Kitab istisqa

14
Kitab Istisqa' Bab Ke-1: Shalat Istisqa' (Yakni Shalat Mohon Turunnya Hujan) dan Keluarnya Nabi untuk Mengerjakannya (Saya berkata, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya hadits Abdullah bin Zaid al-Anshari yang akan disebutkan pada nomor 537.") Bab Ke-2: Doa Nabi, "Jadikanlah Tahun-Tahun Ini Membawa Bencana kepada Mereka Seperti Tahun-Tahun Paceklik di Zaman Nabi Yusuf." Bab Ke-3: Orang-Orang Meminta kepada Imam Supaya Berdoa Memohon Turunnya Hujan di Saat Mereka dalam Keadaan Terputus dan Turunnya Hujan 535. Abdullah bin Dinar berkata, "Saya mendengar Ibnu Umar mempresentasikan syair Abu Thalib, 'Semoga awan putih disiramkan dengan pertolongan (Zat)-Nya. Untuk menolong anak- anak yatim dan melindungi janda janda.'" Dari jalan yang mu'allaq [1 ] dari Ibnu Umar, ia berkata, "Barangkali saya ingat perkataan seorang penyair ketika saya melihat wajah Rasulullah memohon hujan, dan beliau tidak turun sehingga tiap-tiap saluran (selokan) mengalir, 'Semoga awan

Transcript of Kitab istisqa

Page 1: Kitab istisqa

Kitab Istisqa'

Bab Ke-1: Shalat Istisqa' (Yakni Shalat Mohon Turunnya Hujan)

dan Keluarnya Nabi untuk Mengerjakannya

 

(Saya berkata, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan

isnadnya hadits Abdullah bin Zaid al-Anshari yang akan disebutkan pada

nomor 537.")

Bab Ke-2: Doa Nabi, "Jadikanlah Tahun-Tahun Ini Membawa

Bencana kepada Mereka Seperti Tahun-Tahun Paceklik di Zaman

Nabi Yusuf."

Bab Ke-3: Orang-Orang Meminta kepada Imam Supaya Berdoa

Memohon Turunnya Hujan di Saat Mereka dalam Keadaan

Terputus dan Turunnya Hujan

 

535. Abdullah bin Dinar berkata, "Saya mendengar Ibnu Umar

mempresentasikan syair Abu Thalib, 'Semoga awan putih disiramkan

dengan pertolongan (Zat)-Nya. Untuk menolong anak-anak yatim dan

melindungi janda janda.'"

Dari jalan yang mu'allaq[1] dari Ibnu Umar, ia berkata, "Barangkali saya

ingat perkataan seorang penyair ketika saya melihat wajah Rasulullah

memohon hujan, dan beliau tidak turun sehingga tiap-tiap saluran

(selokan) mengalir, 'Semoga awan putih disiramkan (dijadikan hujan

dengan pertolongan) Zat-Nya, untuk menolong anak-anak yatim dan

melindungi para janda.' Syair itu adalah perkataan Abu Thalib."

536. Anas bin Malik mengatakan bahwa Umar ibnul-Khaththab r.a. apabila

terjadi kemarau panjang, dia memohon hujan dengan wasilah

Page 2: Kitab istisqa

(perantaraan) Abbas bin Abdul Muthalib, lalu Umar berkata, "Ya Allah,

sesungguhnya kami dahulu membuat wasilah (perantaraan) dengan (doa)

Nabi-Mu, kemudian Engkau turunkan hujan. Sesungguhnya kami

(sekarang) berperantaraan dengan (doa) paman Nabi-Mu, maka berilah

kami hujan." Anas berkata, "Lalu mereka diberi hujan."[2]

Bab Ke-4: Memindahkan atau Membalikkan Selendang di Waktu

Mengerjakan Shalat Istisqa'

 

537. Abdullah bin Zaid (salah seorang sahabat Nabi saw. 2/20)

mengatakan bahwa Nabi mengajak masyarakat pergi ke al-Mushalla

(tanah lapang tempat shalat) untuk melakukan shalat istisqa'. Lalu, beliau

berdoa kepada Allah sambil berdiri dan meminta hujan. Kemudian beliau

menghadap kiblat dan memalingkan punggungnya kepada orang banyak.

Beliau membalikkan selendangnya (menjadikan yang kanan di atas yang

kiri), dan shalat mengimami kami dua rakaat dengan mengeraskan

bacaannya dalam kedua rakaat itu. Lalu, mereka dituruni hujan." Abu

Abdillah berkata, "Ibnu Uyainah berkata, 'Dia adalah seorang juru azan,

tetapi anggapan ini keliru. Karena, dia ini adalah Abdullah bin Zaid bin

Ashim al-Mazini, yang berlagak seperti kaum Anshar. (Dan yang pertama

itu adalah orang Kufi, yaitu Ibnu Yazid).'"

Bab Ke-5: Istisqa' di Masjid Jami'

 

(Saya berkata, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan

isnadnya hadits Anas yang tertera pada nomor 497 di muka.")

Bab Ke-6: Istisqa' di dalam Khotbah Jumat Tanpa Menghadap ke

Arah Kiblat

 

Page 3: Kitab istisqa

(Saya berkata, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan

isnadnya hadits Anas tadi.")

Bab Ke-7: Istisqa' di Mimbar

 

(Saya katakan, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan

isnadnya sebagian dari hadits Anas tadi.")

Bab Ke-8: Orang yang Merasa Cukup Memohon Turunnya Hujan

dengan Shalat Jumat

(Saya katakan, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan

isnadnya sebagian dari hadits Anas tadi.")

Bab Ke-9: Berdoa Jika Jalan-Jalan Terputus karena Banyaknya

Hujan yang Turun

 

(Saya katakan, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan

isnadnya sebagian dari hadits Anas tadi.")

Bab Ke-10: Apa yang Dikatakan bahwa Nabi Tidak Mengubah

Posisi Selendangnya Sewaktu Memohon Hujan pada Hari Jumat

 

(Saya berkata, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan

isnadnya sebagian dari hadits Anas tadi.")

Bab Ke-11: Apabila Masyarakat Meminta Pertolongan kepada

Imam Supaya Meminta Diturunkan Hujan buat Mereka, Maka

Imam Jangan Sampai Menolak Permintaan Mereka Itu

Page 4: Kitab istisqa

(Saya berkata, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan sebagian dari

hadits Anas tadi.")

Bab Ke-12: Apabila Orang-Orang Musyrik Meminta Pertolongan

kepada Kaum Muslimin Ketika Terjadi Paceklik atau Kekurangan

Makanan

 

(Saya berkata, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan

isnadnya hadits Ibnu Mas'ud yang tercantum pada '65 AT-TAFSIR/20 -

SURAH'.")

Bab Ke-13: Berdoa Apabila Hujan Terlampau Banyak, Supaya

Mengucapkan "Hawaalaina Wa Laa 'Alainaa"

 

(Saya berkata, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan

isnadnya hadits Anas tadi.")

Bab Ke-14: Berdoa untuk Turunnya Hujan dengan Berdiri

 

537. Abu Ishaq berkata, "Abdullah bin Yazid al-Anshari keluar bersama

Barra' bin Azib dan Zaid bin Arqam r.a. untuk mengerjakan shalat istisqa'.

Abdullah bin Yazid berdiri bersama dengan kawan-kawannya itu di atas

kedua kakinya tanpa mimbar. Lalu ia beristigfar. Kemudian mengerjakan

shalat dua rakat dengan mengeraskan bacaannya, tanpa didahului azan

dan iqamah." Abu Ishak berkata, "Abdullah bin Yazid mengetahui cara

shalat istisqa' itu ketika shalat bersama Nabi."

Bab Ke-15: Mengeraskan Bacaan dalam Shalat Istisqa'

 

(Saya berkata, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan

isnadnya hadits Abdullah bin Zaid yang tertera pada nomor 537.")

Page 5: Kitab istisqa

Bab Ke-16: Bagaimana Nabi Membalikkan Punggungnya dan

Membelakangi Orang Banyak

 

(Saya berkata, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan

isnadnya hadits Abdullah bin Zaid di atas.")

Bab Ke-17: Shalat Istisqa' Dua Rakaat

 

(Saya berkata, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan

isnadnya hadits Abdullah bin Zaid tadi.")

Bab Ke-18: Memohon Hujan di Mushalla

 

(Saya berkata, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan hadits

Abdullah bin Zaid tadi.")

Bab Ke-19: Menghadap Kiblat dalam Shalat Istisqa'

 

(Saya berkata, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan

isnadnya hadits Abdullah bin Zaid tadi.")

Bab Ke-20: Orang-Orang Mengangkat Tangan Bersama Imam

Ketika Berdoa di Dalam Shalat Istisqa'

 

(Saya berkata, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan

isnadnya hadits Anas yang akan disebutkan di bawah ini.")

Bab Ke-21: Imam Mengangkat Tangannya dalam Shalat Istisqa'

539. Anas bin Malik berkata, "Nabi tidak mengangkat kedua tangan beliau

Page 6: Kitab istisqa

sedikit pun dalam berdoa kecuali pada shalat istisqa'. Sesungguhnya

beliau mengangkat kedua tangannya sehingga tampak putih kedua ketiak

beliau."

Bab Ke-22: Apa yang Diucapkan Apabila Hujan Turun

 

Ibnu Abbas berkata, "Lafal shayyib pada kashayyibin berarti hujan."[3] Dan

yang lain berkata, "Kata itu berasal dari kata shaaba wa ashaaba

yashuubu."

540. Aisyah mengatakan bahwa Nabi saw. apabila melihat hujan, beliau

berdoa:

"Ya Allah, jadikanlah hujan yang bermanfaat"

Bab Ke-23: Orang yang Berhujan-Hujan Sehingga Airnya Menetes

Ke Janggutnya

 

(Saya berkata, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan

isnadnya hadits Anas yang tercantum pada nomor 497 di muka.")

Bab Ke-24: Apabila Angin Bertiup Kencang

 

541. Anas bin Malik berkata, "Apabila angin berembus kencang, maka hal

itu diketahui pada wajah Nabi."

Page 7: Kitab istisqa

Bab Ke-25: Sabda Nabi, "Aku Diberi Pertolongan dengan Adanya

Angin Timur"

 

542. Ibnu Abbas mengatakan bahwa Nabi saw. bersabda, "Saya ditolong

dengan angin timur, dan (kaum) Ad dibinasakan dengan angin barat."

Bab Ke-26: Apa yang Diucapkan Jika Terjadi Gempa Bumi dan

Ayat-Ayat (Tanda Kekuasan) Allah

 

543. Abu Hurairah berkata, "Nabi bersabda, 'Tidak akan tiba hari kiamat

sehingga ilmu pengetahuan (agama) dilenyapkan, banyak gempa bumi,

masa saling berdekatan (semakin singkat), banyak timbul fitnah, banyak

huru-hara yaitu pembunuhan, hingga harta benda melimpah ruah di

antara kamu.'"

544. Ibnu Umar berkata, "Nabi berdoa, 'Ya Allah, berkahilah kami pada

negeri Syam dan Yaman kami.' Mereka berkata, Terhadap Najd kami.'[4]

Beliau berdoa, 'Ya Allah, berkahilah Syam dan Yaman kami.' Mereka

berkata, 'Dan Najd kami.' Beliau berdoa, 'Ya Allah, berkahilah kami pada

negeri Syam. Ya Allah, berkahilah kami pada negeri Yaman.' Maka, saya

mengira beliau bersabda pada kali yang ketiga, 'Di sana terdapat

kegoncangan-kegoncangan (gempa bumi), fitnah-fitnah, dan di sana pula

munculnya tanduk setan.'"

545. Zaid bin Khalid al Juhani berkata, "Kami keluar bersama Rasulullah

pada tahun Hudaibiah, lalu kami ditimpa hujan pada suatu malam.

Kemudian (5/62) Rasulullah menunaikan shalat subuh bersama kami di

Hudaibiah pada bekas hujan yang turun semalam. Ketika selesai, beliau

menghadap orang banyak dengan wajahnya seraya bersabda, 'Apakah

kalian tahu apa yang difirmankan Tuhan kalian?' Mereka berkata, 'Allah

dan Rasul-Nya lebih mengetahui.' Beliau bersabda, 'Allah berfirman, 'Di

antara hamba-hamba Ku ada orang yang beriman kepada Ku dan ada

Page 8: Kitab istisqa

yang orang kafir kepada-Ku. Adapun orang yang berkata, 'Telah

diturunkan hujan kepada kami sebab anugerah dan rezeki Allah serta

rahmat Nya,' maka orang yang berkata demikian adalah orang yang

beriman kepada-Ku dan mengkufuri bintang. Ada pun orang yang

mengatakan, 'Telah diturunkan hujan kepada kami karena bintang ini dan

ini,' maka orang yang berkata begini adalah kafir terhadap Aku, dan

beriman kepada bintang.'"

Bab Ke-27: Firman Allah, "Kamu (mengganti) rezeki yang Allah

berikan dengan mendustakan (Allah)." (al-Waa'qiah: 82)

 

Ibnu Abbas berkata, "Yakni kamu mengganti syukurmu dengan

mendustakan Allah."[5]

Bab Ke-28: Tiada Seorang Pun yang Mengetahui Kapan

Datangnya Hujan Kecuali Allah

 

Abu Hurairah mengatakan bahwa Nabi saw bersabda, "Ada lima perkara

yang tidak ada yang mengetahuinya kecuali Allah."[6]

546. Ibnu Umar berkata, "Rasulullah bersabda, 'Kunci-kunci gaib ada lima,

yang hanya diketahui oleh Allah. Yaitu, tidak ada seorang pun yang

mengetahui apa yang akan terjadi besok (kecuali Allah 5/219). Tidak ada

seorang pun yang mengetahui apa yang ada di dalam kandungan kecuali

Allah. Tidak ada seorang pun yang mengetahui apa yang akan ia lakukan

besok. Tidak ada seorang pun yang mengetahui kapan turunnya hujan.'"

(Dan tidak ada yang mengetahui kapan terjadinya hari kiamat kecuali

Allah)[7] Dalam jalan (riwayat) lain: kemudian beliau membaca ayat,

'Sesungguhnya Allah, pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari

Kiamat; dan Dialah yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang

ada dalam rahim. Tiada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan

pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan, tiada seorang pun yang

Page 9: Kitab istisqa

dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha

Mengetahui lagi Maha Mengenal." (5/193)

Catatan Kaki:

[1] Di-mu'allaq-kan oleh penyusun pada Umar bin Hamzah, dan di-

maushul-kan oleh Ahmad (2/93) dan lainnya, tetapi di dalamnya terdapat

kelemahan. Al-Hafizh berkata, "Dia diperselisihkan tentang kekuatannya

untuk dijadikan hujjah. Demikian juga Abdur Rahman bin Abdullah bin

Dinar yang tersebut pada jalan yang maushul. Maka, saya menguatkan

salah satu dari kedua jalan itu dengan jalan lain, dan ini termasuk contoh

salah satu dari dua jalan yang sahih sebagaimana ditetapkan dalam ilmu

hadits."

[2] Pada permulaan hadits terdapat tambahan yang penting pada riwayat

al-Ismaili dengan isnad Bukhari hingga Anas, katanya, "Orang-orang

ditimpa kekeringan pada masa Nabi, meminta hujan dengan doa beliau.

Lalu, beliau memintakan mereka agar diturunkan hujan. Kemudian

diturunkan hujan buat mereka. Maka, pada waktu pemerintahan Umar."

Lalu Anas melanjutkan hadits itu. Yang dimaksud dengan permohonan

hujan mereka kepada Nabi saw. ialah meminta kepada beliau agar

mendoakan kepada Allah buat mereka agar Dia menurunkan hujan

kepada mereka. Dengan alasan, lafal "Fayastasqii lahum", yakni

memohonkan hujan kepada Allah untuk mereka, lalu Allah menurunkan

hujan kepada mereka. Kisah Anas pada bab al-Jum'ah di muka merupakan

contoh tindakan paling jelas yang menggambarkan hakikat permohonan

hujan dan tawasul mereka kepada Nabi saw. untuk memintakan hujan.

Demikian pula istisqa' Umar kepada Abbas, bukanlah berperantara minta

hujan dengan zat Abbas, melainkan dengan doanya. Hal ini diperkuat oleh

hadits Ibnu Abbas, "Umar meminta hujan di mushalla (tanah lapang

tempat shalat), lalu ia berkata kepada Abbas, 'Berdirilah dan mintakan

hujan. ' Lalu Abbas berdiri seraya mengucapkan, 'Ya Allah, sesungguhnya

di sisi-Mu ada awan." Hingga akhir doa. Diriwayatkan oleh Abdur Razzaq

Page 10: Kitab istisqa

(4913) dengan isnad yang lemah, tetapi al-Hafizh diam saja, barangkali

karena banyak syahid 'pendukungnya'. Kalau sudah jelas demikian, maka

hadits ini tidak dapat dijadikan dalil untuk memperbolehkan bertawasul

(berperantara) dengan orang yang sudah meninggal dunia (mayit).

Karena, semua peristiwa di atas adalah merupakan tawasul dengan doa

orang yang masih hidup, dan yang demikian ini tidak mungkin terjadi

sesudah yang bersangkutan meninggal dunia. Inilah yang menyebabkan

Umar bertawasul dengan Abbas (yang masih hidup), bukan dengan Nabi

saw. (vang sudah wafat). Ini tidak termasuk bab bertawasul dengan orang

yang kurang utama dengan adanya orang yang utama sebagaimana

anggapan mereka. Dan yang memperkuat pendapat ini lagi ialah bahwa

tidak ada seorang salaf pun yang bertawasul meminta hujan dengan zat

Nabi saw. sesudah wafat beliau. Mereka hanya bertawasul meminta hujan

dengan doa orang yang hidup, sebagaimana yang dilakukan oleh adh-

Dhahhak bin Qais r.a. ketika ia meminta hujan dengan perantaraan Yazid

bin Aswad al-Jarasyi pada zaman pemerintahan Muawiyah r.a.. Adapun

apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah bahwa ada seorang laki-laki

datang ke kubur Nabi saw, pada zaman pemerintahan Umar, lalu ia

berkata, "Wahai Rasulullah, mintakanlah hujan untuk umatmu karena

mereka telah binasa." Kemudian orang itu bermimpi, dan ia mendengar

perkataan dalam mimpinya, "Datanglah kepada Umar." "Hingga akhir

hadits, maka hadits ini tidak sah sanadnya. Berbeda dengan pemahaman

sebagian mereka terhadap perkataan al-Hadits dalam al-Fath, "dengan

isnad sahih dari riwayat Abu Shalih as-Samman dari Malikud-Dar", karena

isnad yang sahih itu hanya sampai pada Abu Shalih. Sedangkan, sesudah

itu tidak demikian. Karena, Malik ini sepengetahuan saya tidak ada

seorang pun ahli hadits yang menganggapnya dapat dipercaya, dan Ibnu

Abi Hatim memutihkannya (4/1/213). Dan orang yang meminta hujan itu

pun tidak diketahui namanya, sehingga dia adalah majhul. Dan

penyebutan Saif di dalam kitabnya al-Futuh bahwa orang itu bernama

Bilal bin al-Harits al-Muzani salah seorang sahabat, sama sekali tidak

dapat dipertanggungjawabkan. Karena Saif ini adalah Ibnu Umar at-

Page 11: Kitab istisqa

Tamimi al-Asadi, dan adz-Dzahabi berkata, "Para ulama hadits

meninggalkannya dan menuduhnya sebagai zinddiq."

[3] Di-maushul-kan oleh ath-Tbabari dengan sanad munqathi 'terputus'

dari Ibnu Abbas.

[4] Yakni dengan diturunkan hujan di sana. Saya (al-Albani) berkata, "Lafal

Najdina di situ maksudnya adalah negeri Irak kami, sebagaimana

dijelaskan dalam beberapa riwayat yang sahih. Demikian pulalah

penafsiran al-Khaththabi dan al-Asqalani sebagaimana telah saya jelaskan

di dalam risalah saya Fadhaailusy Syam (halaman 9-10, hadits nomor 8).

Berbeda dengan pendapat kebanyakan orang sekarang yang karena

ketidaktahuannya, menganggap bahwa yang dimaksud dengan Najd

adalah Najd yang terkenal itu. Juga menganggap bahwa hadits itu

menunjuk kepada Syekh Muhammad bin Abdul Wahhab dan para

pengikutnya. Semoga Allah menyucikan mereka, karena merekalah yang

mengibarkan bendera tauhid di negeri Najd dan lain-lainnya. Mudah-

mudahan Allah membalas mereka dengan balasan yang sebaik-baiknya

atas usahanya memperjuangkan Islam."

 

[5] Di-maushul-kan oleh Sa'id bin Manshur dengan sanad sahih dari Ibnu

Abbas bahwa dia membaca, "Wa taj'aluuna syukrakum annakum

tukadzdzibuun". Diriwayatkan dari Ibnu Abbas secara marfu, tetapi

redaksinya menunjukkan penafsiran, bukan membaca ayat. Silakan

periksa al-Fath.

[6] Di-maushul-kan oleh penyusun di muka dalam hadits pertanyaan Jibril

tentang iman dan Islam (48).

[7] Dengan tambahan ini, maka urusan tersebut menjadi enam macam.

Hal ini merupakan sesuatu yang rumit, dan bukan kerumitan pada asal-

usulnya, karena pokok yang ketiga tidak disebutkan. Akan tetapi, keenam

urusan ini dikompromikan dalam riwayat Ahmad (2/52) untuk

Page 12: Kitab istisqa

menegaskan kemusykilannya. Karena itu, ada kemungkinan urusan atau

pokok masalah yang pertama ini merupakan sesuatu yang syadz 'ganjil'

karena tidak disebutkan di dalam ayat tersebut, dan tidak disebutkan

dalam kebanyakan riwayat hadits pada penyusun (Imam Bukhari) dan

Imam Ahmad (2/24,58,122). Wallahu a'lam.