Keseimbangan asam bas

32
TINJAUAN TEORITIS 1.1 Konsep Dasar Elektrolit adalah substansi yang berdisosialiasi dan membentuk ion-ion bila bercampur dengan air; proses ini di sebut ionisasi. Elektrolit terdiri dari kation (elektrolit bermuatan positif seperti natrium) dan anion (elektrolit bermuatan negativ seperti klorida) larutan ionik bertindak sebagai arus listrik (elektrik) karena itu istilahnya elektrolit. Suatu asam adalah elektrolit yang ber ionisasi dalam air dan membentuk ion hydrogen dan anion. Suatu asam adalah suatu donor ion hydrogen dan karenanya meningkatkan konsentrasi hydrogen larutan bila di tambahkan. Kekuatan asam di tentukan oleh derajat ionisasinya dalam air. Asam kuat berionisasi lengkap dalam air dan melepaskan ion-ion hydrogen. Asam hidroklorida (HCl) adalah asam kuat karena 99,9% molekul HCL berionisasi dalam air murni. Asam lemah berionisasi sebagian dalam air dan karenanya tidak menyebarkan ion hydrogen seperti asam kuat. 1.1.1 pH dan ion hydrogen pH adalah logaritme dari ion hydrogen dalam larutan. PH air netral adalah 7. Makin banyak ion hydrogen,

Transcript of Keseimbangan asam bas

Page 1: Keseimbangan asam bas

TINJAUAN TEORITIS

1.1 Konsep Dasar

Elektrolit adalah substansi yang berdisosialiasi dan membentuk ion-ion

bila bercampur dengan air; proses ini di sebut ionisasi. Elektrolit terdiri dari

kation (elektrolit bermuatan positif seperti natrium) dan anion (elektrolit

bermuatan negativ seperti klorida) larutan ionik bertindak sebagai arus listrik

(elektrik) karena itu istilahnya elektrolit.

Suatu asam adalah elektrolit yang ber ionisasi dalam air dan membentuk ion

hydrogen dan anion. Suatu asam adalah suatu donor ion hydrogen dan karenanya

meningkatkan konsentrasi hydrogen larutan bila di tambahkan. Kekuatan asam di

tentukan oleh derajat ionisasinya dalam air. Asam kuat berionisasi lengkap dalam

air dan melepaskan ion-ion hydrogen. Asam hidroklorida (HCl) adalah asam kuat

karena 99,9% molekul HCL berionisasi dalam air murni. Asam lemah berionisasi

sebagian dalam air dan karenanya tidak menyebarkan ion hydrogen seperti asam

kuat.   

1.1.1 pH dan ion hydrogen

pH adalah logaritme dari ion hydrogen dalam larutan. PH air netral adalah 7.

Makin banyak ion hydrogen, makin asam larutan itu; pH nya berkisar  antara 0 –

7. Larutan basa mempunyai pH antara 7 – 14.

Nilai pH cairan tubuh

Asam lambung 1,2 – 3,0

Cairan vaginal 3,5 – 4,5

Urine 4,6 – 8,0

Saliva 6,4 – 6,9

Darah ( arteri) 7,35 – 7,45

Semen 7,20 – 7,60

Cairan serebrospinal 7,4

Getah pancreas 7,1 – 8,2

Page 2: Keseimbangan asam bas

Empedu 7,6 – 8,6

pH cairan tubuh adalah antara 7,35 – 7,45. Jadi, bila kurang dari 7,35 disebut

asidosis, dan diatas 7,45 disebut alkalosis. Perubahan konsentrasi ion hydrogen

menggangu fungsi sistem enzim dan hormone. Misalnya asidosis menghambat

fugsi epinefrin. Konsentrasi ion hydrogen juga mempengaruhi fugsi neorologis

dan distribusi ion – ion lain. Fluktuasi konsentrasi ion H dalam tubuh

akan mempengaruhi fungsi normal sel, antara lain:

a. perubahan eksitabilitas saraf dan otot; pada asidosis terjadi depresi susuna

n saraf pusat, sebaliknya pada alkalosis terjadi hipereksitabilitas. 

b. mempengaruhi enzim-enzim dalam tubuh

c. mempengaruhi konsentrasi ion K

1.1.2 Metabolisme asam volatile dan non – volatile

Dalam proses metabolisme selular. Asam secara kontinu dibentuk. Kelebihan

hydrogen yang diproduksi harus dikeluarkan dari tubuh untuk mempertahankan

status pH asam yang dibentuk ini sering digambarkan sebagai asam volatile, asam

yang diekskresikan oleh paru – paru dan asam non – volatile, asam yang

diekskresikan

1. Asam volatile

Asam volatile didefinisikan sebagai asam yang dapat diekskresikan dari tubuh

sebagai suatu gas. Baik asam itu sendiri atau produk kimia dari asam dapat diubah

menjadi gas dan diekskresikan. Asam karbonat, dihasilkan oleh hidrasi karbon

dioksida dalam cairan tubuh, adalah satu – satunya asam volatile dalam tubuh.

Pembentukan ini dapat ditunjukkan dalam persamaan berikut:

                                                               CO2 + H2O              H2CO3

                                                             (anhidrase karbonat)

Page 3: Keseimbangan asam bas

Perhatikan bahwa enzim anhidrase karbonat perlu untuk mengakselerasi reaksi

ini. Orang dewasa normal menghasilkan kira – kira 300 L karbon dioksida per

hari dari reaksi metabolic, yang mengakibatkan produksi asam karbonat dalam

jumlah besar. Normalnya paru – paru mengeluarkan karbon dioksida secepat

metabolism sel menghasilkannya dengan meningkatkan kecepatan dan kedalaman

pernapasan. Dengan cara ini, asam karbonat tidak mungkin terakumulasi dalam

tubuh dan mengubah pH cairan ekstraselular.

2. Asam non-volatil

Asam non-volatil, disebut juga fixed acid, tidak dapat dikeluarkan oleh paru –

paru dan harus dikeluarkan oleh ginjal. Semua asam metabolic ada dalam cairan

tubuh kecuali asam karbonat yang diklasifikasikan sebagai non-volatil dan

mencakup asam sulfat, asam fosfat, asam laktat, asam keto ( asam asetoasetik,

asam beta-hidroksibuterik ), dan jumlah yang lebih sedikit dari asam organic dan

an-organik lain. Asam non-volatil terbentuk dalam metabolism protein,

karbohidrat, dan lemak dan dikeluarkan melalui ginjal.

1.1.3 Pengaturan pH cairan tubuh

Seperti disebutkan sebelumnya, pH CES normalnya dipertahankan antara

7,33 dan 7,45. Ini terjadi melalui tiga mekanisme utama: sistem buffer (dapar),

ekshalasi karbon dioksida, dan ekskresi hydrogen ginjal. Semua sel hidup pada

tubuh manusia dikelilingi oleh lingkungan cair yang disebut cairan ekstra seluler

(CES). Komposisi kimiawi dari CES diatur dalam batas-batas sempit yang

memberikan lingkungan optimal untuk mempertahankan  fungsi sel normal.

Konsentrasi ion yang paling tepat keteraturannya dalam cairan ekstrasel ion

hydrogen. Penyimpangan darikonsentrasi ion dapat mengganggu reaksi normal

metabolism selular dengan mengubah ke efektifan enzim, hormone, dan pengatur

kimiawi fungsi sel lain. Penyimpangan ini juga dapat mempengaruhi distribusi

ion-ion normal seperti (natrium dan kalium) di antara cairan intra seluler dan

CES, dengan demikian mengganggu berbagai sel dan jaringan yang fungsinya

tergantung pada ion, seperti konduksi, kontraksi, dan sekresi. Oleh karena itu

Page 4: Keseimbangan asam bas

konsentrasi ion hydrogen CES normal penting untuk fungsi tubuh normal.

Konsentrasi ini di tentukan oleh tipe dan jumlah asam dan basa yang ada dan

pengaturannya, yang secara umum disebut keseimbangan asam-basa. Banyak

proses penyakit dapat mengganggu keseimbangan asam dan basa tubuh, dan

asidosis atau alkalosis yang di hasilkan bahkan lebih berbahaya dari penyakit itu

sendiri.

Bagan 1.1 : kompartemen dan komposisi cairan tubuh manusia

1.1.4 Sistem bufer

Bufer mencakup asam lemah dan garam dari asam tersebut, yang berfungsi

sebagai basa lemah. Sistem bufer berfungsi menangkap atau menangkap atau

member ion hydrogen agar pH tetap dalam batasan normal. Sistem bufer untuk

mengatur keseimbangan asam-basa adalah sistem asam karbonat-bikarbonat,

bufer protein dan bufer fosfat.

Buffer adalah zat yang dapat mempertahankan pH ketika ditambah sedikit

asam

atau basa atau ketika diencerkan. Buffer memiliki dua macam : asam lemah dan g

aramnya atau 

basa lemah dan garamnya. Buffer dalam darah adalah jenis buffer yang terdiri dari

Page 5: Keseimbangan asam bas

asamlemah dan garamnya. Asam lemah nya adalah asam karbonat H2CO3 ( asam

lemah ) dangaramnya adalah HCO3-. Buffer tersebut dapat mempertahankan pH

darah sekitar 7,35  –   7,45 dengan reaksi sebagai berikut :

H2CO3 + OH- => HCO3- + H2OHCO3- + H+ => H2CO3

Ketika masuk zat asam dalam tubuh maka yang bertugas menetralisir adalah

asamlemah (asam karbonat). Jika masuk zat basa, yang bertugas menetralisisr

adalah garamnya.Sistem buffer asam basa dalam cairan intraselular dan

ekstraselular, bekerja sangat cepatdan menghasilkan efek dalam hitungan detik.

Ada 4 sistem utama dalam tubuh, yaitu:

1. Sistem asam karbonat natrium bikarbonat

Merupakan buffer utama dalam CES. Buffer yang paling penting,

buffer initerdapat dalam jumlah yang paling besar dalam ciran tubuh.

Dihasilkan olehginjal dan membantu dalam mengekskresikan

hidrogen (H⁺)

2. Sistem buffer fosfat

Fungsi sistem buffer fosfat bekerja dalam cara yang serupa untuk

mengubahasam kuat menjadi asam lemah dan basa kuat menjadi basa

lemah. Natriumhydrogen fosfat (Na2HPO4) adalah basa lemah, dan

natrium dihidrogen fosfat(NaH2PO4) adalah asam lemah. Komponen ini

bekerja secara intraselular,terutama dalam sel darah merah dan dalam

epitelium tubulus ginjal. Membantudalam ekskresi hidrogen (H⁺) dalam

tubulus ginjal.

3. Sistem buffer protein

Merupakan sistem buffer terkuat dalam tubuh. Sistem buffer ini

meliputi proteinintraselular dan protein plsma ekstraselular yang menjadi

buffer asam karbonatdan asam organik., protein adalah buffer yang sangat

baik karena mengandunggugus amini yang berfungsi sebagai basa,

bergantung pada media yangmengelilingi protein. Sebagian besar protein

Page 6: Keseimbangan asam bas

dalam tubuh termasuk media dasar.Protein bertindak sebagai asam dan

berfungsi sebagai anion yang besar.

4. Sistem buffer hemoglobin

Dalam sel darah merah, buffer hemoglobin berfungsi sebagai

buffer pembentukan H+  saat terjadinya ranspor CO2  diantara jaringan

dan paru-paru. Hemoglobin adalah salah satu contoh protein intraselular

yang bekerja sebagaiasam lemah untuk menjadi buffer asam karbonat yang

agak lemah. Jika tidak adasistem buffer hemoglobin, darah vena akan

menjadi terlalu asam.

1.1.5 Ekshalasi karbon dioksida

Sistem pernapasan memainkan peran penting dalam keseimbangan asam-basa

dengan mengendalikan tekanan parsial dari karbon dioksida (PCO2) dalam darah

arteri. Bila kelebihan karbon dioksida dibentuk selama proses selular, sebagian

besar diambil oleh sel darah merah dan dibawa ke paru-paru. Karbon dioksida

bereaksi dengan air tubuh untuk membentuk asam karbonat, yang kemudian

berdisosiasi ke dalam hydrogen dan ion bikarbonat, seperti urutan reaksi bolak-

balik berikut ini:

                                               dehidrasi                                                     asosiasi

CO2 + H2O                                               H2CO3                  H+ + HCO3-

                                                                                

hidrasi  disosiasi kelebihan asam karbonat dalam darah karena kegagalan

untuk mengeluarkan karbon dioksida secara adekuat adalah stimulus kuat untuk

ventilasi.

1.1.6 Ekskresi hydrogen ginjal

Peran utama dari ginjal dalam mempertahankan keseimbangan asam-basa

adalah menghemat simpanan bikarbonat sirkulasi dan mengeksresikan ion-ion

hydrogen. Mekanisme ginjal untuk regulasi ion-ion hydrogen lebih lambat

daripada buffer kimia untuk mekanisme pernapasan. Kompensasi ginjal untuk

gangguan asam-basa mungkin lengkap, namun, karena ginjal secara actual

mengekskresikan ion hydrogen dan mengeluarkan ion hydrogen dan

Page 7: Keseimbangan asam bas

mengeluarkannya dari cairan tubuh. Mekanisme pernapasan tersebut tidak dapat

mengeluarkan ion hydrogen yang dari tubuh yang dihasilkan metabolisme

jaringan.

1.1.7 Perubahan keseimbangan asam-basa

pH atau derajat keasaman digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman

(atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan.

Yang dimaksudkan “keasaman” di sini adalah konsentrasi ion

hidrogen(H+) dalam pelarut air. Nilai pH berkisar dari 0 hingga 14. Suatu larutan

dikatakan netral apabila memiliki nilai pH=7. Nilai pH>7 menunjukkan larutan

memiliki sifat basa, sedangkan nilai pH<7 menunjukan keasaman. Keadaan asam-

basa terkait dengan pengaturan konsentrasi ion H bebas dalam cairantubuh.

Didalam tubuh, keseimbangan pH dikendalikan secara ketat. pH cairan

ekstraseluleradalah 7, pH rata-rata darah adalah 7,4; pH darah arteri 7,45

dan darah vena 7,35. Jika pH<7,35 dikatakan asidosi, dan jika pH darah >7,45

dikatakan alkalosis. Rentang pH yangsesuai untuk kehidupan berkisar antara 7,0

smapai 7,70. Ion H terutama diperoleh dariaktivitas metabolik dalam tubuh. Ion H

secara normal dan kontinyu akan ditambahkan kecairan tubuh dari 3

sumber, yaitu:

a. pembentukkan asam karbonat dan sebagian akan berdisosiasi menjadi i

on H dan bikarbonat.

b. katabolisme zat organik

c. disosiasi asam organik pada metabolisme intermedia, misalnya pada

metabolismelemak terbentuk asam lemak dan asam laktat, sebagian

asam ini akan berdisosiasi melepaskan ion H.

Keseimbangan Asam Basa Dalam tubuh

• Didalam tubuh gas CO2 dapat berereksi dengan air membentuk asam

karbonat, disamping itu asam dapat berasal dari proses metabolisme.

• Asam ada yang mudah terurai dalam tubuh, misalnya H2CO3 dan ada

yang tidak dapat terurai, misalnya asam laktat

Page 8: Keseimbangan asam bas

• Keseimbangan asam basa dalam tubuh perlu dijaga, karena adanya

perubahan ion Hidrogen atau pH sedikit saja dari nilai normal dapat

menyebabkan gangguan kesetimbangan dalam tubuh dan dapat

menyebabkan kematian.

Keseimbangan Asam Basa dalam tubuh tergantung pada konsentrasi ion H+

Konsentrasi ion Hidrogen cairan ekstraseluler dalam keadaan normal = 4 x 10-8 M

pH = 7,4

Karena konsentrasi ion hydrogen darah akhirnyamempengaruhi

konsentrasi ion hydrogen cairan tubuh dan karena darah mudah diambil untuk

analisis kimia, darah arteri digunakan sebagai contoh cairan tubuh dalam

mengakaji keseimbngan asam- basa. Evaluasi klinis terhadap asam-basa individu

mencakup penentukan pH darah arteri, PCO2, Dan HCO3-.

Usia & Keseimbangan Cairan/ Asam - Basa

Bayi Dewasa

Proporsi air 75% - 90%

CES > CIS (2x)

55% - 60%

CIS > CES (2x)

Rate input – output 7x >

Metabolic rate 2x >

Perkembangan ginjal Bayi ½ x efisiensi dewasa

Rasio luas

permukaan : volume

3x >

Page 9: Keseimbangan asam bas

Frequensi nafas 30 – 80x/ menit

Konsentrasi ionK

+, Cl

- >

• Orang tua: Volume CIS menurun, K+ menurun, lemak meningkat

• Orang tua rawan dehidrasi, hipernatremia, hiponatremia, hipokalemia,

asidosis

Beberapa prinsip yang perlu kita ketahui terlebih dahulu adalah:

Derajat keasaman merupakan suatu sifat kimia yang penting dari darah dan cairan

tubuh lainnya.

Satuan derajat keasaman adalah pH:

1. pH 7,0 adalah netral

2. pH diatas 7,0 adalah basa (alkali)

3. pH dibawah 7,0 adalah asam.

Suatu asam kuat memiliki pH yang sangat rendah (hampir 1,0); sedangkan

suatu basa kuat memiliki pH yang sangat tinggi (diatas 14,0). Darah memiliki ph

antara 7,35-7,45. Keseimbangan asam-basa darah dikendalikan secara seksama,

karena perubahan pH yang sangat

kecil pun dapat memberikan efek yang serius terhadap beberapa organ. Tubuh

menggunakan 3 mekanisme untuk mengendalikan keseimbangan asam-basa

darah:

1. Kelebihan asam akan dibuang oleh ginjal, sebagian besar dalam bentuk amonia.

Ginjal memiliki kemampuan untuk mengatur jumlah asam atau basa yang

dibuang, yang biasanya berlangsung selama beberapa hari.

2. Tubuh menggunakan penyangga pH (buffer) dalam darah sebagai pelindung

terhadap perubahan yang terjadi secara tiba-tiba dalam pH darah. Suatu

penyangga ph bekerja secara kimiawi untuk meminimalkan perubahan pH suatu

larutan. Penyangga pH yang paling penting dalam darah adalah bikarbonat.

Bikarbonat (suatu komponen basa) berada dalam kesetimbangan dengan

Page 10: Keseimbangan asam bas

karbondioksida (suatu komponen asam). Jika lebih banyak asam yang masuk ke

dalam aliran darah, maka akan dihasilkan lebih banyak bikarbonat dan lebih

sedikit karbondioksida. Jika lebih banyak basa yang masuk ke dalam aliran darah,

maka akan dihasilkan lebih banyak karbondioksida dan lebih sedikit bikarbonat.

3. Pembuangan karbondioksida.

Karbondioksida adalah hasil tambahan penting dari metabolisme oksigen

dan terus menerus yang dihasilkan oleh sel. Darah membawa karbondioksida ke

paru-paru dan di paru-paru karbondioksida tersebut dikeluarkan (dihembuskan)

pusat pernafasan di otak mengatur jumlah karbondioksida yang dihembuskan

dengan mengendalikan kecepatan dan kedalaman pernafasan. Jika pernafasan

meningkat, kadar karbon dioksida darah menurun dan darah menjadi lebih basa.

Jika pernafasan menurun, kadar karbondioksida darah meningkat dan darah

menjadi lebih asam.

Dengan mengatur kecepatan dan kedalaman pernafasan, maka pusat pernafasan

dan paruparu mampu mengatur pH darah menit demi menit. Adanya kelainan

pada satu atau lebih mekanisme pengendalian ph tersebut, bisa menyebabkan

salah satu dari 2 kelainan utama dalam keseimbangan asam basa, yaitu asidosis

atau alkalosis.

Asidosis adalah suatu keadaan pada saat darah terlalu banyak mengandung asam

(atau terlalu sedikit mengandung basa) dan sering menyebabkan menurunnya pH

darah.

Alkalosis adalah suatu keadaan pada saat darah terlalu banyak mengandung basa

(atau terlalu sedikit mengandung asam) dan kadang menyebabkan meningkatnya

pH darah.

Asidosis dan alkalosis bukan merupakan suatu penyakit tetapi lebih

merupakan suatu akibat dari sejumlah penyakit. Terjadinya asidosis dan alkalosis

merupakan petunjuk penting dari adanya masalah metabolism yang serius.

Asidosis dan alkalosis dikelompokkan menjadi metabolik atau respiratorik,

tergantung kepada penyebab utamanya. Asidosis metabolik dan alkalosis

metabolik disebabkan oleh ketidakseimbangan dalam pembentukan dan

pembuangan asam atau basa oleh ginjal. Asidosis respiratorik atau alkalosis

Page 11: Keseimbangan asam bas

respiratorik terutama disebabkan oleh penyakit paru-paru atau kelainan

pernafasan.

1. Asidosis Respiratorik

Defenisi : Asidosis Respiratorik adalah keasaman darah yang berlebihan karena

penumpukan karbondioksida dalam darah sebagai akibat dari fungsi paru-paru

yang buruk atau pernafasan yang lambat. Kecepatan dan kedalaman pernafasan

mengendalikan jumlah karbondioksida dalam darah. Dalam keadaan normal, jika

terkumpul karbondioksida, pH darah akan turun dan darah menjadi asam.

Tingginya kadar karbondioksida dalam darah merangsang otak yang mengatur

pernafasan, sehingga pernafasan menjadi lebih cepat dan lebih dalam.

Penyebab :

Asidosis respiratorik terjadi jika paru-paru tidak dapat mengeluarkan

karbondioksida secara adekuat. Hal ini dapat terjadi pada penyakit-penyakit berat

yang mempengaruhi paru-paru, seperti:

1. Emfisema

2. Bronkitis kronis

3. Pneumonia berat

4. Edema pulmoner

5. Asma.

Asidosis respiratorik dapat juga terjadi bila penyakit-penyakit dari saraf

atau otot dada menyebabkan gangguan terhadap mekanisme pernafasan. Selain

itu, seseorang dapat mengalami asidosis respiratorik akibat narkotika dan obat

tidur yang kuat, yang menekan pernafasan.

2. Asidosis Metabolik

Defenisi : Asidosis Metabolik adalah keasaman darah yang berlebihan,

yang ditandai dengan rendahnya kadar bikarbonat dalam darah. Bila peningkatan

keasaman melampaui sistem penyangga pH, darah akan benar-benar menjadi

asam. Seiring dengan menurunnya pH darah, pernafasan menjadi lebih dalam dan

lebih cepat sebagai usaha tubuh untuk menurunkan kelebihan asam dalam darah

Page 12: Keseimbangan asam bas

dengan cara menurunkan jumlah karbon dioksida. Pada akhirnya, ginjal juga

berusaha mengkompensasi keadaan tersebut dengan cara mengeluarkan lebih

banyak asam dalam air kemih. Tetapi kedua mekanisme tersebut bisa terlampaui

jika tubuh terus menerus menghasilkan terlalu banyak asam, sehingga terjadi

asidosis berat dan berakhir dengan keadaan koma. Asidosis metabolik (kelebihan

HCO3 ) diterapi dengan mengeluarkan kelebihan HCO3 dari pada hanya

membiarkan PCO2 meningkat dan menormalkan rasio.Kelebihan HCO3 dapat

dikoreksi dengan memberi pasien asetazolamid (Diamox) untuk membuat ginjal

mengeluarkan lebih banyak HCO3 atau lebih umum dengan memberikan KCL

untuk memungkinkan ginjal mengeluarkan K + dan CL-. Dari pada asam. Kadang-

kadang amonium klorida (NH4CL ,arginin,hidroklorida,atau bahan larutan asam

hidroklorida (HCL) diberikan untuk bereaksi dengan kelebihan HCO3- sehingga

mengoreksi alkolosis metabolik.Alkolosis respiratorik atau (PCO2 rendah )

diterapi dengan menghentikan hiperventilasi pasien. Ini dapat diselesaikan dengan

sedasi.

Penyebab :

Penyebab asidosis metabolik dapat dikelompokkan kedalam 3 kelompok utama:

1. Jumlah asam dalam tubuh dapat meningkat jika mengkonsumsi suatu asam atau

suatu bahan

yang diubah menjadi asam. Sebagian besar bahan yang menyebabkan asidosis bila

dimakan

dianggap beracun. Contohnya adalah metanol (alkohol kayu) dan zat anti beku

(etilen

glikol). Overdosis aspirin pun dapat menyebabkan asidosis metabolik.

2. Tubuh dapat menghasilkan asam yang lebih banyak melalui metabolisme.

Page 13: Keseimbangan asam bas

Tubuh dapat menghasilkan asam yang berlebihan sebagai suatu akibat dari

beberapa

penyakit; salah satu di antaranya adalah diabetes melitus tipe I. Jika diabetes tidak

terkendali

dengan baik, tubuh akan memecah lemak dan menghasilkan asam yang disebut

keton.

Asam yang berlebihan juga ditemukan pada syok stadium lanjut, dimana asam

laktat

dibentuk dari metabolisme gula.

3. Asidosis metabolik bisa terjadi jika ginjal tidak mampu untuk membuang asam

dalam

jumlah yang semestinya. Bahkan jumlah asam yang normal pun bisa

menyebabkan asidosis

jika ginjal tidak berfungsi secara normal. Kelainan fungsi ginjal ini dikenal

sebagai asidosis

tubulus renalis (ATR) atau rhenal tubular acidosis (RTA), yang bisa terjadi pada

penderita

gagal ginjal atau penderita kelainan yang mempengaruhi kemampuan ginjal untuk

membuang asam.

Penyebab utama dari asidois metabolik:

1. Gagal ginjal

2. Asidosis tubulus renalis (kelainan bentuk ginjal)

3. Ketoasidosis diabetikum

4. Asidosis laktat (bertambahnya asam laktat)

5. Bahan beracun seperti etilen glikol, overdosis salisilat, metanol, paraldehid,

asetazolamid

atau amonium klorida

6. Kehilangan basa (misalnya bikarbonat) melalui saluran pencernaan karena

diare, ileostomy atau kolostomi.

Page 14: Keseimbangan asam bas

3. Alkalosis Respiratorik

Defenisi : Alkalosis Respiratorik adalah suatu keadaan dimana darah menjadi basa

karena pernafasan yang cepat dan dalam, sehingga menyebabkan kadar

karbondioksida dalam darah menjadi rendah.

Penyebab : Pernafasan yang cepat dan dalam disebut hiperventilasi, yang

menyebabkan terlalu banyaknya jumlah karbondioksida yang dikeluarkan dari

aliran darah. Penyebab hiperventilasi yang paling sering ditemukan adalah

kecemasan. Penyebab lain dari alkalosis respiratorik adalah:

1. Rasa nyeri

2. Sirosis hati

3. Kadar oksigen darah yang rendah

4. Demam

5. Overdosis aspirin.

Pengobatan : Biasanya satu-satunya pengobatan yang dibutuhkan adalah

memperlambat pernafasan. Jika penyebabnya adalah kecemasan, memperlambat

pernafasan bisa meredakan penyakit ini. Jika penyebabnya adalah rasa nyeri,

diberikan obat pereda nyeri.

Menghembuskan nafas dalam kantung kertas (bukan kantung plastik) bisa

membantu meningkatkan kadar karbondioksida setelah penderita menghirup

kembali karbondioksida yang

dihembuskannya. Pilihan lainnya adalah mengajarkan penderita untuk menahan

nafasnya selama mungkin, kemudian menarik nafas dangkal dan menahan

kembali nafasnya selama mungkin. Hal ini dilakukan berulang dalam satu

rangkaian sebanyak 6-10 kali. Jika kadar karbondioksida meningkat, gejala

hiperventilasi akan membaik, sehingga mengurangi kecemasan penderita dan

menghentikan serangan alkalosis respiratorik.

3. Alkalosis Metabolik

Defenisi :Alkalosis Metabolik adalah suatu keadaan dimana darah dalam keadaan

basa karena

tingginya kadar bikarbonat.

Page 15: Keseimbangan asam bas

Penyebab : Alkalosis metabolik terjadi jika tubuh kehilangan terlalu banyak asam.

Sebagai contoh adalah kehilangan sejumlah asam lambung selama periode muntah

yang berkepanjangan atau bila asam lambung disedot dengan selang lambung

(seperti yang kadang-kadang dilakukan di rumah sakit, terutama setelah

pembedahan perut). Pada kasus yang jarang, alkalosis metabolik terjadi pada

seseorang yang mengkonsumsi terlalu banyak basa dari bahan-bahan seperti soda

bikarbonat. Selain itu, alkalosis metabolik dapat terjadi bila kehilangan natrium

atau kalium dalam jumlah yang banyak mempengaruhi kemampuan ginjal dalam

mengendalikan keseimbangan asam basa darah.

Penyebab utama akalosis metabolik:

1. Penggunaan diuretik (tiazid, furosemid, asam etakrinat)

2. Kehilangan asam karena muntah atau pengosongan lambung

3. Kelenjar adrenal yang terlalu aktif (sindroma Cushing atau akibat penggunaan

kortikosteroid).

Pengertian :

1. Istilah asidosis mengacu pada kondisi pH < 7.35sedangkan alkalosis bila pH >

7.45

2. CO2 (karbondioksida) adalah gas dalam darah yang berperan sebagai

komponenasam. CO2 juga merupakan komponen respiratorik. Nilai normalnya

adalah 40 mmHg.

3. HCO3 (bikarbonat) berperan sebagai komponen basadan disebut juga sebagai

komponen metabolik. Nilai normalnya adalah 24 mEq/L

4. Asidosis berarti terjadipeningkatan jumlah komponen asam

atau berkurangnya jumlah komponen basa.

5.Alkalosis berarti terjadi peningkatan jumlah komponen basa atau berkurangnya

jumlah komponen asam.

Dengan memegang prinsip diatas, maka kita dapat lebih membagi gangguan asam

basa menjadi klasifikasi berikut.

Page 16: Keseimbangan asam bas

Pembahasan Kasus :

Klasifikasi ketidakseimbangan asam basa

1. Asidosis metabolikadalah gangguan yang menyebabkan penurunan pH

dan kadar bikarbonat (HCO3). Asidosis metabolik dimana terjadi kelebihan asam

yang telah digunakan oleh HCO3- atau HCO3- telah hilang,diterapi dengan

menambahkan HCO3- dalam bentuk natrium bicarbonat (NaHCO3-) secara oral

atau intravena sementara pengobatan juga terhadap penyebab akumulasi asam

atau kehilangan HCO3-. Pengalihan berat badan (dalam Kg) dengan kekurangan

HCO3- (dalam mEq/L) dengan 0,3 memberikan pedoman kasar untuk jumlah

NaHCO3- (dalam mEq) yang harus diberikan. Pasien dengan berat badan 60Kg

dengan HCO3-4 akn diberikan mEq/L NaHCO3-

24 - 4 =20 X 0,3 X 60 = 360

Pemberian dosis besar NaHCO3- dapat diberikan pada pasien kelebihan

beban osmotik, yang dapat lebih merusak dari asigemia dan menyebabkan

alkalosis berat.Namun demikian asidosis metabolik tidak selalu diobati dengan

NaHCO3- kecuali PH dibawah 7,25.

Contoh : Seorang gadis usia 18 tahun dibawa ke gawat darurat dalam kondisi koma.

Data riwayat kesehatan lainnya tidak diperoleh. Pemeriksaan fisik memperlihatkan kondisi kurus, wanita Kaukasia, tidak ada tanda‐tanda penyakit kuning (non‐icteric), kondisi koma. Pasien dalam kondisi koma tanpa ada tanda neurologis fokal. Suhu tubuh 98,6°F, TD 136/88 mmHg, denyut nadi 98, kecepatan respirasi 24/menit, berat 60 kg dan tinggi 170 cm. Jantung normal, tidak terdengar murmur. Dada bersih dan tidak ada bunyi ronchi atau dengkuran. Kecepatan jantung normal dan tidak ada suara lain atau murmur. Perut tidak keras. Ditemukan sedikit hepatosplenomegali tanpa tanda‐tanda kuning atau asites. Tidak ada tanda‐tanda pembengkakan yang dapat diraba. Suara usus terdengar jelas. Sedikit memperlihatkan kiposis (bungkuk). Tidak ada edema atau kemerahan pada ekstremitas. Uji laboratorium menunjukkan kadar natrium 140

Page 17: Keseimbangan asam bas

mEq/L; kalium 5,5 mEq/L; klorida 106 mEq/L; bikarbonat 6,0 mEq/L; BUN 30 mg/L, kreatinin 0,8 mg/dL, glukosa 95 mg/dL, kalsium 9,0 mg/dL, fosfat 2,9 mg/dL, magnesium 1,7 mg/dL dan osmolalitas plasma 340 mosmol/kg serta keton serum 1+.

A. Uji gas darah diindikasikan pada kasus ini, karena kita tidak dapat yakin apakah hanya ada satu gangguan asam basa jika data riwayat penyakit pasien tidak diperoleh dan kita tidak dapat memperkirakan pH. Hasil analisa gas darah arteri yang diperoleh menunjukkan pH 7,20; pCO2 16 mmHg,HCO3 — 15mEq/L dan pO2 110 mmHg.

Diagnosis asam basa yang bagaimana untuk nilai di atas?A. Data analisis gas darah konsisten dengan diagnosis asidosis metabolik disertai kompensasi respirasi yang tepat, sesuai dengan perhitungan menggunakan rumus Winter. Pemeriksaan laboratorium darah vena memperlihatkan peningkatan gap anion (AG) dan penurunan bikarbonat yang sesuai dengan diagnosis metabolik asidosis AG. Penurunan kadar bikarbonat (‐18) berdekatan dengan nilai perubahan AG (+17), mengarah pada kemungkinan bahwa ada proses asam‐basa lain yang tidak terjadi. Data analisa gas darah sesuai dengan diagnosis asidosis metabolic dan kompensasi respirasi yang dapat dihitung menggunakan rumus Winter.

2. Asidosis respiratorikadalah gangguan yang menyebabkan penurunan pH dan

peningkatan kadar CO2

Contoh kasus :

Seorang anak laki‐laki kulit putih berusia 12 tahun dengan riwayat penyakit paru‐paru kronik dibawa ke rumah sakit karena selama 1 minggu terakhir ini mengalami nafas pendek (SOB). Ia menyangkal mengalami nyeri dada dan batuk darah (hemoptisis). Pengujian fisik menunjukkan laki‐laki yang tumbuh‐kembangnya baik yang mengalami distress pernafasan. TD pada posisi berbaring dan berdiri adalah 120/70 mm Hg, nadi 100/menit, suhu tubuh 38°C. Terdengar suara ronkhi difus pada kedua paru‐parunya. Tidak ada murmur dan gallop dan tidak ada edema perirer. Data laboratorium menunjukkan natrium serum 131 mEq/L, kalium 3,2 mEq/L, klorida 90mEq/L, bikarbonat 38 mEq/L, kreatinin serum 1,0 mg/dL dan nitrogen urea 15 mg/dL. pH darah 7,30 (H+ = 51 nEq/L) dan pCO2 80 mmHg.

Gangguan asam basa apa yang terjadi pada saat ini?Peningkatan pCO2 darah dan bikarbonat dan penurunan pH darah

konsisten dengan diagnosis asidosis respirasi. Disamping itu, kadar bikarbonat plasma masih dalam rentang nilai individu dengan hiperkapnia kronik (ΔHCO3— = 0,35 Δ pCO2). Riwayat distress respirasi selama beberapa hari pada pasien ini

Page 18: Keseimbangan asam bas

sangat membantu dalam mendokumentasikan derajat seberapa kronisnya gangguan asam basanya.

Peningkatan kadar bikarbonat plama yang terlihat sebagai respon terhadap peningkatan kronis pCO2 terjadi dalam dua tahap. Pada tahap awal, kenaikan kecil bikarbonat plasma menjadi beberapa mEq/L terjadi akibat titrasi bufer nonbikarbonat oleh asam karbonat yang terbentuk dari CO2. Peningkatan yang tinggi pada kadari bikarbonat plasma terjadi akibat peningkatan pCO2 yang menstimulasi baik ekskresi asam (dengan demikian terjadi penambahan kuantitas bikarbonat pada cairan tubuh) maupun reabsorbsi bikarbonat ginjal, yang keduanya mempertahankan tingginya kadar bikarbonat plasma. Studi pada hewan coba yang mengalami berbagai derajat hiperkapnia menunjukkan bahwa diperlukan tiga sampai lima hari untuk menjadi kondisi yang stabil (steady state). Pada saat itu, ditemukan bahwa peningkatan rata‐rata kadar bikarbonat plasma 3,5 mEq/L dan kadar H+ 1,7 nEq/L untuk setiap peningkatan pCO2 10 mmHg. Uji pada manusia yang mengalami hiperkapnia akut beberapa jam hasilnya mirip seperti studi pada hewan coba. Pemeriksaan parameter asam‐basa pada pasien dengan hiperkapnia kronik akibat penyakit paru‐paru kronik secara umum memperlihatkan respon kualitatif yang sama.

Setelah menjalankan terapi, baik pCO2 darah maupun pH darah mengalami penurunan yang signifikan, tetapi bikarbonat darah tetap tinggi, hal ini mendukung diagnosis alkalosis metabolik. Beberapa alkalosis metabolik akan memperburuk asidosis respirasi karena alasan berikut: kecepatan mobilisasi dan ekskresi karbon dioksida di paru‐paru jauh lebih cepat daripada kecepatan mobilisasi dan ekskresi bikarbonat di ginjal. Oleh karena itu, alkalosis metabolik akan muncul pada semua pasien jika ventilasi membaik,seperti pada kasus ini. Kondisi alkalosis metabolik ini bersifat sementara dan parameter asam basa akan kembali normal karena bikarbonat akan diekskresikan melalui urin. Selama adaptasi terhadap hiperkapnia kronik, terjadi peningkatan hilangnya klorida, natrium dan kalium urin. Jika pasien tidak mendapat asupan klorida melalui makanan yang cukup ketika pCO2 kembali normal, ekskresi bikarbonat di ginjal akan berkurang seperti pada kondisi alkalosis metabolik lainnya yang responsif terhadap klorida.Regimen diet natrium yang sangat dibatasi berperan pada terjadinya alkalosis metabolic pada pasien ini.

3. Alkalosis metabolikadalah gangguan yang menyebabkan peningkatan pH dan

peningkatan kadar bikarbonat.

Contoh kasus :

Seorang pasien perempuan usia 14 tahun, rutin melakukan pemeriksaan kesehatan. Riwayat kesehatannya baik dan tidak ada keluhan apapun. Dia tidak mengkonsumsi obat saat ini, namun pernah mengonsumsi obat pelangsing. Beberapa waktu yang lalu, dia pernah mengalami rendah kalium. Pemeriksaan fisik menunjukkan bahwa pasien kurus, tidak ada distress, tidak ada demam, TD 110/80 mmHg, nadi 78 denyut/menit, respirasi 12/menit, berat 52 kg dan tinggi 156 cm. Paru‐paru bersih, kecepatan jantung teratur tanpa ada suara lain ataupun

Page 19: Keseimbangan asam bas

murmur. Abdomen tidak keras dan tidak ada benjolan yang teraba. Suara usus ada. Tidak ada edema. Pemeriksaan neurologi normal. Data laboratorium, Hb dan hitung sel darah putih normal. BUN 15 mg/dL, kreatinin 1,2 mg/dL, natrium 136 mEq/L, kalium 3,0 mg/dL, magnesium 1,7 mg/dL dan albumin 4,6 g/dL.

Apa diagnosis asam basa untuk kasus ini dan uji apa yang diperlukan untuk pertimbangan diagnosis banding?

Kasus ini adalah alkalosis metabolik. Riwayat penyakit menunjukkan kemungkinan adanya hipokalemia. Penggunaan pil diet yang umumnya diuretik dapat menyebabkan alkalosis metabolik. Data laboratorium menunjukkan peningkatan bikarbonat, normal AG dan hipokalemia yang berkaitan dengan pembuangan kalium ginjal (renal potassium wasting), menandakan adanya alkalosis metabolik.

Pengeluaran kalium ginjal dan alkalosis metabolik pada individu dengan tekanan darah normal umumnya terjadi akibat diuretik dan muntah (gangguan saluran cerna bagian atas). Secara etiologi ada satu penyakit keturunan yang bercirikan pengeluaran garamgaram melalui ginjal, namun sangat jarang ditemukan. Penyakit ini dikenal sebagai Sindroma Bartter atau Sindroma Gitelman yang merupakan nefropati pengeluaran garam‐garam yang diturunkan. Ekskresi klorida melalui urin membantu untuk membedakan antara diuretik dan muntah sebagai penyebab alkalosis metabolik. Muntah dikaitkan dengan berkurangnya cairan ekstrasel, berkurangnya klorida dan ekskresi klorida urinari kurang dari 20 mEq/L. Sebaliknya, ekskresi klorida urin biasanya lebih dari 40 mEq/L. Penyalahgunaan diuretik nampaknya merupakan diagnosis untuk kasus ini, mengingat danya riwayat peningkatan kadar klorida urin dan penggunaan obat diet (yang kebanyakan bersifat diuretik). Diagnosis dapat dipastikan dengan melakukan penapisan/screening diuretik urin.

4. Alkalosis respiratorikadalah gangguan yang menyebabkan peningkatan pH

dan penurunan kadar CO2.

Contoh kasus :

Laki‐laki 19 tahun ditemukan tak sadarkan diri di taman dan dibawa ke ruang gawat darurat. Pemeriksaan fisik memperlihatkan TD 120/50 mmHg, kecepatan denyut jantung 120 denyut/menit, suhu tubuh 30°C, ada sedikit ikterus skleral dan kebingungan (“dullness”) dan suara nafas bronchial pada paru kanan bawah. Uji laboratorium menunjukkan kadar natrium 131 mEq/L; kalium 2,9 mEq/L, klorida 70 mEq/L, bikarbonat 21 mEq/L, BUN 34 mg/dL; kreatinin 1,4 mg/dL; glukosa 240 mg/dL, osmolalitas serum 320 mOsm/kg H2O; keton serum positif; pH 7,53; pCO2 25 mmHg, pO2 60 mmHg dan albumin serum 3,8 g/dL.

Apakah jenis gangguan asam basa psien pada kasus di atas?

Page 20: Keseimbangan asam bas

Pasien dengan pH darah yang alkali menunjukkan bahwa pasien mengalami kelainan metabolik atau alkalosis respirasi. Rendahnya pCO2 pada alkalemia mengarah ke diagnosis alkalosis respirasi. Pasien ini juga memiliki nilai anion gap yang besar 40 mEq/L, yang mana untuk memiliki nilai yang besar ini, pasien harus mengalami asidosis metabolik. Adanya keton dalam serum menjadi penanda asidosis metabolik terjadi akibat ketoasidosis alkoholik dan adanya osmolar gap (berdasarkan perhitungan osmolaliti 287 banding osmolaliti terukur 320 mOsm/kg H2O), dan disarankan untuk melakukan evaluasi intoksifikasi etanol, metanol maupun etilen glikol. Sirkulasi aseton pada pasien ketoasidosis memberikan terjadinya osmolar gap walapun perbedaan gapnya sangat besar (28mEq/L lebih tinggi dari normal). Hanya bikarbonat serum yang nilainya lebih rendah 4 mEq/L dari normal. Perbedaan antara perubahan anion gap dan bikarbonat dari batas normal, diperkirakan penyebab ketiga, alkalosis metabolik seperti saat muntah, dimana terjadi peningkatan kadar bikarbonat lebih tinggi dari nilai normal sebelum direduksi oleh asidosis metabolik.

Page 21: Keseimbangan asam bas

DAFTAR PUSAKA

http://choled.wordpress.com/2008/02/17/

http://ayosz.wordpress.com/2008/02/21/kesimbangan-asam-basa/

https://sites.google.com/site/asidosis/Home/keseimbangan-asam-basa

1. GJ Tortora & B Derickson. Principles of Anatomy & Physiology, Chapter 27:

Fluid, Electrolyte, and Acid-Base Homeostasis