan C15 . ( Harbone, 1987)

Senyawa-senyawa alilfenol dan propenil fenol adalah dua jenis senyawa fenil

propanoida yang berkaitan satu dan yang lainnya. Senyawa-senyawa ini umumnya

ditemukan bersama-sama dalam minyak atsiri dari tumbuhan umbeliferae atau

tumbuhan lain yang digunakan sebagai rempah-rempah. Semua senyawa ini

mempunyai gugus hidroksil atau gugus eter pada C4 . Kadang-kadang diikuti

oleh gugus metoksil atau metilendioksida yang lain.

Hipotesis reaksi biosintesa dari turunan alilfenol dan propenil adalah sebagai

berikut:COOH CH2X CH2

+

R R R R

+

R R

( Lenny, 2006)

Beberapa senyawa fenilpropanoid berasal dari asam sinamat yang mana

mengalami reduksi gugus karboksilat ( sinamaldehida dan sinamil alkohol) atau ikatan

rangkap ( asam dihidrosinamat) atau keduanya(dihidrosinamil alkohol).

(Anonymous, 2011)

Page 5: Kayu Manis

9

Sinamaldehida (3-phenilacrolei, Sinamat Aldehid), C6 H5 CH=CHCHO,

secara alami terkandung dalam minyak sinamon yang berasal dari daun dan juga pada

ranting Cinnamomum cassia yang dapat diperoleh dengan cara destilasi uap dan juga

dengan menggunakan destilasi vakum. Sinamaldehida juga terkandung didalam

Cinnamomum Zeylanicum dan merupakan cairan yang berwarna kuning, yang

akan berubah warnanya menjadi coklat kehitaman, memiliki aroma yang khas dari

minyak sinamon dan memiliki rasa yang pedas. Pada umumnya sinamaldehida sedikit

larut dalam air, tidak larut dalam petroleum eter dan larut dalam alkohol.

Sinamaldehida banyak digunakan pada industri flavor yang biasanya ditambahkan

pada berbagai jenis makanan, minuman, dan juga beberapa produk obat. Pada parfum

digunakan sebagai tambahan untuk aroma dan juga untuk menghasilkan aroma

yang oriental (Othmer,

1964).

O

CH=CH C H

Gambar 2.1. Struktur sinamaldehida (Denniston, 2007)

Kumarin yang merupakan senyawa yang paling sederhana yang mana

merupakan suatu hasil yang muncul dari pemecahan glukosida secara enzimatik.

Biosintesis tergantung pada ortho-hidroksilasi yang tidak umum dari asam sinamat,

serta enzim yang cocok telah dapat dideteksi. ( Hemert, 1995).

Tahap-tahap reaksi biosintesis kumarin yang dimulai dari asam sinamat hingga

terbentuknya kumarin adalah sebagai berikut:

COOH

OH H

COOH

OHCOOH

H

H

O O

( Lenny, 2006)

Page 6: Kayu Manis

1

2.2. Ekstraksi

Ekstraksi merupakan istilah yang paling umum untuk mendapatkan suatu

senyawa yang berasal dari suatu campuran yang didapat dari kontak antara pelarut

dengan senyawa terlarut di dalam bahan yang kita inginkan. Campuran itu bisa saja

berupa padatan atupun cairan, dan berbagai teknik dan alat ukur yang digunakan

untuk situasi yang berbeda. Pada sintesa kimia organik, reaksi yang dihasilkan secara

terus menerus adalah berupa larutan ataupun berupa suspensi. Dengan mengaduk

campuran dari air dengan pelarut organik, produk yang dihasilkan dipindahkan pada

lapisan pelarut dan mungkin dapat diulangi kembali dengan penguapan dari pelarut

(Rodig, 1997).

Ragam ekstraksi yang tepat sudah tentu bergantung pada tekstur dan bahan

kandungan air bahan tumbuhan yang diekstraksi pada jenis senyawa yang diisolasi.

Umumnya kita perlu membunuh jaringan tumbuhan untuk mencegah terjadinya

oksidasi enzim atau hidrolisis. Mencemplungkan jaringan daun segar atau bunga, bila

perlu dipotong-potong, ke dalam metanol mendidih adalah suatu cara yang baik untuk

mencapai tujuan itu. Alkohol, bagaimana pun juga adalah pelarut yang serbaguna baik

untuk ekstraksi pendahuluan. Selanjutnya bahan dapat dimaserasi dalam suatu

pelumat, lalu disaring. Tetapi hal ini hanya betul-betul diperlukan bila kita ingin

mengekstraksi habis (Harbone, 1987).

Ekstrak adalah sediaan yang diperoleh dengan mengekstraksi senyawa aktif

dari simplisia nabati atau hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua

atau hampir semua pelarut diuapkan. Ekstraksi dapat dilakukan dengan beberapa cara:

2.2.1.Ekstraksi Cara dingin

a. Maserasi

Maserasi adalah proses penyarian simplisia menggunakan pelarut dengan perendaman

dan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan (kamar).

Cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang

mengandung zat aktif yang akan larut, karena adanya perbedaan kosentrasi larutan zat

aktif di dalam sel dan di luar sel maka larutan terpekat didesak keluar. Proses ini

berulang sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di dalam dan di

Page 7: Kayu Manis

1

luar sel. Cairan penyari yang digunakan dapat berupa air, etanol, metanol, etanol-air

atau pelarut lainnya. Remaserasi berarti dilakukan penambahan pelarut setelah

dilakukan penyaringan maserat pertama, dan seterusnya. Remaserasi berarti dilakukan

penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan maserat pertama, dan seterusnya.

Keuntungan cara penyarian dengan maserasi adalah cara pengerjaan dan peralatan

yang digunakan sederhana yang mudah diusahakan

b. Perkolasi

Perkolasi adalah cara penyarian yang dilakukan dengan mengalirkan cairan penyari

melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi. Proses perkolasi terdiri dari tahapan

pengembang bahan, tahap maserasi antara, tahap perkolasi sebenarnya

(penetesan/penampungan ekstrak), terus menerus sampai diperoleh ekstrak (perkolat).

2.2.2.Ekstraksi Cara panas

a. Refluks

Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya, selama waktu

tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin

balik.

b. Sokletasi

Sokletasi adalah ekstraksi dengan menggunakan pelarut yang pada umumnya

dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu dan dan jumlah

pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik.

c. Digesti

Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu) pada temperatur yang

lebih tinggi dari temperatur ruangan, yaitu secara umum dilakukan pada temperatur

40-50º C.

d. Dekok

Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama dan temperatur sampai titik didih air,

yakni 30 menit pada suhu 90-100 º C. (Anonymous, 2011)

2.3. Bakteri

Bakteri merupakan organisme yang tersebar cukup luas di biosfer. Bakteri

umumnya merupakan bagian dari tumbuhan, manusia dan juga hewan. Bakteri banyak

tersebar di tanah, sistem perairan, dan juga ditemukan dikedalaman lapisan kulit bumi.

Page 8: Kayu Manis

1

Untuk kebanyakan bakteri, selnya dikelilingi oleh diding sel yang mana memiliki

komposisi molekul yang unik yang disebut dengan Peptidoglikan. Senyawa ini hanya

ditemukan pada bakteri yang berukuran 0,5-10 mikron.(Benson, 2002).Terdapat

beribu jenis bakteri, tetapi hanya beberapa karakteristik bentuk sel yang ditemukan

(Buckle, 1987) yaitu:

1. Bentuk bulat atau cocci (tunggal= coccus)

2. Bentuk batang atau bacilli (tunggal= bacillus)

3. Bentuk spiral atau spirilli (tunggal= spirilium)

4. Bentuk koma atau Vibrios (tunggal= Vibrio)

Untuk melihat bakteri dengan jelas, tubuhnya perlu diisi dengan zat warna,

pewarnaan in disebut pengecatan bakteri. Pengecatan gram, pengecatan ini pertama

kali dikemukakan oleh Christian Gram pada tahun 1884. Dengan pengecatan ini film

bakteri mula-mula dilapisi dengan larutan zat warna karbol gentinviolet (karbol kristal

violet, karbol metil violet) dan didiamkan beberapa lama, kemudian disiram dengan

larutan iodium dan dibiarkan terendam dalam waktu yang sama. Sampai tingkat

pengecatan ini selesai, semua bakteri akan terwarna ungu.

Selanjutnya preparat didekolorisasi dengan alkohol ataupun dengan campuran

alkohol dan aseton sampai semua zat warna tampak luntur dari film. Setelah dicuci

dengan air, preparat diberi warna kontras (counterstrain) seperti safranin, karbolfuksin

encer, air fuksin, tengguli Bismack, atau pironin B.

Diantara bermacam-macam bakteri yang dicat, ada yang dapat menahan zat

warna ungu (metilviolet, kristalviolet, gentian violet) dalam tubuhnya meskipun telah

terdekolorisasi dengan alkohol dan aseton, dengan demikian tubuh bakteri itu tetap

berwarna ungu meskipun telah disertai dengan pengecatan oleh zat warna kontras,

warna ungu itu tetap dipertahankan. Bakteri yang memberi reaksi semacam ini

dinamakan bakteri Gram Positif. Sebaliknya, bakteri yang tidak dapat menahan zat

warna setelah dekolorisasi dengan alkohol akan kembali menjadi tidak berwarna dan

bila diberikan pengecatan dengan zat warna kontras, akan berwarna sesuai dengan zat

warna kontras. Bakteri yang memperlihatkan reaksi semacam ini dinamakan bakteri

Gram Negatif. Atas dasar pengecatan Gram ini dunia bakteri dibagi dalam dua

golongan besar, yaitu bakteri gram positif dan bakteri gram negatif. (Irianto, 2006)

Page 9: Kayu Manis

1

2.3.1. Salmonella

Infeksi oleh bakteri genus Salmonella (disebut dengan Salmonelosis) menyerang

saluran gastrointestin yang mencakup perut, usus halus dan usus besar atau kolon.

Terjadinya sakit perut yang mendadak membedakannya dari sakit perut lain seperti

disentri basilar atau ameba. Bakteri ini adalah batang gram negatif, motil, tidak

membentuk spora. Terinfeksinya manusia oleh salmonella hampir selalu disebabkan

mengkonsumsi makanan atau minuman tercemar. Sumber salmonelosis terbesar yang

merupakan gudang salmonella ialah hewan-hewan tingkat rendah (Pelczar, dkk,

2005).

2.3.2. Shigella

Genus shigella dinamakan menurut seorang bakteriologiwan berkebangsaan

jepang yang bernama Kiyoshi Shiga, yang menemukan basilus disentri pada tahun

1897. Organisme shigella adalah batang pendek, gram negatif, tidak bergerak.

Pertumbuhan optimumnya terjadi pada suhu 37ºC dalam keadaan aerobik. Inang

alamiah shigella pada hakikatnya terbatas pada manusia. Walaupun shigella dapat

menginfeksi primata, manusia adalah sumber alamiahnya dan juga penyebarnya.

Shigella harus menembus sel-sel lapisan epitel usus besar untuk mengakibatkan

disentri. Setelah penetrasi intraselular, terjadilah perbanyakan bakteri. Kecenderungan

shigella untuk menyebar tidak seganas dibandingkan dengan salmonella. Darah dan

lendir dalam tinja penderita penyakit diare yang mendadak merupakan petunjuk kuat

bagi shigelosis (Pelczar, dkk, 2005)

2.3.3. Staphylococcus aureus

Merupakan bakteri gram-positif, bentuk kokus dengan penataan berpasangan

dan bergerombol. Bakteri ini bervariasi dalam pembentukan pigmennya. Pigmen

dapat berwarna putih, kuning atau kuning-oranye. Bakteri ini bersifat patogen. (Lay,

1992). Bakteri ini berbentuk sferis dengan diameter kira-kira 0,001 mm.

Menyebabkan infeksi kulit seperti furunkel, bisul, karbunkel, dan impetigo, infeksi

jaringan yang terbuka setelah luka, kebakaran, infeksi pada tendo, infeksi tulang pada

osteomyelitis dan infeksi paru. Konjungtivitis, mastitis dan infeksi kulit tertentu pada

bayi baru lahir.(Hare, 1993). Organisme ini dapat berasal dari orang-orang yang

Page 10: Kayu Manis

1

menangani pangan yang merupakan penular atau penderita infeksi patogenik

(membentuk nanah). Karena merupakan tipe peracun makanan yang paling umum.

Pada anak-anak kecil dan orang-orang yang lemah, sekalipun jarang terjadi, dapat

mengakibatkan rejatan (shock) dan kematian karena dehidrasi. (Pelczar, dkk, 2005)

2.3.4. Streptococcus mutan

Merupakan bakteri gram positif yang menyebabkan terjadinya karies pada gigi.

(Alcamo, 1987). Karies merupakan salah satu penyakit menular yang paling umum

pada manusia. Karies gigi adalah perusakan gigi setempat yang disebabkan oleh kerja

bakteri. Dimulainya kerusakan serta taraf kerusakan ditentukan oleh faktor-faktor lain

seperti komposisi dan banyaknya air liur, keseimbangan gizi, kebersihan mulut, kadar

flour dalam air minum, dan macam makanan yang dimakan. Sebelum infeksi dimulai,

di atas email gigi terbentuk suatu plak (semacam lempeng) permukaan. Plak gigi

dapat didefenisikan sebagai kumpulan bakteri dan bahan organik pada permukaan

gigi. Jasad-jasad renik ini tertanam di dalam matriks bahan organik. (Pelczar, dkk.

2005)

2.4. Media Bakteri

Medium mikrobiologi (media) merupakan makanan yang dapat digunakan

untuk mengkultur bakteri, jamur dan utuk mikroorganisme lainnya. Media pada

umumnya dapat berbentuk :

- Media cair

Termasuk di dalamnya nutrient broth, sitrat broth, glukosa broth, susu lakmus.

media ini biasanya digunakan untuk pengembang biakan mikroorganisme dalam

jumlah yang besar, dan fermentasi.

- Media Padat

Dapat dibuat dengan cara menambahkan agen pengeras termasuk agar, gelatin,

ataupun silika gel menjadi media yang cair. Agen pengeras yang baik adalah tidak

bisa digunakan oleh mikroorganisme, tidak menghambat pertumbuhan dari bakteri

dan juga tidak mencair pada suhu kamar. Nutrient agar, Blood agar, dan

Sabouraus agar merupakan contoh dari media padat yang digunakan untuk

menumbuhkan koloni bakteri dan juga jamur.

Page 11: Kayu Manis

1

- Media Semipadat

Merupakan gabungan antara media padat dan media cair. media ini lebih

cenderung sama dengan media padat yang mana didalamnya terdapat agen

pengeras yang juga termasuk agar dan gelatin ( Brown, 2007).

2.5. Antibakteri

Antimikroba merupakan suatu senyawa yang mampu membunuh bakteri secara

langsung (Bactericidal) atau pun mampu menghambat pertumbuhan dari mikroba

(Bacteriostatic). Bakteriostatic memiliki pertahan sendiri termasuk dalam

menghasilkan antibodi dan phagositosis yang biasanya berguna untuk membunuh

mikroorganisme (Tortora, dkk, 2001).

Kerusakan pada dinding sel

Struktur dinding sel dapat dirusak dengan cara menghambat pembentukannya atau

mengubahnya setelah selesai terbentuk.

Perubahan permeabilitas sel

Membran sitoplasma mempertahankan bahan-bahan tertentu di dalam sel serta

mengatur aliran keluar-masuknya bahan-bahan lain. Membran memelihara integritas

komponen-komponen selular. Kerusakan pada membran ini akan mengakibatkan

terhambatnya pertumbuhan sel atau matinya sel.

Perubahan molekul protein dan asam nukleat

Hidupnya suatu sel bergantung pada terpeliharanya molekul-molekul protein dan

asam nukleat dalam keadaan alamiahnya. Suatu kondisi atau substansi yang

mengubah keadaan ini, yaitu mendenaturasikan protein dan asam-asam nukleat dapat

merusak sel tanpa dapat diperbaiki kembali. Suhu tinggi dan konsentrasi pekat

beberapa zat kimia dapat mengakibatkan koagulasi (denaturasi) ireversibel (tak dapat

balik) komponen-komponen selular yang vital ini.

Penghambatan Kerja enzim

Setiap enzim dari beratus-ratus enzim berbeda-beda yang ada di dalam sel merupakan

sasaran potensial bagi bekerjanya suatu penghambat. Banyak zat kimia telah diketahui

Page 12: Kayu Manis

1

dapat mengganggu reaksi biokimiawi. Penghambatan ini dapat mengakibatkan

terganggunya metabolisme atau matinya sel.

Penghambatan sintesis asam nukleat dan protein

DNA, RNA dan protein memegang peranan amat penting di dalam proses kehidupan

normal sel. Hal itu berarti bahwa gangguan apa pun yang terjadi pada pembentukan

atau pada fungsi zat-zat tersebut dapat mengakibatkan total pada sel. (Pelczar, dkk,

2005)

2.6. Metode Uji Antibakteri

Uji dari mikroba yang spesifik adalah dengan mengecek aktivitas daripada

kandungan agen antimikroba dan juga menentukannya jika terjadi kontak langsung

antara agen antimikroba yang diperlukan atau jika sebagian kecil dari fase uap sudah

cukup untuk menghitung total pertumbuhan bakteri yang terhambat. (Lopez, dkk,

2007)

Beberapa uji dapat di gunakan untuk menguji aktivitas antimikroba, antara lain:

1. Metode Difusi

Merupakan metode yang paling sering digunakan, lazim dikenal dengan cara

Kirby-Bauer seperti berikut, sebuah cawan petri yang berisi media agar yang telah

dimasukkan bakteri yang sudah sesuai standar di atas permukaannya. Kemudian

kertas cakram dibasahi atau dibubuhi dengan agen chemotherapi yang telah

diketahui konsentrasinya diletakkan di atas permukaan agar yang sudah memadat.

Selama inkubasi, agen chemotherapi akan berdifusi dari cakram ke media agar.

Apabila agen chemoterapinya efektif maka zona hambat akan terbentuk di sekitar

cakram setelah inkubasi. diameter dari zona tersebut dapat diukur pada zona umum,

zona yang lebih besar dan untuk zona sensitif mikrobanya dapat digunakan sebagai

antibiotik.

2. Metode Dilusi

Kelemahan daripada metode difusi adalah tidak dapat menentukan apakah suatu

obat (agen chemoterapi) sebagai baktericidal dan bukan hanya bakteriostatic.

Metode dilusi sering digunakan untuk menentukan konsentrasi penghambat terkecil

Page 13: Kayu Manis

1

dan juga untuk menetapkan konsentrasi Bactericidal terkecil dari suatu senyawa

antimikroba.(Tortora, dkk, 2001)

2.7. Uji Fitokimia

Flavonoid

Merupakan sistem aromatik terkonjugasi dan areanya menunjukan pita serapan

kuat pada daerah spektrum UV dan spektrum tampak. Flavonoid pada umumnya

terdapat pada tumbuhan, terikat pada gula berbagai glikosida. Flavonoid terdapat pada

tumbuhan yang berpembuluh tetapi beberapa kelas lebih tersebar daripada yang

lainnya. Flavonoid terdapat dalam tumbuhan sebagai campuran, jarang sekali

dijumpai hanya flavonoid tunggal dalam jaringan tumbuhan. Disamping itu, sering

terdapat campuran yang terdiri atas flavonoid yang berbeda kelas. Antosianin

berwarna yang terdapat dalam daun bunga hamper selalu disertai oleh flavon atau

flavonol tanpa warna ( Harbone, 1987).

Terpenoid

Terpenoid mencakup sejumlah besar senyawa tumbuhan dan istilah ini

menunjukkan bahwa secara biosintesis senyawa tumbuhan itu berasal dari senyawa

yang sama. Jadi semua senyawa terpena itu berasal dari molekul isopren.

Secara kimia, terpenoid umunya larut dalam lemak dan terdapat dalam

sitoplasma sel tumbuhan. Kadang-kadang minyak atsiri terdapat di dalam sel kelenjar

khusus pada permukaan daun, sedangkan karotenoid terutama berhubungan dengan

kloroplas di dalam daun dengan kloroplas di dalam daun bunga. Biasanya terpenoid

diekstraksi dari jaringan tumbuhan dengan menggunakan eter minyak bumi, eter atau

kloroform dan dapat dipisahkan dengan cara kromatografi ( Harbone, 1987).

2.8 Gas Chromatography - Mass Spectrometri (GC-MS)

Kombinasi yang sesuai antara kromatografi gas dan spektrometri massa.

menghasilkan suatu penggabungan yang baru. GC dapat digunakan untuk

memisahkan senyawa yang bersifat volatil dan juga untuk senyawa yang bersifat

semivolatil dengan resolusi yang baik, dan MS dapat dengan baik mengidentifikasi

Page 14: Kayu Manis

1

senyawa tersebut beserta dengan informasi yang paling banyak terdapat pada suatu

senyawa.

Kromatografi gas dan Spektrometri massa merupakan suatu teknik yang lebih

modern. pada penggabungan kedua teknik ini, sampel pada fase yang menguap, dan

kedua teknik ini cocok untuk jumlah sampel yang sama banyak. Kekurangan daripada

GC-MS adalah hanya dapat digunakan untuk menganalisa senyawa volatil dengan

tekanan yang tidak lebih dari 10-10 Torr. Banyak senyawa dengan tekanan yang rendah

juga dapat dianalisa dengan catatan secara kimia senyawa tersebut dapat dipisahkan.

Posisi pemisahan daripada gugus aromatik pada umumnya sangat susah untuk

dianalisa, dan untuk senyawa yang berisomer tidak sulit untuk dianalisa dengan

menggunakan GC-MS (Anonymous, 2011).

GC-MS merupakan suatu teknik analisa yang menyerupai kromatografi gas,

yang mana secara langsung dipasangkan dengan spektrofotometer massa.

Sekarang ini sistem GC-MS merupakan bagian yang penting dari kebanyakan

laboratorium analisis. Mereka menggunakan ini sebagai suatu analisa utama untuk

lingkungan, makanan dan rasa, aroma, industri minyak, petrokimia, dan untuk semua

laboratorium anlisis. Untuk kegunaan tambahan, tetapi juga termasuk cukup penting,

adalah penggunaannya pada industri farmasi yang berfungsi untuk menghasilkan

bahan mentah yang berkualitas dan sisa pelarut yang terpadat pada akhir produk dan

juga untuk perlengkapan pabrik.(McNair,2009)