Kindo-1. Wasiat Di Puri Elang · 2016. 1. 23. · WASIAT Dl PURI ELANG Karya : Bastian Tito Cetakan...

68

Transcript of Kindo-1. Wasiat Di Puri Elang · 2016. 1. 23. · WASIAT Dl PURI ELANG Karya : Bastian Tito Cetakan...

Page 1: Kindo-1. Wasiat Di Puri Elang · 2016. 1. 23. · WASIAT Dl PURI ELANG Karya : Bastian Tito Cetakan pertama : 1992 Hak cipta dan Copy right pada pengarang ... sudah mendengar kabar.
Page 2: Kindo-1. Wasiat Di Puri Elang · 2016. 1. 23. · WASIAT Dl PURI ELANG Karya : Bastian Tito Cetakan pertama : 1992 Hak cipta dan Copy right pada pengarang ... sudah mendengar kabar.

WASIAT Dl PURI ELANG

Karya : Bastian TitoCetakan pertama : 1992

Hak cipta dan Copy rightpada pengarang

di bawah lindunganundang-undang.

Pembuat Ebook :Scan buku ke djvu : Abu Keisel

Convert : Abu Keisel

Editor : FujidenkikagawaEbook oleh : Dewi KZ

http://kangzusi.com/ http://dewi-kz.info/http://kangzusi.info/ http://ebook-dewikz.com/

NYANYIAN KINDO

AKU SATRIA MUDA PERKASASIAP MENGARUNGI BAHAYA

TABAH DALAM SEGALA DERITAIMAN DALAM SEGALA SENGSARA

AKU PENDEKAR MUDA PERKASATIADA HARI TANPATANTANGAN

BERKELANA MEMBELA KEBENARANSIAP TEGAKKAN KEADILAN

Page 3: Kindo-1. Wasiat Di Puri Elang · 2016. 1. 23. · WASIAT Dl PURI ELANG Karya : Bastian Tito Cetakan pertama : 1992 Hak cipta dan Copy right pada pengarang ... sudah mendengar kabar.
Page 4: Kindo-1. Wasiat Di Puri Elang · 2016. 1. 23. · WASIAT Dl PURI ELANG Karya : Bastian Tito Cetakan pertama : 1992 Hak cipta dan Copy right pada pengarang ... sudah mendengar kabar.

SEBATANG KARA

ANAK lelaki itu duduk di tangga kayu rumah tua. Dua tangannyaditopangkan ke dagu. Wajahnya murung. Pakaian lusuh dan rambut kusut.Dekat kakinya ada sebuah buntalan. Angin pagi bertiup sejuk membuatsepasang matanya terpej am-pejam. Sebelum kantuk menguasai dirinya anakini cepat membuka kedua matanya lebar-lebar. Saat itu dia melihat didepannya ada seorang anak perempuan mendatangi sambil bernyanyi-nyanyi.

Sampai di hadapan anak lelaki yang duduk di tangga kayu, anakperempuan tadi hentikan nyanyiannya. Dia menatap sesaat lalu menyapa.

"Kindo. Wajahmu kulihat muram....""Kanti.... Ah, kau rupanya. Aku memang lagi sedih nih. Kau tentu

sudah mendengar kabar. Pamanku, satu-satunya tempat gantungan hiduptewas dicabik-cabik harimau di hutan..."

"Aku turut bersedih Kindo," kata Kanti."Kini aku bingung. Tak punya orangtua, tak punya Paman....""Aku juga yatim piatu Kindo. Nasib kita sama."Kindo menggeleng. Kedua tangannya masih saja menopang dagu.

"Aku kini sebatang kara. Kau masih punya Bibi. Kurasa apa gunanya akutinggal lebih lama di desa ini."

Kanti memandang pada buntalan dekat kaki Kindo."Jadi kau mau pergi? Mau meninggalkan desa?" Suara anak

perempuan ini tersendat. "Kau mau pergi ke mana Kindo?""Dulu Paman pernah berwasiat. Sepertinya beliau punya firasat.

Katanya, kalau terjadi apa-apa dengan dirinya aku harus meninggalkandesa. Pergi ke Puri Elang di puncak bukit Mega Biru."

Kanti duduk di anak tangga paling bawah. Menatap pada Kindoyang duduk satu tangga di atasnya.

"Puri Elang. Bukit Mega Biru..." ucap Kanti perlahan. "Aku pernahdengar nama itu. Letaknya jauh. Perjalanan ke sana sukar. Itu tempat angkeryang tidak pernah didatangi manusia. Dan kau mau ke sana! Jangan pergiKindo!"

Kindo tak segera menjawab. Perlahan-lahan diturunkan keduatangannya. "Sesuai wasiat Paman aku harus ke sana. Di sana aku bakalbertemu dengan seseorang yang akan memberi ilmu kepandaian..."

"Ilmu kepandaian apa?" tanya Kanti."Ilmu silat. Kata Paman ilmu yang kumiliki masih sangat rendah.

Jika aku ingin jadi anak laki-laki, jadi seorang satria, jadi seorang pendekar,

Page 5: Kindo-1. Wasiat Di Puri Elang · 2016. 1. 23. · WASIAT Dl PURI ELANG Karya : Bastian Tito Cetakan pertama : 1992 Hak cipta dan Copy right pada pengarang ... sudah mendengar kabar.

aku musti pergi ke sana. Aku mempunyai bakat yang orang lain tidakmemiliki."

"Aku tidak mengerti semua ucapanmu ini Kindo. Tapi siapa sihorang yang bakal kau temui itu?"

"Aku sendiri tidak tahu siapa orangnya. Paman tidak menyebutnama atau apa.... Ciri-cirinya juga tidak. Apa tinggi, bundar, lonjong, atauempat persegi."

Kanti tersenyum tetapi jelas wajahnya gundah. "Kau ini yangbukan-bukan saja. Mana ada manusia berbentuk empat persegi." Setelahmenarik nafas dal am anak perempuan ini melanjutkan.

"Kalau kau pergi, aku harus ikut."Kindo terkejut dan berdiri. "Tidak mungkin Kanti. Tidak bisa!""Mengapa tidak mungkin? Kenapa tidak bisa?! Bukankah kita

berteman?""Pokoknya tidak bisa!" kata Kindo pula.Paras anak perempuan itu menjadi redup. Saat itu sebuah pedati

ditarik dua ekor sapi berhenti di depan rumah, kakek Purwo pemegang talikendali melambaikan tangannya. "Cah bagus! Apakah kau sudah siapmelakukan perjal anan gilamu?!"

"Saya sudah siap Kek. Saya kira kau tidak bakal datang. Sayasudah lama menunggu!"

"Tapi aku tidak mau berlaku segilamu. Aku tidak akanmengantarmu sampai ke puncak bukit Mega Biru!"

"Terserah. Kau mau mengantarkan sampai di mana! Saya tetapakan berterima kasih!" kat a Kindo. Lalu ia berpaling pada anak perempuanitu. "Kanti, aku pergi sekarang. Selamat tinggal..."

"Selamat jalan Kindo," balas Kanti menahan sesenggukan.Kindo melompat ke atas pedati."Kindo! Buntalanmu ketinggalan!”seru Kanti."Astaga! Tolong lemparkan!"Kanti melemparkan buntal an itu ke atas pedati. Kindo

melambaikan tangannya. Pedati mulai bergerak. Air mata merebak jatuh dipipi Kanti. Dalam hatinya anak perempuan ini merat ap. "Aku kehilanganteman bermain. Aku kehilangan teman berbagi suka dan duka.... Kindo,nasibmu mungkin buruk. Tapi rasanya aku tidak lebih baik...."

Page 6: Kindo-1. Wasiat Di Puri Elang · 2016. 1. 23. · WASIAT Dl PURI ELANG Karya : Bastian Tito Cetakan pertama : 1992 Hak cipta dan Copy right pada pengarang ... sudah mendengar kabar.

HAMPIR DISANTAP RAJA HUTAN

PEDATI berhenti di tepi hutan jati. Kakek yang memegang talikekang dua sapi penarik pedati berpaling pada Kindo. Anak ini baru sajaterbangun dari tidur lelapnya. Sambil menguap dia memandang berkeliling.

"Kek, kenapa berhenti?""Aku hanya sanggup mengantarmu sampai di sini. Sebentar lagi

matahari akan

tenggelam. Aku tidak mau kemalaman sampai di tujuan..."Kindo tersenyum."Bilang saja yang sebetulnya Kek. Kau takut dekat-dekat bukit

Mega Biru, bukan?"

Page 7: Kindo-1. Wasiat Di Puri Elang · 2016. 1. 23. · WASIAT Dl PURI ELANG Karya : Bastian Tito Cetakan pertama : 1992 Hak cipta dan Copy right pada pengarang ... sudah mendengar kabar.

"Ssttt... Jangan sebut itu. Dengar, aku kenal Ayahmu. Dia orangberilmu dan pemberani. Sayang dia mati muda. Aku juga kenal Pamanmu.Sama hebatnya dengan Ayahmu. Ternyata kau mewarisi keberanianmereka. Aku, kakek-kakek rongsokan ini biar jadi manusia penakut saja...."

Kindo menguap lagi. Lalu mengambil buntalannya."Kek, arah mana yang harus saya tempuh?""Bukit itu terletak di balik hutan ini. Berarti untuk mencapainya

kau harus menembus hutan…""Wah, malam-malam masik hutan bisa berabe. Mending kalau

tidak ada binatang buas, ular berbisa. Mungkin juga ada setannya! Uh...!""Katamu kau mau jadi satria muda. Pendekar muda. Belum apa-

apa sudah takut sama binatang buas dan setan! Mana keberanian warisanAyah dan Pamanmu!” Si kakek ganti menyindir.

"Ah! Siapa yang takut!” kata Kindo jadi bersemangat mendengarejekan si kakek. Cepat-cepat dia melompat turun. "Kek Purwo!” seruKindo. Tapi si kakek tidak menyahuti ataupun menoleh. Dia cepat-cepatmembedal sapi-sapi penarik pedati.

Makin jauh masuk ke dalam hutan makin gelap keadaannya.Berbagai suara binatang malam masuk ke telinga Kindo. Sesekali ada suaraseperti anjing menyalak. Lalu seolah-olah ada harimau mengaum dikejauhan. Nyamuk mendesing di sekelilingnya. Mengikuti ke mana diapergi. Di satu tempat Kindo hentikan langkahnya. Dia mendekapbuntalannya di depan dada. Lapat-l apat dia mendengar suara ai r mengucur.Anak ini meneruskan langkahnya. Kini dia berjalan ke arah suara air.

Tak selang berapa lama, Kindo sampai di sebuah telaga kecil.Demikian beningnya air t elaga ini sehingga meskipun gelap Kindo masihbisa melihat dasar tel aga yang dangkal, dipenuhi batu-batu. Di salah satubagian telaga ada susunan batu membentuk dinding tinggi. Dari dinding iniada ai r mengalir masuk ke dalam telaga. Kucuran air inilah yang terdengardi kejauhan tadi.

"Airnya jernih. Pasti sejuk. Aku minum dulu ah! Lalu cuci mukasepuasku!" kata Kindo. Buntalannya diletakkan di atas sebuah batu. Laludia membungkuk di tepi telaga. Dengan kedua tangan disenduknya airtelaga dan diminumnya. Puas minum anak ini membasahi mukanya denganair yang sejuk itu. Tiba-tiba telinganya menangkap suara gemerisik disebelah depan. Kindo mengangkat kepala. Semak belukar di seberang sana

Page 8: Kindo-1. Wasiat Di Puri Elang · 2016. 1. 23. · WASIAT Dl PURI ELANG Karya : Bastian Tito Cetakan pertama : 1992 Hak cipta dan Copy right pada pengarang ... sudah mendengar kabar.

bergerak-gerak. Lalu ada dua buah nyala kuning menyeruak di antara semakbelukar yang terkuak.

Jantung Kindo seperti mau copot. "Harimau..." desis anak ini."Pasti harimau...." Secepat kilat Kindo melompat. Di seberang telagaterdengar suara mengaum. Tanah yang dipijak terasa bergetar. Kindomemandang berkeliling. Mencari tempat untuk lari. Tidak, aku tidakmungkin lari. Binatang ini pasti dapat mengejarku! Aku harus bersembunyi.Tapi di mana..."

Auman binatang buas di seberang tel aga kembali menggelegar."Aduh, aku seperti mau kencing!” Kindo memandang berkeliling sekalilagi. Ada sebatang pohon. Tidak terlalu besar, juga tidak terlalu tinggi danbanyak cabang-cabangnya.

"Mudah-mudahan saja binatang itu tidak bisa memanjat!" kataKindo dalam hati. Lalu secepat yang bisa dilakukannya dia naik ke ataspohon. Dalam hal panjat memanjat anak ini memang sudah jadi juara sejakkecil. Sebentar saj a dia sudah lenyap di balik kel ebatan cabang-cabangberdaun lebat. Memandang ke bawah jantungnya berdebar keras. Seekorharimau kuning berbelang hitam muncul di kaki pohon. Binatang inimendongak ke atas. Lalu kedua kakinya menggapai -gapai seperti hendakmemanjat. Pohon bergoyang keras. Kulit pohon hancur berkeping-keping.

Di atas pohon Kindo menjepit kedua pahanya satu sama lain agartidak terkencing-kencing.

Dalam keadaan seperti itu suara hatinya berkata. "Takut sih boleh-boleh saja. Mengapa tidak pergunakan kesempatan ini untuk menjajal ilmumelempar yang diaj arkan Paman. Bukan mustahil binatang ini yangmenerkam dan menewaskan Paman. Saatnya membalas dendam!”

Walau hatinya berkata begitu namun Kindo belum berbuat apa-apa. Dia tidak punya benda apa lagi senjata untuk dilempar pada harimau dibawah pohon. Dalam gelap tiba-tiba dia melihat dan untuk pert ama kalinyamenyadari. Pohon tempat dia bersembunyi itu memiliki banyak buahberwarna hitam, berkulit tebal keras. Berbentuk lonjong dan runcingujungnya.

Cepat Kindo memetik sepuluh buah sekaligus. "Arah bagian yanglemah! Arah kedua matanya!"

Kindo menggerakkan tangan kanannya. Buah pertama melesat kebawah tapi mental karena menghantam salah satu cabang pohon. Di bawahsana harimau tampak mulai memanjat naik. Kindo melemparkan buah yangkedua. Berhasil mengenai harimau tapi kena bagian badannya yangberbulu tebal. Jangankan cidera terasa sakit pun tidak.

Page 9: Kindo-1. Wasiat Di Puri Elang · 2016. 1. 23. · WASIAT Dl PURI ELANG Karya : Bastian Tito Cetakan pertama : 1992 Hak cipta dan Copy right pada pengarang ... sudah mendengar kabar.

"Tololnya aku ini!" Kindo memaki diri sendiri. Lalu hatinya ber-kata. Tenang Kindo. Kau harus tenang. Buang rasa takutmu! Jangan biarkandadamu berdebar dan tanganmu gemetar. Pusatkan pikiran. Harus kena!Harus kena matanya!"

Kindo siapkan buah ke tiga. Membidik dengan hati-hati.Tangannya bergerak.

"Wuuuttt!" Buah keras berujung runcing melesat dalam kegelapanmalam. Lalu terdengar suara harimau di bawah pohon menggereng keras.Buah yang dilemparkan lagi-lagi meleset dari sasarannya. Bukannya kenamata melainkan masuk ke dalam lobang hidung sebel ah kiri. Binatang buasini membuka mulutnya lebar-lebar. Aumannya keras tapi terdengar agakaneh karena jalan pernafasannya tersumbat sebel ah.

Di atas pohon kembali Kindo mengomeli ketololannya. "Kindobodoh! Mengapa kau tidak bisa memusatkan perhatian?! Arahkan pikiran!Pusatkan perhatian! Sekali ini harus kena matanya! Matanya Kindo! Harusmatanya! Kalau tidak kau akan celaka!"

Buah ke empat berada dalam genggaman Kindo. Harimau dibawah pohon kembali mendongak dan menggapai-gapai.

"Ini saatnya Kindo! Lempar!"

Page 10: Kindo-1. Wasiat Di Puri Elang · 2016. 1. 23. · WASIAT Dl PURI ELANG Karya : Bastian Tito Cetakan pertama : 1992 Hak cipta dan Copy right pada pengarang ... sudah mendengar kabar.

Buah keras itu meluncur dalam kegelapan malam. Mengeluarkansuara berdesir. Tanda dilempar dengan kekuatan dan kemantapan.

"Clep!" Kali ini berhasil! Benar-benar menancap di mata kananharimau. Darah mengucur. Binatang ini mengaum dahsyat. Tubuhnyamiring lalu jatuh ke tanah. Untuk beberapa lamanya dia berguling-gulingkesakitan. Lalu sambil terus mengaum, terhuyung-huyung dia larimeninggalkan tempat itu.

Kindo melepas nafas lega. Dia mengusap dadanya berulang kali.Setelah merasa benar-benar aman anak ini segera bersiap turun. Tetapi barusaja kakinya menginjak cabang pohon di sebelah bawah tiba-tiba tigabayangan hitam berkelebat. Kindo cepat menarik kakinya, kembalimendekam di atas pohon di balik kelebatan daun-daun.

Page 11: Kindo-1. Wasiat Di Puri Elang · 2016. 1. 23. · WASIAT Dl PURI ELANG Karya : Bastian Tito Cetakan pertama : 1992 Hak cipta dan Copy right pada pengarang ... sudah mendengar kabar.

HANTU PLONTOS

DARI tempatnya bersembunyi di atas pohon Kindo melihat tigaorang berpakai an serba hitam tegak di tepi telaga. Tampang mereka sangar.Salah seorang dari mereka mendekati batu di mana terl etak buntal an milikKindo.

"Siapa punya buntalan ini," kat anya. Lalu memeriksa. "Sialan,cuma pakaian butut. Pakaian anak-anak!"

"Berarti ada orang di tempat ini sebelum kita datang," kawannyaberkata agak curiga dan memandang berkeliling.

"Mungkin siang tadi ada anak-anak mandi di telaga. Lupamembawa buntalan pakaiannya," kata orang yang satu lagi.

"Kalian yakin rombongan pedagang kaya itu akan lewat di sini?"Orang ini memiliki kumis dan berewokan lebat. Tapi kepalanya botak

Page 12: Kindo-1. Wasiat Di Puri Elang · 2016. 1. 23. · WASIAT Dl PURI ELANG Karya : Bastian Tito Cetakan pertama : 1992 Hak cipta dan Copy right pada pengarang ... sudah mendengar kabar.

plontos. Dari gelagatnya agaknya dialah yang jadi pimpinan di antara ketigaorang itu.

"Katama, kalau tidak yakin masakan kami membawamu ke tempatini," menjawab orang di sebelahnya. Namanya Sambradu. "Merekaberjumlah lima orang. Pedagang kaya itu sendiri, biasa dipanggil dengansebutan Juragan Lor Bangkalan. Yang empat orang lagi para pengawalnya."

"Hemmmm..." gumam orang ke tiga bernama Kecak. "Empatpengawal itu pasti orang-orang andalan. Kalau tidak mana mau Juragan LorBangkalan melewati rimba belantara ini. Apa lagi malam-malam begini."

"Kabarnya Juragan Lor Bangkalan selalu memakai orang-orangdari Madura," ujar Sambradu.

Katama menyeringai. Sambil mengusap-usap kepala botaknya diaberkata. "Siapapun mereka, akan kupotes kepala mereka satu persatu!Aku...." Katama hentikan ucapannya. "Ada nyala api di sebelah sana. Akumendengar suara l angkah-l angkah orang menuju ke mari. Bersiaplahkalian!"

Di kejauhan memang tampak nyala api, bergerak mendatangidibarengi suara langkah-langkah kaki. Tak lama kemudian dari atas pohonKindo melihat empat orang lelaki bertubuh besar, bertelanj ang dada hanyamengenakan celana pangsi hitam memanggul sebuah tandu. Dua di depandua di belakang. Masing-masing membekal sebilah golok. Pada sisi kanantandu, tergantung sebuah obor besar. Di atas tandu duduklah seorang lelakiluar biasa gemuknya. Seumur hidupnya belum pernah Kindo melihat orangsegemuk ini. Orang ini mengenakan sehelai jubah berbunga-bunga.Lehernya jadi satu dengan dagu. Dada dan perutnya menyembul. Mukanyayang bulat dan selalu keringatan dihias sepasang mata belok besar. Di atastandu, dekat kakinya ada sebuah kantong kain. Yang namanya orang kaya,cincin emas berbatu permata besar melingkar pada tiga j ari tangan kirikanan.

Tiga orang yang bersembunyi di kegelapan sesaat saling pandang.Katama berkat a perl ahan. "Aku belum pernah melihat pedagang kayabernama Lor B angkalan itu. Tapi aku yakin betul orangnya tidak sepertigajah bunting di atas tandu itu! Berarti kita menghadang orang yang salah!"

Sambradu dan Kecak tak bisa menjawab apa-apa.Rombongan pembawa tandu tertatih-tatih sampai di tepi t elaga. Si

gendut mengangkat tangannya. "Kita berhenti di sini. Tempat ini cukupbaik untuk bermalam. Besok pagi-pagi kita lanjutkan perjalanan."

Empat orang pemanggul tandu yang memang sudah keletihanmerasa bersyukur. Buru-buru mereka menurunkan tandu. Salah seorang darimereka bertanya. "Juragan Lor Bangkalan, apakah kami perlu mendirikantenda?"

Page 13: Kindo-1. Wasiat Di Puri Elang · 2016. 1. 23. · WASIAT Dl PURI ELANG Karya : Bastian Tito Cetakan pertama : 1992 Hak cipta dan Copy right pada pengarang ... sudah mendengar kabar.

Si gendut yang dipanggil dengan sebutan Juragan Lor Bangkalanitu memandang ke sekeliling. "Tempat ini cukup teduh. Tak usahmemasang tenda. Cukup bentangkan alas ketiduran saja. Tapi sebelum tiduraku mau berendam sebentar dalam air telaga. Pasti sejuk."

Dengan dibantu dua orang pengawalnya, Juragan Lor B angkalanturun dari atas tandu. Sebelum melangkah menuju telaga pedagang bertubuhgemuk ini berkata pada para pengawalnya. "Dua orang mengawalku dekattelaga. Dua lagi jangan jauh-jauh dari kereta. Aku tidak mau terjadi sesuatudengan kantong berisi emas itu."

Di tempat gelap Kecak berbisik. "Kita tidak keliru. Si gendut itumemang Juragan Lor Bangkalan. Tunggu apa lagi!"

Tiga orang itu melompat keluar dari tempat gelap. Sambradubergerak ke arah dua pengawal di tepi telaga. Kecak menyerang duapengawal yang ada dekat tandu. Perkel ahian golok lawan golok segeraterjadi.

Meski berjumlah empat orang dan memiliki tubuh tinggi besar,ternyata keempat pengawal Juragan Lor Bangkalan tidak mampumenghadapi dua orang anak buah Katama yang menyerang dengan ganasseperti kesetanan.

Dalam beberapa gebrakan saja, golok di tangan ke empat pengawalitu dibikin mental. Salah satu malah menjerit karena dadanya sempattergores ujung golok Kecak.

"Jangan bunuh! Ampun! Kami menyerah!"Salah seorang pengawal Juragan Lor Bangkalan jatuhkan diri

berlutut sambil mengangkat dua tangan tinggi-tinggi. Tiga pengawallainnya yang sadar tak bisa melawan segera jatuhkan diri pula mengikutiapa yang dilakukan kawan mereka.

Suara tawa bergerak meledak di tempat itu. Katama tegak dekattandu. Tangan kiri berkacak pinggang, yang kanan menimang-nimangkantong kain berisi emas.

Di tepi telaga tubuh gendut Juragan Lor Bangkalan gemetaran.Mukanya yang bundar keringat an tampak pucat.

Page 14: Kindo-1. Wasiat Di Puri Elang · 2016. 1. 23. · WASIAT Dl PURI ELANG Karya : Bastian Tito Cetakan pertama : 1992 Hak cipta dan Copy right pada pengarang ... sudah mendengar kabar.

"Manusia jahat! Rampok busuk...."Katama melangkah cepat ke hadapan Juragan Lor Bangkalan.

Tangan kirinya bergerak."Plaaakk!" Satu tamparan keras mendarat di pipi sang Juragan

hingga sudut bibirnya pecah dan mengucurkan darah. "Sekali l agi kaumemaki, kutebas batang lehermu!" Katama yang bertangan kidal letakkantangan kirinya di gagang golok. "Kau tidak tahu tengah berhadapan dengansiapa! Aku Katama, bergelar Hantu Plontos menganggap nyawamu tidaklebih berharga dari kentut yang keluar dari duburku!"

Terkejutlah Juragan Lor B angkalan begitu mengetahui siapaadanya orang di hadapannya itu. Nama Hantu Plontos sama angkernyadengan setan kepala tujuh. Siapa orangnya yang tidak kenal dengangembong perampok kejam ini.

"Hantu Plontos.... Kembalikan kantong kain itu. Kau boleh ambilhartaku yang lain. Cincin-cincin ini. Ambil semua. Tapi aku mohonkembalikan kantong itu..." Juragan Lor Bangkalan tanggalkan enam buahcincin emas yang dipakainya lalu melet akkannya di depan kaki Katamaalias Hantu Plontos.

Page 15: Kindo-1. Wasiat Di Puri Elang · 2016. 1. 23. · WASIAT Dl PURI ELANG Karya : Bastian Tito Cetakan pertama : 1992 Hak cipta dan Copy right pada pengarang ... sudah mendengar kabar.
Page 16: Kindo-1. Wasiat Di Puri Elang · 2016. 1. 23. · WASIAT Dl PURI ELANG Karya : Bastian Tito Cetakan pertama : 1992 Hak cipta dan Copy right pada pengarang ... sudah mendengar kabar.

DITIPU JURAGAN LORBANGKALAN

HANTU Plontos tertawa mengekeh. Dia membungkuk mengambilenam buah cincin permata berikat emas itu. Memperhatikannya sejenak lalumemasukkannya ke dalam saku baju hitamnya.

"Sekarang serahkan kantong kain itu padaku," kata Juragan LorBangkalan.

Katama alias Hantu Plontos menyeringai. Tiba-tiba kaki kirinyamelesat ke depan, ditumpangkan di bahu kanan Juragan Lor Bangkalan."Menurut aturanku kau harus mampus. Mengingat kau berbaik hati,memberikan enam cincin emas dan kantong berisi emas ini, aku ampuniselembar jiwamu. Nah sekarang kalau kau mau mandi, mandilah!"

Kaki kiri Katama menghantam dada Juragan Lor Bangkalan takampun lagi si gemuk ini jatuh kecebur masuk ke dalam telaga.

Katama tertawa gelak-gelak. Dia membalikkan tubuh lalumembentak pada empat pengawal yang berlutut di tanah. "Aku muak me-lihat kalian! Lekas minggat dari sini sebelum kusuruh anak buahkumenggorok leher kali an!"

Mendengar kata-kata kepala rampok itu, tak tunggu lebih lamaempat orang pengawal Juragan Lor Bangkalan segera berdiri. Keempatnyalalu lari meninggalkan tempat itu secepat yang bisa mereka lakukan.

Dengan susah payah Juragan bertubuh gemuk itu mencobabangkit. Batu-batu di dasar telaga yang licin membuat kakinya terpel eset.Akibatnya dia kecebur kembali ke dalam telaga.

Page 17: Kindo-1. Wasiat Di Puri Elang · 2016. 1. 23. · WASIAT Dl PURI ELANG Karya : Bastian Tito Cetakan pertama : 1992 Hak cipta dan Copy right pada pengarang ... sudah mendengar kabar.

"Anak-anak, ayo tinggalkan tempat ini. Biarkan si gendut itukelelap!" kata Katama.

Di atas pohon Kindo mengomel seorang diri. "Empat pengawalbertubuh tinggi besar itu! Ternyata mereka banci semua! Aku kasihan padasi gendut. Perampok kepala botak itu kalau tidak diberi pelajaran tidak akankapok. Biar aku kerjai dulu dua anak buahnya!"

Di tangan kiri Kindo saat itu masih ada enam butir buah kerasberujung runcing. Dia memindahkan satu ke tangan kanan. Memperhatikanke bawah sejenak lalu melempar.

Page 18: Kindo-1. Wasiat Di Puri Elang · 2016. 1. 23. · WASIAT Dl PURI ELANG Karya : Bastian Tito Cetakan pertama : 1992 Hak cipta dan Copy right pada pengarang ... sudah mendengar kabar.

Kecak menjerit. Bukan karena sakit saja tapi juga karena kagetsekali. Sebuah benda keras menghantam dan membuat luka besar dikeningnya.

"Kurang ajar! Siapa berani membokong!" teriaknya marah."Eh, Kecak kenapa kau?" tanya Katama, sementara Sambradu

bergegas mendekati temannya itu. Baru menindak satu langkah tiba-tibasebuah benda entah dari mana datangnya menghantam hidungnya.

Sambradu menjerit kesakitan sambil tekap hidungnya. Cupinghidung sebelah kiri perampok ini sumplung. Darah mengucur.

Katama memandang berkeliling. "Ini bukan main-main," katanyadalam hati. Dia memandang ke arah Juragan Lor Bangkalan yang saat itumasih berusaha keluar dari dalam telaga. Tidak mungkin si gendut itu.Bangkit saja dia tidak mampu! Lalu siapa yang berani berlaku kurangajar?!" Kepala rampok ini mendongak ke atas pohon tepat Kindobersembunyi. Tadi telinganya sempat mendengar suara berdesir dari ataspohon itu. "Jangan-jangan si pembokong bersembunyi di atas sana. Lihatsaja.... Akan kubikin terjungkal. Begitu jatuh di tanah akan kuinjak-injaksampai bonyok!"

Katama menghampiri pohon. Kedua tangannya memegang batangkuat-kuat. Dia memiliki satu aji kekuatan bernama "tangan penggoncangakhirat". Dengan mengerahkan kekuatan ini maka digoncangnya batangpohon itu. Terjadilah hal yang hebat. Pohon besar itu berderak-derak.Cabangnya bergoyang keras. Ranting-ranting berpatahan sedang daun danbuahnya gugur berjatuhan. Pohon itu tidak beda laksana dilanda angintopan.

Di atas pohon Kindo merasa kepalanya pening. Tengkuknya dingindan perutnya seperti terbalik-balik.

"Uh...! Mau muntah rasanya!"Dia berpegang kuat -kuat pada sebuah cabang. Tidak terasa

celananya sudah basah dan kedua kakinya seperti kejang."Gila! Ilmu apa yang dimiliki si botak itu!"Goncangan semakin keras. Tubuh Kindo kini bergoyang kian

kemari. Kadang-kadang berputar seperti baling-baling. Kalau dia tidakberpegangan kuat-kuat pada sebatang cabang sudah sejak tadi dia terl emparjatuh ke tanah. Bagaimanapun juga Kindo tidak dapat menahan kengeri an.Dia mulai menjerit. Suara jeritannya panjang dan menggema aneh hingga dibawah sana terdengar seperti suara tiupan seruling.

Katama berhenti menggoncang. "Eh, siapa sebenarnya di atassana?!” teriak kepala rampok ini. "Manusia? Binatang atau setan...?!"

Page 19: Kindo-1. Wasiat Di Puri Elang · 2016. 1. 23. · WASIAT Dl PURI ELANG Karya : Bastian Tito Cetakan pertama : 1992 Hak cipta dan Copy right pada pengarang ... sudah mendengar kabar.

"Aku tuyul!" teriak Kindo. Dalam bingungnya dia tidak sadar lagimengucap apa saja. Mungkin terpengaruh karena melihat kepal a botakplontos Katama.

"Tuyul?! Hah!" Katama menyeringai. Kepala rampok ini manamau percaya apalagi merasa takut. "Akan kulihat kau benar-benar tuyul atauapa!" teri aknya.

"Bukan! Aku bukan tuyul. Tapi anak tuyul!" terdengar suara dariatas pohon. "Sebentar lagi akan kucekik lehermu!"

"Tuyul atau anak tuyul atau cucu tuyul akan kulihat tampangmu!"Katama memegang batang pohon erat-erat.

Di atas pohon. "Sekali lagi si botak itu menggoncang pohon akupasti jatuh. Lebih baik aku melompat saja. Tapi tanah masih jauh. Baiknyaaku merosot dulu...." lalu Kindo merosot turun sepanjang batang pohon.Beberapa kali kakinya terpukul oleh cabang-cabang yang melintang. Rasasakit tidak diperdulikannya. Yang penting dia harus cari selamat dulu.

Sampai di pertengahan pohon tiba-tiba Katama alias hantu Plontoskembali menggoncang pohon. Demikian kerasnya hingga Kindo taksanggup lagi bertahan. Pegangannya pada cabang pohon terl epas. Anak initerpelanting jatuh ke bawah. Dia berusaha menggapai ki an kemari mencaripegangan tapi tak berhasil. Di bawahnya tanah semakin dekat. Laludilihatnya kepala botak itu. "Biar aku mengadu untung," kata anak ini dalamhati. Sedapat yang bisa dilakukannya tubuhnya dimiringkan ke ki ri. Keduakakinya diluruskan ke bawah.

"Hah...!" seru kepala rampok itu ketika melihat ada seorang anaklelaki melayang jatuh sebat sekali dari atas pohon. Seruannya terputuskarena dua tumit Kindo saat itu mendarat di mukanya. Tumit kirimenghantam mata kanan

"Croottt!"Mata kanan itu pecah. Darah muncrat. Jeritan Katama setinggi

langit. Kepalanya serasa seperti mau pecah.Tumit kanan menyusul.

Page 20: Kindo-1. Wasiat Di Puri Elang · 2016. 1. 23. · WASIAT Dl PURI ELANG Karya : Bastian Tito Cetakan pertama : 1992 Hak cipta dan Copy right pada pengarang ... sudah mendengar kabar.

"Bukkkk! Kreekk!"Kali ini yang kena sasaran adal ah mulut si kepala rampok.

Bibirnya pecah. Tiga giginya rontok. Kembali terdengar jeritan Katama.Tubuhnya terhuyung-huyung akhirnya jatuh menungging dekat akar pohon.

Kindo sendiri juga menjerit kesakitan. Kaki kanannya berdarahakibat benturan keras dengan gigi Katama. Tubuhnya mental ke kiri, kearah telaga.

Page 21: Kindo-1. Wasiat Di Puri Elang · 2016. 1. 23. · WASIAT Dl PURI ELANG Karya : Bastian Tito Cetakan pertama : 1992 Hak cipta dan Copy right pada pengarang ... sudah mendengar kabar.

"Mati aku! Pecah kepalaku!" pekik Kindo. Sudah pasti dia jatuh diatas sebuah batu besar di tepi telaga. Kepalanya akan sampai duluan! Keduatangannya ditutupkan ke mukanya. Ngeri!

"Blukkk!""Ngeeekkk!""Eh...?!" Kindo merasa heran. Dia tidak jatuh di atas batu yang

keras. Tapi di atas satu benda yang lembut. Lalu suara "ngeeekkk" tadi itusuara apa? Perlahan-lahan Kindo menurunkan kedua tangannya. Astaga?Dia dapatkan dirinya tert elungkup di atas perut gendut empuk Juragan LorBangkalan. Pantasan saja kepalanya tidak pecah dan tubuhnya tidak remuk!

"Anak set an! Kau kira aku ini kasur atau bantalan!" teri ak sangJuragan marah sekali. Dijambaknya rambut Kindo.

"Jur... juragan.... Maafkan aku. Aku tidak sengaja jatuh di atastubuhmu. Aku...."

"Sialan! Sudah berlaku kurang ajar masih banyak mulut lagi!"Juragan Lor B angkalan sentakkan tangannya. Tak ampun lagi Kindoterlempar jauh dan "blukkk!"

"Preett!""Anak bangsat kurang ajar! Belum puas kau membuat diriku

celaka! Sekarang kau kentuti mukaku! Kupatahkan batang lehermu!"Itu adalah suara bentakan Katama alias Hantu Plontos, waktu

dilemparkan si Juragan tadi, Kindo jatuh tepat di atas tubuh Katama yangsedang megap-megap kesakitan. Celakanya dia jatuh dengan pantat lebihdulu mendarat di muka kepala rampok yang sudah remuk itu! Gilanya lagiwaktu jatuh, mungkin saking takut atau juga kaget anak ini sampai keluarangin alias kentut di wajahnya si Hantu Plontos!

Dapat dibayangkan bagaimana marahnya kepala rampok itu. Duatangannya bergerak ke arah leher Kindo. Sebelum lehernya sempat di cekalKindo buru-buru melompat dan lari. Katama bangkit berdiri. Hendakmengejar. Matanya membentur kantong kain berisi emas. Ini lebih penting,pikirnya. Segera saja disambarnya.

Page 22: Kindo-1. Wasiat Di Puri Elang · 2016. 1. 23. · WASIAT Dl PURI ELANG Karya : Bastian Tito Cetakan pertama : 1992 Hak cipta dan Copy right pada pengarang ... sudah mendengar kabar.

Sesaat dia memandang ke arah telaga. Juragan Lor B angkalantengah berusaha keluar dari dalam tel aga sambil berpegangan pada sebuahbatu besar. Kepala rampok ini tak punya nafsu l agi untuk berbuat lainkecuali tinggalkan tempat itu. Apa lagi kantong berisi emas sudah ditangannya. Selain itu di dalam saku pakaiannya ada pula enam buah cincinpermata berikat emas. Dengan terhuyung-huyung sambil pegangi mulutnyayang berdarah dia memberi isyarat pada dua anak buahnya yang masihkalang kabut kesakitan. Ketiga penjahat ini akhirnya tinggalkan tempat itu.

Juragan Lor Bangkalan berdiri basah kuyup di tepi telaga. Kalautadi dia kelihatan begitu ketakutan, kini dia malah t ertawa mengekeh. Lalumasukkan dua jari tangannya ke dalam mulut. Satu suitan melengking. Taklama kemudian empat orang lelaki bertubuh tinggi besar, yaitu parapengawal yang tadi melarikan diri muncul di tempat itu.

"Teman-teman. Tugas kalian sudah selesai. Aku mengucapkanterima kasih. Kita berhasil menghajar para perampok itu. Juga menipu

Page 23: Kindo-1. Wasiat Di Puri Elang · 2016. 1. 23. · WASIAT Dl PURI ELANG Karya : Bastian Tito Cetakan pertama : 1992 Hak cipta dan Copy right pada pengarang ... sudah mendengar kabar.

mereka. Ha... ha... ha! Kalian boleh pergi sekarang. Aku akan meneruskanperjalanan seorang diri."

Empat orang yang sebelumnya bertindak sebagai para pengawal itusama-sama mengangguk. Lalu tanpa menunggu lebih lama segera berlalu.Si gemuk memandang berkeliling. Mencari-cari. "Eh, kemana raibnya anakitu? Kalau begitu aku harus berangkat sekarang juga. Kalau sampaikeduluan segala urusan bisa buyar! Tapi...." Si gendut ini merenungsejenak. "Kalau betul dia, kalau bukan…? Bagaimana aku harusmembuktikan dia memang bocah yang dimaksudkan. Tanda itu! Aku harusmenemukan tanda di tubuhnya itu!"

***

DALAM keadaan luka-luka tiga perampok itu menyusup dikegelapan malam. Di satu tempat Kecak hentikan langkahnya dan berpalingpada Katama.

"Bagaimana kalau emas itu kita bagi saja sekarang?""Betul. Aku setuju!" kata Sambradu yang cuping hidungnya

sumplung.Katama alias Hantu Plontos mengomel panjang pendek. Tapi

akhirnya dia mengikuti juga kemauan dua anak buahnya. "Ingat. Akupimpinan kalian. Cidera yang kualami jauh lebih berat! Lihat, mataku inipasti buta! Jadi pembagianku harus lebih banyak!"

"Kami mengikut saj a asal kau tidak terlalu serakah," menyahutiSambradu.

Katama membuka ikatan kantong kain lalu menumpahkan isinyake tanah. Tiga mulut sama keluarkan seruan tert ahan.

"Apa ini?!""Bukan emas! Katama kita tertipu!""Bangsat!" sumpah Katama. Benda yang keluar dari kantong kain

ternyata bukan emas tetapi batu-batu. Kepala rampok ini keruk sakubajunya. Enam buah cincin permata berikat emas itu dikeluarkannya.kembali dia t ersentak kaget. Keenam cincin itu t elah berubah menjadicincin-cincin tembaga bermata batu murahan!

"Aku lebih baik mati dari pada ditipu Juragan keparat itu. Kitakembali ke telaga! Akan kucincang si gendut itu!"

Namun ketika mereka sampai di telaga di dalam hutan, hanya suarakucuran ai r yang menyambut. Juragan Lor Bangkalan atau siapapun tak adalagi di tempat itu.

Page 24: Kindo-1. Wasiat Di Puri Elang · 2016. 1. 23. · WASIAT Dl PURI ELANG Karya : Bastian Tito Cetakan pertama : 1992 Hak cipta dan Copy right pada pengarang ... sudah mendengar kabar.
Page 25: Kindo-1. Wasiat Di Puri Elang · 2016. 1. 23. · WASIAT Dl PURI ELANG Karya : Bastian Tito Cetakan pertama : 1992 Hak cipta dan Copy right pada pengarang ... sudah mendengar kabar.

MASUK DI PURI ELANG

CAHAYA matahari jatuh tepat di bangunan Puri Elang yangmenjulang di puncak bukit Mega Biru. Puncak-puncak menaranya sepertihendak menyapu awan. Kindo melindungi matanya dengan tangan kiri agartidak silau.

"Wow! Bangunan tua angker. Dikelilingi pohon-pohon tinggi.Pasti usianya ratusan tahun! Aneh, mengapa Paman berwasiat menyuruhkukemari. Untuk mencari ilmu apa tidak ada tempat lain? Siapa ada di dalamsana?"

Kindo terus memperhatikan. "Di puncak menara paling tinggi adapatung burung Elang. Semua jendela dan pintu depan tertutup. Apa adapenghuninya di situ? Untung aku datang siang-siang. Kalau malam hari.Uh.... Tidak kebayang ngerinya." Kindo membuang ranting kayu yangdipegangnya sej ak tadi lalu mulai menaiki tangga batu satu demi satu. Padaanak tangga ke 70 dia sampai di hadapan pintu Puri. Di bagian atas pintu

Page 26: Kindo-1. Wasiat Di Puri Elang · 2016. 1. 23. · WASIAT Dl PURI ELANG Karya : Bastian Tito Cetakan pertama : 1992 Hak cipta dan Copy right pada pengarang ... sudah mendengar kabar.

tergantung sebuah papan. Di atas papan ini bertengger seekor burung Elangbesar yang sudah mati dan dikeraskan. Pada papan ada tulisan besar-besardan berbunyi.

PURI ELANG

HANYA YANG PUNYA NYALI BOLEH MASUK

Sesaat Kindo hanya tegak terdiam di depan pintu besar yangtertutup itu. "Bagaimana ini. Apakah aku harus mengetuk atau bert eriak....Ah, mungkin ini lebih baik!" Di samping pintu ada sebuah tali menjulur.Ujung tali ini berhubugnan dengan sebuah lonceng besar terbuat dari besidan tergantung di bawah atap. Kindo berjingkat. Memegang ujung tali erat-erat. Lalu menariknya kuat-kuat. Lonceng besi berdentang. Suaranyamenggema ke seluruh pelosok. Di telinga Kindo terdengar aneh danmembuatnya merinding. Pada dentangan ke tiga tiba-tiba.

"Braaak!" Lantai di depan pintu yang dipijak Kindo terbuka.Kindo berteri ak. Cepat melompat. Tapi terlambat. Tubuhnya

terjerumus ke dalam satu ruangan besar dan gelap."Braakkk!" Lantai di depan pintu Puri yang tadi terbuka kini

menutup kembali dengan suara keras.

Page 27: Kindo-1. Wasiat Di Puri Elang · 2016. 1. 23. · WASIAT Dl PURI ELANG Karya : Bastian Tito Cetakan pertama : 1992 Hak cipta dan Copy right pada pengarang ... sudah mendengar kabar.

Kindo terbanting di atas lantai. Sekujur tubuhnya serasa remuk.Untuk beberapa l ama kepalanya mendenyut sakit. Kindo tidak tahu apakahdia pingsan atau bagaimana. Anak ini baru sadar ketika ada suaraberkereket an seperti pintu karatan dibuka. Lalu ada nyala terang. Susahpayah Kindo memutar kepalanya. Satu sosok tubuh luar biasa besar berdiridi ambang sebuah pintu. Di tangannya dia memegang sebuah jambangankuningan di mana terletak sebuah lilin.

"Orang besar! Siapa kau! Apa datang untuk menolongku?" Kindobertanya seraya mencoba bangkit.

Orang itu tidak menjawab. Dia melangkah ke tengah ruangan danmeletakkan lilin di atas sebuah meja kayu penuh debu. Meja ini dikelilingioleh empat buah kursi besar yang sangat lapuk dan sudah hancur dimakanbubuk. Kindo memandang berkeliling. Ruangan di mana dia berada adalahruangan batu berwarna merah. Di lantai bertebaran tumpukan jerami kering.

"Jerami itu yang menolongku! Kalau tidak waktu jatuh tadi pastisudah remuk tulang belulangku, hancur kepalaku!"

Sehabis meletakkan lilin di atas meja, orang bertubuh besar itumelangkah ke pintu.

"Hai! Tunggu dulu!" seru Kindo."Branggg!"Satu-satunya pintu besi di ruangan itu tertutup dengan suara

menggelegar. Orang besar t adi lenyap. "Siapa dia. Wajahnya tak sempatkulihat! Akan diapakannya aku di tempat celaka ini?!"

Page 28: Kindo-1. Wasiat Di Puri Elang · 2016. 1. 23. · WASIAT Dl PURI ELANG Karya : Bastian Tito Cetakan pertama : 1992 Hak cipta dan Copy right pada pengarang ... sudah mendengar kabar.

Tiba-tiba terdengar suara menggema. Yang bicara t ak kelihat an."Wasiat Pamanmu wasiatku juga! Nyawamu hanya seumur nyala lilin.Kalau lilin itu padam maut akan datang menjemput!"

Tengkuk Kindo menjadi dingin. "Aku tidak punya salah! Mengapaaku harus menerima hukuman seperti ini?!,"

"Tidak ada yang menghukum. Tidak ada yang dihukum! Semuaadalah kehendak wasiat!" jawab suara tadi.

"Siapa kau? Coba unjukkan diri! Keluarkan aku dari ruangan ini!""Anak kecil. Lebih baik kau perhatikan nyala lilin. Jangan

membuang waktu percuma. Mulailah mencari jalan keluar! Ingat umurmuterbatas sampai sepanjang nyala lilin! Kalau lilin mati dan kau tidak mampukeluar dari ruangan, berarti kau juga akan mati!"

"Hai! Tunggu dulu...!"Tak ada jawaban. Kindo membantingkan kakinya ke lantai batu

lalu duduk terperangah. "Kalau aku ikut nasihat Kanti, aku tak akanmengalami nasib buruk dan mengerikan seperti ini!" Kindo memandang kearah lilin di atas meja. Perlahan-lahan dia berdi ri. Dengan lilin di tangan diamemeriksa seluruh dinding dan lantai ruangan. Lama dia berdiri di depanpintu besar. Dicobanya membuka, menendang dan menggedor. Pintu besiitu tidak bergeming sedikit pun. Sekujur tubuhnya sudah basah olehkeringat.

Tiba-tiba sudut matanya melihat sesuatu bergerak di lantai sebelahkiri. Kindo berpaling. Tikus! Binatang ini segera lari dan lenyap di sudutkanan.

"Kalau ada tikus pasti ada lobang! Ada lobang berarti ada jalankeluar!" Kindo lalu memeriksa sudut ruangan sebelah kanan. Mengangkat

Page 29: Kindo-1. Wasiat Di Puri Elang · 2016. 1. 23. · WASIAT Dl PURI ELANG Karya : Bastian Tito Cetakan pertama : 1992 Hak cipta dan Copy right pada pengarang ... sudah mendengar kabar.

tumpukan jerami kering. Benar saja. Di situ ada sebuah lobang sebesarpergelangan kaki. "Lobang ini pasti berhubungan dengan udara luar." Kindoberpikir sejenak. Lalu dihampirinya sebuah kursi. Dipilihnya kaki kursiyang masih cukup kuat. Dengan patahan kaki kursi ini dia mulai memboboklobang itu. Membuatnya lebih besar. Terengah-engah, mandi keringatakhirnya Kindo berhasil membuat sebuah lobang besar. Dia merangkakmasuk sambil terus menggali. Dengan kaki kursi, dengan tangan telanjanghingga jari-j arinya luka. Masuk ke dalam lobang sejauh lima langkah kakikursi menumbuk sebuah benda keras.

"Batu! Buntu!"Pada saat itu terdengar suara mencicit banyak sekali. Puluhan tikus

muncul dari kiri kanan. Melintas kedua tangannya. Melompat ke ataspunggungnya bahkan ada yang menggigit pinggulnya. Kindo menjerit jijikdan kesakitan. Cepat-cepat bersurut dan keluar dari lobang. Ketika diaberada di ruangan batu itu kembali, nyala api telah membakar setengahbagian dari lilin. Kindo keluarkan keringat dingin!

"Apa lagi yang harus kulakukan? Rupanya aku akan mati konyol ditempat ini!" Kindo rebahkan diri di lantai ruangan. Sekujur tubuhnya terasasakit. Kedua matanya dipejamkan. "Perhatian! Aku harus memusatkanperhatian! Pikiran! Aku harus memusatkan pikiran! Gila! Aku tak bisamelakukannya!" Kindo membuka kedua matanya kembali. Menatap kelangit-langit ruangan. "Eh, apa itu?" ujarnya seraya bangkit.

Untuk pertama kalinya dia menyadari kalau bagian atas ruanganbatu itu berbentuk kubah bulat. Di tengahnya tergantung sebuah rantai. Padaujung rantai ini terdapat lampu hias kuno bercabang tiga. Masing-masingcabang dihias dengan untaian rantai kecil berwarna putih

Kindo berdiri. Dia tegak tepat di bawah kubah itu. Laluperhatiannya dibagi pada lilin di lantai. Saat itu hampir dua pertiga batanglilin telah musnah dimakan api. Anak ini jadi tegang. Dia kembalimemperhatikan kubah dan lampu gantung itu. "Mungkin bagian atas kubahitu terbuat dari kayu tipis. Kalau aku bisa menjebolnya...."

Sambil mengukur jarak antara lant ai dengan ujung terendah lampuhias kuno Kindo naik ke atas meja. Meja ini mengeluarkan suaraberkereket. Empat kaki meja bergetar. Papannya bergoyang. "Tidak bisabegini. Memasang kuda-kuda di atas meja bisa membuatnya ambruk! Kalaumeja dijadikan tumpuan pelentur...?"

Kindo melompat turun. Dia melangkah mundur menjauhi mejasampai punggungnya membentur dinding batu. Dengan matanya diamengukur jarak antara tempat dia berdiri dengan meja, lalu meja denganlampu kuno yang tergantung.

Page 30: Kindo-1. Wasiat Di Puri Elang · 2016. 1. 23. · WASIAT Dl PURI ELANG Karya : Bastian Tito Cetakan pertama : 1992 Hak cipta dan Copy right pada pengarang ... sudah mendengar kabar.

"Pusatkan perhatian! Pusatkan pikiran! Kau harus bisa Kindo!Harus!" Anak ini pejamkan matanya. Begitu dibuka kembali dia berteriakkeras.

"Ciaaattt!"Kindo berlari ke arah meja. Lima langkah dari meja di a membuat

lompatan. Tubuhnya melayang. Kaki kanan menjejak ujung meja. Sambilmemusatkan kekuatan pada kaki kanannya sebagai daya tumpu anak inilenturkan badannya.

Kindo seperti melejit ke atas. Kedua tangannya diulurkan lurus-lurus.

"Hup! Dapat!" teriak anak ini girang begitu kedua tangannyaberhasil menangkap salah satu dari rantai putih di ujung cabang lampu hiaskuno. Tiba-tiba terdengar suara berkereketan disusul dengan meluncurturunnya rantai besi besar di tengah kubah.

"Aduh! Aku jatuh!"

Pada saat yang sama terdengar suara lonceng berdentangbertalu-talu. Itu adalah lonceng di atas atap Puri Elang! Kindo meluncur

Page 31: Kindo-1. Wasiat Di Puri Elang · 2016. 1. 23. · WASIAT Dl PURI ELANG Karya : Bastian Tito Cetakan pertama : 1992 Hak cipta dan Copy right pada pengarang ... sudah mendengar kabar.

jatuh ke bawah dan terhempas di atas meja bobrok. Meja hancurberantakan. Anak ini mengerang kesakitan. Dia cepat menggulingkan dirike dinding kiri, pada saat itu tiba-tiba terdengar suara mendesis panjang.

"Wow!" Mata Kindo terbelalak. Lantai di hadapannya tiba-tibaterbuka. Pecahan meja dan kursi-kursi lapuk yang ada di ruangan ituberjatuhan ke bawah. Rupanya antara rant ai lampu hias kuno dengan lantairuangan ada saling hubung. Rantai itu dapat dimisalkan sebagai picupenarik dan pembuka pintu rahasia!

Kindo memandang ke bawah. Dia melihat satu tangga batu. Tepatdi bawah tangga batu itu ada sebuah sungai kecil. Tanpa menunggu lebihlama Kindo segera melompat, menuruni tangga dengan cepat. Tepat diamencapai anak tangga terbawah terdengar suara berdesis panjang. Lantai diatas kepalanya kembali menutup!!

"Gila! Bagaimana bisa ada lantai batu bisa membuka danmenutup!" kata anak itu dengan nafas mengengah-engah. Di hadapannyaada sebuah sungai kecil berair jernih. Sungai ini dangkal sekali hinggakelihatan jelas dasarnya. Beberapa langkah di depannya ada sebuah perahulengkap dengan pendayung. "Sungai di bawah Puri. Berair jernih. Dangkal.Lalu apa perlunya perahu ini?" Dia mengikuti aliran sungai kecil itu ke arahkejauhan. Sungai aneh ini ternyat a memang cukup panjang. Kindo berpikirsejenak. "Perahu kecil ini disediakan pasti untuk mengarungi sungai kecil.Tapi ke mana tujuannya? Berjalan kaki kurasa lebih cepat." Walau hatinyatertarik hendak naik dan mengayuh perahu itu akhirnya Kindo memutuskanuntuk jalan kaki saja.

Sepuluh langkah Kindo berjalan tiba-tiba di belakangnya terdengarletusan keras.

"Waw!" Kindo sampai terlompat saking kagetnya. Memandang kebelakang dilihatnya perahu tadi telah hancur berkeping-keping. Kindoternganga dengan muka pucat. "Kalau aku masuk ke dalam perahu itu tadi,pasti tubuhku sudah medel tak karuan!"

Dengan hati-hati Kindo melangkah sepanjang tepi sungai kecil.Cukup lama. Hingga akhirnya l angkahnya terhalang oleh sebuah tembokbatu menjulang tinggi.

Pada bagian bawah tembok ada sebuah lobang tempat mengalirnyaair sungai ke arah yang tidak terlihat. Lalu di sebelah kanan ada sebuahtangga besi.

Kindo memandang berkeliling. Dia tak mungkin meloloskan dirilewat lobang sempit aliran sungai. Jadi satu-satunya jalan yang ditempuhadalah menaiki tangga besi. Penuh waspada anak ini mulai menaiki tanggabesi itu. Bukan mustahil tangga ini bisa meledak pula dan menghancur

Page 32: Kindo-1. Wasiat Di Puri Elang · 2016. 1. 23. · WASIAT Dl PURI ELANG Karya : Bastian Tito Cetakan pertama : 1992 Hak cipta dan Copy right pada pengarang ... sudah mendengar kabar.

luluhkan tubuhnya. Ternyata dia sampai di anak tangga teratas denganselamat.

Page 33: Kindo-1. Wasiat Di Puri Elang · 2016. 1. 23. · WASIAT Dl PURI ELANG Karya : Bastian Tito Cetakan pertama : 1992 Hak cipta dan Copy right pada pengarang ... sudah mendengar kabar.

SANG GURU

DI hadapan Kindo kini terbentang sebuah taman. Dia tidak tahuapakah dia berada di luar Puri Elang atau masih di dalamnya. Yang lebihmencengangkannya ialah di tengah taman itu t ampak duduk seorang lelakibertubuh gemuk luar biasa di at as sebuah kursi goyang terbuat dari besi.Orang ini memakai kopiah kupluk. Baik baju dan celananya kelihatankesempitan hingga dada dan perutnya menyembul ke luar. Lain dari itu bajuyang melekat di tubuhnya dipakai terbalik. Bagian depan yang berkancingjustru ada di sebelah punggung! Di bahu kanan si gendut bertengger seekorburung Elang besar. Lalu di depan kursi goyang di mana si gendut itu dudukenak-enakan terl etak sebuah meja penuh dengan berbagai macam makananserta buah-buahan. Si gendut asyik makan dengan lahapnya.

Untuk pertama kalinya Kindo sadar kalau perutnya sudahkeroncongan alias lapar sejak lama.

"Eh, manusia gentong raksasa itu! Mengapa sekarang tahu-tahuada di sini. Berpakaian lucu dan pakai peci segala! Aku tak bisa lupa. Diaadalah Juragan Lor Bangkalan yang dirampok di hutan tadi malam!" Kindomelangkah maju. Tiba-tiba si gendut menjentikkan jari tangannya. BurungElang di bahu kanannya mengembangkan sayap, menaikkan kepala lalumelesat ke arah Kindo, mematuk ke arah kepala. Kejut Kindo bukan main.Dia cepat jatuhkan diri ke tanah. Patukan Burung Elang besar itu lewat diatas kepal anya. Gagal serangan pert ama burung itu berputar lalu membalik.Siap menyerang lagi. Kindo yang baru saja bangkit berdiri terpaksamenjatuhkan diri kembali. Tak urung punggung pakaiannya masih sempatdisambar cakaran burung Elang.

Page 34: Kindo-1. Wasiat Di Puri Elang · 2016. 1. 23. · WASIAT Dl PURI ELANG Karya : Bastian Tito Cetakan pertama : 1992 Hak cipta dan Copy right pada pengarang ... sudah mendengar kabar.

"Breeett!"Baju anak itu robek besar di bagian punggung. Si gemuk di atas

kursi besi terlonjak dari kursinya. Dua matanya yang besar semakinmendelik ketika melihat sesuatu di kulit punggung Kindo.

"Tanda biru kehijauan di punggung anak itu! Astaga! Jadi memangdia orangnya!"

Untuk ketiga kalinya Elang datang menyerang. Dalam puncakketakutannya Kindo melihat sebuah kurungan besar terbuat dari besi. Pintukurungan itu cukup besar. Cukup bisa meloloskan tubuhnya mencariselamat. Karenanya tanpa menunggu lebih lama Kindo segera lari ke arahkurungan besi, menyusup lolos lewat pintunya lalu menguncinya sekali.

Burung Elang terbang berputar-putar di at as sangkar yang ternyataadalah sangkarnya sendiri. Binatang ini tiada hentinya mengeluarkan suarakeras. Mungkin marah karena serangannya gagal atau marah karenasangkarnya kini dimasuki orang. Kesal berputar-putar burung Elang ituhinggap di atas sangkar besi. Dia coba mematuk Kindo.

"Ihhh!" Kindo mengkerutkan tubuhnya ke sudut kurungan. BurungElang itu mematuk lagi. Tapi jeruji-jeruji sangkar terlalu sempit. Kepalanyatak bisa lolos. Sebaliknya di dalam sangkar, Kindo begitu tahu burungElang itu tak bakal dapat mematuk atau mencakarnya tidak henti-hentinyaberteri ak, mengejek binatang itu dan mencibir berulang kali.

Di atas kursi goyang besi si gendut tertawa bergelak. Kindo jadimengomel. Dia berteriak. "Juragan Lor Bangkalan! Aku tidak bermusuhandenganmu! Mengapa menyuruh burung Elang menyerangku?!"

"Ya.... Tak ada gunanya meneruskan serangan. Tanda dipunggungnya sudah kelihatan," kat a si gendut dalam hati. Lalu

Page 35: Kindo-1. Wasiat Di Puri Elang · 2016. 1. 23. · WASIAT Dl PURI ELANG Karya : Bastian Tito Cetakan pertama : 1992 Hak cipta dan Copy right pada pengarang ... sudah mendengar kabar.

dijentikkannya jari-jari tangannya. Burung Elang besar itu mengembangkansayap lalu terbang dan hinggap kembali di bahu kanan tuannya itu.

"Aku pemilik Puri Elang. Kau datang tidak diundang!" jawab sigendut sambil mengambil sebutir buah dan menyantapnya dengan la-hap."Atau kau datang untuk minta upah. Karena menyangka telah berbuat jasabesar tadi malam menolongku?!"

"Aku tidak kenal dan tidak mengharap segala macam upah. Akudatang sesuai wasiat Pamanku!" jawab Kindo ketus.

"Aku tak kenal Pamanmu!""Kenal atau tidak tapi jelas ada seseorang menunggu kedatanganku

di Puri ini. Buktinya tadi ada seseorang di tempat ini berkata bahwa wasiatPamanku adalah wasiatnya juga!"

"Di Puri ini hanya aku sendiri! Kau dusta ada orang yang bicaraseperti katamu itu!"

"Kalau memang hanya kau seorang yang ada di Puri ini, berartikaulah orangnya yang tadi bicara tent ang wasiat itu! Jadi kaulah orang yangharus kutemui!"

Si gendut terdiam. "Bocah ini ternyata cerdik juga," katanya dalamhati. Lalu dia tertawa gelak-gelak hingga dadanya yang gembrot danperutnya yang melembung berguncang-guncang.

"Juragan Lor Bangkalan, aku mau keluar dari dalam kurungan bauini. Jangan suruh burungmu menyerangku lagi!"

"Kau boleh keluar. Tapi ada satu hal perlu kujelaskan. Aku bukanJuragan Lor Bangkalan."

Kindo membuka pintu kurungan besi lalu keluar. Setelah yakinburung Elang itu tidak akan menyerangnya, anak ini maju tiga langkah,menatap orang gemuk di kursi goyang itu sesaat lalu berkata.

"Ingatanku masih terang. Malam tadi kau berada di hutan. Kauadalah pedagang kaya yang dirampok itu."

"Aku hanya menjal ankan peran sebagai Juragan Lor Bangkalan.Untuk memberi pelaj aran pada penjahat itu. Sekaligus untuk mengujidirimu!"

"Menguji diriku? Apa maksudmu? Siapa kau sebenarnya?" tanyaKindo.

"Namaku Bujala Tasaki.""Nama aneh. Orangnya juga aneh!" kata Kindo dalam hati."Bujala Tasaki singkatan dari Bujang Gila Tapak Sakti..."

menerangkan si gendut."Oooo orang gila si gentong ini rupanya. Tapak Sakti. Tapi kulihat

tangannya biasa-bi asa saja..." kata Kindo lagi dalam hati.

Page 36: Kindo-1. Wasiat Di Puri Elang · 2016. 1. 23. · WASIAT Dl PURI ELANG Karya : Bastian Tito Cetakan pertama : 1992 Hak cipta dan Copy right pada pengarang ... sudah mendengar kabar.

"Aku adalah penerima wasiat yang disebutkan Pamanmu dalampesannya. Malam di hutan itu kau telah melakukan sesuatu yang hebat.Membuat aku yakin bahwa pewarisku sudah muncul."

"Aku tidak mengerti. Kau begitu saja membiarkan sekantong emasmiiikmu diambil penjahat berkepala botak itu. Malah kau tambah denganenam cincin emas-permata...."

Si gendut yang mengaku bernama Bujala Tasaki tertawa lebar. "Isikantong itu bukan emas. Tapi batu. Enam cincin yang kuberikan jugapalsu!"

Kindo jadi melongo. "Jadi apakah aku harus memanggilmu Guru?""Ah, aku tidak suka segala macam peradatan! Lagi pula kau belum

jadi muridku. Banyak yang harus dilakukan. Pengujian belum selesai,"jawab si gendut pula. "Panggil saja aku Bujala atau Tasaki."

"Kalau maumu begitu, baiklah," kata Kindo. "Tadi kau bilangmenguji diriku. Menguji bagaimana? Lalu kau juga bilang pengujian belumselesai. Apa maksudmu?"

"Kakekku gelisah. Sampai saat ini aku masih belum punya seorangmurid pun. Belum punya pewaris ilmu kepandaian. Satu kali dia bermimpibertemu Pamanmu. Lalu berwasiat agar aku mengambilmu jadi murid.Kalau tidak karena wasiat itu belum tentu aku mau mengambilmu jadimurid...."

"Sebabnya?" tanya Kindo."Kau kelihatan tolol, terlalu banyak omong dan jelek rupa!"Kindo hendak marah tapi dia hanya menggigit bibir saja. Dalam

hati dia berkata. "Si gentong ini berdusta. Kalau dia tidak suka padaku tadi-tadi tentu dia sudah mengusirku."

"Hemmm.... Aku datang tidak mengemis. Kalau kau tak sukadiriku, aku pun rasanya ada ganjal an jadi muridmu. Aku mau pergi saj a.Tolong tunjukkan jalan ke luar."

"Eh, anak ini sungguhan atau hendak mengujiku?!" pikir BujalaTasaki. "Hai! Tunggu dulu!" si gendut memanggil. Kindo hentikanlangkahnya. "Kau harus tahu. Ujian itu tidak selalu berbentuk kekuatannyata atau kekerasan. Ujian bisa dilakukan lewat kata-kata, melalui ucapan.Ujian paling sulit justru ketika kita harus menggunakan kekuatan pikirandan kekuatan hati. Kekuatan pikiran berarti mempergunakan otak dengansegala hati. Kekuatan pikiran berarti mempergunakan otak dengan segalakecerdikan. Kekuatan hati berarti memantapkan ketabahan dalam diri.Malam tadi kau melakukan satu hal yang hebat. Kecerdikan dan ketabahanmembuat kau bisa mempermainkan sambil menghajar tiga perampok itu. Didalam Puri ini kau berhasil keluar dari dalam ruangan batu merah. Itu berkatkau mempergunakan pikiran dan hati. Lalu kau bertindak tepat tidak naik

Page 37: Kindo-1. Wasiat Di Puri Elang · 2016. 1. 23. · WASIAT Dl PURI ELANG Karya : Bastian Tito Cetakan pertama : 1992 Hak cipta dan Copy right pada pengarang ... sudah mendengar kabar.

perahu di sungai yang dangkal! Kau lulus dari beberapa ujian. Kau jugapergunakan akal sewaktu diserang oleh Elangmu, masuk ke dalam kurunganbesi. Tapi masih ada puluhan bahkan ratusan ujian yang akan kau temuidalam hidup ini. Satu di antaranya akan kuperlihatkan padamu. Men-dekatlah kemari!"

Kindo maju. Bujala Tasaki letakkan tangan kanannya di at as meja.Siku ditekankan ke bawah, lengan ditegakkan lurus-lurus.

"Kewajibanmu menjatuhkan tanganku hingga menempel di meja!Jangan membuang waktu. Mulailah!"

Sepasang mata Kindo memandang tangan yang besar kokoh itu takberkesip. "Besar amat!" kata anak ini dalam hati. Dengan tangan kanannyadiusap tangan si gendut. Lalu dia mulai memijit-mijit.

"Anak tolol! Aku tidak suruh kau jadi tukang pijit...!"Belum habis hardikan Tasaki tangan Kindo melesat mencekal

pergelangan lalu membantingkannya kuat-kuat ke atas meja. Namun tanganitu tidak bergeming sedikit pun. Si gendut tertawa mengekeh. Burung Elangdi bahu kanannya mengepak-ngepakkan sayap dan keluarkan suara berisikseolah mengejek Kindo.

"Kau tidak mampu?!" ujar si gendut."Siapa bilang?!" tukas Kindo. Dipegangnya lagi tangan itu erat-

erat lalu dengan sekuat tenaga didorongnya. Masih tidak bergerak. Kindoberjingkat lalu bergelayutan di iengan itu. Lengan yang digel antungi hanyabergerak sedikit saja sedang Kindo sudah tersengal-sengal dan mandi

Page 38: Kindo-1. Wasiat Di Puri Elang · 2016. 1. 23. · WASIAT Dl PURI ELANG Karya : Bastian Tito Cetakan pertama : 1992 Hak cipta dan Copy right pada pengarang ... sudah mendengar kabar.

keringat. Tasaki kembali tertawa gelak-gel ak. Kindo perhatikan dada danperut yang berguncang-guncang itu. Lalu tiba-tiba saj a terngiang olehnyaucapan Bujala Tasaki tadi. Ujian paling sulit justru ketika kitamenggunakan kekuatan pikiran dan kekuatan hati.... Mempergunakan otakdan segala kecerdikan...."

"Aku tahu sekarang rahasianya!" kat a Kindo dalam hati. Matanyamelirik ke pinggang Bujang Gila Tapak Sakti yang ikut berguncang-guncang karena tertawa.

Dengan jari telunjuknya Kindo mengorek pinggang si gendut."Eh...?!" tawa Tasaki tersendat.Kindo mengorek lagi lebih dalam dan lebih keras."Eittt!" Tubuh si gendut terangkat sedikit dari kursi. Sudah merasa

geli dia rupanya. Kini Kindo mengorek pinggang berlemak itu keras-kerasdan habis-habisan. Tasaki terpekik-pekik dan menggeliat kian kemari. Ialupa pada lengannya yang dijadikan batu uji an. Pada saat si gemuk ini lupadiri karena kegelian Kindo segera pergunakan kedua tangannya untukmencekal lengan itu dan membantingkannya ke atas meja.

"Braaaakkk!""Aku berhasil!" teriak Kindo.

Bujala Tasaki baru sadar kalau dirinya sudah kena tipu. Tapi diam-diam dia gembira melihat kecerdikan anak itu. Makadia pun tertawa gelak-gelak. "Dia mulai meresapi jalan pikiranku."

Kindo melirik ke atas meja. Air liurnya mengambang ditenggorokan. "Tasaki, kau tidak akan menawarkan makanan dan buah-buahan itu padaku? Perutku lapar. Dari tadi malam belum makan...."

Page 39: Kindo-1. Wasiat Di Puri Elang · 2016. 1. 23. · WASIAT Dl PURI ELANG Karya : Bastian Tito Cetakan pertama : 1992 Hak cipta dan Copy right pada pengarang ... sudah mendengar kabar.

"Memangnya kau suka? Ambil saj a kalau doyan!" jawab BujalaTasaki seolah tak acuh. Kindo segera mengambil sepotong paha ayam.Begitu digeragotnya serta merta diludahkannya kembali. Matanyamemandang melotot pada paha ayam yang dipegangnya.

"Apa ini?!” katanya.Si gendut tertawa meledak. "Itulah kalau terlalu rakus hingga

punya mata tak lagi bisa melihat! Ini pelajaran baik untukmu Kindo! Apayang dilihat dengan mata belum tentu sama dengan kenyataan. Semuamakanan dan buah-buahan ini palsu. Terbuat dari lilin!"

Mata Kindo mendelik. Potongan paha ayam yang dipegangnyaditelitinya lalu dicampakkan ke atas meja.

“Tapi... tadi aku lihat sendiri kau makan dengan lahap!""Siapa bilang aku makan. Lihat saja ke bawah meja!"Kindo menjenguk ke bawah meja. Benar saja. Di situ dia melihat

campakan potongan daging, ikan, buah-buahan. Semua dari lilin!Si gendut menggeliat. Setelah menguap lebar-lebar dia berdiri dari

kursi. "Saatnya kau kupertemukan dengan Kakekku. Mari...."Kindo melangkah mengikuti Tasaki. Si gemuk ini membawanya ke

bagian Puri yang berbentuk benteng tinggi. Meski berat tubuhnya lebih dari200 kati namun Bujala Tasaki melangkah dengan lincah dan cepat hinggaberkali-kali Kindo tertinggal di belakang. Begitu juga ketika menaiki tanggayang menuju ke puncak menara. Si gendut ini enak saja berlari-lari kecil.

Page 40: Kindo-1. Wasiat Di Puri Elang · 2016. 1. 23. · WASIAT Dl PURI ELANG Karya : Bastian Tito Cetakan pertama : 1992 Hak cipta dan Copy right pada pengarang ... sudah mendengar kabar.

Dia sampai di puncak menara lebih dulu sementara Kindo masihmengengah-engah di belakangnya.

Puncak menara yang berbentuk benteng itu ternyata tidak memilikiatap. Berhubungan langsung dengan udara terbuka. Di sini angin bertiupkencang dan mengeluarkan suara aneh. Kindo bersandar ke dinding menara,berpegangan kuat-kuat pada sebuah rantai besi yang tertanam di tembokbenteng. Dia belum sempat memperhatikan berkekeliling untuk melihatpemandangan karena kedua matanya langsung saja terpacak pada sosoktubuh seorang tua yang duduk bersila di lantai menara.

Orang ini memiliki rambut, kumis dan janggut putih yang sangatpanjang dan menjel a menjadi satu menutupi sekujur tubuhnya. "Aku takbisa menduga apakah orang tua ini mengenakan pakaian atau tidak.Tubuhnya tertutup rambut dan janggut. Angin begini keras. Tapi anehrambut dan janggut serta kumisnya sama sekali tidak bergerak barangsedikit punl Aku sendiri kalau tidak berpegangan pada rantai besi ini mung-kin sudah diterbangkan angin! Dan... astaga! Apa yang di kepalanya itu!"

Di atas kepala si orang tua yang duduk bersila memejamkan mataseperti bersemedi ada sebuah sarang burung. Di dalam sarang tiga ekor anakburung mencicit-cicit. Tak lama kemudian seekor burung besar hinggap disarang itu. Dari paruhnya dijatuhkannya sebutir buah berwarna merah.

"Induknya..." desis Kindo. "Orang tua itu, berapa lama dia sudahbersemadi di at as menara ini hingga burung sempat membuat sarang danbertelur di atas kepalanya! Gilanya dia sama sekali tidak terusik!"

Bujala Tasaki berpaling pada Kindo yang tegak tercengang-cengang. "Ini satu pelajaran lagi bagimu Kindo. Tidak ada yang lebihnikmat dan bermanfaat dari pada kemampuan untuk menyatu dengan alam."

"Ini Kakekmu yang kau katakan itu?" tanya Kindo.Bujala Tasaki mengangguk. "Dengan masuk ke dalam alam,

berbaur jadi satu kau bisa menemukan satu kekuatan yang tidak ada taranya.Tuhan menciptakan al am. Siapa saja yang mampu menyatukan diri denganalam akan memiliki satu kekuatan luar biasa...."

Dalam hatinya Kindo berkata. "Aku sih memang kagum, tapi apayang dimaksudkan si gentong ini aku tidak mengerti."

"Saatnya untuk pergi," kata Bujala Tasaki. "Kau sudah ketemuKakekku. Dia sedang melihatmu."

Kindo tertawa. "Bagaimana kau tahu dia senang melihatku. Sejaktadi Kakekmu itu terus-terusan memejamkan matanya."

"Kalau dia senang, dia akan berdiam diri sehening batu.""Kakekmu aneh....""Dunia memang penuh dengan keanehan. Dan banyak orang yang

mati mengenaskan dalam keanehan itu..." kata Tasaki pula.

Page 41: Kindo-1. Wasiat Di Puri Elang · 2016. 1. 23. · WASIAT Dl PURI ELANG Karya : Bastian Tito Cetakan pertama : 1992 Hak cipta dan Copy right pada pengarang ... sudah mendengar kabar.

"Lagi-lagi aku tidak mengerti apa maksud ucapan guruku sigentong ini!" kata Kindo dalam hati. Sebelum menuruni tangga mengikutiBujang Gila Tapak Sakti, Kindo merasakan ada sesuatu. Dia berpaling kejurusan si kakek. Astaga. Dilihatnya orang tua itu tersenyum danmengedipkan mata kiri padanya.

"Hai, ada apa?" tanya Bujala Tasaki."Tidak ada apa-apa," jawab Kindo. "Kau memang betul Tasaki.

Dunia ini penuh keanehan!"

Page 42: Kindo-1. Wasiat Di Puri Elang · 2016. 1. 23. · WASIAT Dl PURI ELANG Karya : Bastian Tito Cetakan pertama : 1992 Hak cipta dan Copy right pada pengarang ... sudah mendengar kabar.

YANG TERBURUK YANGTERHEBAT

TURUN dari menara, Kindo dibawa memasuki sebuah ruanganyang diterangi sinar redup berwarna biru. Ruangan ini dinginnya bukanalang kepalang hingga Kindo merasakan gigi-giginya bergemetetakan. Ditengah ruangan tergantung sebuah tirai lebar berwarna kuning. Pada tirai ituterpampang serangkaian tulisan berwarna kuning.

"Kindo, coba kau baca keras-keras tulisan itu," kata Tasaki. Kindomenatap ke depan. Lalu membaca dengan suara lantang.

AKU SATRIA MUDA PERKASASIAP MENGARUNGI BAHAYATABAH DALAM SEGALA DERITAIMAN DALAM SEGALA SENGSARA

AKU PENDEKAR MUDA PERKASATIADA HARI TANPA TANTANGANBERKELANA MEMBELA KEBENARANSIAP TEGAKKAN KEADILAN

"Bacaanmu bagus. Suaramu jelas dan lantang!" memuji Tasaki."Tapi membaca t anpa meresapi tak ada artinya. Sekarang dengar aku akanmenyanyikan delapan bait tulisan itu."

Si gendut busungkan dadanya. Menarik nafas panjang. BurungElang di bahu kanannya ikut menegakkan leher. Lalu terdengarlah suaranyamenyanyi. Syair yang dinyanyikannya adalah apa yang tertulis di atas tirailebar.

Kindo bertepuk tangan begitu Bujala Tasaki selesai menyanyi."Kalau tidak mendengar sendiri, aku tidak percaya suaramu bagus sekali,"kata Kindo pula.

Page 43: Kindo-1. Wasiat Di Puri Elang · 2016. 1. 23. · WASIAT Dl PURI ELANG Karya : Bastian Tito Cetakan pertama : 1992 Hak cipta dan Copy right pada pengarang ... sudah mendengar kabar.

Si gemuk cuma senyum-senyum. "Ingat nyanyian dan syair itubaik-baik Kindo. Sewaktu-waktu kau harus bisa menyanyikannya sendiri."Dengan tangan kirinya diputarnya sebuah pasak yang terletak dekat pinturuangan. Terdengar suara desingan halus. Perlahan-lahan tirai lebar itutersingkap ke ki ri. Bersamaan dengan itu ruangan menjadi terangbenderang.

Ada lima buah batu besar hitam terl etak di hadapan Kindo danBujala Tasaki. Di atas setiap batu terdapat sebuah senjata. Masing-masingsenjata kecuali satu mengeluarkan cahaya tanda senjata-senjata itumerupakan senjata mustika.

"Kindo, kau lihat lima macam senjata di atas lima batu hitam.Akan kusebutkan satu persatu. Paling kiri adalah keris bernama Sunan AbdiTunggul Giri. Siapa yang memegangnya akan kebal segal a macam senjat a.Di batu kedua sebilah tombak bermata tiga. Itulah Tri Raga Dewa. Dengantombak ini orang bisa membunuh lawan dari j arak jauh sekalipun. Di batuke tiga kau lihat sebilah pedang mengeluarkan sinar putih. Senjata mustikaini berasal dari daratan India. Sangat ringan dan siapa saja yang memeganghulunya langsung dapat memainkan satu ilmu pedang yang hebat...."Bujang Gila Tapak Sakti melirik sebentar pada Kindo. Anak ini kelihatanmendengarkan semua keterangannya dengan seksama dan matanya takberkesip memandang pada senjata yang sedang dijelaskan.

"Yang terletak di atas batu ke empat sebatang rotan lentur.Panjangnya dua kali panjang tangan orang dewasa. Saking lenturnya bisadiikatkan ke kepala. Atau digelungkan di pinggang. Konon senjata inipernah menjadi milik seorang gadis cantik. Entah sebab apa gadis itu bunuhdiri dengan mencebur ke dalam laut. Lalu berubah menjadi Peri. Dibandingdengan tiga senjata terdahulu yang ke lima ini sangat sederhana bahkanburuk sekali bentuknya. Yang terakhir sebilah golok emas bernama GolokNaga Emas. Disebut begitu karena hulunya ada ukiran kepala naga. Senjataini berasal dari daratan Tiongkok. Siapa saja memilikinya dia akan jadiseorang pendekar besar tak ada tandingan. Kau lihat saja sinarnya yangkuning angker. Ini bukan senjata sembarangan. Dua Pangeran di Tiongkokpernah berperang habis-habisan memperebutkan golok emas ini."

"Selain kehebatannya," kata Kindo menyambung ucapan Tasaki."Kalau lagi tak punya uang, golok emas itu bisa dijual dijadikan uang."

Si gemuk tertawa terguncang-guncang sampai keluar air mata."Kindo," katanya kemudian. Dari balik pakaiannya dikeluarkannya sebuahkipas kertas. Lalu dia mulai mengipasi wajah dan tubuhnya yang basah olehkeringat. Kindo jadi terheran-heran. Dia sendiri sudah menggigil di ruanganyang sangat dingin itu. Sebaliknya Tasaki malah keringatan dan berkipas-kipas kepanasan! "Kindo, Kakekku berpesan agar kau di bawa ke sini lalu

Page 44: Kindo-1. Wasiat Di Puri Elang · 2016. 1. 23. · WASIAT Dl PURI ELANG Karya : Bastian Tito Cetakan pertama : 1992 Hak cipta dan Copy right pada pengarang ... sudah mendengar kabar.

memilih satu dari lima senjata itu. Aku tidak akan membujukmu memiiihyang mana. Kau harus menjatuhkan pilihan sendiri. Lalu mengambilnya.Tentukan pilihanmu dengan cepat. Kita tidak punya waktu lama."

Kindo menatap lima senjata itu satu persatu. Setelah hatinya tetapmaka dia pun berkata. "Aku memiiih rotan buruk itu!"

Bujala Tasaki terkejut."Kau tidak keliru atau aku salah mendengar! Coba kau ucapkan

sekali lagi!""Aku memilih rotan di batu ke empat," Kindo mempertegas."Kau tidak menyesal menjatuhkan pilihan pada rotan itu?""Tidak....""Kau masih punya kesempatan untuk merubah putusan, Kindo.""Pilihanku tidak berubah," jawab Kindo pula."Sayang sekali.... Sayang sekali," kat a Bujang Gila Tapak Sakti

sambil geleng-gelengkan kepala. "Kalau itu putusanmu sangat kusesalkan.Kuberi kesempatan sekali lagi untuk merubahnya...."

"Tasaki, tadi kau bilang kau tidak akan membujukkudalam menjatuhkan pilihan. Sekarang kenapa kau seperti

memaksa?" Sigemuk terdiam tapi sunggingkan senyum."Kalau begitu kau berjalanlah ke arah batu ke empat. Lurus-lurus.

Lalu ambil

Page 45: Kindo-1. Wasiat Di Puri Elang · 2016. 1. 23. · WASIAT Dl PURI ELANG Karya : Bastian Tito Cetakan pertama : 1992 Hak cipta dan Copy right pada pengarang ... sudah mendengar kabar.

senjata itu."Kindo melangkah dengan tenang. Tangannya agak gemetar. Juga

sewaktumenyentuh rotan itu. Setelah memegangnya dia memutar tubuh

danmelangkah kembali ke tempat semula."Kindo, aku ingin bertanya. Mengapa kau memilih rotan buruk ini.

Bukan salahsatu dari empat senjata lain yang hebat-hebat." Berkata Tasaki

begitu Kindosampai di hadapannya."Alasanku sederhana saja. Keris emas itu tak pantas bagiku.

Kemana aku pergipasti ada orang yang akan mengincar. Tombak dan pedang atau

golok terlalubesar buatku. Lagi pula bukankah kau mengajari bahwa yang

terlihat olehmata telanjang itu belum tentu apa nyatanya?"Bujala Tasaki tertawa gelak-gelak.Lalu ada satu suara tertawa lagi meng-gema di kejauhan."Heh... siapa yang tertawa itu?" tanya Kindo."Siapa lagi kalau bukan Kakekku di puncak menara," jawab Tasaki

yangmembuat Kindo jadi melongo."Ketahuilah Kindo, kau memilih benda yang paling tepat sebagai

senjatamu. Rotan itu bukan rotan biasa. Bukan hanya sekedar benda lenturyang bisa digelungkan di kepala at au diikatkan ke pinggang. Serahkanpadaku. Kau akan lihat kehebatannya!"

Kindo menyerahkan rotan yang dipegangnya pada Tasaki.Sigemuk memegang rot an itu di tangan kanannya lalu mengangkatnya sej ajarkepala.

Page 46: Kindo-1. Wasiat Di Puri Elang · 2016. 1. 23. · WASIAT Dl PURI ELANG Karya : Bastian Tito Cetakan pertama : 1992 Hak cipta dan Copy right pada pengarang ... sudah mendengar kabar.

"Ular!" t eriak Tasaki. Tangannya yang memegang rotandigoyangkan.

Blaaaarrrr!Rotan buruk berubah menjadi seekor ular hitam. Kindo sampai

tersurutsaking kagetnya. Elang di bahu si gemuk mengembangkan sayap

dankeluarkan suara keras."Pedang!” teri ak Tasaki lagi.Blaarrr!Ular berubah jadi pedang yang mengeluarkan cahaya putih

menyilaukan."Golok!" teriak si gendut. Tangannya digoyangkan.Blaaaarrrr!Pedang berubah menjadi golok besar berwarna hitam."Kembali ke asal!” seru Tasaki.Pedang hitam lenyap. Yang tergenggam di tangannya kini adalah

rotan buruk tadi. Lalu benda ini diserahkannya pada Kindo kembaliAnak lelaki ini menerima rotan itu masih ternganga-nganga saking

herannya. "Jadi... jadi sungguhan senjata ini untukku?" tanyanya.

"Kau sudah memilihnya. Kau berjodoh dengan senjata itu.Gelungkan ke pinggangmu. Jadikan sebagai sabuk. Selama benda itumelekat di badanmu orang lain tidak dapat melihatnya. Berarti kau harusmenjaganya baik-baik. Tapi kau belum boleh mempergunakannya sebelumselesai latihan dan ujian silat luar serta tenaga dalam. Lalu kalau tidakdalam keadaan terpaksa sekali, jangan kau lepaskan rotan itu dari tubuhmu."

Page 47: Kindo-1. Wasiat Di Puri Elang · 2016. 1. 23. · WASIAT Dl PURI ELANG Karya : Bastian Tito Cetakan pertama : 1992 Hak cipta dan Copy right pada pengarang ... sudah mendengar kabar.

"Aku sangat berterima kasih padamu Tasaki. Bagaimana aku harusmembalas semua kebaikanmu ini?"

Si gendut tertawa bergelak."Memangnya kau punya apa mau

membalas segala?Ada beberapa hal harus kau ingat Kindo.Senjata itu selain harus kau jaga baik-baik, juga jangan

sekali-kali dipergunakan untuk kejahatan.Jangan sekali-kali dikeluarkan kalau tidak dalam keadaan sangat

terdesak. Jangan sekali-sekali merasa sombong dan merasapaling jago setelah memilikinya. Ingat selalu ujar-ujar yang

mengatakan di atas langit ada langit lagi....""Aku akan ingat hal itu baik-baik Tasaki.

Sekali lagi aku mengucapkan terima kasih padamu,"kata Kindo seraya melilitkan rotan lentur itu ke pinggangnya."Aku merasa lega kini Kindo. Sebagian dariwasiat Pamanmu

melalui Kakekku sudahkulaksanakan. Sekarang coba putar tubuhmu dan lihat kembali

ke arah empat batu itu...."Kindo memutar tubuhnya. Dia terkejut ketika melihat empat

senjata yang ada di atas empat batu hitam telah berubah. Keris mustika saktiSunan Abdi Tunggul Giri telah menjadi sebuah pisau butut. Di batu ke duatombak Tri Raga Dewa kini hanya merupakan sepotong besi bengkok. Lalupedang putih yang katanya berasal dari India itu l enyap berganti dengansebilah parang butut. Terakhir golok Naga Emas berubah menjadi sebatanggolok buruk yang biasa dipakai untuk pembelah kayu atau kelapa!

Kindo berpaling pada Bujal a Tasaki. Ke dua orang ini sama-samatersenyum. Si gendut usap mukanya yang keringatan. "Tempat ini terlalupanas untukku. Bajuku sudah basah kuyup oleh keringat. Sebaiknya kitalekas-lekas pergi dari sini." Kindo merasa heran dan hendak mengatakanbahwa dia justru menggigil kedinginan. Namun Tasaki sudah meninggalkantempat itu sambil mengelus-elus punggung burung Elang yang bertenggerdi bahunya.

"Raden, kau kembalilah ke tempatmu. Ingat baik-baik. Mulai saatini kau punya tiga orang tuan. kakekku, aku dan anak ini."

Elang besar itu keluarkan suara lirih lalu mengulurkan kepalanyake arah Kindo. Menyangka hendak dipatuk Kindo cepat mundur.

"Tak usah takut. Raden hanya ingin berbaik-baik denganmu," kataTasaki.

"Ooohh.... Jadi namanya Raden..." kata Kindo seraya mengulurkantangannya dan mengusap kepala burung Elang itu. Sekali l agi binatang itu

Page 48: Kindo-1. Wasiat Di Puri Elang · 2016. 1. 23. · WASIAT Dl PURI ELANG Karya : Bastian Tito Cetakan pertama : 1992 Hak cipta dan Copy right pada pengarang ... sudah mendengar kabar.

mengeluarkan suara lirih lalu merentang kedua sayapnya dan terbangmeninggalkan tempat itu.

"Burung itu bukan binat ang sembarangan. Jika kau membutuhkanbantuannya kau hanya memejamkan mata membayangkan dirinya. Laluberucap. Raden datanglah...."

"Lagi-lagi keanehan yang tidak kumengerti..." kata Kindoperlahan.

"Sekarang saatnya kita pergi. Aku ingin buru-buru melatih danmengujimu. Lagi pula panas sekali di sini. Pakaianku sudah kuyup olehkeringat!"

Ketika si gemuk itu melangkah, Kindo pun mengikuti daribelakang sambil mempererat gelungan rotan di pinggangnya. "Aneh," kataanak ini dalam hati. "Begitu rotan ini kujadikan sabuk, tubuhku terasaenteng. Pendengaran dan penglihatanku jadi lebih terang...."

Puri Elang di puncak bukit Mega Biru kembali tenggelam dalamkesunyian. Seolah bangunan tua itu tidak ada penghuninya. Segalakeanehan yang tersembunyi di dalamnya tak pernah diketahui orang.

Page 49: Kindo-1. Wasiat Di Puri Elang · 2016. 1. 23. · WASIAT Dl PURI ELANG Karya : Bastian Tito Cetakan pertama : 1992 Hak cipta dan Copy right pada pengarang ... sudah mendengar kabar.

HANTU PLONTOS MUNCUL LAGI

Bujala Tasaki berjalan seenaknya di sebelah depan sambilberkipas-kipas. Kindo mengikuti dari belakang.

"Aneh..." kata anak ini dalam hati. "Dia berjalan melenggangperlahan. Langkahnya pendek-pendek saja. Tapi kukejar tetap saja aku tidakbisa sampai di sebelahnya!"

Di satu tempat jalan kecil berbatu yang mereka tempuh bercabangdua. Tasaki membelok ke kanan.

"Tasaki!" panggil Kindo dari belakang. "Kalau aku tidak salah itujalan menuju hutan angker. Mengapa membelok ke sana?"

"Apa kau lupa pada perutmu yang sudah lama tidak diisi? Akujuga sudah tak tahan lapar. Dalam hutan itu banyak buah-buah segar yangbisa kita santap. Syukur-syukur ada burung hutan yang bisa kitapanggang...."

"Memang sih perutku sudah keroncongan. Tapi kita bisa mencarimakanan di tempat lain. Aku kawatir harimau besar itu masih berkeliaran disana....."

"Kau takut?" tanya Tasaki."Tidak. Masakan bersamamu aku merasa takut....""Eh, kita tidak pergi sama-sama."Kindo jadi heran. "Tidak sama-sama bagai-mana maksudmu?""Aku sangat letih. Tak sanggup lagi berjalan..." kata si gendut

Tasaki.Dalam hatinya Kindo berkata. "Aku tidak percaya. Mungkin dia

berdusta." Lalu anak ini bertanya. "Jadi bagaimana Tasaki?""Kau pergi saja sendirian. Bergerak lurus-lurus ke arah kanan

sampai kau menemui kawasan yang banyak pohon buah-buahan. Akumenunggu di simpang jalan ini...."

"Tasaki, kurasa lebih baik kita....""Ini perintah. Jangan kau berani membangkang!" bentak Tasaki.

Kedua matanya yang belo tampak bert ambah besar."Ah, kalau marah matanya tambah belo," ujar Kindo dalam hati.

"Kalau memang perintah, aku mau bilang apa!" menyahut Kindo sambilmulutnya dipencongkan tanda dia kurang senang atau merasa was-wasmasuk sendirian ke dalam rimba belantara.

Sesuai ucapan Tasaki, Kindo masuk ke dalam hutan lurus ke arahkanan.

Page 50: Kindo-1. Wasiat Di Puri Elang · 2016. 1. 23. · WASIAT Dl PURI ELANG Karya : Bastian Tito Cetakan pertama : 1992 Hak cipta dan Copy right pada pengarang ... sudah mendengar kabar.

"Rasanya aku sudah jauh masuk ke dalam hutan. Mana pohon-pohon bebuahan yang dikatakan si gentong itu?" kata Kindo sambil berhentilalu memandang berkeliling. "Mungkin masih di sebelah sana. Biar akujalan lagi." Anak ini meneruskan perjalanan hingga akhirnya sampai di satubagian hutan yang ketinggian. Di sini dilihatnya ada beberapa pohon buah-buahan sedang sarat buahnya. Antara lain jambu kelutuk besar, limau dancempedak hutan.

"Hemmm.... Bau cempedak itu sedap amat," kata Kindo sambilmenghirup dalam-dalam. Dia tidak tahu kalau bau sedap buah cempedakyang menebar bukan buah yang masih tergantung di pohon, melainkan buahyang sudah dibelah dan tengah disantap oleh tiga orang lel aki berpakaianhitam bertampang seram dibalik serumpunan semak belukar.

"Akan kupanjat pohon cempedak itu. Tasaki pasti senang makancempedak," kata Kindo seraya melangkah mendekati pohon cempedak yangpaling rendah dan berbuah sarat.

Namun belum sempat dia meneruskan langkahnya tiba-tiba daribalik semak belukar di sebelah kiri melompat tiga orang berpakai an serbahitam.

"Mati aku!” keluh Kindo begitu dia mengenali siapa adanya ketigaorang itu.

Yang pertama bukan lainadalah Katama alias Hantu Plontos,

kepala rampok ganas yangbeberapa hari lalu menghadang

rombongan Juragan LorBangkalan alias Bujala Tasaki yang

melakukan penyamaran.Mata kanannya yang pecah akibat

hantaman tumit Kindotampak dibalut. Lalu mulutnya

kelihatan bengkak jontor.Ketika dia menyeringai tiga giginya

tak kelihatan lagi. Rontok,juga akibat tendangan Kindo

sewaktu melompat dari ataspohon.

"Ini dia tuyul keparat yang membuat mataku buta dan mulutkupecah!" Katama menggertak sambil ulurkan kedua tangannya."Ya Tuhan, dia pasti membunuhku!" kata Kindo ngeri."Biar aku lebih dulu merobek hidungnya!" berkat a anakbuah Hantu Plontos bernama Sambradu. Cuping hidungnya

Page 51: Kindo-1. Wasiat Di Puri Elang · 2016. 1. 23. · WASIAT Dl PURI ELANG Karya : Bastian Tito Cetakan pertama : 1992 Hak cipta dan Copy right pada pengarang ... sudah mendengar kabar.

sebelah kiri kelihatan sumbing gara-gara dilempar Kindodengan buah keras dan runcing. Tidak heran kalau dia juga merasa

dendam pada anak itu.Kindo semakin ketakutan."Aku Kecak juga harus kebagian!" kata anak buah yang satu lagi.

"Lihat keningku sampai berlubang akibat lemparan anak jahanam ini!""Oh celaka! Aku benar-benar mati sekarang! Ini gara-gara si

gentong itu! Mengapa dia menyuruh aku masuk ke sini. Padahal sudahkubilang hutan ini berbahaya!" Dalam takutnya Kindo menyalahi si gendutTasaki.

"Kalau begitu cepat lampiaskan dendam kalian. Tapi ingat!Lehernya aku yang bakal mematahkan!" kata Katama pula dengan tampanggarang sambil gosok-gosok kedua telapak tangannya satu sama lain.

Kindo merasa lututnya goyah. Jantungnya seperti mau copot begituSambradu dan Kecak melangkah ke arahnya. Tiba-tiba dalam hatinyamuncul dorongan untuk menantang rasa takut itu.

"Seorang ksatria berpantang takut! Rasa takut berarti kalahsebelum bert arung! Ingat nyanyianmu. Aku satri muda perkasa. Siapmengarungi bahaya…. Aku pendekar muda perkasa. Tiada hari tanpabahaya.... Kau punya ilmu silat warisan Ayah dan Pamanmu! Mengapaharus takut. Keluarkan kepandaian yang kau miliki! Lihat luka-luka yangmereka al ami! Dulu kau bisa menghajar mereka, mengapa sekarang tidak?!"

Suara hati itu mendorong keberanian Kindo. Setelah mundur lagidua langkah tiba-tiba dia membungkuk mengambil dua buah batu sebesarkepalan. Tangannya diacungkan ke arah Sambradu. "Berani kau mendekatkubikin sumplung cuping hidupmu satu lagi!"

Kindo juga mengacungkan tangannya ke arah Kecak. "Akankubuat bolong jidatmu kalau berani maju!"

Baik Sambradu maupun Kecak sama-sama menyeringai."Kecebong ingusan! Berani bermulut besar mengancamku!" kertak

Sambradu. Sekali lompat saja dia sampai di hadapan Kindo. Tangankanannya meluncur ke atas kepala anak ini untuk menjambak rambutnya.

Page 52: Kindo-1. Wasiat Di Puri Elang · 2016. 1. 23. · WASIAT Dl PURI ELANG Karya : Bastian Tito Cetakan pertama : 1992 Hak cipta dan Copy right pada pengarang ... sudah mendengar kabar.
Page 53: Kindo-1. Wasiat Di Puri Elang · 2016. 1. 23. · WASIAT Dl PURI ELANG Karya : Bastian Tito Cetakan pertama : 1992 Hak cipta dan Copy right pada pengarang ... sudah mendengar kabar.

KEMATIAN DI DEPAN MATA

Kindo cepat merunduk. Berkat rotan sakti yang melingkar dipinggangnya gerakan anak ini menjadi ringan dan cepat. Apalagi diamemang sudah memiliki kepandaian silat dasar yang pernah diajarkan Ayahserta Pamannya. Dia berhasil menghindarkan kepalanya dari jambakan.Namun ada beberapa rambutnya yang sempat tersambar hingga Kindomengerenyit menahan sakit.

Marah serangannya tidak mengena, Sambradu tendangkan kakikanannya. "Rasakan olehmu!" teriak penjahat ini.

"Wuuutttt!"Kaki kanan Sambradu menderu ke perut Kindo. Kalau tendangan

ini mengena pasti Kindo akan cidera berat bahkan bisa-bisa menemui ajal!"Waduh!" seru Kindo sambil jatuhkan diri. "Hampir amblas

perutku!" Tendangan Sambradu lewat hanya seujung kuku di depanperutnya. Kindo cepat gulingkan diri di tanah. Ketika Sambradu mengejar,anak ini lemparkan batu di tangan kanannya.

"Bukkkk!" Batu melayang deras ke arah muka Sambradu.

"Celaka! Bisa ditangkisnya!" kat a Kindo ketika l emparan yangseharusnya bisa mengenai muka Sambradu ditangkis dengan lengan. Sambilmenahan rasa sakit di lengan dengan beringas penjahat ini menyerangKindo. Serangannya ganas. Berupa injakan ke dada Kindo yang masihterguling di tanah.

"Bukkkkkk!""Luput!" pekik Kindo ketika injakan kaki Sambradu hanya

menghantam tanah. Anak ini cepat berdiri. Tengkuknya merinding ketikamenyaksikan bagaimana tanah yang tadi diinjak Sambradu amblas sampaisemata kaki. "Hampir ringsak dadaku!" kata Kindo keluarkan keringatdingin.

Page 54: Kindo-1. Wasiat Di Puri Elang · 2016. 1. 23. · WASIAT Dl PURI ELANG Karya : Bastian Tito Cetakan pertama : 1992 Hak cipta dan Copy right pada pengarang ... sudah mendengar kabar.

"Anak set an! Apa kau bisa lolos terus-terusan dari tanganku!"bentak Sambradu lalu kembali mengejar Kindo.

Sementara itu diam-diam Kecak datang dari samping."Gerakannya sesaat tertahan. Matanya berputar ke samping. Pasti

ada sesuatu...." Kindo membatin sewaktu dilihatnya gerakan kaki penjahatitu sesaat terhenti sedang kedua matanya melirik ke kiri.

Kindo berpaling ke samping. Justru saat itu Kecak menyergapnyadengan jotosan tangan kanan yang keras.

"Remuk kepalaku!" seru Kindo dalam hati. Dia melompat kebelakang.

"Wuutttt!"Tinju Kecak menghunjam udara kosong seujung jari di depan

hidung Kindo."Selamat.... Hampir tanggal hidungku dibuatnya!" Walau rasa

takut tetap menyelimuti dirinya namun semangat dan rasa percaya dirinyasemakin besar.

Akan tetapi, tidak terlihat ol eh anak ini Kecak ulurkan kakikanannya mencegal kedua kaki Kindo.

"Bukkkk!"Tak ampun lagi Kindo jatuh bergedebuk ke tanah."Uhhhh..." Kindo mengeluh. Tulang punggungnya serasa remuk.

Tapi dia hanya mengeluh pendek tak mau berteriak. Selagi kesakitan dantergeletak di tanah seperti itu tahu-tahu Sambradu sudah ada di depannya.Penjahat ini membungkuk lalu menjambak rambutnya. Sekali sentak sajaKindo terangkat ke atas. Anak ini coba menendang perut dan dadaSambradu. Tapi tamparan penjahat itu menghajar mukanya lebih dahulu.

"Plaaakkk!"Kindo merasa seolah-ol ah kepalanya meledak. Sakitnya tamparan

penjahat itu terasa mulai dari ubun-ubun sampai ke kaki. Digigitnyabibirnya. Dia tak mau menjerit. Hanya keluhan tak tert ahan keluar darimulutnya terus-menerus. Pipi kirinya merah membengkak. Bibirnya luka.Dari mulutnya mengucur darah.

"Rasakan sekarang!" kata Sambradu dan masih terus menjambakrambut Kindo. Dalam hati dia merasa heran melihat Kindo sama sekalitidak menjerit atau memekik kesakitan. "Bocah sok jagoan! Rasakan sekalilagi tamparanku ini!" Lalu dengan sekuat tenaga Sambradu ayunkan tangankanannya untuk menampar lagi.

Tiba-tiba Kecak bert eriak. "Sambradu! Jangan kau bantaisendirian! Serahkan anak itu padaku!"

Sambradu menyentakkan tangannya yang menjambak rambutKindo. Anak ini terpelanting ke arah Kecak. Penjahat yang satu ini

Page 55: Kindo-1. Wasiat Di Puri Elang · 2016. 1. 23. · WASIAT Dl PURI ELANG Karya : Bastian Tito Cetakan pertama : 1992 Hak cipta dan Copy right pada pengarang ... sudah mendengar kabar.

langsung menyambutnya dengan kepalan tangan yang diarahkan ke keningKindo.

Tak ada kesempatan untuk mengelak. Satu-satunya caramenyelamatkan kepalanya dari serangan itu adalah denganmembelintangkan lengannya di depan mukanya. Menangkis.

"Bukkk!""Auuuuuwwww!"Kali ini Kindo tak bisa menahan sakit tanpa berteriak. Pukulan

Kecak memang dapat ditangkis dengan lengan kanan. Tapi lengan itu sakitbukan main. Terasa sampai ke tulang. "Celaka.... Jangan-jangan tangankupatah!" rintih Kindo.

Sambil meringis menahan sakit dan terhuyung-huyung anak inijauhkan diri dari lawannya. Dia coba menggerakkan tangan kanannya."Aduhhh!" Sakit bukan main. "Aku tak bisa menggerakkan tangan!"

Di hadapannya Kecak menyeringai. "Tangan kananmu sudahkupatahkan hah! Sekarang giliran yang kiri!" kata penjahat ini.

Kindo mundur terus. Saat itu di tangan kirinya dia masihmemegang sebuah batu sebesar kepalan.

"Kalau kulempar pasti dia bisa mengelak," kat a Kindo dalam hatisambil memutar otak.

Saat itu Katama alias Hantu Plontos rupanya sudah tidak sabaranuntuk turun tangan sendiri menghajar Kindo. Dia berteriak.

"Kecak! Bagianmu sudah cukup! Biar aku yang menyelesaikananak keparat itu!"

"Wah, si jahat satu ini pasti membunuhku! Pasti!" membatinKindo. "Apa yang harus kulakukan? Tasaki bilang seorang pendekar harusmempergunakan kekuatan pikiran dan kecerdikan otak! Hemmm...." Kindomemeras otaknya.

Tiba-tiba anak ini berteriak pada Kecak. "Lihat serangan batu!"Kecak bertolak pinggang sambil menyeringai penuh ejek."Kau boleh melemparku sampai seratus kali! Ayo lakukan!

Lempar sekuatmu!" tantang si penjahat.Kindo genggam batu di tangan ki rinya kuat -kuat lalu dilemparkan

dengan sepenuh tenaga."Wuuuttttt....!"Batu melayang di udara pada ketinggian di bawah pinggang.

Kecak tetap bertolak pinggang dan terus menyeringai. Tapi dia jadimelengak ketika ternyat a Kindo tidak melemparkan batu itu ke arahnya.

"Eh, apa yang dilakukan anak sialan ini! Siapa yangdilemparnya?!" Kecak dan juga Sambradu berpaling mengikuti arah batu.

Page 56: Kindo-1. Wasiat Di Puri Elang · 2016. 1. 23. · WASIAT Dl PURI ELANG Karya : Bastian Tito Cetakan pertama : 1992 Hak cipta dan Copy right pada pengarang ... sudah mendengar kabar.

Saat itulah terdengar jeritan Katama. Kepala penjahat ini samasekali tidak menduga kalau Kindo ternyata melemparkan batu ke arahnya.

Karena tidak menyangka bahwa dirinyalah yang bakal jadi sasaranlemparan batu, walau berkepandaian tinggi namun Katama tak sempatmengelak.

"Bukkk!"Tahu-tahu batu besar itu sudah menghantam bagian gawat di

bawah perut antara kedua pangkal pahanya!

"Kena!" seru Kindo. Katama berjingkrak dan menjerit setingg,langit. Tubuhnya kemudian terhempas ke tanah. Seperti anak kecil diameraung berguling-guling.

"Pecah kantongku! Mati.... Mati aku!""Anak jahanam! Kuhancurkan kepalamu!" teriak Kecak.Sekali lompat saja dia sampai di hadapan Kindo. Anak ini cepat

melarikan diri. Namun dari belakang Sambradu mencekal leher dan menariktangan kanannya yang sakit. Kindo mengeluh tinggi. Saat itu pula daridepan Kecak datang mengayunkan tinju kanannya ke kepala Kindo.

Anak ini tak bisa berkelit, tak mampu menangkis. Apa lagiberontak melepaskan diri dari cekalan Sambradu. Mukanya seputih kainkafan. Hendak bert eriakpun tak ada gunanya. Dia seperti pasrah menerimakematiannya.

Sesaat lagi pukulan Kecak akan merengkahkan kepala Kindo tiba-tiba "Sssttttt...!" Ada angin bersiur disertai berkelebatnya sebuah bendapanjang yang menghalangi dan menahan gerak pukulan Kecak, bahkanmembuat tangannya terpental ke atas dan dia sendiri terpekik kesakitansambil mundur beberapa langkah.

Page 57: Kindo-1. Wasiat Di Puri Elang · 2016. 1. 23. · WASIAT Dl PURI ELANG Karya : Bastian Tito Cetakan pertama : 1992 Hak cipta dan Copy right pada pengarang ... sudah mendengar kabar.

Benda panjang itu berkelebat lagi. Kindo merasa siuran angin dibelakangnya. Lalu t erdengar jeritan Sambradu. Cekalannya pada leher dantangan Kindo terlepas. Kindo cepat menjauh sel amatkan diri lalu berpalinguntuk melihat apa yang sebenarnya telah terj adi. Kenapa kedua penjahat ituurung membunuhnya bahkan menjerit kesakitan!

Page 58: Kindo-1. Wasiat Di Puri Elang · 2016. 1. 23. · WASIAT Dl PURI ELANG Karya : Bastian Tito Cetakan pertama : 1992 Hak cipta dan Copy right pada pengarang ... sudah mendengar kabar.

KIRIN

Di hadapan Kindo saat itu berdiri seorang pemuda berpakaianserba hitam. Rambutnya hitam lurus sepanjang bahu. Keningnya diikatdengan kain kecil berwarna hitam. Dia tegak memandang tak berkesip kearah Kecak dan Sambradu. Kedua kakinya terkembang dalam kuda-kudasilat yang kokoh. Tangan kirinya memegang sebatang tongkat panjang yangujungnya bercagak dua. Dengan sikap keren tongkat kayu inidimelintangkannya di depan dada. Baik Kindo maupun tiga penjahat yangada di situ sama sekali tidak mengenal siapa adanya pemuda ini.

"Gagah sekali dia," memuji Kindo dalam hati. "Apa betul dia yangbarusan menolongku? Kalau betul, wah! Pasti dia memiliki ilmu tongkatyang hebat!"

"Pemuda keparat! Siapa kau?!" bentak Kecak sambil usap-usaplengannya yang kelihatan bengkak akibat pukulan tongkat.

Pemuda itu melirik pada Sambradu yang saat itu pegangi lehernya.Kindo melihat leher penjahat satu ini bengkak membiru. Rupanya pemudaberpakaian serba hitam itu tadi menghajarnya di tenggorokan. Si pemuda

lalu berpaling pada Kecak. Dengantenang dia berkata.

"Dalam dunia persilatan,mengeroyok lawan adalah tindakan

pengecut! Mengeroyok seoranganak kecil lebih pengecut lagi!

Memalukan! Hanya orang-orangjahat suka melakukan hal seperti

itu. Kalian bertiga pasti bukanorang baik-baik!"

Saat itu dengan terbungkuk-bungkuk. Katama alias Hantu Plontos

mendatangi dengan rahangmenggembung, mata melotot tanda

marah."Ada satu orang lagi minta mati

di tempat ini!" kata Katama penuhberang. "Apa kepentinganmu

mencampuri urusan kami?!"Pemuda berpakaian hitam

melirik sebentar pada Katama. Lalu tanpamemandang pada kepala

Page 59: Kindo-1. Wasiat Di Puri Elang · 2016. 1. 23. · WASIAT Dl PURI ELANG Karya : Bastian Tito Cetakan pertama : 1992 Hak cipta dan Copy right pada pengarang ... sudah mendengar kabar.

penjahat ini dia menjawab. "Aku memangtidak punya urusan dengan kalian!""Bedebah!"t eriak Sambradu. "Lalu kenapa kau menyerangku dankawanku?!""Aku hanya tidak suka melihat ketidak adilan dan kejahatanberlangsung di muka bumi ini!""Hebat sekali!" teriak Kecak. "Dia berlagak seperti tokoh raja

dirajadunia persilatan!""Sreetttt!"Kecak cabut golok besar di pinggangnya. Namun sebelum senjataitu sempat keluar dari sarungnya, tanpa menoleh sedikitpun

pemuda berpakaian serba hitam gerakkan tangan kanannya."Wuuuuuttttt!"Tongkat berkelebat menderu ke arah Kecak."Bukkkk!""Ahhh....!""Claappp!”Penjahat ini mengeluh tinggi. Ujung tongkat yang bercagak

menghantam punggung tangannya, mendorong golok serta merta masuk kedalam sarungnya kembali!"

"Sekali lagi ada yang berani menghunus senjata akan kuberipelajaran lebih keras!" kata pemuda yang memegang tongkat.

"Luar biasa! Gerakannya cepat sekali!" kata Kindo penuh kagum.Katama dan Sambradu keluarkan suara seperti menggereng. Kedua

orang ini saling memberikan isyarat. Lalu serempak menerj ang ke arahpemuda berpakaian hitam. Dua kali terdengar suara berdesing.

"Awas! Mereka menyerang dengan golok!" teriak Kindomemperingatkan begitu dilihatnya Katama dan Sambradu lancarkanserangan golok. Di saat yang sama Kecak kembali cabut senjat anya. Diasegera hendak bergabung dengan dua temannya itu. Tapi Katamamembentak.

"Kau jaga jangan sampai anak satu ini melarikan diri! Pemuda sokjago ini biar aku dan Sambradu yang mengurusnya!"

Mendengar teriakan Katama itu Kecak segera memutarserangannya ke arah Kindo. Dalam keadaan tangan sebel ah kanan cideradan tanpa senjat a tentu saja t ak mungkin bagi Kindo menghadapi penjahatsatu ini. Apalagi Kecak menyerangnya seperti orang kesetanan. Goiok ditangannya memapas deras kian kemari!

Page 60: Kindo-1. Wasiat Di Puri Elang · 2016. 1. 23. · WASIAT Dl PURI ELANG Karya : Bastian Tito Cetakan pertama : 1992 Hak cipta dan Copy right pada pengarang ... sudah mendengar kabar.

"Lari! Tak ada jalan lain! Aku harus lari menyelamatkan diri!" kataKindo. Dia melompat ke balik serumpunan semak belukar. Kecakmenerjang melompati semak belukar itu.

"Wuuuutttt!"

Goloknya memapas di atas kepala Kindo."Mati aku!" Kindo me-

rasaNyawanya sudah terbang ketika mata golok memapas putus ujung

rambutnya. Sambil pegangi kepalanya dia berguling kebelakangsebatang pohon. Kecak kembali mengejar. Goloknya menderu lagi.

Kali ini ke arah kaki Kindo."Craaakkkk!"

Golok menghantam bagian bawah pohon. Kindo cepat melompat.Dia

ingat pada sabuk rotan sakti yang melingkar di pinggangnya. "Ah,tidak bisa! Tasaki melarangku mempergunakan senjata ini sebelum

aku dilatih dan diujinya. Lalu bagaimana aku harusmenyelamatkan

diri?" Saat itulah dia menyadari kalau pohon besar itu mempunyaibanyak akar gantung. Anak ini lantas pergunakan kepandaiannya

memanjat. Digapainya akar gantung paling panjang lalu sepertiseekor

monyet dia memanjat ke atas."Kau mau lari kemana! Kau kira akutak

bisa mengejar!" teriak Kecak.Golok disarungkannya lalu dia bergelantungan pada akar pohon

dan mulai memanjat. Namun tubuhnya terlalu berat."Desss!"Akar gantung putus sewaktu Kecak mencapai ketinggian setengah

pohon. Tak ampun lagi tubuhnya jatuh bergedebuk ke tanah. Penjahat inimemaki panjang pendek sambil pegangi tulang pantatnya yang sakit bukanmain.

Di atas pohon walau sudah selamat Kindo tetap saja merasa tidaktenang. Terlebih ketika dilihatnva pemuda berpakaian hitam itu terkurungrapat oleh serangan golok Katama dan Sambradu.

"Aku harus ganti menolongnya! Kasihan dia! Tapi aku harusmenolong bagaimana?!"

Traaak... traaaakkkk... traaakkkk... traakkk!"Kayu bercagak di tangan pemuda berpakaian hitam menghantam

badan golok dua lawannya sampai dua kali berturut-turut."Ah, tak bisa kubuat mental!" Si pemuda terkejut. Tangkisan dan

sekaligus serangan untuk memukul lepas senjata lawan tak berhasil. Si

Page 61: Kindo-1. Wasiat Di Puri Elang · 2016. 1. 23. · WASIAT Dl PURI ELANG Karya : Bastian Tito Cetakan pertama : 1992 Hak cipta dan Copy right pada pengarang ... sudah mendengar kabar.

pemuda kini arahkan serangan tongkatnya ke bagian badan atau kepalalawan. Gerakannya lincah dan sebat sekali. Tongkat bercagaknyabergulung-gulung memukul, menusuk, mengemplang. Katama danSambradu jadi dibuat kalang-kabut. Yang paling berbahaya adalah seranganKatama. Karena kidal dia memegang goloknya di t angan kiri. Serangannyaaneh dan sering tidak terduga.

Seperti mengenjot bumi pemuda berpakai an hitam kerahkanseluruh kepandaiannya.

"Traaakkk!"Sambradu mengeluh tinggi.Golok di tangannya mencelat mental. Jari-jarinya tampak

mengucurkan darah. Dia t egak terbungkuk-bungkuk menahan sakit.Pemuda bertongkat kini pusatkan serangannya pada satu-satunya lawanyaitu Katama. Namun pada saat yang sama tiba-tiba saja Kecak tinggalkanpohon besar di atas mana Kindo berada dan menyerbu masuk ke dalamkalangan pertempuran membantu Katama. Sesaat kemudian Sambraduwalaupun dalam keadaan terluka j ari-jari t angannya, memungut goloknyayang tercampak di tanah lalu bergabung membantu dua kawannya.

Jurus demi jurus perkelahian tiga lawan satu, tiga bilah goloklawan sebatang tongkat kayu itu semakin hebat dan ganas. Dari atas pohonKindo hampir tak dapat lagi melihat jelas tubuh pemuda berbaju hitam.Pemuda ini laksana lenyap, berubah menjadi bayang-bayang. Putarantongkatnya menderu-deru membentuk lingkaran sebat. Namunbagaimanapun hebatnya ilmu tongkat si pemuda, digempur habis-habisanoleh tiga pengeroyok seperti itu lambat-laun pertahanannya mulai goyah.

Dalam satu gebrakan hebat si pemuda berhasil menyarangkanujung tongkatnya ke batang leher Kecak. Dua lengannya yang memegangtongkat bergerak memuntir.

"Naik!" teriak si pemuda.Tubuh besar penjahat itu terangkat sampai satu jengkal dari

permukaan tanah."Jatuh!" teriak pemuda berbaju hitam lagi.Tubuh Kecak miring ke samping lalu....Bukkkk!Penjahat itu terbanting ke tanah. Kepalanya membentur akar pohon

yang menonjol dan keras. Kecak mengeluh tinggi. Tergelimpang pingsansementara darah mengucur dari luka di kepalanya.

Walau dapat merobohkan satu dari tiga lawannya tapi keadaanpemuda berpakaian hitam itu sendiri kini terancam. Sambradu berhasilmemasukkan satu tendangan ke pinggulnya. Selagi dia terhuyung, daridepan Katama ayunkan goloknya dengan ganas. Sebenarnya serangan ini

Page 62: Kindo-1. Wasiat Di Puri Elang · 2016. 1. 23. · WASIAT Dl PURI ELANG Karya : Bastian Tito Cetakan pertama : 1992 Hak cipta dan Copy right pada pengarang ... sudah mendengar kabar.

sanggup ditangkis dengan tongkatnya oleh si pemuda. Namun saat ituKatama justru tel ah mengeluarkan kesaktiannya yang bernama "TanganPenggoncang Akhirat." Tangan kanannya menggeletar oleh aji kesaktianyang dirapalnya. Ketika dihantamkan ke arah si pemuda, terdengar suaramenggelegar.

"Akhhhh...!"Pemuda berpakai an hitam berseru tegang.Tongkat kayunya terlepas. Tubuhnya mencelat mental lalu jatuh di

tanah. Dia berusaha bangun dengan cepat. Namun pukulan sakti Katamatelah membuat sekujur tubuhnya laksana remuk. Dia hanya mampumerangkak lalu tergelimpang ke tanah kembali. Saat itu pula Katamamenyergap dengan goloknya. Senjata di tangan kiri kepala penjahat inimenderu ke arah batok kepala si pemuda. Sesaat l agi kepala itu akanterbelah mengerikan tiba-tiba.

Blukkkkk!Katama menggereng marah. Sebuah benda jatuh dengan keras

tepat di punggungnya hingga tubuhnya terhuyung ke depan. Saat itu puladua tangan meskipun kecil melingkar mencekik lehernya hingga dia jadimegap-megap sulit bernafas!

"Jahanam!"maki Katama marahbesar. Bahunya

digoyangkan.Tubuhnya direndahkandan tangan kanannyamenjambak ke be-lakang.

Tak ampunlagi tubuh Kindo yangbarusan mendekam dipunggung danmencekik lehernyamelayang jatuh kebawah, terhempas ditanah di sampingpemuda berpakaianhitam!

"Sekarangterima kematian kalian

Page 63: Kindo-1. Wasiat Di Puri Elang · 2016. 1. 23. · WASIAT Dl PURI ELANG Karya : Bastian Tito Cetakan pertama : 1992 Hak cipta dan Copy right pada pengarang ... sudah mendengar kabar.

berdua!" hardik Katama. "Kau mampus duluan monyet sialan!" Golok ditangan kepala penjahat itu membacok ke arah kepala Kindo.

Saat itu Kindo sama sekali dalam keadaan tak berdaya. BantinganKatama membuat dia terhenyak nanar t ak mampu bergerak. Dia melihatbagaimana golok besar itu menderu ke arah kepalanya tanpa dia bisaberbuat sesuatu. Kindo cobapalingkan kepalanya. Tak adaartinya.

"Craaasss!"Bau harum menyeruak di

tempat itu. Golok besar di tangankiri Katama tenggelam ke

dalam sebuah benda bulat panjangyang

terbelah dua. Pemudaberpakaian hitam pergunakankesempatan

untuk berguling. Tak lupadia menarik lengan Kindo hinggaanak ini

ikut bergulinganbersamanya.

"Kurang ajar! Siapa yang punya pekerjaan ini?! " teriak Katamasementara Sambradu tertegak dalam heran dan kaget. Sebuahcempedak hutan besar harum tergel etak di tanah dalam keadaanterbelah. Benda inilah tadi yang entah dari mana datangnyamemintas bacokan golok Katama hingga terbelah dua!Sepasang mata Katama membeliak. Beberapa langkah dihadapannya, dekat semak belukar seorang lelaki bertubuh gemukluar biasa duduk menjelepok di tanah sambil menyantap cempedakhutan dengan lahapnya. Orang ini mengenakan kopiah kupluk,

mengenakan celana pangsi hitam dan memakai baju kekecilan.Enak saja dia menyantap cempedak itu seolah-olah hanya dia sendirian ditempat itu dan tidak tahu apa yang barusan terjadi di situ!

"Kurang ajar! Sambradu! Jagal leher si gendut itu dengangolokmu!" teriak Katama memerintah.

Tanpa banyak cerita Sambradu melompat dengan golok terhunus.Namun belum sempat kedua kakinya menjejak t anah, kelihatan si gendutmembuka topi hitam di atas kepalanya. Acuh tak acuh topi ini dikipaskan kemukanya yang keringatan seperti orang kepanasan.

"Wuuuutttt!"

Page 64: Kindo-1. Wasiat Di Puri Elang · 2016. 1. 23. · WASIAT Dl PURI ELANG Karya : Bastian Tito Cetakan pertama : 1992 Hak cipta dan Copy right pada pengarang ... sudah mendengar kabar.

Serangkum angin menderu, menghantam dengan telak dadaSambradu. Penjahat ini berteriak keras lalu jatuh melingkar di tanah. Diamengerang kesakitan sambil pegangi dadanya. Dari mulutnya mengucurdarah. Kedua matanya kelihatan berkedap-kedip. Nafasnya megap-megaplalu sosok tubuhnya diam. Pingsan!

"Ahhhhhh! Ada orang hebat rupanya di sini!" kat a Katama aliasHantu Plontos seraya melangkah dengan golok digenggam erat di tangankiri.

"Katama..." si gendut menegur tanpa mengangkat kepalanya ataumemandang pada Katama. "Apa pelajaran tempo hari masih belummembuat kau kapok? Lihat apa yang terjadi dengan dua anak buahmu!Masih tidak mau sadar?!"

"Aku baru mau kapok dan sadar kalau kau sudah menerima ini!"jawab Katama set engah berteriak. Goloknya berkelebat!

Si gendut kipaskan lagi kopiah bututnya. Gerakannya ini dilakukantanpa menoleh sedikitpun ke arah Katama. Tapi apa yang terjadi kemudianmembuat Kindo dan pemuda berpakaian hitam jadi terkesima kagum.

"Dessss...!""Trangggg!"Golok besar di tangan Katama patah dua dan terpental ke udara.

Penjahat itu mengerang panjang. Tangan kirinya kelihatan melintir kebelakang tak bisa digerakkan lagi.

Si gemuk melahap lagidua butir cempedak hutan lalumelompat. Dia melangkah kehadapan Katama.

"Ini pelajaran danperingatan t erakhir bagimu. Jikasekali lagi aku menemuimuberbuat macam-macam, janganharap ada pengampunan! Pergidari sini! Bawa dua anak buahmuitu!"

Dengan susah payahKatama menyadarkan dua anakbuahnya yang pingsan. Laludalam keadaan babak-belurketiganya tinggalkan tempat itu.

Setelah ketiga orang itu

Page 65: Kindo-1. Wasiat Di Puri Elang · 2016. 1. 23. · WASIAT Dl PURI ELANG Karya : Bastian Tito Cetakan pertama : 1992 Hak cipta dan Copy right pada pengarang ... sudah mendengar kabar.

pergi Kindo cepat-cepat mendatangi si gendut dan membungkuk dalam-dalam.

"Tasaki, terima kasih. Kau telah menyelamatkan nyawaku!" kataKindo. Lalu dia berpaling pada pemuda berpakai an serba hitam. Kembalidia membungkuk. "Aku juga berterima kasih padamu Kakak. Kau jugatelah menyelamatkan diriku tadi...."

Pemuda berpakaian hitam balas membungkuk sambilmelintangkan tongkat kayunya di depan dada. "Terima kasih sama-sama,"katanya. "Kalau tadi kau tidak nekad melompati kepala penjahat itu dariatas pohon, nyawakupun tak akan tertolong!" Habis berkata begitu sipemuda memutar tubuhnya ke arah Bujala Tasaki dan membungkuk."Terima kasih saya untukmu...."

"Kakak.... Ilmu tongkatmu hebat sekali!" tiba-tiba Kindo berkata.Si pemuda tersenyum kecil. Sambil geleng-gelengkan kepala dia

berkata. "Aku masih banyak harus belajar. Masih banyak...""Namaku Kindo. Kalau aku boleh tahu siapakah nama Kakak ini?""Aku Kirin....""Kirin.... Hemmm.... Kalau aku boleh tahu lagi di mana kau belajar

ilmu tongkat itu? Dengan siapa....?""Aku tak bisa menjawab pertanyaanmu itu Kindo...."Pemuda bernama Kirin ini lalu membungkuk pada Tasaki dan

Kindo. "Aku harus pergi sekarang.... Sekali lagi terima kasih. Aku tak bakalmelupakan budi baik kalian."

"Kirin kau mau kemana?!" seru Kindo."Wuuuttt!"Kirin putar tongkat kayunya. Kindo hanya melihat satu lingkaran

dan bayangan hitam. Lalu Kirinpun lenyap dari tempat itu."Ilmu tongkatnya luar biasa. Gerakannya cepat sekali. Ah, ingin

sekali aku belajar ilmu tongkat itu padanya..."Ucapan Kindo terhenti. Anak ini meringis kesakitan ketika satu

jeweran mampir di telinga kirinya."Tasaki! Aduh....! Kenapa kau jewer kupingku!"Si gendut Tasaki menyeringai.

Page 66: Kindo-1. Wasiat Di Puri Elang · 2016. 1. 23. · WASIAT Dl PURI ELANG Karya : Bastian Tito Cetakan pertama : 1992 Hak cipta dan Copy right pada pengarang ... sudah mendengar kabar.

"Bagus ya?!”"Eh, apa yang bagus...?!" tanya Kindo. "Kau kusuruh masuk hutanmencari buah-buahan. Eh malah berbuat macam-macam di tempat

ini....""Tunggu dulu! Aku akan ceritakan padamu asal kejadiannya..."

kataKindo."Siapa sudi dengarkan ceritamu!" jawab Bujala Tasaki.

Jewerannyadilepaskan. Lalu bajunya yang kekecilan dibukanya. Di dekattempat itu ada sebuah batu besar. Batu ini dibungkusnya denganbaju itu lalu dia berpaling pada Kindo yang masih mengusap-usapkupingnya yang kesakitan."Kita keluar dari hutan ini! Kau angkat batu itu! Tapi awas! Kautidak boleh memanggulnya! Harus ditenteng. Harusmempergunakan tangan kanan! Laksanakan perintah!""Tapi Tasaki....""Tidak ada tapi-tapian!" bentak Tasaki."Tangan kananku cidera berat Tasaki!""Mana coba kulihat!" Tasaki memegang tangan kanan Kindo lalu

memencetnya. Karuan saja Kindo jadi menjerit keras kesakitan."Ah, tangan tak apa-apa saja dibilang cidera berat! Ayo angkat

bungkusan batu itu!" kata Tasaki pula lalu tinggalkan Kindo di tempat itu."Mati aku!" keluh Kindo. Mau tak mau batu besar yang dibungkus

dengan baju itu terpaksa diangkatnya. Begitu diangkat tangan kanannyalaksana disengat puluhan kelajeng-king. Sakitnya bukan kepalang. "Ah,mengapa nasibku jelek amat. Perut kelaparan! B adan babak-belur begini!

Page 67: Kindo-1. Wasiat Di Puri Elang · 2016. 1. 23. · WASIAT Dl PURI ELANG Karya : Bastian Tito Cetakan pertama : 1992 Hak cipta dan Copy right pada pengarang ... sudah mendengar kabar.

Eh, enak saj a dia menyuruhku mengangkat batu ini! Padahal tangankuserasa mau copot! Eh, bagaimana kalau aku panggil burung Elang di Puriitu.... Burung itu bisa kuminta tolong mengangkatkan batu ini...."

Kindo turunkan bungkusan berisi batu ke tanah. Lalu keduamatanya dipejamkan. Mulutnya berbisik. "Raden... datanglah. Aku perlubantuanmu...."

Hanya sekali m-manggil, seolah hampir tak percaya Kindomendengar suara sayap mengepak lalu di atas cabang pohon di atasnya tiba-tiba saja sudah muncul Raden, burung Elang besar itu. Binatang inimenjulurkan kepalanya ke arah Kindo seolah siap menunggu perintah.

"Ah, syukur kau datang Raden....""Kuakk... kuakk... kuaakkkkk!"Raden menyahuti."Tolong aku mengangkat batu dalam bungkusan itu Raden," kata

Kindo."Kuakk... kuakk... kuaakkk....!"

Page 68: Kindo-1. Wasiat Di Puri Elang · 2016. 1. 23. · WASIAT Dl PURI ELANG Karya : Bastian Tito Cetakan pertama : 1992 Hak cipta dan Copy right pada pengarang ... sudah mendengar kabar.

"Hai! Jangan menguak saja! Turun ke sini. Bantu aku mengangkatbatu dalam bungkusan."

"Kuakk... kuakkk... kuakkkk!" Burung Elang besar menguak lagilalu gelengkan kepalanya berulang kali.

"Apa?! Jadi kau tidak mau menolongku?!" seru Kindo.Burung Elang menggeleng lagi. Lalu merentangkan sayapnya dan

lenyap dari tempat itu.Kindo pukul keningnya sendiri dengan tangan kiri."Tak ada jalan lain! Aku memang harus mengangkat sendiri batu

besar ini!" Kindo ulurkan tangannya. "Aduh!" kembali anak ini mengeluhkesakitan begitu lengannya tertarik oleh batu yang berat. Terbungkuk-bungkuk dan tak hentinya meringis serta mengerang Kindo melangkahtinggalkan tempat itu.

SELESAI

Pembuat Ebook :

Scan buku ke djvu : Abu KeiselConvert : Abu Keisel

Editor FujidenkikagawaEbook oleh : Dewi KZ

http://kangzusi.com/ http://dewi-kz.info/http://kangzusianfo/ http://ebook-dewikz.com/