Kelayakan Usaha Perikanan Layang Biru (Decapterus ...

7
175 OPEN ACCES Vol. 13 No. 2: 175-181 Oktober 2020 Peer-Reviewed AGRIKAN Jurnal AgribisnisPerikanan(E-ISSN 2598-8298/P-ISSN 1979-6072) URL: https:https://ejournal.stipwunaraha.ac.id/index.php/AGRIKAN/ DOI: 10.29239/j.agrikan.13.2.175-181 Kelayakan Usaha Perikanan Layang Biru ( Decapterus macarellus) Di Selatan Perairan Pulau Ambon (Analysis Financial Fisheries Business of Mackerel Scad (Decapterus macarellus) in the Southern Waters of Ambon Island ) Frentje D. Silooy 1 , Agustinus Tupamahu 1 , O.T.S Ongkers 1 , D.D.P Matrutty 1 dan Haruna 2 1 Fakultas Perikanan dan Ilmu Keluatan, Universitas Pattimura, Ambon, Indonesia, Email : [email protected] Info Artikel: Diterima: 03 OKt. 2020 Disetujui: 12 Okt. 2020 Dipublikasi: 12 Okt. 2020 Research Article Keyword: Mackerel Scad, Decapterus macarellus, Analysis Financial, Ambon Island Korespondensi: Frentje D. Silooy Universitas Pattimura, Ambon, Indonesia Email : [email protected] Copyright© Oktober 2020 AGRIKAN Abstrak. Ikan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aspek teknis penangkapan dan menganalisis kelayakan usaha perikanan layang biru di bagian selatan Pulau Ambon. Penelitian ini dilaksanakan mulai Januari sampai Desember 2018 di beberapa tempat pendaratan ikan yang tersebar di bagian Selatan perairan Pulau Ambon yaitu Desa Nusaniwe, Hutumuri dan Lehari. Pengambilan sampel dengan cara purposive sampling. Data yang diambil data primer dan sekunder. Data dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif dan analisis finansial usaha. Dimensi kapal layang biru panjang 20-22.5 m, lebar 2.70-3.85 m, dan tinggi 1.5-1.8 m, dimensi jaring panjang 225- 345 m, tinggi kantong 50-70,5 m. Komposisi jenis hasil tangkapan terdiri dari 4 jenis ikan yaitu layang biru (59,8%), tongkol (18,4%), cakalang (17,7%), baby tuna (4,1%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa usaha perikanan layang biru memenuhi persyaratan dan masih layak dikembangkan. Hasil perhitungan kelayakan usaha NPV positif dan lebih besar dari nol (NPV>0) sebesar Rp. 933,471,927, IRR sebesar 15,8% lebih besar dari tingkat suku bunga (10,5%), nilai B/C > 1 sebesar 1,18, kriteria ROI sebesar 20,14%, nilai PI (Profitability Index) > 1.. Abstract. This study aims to determine the technical aspects of catching mackerel scad and to analyze the feasibility of the mackerel scad fishery business in the southern part of Ambon Island. This research was carried out from January to December 2018 in several fish landing sites scattered in the southern part of Ambon Island waters, namely Nusaniwe, Hutumuri and Lehari Villages. Sampling was by purposive sampling. Primary and secondary data were taken. Data were analyzed using descriptive analysis and business financial analysis. The dimensions of the blue glider are 20-22.5 m long, 2.70-3.85 m wide, and 1.5-1.8 m high, the dimensions of the net are 225- 345 m long, 50-70.5 m high. The composition of the catch consisted of 4 types of fish, mackerel scad (59.8%), tuna (18.4%), skipjack (17.7%), and baby tuna (4.1%). The results showed that the mackerel scad business met the requirements and was still feasible to develop. The results of the NPV business feasibility calculation are positive and greater than zero (NPV> 0) of Rp. 933,471,927, an IRR of 15.8% greater than the interest rate (10.5%), the value of B / C> 1 of 1.18, the criteria for ROI is 20.14%, the value of PI (Profitability Index)> 1. I. PENDAHULUAN Di WPPNRI 714 Laut Banda khususnya di perairan Pulau Ambon, sebagian besar produksi ikan pelagis kecil dihasilkan armada perikanan layang biru. Potensi sumberdaya ikan pada wilayah ini dimanfaatkan oleh alat tangkap layang biru untuk menangkap jenis ikan pelagis seperti layang, kembung, cakalang, tuna, tongkol dan beberapa jenis ikan pelagis lainnya. Usaha perikanan layang biru secara turun temurun menjadi mata pencaharian nelayan yang mendiami pesisir bagian selatan Pulau Ambon seperti di Desa Seilale, Lauthalat, Hutumuri, Leihari, dan Nusaniwe (Matakupan et al, 2019). Alat tangkap layang biru banyak dioperasikan dengan kapal-kapal berukuran kecil (< 30 GT) dengan jumlah trip yang terbatas sekali dalam sehari (one day fishing). Mini purse seine secara ekonomis termasuk alat tangkap yang efektif karena memperoleh hasil tangkapan besar dan menguntungkan karena menghasilkan tangkapan ikan yang bernilai ekonomis tinggi. Kontribusi volume produksi alat tangkap ini di Kota Ambon cukup besar, tetapi produksinya cenderung fluktuatif selama kurun waktu 8 tahun (2011-2019) bahkan, mengalami penurunan di 3 tahun terakhir. Jenis ikan layang ( Decapterus sp) sebagai jenis tangkapan dominan layang biru juga mengalami penurunan dengan penambahan rata- rata 3 unit atau 3,5% per tahun (BPS Kota Ambon, 2020). Produksi yang cenderung menurun diduga telah terjadi lebih tangkap (overfishing), hal ini dikatakan oleh Sangadji et al (2014) bahwa pemanfaatan sumber daya ikan layang di Kota

Transcript of Kelayakan Usaha Perikanan Layang Biru (Decapterus ...

Page 1: Kelayakan Usaha Perikanan Layang Biru (Decapterus ...

175

OPEN ACCES

Vol. 13 No. 2: 175-181 Oktober 2020

Peer-Reviewed

AGRIKAN

Jurnal AgribisnisPerikanan(E-ISSN 2598-8298/P-ISSN 1979-6072)

URL: https:https://ejournal.stipwunaraha.ac.id/index.php/AGRIKAN/

DOI: 10.29239/j.agrikan.13.2.175-181

Kelayakan Usaha Perikanan Layang Biru (Decapterus macarellus) Di

Selatan Perairan Pulau Ambon

(Analysis Financial Fisheries Business of Mackerel Scad (Decapterus

macarellus) in the Southern Waters of Ambon Island )

Frentje D. Silooy1, Agustinus Tupamahu1, O.T.S Ongkers1 , D.D.P Matrutty1 dan Haruna2

1 Fakultas Perikanan dan Ilmu Keluatan, Universitas Pattimura, Ambon, Indonesia,

Email : [email protected] Info Artikel:

Diterima: 03 OKt. 2020

Disetujui: 12 Okt. 2020

Dipublikasi: 12 Okt. 2020

Research Article

Keyword:

Mackerel Scad, Decapterus

macarellus, Analysis Financial, Ambon Island

Korespondensi:

Frentje D. Silooy

Universitas Pattimura, Ambon,

Indonesia

Email :

[email protected]

Copyright© Oktober 2020

AGRIKAN

Abstrak. Ikan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aspek teknis penangkapan dan menganalisis

kelayakan usaha perikanan layang biru di bagian selatan Pulau Ambon. Penelitian ini dilaksanakan mulai

Januari sampai Desember 2018 di beberapa tempat pendaratan ikan yang tersebar di bagian Selatan perairan

Pulau Ambon yaitu Desa Nusaniwe, Hutumuri dan Lehari. Pengambilan sampel dengan cara purposive

sampling. Data yang diambil data primer dan sekunder. Data dianalisis dengan menggunakan analisis

deskriptif dan analisis finansial usaha. Dimensi kapal layang biru panjang 20-22.5 m, lebar 2.70-3.85 m, dan

tinggi 1.5-1.8 m, dimensi jaring panjang 225- 345 m, tinggi kantong 50-70,5 m. Komposisi jenis hasil

tangkapan terdiri dari 4 jenis ikan yaitu layang biru (59,8%), tongkol (18,4%), cakalang (17,7%), baby tuna

(4,1%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa usaha perikanan layang biru memenuhi persyaratan dan masih

layak dikembangkan. Hasil perhitungan kelayakan usaha NPV positif dan lebih besar dari nol (NPV>0) sebesar

Rp. 933,471,927, IRR sebesar 15,8% lebih besar dari tingkat suku bunga (10,5%), nilai B/C > 1 sebesar 1,18,

kriteria ROI sebesar 20,14%, nilai PI (Profitability Index) > 1..

Abstract. This study aims to determine the technical aspects of catching mackerel scad and to analyze the

feasibility of the mackerel scad fishery business in the southern part of Ambon Island. This research was

carried out from January to December 2018 in several fish landing sites scattered in the southern part of

Ambon Island waters, namely Nusaniwe, Hutumuri and Lehari Villages. Sampling was by purposive sampling.

Primary and secondary data were taken. Data were analyzed using descriptive analysis and business financial

analysis. The dimensions of the blue glider are 20-22.5 m long, 2.70-3.85 m wide, and 1.5-1.8 m high, the

dimensions of the net are 225- 345 m long, 50-70.5 m high. The composition of the catch consisted of 4 types of

fish, mackerel scad (59.8%), tuna (18.4%), skipjack (17.7%), and baby tuna (4.1%). The results showed that

the mackerel scad business met the requirements and was still feasible to develop. The results of the NPV

business feasibility calculation are positive and greater than zero (NPV> 0) of Rp. 933,471,927, an IRR of

15.8% greater than the interest rate (10.5%), the value of B / C> 1 of 1.18, the criteria for ROI is 20.14%, the

value of PI (Profitability Index)> 1.

I. PENDAHULUAN

Di WPPNRI 714 Laut Banda khususnya di

perairan Pulau Ambon, sebagian besar produksi

ikan pelagis kecil dihasilkan armada perikanan

layang biru. Potensi sumberdaya ikan pada

wilayah ini dimanfaatkan oleh alat tangkap layang

biru untuk menangkap jenis ikan pelagis seperti

layang, kembung, cakalang, tuna, tongkol dan

beberapa jenis ikan pelagis lainnya. Usaha

perikanan layang biru secara turun temurun

menjadi mata pencaharian nelayan yang mendiami

pesisir bagian selatan Pulau Ambon seperti di

Desa Seilale, Lauthalat, Hutumuri, Leihari, dan

Nusaniwe (Matakupan et al, 2019).

Alat tangkap layang biru banyak

dioperasikan dengan kapal-kapal berukuran kecil

(< 30 GT) dengan jumlah trip yang terbatas sekali

dalam sehari (one day fishing). Mini purse seine

secara ekonomis termasuk alat tangkap yang

efektif karena memperoleh hasil tangkapan besar

dan menguntungkan karena menghasilkan

tangkapan ikan yang bernilai ekonomis tinggi.

Kontribusi volume produksi alat tangkap ini

di Kota Ambon cukup besar, tetapi produksinya

cenderung fluktuatif selama kurun waktu 8 tahun

(2011-2019) bahkan, mengalami penurunan di 3

tahun terakhir. Jenis ikan layang (Decapterus sp)

sebagai jenis tangkapan dominan layang biru juga

mengalami penurunan dengan penambahan rata-

rata 3 unit atau 3,5% per tahun (BPS Kota Ambon,

2020). Produksi yang cenderung menurun diduga

telah terjadi lebih tangkap (overfishing), hal ini

dikatakan oleh Sangadji et al (2014) bahwa

pemanfaatan sumber daya ikan layang di Kota

Page 2: Kelayakan Usaha Perikanan Layang Biru (Decapterus ...

Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 13 Nomor 2 (Oktober 2020)

176

Ambon terindikasi telah terjadi kelebihan

tangkap.

Berdasarkan fakta-fakta diatas maka,

permasalahan yang dihadapi oleh nelayan

layang biru di pesisir bagian selatan Pulau Ambon

adalah produksi yang berfluktuatif bahkan

cenderung menurun sehingga berdampak pada

perolehan pendapatan dan kesejahteraan nelayan

kecil yang tidak tetap dan kondisi pemanfaaatan

wilayah daerah penangkapan yang tidak dapat

dilakukan sepanjang tahun tertama pada musim

timur (Matrutty, dkk 2017; Matakupan et al, 2019).

Kondisi ini diduga sangat berdampak terhadap

peningkatan jumlah unit armada penangkapan

selama ini dan keberlanjutan usaha penangkapan

layang biru. Dengan demikian analisis kelayakan

usaha penting dilakukan untuk mengevaluasi

usaha dalam mengatur pengeluaran dan

penerimaan dengan baik sehingga memberikan

keuntungan yang layak bagi para nelayan atau

sebagai informasi pengambilan keputusan

sebelum berinvestasi. Tujuan penelitian ini ialah

(1) mengetahui aspek teknis penangkapan ikan

layang biru (2) menganalisis kelayakan usaha

perikanan layang biru di bagian selatan Pulau

Ambon.

II. METODE PENELITIAN

2.1. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan selama 1 (satu)

tahun yang dimulai dari bulan Januari sampai

Desember 2018. Lokasi penelitian berada pada

bagian Selatan perairan Pulau Ambon yang

merupakan wilayah operasi nelayan layang biru

di Kota Ambon. Penelitian ini mencakup basis

perikanan layang biru di beberapa tempat

pendaratan ikan yang tersebar di bagian Selatan

perairan Pulau Ambon yaitu di Desa Nusaniwe,

Desa Hutumuri dan Desa Lehari. Peta lokasi

penelitian tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian dan Daerah Operasi Penangkapan Ikan

2.2. Pengumpulan Data

Penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan metode survei. Sugiyono (2017)

menjelaskan bahwa metode survei adalah

penelitian yang dilakukan pada populasi besar

maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah

data dari sampel yang diambil dari populasi

menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul

data yang pokok. Data yang dikumpulkan dari

penelitian ini terdiri dari data primer dan data

sekunder. Data primer diperoleh melalui survei

lapang dan wawancara mendalam (in-depth

interview) dengan bantuan kuesioner terhadap

responden dengan teknik pengambilan contoh

(expert survey) dilakukan secara sengaja (purposive

sampling). Data sekunder diperoleh dari berbagai

instansi terkait, yaitu Dinas Perikanan dan

Kelautan Kota Ambon, BPS Kota Ambon.

Pengambilan sampel untuk unit penangkapan

ikan dilakukan terhadap armada penangkapan

layang biru sebesar 14 unit (20 %) dari

70 unit yang terdapat di lokasi penelitian.

2.3. Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah analisis deskriptif, dan

Page 3: Kelayakan Usaha Perikanan Layang Biru (Decapterus ...

Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 13 Nomor 2 (Oktober 2020)

177

analisis kelayakan usaha. Analisis deskriptif

adalah analisis yang digunakan untuk

mendeskripsikan hasil pengamatan sesuai dengan

kenyataan di lapangan mengenai sesuatu yang

diteliti. Analisis deskriptif digunakan untuk

mendeskripsikan teknis unit penangkapan layang

biru dan analisis kelayakan finansial usaha

sebagai berikut:

1) Pendapatan usaha penangkapan, secara

matematis sebagai berikut:

VcRI

Dimana:

I = Pendapatan usaha penangkapan

(Rp/trip);

R = Penerimaan usaha atau nilai produksi

(Rp/trip);

Vc = Biaya variabel (Rp/trip).

Selanjutnya dilakukan analisis pendapatan

nelayan pemilik yang didapat dari pendapatan

usaha dikurangi dengan biaya atas retribusi

dan upah ABK (dalam sistem bagi hasil yang

berlaku) dan biaya tetap yang menjadi

tanggungan pemilik, dapat dirumuskan sebagai

berikut:

Ip = I – Bhsl - Fc

Dimana:

Ip = Pendapatan pemilik (Rp/trip)

Bhsl = Nilai bagi hasil usaha atau upah

tenaga kerja (Rp/trip)

Fc = Biaya tetap (Rp/trip).

Pendapatan nelayan ABK adalah nilai bagian

(persentase tertentu dari sistem bagi hasil yang

berlaku) yang diterima oleh pendega sesuai

dengan fungsi dan peranannya dalam operasi

penangkapan sebagai upah kerja.

2) Untuk mengetahui kelayakan usaha, dianalisis

menggunakan kriteria investasi sebagai

berikut:

a) Net Present Value (NPV) secara sistematis

dirumuskan sebagai berikut: NPV= Present

Value dari Benefit – Present Value dari Cost

b) Internal Rate of Return (IRR) secara

sistematis dapat dirumuskan:

)'"("'

' '

iixNPVNPV

NPViIRR

Dimana:

i’ = Merupakan nilai discount rate yang

tertinggi yang masih memberi NPV

yang positif (NPV’)

i” = Merupakan nilai discount rate

terendah yang memberi NPV yang

negatif (NPV”), sehingga diperoleh

NPV sebesar nol

c) Benefit Cost Ratio (B/C) secara sistematis B/C

dirumuskan sebagai berikut: B/C = Hasil

penjualan / Biaya produksi

d) Break Even Point (BEP) Ada dua jenis BEP

yang akan dianalisis yaitu BEP Produksi dan

BEP Harga. Secara matematis dirumuskan

sebagai berikut:

BEP Produksi = Total biaya / harga penjualan

BEP Harga = Total biaya / harga produksi

e) Return on Investment (ROI) dengan formula

sebagai berikut:

ROI = Laba usaha / modal usaha

f) Profitability Index (PI); dengan formula

sebagai berikut:

PI = Pendapatan usaha/Modal usaha

g) Payback Period (PP) dengan formula sebagai

berikut:

bAPP

1

Dimana:

I = Besarnya Biaya Investasi yang

diperlukan;

Ab = Benefit Bersih yang dapat

diperoleh pada setiap Tahunnya.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Aspek Teknis

3.1.1. Kapal

Kapal penangkapan ikan layang biru yang

dioperasikan nelayan Pulau Ambon

terbuat dari kayu dengan rata-rata berukuran

panjang 20-22.5 m, lebar 2.70-3.85 m, dan tinggi 1.5-

1.8 m, setiap kapal dilengkapi dengan 3 buah

mesin penggerak yaitu mesin Yamaha

berkekuatan 40 PK. Bahan bakar yang digunakan

ialah minyak tanah, bensin dan oli.

3.1.2. Jaring

Alat tangkap layang biru atau sebutan jaring

“bobo” memiliki ukuran bervariasi, panjang 225-

345 m, tinggi kantong 50-70,5 m, bahan jaring

bertipe multifilament, material pada bagian

kantong, badan dan sayap adalah PA 210 dan

material papetan adalah PE, ukuran benang

masing-masing D9 (kantong dan sayap), D6

(badan), dan ukuran benang papetan adalah RTEX

380/12. Desain konstruksi dan komponen jaring

dapat dilihat pada Gambar 2.

Page 4: Kelayakan Usaha Perikanan Layang Biru (Decapterus ...

Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 13 Nomor 2 (Oktober 2020)

178

Sayap Kiri

PA 210/D9

# 2”

Badan Kiri

PA 210/D6

# 1,25”

Kantong 2

PA 210/D9

# 1” dan

1,5”

Sayap

Kanan

PA 210/D9

# 2”

Badan

Kanan

PA 210/D6

# 1,25”

Kantong 3

PA 210/D9

# 1” dan

1,5”

Kantong 1

PA 210/D9

# 1” dan

1,75”

59.8% 18.4%

17.7%

4.1%

Layang biru (Decapterus macarellus)

Tongkol (Euthyinus affinis)

Cakalang (Katsuwonus pelamis)

Baby tuna (Yellowfin tuna)

0

2000

4000

6000

8000

0

10

20

30

Jan

Feb

Mar

Apr

Mei Jun

Jul

Agust

Sep

t

Okt

No

v

Des

Has

il T

angkap

an

Tri

p

Bulan

HASIL TANGKAPAN (Kg) TRIP

Komponen Jaring

PANEL

Sayap

Kiri Badan Kiri Kantong 2 Kantong 1 Kantong 3

Badan

Kanan

Sayap

Kanan

Jumlah pelampung (bh) 200 300 300 300 300 300 200

Jarak pelampung 15 10 8 8 8 10 15

Panjang jaring (m) 29,9 29,85 23,9 23,9 23,9 29,85 29,9

Tinggi jaring (m) 37,6 47,5 50.7 57,2 50.7 47,5 37,6

Jumlah jaring (Pec) 5 11 26 11 5

Cincin kuningan (bh) 65

Timah pemberat (kg) 75

Papetang (kg) 20

Gambar 2. Konstruksi dan Komponen Jaring mini purse seine

3.1.3. Hasil Tangkapan

Secara umum total rata-rata hasil tangkapan

armada layang biru selama setahun di wilayah

selatan perairan Pulau Ambon sebesar 61.552

kg/unit (rata-rata 5.129 kg/bln) dengan jumlah rata-

rata aktual penangkapan sebanyak 254 trip. Pada

Gambar 3 menunjukkan bahwa komposisi jenis

hasil tangkapan terdiri dari 4 jenis ikan yaitu

layang biru (59,8%), tongkol (18,4%), cakalang

(17,7%), baby tuna (4,1%).

Pada Gambar 4 terlihat bahwa hasil

tangkapan tertinggi pada bulan Januari 7.343,6

kg/unit (24 trip) dan terendah pada bulan

September 3.598,2 kg/unit (17 trip). Pada Musim

Barat (Desember-Februari) rata-rata tangkapan

tertinggi 6.629,6 kg/unit, sedangkan Musim Timur

(Juni-Agustus) 5.424,2 kg/unit. Perolehan nilai

produksi selama penelitian cukup baik terutama

pada musim timur, kondisi ini berbeda dengan

hasil penelitian di lokasi yang sama

namun pada tahun berbeda justru memasuki

musim timur produksi menurun drastis akibat

Laut Banda mengalami tekanan yang tinggi akibat

ombak dan gelombang yang besar (Rahabet dkk,

2019). Dinamika perairan dan fenomena

oseanografi setiap waktu dapat berubah pada

suatu daerah penangkapan ikan (Simbolon, 2019),

diduga dengan kondisi perairan atau cuaca yang

cukup baik dapat memungkinkan nelayan

meningkatkan operasi penangkapan ikan yang

efektif dan efisien.

Gambar 3. Komposisi Hasil Tangkapan Gambar 4. Rata-rata Produksi Tangkapan mini purse

seine

Page 5: Kelayakan Usaha Perikanan Layang Biru (Decapterus ...

Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 13 Nomor 2 (Oktober 2020)

179

3.2. Aspek Kelayakan Usaha

3.2.1. Investasi

Rata-rata biaya investasi untuk unit armada

kapal mini purse seine sebesar Rp. 509,642,857

dengan presentase biaya kasko 36,2%, mesin

25,6%, jaring 37,6%, dan container 0,5% (Tabel 1).

3.2.2. Biaya Tetap dan Biaya Variabel

Biaya tetap (fixed cost) adalah biaya yang

besarnya tidak dipengaruhi oleh jumlah input

yang dihasilkan. Berapapun input yang

diproduksi, biaya tetap sama saja (tidak berubah)

atau dengan kata lain biaya tetap merupakan

sejumlah biaya yang dikeluarkan dan tidak

tergantung pada perubahan produksi. Biaya-biaya

yang digolongkan ke dalam biaya tetap adalah

biaya perawatan dan penyusutan. Rata-rata biaya

tetap yang dikeluarkan selama setahun sebesar

Rp.74.615.078/thn yang terdiri dari biaya

perawatan Rp. 35.625.282 dan biaya penyusutan

Rp. 38.989.796 dan (Tabel 15). Penyusutan barang

modal merupakan pocket cost yaitu biaya yang

harus dialokasikan setiap tahun untuk

menggantikan barang modal pada setiap umur

ekonomis dari barang tersebut. Hal ini penting

supaya kelanjutan usaha penangkapan dapat

berlangsung secara optimal.

Tabel 1. Rata-rata Investasi modal usaha

Biaya Investasi Kasko Mesin Jaring Container Jumlah

Rata-rata 184,285,714 130,714,286 191,857,143 2,785,714 509,642,857

SD 10,965,313 25,329,260 8,214,389 487,950 27,948,933

Sumber: olah data 2018

Tabel 2. Rata-rata biaya penyusutan unit usaha perikanan layang biru

No Jenis Barang Umur

Teknis

Mini Purseseine

Harga Nilai Sisa Nilai

Penyusutan Perawatan

1 Perahu 7 184,285,714 92,142,857 13,163,265 12,600,000

2 Mesin 7 130,714,286 65,357,143 9,336,735 8,500,000

3 Jaring 7 191,857,143 95,928,572 13,704,082 14,525,282

4 container 0.5 2,785,714 1,392,857 2,785,714 -

Jumlah per tahun

509,642,857 16,161,750 38,989,796 35,625,282

Jumlah per bulan

3,249,150 2,968,774

Sumber: olah data 2018

Biaya variabel adalah sejumlah biaya yang

dikeluarkan dan tergantung dari operasi

penangkapan karena besarnya biaya variabel

selalu berubah-ubah tergantung dari musim dan

jumlah input yang digunakan. Secara umum

aktivitas usaha perikanan purseseine

membutuhkan biaya operasional atau jenis sarana

produksi terdiri dari minyak tanah, bensin, oli,

dan biaya pemasaran. Rata-rata biaya operasional

selama satu tahun sebesar Rp. 361,729,857 dengan

presentase biaya minyak tanah 54,11%, bensin

9,53%, Oli 17,53%, dan biaya pemasaran 18,83%.

Komponen biaya variabel dalam penelitian ini

terdiri dari biaya operasional (Rp. 293,622,857)

biaya pemasaran (Rp. 68,107,000), biaya bagi hasil

rumpon (Rp. 88,232,961), dan bagi hasil nelayan

(Rp. 118,155,444) total biaya variabel sebesar Rp.

568,118,263 per tahun (Tabel 3).

Tabel 3. Biaya Variabel

Biaya Variabel (Rp) Jumlah (Rp)

Operasional (BBM dll) Pemasaran Rumpon Upah Nelayan

293.622.857 68.107.000 88.232.961 118.155.444 568.118.262

Sumber: olah data 2018

3.2.3. Pendapatan dan Keuntungan

Penerimaan Pendapatan usaha perikanan

layang biru per tahun sebesar Rp. 745,351,429 per

tahun dengan total biaya operasional Rp.

568,118,263 per tahun, dan total biaya tetap

Rp. 74.615.078 per tahun. Dengan demikian

keuntungan yang diperoleh nelayan sebesar Rp.

102.618.089 per tahun. Beberapa temuan hasil

kajian dari tahun 2015-2020 unit usaha layang biru

di Pulau Ambon dan sekitarnya menunjukkan

Page 6: Kelayakan Usaha Perikanan Layang Biru (Decapterus ...

Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 13 Nomor 2 (Oktober 2020)

180

adanya perbedaan keuntungan antara lain; di

Perairan Kecamatan Salahutu Rp. 736.914.222 per

tahun (Johannes S, dkk, 2015), di Perairan selatan

Pulau Ambon Selatan Rp. 46.418.527 per tahun

(Rahabeat J, dkk, 2019), pesisir selatan Kota

Ambon Rp. 83.473.244 per tahun, (Matakupan H

dkk, 2019) dan keuntungan unit usaha di Desa

Latuhalat Rp. 162.389.405 per tahun dan Desa Laha

Rp. 59.749.823 per tahun, wilayah Desa Hitu Rp.

46.741.043 per tahun, dan Desa Waai

Rp. 38.690.082 per tahun (Polhaupessy R, 2020).

Pendapatan dan keuntungan yang diterima

oleh nelayan perikanan layang biru berbeda-beda

kemunngkinan disebabkan oleh musim

penangkapan dan ketersediaan sumberdaya yang

mulai berkurang. Neliyana dkk, (2014) Musim

paceklik merupakan musim dimana ikan hasil

tangkapan yang didaratkan berjumlah sangat

minim dan penerimaan terbanyak diperoleh saat

musim puncak. pemanfaatan sumber daya ikan

layang di Kota Ambon terindikasi telah terjadi

kelebihan tangkap biological over-fishing maupun

economic over-fishing (Sangadji et al, 2014; Silooy

et al, 2019).

3.2.4. Analisis Kelayan Usaha

Hasil analisa kriteria penilaian kelayakan

usaha dipengaruhi oleh tingkat penerimaan hasil

tangkapan dan biaya-biaya yang dikeluarkan

selama kegiatan operasi penangkapan ikan, tetapi

secara keseluruhan justifikasi kelayakan usaha ini

layak untuk dikembangkan (Tabel 4).

Tabel 4. Penilaian kelayakan usaha perikanan layang biru

No Kriteria Penilaian Perikanan purseseine Justifikasi Kelayakan

1 NPV (Df 10,5%) Rp.933,471,927 > 0

2 IRR (%) 15,8% > discout rate

3 Net B/C (Df 10,5%) 1,18 > 1

6 ROI (%) 20,14 > 1

7 Profitability Index 1,46 ˃ 1

8 Payback Period 4,97 < 1

Sumber: olah data 2018

Hasil kriteria Net Present Value (NPV)

merupakan NPV positif dan lebih besar dari nol

(NPV>0) yaitu sebesar Rp. 933,471,927 selama umur

usaha 10 tahun dengan discount rate sebesar 10,5%

sedangan rata-rata benefit Rp. 93,347,193 per tahun

(pemilik usaha/modal), hal ini menunjukkan

bahwa investasi memberi manfaat bersih yang

layak investasi usaha perikanan dapat diterima

dan layak untuk dikembangkan. Sedangkan total

penerimaan pendapat nelayan pekerja sebesar Rp.

118,155,444 per tahun, pendapatan ini jika di rata-

ratakan untuk 20 pekerja maka di peroleh

pendapatan Rp. 5,907,777 per tahun.

Hasil kriteria Internal rate of Return (IRR)

sebesar 15,8%. Presentasi nilai IRR lebih besar dari

tingkat suku bunga (10,5%) atau IRR-nya > rate of

return yang dikehendaki atau cost of invesment-

nya (10,5%), sehingga investasi layak

dikembangkan karena IRR-nya lebih besar dari

pada rate of return yang dikehendaki atau cost of

capital-nya.

Hasil kriteria Benefit Cost Ratio (B/C) lebih

besar dari satu atau nilai B/C > 1 yaitu sebesar 1,18.

Usaha ini menunjukkan bahwa manfaat yang

diperoleh lebih besar dari biaya yang dikeluarkan

sehingga layak dikembangkan. Analisis Return on

Investment (ROI) menunjukkan kemampuan

investasi dalam usaha untuk menghasilkan

keuntungan bersih 20,14%, artinya setiap rupiah

yang diinvestasikan akan memberikan

keuntungan sebesar Rp. 20,14, sedangkan nilai PI

(Profitability Index) > 1, maka biaya investasi

usaha perikanan purse seine dapat diterima dan

dikembangkan.

IV. PENUTUP

1. Dimensi kapal panjang 20-22.5 m, lebar 2.70-

3.85 m, dan tinggi 1.5-1.8 m, dimensi jaring

panjang 225- 345 m, tinggi kantong 50-70,5 m,

bahan jaring bertipe multifilament, material

pada bagian kantong, badan dan sayap adalah

PA 210. Komposisi jenis hasil tangkapan

terdiri dari 4 jenis ikan yaitu layang biru

(59,8%), tongkol (18,4%), cakalang (17,7%),

baby tuna (4,1%).

2. Kelayakan usaha layang biru ini layak untuk

dikembangkan dimana NPV positif dan lebih

besar dari nol (NPV>0) sebesar Rp.

933,471,927, IRR sebesar 15,8% lebih besar

dari tingkat suku bunga (10,5%), nilai B/C > 1

Page 7: Kelayakan Usaha Perikanan Layang Biru (Decapterus ...

Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 13 Nomor 2 (Oktober 2020)

181

sebesar 1,18, kriteria ROI sebesar 20,14%, nilai PI (Profitability Index) > 1.

REFERENSI

BPS Kota Ambon. (2020). Kota Ambon Dalam Angka. ISSN: 0215-6849.

Johannes Stylia., Sugeng Hari Wisudo., Tri Wiji Nurani. (2015). Analisis Faktor Produksi dan Kelayakan

Usaha Perikanan Purse Seine di Kecamatan Salahutu Kabupaten Maluku Tengah. Jurnal Aplikasi

Manajemen (JAM) Vol 13 No 2, 2015.

Matakupan Hansje., Welem Waileruny., Ruslan H. S. Tawari., Frentje. D. Silooy., T. Kesaulya., dan Julian

Tuhumury. (2019). Alternatif Pengembangan Usaha Penangkapan Pukat Cincin Di Selatan Kota

Ambon. Prosiding Pertemuan Ilmiah Nasional Tahunan XVI ISOI Ambon, 7 – 8 November 2019.

Matrutty, D.D.P., Waileruny W., Noija D. (2017). Fishing ground distribution of deep sea demersal fish in

South Coast of Ambon, Indonesia. AACL Bioflux, 2017, Volume 10, Issue 1.

Neliyana., Budy Wiryawan., Eko Sri Wiyono., Tri Wiji Nurani (2014). Analisis Kelayakan Usaha

Perikanan Pukat Cincin Di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Lampulo Banda Aceh Propinsi

Aceh. Marine Fisheries, ISSN 2087-4235 Vol. 5, No. 2, November 2014 Hal: 163-169.

Polhaupessy R., W. Waileruny., D. Amura., Pirhel. (2020). Analisis Kelayakan Usaha Perikanan Purse

Seine Berdasarkan Wilayah Penangkapan Di Pulau Ambon. Jurnal PAPALELE Volume 4 Nomor

1, Juni 2020, ISSN-2580-0787.

Rahabeat Jolanda., Kimberly O. Londah., Albert Ch Nanlohy., Welem Waileruny. (2019). Analisis

Finansial Usaha Perikanan Pukat Cincin Di Dusun Seri, Kota Ambon. Prosiding Seminar

Nasional Kelautan dan Perikanan 2019. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Unpatti. Ambon,

18-19 Desember 2019, ISBN 978-602-5943-27-0.

Sangadji J., Kusumomastanto., Simanjuntak S. M. H. (2014). Analisis Depresiasi dan Kebijakan

Pengelolaan Sumberdaya Ikan Layang di Wilayah Perairan Kota Ambon. Jurnal ekonomi

pertanian, Sumberdaya dan lingkungan (Journal of agriculture, Resource, And environmental

economics) JAREE 1(2014)43-60.

Simbolon Domu (2019). Daerah Penangkapan Ikan: Perencanaan, Degradasi dan Pengelolaan. Dicetak

oleh Percetakan IPB Bogor. ISBN: 978-602-440-915-9.

Silooy F. D., Tupamahu A., Ongkers O.T.S., Haruna. (2019). Population Dynamics of Mackerel Scad

(Decapterus macarellus) in the Banda Sea. International Journal of Environment, Agriculture and

Biotechnology (IJEAB) Vol -4, Issue-4, Jul-Aug- 2019.

Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta, CV.