KEBERAGAMAAN MASYARAKAT MELAYU BATU BARArepository.uinsu.ac.id/9223/1/DISERTASI...

248
KEBERAGAMAAN MASYARAKAT MELAYU BATU BARA DISERTASI Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Doktor Dalam Program Studi Aqidah dan Filsafat Islam Oleh : MUHAMMAD FAISHAL NIM : 94315030570 FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI ISLAM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA MEDAN 2020

Transcript of KEBERAGAMAAN MASYARAKAT MELAYU BATU BARArepository.uinsu.ac.id/9223/1/DISERTASI...

  • KEBERAGAMAAN MASYARAKAT

    MELAYU BATU BARA

    DISERTASI

    Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh

    Gelar Doktor Dalam Program Studi

    Aqidah dan Filsafat Islam

    Oleh :

    MUHAMMAD FAISHAL

    NIM : 94315030570

    FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI ISLAM

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

    SUMATERA UTARA

    MEDAN

    2020

  • SURAT PERNYATAAN

    Saya yang bertandatangan di bawah ini:

    Nama : Muhammad Faishal

    NIM : 94315030570

    Tempat/Tgl. Lahir : Tanjung Tiram/09 November 1984

    Pekerjaan : Dosen Tetap Fakultas Ilmu Sosial UIN Sumatera Utara

    Alamat : Jalan Enggang VI No.495 Perumnas Mandala, Medan

    Menyatakan dengan sebenarnya bahwa disertasi yang berjudul “Keberagamaan

    Masyarakat Melayu Batu Bara” adalah benar karya asli saya, kecuali kutipan-

    kutipan yang disebutkan sumbernya. Apabila terdapat kesalahan dan kekeliruan di

    dalamnya sepenuhnya menjadi tanggungjawab saya.

    Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.

    Medan, 01 Februari 2020

    Muhammad Faishal

    NIM: 94315030570

  • PERSETUJUAN PENGUJI PROPOSAL

    Disertasi Berjudul;

    Keberagamaan Masyarakat Melayu Batu Bara

    Oleh :

    MUHAMMAD FAISHAL

    NIM : 94315030570

    Dapat disetujui dan disahkan sebagai persyaratan untuk mengikuti seminar hasil

    Pada Program Studi Aqidah dan Filsafat Islam (AFI)

    Fakultas Ushuluddin dan Studi Islam

    Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Medan

    Medan, 02 Februari 2020

    Promotor

    Promotor Pertama Promotor Kedua

    Prof. H. Syahrin Harahap, MA Prof. Dr. Amroeni Drajat, M.Ag

    NIP; 19610916 198303 1 007 NIP; 19650212 199403 1 001

  • PERSETUJUAN PENGUJI SEMINAR

    Disertasi berjudul : “KEBERAGAMAAN MASYARAKAT MELAYU BATU

    BARA oleh Saudara Muhammad Faishal NIM : 94315030570 Program Studi

    Agama dan Filsafat Islam telah diuji dalam Sidang Ujian Tertutup Disertasi

    Pascasarjana UIN Sumatera Utara Medan pada Agustus 2019. Disertasi ini telah

    diperbaiki dan disetujui serta memenuhi syarat untuk diujikan dalam Sidang

    Akhir Disertasi (Promosi Doktor) pada Program Studi Agama dan Filsafat Islam.

    Medan, Agustus 2019

    Panitia Sidang Ujian Tertutup

    Pascasarjana UIN SU Medan

    Ketua Sekretaris

    Dr. Akhyar Zein, M.Ag Dr. Anwarsyah Nur, MA

    NIP. 19670216 199703 1 001 NIP. 19570530 199303 1 001

    Anggota

    Prof. Dr. Amroeni Drajat, M.Ag Prof. H.Syahrin Harahap, MA

    NIP. 19650212 199403 1 001 NIP. 19610816 198303 1 007

    Prof. Dr .H. Katimin, M.Ag Dr. Anwarsyah Nur, MA

    NIP. 19650705 199303 1 003 NIP. 19570530 199303 1 001

    Mengetahui

    Direktur Pascasarjana UIN SU Medan

    Prof. Dr. H. Syukur Kholil, MA

    NIP. 19640209 198903 1 003

  • PERSETUJUAN PENGUJI SIDANG TERTUTUP

    Disertasi berjudul : “KEBERAGAMAAN MASYARAKAT MELAYU BATU

    BARA oleh Saudara Muhammad Faishal NIM : 94315030570 Program Studi

    Agama dan Filsafat Islam telah diuji dalam Sidang Ujian Tertutup Disertasi

    Fakultas Ushuluddin dan Studi Islam UIN Sumatera Utara Medan pada 27 Januari

    2020. Disertasi ini telah diperbaiki dan disetujui serta memenuhi syarat untuk

    diujikan dalam Sidang Akhir Disertasi (Promosi Doktor) pada Program Studi

    Agama dan Filsafat Islam.

    Medan, 01 Februari 2020

    Panitia Sidang Ujian Tertutup

    FUSI UIN SU Medan

    Ketua Sekretaris

    Prof. Dr. Katimin, M.Ag Dr. Arifinsyah, M.Ag

    NIP. 19650705 199303 1 003 NIP. 19680909 199403 1 004

    Anggota

    Prof. Dr. Syahrin Harahap, MA Prof. Dr. Amroeni Drajat, M.Ag

    NIP. 19610816 198303 1 007 NIP. 19650212 199403 1 001

    Dr. Phil. Ichwan Azhari, MS Dr. Anwarsyah Nur, MA

    NIP. 19610116 198503 1 003 NIP. 19570530 199303 1 001

    Mengetahui

    Dekan Fakultas Ushuluddin dan Studi Islam

    UIN Sumatera Utara Medan

    Prof. Dr. Katimin, M.Ag

    NIP. 19650705 199303 1 003

  • ABSTRAK

    KEBERAGAMAAN MASYARAKAT

    MELAYU BATU BARA Muhammad Faishal

    NIM : 94315030570

    Prodi : Aqidah dan Filsafat Islam (AFI)

    Tempat/Tgl. Lahir : Tanjung Tiram/09 November 1984

    Nama Orang Tua

    Ayah : H.Abd. Wahid

    Ibu : Saudah, S.Pd.I

    Pembimbing I : Prof. Dr. Syahrin Harahap, MA

    Pembimbing II : Prof. Dr. Amroeni Drajat, M.Ag

    Penelitian ini berjudul Keberagamaan Masyarakat Melayu Batu Bara. Dalam

    mengkaji keberagamaan tersebut peneliti menggunakan situs-situs bersejarah di Batu

    Bara sebagai penyokong dalam menguraikan keberagamaan masyarakat Batu Bara.

    Dilatarbelakangi dengan banyaknya situs bersejarah di Batu Bara yang dianggap oleh

    sebagian masyarakat mempunyai nilai-nilai leluhur yang tinggi dan menyentuh kepada

    keberagamaan sebagian masyarakat dan menjadikan peneliti tertarik untuk mendalami

    permasalahan tersebut dan menghubungkannya dengan keberagamaan di masa kini.

    Untuk menjalankan penelitian ini penulis menggunakan metode dengan

    pendekatan kualitatif yang menghasilkan data deskriptif. Objek yang diteliti adalah

    keberagamaan masyarakat melayu Batu Bara. Dalam pengumpulan data peneliti

    menggunakan kekuatan data primer dan sekunder. Dalam menganalisa data peneliti

    menggunakan reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan dan melakukan

    verifikasi data. Kemudian dalam keabsahan data peneliti menggunakan derajat

    kepercayaan, keteralihan, kebergantungan dan kepastian. Dalam pendekatan ilmu peneliti

    menggunakan pendekatan antropologi historis. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

    mendalami situs-situs bersejarah yang berkaitan dengan keberagamaan masyarakat

    Melayu Batu Bara yang fokus terhadap kepercayaan masyarakat dan untuk mengetahui

    bagaimanakah keberagamaan masyarakat Melayu Batu Bara.

    Peneliti menemukan banyak situs bersejarah di Batu Bara yang sangat erat

    kaitannya dengan kepercayaan/ keberagamaan masyarakat, di antaranya adalah Kubah

    Datok Batu Bara, Sumur Istana Niat Laras dan Meriam Bogak. Dari ketiga situs

    bersejarah tersebut peneliti menemukan komponen teori keberagamaan yang

    dikemukakan oleh C.Y. Glock dan R. Stark yaitu dimensi idelogis (Akidah), dimensi

    ritualistic (Ibadah), dimensi eksperensial (Ihsan), dimensi konsekuensial (Amal) dan

    dimensi intelektual (Ilmu Pengetahuan). Selain itu peneliti juga menemukan

    keberagamaan masyararakat melayu Batu Bara dipengaruhi oleh kepercayaan terhadap

    hal-hal gaib, seperti; santet, ritual tolak bala, mantra laut dan juga berkaitan dengan

    kepercayaan terhadap tradisi/adat istiadat seperti pantang larang, pesta tapai dan mandi

    balimau.

  • ملخص

    التاسع عشر القرن فى بارا باتو فى الشعب تنوع بعنوان الدراسة استخدم هذه و

    الباحث فى الدراسة المواقع التاريخية كدعم في وصف تنوع شعب باتو بارا. إن العديد من

    المواقع التاريخية في هذه المنطقة يعتبرها البعض أن لها قيم عالية عن األسالف و أثار قوية

    ها. و هذا ما جذب الباحث الستكشاف هذه المشكالت وربطها بالتنوع في فى تنوع الشعب في

    الوقت الحاضر.

    و الهدف هو و إلجراء هذا البحث ، يستخدم الباحث منهجا نوعيا ينتج عنها بيانات وصفية.

    معرفة تنوع الشعب فى باتو بارا فى القرن التاسع عشر. أما في جمع البيانات ، فقد استخدم

    قوة والثانويةالباحث األولية و البيانات البيانات . من الحد الباحث يستخدم ، تحليلها في

    ثم في كشف صحة البيانات ، استخدمت وعرض البيانات واستخالص النتائج والتحقق منها.

    واليقين واالعتمادية واالعتمادية الموثوقية منهج .درجة استخدم العلمي، المنهج في و

    .جتماع و علوم الدين ويستند إلى القيم التاريخيةاألنثروبولوجيا وعلم اال

    وقد وجد العديد من المواقع التاريخية في باتو بارا ارتبط ارتباًطا وثيقًا بتنوع المجتمع فيها.

    Kubah Datok Batu Bara, Sumur Istana Niat Laras dan Meriamمن بينها:

    Bogak.

    الباحث وجد ، الثالثة التاريخية المواقع اقترحه من التي الدينية النظرية .C.Y مكونات

    Glock و R Strak وهي البعد اإليديولوجي )العقيدة( ، والبعد الطقسي )العبادة( ، والبعد

    .التجريبي )إحسان( ، والبعد التبادلي )اإلحسان( والبعد الفكري )العلوم(

    تو بارا في القرن التاسع عشر إضافة إلى ذلك ، وجد الباحث أيًضا أن التنوع الديني لمجتمع با

    ، السحر مثل: ، الغيبيات بالمسائل باإليمان كذلك و Tolak Bala ،Mantra lautتأثر

    المحظورات مثل العادات و التقاليد في بالمعتقدات Pesta Tapai, Mandiالمتعلقة

    Balimau

  • ABSTRACT

    THE RELIGIOUSITY of MALAY BATU BARA COMMUNITY

    Muhammad Faishal

    NIM : 94315030570

    Prodi : Aqidah dan Filsafat Islam (AFI)

    Tempat/Tgl. Lahir : Tanjung Tiram/09 November 1984

    Nama Orang Tua

    Ayah : H.Abd. Wahid

    Ibu : Saudah, S.Pd.I

    Pembimbing I : Prof. Dr. H.Syahrin Harahap, MA

    Pembimbin II : Prof. Dr.Amroeni Drajat, M.Ag

    This research is titled religiousity of Malay Batu Bara community. In

    studying religious the researcher use historic sites in Batu Bara as a support in

    deciphering religious Batu Bara community. Background with many historic sites

    in Batu Bara which is considered by some people to have high noble values and

    touched to religious part of the community and make researcher interested to

    explore these problem and connect it to religious in the present.

    To implement this research the writer uses the methodology with a

    qualitative approach which results in descriptive data and the object under study is

    religious of Malay Batu Bara community. In collecting data researcher use the

    power of primary and secondary data. In analyzing the data researcher use data

    reduction, data presentation and drawing conculsions and do data verification.

    Then in the validity of the data the researcher uses the degree of trustworthiness,

    dependability and certainty. In the science approach, researcher use the

    anthropology historis.

    Researcher found many historic sites in Batu Bara which is very closely

    related to the religious community, among others are Kubah Datok Batu Bara,

    Sumur Istana Niat Lima Laras and Meriam Bogak. From the three historic sites,

    researcher found a theoretical component from religious as said by C.Y.Glock and

    R. Strark thats are dimension of faith, dimension ritualistic, dimension

    eksperensial, dimension konsekuensial and dimension intelektual. Beside that

    researcher also found religious Malay Batu Bara community also influenced by

    beliefs in occult things such as witchcraft, rituals rejecting reinforcements, sea

    spells and also related to beliefs in traditions or costoms such as abstinence

    forbids, tapai party and balimau bathing.

  • KATA PENGANTAR

    Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, tiada kekuatan

    melainkan kekuatanNya dan semoga kita semua mendapatkan hidayahNya dan

    mampu mensyukuri segala nikmat yang telah diberikanNya. Amin. Selanjutnya,

    Shalawat dan salam penulis ucapkan kepada Nabi Muhammad SAW, semoga kita

    mendapatkan syafaatnya di hari kemudian kelak. Amin.

    Dalam kesempatan ini penulis sampaikan ucapan terima kasih sebesar-

    besarnya kepada pihak yang telah mendukung selesainya disertasi ini dengan

    baik. Ucapan tersebut penulis sampaikan kepada;

    1. Bapak Rektor Universitas Islam Negeri Sumatera Prof. Dr. Saidurrahman,

    M.Ag. dan Bapak Direktur Pascasaraja Universitas Islam Negeri Sumatera

    Utara Prof. Dr. Syukur Kholil, MA.

    2. Bapak Dekan Fakultas Ushuluddin dan Studi Islam, Prof Dr. Katimin, M.Ag

    yang telah banyak membantu proses penyelesaian perkuliahan penulis.

    3. Bapak Wakil Dekan I Fakultas Ushuluddin dan Studi Islam, Dr. Arifinsyah,

    M.Ag yang telah banyak membantu proses penyelesaian perkuliahan penulis

    dan memberikan motivasi agar disertasi ini berjalan dengan baik.

    4. Bapak Prof. Dr. H. Syahrin Harahap, MA sebagai pembimbing pertama di

    dalam disertasi ini.

    5. Bapak Prof. Dr. Amroeni Drajat, MA sebagai pembimbing kedua di dalam

    disertasi ini.

    6. Bapak Dr. Anwarsyah Nur, MA sebagai ketua prodi Aqidah dan Filsafat Islam

    dan juga sebagai penguji di dalam seminar proposal disertasi ini.

    7. Bapak Dr. Wirman Tobing, MA sebagai sekretaris sidang pada seminar

    proposal disertasi ini.

    8. Bapak Dr. Ziaulhaq, MA sebagai sekretaris prodi Aqidah dan Filsafat Islam

    dan juga banyak memberikan kontribusi pemikiran kepada penulis.

  • Tidak lupa pula menyampaikan salam hormat dan bangga kepada orang-

    orang yang senantiasa mendukung penulis dalam mengerjakan sampai

    menyelesaikan disertasi ini, mereka adalah;

    1. H. Abdul Wahid Mukthi dan Saudah Nasution. Ayah dan ibu kandung penulis

    yang selalu memberikan dukungan dalam penyelesaian disertasi ini.

    2. Deliana Am.Keb dan Faizan As-Syadi Fadel. Isteri dan anak penulis yang

    sangat luar biasa memberikan dukungan segala sesuatunya sehingga disertasi

    ini selesai dengan baik.

    3. Tim peneliti yang selalu mendampingi penulis dalam mencari data selama

    beberapa bulan.

    Ungkapan terima kasih juga penulis hanturkan kepada seluruh dosen Pascasarjana

    Universitas Islam Negeri Sumatera Utara di Prodi Aqidah dan Filsafat Islam yang

    telah memberikan banyak ilmu pengetahuan bagi penulis di dalam kelas dan

    memberikan sumbangan pemikiran terhadap disertasi ini. Semoga mereka yang

    telah memberikan kontribusi terhadap disertasi ini mendapatkan rahmāh dan

    maghfirāh dari Allah SWT. Amin

    Demikian kata pengantar dalam disertasi ini dan sekali lagi penulis

    ucapkan banyak terima kasih dan semoga disertasi ini berguna bagi pembaca dan

    menjadi amal bagi penulis.

    Medan, 01 Februari 2020

    Penulis

    Muhammad Faishal

  • Panduan Transliterasi

    Huruf Arab Nama dan Transliterasi (a, ‘(Hamzah ء,ا B ب T ت Th ث J ج H ح Kh خ

    D د Dh ذ R ر Z ز S س Ah ش S ص D ض T ط Z ظ , ع Gh غ F ف Q ق K ك L ل M م N ن H ه

    W و Y ى H ة

    Huruf Arab Nama dan Transliterasi

    W و

    Y ي

    H ة Vocal Pendek

    Huruf Arab Nama dan Transliterasi

  • ِ (Fathah) A

    ِ--- (Kasrah) I

    ِ--- (Dammah) U

    Vocal Panjang

    Huruf Arab Nama dan Transliterasi

    É ى/ا

    Ê ي

    Ë و

    Diftong

    Huruf Arab Nama dan Transliterasi

    Aw و

    Ay ى

    Uww و

    ِ iy/i

  • Daftar Tabel

    Kode Tabel Nama Tabel Sumber Data

    3.1 Jumlah kecamatan dan dusun Batu Bara Dalam Angka

    2015.

    3.2 Batas Wilayah Kabupaten

    Batu Bara Tahun 2018

    Badan Pusat Statistik

    Kabupaten Batu Bara.

    3.3 Letak dan Geografi

    Kabupaten Batu Bara Tahun

    2018

    Badan Pusat Statistik

    Kabupaten Batu Bara.

    3.4 Luas Wilayah Kabupaten

    Batu Bara Berdasarkan

    Kecamatan

    Badan Pusat Statistik

    Kabupaten Batu Bara

    3.5 Jumlah Penduduk dan Rasio

    Jenis Kelamin Menurut

    Kecamatan di Kabupaten

    Batu Bara 2015

    Badan Pusat Statistik

    Kabupaten Batu Bara.

    3.6 Daftar Bupati Kabupaten

    Batu Bara

    Kantor Bupati Kabupaten

    Batu Bara

    3.7 Daftar Anggota DPRD

    Kabupaten Batu Bara 2014-

    2019

    Kantor DPRD Kabupaten

    Batu Bara

    3.8 Produksi Tanaman

    Perkebunan Rakyat Menurut

    Jenis Tanaman di Kabupaten

    Batu Bara 2013-2017

    Dinas Pertanian Kabupaten

    Batu Bara.

    3.9 Produksi Tanaman Pangan

    Kabupaten Batu Bara Tahun

    2013-2017

    Dinas Pertanian Kabupaten

    Batu Bara

    3.10 Banyaknya Perusahaan

    Industri Besar / Sedang

    Menurut Kecamatan di

    Kabupaten Batu Bara

    Badan Pusat Statistik

    Kabupaten Batu Bara.

    4.1 Apasajakah Pantang Larang

    di Batu Bara

    Pertanyaan Wawancara

  • Daftar Carta

    Kode

    Tabel

    Nama Carta Sumber Data

    3.1 Persentase Agama di

    Kabupaten Batu Bara

    Dokumentasi Peneliti

    4.2 Sepengetahuan anda, apakah

    nilai-nilai mistis yang ada di

    Kubah Datuk Batu Bara?

    Pertanyaan Wawancara

    4.3 Keyakinan Masyarakat

    Terhadap Kubah Datok Batu

    Bara

    Pertanyaan Wawancara

    5.1 Apakah Anda Mengetahui

    Sumur Istana Niat Lima

    Laras

    Pertanyaan Wawancara

    5.2 Apakah Anda Pernah

    Berkunjung Ke Sumur Istana

    Niat Lima Laras

    Pertanyaan Wawancara

    5.3 Menurut Anda, Apakah Air di

    Sumur Istana Niat Laras

    Memiliki Keramat?

    Pertanyaan Wawancara

    5.4 Menurut pendapat anda,

    apakah Kubah Datok Batu

    Bara memiliki nilai mistis?

    Pertanyaan Wawancara

    5.5 Sepengetahuan anda, apakah

    nilai-nilai mistis yang ada di

    Kubah Datok Batu Bara?

    Pertanyaan Wawancara

    5.6 Apakah anda mengetahui

    Sumur Istana Niat Lima

    Laras?

    Pertanyaan Wawancara

    5.7 Apakah anda pernah

    berkunjung ke Sumur Istana

    Niat Lima Laras?

    Pertanyaan Wawancara

    5.8 Menurut anda, apakah air di

    Sumur Istana Niat Lima

    Laras memiliki Keramat?

    Pertanyaan Wawancara

    5.9 Keyakinan Masyarakat

    Terhadap Kubah Datok Batu

    Bara

    Pertanyaan Wawancara

    5.10 Apakah anda mengetahui

    Meriam Bogak?

    Pertanyaan Wawancara

    5.11 Apakah anda pernah

    berkunjung ke Meriam

    Bogak?

    Pertanyaan Wawancara

  • Daftar Gambar

    Kode

    Tabel

    Nama Tabel Sumber Data

    3.1 Peta Kabupaten Batu Bara Dokumentasi Peneliti

    3.2 Logo Pemerintahan Kabupaten Batu Bara Website Kabupaten Batu

    Bara

    5.1 Istana Niat Lima Laras Dokumentasi Peneliti

    5.2 Denah sketsa Istana Lima Laras dan

    makam Raja

    Dokumentasi Peneliti

    5.3 Kompleks Makam Raja Lima Laras Dokumentasi Peneliti

    5.4 Denah sketsa Istana Lima Laras dan

    makam Raja

    Dokumentasi Peneliti

    5.5 Meriam Bogak Dokumentasi Peneliti

    5.6 Denah sketsa lingkungan Meriam Bogak Dokumentasi Peneliti

    5.7 Kompleks Masjid Padang Genting Dokumentasi Peneliti

    5.8 Denah Kompleks Masjid Padang Genting Dokumentasi Peneliti

    5.9 Kubah Datok Batu Bara Dokumentasi Peneliti

    5.10 Denah Kubah Datok Batu Bara Dokumentasi Peneliti

    5.11 Meriam Simpang Dolok Dokumentasi Peneliti

    5.12 Denah Meriam Simpang Dolok Dokumentasi Peneliti

    5.13 Meriam Datuk Simuangsa 2 Dokumentasi Peneliti

    5.14 Denah Meriam Datuk Simuangsa 2 Dokumentasi Peneliti

    5.15 Istana Indra Pura Dokumentasi Peneliti

    5.16 Denah Istana Indra Pura Dokumentasi Peneliti

    5.17 Masjid Indra Pura Dokumentasi Peneliti

    5.18 Denah Masjid Indra Pura Dokumentasi Peneliti

    5.19 Kompleks Makam Raja Indra Pura Dokumentasi Peneliti

    5.20 Meriam Nanasiam Dokumentasi Peneliti

    5.21 Denah Meriam Nanasiam Dokumentasi Peneliti

    5.22 Peneliti sedang mewawancarai penjaga

    Kubah Datok Batu Bara

    Dokumentasi Peneliti

    5.23 Sumur Istana Niat Lima Laras Dokumentasi Peneliti

    5.24 Meriam Bogak Dokumentasi Peneliti

    5.25 Areal Meriam Bogak Dokumentasi Peneliti

    4.26 Bukit Kerang Dokumentasi Peneliti

    4.27 Denah Bukit Kerang Dokumentasi Peneliti

    2.28 Peneliti sedang mewawancarai penjaga Dokumentasi Peneliti

    5.12 Menurut anda, apakah

    Meriam Bogak memiliki

    keramat?

    Pertanyaan Wawancara

  • Kubah Datok Batu Bara

    2.29 Sumur Istana Niat Lima Laras Dokumentasi Peneliti

    2.30 Peneliti Meminum Air Sumur Istana Dokumentasi Peneliti

    2.31 Meriam Bogak Dokumentasi Peneliti

    2.32 Areal Meriam Bogak Dokumentasi Peneliti

  • Daftar Singkatan

    BA : Bachelor of Arts

    BAPPEDA : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

    BKD : Badan Kepegawaian Daerah

    BKM : Badan Kenaziran Mesjid

    BT : Bujur Timur

    BUMN : Badan Usaha Milik Negara

    CM : Centimeter

    DPR : Dewan Perwakilan Rakyat

    DPRD : Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

    GERINDRA : Gerakan Indonesia Raya

    GOLKAR : Golangan Karya

    H : Haji

    Ha : Hektar

    HANURA : Hati Nurani Rakyat

    Ir : Insinyur

    Inalum : Indonesia Asahan Alumunium

    PAN : Partai Amanat Nasional

    PDIP : Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan

    PKS : Partai Keadilan Sejahtera

    PKPI : Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia

    PPOB : Panitia Pembentukan Otonom Batu Bara

    PPP : Partai Persatuan Pembangunan

    PROPEDA : Program Pembangunan Daerah

  • PT : Persoran Terbatas

    Km : Kilometer

    LSM-GEMKARA : Lembaga Swadaya Masyarakat Gerakan Masyarakat

    Menuju Kabupaten Batu Bara

    LU : Lintang Utara

    M.Ap : Magister Administrasi Publik

    NASDEM : Nasional Demokrat

    M : Masehi

    Mm : Mili Meter

    Saw : Shallahualaihiwassala

    Swt : Subhanallahu wataala

    TBK : Tanah Badan Kenaziran

  • DAFTAR ISI

    Surat Pernyataan............................................................................................... i

    Persetujuan Penguji Sidang Tertutup .............................................................. ii

    Persetujuan Penguji Seminar Hasil .................................................................. iii

    Persetujuan Penguji Seminar Proposal ............................................................ iv

    Abstrak Bahasa Indonesia ................................................................................ v

    Abstrak Bahasa Inggris .................................................................................... vi

    Abstrak Bahasa Arab........................................................................................... vii

    Kata Pengantar ....................................................................................................viii

    Panduan Transliterasi ....................................................................................... x

    Daftar Tabel ..................................................................................................... xii

    Daftar Carta ...................................................................................................... xiii

    Daftar Gambar .................................................................................................. xiv

    Daftar Singkatan............................................................................................... xvi

    Daftar Isi........................................................................................................... xvii

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1

    B. Perumusan Masalah ............................................................................. 9

    C. Batasan Masalah................................................................................... 9

    D. Penjelasan Istilah .................................................................................. 10

    E. Tujuan Penelitian ................................................................................. 13

    F. Kegunaan Penelitian............................................................................. 13

    G. Sistematika Pembahasan ...................................................................... 14

    H. Kajian Terdahulu......................................................................... 15

    I. Metodologi Penelitian................................................................... 17

  • BAB II LANDASAN TEORETIS ................................................................. 27

    A. Pendekatan Penelitian .......................................................................... 28

    1. Pendekatan Antropologi .................................................................. 28

    2. Pendekatan Historis ......................................................................... 34

    B. Keberagamaan ...................................................................................... 37

    1. Pengertian Keberagamaan ............................................................... 37

    2. Teori Keberagamaan........................................................................ 40

    3. Teori Keberagamaan Perspektif Islam ............................................ 43

    C. Manusia dan Agama ............................................................................ 47

    1. Hakikat Manusia .............................................................................. 48

    2. Dimensi Manusia ............................................................................. 56

    D. Hakikat Agama .................................................................................... 63

    1. Agama dan Masalah Sosial.............................................................. 67

    2. Agama dan Spritualitas .................................................................... 68

    3. Tradisi Keagamaan dan Kebudayaan .............................................. 70

    4. Tradisi Keagamaan dan Sikap Keberagamaan ................................ 75

    5. Konflik Agama ................................................................................ 80

    6. Solusi Konflik Agama ..................................................................... 82

    E. Perilaku Keberagamaan ........................................................................ 83

    BAB III PROFIL KABUPATEN BATU BARA ......................................... 87

    A. Geografis .............................................................................................. 87

    B. Asal Usul Masyarakat Batu Bara ......................................................... 94

    C. Potensi Daerah ..................................................................................... 104

    D. Karakteristik Masyarakat Melayu Batu Bara ....................................... 108

    BAB IV KEPERCAYAAN MASYARAKAT MELAYU BATU BARA ... 117

    A. Ruang Lingkup Kepercayaan ............................................................... 117

    B. Kepercayaan Terhadap Hal-Hal Gaib .................................................. 118

  • 1. Santet ............................................................................................... 118

    2. Ritual Tolak Bala ............................................................................. 124

    3. Mantra Laut ..................................................................................... 139

    C. Kepercayaan dan Adat Masyarakat Melayu Batu Bara ....................... 160

    1. Pantang Larang ............................................................................... 160

    2. Pesta Tapai ............................................................................... 164

    3. Mandi Balimau ............................................................................... 169

    BAB V KEPERCAYAAN TERHADAP SITUS BERSEJARAH .............. 172

    A. Situs Bersejarah dan Pemaknaan Simbol ............................................. 172

    1. Istana Niat Lima Laras .................................................................... 172

    2. Kompleks Makam Raja Lima Laras ................................................ 182

    3. Meriam Bogak ............................................................................... 185

    4. Kompleks Masjid Padang Genting .................................................. 189

    5. Kubah Datok Batu Bara ................................................................... 192

    6. Meriam Simpang Dolok .................................................................. 195

    7. Meriam Datuk Simuangsa 2 ............................................................ 198

    8. Istana Indra Pura .............................................................................. 199

    9. Masjid Indra Pura ............................................................................ 202

    10. Kompleks Makam Raja Indra Pura ............................................... 204

    11. Meriam Bogak ............................................................................... 205

    B. Bentuk Kepercayaan dan Pelaksanaannya ........................................... 208

    1. Kubah Datok Batu Bara ................................................................... 208

    2. Sumur Istana Niat Lima Laras ......................................................... 212

    3. Meriam Bogak ............................................................................... 217

    C. Kepercayaan Masyarakat Melayu Batu Bara ....................................... 224

    1. Kubah Datok Batu Bara ................................................................. 224

    2. Sumur Istana Niat Lima Laras ....................................................... 228

    3. Meriam Bogak ............................................................................... 230

    D. Implikasi Dari Kepercayaan ................................................................. 232

    1. Kubah Datok Batu Bara ............................................................... 232

    2. Sumur Istana Niat Lima Laras ..................................................... 237

  • 3. Meriam Bogak ............................................................................. 240

    BAB VI PENUTUP ........................................................................................ 242

    A. Kesimpulan ............................................................................................ 242

    B. Saran ...................................................................................................... 243

    Glosarium ......................................................................................................... 245

    Daftar Pustaka .................................................................................................. 259

    Daftar Riwayat Hidup ...................................................................................... 276

    Lampiran .......................................................................................................... 278

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Pendekatan sosiologi merespon kemunculan agama pada masa awalnya

    adalah disebabkan keperluan kehidupan manusia mengalami degradasi saat ilmu

    pengetahuan dan teknologi sudah merasuki kehidupan manusia. Kehidupan

    manusia tidak terlepas dengan situasi dan kondisi alam serta pengaruh lingkungan

    sosial yang semestinya disesuaikan supaya dapat berperan terhadap

    kesinambungan kehidupan. Tentunya untuk mencapai itu diperlukan beberapa

    pendekatan seperti pendekatan teknologi dan ilmu pengetahuan yang bersifat.1

    Ketika teknologi dan ilmu pengetahuan yang menjadi alasan manusia tidak

    berdaya maka muncul suatu kepercayaan bahwa tidak selamanya empiris menjadi

    tolok ukur bahkan setelah itu hadir pula yang non-empiris. Hal yang bersifat non

    empiris pula dipercayai memberikan peranan dan kontribusi terhadap kehidupan

    manusia dan proses itulah dianggap sebagai awal kemunculan agama..2

    Sistematika tersebut menjadikan agama bersifat universal di seluruh

    penjuru dunia. Hal ini bermakna bahwa lahirnya agama adalah hasil dari proses

    kebutuhan manusia dalam menjalankan kehidupan yang bersifat dinamis. Dari sini

    munculnya suatu rumus bahwa jika suatu komunitas bersifat dinamis maka

    keinginan terhadap hal-yang bersifat di luar empiris sangat diperlukan. Dari

    sinilah agama kemudian mempunyai peran aktif bagi kehidupan manusia. Oleh

    karenanya agama hadir adalah karena kebutuhan manusia itu sendiri.

    1Ketidakmampuan manusia mengandalkan pengetahuan dan teknologi terjadi akibat

    beberapa kondisi, yaitu keyakinan akan jiwa immateri, fenomena yang tidak bisa dicerna oleh akal

    sehat, kejadian yang sangat besar dan merusak, realitas krisis-krisis dalam hidup, sentimen

    kemasyarakatan dan keyakinan akan adanya kekuatan Ilahi atas wahyu. Atas kondisi-kondisi ini,

    masyarakat awal sejarah mencari institusi baru yang dianggap memiliki legitimasi untuk

    memberikan kontribusi bagi kehidupan manusia. Dadang Kahmad, Sosiologi Agama (Bandung;

    Rosdakarya, 2000), h. 23-25. 2 Betty R Scharf, Sosiologi Agama (Jakarta; Prenada Media, 2004), h. 34-36.

  • Kelanjutan dari lahirnya agama adalah berkaitan dengan faktor sosial

    religius yaitu munculnya berbagai cara pandang mengenai bagaimana

    menjalankan ajaran agama tersebut dan cara pandang itulah yang kemudian

    dimaknai dengan keberagamaan. Dalam artian yang luas keberagamaan memiliki

    beberapa aspek kajian selain cara pandang, aspek yang turut menyertainya adalah

    cara merespon bahkan sampai kepada cara mengamalkan ajaran agama.

    Munculnya agama di tengah-tengah kehidupan manusia merupakan salah

    satu bukti bahwa agama dapat dikaji dalam ruang lingkup apa saja termasuk ruang

    sosial. Dalam kaitan agama dengan interaksi sosial, agama dapat mewarnai setiap

    sisi kehidupan manusia meskipun komunitas manusia memilik corak, latar

    belakang dan sejarah kepercayaan yang berbeda-beda. Salah satu perbedaan yang

    sangat kental dalam suatu komunitas adalah faktor kebudayaan. Kebudayaan yang

    sudah mengakar dan mendarah daging dalam suatu komunitas sangat sulit

    dikalahkan dengan ajaran agama.3

    Uraian singkat tersebut di atas menunjukkan bahwa agama telah muncul di

    permukaan bumi sudah sejak dari dahulu, oleh karenanya sangat wajar jika agama

    memiliki banyak tahap dan mengalam evolusi.4 Agama dalam kajian norma

    banyak mengatur dalam setiap sisi kehidupan manusia dan manusia pun banyak

    bervariasi dalam tata cara pelaksanaan ajaran agama tersebut. Ajaran agama yang

    dipercayai sebagai sumber utama adalah yang terangkum dalam istilah agama

    samawi.

    Selanjutnya ketiga agama samawi tersebut berhasil memberikan motivasi

    kepada penganutnya sehingga para pengikutnya menjadikan agama sebagai

    3Fluiditas merupakan pelenturan suatu entitas budaya pada saat ia masuk pada wilayah

    kebudayaan lain. Pelenturan ini membuat simbol budaya awal memetamorfosis dalam makna yang

    baru sekaligus membuat simbol baru. Hal ini karena manusia bukanlah makhluk mekanis yang

    bisa mempraktikkan apa yang diterima sebagai apa adanya dan persis. Manusia akan mendesain

    ulang apa yang diterimanya secara sadar ataupun tanpa sadar. Dadang Kahmad, Sosiologi ... h. 76-

    77. 4Audifax, Semiotika Tuhan, Tafsir Atas Pembacaan Manusia Terhadap Tuhan

    (Yogyakarta; Pinus Book Publisher, 2007), h 66-67.

  • maenstream dalam kehidupan. Dari kefanatikan individu maupun kelompok

    terhadap ajaran agama yang benar maka dari sini pula muncul perselisihan

    pemikiran, pendapat, motivasi dan sebagainya yang pada akhirnya akan

    melahirkan pengklaiman terhadap ajarannyalah yang paling benar dan yang sesuai

    dijalankan oleh seluruh manusia di permukaan bumi ini.

    Dalam kajian sosiologis kemunculan agama merupakan jawaban atas

    kelemahan manusia yang tidak mampu dicapai secara empiris dan teknologis

    terhadap persoala kehidupan yang dihadapi. Kemunculan agama merupakan

    refleksi baru terhadap keyakinan yang berbentuk spritualitas terhadap alam dan

    lingkungan sosial kehidupan manusia. Selanjutnya faktor watak, letak geografis,

    seterata sosial lainnya menggiring masyarakat terkelompok-kelompok dalam

    suatu perhimpunan atau komunitas yang berstruktur. Pengelompokan yang

    didasari oleh perbedaan ideologi ini merupakan titik nol yang akhirnya

    melahirkan perspektif yang berbeda dalam memandang sesuatu termasuk

    memahami agama.

    Faktor alam dan lingkungan sosial sangat berdampak terhadap pola pikir

    suatu komunitas masyarakat. Misalnya di lingkungan yang keras akan berdampak

    melahirkan komunitas masyarakat yang memiliki karakter resistensi5 atau

    protektif.6 Lingkungan yang modern pula akan melahirkan komunitas yang

    cenderung soft dan adaptif. Pengaruh kedua lingkungan tersebut akan melahirkan

    cara masyarakat dalam merespon agama sehingga pola keberagamaannya pun

    memiliki perbedaan.

    Eksistensi agama di tengah-tengah kehidupan sosial masyarakat adalah

    permasalahan yang sangat penting, oleh karenanya kajian mengenai ini terus

    mengalami perkembangan dan dikaji dengan serius dan secara berkala. Kajian

    5Resistensi berasal dari kata resist dan ance adalah menunjukkan pada posisi sebuah

    sikap untuk berperilaku bertahan, berusaha melawan, menentang atau upaya oposisi.

    http://dictionary.reference.com/browse/resistance. Diakses pada 10 Januari 2019 pukul 23.50 wib. 6Protektif dalam kamus Bahasa Indonesia berarti sesuatu bersangkutan dengan proteksi;

    bersifat melindungi

    http://dictionary.reference.com/browse/resistance

  • yang dilakukan memiliki berbagai metode, di antara metode yang sering

    digunakan adalah sebagai berikut;7

    Metode pertama melalui pendekatan ilmu psikologi. Pendekatan psikologi

    akan mengkaji dari sudut gejala kejiwaan seseorang yang berdasarkan dengan

    pengalaman. Kumpulan dari pengalaman tersebut pada akhirnya akan melahirkan

    suatu motivasi besar terhadap jiwa seseorang untuk mengenal, merespon terhadap

    kehidupan beragamanya sendiri. Tokoh utama dalam pendekatan ini adalah Carl

    Gustave Jung (1875-1962) dan Freud (1856-1939).

    Metode kedua melalui pendekatan ilmu sejarah. Dalam metode ini

    membahas perkembangan masa kehidupan manusia sehingga kemunculan agama

    di tengah-tengah kehidupan, oleh karenanya dikatakan bahwa eksistensi agama

    adalah dari perkembangan masa yang memberikan berbagai penilaian terutama

    dalam aspek sosial.8

    Metode ketiga melalui pendekatan fenomenologis. Kajian fenomenologis

    erat kaitannya dengan pendekatan kedua di atas, namun dalam kajian

    fenomenologis lebih mengkaji dari sudut persamaan terminologi. 9 Menurut

    Moreau bahwa awal mulanya penggunaan fenomenologi tersebut merujuk kepada

    karya Schleiermacher yang berjudul Speeches on Religion (1799). Dalam buku

    tersebut dibahas perkembangan-perkembangan kemunculan agama melalui

    fenomenologi secara rasionalisme.

    Metode keempat melalui pendekatan hermeneutic. Kajian hermeneutic

    adalah pembahasan mengenai tafsiran simbol-simbol yang terdapat dalam teks,

    artefak ataupun benda-benda yang memiliki nilai sejarah. Tafsiran tersebut

    pastinya yang lebih mengetahui adalah manusia yang penciptan simbol tersebut

    7Lihat dalam Ridwan Lubis, Sosiologi Agama Memahami Perkembangan Agama Dalam

    Interaksi Sosial (Jakarta:Prenadamedia Group, 2015), h.4. dan dalam Carmody and Carmody,

    Ways to the Central, An Introcuction to World Religions, (California; Wadsworth Publishing

    Company, 1984), h.8-10. 8Ridwan Lubis, Sosiologi Agama,... h. 4-5. 9Ridwan Lubis, Sosiologi Agama,...h. 4-5.

  • namun dalam prakteknya peneliti akan berupaya maksimal untuk menafsirkan itu

    seakurat mungkin. Dalam kajian eksistensi agama tafsiran dari hermeneutic akan

    dapat membantu dan memperkaya pengetahuan terhadap sumber-sumber awal

    sejarah agama.

    Metode kelima melalui pendekatan sosiologi. Dalam pendekatan sosiologi

    agama dinilai mempunyai pengaruh penting dan bahkan sangat besar dalam

    membentuk suatu komunitas di tengah-tengah kehidupan yang mempunyai

    peradaban sangat tinggi. Tatanan yang dilakukan oleh agama mampu bercampur

    dengan baik terhadap berbagai budaya yang ada di masyarakat. Kemunculan dan

    perkembangan dari sosiologi dalam mengkaji manusia dan agama yang kemudian

    melahirkan kajian antropologi seperti yang dilakukan oleh Clifford Geertz10 dan

    Victor Tuner. 11

    Dalam pendekatan sosiologi, para sosiolog memiliki tiga kajian utama.

    Pertama agama sebagai kajian teoretis guna mengamati tindakan sosial. Kedua

    sosiolog mengkaji berbagai sudut kehidupan sosial. Ketiga sosiolog mengkaji

    komunitas-komunitas beragama dan berbagai kelasnya.12 Agama dikaji secara

    sosiolog akan berbeda ketika agama dikaji secara teologi.13 Pendekatan sosiologi

    juga masuk ke ranah agama sebagai gejala budaya yang bersifat unik.14

    10Clifford Geertz memiliki nama lengkap Clifford James Geertz, lahir di San Francisco 23

    Agustus 1926 dan meninggal di Philadelphia pada 30 Oktober 2006 pada umur 80 tahun. Ia adalah

    seorang ahli antropologi asal Amerika Serikat. Ia paling dikenal melalui penelitian-penelitiannya

    mengenai Indonesia dan Maroka dalam bidang agama (khususnya Islam). Sejak tahun 1970 hingga

    meninggal dunia Geertz menjabat sebagai profesor emeritus di Fakultas Ilmu Sosial di Institute for

    Advanced Study. http://id.m.wikipedia.org .Clifford Geertz. Diakses pada 23 Juni 2018. 11Victor Turner memiliki nama lengkap Victor Witter Turner, lahir 28 Mei 1920 di

    Scotland dan meninggal 18 Desember 1983 di Virgina. Ia merupakan seorang ahli di bidang

    antropologi dan hampir seluruh penelitian beliau berunsurkan ritual. http://id.m.wikipedia.org

    .Vicor Tunner. Diakses pada 23 Juni 2018. 12Robert N.Bellah, Beyond Belief : Esai-esai Tentang Agama di Dunia Modern (Beyons

    Belief :Essay on Religion in a Post-Traditionalist World), Terj. Rudi Harisyah Alam, (Jakarta;

    Paramadina,2000), h.3. 13Ridwan Lubis, Sosiologi Agama....., h.85. 14M. Atho Mudzhar, Pendekatan Sosiologi Dalam Studi Hukum Islam dalam Amin

    Abdullah, dkk.,Mencari Islam Studi Islam Dengan Berbagai Pendekatan (Yogyakarta; Tiara

    Wacana, 2000), h.28.

  • Selanjutnya dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan

    antropologi historis. Dalam pendekatan antropologi agama peneliti merujuk

    kepada Koentjaraningrat. Beliau adalah seorang antropolog yang menganut religi.

    Dasar pendiriannya adalah bahwa religi merupakan bagian dari kebudayaan yang

    kemudian merujuk kepada konsep Emile Durkheim tentang dasar-dasar religi.

    Koentjaraningrat mengemukakan tiga unsur penting dalam religi, yaitu;

    1. Naluri keagamaan. Naluri keberagamaan ini yang pada akhirnya

    mengantarkan seseorang menjadi religius.

    2. Kekuatan gaib. Dalam religi kepercayaan terhadap kekuatan gaib

    merupakan bagian dari sistem kepercayaan.

    3. Upacara keagamaan. Upacara keagamaan ini adalah salah satu upaya

    manusia untuk menjalin hubungan baik kepada Tuhan sebagai maha

    pencipta.15

    Objek kajian dalam antropologi adalah agama dan kebudayaan, sementara

    objek kajian dalam antropologi agama adalah kebudayaan manusia dalam

    kaitannya dengan agama, yaitu bagaimana pikiran, sikap dan perilaku manusia

    dalam hubungannya dengan sesuatu yang diyakini memiliki kekuatan atau yang

    gaib. Jadi, bukan kebenaran ideologis atau keyakinan tertentu yang menjadi titik

    perhatian studi ini, melainkan kenyataan empiris yang nampak berlaku.16

    Sehingga pendekatan kajian antropologi sangat berbeda dengan pendekatan

    teologis.17

    Mengenai posisi agama dan masyarakat Weber berpendapat bahwa antara

    agama dan masyarakat terjadi saling mempengaruhi.18 Indonesia adalah sebuah

    negara yang sangat luas dan memiliki keragaman suku, ras dan agama serta

    15Dalam Adeng Muchtar Ghazali, Ilmu Perbandingan Agama, Pengenalan Awal Metologi

    Studi Agama-Agama (Bandung; Pustaka Setia, 2000), h. 71. 16Adeng Muchtar Ghazali,...h. 71. 17Ahmad Salehuddin, Satu Dusun Tiga Masjid:Anomali Ideologisasi Agama Dalam

    Agama (Yogyakarta; Pilar Media, 2007), h.16-17. 18Lihat dalam Ridwan Lubis, Sosiologi Agama.....,h.99.

  • memiliki jumlah penduduk yang sangat banyak, sehingga apa yang dikatakan oleh

    Weber tersebut berkembang pesat di negeri ini.

    Keberagamaan di Indonesia sangat sarat dengan percampuran multi

    dimensi budaya. Percampuran multi dimensi budaya tersebut secara tidak sadar

    membuat pemahaman masyarakat yang kabur mana aspek ajaran agama dan mana

    aspek kultural. Contoh: Upacara seremonial yang menyertai seseorang yang telah

    meninggal dunia; upacara meniga hari, manujuh hari, empat puluh hari dan

    sebagainya. Keberagamaan tersebut juga terjadi di masyarakat Melayu Batu Bara.

    Masyarakat19 Melayu di Batu Bara juga menyelenggarakan berbagai kultur

    yang dianggap sebagai sesuatu yang datang dari ajaran agama. Misalnya; kegiatan

    pesta tapai dan mandi balimau ketika akan memasuki bulan ramadan, mandi tolak

    bala, tepung tawar saat acara tertentu, berdoa di tempat-tempat yang dianggap

    keramat dan melepaskan berbagai hajat di tempat yang diyakini mempunyai

    kekuatan tersendiri. Konsep keberagamaan tersebut bukan hanya diyakini dan

    diaplikasikan oleh sekelompok masyarakat awam saja namun sekelompok

    masyarakat yang menengah ke atas dengan berbagai profesi pun ikut serta

    melaksanakan ritual tersebut.

    Selanjutnya, mengenai corak keberagamaan peneliti merujuk kepada Prof.

    Syahrin Harahap dalam bukunya Islam & Modernitas Dari Teori Modernisasi

    Hingga Penegakan Kesalehan Modern mengatakan bahwa;

    19Menurut Redifield (1941), dalam Koentjaraningrat (1990) ada empat tipe komunitas

    atau masyarakat, yaitu city (kota), town (kota kecil), peasant village (desa petani) dan tribal village

    (desa terisolasi) dengan setiap komunitas tersebut memiliki karakteristik kebudayaan yang berbeda

    satu sama lain. Proses transformasi dari desa terisolasi ke kota ditandai dengan : (1) pengenduran

    adat istiadat, (2) sekularisasi, dan (3) individualisasi. Merujuk pada klasifikasi Redfield tersebut,

    masyarakat pesisir berada pada setiap tipe komunitas tersebut dan Batu Bara merupakan daerah

    pesisir. Namun di Indonesia kebanyakan masyarakat pesisir merupakan representasi tipe

    komunitas desa petani dan desa terisolasi. Meski demikian, masyarakat pesisir (khususnya yang

    bergerak di kegiatan perikanan) pada umumnya mencirikan apa yang disebut Redfield sebagai

    kebudayaan folk. Lihat juga dalam Arif Satria, Pengantar Sosiologi Masyarakat Pesisir (Jakarta;

    Yayasan Pustaka Obor Indonesia,2015), h.10.

  • “Corak keberagamaan senantiasa dipengaruhi oleh dua faktor:

    Pertama, faktor internal yang meliputi kecenderungan corak

    pemahaman dan penafsiran terhadap doktrin agama yang

    bersangkutan. Kedua faktor eksternal, yang meliputi pengaruh

    orang-orang penting di sekitarnya, termasuk guru-gurunya,

    keterlibatannya dalam sejarah, etnik, budaya dan faktor-faktor

    ekonomi serta politik”.20

    Penjelasan yang diungkapkan oleh Prof. Syahrin Harahap tersebut itulah yang

    terjadi di tengah-tengah masyarakat agama termasuk di masyarakat Batu Bara.

    Berdasarkan penelitian awal bahwa terdapat dimensi-dimensi

    keberagamaan yang mereka asumsikan sekaligus dipraktekkan sebagai bagian dari

    ibadah atau ajaran agama, misalnya; berdoa di tempat-tempat tertentu seperti di

    Kubah Datok Batu Bara, mempercayai benda-benda tertentu misalnya; Meriam

    Bogak dan meyakini tradisi/adat istiadat yang berlaku, misalnya; kegiatan pesta

    tapai dan juga meyakini terhadap hal-hal yang gaib, misalnya; santet, mantra laut

    dan ritual tolak bala.

    Salah satu keunikan keberagamaan di Batu Bara adalah kepercayaan

    sekelompok masyarakat terhadap situs-situs bersejarah dan kepercayaan tersebut

    memberikan pengaruh besar terhadap keberagamaan mereka. Situs-situs

    bersejarah tersebut adalah Kubah Datuk Batu Bara, Sumur Istana Niat Lima Laras

    dan Meriam Bogak. Tidak sekedar itu hal-hal tersebut di atas pun ikut

    mempengaruhi keberagamaan sekelompok masyarakat di Batu Bara dan pada

    perkembangan berikutnya sekelompok di luar Batu Bara bahkan sekelompok di

    luar negeri (Malaysia, Singapura dan Brunei Darussalam) pun ikut serta dalam

    kegiatan tersebut.

    Beranjak dari kenyataan di atas maka peneliti merasa sangat tertarik untuk

    mengadakan penelitian lebih mendalam, mengingat keberagamaan umat Islam di

    20Syahrin Harahap, Islam & Modernitas Dari Teori Modernisasi Hingga Penegakan

    Kesalehan Modern (Jakarta; Prenadamedia, 2015), h.191.

  • Batu Bara yang unik dan kajian tersebut diberi judul KEBERAGAMAAN

    MASYARAKAT MELAYU BATU BARA.

    B. Perumusan Masalah

    Berlandaskan kepada latar belakang masalah yang telah dikemukakan

    tersebut, maka masalah di dalam21 penelitian ini adalah “bagaimanakah

    keberagamaan masyarakat Melayu Batu Bara?”. Dengan beberapa uraian dari

    rumusan masalah tersebut, di antaranya adalah :

    1. Apa sajakah situs-situs bersejarah dan tradisi yang berkaitan dengan

    keberagamaan di kabupaten Batu Bara?

    2. Bagaimanakah keberagamaan masyarakat Melayu Batu Bara?

    C. Batasan Masalah

    Batasan masalah adalah ruang lingkup masalah atau upaya membatasi

    ruang lingkup masalah yang terlalu luas atau lebar sehingga penelitian ini lebih

    dapat fokus untuk dilakukan.

    1. Mengenai situs-situs bersejarah penulis menemukan banyak situs bersejarah di

    Batu Bara, yaitu : Istana Niat Lima Laras, Kompleks Makam Raja Lima Laras,

    Meriam Bogak, Kompleks Masjid Padang Genting, Kubah Datuk Batu Bara,

    Sumur Bor, Meriam Simpang Dolok, Meriam Datuk Simuangsa 2, Benteng

    Jepang, Istana Indra Pura, Mesjid Indra Pura, Kompleks Makam Raja Indra

    Pura, Meriam Nanasiam dan Bukit Kerang.

    Dalam batasan masalah ini penulis membatasi pembahasan terhadap

    situs-situs yang telah ditemukan tersebut. Fokus pembahasan situs tersebut

    21“Di dalam rancangan penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitafif

    (quantitative approach) dikenal istilah “rumusan masalah” atau “permasalahan”, tetapi di dalam

    pendekatan kualitatif (qualitative approach) hal itu lazim dikenal dengan istilah “fokus”atau

    “fokus kajian”. Patton (1990), misalnya, merasa perlu mengulang sampai tiga kali kata focus,

    focus dan focus, untuk konteks ini”. Dikutip dalam Burhan Bungin, Analisis Data Peneltian

    Kualitatif, Pemahaman Filosofis dan Metodologis ke Arah Penguasaan Model Aplikasi (Jakarta;

    PT.RajaGrafindo Persada, 2003), h.41.

  • adalah Kubah Datuk Batu Bara, Sumur Istana Niat Lima Laras dan Meriam

    Bogak.

    2. Mengenai keberagamaan masyarakat Melayu Batu Bara penulis fokus terhadap

    pembahasan;

    i. Keberagamaan dalam bentuk kepercayaan atau keyakinan.

    ii. Kepercayaan terhadap peninggalan-peninggalan bersejarah.

    iii. Kepercayaan terhadap tradisi/adat istiadat

    iv. Kultur masyarakat Batu Bara.

    D. Penjelasan Istilah

    Konsentrasi penelitian ini adalah keberagamaan masyarakat Melayu Batu

    Bara dengan menonjoklkan aspek kepercayaan. Supaya konsentrasi penelitian ini

    tidak terjadi kesimpangsiuran maka peneliti akan memberikan batasan-batasan

    istilah yang akan dibahas secara rinci.

    1. Keberagamaan

    Keberagamaan berasal dari kata agama.22 Keberagamaan agama yang

    dianutnya. Bagi seorang muslim, keberagamaan dapat diketahui memiliki makna

    suatu komitmen agama yang berhubungan dengan keyakinan yang selanjutnya

    disitilahkan dengan iman. Keberagamaan diartikan seberapa jauh pengetahuan,

    seberapa kokoh keyakinan, seberapa pelaksanaan ibadah dan kaidah kemudian

    seberapa dalam penghayatan dan seberapa jauh pengetahuan, keyakinan,

    pelaksanaan dan penghayatan atas agama Islam.23 Beranjak dari makna

    keberagamaan di atas maka peneliti akan melakukan pendekatan-pendekatan

    terhadap keberagamaan masyarakat Melayu yang ada di Batu Bara. Di dalam

    penelitian ini keberagamaan yang dimaksud adalah kepercayaan masyarakat

    22 Kata agama berasal dari bahasa Sansakerta, a berarti cara (the way) dan gama berarti to

    go, yaitu berjalan atau pergi. Bertolak dari pengertian tersebut maka ditegaskan lebih jauh bahwa

    agama berarti cara-cara berjalan untuk sampai kepada keridhaan Tuhan. Endang Saifuddin

    Anshari, Ilmu, Filsafat dan Agama (Surabaya; PT. Bina Ilmu, 1985), h. 118. 23Fuad Nashori dan Rachmy Diana Mucharam, Mengembangkan Kreativitas Dalam

    Perspektif Psikologi Islam, (Jogyakarta : Menara Kudus, 2002), h. 71.

  • Melayu Batu Bara terhadap situs-situs bersejarah, adat istiadat dan kepercayaan

    terhadap hal-hal yang gaib.

    2. Masyarakat

    Horton et al (1991) mendefinisikan masyarakat sebagai sekumpulan

    manusia yang secara relatif mandiri, yang hidup bersama-sama cukup lama dan

    melakukan sebagian besar kegiatannya dalam kelompok tersebut. Ralp Linton

    (1956) dalam Sitorus et. Al (1998) yang mengartikan masyarakat sebagai

    kelompok manusia yang telah hidup dan bekerja sama cukup lama sehingga

    mereka dapat mengatur diri mereka dan menganggap diri mereka sebagai suatu

    kesatuan sosial dengan batas-batas yang dirumuskan secara jelas. Sementara itu

    Soerjono Soekanto (1995) merincikan unsur-unsur masyarakat sebagai berikut:

    a) Manusia yang hidup bersama.

    b) Mereka bercampur untuk waktu yang lama.

    c) Mereka sadar sebagai kesatuan, dan

    d) Mereka merupakan suatu sistem hidup bersama.

    Dari beberapa definisi yang telah disebutkan, maka peneliti lebih

    cenderung dengan pendapat yang disampaikan oleh Soerjono Soekanto. Artinya

    bahwa manusia yang hidup bersama, bercampur untuk waktu yang sudah lama

    dan memiliki kesadaran sebagai kesatuan serta memiliki sistem hidup bersama

    itulah yang akan dikaji dalam bentuk penelitian kehidupan masyarakat Melayu

    Batu Bara.

    3. Masyarakat Melayu

    Masyarakat Melayu adalah orang-orang yang terkenal dan mahir dalam

    ilmu pelayaran dan turut terlibat dalam aktivitas perdagangan dan pertukaran

    barang dan kesenian dari pelbagai wilayah dunia. Makna istilah Melayu selalu

    merujuk kepada Kepulauan Melayu yang meliputi kepulauan di Asia Tenggara.

    Istilah ini juga bermakna sebagai etnik atau orang Melayu Sumatera dan

  • Semenanjung Tanah Melayu dan tempat-tempat lain yang menggunakan bahasa

    Melayu.24 Istilah Melayu dikaitkan dengan masyarakat yang beragama Islam,

    sementara di Semenanjung Malaysia arti Melayu dikaitkan dengan orang yang

    berkulit coklat atau sawo matang.25 Melayu yang penulis maksud di dalam

    penelitian ini adalah masyarakat Batu Bara yang beragama Islam.

    4. Batu Bara

    Batu Bara asalnya adalah sebagai wilayah yang berada di bawah

    pemerintahan kabupaten Asahan, namun pada tahun 2007 Batu Bara dimekarkan

    menjadi sebuah kabupaten dan diberinama kabupaten Batu Bara. Hal tersebut

    berdasarkan Rancangan Undang-Undang Pembentukannya tanggal 8 Desember

    2006 dan diremiskan pada tanggal 15 Juni 2007.26 Berkaitan dengan penelitian ini

    bahwa Batu Bara dikaji sebagai wilayah dan Batu Bara dikaji sebagai kabupaten

    saat penulis menjelaskan letak geografisnya dan beberapa hal yang dianggap perlu

    yang bersentuhan dengan informasi terkini. Dalam penelitian ini masa yang

    peneliti gunakan sesuai dengan waktu penelitian dimulai yaitu pada tahun 2018

    dan beberapa tahun sebelumnya.

    E. Tujuan Penelitian

    Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan maka penelitian

    ini bertujuan untuk mengungkap keberagamaan masyarakat Melayu Batu Bara,

    dengan rincian tujuan penelitian adalah sebagai berikut:

    1. Untuk mendalami keberagamaan melalui situs-situs bersejarah dan tradisi yang

    ada di kabupaten Batu Bara?

    2. Untuk menganalisis bagaimana keberagamaan masyarakat Melayu Batu Bara?

    24Fadlin bin Muhammad Dja’far, Budaya Melayu Sumatera Utara (Journal , academia)

    h. 1. Diakses 7 Januari 2020 Pukul 17:14 Wib.

    25Bellwood dalam Fadlin bin Muhammad Dja’far, Budaya,... h.1. 26Lihat dalam Muhammad Faishal, 10 Hari di Batu Bara (Bandung; Mujahid Press,

    2013), h.24-27.

  • F. Kegunaan Penelitian

    Tentunya setiap penelitian memiliki manfaat dan adapun manfaat dari

    penelitian ini di antaranya adalah sebagai berikut:

    1. Manfaat Teoretis

    Secara teoretis penelitian ini berkontribusi besar terhadap nilai-nilai

    keilmuan yang berkaitan dengan sosiologi dan antropologi agama. Dengan

    hadirnya penelitian ini maka keberagamaan masyarakat Melayu Batu Bara dapat

    diketahui secara sistematis guna menambah pengetahuan tentang keagamaan dan

    kemasyarakatan serta sejarah keberagamaan khususnya di kalangan masyarakat di

    Batu Bara.

    2. Manfaat Praktis

    Secara praktis penelitian ini dapat dijadikan sebagai rujukan bagi berbagai

    pihak, karena mengingat rujukan berbagai bidang di Batu Bara tergolong sangat

    minim terutama yang berkaitan dengan sosiologi antropologi agama. Sehingga

    penelitian ini dapat dilanjutkan oleh peneliti lainnya guna menyempurnakan hasil

    temuan.

    3. Manfaat Bagi Pemerintahan Daerah

    Bagi pemerintahan daerah Batu Bara tentunya hasil penelitian ini sangat

    penting terutama bagi dinas yang berkaitan. Hasil penelitian ini nantinya

    diharapkan memberikan kontribusi besar terhadap nilai-nilai budaya dan sejarah

    di tengah-tengah masyarakat Melayu Batu Bara terutama bagi umat Islam.

    G. Sistematika Pembahasan

    Pembahasan dalam disertasi ini dibagi dalam beberapa bab, dan setiap bab

    memiliki beberapa sub-bab yang tetap memiliki keterkaitan agar pembahasan

  • lebih sistematis. Untuk lebih jelas sistematika pembahasan yang dimaksud akan

    dikemukan di bawah ini:

    Bab pertama pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah,

    perumusan masalah, batasan masalah, penjelasan istilah, tujuan penelitian,

    kegunaan penelitian, sistematika pembahasan, kajian terdahulu, metodologi

    penelitian. Bab kedua kajian teoretis yang terdiri dari pendekatan penelitian,

    pendekatan antropologi, pendekatan historis, keberagamaan, teori keberagamaan,

    teori keberagamaan perspektif Islam, manusia dan agama, hakikat manusia,

    dimensi manusia, hakikat agama, agama dan masalah sosial, agama dan

    spritualistas, tradisi keagamaan dan kebudayaan, tradisi keagamaan dan sikap

    keberagamaan, konflik agama, solusi konflik agama dan perilaku keberagamaan.

    Bab ketiga profil kabupaten Batu Bara yang terdiri dari georafis, asal usul

    masyarakat Batu Bara, sejarah singkat pemekaran Kabupaten Batu Bara, potensi

    daerah dan karakteristik masyarakat Melayu Batu Bara. Bab keempat kepercayaan

    masyarakat Melayu Batu Bara yang meliputi ruang lingkup kepercayaan,

    kepercayaan terhadal hal-hal gaib, kepercayaan dan adat masyarakat Melayu Batu

    Bara, Bab kelima kepercayaan terhadap situs bersejarah yang meliputi; bentuk

    kepercayaan dan pemaknaan simbol, bentu kepercayaan dan pelaksanaannya,

    kepercayaan masyarakat Melayu Batu Bara, Implikasi dari kepercayaan. Bab

    keenam penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran. Diakhiri dengan

    glosarium, daftar pustaka dan lampiran serta daftar riwayat hidup penulis.

  • H. Kajian Terdahulu

    Penelitian mengenai keberagamaan masyarakat di Batu Bara belum pernah

    diteliti oleh peneliti manapun. Namun ada beberapa peneliti di Indonesia yang

    juga melakukan penelitian sosiologi antropologi keagamaan tersebut, di antaranya

    adalah:

    1. Agus Salim27 pada tahun 2019 melakukan penelitian yang berjudul Pandangan

    Ulama Batu Bara Terhadap Praktik Kebudayaan Melayu (Studi Analisis

    Praktik Budaya Melayu Batu Bara). Hasil penelitian Agus Salim dituangkan

    dalam sebuah karya disertasi. Disertasi tersebut memiliki lokasi yang sama

    dengan penulis lakukan yaitu di Kabupaten Batu Bara. Fokus kajian yang

    disampaikan oleh Agus Salim dalam disertasinya, yaitu; Pertama Pandangan

    ulama-ulama di Batu Bara terhadap budaya Melayu Batu Bara, Kedua Praktik

    budaya Melayu Batu Bara. Sementara dalam disertasi penulis mengkaji

    keberagamaan masyarakat Melayu Batu Bara yang dinilai dari situs-situs

    bersejarah, adat istiadat dan kepercayaan terhadap hal-hal yang gaib. Menurut

    penulis pendekatan yang dilakukan oleh Agus Salim ialah pendekatan murni

    antropologi, sementara disertasi penulis pendekatan yang digunakan adalah

    antropologi historis. Sehingga kedua penelitian ini memiliki pendakatan,

    metode dan hasil yang sangat berbeda.

    2. Surawardi28 pada tahun 2010 melakukan penelitian yang berjudul Perilaku

    Keberagamaan Masyarakat Banjar (Studi Kasus Pada Masyarakat Kelayan

    Kelurahan Murung Raya Kecamatan Banjarmasin Selatan).29 Penelitian yang

    dilakukan oleh Surawardi dituangkan dalam bentuk jurnal sehingga penjelasan

    di dalamnya sangat terbatas. Namun yang dijelaskan Surawardi di dalam jurnal

    tersebut sangat menarik. Beliau berhasil mengungkapkan perilaku

    27Agus Salim adalah Alumus Pasca sarjana Universitas Islam Negeri Sumatera Utara

    Program Studi Akidah dan Filsafat Islam lulusan tahun 2019. 28Surawardi adalah Dosen Tetap pada Fakultas Tarbiyah IAIN Antasari Banjarmasin,

    Jurusan Kependidikan Islam (KI) Prodi Manajemen Pendidikan Islam dan Bimbingan Konseling

    Islam. 29 Jurnal Al-Falah, Vol. X Nomor 17 Tahun 2010.

  • keberagamaan masyarakat Banjar dengan baik meskipun kajian tersebut lebih

    mengedepankan pendekatan teologis.

    3. Suhartini30 pada tahun 2012 memiliki penelitian yang berjudul Studi

    Keberagamaan Dari Masa Ke Masa.31 Penelitian tersebut memiliki sub-sub

    judul: abstrak, pendahuluan, hasil penelusuran, pembahasan, religiusitas

    berorientasi worldviews, religiusitas berorientasi multikultural pluralisme,

    studi dekonstruksi religiusitas, kesimpulan dan daftar pustaka. Pembahasan di

    dalam penelitian Suhartini tersebut lebih cenderung global dalam menilai

    keberagamaan masyarakat dan tidak memiliki spesifikasi waktu yang tertentu

    sehingga fokus bahasannya sangat umum dan melebar.

    4. Muntholib32 pada tahun 2005 melakukan penelitian yang berjudul Kehidupan

    Keberagamaan Masyarakat Talang di Provinsi Jambi.33 Dalam penelitian yang

    dilakukan oleh Muntholib lebih banyak membahas masalah yang berhampiran

    sehingga terkesan meninggalkan pokok bahasan. Hal tersebut terlihat dalam

    tujuan penelitian beliau. Tujuan penelitian beliau adalah:

    a. Mengetahui asal-usul masyarakat Talang di Provinsi Jambi.

    b. Mengetahui bagaimana hubungan masyarakat Talang dengan desa asal dan

    sebaliknya.

    c. Mengetahui bagaimana masyarakat Talang mewujudkan kehidupan

    beragamanya baik sesama manusia maupun hubungan dengan Tuhan.

    Dari ketiga tujuan penelitian di atas terlihat bahwa pembahasan

    Muntholib cenderung tidak fokus terhadap inti pembahasan yang merujuk

    kepada judul penelitian beliau.34 Kemudian posisi penelitian dalam penulisan

    disertasi ini adalah memiliki kesamaan lokasi penelitian dengan Agus Salim

    namun penelitian disertasi ini berbeda objek kajian dengan peneliti

    sebelumnya. Objek penelitian yang dilakukan oleh Agus Salim lebih kepada

    30 Suhartini adalah Dosen Dakwah IAIN Sunan Ampel Surabaya. 31 Jurnal Sosiologi Islam, vol.2 No.1 April 2012. ISSN 2089-0192. 32Muntholib adalah Dosen Fakultas Tarbiyah IAIN STS Jambi. 33 Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan, vol.20 No. 1 Juni 2005. 34Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan, vol.20 No. 1 juni 2005.

  • pendapat ulama-ulama secara deskriptif, sementara dalam disertasi ini objek

    penelitiannya terhadap situs-situs bersejarah, tradisi/adat istiadat dan

    kepercayaan terhadap hal-hal qaib, sehingga dapat disimpulkan penelitian

    disertasi ini memiliki kesamaan lokasi namun berbeda pembahasan serta

    pendekatan.

    I. Metodologi Penelitian

    Metodologi berasal dari bahasa Latin “Methodos” dan “logos” yang

    bermakna cara, dan logos bermaksud ilmu,35 sehingga metodologi berarti ilmu

    tentang cara dan jika dikaitkan dengan penelitian, maka makna metodologi adalah

    ilmu tentang cara melakukan penelitian.

    Sebuah penelitian ilmiah dilakukan oleh manusia untuk mencapai rasa

    keingintahuan yang bersifat ilmiah yang disertai dengan keyakinan bahwa setiap

    gejala akan dapat ditelaah dan dicari hubungan sebab akibat.36 Dalam satu rujukan

    dikatakan pula bahwa makna metode pada dasarnya bermakna sebagai cara yang

    dipergunakan untuk mencapai sebuah tujuan.37 Selanjutnya metode penelitian

    merupakan solusi sistematis dan berstruktur dan sebagai pengarah penelitian.38

    Peran besar metodologi penelitian adalah sebagai acuan untuk melaksanakan

    penelitian demi mendapatkan hasil yang maksimal39 dengan memiliki data yang

    akurat.40

    Adapun pendekatan dalam penelitian ini, penulis akan menggunakan

    pendekatan penelitian sebagai berikut :

    35Koenjaraningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat (Jakarta; PT.Gramedia, 1990),

    h. 7. 36Ahmed Tanzeh, Pengantar Metode Penelitian (Yogyakarta; Sukses Offset, 2009), h.

    11. 37Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial (Yogyakarta; Gadjah Mada

    University Press, 1998), h.64. 38Syamsuddin dan Vismaia S. Damaianti, Metode Penelitian Pendidikan Bahasa

    (Bandung; Remaja Rosdakarya), h.14. 39Burhan Bungin (Ed), Metodologi Penelitian Kualitatif (Depok; RajaGrafindo Persada,

    2017), h.76. 40Burhan Bungin, Metodologi,... h. 77.

  • 1. Pendekatan Penelitian

    Pendekatan penelitian dalam disertasi ini adalah pendekatan kualitatif41

    dan dikaji secara deskriptif. Fokusnya pada keberagamaan masyarakat Batu Bara.

    Meskipun kajian ini menggunakan pendekatan antropologi historis namun sebagai

    satu kesatuan ilmu, peneliti mengambil dasar pendekatan sosial dalam penelitian

    ini untuk mencari tahu latar belakang sosial yang akan diteliti.42

    Kualitatif juga akan dianalisa menggunakan analisis kualitatif. Analisis

    kualitatif berangkat dari pendekatan fenomenologis yang juga menggunakan

    pendekatan logika induktif. Pendekatan ini akan mengarah kepada menjelaskan

    fakta yang nampak di lapangan.43 Selanjutnya, metode wawancara merupakan

    salah satu langkah yang akan dilakukan secara maksimal dalam mengungkapkan

    suatu peristiwa yag telah terjadi.44 Pendekatan penelitian ini dengan menggunakan

    metode wawancara peneliti gunakan untuk mengungkapkan keberagamaan

    masyarakat Melayu Batu Bara.

    2. Objek Kajian

    Objek yang diteliti adalah keberagamaan masyarakat Melayu Batu Bara.

    Keberagamaan tersebut diduga memiliki daya tarik tersendiri yang pada akhirnya

    mampu mempengaruhi keberagamaan masyarakat itu sendiri sehingga peneliti

    memerlukan data yang akurat untuk membuktikan hal tersebut. Pembuktian

    41Istilah penelitian kualitatif menurut Kirk dan Miller pada mulanya bersumber pada

    pengamatan kualitatif yang dipertentangkan dengan pengamatan kuantitatif yang lebih berdasarkan

    pada perhitungan angka. Kemudian dijelaskan pula bahwa ada beberapa istilah yang digunakan

    untuk penelitian kualitatif, yaitu penelitian atau inkuiri naturalistik atau alamiah, etnometodologi,

    the Chicago School, fenomenologis, studi kasus, interperatif, ekologis dan deskriptif. Bogdan dan

    Biklen dalam Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung; Remaja Rosdakarya,

    2016), h.2-3. 42Lezy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung; Remaja Rosdakarya, 1994),

    h.4. Danim Sudarwan memberikan beberapa ciri dominan dari penelitian deskriptif, yaitu : Bersifat

    mendeskripsikan kejadian atau peristiwa yang bersifat faktual. Adakalanya penelitian ini

    dimaksudkan hanya membat deskripsi atau narasi semata-mata dari suatu fenomena, tidak untuk

    mencari hubungan antar variabel, menguji hipotesis, atau membuat ramalan. Dilakukan survey.

    Oleh karena itu, penelitian deskriptif sering disebut juga sebagai penelitian survey. Dalam arti

    luas, penelitian deskriptif dapat mencakup seluruh metode penelitian. Lihat Danim Sudarwan,

    Menjadi Peneliti Kualitatif (Bandung; Pustaka Setia, 2002), h. 41. 43Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kualitatif (Jakarta; Rajagrafindo Persada,

    2017), h.65-67. 44Lezy J. Moleong, Metode Penelitian..., h. 5-6.

  • terhadap itu peneliti menggunakan metode observasi terlebih dahulu. Metode

    observasi digunakan untuk dapat memastikan keakuratan data dengan cara

    meneliti langsung ke lapangan.

    3. Sumber Pengumpulan Data

    Sumber pengumpulan data adalah asal muasal data diperoleh.45 Dalam

    tahapan ini yang menjadi sumber utama data adalah ucapan dan tindakan,

    selanjutnya untuk melengkapi data tersebut diperlukan dokumentasi seperti foto

    dan sebagainya.46 Ucapan dan tindakan yang didapati di lapangan akan

    menghasilkan jawaban yang beragama.47

    Sumber tertulis di dalam sumber pengumpulan data merangkumi buku,

    majalah, artikel, arsip, jurnal, disertasi, skripsi dan berbagai sumber yang sifatnya

    tertulis. Kesemua itu diperoleh dengan berbagai media seperti media internet

    dengan metode online maupun dengan sumber tulisan yang ada tersedia di

    perpustakaan ataupun di dokumentasi instansi pemerintahan yang tentunya data

    tersebut berkaitan dengan objek penelitian.48

    Dokumenasi berbentuk foto peneliti dapati dari hasil orang lain dengan

    menyebutkan referensinya dan hasil foto yang peneliti ambil langsung di

    lapangan. Dalam penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif foto merupakan alat

    bantu yang sangat penting dalam sumber pengumpulan data. Kehadiran foto-foto

    yang berkaitan dengan objek penelitian merupakan alat untuk ditelaah dan dapat

    menggunakan analisis induktif dalam mengkajinya.49 Pengambilan foto yang

    dilakukan peneliti dibenarkan dalam menjalankan penelitian secara kualitatif.50

    45Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta; Rineka

    Cipta, 2002), h. 172. 46Lofland, John & Lyn H. Lofland, Analyzing Sosial Settings : A Guide to Qualitative

    Observation and Analysis (Belmont, Cal; Wads worth Publishing Company, 1984), h. 47. 47 Lezy J. Moleong, Metode Penelitian,...h. 158. 48Lezy J. Moleong, Metode Penelitian,..h.159-160. 49Lezy J. Moleong, Metode Peneliian,... h. 160. 50Bogdan, Robert C. & Sari Knopp Biklen, Qualitative Research for Education : An

    Introduction to Theory and Methods (Baston; Allyn and Bacon, Inc, 1982), h. 102.

  • Selanjutnya, sumber pengumpulan data tersebut di bagi menjadi data

    primer dan data sekunder.51

    i. Data Primer

    Makna data primer adalah data utama yang didapati langsung dari lokasi

    penelitian. Pengumpulan data primer ini didapati dari hasil wawancara dan

    pengamatan yang dilakukan secara langsung. Oleh karenanya di tahap ini

    wawancara sudah kelihatan sebagai media yang sangat penting untuk dilakukan.

    Selanjutnya, penelitian ini akan dijalankan sesuai dengan prosedur penelitian

    kualitatif dengan mengikuti desain grounded research.52 Format desain grounded

    research yang akan digunakan adalah sebagai berikut.

    a) Tahap pertama adalah pengamatan awal

    1) Mendapati tema utama penelitian.

    2) Mendapati kata kunci dalam penelitian.

    3) Mendapati sketsa perjalanan penelitian.

    b) Tahap kedua adalah pengumpulan data.

    1) Mencari dan memastikan informan.

    2) Melakukan wawancara terhadap informan.

    3) Melangkah pencarian terhadap informan baru.

    4) Menganalisis cara wawancara dan lakukan perubahan jika diperlukan.

    5) Menggunakan trianggulasi53

    51Kedua data tersebut di atas dirujuk dari studi kepustakaan (Library research). Studi

    kepustakaan disebut juga dengan survey literature, sebab yang dipelajari adalah bahan-bahan

    tertulis, artikel dan buku-buku yang relevan dengan topik pembahasan termasuk disertasi, tesis dan

    tulisan lainnya yang dapat dipertanggungjawabkan akuntabilitas ilmiahnya. Untuk lebih jelas lihat

    dalam Irawan Soehartono, Metode Penelitian Sosial, Suatu Teknik Penelitian Bidang

    Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial Lainnya (Bandung; PT. Remaja Rosdakarya, 2003), h.53. 52 Burhan Bungin, Metodologi,.... h.64-65. 53Triangulasi pada hakikatnya merupakan pendekatan multi metode yang dilakukan

    peneliti pada saat mengumpulkan dan menganalisis data. Ide dasarnya adalah bahwa fenomena

    yang diteliti dapat dipahami dengan baik sehingga diperoleh kebenaran tingkat tinggi jika didekati

    dari berbagai sudut pandang. Memotret fenomena tunggal dari sudut pandang yang berbeda-beda

    akan memungkinkan diperoleh tingkat kebenaran yang handal. Karena itu, triangulasi ialah usaha

    mengecek kebenaran data atau informasi yang diperoleh peneliti dari berbagai sudut pandang yang

    berbeda dengan cara mengurangi sebanyak mungkin bias yang terjadi pada saat pengumpulan

  • 6) Konsisten membuat catatan.

    c) Tahap ketiga adalah pengumpulan data lanjutan

    1) Melakukan revisi draf

    2) Membedah informasi dari informan

    3) Selektif terhadap hasil wawancara

    4) Mengupayakan informan baru

    5) Menghentikan kegiatan penelitian.

    6) Merancang laporan akhir.

    7) Proses persiapan meninggalkan lokasi penelitian.

    Berkaitan dengan observasi atau pengamatan, peneliti akan memanfaatkan

    sebesar-besarnya metode pengumpulan data tersebut, hal ini dilakukan karena

    beberapa alasan berikut.

    i. Metode pengalaman pribadi saat penelitian.

    ii. Bertahan terhadap kejadian sebenarnya yang berlaku di lapangan.

    iii. Penulisan secara berulang-ulang dan untuk memastikan data yang diperoleh

    memiliki nilai kebenaran.

    iv. Peneliti akan berupaya semaksimal mungkin untuk dapat mengatasi segala

    persoalan rumit yang didapati di lapangan.

    v. Dalam keadaan yang sangat sensitif dan tidak memungkinkan bagi peneliti

    untuk melakukan wawancara secara langsung, maka solusi yang akan peneliti

    lakukan adalah mengamati seluruh proses atau prosesi tersebut dari jarak

    jauh.54

    Kemudian klasifikasi informan yang menjadi poin penilaian peneliti dalam

    penelitian ini akan dilihat dari latar belakang agama, budaya dan etnik serta

    gender yang berbeda-beda untuk mencari keseimbangan data dan penyebaran

    fakta. Selain daripada itu, persebaran informan yang akan peneliti wawancara

    dan analisis data. Mudjia Rahardjo, Triangulasi Dalam Penelitian Kualitatif (artikel UIN Maulana

    Malik Ibram; Jumat,15 Oktober 2010), h. 1. 54 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian,....h.174-175.

  • tentu akan melibatkan latar belakang ketokohan, pemuka adat, pemuka agama dan

    pejabat setempat.

    ii. Data Sekunder

    Kemudian yang kedua adalah data sekunder atau data pendukung untuk

    pengayaan referensi yang diperoleh dari berbagai referensi lainnya yang relevan

    dengan topik yang sedang diteliti. Antara lain sumbernya adalah yang berasal dari

    tulisan-tulisan buku, jurnal maupun artikel-artikel yang ditulis orang lain tentang

    keberagamaan, seperti Surawardi yang menulis artikel berjudul Perilaku

    Keberagamaan Masyarakat Banjar (Studi Kasus Pada Masyarakat Kelayan

    Kelurahan Murung Raya Kecamatan Banjarmasin Selatan. Suhartini memiliki

    penelitian artikel yang berjudul Studi Keberagamaan Dari Masa Ke Masa dan

    Muntholib melakukan penelitian yang berjudul Kehidupan Keberagamaan

    Masyarakat Talang di Propinsi Jambi. Muhammad Faishal dalam buku 10 Hari di

    Batu Bara.

    4. Teknik Analisa Data

    Teknis analisa data dilakukan ketika proses pengumpulan data sudah

    rangkum dilakukan. Teknik ini adalah proses pekerjaan dalam pengelolaan data.

    Data yang telah dikumpulkan dalam tahap ini diklasifikasikan dengan menseleksi

    data menjadi bentuk penemuan. Dalam tahap ini pula peneliti memberikan

    keputusan yang penting terhadap penelitian, keputusan tersebut berupa data yang

    dianggap valid dan data yang tidak valid.55

    Teknis analisa data memiliki langkah sebagai berikut;56

    i. Reduksi Data

    Dalam tahapan ini data yang telah diperoleh diklasifikasikan. Pengklasifikasian

    tersebut ke dalam data yang penting dan data yang tidak penting. Selanjutnya

    data yang penting tersebut ditentukan tema dan pola pekerjaannya. Hasil

    daripada reduksi data ini bermanfaat bagi peneliti untuk melakukan tahap

    berikutnya karena data yang akurat sudah hampir ditemukan pada tahapan ini.

    55Lezy J. Moleong, Metode Penelitian,... h. 248. 56Lezy.J. Moleong, Metode Penelitian,...h.249.

  • Seluruh hasil wawancara yang telah dilakukan sudah dapat menggambarkan ke

    tahap pemokusan masalah.

    ii. Penyajian Data.

    Penyajian data berfungsi sebagai perangkum informasi untuk mengambil

    kesimpulan dan tindakan. Dalam tahap ini data disaji dalam berbagai bentuk

    seperti bentuk narasi ataupun teks, gambar, carta, tabel maupun foto yang

    diambil saat penelitian dilakukan. Penyajian data ini biasa dilakukan atau

    diterapkan pada bab pembahasan atau bab hasil temuan. Penyajian data ketika

    diungkapkan melalui gambar, carta ataupun tabel sebaiknya diikuti penjelasan

    secara narasi di bawahnya. Hal ini dilakukan untuk memperkuat atau

    mempertegas gambar. Sifat dari pada gambar, carta dan foto pada tahap ini

    adalah sebagai bahan pendukung utama.

    iii. Penarikan Simpulan dan Verifikasi

    Meskipun tahap ini secara zahir dinilai sebagai tahap akhir, namun pada sebuah

    penelitian sebaiknya penarikan kesimpulan dilakukan secara terus menerus

    selama penelitian dijalankan begitu juga dengan verifikasi. Hal ini dilakukan

    agar penelitian yang dijalankan akan terkawal sistematisnya dari awal hingga

    penelitian berakhir.

    Pada tahapan ini juga peneliti semestinya mengadakan seleksi hasil data yang

    telah dianggap sempurna dan menganalisisnya dengan mengungkapkan

    persamanan serta hal-hal yang selalu hadir di permukaan. Pada tahap ini akan

    muncul pengembangan kesimpulan, agar tidak terjadi pengumpulan

    kesimpulan yang melebar maka verifikasi data sangat diperlukan dalam tahap

    ini.

  • 5. Teknik Keabsahan Data

    Tahap berikutnya adalah teknik keabsahan data. Dalam prakteknya teknik

    keabsahan data memiliki beberapa kriteria. Dalam disertasi ini peneliti merujuk

    kepada teknik yang disampaikan oleh Moleong. Yaitu;57

    i. Tingkat Kepercayaan

    Tingkat kepercayaan dalam penelitian selalu juga diistilahkan dengan

    validitas data. Pada tahapan ini yang sebenarnya ingin dicapai adalah keakuratan

    data sehingga data tersebut dapat dipercayai oleh pihak lain. Salah satu alat yang

    digunakan untuk mencapai tingkat kepercayaan tersebut adalah triangualasi.58

    Oleh karenanya fungsi dari triangualasi pada tahap ini sangat diperlukan.

    ii. Keteralihan

    Keteralihan dalam tahap teknis keabsahan data adalah upaya untuk

    memberikan hasil penelitian ini bermanfaat bagi orang lain, sehingga penelitian

    ini benar-benar mampu memberikan pemahaman kepada para pembacanya.

    Ketika tahapan ini berjalan dengan baik maka ada kesempatan pihak lain untuk

    mengikuti jejak penelitian ini dan penelitian ini dapat diterapkan. Selanjutnya

    untuk melakukan keteralihan, peneliti mencari dan mengumpulkan data

    kejadian empiris sesuai dengan prosedur dalam penelitian ini yaitu dengan

    melakukan wawancara serta mengkaji data-data tentang keberagamaan

    masyarakat Melayu Batu Bara.

    iii. Kebergantungan

    Kebergantungan dalam penelitian ini adalah sebuah upaya melakukan

    pemeriksaan terhadap proses penelitian secara menyeluruh. Seluruh proses

    57 Lezy.J. Moleong, Metode Penelitian,...h. 324. 58Tringulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang

    lain, di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.

    Dikatakan pula bahwa tringulasi data berarti menggunakan data dari sumber, metode, penyidik dan

    teori. Untuk memeriksa kebenaran data, peneliti melakukan pengecekan dalam berbagai sumber,

    yaitu dengan mewawancarai lebih dari satu pihak informan yang berasal dari elemen yang

    berbeda. Denzim dalam Moleong, Metodologi,...h. 330.

  • penelitian yang dijalankan semasa penelitian perlu dilakukan untuk mencapai

    keakuratan data. Memang tidak semua peneliti menggunakan metode ini, oleh

    karenanya metode ini merupakan pelapis akhir dari sebuah penelitian. Ketika

    dalam sebuah penelitian menggunakan metode ini maka semakin berkualitas

    hasil penelitian dan begitu juga sebaliknya.

  • BAB II

    LANDASAN TEORETIS

    Hakikatnya penelitian kualitatif bertumpu terhadap kejadian kasat mata.59

    Pandangan ini bermuara kepada pesan yang mengatakan bahwa penelitian

    kualitatif yang bersifat deskriptif, yaitu menjelaskan sesuatu kejadian sesuai

    dengan apa yang dilihat, dirasakan dan diamati adapun analisis terpisahkan dalam

    pembahasan ini guna mendapatkan sumber data yang akurat dan tidak terjadi

    percampuran. Meskipun begitu penelitian kualitatif juga memerlukan interaksi

    budaya, simbol bahkan etnografi.60

    Islam dalam arti agama sudah menjadi kajian yang sangat menarik dari

    kalangan sarjana Timur maupun Barat yang pada akhirnya menghadirkan disiplin

    keilmuan yang disebut dengan “Pengajian Islam”.61 Kehadiran keilmuan tersebut

    berkembang dalam pengertian menjadi wacana kompleks yang meliputi berbagai

    aspek seperti peradaban, budaya, sejarah, politik maupun ekonomi. Sehingga

    dalam mengkaji agama Islam memerlukan berbagai metode dan pendekatan

    interdisipliner serta kehadiran ilmu-ilmu sosial lainya sangat diperlukan untuk

    mencapai tujuan tersebut.62

    59Fenomenologi diartikan sebagai (1) pengalaman subjektif atau pengalaman

    fenomenologikal, (2) suatu studi tentang kesadaran dari perspektif pokok dari seseorang. Istilah

    fenomenologi sering digunakan sebagai anggapan umum untuk menunjukkan pada pengalaman

    subjektif dari berbagai jenis dan tipe subjek yang ditemui. Moleong, Metodologi,...h. 330. 60 Metodologi Penelitian,... h. 14.

    61Subagi, Kritik Atas: Koensientasi dan Pendidikan, Teropong Paulo Freire dan Ivan

    Illich dalam Martin Sardy (ed). Pendidikan Manusia, (Bandung: Alumni, 1985), hlm. 154. Secara

    umum studi agama dalam pendekatan antropologi dapat dirangkumkan dalam 4 (empat) kerangka

    teoretis, yaitu Syimbolist, fungsionalist, strukturalist dan intellectualist. Teori Syimbolist,

    fungsionalist dan strukturalist merupakan buah pikir dari Emile Durkheim lewat karyanya yang

    berjudul The Elementary Forms of Religious life. Masyarakat menurut Durkeim adalah struktur

    dari ikatan sosial yang dikuatkan oleh pengaruh moral. Teori intellectualist pula berusaha

    mendefenisikan agama berlandaskan penglihatan kepada setiap masyarakat dan kemudian menilai

    perkembangannya (religious development) dalam suatu komunitas masyarakat. Lihat dalam

    Jamhari Ma’ruf

    62H.A. Mukti Ali, Metode Memahami Agama Islam, (PT. Bulan Bintang, Cet. 1, 1991),

    hlm. 32.

  • A. Pendekatan Penelitian

    Peneliti mengkombinasi dua pendekatan disiplin ilmu, pertama pendekatan

    antropologi guna mengetahui bagaimana keberagamaan masyarakat Melayu Batu

    Bara dalam nilai-nilai kebudayaan dan kedua pendekatan historis guna

    mengetahui sejarah yang berlaku di masyarakat Melayu Batu Bara.

    1. Pendekatan Antropologi

    Antropologi dimaknai sebagai ilmu yang berkaitan tentang manusia,

    semua yang berkaitan dengan manusia dibahas dalam antroplogi termasuk

    mengenai sejarah kehidupannya. Menurut bahasa antropologi diambil dari bahasa

    Yunani, akar dari anhtropos (manusia) dan logos (ilmu)63 Ilmu antropologi

    berupaya membahas berbagai segi dari kehidupan manusia, masyarakat dan

    budaya. Perbincangan agama yang disampaikan secara antropologi untuk

    memperkaya sudut pandang terhadap segala perilaku dalam kehidupan sehari-

    hari.64

    Dalam memahami keberagamaan masyarakat bantuan ilmu antropologi

    sangat diperlukan untuk menguraikan dengan rinci dari berbagai sisi kehidupan.

    Hal ini bermakna bahwa keberadaan ilmu antropologi sangat dipertimbangkan

    dengan menggunakan teori-teori yang ditawarkannya. Antropologi65 pula

    63Koentjaraningrat, Pengantar Antropologi. (Jakarta ; Rineka Cipta. 1996), hlm. 18.

    64Moh. Toriqul Chaer, Pendekatan Antropologi Dalam Studi Agama, (Yogyakarta;

    Universitas Muhammadiyah, t.t).

    65Koentjaraningrat mengatakan bahwa masa perkembangan antropologi sebagai disiplin

    ilmu yang mandiri berawal dari kedatangan orang-orang Eropa ke Benua Afrika, Asia dan

    Antartika sebelum abad ke 18 M. Misi perja