Keutamaan sayyidul istighfar 01

10
1 Keutamaan Sayyidul Istighfâr Teks Hadits "Sesungguhnya istighfar yang paling baik adalah; jika seorang hamba mengucapkan: "allâhumma anta rabbî lâ ilâha illa anta khalaqtanî wa ana 'abduka wa ana 'alâ 'ahdika wa wa'dika mastatha'tu a'ûdzu bika min syarri mâ shana'tu abû`u laka bidzanbî wa abû`u laka bini'matika 'alayya faghfirlî fa innahu lâ yaghfirudz dzunûba illâ antâ (Ya Allah, Engkau adalah Tuhanku, tidak ada Tuhan yang berhak diibadahi selain Engkau. Engkau telah menciptakanku dan aku adalah hamba-Mu. Aku menetapi perjanjian-Mu dan janji-Mu sesuai dengan kemampuanku. Aku berlindung kepada-Mu dari keburukan perbuatanku, aku mengakui dosaku kepada-Mu dan aku akui nikmat-Mu kepadaku, maka ampunilah aku. Sebab tidak ada yang dapat mengampuni dosa selain-Mu) '. Jika ia mengucapkan di waktu subuh dengan penuh keyakinan lalu meninggal, maka ia akan masuk surga. Dan jika ia membacanya di waktu sore dengan penuh keyakinan lalu meninggal, maka ia akan masuk surga." 1 1 HR An-Nasâi dari Syaddad bin Aus r.a., Sunan an-Nasâi, VIII/279, hadits no. 5522. Hadits ini juga diriwayatkan oleh At-Tirmidzi, Sunan at-

Transcript of Keutamaan sayyidul istighfar 01

Page 1: Keutamaan sayyidul istighfar 01

1

Keutamaan Sayyidul Istighfâr

Teks Hadits

"Sesungguhnya istighfar yang paling baik adalah; jika seorang hamba mengucapkan: "allâhumma anta rabbî lâ ilâha illa anta khalaqtanî wa ana 'abduka wa ana 'alâ 'ahdika wa wa'dika mastatha'tu a'ûdzu bika min syarri mâ shana'tu abû`u laka bidzanbî wa abû`u laka bini'matika 'alayya faghfirlî fa innahu lâ yaghfirudz dzunûba illâ antâ (Ya Allah, Engkau adalah Tuhanku, tidak ada Tuhan yang berhak diibadahi selain Engkau. Engkau telah menciptakanku dan aku adalah hamba-Mu. Aku menetapi perjanjian-Mu dan janji-Mu sesuai dengan kemampuanku. Aku berlindung kepada-Mu dari keburukan perbuatanku, aku mengakui dosaku kepada-Mu dan aku akui nikmat-Mu kepadaku, maka ampunilah aku. Sebab tidak ada yang dapat mengampuni dosa selain-Mu) '. Jika ia mengucapkan di waktu subuh dengan penuh keyakinan lalu meninggal, maka ia akan masuk surga. Dan jika ia membacanya di waktu sore dengan penuh keyakinan lalu meninggal, maka ia akan masuk surga."1

1 HR An-Nasâi dari Syaddad bin Aus r.a., Sunan an-Nasâi, VIII/279,

hadits no. 5522. Hadits ini juga diriwayatkan oleh At-Tirmidzi, Sunan at-

Page 2: Keutamaan sayyidul istighfar 01

2

Dalam lafazh al-Bukhari dinyatakan:2

“Ya Allah, Engkau adalah Tuhanku, tidak ada Tuhan yang berhak diibadahi selain Engkau. Engkau telah menciptakanku dan aku adalah hamba-Mu. Aku menetapi perjanjian-Mu dan janji-Mu sesuai dengan kemampuanku. Aku berlindung kepada-Mu dari keburukan perbuatanku, aku mengakui dosaku kepada-Mu dan aku akui nikmat-Mu kepadaku, maka ampunilah aku. Sebab tidak ada yang dapat mengampuni dosa selain-Mu.”

Syarah (Penjelasan) Hadits

Nabi Muhammad s.a.w. menamakan lafazh istighfâr ini dengan Sayyidul Istighfâr karena terkandung dalam hadits ini makna taubat dan merendahkan diri di hadapan Allâh, yang tidak terdapat dalam hadits-hadits taubat lainnya.

Imam ath-Thîbiy berkata, “Karena doa ini mengandung makna-makna taubat secara menyeluruh maka dipakailah istilah sayyid, yang pada asalnya, sayyid itu artinya induk atau pimpinan yang dituju dalam semua keperluan dan semua urusan kembali kepadanya.”3

Tirmidzi, V/467, hadits no. 3393; Ahmad ibn Hanbal, Musnad Ahmad bin Hanbal,

IV/122, hadits no. 17152; Al-Hakim, Al-Mustadrak, II/496, hadits no. 3707;

Ath-Thabrani, Al-Mu’jam al-Kabîr, VI/455, hadits no. 7039; Al-Baihaqi, Syu’ab

al-Îmân, II/164, hadits no. 658, dan Ibnu Hibban, Shahîh ibn Hibbân, III/212,

hadits no. 932. Semuanya berasal dari Raiwayat Syaddad bin Aus. 2 Hadits Riwayat al-Bukhari dari Syaddad bin Aus, Shahîh al-Bukhâriy,

VIII/83, hadits no. 6306) 3 Fat-hul Bâri, XI/99.

Page 3: Keutamaan sayyidul istighfar 01

3

Ibnu Abi Jamrâh berkata: “Rasûlullâh s.a.w. mengumpulkan dalam hadits ini makna-makna yang indah dan lafazh-lafazh yang bagus sehingga pantas untuk dinamai Sayyidul Istighfâr.” Dalam hadits ini terdapat:

1. Pengakuan terhadap uluhiyah Allâh dan ibadah hanya kepada Allâh 2. Pengakuan bahwa Allâh adalah satu-satu-Nya yang Maha Pencipta.

Pengakuan bahwa Allâh SWT telah menetapkan janji yang diambil untuk hamba-Nya.

3. Harapan yang telah Allâh janjikan kepada hamba-Nya, 4. Berlindung dari keburukan yang telah diperbuat hamba terhadap

dirinya, 5. Menisbatkan semua nikmat kepada Allâh SWT yang telah

memberikan semua nikmat ini, menisbatkan dosa kepada diri seorang hamba,

6. Keinginan dan harapan dia agar diampuni dosa-dosanya oleh Allâh SWT.

7. Dan pengakuannya bahwa tidak ada yang dapat mengampuni dosa selain Allâh.”4

Sayyidul Istighfâr

1. (Ya Allâh Engkau adalah Rabb-ku)5.

Pengakuan seorang hamba bahwa Allâh adalah Rabbnya. Rabb adalah pemilik, pencipta, pemberi rezeki dan pengatur semua urusan makhluk-Nya. Terkandung dalam hadits ini pengakuan tentang rububiyyah Allâh.

2. (Tiada Ilah yang berhak diibadahi selain Engkau). Yaitu tidak

ada yang berhak diibadahi dengan benar melainkan hanya Engkau ya Allâh. Kalimat ini merupakan perwujudan tauhid uluhiyyah. Semua Muslim wajib meyakini bahwa satu-satunya yang berhak diibadahi dengan benar hanyalah Allâh, sedangkan selain Allâh tidak boleh disembah dan kita hanya berdoa kepada Allâh saja.

4 Fat-hul Bâri, XI/100. 5 Syarah mufradat ini dinukil dari kitab Fat-hul Bâri, XI/98-100 karya

al-Hafizh Ibnu Hajar al-‘Asqalani, Fiqhul Ad’iyati wal Adzkâr , III/18-20, Syaikh

Dr. Abdur Razzaq bin Abdul Muhsin al-Badr, dan kitab-kitab lainnya.

Page 4: Keutamaan sayyidul istighfar 01

4

3. (Engkau telah menciptakan aku, dan aku adalah hamba-Mu)

Pengakuan hamba bahwa tidak ada yang menciptakan alam semesta beserta isinya ini melainkan hanya Allâh saja. Seluruhnya adalah makhluk, baik di langit maupun di bumi. Allâh yang telah menciptakan semua makhluk. Kalimat ini mengandung (perilaku hamba) yang menghinakan dan merendahkan dirinya di hadapan Allâh. Di dalamnya terkandung tauhid rububiyyah. Doa ini diucapkan oleh Nabi Muhammad s.a.w. sehingga menunjukan bahwa beliau s.a.w. adalah seorang hamba, yang tidak berhak untuk diibadahi.

استطعت ما ووعدكهدك عوأنا على .4 (Aku menetapi perjanjian-Mu dan janji-Mu sesuai dengan kemampuanku) Aku tetap dalam perjanjian-Mu Ya Allâh, beriman kepada-Mu, melaksanakan ketaatan kepada-Mu dan melaksanakan perintah-perintah-Mu semampuku. Menurut kemampuan aku, karena Allâh tidaklah membebani suatu jiwa melainkan sesuai dengan kemampuannya. Yang dimaksud janji di sini adalah janji ketika Allâh mengeluarkan calon-calon makhluk atau ruh. Allâh berfirman:

“Dan (ingatlah) ketika Rabb-mu mengeluarkan dari sulbi (tulang belakang) anak cucu Adam keturunan mereka dan Allâh mengambil kesaksian terhadap ruh mereka (seraya Berfirman), ‘Bukankah Aku ini Rabb-mu?’ Mereka menjawab, ‘Betul (Engkau Rabb kami), kami bersaksi.’ (Kami Lakukan yang demikian itu) agar di hari Kiamat kamu tidak mengatakan, ‘sesungguhnya ketika itu kami lengah terhadap ini.’” [QS al-A’râf/7: 172) Kalau mereka bersaksi bahwa Allâh sebagai Rabb mereka, maka konsekuensinya adalah mereka harus beribadah hanya kepada Allâh.

Page 5: Keutamaan sayyidul istighfar 01

5

Konsekuensinya adalah melaksanakan perintah Allâh dan meninggalkan larangan Allâh. Allâh berfirman:

“Bukankah Aku telah Memerintahkan kepadamu wahai anak cucu Adam agar kamu tidak menyembah setan? Sungguh, setan itu musuh yang nyata bagi kamu, dan hendaklah kamu menyembah-Ku. Inilah jalan yang lurus.” [QS Yâsîn/36: 60-61]

Kalimat (ووعدك) “janji-Mu” yaitu tentang balasan pahala dan ganjaran, yaitu ‘Aku tetap dalam perjanjianku dengan Allâh selama aku mampu. Aku yakin dengan janji-Mu Ya Allâh. Bagi orang-orang yang bertauhid dan menjauhkan perbuatan syirik, dijanjikan dengan surga dan pahala yang besar.

Oleh karena itu hadits di atas menyebutkan barangsiapa membacanya dengan penuh keyakinan maka dijanjikan dengan surga.

5. (Aku berlindung kepada-Mu dari keburukan perbuatanku)

Aku berlindung kepada-Mu dari kejelekan amal perbuatanku dan akibat buruknya, (Aku berlindung kepada-Mu agar tidak) ditimpa dengan petaka, agar diampuninya dosa, dan kembali kepada perbuatan jelekku.

Aku berlindung kepada-Mu dari kejelekan perbuatan dosa dan maksiat. Sesungguhnya perbuatan dosa membawa akibat yang jelek. Orang yang durhaka kepada orang tua, memutuskan silaturahim, mezalimi orang lain, mengambil hak orang lain, makan riba, dan dosa-dosa lainnya akan membawa akibat yang jelek. Di antara akibat buruknya adalah hilangnya barakah dalam ilmu kita dan hafalan kita. Akibat dosa yang paling berbahaya adalah akan diazab oleh Allâh. Harta yang diperoleh dengan cara zalim maka harta itu tidak akan

Page 6: Keutamaan sayyidul istighfar 01

6

mendapatkan barakah, akan membuat isterinya dan anak-anaknya durhaka. Oleh karena itu Nabi s.a.w. ketika khutbatul hâjah bersabda:6

...

“Kami berlindung kepada Allâh dari keburukan jiwa kami dan kejelekan amal perbuatan kami…”

Oleh karena itu, hendaknya kita berlindung kepada Allâh SWT dari segala perbuatan dosa kita.

Akibat dosa tersebut di antaranya hilangnya barakah umur kita, barakah ilmu kita, amal ketaatan, dan hilangnya hafalan. Yang paling bahaya adalah tidak diampuni dosa kita. Atau kita kembali kepada perbuatan dosa itu. Nas-alullâha al-‘afwa wal ‘âfiyah was salâmah fid dunyâ wal âkhirah.

6. (Aku akui nikmat-Mu kepadaku)

Aku mengakui dan menetapkan besarnya nikmat-Mu kepadaku, dan agungnya karunia-Mu dan kebaikan-Mu kepadaku. Setiap Muslim dan Muslimah wajib menisbatkan semua nikmat kepada Allâh. Semua nikmat yang diberikan Allâh, baik di langit, bumi dan di antara keduanya adalah berasal dari Allâh.

Firman Allâh:

“Dan segala nikmat yang ada padamu (datangnya) dari Allâh, kemudian apabila kamu ditimpa kesengsaraan, maka kepada-Nya-lah kamu meminta pertolongan.” [QS an-Nahl/16: 53]

Nikmat Allâh yang diberikan kepada kita sangatlah banyak. Kita tidak akan pernah bisa menghitungnya. Cobalah kita hitung nikmat

6 HR at-Tirmidzi dari Abdullah bin Mas’ud, Sunan at-Tirmidzi, III/413,

hadits no. 1105

Page 7: Keutamaan sayyidul istighfar 01

7

yang Allâh berikan sejak kita lahir! Nikmat mata, telinga, lisan, rambut, hati, udara, oksigen, air, tumbuhan, nikmat hidayah, kesehatan, dijauhkan dari malapetaka, nikmat di atas tauhid dan sunnah, dan lainnya.

Allâh berfirman:

“Dan Dia telah memberikan kepadamu segala apa yang kamu mohonkan kepada-Nya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allâh, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya. Sungguh, manusia itu sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allâh).” [QS Ibrâhîm/14: 34]

Apabila kita mengakui nikmat-nikmat Allâh, maka konsekuensinya adalah bersyukur kepada Allâh. Bila seorang hamba bersyukur kepada Allâh, maka Allâh akan menambah nikmat-nikmat-Nya kepada kita. Allâh SWT berfirman:

“Dan (ingatlah) ketika Rabbmu memaklumkan, “sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat.” [QS Ibrâhîm/14: 7]

Jika seseorang bersyukur kepada Allâh maka Allâh tidak akan mengazabnya. Allâh berfirman:

“Allâh tidak akan menyiksamu, jika kamu bersyukur dan beriman. Dan Allâh Maha Mensyukuri, Maha Mengetahui.” [QS an-Nisâ’/4: 147]

7. (Aku mengakui dosaku kepada-Mu)

Page 8: Keutamaan sayyidul istighfar 01

8

Aku mengakui kesalahan-kesalahan yang pernah aku lakukan, berupa perbuatan dosa, kesalahan, kelalaian, kewajiban yang aku tinggalkan, perbuatan haram dan maksiat yang aku lakukan. Pengakuan ini sebagai langkah awal untuk bertaubat dan kembali kepada Allâh.

8. (Ampunilah dosaku)

Ya Allâh, ampunilah seluruh dosa yang telah aku lakukan. Sesungguhnya Engkau Maha Pengampun dan Maha Penyayang. Seorang hamba yang bertakwa tatkala ia berbuat dosa, ia segera memohon ampun kepada Allâh. Sebagaimana firman-Nya:

“Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menzalimi diri sendiri, mereka (segera) mengingat Allâh, lalu memohon ampunan atas dosa-dosanya, dan siapa (lagi) yang dapat mengampuni dosa-dosa selain Allâh? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan dosa itu, sedang mereka mengetahui.” [QS Ali ‘Imrân/3: 135]

9. (Karena yang tidak ada yang dapat mengampuni dosa

selain Engkau ya Allâh) Pengakuan kita bahwa tidak ada yang dapat mengampuni semua dosa-dosa kecuali hanya Allâh. Oleh karena kita memohon ampun hanya kepada Allâh, tidak kepada selain-Nya. Allâh Maha Pengampun dan Penerima taubat. Barangsiapa yang membacanya di pagi hari dengan penuh keyakinan, kemudia ia meninggal dunia sebelum sore hari, maka ia termasuk penghuni Surga. Barangsiapa yang membacanya di sore hari dengan penuh keyakinan, kemudia ia meninggal dunia sebelum esok pagi hari, maka ia termasuk penghuni surga

Page 9: Keutamaan sayyidul istighfar 01

9

Yaitu membacanya dengan penuh keyakinan, ikhlas, mentauhidkan Allâh, meninggalkan syirik, membenarkan kandungan doa Sayyidul Istighfâr ini, mengakui tauhid rububiyyah, tauhid uluhiyyah, mengakui semua dosa-dosanya, mengakui semua nikmat dari Allâh dan meminta ampunan hanya kepada Allâh .

Nabi s.a.w. menganjurkan kita untuk membacanya dengan penuh keyakinan ketika kita di waktu pagi dan sore hari.

Ibnu Taimiyah berkata: “Orang yang mengenal Allâh yang ia tuju, maka dia mempersaksikan bahwa semua itu karunia Allâh dan menyadari dirinya yang banyak dosa dan aib.”7

Beliau menjelaskan, “Nabi s.a.w. mengumpulkan dua hal, yaitu persaksian semua nikmat dari Allâh dan pengakuan dosa-dosa yang telah dilakukan, bahwa kita banyak berbuat kesalahan. Lalu dilanjutkan dengan amal. Menyaksikan semua nikmat, anugerah dan karunia Allâh kepada kita, konsekuensinya adalah wajibnya kita mencintai Allâh. Ini juga menuntut kita memuji Allâh, bersyukur kepada Allâh karena Allâh telah memberi semua nikmat dan kebaikan. Kita pun harus menyadari diri kita yang banyak berbuat dosa dan kesalahan, yang menuntut kita agar menghinakan diri kepada Allâh, merendahkan diri kita di hadapan Allâh serta menyatakan diri kita fakir, membutuhkan Allâh dan kita wajib bertaubat kepada Allâh pada setiap waktu dan dia tidak melihat dirinya kecuali orang yang tidak memunyai apa-apa sama sekali.8

Pelajaran Yang Dapat Diperoleh

1. Wajib menetapkan rububiyyah Allâh, karena Allâh adalah Pencipta, Yang Maha Pemberi Rezeki, Yang Maha Pemberi karunia, Yang Maha Menahan, dan Yang Maha Melapangkan, Yang Maha menghidupkan, Yang Maha mematikan, dan Yang Maha mengatur segala urusan.

2. Wajib menetapkan ‘ubudiyyah, uluhiyyah, dan wahdaniyyah bagi Allâh. Bahwa hanya Allâh SWT yang wajib dan berhak diibadahi dengan benar.

7 Perkataan ini dinyatakan oleh Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyyah

dalam kitab al-Wâbilish Shayyib, Lihat Shahîh al-Wâbilish Shayyib (hlm. 16). 8 Shahîh al-Wâbilish Shayyib, hlm. 17.

Page 10: Keutamaan sayyidul istighfar 01

10

3. Dalam Sayyidul Istighfâr terdapat penetapan dan pengakuan seorang hamba bahwa dirinya adalah hamba yang hina di hadapan Rabb-nya, Pencipta-nya, dan Pemberi Rezeki-nya.

4. Di dalamnya juga terdapat penetapan seorang hamba bahwa dia berpegang kepada perjanjian yang Allâh SWT ambil atasnya.

5. Hendaklah seorang hamba melaksanakan perintah Allâh SWT sesuai dengan kemampuannya. Seperti dalam firman Allâh:

“Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu dan dengarlah serta taatlah dan nafkahkanlah nafkah yang baik untuk dirimu. dan barangsiapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung.” [QS at-Taghâbun/64: 16]

6. Pengakuan seorang hamba atas dosa-dosanya dengan taubat. 7. Penetapan dan pengakuan seorang hamba kepada Rabb-nya dengan

kelemahan dan kekurangan, dengan menyembah-Nya dengan sebenar-benarnya.

8. Tidak ada yang dapat mengampuni dosa-dosa selain Allâh. 9. Hendaklah seorang hamba berlindung kepada Allâh dari kejelekan

apa-apa yang telah dia perbuat. 10. Keutamaan Istighfâr (meminta ampun kepada Allâh SWT) dan

keutamaan Sayyidul Istighfâr. 11. Hendaklah seorang hamba berlindung kepada Allâh SWT dari

kejelekan perbuatan dan niatnya, karena itu merupakan sebab mendapat hukuman dan azab.

12. Dalam hadits ini terdapat dalil bahwa segala tujuan itu hendaknya dicapai dengan cara-cara yang benar, dan sebab-sebab yang mencapai kepada tujuan itu. Adapun menggunakan khurafat, bid’ah, cara-cara yang syirik, maka itu tidak menambah (kedudukan) seorang manusia di hadapan Rabb-nya kecuali (tetap seorang) hamba (yang hina).

(Dikutip dan diselaraskan dari tulisan Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Ahad, 25 Mei 2014, dalam http://almanhaj.or.id/content/3926/slash/0/keutamaan-sayyidul-istighfar/)