Pengaruh Pemberian Kalsium Terhadap Ukuran dan Kerapatan ...
KOMPLEKS KALSIUM DISODIUM EDTA (CaNa2EDTA) SEBAGAI PENGIKAT LOGAM TIMBAL (Pb) DALAM TUBUH MANUSIA
-
Upload
ari-setiani -
Category
Documents
-
view
479 -
download
4
description
Transcript of KOMPLEKS KALSIUM DISODIUM EDTA (CaNa2EDTA) SEBAGAI PENGIKAT LOGAM TIMBAL (Pb) DALAM TUBUH MANUSIA
KOMPLEKS KALSIUM DISODIUM EDTA (CaNa2EDTA) SEBAGAI PENGIKAT
LOGAM TIMBAL (Pb) DALAM TUBUH MANUSIA
Ari Setiani
Program Studi Kimia
Falkultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Semarang
Abstrak
Senyawa kompleks merupakan senyawa yang tersusun dari suatu ion
logam pusat dengan satu atau lebih ligan yang menyumbangkan pasangan elektron
bebasnya kepada ion logam pusat. Senyawa kompleks memiliki peranan penting
dalam kehidupan sehari – hari. Dalam artikel ini akan diuraikan mengenai kompleks
kalsium disoidium edta (cana2edta) sebagai pengikat logam timbal (pb) dalam tubuh
manusia. Pemberian kalsium disodium EDTA (CaNa2EDTA) yang akan mengkhelat
timbal (Pb) dari tulang dan jaringan lunak, sehingga membentuk ion kompleks
PbNa2EDTA yang stabil dan secara cepat juga akan diekskresikan melaui
urin. CaNa2EDTA merupakan kompleks dan Pb merupakan ion logam. Berdasarkan
deret volta sifat reduktor Pb lebih kecil dibandingkan dengan Ca. Hal ini berarti
kemampuan oksidasi Pb lebih kecil dibandingkan dengan Ca sehingga posisi Ca di
EDTA akan digantikan oleh Pb. Sehingga Pb2+ akan berikatan dengan Na2EDTA dan
terbentuk kompleks PbNa2EDTA yang stabil . Akibatnya Pb akan keluar dalam bentuk
larutan berupa air seni. Sedangkan Ca2+ akan tertinggal dalam tubuh sebagai zat gizi.
Jadi kompleks kalsium disodium EDTA (CaNa2EDTA) dapat digunakan sebagai
pengikat logam timbal (Pb) dalam tubuh manusia sehingga timbal (Pb) yang bersifat
racun dapat keluar dari dalam tubuh manusia tersebut.
Kata kunci : CaNa2EDTA, Pb, senyawa kompleks.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Salah satu ciri penting dari logam transisi ialah kemampuannya membentuk
kompleks atau senyawa koordinasi, dimana atom atau ion logam pusatnya mempunyai
dua atau lebih ligan terikat padanya oleh ikatan kovalen koordinat. Senyawaan
demikian mungkin berupa sebuah ion kompleks dengan ion-ion tergabung yang
bermuatan berlawanan dengannya, atau mungkin berupa sebuah kompleks yang
netral. Suatu ligan dengan lebih dari satu titik lekat kepada ion atau atom pusatnya,
disebut zat penyepit (Keenan, 1992).
Senyawa kompleks sudah sejak lama dimanfaatkan untuk berbagai
kepentingan. Beberapa penggunaan praktis senyawaan koordinasi yang paling tua,
adalah yang disebabkan oleh warnanya. Berdasarkan kesenian dan praktek yang
berasal dari zaman kuno, pada ahli kimia dan ahli kesenian dan kerajinan merumuskan
zat-zat pewarna, kaca berwarna, dan glasir untuk keramik dari zat-zat yang sekarang
diuraikan menurut kimia koordinasi logam transisi.
Jumlah dan jenis aplikasi kimia koordinasi atau senyawa kompleks sangat luas
meliputi kehidupan rumah tangga, industri sampai kesehatan. Dalam tulisan ini akan
diuraikan mengenai KOMPLEKS KALSIUM DISOIDIUM EDTA (CaNa2EDTA)
SEBAGAI PENGIKAT LOGAM TIMBAL (Pb) DALAM TUBUH MANUSIA.
Menurut Saeni (1997), Pb merupakan logam berat yang paling berbahaya kedua
setelah Hg, karena racun Hg bersifat akut, sedang Pb bersifat akumulatif, akan tetapi
limbah pembuangan Pb paling banyak jika dibandingkan Hg yang paling sedikit
diantara logam berat. Timbal dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui
pernafasan, pemaparan maupun saluran pencernaan. sedikit diantara logam berat.
Timbal dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui pernafasan, pemaparan maupun
saluran pencernaan. Lebih kurang 90 % partikel timbal dalam asap atau debu halus di
udara dihisap melalui saluran pernafasan. Penyerapan di usus mencapai 5 – 15 %
pada orang dewasa. Pada anak-anak lebih tinggi yaitu 40 % dan akan menjadi lebih
tinggi lagi apabila si anak kekurangan kalsium, zat besi dan zinc dalam tubuhnya.
Timbal yang masuk ke dalam tubuh manusia akan menyebabkan kerusakan pada
2
jaringan tubuh. Hal itu disebabkan karena senyawa timbal dapat memberikan efek
racun terhadap banyak fungsi organ yang terdapat dalam tubuh.
B. TUJUAN
1. Mengetahui aplikasi senyawa kompleks dalam kehidupan sehari-hari.
2. Mengetahui peranan kalsium disodium EDTA dalam mengikat logam Pb
dalam tubuh manusia.
C. MANFAAT
1. Bagi penulis :
Memberikan pembelajaran dan pengetahuan mengenai studi tentang
senyawa kompleks yang banyak diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari,
khususnya aplikasi CaNa2EDTA dalam mengikat Pb di dalam tubuh .
2. Bagi pembaca :
Menambah pengetahuan dan wawasan mengenai senyawa kompleks pada
umumnya dan aplikasi CaNa2EDTA dalam mengikat Pb di dalam tubuh.
BAB II
ISI
Senyawa kompleks merupakan senyawa yang tersusun dari suatu ion logam
pusat dengan satu atau lebih ligan yang menyumbangkan pasangan elektron
bebasnya kepada ion logam pusat. Donasi pasangan elektron ligan kepada ion logam
pusat menghasilkan ikatan kovalen koordinasi sehingga senyawa kompleks juga
disebut senyawa koordinasi. Senyawa-senyawa kompleks memiliki bilangan koordinasi
dan struktur bermacam-macam. Mulai dari bilangan koordinasi dua sampai
delapan dengan struktur linear, tetrahedral, segi empat planar, trigonal bipiramidal dan
oktahedral. Namun kenyataan menunjukkan bilangan koordinasi yang banyak
dijumpai adalah enam dengan struktur pada umumnya oktahedral. (Iis Siti Jahro)
Senyawa kompleks memiliki peranan penting dalam kehidupan sehari - hari.
Aplikasi senyawa ini meliputi bidang kesehatan, farmasi, industri, dan lingkungan.
Manusia setiap hari senantiasa memerlukan oksigen untuk bernapas.
Proses pengikatan oksigen oleh Fe menjadi senyawa kompleks dalam tubuh
merupakan salah satu contoh aplikasi senyawa kompleks dalam keseharian. Senyawa
3
kompleks terbentuk akibat terjadinya ikatan kovalen koordinasi antara suatu atom
atau ion logam dengan suatu ligan ( ion atau molekul netral ). Logam yang dapat
membentuk kompleks biasanya merupakan logam transisi, alkali, atau alkali tanah.
Studi pembentukan kompleks menjadi hal yang menarik untuk dipelajari karena
kompleks yang terbentuk dimungkinkan memberi banyak manfaat, misalnya untuk
ekstraksi dan penanganan keracunan logam berat.
Pencemaran logam-logam berat diawali dari proses pertambangan yang
kemudian dicairkan dan dimurnikan menjadi logam-logam murni. Pertambangan
logam dilakukan, karena pada dasarnya logam sangat diperlukan dalam proses
produksi dari suatu pabrik, baik pabrik cat, aki atau baterai, pabrik percetakan
sampai pabrik alat-alat listrik. Limbah proses produksi dari beberapa pabrik tersebut
menyebabkan pencemaran logam berat baik pencemaran di air, udara, dan tanah.
Pencemaran di air, lebih banyak berdampak pada hewan-hewan air, sedang ternak
dan manusia tercemar logam berat dari air melalui air yang diminum. Udara yang
tercemar dengan logam berat akan terakumulasi dalam tanaman baik melalui udara
maupun dari tanah yang terlarut logam berat yang kemudian terserap oleh tanaman.
Ternak dan manusia tercemar logam berat disamping dari air yang diminum juga
dari tanaman tercemar yang dikonsumsi oleh ternak dan manusia serta dari udara
melalui pernafasannya. Dari sekian banyak logam berat, seperti yang diutarakan
oleh Saeni (1989) seperti: Fe, Pb, Cr, Cd, Zn, Cu, Hg, Mn dan As, empat logam
berat diantaranya bersifat merugikan dan beracun baik bagi ternak maupun bagi
manusia diantaranya: As, Cd, Pb dan Hg, sehingga Pacyna (1987) dalam Darmono
(1995) meneliti kandungan keempat logam berat tersebut dalam pembuangan limbah
sehubungan dengan penggunaan energi batubara dan minyak bumi di Eropa tahun
1979 seperti tercantum dalam Tabel 1.
Menurut Saeni (1997), Pb merupakan logam berat yang paling berbahaya
kedua setelah Hg, karena racun Hg bersifat akut, sedang Pb bersifat akumulatif, akan
tetapi limbah pembuangan Pb paling banyak jika dibandingkan Hg yang paling sedikit
diantara logam berat. Hal ini terlihat dari Tabel 1. merkuri merupakan limbah
pembuangan penggunaan energi batubara dan minyak bumi yang paling rendah, yaitu
sebesar 221 ton/tahun dibandingkan dengan As = 678 ton/tahun, Cd = 256 ton/tahun
dan Pb = 2.835 ton/tahun, sehingga Hg relatif kurang menjadi pusat perhatian bagi
manusia daripada Pb, mengingat kandungan Hg dari pencemaran yang relatif rendah.
4
Dengan demikian timbal menjadi pusat perhatian manusia tidak hanya karena
bahayanya, akan tetapi juga karena pencemarannya paling tinggi (Tabel 1).
Tabel 1. Kandungan Logam dari Pembuangan Limbah dalam
Penggunaan
Energi Batu Bara dan Minyak di Eropa Tahun 1979
Sumber As Cd Pb Hg
A. Pembakaran Batu Bara (Ton/Tahun)
1. Energy Listrik 205 6 733 86
2. Pabrik 240 77 870 -
3. Rumah tangga dan
komersial
1 5 73 135
B. Pembakaran minyak
1. Industri dan rumah
tangga serta
138 73 709 SR
Jumlah 67 256 2835 221
Keterangan: SR = sangat rendah, tanda – berarti tak terdeteksi
Sumber: Pacyna (1987) dalam Darmono (1995)
Timbal (Pb) bagi Manusia
Timbal (Pb) tidak larut dalam air, akan tetapi larut dalam cairan saluran
pencernaan. Timah yang diserap dalam saluran pencernaan, terutama disimpan
dalam hati dan ginjal. Bila konsumsi Pb meningkat, maka akan terakumulasi dalam
hati, ginjal, tulang dan rambut (Dinius et al., 1973) dalam Parakkasi (1999). Pada
manusia, Pb dapat terakumulasi dalam rambut sesuai pernyataan Saeni (1997) yang
menyatakan bahwa jumlah logam dalam rambut berkorelasi dengan jumlah logam
yang diabsorpsi oleh tubuh, karena rambut banyak mengandung protein struktural
yang tersusun dari asam-asam amino sistein yang mengandung gugus sulfhidril
(-SH) dan sistein dengan ikatan disulfida (-S-S-). Gugus tersebut mampu mengikat
logam berat yang masuk kedalam tubuh dan terikat di dalam rambut. Mengingat
senyawa sulfida mudah terikat dengan logam berat, maka bila Pb masuk ke dalam
tubuh, maka akan terikat oleh senyawa sulfida dalam rambut (Huyser, 1984 dalam
Saeni, 1997). Akumulasi Pb tidak hanya di rambut akan tetapi lebih awal akan
5
terakumulasi di darah seperti hasil penelitian yang dinyatakan oleh Aminah (2006)
yang meneliti kadar Pb karyawan Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan
Pemberantasan Penyakit Menular (BBTKL & PPM) di Surabaya. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa karyawan BBTKL & PPM yang mengambil sampling di lapangan
mempunyai kadar Pb dalam darah yang lebih tinggi daripada karyawan yang tidak
melakukan sampling di lapangan. Begitu pula Ardyanto (2005) yang mendeteksi
pencemaran Pb dalam darah masyarakat yang banyak menghirup Pb. Timbal (Pb)
pada senyawa anorganiknya dalam sistem hematopoetik menghambat reaksi
enzimatik terakhir dalam sintesis heme, sehigga terjadi anemia.
Hewan ruminansia mengabsorpsi mineral Pb dalam jumlah yang relatif
rendah dibandingkan dengan hewan nonruminansia. Absorpsi mineral melalui paru-
paru mencapai 30 – 40 % dari mineral yang dihirup (Pilliang, 2002). Mineral Pb pada
anak-anak sapi dan domba terdapat dalam jumlah relatif konstan yaitu sekitar 0,1 –
0,13 ppm. Jika kandungan Pb lebih besar dari 0,04 ppm dalam feses berarti bahwa
banyak Pb yang masuk dalam tubuh. Hampir sama dengan ternak, pada manusia
absorpsi Pb terutama melalui saluran cerna dan saluran nafas. Absorpsi melalui usus
pada orang dewasa kira- kira 10% sedangkan pada anak kira-kira 40%. Menuurut
Klaassen (1980), tidak banyak yang diketahui tentang absorpsi Pb melalui saluran
cerna. Ada dugaan bahwa Pb dan Ca berkompetisi dalam transport lewat mukosa
usus, karena ada hubungan timbal balik antara kadar Ca makanan dan absorpsi Pb.
Selain itu kekurangan Fe dilaporkan dapat meningkatkan absorpsi Pb melalui saluran
cerna.
Keracunan mineral timah hitam dapat menyebabkan perubahan susunan
syaraf pusat, gangguan saluran pencernaan dan gangguan sintesis sel-sel darah
merah. Tanda-tanda klinis utama keracunan mineral timah hitam menurut Pilliang
(2002), yaitu: terjadinya microcytic hypochromic anemia, muntah-muntah, diare,
gangguan abdomen, sekresi saliva meningkat, bobot badan menurun dan keguguran.
Baik pada manusia maupun pada ternak, Pb bersifat akumulatif dalam tubuh
dan dapat merusak seluruh sistem organ dalam tubuh. Pada anak-anak, keracunan
Pb dapat menyebabkan kemunduran mental yang bersifat permanen. Lebih lanjut
dinyatakan bahwa Pb yang terkandung dalam makanan orang dewasa rata-rata
terserap 5 – 10% oleh tubuh, sedang pada bayi dan anak-anak hingga 40% atau lebih
dan dapat ditekan dengan adanya kalsium (Ca) dan fosfor (P), sehingga konsumsi
kalsium (Ca) yang tinggi akan menekan pengambilan Pb tubuh. Badan dunia WHO
6
(1984) telah menetapkan batas maksimum serapan Pb oleh manusia dewasa sebesar
400 – 450 µg /hari.
Pengobatan utama untuk orang-orang yang memiliki kadar timbal dalam darah
cukup tinggi atau yang memiliki gejala keracunan yaitu dengan terapi khelasi.
Pengobatan kekurangan zat besi, kalsium, dan seng yang diiringi dengan
meningkatnya penyerapan timbal, adalah bagian dari pengobatan untuk keracunan
timbal. Ketika bahan makanan yang mengandung timbal masuk kedalam saluran
pencernaan (dibuktikan dengan sinar-X), seluruh proses dalam usus, cathartics,
endoscopi, atau bahkan mungkin pembedahan digunakan untuk menghilangkannya
dari usus dan pencegahan penyebaran lebih lanjut. Jika terdapat timbal dalam otak
Anticonvultans dapat diberikan untuk mengendalikan kekejangan dan pengobatan
untuk mengendalikan pembengkakan otak termasuk kortikosteroid dan manitol.
Pengobatan keracunan timbal organic meliputi proses menghilangkan timbal dari kulit,
pencegahan penyebaran lebih lanjut, mengobati kejang dan mungkin terapi khelasi
untuk orang dengan konsentrasi timbal dalam darahnya tinggi dengan kadar timbal
darah di atas 25 ug / dL (Wikipedia, 2010).
Gambar 1. Struktur CaNa2EDTA
Untuk mengeluarkan Pb dari dalam tubuh maka tingkat ekskresi harus dinaikkan. Hal
ini dapat dilakukan dengan memberikan khelat. Zat khelat yang dipakai untuk
membuang logam beracun (timbal) dari dalam tubuh harus membentuk senyawa yang
stabil dengan ion logam tersebut. Adapun khelat yang cocok untuk digunakan adalah
Kalsium disodium EDTA (CaNa2EDTA) yang merupakan senyawa kompleks. Zat
pengkhelat ini hanya cocok untuk orang dewasa, sedangkan pada anak-anak jarang
digunakan zat ini. Di dalam tubuh, kalsium (Ca) akan digantikan oleh timbal (Pb)
7
karena bisa membentuk senyawa yang lebih stabil dengan EDTA. Dalam senyawa
kompleks ini Ca yang berperan sebagai atom pusat sedangkan Na dan EDTA adalah
ligan-ligan. Kalsium disodium EDTA (CaNa2EDTA) ini dalam bentuk infus yang
diberikan kepada penderita keracunan timbal (Pb). Pengobatan keracunan plumbum
bertujuan mengurangi konsentrasi plumbum bebas dalam darah dan cairan tubuh yang
dilakukan dengan berbagai cara antara lain mencegah absorbs plumbum melalui usus
dan paru, memperlancar pengeluaran plumbum dalam urine dan empedu tanpa
merusak alat-alat ekskresi. Untuk mengobati keracunan plumbum akut dilakukan hal-
hal sebagai berikut:
1. Cuci lambung dengan MgSO4 1%. Pemberian 30 gr MgSO4 dianggap sebagai
tindakan pertama yang penting jika plumbum terdapat dalam usus.
2. Berikan putih telur, susu atau tannin untuk mengikat plumbum
3. Berikan atrofin atau morfin untuk menghilangkan sakit perut
4. Berikan chelating agent yang biasa dipakai yaitu CaNa2EDTA ( Sjamsudin,
1998 )
Faktor yang menentikan stabilitas kompleks adalah berdasarkan pada sifat-sifat baik
agen khelating dan logam khelat. Stabilitas konstan kompleks dapat secara kuantitatif
dinyatakan dalam nilai persamaan kesetimbangan, yang tergantung pada struktur atom
dari logam khelated. Sebagai contoh, konstanta stabilitas untuk logam berbeda dengan
EDTA berada pada skala yang ditunjukkan pada Tabel 1.
Tabel 1. Stabilitas logam terhadap EDTA
Metal Na Li Ba Sr Mg Ca Mn Fe Co Zn Cd Pb Ni
K
(log)
1,7 2,8 7,8 8,6 8,7 10,6 13,4 14,4 16,1 16,1 16,4 18,3 18,4
dimana logam dengan k konstan yang lebih tinggi bersaing untuk agen chelating
dengan logam nilai stabilitas lebih rendah dan akhirnya menghapus kedua
Pemberian kalsium disodium EDTA (CaNa2EDTA) yang akan mengkhelat
timbal (Pb) dari tulang dan jaringan lunak, sehingga membentuk ion kompleks
PbNa2EDTA yang stabil dan secara cepat juga akan diekskresikan melaui
urin. CaNa2EDTA merupakan kompleks dan Pb merupakan ion logam. Berdasarkan
deret volta sifat reduktor Pb lebih kecil dibandingkan dengan Ca. Hal ini berarti
kemampuan oksidasi Pb lebih kecil dibandingkan dengan Ca sehingga posisi Ca di
8
EDTA akan digantikan oleh Pb. Sehingga Pb2+ akan berikatan dengan Na2EDTA dan
terbentuk kompleks PbNa2EDTA yang stabil . Akibatnya Pb akan keluar dalam bentuk
larutan berupa air seni. Sedangkan Ca2+ akan tertinggal dalam tubuh sebagai zat gizi.
Jadi kompleks kalsium disodium EDTA (CaNa2EDTA) dapat digunakan sebagai
pengikat logam timbal (Pb) dalam tubuh manusia sehingga timbal (Pb) yang bersifat
racun dapat keluar dari dalam tubuh manusia tersebut. Pertukaran tersebut terjadi
sebab [Pb Na2(EDTA)] (Kf = 1 x 1018) lebih mantap dibanding [Ca Na2(EDTA)]2- (Kf = 4
x 1010).
Pb2+ + [CaNa2(EDTA)] → [PbNa2(EDTA)] + Ca2+
Derajat kemantapan yang tinggi dari kompleks EDTA dan beberapa lainnya dapat
dijelaskan dengan adanya cincin kelat beranggotakan lima dalam kompleks tersebut
(Flora, 2010).
BAB III
9
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Senyawa kompleks merupakan senyawa yang tersusun dari suatu ion
logam pusat dengan satu atau lebih ligan yang menyumbangkan pasangan
elektron bebasnya kepada ion logam pusat. Senyawa kompleks memiliki
peranan penting dalam kehidupan sehari – hari.
2. Pb bersifat akumulatif dalam tubuh dan dapat merusak seluruh sistem
organ dalam tubuh.
3. Kompleks kalsium disodium EDTA (CaNa2EDTA) dapat digunakan sebagai
pengikat logam timbal (Pb) dalam tubuh manusia sehingga timbal (Pb) yang
bersifat racun dapat keluar dari dalam tubuh manusia tersebut.
B. SARAN
1. Perlunya pengetahuan yang lebih mengenai bahaya Pb agar lebih
waspada.
2. Mencari pengetahuan lebih mengenai manfaat senyawa kompleks dalam
megkhelat logam-logam berat.
3. Membagikan informasi yang diberikan untuk masyarakat luas mengenai
dampak logam Pb pada tubuh manusia.
DAFTAR PUSTAKA
10
Aminah, N. 2006. Perbandingan Kadar Pb, Hb, Fungsi Hati, Fungsi Ginjal Pada
Karyawan BBTKL dan PPM Surabaya Bagian Sampling dan Non Sampling.
Jurnal Kesehatan Lingkungan, Vol.2, No 2 (111-120)
Ardyanto D. 2005. Deteksi pencemaran timah hitam ( Pb ) dalam darah masyarakat
yang terpajan timbal (plumbum). J Kesehatan Lingkungan 2:67-76.
Darmono. 1995. Logam dalam Sistem Biologi Makhluk Hidup. Jakarta : UI Press.
Flora, J.s. and Pachauri, V., 2010. Chelation in Metal Intoxication. International Journal
of Enviromental Research and Public Health 7 : 2745-2788, 2010.
Iis Siti Jahro, Djulia Onggo, Ismunandar dan Susanto Imam Rahayu. Kajian
Mekanisme Reaksi Kompleks Multi Inti FeII-MnII-CrIII Dengan Ligan Ion
Oksalat Dan 2,(2’-pyridyl)quinoline Dalam Pelarut Metanol dan Air. Departemen
Kimia, FMIPA Institut Teknologi Bandung Jln. Ganesha No. 10 Bandung,
40132e-mail : [email protected]
Keenan, dkk., 1992. Ilmu Kimia untuk Universitas. Erlangga : Jakarta.
Parakkasi, A. 1999. Ilmu Makanan Ternak Ruminansia. Cetakan Pertama. Jakarta : UI
Press.
Piliang, W.G. 2002. Nutrisi Vitamin Volume 1 Edisi ke-5. Bogor : IPB Press.
Saeni, M.S. 1997. Penentuan Tingkat Pencemaran Logam Berat dengan Analisis
Rambut. Orasi Ilmiah, Guru Besar Tetap Ilmu Kimia Lingkungan, Fakultas
Matematika dan IPA IPB. Bogor
Sjamsudin U., Suyatna F.D. 1998. Keracunan Pb. Bagian Farmakologi FK UI.
Jakarta : Cermin Dunia Kedokteran.
Wikipedia, 2010. Lead Poisoning.
http://en.wikipedia.org/wiki/Lead_poisoning#Treatment (diakses tanggal 23
September 2010)
11