Khiyar
Transcript of Khiyar
Bab Khiyar http://alislamu.com/muamalah/11-jual-beli/262-bab-khiyar.html
A. PENGERTIAN KHIYAR
Mencari yang terbaik di antara dua pilihan, yaitu meneruskan atau membatalkan jual beli.
B. PEMBAGIAN KHIYAR
1. Khiyar Majlis
Khiyar majlis sah menjadi milik si penjual dan si pembeli semenjak dilangsungkannya akad jual beli hingga mereka berpisah, selama mereka berdua tidak mengadakan kesepakatan untuk tidak ada khiyar, atau kesepakatan untuk menggugurkan hak khiyar setelah dilangsungkannya akad jual beli atau seorang di antara keduanya menggugurkan hak khiyarnya, sehingga hanya seorang yang memiliki hak khiyar.
Dari Ibnu Umar ra, dari Rasulullah saw bahwa Rasulullah saw bersabda, “Apabila ada dua orang melakukan transaksi jual beli, maka masing-masing dari mereka (mempunyai) hak khiyar, selama mereka belum berpisah dan mereka masih berkumpul atau salah satu pihak memberikan hak khiyarnya kepada pihak yang lain. Namun jika salah satu pihak memberikan hak khiyar kepada yang lain lalu terjadi jual beli, maka jadilah jual beli itu, dan jika mereka telah berpisah sesudah terjadi jual beli itu, sedang salah seorang di antara mereka tidak (meninggalkan) jual belinya, maka jual beli telah terjadi (juga).” (Muttafaqun ‘alaih: Fathul Bari IV: 332 no: 2112, Muslim 1163 no: 44 dan 1531, dan Nasa’i VII: 249).
Dan haram meninggalkan majlis kalau khawatir dibatalkan:
Dari Amr bin Syu’aib dari bapaknya dari datuknya bahwa Rasulullah saw bersabda, “Pembeli dan penjual (mempunyai) hak khiyar selama mereka belum berpisah, kecuali jual beli dengan akad khiyar, maka seorang di antara mereka tidak boleh meninggalkan rekannya karena khawatir dibatalkan.” (Shahih: Shahihul Jami’us Shaghir no: 2895, ‘Aunul Ma’bud IX: 324 no: 3439 Tirmidzi II: 360 no: 1265 dan Nasa’i VII: 251).
2. Khiyar Syarat (Pilihan bersyarat)
Yaitu kedua orang yang sedang melakukan jual beli mengadakan kesepakatan menentukan syarat, atau salah satu di antara keduanya menentukan hak khiyar sampai waktu tertentu, maka ini dibolehkan meskipun rentang waktu berlakunya hak khiyar tersebut cukup lama.
Dari Ibnu Umar ra, dari Nabi saw Beliau bersabda, “Sesungguhnya dua orang yang melakukan jual beli mempunyai hak khiyar dalam jual belinya selama mereka belum berpisah, atau jual belinya dengan akad khiyar.” (Muttafaqun ‘alaih: Fathul Bari IV: 326 no: 2107, Muslim III: 1163 no: 1531 dan Nasa’i VII: 248).
3. Khiyar Aib
Yaitu jika seseorang membeli barang yang mengandung aib atau cacat dan ia tidak mengetahuinya hingga si penjual dan si pembeli berpisah, maka pihak pembeli berhak mengembalikan barang dagangan tersebut kepada si penjualnya.
Dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah saw bersabda “Barangsiapa membeli seekor kambing yang diikat teteknya, kemudian memerahnya, maka jika ia suka ia boleh menahannya, dan jika ia tidak suka (ia kembalikan) sebagai ganti perahannya adalah (memberi) satu sha’ tamar.” (Muttafaqun ‘alaih: Fathul Bari IV: 368 no: 2151 dan lafadz ini bagi Imam Bukhari, Muslim III: 1158 no: 2151 dan lafadz ini bagi Imam Bukhari, Muslim III: no: 1524, ‘Aunul Ma’bud IX: 312 no: 3428 dan Nasa’i VII: 253).
Dari Abu Hurairah ra dari Nabi saw. Sabda beliau, “Janganlah kamu mengikat tetek unta dan kambing, siapa saja yang membelinya dalam keadaan ia demikian, maka sesudah memerahnya ia berhak memilih di antara dua kemungkinan, yaitu jika ia suka maka ia pertahankannya dan jika ia tidak suka maka ia boleh mengembalikannya (dengan menambah) satu sha’ tamar.” (Shahih: Shahihul Jami’ no: 7347, Fathul Bari IV: 361 no: 2148, ‘Aunul Ma’bud IX: 310 no: 3426 dengan tambahan pada awal kalimat, dan Nasa’i VII: 253).
Sumber: Diadaptasi dari 'Abdul 'Azhim bin Badawi al-Khalafi, Al-Wajiz Fi Fiqhis Sunnah Wal Kitabil 'Aziz, atau Al-Wajiz Ensiklopedi Fikih Islam dalam Al-Qur'an dan As-Sunnah Ash-Shahihah, terj. Ma'ruf Abdul Jalil (Pustaka As-Sunnah), hlm. 666 - 668.
MATERI KHIYAR
http://c-cute-cute.blogspot.com/
Khiyar adalah memilih antara dua alternative meneruskan untuk jual beli atau mengurungkannya.Hak untuk memilih antara kedua kemungkinan tersebut sepanjang masing- masing pihak dalam mempertimbangkan
Di bolehkannya khiyar agar masing-masing pihak (penjual atau pembeli) tidak menyesal apa yang telah di jual, atau di belinya. Sebab penyesalan tersebut karena kurang hati-hati ,tergesa –gesa atau karna factor lainnya.
.
MACAM-MACAM KHIYAR
1. Khiyar Majelis adalah memilih antara jadi jual beli atau tidak selama pembeli dan penjual masih berada di tempat jual beli (majlis) .jika keduanya sudah meninggalkan
majlis ,dan sudah terjadi akad jual beli ,maka hilanglah hak khiyar ,menurut Rasullulah SAW, bersabda “apabila dua orang berjual beli maka masing –masing masih boleh khiyar selama mereka belum berpisah “(HR,Mutafaq alaih dari ibnu umar,lafadnya dari Muslim)
2. Khiyar Syarat adalah memilih jadi jual beli atau tidak dengan mempertimbangkannya dalam beberapa hari .setelah sampai hari yang telah di tentukan ,maka harus ada ketegasan jadi atau tidaknya.Menurut sabda nabi SAW,Khiyar paling lama tiga hari.
“kamu berhak melakukan khiyar di segala barang yang kamu beli selama tiga hari tiga malam”(HR.Baihaqi dan Ibnu majah)
3. Khiyar Aibi adalah memilih untuk melangsungkan akad jual beli atau membatalkannya ,apabila barang tersebut terdapat cacat yang tidak di ketahui oleh pembelinya pada waktu melakukan jual beli.Pembeli boleh mengembalikannya dan penjual haris menerimanya.
4. Khiyar Tadlis adalah Penjual menyammarkan barang dan menambah pada harganya ,maka pembeli memiliki hak khiyar selama tiga hari.
HIKMAH KHIYAR :
1) Khiyar dapat membuat akad jual beli berlangsung memenuhi prinsip –prinsip islam,yaitu suka sama suka sesama pembeli dan penjual.
2) Pembeli mendapatkan barang dagangan yang baik atau benar-benar yang di sukainya
3) Terhindar dari unsur- unsur penipuan baik dari pihak pembeli maupun penjual ,karena tidak adanya kehati-hatian.
4) Khiyar dapat memelihara hubungan baik dan terjalin cinta kasih sesama
5) Menghindari rasa permusuhan.
Tambahan :
Kharraj dengan jaminan
Jika akad menjadi fasakh,dan pada mulanya barang yang di jual belikan bermanfaat ,pada saat di tangan pembeli dan faedah ini menjadi haknya,dari Aisyah r.a bahwa nabi bersabda,”Kharraj dengan jaminan “
Artinya:bahwa manfaat yang di peroleh dari barang yang di perjual belikan adalah menjadi milik /hak pembeli lantaran ialah yang menjamin tanggung jawab jika terjadi kerusakan pada waktu berada di tangganya
Kesimpulan
Apabila kita memutuskan sesuatu dalam membeli barang haruslah dengan keinginan kita ,tidak ada pihak yang di rugikan antara penjual dan pembeli.
Oleh karena itu,kita sebagai umat islam harus melakukan persyaratan jual beli sesuai dengan syariat islam dengan adanya khiyar,kita bisa memilih antara dua alternative meneruskan untuk jual beli atau mengurungkannya
Khiyar sendiri dibagi empat :antara lain,
- khiyar majelis
- khiyar syarat
- khiyar aibi
- khiyar tadlis
-
Dari melaksanakan hal tersebut kita bisa mendapatkan hikmah dari pelajaran khiyar sendiri.
Saran :
Menurut saya,dengan adanya khiyar ini kita bisa lebih baik lagi dalam memilih atau menentukan barang yang akan kita beli ,agar tidak terjadi ketidakpuasan antara kedua belah pihak (penjual dan pembeli)
Khiyarhttp://arisatria87.blogspot.com/2010/04/khiyar.html
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan interaksi. Dengan berinteraksi mereka dapat
mengambil dan memberikan manfaat. Salah satu praktek yang merupakan hasil interaksi sesame
manusia adalah terjadinya jual-beli yang dengannya mereka mampu mendapatkan kebutuhan yang
mereka inginkan. Islampun mengatur permasalahan ini dengan rinci dan seksama, sehingga ketika
mengadakan transaksi jual beli, manusia mampu berinteraksi dalma koridor syariat dan terhindar dari
tindakan-tindakan aniaya terhadap sesame manusia, hal ini menunjukan bahwa islam merupakan ajaran
yang bersifat universal dan komprehensif.
Melihat paparan diatas, perlu kiranya kita mengetahui beberapa teknik tentang jual beli yang
patut diperhatikan bagi mereka yang kesehariannya bergelut dengan transaksi jual beli, bahkan jika
diteliti secara seksama, setiap orang tentulah bersentuhan dengan jual beli. Oleh karena itu,
pengetahuan tentang jual beli yang disyariatkan mutlak diperlukan.
Dalam jual beli harus ada khiyar. Hal ini bertujuan untuk melindungi pembeli dari kemungkinan
penipuan dari pihak penjual. Sesungguhnya agama islam adalah agama yang penuh kemudahan dan
syami’I (menyeluruh) meliputi segenap aspek kehidupan, selalu memperhatikan berbagai maslahat dan
keadaan, mengangkat dan menghilangkan segala beban umat. Termasuk dalam maslahat tersebut
adalah sesuatu yang Allah syariatkan dalam jual beli berupa hak memilih bagi orang yang bertransaksi,
supaya dia puas melihat maslahat dan mudharat yang ada dari sebab akad tersebut sehingga dia bisa
mendapatkan apa yang diharapkannya dari pilihannya itu atau membatalkan jual belinya apabila dia
melihat tidak ada maslahat padanya.
Menurut imam Syafi’I dan Ahmad, jika kesepakatan jual beli terjadi, masing-masing penjual dan
pembeli punya hak khiyar (hak pilih) selama belum berpisah, atau punya hak khiyar untuk memastikan
jadi tidaknya transaksi. Berdasarkan hadits nabi :
Artinya : Penjual dan pembeli mempunyai hak khiyar selama belum berpisah (HR. Bukhari dan Muslim)
Sedangkan menurut Abu Hanifah dan Malik, jika transaksi jual beli terjadi masing-masing penjual
dan pembeli sudah tidak mempunyai hak khiyar lagi transaksi telah sempruna dan telah terjadi dengan
adanya akad.
Masalah tentang khiyar ini juga disebutkan dalam Al-Qur’an yaitu :
1. QS An-Nisa 29
ƒr'¯»tƒ šúïÏ©!$# (#qãYtB#uä Ÿw (#þqè=à2ù's? Nä3s9ºuqøBr& Mà6oY÷�t/ È@ÏÜ»t6ø9$$Î/ HwÎ) br& šcqä3s? ¸ot�»pgÏB `tã < #Ú t�s? öNä3ZÏiB 4
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu
dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di
antara kamu.
Penjelasan surat An- Nisa’ ayat 29
Allah melarang memakan harta dengan cara yang batil yaitu satu cara yang mengandung mara
bahaya atas diri mereka terhadap orang yang memakannya dan orang-oarang yang mengambil
hartanya, lalu allah membolehkan bagi mereka perkara yang mengandung kemaslahatan untuk mereka
berupa beberapa bentuk matapencaharian dan perniagaan serta beberapa bentuk profesi dan
persewaan.
Allah mensyari’atkan adanya keridhoan dari kedua pihak padahal perkara itu adalah sebuah
perniagaan, hal itu menjadi suatu indikasi bahwasannya akad perniagaan itu disyaratkan bukan dari
akad riba karma riba bukanlah dari perniagaan, bahkan riba itu adalah perkara yang bertentangan
dengan maksud perniagaan.
Dalam perniagaan harus ada keridhoaan diantara kedua pihak dan masing-masing pihak
melaksanakannya dengan penuh kesadaran dan pilihannya, dan merupakan kesempurnaan dari saling
merelakan adalah agar apa yang menjadi akad atasnya itu adalah suatu barang yang diketahui, karena
sila tidak diketahui maka tidak akan ada yang namanya suka sama suka, dan agar barang tersebut
mampu diserahkan , karma barang yang tidak mampu diserahkan adalah sejenis dengan tindakan
perniagaan perjudian.
Ayat ini menunjukkan juga bahwa akad itu akan terlaksana ( syah ) dengan hal apapun yang
menunjukan kepadanya berupa perkataan maupun perbuatan, karena Allah telah mensyaratkan suka
sama suka padanya, maka dengan jalan apapun tercapainya suka sama suka niscaya tercapai pula
akadnya dengan hal tersebut.
2. QS-Almaidah ayat 1
$yg•ƒr'¯»tƒ šúïÏ%©!$# (#þqãYtB#uä (#qèù÷rr& ÏŠqà)ãèø9$$Î/ 4
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu
Khiyar secara etimologi artinya memilih, menyisihkan dan menyaring secara umum artinya
adalah menentukan yang terbaik dari dua hal atau lebih untuk dijadikan orientasi.
Sedangkan secara terminology dalam istilah fiqih adalah
Artinya : Suatu keadaan yang menyebabkan aqid memilih hak untuk memutuskan akadnya. Yakni menjadikan atau
membatalkannya jika khiyar tersebut berupa khiyar syarat-syarat aib atau ru’yah atau hendaklah
memilih diantara dua barang jika khiyar ta’yin
Jumlah khiyar sangat banyak dan diantara para ulama telah terjadi perbedaan pendapat.
Menurut ulama hanafiyah, jumlahnya ada 17. ulama malikiyah membagi khiyar menjadi dua bagian,
yaitu khiyar al-taamul (melihat, meneliti), yaitu khiyar secara mutlak dan khiyar naqsih (kurang), yaitu
apabila terdapat kekurangan atau aib pada barang yang dijual.
Ulama syafi’I berpendapat bahwa khiyar terbagi dua, yaitu khiyar at-tasyahi dan khiyar
naqishah. Adapun menurut ulama Hanabilah jumlah khiyar ada 8 macam. Sedangkan khiyar yang paling
masyur ada 3, yaitu khiyar majelis, khiyar syarat dan khiyar aob.
1.2 Rumusan Masalah
a. Macam-macam khiyar
b. Apa saja urgensi yang terkandung dalam khiyar syarat, khiyar majelis, khiyar aib?
c. Berapa lama batasan khiyar tersebut?
1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui apa saja yang terkandung dalam khiyar selama proses jual beli
b. Untuk mengetahui apa tujuan khiyar itu dalam transaksi jual beli
c. Sebagai salah satu tugas terstruktur dalam mata kuliah Fiqih Muamalah
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Khiyar
Khiyar artinya hak pilih, menyisihkan dan menyaring secara umum artinya menentukan yang
terbaik dari dua hal atau lebih untuk dijadikan orientasi. Sedangkan secara terminologis dalam istilah
fiqih khiyar adalah :
Suatu keadaan yang menyebabkan aqid memiliki hak untuk memutuskan akadnya, yakni
menjadikan atau membatalkannya jika khiyar tersebut berupa khiyar syarat, aib atau ru;yah hendaklah
memilih diantara dua barang jika khiyar ta’yan.
2.2 Macam-macam Khiyar
a. Khiyar Majelis
Khiyar majelis adalah tempat berlangsungnya proses jual beli. Menurut ulama fiqih, khiyar majelis
adalah :
Artinya : Hak bagi semua pihak yang melakukan akan untuk membatalkan akad selagi masih
berada di tempat akad dan kedua pihak belum berpisah. Keduanya saling memilih sehingga muncul
kelaziman dalam akad
Dengan demikian, akad menjadi lazim, jika kedua pihak telah berpisah atau memilih, hanya saja
khiyar majelis tidak dapat berada pada setiap akad. Khiyar majelis hanya ada pada akad yang sifatnya
pertukaran, seperti jual beli.
Menurut ulama Hanafiyah dan Malikiyah, akad itu akan menjadi lazim dengan adanya ijab dan
qabul, serta tidak bisa jika hanya dengan khiyar, karena sesungguhnya Allah telah berfirman dalam surat
Al-Maidah ayat 1 yang berbunyi
$yg•ƒr'¯»tƒ šúïÏ%©!$# (#þqãYtB#uä (#qèù÷rr& ÏŠqà)ãèø9$$Î/ 4
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu
Ayat diatas menjelaskan bahwa apabila kita melakukan akad, kita harus menepati janji,
sedangkan khiyar menghilangkan keharusan tersebut. Selain itu, suatu akad tidak akan sempurna kecuali
dengan adanya ridhaan, sebagaimana firman Allah SWT dalam surat An-Nisa ayat 29 :
HwÎ) br& šcqä3s? ¸ot�»pgÏB `tã < #Ú t�s? öNä3ZÏiB 4
Artinya Kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka
Sedangkan keridhaan hanya dapat diketahui dengan ijab dan qabul dengan demikian keberatan
akad tidak dapat digantungkan atas khiyar majelis
Golongan ini tidak mengambil hadits-hadits yang berkenaan dengan kebenaran khiyar majelis
sebab mereka tidak mengakuinya. Adapun hadits yang berkenaan dengan khiyar majelis yaitu :
Artinya : Diriwayatkan dari Ibnu umar r.a dia telah berkata, sesungguhnya Rasulullah SAW telah
bersabda : “Penjual dan pembeli masing-masing mempunyai hak khiyar yaitu kesempatan berfikir selagi
mereka belum berpisah (memang bentuk) jual beli khiyar” (HR. Bukhari dan Muslim)
Ulama Hanafiyah berpendapat bahwa yang dimaksud dua orang yang melakukan akad jual beli (
) adalah orang yang melakukan tawar-menawar sebelum akad untuk berakad atau tidak. Adapun
maksud dari berpisah ( ) aalah berpisah dari segi ucapan dan bukan badan. Dengan kata lain bagi
yang menyatakan ijab, ia boleh menarik kembali ucapannya sebelum dijawab qabul, sedangkan bagi
yang lainnya (penerima) boleh memilih apakah ia akan menerimanya ditempat tersebut atau
menolaknya.
Menurut Wahbah AL-Juhaili, takwil diatas tidak befaedah sebab orang yang akad, bebas untuk
memilih, menerima atau menolak. Dengan demikian orang yang tidak menerima tidak dapat dikatakan
berpisah. Hadits tentang khiyar majelis pun tidak dapat dikatakan menyalahi keridhaan sebab khiyar
majelis justru untuk memperkuat adanya keridhaan.
Menurut ulama syafi’iyah dan Hanabillah berpendapat bahwa khiyar majelis diisyaratkan dalam
islam, berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim diatas menjelaskan bahwa jadi
atau tidaknya transaksi jual beli harus dilakukan pada saat terjadinya transaksi tersebut. Tidak boleh
ditunda dilain waktu kecuali kalau transaksinya merupakan transaksi bersyarat. Kalau transaksi
bersyarat atau dengan garansi, maka apabila barang yang dibeli tidak sesuai dengan cirri-cirinya atau
sebelum waktu garansinya habis barang tersebut sudah rusak, tentu saja boleh saja dikembalikan.
Ibnu Qayyim Rahimullah berkata : dalam penetapan adanya khiyar majelis dalam jual beli oleh
Allah dan rasul-Nya ada hikmah dan maslahat bagi keduanya, yaitu agar terwujud kesempurnaan ridha
yang diisyaratkan oleh Allah dalam firman-Nya dalam surat An-Nisa ayat 29, kecualai saling keridhaan
diantara kalian. Karena sesungguhnya akad jual beli itu sering terjadi dengan tiba-tiba tanpa berfikir
panjang dan melihat harga. Maka kebaikan-kebaikan syariat yang sempurna ini mengharuskan adanya
sebuah aturan berupa khiyar supaya masing-masing penjual dan pembeli melakukannya dalam keadaan
puas dan melihat kembali transaksi itu (maslahat dan mudharatnya). Maka masing-masing punya hak
untuk memiliki sesuai dengan hadits, selama keduanya tidak berpisah dari tempat jual beli.
Kalau keduanya meniadakan khiyar atau salah seorang dari keduanya merelakan tidak ingin
khiyar maka ketika itu harus terjadi jual beli pada keduanya atau terhadap orang yang menggugurkan
hak khiyarnya hanya dengan sebatas akad saja. Karena khiyar itu merupakan hak dari orang yang
bertransaksi maka hak itu akan hilang jika yang punya hak telah membatalkannya
b. Khiyar Syarat
Khiyar syarat yaitu penjualan yang didalamnya diisyaratkan sesuatu baik oleh penjual maupun
pembeli. Seperti seorang berkata “saya jual rumah ini dengan harga Rp. 500.000,00 dengan syarat khiyar
selama tiga hari
Sabda Rasulullah SAW :
Artinya : Kamu boleh khiyar pada setiap benda yang telah dibeli selama tiga hari tiga malam (HR.
Bukhari Muslim)
Khiyar yang diisyaratkan adalah khiyar yang ditetapkan batasan waktunya. Hal itu didasarkan
pada hadist Rasulullah SAW tentang riwayat Hibban bin Mungid yang menipu dalam jual beli :
Artinya : Jika kamu bertransaksi (jual beli) katakanlah, tidak ada penipuan dan saya khiyar selama 3
hari (HR. Bukhari Muslim).
Menurut pendapat paling masyur di kalangan ulama Hanfiyah dan Hanabillah, khiyar yang tidak
jelas batasan waktunya adalah tidak sah seperti pernyataan “saya beli barang ini dengan syarat saya
khiyar selamanya”. Perbuatan ini mengandung unsure jahalah (ketidak jelasan).
Khiyar sangat menentukan akad, sedangkan batasannya tidak diketahui sehingga akan
menghalangi aqid (orang yang melakukan akad) untuk menggunakan barang tersebut.
Ulama Hanafiyah berpendapat bahwa jual beli tersebut fasid, tetapi tidak batal. Jika syarat
tersebut belum sampai tiga hari atau tidak bertambah dari tiga hari atau memberikan penjelasan
tentang masa khiyar, akad mejadi sah sebab telah hilang penyebab yang merusaknya.
Selain itu, syarat berubah sesuai dengan landasan asalnya yaitu 3 hari sebagaimana dinyatakan
dalam hadist riwayat Hibban Ibn Munqid. Dengan demikian. Persyaratan khiyar tanpa batas dengan
sendirinya gugur oleh landasan asal tersebut.
Ulama Hanafiyah berpendapat bahwa waktu 3 hari adalah waktu yang cukup dan bisa
memenuhi kebutuhan seseorang. Dengan demikian, jika melewati 3 hari jual beli tersebut batal. Akan
tetapi akad tersebut menjadi shahih, jika diulangi dan tidak melewati 3 hari.
Suatu akad bisa menjadi lazim (shahih) jika khiyar telah gugur. Adapun cara menggugurkan
khiyar tersebut ada 3, yaitu :
1. Pengguguran dengan dilalah
Pengguran sharih adalah pengguran oleh orang yang berkhiyar. Seperti menyatakan, saya batalakan
khiyar dan ridha. Dengan demikian akan menjadi lazim (shahih). Sebaliknya, akad gugur dengan
pernyataan, saya batalkan atau saya gugurkan akad ini.
2. Pengguguran dengan dilalah
Pengguguran dengan dilalah adalah adanya tasharruf dari pelaku khiyar yang menunjukan bahwa jual
beli tersebut jadi dilakukan, seperti pembeli menghibahkan barang tersebut kepada orang lain atau
sebaliknya pembeli mengembalikan kepemilkan kepada penjual. Pembeli menyerahkan kembali barang
kepada penjual menunjukan bahwa ia membatalkan jual beli atau akad.
3. Pengguguran khiyar dengan kemudaratan
Pengguguran khiyar dengan adanya kemudaratan terdapat dalam beberapa keadaan, antara lain :
a. Habis waktu
b. Kematian orang yang memberika syarat
c. Adanya hal-hal yang semakna dengan mati
d. Barang rusak ketika masih khiyar
e. Adanya cacat pada barang
c. Khiyar aib (cacat)
Khiyar aib yaitu khiyar bagi pembeli yang disebabka adanya aib dalam suatu barang yang tidak
disebutkan oleh penjual atau tidak diketahuinya, akan tetapi aib itu jelas-jelas ada dalam barang
dagangan sebelum dijual. Adapun ketentuan aib yang memperbolehka adanya khiyar adalah dengan
adanya aib itu bisaanya menyebabkan nilai barang kerkurang atau mengurangi harga barang itu sendiri.
Khiyar aib ini artinya adalah bahwa dalam jual beli ini diisyaratkan kesempurnaan benda-benda
yang dibeli, seperti seseorang berkata “saya beli mobil itu seharga sekian, nila mobil itu cacat akan saya
kembalikan”
Hak pilih ini dimiliki oleh masing-masing dari pihak-pihak yang terikat perjanjian untuk
menggagalkan perjanjian tersebut bila tersingkap adanya cacat pada objek perjanjian yang sebelumnya
tidak diketahui. Oleh sebab itu disyariatkan hak pilih terhadap cacat, sehingga bisa mengantisipasi
adanya cacat yang menghilangkan kerelaan. Cacat yang bisa ditolak dengan hak pilih ini adalah cacat
yang bisa mengurangi harga barang di kalangan para pedagang.
Adapun landasan untuk mengetahui hal ini kembali kepada bentuk perniagaan yang terpandang,
kalau mereka menganggapnya sebagai aib maka boleh adanya khiyar dan kalau mereka tidak
menganggapnya sebagai aib yang dengannya dapat mengurangi nilai barang atau harga barang itu
sendiri maka tidak teranggap danya khiyar.
Apabila pembeli mengetahui aib setelah akad, maka baginya berhak khiyar untuk melanjutkan
membeli dan mengambil ganti rugi seukuran perbedaan antara harga barang yang baik dengan yang
terdapat aib, atau boleh baginya untuk membatalkan pembelian dengan mengembalikan barang dan
meminta kembali uang yang telah dia berikan.
Khiyar aib diisyaratkan dalam islam, didasarkan pada hadist berikut :
Artinya : Seseorang muslim adalah saudara muslim yang lain. Tidaklah halal bagi seorang muslim
untuk menjual barang bagi saudaranya yang mengandung, kecuali jika menjelaskannya terlebih dahulu.
(HR, Ibn. Majah dari Uqbah Ibn Amir)
Adapun hal-hal yang berhubungan dengan khiyar aib adalah sebagai berikut :
a. Aib yang mengharuskan khiyar
b. Syarat tetapnya khiyar
c. Waktu khiyar aib
d. Cara pengembalian akad
e. Hal-hal yang menghalangi pengembalian barang
a. Aib mengharuskan Khiyar
Ulama Hanafiah dan Hanabilah berpendapat bahwa aib pada khiyar adalah segala sesuatu yang
menunjukan adanya kukuragan dari aslinya, mislanya, berkurang nilainya menurut adapt, baik
berkurang sedikit atau banyak.
Menurut ulama syafi’iyah adalah segala sesuatu yang dapat dipandang berkurang nilainya dari
barang yang dimaksud atau tidak adanya barang yang dimaksud, seperti semptinya sepatu, potongnya
tanduk binatang yang akan dijadikan kurban.
b. Syarat-syarat khiyar
Diisyaratkan untuk tetapnya khiyar aib setelah diadakan penelitian yang menunjukan :
1. Adanya aib setelah akad atau sebelum diserahkan, yakni aib tersebut telah lama ada. Jika adanya setelah
penyerahan atau ketika berada ditangan pembeli, aib tersebut tidak tetap
2. Pembeli tidak mengetahui adanya cacat ketika akad dan ketika menerima barang. Sebaliknya jika
pembeli sudah mengetahui aanya cacat ketika menerima barang tidak ada khiyar sebab ia dianggap
telah ridha
3. Pemilik barang tidak menisyaratkan agar pembeli membebaskan jika ada cacat. Dengan demikian, jika
penjual mensyaratkan tidak ada khiyar. Jika pembeli membebaskannya, gugurlah hak dirinya.
c. Waktu khiyar aib
Khiyar aib tetap ada sejak munculnya cacat walaupun akad telah berlangsung cukup lama.
Mengenai membatalkan akad setelah diketahui adanya cacat baik secara langsung atau ditangguhkan,
terdapat dua pendapat.
Ulama Hanafiyah dan Hanabilah berpendapat bahwa membatalkan akad setelah diketahui
adanya cacat adalah ditangguhkan, yakni tidak diisyaratkan secara langsung
Ulama Syafi’iyah dan Malikiyah berpendapat bahwa pembatalan akad harus dilakukan ketika
diketahuinya cacat, yakni secara langsung menurut adat dan tidak boleh ditangguhkan. Namun
demikian, tidak dianggap menangguhkan jika diselingi shalat, makan dan minum. Diantara sebabnya,
supaya orang yang berakad tidak mudarat karena mengakhiri yakni hilangnya hak khiyar karena
mengakhirkan sehingga akad menjadi lazim.
d. Cara Pengembalian akad
Apabila barang masih berada ditangan pemilik pertama, yakni belum diserahkan kepada
pembeli akan dianggap telah dikembalikan (dibatalkan) dengan ucapan “saya kembalikan” dalam hal ini
tidak memerlukan keputusan seorang hakim, tidak pula membutuhkan keridhaan.
Ulama Hanafiyah berpendapat bahwa apabila barang sudah diserahkan kepada pembeli, harus
ada kerelaan ketika menyerahkannya atau diserahkan melalui keputusan hakim.
e. Beberapa hal yang menghalangi pengembalian barang
1. Ridha setelah mengetahui adanya cacat, baik secara jelas diucapkan atau adanya petunjuk
2. Menggugurkan Khiyar, baik secara jelas atau adanya petunjuk
3. Barang rusak karena perbuatan pembeli atau berubah dari bentuk aslinya
4. Adanya tambahan pada barang yang bersatu dengan barang tersebut dan bukan berasal dari aslinya
atau tambahan yang terpisah dari barang tetapi berasal dari aslinya, seperti munculnya buah atau
lahirnya anak
2.3 Batasan lamanya Khiyar
Mengenai batasan lamanya khiyar ada beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ulama,
diantaranya adalah :
a. Menurut Abu Hanifah dan Sayfi’i
Batas khiyar itu paling lama adalah tiga hari. Tidak boleh lebih dari itu
b. Manurut Imam Malik :
Lama tidaknya khiyar tergantung kebutuhan dan tingkat nilai barang, barang-barang yang kurang
berharga boleh tidak sampai sehari, sedangkan barang yang sangat berharga bisa lebih dari tiga hari.
c. Menurut Imam Ahamad, Abu Yusuf dan Muhammad
Panjang pendeknya waktu khiyar tergantung kesepakatan antara penjual dan pembeli
Menurut Abu Hanifah, Syafi’I dan Ahmad habisnya waktu Khiyar menunjukan kepastian jual beli
jadi atau tidak.
Sedangkan menurut Imam Malik, habisnya waktu khiyar tidak secara otomatis menunjukan
kepastian jual beli. Dimana, yang bersangkutan tetap mempunyai hak untuk “menawar”
2.4 Urgensi khiyar
1. membuktikan dan mempertegas adanya kerelaan dari pihak-pihak yang terikat dalam perjanjian. Oleh sebab itu, syariat hanya menetapkan dalam kondisi tertentu saja, atau ketika salah satu pihak yang terlibat menegaskannya sebagai persyaratan.
2. agar masing-masing pihak (penjual atau pembeli) tidak menyesal apa yang telah di jual, atau di belinya. Sebab penyesalan tersebut karena kurang hati-hati ,tergesa –gesa atau karna factor lainnya.
3. Khiyar dapat membuat akad jual beli berlangsung memenuhi prinsip –prinsip islam,yaitu suka sama suka sesama pembeli dan penjual.
4. Pembeli mendapatkan barang dagangan yang baik atau benar-benar yang di sukainya.5. Terhindar dari unsur- unsur penipuan baik dari pihak pembeli maupun penjual ,karena tidak
adanya kehati-hatian.6. Khiyar dapat memelihara hubungan baik dan terjalin cinta kasih sesame.7. Menghindari rasa permusuhan.
2.5 Hubungan garansi dengan khiyar Garansi adalah proses dan prosedur penggantian barang yang dimaksudkan sebagai bentuk pertanggung jawaban atas mutu dan kwalitas dari barang yang dibeli. Waktu atau masa berlaku dan batasan-batasan atau klausul dari garansi diatur oleh mekanisme prosedural yang mengikat dan berketetapan,dimana prosedur tersebut harus dijalankan dengan pertimbangan kebijakan dari pihak-pihak yang berkaitan.
Garansi dan khiar sangat berbeda tetapi memiliki sedikit persamaan yaitu sama-sama merupakan jaminan mutu, sama- sama memberikan tenggang waktu ketika melakukan jual beli.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Khiyar, artinya hak pilih, menyisihkan dan menyaring. Secara umum artinya menentukan yang
terbaik dari dua hal atau lebih untuk dijadikan orientasi. Sedangkan secara terminologis dalam istilah
fikih Khiyar adalah suatu keadaan yang menyebabkan aqid memiliki hak untuk memutuskan akadnya,
yakni menjadikan atau membatalkannya jika khiyar tersebut berupa khiyar syarat, aib atau ru’yah atau
hendaklah memilih diantara dua barang jika Khiyar ta’yan.
Khiyar terjadi beberapa jenis tetapi yang paling utama ada 3 yaitu, Khhiyar Majelis, Khiyar Syarat
dan Khiyar aib.
Ada tiga pendapat dari para ulama Fiqih tentang batasan lamanya khiyar yaitu menurut abu
Hanifah dan syafi’i menurut imam malik dan menurut Imam Ahmad
3.2 Saran
Kepada para mahasiswa/ mahasiswi dan teman-teman sekalian setelah membaca makalah ini,
bisa mengetahui dan dapat mempraktekan tentang khiyar ini dalam kehidupan sehari-hari pada saat
melakukan transaksi jual beli secara baik dan benar-benar sesuai dengan syariat yang telah ditetapkan.
Pembahasan tentang khiyar ini sangat terbatas, jadi kami harap kepada pembaca agar mencari
referensi lainnya untuk memperdalam pengetahuaannya tentang khiyar.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an.
Mahalli, Ahmad Mudjab dan Hasbullah Ahmad Rodli. 2004. Hadits-hadits MutafaqAlalah. Jakarta : Reinika Cipta.
Sholeh Achmad khudari, 1999. Fiqih Konstektua. Jakarta : PT. Pertja.
Suhendi, Hendi. 2007. Fiqih Muamalah. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Syafe’i Rachmat. 2004. Fiqih Muamalah. Bandung : Pustaka Setia.
Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di. 2007.Tafsir As- Sa’di ( surat An-Nisa’ s/d Al- An’am). Jakarta : Pustaka Sahifa.