KHUTBAH, TABLIG DAN DAKWAH...Secara bahasa, khutbah berasal dari B. Arab ة بط خ – ب طΩ ϴ...
Transcript of KHUTBAH, TABLIG DAN DAKWAH...Secara bahasa, khutbah berasal dari B. Arab ة بط خ – ب طΩ ϴ...
RANGKUMAN MATERI
KELAS : XI (SEBELAS)
SEMESTER : GENAP
KHUTBAH, TABLIG DAN DAKWAH
A. KHUTBAH
1. Pengertian dan Macam-Macam Khutbah
Secara bahasa, khutbah berasal dari B. Arab خطبة –يخطب –خطب yang artinya berbicara,
ceramah nasihat, atau berpidato. Secara istilah khutbah berarti berpidato di depan audiens sesuai
syarat dan rukun dengan tujuan mengajak untuk meningkatkan ketakwaan kepada Allah.
Apabila dilihat dari keterkaitan ibadah, khutbah ada 3 macam, yaitu:
a. Khutbah Jum’at
b. Khutbah ‘Idain (Idul Fitri dan Idul Adha)
c. Khutbah lainnya, seperti khutbah setelah sholat istisqa dan khutbah akad nikah. Khutbah ini
hukumnya sunnah sehingga tidak mengikat dan menentukan keabsahan jenis ibadah
tertentu
2. Khutbah Jum’at
Khutbah Jum’at artinya khutbah yang dilakukan sebelum pelaksanaan shalat Jum’at.
Khutbah ini wajib dilakukan sesuai ketentuan, baik ketentuan khatib, ketentuan khutbah,
maupun ketentuan waktu dalam berkhutbah.
Syarat khutbah Jum’at:
1. Khutbah dilaksanakan sebanyak dua kali, yakni khutbah pertama dan kedua yang diselingi
dengan duduk sebentar diantara dua khutbah
2. Kedua khutbah dilaksanakan setelah tergelincirnya matahari atau masuknya waktu shalat
Jum’at yang sama dengan waktu shalat Zuhur
3. Kedua khutbah dilaksanakan sebelum pelaksanaan shalat Jum’at sebagai syarat sahnya
rangkaian ibadah shalat Jum’at
4. Isi materi khutbah harus memenuhi beberapa rukun khutbah, diantaranya harus bersumber
dari Al-Qur’an dan Hadis serta mengajak umat Islam untuk meningkatkan ketakwaan
kepada Allah
5. Khutbah dilaksanakan dengan cara berdiri
6. Khutbah dilaksanakan dengan suara yang keras atau nyaring
7. Khatib atau orang yang berkhutbah harus dalam keadaan suci dari hadas dan najis
8. Khatib harus dalam keadaan menutup aurat
9. Kedua khutbah diucapkan dengan menggunakan Bahasa Arab, meskipun pada inti
khutbah, khatib menguraikan materi dengan Bahasa Indonesia. Mengenai ketentuan ini
memang terdapat perbedaan pendapat diantara para ulama.
Rukun khutbah Jum’at:
a. Membaca puji-pujian kepada Allah (hamdalah), minimal bacaan alhamdulillah
b. Membaca dua kalimat syahadat
c. Membaca shalawat kepada Nabi Muhammad saw.
d. Membaca ayat Al-Qur’an pada salah satu dari dua khutbah
e. Pesan takwa untuk jamaah
f. Membaca doa untuk memohon ampunan atas seluruh kaum muslimin laki-laki dan
perempuan
3. Khutbah ‘Id
Khutbah ‘Id adalah khutbah yang dilaksanakan setelah selesai pelaksanaan sholat ‘id,
baik Idul Fitri maupun Idul Adha. Hal ini berdasarkan sabda Nabi Muhammad saw. riwayat
Bukhari dari Ibnu Umar:
بو بكر وعمر رضي الله عنهما كان رسول الله صلى الله عليه وسلم وا
يصلون العيدين قبل الخطبة )رواه البخاري(
Terjemahnya:
“Rasulullah saw., begitu juga Abu Bakar dan Umar ra. senantiasa melaksanakan dua shalat
Id (Idul Fitri dan Idul Adha) sebelum dilaksanakannya khutbah ‘id”. (HR. Bukhari).
Secara umum, syarat dan rukun khutbah ‘id hampir sama dengan khutbah Jum’at,
hanya ada beberapa perbedaan, antara lain:
a. Khutbah ‘id dilaksanakan setelah sholat ‘id
b. Khutbah dilaksanakan sebanyak dua kali, tetapi menurut sebagian ulama khutbah ‘id
boleh dilaksanakan satu kali saja, tidak ada khutbah kedua
c. Waktu pelaksanaannya bersamaan dengan digelarnya shalat ‘id, yakni di pagi hari setelah
terbit matahari
d. Isi khutbah harus memenuhi rukun khutbah sebagaimana khutbah Jum’at
Hal-hal yang disunnahkan dalam khutbah ‘id:
a. Khutbah ‘id dilaksanakan di atas mimbar
b. Khutbah pertama diawali dengan membaca takbir 9 kali, khutbah kedua diawali dengan
membaca takbir 7 kali
c. Khatib harus dalam keadaan suci dari hadas dan najis
B. TABLIGH
Secara bahasa, tabligh berasal dari Bahasa Arab تبليغا –يبلغ –بلغ yang berarti
menyampaikan. Sedangkan menurut istilah, tabligh adalah kegiatan menyampaikan pesan nasihat
atau agama Islam dalam momen tertentu. Pelaku tabligh apabila laki-laki disebut mubaligh dan
apabila perempuan disebut mubalighah. Kegiatan tabligh dapat dilakukan kapan saja dan di mana
saja, tidak dibatasi ruang dan waktu, seperti di masjid, mushalla, lapangan, atau tempat-tempat
lainnya yang bersih, aman dan kondusif. Bagi umat Islam yang menjadi mubaligh atau mubalighah, harus menjunjung tinggi etika
atau syarat-syarat yang diperlukan, yaitu:
1. Memiliki kemampuan pengetahuan agama Islam yang memadai
2. Memiliki keterampilan metode yang variatif
3. Memiliki sifat sabar dan tidak emosional
4. Memiliki sifat ikhlas karena Allah
5. Tidak bersifat komersil
6. Dianjurkan melakukan tabligh dalam keadaan suci dari hadas dan najis
7. Sebaiknya tidak hanya mahir dalam berbicara, tetapi juga mempunyai akhlak yang baik
8. Materi tabligh sebaiknya disesuaikan dengan tema acara
9. Pengemasan bahasa haruslah santun dan baik serta senantiasa mengajak pada kebaikan dan
disesuaikan dengan audiens
Persamaan dan Perbedaan Antara Tabligh dan Khutbah
PERSAMAAN PERBEDAAN
a. Sama-sama bentuk kegiatan amar
ma’ruf nahi munkar
a. Khutbah harus dilakukan oleh laki-laki, tetapi
tabligh boleh laki-laki atau perempuan
b. Sama-sama kegiatan yang
membutuhkan keteladanan pelakunya
b. Khutbah terikat oleh rukun, sedangkan tabligh
tidak terikat dengan rukun
c. Sama-sama mendapatkan jaminan
keuntungan bagi pelakunya
c. Khutbah harus menggunakan mimbar, sedangkan
tabligh boleh tidak menggunakan mimbar
d. Sumber materi utama sama-sama
berasal dari Al-Qur’an dan Hadis
d. Khutbah dilakukan berkaitan dengan ibadah
tertentu, sedangkan tabligh tidak
C. DAKWAH
Secara bahasa, dakwah berasal dari Bahasa Arab دعوة –يدعو –دعا yang berarti
mengajak atau memanggil. Secara istilah dakwah ialah suatu upaya untuk mengajak orang lain ke
jalan yang benar sesuai Al-Qur’an dan Hadis. Dakwah bisa dilakukan di mana saja dan kapan saja,
bahkan tidak terikat pada ibadah dan momen tertentu. Pelakunya jika laki-laki disebut da’i dan jika
perempuan disebut da’iyah. Ketika melakukan dakwah, umat Islam harus meneladani rasulullah
dalam berdakwah.
Macam-Macam Metode Dakwah:
1. Dakwah bil lisan atau dakwah bil qaul, adalah dakwah yang dilakukan secara lisan, seperti
ceramah, pengajian, majelis ta’lim, seminar, saresehan, lokakarya, dan lain sebagainya.
2. Dakwah bil hal, adalah jenis dakwah dengan perbuatan dan contoh keteladanan (uswatun
hasanah).
3. Dakwah bil kitabah, adalah jenis dakwah dengan menggunakan tulisan (media jurnalis), seperti
karya tulis, kitab-kitab, buku-buku.
Ketentuan dalam Berdakwah:
1. Bersikap lemah lembut
2. Disampaikan dengan bahasa yang mudah diterima
3. Mampu menjadi teladan dalam segala aspek kehidupan
4. Sifatnya hanya mengajak, karena hanya Allah yang dapat memberikan hidayah
5. Tema sesuai situasi dan kondisi
6. Materi dakwah sesuai Al-Qur’an dan Hadis
7. Ikhlas, tidak mengharapkan imbalan apapun
TOLERANSI DAN MENGHINDARKAN DIRI DARI
TINDAK KEKERASAN
A. SIKAP TOLERANSI DAN KERUKUNAN
1. Q.S. Yunus (10): 40-41
Tajwid
Lafal Hukum
Bacaan Alasan
Lafal Hukum
Bacaan Alasan
Izhar
Nun sukun
bertemu
dengan huruf
ha
Idghom
mitslain
lam sukun
bertemu
dengan huruf
lam
(bertemunya
dua huruf
yang sama)
Idghom bi
ghunnah
Nun sukun
bertemu
dengan huruf
ya
Mad
thobi’i
Kasroh
bertemu ya
sukun
Idghom
mitslain/
mimi
Mim sukun
bertemu
dengan huruf
mim
(bertemunya
dua huruf yang
sama)
mad jaiz
munfashil
Mad thobi’i
bertemu
hamzah dalam
kata kedua
Alif Lam
Qomariyah
Alif Lam
bertemu
dengan huruf
mim
Mad
wajib
muttashil
Mad thobi’i
bertemu
hamzah dalam
satu kata
Ikhfa
Nun sukun
bertemu huruf
kaf
Mad
aridh lis
sukun
mad thobi’i di
akhir ayat
Mufrodat
Lafal Arti Lafal Arti
Di antara mereka
Jika mereka
mendustakan kamu
orang yang beriman
pekerjaanku
Dan Tuhanmu
kalian
lebih mengetahui
Kalian berlepas diri
tentang orang-orang
yang berbuat kerusakan
Kalian kerjakan
Terjemah:
“Di antara mereka ada orang-orang yang beriman kepada Al Quran, dan di antaranya ada
(pula) orang-orang yang tidak beriman kepadanya. Tuhanmu lebih mengetahui tentang orang-
orang yang berbuat kerusakan. Jika mereka mendustakan kamu, maka katakanlah: "Bagiku
pekerjaanku dan bagimu pekerjaanmu. kamu berlepas diri terhadap apa yang aku kerjakan dan
akupun berlepas diri terhadap apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. Yunus (10): 40-41).
Asbabun Nuzul
Menurut Imam As-Suyuti, dari 109 ayat pada surat Yunus yang memiliki asbabun nuzul
hanya ayat 2. Sedangkan Q.S. Yunus (10): 40-41 tidak ada sebab-sebab khusus ayat ini turun.
Namun, secara umum ayat ini masih ada hubungannya dengan Q.S. Yunus (10): 2, yaitu
tentang penolakan orang-orang kafir terhadap kerasulan Nabi Muhammad saw. Penolakan
orang-orang kafir tersebut, pada perkembangan selanjutnya menjadi sikap tidak beriman
kepada Al-Qur’an dan terlepas hubungan serta tanggung jawab amal perbuatan antara orang-
orang kafir dengan amal perbuatan kaum muslimin.
Kandungan Ayat
a. Terhadap dakwah Nabi Muhammad, ada orang-orang yang beriman sehingga memperoleh
manfaat dan ada pula yang menolak sehingga mereka tergolong sebagai orang-orang kafir
b. Kita harus bersikap toleran kepada orang-orang yang tidak beriman
c. Salah satu bentuk toleran adalah menyerahkan semua perbuatan mereka sesuai
keyakinannya dan kita tidak mengikuti keyakinan yang mereka anut
d. Allah menegaskan kepada Rasulullah untuk mengatakan bagiku amalku dan bagimu
amalmu. Ini adalah salah satu contoh toleransi dalam hal ucapan yang diajarkan Allah
kepada Rasul-Nya
e. Apa yang dilakukan oleh orang-orang kafir menjadi terlepas dengan apa yang dilakukan
oleh orang-orang Islam
f. Allah Maha Mengetahui terhadap orang-orang yang berhak memperoleh hidayah,
kemudian memberikan hidayah, dan juga Maha Mengetahui terhadap orang-orang yang
berbuat kerusakan sehingga mereka sesat
2. Hadis-Hadis tentang Toleransi
Hadis riwayat Ahmad dari Ibnu Abbas ra.:
قيل لرسول الله صلى الله عليه وسلم اي االديان احب إلى الله عز وجل ؟
قال الحنيفية السمحة )رواه احمد(Terjemah:
Dikatakan kepada Rasulullah, “Agama manakah yang paling dicintai oleh Allah?” Beliau
menjawab, “Agama yang lurus dan toleran.” (HR. Ahmad).
Hadis riwayat Muslim dari Anas bin Malik ra.:
والذي نفسي بيده ال يؤمن عبد حتى يحب لجاره او قال الخيه ما يحب
لنفسه )رواه مسلم(Terjemah:
“Demi (Allah) yang jiwaku di tangan-Nya, tidaklah beriman seorang hamba sehingga dia
mencintai tetangganya atau beliau berkata kepada saudaranya sebagaimana dia mencintai
dirinya sendiri.” (HR. Muslim).
3. Pengertian Toleransi
Secara bahasa, toleransi berasal dari kata tolerance yang berarti sikap membiarkan,
mengakui dan menghormati keyakinan orang lain tanpa memerlukan persetujuan. Secara
istilah, toleransi adalah sikap menghormati dan mengakui serta membiarkan orang lain
memiliki keyakinan, pemikiran, pendapat serta sikap dan tindakan yang berbeda dengan kita.
Menghargai dan mengakui adanya setiap perbedaan bisa dikatakan sikap toleransi. Dalam
Bahasa Arab, toleransi diterjemahkan dengan istilah tasamuh yang berarti saling mengizinkan
atau saling memudahkan.
Berbagai perbedaan yang harus disikapi dengan penuh toleransi, diantaranya:
a. Keyakinan dan kehidupan beragama
b. Bahasa dan suku bangsa
c. Budaya dan adat istiadat
d. Politik, hak pilih dan lain sebagainya
Islam adalah agama yang mengakui adanay keragaman dan perbedaan dalam berbagai
sisi kehidupan. Meskipun demikian, dalam masalah keyakinan Islam tidak memaknai toleransi
sebagai bentuk kerjasama dalam hal akidah dan ibadah, sehingga tidak kemudian secara
bergantian kita beribadah kepada tuhan selain Allah dan orang lain bergantian beribadah
kepada Tuhan kita. Karena toleransi yang demikian akan merusak akidah dan keyakinan kita
sebagai seorang muslim. Toleransi Islam dalam masalah keyakinan hanya sebatas pada
pengakuan keberadaan agama mereka, bukan pengakuan akan kebenaran agamanya. Sehingga
sikap kita sebagai muslim hanya sebatas menghormati dan mempersilakan mereka yang
berlainan agama untuk menjalankan ritual agamanya sesuai dengan keyakinannya masing-
masing.
4. Contoh Perilaku Toleransi
Toleransi dalam hal keyakinan dan kehidupan beragama:
a. Mengakui adanya berbagai keyakinan dan agama yang beragam
b. Tidak memaksa orang lain untuk memilih agama sesuai dengan agama kita
c. Membiarkan orang lain untuk menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan keyakinannya
masing-masing
d. Tidak mengganggu mereka yang berlainan agama ketika melaksanakan peribadatan sesuai
dengan ritual agamanya
e. Menghilangkan rasa curiga dan prasangka buruk terhadap mereka yang berlainan agama
f. Saling memberikan bantuan sosial di luar persoalan agama, seperti kemiskinan, kesehatan,
pendidikan dan lain sebagainya
Toleransi dalam hal budaya dan adat istiadat:
a. Mengakui adanya berbagai budaya dan adat istiadat
b. Mempersilakan orang lain untuk mengembangkan budaya dan adat istiadatnya
c. Tidak saling menjelek-jelekkan antara satu dan yang lainnya
d. Memberikan dukungan dan apresiasi terhadap siapa saja yang telah berusaha melestarikan
budaya dan adat istiadat yang tidak bertentangan dengan agama Islam
e. Menjadikan budaya dan adat istiadat sebagai perekat keutuhan bangsa dan negara
Toleransi dalam hal bahasa dan suku bangsa:
a. Mengakui adanya keragaman bahasa dan suku bangsa
b. Menghormati orang lain yang menggunakan bahasa sesuai dengan suku bangsanya
c. Tidak saling menghina dan merendahkan suku bangsa lain
d. Ikut serta dalam melestarikan warisan bahasa dan suku bangsa
Toleransi dalam hal politik dan menentukan pilihan:
a. Mengakui adanya perbedaan kehendak dalam berpolitik dan menentukan hak pilih
b. Menghargai mereka yang berbeda dengan kita dalam menyalurkan hak pilih perpolitik
c. Tidak melaksanakan hak pilih orang lain dalam berpolitik
d. Tidak saling menjatuhkan dan merendahkan pilihan hak orang lain
e. Bekerja sama dalam berbagai aksi kegiatan untuk saling menghargai dan menghormati
proses demokrasi
5. Manfaat dan Hikmah Perilaku Toleransi
a. Dihormati dan dihargai orang lain
b. Memiliki sikap kedewasaan dalam berpikir, hati-hati dalam bertindak, serta bijaksana
dalam mengambil keputusan
c. Perbedaan menjadikan rahmat dan nikmat
d. Menjadikan bangsa yang hidup dalam kerukunan dan ketentraman
6. Pengertian Kerukunan
Kerukunan artinya kondisi dimana masing-masing individu dalam satu komunitas
saling memberikan rasa percaya, rasa aman dan rasa nyaman dalam menjalani aktivitas
kehidupan sehari-hari. Dalam bahasa Arab kerukunan disebut dengan kata sakinah yang
artinya tenang dan tenteram. Dalam pandangan Islam, kerukunan merupakan bagian dari
persaudaraan. Islam adalah agama rahmatan lil ‘alamin (menyebarkan rahmat dan kasih
sayang ke seluruh penjuru dunia) yang senantiasa membibing umatnya untuk menjaga
kerukunan antara satu individu dengan lainnya. Dikarenakan sesama umat Islam, bahkan
sesama manusia adalah bersaudara, maka tidak layak bagi kita untuk saling berselisih dan
bermusuhan.
Apabila dianalisa lebih mendalam, antara sikap toleransi dan kerukuan adalah dua hal
yang selalu terkait dan tidak bisa dipisahkan. Artinya, toleransi merupakan salah satu prasyarat
begi terciptanya kerukunan dalam kehidupan bermasyarakat.
7. Contoh Perilaku Kerukunan
a. Menjaga kebersamaan dan silaturahmi dengan berbagai aktivitas positif
b. Bersikap rendah hati (tawadhu’) terhadap sesama
c. Mengakui dan menghormati setiap perbedaan yang ada di sekitar kita
d. Memiliki kepekaan sosial yang tinggi terhadap masyarakat dan lingkungan yang ada di
sekitarnya
e. Menjaga perasaan orang lain agar tidak tersakiti dengan apa yang kita ucapkan dan kita
lakukan
f. Mendahulukan musyawarah atau komunikasi dalam setiap menyelesaikan permasalahan
g. Memaafkan orang-orang yang melakukan kesalahan kepada kita
8. Manfaat dan Hikmah Kerukunan
a. Terciptanya persatuan dan kesatuan bangsa
b. Mampu menghindarkan diri dari perselisihan, permusuhan dan perpecahan
c. Mampu merasakan hidup tenang, tentram dan penuh kebahagiaan
d. Mampu merasakan kenikmatan hidup yang saling memberi dan menerima antara satu
sama lainnya
e. Merasakan kepedulian orang lain terhadap kita disaat kita membutuhkan bantuan orang
lain
B. MENGHINDARKAN DIRI DARI TINDAK KEKERASAN
1. Q.S. Al-Maidah (5): 32
Tajwid
Lafal Hukum
Bacaan Alasan
Lafal Hukum
Bacaan Alasan
Izhar
Nun sukun
bertemu
dengan huruf
hamzah
Idghom
bi
ghunnah
Tanwin
fathah
bertemu
dengan huruf
wawu
Mad wajib
muttashil
Mad thobi’i
bertemu
hamzah dalam
satu kata
Qolqolah
shugro
Huruf dal
sukun berada
di tengah ayat
Ikhfa
Nun sukun
bertemu
dengan huruf
Ghunnah
Huruf mim
dan nun ber-
tasydid
Lafal Hukum
Bacaan Alasan Lafal
Hukum
Bacaan Alasan
qaf
Iqlab
Nun sukun
bertemu
dengan huruf
ba
Mad
thobi’i
fathah
bertemu alif
Alif Lam
Syamsiyah
Alif Lam
bertemu
dengan huruf
nun
Mad
aridh lis
sukun
mad thobi’i di
akhir ayat
Mufrodat
Lafal Arti Lafal Arti
Oleh karena itu
dan barangsiapa yang
memelihara kehidupan
Kami
tetapkan/menuliskan
dan Sesungguhnya telah
datang kepada mereka
barangsiapa yang
membunuh
dengan (membawa)
keterangan-keterangan
yang jelas
maka seakan-akan
dimuka bumi
seluruhnya
sungguh-sungguh
melampaui batas
Terjemah
“Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa: barangsiapa yang
membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan
karena membuat kerusakan dimuka bumi, maka seakan-akan Dia telah membunuh manusia
seluruhnya. dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah
Dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. dan Sesungguhnya telah datang kepada
mereka rasul-rasul Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas, kemudian
banyak diantara mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat
kerusakan dimuka bumi.” (Q.S. Al-Maidah (5): 32).
Asbabun Nuzul
Menurut Imam As-Suyuti, Q.S. Al-Maidah (5): 32 tidak memiliki asbabun nuzul secara
khusus, tetapi ia berkaitan dengan ayat setelahnya Q.S. Al-Maidah (5): 33. Di dalam hadis
yang diriwayatkan oleh Ibnu Jarir diterangkan bahwa Abdul Malik bin Marwan pernah menulis
surat kepada Anas yang menanyakan tentang suku Urainah yang murtad dari agama Islam dan
membunuh penggembala unta dan membawa lari unta-unta tersebut. Sehingga ayat ini turun
sebagai bentuk ancaman hukuman terhadap orang-orang yang membuat keonaran di bumi,
seperti tindakan mengganggu, membunuh dan jenis kekerasan lainnya.
Kandungan Ayat
a. Kehidupan manusia sepanjang sejarah selalu berkaitan dengan orang lain. Keterkaitan
tersebut bagaikan mata rantai yang saling berhubungan. Terputusnya sautu mata rantai akan
mengakibatkan hancurnya umat manusia
b. Setiap nilai suatu pekerjaann ditentukan oleh tujuannya, termasuk melakukan pembunuhan.
Pembunuhan yang dilakukan merupakan bentuk pemusnahan terhadap masyarakat.
Sebaliknya, melakukan eksekusi terhadap seorang pembunuh merupakan bentuk qishos
sebagai sumber kehidupan masyarakat
c. Manusia yang bekerja sebagai bentuk ikhtiar terhadap penyelematan jiwa manusia, karena
jika suatu pekerjaan dikerjakan oleh seorang yang bukan ahlinya, pasti akan mendatangkan
suatu musibah
d. Berbuat kerusakan di muka bumi sama halnya dengan membunuh generasi manusia yang ada
di dunia
e. Memelihara hak seseorang sesama manusia sama halnya dengan memelihara generasi
manusia yang ada di dunia
f. Bani Israil adalah kelompok bangsa yang banyak melampaui batas meskipun telah didakwahi
oleh para rasul Allah dengan membawa sejumlah bukti dan keterangan yang jelas
2. Hadis-Hadis tentang Menghindarkan Diri dari Tindak Kekerasan
Hadis riwayat Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash ra:
المسلم من سلم المسلمون من لسانه ويده والمهاجر من هجر ما نهى الله عنه
)متفق عليه(Terjemah:
“seorang muslim adalah yang membuat semua orang muslim lainnya selamat dari (gangguan)
lisan dan tangannya, dan orang yang hijrah adalah orang yang meninggalkan apa yang
dilarang oleh Allah”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Hadis riwayat Muslim dari Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash ra:
يؤمن بالله من احب ان يزحزح عن النار ويدخل الجنة فلتأته منيته وهو
واليوم الخر وليأت الى الناس الذي يحب ان يؤتي اليه )رواه مسلم(Terjemah:
“Barangsiapa yang ingin dihindarkan dari api neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka
hendaknya ketika maut datang menjemputnya, ia dalam keadaan iman kepada Allah dan hari
Akhir, dan hendaklah ia berbuat kepada orang lain sebagaimana orang lain berbuat baik
kepadanya.” (HR. Muslim).
Hadis riwayat Muslim dari Jabir bin Abdullah ra:
م الخير )ر فق يحر م الر واه مسلم(من يحرTerjemah:
“Barangsiapa yang tidak mempunyai kelembutan berarti ia tidak mempunyai kebaikan.” (HR.
Muslim).
3. Makna Perilaku Tindak Kekerasan
Dalam kajian psikologi, perilaku tindak kekerasan adalah segala macam bentuk
perilaku yang dapat membahayakan secara fisik, baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun
lingkungan sebagai ungkapan perasaan kesal atau marah yang tidak terkendali. Islam adalah
agama yang mengajarkan kepada umatnya untuk senantiasa menghindarkan diri dari perilaku
tindak kekerasan. Meskipun Islam lahir di tengah peradaban masyarakat jahiliyah yang penuh
dengan kekerasan dan peperangan, tetapi Islam senantiasa hadir dengan penuh kelembutan dan
kedamaian. Sejarah mencatat bagaimana sikap sabar dan pemaaf Rasulullah saw ketika beliau
berdakwah tetapi dicaci maki, dihina bahkan hendak dicelakai berulang kali oleh umatnya.
Rasulullah saw. bersabda:
الكيس من دان نفسه وعمل لما بعد الموت )رواه الترمذي وابن ماجه(“Orang yang cerdas adalah orang yang mampu mengendalikan dirinya dan beramal untuk
kehidupan setelah mati”, (HR. Tirmizi dan Ibnu Majah).
4. Bahaya Perilaku Tindak Kekerasan
a. Kekerasan akan menimbulkan masalah baru
b. Kekerasan akan semakin meruncingkan permusuhan
c. Kekerasan akan mengancam keselamatan jiwa manusia
d. Kekerasan akan mempersulit terciptanya kerukunan
e. Kekerasan akan memecah keutuhan bangsa
5. Contoh Perilaku Yang Menyebabkan Tindak Kekerasan
a. Kekerasan timbul karena kebuntuan komunikasi
b. Kekerasan timbul karena ego yang berlebihan
c. Kekerasan timbul karena amarah danemosi yang tidak terkendali
d. Kekerasan timbul karena faktor lingkungan yang keras dan kasar
6. Contoh Perilaku Yang Dapat Meredam Tindak Kekerasan
a. Mendahulukan proses komunikasi (musyawarah) yang baik dan efektif dalam
menyelesaikan segala macam persoalan
b. Membiasakan diri untuk menjadi pribadi yang rendah hati dan menghormati orang lain
c. Membiasakan diri menjadi pribadi yang mudah memaafkan orang lain
d. Menjaga silaturahmi dengan baik dan efektif
e. Melakukan kerja sama dalam berbagai kegiatan yang positif
7. Manfaat dan Hikmah Perilaku Menghindarkan Diri dari Tindak Kekerasan
a. Terselesaikannya segala macam permasalahan antar sesama manusia
b. Terpeliharanya kehormatan dan martabat manusia sebagai makhluk paling mulia dan
saling membutuhkan satu sama lain
c. Terciptanya kerukunan antar sesama manusia sehingga tercipta kehidupan yang aman,
tentram dan damai
d. Terciptanya kepekaan sosial yang tinggi sehingga tidak akan rela jika sampai menyakiti
orang lain
e. Terpeliharanya persatuan dan kesatuan bangsa
f. Terselamatkannya jiwa manusia dari berbagai tindakan dan perilaku saling menyakiti
IMAN KEPADA KITAB-KITAB ALLAH
1. Pengertian Iman kepada Kitab-Kitab Allah
Secara bahasa, iman berasal dari B. Arab إيمان ا -ؤمن ي -آمن yang artinya
percaya atau yakin. Sedangkan kitab-kitab Allah berarti firman-firman Allah yang dibukukan
menjadi sebuah mushaf. Dalam memahami kitab-kitab Allah, kita dapat membedakannya
menjadi dua kategori, yaitu:
a. Kitab samawi, yaitu kitab suci yang bersumber dari wahyu atau firman Allah yang
disampaikan melalui malaikat Jibril kepada para rasul pilihan-Nya.
b. Kitab ardhi, yaitu kitab yang bersumber dari hasil perenungan para tokoh agama dan
bukan bersumber dari wahyu atau firman Allah.
Adapun yang dimaksud dengan beriman kepada kitab-kitab Allah disini berarti
beriman kepada kitab samawi. Artinya meyakini dengan sepenuh hati, membenarkan dengan
ucapan dan membuktikan dengan perilaku keseharian atas keberadaan kitab-kitab Allah yang
diturunkan kepada para rasul-Nya untuk disampaikan kepada umatnya masing-masing. Allah
berfirman dalam QS. Al-Baqarah (2): 213:
Terjemahnya:
“Manusia itu (dahulunya) adalah umat yang satu. (setelah timbul perselisihan), Maka Allah
mengutus Para Nabi, sebagai pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka
kitab yang benar, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka
perselisihkan. tidaklah berselisih tentang kitab itu melainkan orang yang telah didatangkan
kepada mereka Kitab, Yaitu setelah datang kepada mereka keterangan-keterangan yang
nyata, karena dengki antara mereka sendiri. Maka Allah memberi petunjuk orang-orang yang
beriman kepada kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkann itu dengan kehendak-Nya.
dan Allah selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus.”
(QS. Al-Baqarah (2): 213).
2. Macam-Macam Kitab Allah
Wahyu atau firman Allah yang diterima para nabi dan rasul-Nya ada dua macam:
a. Shuhuf, yaitu wahyu yang terpisah-pisah dalam bentuk lembaran-lembaran. Secara rinci
dapat dijelaskan dalam tabel berikut:
No Nabi / Rasul
Penerima
Jumlah
Shuhuf Keterangan
1 Nabi Adam 10 lembar Pendapat lain, Nabi Adam tidak menerima shuhuf
2 Nabi Syits 50 lembar Pendapat lain mengatakan 60 lembar
3 Nabi Idris 30 lembar
4 Nabi Ibrahim 10 lembar Pendapat lain mengatakan 30 lembar
5 Nabi Musa 10 lembar Diterima sebelum Kitab Taurat
Perincian tersebut di atas berdasarkan hadis riwayat Ibnu Hibban no. 362. Diceritakan
bahwa Rasulullah pernah ditanya oleh Abu Dzar, “Ya Rasulullah, berapakah jumlah kitab
yang diturunkan Allah?” Rasul menjawab sebagai berikut:
مائة كتاب واربعة كتب أنزل على شيث خمسون صحيفة و أنزل على
أخنوخ ثالثون صحيفة و أنزل على إبراهيم عشر صحائف و أنزل
زل التوراة واإلنجيل على موسى من قبل التوراة عشر صحائف و أن
بور والفرقان )رواه ابن حبان( والزTerjemah:
“104 buah kitab, Allah menurunkan kepada Nabi Syits 50 shuhuf, kepada Nabi Khunnukh
(Idris) 30 shuhuf, kepada Nabi Ibrahim 10 shuhuf dan kepada Nabi Musa sebelum
diberikan kitab Taurat 10 shuhuf. Dan Allah menurunkan kitab Taurat, Injil, Zabur dan
Al-Qur’an”. (HR. Ibnu Hibban)
Berdasarkan hadis tersebut, jumlah shuhuf yang diturunkan adalah 100 ditambah 4 kitab.
Meskipun demikian, sebagian ulama mengatakan jumlahnya adalah 114 shuhuf dan kitab.
b. Kitab, yaitu wahyu yang dijadikan dalam satu buku atau mushaf. Ada empat kitab suci
yang diturunkan Allah ke bumi, yaitu kitab Taurat untuk Nabi Musa, Kitab Zabur untuk
Nabi Daud, Kitab Injil kepada Nabi Isa dan Kitab Al-Qur’an untuk Nabi Muhammad saw.
3. Nama dan Kandungan Kitab-Kitab Allah serta Masa Diturunkannya
No
Kitab /
Rasul
Penerima
Bahasa /
Umat Isi
Tempat dan Masa
Berlaku
1 Kitab
Taurat
(Torah)
diturunkan
kepada
Nabi Musa
Bahasa
Ibrani
untuk
umat
Yahudi
Akidah (tauhid) dan hukum syariat
Allah yang terkenal dengan sebutan 10
perintah Tuhan, yaitu:
1. Perintah mengesakan Allah
2. Larangan menyembah berhala
3. Perintah menyebut nama Allah
dengan hormat
4. Perintah memuliakan hari Sabat
5. Perintah menghormati ayah-ibu
6. Larangan membunuh sesama
manusia
7. Larangan berbuat zina
8. Larangan mencuri
9. Larangan berdusta
10. Larangan memiliki barang orang
lain dengan cara tidak benar
Tempat: di bukit
Tursina (Mesir)
Berlaku sejak abad ke
12 SM – 10 SM
2 Kitab Zabur
(Mazmur)
diturunkan
kepada
Nabi Daud
Bahasa
Suryani
untuk
umat
Yahudi
Zikir, nasihat, hikmah dan tidak
mengandung syariat, karena Nabi Daud
meneruskan syariat Nabi Musa
Tempat di Yerussalem
(Israel)
Berlaku sejak abad 10
SM – 1 SM
3 Kitab Injil
diturunkan
kepada
Nabi Isa
Bahasa
Qibti
untuk
umat
Nasrani
Isi kitab Injil sama dengan kitab-kitab
sebelumnya. Menghapus hukum-hukum
yang tertera dalam Kitab Taurat yang
tidak sesuai untuk zaman itu, sehingga
kitab Injil yang asli tidak diketahui lagi
keberadaannya
Tempat di Yerussalem
(Israel)
Berlaku sejak abad 1 M
– 610 M
4 Kitab Al-
Qur’an
diturunkan
kepada
Nabi
Bahasa
Arab
untuk
umat
Islam
a. Akidah/tauhid (keyakinan)
b. Syariah (hukum), baik yang
berkaitan dengan ibadah maupun
muamalah
c. Akhlak (etika) dalam semua ruang
Tempat di Mekkah (13
tahun) dan Madinah (10
tahun)
Berlaku sejak 610 M
sampai datangnya hari
No
Kitab /
Rasul
Penerima
Bahasa /
Umat Isi
Tempat dan Masa
Berlaku
Muhammad lingkupnya
d. Kisah-kisah umat terdahulu
e. Berita-berita tentang masa depan
(akhirat)
f. Prinsip dan dasar hukum-hukum
yang berlaku bagi alam semesta
termasuk manusia
kiamat
4. Persamaan dan Perbedaan Kitab Al-Qur’an dengan Kitab-Kitab Sebelumnya
Keistimewaan Kitab Al-Qur’an
a. Sebagai pembenar kitab-kitab sebelumnya
b. Akan memperoleh berkah pahala bagi yang membacanya
c. Membuat daya tarik orang yang beriman untuk memperlajarinya
d. Memberikan ketenangan jiwa
e. Terjaga keasliannya hingga hari kiamat
f. Pemberi syafaat (pertolongan) kelak di hari kiamat
No. Persamaan Perbedaan
1 Sama-sama sebagai kitab suci dari
Allah yang diberikan kepada para nabi
dan rasul
Al-Qur’an isinya paling lengkap, karena
isinya mencakup seluruh aspek
kehidupan
2 Sama-sama firman Allah (kitab
samawi)
Al-Qur’an bersifat paling sempurna
karena menyempurnakan isi kitab-kitab
sebelumnya
3 Sama-sama berfungsi sebagai petunjuk
dan pedman hidup manusia
Al-Qur’an berlaku sepanjang masa sejak
diturunkannya sampai datangnya hari
kiamat. Kitab-kitab lain hanya berlaku
sepanjang masa kerasulan nabi yang
menerimanya
5. Sikap Keimanan Kepada Kitab-Kitab Allah
a. Meyakini bahwa Allah menurunkan semua kitab-kitab tersebut di atas kepada para nabi dan
rasul-Nya.
b. Meyakini bahwa semua rasul yang diutus ke bumi mengajarkan ajaran pokok yang sama, yaitu
tauhid kepada Allah.
c. Meyakini bahwa Al-Qur’an adalah kitab terakhir dan paling sempurna yang diturunkan kepada
umat manusia.
d. Membaca kitab suci Al-Qur’an dalam setiap waktu dan kesempatan sebagai pedoman dan
tuntunan hidup.
e. Memahami makna yang terkandung di dalam ayat-ayat Al-Qur’an.
f. Mengamalkan apa yang disampaikan di dalam Al-Qur’an dengan melaksanakan seluruh
perintah dan menjauhi seluruh larangan Allah.
6. Hikmah Beriman Kepada Kitab-Kitab Allah
a. Mendapatkan kesempurnaan iman dan terbebas dari kesesatan.
b. Menambah keyakinan bahwa Allah telah mengutus para rasul untuk menyampaikan risalahnya.
c. Menjadikan kehidupan manusia di dunia tertata dengan baik karena adanya hukum di dalam
kitab suci.
d. Menambah keyakinan bahwa adanya kesamaan visi dan misi para rasul untuk menyampaikan
tauhid kepada Allah.
e. Menambah keyakinan bahwa Islam adalah agama penyempurna dari risalah para rasul
sebelumnya.
f. Menambah motivasi dalam beribadah dan menjalankan kewajiban-kewajiban agama seperti
yang tertuang di dalam kitab suci.
g. Menambah sikap optimis karena telah dikaruniai pedoman hidup dari Allah untuk meraih
kesuksesan di dunia dan di akhirat.
IMAN KEPADA RASUL-RASUL ALLAH
A. Pengertian Iman kepada Rasul-Rasul Allah
Secara bahasa, rasul berasal dari B. Arab rasala atau arsala yang berarti mengutus. Bentuk
kata rasul mempunyai arti utusan. Iman kepada Rasul-Rasul Allah berarti meyakini sepenuh hati,
membenarkan dengan ucapan dan membuktikan dengan perilaku keseharian bahwa Allah telah
mengutus laki-laki terpilih yang diberi wahyu untuk membawa dan menyampaikan misi serta tugas
kerasulannya (risalah) kepada umatnya. Adapun yang dimaksud misi atau risalah adalah mengajak
umat untuk bertauhid kepada Allah serta menyampaikan wahyu kepada umatnya sebagai pedoman
dan petunjuk hidup agar selamat di dunia dan akhirat.
B. Dalil tentang Iman kepada Rasul-Rasul Allah
QS. Yunus (10): 47
Terjemahnya:
“tiap-tiap umat mempunyai rasul; Maka apabila telah datang Rasul mereka, diberikanlah
keputusan antara mereka dengan adil dan mereka (sedikitpun) tidak dianiaya.” (QS. Yunus (10):
47).
QS. Al-Mu’min (40): 78
Terjemahnya:
“dan Sesungguhnya telah Kami utus beberapa orang Rasul sebelum kamu, di antara mereka ada
yang Kami ceritakan kepadamu dan di antara mereka ada (pula) yang tidak Kami ceritakan
kepadamu. tidak dapat bagi seorang Rasul membawa suatu mukjizat, melainkan dengan seizin
Allah; Maka apabila telah datang perintah Allah, diputuskan (semua perkara) dengan adil. dan
ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.” (QS. Al-Mu’min (40): 78).
Hadis riwayat Baihaqi dari Abu Zar:
دخلت على رسول الله صلى الله عليه وسلم وهو فى المسجد فذكر الحديث
واربعة الى ان قال : فقلت : يا رسول الله كم النبيون ؟ قال : مائة الف نبي
. قلت : كم المرسلون منهم ؟ قال : ثالث مائة وثالثة عشر وعشرون الف نبي
)رواه البيهقي(Terjemahnya:
Aku mendatangi Rasulullah saw. di dalam masjid dan beliau meriwayatkan sebuah hadis, lalu aku
bertanya, “Wahai Rasulullah, berapa jumlah para nabi?” Beliau menjawab, “124.000 orang”.
“Lalu berapa jumlah rasul diantara mereka?” Beliau menjawab, “313 orang”. (HR. Baihaqi).
C. Perbedaan Antara Nabi dan Rasul
Allah mengutus pada setiap umat seorang Rasul. Walaupun penerapan syari’at dari tiap
Rasul berbeda-beda, namun Allah mengutus para Rasul dengan tugas yang sama. Beberapa
diantara tugas tersebut adalah:
a. Menyampaikan risalah Allah ta’ala dan wahyu-Nya.
b. Dakwah kepada Allah subhanahu wa ta’ala.
c. Memberikan kabar gembira dan memperingatkan manusia dari segala kejelekan.
d. Memperbaiki jiwa dan mensucikannya.
e. Meluruskan pemikiran dan aqidah yang menyimpang.
f. Menegakkan hujjah atas manusia.
g. Mengatur umat manusia untuk berkumpul dalam satu aqidah.
Secara rinci, perbedaan antara Nabi dan Rasul dapat dilihat pada tabel berikut:
NO NABI RASUL
1 Tidak diperintahkan kepada siapapun
untuk menyampaikan risalah dari Allah
Diperintahkan oleh Allah untuk
menyampaikan risalah
2 Menguatkan / melanjutkan syariat dari
Rasul sebelumnya
Diutus dengan membawa syariat baru
3 Diutus kepada kaum yang sudah tunduk
dengan syariat dari rasul sebelumnya
Diutus kepada kaum yang menentang
4 Setiap nabi belum tentu ia seorang rasul Setiap Rasul adalah Nabi
5 Nabi pertama adalah Adam‘alaihissalam Rasul pertama adalah Nuh ‘alaihissalam
6 Jumlah Nabi adalah 124 ribu orang Jumlah Rasul adalah 313 orang
7 Nabi itu jauh lebih banyak Rasul jauh lebih sedikit ketimbang nabi
8 Adapun nabi, ada di antara mereka yang
berhasil dibunuh oleh kaumnya
Seluruh rasul yang diutus, Allah selamatkan
dari percobaan pembunuhan yang dilancarkan
oleh kaumnya
D. Jumlah, Nama dan Mukjizat Para Nabi dan Rasul Allah
Sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh Baihaqi dari Abu Zar, jumlah para nabi
seluruhnya adalah 124.000 orang, dan diantara mereka terdapat 313 orang yang diutus sebagai
rasul. Dari seluruhnya tersebut, yang wajib diimani oleh setiap orang Islam hanya 25 orang nabi
dan rasul. Allah menyebutkan 25 orang nabi dan rasul tersebut di dalam Al-Qur’an, dengan
perincian 18 orang disebutkan dalam QS. Al-An’am (6): 83-86 dan 7 orang lagi disebutkan secara
terpisah, yaitu QS. Hud (11): 50, 61 dan 84, QS. Ali Imran (3): 33, QS. Al-Anbiya (21): 85 dan
QS. Al-Fath (48): 29.
Masing-masing nabi dan rasul mempunyai mukjizat yang diberikan oleh Allah sebagai
penguat dakwah mereka kepada masing-masing umatnya. Mukjizat adalah sesuatu yang luar biasa
diberikan oleh Allah hanya kepada para rasul sebagai bentuk penguat dalam mengemban misi
kerasulan. Adapun fungsi mukjizat adalah untuk mengalahkan segala bentuk rintangan, tantangan
dan ancaman dalam mendakwahkan agama Allah sekaligus menunjukkan kepada manusia bahwa
agama yang dibawa mereka adalah kebenaran dari Allah.
Allah telah memberikan bentuk mukjizat yang berbeda kepada para rasul. Perbedaan
tersebut didasarkan kepada situasi dan kondisi yang terjadi dalam berdakwah. Meskipun demikian,
mukjizat dapat dibagi dalam beberapa macam, yaitu:
a. Mukjizat Kauniyah, adalah mukjizat yang berupa peristiwa alam. Misalnya, terbelahnya laut
akibat pukulan tongkat Nabi Musa as. dan dibelahnya bulan menjadi dua oleh Nabi Muhammad
saw.
b. Mukjizat Salbiyah atau Tarkiyah, adalah mukjizat yang membuat sesuatu tidak berdaya, seperti
Nabi Ibrahim as. mampu menghilangkan daya bakar api sehingga ia tidak terbakar, ketika
dihukum bakar karena perbuatannya menghancurkan semua berhala sembahan.
c. Mukjizat Syakhsiyah atau Fi’liyah, adalah mukjizat yang terpancar dari tubuh rasul sendiri.
Misalnya, memancarnya cahaya dari tangan Nabi Musa as., dan mengucurnya air dari celah-
celah jemari Nabi Muhammad saw.
d. Mukjizat Aqliyah, adalah mukjizat yang masuk akal. Contoh satu-satunya adalah Al-Quran.
Secara rinci masing-masing mukjizat para rasul yang 25 adalah sebagai berikut:
NO NAMA RASUL UMAT MUKJIZAT
1 Adam as. Tidak memiliki umat
(hanya keluarganya)
- Manusia pertama di bumi
- Siti Hawa diciptakan oleh Allah dari tulang
rusuk Nabi Adam
2 Idris as. Bani Qabil di Babul,
Irak dan Memphis
- Nabi yang mampu menulis dengan pena
- Dibawa ke surga oleh Allah tanpa
mengalami kematian
3 Nuh as. Bani Rasib di wilayah
selatan Irak
Membuat perahu (kapal) di musim kemarau
panjang dan dapat menyelamatkan siapapun
yang mau naik kapal tersebut
4 Hud as. Kaum ‘Ad di Ahqaf,
Yaman
Badai gurun selama 7 hari 7 malam sebagai azab
Allah atas kaum ‘Ad yang tidak mau bersyukur
NO NAMA RASUL UMAT MUKJIZAT
dan melanggar perintah Allah
5 Saleh as. Kaum Tsamud di
Semenanjung Arab
Pukulan telapak tangannya yang dapat
mengeluarkan seekor unta betina dari dalam
bebatuan
6 Ibrahim as. Bangsa Kaldea di
Kaldaniyyun, Irak
Selamat dari kobaran api pasukan Raja Namrud
7 Luth as. Kaum Sadum dan
Amurah di Syam,
Palestina
Badai yang membinasakan umatnya karena
menolak ajaran Allah dan selalu melakukan
homoseksual (sodomi)
8 Ismail as. Penduduk Amaliq, Bani
Jurhum, dan Qabilah
Yaman, Mekah
- Hentakan kakinya saat bayi memancarkan
air zam zam
- Selamat dari sembelihan ayahnya karena
diganti domba dari surga
- Kisah pelemparan batu oleh Nabi Ismail
kepada setan diabadikan menjadi wajib haji
(yakni melempar jumrah)
9 Ishaq as. Kaum Kan’an di
wilayah Khalil,
Palestina
- Berita kelahirannya datang langsung dari
malaikat kepada Nabi Ibrahim dan Siti
Sarah ketika hendak menghancurkan umat
Nabi Luth
- Keterampilan berdakwah
10 Ya’qub as. Kan’an di Syam - Pemikirannya yang sangat berpengaruh
kepada para rasul sebelum Nabi
Muhammad, kepada kaum Yahudi dan
Nasrani
11 Yusuf as. Hyksos dan Kan’an di
Mesir
- Dapat mentakwilkan mimpi
- Ketampanannya yang sangat menggoda
12 Ayyub as. Bani Israel dan Bangsa
Amoria di Horan, Syiria
- Kesabarannya dalam menghadapi ujian
- Tapakan kakinya ke tanah yang dapat
mengeluarkan air dan dapat menyembuhkan
sakit kulit yang diderita selama 80 tahun
13 Zulkifli as. Bangsa Amoria di
Damaskus
Kesabarannya yang luar biasa menjadikannya
seorang raja
14 Syu’aib as. Kaum Rass, Negeri
Madyan dan Aykah
Petir dan kilat sebagai azab Allah yang
menghanguskan masyarakat Madyan karena
menolak dakwahnya
15 Musa as. Bangsa Mesir kuno dan
Bani Israel di Mesir
- Tangan yang mengeluarkan cahaya
- Tongkat berubah jadi ular
- Tangkat membelah lautan
- Kitab Taurat
16 Harun as. Bangsa Mesir kuno dan
Bani Israel di Mesir
Kepandaian berdakwah dan berdiplomasi
17 Daud as. Bani Israel di Palestina - Berbicara dengan burung
- Suara yang sangat merdu
- Membengkokkan besi dengan tangan
- Raja yang sangat adil dan bijaksana
- Gempa yang menewaskan seluruh penduduk
karena melanggar hari Sabat (Sabtu)
- Kitab Zabur
18 Sulaiman as. Bani Israel di Palestina - Berkomunikasi dengan jin dan binatang
- Mengendarai angin
- Raja yang sangat adil, kaya raya dan
kekuasannya mencakup bangsa Jin
19 Ilyas as. Funisia dan Bani Israel
di Ba’labak, Syam
- Dibawa ke surga oleh Allah tanpa
mengalami kematian
- Bencana kekeringan kepada umatnya
20 Ilyasa’ as. Bani Israel dan Kaum - Menghidupkan orang mati
NO NAMA RASUL UMAT MUKJIZAT
Amoria di Panyas,Syam - Bencana kekeringan kepada umatnya
21 Yunus as. Bangsa Assyria di
Ninawa, Irak
Hidup di perut seekor ikan paus
22 Zakaria as. Bani Israel di Palestina Dikaruniai anak pada usia 100 tahun (yaitu Nabi
Yahya as.)
23 Yahya as. Bani Israel di Palestina Keteguhan hati dalam berdakwah, terutama
ketika melarang seorang paman menikah dengan
keponakannya sendiri
24 Isa as. Bani Israel di Palestina - Berbicara ketika baru lahir
- Menghidupkan orang mati
- Membuat burung yang hidup dari tanah liat
- Menyembuhkan buta
- Mendatangkan makanan dari langit
- Selamat dari penyaliban
- Kitab Injil
25 Muhammad
saw.
Seluruh umat manusia
dan bangsa jin sampai
hari kiamat
- Mengeluarkan air dari sela-sela jarinya
- Peristiwa Isra dan Mi’raj
- Penutup para nabi dan rasul
- Membelah bulan dan mengembalikkannya
seperti semula
- Awan sejuk yang selalu menaunginya ketika
berjalan
- Kitab Al-Qur’an
- Dan lain sebagainya
E. Silsilah Para Nabi dan Rasul Allah
Para nabi dan rasul, seluruhnya manusia terbaik pilihan Allah yang mempunyai silsilah
atau garis keturunan orang-orang saleh. Secara rinci, silsilah tersebut dapat dilihat pada gambar
berikut ini:
F. Rasul-Rasul Ulul Azmi
Dalam mendakwahkan agama Allah, para rasul ada yang dihadapkan pada tantangan,
rintangan dan ancaman yang luar biasa. Dari 25 nabi dan rasul di atas, hanya ada 5 rasul yang
termasuk rasul ulum azmi (memiliki keteguhan hati dan kesabaran yang sangat tinggi), yaitu:
c. Nabi Nuh as.
d. Nabi Ibrahim as.
e. Nabi Musa as.
f. Nabi Isa as.
g. Nabi Muhammad saw.
Para rasul ulul azmi tersebut diabadikan oleh Allah di dalam QS. Al-Ahzab (33): 7:
Terjemah:
“dan (ingatlah) ketika Kami mengambil Perjanjian dari nabi-nabi dan dari kamu (sendiri) dari
Nuh, Ibrahim, Musa dan Isa putra Maryam, dan Kami telah mengambil dari mereka Perjanjian
yang teguh”. (QS. Al-Ahzab (33): 7)
Secara umum, rasul ulul azmi adalah yang mempunyai kriteria keteguhan hati yang kuat
disertai kesabaran yang tinggi dalam menghadapi rintangan dalam berdakwah. Secara rinci,
kriteria rasul ulul azmi adalah:
a. Memperoleh pengiktirafan Allah
b. Memiliki kesabaran yang tinggi
c. Senantiasa memohon kepada Allah agar kaumnya tidak diberikan azab
d. Senantiasa berdoa agar kaumnya diberikan hidayah
e. Memiliki tekad yang tinggi dalam berdakwah
f. Senantiasa bersyukur atas semua keadaan yang dianugerahkan Allah
G. Sifat Rasul-Rasul Allah
a. Siddiq, artinya benar dan jujur
b. Amanah, artinya dapat dipercaya
c. Tabligh, artinya menyampaikan ajaran dakwah risalahnya
d. Fathonah, artinya cerdas dan bijaksana
H. Tugas Rasul-Rasul Allah
a. Menegakkan kalimat tauhid (mengesakan Allah)
b. Menyeru umat manusia agar menjauhkan diri dari thagut (sesembahan selain Allah)
c. Menyampaikan kabar gembira, yaitu balasan surga bagi orang yang beriman
d. Menyampaikan peringatan, yaitu ancaman siksa neraka bagi orang yang kafir
I. Contoh Perilaku Beriman Kepada Rasul-Rasul Allah
a. Mengetahui dan menghafal nama-nama nabi dan Rasul yang wajib diketahui
b. Meyakini dan mengakui adanya kesamaan misi yang dibawa para rasul
c. Meyakini dan mengakui bahwa Nabi Muhammad saw. adalah rasul paling akhir
d. Menjadikan para rasul, khususnya Nabi Muhammad saw. sebagai idola dan teladan sepanjang
masa
e. Mengikuti jejak langkah para rasul, khususnya Nabi Muhammad saw.
f. Senantiasa bersikap jujur dan amanah serta berakhlakul karimah dalam kehidupan sehari-hari
g. Senantiasa peka terhadap persoalan hidup dan terampil dalam mengatasinya
J. Hikmah Beriman Kepada Rasul-Rasul Alla
a. Menambah keimanan kepada Allah
b. Mempercayai kebenaran risalah para rasul
c. Mencintai para rasul di atas manusia dan makhluk lainnya
d. Mengikuti seluruh ajaran yang disampaikan para rasul, khususnya Nabi Muhammad saw.
e. Memperoleh teladan yang baik dalam segala aspek kehidupan
PRINSIP DAN PRAKTIK EKONOMI DALAM ISLAM
A. Pengertian Prinsip Ekonomi dalam Islam
Secara bahasa, kata ekonomi berasal dari bahasa Yunani, yaitu oikos (keluarga, rumah
tangga) dan nomos (aturan, norma, kaidah). Secara sederhana, ekonomi dapat diartikan sebagai
kaidah-kaidah dalam suatu keluarga atau rumah tangga. Dalam bahasa Arab, ekonomi sering
diterjemahkan dengan kata al-iqtishad (hemat, dengan penghitungan).
Pengertian ekonomi dalam Islam tentu tidak hanya diartikan sebagai aturan dalam suatu
rumah tangga, namun juga disertai dengan landasan dan asas keislaman yang bersumber dari Al-
Qur’an dan Al-Hadis. Pengertian seperti ini dapat dimaknai sebagai sebuah pengertian ekonomi
Islam atau ekonomi syariah. Dengan demikian, prinsip ekonomi Islam menggunakan asas
pendekatan normatif dan pendekatan positif yang sesuai dengan nilai-nilai syariat Islam, yaitu Al-
Qur’an, Al-Hadis dan Ijma’ para ulama.
B. Pengertian Praktik Ekonomi dalam Islam
Pada umumnya, praktik ekonomi Islam sama seperti praktik ekonomi barat, yaitu segala
bentuk aktivitas umat Islam yang berkaitan dengan kegiatan ekonomi, seperti jual beli, sewa-
menyewa, utang-piutang, perbankan dan lain sebagainya. Namun, yang membedakan antara
praktik ekonomi Islam dan barat adalah dari sisi keadilan dan kesejahteraan masyarakat,
diantaranya adalah menghapus praktik riba atau bunga dalam sistem perekonomian.
C. Dasar Hukum Ekonomi Islam
QS. Al-Baqarah (2): 168:
Terjemahnya:
“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan
janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena Sesungguhnya syaitan itu adalah
musuh yang nyata bagimu.” (QS. Al-Baqarah (2): 168).
QS. An-Nisa (4): 29:
Terjemahnya:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan
yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara
kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu; Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang
kepadamu.” (QS. An-Nisa (4): 29).
Hadis riwayat Bukhari dan Miqdam ra.:
ا من ان يأكل من عمل يده وان نبي الله داود عليه ما اكل احد طعاما قط خير
السالم كان يأكل من عمل يده )رواه البخاري(Terjemahnya:
“Tidak makan seseorang itu suatu makanan yang lebih baik daripada hasil usaha tangannya
(sendiri) dan sesungguhnya Nabi Allah Daud as. makan dari usaha tangannya sendiri.” (HR.
Bukhari).
D. Prinsip-Prinsip Ekonomi dalam Islam
2. Barang yang digunakan dalam transaksi ekonomi (produksi, konsumsi, distribusi dan investasi)
adalah barang halal, baik halal secara zatiyah (zat asalnya bukan termasuk najis, seperti
kotoran binatang dan lain sebagainya) maupun ‘aridiyah (zat barangnya dan cara
perolehannya halal).
3. Tidak mengandung unsur-unsur riba dalam bentuk apapun.
Firman Allah dalam QS. Ali Imran (3): 130:
Terjemahnya:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan Riba dengan berlipat ganda dan
bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan.” (QS. Ali Imran (3):
130).
4. Tidak mengandung unsur-unsur garar (penipuan).
Firman Allah dalam QS. Asy-Syu’ara (26): 181
Terjemahnya:
“sempurnakanlah takaran dan janganlah kamu termasuk orang- orang yang merugikan.”
(QS. Asy-Syu’ara (26): 181).
5. Kegiatan transaksi ekonomi terjadi karena adanya kemauan dari kedua belah pihak yang
bertransaksi
6. Dilakukan dengan cara yang baik
7. Diadministrasikan dengan tertib
Firman Allah dalam QS. Al-Baqarah (2): 282:
.....
Terjemahnya:
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak secara tunai untuk waktu
yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. dan hendaklah seorang penulis di antara
kamu menuliskannya dengan benar……” (QS. Al-Baqarah (2): 282).
8. Dilakukan secara terencana dan profesional:
a. Mengutamakan faktor keahlian dalam mengelola ekonomi
b. Dilakukan dengan penuh amanah (tanggung jawab dan dapat dipercaya)
c. Dilakukan secara adil
9. Dilakukan untuk memperoleh laba atau keuntungan dunia dan akhirat
10. Ekonomi Islam menolak sistem monopoli
11. Zakat wajib dikeluarkan oleh pemilik ekonomi setelah mencapai nishab
E. Macam-Macam Praktik Ekonomi dalam Islam
1. Jual beli (bai’)
2. Pesanan (salam)
3. Perseroan (syirkah)
4. Investasi (qirad)
5. Paruhan kebun (musaqah)
6. Pinjam-meminjam (‘ariyah)
7. Jaminan (dhaman)
F. Jual Beli
Jual beli adalah proses tukar-menukar barang untuk memiliki dan memberi kepemilikan
dengan cara tertentu (akad). Adapun syarat dan rukun jual beli adalah sebagai berikut:
1. Adanya ‘aqid (penjual dan pembeli). Syaratnya:
a. Baligh
b. Berakal
c. Atas kehendak sendiri
d. Bukan orang yang ter-hajru, yaitu pemboros dan muflis (orang yang sedang pailit atau
bangkrut)
2. Adanya ma’qud ‘alaih (barang yang diperjualbelikan). Syaratnya:
a. Barang adalah milik sendiri
b. Barang dapat diserahterimakan
c. Barang ada manfaatnya
d. Barangnya suci (tidak najis)
e. Barangnya teridentifikasi, baik jenis, kualitas maupun keragamannya
3. Adanya sighat (akad jual beli atau ijab qabul). Syaratnya:
a. Dilakukan atas kehendak sendiri
b. Dilakukan secara langsung (tanpa perantara)
c. Dilakukan secara bersambung (ada komunikasi) dan tidak bermain-main
d. Tidak digantungkan dengan sesuatu yang lain
e. Tidak ada batasan waktu
Hal-hal terkait dengan jual beli:
a. Khiyar, adalah kebebasan antara penjual dan pembeli untuk meneruskan atau membatalkan
proses jual beli. Khiyar ada 3 macam, yaitu:
a. Khiyar majelis, yaitu khiyar yang ditentukan oleh tempat. Artinya, jika penjual atau
pembeli telah berpisah atau pergi, maka selesai sudah waktu khiyar majelis, sehingga ia
boleh melakukan jual beli dengan orang lain. Tetapi jika belum berpisah, tidak boleh
penjual melakukan transaksi dengan orang lain.
b. Khiyar syarat, yaitu ditentukan oleh syarat yang ditentukan antara penjual dan pembeli.
Masa berlakunya adalah 3 hari 3 malam. Pada masa khiyar syarat, barang tidak boleh
ditawarkan kepada orang lain, kecuali sudah melewati batas waktu tadi.
c. Khiyar ‘aibi, yaitu ditentukan oleh ada atau tidaknya cacat pada barang yang
diperjualbelikan.
b. Riba’, artinya tambahan. Riba sering diistilahkan dengan bunga (bank), biasanya terjadi dalam
proses jual beli, sewa-menyewa dan hutang-piutang. Riba ada 3 macam:
a. Riba’ nasi’ah, terjadi dalam proses jual beli atau utang piutang
b. Riba’ fadhl, terjadi dalam proses jual beli atau tukar-menukar barang
c. Riba’ yad, terjadi khusus dalam proses jual beli
G. Kerja Sama Ekonomi Islam
1. Syirkah
Secara bahasa, syirkah artinya bersekutu, sedangkan menurut istilah adalah suatu kerja
sama antara dua orang atau lebih dalam suatu usaha dengan modal, sistem kerja dan
pembagian hasil yang telah ditentukan dan disepakati oleh semua anggota. Syirkah dapat
dibagi menjadi dua macam, yaitu:
a. Syirkah ‘ainan (serikat harta)
Adalah kerja sama antara dua orang atau lebih dengan cara memberikan sejumlah
hartanya sebagai modal yang akan dikelola dalam suatu usaha demi mendapatkan
keuntungan dari kerja samanya. Dalam kehidupan modern, syrikah ini dapat berbentuk
Perseroan Terbatas (PT), Perseroan Tertutup dan Perseroan Firma. Rukun dan syaratnya
adalah sebagai berikut:
1) Ada sighat (lafal akad)
2) Ada orang yang berserikat, syaratnya adalah baligh, berakal sehat, merdeka dan atas
kehendak sendiri
3) Ada harta yang diberikan sebagai modal, syaratnya:
a) Modal hendaklah berupa uang (emas atau perak) atau barang yang dapat
ditimbang atau ditukar, seperti beras, gula, dan lain sebagainya
b) Dua modal dari kedua belah pihak hendaklah dicampur sebelum akad sehingga
kedua barang itu tidak dapat dipisahkan lagi
c) Ada pokok pekerjaannya
b. Syrikah ‘abdan atau syirkah amal (serikat kerja atau jasa)
Adalah suatu kerja sama antara dua orang atau lebih yang memiliki kemampuan modal
atau keterampilan untuk melakukan usaha tertentu dengan keuntungan dibagi sesuai
perjanjian. Syirkah ‘abdan dapat berupa:
1) Qirad atau mudharabah (investasi), yaitu suatu akad untuk menyerahkan modal
kepada seseorang guna melakukan jenis usaha tertentu dengan keuntungan dibagi
sesuai perjanjian dan modal kembali kepada pemilik modal. Syaratnya adalah:
a) Adanya modal berupa uang atau barang
b) Adanya usaha tertentu, seperti dagang atau perusahaan
c) Adanya pembagian keuntungan atau kerugian secara bersama-sama sesuai
perjanjian
d) Adanya kedewasaan antara dua belah pihak (pemilik dan penerima modal)
2) Musaqah (pembagian hasil kebun), adalah suatu akad antara pemilik kebun dengan
penggarap untuk mengolah kebun dengan penghasilan dibagi sesuai perjanjian.
3) Muzaro’ah adalah suatu akad antara pemilik tanah (berbentuk sawah atau ladang)
dengan penggarap untuk mengolah tanah dengan penghasilan dibagi sesuai perjanjian
dengan ketentuan bahwa bibit dan zakat dibebankan kepada penggarap.
4) Mukhabarah adalah suatu akad antara pemilik tanah (sawah atau kebun) dengan
penggarap untuk mengelola tanah dengan penghasilan dibagi sesuai perjanjian dengan
ketentuan bahwa bibit dan zakat dari pemilik tanah.
2. Perbankan
Menurut Undang-Undang Negara RI No. 10 Tahun 1998, bank adalah badan usaha yang
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada
masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan
taraf hidup rakyat banyak. Bank ada dua macam, yaitu:
a. Bank umum, seperti BRI, BNI, BTN, Bank Mandiri, BCA, dan lain sebagainya. Dalam
praktiknya, jenis bank ini menerapkan sistem bunga. Bunga bank termasuk jenis riba
sehingga hukumnya haram bagi umat Islam. Hal ini sesuai fatwa MUI sebagai hasil
lokakarya pada tanggal 19-21 Agustus 1990 di Cisarua Bogor yang memutuskan bahwa
bunga bank hukumnya haram.
b. Bank Islam, seperti Bank Muamalat dan lain sebagainya. Dalam praktiknya, jenis bank ini
tidak menerapkan sistem bunga, tetapi menerapkan sistem bagi hasil, sehingga halal
hukumnya bagi umat Islam
Hukum umat Islam menggunakan jasa bank umum:
a. Halal atau boleh, tetapi sifatnya darurat. Artinya, umat Islam boleh menggunakan jasa bank
umum sepanjang bank Islam belum mampu memenuhi kebutuhan umat Islam secara
keseluruhan dengan mudah.
b. Haram, apabila bank Islam sudah mampu dengan mudah memenuhi kebutuhan umat Islam.
Ukuran mampu adalah keberadaan bank Islam sudah seperti bank umum, yakni ada di
setiap pelosok nusantara.
3. Asuransi
Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) bab 9 pasal 246 tentang
Asuransi atau Pertanggungan, dijelaskan bahwa asuransi adalah suatu perjanjian dimana
seorang penanggung mengikatkan diri kepada seorang tertanggung dengan menerima suatu
premi untuk memberikan penggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan, atau
kehilangan keuntungan yang diharapkan yang mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa
tertentu. Asuransi dapat dibedakan menjadi:
a. Asuransi kesehatan
b. Asuransi pendidikan
c. Asuransi kecelakaan kerja
d. Asuransi properti dan kendaraan
e. Asuransi jiwa
Hukum umat Islam menggunakan asuransi:
a. Menurut Sayyid Sabiq, Abdullah Al-Qalqi, Yusuf Qardhawi dan Muhammad Bakhil Al-
Muth’i berpendapat bahwa segala jenis asuransi hukumnya haram, karena:
1) Asuransi sama dengan judi
2) Asuransi mengandung unsur-unsur yang tidak pasti
3) Asuransi mengandung unsur riba
4) Asuransi mengandung unsur pemerasan, karena pemegang polis apabia tidak bisa
melanjutkan pembayaran preminya maka akan hilang atau dikurangi
5) Premi yang sudah dibayar akan diputar dalam praktik-praktik riba
6) Asuransi termasuk jual beli atau tukar-menukar mata uang tidak tunai
7) Hidup dan mati manusia dijadikan objek bisnis, dan sama halnya dengan mendahului
takdir Allah.
b. Menurut Abdul Wahab Khalaf, Mustafa Akhmad Zarqa, M. Yusuf Musa dan Abdurrahman
Isa, mengatakan bahwa asuransi konvensional hukumnya boleh, karena:
1) Tidak ada nash (Al-Qur’an dan hadis) yang melarang asuransi
2) Ada kesepakatan dan kerelaan antara kedua belah pihak
3) Saling menguntungkan kedua belah pihak
4) Asuransi dapat menanggulangi kepentingan umum, sebab premi yang terkumpul dapat
diinvestasikan untuk proyek-proyek yang produktif
5) Asuransi termasuk akad mudharabah (bagi hasil)
6) Asuransi terasuk koperasi (syirkah ta’awuniyah)
7) Asuransi dianalogikan (diqiyaskan) dengan sistem pensiun, seperti taspen.
c. Menurut M. Abu Zahrah, berpendapat bahwa asuransi yang bersifat komersial hukumnya
haram, sedangkan asuransi yang bersifat sosial hukumnya halal atau boleh.
d. Asuransi hukumnya syubhat, artinya belum jelas antara halal dan haram karena tidak ada
dalil yang secara jelas menghalalkan atau mengharamkan. Di dalam Islam berlaku pedoman
bahwa sesuatu yang meragukan sebaiknya ditinggalkan.
PERKEMBANGAN PERADABAN ISLAM PADA
MASA KEJAYAAN
1. Faktor-Faktor yang Mendorong Perkembangan Peradaban Islam pada Masa Kejayaan
a. Dorongan semangat membaca
b. Ilmu berasaskan tauhid kepada Allah (bersumber dari Al-Qur’an)
c. Berpedoman pada Al-Qur’an dan Sunnah/Al-hadis
d. Keterbukaan dan kreativitas umat Islam yang diwujudkan melalui sikap selalu ingin tahu
e. Adanya gerakan penerjemahan buku-buku Yunani dan lain-lain ke dalam Bahasa Arab
2. Perkembangan Peradaban Islam pada Masa Khulafaur Rasyidin
Masa kekuasaan khulafaur rasyidin dimulai sejak khalifah Abu Bakar ash-Shiddiq,
yang dilanjutkan oleh Umar bin Khattab, lalu Usman bin Affan dan terakhir Ali bin Abi
Thalib. Pengembangan agama Islam yang dilakukan pada masa yang relatif singkat (632 – 661
M) telah membuahkan hasil yang gemilang. Dari hanya wilayah Arab, ekspansi kekuasaan
Islam menembus memasuki wilayah Afrika, Syuriah, Persia, Bizantium dan India. Selain itu,
beberapa peradaban yang telah dicapai antara lain:
a. Munculnya gerakan pemikiran Islam
1) Menjaga keutuhan Al-Qur’an dan mengumpulkannya dalam bentuk mushaf pada
zaman Abu Bakar
2) Memberlakukan mushaf standar pada masa Usman bin Affan
3) Pengiriman para sahabat dalam menyiarkan Islam ke berbagai pelosok negeri untuk
mengajarkan Al-Qur’an dan sunnah pada zaman Usman bin Affan
4) Islam pada masa awal tidak mengenal pemisahan antara dakwah dan negara, antara
dai maupun panglima. Para khalifah adalah para penguasa, imam sholat, hakim yang
adil dan juga panglima perang
b. Terbentuknya organisasi negara dan lembaga-lembaga pemerintahan
1) Lembaga politik. Diantaranya, khilafah (jabatan kepala negara), wizarah (kementrian
negara) dan kitabah (sekretaris negara)
2) Lembaga tata usaha negara. Diantaranya, idaarotul aqoolim (pengelolaan
pemerintahan daerah) dan diiwan (perngurusan departemen) seperti diiwan kharraj
(kantor urusan keuangan), diiwan rosaail (kantor urusan arsip), diiwan bariid (kantor
urusan pos), diiwan syurthah (kantor urusan kepolisian) dan departemen lainnya
3) Lembaga keuangan negara. Termasuk di dalamnya adalah masalah ketentaraan, baik
angkatan darat dan laut, serta perlengkapan dan persenjataannya
3. Perkembangan Peradaban Islam pada Masa Bani Umayyah
Masa pemerintahan Bani Umayyah terkenal sebagai masa yang agresif, dimana
perhatian tertumpu pada usaha perluasa wilayah dan penaklukan yang terhenti sejak zaman
dua khulafaur rasyidin terakhir. Masa kekuasaan Bani Umayyah selama 90 tahun dengan 14
khalifah, yaitu:
1. Muawiyah bin Abi Sufyan : 41 – 60 H / 661 – 679 M
2. Yazid bin Muawiyah : 60 – 64 H / 679 – 683 M
3. Muawiyah bin Yazid : 64 H / 683 M
4. Marwan bin Hakam : 64 – 65 H / 683 – 684 M
5. Abdul Malik bin Marwan : 65 – 86 H / 684 – 705 M
6. Al-Walid bin Abdul Malik : 86 – 96 H / 705 – 714 M
7. Sulaiman bin Abdul Malik : 96 – 99 H / 714 – 717 M
8. Umar bin Abdul Aziz : 99 – 101 H / 717 – 719 M
9. Yazid bin Abdul Malik : 101 – 105 H / 719 – 723 M
10. Hisyam bin Abdul Malik : 105 – 125 H / 723 – 742 M
11. Al-Walid II bin Yazid II : 125 – 126 H / 742 – 743 M
12. Yazid bin Walid bin Malik : 126 H / 743 M
13. Ibrahim bin Al-Walid II : 126 – 127 H / 743 – 744 M
14. Marwan II bin Muhammad : 127 – 132 H / 744 – 750 M
Berikut ini beberapa perkembangan peradaban pada masa Bani Umayyah:
a. Ekspansi wilayah Islam, meliputi Afrika Utara, Jazirah Arab, Syuriah, Palestina, sebagian
Anatolia, Irak, Persia, Afganistan, India, dan sebagian wilayah Rusia, yaitu Turkmenistan,
Uzbekistan, Kirgiztan
b. Perubahan mata uang yang dipakai di negara-negara dudukan Islam. Sebelumnya adalah
mata uang Bizantium dan Persia yakni dinar dan dirham. Abdul Malik mencetak uang
sendiri di tahun 659 M dengan kata-kata tulisan Arab.
c. Bidang politik dan kenegaraan. Mengangkat Majelis Penasihat sebagai pendamping dan
beberapa pembantu khalifah, yang meliputi kaatibur rosail (sekretaris administrasi dan
persuratan), kaatibul kharraj (sekretaris keuangan negara), kaatibul jundi (sekretaris
ketentaraan), kaatibul syurthah (sekretaris kepolisian) dan kaatibul qudhoot (sekretaris
hukum)
d. Bidang sosial, terjadinya hubungan bilateral dengan negara-negara taklukkan yang
memiliki tradisi luhur, seperti Persia, Mesir, Eropa dan lain sebagainya
e. Bidang seni, arsitektur atau seni bangunan Dome of The Rock (Qubbah ash-Shokhro) di
Yerussalem yang menjadi monumen terbaik yang hingga selalu dipuji orang. Katedral St.
John diubah menjadi Masjid Al-Aqsho, pembangunan Masjid Cordova, perbaikan dan
perluasan Masjidil Haram dan Masjid Nabawi, mendirikan istana-istana di padang pasir
seperti Qusayr Amrah dan Al-Mushtta sebagai tempat beristirahat
f. Bidang sastra, lahirnya tokoh-tokoh besar seperti Al-Anthal, Farazdaq, Jarir serta para
penyair Arab, diantaranya Umar bin Abi Rabi’ah (w. 719 M) dan Qays bin al-Mulawwah
yang lebih dikenal dengan nama Laila Majnun (w. 699 M)
g. Bidang ilmu pengetahuan, meliputi:
1) Bahasa Arab, selain menjadi bahasa resmi di pemerintahan, juga lahir tokoh gramatika
bahasa Arab (ilmu nahwu), yaitu Abul Aswad ad-Duali. Beliau telah memberi tanda
bacaan pada huruf-huruf hijaiyah berupa titik-titik khusus yang semula huruf-huruf
tersebut tidak bertitik
2) Marbad sebagai kota pusat kegiatan ilmu. Kota yang terletak di Damaskus dimana
berkumpul para pujangga, filusuf, ulama, penyair dan para cendekiawan
3) Ilmu qiroat, ilmu seni baca Al-Qur’an yang kemudian menjadi cabang ilmu syariat
yang sangat penting. Pada masa ini lahir ahli qiroat seperti Abdullah bin Qusair (w.
120 H) dan Ashim bin Abi Nujud (w. 127 H)
4) Ilmu hadis, yakni adanya usaha mengumpulkan hadis, menyelidiki asal-usulnya
hingga akhirnya menjadi suatu ilmu tersendiri. Tokoh yang muncul adalah
Abdurrahman bin Amr Al-Auza’I (w. 159 H), Hasan Basri (w. 110 H), Ibnu Abi
Malikah (w. 119 H) dan Asya’bi Abu Amr Amir bin Syurahbil (w. 104 H)
5) Ilmu fiqih, yang menjadi cabang ilmu tersendiri. Diantara ahli fiqih adalah Sa’id bin
Musayyab, Abu Bakar bin Abdurrahman, Qasim bin Muhammad, Urwah bin Zubir
dan Kharijah bin Zaid
6) Ilmu nahwu, yakni ilmu yang mempelajari tata bahasa Arab. Ilmu diperlukan karena
bertambahnya orang-orang ‘Ajam (non-Arab) yang masuk Islam. Abul Aswad Ad-
Duali adalah tokoh penting dalam hal ini
7) Ilmu geografi (jugrofiyah) dan sejarah (tarikh). Kedua ilmu ini lahir pada masa Bani
Umayyah dan baru berkembang pada masa selanjutnya
8) Usaha penerjemahan buku-buku ilmu pengetahuan dari bahasa-bahasa lain ke dalam
bahasa Arab, namun usaha ini mulai berkembang pesat pada masa Dinasti Abbasiyah.
Tokoh pada masa ini adalah Khalid bin Yazid, seorang pangeran yang cerdas dan
ambisius. Ketika gagal memperoleh kursi kekhalifahan, ia menumpahkannya dalam
ilmu pengetahuan.
4. Perkembangan Peradaban Islam pada Masa Bani Abbasiyah
Pemerintahan Daulah Bani Abbasiyah dinisbatkan kepada Abbas, paman Rasulullah saw.
Dinasti ini didirikan pada tahun 132 H/750 M oleh khalifah pertama yang bernama Abdullah as-
Saffah bin Muhammad bin Ali bin Abdullah bin Abbas bin Abdul Muthallib atau yang lebih
dikenal dengan sebutan Abul Abbas As-Saffah. Kekuasaan Bani Abbasiyah berlangsung selama 5
abad, yaitu tahun 132 – 656 H/750 – 1258 M. Berdasarkan pola pemerintahan dan politik yang
diterapkan, para sejarawan biasanya membagi pemerintahan Bani Abbasiyah dalam 4 periode,
yaitu:
a. Masa Abbasiyah I (132 – 232 H / 750 – 847 M), yaitu sejak lahirnya dinasti sampai
meninggalnya Khalifah Al-Wasiq
b. Masa Abbasiyah II (232 – 334 H / 847 – 946 M), yaitu mulai Khalifah Al-Mutawakkil
sampai berdirinya Daulah Buwaihiyah
c. Masa Abbasiyah III (334 – 447 H / 946 – 1055 M), yaitu mulai berdirinya Daulah
Buwaihiyah sampai masuknya kaum Saljuk ke Baghdad
d. Masa Abbasiyah IV (447 – 656 H / 1055 – 1258 M), yaitu dimulai dari masuknya kaum
Saljuk ke Baghdad sampai jatuhnya Baghdad ke tangan bangsa Mongol di bawah pimpinan
Hulagu Khan
Pada masa empat periode tersebut, Dinasti Abbasiyah memiliki 37 khalifah. Namun, pada
saat bangsa Mongol menaklukkan kota Baghdad (656 H/1258 M), ada seorang pangeran
keturunan Abbasiyah yang berhasil lolos dari pembunuhan yang kemudian meneruskan
kekhalifahannya dengan gelar khalifah (tanpa kekuasaan duniawi yang bergelar Sultan) yang
berkuasa dalam bidang keagamaan di bawah pemerintahan kaum Mamluk di Kairo, Mesir.
Jabatan khalifah oleh keturunan Abbasiyah di Mesir berakhir dengan diambilnya jabatan itu oleh
Sultan Salim I dari Turki Usmani ketika menguasai Mesir tahun 1517 M.
Berikut daftar urutan khalifah Bani Abbasiyah pada masa empat periode:
1. Abul Abbas As-Saffah (Pendiri) : 749 – 754 M
2. Abu Ja’far Al-Mansur : 754 – 775 M
3. Abu Abdullah Muhammad Al-Mahdi : 775 – 785 M
4. Abu Muhammad Musa Al-Hadi : 785 – 786 M
5. Abu Ja’far Harun Ar-Rasyid : 786 – 809 M
6. Abu Abdullah Muhammad Al-Amin : 809 – 813 M
7. Abul Abbas Abdullah Al-Ma’mun : 813 – 833 M
8. Abu Ishaq Muhammad Al-Mu’tashim Billah : 833 – 842 M
9. Abu Ja’far Harun Al-Watsiq Billah : 842 – 847 M
10. Abu Fadhl Ja’far Al-Mutawakkil ‘Alallah : 847 – 861 M
11. Abu Ja’far Muhammad Al-Muntasir Billah : 861 – 862 M
12. Abul Abbas Ahmad Al-Musta’in Billah : 862 – 866 M
13. Abu Abdullah Muhammad Al-Mu’taz Billah : 866 – 869 M
14. Abu Ishaq Muhammad Al-Muhtadi Billah : 869 – 870 M
15. Abul Abbas Ahmad Al-Mu’tamid ‘Alallah : 870 – 892 M
16. Abul Abbas Ahmad Al-Mu’tadid Billah : 892 – 902 M
17. Abu Muhammad Ali Al-Muktafi Billah : 902 – 905 M
18. Abul Fadhl Ja’far Al-Muqtadir Billah : 905 – 932 M
19. Abu Mansur Muhammad Al-Qahir Billah : 932 – 934 M
20. Abul Abbas Muhammad Ar-Radi Billah : 934 – 940 M
21. Abul Ishaq Ibrahim Al-Muttaqi Lillah : 940 – 944 M
22. Abul Qasim Abdullah Al-Mustakfi Billah : 944 – 946 M
23. Abul Qasim Al-Fadhl Al-Muti’ Lillah : 946 – 974 M
24. Abu Bakar Abdul Karim At-Thai’ Lillah : 974 – 991 M
25. Abul Abbas Ahmad Al-Qadir Billah : 991 – 1031 M
26. Abu Ja’far Abdullah Al-Qaim Biamrillah : 1031 – 1075 M
27. Abul Qasim Abdullah Al-Muqtadi Biamrillah : 1075 – 1094 M
28. Abul Abbas Ahmad Al-Mustadhir Billah : 1094 – 1118 M
29. Abu Mansur Al-Fadhl Al-Mustarsyid Billah : 1118 – 1135 M
30. Abu Ja’far Mansur Ar-Rasyid Billah : 1135 – 1136 M
31. Abu Abdullah Muhammad Al-Muqtafi Liamrillah : 1136 – 1160 M
32. Abul Mundzafar Yusuf Al-Mustanjid Billah : 1160 – 1170 M
33. Abu Muhammad Al-hasan Al-Mustadli Biamrillah : 1170 – 1180 M
34. Abul Abbas Ahmad An-Nasir Lidinillah : 1180 – 1225 M
35. Abu Nasr Muhammad Az-Zahir Biamrillah : 1125 – 1126 M
36. Abu Ja’far Mansur Al-Mustansir Billah : 1126 – 1242 M
37. Abu Ahmad Abdullah Al-Musta’sim Billah : 1242 – 1258 M
Berikut daftar urutan khalifah Bani Abbasiyah di Mesir:
1. Al-Mustanshir Billah : 1260 – 1262 M
2. Al-Hakim Biamrillah I : 1262 – 1301 M
3. Al-Mustakfi Billah I : 1301 – 1335 M
4. Al-Watsiq Billah I : 1335 – 1341 M
5. Al-Hakim Biamrillah II : 1341 – 1352 M
6. Al-Mu’tadid Billah I : 1352 – 1361 M
7. Al-Mutawakkil ‘Alallah I : 1361 – 1377 M
8. Al-Watsiq Billah II : 1383 – 1386 M
9. Al-Mu’tashim : 1386 – 1388 M
10. Al-Mutawakkil II : 1388 – 1405 M
11. Al-Musta’in Billah I : 1405 – 1412 M
12. Al-Mu’tadid Billah II : 1412 – 1441 M
13. Al-Mustakfi Billah II : 1441 – 1450 M
14. Al-Qaim Biamrillah : 1450 – 1454 M
15. Al-Mustanjid Billah : 1454 – 1479 M
16. Al-Mutawakkil ‘Alallah II : 1479 – 1487 M
17. Al-Mustamsik Billah : 1487 – 1508 M
18. Al-Mutawakkil III : 1508 – 1517 M
Kebijakan para khalifah Bani Abbasiyah berbeda dengan kebijakan Dinasti Umayyah.
Para khalifah Bani Umayyah lebih menekankan kepada perluasan wilayah, sedangkan Bani
Abbasiyah lebih memprioritaskan pada pembinaan peradaban dan kebudayaan Islam. Bani
Abbasiyah berhasil menyiapkan landasan bagi perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan dalam
Islam. Puncak kejayaannya terjadi pada masa khalifah Harun Ar-Rasyid (786 – 809 M) dan
anaknya Al-Ma’mun (813 – 833 M). Periode ini juga merupakan periode puncak keemasan
peradaban umat Islam. Saat itu, negara dalam keadaan makmur, kekayaan melimpah, keamanan
terjamin dan luas wilayahnya mulai dari Afrika Utara hingga India.
Dinasti Abbasiyah menjadikan kota Baghdad sebagai pusat peradaban dan ilmu
pengetahuan yang merupakan simbol dari kejayaan dinasti ini. Berikut beberapa peradaban Bani
Abbasiyah di bidang ilmu pengetahuan:
a. Ilmu Fiqih. Tokohnya yaitu Imam Abu Hanifah (w. 767 M), Imam Malik (w. 795 M), Imam
Syafi’i (w. 820 M) dan Imam Ahmad bin Hanbal (w. 855 M)
b. Ilmu Tafsir. Tokohnya yaitu Ibnu Jarir Ath-Thabari, Ibnu Athiyyah Al-Andalusi, Abu
Muslim Muhammad bin Bahar Isfahani
c. Ilmu Hadis. Imam Bukhari (w. 256 H), Imam Muslim (w. 261 H), Ibnu Majah, Abu Dawud,
An-Nasa’i, Al-Baihaqi
d. Ilmu Kalam (teologi). Tokohnya yaitu Abu Hasan Al-Asy’ari dan Abu Mansur Al-Maturidi
yang dikenal sebagai tokoh Asy’ariyah, Washil bin Atha dan Abul Huzail Al-Allaf yang
dikenal sebagai tokoh Mu’tazilah
e. Ilmu Tasawuf. Tokohnya yaitu Abdul Qadir Al-Jailani, Al-Hallaj, Al-Muhasibi
f. Ilmu Bahasa. Tokohnya yaitu Imam Sibawaih, Al-Kisa’i, Abu Zakariya Al-Farra. Ilmu
bahasa yang berkembang adalah ilmu nahwu, shorof, bayan, badi’ dan ‘arudh yang
kesemuanya merupakan cabang dari ilmu bahasa Arab
g. Ilmu Filsafat. Tokohnya yaitu Abu Ishaq Al-Kindi, Abu Nashr Al-Farabi, Ibnu Sina, Ibnu
Bajah, Ibnu Thufail, Imam Al-Ghazali, Ibnu Rusyd
h. Ilmu Kedokteran. Tokohnya yaitu Abu Zakariya Yahya bin Mesuwaih, Abu Bakar Ar-Razi,
Ibnu Sina
i. Ilmu Matematika. Tokohnya yaitu Al-Khawarizmi (pengarang kitab Aljabar) dan Abul Wafa
Muhammad bin Muhammad bin Ismail bin Abbas
j. Ilmu Farmasi. Tokohnya yaitu Ibnu Baithar (pengarang kitab Al-Mughni tentang obat-
obatan)
k. Ilmu Astronomi. Tokohnya yaitu Abu Mansur Al-Falaki, Jabir Al-Batani
l. Ilmu Fisika. Tokohnya yaitu Raihan Al-Biruni
m. Ilmu Kimia. Tokohnya yaitu Jabir bin Hayyan
n. Ilmu Geografi. Tokohnya yaitu Abul Hasan Al-Mas’udi, Ibnu Khurdazabah, Ahmad Al-
Yakubi, Abu Muhammad Al-Hasan Al-Hamadani
o. Ilmu Sosiologi. Tokohnya yaitu Ibnu Khaldun
p. Ilmu Sejarah. Tokohnya yaitu Ahmad bin Al-Ya’kubi, Ibnu Ishaq, Abdullah bin Muslim Al-
Qurtubah, Ibnu Hisyam, At-Thabari, Al-Maqrizi, Al-Baladzuri
q. Ilmu Sastra. Tokohnya yaitu Abu Nuwas, An-Nasyasi (pengarang buku Seribu Satu Malam)
5. Perkembangan Peradaban Islam pada Masa Dinasti Turki Usmani
Kerajaan Turki Usmani didirikan oleh suku-suku Turki di bawah pimpinan Usman di
barat laut Anatolia pada tahun 1299 M. Dinasti ini juga dikenal dengan nama Imperium
Ottoman berhasil memberikan pengaruh yang cukup baik dalam bidang ekspansi agama Islam
ke wilayah Eropa, Asia Kecil, Asia Tengah, Timur Tengah, Mesir dan Afrika Utara. Berikut
beberapa perkembangan peradaban pada masa Turki Usmani:
a. Bidang pemerintahan. Model pemerintahan Turki adalah kesultanan/kerajaan, kemudian
berubah menjadi negara Republik yang diproklamirkan pada tanggal 1 Nopember 1923 M
dengan presiden pertama Mustafa Kemal At-taturk (1881 – 1938 M) yang kemudian ia
dikenal sebagai pendiri Turki Modern
b. Bidang militer. Kekuatan Angkatan Laut Turki Usmani mencapai puncak kejaayaannya
sehingga mampu melakukan ekspansi sampai ke wilayah Eropa dan Asia
c. Bidang ilmu pengetahuan. Tidak begitu menonjol karena Turki Usmani merupakan
bangsa yang berdarah militer, sehingga lebih banyak memfokuskan diri dalam bidang
kemiliteran dan ekspansi wilayah. Meskipun demikian, beberapa usaha dalam bidang ini
adalah:
1) Melakukan modernisasi di bidang pendidikan dan pengajaran dengan memasukkan
kurikulum pengetahuan umum ke dalam lembaga-lembaga pendidikan Islam
2) Mendirikan lembaga pendidikan “Mektebi Ma’arif” untuk mencetak tenaga ahli di
bidang administrasi dan lembaga “Mektebi ‘Ulumi Edebiyet” untuk mencetak tenaga
ahli di bidang penterjemah bahasa
3) Mendirikan berbagai perguruan tinggi di bidangkedokteran, militer dan teknologi
d. Bidang kebudayaan. Tokoh penyair diantaranya Nafi’ (1582 – 1636 M), tokoh prosa
diantaranya Katip Celebi dan Evliya Celebi. Pengembangan seni arsitektur diantaranya
bangunan Masjid Al-Muhammadi, Masjid Agung Sultan Sulaiman, Masjid Aya Sophia,
dan lain sebagainya
6. Perkembangan Peradaban Islam pada Masa Dinasti Safawiyah
Dinasti Safawiyah berkuasa di daerah Persia antara tahun 1502 – 1722 M. Awalnya
merupakan gerakan tarekat yang berdiri di Ardabil, Azerbaijan. Nama tarekat ini diambil dari
nama pendirinya Safi Ad-Din, yang merupakan keturunan dari Imam Syiah ke-6, Musa Al-
Kazim. Beberapa perkembangan peradaban Islam pada masa Dinasti Safawiyah adalah:
a. Bidang ilmu pengetahuan. Tokohnya adalah Bahaudin Syaerazi seorang generalis ilmu
pengetahuan dan Muhammad Baqir bin Muhammad Damad seorang filusuf, ahli sejarah,
teolog dan seorang yang pernah mengadakan observasi mengenai kehidupan lebah
b. Bidang ekonomi. Dikuasainya kepulauan Hurmuz dan pelabuhan Gumrun yang kemudian
diubah menjadi Bandar Abbas yang merupakan salah satu jalur dagang laut antara Timur
dan Barat yang biasa diperebutkan oleh Belanda, Inggris dan Perancis.
c. Bidang arsitektur. Penguasa Dinasti Safawiyah berhasil menciptakan Isfahan menjadi
ibukota kerajaan yang sangat indah, dimana berdiri bangunan-bangunan besar dengan
arsitektur bernilai tinggi. Disebutkan terdapat 162 masjid, 48 akademi, 1802 penginapan
dan 273 pemandian umum
d. Bidang kesenian. Antara lain dalam bidang kerajinan tangan, keramik, karpet, permadani,
pakaian, tenunan, mode, tembikar dan benda seni lainnya
e. Bidang tarekat. Gerakan sufistik Safawiyah tidak hanya dalam bidang keagamaan, tetapi
juga dalam politik dan pemerintahan
PERKEMBANGAN ISLAM PADA MASA MODERN
(1800 M – SEKARANG)
A. Latar Belakang Perkembangan Islam pada Masa Modern
Abad ke-18 merupakan masa-masa sulit bagi umat Islam. Daulah Islamiyah mengalami
kemunduran yang ditandai dengan terpecahnya Daulah Islamiyah menjadi negara-negara kecil
yang ingin melepaskan diri. Perkembangan Islam pada masa modern terjadi sejak tahun 1800 M
sampai sekarang yang telah berjalan selama 214 tahun.
Kehidupan modern sangat membutuhkan sikap dan pola hidup maju bagi umat Islam,
dengan tanpa mengorbankan nilai-nilai keimanan dan keagamaan. Beberapa ciri manusia modern
menurut Alfin Taffler adalah:
1. Bertumpu pada paham positivisme sehingga pengembangan ilmu dan teknologi kurang
mempertimbangkan nilai-nilai etika dan agama
2. Mendorong manusia bersifat hedonisme dan konsumerisme, artinya kesejahteraan hidup
dilihat dari segi materi dan uang
3. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat cepat, sehingga manusia diperbudak
teknologi
4. Bersifat eksploitatif, artinya kemajuan iptek kurang memperhatikan dampak terhadap
lingkungan
B. Faktor-Faktor Perkembangan Islam Modern
1. Munculnya Renaissance Eropa
Hearsnaw yang dikutip Ahmad Syalabi (dalam Sejarah Peradaban Islam) pernah
berkata bahwa saat pertama kali Eropa melancarkan serangan terhadap umat Islam pada Perang
Salib, Eropa terkejut dengan peradaban yang dimiliki umat Islam saat itu. Peradaban Islam saat
itu lebih maju dari Eropa, sehingga mereka menyerap ilmu pengetahuan dari para ilmuwan
muslim. Kemajuan yang telah diperoleh Eropa tidak terlepas dari kontribus khazanah peradaban
Islam.
Setelah gencatan senjata dan perdamaian antara muslim dan Eropa disepakati pasca
Perang Salib, sejak itulah Eropa dan muslim hidup berdampingan dan terjadi interaksi sosial
sehingga peradaban Islam mampu mewarnai peradaban Eropa. Transfer peradaban Islam ke
Barat berlangsung melalui 3 jalur, yaitu:
a. Jalur Spanyol, yang merupakan salah satu pusat peradaban Islam pada masa Dinasti
Umayyah dalam bidang ilmu pengetahuan dan intelektual
b. Jalur Sisilia, yakni melalui mupalu di Italia Selatan. Palermo, ibukota pemerintahan Islam
di Sisilia walaupun tidak memiliki universitas akan tetapi dikenal sebagai pusat sains dan
teknologi
c. Jalur Perang Salib. Dalam perkembangannya, orang-orang Kristen banyak belajar tentang
berbagai disiplin ilmu yang sedang berkembang di dunia Islam saat itu.
Sejak abad ke-12 M, peradaban dan ilmu pengetahuan Islam mulai mempengaruhi
Eropa. Baru pada abad ke-14 renaissance Eropa lahir. Renaissance meruapakan gerakan
pemikiran dan kebangkitan kembali kebudayaan Yunani klasik di eropa melalui terjemahan-
terjamahan Arab yang dipelajari dan diterjemahkan kembali ke Bahasa Latin. Oleh karenanya,
Eropa dapat mencapai kejayaannya setelah renaissance tersebut.
2. Penjajahan Barat Atas Dunia Islam
Setelah munculnya renaissance pada abad ke-14 sampai abad ke-15 M, Eropa
mengalami kemajuan yang sangat pesat meninggalkan peradaban Islam yang sedang mengalami
kemunduran. Pada tahun 1492 M, Christopher Colombus menemukan Amerika dan Vasco da
Gama menemukan jalan ke Timur melalui Tanjung Harapan pada tahun 1498 M. Penemuan ini
meningkatkan kemajuan Eropa dalam bidang perdagangan.
Kedua penemuan tersebut tidak terlepas dari literatur peradaban Islam, terutama di
bidang Geografi tentang jalur-jalur laut. Melalui jalur laut pula, Eropa melakukan ekspansi
wilayah. Eropa menginginkan kekuasaan terhadap daerah yang disinggahinya dalam rangka
mendapatkan devisa bagi negaranya yang saat itu membutuhkan banyak dana untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan.
a. Penjajahan Eropa terhadap Mughal di India
Pada tahun 1611 M, Inggris mendapatkan izin untuk menanamkan modal di India. Namun
pada tahun 1761 M, saat kerajaan Mughal dalam keadaan lemah, para pedagang Inggris di
sana melawan pemerintahan kerajaan. Sejak saat itulah, Inggris mulai berpengaruh terhadap
wilayah-wilayah di India. Dan pada tahun 1577 M, secara penuh kerajaan Mughal dapat
dikuasai walaupun mendapatkan perlawanan dari rakyat India yang dipelopori oleh gerakan
Wahabi.
b. Penjajahan Eropa terhadap Asia Tenggara
Di Asia Tenggara, negara-negara Eropa berusaha menguasai negara-negara di sana yang
tujuannya adalah untuk menghentikan laju perkembangan Islam dengan cara menguasai
dan memonopoli perdagangan dan politik. Pada tahun 1511 M, Malaka ditaklukkan oleh
Portugis di bawah pimpinan Alfonso Albuquerque dengan berbagai motif, antara lain
melanjutkan Perang Salib, penyebaran agama Kristen dan motif ekonomi dengan semboyan
Gospel, Gold and Glorie.
Pada tahun 1596 M, Belanda tiba di Banten yang dipimpin oleh van Cornelis de Houtman
dengan motif yang sama. Kemudian Inggris datang dan merebut kekuasaan Belanda dari
tanah Jawa pada tahun 1810 M. Pada tanggal 13 Agustus 1814 M, ditandatangani
perjanjian antara Inggris dan Belanda di London, sehingga Indonesia diserahkan kembali
kepada Belanda.
Selain Indonesia, Singapura juga pernah dijajah oleh Inggris pada tahun 1819 – 1823 M.
Demikian pula Filipina dijajah oleh Spanyol, kecuali wilayah Filipana Selatan.
C. Upaya Perkembangan Islam pada Masa Modern
Akibat adanya ekspansi wilayah yang dilakukan Eropa, menimbulkan kesenjangan antara
Islam dan Eropa, sehingga menyadarkan umat Islam bahwa mereka sudah jauh tertinggal
peradabannya. Beberapa upaya yang dilakukan dalam perkembangan Islam pada masa modern
diantaranya adalah:
1. Lahirnya gerakan pemurnian ajaran Islam
Gerakan ini menyerukan umat Islam untuk kembali kepada Al-Qur’an dan Hadis serta
menjauhkan diri dari berbagai bentuk bid’ah dan khurafat, karena hal tersebut dipandang
menyesatkan umat Islam. Gerakan ini juga melarang umat Islam untuk belajar dengan negara
Barat, karena kemajuan negara Barat jauh dari nilai-nilai Islam. Diantara gerakan pemurnian
ajaran Islam yang lahir pada abad modern adalah gerakan Wahabiyah di Saudi Arabia, gerakan
Syah Waliyullah di India dan gerakan Sanusiyah di Afrika Utara.
2. Kebangkitan Islam di bidang politik dan militer
Gagasan politik yang muncul pertama kali adalah gagasan Pan Islamisme (Persatuan Islam
Sedunia) yang mula-mula didengungkan oleh gerakan Wahabiyah dan Sanusiyah. Namun,
gagasan ini baru disuarakan dengan lantang oleh Jamaluddin Al-Afghani. Dan sebagai upaya
mewujudkan idenya, ia mendirikan Partai Nasional (Hizbul Wathan) di Mesir, memperjuangkan
pendidikan universal, menyelenggarakan kebebasan pers, dan lain sebagainya. Melalui upaya
seperti ini, Jamaluddin Al-Afghani kemudian dikenal sebagai bapak nasionalisme dalam Islam.
Selanjutnya di bagian negara Arab lainnya, terbentuk persatuan antara negara-negara Arab
karena kesamaan bahasa, yang terdiri dari Mesir, Syiria, Lebanon, Palestina, Irak, Hijaz, Afrika
Utara, Bahrain dan Kuwait. Semangat persatuan Arab semakin kuat karena Barat berusaha
mendirikan negara Yahudi di tengah-tengah bangsa Arab. Persatuan ini kemudian dikokohkan
dengan terbentuknya Liga Arab pada tanggal 12 Maret 1945.
Di Indonesia, partai politik besar yang menentang imperialisme adalah Sarekat Islam (SI) yang
didirikan pada tahun 1912 di bawah pimpinan HOS Tjokroaminoto. Partai ini merupakan
kelanjutan dari Sarekat Dagang Islam yang didirikan oleh H. Samanhudi tahun 1905. Tidak
lama kemudian, muncul partai-partai politik lainnya, seperti Partai Nasional Indonesia (PNI)
yang didirikan oleh Soekarno (1927), Pendidikan Nasional Indonesia (PNI baru) didirikan oleh
Moh. Hatta (1931), Persatuan Muslimin Indonesia (Permi) yang menjadi partai politik pada
tahun 1932 dipelopori oleh Mukhtar Luthfi.
Demikian pula organisasi-organisasi Islam di Indonesia turut berjasa dalam menentang
imperialisme, diantaranya adalah Muhammadiyah (1912) didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan,
Nahdhatul Ulama (NU) didirikan oleh KH. Hasyim Asy’ari tahun 1926, Persatuan Tarbiyah
Islam (Perti) tahun 1932 oleh Syekh Sulaiman Ar-Rasuli, dan lain-lain
3. Kebangkitan Islam di bidang Ilmu Pengetahuan, diantaranya menimba gagasan-gagasan
pembaharuan dan ilmu pengetahuan dari Barat. Seperti pengiriman para pelajar muslim oleh
penguasa Turki Usmani dan mesir ke negara-negara Eropa serta para pelajar India ke Inggris,
dilanjutkan dengan penerjemahan karya-karya Barat ke dalam Bahasa Arab.
4. Kemerdekaan negara-negara Islam dari Imperialisme
Berdirinya partai-partai politik Islam dipandang merupakan kekuatan baru sekaligus sebagai
modal umat Islam dalam mewujudkan negara Islam dari penjajahan. Diantara negara-negara
yang merdeka adalah:
a. Pakistan, merdeka dari penjajahan Inggris pada 15 Agustus 1947 dengan Presiden pertama
adalah Muhammad Ali Jinnah
b. Mesir, merdeka dari penjajahan Inggris tahun 1922 yang dipimpin oleh Raja Al-Faruq
c. Iraq, secara formal merdeka dari penjajahan Inggris tahun 1932. Namun, merdeka secara
utuh tahun 1958
d. Syiria, Yordania dan Lebanon, merdeka dari penjajahan tahun 1946
e. Negara-negara Afrika, seperti Libiya merdeka dari penjajahan tahun 1951, Sudan dan
Maroko tahun 1956, Al-Jazair tahun 1962. Bahkan hampir secara bersamaan merdeka pula
negara Yaman Utara, Yaman Selatan dan Emirat Arab.
f. Negara-negara di Asia Tenggara, seperti Indonesia tanggal 17 Agustus 1945, Malaysia
tahun 1957, Brunei Darussalam tahun 1984.
D. Tokoh-Tokoh Pembaharuan Islam pada Masa Modern
1. Jamaluddin Al-Afghani
2. Muhammad Abduh
3. Muhammad Rasyid Ridha
4. Muhammad bin Abdul Wahab
5. Muhammad Ali Pasha
6. At-Tahtawi
7. Dan lain sebagainya
E. Contoh Perilaku Meneladani Perkembangan Islam pada Masa Modern
1. Membiasakan diri untuk melakukan evaluasi diri
2. Bersikap optimistis dalam menatap masa depan
3. Bekerja keras secara profesional
4. Menerapkan ilmu yang sempurna dalam meraih kesuksesan
F. Hikmah Mempelajari Perkembangan Islam pada Masa Modern
1. Islam tidak membenarkan sikap terlalu membanggakan diri terhadap generasi sebelumnya
2. Mendorong umat Islam untuk semangat berjuang
3. Mendorong umat Islam untuk meraih kemajuan yang hakiki
4. Mendorong umat Islam untuk memiliki prinsip hidup yang kuat
5. Mendorong umat Islam untuk memahami hakikat hidup dan kehidupan