Kepala, Mata, Mulut Muka
-
Upload
cyntia-meta -
Category
Documents
-
view
90 -
download
15
Transcript of Kepala, Mata, Mulut Muka
PEMRIKSAAN FISISKEPALA, WAJAH, MATA, MULUTCYNTIA META. 112011217
KEPALA
Duduk berhadapan, mata sama tinggi dengan pasien
Bentuk dan ukuran kepala Dolikosefalus (kepala panjang) Diamater fronto-
oksipital >bitemporal Brakisefalus (kepala bulat) Diameter fronto-oksipital ±
= bitemporal Mikrosefalus Ukuran kepala kecil dengan dahi dan
kalvaria kecil dan muka seperti orang terbelakang mental
Kraniosinosis atau kraniostenosis Penutupan sutura yang prematur
Skafosefali : pada sutura sagitalis maka akan timbul penonjolan di frontal dan oksipital dan kepala menjadi panjang dan sempit
Akrosefali ( kepala menara ) : pada sutura koronal sehingga kepala menjadi tinggi dan kecil
Plagiosefali : hanya pada sutura koronal dan lamboid pada satu sisi maka akan terjadi kraniostenosis asimetrik
Tanda Musset Pasien insufisiensi aorta didapatkan gerakkan mengangguk dan menengadah berulang seirama irama jantung
Benjolan kepala tersering kista aterom Tanda ensefalokel Penonjolan glabela
berdeyut bila ditekan , dengan lubang didasarnya akibat cacat bawaan tulang
Kelainan pembuluh darah bising kranial ; misalnya pada fistula arteriovenosa pembuluh darah serebral, aneurisma intrakranial, tumor otak
RAMBUT
Alopesia kerontokkan rambut disertai tidak tumbuhnya rambut Alopesia universal : seluruh tubuh Alopesia totalis : seluruh rambut kepala Alopesia areata : hanya setempat dan berbatas
tegas Alopesia androgenika : laki – laki, kerontokan
bertahap dari verteks dan frontal usia awal 30 tahun sehingga dahi terlihat lebar
Efluvium : kerontokkan tanpa disertai kebotakkan ; misalnya setelah pengobatan sitostatika
Hipertrikosis : rambut bertambah pada tempat biasa yang ditumbuhi rambut
Hirsuitisme : pertumbuhan rambut yang merupakan tanda seks sekunder, seperti kumis, jambang tumbuh berlebihan pada perempuan dan anak – anak
Miksedema akibat hipotiroidisme akan didapatkan rambut yang jarang, kasar, tidak bercahaya
Kanitis : pigmen rambut berkurang / menghilang, sehingga akan timbul uban Albino : Kanitis bawaan Kanitis senilis : kanitis usia menua Kanitis prematur : usia muda White forelock : pada jambul di dahi
WAJAH
Pucat, ikterus dan sianosis Sianosis : Kelainan jantung bawaan dengan
shunt dari kanan ke kiri, penyakit paru obstruktif menahun atau keadaan hipoksia
Ruam malar atau Butterfly rash ; Eritema kedua pipi lupus eritematosus
Facies leonina ; wajah khas akibat infiltrasi subkutan pada dahi, pipi dan dagu disertai pendataran dan pelebaran pada hidung sehingga mirip wajah singa pasien lepra
Ekspresi Pembesarah kelenjar adenoid akan
menyebabkan ekspresi wajah dengan mulut tergantung menganga dan dagu sedikit ke belakang
Fasies Hipocratic pasien dehidrasi memperlihatkan wajah seperti orang susah, mata cekung, kulit kering, telinga dingin
Muka topeng, tanpa ekspresi Parkinsonisme Tampak kulit yang menipis dan tegang
sehingga pasien tidak dapat tersenyum dan membuka mulut pada pasien skleroderma
Risus sardonikus (muka setan) ; spasme tonik otot – otot wajah, sehingga alis terangkat, sudut mata luar tertarik keatas dan sudt mulut tertarik ke samping Pasien tetanus
Sindrom down menunjukkan wajah tidak normal (dismorfik), misalnya hipertelorisme (jarak antara kedua pupil lebih dari normal ; normal 3,5 – 5,5 cm), telekantus (kantus medial tertarik ke lateral
Asimetri muka pada paralisis N. VII Bells palsy ; tidak dapat bersiul, mengerutkan dahi(lumpuh rata), mata sisi lumpuh tidak dapat menutup, kornea mengering dapat menyebabkan keratitis dan ulkus kornea
Tanda Chovstek, kontraksi pada sudut mulut atau sekitar mata bila garis antara sudut mulut dan telinga diketok Pasien spasmofilia
Tic facialis ; otot wajah bergerak secara spontan tidak terkendali
MATA
Pengamatan pasien; masuk dibimbing keluarga, memegang kepala 1 sisi, mata merah, mata berdarah
Eksoftalmus ; bola mata melebar karena fisura palpebra melebar, dijumpai pada tiroksikosis, trombosis sinus kavernosus atau tumor orbita
Aneurisma intrakranial atau fistula arterivenosa kadang didapatkan eksoftalmus berdenyut
Trombosis sinus kavernosus selain eksoftalmus juga didapatkan edema dan kelumpuhan otot mata
Pemeriksaan eksoftalmus : Tanda stellwag ; jarang berkedip Tanda von graefe ; mata melihat kebawah,
palpebra superior tidak ikut turun sehingga sklera atas akan tampak seluruhnya
Tanda moebius ; sukar melakukan konvergensi Tanda joffroy ; melihat ke atas, dahi tidak dapat
berkerut Tanda Rosenbach ; tremor palpebra bila mata
ditutup
Enoftalmus ; bola mata tertarik ke dalam dijumpai pada dehidrasi atau sindrom horner
Gerakkan bola mata; N. III, N. IV, N. VI Normal terkonyugasi Lirikkan cepat meruakan respon stimulus visual
di perifer saccade Pemeriksaan mengikuti jari; lirikkan mata mulus
pursuit
Respon saccade dan pursuit tidak dapat dilakukan, dapat dilakukan refleks okulosefalik ( doll’s head manoevre )
Diplopia ; kelumpuhan otot penggerak mata
Deviation conjugee, mata selalu lirik 1 arah; karena lesi otak kortikal
Strabismus ; tidak dapat digerakkan ke suatu arah, akibat kelumpuhan salah satu otot penggerak mata. Disertai diplopia.
Berdasarkan penyebab :
Strabismus konkomitans ( non – paralitik ) ; kerusakkan saraf penggerak mata dan sudut deviasi menetap pada smua lapangan pandang
Strabismus inkomitans (paralitik); kelumpuhan saraf penggerak bola mata dengan sudut deviasi yang tidak sama pada semua lapangan pandang
Berdasarkan arah bola mata Strabismus divergens (eksotrofia ) ; lateral Strabismus konvergens ( esotrofia ) ; medial Strabismus hipertrofia ; ke atas Strabismus hipotrifia ; ke bawah
Nistagmus ; gerakan bolak – balik bola mata involunter dan ritmik Gerakan bolak balik mata sama cepatnya ;
nistagmus penduler, dijumpai pada visus buruk sejak bayi, kelainan makula, korioretinitis, albinisme
Gerakan cepat dan lambat; jerk nystagmus Lirik pertahankan 5 detik, normal : end position
nystagmus Nistagmus akibat kelaianan labirin akan disertai
vertigo ; nistagmus vestibuler atau nistagmus perifer
Kelainan di otak menimbulkan nistagmus sentral, bersifat horizontal, vertikal atau rotoar, tergantung letak lesinya
Akibat posisi ; nistagmus posisional
Palpebra edema palpebra ; sindrom nefrotik, penyakit
jantung , dakrioadenitis Edema palpebra dapat berbatas tegas, blefaristis
(radang palpebra), dakriosistitis (radang kelenjar air mata), kalazion ( radang pada tarsus ), iridosiklitis (uveitis)
Tepi palpebra melipat ke arah luar ; senilitas, sikratik atau tumorumor palpebra ektropion
Melipat kedalam terutama palpebra inferior entropion
Palpebra tidak menutup sempurna lagoftalmus
Palpebra tidak dapat diangkat ptosis
Palpebra tidak dapat diangkat karena beban pseudoptosis
Bulu mata tumbuh salah arah dapat melukai kornea trikiasis
Pasien dislipidemia didapatkan deposit berwarna kekuningan xantelasma
Bulu mata rontok madarosis
Sekresi air mata. Tes schirmer I dan II, produksi air mata Sepotong kertas filter 30mm diselipkan di forniks
konjungtiva bulbi inferior dan ujung lainnya dibiarkan menggantung, bila 5 menit tidak basah, sekresi air mata berkurang. < 10mm ; sekresi air terganggu, >10mm ; hipersekresi
<10 mm dilakukan tes schirmer II, 1 mata diteteskan anastesi lokal dan diletakkan kertas filter, hidung diragsang 2 menit. 5 menit kertas tidak basah = gagal. Basah sampai 15mm = normal
Konyungtiva. Anemia tampak anemik Radang tampak kemerahan, air mata, sekret
mukopurulen Trakoma konjungtiva karena chlamdia trachomatis Peradangan konjungtiva disertai neovaskularisasi
disekitarnya flikten Pelebaran arteri konjungtiva posterior injeksi
konyugtival Pelebaran pembuluh darah terjadi pada pembuluh darah
perkorneal atau arteri siliaris anterior injeksi siliar
Pelebaran pembuluh darah terjadi pada pembuluh episklera injeksi episklera
Peradangan konjungtiva disertai perlekatan konjungtiva dengan kornea atau palpebra simblefaron
Pada avitaminosis A didapatkan bercak Bitot, yaitu bercak segitiga berwarna perak di kedua sisi kornea yang berisi epitel yang keras dan kering
Bercak degenarasi pada konyungtiva di daerah fisura palpebra yang berbentuk segitiga di bagian nasal dan temporal pinguekula
Proses proliferasi dengan vaskularisasi pada konjungtiva yang berbentuk segitiga yang meluas ke arah kornea pterigium
Sklera Perhatikan warna Kelainan metabolisme bilirubin sklera ikterik Osteogenesis imperfekta biru Reaksi hipersensitifitas atau autoimun (AR,
Lupus) episkleritis / skleritis Episkleritis : reaksi radang jaringan ikat vaskuler
yang terletak antara konjungtiva dan permukaan sklera, umumnya unilateral dengan nyeri ringan
Skleritis : radang sklera yang bersifat bilateral, mata merah berair, fotofobia, penurunan visus, nyeri hebat
Kornea >12mm : makrokornea, <12mm : mikrokornea Usia lanjut ditemukan cincin putih kelabu di luar
kornea arkus senilis Pada penyakit willson didapatkan cincin warna
hijau cincin Kayser Fleischer
Pada trakoma ditemukan sel radang dengan pembuluh darah yang membentuk tabir pada kornea pannus
Peradangan infiltrat dan ulkus kornea uji plasido dan fluoresein positif.
Xeroftalmia atau keratokonjuntivitis sika, ditemukan keringnya permukaan kornea xerosis kornea
Penyembuhan ulkus atau radang menimbulkan sikatrik ireguller plasido positif. Sikatrik kabut nebula, jelas tegas makula, putih padat leukoma
Leukoma disertai penempelan iris pada permukaan belakang kornea disebut leukoms aderens.
Sesibilitas dilakukan tes refleks kornea, meminta pasien jauh melihat ke depan, kemudian bagian lateral kornea di usap dengan kapas kering dan dilihat refleks mengedip, rasa nyeri dan mata berair. Positif N.V baik.
Pupil. Normal 4-5mm >5mm : midriasis, <2mm : miosis, pupil sangat
kecil : pin point pupil. Ukuran kanan kiri sama : isokor. Tidak sama :
anisokor Letak agak eksentrik : ektopia Refleks cahaya langsung ke pupil memberikan hasil
miosis : reflek cahaya langsung, Kontralateral : tidak langsung
Konjungtiva, kornea, dan palpebra dirangsang, miosis refleks okulopupil
Pasien melihat jauh, kemudian melihat tangannya sendiri pada jarak 30cm dari matanya , timbul miosis refleks akomodasi – konvergensi (refleks dekat)
Bilik mata depan (kamera okuli anterior) Dalamnya dangkal / tidak Bilik mata dalam : afakia, miopia, glaukoma
kongenital Bilik mata depan dangkal : dislokasi lensa,
sinekia anterior, glaukoma subakut Penimbungan sel peradangan pada bagian
bawah bilik mata disebut hipopion : ulkus korneaa, uveitis berat, endoftalmitis atau tumor intraokuler.
Bilik mata depan berisi darah hifema : trauma, hemofilia
Lensa. Kekeruhan katarak Tes bayangan iris mengarahkan lampu senter
ke arah pupil dengan sudut 45’ dan lihat bayangan iris pada lensa yang keruh
Letak bayangan jauh dan besar katarak imatur Letak bayangan kecil dan dekat pupil matur Katarak degenerasi lanjut menjadi keras dan cair
hipermatur Bila lensa diangkat afakia atau mata akan
mengalami hipermetropia tinggi
Tajam Penglihatan Diperiksa menggunakan tabel snellen (untuk
melihat jauh) atau tabel jagger ( untuk melihat dekat).
Dapat juga diperiksa dengan menghitung jari pemeriksa pada jarak tertentu (normal dapat sampai 60m)
Tajam penglihatan sempurnaproyeksi benda jatuh pada retina(mata emetropia)
Jatuh di belakang retinapelihat jauh (hipermetropia)
Jatuh di depan retina pelihat dekat (miopia) Pada orang tua akan terjadi gangguan
akomodasi sehingga proyeksi bayangan dari benda yang dilihat jatuh dibelakang retina(presbiopia)
Bila berkas sinar tidak difokuskan pada satu titik retina, tetapi pada 2 titik api yang tegak lurusastigmatismekarena kelainan lengkung kornea
Penglihatan Warna Penglihatan warna diperankan oleh sel kerucut
retina. Warna primer dari kerucut retina: merah, hijau,
biruyang mempunyai 3 pigmen dinamakan trikomat. 2 pigmendikromat. 1 pigmenmonokromat atau akromatopsia.
Penglihatan warna yang tidak sempurna dinamakan buta warna yang bersifat kongenital atau karena penyakit tertentu.
Buta warna merah-hijau karena kelainan saraf optik, biru-kuning karena glaukoma dan kelainan retina. Untuk tes penglihatan warna menggunakan tes isihara.
LAPANG PANDANG (KAMPUS VISUS)
Kemampuan mata yang difiksasi pandangnya ke satu titik untuk melihat benda sekitarnya.
Pemeriksaan: tes konfrontasi, kampimetri, perimetri, atau layar byerrum.
Normal: 900 temporal, 500 kranial, 500 nasal dan 650 kaudal.
Penyempitan lapang pandang sehingga tinggal separuh hemianopsia
skotoma daerah tidak terlihat pada lapang pandang seseorang.
FUNDUSKOPI
Pemeriksaan retina menggunakan oftalmoskop.
Perhatikan warna retina kemerahan dengan pembuluh darahnya dapat menggambarkan keadaan pembuluh darah diseluruh tubuh
Perhatikan fovea sentralis, daerah makula,dan papila nervi optici.
Papi N. optici berbentuk bulat, berwarna merah muda, berbatas tegas dengan cupping normal berukuran 2/5 diameter pupil.
FUNDUSKOPI
Perhatikan papiledema (papil berbatas kabur, terdapat
peningkatan tekanan intra kranial atrofi papil( papil tampak pucat, mengecil
dengan batas bertambah jelas), kelainan vaskular (akibat HT,DM,trombosis), kelainan retina yang lain (retinitis pigmentosa,
ablasio retina). Pada retinopati diabetik terlihat
mikroaneurisma, perdarahan retina, dilatasi pembuluh darah retina, eksudat, neovaskularisasi, dan edema retina.
FUNDUSKOPI
Retinitis pigmentosa : kelainan genetika mengakibatkan degenerasi epitel retina terutama sel batang dan atrofi saraf optik gambaran klinis khas tidak dapat melihat pada
malam hari dengan lapang pandang menyempit.
Ablasio retina : lepasnya retina dari koroid yang biasanya berhubungan dengan trauma atau miopia atau degenerasi retina mengeluh lapang pandang terganggu seperti
melihat tabir funduskopi terlihat retina berwarna abu-abu
dengan pembuluh darah tampak terangkat dan berkelok-kelok.
MULUT
Bibir dan mukosa mulut Perhatikan warnapucat/sianosis/merah. Bibir tebal pada akromegali dan miksedema. Bibir retak pada pasien demam dan avitaminosis. Luka pada sudut bibir menandakan
ariboflavinosis. Radang pada bibir disebut keilitis
Pada morbili ditemukan koplik spot yaitu bercak kecil berwarna biru keputihan dikelilingi oleh tepi merah terdapat pada mukosa pipi yang letaknya berhadapan dengan gigi molar dekat muara kelenjar parotis.
Pada pasien stomatitis aftosa didapatkan 1-3ulkus yang dangkal, berbentuk bundar, terasa nyeri, dan tidak mengalami indurasi.
Oral thrush akibat infeksi kandida albikan yang ditandai dengan bercak membran putih, menimbul, seperti sisa susu di mukosa mulut, berdarah jika dipaksa diangkat.
Sindroma peutz-jeghers didapatkan bercak pigmentasi berbatas tegas berwarna kebiruan atau kecoklatan pada mukosa bibir, mulut, hidung dan kadang di sekitar mata.
Gigi Geligi Perhatikan jumlah gigi, oklusi gigi dan adanya
gigi berlubang(karies gigi). Oklusi normal gigi terjadi bila barisan gigi pada rahang atas dan rahang bawah dapat saling menangkap secara tepat. Anomali kongenital atau fraktur rahang akan menyebabkan maloklusi.
Pada pasien sifilis kongenital, dapat ditemukan gigi seperti gergaji disebut gigi hutchinson. Bila air minum banyak mengandung flourida, maka gigi akan berlubang kecil-kecil dan berwarna kuning disebut fluorosis (mottled enamel).
Pada intoksikasi timah hitam akan tampak garis timah berwarna kebiruan pada batas antara gusi dan gigi.
Pada pemeriksaan gigi harus perhatikan juga gusi. Radang gusi disebut ginggivitis.
Pada pyorrhoea akan tampak gusi bengkak dan bila ditekan keluar nanah.
Pasien dengan leukemia monoblastik akut atau pasien yang mendapatkan pengobatan fenitoin akan didapatkan hiperplasi gusi. Kadang didapatkan neoplasia jinak gusi yang disebut epulis
Lidah Ukuran Lidah bercabang lingua bifida Parese N. XII Kelainan pseudobulbar sukar menggerakkan dan
mengeluarkan lidah Pucat : anemi, merah tua dan nyeri : defesiensi
asam nikotinat Kering : dehidrasi, kering dan kecoklatan :
uremia Kering, kotor, tepi hiperemis, tremor : demam
tifoid
Merah, berselaput tipis dengan papil besar : demam skarlatina strawberry tongue
Licin, kecil lingua grabia : anemia pernisiosa, tropical sprue, pelagra
Lesi – lesi keras, putih, mengalami indurasi seperti kerak dan sulit diangkat leukoplakia
Merah dan bengkak sehingga menonjol keluar dari mulut lidah pasien angina Ludovici
Bercak seperti peta geographic tongue : pasien depresi
Sisi frenulum terdapat kista retensi transparan kebiruan ranula
Cek fungsi pengecapan. Hilang fungsi pegecapan ageusia
Langit – langit (palatum) Celah langit – langit (palatoskizis)
Benjolan membesar seperti tumor pada garis tengah palatum (torus palatinus)
Lengkungan palatum durum simetris / tidak Kelumpuhan palatum mole : gejala sisa difteri
Bau pernapasan (Halitosis, foetor ex ore) Bau aseton : asidosis ketoasidosis diabetik atau
kelaparan Aminiak : uremia Gangren / busuk : abses paru atau higiene buruk Fetor hepatikum / napas apek : enselofati Alkohol Rumput kering baru disambit : anak – anak
fenilketonuria
Angina Plaut Vincent (Stomatitis ulseromembranosa) Infeksi spirilum dan basil fusiformis rongga mulut
akibat kurangnya higiene mulut Ditandai demam tinggi dengan nyeri mulut, bau
mulut, mukosa mulut dan faring hiperemis dilapisi oleh membran putih keabuan di atas tonsil, uvula, faring dan gusi
TERIMA KASIH