KONSEP PENDIDIKAN AKHLAK MENURUT SAYYID ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2141/1/cd...
Transcript of KONSEP PENDIDIKAN AKHLAK MENURUT SAYYID ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2141/1/cd...
i
KONSEP PENDIDIKAN AKHLAK MENURUT
SAYYID MUHAMMAD AL-MALIKI AL-HASANI
DALAM KITAB AT-TAHLIYAH WAT TARGHIB FI AL-
TARBIYAH WA AL TAHDZIB
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh:
LAILATUL SIDQOH
NIM: 111-13-024
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2017
ii
iii
iv
v
vi
vii
MOTTO
Bersungguh-sungguhlah Maka Allah Akan Senantiasa
Menolong mu
viii
PERSEMBAHAN
Dengan penuh rasa syukur kehadirat Allah Swt. Saya persembahkan skripsi
ini kepada:
1. Kedua orang tua saya tercinta, Bapak Muhtar Khudlori dan Ibu Siti Muntiamah
yang tak pernah berhenti melimpahkan kasih sayang, bimbingan dan do‟anya
kepada anak-anak terkasih agar menjadi anak-anak yang selalu mendapat
Ridho Allah SWT
2. Romo yai Khalim A.S beserta ibu nyai, Romo yai Chazim A.S beserta seluruh
keluarga dalem dan kepada guru-guru yang saya muliakan, kepada
panjenenganlah aku pasrahkan diriku dhohiron wa batinan tuk mengenal Allah
dan Rasul-Nya
3. Seluruh keluarga besar simbah haji Ismail, simbah roko, simbah rayi, simbok
tua yang selalu memanjatkan do‟a untuk keselamatan dan kesuksesan anak-
cucunya
4. Mbak eni, mas nur, mas udin, mb fitri, dek ulin, dek jalal, dek umi, dek jamal,
dek khobir dan dek ali, serta ibrahim dan haikal, terimakasih atas kasih sayang
dari keluarga yang penuh dengan barokah ini amin.
5. Kekasih hati yang selalu memberi semangat dan selalu menguatkanku, semoga
kita menjadi jodoh dunia akhirat yang selalu mendapat rahmat dari sang maha
rahman
6. Sahabat-sahabat terbaikku mbak-mbak Pon-pes Darul Ulum yang tidak bisa
saya sebutkan satu per satu. Terimakasih atas persahabatannya, cinta kasih
yang begitu berlimpah dari kalian semua.
ix
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb
Dengan menyebut nama Allah Swt.yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, segala puji dan syukur kehadirat Allah Swt yang telah memberikan
hidayah dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan lancar. Shalawat serta salam senantiasa tercurah terhadap Nabi
Muhammad Saw, yang telah mencapai puncak kesuksesan tertinggi sepanjang
kehidupan manusia yang pernah ada. Serta keluarga, sahabat dan pengikutnya
hingga akhir zaman. Skripsi ini disusun sebagai syarat mencapai Gelar Sarjana
Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Agama Islam di Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan IAIN Salatiga.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu dan memberikan dorogan baik moril maupun materi, sehingga skripsi
ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, melalui ruang penulis mengucapkan
penghargaan dan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga
2. Bapak Suwardi, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.
3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam.
4. Bapak Achmad Maimun M.Ag., selaku dosen pembimbing skripsi.
5. Kepada seluruh dosen tarbiyah khususnya pada Jurusan Pendidikan Agama
Islam di FTIK IAIN Salatiga.
x
xi
ABSTRAK
Sidqoh, Lailatul. 2017. Konsep Pendidikan Akhlak Menurut Sayyid Muhammad
Al-Maliki dalam Kitab At-Tahliyah Wat Targhib Fi Al Tarbiyah Wa Al
Tahdzib. Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan
Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. 2017. Pembimbing:
Achmad Maimun, M. Ag.
Kata Kunci: Konsep, Pendidikan Akhlak, kitab At-Tahliyah Wat Targhib Fi
Al Tarbiyah Wa Al Tahdzib
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsep pendidikan akhlak
menurut Sayyid Muhammad dalam kitab At-Tahliyah Wat Targhib Fi Al Tarbiyah
Wa Al Tahdzib. Adapun rumusan masalahnya antara lain: 1. Bagaimana konsep
pendidikan akhlak menurut Sayyid Muhammad dalam kitab At-Tahliyah Wat
Targhib Fi Al Tarbiyah Wa Al Tahdzib. 2. Bagaimana relevansi konsep
pendidikan akhlak menurut Sayyid Muhammad dalam kitab At-Tahliyah Wat
Targhib Fi Al Tarbiyah Wa Al Tahdzib dalam pendidikan Islam di Indonesia?.
Penelitian ini merupakan penelitian library research yaitu penelitian
dengan obyek kitab At-Tahliyah. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik
dokumentasi dengan metode Interpretasi,metode induktif dan metode deduksi.
Adapun hasil penelitian ini antara lain: 1. Konsep pendidikan akhlak
menurut Sayyid Muhammad dalam kitab At-Tahliyah Wat Targhib Fi Al Tarbiyah
Wa Al Tahdzib yaitu akhlak terhadap individu, akhlak terhadap diri sendiri, dan
akhlak terhadap masyarakat.2. Relevansi konsep pendidikan akhlak menurut
Sayyid Muhammad dalam kitab At-Tahliyah Wat Targhib Fi Al Tarbiyah Wa Al
Tahdzib terhadap pendidikan akhlak di Indonesia. Hal itu dilihat dari tujuan
pembelajaran dan materi pembelajaran akhlak di Indonesia saat ini. Oleh karena
itu, kitab At-tahliyah Wat Targhib Fi Al Tarbiyah Wa Al Tahdzib dapat dijadikan
sebagai salah satu pedoman dalam pelaksanaan menuntut ilmu.
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN BERLOGO ............................................................................... .. i
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... . ii
HALAMAN PERSETUJUAN....................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ............................... . v
HALAMAN MOTTO .................................................................................... vi
HALAMAN PERSEMBAHAN..................................................................... vi
KATA PENGANTAR ................................................................................... vii
ABSTRAK ...................................................................................................... . ix
DAFTAR ISI ................................................................................................... . x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 5
C. Tujuan Penelitian ... ............................................................................ 5
D. Kegunaaan Penelitian…...............………………………....………. 5
E. Penegasan Istilah ... ........................................................................... .7
F. MetodePenelitian…………………....………………………...…….10
G. Sistematika Penelitian................................................ .......................12
xiii
BAB II TINJAUAN TENTANG NASKAH DAN PENULIS KITAB AT-
TAHLIYAH WAT TARGHIB FI AL TARBIYAH WA AL TAHDZIB
A. Gambaran Umum Kitab At-Tahliyah Wat Targhib Fi Al Tarbiyah Wa
Al Tahdzib
1. Latar Belakang Kitab At-Tahliyah Wat Targhib Fi Al Tarbiyah
Wa Al Tahdzib.................................................................15
2. Karakteristik Kitab At-Tahliyah Wat Targhib Fi Al Tarbiyah Wa
Al Tahdzib........................................................................16
3. Urgensi Kitab At-Tahliyah Wat Targhib Fi Al Tarbiyah Wa Al
Tahdzib.............................................................................18
B. Biografi Sayyid Muhammad
1. Kelahiran dan Silsilah Keturunan Sayyid Muhammad........21
2. Masa Pendidikan Sayyid Muhammad Al-Maliki
............................................................................................23
3. Guru-Guru Sayyid Muhammad...........................................24
4. Murid-Murid Sayyid Muhammad........................................28
5. Kiprah Sayyid Muhammad .................................................29
6. Karya-Karya Sayyid Muhammad.........................................32
BAB III DESKRIPSI PEMIKIRAN SAYYID MUHAMMAD AL-MALIKI
DALAM KITAB AT-TAHLIYAH WAT TARGHIB FI AL TARBIYAH
WA AL TAHDZIB
A. Pengertian Pendidikan Akhlak
xiv
1. Pengertian Pendidikan................................................37
2. Pengertian Akhlak......................................................38
B. Konsep Pendidikan Akhlak dalam Kitab At-Tahliyah Wat Targhib Fi
Al Tarbiyah Wa Al Tahdzib karya Sayyid Muhammad Al-Maliki
1. Akhlak Terhadap Individu............................................43
2. Akhlak Terhadap Diri Sendiri.......................................54
3. Akhlak dalam Pergaulan Masyarakat.............................62
BAB IV ANALISIS DAN RELEVANSI KONSEP PENDIDIKAN AKHLAK
MENURUT SAYYID MUHAMMAD AL-MALIKI DALAM KITAB
AT-TAHLYAH WAT TARGHIB FI AL TARBIYAH WA AL
TAHDZIB
A. Analisis Konsep Pendidikan Akhlak Menurut Sayyid Muhammad
Al-Maliki Dalam Kitab At-Tahliyah Wat Targhib Fi Al Tarbiyah Wa
Al Tahdzib...........................................................................71
B. Relevansi Konsep Pendidikan Akhlak Menurut Sayyid Muhammad
Dalam Kitab At-Tahliyah Wat Targhib Fi Al Tarbiyah Wa Al
Tahdzib................................................................................82
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................... .............. 84
B. Saran ........................................................................................... 85
DAFTAR PUSTAKA
xv
LAMPIRAN
Lamp. 1 : Lembar Konsultasi Skripsi
Lamp. 2 : Surat Penunjukan Pembimbing
Lamp. 3 : Daftar Nilai SKK
Lamp. 4 : Biografi Penulis
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dewasa ini pengaruh globalisasi tidak dapat dihindari, hal ini
tentunya membawa dampak positif dan negatif dalam kehidupan. Dampak
positifnya mempermudah kehidupan manusia dengan memanfaatkan
teknologi komunikasi dan transportasi, memperpendek jarak yang jauh.
Salah satu dampak negatif dari kemajuan ilmu dan teknologi serta
globalisasi, ialah munculnya pola hidup hedonisme, yang berpandangan
bahwa tujuan kehidupan adalah untuk mencapai segala kenikmatan fisik
setinggi mungkin dan dengan cara apapun tanpa memperhitungkan
konsekuensi yang mungkin dialami (Team Penulis Rosda, 1995:135).
Falsafah hidup hedonisme ini telah berkembang pesat di berbagai
negara yang ditandai dengan berbagai indikasi yakni semakin meluasnya
kebebasan seks dengan segala perangkatnya, narkoba dan segala jenisnya
adalah merupakan indikasi betapa merosotnya moral (Daulay, 2012:142).
Meningkatnya angka kriminalitas yang disertai tindak kekerasan,
pemerkosaan, dan penyelewengan seksual dan lain sebagainya, yang sudah
menjadi berita harian dimedia cetak dan elektronik.
Hal ini menjadi keprihatinan bersama. Apabila tidak ada cara untuk
membentengi anak-anak (pelajar) dari terjangan lingkungan yang buruk,
maka bisa dipastikan mereka akan terpengaruh oleh lingkungan yang
2
buruk, dan bukan tidak mungkin mereka juga akan menjadi terbiasa untuk
melakukan perbuatan yang buruk.
Oleh karena itu orang tua harus lebih memperhatikan anak-anaknya
dalam soal pendidikan, terutama pendidikan tentang akhlak. Supaya
mereka tidak mudah terpengaruh dengan keadaan lingkungan yang buruk
seperti saat ini. Pada masa yang akan datang kelak, mereka akan menjadi
pionir penerus perjuangan yang memiliki tingkah laku (akhlak) yang baik,
menjadi penerus bangsa negara, dan juga agama.
Dalam sejarah umat manusia, seperti yang diungkapkan dalam dalam
Al-Qur‟an, bahwa bangsa-bangsa yang kokoh adalah bangsa yang baik
akhlaknya, sebaliknya bangsa akan menjadi runtuh ketika akhlaknya rusak
(Bayumiy, 9 tt).
Menurut Damanhuri (2014:4-5) ajaran akhlak dalam Islam lahir
sejalan dengan lahirnya agama ini, yang diketahuai bahwa misi utama
diutusnya nabi Muhammmad adalah untuk membina manusia dengan
akhlak mulia, Islam sangat menjunjung tinggi aspek akhlak ini yang pada
prinsipnya adalah untuk mengangkat harkat dan martabat manusia,
menjaga hak-hak sesama dan menjaga batasan-batasannya, meraih
ketenangan lahir dan batin secara individu dan sosial dunia dan ukhrawi.
Akhlak yang baik dan sempurna merupakan patokan keberhasilan
Islam, karenanya Islam bukan hanya menganjurkan umatnya untuk
mengejar dan mengusai berbagai macam ilmu pengetahuan, tetapi juga
mendidik jiwa dengan akhlak yang baik, menanamkan sifat-sifat
3
keutamaan, membiasakan perilaku terpuji, dan mempersiapkan generasi
untuk hidup dalam kejujuran. Untuk itu diperlukan adanya penyadaran,
penanaman, dan pembinaan akhlak kepada anak-anak maupun masyarakat
baik berupa materi akhlak yang sifatnya berdiri sendiri yang diterapkan
dalam kehidupan individual maupun terintegrasi kedalam berbagai aspek
kehidupan .
Salah seorang ulama‟ yang mengkaji dan memberikan perhatian
pada pendidikan akhlak secara mendalam adalah Sayyid Muhammad Al-
Maliki, beliau seorang tokoh ulama Ahlussunnah Wal Jama‟ah kaliber
internasional. Sayyid Muhammad keturunan Rasulullah saw melalui cucu
baginda Rasulullah al-Imam Hasan bin Ali bin Abi Thalib ra. Beliau
dilahirkan di kota yang mulia, Makkah al-Mukarramah pada tahun 1367
H/1947 M tepatnya di kawasan Babus Salam (Mauladdawaliyah,
2013:280).
Salah satu buah karya Sayyid Muhammad yang membahas
masalah akhlak adalah kitab At-Tahliyah Wat Targhib Fi Al Tarbiyah Wa
Al Tahdzib, kitab ini sangat padat dengan pembentukan pendidikan
karakter yang harus dimilki dalam diri seseorang karena kitab ini
membahas beberapa bagian materi yang menuntun pada akhlak yang baik.
Ketika membaca kitab ini yang penuh dengan nilai-nilai kebaikan
diharapkan akan adanya nilai yang tertanam dalam diri sang pembaca.
Harapan selanjutnya, dapat mengetahui nilai-nilai yang diperlukan dalam
bermasyarakat dan menjalin hubungan dengan sosialnya, dan juga dapat
4
menjadi pedoman bagaimana seseorang berprilaku dalam masyarakat,
sehingga kehidupan sosial berjalan dengan damai dan tentram.
Kitab ini bersifat umum sesuai untuk kaum muslim baik usia anak-
anak yang masih dalam belajar maupun guru dan orang tua yang ingin
menagajarkan kitab ini kepada anak-anaknya agar mempunyai akhlak
mulia sejak dini. Bahasan dalam kitab ini secara umum adalah berkaitan
watak dan sifat naluriah dan pembahasan-pembahasan megenai
menghargai manusia, berempati terhadap sesama dan juga menumbuhkan
pondasi sikap yang diperbolehkan dan tidak dalam ajaran islam yang telah
disandarkan pada Al-Qur‟an dan Sunnah Nabi Muhammad.
Dari latar belakang di atas, penulis tertarik untuk meneliti konsep
pendidikan Akhlak yang terdapat dalam kitab kitab At-Tahliyah Wat
Targhib Fi Al Tarbiyah Wa Al Tahdzib yang memuat ulasan-ulasan
pemikiran dari sayyid Muhammad Al-Maliki tentang tata cara dalam
kehidupan bermasyakat dan tuntunan akhlak islam lainnya. Untuk itu
maka dalam penelitian ini penulis memberi judul KONSEP
PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB AT-TAHLIYAH WAT
TARGHIB FI AL TARBIYAH WA AL TAHDZIB KARYA SAYYID
MUHAMMAD AL-MALIKI, Penulis akan berusaha mengulas konsep
pendidikan akhlak yang ada dalam kitab At-Tahliyah Wat Targhib Fi Al
Tarbiyah Wa Al Tahdzib.
5
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam pen elitian ini adalah
1. Bagaimana konsep pendidikan akhlak menurut Sayyid Muhammad
dalam kitab At- Tahliyah Wat Targhib Fi Al Tarbiyah Wa Al Tahdzib?
2. Bagaimana relevansi konsep pendidikan akhlak menurut Sayyid
Muhammad dalam kitab At-Tahliyah Wat Targhib Fi Al Tarbiyah Wa
Al Tahdzib dengan konteks pendidikan Islam di Indonesia?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan pokok permasalahan yang dirumuskan di atas maka
tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mendeskripsikan konsep pendidikan akhlak menurut Sayyid
Muhammad dalam kitab At- Tahliyah Wat Targhib Fi Al Tarbiyah Wa
Al Tahdzib
2. Untuk mengetahui relevansi pemikiran Sayyid Muhammad dalam
kitab At- Tahliyah Wat Targhib Fi Al Tarbiyah Wa Al Tahdzib dengan
konteks pendidikan islam di indonesia
D. Kegunaan Penelitian
kegunaan dari penelitian ini dapat dikemukakan menjadi dua
bagian yaitu
6
1. Kegunaan Teoritis
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan
pemikiran dan konsep baru mengenai pendidikan akhlak di kalangan
praktisi pendidikan maupun akademisi sebagai bahan acuan dan
rujukan. Dan bisa juga sebagai pijakan atau acuan para peneliti dalam
melaksanakan penelitian lebih lanjut terkait konsep pendidikan akhlak.
Manfaat lainnya yaitu hasil laporan penelitian ini nantinya dapat
menambah khazanah pengetahuan mengenai konsep baru tentang
pendidikan akhlak.
2. Kegunaan Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara
langsung (praktis) bagi segenap pemerhati dan pelaku pendidikan,
terutama para pembimbing akhlak peserta didik. Secara umum
penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran
konsep praktis bagi masyarakat secara luas dalam mengatasi masalah-
masalah pendidikan akhlak.
a. Manfaat Bagi Penyelenggara Pendidikan
Beberapa manfaat yang dapat diambil oleh lembaga
penyelenggara pendidikan antara lain sebagai berikut:
1). Sebagai bahan masukan dalam menentukan kebijakan di
sekolah terutama yang berkaitan erat dengan pendidikan
akhlak atau budi pekerti di sekolah.
7
2). Memberikan sumbangan dalam menghadapi permasalahan budi
pekerti yang ada di sekolah.
b. Manfaat Bagi Guru Pendidikan Agama
1) Menjadi sumber pertimbangan guru dalam menghadapi masalah
kenakalan siswa didik melalui perbaikan akhlak siswa.
2) Menjadi sumber bagi guru dalam bersikap dan berperilaku agar
sesuai dengan tujuan pembelajaran agama.
c. Manfaat Bagi Para Orangtua
Manfaat penelitian ini juga bisa dipakai oleh para orangtua
siswa diantaranya sebagai berikut:
1). Menjadi pedoman teoritis bagi orangtua untuk menangani
permasalahan kenakalan anak di rumah.
2). Menjadi sumber atau pedoman perilaku orangtua sehingga
mampu menjadi teladan bagi anak-anaknya.
E. Penegasan Istilah
Untuk menghindari penafsiran dan kesalah pahaman, maka penulis
kemukakan pengertian dan penegasan judul skripsi ini sebagai berikut:
1. Konsep pendidikan akhlak
Konsep secara garis besar definisi konsep adalah suatu hal umum
yang menjelaskan atau menyusun suatu peristiwa, objek, situasi, ide,
atau akal pikiran dengan tujuan untuk memudahkan komunikasi antar
manusia dan memungkinkan manusia untuk berpikir lebih baik.
8
Soedjadi (2000: 14) menyatakan bahwa pengertian konsep adalah
ide abstrak yang dapat digunakan untuk mengadakan klasifikasi atau
penggolongan yang pada umumnya dinyatakan dengan suatu istilah
atau rangkaian kata.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa konsep adalah
abstraksi dari sebuah peristiwa, objek, situasi, ide, atau akal pikiran
sehingga menimbulkan keteraturan dan kemudahan komunikasi antar
manusia memungkinkan manusia untuk berpikir lebih baik.
Pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya
budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intelek) dan tubuh
anak (Mahfud, 2006:33).
Akhlak adalah suatu bentuk yang kuat di dalam jiwa sebagai
sumber perbuatan otomatis dengan suka rela, baik atau buruk, indah
atau jelek, sesuai pembawaanya, ia menerima pengaruh pendidikan
kepadanya, baik maupun jelek kepadanya (Al-Jaza‟iri, tt: 223).
Dengan demikian konsep pendidikan akhlak adalah ide abstrak
yang dapat digunakan untuk mengadakan klarifikasikan daya upaya
untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti pikiran dan tubuh anak.
3. Kitab At-Tahliyah Wat Targhib Fi Al Tarbiyah Wa Al Tahdzib
kitab ini di tulis oleh Sayyid Muhammmad Al-Maliki Kitab At-
Tahliyah Wat Targhib Fi Al Tarbiyah Wa Al Tahdzib merupakan kitab
yang berisikan bab-bab, pada bab nya terdapat beberapa subab
didalamnya. Sepeti pada romawi pertama dan kedua yang mana saling
9
berkaitan, bab pertama mengenai pergaulan manusia dengan orang
yang lebih tinggi, setingkat dan lebih rendah.
Dimana didalam bab pertama hanya menjelaskan mengenai
manusia dalam kehidupannya yang tidak bisa terlepas dari hidup
bersosial dan perlunya hidup bermasyarakat, sedangkan mengenai
orang-orang yang kita pergauli dijelaskan dalam bab selanjutnya
beserta macam-macam tingkatan orang baik dalam tingkatan yang
disebutkan dalam bab pertama, siapa mereka, bagaimana harus
bersikap dan kenapa harus memperlakukan mereka demikian akan
dijelaskan dalam bab dua. Bab tiga sampai bab delapan menjelaskan
yang perlu ada dalam diri seseorang mengenai: Kesopanan dan
Pergaulan yang baik. Memelihara kesehatan badan. Makanan, waktu
makan dan tujuannya. Pakaian, model dan tujuannya. Rumah sebagai
tempat tinggal dan tujuannya. Serta senam dan olahraga. Dalam bab
sepuluh sampai dua belas menjelaskan mengenai beberapa sarana yang
dapat memperbaiki kondisi perekonomian. Tata cara mengunjungi
teman. Tata cara menjenguk orang sakit dan ta’ziyah. Walimah atau
pesta. sehingga dalam beberapa bab ini dapat memahami mengenai
tata cara dalam kehidupan bermasyarakat.
Bahasan dalam kitab ini secara umum adalah berkaitan watak dan
sifat naluriah dan pembahasan-pembahasan megenai menghargai
manusia, berempati terhadap sesama dan juga menumbuhkan pondasi
10
sikap yang diperbolehkan dan tidak dalam ajaran islam yang telah
disandarkan pada Al-Qur‟an dan sunnah Nabi Muhammad SAW.
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah Library Research, jenis penelitian
ini data-datanya diambil dari perpustakaan artinya penelitian literature
yang dilakukan dengan penelitian menggali dan menganalisa data
dari bahan-bahan tertulis di perpustakaan yang relevan dengan
masalah-masalah yang diangkat (Warsito, 1993:10).
Penelitian kepustakaan dilakukan karena sumber-sumber
datanya, baik yang utama maupun pendukungnya, berasal dari karya
tulis yang dipublikasikan (Nasir 1985:3).
2. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini penulis, menggunakan teknik dokumentasi,
yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan menghimpun
buku-buku dan dokumentasi yang relevan dengan sumber data
dalam penelitian ini. Setelah data terkumpul, maka dilakukan
penelaahan secara kritis, sistematis, dalam hubungan dengan
masalah yang diteliti sehingga diperoleh data atau informasi untuk
dideskripsikan sesuai dengan pokok masalah (Azwar 1998:36).
Adapun sumber data, baik sumber primer, sumber sekunder
maupun tersier dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
11
a. Sumber primer, adalah sumber langsung yang berkaitan dengan
permasalahan yang di dapat yakni, buku-buku karya Sayyid
Muhammad antaralain: kitab At-Tahliyah Wat Targhib Fi Al
Tarbiyah Wa Al Tahdzib, terjemahan kitab At-Tahliyah Wat
Targhib Fi Al Tarbiyah Wa Al Tahdzib.
b. Sumber sekunder, adalah data yang diperoleh dari sumber
pendukung untuk memperjelas data primer yakni buku Akhlak
Perspektif Tasawwuf Syaikh Abdurrahman as-Singkili dan kitab
Akhlaqul Banin
c. Sumber tersier, dalam penelitiaan ini data tersiernya penulis ambil
dari kitab-kitab maupun buku-buku, dan media elektronik seperti
internet, yang mendukung objek penelitian.
3. Metode Analisis Data
Metode analisis data yaitu cara penanganan terhadap suatu
obyek ilmiah tertentu dengan cara memilah-milah pengertian yang
satu dengan yang lain (Soemargono, 1992:2). Dengan menggunakan
metode ini bukan untuk memperoleh pengertian baru, tapi hanya
mendapatkan penjelasan suatu pengertian dari penelaahan obyek
penelitian. Untuk memahami obyek penelitian ini penulis
menggunakan metode analisis sebagai berikut:
a. Interpretasi
Menuru Bakker (1990:69) Isi buku diselami untuk dapat
secepat mungkin menangkap arti dan nuansa uraian yang
12
disajikan, yaitu dengan mengacu pemikiran sayyid muhammmad
dalam kitab At-Tahliyah Wat Targhib Fi Al Tarbiyah Wa Al
Tahdzib
b. Metode Induksi
Suatu pola pikir dari hal-hal yang bersifat khusus ditarik
generalisasi yang bersifat umum. Yaitu dengan memahami kisah
orang terdahulu, seperti nabi Muhammad dan Ghozali.
c. Metode Deduksi
Apa yang dipandang benar pada suatu peristiwa. Hal ini
adalah suatu proses berpikir dari pengetahuan yang bersifat
umum dan berangkat dari pengetahuan tersebut, ditarik suatu
pengertian yang khusus (Bakker 1990:69). Dalam metode ini
penulis mencermati dari kehidupan dan peristiwa yang ada di
lingkungan sekitar.
G. Sistematika Penelitian
Sistematika penulisan yang penulis maksud di sini adalah
sistematika penyusunan skripsi dari bab ke bab. Sehingga skripsi ini
menjadi satu kesatuan yang utuh dan tidak dapat dipisah-pisahkan. Hal ini
bertujuan agar tidak ada pemahaman yang menyimpang dari maksud
penulisan skripsi ini. Adapun sistematika penulisan skripsi ini sebagai
berikut:
Bab Pertama. Pendahuluan, menguraikan tentang : Latar Belakang
Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian,
13
Metode Penelitian, Penegasan Istilah, dan sistematika Penulisan sebagai
gambaran awal dalam memahami skripsi ini.
Bab Kedua. Tinjauan Tentang Naskah dan Biografi Penulisyang
mengeraikan tentang: Gambaran Umum Kitab At-Tahliayah Wat Targhib
Fi Al Tarbiyah Wa Al Tahdzib, latar belakang penulisan kitab At-
Tahliayah Wat Targhib Fi Al Tarbiyah Wa Al Tahdzib, Urgensi kitab At-
Tahliayah Wat Targhib Fi Al Tarbiyah Wa Al Tahdzib dan Biografi dan
pemikiran Sayyid Muhammmad Al-Maliki, menguraikan tentang:
Biografi, Sayyid Muhammmad Al-Maliki yang meliputi riwayat kelahiran,
kehidupan intelektual, dan perjalanan karirnya. Selain itu bab ini juga
membahas perkembangan intelektual dan karya-karyanya.
Bab Ketiga. Berisi tentang Deskripsi Pemikiran Sayyid
Muhammad Al-Maliki dalam Kitab At-Tahliyyah Wat Targhib Fi Al
Tarbiyah Wa Al Tahdzib, dimana disitu diuraikan tentang gambaran
akhlak secara umum, dilanjutkan konsep pendidikan akhlak Sayyid
Muhammmad Al-Maliki dalam kitab At-Tahliayah Wat Targhib Fi Al
Tarbiyah Wa Al Tahdzib
Bab Keempat. Berisi tentang Analisis dan relevansi Konsep
Pendidikan Akhlak Menurut Sayyid Muhammad Al-Maliki Dalam Kitab
At-Tahliyah Wat Targhib Fi Al Tarbiyah Wa Al Tahdzib
Bab Lima. Penutup yang meliputi tentang kesimpulan dan saran
14
BAB II
TINJAUAN TENTANG NASKAH DAN PENULIS KITAB AT-TAHLIYAH
WAT TARGHIB FI AL TARBIYAH WA AL TAHDZIB
A. Gambaran Umum Kitab At-Tahliyah Wat Targhib Fi Al Tarbiyah Wa
Al Tahdzib
1. Latar Belakang Penulisan Kitab At-Tahliyah Wat Targhib Fi Al
Tarbiyah Wa Al Tahdzib
Dalam pengantar kitab At-Tahliyah Wat Targhib Fi Al Tarbiyah
Wa Al Tahdzib telah disebutkan mengenai tujuan adanya kitab At-
Tahliyah adalah suatu hal yang pasti dan jelas bahwa pendidikan
generasi muda menuntut adanya berbagai fasilitas dan sarana yang
dapat mengantar mereka pada keselamatan jasmani, pemeliharan dan
pertumbuhan serta terjaminnya segala sarana yang dapat mengantar
mereka pada keselamatan jasmani, pemeliharaan dan pertumbuhan
serta terjaminnya segala sarana yang dapat melahirkan orang yang
berpendidikan, dengan cara membiasakan para generasi muda berpikir
secara teliti sehingga ia dapat membedakan antara perkara yang
bermanfaat atau membahayakan, yang baik maupun yang benar
sehingga dia mampu membatasi kecenderungan hatinya dan
keinginannya.
Pada tahap selanjutnya ia dapat memperbaiki tingkah laku,
kebiasaan dan keinginan-keinginan hatinya. Sehingga dia akan
15
menjadi orang yang bebas dan teguh pendiriannya, terdidik
mentalnya, baik budi pekertinya, mencintai kebenaran dan kejujuran,
tulus dalam pengabdianya, tekun dalam bekerja, disiplin dalam ucapan
dan perbuatannya, jika sudah demikian dia adalah orang yang berguna
bagi dirinya sendiri dan untuk umatnya.
Mengingat tujuan pendidikan seperti tersebut di atas, hal ini
merupakan masalah terpenting yang harus mendapat perhatian penuh
dan perlu mendapat arahan yang baik, maka terpanggil rasa tanggung
jawab dan kewajiban musonef terhadap negara dan umat manusia
itulah yang mendorong musonef menulis sebuah kitab yang diberi
nama kitab At-Tahliyah Wat Targhib Fi Al Tarbiyah Wa Al Tahdzib
yang memuat berbagai saran untuk menjaga jasmani dan mendidik
jiwa dengan penuh harapan dapat bermanfaat (Sayyid Muhammad
1999:10).
2. Karakteristik Kitab At-Tahliyah Wat Targhib Fi Al Tarbiyah Wa
Al Tahdzib
Karakteristik yaitu ciri-ciri yang menonjol dari Kitab At-
Tahliyah Wat Targhib Fi Al Tarbiyah Wa Al Tahdzib yang tentunya
karakterstik tersebut dapat membedakan dengan karakteristik kitab
yang lainnya. Perbedaan tersebut paling tidak dapat dilihat dari unsur-
unsur yang dapat membangun jiwa dan juga isi dari kitab yang
peneliti kaji.
16
Kitab At-Tahliyah Wat Targhib Fi Al Tarbiyah Wa Al Tahdzib
terdiri dari tiga belas bab pembahasan, yang mana pada setiap babnya
terperinci dalam beberapa sub bab didalamnya. Dalam kitab ini antara
satu bab dengan yang lain masih saling berkaitan satu sama lain.
Seperti pada bab pertama yang membicarakan mengenai pergaulan
manusia dengan orang yang lebih tinggi, setingkat dan lebih rendah,
dimana di dalamnya hanya menjelaskan mengenai manusia dalam
kehidupannya tidak bisa terlepas dari hidup bersosial dan perlunya
hidup bermasyarakat. Sedangkan mengenai orang-orang yang kita
pergauli dijelaskan dalam bab selanjutnya beserta macam-macam
tingkatan orang baik dalam tingkatan yang disebutkan dalam bab
pertama, siapa mereka, bagaimana harus bersikap dan kenapa harus
memperlakukan mereka demikian akan dijelaskan dalam bab dua.
Kemudian pada bab tiga sampai bab delapan menjelaskan segala
hal yang perlu ada dalam diri seseorang. Hal tersebut mengenai:
Kesopanan dan pergaulan yang baik, Memelihara kesehatan badan,
Makanan, waktu makan dan tujuannya, Pakaian, model dan tujuannya,
rumah sebagai tempat tinggal dan tujuannya, serta senam dan
olahraga.
Selanjutnya dalam bab sepuluh sampai dua belas menjelaskan
mengenai beberapa sarana yang dapat memperbaiki kondisi
perekonomian, tata cara mengunjungi teman, tata cara menjenguk
orang sakit dan ta‟ziyah, walimah atau pesta.
17
Secara umum bahasan kitab ini adalah berkaitan watak dan sifat
naluriah manusia dan juga pembahasan pembahasan mengenai
menghargai manusia, berempati terhadap sesama dan juga
menumbuhkan pondasi sikap yang diperbolehkan dan tidak
diperbolehkan dalam ajaran Islam yang telah disandarkan pada Al-
Qur‟an dan sunnah Nabi Muhammad SAW. Kitab ini bersifat umum,
yaitu untuk siapa saja baik usia anak-anak yang masih dalam belajar
maupun guru dan orang tua yang ingin mengajarkan kitab ini kepada
anak-anaknya agar mempunyai karakter yang baik sejak dini.
Dalam pembahasan bab-babnya, musonef juga menyertakan
syair-syair sehingga nuansa seni dalam kitab ini benar benar
terbangun. Ketika mengkaji kitab ini dapat dirasakan benar bagaimana
keadaan sosial dan kehidupan sehari-hari yang sangat perlu
diperhatikan agar dalam kehidupan masyarakat dapat berjalan dengan
damai dan tentram.
3. Urgensi Kitab At-Tahliyah Wat Targhib Fi Al Tarbiyah Wa Al
Tahdzib
Dalam dunia pondok pesantren, kitab kuning (yellow book), atau
dalam istilah lain dikenal dengan “kitab klasik” atau al-kutub al-
qadimah dan ada pula yang menyebutnya “kitab gundul” karena tidak
memiliki syakl, merupakan salah satu elemen penting diantara lima
elemen penting pesantren. Dalam hal ini kitab At-Tahliyah Wat
Targhib Fi Al Tarbiyah Wa Al Tahdzib karya Sayyid Muhammad
18
yang sarat dengan berbagai nilai karakter menjadi sumber rujukan
utama dalam pengajaran di pondok pesantren di berbagai wilayah.
Menurut Amrizal (2017:84) Salah satu pondok pesantren yang
mengkaji kitab At-Tahliyah yaitu pondok pesantren Darun Nahdhah
Thawalib Bangkinan. Pondok pesantren ini menerapkan kurikulum
terpadu dalam sistem pendidikannya, yaitu antara kurikulum madrasah
di bawah naungan Kementrian Agama dan kurikulum pesantren. Di
pondok pesantren ini kitab At-Tahliyah Wat Targhib Fi Al Tarbiyah
Wa Al Tahdzib diajarkan kepada santri Madrasah Ibtidaiyah kelas
empat mata pelajaran akhlak.
Begitu pula menurut penelitian yang dilakukan oleh Mushollin
(2014:128) di Madrasah Aliyah Pondok Pesantren as-Salafy al-Fitrah
Surabaya, pondok pesantren yang telah mendapatkan status muadalah
dari Dirjen Pendidikan Islam ini, dalam kurikulum Madrasah Aliyah
Pondok Pesantren as-Salafy al-Fitrah Surabaya juga menggunakan
kitab At-Tahliyah dalam aspek akhlak sebagai sumber kajian yang
diajarkan kepada siswa-siswinya dalam sekolah formal dengan standar
kompetensi sebagai berikut:
1. Tertanam akhlak yang terpuji mulai taqwa sampai berbuat adil.
2. Mampu memahami kebutuhan dan pentingnya berinteraksi serta
etika kepada semua orang dari semua lapisan masyarakat sesuai
tingkatan dan derajat masing-masing.
3. Pendalaman tentang akhlaq terpuji dan tercela.
19
Selain itu di Pondok Pesantren Darul Falah yang terletak di
dusun Bendomungal desa Sidorejo kecamatan Krian kabupaten
Sidoarjo. Kitab At-Tahliyah Wat Targhib Fi Al Tarbiyah Wa Al
Tahdzib juga dijarkan di Madrasah Diniyah kelas empat ibtida’
http://docplayer.info/39657027-Bab-iii-hasil-penelitian.html (diakses
pada hari rabu, 19 juli 2017. Pukul 13.56). Sedangkan di pesantren
Pancasila kota Salatiga, kitab At-Tahliyah Wat Targhib Fi Al Tarbiyah
Wa Al Tahdzib ini menjadi mata pelajaran pada Madrasah Diniyyah
kelas imrithi pada hari senin (Sumber: Dokumen Pon-Pes. Pancasila
Kota Salatiga).
Sama halnya dengan Madrasah Diniyah Darul Ulum kecamatan
Suruh kabupaten Semarang kitab At-Tahliyah Wat Targhib Fi Al
Tarbiyah Wa Al Tahdzib disini diajarkan kepada para santri kelas lima
ibtida’ atau setingkat dengan kelas imrithi di pesantren pancasila kota
Salatiga (Sumber: Dokumen Madrasah Diniyah Darul „ulum suruh).
Berbeda halnya dengan pondok pesantren lainnya yang mengajarkan
kitab At-Tahliyah Wat Targhib Fi Al Tarbiyah Wa Al Tahdzib dengan
metode bandongan maupun wetonan, Pondok pesantren An-Najiyah
kec Wonocolo surabaya juga mengajarkan kitab At-Tahliyah Wat
Targhib Fi Al Tarbiyah Wa Al Tahdzib kepada para santri dengan
metode sorogan yang dilaksanakan ba’da sholat isya’ dimulai.
20
B. Biografi Sayyid Muhammad Al-Maliki
1. Kelahiran dan Silsilah Keturunan Sayyid Muhammad Al-Maliki
Sayyid Muhammad bin Sayyid Alawi bin Abbas bin Abdul Aziz
al-Maliki al-Hasani atau lebih dekat dengan panggilan Abuya Sayyid
Muhammad. Beliau adalah sosok ulama yang sangat alim, ahli sastra,
dan ahli hadis yang sangat cendekia. Beliau dilahirkan, di kota
Makkah tepatnya di kawasan Babus Salam pada tahun 1365 H/1945M
(Hai‟ah Ash-Shofwah, 2016:629).
Sayyid Muhammad termasuk salah satu keturunan Rasulullah
SAW melalui cucu Rasulallah SAW, al-Imam Hasan bin Ali bin Abi
Tholib ra. Ayah beliau Sayyid Alawi bin Abbas bin Abdul Aziz al-
Maliki al-Makki al-Hasani. Nasab mulia ini bersambung terus hingga
sampai pada Sayyidina Idris al-Azhari bin Idris al-Akbar bin Abdullah
al-Kamil bin al-Hasan al-Mutsanna bin al-Hasan as-Sibth bin al-Imam
Ali bin Abi Thalib, suami as-Sayyidah Fathimah az-Zahra putri
Baginda Rasulullah Muhammad SAW (Ba‟alawi, 2009:1).
Ayah beliau, Sayyid Alawi al-Maliki adalah tokoh ulama yang
terkemuka dan disegani oleh sekian banyak ulama yang mengajar di
Masjidil Haram. Sayyid Alawi telah mengabdikan diri mengajar di
Masjidil Haram selama 40 tahun. Dalam masa itu banyak para ulama
dari Asia Tenggara yang berguru di Majlis Ta‟lim Sayyid Alawi
(Ba‟alawi, 2009:2).
21
Selain mengajar di Masjidil Haram Sayyid Alawi juga menjabat
sebagai ketua khotib dan da’i di Kota Makkah. Bahkan Raja Faishal
penguasa Kerajaan Arab Saudi pada waktu itu, tidak akan membuat
suatu keputusan yang berkaitan dengan Kota Makkah kecuali setelah
meminta saran dan nasihat dari Sayyid Alawi (Ba‟alawi, 2009:2).
Sayyid Muhammad sejak kecil hidup di dalam lingkungan
keluarga yang sholeh dan penuh keberkahan. Beliau tumbuh dan
berkembang dalam perjalanan hidup yang baik di atas jalan para
shalafus sholih dengan bimbingan langsung dari ayahnya. Sehingga di
kemudian hari beliau menjadi figur ulama yang sangat alim dan selalu
menghiasi dirinya dengan akhlak yang mulia, beliau mempunyai andil
yang sangat besar dalam dakwah dan pendidikan islam (Ba‟alawi,
2009:4).
Sayyid Muahammad dipanggil Allah SWT berpulang ke
Rahmat-Nya pada fajar hari Jumat tanggal 15 Ramadhan 1425
Hijriyah yang bertepatan dengan tanggal 30 Oktober 2004 Masehi di
kediaman beliau jalan al-Maliki distrik Rushaifah. Beliau
dimakamkan di pemakaman Ma‟la di samping makam istri Rasulullah
SAW, Sayyidah Khadijah bin Khuwailid (Hai‟ah Ash-Shofwah
2016:631).
Sayyid Muhammad meninggalkan tujuh putra dan beberapa
putri. Putra-putra beliau adalah, Sayyid Abdul Wahhab, Sayyid
Ahmad, Sayyid Abdullah, Sayyid Alawi, Sayyid Ali, Sayyid Hasan
22
dan Sayyid Husein. Dari putra-putra beliau, kini yang menjadi
khalifah (pengganti) untuk melanjutkan jejak sang ayahanda sebagai
pemangku ribath (pondok pesantren) adalah putra beliau yang
bernama Sayyid Ahmad lulusan Universitas Ummul Qura Makkah (
Ba‟alawi, 2009:50)
2. Masa Pendidikan Sayyid Muhammad Al-Maliki
Pendidikan pertama beliau adalah Madrasah al-Falah Makkah,
dimana ayah beliau Sayyid Alawi sebagai guru agama di sekolah
tersebut dan merangkap sebagai guru di halaqoh di Masjidil Haram.
Pada pendidikan awal inilah beliau belajar ilmu nahwu, tafsir, hadis,
fiqh, dan hifdzul Qur’an kepada ayahnya (Ba‟alawi, 2009:4).
Kecerdasan Sayyid Alawi sudah mulai terpancar sejak kecil, beliau
mampu menghafal Al-Qur‟an sejak berusia 7 tahun dan sudah
menghafal kitab hadits al-Muwaththa‟ karya Imam Malik saat beliau
berumur 15 tahun.
Pada usia 25 tahun, Sayyid Muhammad meraih gelar Doktor
ilmu hadits di universitas Al-Azhar Kairo dengan predikat mumtaz
(sangat memuaskan). Beliau menjadi warga Arab Saudi yang pertama
dan termuda yang menerima ijazah Ph.D dari Al-Azhar. Kemudian
pada usia 26 tahun, beliau dikukuhkan sebagai guru besar ilmu hadits
pada Universitas Ummul Quro Makkah. Ini adalah sebuah prestasi
luar biasa yang layak dicapai seorang putra ulama besar dan
termasyhur di Haramain (Maimoen, 2012:8).
23
Sayyid Muhammad tidak hanya belajar di Haramain, tetapi
dalam rangka mengejar studi hadis dan untuk menyempurnakan
pengembaraan menuntut ilmu, beliau berangkat ke beberapa negeri,
diantaranya Maroko, Mesir, India, Pakistan, Libya dan lainnya.
Disanalah beliau berjumpa dengan sejumlah ulama terkemuka yang
kemudian memberikan ijazah-ijazah kepadanya (Maimoen, 2012:8).
3. Guru-Guru Sayyid Muhammad Al-Maliki
Berkaitan mengenai guru-guru Sayyid Muhammad, Ba‟alawi
(2009:8) mengemukakan peryataan beliau saat ditanya mengenai
guru-gurunya beliau menuturkan:
Kami telah bertemu dan belajar dari banyak ulama dan tokoh
terkemuka, baik dari kalangan Saadah Bani Alawi (ahlu baitnya
Rasulullah SAW) maupun yang lainnya. Baik yang kami temui
di Makkah-Madinah maupun pada saat kami melawat ke
Maroko, Mesir, Aljazair, Tunisia, Sudan, Indonesia dan lainnya.
Jika kami hitung-hitung barang kali jumlah mereka lebih dari
100 orang.
Namun guru yang paling berjasa dalam membentuk kepribadian
beliau adalah ayahandanya sendiri, Sayyid Alawi bin Abbas al-Maliki
al-Hasani. Beliau belajar kepada ayahnya sendiri di rumah maupun di
Masjidil Haram. Ayahnya selalu memberikan perhatian dan
bimbingan khusus terhadap pendidikan Sayyid Muhammad, sehingga
suatu ketika beliau mengungkapkan pujian terhadap ayahnya dengan
ungkapan ungkapan: “Ayahanda, beliaulah kebanggaanku, sang
motivator yang membuatku bersemangat, beliau adalah sumber (ilmu)
ku yang tak pernah kering” (Ba‟alawi, 2009:8).
24
Berikut beberapa guru Sayyid Muhammad yang paling masyhur
diantaranya yaitu:
a. Sayyid Alawi bin Abbas al-Maliki al-Hasani (w.1391 H).
b. Syaikh Muhammad Yahya bin Syaikh Aman (w.1387 H).
c. Syaikh Muhammad al-Arabi at-Tabbani (w.1391 H).
d. Syaikh Hasan bin Sa‟id al-Yamani (w.1391 H).
e. Syaikh Muhammad al-Hafidz at-Tijani, guru besar ilmu hadits di
Mesir (w.1398 H).
f. Syaikh Hasan bin Muhammad al-Masysyath (w.1399 H).
g. Syaikh Muhammad Nur Saif bin Hilal al-Makki (w.1403 H).
h. Syaikh Abdullah bin Sa‟id al-Lahji (w.1410 H).
Mereka adalah guru-guru Sayyid Muhammad yang senantiasa
diikuti majelis ta’limnya dan beliau senantiasa mengambil faedah
keilmuan dari guru-gurunya yang mulia tersebut (Ba‟alawi, 2009:9).
Adapun masyayikh beliau baik dalam riwayah dan ijazah atau
dalam hal qiro’ah dan ijazah dari kalangan ulama besar diluar wilayah
haramain, menurut Ba‟alawi (2009:11-12) diantaranya sebagai
berikut:
a. Al-Muhaddits Syaikh Muhammad Zakaria al-Kandahlawi, guru
besar ilmu hadits di India.
b. Al-Muhaddits Syaikh Habiburrahman al-A‟dzomi.
c. Al-Muhaddits Syaikh Muhammad Yusuf di Karachi.
d. Syaikh Muhammad Syafi‟i, Mufti Pakistan.
25
e. Syaikh Muhammad As‟ad, Mufti Syafi‟iyyah di Halb.
f. Syaikh Hasan bin Ahmad bin Abdul Bari al-Ahdal al-Yamani.
g. Al-Musnid al-Arif Billah Makki bin Muhammad bin Ja‟far al-
Kattani ad-Dimasyqi, Damasykus, Syiria.
h. Syaikh Husnain Muhammad Mahluf (w.1411 H), mantan mufti
Mesir.
i. Syaikh Amin bin Mahmud Khattab as-Subki, Mesir.
j. Syaikh Abdullah Arabi al-Misri, murid Syaikh al-Bajuri.
k. Syaikh Abul Yasar bin Abidin, mufti Syiria.
l. Syaikh Abdllah Zaid al-Maghrabi az-Zabidi.
m. As-Sayyid Muthahhar al-Ghirbani al-Yamani.
n. Syaikh Ibrahim al-Khatani al-Bukhari al-Madani.
o. Syaikh Shaleh al-Ja‟fari, Imam Jami‟ Al-Azhar.
p. Syaikh Ibrahim Abul Uyun.
q. Syaikh Yusuf Ishaq as-Sudani.
r. Syaikh Abdullah Shiddiq al-Ghimari al-Maghribi.
s. Syaikh Muhammad Thahir at-Tunisi.
t. Syaikh Fadlol bin Muhammad Ba Fadlol, Tarim.
u. Sayyid Muhammad Yahya al-Ahdal al-Yamani.
v. Syarif Muhammad Musthafa as-Syinqithi.
w. Syaikh Khalil bin Abdul Qodir al-Makki.
x. Syaikh Umar al-Yafi‟i.
y. Syaikh al-Mu‟ammar Dliya‟uddin Ahmad al-Qodiri.
26
Adapun jalur pengambilan sanad beliau dari kalangan Sa‟adah
Bani Alawi, diantaranya:
a. Al-Imam al-Habib Umar bin Sumaith.
b. Al-Imam al-Habib Hamzah bin Umar al-Aydrus.
c. Al-Imam al-Habib Ali bin Abdurrahman al-Habsyi Kwitang,
Jakarta.
d. Al-Imam al-Habib al-Allamah Ali bin Husain al-Atthos Bungur,
Jakarta.
e. Al-Habib al-Faqih Hamid bin Muhammad bin Salim asy-Syari,
Malang.
f. Al-Habib al-Allamah Syaikh bin Salim al-Atthos.
g. Al-Habib Muhammad bin Salim bin Ahmad bin Hasan al-Atthos.
h. Al-Imam al-Habib al-Arif Billah Alawi bin Abdullah bin
Syihabuddin.
i. Al-Habib al-Allamah al-Adib Abdullah bin Ahmad al-Haddar.
j. Al-Habib Abdurrahman bin Abdullah bin Alawi al-Atthos.
k. Al-Habib Shalih bin Muhsin al-Hamid, Tanggul, Jember.
l. Al-Habib Muhammad bin Salim bin Syaikh Abu Bakar, Tarim,
Hadlramaut.
m. Al-Habib Salim bin Jindan, Jakarta.
n. Al-Habib al-Allamah Ahmad Masyhur bin Thoha al-Haddad,
Jeddah.
o. Al-Habib Abdurrahman bin Abdullah al-Habsyi, Palembang.
27
Dalam hal ta’lim Sayyid Muhammad merupakan sosok pribadi
yang sangat menghormati guru-guru beliau dan sangat menjunjung
tinggi kedudukan mereka. Beliau selalu tawadlu’ dan selalu berbaik
sangka dan yakin terhadap mereka. Kemulian akhlak inilah yang
menjadi kunci keberkahan dan kemanfaatan ilmu beliau (Ba‟alawi,
2009:13).
Seringkali beliau mengingatkan murid-muridnya dengan mutiara
hikmah al-Habib Abdullah al-Haddad:
Tidaklah seseorang menjadi guru orang lain kecuali jika hatinya
sudah bersamanya (yakin) sehingga tidak melihatnya
seorangpun yang lebih utama daripada gurunya, jika demikian,
maka barulah dia dapat mengambil manfaat dari guru itu.
4. Murid-Murid Sayyid Muhammad Al-Maliki
Telah banyak penuntut ilmu yang belajar kepada beliau, baik
yang berasal dari Makkah dan Madinah maupun yang datang dari
negara lain termasuk dari Indonesia. Mayoritas santri beliau menjadi
kader dakwah Islam bagi masyarakat setempat dimana mereka tinggal.
Diantara mereka ada yang menduduki jabatan sebagai qodli, ahli
dakwah, ulama dan pengasuh pondok pesantren maupun madrasah
yang tersebar di segala penjuru dunia (Ba‟alawi, 2009:16).
Menurut Habib Abdurahman Basurrah, wakil sekjen Rabithah
Alawiyah yang lama mukim di Arab Saudi, di Indonesia di antara
murid-murid Sayyid Muhammad banyak yang menjadi ulama terkenal
dan pendiri dari berbagai pesantren.
28
Murid-muridnya itu antara lain Habib Abdulkadir al-Hadad,
pengurus Al-Hawi di Condet, Jakarta Timur, Habib Hud Baqir Alatas
pimpinan majelis taklim as-Shalafiah, Habib Saleh bin Muhammad al-
Habsyi, Habib Naqib bin Syech Abu Bakar yang memimpin majelis
taklim di Bekasi, Novel Abdullah Alkaff yang membuka pesantren di
Parangkuda, Sukabumi. Di antara ulama Betawi lainnya yang pernah
menimba ilmu di Makkah adalah KH Abdurahman Nawi, yang kini
memiliki tiga buah madrasah atau pesantren masing-masing di Tebet,
Jakarta Timur, dan dua di Depok. Masih belasan pesantren dan
madrasah di Indonesia yang pendirinya adalah alumni dari Sayyid
Muhammad. Seperti KH Ihya Ulumuddin yang memiliki pesantren di
Batu, Malang. Demikian pula Pesantren Riyadul Solihin di Ketapang
(Probolinggo), dan Pondok Pesantren Genggong, juga di Probolinggo
(Alwi Shahab. “Khazanah: Jejak Islam. http: // www. republika. co.id
/ berita /shortlink /7835. (15 Oktober 2008). Diakses, Kamis 02 April
2017.
Beliau mendidik santri-santrinya dengan penuh keikhlasan demi
Allah SWT semata. Inilah yang menjadikan ilmu para santrinya benar-
benar bermanfaat untuk diri sendiri maupun orang lain.
5. Kiprah Sayyid Muhammad Al-Maliki
Sayyid Muhammad merupakan figur ulama yang mempunyai
keluasan ilmu, dan kemuliaan akhlak yang masyhur di kalangan
ulama internasional. Kiprah beliau dalam keilmuan dan perjuangan
29
dakwah Islam sangat besar Ba‟alawi (2009:6) menyatakan sejak umur
Beliau belum mencapai usia baligh, beliau sudah mulai diperintah
ayahnya untuk mengajar setiap kitab yang telah dikhatamkannya.
Setelah ayahnya wafat Sayyid Muhammad tampil sebagai penurus
perjuangan dakwah ayahnya. Beliau diminta oleh sejumlah ulama
Makkah untuk menggantikan posisi ayahnya mengajar di Masjidil
Haram.
Disamping mengajar di Masjidil Haram beliau diangkat sebagai
dosen di Universitas King Abdul Aziz Jeddah bagian pada tahun
1390-1399 H dan di Universitas Ummul Quro‟ Makkah bagian ilmu
hadis dan ushuluddin. Cukup lama beliau menjadi dosen di dua
universitas tersebut, sampai beliau memutuskan mengundurkan diri
dan memilih mengajar di Masjidil Haram sambil membuka majelis
ta’lim di rumah beliau, Utaibiyyah. kemudian pindah ke Rushoifah
(Hai‟ah Ash-Shofwah 2016:629).
Pada tahun 1392 H /1971 M Sayyid Muhammad mengikuti
pertemuan ulama di Aljazair. Tema yang dibahas pada waktu itu
adalah tentang orientalis dan bahayanya. Beliau juga mengetuai
beberapa majelis dalam Muktamar al Imam Malik yang akan di
selenggarakan setiap tahun di Maroko. Beliau juga aktif menghadiri
Muktamar Islamiyah di luar Arab Saudi seperti Mesir, Maroko,
Aljazair, Tunisia, Malaysia, Indonesia, Singapura, Pakistan dan
negara-negara lainnya. Dalam momen MTQ tingkat internasional,
30
pada tahun 1399 H, 1400 H, dan 1401 H. Sayyid Muhammad terpilih
sebagai ketua Dewan Juri, beliau merupakan orang pertama yang
mengetuai Dewan Tahkim MTQ tingkat internasional tersebut
(Ba‟alawi, 2009:27)
Pada tanggal 5-9 Dzulqo’dah 1424 H, Sayyid Muhammad
menjadi pemateri dalam acara seminar nasional yang diadakan oleh
pemerintah Arab Saudi dengan judul “Fanatisme Berlebihan Dan
Proporsional, Pandangan Metodologi Umum” ( Ba‟alawi, 2009:27).
Dari hasil seminar itulah beliau mengeluarkan sebuah risalah yang
berjudul “al Ghuluww dairoh fil Irhab wa Ifsad al Mujtama’(Sifat
Ekstrimisme dan Pengaruhnya Terhadap Terorisme dan Kerusakan di
dalam Masyarakat)” (Ba‟alawi, 2009:28).
Kemudian pada tanggal 11 Dzul Qa‟dah 1424 H, beliau
mendapat kesempatan untuk memberikan ceramah di hadapan wakil
raja (putera mahkota). Abdullah bin Abdul Aziz yang isinya beliau
selalu menggaris-bawahi akan usaha menyatakan suara ulama dan
menjalin persatuan dan kesatuan dakwah. Sayyid Muhammad juga
telah banyak membantu pesantren dan madrasah di berbagai daerah
Asia Timur dan Asia Tenggara. Bentuk bantuan beliau mulai dari
peletakan manhaj (metodologi), pemberian bantuan dana, penataran
guru, hingga perekrutan siswa untuk belajar di Makkah dengan
beasiswa penuh dari beliau (Ba‟alawi, 2009:28).
31
6. Karya Karya Sayyid Muhammad Al-Maliki
Sayyid Muhammad merupakan tokoh ulama yang bertugas
membimbing umat melalui mimbar, majelis, halaqoh, dan lain
sebagainya. Namun disamping mempunyai kesibukan yang begitu
padat diluar, beliau tetap memiliki kepedulian dibidang tulis-menulis.
Hal ini dapat dilihat dari banyaknya karya tulis yang dihasilkan dari
pena beliau. Beliau telah menulis lebih dari seratus kitab, serta
beberapa artikel tentang berbagai topik keislaman dan sosial.
Mengenai kitab karangan beliau dalam berbagai disiplin ilmu,
Ba‟alawi (2009: 32-38) menyebutkan sebagai berikut :
a. Dalam bidang Akidah dan Ilmu Al-Qur‟an
1) Mafahim Yajibu an Tushahhah (Faham-faham yang wajib
diluruskan). Kitab ini merupakan karya beliau yang paling
monumental dan terkenal. Diberi kata sambutan oleh banyak
ulama besar di dunia dan telah diterjemahkan ke dalam pelbagai
bahasa. Berkaitan dengan kitab ini, beliau mengatakan, “Kitab
karanganku yang paling dekat denganku adalah Mafahim Yajibu
an Tushahhah.”
2) Manhajus-Salah Fi Fahmin-Nushush Baina Nazhariyyah wat-
Tathbiq (Metode Ulama Salaf dalam Memahami Teks antara
Teori dan Praktek).
3) Huwallah (Dialah Allah). Kitab ini mengulas tentang ilmu
Kalam (Tauhid).
32
4) At Tahdziru Minal Mujazafah Fit-Takfir (Waspada dari
Mengklaim Kafir secara Gegabah).
5) Al-Ghuluw Wa Atsaruhu Fil Irhab Wa Ifsadil Mujtama’
(Ekstrimisme dan Dampaknya terhadap Perilaku Terorisme dan
Merusak Masyarakat).
6) Tahqiqul Amal Fima Yanfa’ul Mayyit Minal A’mal (Amaliyah
yang Bisa Bermanfaat bagi Orang Mati).
7) Wahuwa Bil Ufuqil A’la (Dan Dia [Allah] Berada di Puncak
Yang Maha Tertinggi)
8) Zubdatul Itqan Fi Ulumil Qu’ran (Intisari Kitab Itqan tentang
Ilmu-ilmu Al Qur‟an).
9) Al Qowa’idul Asasiyah Fi Ulumil Qur’an (Kaidah-kaidah Dasar
Ilmu Al Quran)
b. Dalam bidang Ilmu Hadis
1) Anwarul Masalik Ila Riwayati Muwaththai Malik (Pelita Jalan-
jalan tentang Periwayatan Kitab Muwaththa‟ Imam Malik).
2) Tahqiq Muwaththai Malik- riwayat Imam Ibnu Qosim.
3) Al Manhalul Lathif Fi Ushulil Hadits asy Syarif (tentang
metodologi ilmu Hadits).
4) Al Qowaidul Asasiyah Fi Musthalahil Hadits (Kaidah-kaidah
Dasar Ilmu Hadits).
5) At Thali’us Sa’di Fi Mukhtasharil Asanid.
33
6) Al Iqdul Farid al Mukhtashar Minal Atsabit Wal Asanid
(tentang ilmu Hadits Musalsal dan tentang sanad).
7) Al-Uqudul Lu’luiyyah Bil Asanid Ulwiyyah (menjelaskan
tentang sanad-sanad Sayyid Alawi al Maliki, ayahanda beliau).
c. Bidang Ilmu Usul Fiqh
1) Al Qowa’idul Asasiyah Fi Ushulil Fiqh (kaidah-kaidah dasar
ilmu Usul Fiqh)
2) Syarh Manzhumat Waraqah (penjelasan nazham-nazham Kitab
Waraqat).
3) Bidang ibadah Haji dan sejarah kota Makkah
4) Al Hajju, Fadhail Wa Ahkam (menjelaskan tentang keutamaan-
keutamaan dan hukum-hukum dalam ibadah haji).
5) Fi Rihab Baitillah al Haram (Disisi Baitullah yang mulia)
6) Labbaika Allahumma Labbaik (tuntunan praktis ibadah haji).
d. Bidang Sirah Nabawiyyah
1) Muhammad SAW al Insanul Kamil (Muhammad SAW
Manusia Paripurna).
2) Adz Dzakhairul Muhammadiyyah (Pusaka Berharga Baginda
Muhammad SAW).
3) Khashaishul Ummah al Muhammadiyyah (Keistimewaan
Umat Nabi Muhammad SAW).
4) Tarikhul Hawadits Wal Ahwal An Nabawiyyah (Sejrah
Peristiwa-peristiwa dan Perilaku Kehidupan Rasulullah SAW).
34
5) Az Ziyarah an Nabawiyyah Baina asy Syar’iyyah Wal Bid’ah
(Ziarah Rasulullah, antara Tuntunan Syari‟ah dan Bid‟ah).
6) Al Madh an Nabawi Bainal Ghuluw Wal Inshaf (Memuji
Rasulullah, antara Berlebihan dan Sederhana).
7) Syifaul Fuad Bi Ziyarati Khairil Ibad (Penyejuk Hati dengan
Menziarahi Hamba Paling Istimewa).
8) Al Bayan Wat Ta’rif Fi Dzikra al Maulidun Nabawiy asy
Syarif (Seputar Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW).
9) Al Anwarul Bahiyyah Fi Israi Wa Mi’raji Khairil Bariyyah
(tentang Isra‟ Mi‟raj Rasulullah SAW).
10) Maulidul Imam al Hafizh Ad Daiba’i (mengomentari
keabsahan dalil dalam bacaan Maulid karya Imam ad Daiba‟i).
11) Al Bayan Fi Manaqib As Sayyidah Khadijah al Kubra
(biografi Sayyidah Khadijah al Kubra, isteri Rasulullah SAW).
e. Bidang Dzikir dan Amalan Rohaniah
1) Abwabul Faraj (Pintu-pintu Kelapangan, himpunan doa dan
amalan).
2) Syawariqul Anwar Min Ad’iyati Saadah al Akhyar (himpunan
doa para ulama dan imam pilihan).
3) Mukhtashar Syawariqul Anwar Min Ad’iyati Saadah al Akhyar
(ringkasan kitab diatas).
4) Al Hushunul Mani’ah (himpunan amalan dan doa perisai diri).
35
f. Bidang Ilmu Lainnya
1) Adabul Islam Fi Nizhamil Usroh (Etika Berumah Tangga
dalam Islam).
2) Shilatur Riyadhah bi ad Din (Korelasi antara Olahraga dan
Agama).
3) Al Qudwatul Hasanah Fi Manhajid Da’wah Ilallah (Teladan
Baik dalam Metode Da‟wah di Jalan Allah)
4) Al Mustasyriqun Bainal Inshaf Wal Ashabiyyah (Orientalis,
antara Sadar dan Keterlaluan).
5) Mafhumu Tathawwur Wat Tajdid Fi Syariatil Islamiyyah
(Arti Dinamisasi dan Pembaharuan dalam Syariat Islam).
6) Dzikrayat Wa Munasabat (Peringatan dan Munasabah,
menjelaskan hal-hal yang perlu diperhatikan pada bulan dan
acara tertentu sesuai dengan fakta sejarah yang terjadi, seperti
seputar Peringatan Maulid Nabi, malam Nisfu Sya‟ban,
Lailatul Qadr, Hijrah Nabi dan lain-lain.
7) Maa Laa Ainun Raat (Sesuatu yang Belum Pernah Dilihat
Mata).
8) Kasyful Ghummah (keutamaan membantu orang lain).
Kitab-kitab diatas adalah diantara karya tulis beliau yang telah
dicetak dan beredar luas. Masih banyak karangan-karangan lainnya
yang tidak disebutkan dan belum dicetak (masih berupa manuskrip
atau tulisan tangan).
36
BAB III
DESKRIPSI PEMIKIRAN SAYYID MUHAMMAD AL MALIKI DALAM
KITAB AT-TAHLIYAH WAT TARGHIB FI AL TARBIYAH WA AL
TAHDZIB
A. Pengertian Pendidikan Akhlak
1. Pengertian Pendidikan
Pendidikan berasal dari kata didik, yang berarti “memelihara
dan memberi latihan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran” (FPI-
UPI, 2007:20). Sedangkan secara istilah pendidikan dapat diartikan
sebagai “latihan mental, moral dan fisik yang menghasilkan manusia
berbudaya tinggi untuk melaksanakan tugas kewajiban dan tanggung
jawab dalam masyarakat selaku hamba Allah” (FPI-UPI, 2007:38).
Pendidikan dapat diartikan secara sempit, dan dapat diartikan
secara luas. Secara sempit pendidikan dapat diartikan sebagai
“bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap
perkembangan jasmani dan rohani anak didik menuju terbentuknya
kepribadian yang utama.” (Marimba 1989:19). Sedangkan dalam arti
luas, pendidikan adalah “segala hal yang memperluas pengetahuan
manusia tentang dirinya sendiri dan tentang dunia tempat mereka
hidup” (FPI-UPI, 2007:20).
Dalam UU RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional pasal 1 ayat 1, mengungkapkan bahwa pendidikan adalah
37
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya agar memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara
(Mulyono, 2010:48)
Ki Hajar Dewantoro, yang dikenal sebagai Bapak Pendidikan
Nasional, mengatakan bahwa pendidikan berarti segala daya upaya
demi memajukan pertumbuhan budi pekerti (kekuatan batin, karakter),
pikiran dan tubuh individu guna memajukan kesempurnaan hidup
(Winarco, 2017:77).
Dari pengertian-pengertian diatas penulis dapat menarik
kesimpulan mengenai makna pendidikan yaitu usaha sadar dan
terencana demi memajukan pertumbuhan budi pekerti (kekuatan batin,
karakter), pikiran dan tubuh individu sehingga terbentuk kepribadian
yang mulia yang berguna bagi dirinya sendiri, masyarakat, bangsa dan
negara.
2. Pengertian Akhlak
Secara bahasa kata akhlak berasal dari bahasa arab, jamak dari
kata khuluqun yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau
tabi‟at (Mustofa, 1997:19). Kata akhlak juga berasal dari kata kholaqa
atau khalqun yang mempunyai arti kejadian, serta erat hubungannya
38
dengan khaliq yang artinya menciptakan, tindakan atau perbuatan
(Saebani dan Abdul Hamid, 2012:13).
Sedangkan secara terminologis, akhlak merupakan hubungan
erat antara khaliq dengan mahluk, dan makhluk dengan mahluk
(Saebani dan Abdul Hamid, 2012:14). Sedangkan Akhlak secara
istilah, Ibn Maskawaih (w. 421H/1030) mengatakan bahwa akhlak
ialah “sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorong untuk
melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan
pertimbangan”. Selanjutnya Imam Ghozali dalam Ihya’ ‘Ulum al-Din
juga menerangkan pengertian akhlak yang lebih luas daripada Ibn
Maskawaih. Imam Ghozali menuturkan bahwa akhlak ialah sifat yang
tertanam dalam jiwa yang menimbulkan berbagai macam perbuatan
dengan jelas dan mudah tanpa memerlukan pemikiran dan
pertimbangan (Saebani dan Abdul Hamid, 2012:14).
Kemudian makna akhlak dalam pandangan Ramayulis dan
Samsul Nizar (2009:97) akhlak merupakan kebiasaan atau sikap yang
mendalam yang tumbuh di dalam jiwa, sesuatu yang dapat dipelajari
dan memiliki ciri yang istimewa yang menyebabkan perilaku manusia
sesuai dengan fitrah ilahiyah dan akal sehat.
Dari definisi di atas penulis dapat menarik kesimpulan bahwa
ahklak merupakan sifat yang tertanam dalam jiwa yang yang
menimbulkan berbagai macam perbuatan yang sesuai dengan fitrah
39
ilahiyah dan akal sehat, tanpa melalui proses pemikiran terlebih dahulu,
dan tanpa direncanakan.
Akhlak sendiri dibagi menjadi dua macam, yaitu akhlak Al-
karimah dan akhlak Al-madzmumah. Akhlak Al-karimah atau akhlak
yang mulia sangat amat banyak jumlahnya, namun dilihat dari segi
hubung namanusia dengan Tuhan dan manusia dengan manusia,
akhlak yang mulia itu dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:
a. Akhlak terhadap Allah
Pengakuan dan kesadaran bahwa tiada Tuhan selain Allah.
Dia memiliki sifat-sifat terpuji demikian Agung sifat itu, yang
jangankan manusia, malaikatpun tidak akan menjangkau
hakikatnya.
b. Akhlak terhadap diri sendiri
Akhlak yang baik terhadap diri sendiri dapat diartikan
menghargai, menghormati, menyayangi dan menjaga diri sendiri
dengan sebaik-baiknya, karena sadar bahwa dirinya itu sebagai
ciptaan dan amanah Allah yang harus dipertanggungjawabkan
dengan sebaik-baiknya. Contohnya menjaga kesehatan badan,
menghindari minuman yang diharamkan, menjaga kesucian jiwa,
hidup sederhana disertai dengan jujur, dan menghindari perbuatan
yang tercela.
40
c. Akhlak terhadap sesama manusia
Manusia adalah makhluk sosial banyak bergantung pada
orang lain, manusia perlu bekerja sama dan saling tolong menolong
dengan orang lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Islam
menganjurkan berakhlak yang baik kepada saudara, karena berjasa
dalam ikut serta mendewasakan diri sendiri, caranya dengan
memuliakannya, memberikan bantuan, pertolongan dan
menghargainya (Ardani, 2005: 49-57).
Selanjutnya akhlak Madzmumah (akhlak yang tercela)
adalah kebalikan dari akhlak yang baik sebagaimana yang sudah
dijelaskan di atas. Dalam ajaran islam berdasarkan petunjuk-
petunjuk dijumpai berbagai macam akhlak tercela diantaranya:
a. Berbohong
Bohong yaitu memberikan atau menyampaikan informasi
yang tidak sesuai dengan yang sebenarnya.
b. Takabbur (sombong)
Takabur ialah merasa atau mengaku dirinya besar, tinggi,
mulia melebihi orang lain. Pendek kata merasa dirinya lebih
hebat.
c. Dengki
Dengki merupakan rasa atau sikap tidak senang atas
kenikmatan yang diperoleh orang lain.
41
d. Bakhil (kikir)
Sifat bakhil dapat diartikan sukar bagi seseorang
mengurangi sebagian dari apa yang dimilikinya itu untuk orang
lain.
Tujuan dari pendidikan akhlak dalam Islam adalah untuk
membentuk manusia yang bermoral baik, keras kemauan, sopan dalam
berbicara dan perbuatan, mulia dalam tingkah laku perangai, bersifat
bijaksana, sempurna, sopan dan beradab, ikhlas, jujur dan suci.
Dengan kata lain pendidikan akhlak bertujuan untuk melahirkan
manusia yang memiliki keutamaan. Berdasarkan tujuan di atas,
keadaan, pelajaran, aktifitas merupakan sarana pendidikan akhlak, dan
setiap pendidik harus memelihara akhlak dan memperhatikan akhlak
di atas segalanya. (Ramayulis dan Samsul Nizar, 2004: 115)
Dari keterangan diatas penulis dapat mengambil kesimpulan
bahwa pendidikan akhlak adalah usaha sadar dan terencana dalam
membimbing dasar-dasar akhlak, perangai dan tabiat kepada anak
didik sehingga ia tumbuh menjadi seorang mukallaf yang mampu
membisakan diri dengan akhak yang baik dan menghindari akhlak
yang tercela, sehingga ia berpotensi untuk menerima setiap kemulian
dan keutamaan dihadapan Allah.
42
B. Konsep Pendidikan Akhlak Dalam Kitab At Tahliyah Wat Targhib Fi
Al Tarbiyah Wa Al Tahdzib Karya Sayyid Muhammad Al-Maliki
Salah satu karya monumental Sayyid Muhammad Al-Maliki yang
berbicara tentang akhlak adalah kitab At Tahliyah Wat Targhib Fi Al
Tarbiyah Wa Al Tahdzib kitab ini menerangkan tentang tingkatan konsep
pergaulan atau bagaimana seharusnya berperilaku atau beretika terhadap
manusia. Adapun uraiannya adalah sebagai berikut:
1. Akhlak Terhadap Individu
Manusia adalah mahluk sosial yang perlu berinteraksi terhadap
orang lain dan membutuhkan bantuan orang lain untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya seperti yang telah terkutib dalam kitab At
Tahliyah Wat Targhib Fi Al Tarbiyah Wa Al Tahdzib
ة الاحتياخ لأن يتمع بأبناء جنسو لأنو لايكنو أن ي قوم اعلم! أن الإن سان في شد
لابس وحظوظو
ساكن والم
وحده بتحصيل حاجاتو وما ي لزم لمادة حياتو من الأغذية والم
باحة وا
اتو الم فسانية ولذ (Sayyid Muhammad, tt:3) حتياجاتو العقلية الن
Artinya: Hendaklah diketahui, bahwa manusia adalah makhluk
yang memerlukan hidup bermasyarakat dengan sesamanya.
Karena, seseorang itu tidak mungkin dengan sendirinya, tanpa
bantuan orang lain dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhannya dan
hal-hal yang diperlukan untuk kelangsungan hidupnya,
kesenangan-kesenangannya dan kebutuhan-kebutuhan yang
diperlukan oleh mentalnya (An-Nadwi, 1999:11)
Penggalan baris bait diatas menunjukkan akan konsep manusia
sebagai mahluk sosial yang membutuhkan bantuan orang lain maka ia
harus bergaul dan bermasyarakat dengan sesama umat manusia
43
meskipun orang tersebut berbeda dalam adat, kebiasaan, kesopanan,
dan pangkatnya.
Berikut individu-individu yang ditemui dalam pergaulan lingkup
masyarakat, yang mana dalam pergaulan tersebut seseorang harus
menerapkan akhlak yang baik dalam pergaulanya.
a. Akhlak Terhadap Ibu
Dalam Islam kedudukan orang tua sangat agung terutama
kedudukan ibu yang harus lebih dimuliakan dan dihormati sebelum
ayah. Tersebut dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abu
Hurairah r.a Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
ىري رة رضي الله عنو قال جاء رجل إل رسول الله صلى الله عليو وسلم ف قال عن أب
ك، ك، قال ث من؟ قال أم :يا رسول الله، من أحق الناس بسن صحابت؟ قال أم
ك، قال ث من، قال أب وك قال ث من؟ قال أم
HR. Bukhari no. 5971 dan Muslim no. 2548)(
Artinya:Dari Abu Hurairah r.a, sesengguhnya dia berkata:
“Telah datang kepada Nabi saw.seorang laki-laki, lalu
bertanya: ‘Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling
berhak mendapatkan perlakuan baik dariku?‟ Beliau
menjawab: „Ibumu.’ Dia bertanya kembali, „Kemudian siapa?‟
Beliau menjawab, „Ibumu.‟ Dia bertanya lagi, „Kemudian
siapa?‟ Beliau menjawab, „Ibumu.‟ Laki-laki itu kemudian
bertanya lagi, „Kemudian siapa lagi, ya Rasulallah?‟ Beliau
menjawab, „Ayahmu.‟ (HR. Bukhari no. 5971 dan Muslim no.
2548)
Sayyid Muhammad mengatakan dalam kitab At Tahliyah Wat
Targhib Fi Al Tarbiyah Wa Al Tahdzib bagaimana jasa dan
pengorbanan seorang ibu kepada anak sehingga menurut sabda
44
Rasulullah tersebut ibu lebih berhak mendapat perlakuan baik dan
bakti seorang anak dibanding siapapun termasuk ayah. Karena
sesungguhnya seorang ibu telah merasakan dan menangung berbagai
kesengsaraan dan penderitaan yang sangat berat, sewaktu dia
mengandung selama sembilan bulan, melahirkan, menyusui,
mencucikan pakaian anaknya dan menjahitnya serta melindunginya
dari segala sesuatu yang membahayakan dan menyakiti anaknya.
Beliau melakukan semua itu dengan perasan penuh kasih dan cinta
kepada anaknya (An-Nadwi, 1999:12).
Ketika kita tahu betapa beratnya tanggung jawab orang tua kita
dalam mendidik dan membesarkan kita hingga kita tumbuh dewasa,
betapa besar kecintaan mereka kepada kita. Maka dengan apa kita
akan membalasnya? Sesungguhnya kita tidak dapat membalasnya,
yaitu kecuali dengan berakhlaq yang baik terhadap mereka. Adapun
dasar-dasar akhlak seorang anak terhadap orang tua adalah sebagai
berikut:
1) Wajib selalu berbuat baik terhadapnya dengan segenap
kemampuan yang kita miliki.
2) Selalu mencintainya dan berusaha menyenangkan hatinya.
3) Mematuhi segala nasihatnya
4) Tidak mengusik dan menyakiti hatinya
5) Tersenyum di hadapan orang tua
45
6) Bersalaman kepada ibu pada waktu pagi ketika hendak hendak
pergi dan pada waktu sore ketika pulang ke rumah
7) Mendoakan ibu agar selalu sehat dan panjang umur
8) Bersungguh-sungguh dalam belajar
9) Melakukan hal-hal yang membahagiakan keduanya, baik di dalam
rumah maupun di luar rumah
10). Menjauhi hal-hal yang dibenci oleh keduanya
Semua itu dilakukan agar untuk memperoleh ridhonya dan
mencapai puncak kebaikan. Hal ini sesuai dengan perintah Allah
dalam Al-Qur‟an surat Luqman ayat 14
و وىنا على وىن وفصالو في عامي أن اشكر ل نسان بوالديو حلتو أم نا الإ ي ووص
(Q.S Luqman:14)ولوالديك إل المصي
Artinya: Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik)
kepada kedua orang tua ibu-bapak, ibunya telah mengandung
dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan telah
menyapihnya selama dua tahun. Bersukurlah kepada-Ku dan
kepada kedua orang tua ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah
kamu kembalimu (Q.S Luqman:14) (Al-Qur‟an dan terjemah,
2005:421).
Kemudian bagaimana cara seseorang berbakti kepada ibu
apabila beliau telah meningggal dunia yaitu dengan cara:
1) Berdoa untuk orang tua yang sudah meninggal serta memohonkan
ampun kepada Allah SWT atas segala dosa-dosanya.
2) Bersedekah untuk kedua orang tua. (Umar baradja, 1987 : 19)
46
b. Akhlak Terhadap Ayah
Di dalam syariat Islam kedudukan seorang ayah sangat penting
dan mulia. Beliau merupakan pemimpin bagi istri, anak dan siapa
saja yang tinggal dirumahnya. Beliau mempunyai kewajiban
memberikan pendidikan dan nafkah yang halal bagi keluarga.
Melihat hal tersebut, maka pertumbuhan dan perkembangan
jasmani dan rohani seorang anak yang tak pernah luput dari
kesungguhan dan penjagaan ayah, yang menginginkan anaknya
menjadi pribadi yang sholih dan shalihah sukses dunia dan akhirat.
Beliaulah tulang punggung keluarga yang mencari nafkah untuk
kesejahteraan keluarga dan kebaikan hidup keluarga.
Oleh karena itu seorang anak harus memperhatikan akhlaknya
terhadap terhadap ayah, seperti yang tercantum dalam kitab At
Tahliyah Wat Targhib Fi Al Tarbiyah Wa Al Tahdzib disebutkan
bahwa: seorang anak harus tulus mencintai ayahnya, memuliakanya
dan menjalankan semua saran dan nasihat-nasihatnya, menghindari
perbuatan yang menyusahkan hatinya semua itu dilakukan agar
mendapatkan ridhanya. Hal ini sesuai dengan firman Allah surat Al-
Isra‟ ayat :23
لغن عندك الكب ر أحدها وبالوالدين إحسانا وقضى ربك ألا ت عبدوا إلا إياه ا ي ب إم
هرها وقل لما ق ولا كريا أو كلاها فلا ت قل لما أف ولا ت ن
Artinya : Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu
jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik
kepada ibu bapak. Jika salah seorang diantara keduanya-
47
duanya sampai berusia lanjut dan pemeliharaanmu, maka
jangan sekali-kali janganlah mengatakan kepada keduanya
perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya,
dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik. (Q.S
Al-Isra‟:23) (Al-Qur‟an dan terjemah, 2000:284).
c. Akhlak Terhadap Guru
Guru merupakan orang tua kedua setelah ayah dan ibu, beliau
merupakan sosok penyelamat manusia dari kebodohan menuju
kemulian dan kesempurnaan dengan menanamkan ilmu di dalam hati
dan pikiran manusia, sehingga ia dapat menghindari perbuatan yang
tercela dan melakukan perbutan yang terpuji.
Dalam Islam guru mempunyai kedudukan dan derajat yang
sangat tinggi. Maka dari itu dalam lingkup pendidikan seorang siswa
harus mempunyai akhlak yang baik dalam berinteraksi terhadapnya
dengan cara menghormatinya dan memuliakanya. Dalam kitab ini
dijelaskan bagaimana akhlak kita terhadap guru-guru kita dijelaskan
sebagai berikut:
1) Duduk dihadapanya dengan sopan, merundukkan kepala
2) Mendengarkan dan menjalankan nasihatnya
3) Bersikap ramah dan yakin kepadanya
4) Bersungguh sungguh dalam belajar
5) Mengabaikan hal-hal duniawi yang dapat mengganggu
konsentrasi belajar (An-Nadwi, 1999:16)
48
d. Akhlak Perhadap Pemimpin
Dalam suatu tatanan masyarakat harus ada seorang
pemimpinnya, hal itu karena adanya pemimpin akan sangat
berpengaruh kepada keamanan rakyat dan stabilitas negara. Jika
bangsa aman, maka rakyat akan dapat beribadah dengan tenang.
Karena kitab At Tahliyah Wat Targhib Fi Al Tarbiyah Wa Al
Tahdzib karya Sayyid Muhammmad pembahasanya mengenai
akhlak dalam bermasyarakat, dimana dalam kehidupan
bermasyarakat ini diatur oleh seorang pemimpin, maka Sayyid
Muhammad juga menerangkan dalam kitabnya bagaimana
sebaiknya akhlak seseorang terhadap pemimpin yang merupakan
penanggung jawab terhadap tegaknya agama di suatu negara,
tegaknya hukum-hukum negara dan penangung jawab keutuhan
dan kemakmuran tanah air.
Sehingga dalam memandang tugas-tugas para pemimpin
yang nyata-nyata telah memberikan yang manfaat yang besar bagi
warga negara, sudah menjadi kewajiban bagi warga negara untuk
mencintai, membantu terlaksananya program kerja mereka, dan
menaati mereka, seiring dengan ketaatan kita kepada Allah dan
Rasulnya. Sebagaimana dalam Q. S. An Nisa : 59, dijelaskan:
49
م ك ن م ر لأم ا ول وأ ول رس ل ا وا ع ي ط وأ لو ل ا وا ع ي ط أ وا ن م آ ن ي لذ ا ا ه ي أ ا ي
ون ن ؤم ت م ت ن ن ك إ ول رس ل وا لو ل ا ل إ وه رد ف ء ي ش في م ت زع ا ن ت ن إ ف
لو ل ا ر ب خ ل ا وم ي ل لا وا وي أ ت ن س ح وأ ر ي خ ك ل ذ
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan
Rasulnya, dan ulil amri diantara kamu, kemudian jika kamu
berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia
kepada Allah (Al-Qur‟an) dan Rasulnya (sunnahnya), jika
kamu benar benar beriman kepada Allah dan hari kemudian.
Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik
akibatnya (Q.S An Nisa‟:59)(Al-Qur‟an dan terjemah,
2005:87).
Para ulama ahlus sunnah wal jama’ah mengajarkan tentang
bagaimana sebaiknya akhlak seseorang terhadap para pemimpin:
1). Mendoakan pemimpin
2). Menghormati dan memuliakannya
3). Taat kepada pemimpin dalam hal perintah yang ma‟ruf
4). Menasihati dan meluruskan pemimpin dengan jalan rahasia,
tidak didepan umum
5). Membantu pekerjaannya
6). Banyak beristigfar tatkala diberi pemimpin yang tidak baik
https://konsultasisyariah.com/23790-etika-terhadap pemimpin.html,
diakses pada tanggal 08 Agustus, 2017 pukul, 13:52
e. Akhlak Terhadap Saudara dan Teman
Teman adalah seseorang yang bisa dijadikan sebagai tempat
bernaung dikala sedih, susah, bahagia dan senang. Melihat hal
50
tersebut Sayyid Muhammad mencantumkan penggalan syair
sebagai berikut:
أخاك أخاك إن من لاأخا لو * كساع ال اليجاء بغيسلاح
Artinya: janganlah engkau meninggalkan temanmu, karena
sesungguhnya orang yang tidak mempunyai teman itu
laksana orang yang pergi ke medan perang tanpa membawa senjata (An-Nadwi, 1999:17).
Oleh karena itu jangan sampai seseorang berbuat yang tidak
baik, ataupun berprasangka buruk terhadapnya. Maka untuk
menjaga hubungan dengan teman tetap baik, seseorang seharusnya
memiliki sikap atau perilaku yang baik terhadapnya. Dalam kitab
At Tahliyah Wat Targhib Fi Al Tarbiyah Wa Al Tahdzib dijelaskan
bagaimana sebaiknya akhlak kita terhadap teman:
1) Memuliakan/menghormati teman yang lebih besar dan
menyayangi teman yang lebih kecil
2) Menjaga sopan santun dalam pergaulan terhadap teman
3) Bersikap ramah terhadap teman
4) Menyenangkan teman dengan budi pekerti yang baik
5) Menjauhi sikap yang menyakitkan teman
6) Sabar dan menahan diri terhadap sikap teman yang menyakitkan
7) Memuliakan keluarga teman
8) Membimbing teman kearah yang baik dan menghindarkan dari
kejelekan
9) Mencintai teman seperti halnya mencintai diri sendiri
51
Maka dalam menjaga keharmonisan hubungan dengan teman,
seseorang seharusnya berperilaku yang baik dalam pergaulan
terhadap temanya, seperti menjaga sopan santun serta
menyayanginya, sebagaimana sabda Rasulullah saw:
ا من ل ي وق ر كبينا و ي رحم صغيناليس من
Artinya: “Tidak termasuk golongan kami orang yang tidak
memuliakan orang yang lebih tua dan tidak menyayangi orang
yang lebih muda.”(HR. Ahmad dan At-Tirmidzi)
Dari nuqilan bait diatas penulis mengambil kesimpulan
bahwa akhlak yang sebaiknya dilakukan terhadap teman agar
keutuhan persahabatan tetap terjaga, hendaknya saling
menghormati, tidak saling menyakiti, tidak saling membenci,
memaafkan segala kesalahannya demi keabadian persaudaraan dan
persahabatan, dan apabila seseorang memiliki kesalahan segeralah
meminta maaf dengan penuh kelembutan.
Hal tersebut sesuai dengan konsep ajaran Islam yang sangat
jelas untuk menciptakan kehidupan masyarakat yang harmonis,
sebagaimana hadis Rasulullah saw:
عن أب ىريرة عن رسول الله صلى الله عليو وسلم قال من كان يؤمن باالله واليوم
الاخر فليكرم جاره )رواه مسلم(
52
Artinya: Dari Abu Hurairah ra berkata: Rasulullah SAW bersabda
barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah
memuliakan tetangganya” (HR. Muslim).
Seseorang yang baik akhlaknya akan disukai teman-temanya
dalam pergaulan. Oleh karena itu, seseorang dalam bergaul kepada
teman-teman harus menggunakan akhlak yang baik agar dicintai
dan dihormati teman-temannya.
2. Akhlak Terhadap Diri Sendiri
Akhlak yang baik terhadap diri sendiri dapat diwujudkan dengan
menghargai, menghormati, menyayangi dan menjaga diri sendiri
dengan sebaik-baiknya, karena sadar bahwa dirinya itu sebagai ciptaan
dan amanah Allah yang harus dipertanggungjawabkan dengan sebaik-
baiknya, diantaranya dengan cara:
a. Menjaga Kebersihan Badan
Syariat memerintahkan kepada manusia agar membersihkan
badan, pakaian, dan tempat tinggalnya. Karena itu seseorang wajib
membersihakan badannya dengan cara seperti yang telah
ditercantum dalam kitab At Tahliyah Wat Targhib Fi Al Tarbiyah
Wa Al Tahdzib bahwa:
1) Memperhatikan lingkungan bermain dan tempat duduk,
haruslah tempat-tempat yang bersih. Sehingga tidak mudah
terserang penyakit.
53
2) Berusaha semaksimal mungkin dalam menjaga kebersihan
tubuh, wajah dan kedua tangan, dan kedua mata dari kotoran.
3) Menghindari mengusap kotoran mata dengan tangan secara
langsung, melainkan menggunakan saputangan yang bersih.
4) Dan mengusir lalat apabila menghinggapi wajah dan mata. (An-
Nadwi, 1999:43).
Dari penuturan Sayyid Muhammad diatas dapat diketahui
betapa pentingnya menjaga kebersihan badan, pakaian serta
lingkungan sekitar agar terhindar dari berbagai macam penyakit.
Saat tubuh sehat maka kita akan lebih mudah melalukan aktifitas
sehari-hari dan beribadah kepadaNya.
Merawat kebersihan badan, pakainan, serta lingkungan tidak
hanya dianggap sebagai kebiasaan yang baik dalam Islam, tetapi
juga merupakan suatu ibadah yang merupakan bagian dari iman.
seorang Muslim dituntut untuk membersihkan diri dengan
berwudhu ketika melakukan Shalat. Dalam beberapa hal tertentu,
mandi juga wajib dilakukan sebelum menunaikan shalat apabila
pasangan suami istri telah melakukan hubungan badan. Selain itu,
juga terdapat dorongan besar untuk membersihkan gigi seperti yang
ditunjukkan dalam hadits Rasulullah saw:
واك مطهرة للفم مرضاة للرب الس
Artinya: “Bersiwak itu akan membuat mulut bersih dan diridhoi
oleh Allah.” ( HR. An Nasa‟i ).
54
Contoh kecil di atas dapat menunjukkan sejauh mana Islam
sangat detail menjelaskan kepada pemeluknya mengenai kesehatan
dan kebersihan pribadi. Tidak aneh bila Islam peduli tentang
kesejahteraan manusia baik di dunia dan di akhirat. Seorang
mukmin yang kuat dan sehat lebih disukai Allah daripada yang
lemah. Hal ini sebagai sarana manusia untuk beribadah lebih baik
kepada Allah Swt.
b. Akhlak Saat Makan
Islam tidak menganggap persoalan makan dan minum hanya
sekedar persoalan dunia, tetapi juga ada kaitannya dengan ibadah.
Hal ini tergantung pada niat dan motivasi manusia itu sendiri
terhadap apa yang dilakukannya. Rasulullah SAW adalah suri
tauladan umat dalam berbagai aspek kehidupan. Dalam hal
kesehatan, ajaran-ajaran beliau sudah banyak dibuktikan oleh
penelitian-penelitian modern akan kebenaran manfaatnya yang
besar.
Salah satu ajaran beliau adalah akhlak pada waktu makan
yang membawa kesehatan dan keberkahan sepanjang zaman.
Agar kita tetap bisa menjaga akhlak dengan meneladani Rasul
dalam urusan makan dan minum sekaligus mendapatkan pahalanya,
berikut diuraikan tata cara dan budaya yang diajarkan oleh
Rasulullah SAW seperti yang tercantum dalam kitab At-Tahliyatu
55
Wa At-Targib Fi At-Tarbiyatu Wa At-Tahdib dijelaskan sebagai
berikut:
1) Mencuci kedua tangan sebelum makan
2) Membaca basmalah
3) Duduk dengan cara menduduki kaki sebelah kiri dan
mengangkat kaki sebelah kanan
4) Menggunakan tangan kanan
5) Mengatupkan kedua bibir dan tidak menoleh ke kanan dan ke
kiri.
6) Tidak duduk ditempat yang lebih tinggi dari pada tempat duduk
yang ditempati oleh orang-orang yang lebih tinggi derajatnya
7) Tidak meniup makanan
8) Tidak memakan makanan yang masih panas
9) Tidak memandangi suapan teman, tidak terlalu cepat agar
serpihan makanan tidak tercecer dan mengotori baju, tidak
berbicara ketika mulut terisi makanan(An-Nadwi, 1999:46)
Dari keterangan diatas, dapat dimengerti bagaimana tujuan
serta tata cara makan yang baik, agama telah mengatur sedemikian
rupa mengenai makanan serta tujuannya untuk kebaikan manusia.
Pendidikan akhlak yang terkandung dalam nukilan baris bait diatas
ialah: bertanggung jawab, berpegang pada dalil-dalil agama dalam
memandang suatu hal, dan mencerminkan sopan santun dan akhlak
yang baik sekalipun dalam hal makanan.
56
c. Akhlak Dalam Berpakaian
Tujuan berpakain ialah untuk menutupi aurat, serta
melindungi tubuh dari panas dan dingin serta pengaruh-pengaruh
lain yang ditimbulkan cuaca. Maka seseorang harus memperhatikan
kebersihan pakaian kita dari kotoran dan debu. Tidak perlu
memperhatikan kelebihan dan keelokan dan mahalnya harga
pakaian, karena nilai seseorang terletak pada ilmu, sopan santun,
pengetahuan, dan kebaikan akhlaknya, sama sekali bukan pakaian-
pakaiannya.
Seperti telah disebutkan diatas bahwa tujuan berpakaian
ialah untuk menutup aurat dan menjaga kesehatan badan. Sayyid
Muhammad menerangkan dalam kitabnya bagaimana sebaiknya
akhlak dalam berpakaian:
1) Hendaknya pakaian yang digunakan tidak terlalu lebar dan tidak
terlalu ketat yang dapat mengganggu kelancaran peredaran
darah.
2) Hendaknya pakaian itu juga disesuaikan dengan ukuran tubuh,
iklim, dan usia seseorang.
Dalam kitab At-Tahliyatu Wa At-Targib Fi At-Tarbiyatu Wa
At-Tahdib Sayyid Muhammad mengutip sebuah syair yang
menggambarkan betapa pentingnya memperhatikan akhlak dalam
berpakaia, sebagai berikut:
إذفا جأت ها * وعليك من شهر الث ياب لبس إن اعي ون رمتك
57
ا الطعام فخذ لن فسك ماتشا * والبس لباسا تشتهيو الناس أم
(Sayyid Muhammad, tt:45)
Artinya: Sesungguhnya banyak mata yang terbelalak
memandangmu jika kehadiranmu begitu mengejutkan
pandangan mata. Maka janganlah berpakaian yang
berlebihan, dalam hal makanan, ambillah sesuai dengan
seleramu. Sedang dalam hal pakaian, pakailah pakaian yang
sedap dipandang mata orang lain.‟ (An-Nadwi, 1999:48).
Dari baris bait diatas penulis menyimpulkan bahwa dalam
berpakaian seharusnya seseorang memakai pakaian yang sesuai
dengan ukuran badannya dan juga iklim di daerahnya. Karena
apabila tidak maka akan menimbulkan kerancuan atau keanehan
bagi diri sendiri dan orang lain. Pakaian merupakan merupakan
identitas diri, maka kita harus benar-benar memilih pakaian yang
sesuai dengan tuntunan syariat sehingga kita tidak kehilangan nilai
harga diri. Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-„Arof ayat 26
لك قد أن زلنا عليكم لباسا ي واري سوآتكم وريشا يا بن آدم قوى ذ ولباس الت
ر رون خي لك من آيات اللو لعلهم يذك ذ
Artinya: Hai anak Adam, Sesungguhnya Kami telah
menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup auratmu dan
pakaian indah untuk perhiasan. dan pakaian takwa Itulah
yang paling baik. yang demikian itu adalah sebahagian dari
tanda-tanda kekuasaan Allah, Mudah-mudahan mereka selalu
ingat.
Aurat wanita muslimah disepakati oleh ulama Syafi‟iyah
adalah seluruh badan kecuali wajah dan kedua telapak tangan.
Imam Syafi‟i rahimahullah menyatakan dalam kitab Al-Umm
58
ketika menjelaskan bagaimana memakai pakaian dalam shalat :
“Dan setiap wanita adalah aurat kecuali dua telapak tangan dan
wajahnya.” (Syafi‟i, :120). Sedangkan dalam kitab Tuhfatul Muhtaj
disebutkan : “Aurat wanita merdeka, ...adalah selain wajah dan dua
telapak tangan, dhahirnya dan bathinnya sehingga dua
persendiannya, berdasarkan firman Allah : “Dan janganlah mereka
menampakkan perhiasan mereka, kecuali yang biasa nampak dari
padanya.” (Ibnu Hajar Al-Haitami,1994:111).
Yang dimaksud dengan „kecuali yang biasa nampak padanya‟
menurut para ulama tafsir adalah wajah dan kedua telapak tangan.
Wajah dan kedua telapak tangan bukanlah aurat karena kebutuhan
yang menuntut keduanya untuk ditampakkan (Al-Mawardi,
1420:221). Dalam sebagian pendapat, memang ada kalangan
Syafi‟iyyah yang menyatakan bahwa seluruh badan wanita adalah
aurat. Sehingga mereka berpendapat wajibnya cadar.
d. Olahraga
Islam memperhatikan pendidikan jasmani atau kesehatan
badan dan perbaikan ruhani secara bersama-sama. Seorang muslim
dianjurkan mengisi waktu kosongnya dengan segala aktivitas yang
memberikan kesehatan, kekuatan dan semangat dalam bentuk
olahraga. Dan ini dimaksudkan untuk mengisi kekosongan waktu
yang banyak, sebagai langkah preventif atau pencegahan dari
segala penyakit.
59
Sayyid Muhammad dalam kitab At-Tahliyah Wat Targhib Fi
Al Tarbiyah Wa Al Tahdzib menerangkan bahwa hak-hak tubuh
yang harus dipenuhi salah satunya ialah menjaga kesehatan tubuh
dengan cara olahraga beliau menerangkan bahwa olahraga
merupakan cara utama dalam menyegarkan dan menghidupkan
badan dengan tanpa rasa sakit. Karena andai kata tidak ada
olahraga, maka manusia ini menjadi kurus, pucat dan lemah akal
pikirannya (An-Nadwi, 1999:50).
Olahraga dalam Islam sebenarnya tak hanya digunakan untuk
istilah olah tubuh untuk kebugaran, tapi juga untuk olah jiwa. Imam
Ibnu Qayyim al-Jawziyyah (1292-1350 M) dalam bukunya Zad al-
Ma'ad menekankan pentingnya berolahraga dan efeknya pada
tubuh. Bagaimana olahraga memperkuat dan membentuk imunitas
tubuh terhadap penyakit.
Zad al-Ma‟ad menyetarakan penguatan memori melalui
membaca dan berpikir dengan seni berolahraga yang melatih
pendengaran, komunikasi, observasi, dan gerak. Begitu pula
dampaknya bagi pengelolaan emosi, seperti senang, sedih, sabar,
waspada, kemampuan memaafkan, dan keberanian. Ajaran Islam
juga secara tak langsung mensyaratkan kesehatan fisik
guna menopang terlaksananya ibadah yang baik, seperti shalat dan
haji.http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam digest.
Diakses pada tanggal 08 Agustus, 2017 pukul: 15.31.
60
Berikut jenis-jenis olahraga yang menyehatkan badan dan
yang diajarkan Rasullah saw: lari cepat, gulat, memanah, berkuda,
renang. Olahraga sebaiknya dilakukan sebelum dan sesudah
makan, dan jangan melalukan olahraga setelah bekerja berat.
Dalam ajaran Islam juga diatur bagaimana sebaiknya akhlak
yang harus diperhatikan pada waktu olahraga:
1) Olahraga hanya diniatkan untuk mencari ridho Allah
2) Tidak menghabiskan waktunya hanya untuk olahraga
3) Tidak bercampur antar lawan jenis tanpa batas
4) Menutup aurat
5) Meninggalkan aturan olahraga yang bertentangan dengan Islam
6) Tetap melaksanakan kewajiban agama
3. Akhlak Dalam Pergaulan Masyarakat
Sebagaimana keterangan Sayyid Muhammad pada penjelasan
sebelumnya, yang mengatakan bahwa manusia adalah makhluk yang
tidak bisa hidup tanpa bantuan orang lain dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya. Maka dari itu ia harus bergaul dan bermasyarakat dengan
sesama umat manusia.
Tidak dapat dipungkir, hal tersebut meski terkadang berefek
negatif mana kala berlangsung tanpa kendali. tetapi disisi lain hal
tersebut bisa menjadi peluang yang mendatangkan beragam
kemaslahatan, sekaligus ladang amal untuk memperoleh pahala. Islam
telah mengatur dalam masalah muamalah tersebut, agar dalam
61
pergaulan manusia tidak melampai batas-batas koridor yang telah
ditentukan syariat. Salah satu bentuk muamalah yang diatur dalam
Islam dalam kitab At Tahliyah Wat Targhib Fi Al Tarbiyah Wa Al
Tahdzib di terangkan:
a. Akhlak Mengunjungi Teman (Silaturahim)
Di antara kelaziman hidup bermasyarakat adalah budaya
saling mengunjungi atau bertamu, yang dikenal dengan isitilah
silaturrahim oleh kebanyakan masyarakat. Silaturahim merupakan
ibadah yang sangat agung, mudah dan membawa berkah. Karena
silaturahim dapat menyempurnakan rasa cinta dan interaksi sosial
antar umat manusia. Silaturahim juga merupakan dalil dan tanda
kedermawanan serta ketinggian akhlak seseorang. Demikian banyak
dan mudahnya alat transportasi dan komunikasi, seharusnya
menambah semangat kaum muslimin bersilaturahim
Diantara akhlak-akhlak yang perlu diperhatikan pada waktu
silaturahim dalam kitab At Tahliyah Wat Targhib Fi Al Tarbiyah
Wa Al Tahdzib tertera:
خول علي إساءة الظن بو بل أن ىناك عذرا ولا يملك عدم إذنو لك في الد
(Sayyid Muhammad, tt:55) شديدا منع من ذلك
Artinya : janganlah kamu masuk rumah orang tanpa izin,
sebab dapat menimbulkan prasangka buruk, kecuali kalau memang ada udzur yang menghalangi untuk minta izin
terlebih dahulu.
62
Dari keterangan bait kitab diatas penulis mengambil
kesimpulan bahwa pada waktu silaturrohim, seseorang tidak
diperkenankan masuk dalam rumah tuan rumah tanpa seizin tuan
rumah. Karena dikhawatirkan terjadinya hal-hal yang tidak di
inginkan dan persangkaan buruk orang lain. Oleh karena itu apa
yang dikemukakan oleh pengarang kitab At-Tahliyah Wat Targhib
Fi Al Tarbiyah Wa Al Tahdzib sesuai dengan pembentukan akhlak
masyarakat saat ini.
Kemudian musonef menambahkan keterangan mengenai
akhlak-akhlak yang perlu diperhatikan dengan syair berikut :
ب ف كل شهر ر يوم ولا تزد ه عليو * لات زر من ت غي
ث لات نظر العيون إليو *فجتلاء اللال ف كل شهر
(Sayyid Muhammad, tt:46)
Artinya: Janganlah engkau mengunjungi orang yang kamu
cinta, kecuali sehari dalam satu bulan, dan janganlah engkau
melebihinya.Tampaknya hilal itu hanya sekali dalam satu
bulan, banyak pandangan memperhatikannya, tetapi setelah
sehari itu tidaklah di pandang oleh mata(An-Nadwi1999:58)
Perlu adanya perenggangan masa silaturahim sekira masa
antara dua kunjungan itu tidak terasa lama dan tidak terasa pendek.
hal tersebut dilakukan untuk menambah rasa kasih sayang dan
menghindari kebosanan. Diantara akhlak dalam silaturahim lainnya
ialah menampakkan rasa sedih dan prihatin dalam situasi
63
kesedihan, dan menampakkan raut muka senang dalam situasi
bahagia.
Banyak orang yang berbuat baik kepada saudaranya setelah
saudaranya berbuat baik kepadanya. Mengunjungi saudaranya
setelah saudaranya mengunjunginya. Dia hanya membalas
kebaikan saudaranya, sedangkan kepada saudara yang tidak
mengunjunginya, dia tidak mau berkunjung. Hal ini belum
dikatakan menyambung tali silaturahim yang sebenarnya. Yang
disebut menyambung tali silaturahim yang sebenarnya adalah
orang yang menyambung kembali terhadap yang telah orang yang
telah memutuskan hubungan kekerabatannya. Hal ini dijelaskan
dalam sabda Rasulullah saw:
ليس الواصل بالمكافئ ولكن الواصل الذي إذا قطعت رحو وصلها
Artinya: Orang yang menyambung silaturahmi itu, bukanlah
yang menyambung hubungan yang sudah terjalin, akan tetapi
orang yang menyambung silaturahmi ialah orang yang
menjalin kembali hubungan kekerabatan yang sudah terputus.
b. Akhlak Pada Waktu Menjenguk Orang Sakit
Menjenguk orang sakit merupakan kewajiban bagi setiap
muslim, terutama orang yang memiliki hubungan dengan kita,
seperti saudara yang senasab, tetangga, dan sahabat. Mengunjungi
orang sakit merupak amal shalih yang dicintai Allah.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
من عاد مريضا ل ي زل في خرفة النة حت ي رجع
64
Artinya: “Barangsiapa yang menjenguk orang yang sedang
sakit, dia senantiasa berada pada khurfah (kebun) di surga,
hingga dia kembali ke rumahnya” (Diriwayatkan Muslim,
Ahmad, dan At-Tirmidzi). https://muslimah.or.id/7227-adab-
menjenguk-orang-sakit.html. Diakses pada tanggal 08
agustus, 2017 pukul 15:58
Bagaimana akhlak kita ketika menjenguk orang atau teman,
keluarga yang sedang sakit. Berikut Sayyid Muhammad
menerangkan dalam kitab At Tahliyah Wat Targhib Fi Al Tarbiyah
Wa Al Tahdzib: 1) Saat menjenguk orang yang sakit hendaknya segera meletakkan
tanganmu di atas dahi kemudian menanyakan tentang
keadaanya.
2) Berusaha menghibur dan menasehatinya, agar tabah serta
menahan rasa sakit dan rasa tidak enak serta yang diakibatkan
pengaruh obat dengan kata-kata yang lembut dan ungkapan
yang sopan (An-Nadwi, 1999:59)
Dari keterangan di atas penulis menyimpulkan bagaimana
hendaknya akhlak seseorang saat menjenguk orang yang sakit yaitu
dengan menghibur dia menggunakan ungkapan yang menjadikan
hatinya sabar dan tabah dengan penyakit yang menimpanya, serta
hilangnya kegelisahan dan kesedihannya hatinya. Mendo‟akan
orang yang sakit dengan kesehatan dan kesembuhan. Tidak
memberatkan orang yang dijenguk dan tidak berlama-lama karena
hal ini bisa membuatnya lelah.
65
Dalam hal ini Wanita diperbolehkan menjenguk laki-laki
yang sedang sakit meskipun mereka bukan mahramnya. Akan
tetapi, dengan beberapa syarat seperti aman dari fitnah, menutup
aurat, dan tidak bercampur-baur antara laki-laki dan perempuan.
Jika syarat ini terpenuhi, maka seorang wanita dibolehkan
menjenguk laki-laki yang bukan mahramnya atau sebaliknya.
https://muslimah.or.id/7227-adab-menjenguk-orang-sakit.html.
Diakses pada tanngal 08 Agustus 2017, pukul 16:02
c. Akhlak Dalam Ta’ziyah
Salah satu kesunnahan yang selalu dikerjakan oleh Nabi
Muhammad semasa hidup adalah berta’ziah kepada ahlul mayit
(keluarga yang ditinggal mati) untuk menghibur keluarga yang
ditinggal. Dalam kitab At Tahliyah Wat Targhib Fi Al Tarbiyah Wa
Al Tahdzib dijelaskan bagaimana akhlak kita sa‟at berta’ziyah
diantaranya ialah:
1) Mengingatkan bahwa semua musibah ini atas kehendak Allah
dan kasih sayang Allah.
2) Menghibur keluarga yang ditinggal meninggal dunia dengan
cara menganjurkan kepada mereka supaya bersabar dan tabah.
3) Serta mengatakan hal-hal yang dapat menguatkan hati keluarga
yang ditinggal dengan ucapan yang menyejukkan hati.
4) Memakai pakaian yang sopan, rapi, dan sebaiknya berwarna
putih
66
5) Dirumah duka seseorang harus menunjukkan perasaan sedih,
jangan tertawa, dan jangan bercakap-cakap dengan orang lain.
6) Pada waktu berta’ziah hendaknya memberikan sumbangan
untuk meringankan beban keluarga yang terkena musibah.
Selain itu dalam berta'ziah usahakan ikut salat jenazah dan
mendoakannya agar diampuni dosa-dosanya serta ikut mengantar
jenazah ke kubur untuk dimakamkan. Hal tersebut sesuai dengan
hadis Rasulullah saw:
Artinya: Dari Abu Hurairah ra, ia berkata, Rasulullah saw
telah bersabda, Siapa yang menghadiri jenazah hingga
melayatkan jenazah itu, maka baginya pahala satu qirath, dan
siapa yang menghadiri jenazah hingga sampai dikubur, maka
baginya pahala dua qirath. Ditanyakan, Apakah dua qirath
itu? Nabi menjawab (yaitu) seperti dua buah gunung besar.
Hal tersebut dimaksudkan semata-mata agar keluarga yang
mendapat musibah dapat terhibur dan diberikan keteguhan serta
kesabaran dalam menghadapi musibah serta mendo'akan mayit
supaya di ampuni dosa-dosanya.
d. Akhlak Dalam Menghadiri Walimah
Hukum dalam mendatangi undangan pesta makan dalam
pernikahan (walimah ursy) adalah wajib, Sebagaimana hadist yang
diriwayatkan dari Nabi Saw, bahwa beliau bersabda : “jika kamu
diundang dalam pesta pernikahan maka hadirilah.” Oleh karena itu
sebaiknya undangan resepsi pernikahan disebarkan dalam waktu
yang memungkinkan orang yang diundang dapat menghadiri atau
jika tidak bisa hadir bisa mengungkapkan alasannya. Wajib
67
hukumnya menghadiri walimah tersebut selama tidak ada
kemungkaran dalam majlis tersebut.
Dalam pesta resepsi pernikahan tentunya tidak akan lepas
dengan acara makan-makan atau jamuan yang terdiri dari makanan
dan minuman. Sayyid Muhammad dalam kitab At Tahliyah Wat
Targhib Fi Al Tarbiyah Wa Al Tahdzib menjelaskan beberapa
akhlak dalam pesta makan:
1) Bila hendak menyantap hidangan pesta cucilah tangan terlebih
dahulu.
2) Ambillah posisi yang tidak terlalu jauh dan tidak terlalu dekat
dengan hidangan yang ada.
3) kemudian bacalah basmalah.
4) Jangan meniup makanan yang sudah berada di atas sendok,
menciumnya, mendekatkan ke hidung, dan dalam menikmati
makanan jangan mengeraskan suara kunyahannya (An-Nadwi,
1999:63)
Kemudian berikut akhlak-akhlak yang perlu diperhatikan
pada waktu menghadiri undangan walimah:
1) Niat ibadah dan memuliakan orang yang mengundang,
2) Masuk rumah orang yang mengundang setelah mendapat izin
darinya
3) Tidak bersikap berlebihan ketika menghadiri undangan
68
4) Tidak menolak untuk mencicipi sajian dalam undangan kecuali
ia tengah berpuasa
5) Memperhatiakan adab-adab dalam menyantap hidangan
6) Mendoakan orang yang mengundang
Akhlak selanjutnya setelah acara walimah telah selesai
segeralah minta izin (pamit) kepada tuan rumah dengan penuh
sopan dan hormat. Dan mendoakan orang yang mengundang
dengan ucapan “ya allah, ampunilah mereka, rahmatilah dan
berkahilah harta mereka”(HR. Ibnu Hibban).
69
BAB IV
ANALISIS DAN RELEVANSI KONSEP PENDIDIKAN AKHLAK
MENURUT SAYYID MUHAMMAD AL-MALIKI DALAM KITAB AT-
TAHLYAH WAT TARGHIB FI AL TARBIYAH WA AL TAHDZIB
A. Analisis Konsep Pendidikan Akhlak Menurut Sayyid Muhammad Al-
Maliki Dalam Kitab At-Tahliyah Wat Targhib Fi Al Tarbiyah Wa Al
Tahdzib
Konsep pendidikan akhlak yang dicetuskan oleh Sayyid Muhammad
Al-Maliki termaktub dalam kitab At-Tahliyah Wat Targhib Fi Al Tarbiyah
Wa Al Tahdzib, pembahasan dalam kitab ini meliputi akhlak terhadap
individu, akhlak terhadap diri sendiri, dan akhlak dalam pergaulan
masyarakat. Kitab At-Tahliyah Wat Targhib Fi Al Tarbiyah Wa Al Tahdzib
merupakan panduan setiap muslim dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
Melalui kitab ini Sayyid Muhammad Al-Maliki ingin memberi bimbingan
kepada setiap muslim agar menjadi individu yang mempunyai akhlak yang
baik secara total dalam pandangan Allah maupun pandangan manusia.
Karena dalam kitab ini mengindikasikan konsep ketakwaan, yakni
melakukan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya, serta petunjuk dalam
berinteraksi sosial yang baik dan bijak terhadap sesama. Tujuan pokoknya
agar manusia dapat memaksimalkan penghambaan dirinya kepada sang
khalik dengan mendapat ridha-Nya serta dapat membina harmonisasi sosial
70
dengan masyarakat sehingga mencapai keselamatan dan kebahagiaan dunia
akhirat.
Pendidikan akhlak dapat diartikan sebagai usaha sadar dan terencana
dalam membimbing dasar-dasar akhlak, perangai dan tabiat kepada anak
didik sehingga ia tumbuh menjadi seorang mukallaf yang mampu
membisakan diri dengan akhak yang baik dan menghindari akhlak yang
tercela, sehingga ia berpotensi untuk menerima setiap kemulian dan
keutamaan dihadapan Allah.
Dalam hal ini, kitab At-Tahliyah Wat Targhib Fi Al Tarbiyah Wa Al
Tahdzib merupakan kitab yang mengidikasikan konsep akhlak manusia
terhadap sesama makhluk Allah. Kitab ini merupakan petunjuk dalam
berinteraksi sosial yang baik dan bijak terhadap sesama makluk Allah
yang perlu dipelajari dan diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Konsep pendidikan akhlak yang terdapat dalam kitab At-Tahliyah Wat
Targhib Fi Al Tarbiyah Wa Al Tahdzib adalah sebagi berikut:
1. Akhlak terhadap individu meliputi: akhlak terhadap ibu, akhlak
terhadap ayah, akhlak terhadap guru, akhlak terhadap pemimpin, akhlak
terhadap saudara dan teman.
2. Akhlak terhadap diri sendiri meliputi: menjaga kebersihan badan,
akhlak saat makan, akhlak dalam berpakaian, olahraga.
3. Akhlak dalam pergaulan masyarakat meliputi: akhlak mengunjungi
teman silaturahim, akhlak pada waktu menjenguk orang sakit, akhlak
dalam ta’ziyah, akhlak dalam menghadiri walimah.
71
Dari sudut pandang penulis, tampak jelas bahwa konsep pendidikan
akhlak yang terkandung dalam kitab At-Tahliyah Wat Targhib Fi Al
Tarbiyah Wa Al Tahdzib karya Sayyid Muhammad ini membahas
hubungan secara horizontal (habl min al-nas) yang mencangkup akhlak
terhadap individu, diri sendiri, dan akhlak dalam konteks kemasyarakatan.
Berikut akan dipaparkan penjelasannya:
1. Konsep akhlak terhadap individu yang terurai dalam penjelasan Sayyid
Muhammad Al-Maliki meliputi: akhlak terhadap ibu, akhlak terhadap
ayah, akhlak terhadap guru, akhlak terhadap penguasa, dan akhlak
terhadap saudara dan teman. Hal ini dapat tercermin dengan sikap
penuh kasih sayang dan cinta serta berbakti kepada kedua orang tua,
menghormati serta mematuhi segala perintah guru-guru, mencintai dan
menaati penguasa, serta saling menghargai dan mencintai teman.
Konsep pendidikan akhlak dalam kitab At-Tahliyah Wat Targhib
Fi Al Tarbiyah Wa Al Tahdzib yakni mencintai keduanya, menjalankan
semua nasehat, serta berbuat baik terhadap ibu dan ayah. Seorang anak
wajib berakhlak yang baik terhadap kedua orang tuanya. Posisi kedua
orang tua sangat vital, karena keduanya yang telah merawat serta
membina mental serta fisik seorang anak. Oleh karenanya, seorang anak
wajib patuh terhadap perintah orang tua, selama perintah tersebut tidak
melanggar syariat yang telah ditetapkan agama (Al-Qur‟an dan Al-
Hadits). Sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-Isra‟ ayat 23:
72
لغن عندك الكب ر أحدها وقضى ربك ألا ت عبدوا إلا إياه وبالوالدين إحسانا ا ي ب إم
هرها وقل لما ق ولا كريا أو كلاها فلا ت قل لما أف ولا ت ن
Artinya: Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan
menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada
ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara
keduanya atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam
pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan
kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak
mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia
(QS. Al-Isra‟ ayat:23) (Al-Qur‟an dan terjemah, 2000:284).
Konsep akhlak selanjutnya yang terkandung dalam kitab At-
Tahliyah Wat Targhib Fi Al Tarbiyah Wa Al Tahdzib ialah memuliakan
guru dan menghormatinya, hal ini sesuai dengan pernyataan imam
Nawawi rahimahullah dalam kitabnya Al-Majmu’ bahwa Hendaklah
seorang murid memperhatikan gurunya dengan pandangan
penghormatan. Dan hendaklah ia meyakini keahlian gurunya
dibandingkan yang lain. Karena hal itu akan menghantarkan seorang
murid untuk banyak mengambil manfaat darinya, dan lebih bisa
membekas dalam hati terhadap apa yang ia dengar dari gurunya tersebut
(Al-Nawawi,tt84).
Tujuan menghormati dan memuliakan guru adalah untuk
mengagungkan ilmu beliau dan untuk mendapatkan ridlo beliau. Dalam
buku karangan Sayyid Ahmad al-Hasyimi yang berjudul Muhtarul
Ahadits al-Nabawiyyah disebutkan bahwa:
Sesungguhnya guru dan dokter tidak akan tulus jika mereka tidak
dimuliakan, maka sabarlah dengan penyakitmu jika kamu
73
meninggalkan dokternya dan terimalah kebodohanmu jika kamu
tinggalkan guru (Al-Hasyimi, tt:71).
Syeikh Ahmad al-Maihiy al-Syaibani dalam kitab Hasyiah
Syaibani menyebutkan bahwa beliau lebih mendahulukan gurunya atas
beliau sendiri dan orang tua beliau, walaupun beliau memperoleh
keutamaan dan kemuliaan dari orang tuanya, sebab guru mendidik
jiwaku (ruh) dan ayah mendidik raga sedangkan ruh bagaikan mutiara
dan jisim bagaikan wadahnya (Al-Syaibani, tt:2). Kemudian sayyidina
Ali bin Abi Thalib berkata dalam sya‟irnya bahwasanya beliau
menyakini bahwa hak yang paling penting adalah hak seorang guru dan
merupakan hak yang paling wajib dipenuhi bagi semua umat dan
sungguh sangat layak jika seorang guru diberi seribu dirham sebagai
penghormatan untuk satu huruf yang beliau ajarkan (Sunarto, 2012:71)
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa menyakini
kemuliaan dan keluhuran sang guru serta menghormati guru merupakan
suatu kewajiban bagi pelajar, karena dalam hal ini menyebabkan
ridlanya guru dan salah satu cara dalam mengagungkan pemilik ilmu.
Konsep akhlak selanjutnya yang terkandung dalam kitab At-
Tahliyah Wat Targhib Fi Al Tarbiyah Wa Al Tahdzib ialah mencintai,
mentaati dan membantu terlaksananya program kerja pemimpin. Ta‟at
kepada pemimpin adalah suatu kewajiban seorang muslim sebagaimana
disebutkan dalam berfirman Allah SWT:
يا أي ها الذين آمنوا أطيعوا اللو وأطيعوا الرسول وأول الأمر منكم
74
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, ta‟atilah Allah dan
ta‟atilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu.” (QS. An Nisa‟: 59)
Dalam ayat ini Allah menjadikan ketaatan kepada pemimpin pada
urutan ketiga setelah ketaatan pada Allah dan Rasul-Nya. Namun untuk
pemimpin di sini tidaklah datang dengan lafazh „ta‟atilah‟ karena
ketaatan kepada pemimpin merupakan ikutan (taabi‟) dari ketaatan
kepada Allah dan Rasul-Nya shallallahu „alaihi wa sallam. Oleh karena
itu, apabila seorang pemimpin memerintahkan untuk berbuat maksiat
kepada Allah, maka tidak ada lagi kewajiban dengar dan ta‟at.
https://rumaysho.wordpress.com/2009/01/31/harus-tetap-taat-pada-
pemimpin, diakses pada tanggal 11 Agustus 2017, pukul 11:06.
Warga masyarakat harus memperhatikan kewajiban mendengar
dan taat kepada penguasa. Karena bila warga masyarakat tidak mentaati
mereka, maka akan terjadi kekacauan, pertumpahan darah dan terjadi
korban pada kaum muslimin. Perlu diperhatikan bahwa darah kaum
muslimin itu lebih mulia daripada hancurnya dunia ini. Rasulullah
shallallahu „alaihi wa sallam bersabda
ن يا أىون على اللو من ق تل رجل مسلم لزوال الد
Artinya: “Hancurnya dunia ini lebih ringan (dosanya) daripada
terbunuhnya seorang muslim.” (HR. Tirmidzi)
Begitu pula dalam firman Allah Ta‟ala disebutkan bahwa:
75
ا ق تل يع من ق تل ن فسا بغي ن فس أو فساد في الأرض فكأن االناس ج
Artinya: Barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan
karena orang itu (membunuh) orang lain , atau bukan karena
membuat kerusakan dimuka bumi, maka seakan-akan dia telah
membunuh manusia seluruhnya (QS. Al Ma‟idah: 32)
Sekarang banyak orang-orang yang memberontak kepada
penguasa. Mereka hanya mengajak kepada pertumpahan darah dan
banyak di antara kaum muslimin yang tidak bersalah menjadi
korban.hal tersebut terjadi karena tidak adanya ketaatan terhadap para
pemimpin. Maka dari itu yang wajib dan terbaik adalah mendengar dan
mentaati pemimpin. Namun bukan berarti tidak ada amar ma‟ruf nahi
mungkar. Hal itu tetap ada tetapi harus dilakukan menurut kaedah yang
telah ditetapkan oleh syari‟at yang mulia ini.
2. Konsep akhlak terhadap diri sendiri
Penjelasan Sayyid Muhammad mengenai akhlak terhadap diri
sendiri untuk menjaga kesehatan tubuh sebaik-baiknya, karena sadar
bahwa dirinya itu sebagai ciptaan dan amanah Allah yang harus
dipertanggungjawabkan dengan sebaik-baiknya, dengan cara menjaga
kebersihan badan, makan, berpakaian dan olahraga untuk menjaga
kesehatan badan.
Allah menciptakan manusia sebagai makhluk terbaikNya, Dia
memberi karunia akal kepada manusia untuk berpikir dan menjadikan
76
manusia sebagai khalifahNya di muka bumi ini. Allah memerintahkan
manusia untuk menjaga tubuhnya dari kerusakan, untuk melaksanakan
amanat yang diperintah olehNya di kehidupan ini. Karenanya Allah
mengharamkan membunuh jiwa yang tidak bersalah dan melarang
menyakiti badan.
Ajaran Islam menyerukan kepada umatnya untuk menjaga
kesehatan tubuh dari wabah penyakit, baik penyakit tubuh maupun
penyakit jiwa, sehingga syariat memerintahkan kepada ummatnya untuk
membudayakan pola hidup sehat jasmani dan rohani, kuat lahir dan
batin. Islam mengharuskan ummatnya untuk memenuhi hak-hak tubuh
dan menjaga kebugarannya, memenuhi hak-hak ruh dan menjaga
spritualitas, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa
Sallam “Sesungguhnya Tubuhmu Punya Hak atas Dirimu”
http://wahdah.or.id/sesungguhnya-tubuhmu-punya-hak-atas-dirimu/.
Diakses pada tanggal 11 Agustus 2017, pukul 13:11. hadis tersebut
mengandung arti untuk memenuhi hak tubuhmu dengan makanan dan
minuman yang bergizi, mengatur pola makan yang sehat dan terartur,
olah raga serta menjauhi makanan dan minuman yang merusak tubuh.
Memenuhi hak tubuhmu dengan pola kerja yang terencana dan
seimbang. Jangan paksakan tubuh untuk bekerja keras yang
menyebabkan diri seseorang jatuh sakit.
77
Selain itu penuhi hak tubuh dengan tidak berlebih-lebihan dalam
bersenang-senang, yang menyebabkan diri seseorang letih. Karena
seorang muslim harus menyadari bahwa kekayaan dan kenikmatan
dunia tidak abadi, ambillah kekayaan dan kenikmatan dunia sesuai
„porsi‟ (kebutuhan) jasadmu dan jangan berlebih-lebihan.
Oleh karenanya, setiap orang harus bisa menjaga dirinya, baik
menjaga anggota lahir maupun anggota batin, agar selalu sehat dan
selalu berusaha digunakan pada hal-hal yang positif. Sebagaimana yang
telah termaktub dalam al-Qur‟an dan al-Sunnah yang menjadi kiblat
dalam menjalani kehidupan. Hal itu bertujuan agar dapat dekat dengan
Allah dan memberi manfaat bagi dirinya dan orang lain. Dengan
demikian, tujuan dari pendidikan akhlak dapat terealisasi dengan baik
3. Konsep akhlak dalam pergaulan masyarakat
Konsep akhlak dalam pergaulan masyarakat dalam kitab At-
Tahliyah Wat Targhib Fi Al Tarbiyah Wa Al Tahdzib membahas
mengenai akhlak dalam mengunjungi teman (silaturahim), akhlak
pada waktu menjenguk orang sakit, akhlak dalam ta’ziyah, dan akhlak
dalam menghadiri walimah. Hal itu semata-mata untuk mewujudkan
ukhuwah Islamiyah seperti yang ditegaskan oleh Allah SWT dalam
firmannya:
78
وة خ إ ون ن ؤم م ل ا ا ن م إ ك وي خ أ ي ب وا ح ل ص أ م ف لك ع ل لو ل ا وا ق ت وا
رحون ت
Artinya:“Sesungguhnya orang-orang mukmin itu adalah
bersaudara, oleh karena itu damaikanlah (perbaikilah hubungan)
antar dua saudaramu dan bertaqwalah kepada Allah supaya
kamu mendapat rahmat.” (QS. Al-Hujurat:10)
Ukhuwah Islamiyah dapat tegak diperlukan empat tiang
penyangga, yaitu ta’aruf, tafahum, dan ta’awun. Ta’aruf disini
mempunyai arti saling kenal mengenal. Tidak hanya ta’aruf fisik
atau identitas belaka, tapi lebih jauh lagi juga ta’aruf latar belakang,
pendidikan, budaya, keagamaan, ta’aruf pemikiran, ide, cita-cita dan
ta’aruf problem kehidupan yang dihadapi.
http://www.gudangmateri.com/2010/12/akhlak-dalam-bermasyarakat-
menurut.html. diakses pada tanggal 11, Agustus 2017, pukul 14:35.
Seperti yang tercantum dalam kitab At-Tahliyah Wat Targhib Fi Al
Tarbiyah Wa Al Tahdzib bahwa seseorang harus bisa menyesuaikan
diri dan berakhlak yang baik terhadap orang yang mempunyai latar
belakang yang berbeda-beda adat kebiasaanya.
Tafahum yaitu saling memahami kelebihan dan kekurangan
masing-masing, sehingga dari sikap tafahum inilah segala macam
bentuk kesalahfahaman dalam pergaulan masyarakat dapat dihindari.
Tiang penyangga selanjutnya yaitu ta’awun dalam artian saling tolong
menolong dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia. Tidak dapat
79
dipungkiri bahwa manusia dalam meenuhi kebutuhan hidupnya pasti
membutuhkan pihak lain, dan tidak dapat memenuhi kebutuhannya
sendirian, meski seseorang itu memiliki kemampuan dan pengetahuan
tentang hal itu. Mengenai hal ini Allah Ta‟ala telah berfirman:
وى ق ت ل وا ب ل ا ى ل ع وا ن و ا ع ت ن و وا د ع ل وا ث لإ ا ى ل ع وا ن و ا ع ت ولا لو ل ا وا ق ت ب وا ا ق ع ل ا د ي د ش لو ل ا ن إ
Artinya: “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan)
kebajikan dan taqwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa
dan pelanggaran” (QS. Al-Maidah: 2)
Dengan melihat uraian diatas, menurut penulis konsep pendidikan
akhlak yang terdapat dalam kitab At-Tahliyah Wat Targhib Fi Al Tarbiyah
Wa Al Tahdzib berorentasi pada pembinaan akhlak terhadap diri sendiri
dan masyarakat (habl min al-nas). Konsep pendidikan akhlak yang
diajarkan didalamnya mempunyai tujuan agar setiap individu mempunyai
sikap dan perilaku yang baik yang termanisfasikan secara lahir dan batin.
Terutama yang berhubungan dengan diri sendiri dan masyarakat (habl min
al-nas). Hal ini secara keseluruhan sangat sesuai dengan tujuan pendidikan
akhlak yang terdapat dalam teori pendidikan, yakni secara umum
membentuk kepribadian muslim yang berakhlak mulia, baik secara lahir
maupun batin.
Akan tetapi alangkah lebih baiknya,
jika dalam pembahasan kitab tersebut juga memuat mengenai tuntunan
80
akhlak seseorang hamba terhadap Allah Swt (habl min Allah). Sehingga
hal ini akan lebih menunjang tercapainya tujuan pendidikan yang
diidambakan yaitu membentuk kepribadian muslim yang berakhlak mulia,
baik secara lahir maupun batin.
B. Relevansi Konsep Pendidikan Akhlak Menurut Sayyid Muhammad
Dalam Kitab At-Tahliyah Wat Targhib Fi Al Tarbiyah Wa Al Tahdzib
Dalam konteks pendidikan secara umum, ternyata kemampuan
intelektual bukanlah segala-galanya. Ada sebuah kemampuan lain yang
layak diperhitungkan, yaitu kemampuan emosional. Karena disadari
bahwa eksistensi seseorang, bukan hanya dilihat melalui kemampuan
kognitif yang dicapainya, namun lebih dari itu memerlukan sisi emosional
yang perlu dikelola dengan baik. Dan posisi pendidikan karakter berada di
dalam aspek tersebut.
Berlatar belakang dari maraknya kasus-kasus kriminal, tindakan
asusila, dan korupsi yang terjadi saat ini, n anak dan lain sebagainya.
Kemerosotan akhlak, moral dan etika yang terjadi dinegara ini menjadikan
pendidik harus memiliki acuan-acuan dalam pengajaran. Mengenai isi
Kitab At Tahliyah Wat Targhib Fi Al Tarbiyah Wa Al Tahdzib ini
menjelaskan tentang konsep pendidikan akhlak yang bisa dijadikan
rujukan dalam proses pengajaran akhlak karena materi yang ditawarkan
cocok dengan keadaan pendidikan akhlak saat ini. Seperti akhlak terhadap
orang yang memiliki status sosial lebih tinggi dari kita. Di Negara
Indonesia juga demikian, terhadap orang yang lebih tua seseorang harus
81
menjaga sopan santun, tata krama, menghormati, dan menjaga perkataan
atau akhlak dalam berbicara.
Begitu pula akhlak terhadap teman atau orang yang status sosialnya
lebih rendah, seseorang harus bisa menjaga amarah, murah hati,
menyimpan rahasia, jujur, menghargai pendapatnya, menyayangi, dan
memiliki sikap yang santun. Selain itu akhlak saat makan, akhlak
berkunjung, akhlak terhadap lingkungan, dan juga akhlak ketika pesta
makan juga sama dengan kebudayaan di Negara kita. Sehingga antara
pendidikan akhlak yang dikemukakan oleh beliau Sayyid Muhammad
dalam kitabnya At-Tahliyah Wat Targhib Fi Al Tarbiyah Wa Al Tahdzib
ini relevan atau sama porsinya dengan pendidikan akhlak yang diajarkan
di Negara Indonesia.
82
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan penelitian, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Bagaimana konsep pendidikan akhlak menurut Sayyid Muhammad Al-
Maliki dalam kitab At-Tahliyah Wat Targhib Fi Al Tarbiyah Wa Al
Tahdzib
Konsep pendidikan akhlak yang ditulis oleh Sayyid Muhammad
Al-Maliki merupakan sebuah konsep pendidikan akhlak terhadap diri
sendiri dan masyarakat. Dalam pembahasanya menjelaskan tentang
bagaimana konsep akhlak terhadap individu yang mencakup akhlak
terhadap ibu, ayah, penguasa, guru, dan teman. akhlak terhadap diri
sendiri untuk menjaga kesehatan badan, dapat dicapai dengan menjaga
kebersihan, menjaga pola makan, dan olah raga, serta memabahas
mengenai akhlak dalam berpakaian. serta bagaimana akhlak terhadap
masyarakat dalam pembahasannya mencakup akhlak dalam
silaturahim, mengunjungi orang sakit, ta’ziah, Dan menghadiri
walimah. Yang mana konsep pendidikan Akhlak dalam kitab At-
Tahliyah tersebut sangat berperan penting dalam membangun
83
kepribadian untuk menjadi individu yang baik dan peradaban
masyarakat yang luhur.
2. Bagaimana relevansi pemikiran Sayyid Muhammad dalam kitab At-
Tahliyah Wat Targhib Fi Al Tarbiyah Wa Al Tahdzib dengan konteks
pendidikan akhlak di indonesia
Adapun relevansi konsep pendidikan akhlak menurut Sayyid
Muhammad dalam kitab At-Tahliyah Wat Targhib Fi Al Tarbiyah Wa
Al Tahdzib dengan pendidikan saat ini berujung pada kesimpulan
bahwa konsep yang diusung Sayyid Muhammad sangat relevan dengan
konteks pendidikan akhlak di indonesia. Mengenai isi Kitab At-
Tahliyah Wat Targhib Fi Al Tarbiyah Wa Al Tahdzib ini menjelaskan
tentang konsep akhlak terhadap diri sendiri dan masyarakat yang bisa
dijadikan rujukan dalam proses pengajaran akhlak karena materi yang
ditawarkan sangat sesuai dengan keadaan pendidikan akhlak di
Indonesia.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang diuaraikan di atas, perlu kiranya
penulis memberikan saran-saran sebagai berikut :
1. Bagi para pendidik baik orang tua maupun guru sebuah lembaga formal,
hendaknya memeperhatikan anak didiknya dengan jelas dan lengkap
dalam memberikan arahan tentang mendidik anak. Sehingga akan
membentuk anak-anak bangsa yang beriman, berakhlak mulia dan
cerdas. Pemikiran Sayyid Muhammad dalam kitab At-Tahliyah Wat
84
Targhib Fi Al Tarbiyah Wa Al Tahdzib tentang konsep pendidikan
akhlak dan juga estetika ini bisa dijadikan bahan acuan dalam
pendidikan akhlak guna menyusun garis-garis besar program
pengajaran, sehingga dapat tercipta peserta didik yang berbudi mulia
dan santun serta tidak tertinggal dalam prestasi yang unggul.
2. Untuk peneliti lanjutan, hendaknya konsep pendidikan akhlak dari
Sayyid Muhammad dalam kitab At-Tahliyah Wat Targhib Fi Al
Tarbiyah Wa Al Tahdzib ini bisa dijadikan acuan di era sekarang
mengenai pendidikan akhlak yang baik dengan konsep pendidikan
akhlak ataupun konsep pendidikan islam yang ada didalam kitabnya,
dan juga penelitian ini bisa dijadikan sebagai bahan acuan.
85
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku
Al-Maihi, Ahmad al-Syaibani. Tt. Hasyiah al-Syaibani Ala Syarhis Sittin,
Sangkapura: Maktabah Usaha Keluarga
Amrizal. 2017. Eksistensi Tradisi Kitab Kuning Dalam Lingkup Perubahan Sosial
(studi Kasus Di Pesantren Darun Nadhah, Darel Hikmah, dan
Babussalam). Kasim: Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau
Al Qur‟anul Karim. T.th. Surakarta: CV. Al Waah
Azwar, Saifuddin,1998. Metode Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Bakker, Anton dan Ahmad Charris Zubair. 1990. Metodologi Penelitian
Filsafat.Yogyakarta: Kanisius.
Banyumiy, Al-Siba‟I. tt. et.al. al-Adab waal Nusus. kairo:Dar al- Nahdah.
Bin, Muhsin Ali Hamid Ba‟alawi. 2009. Mutiara Ahlu Bait Dari tanah Haram,
Malang: Madinatul Ilmi Berkerjasama dengan Ar-roudho.
Damanhuri, 2014 Akhlak Perspektif Tasawuf Syeikh Abdurrauf As-Singkili,
Jakarta:Lectura Press.
Daulay, Haidar Putra. 2007. Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional
di Indonesia Cetakan Ke-2. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Dauliy, Haidar putra dan Nurgaya Pasa, 2012 Pendidikan Islam Dalam
Mencerdaskan Bangsa, Jakarta: PT Asdi Mahasatya.
Endraswara, Suwadi. 2013. Pendidikan Karakter Dalam Folker. Yogya karta:
Pustaka Rumah Suluh.
Mahfud, Choirul, 2006 Pendidikan multicultural, Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Mauladdawilah, Abdul Qodir Umar. 2013. 17 habaib Berpengaruh di Indonesia,
Malang: Pustaka Bayan dan Pustaka Basma.
Muhammad, Sayyed. Ter. Fadli Sa‟id An-Nadwi. 1999. Bimbingan menuju
Akhlak Mulia (Terjemah At-Tahliyah). Surabaya:Toko Kitab Al-Hidayah.
Muhammad, Sayyid. tt. At-Tahliyah
86
Musa, Ali Masykur. 2014. Membumikan Islam Nusantara: Respons Islam
terhadap Isu-isu Aktual Cetakan Ke-1. Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta
Anggota IKAPI.
Mulyono. 2010. konsep pembiayaan sekolah. Jogjakarta: Ar-ruzz Media.
Mustofa. 1997. Akhlak tasawuf, Bandung: Pustaka Setia.
Najih, Muh Najih Maimoen. 2012. Karakter Pendidikan Abuya As-Sayyid
Muhammad Alawi Al-Maliki, Rembang: Toko Kitab Al-Anwar1 Ribath
Darusshohihain PP. Al-Anwar Karangmangu Sarang.
Nasir, Muhammad,1985 Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia.
Nizar, Samsul. 2002. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat Pers.
Noeng, Muhadjir, 1991Metode Penelitian Kualitatif Yogyakarta: Rake Sarasin.
Saebani, Ahmad dan Abdul Hamid. 2012. Ilmu Akhlak Cetakan Ke-2. Bandung:
CV PUSTAKA SETIA.
Sayyid, Ahmad al-Hasyimi. Tt. Muhtarul Ahadits al-Nabawiyyah. Surabaya:
Maktabah Nurul Huda.
Soejono dan Abdurrahman, 2005METODE PENELITIAN Suatu Pemikiran dan
Penerapan. Jakarta:PT. Rineka Cipta.
Soemargono,Soejono, Pengantar Filsafat ,1992 Yogyakarta: Tiara Wacana
Yogya.
Sunarto,Ahmad. 2012. Etika Menuntut Ilmu terjemah Ta’limul Muta’allim.
Surabaya: al-Miftah.
Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP UPI. 2007. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan
(Bagian Ke-3 Pendidikan Disiplin Ilmu) Cetakan Ke-2. PT IMTIMA
(Imperial Bhakti Utama).
Wallace, Alfred Russel. Terj. Ahmad Asnawi, dkk. 2015. Sejarah Nusantara
(Terjemah The Malay Archipelago) Cetakan Ke-1. Yogyakarta: Penerbit
Indoliterasi.
Warsito,Hermawan, 1993, Pengantar Metodologi Penelitian,Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.
87
Winarco, Andri. 2017. Konsep Pendidikan Akhlak Perspektif K.H Muhammad
Sholeh Darat, Skripsi Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut
Agama Islam Negeri Salatiga Tahun 2017.
Sumber Online:
https://achmadsuhaidi.wordpress.com/2014/02/26/pengertian-sumber-data-jenis-
jenis-data-dan-metode-pengumpulan-data/, diakses pada 3 Januari 2017.
Jam 02.38 WIB.
http://docplayer.info/39657027-Bab-iii-hasil-penelitian.html (diakses pada hari
rabu, 19 juli 2017. Pukul 13.56).
https://konsultasisyariah.com/23790-etika-terhadap pemimpin.html, diakses pada
tanggal 08 Agustus, 2017 pukul, 13:52
http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam digest. Diakses pada tanggal
08 Agustus, 2017 pukul: 15.31
https://muslimah.or.id/7227-adab-menjenguk-orang-sakit.html. Diakses pada
tanngal 08 Agustus 2017, pukul 16:02
http://www.madinatulilmi.com/profil/1-biografi-al-039-allamah-al-muhaddits-as-
sayyid-muhammad-bin-alawi-al-maliki-al-hasani.html.
https://rumaysho.wordpress.com/2009/01/31/harus-tetap-taat-pada-pemimpin,
diakses pada tanggal 11 Agustus 2017, pukul 11:06.
http://www.gudangmateri.com/2010/12/akhlak-dalam-bermasyarakat-
menurut.html. diakses pada tanggal 11, Agustus 2017, pukul 14:35.
88
BIOGRAFI PENULIS
Nama : Lailatul Sidqoh
Nim : 11113024
Tempat, tanggal Lahir : Kab, Semarang 05 Agustus 1995
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jagir Rt 54/Rw 8 Kedungringin, Suruh, Kab
Semarang
Pendidikan : 1. MI Mifatahul Ulum Cukilan Lulus tahun 2007
2. MTs Darul Ulum Suruh Lulus tahun 2010
3. MAN Suruh Lulus tahun 2013
Demikian Daftar Riwayat hidup ini penulis buat dengan sebenar-benarnya
untuk digunakan sebagaimana mestinya.
Salatiga, 15 Agustus 2017
Penulis,
Lailatul Sidqoh
NIM. 11113175
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98