KONTRIBUSI POWER OTOT TUNGKAI DAN KELINCAHAN …digilib.unila.ac.id/30928/16/3. SKRIPSI FULL TANPA...
Transcript of KONTRIBUSI POWER OTOT TUNGKAI DAN KELINCAHAN …digilib.unila.ac.id/30928/16/3. SKRIPSI FULL TANPA...
KONTRIBUSI POWER OTOT TUNGKAI DAN KELINCAHANTERHADAP KEMAMPUAN TENDANGAN SABIT PADA
ATLET PENCAK SILAT SATRIA SEJATIBANDAR LAMPUNG
TAHUN 2017
(Skripsi)
OLEH
ANISA DAMAYANTI1413051010
JURUSAN ILMU PENDIDIKANFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNGBANDAR LAMPUNG
2018
ii
ABSTRAK
KONTRIBUSI POWER OTOT TUNGKAI DAN KELINCAHANTERHADAP KEMAMPUAN TENDANGAN SABIT PADA ATLET
PENCAK SILAT SATRIA SEJATI BANDAR LAMPUNGT TAHUN 2017
Oleh
ANISA DAMAYANTI
Masalah dalam penelitian ini adalah masih banyaknya atlet pencak silat yang
memiliki pengetahuan tentang teknik tendangan sabit yang kurang baik, sehingga
tendangan sabit yang ditujukan kepada lawan mudah ditangkap atau dipatahkan
oleh lawan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui besarnya kontribusi power
otot tungkai dan kelincahan terhadap kemampuan tendangan sabit pada atlet
pencak silat Satria Sejati Bandar Lampung tahun 2017. Metode yang digunakan
dalam pelaksanaan penelitian ini adalah deskriptif korelasional. Data
dikumpulkan dengan menggunakan teknik tes pada sampel. Tes power otot
tungkai dengan Standing Broad Jump, tes kelincahandengan Illionis Agilty Run
dan tendangan sabit dengan menendang sansak secepatnya selama 10 detik.
Sampel yang digunakan sebanyak 16 atlet. Pengambilan sampel menggunakan
teknik total sampling. Data dikumpulkan dengan teknik tes dan pengukuran serta
teknik analisis data menggunakan korelasi product moment. Dari hasil penelitian
ini di dapat bahwa power otot tungkai dan kelincahan memiliki hubungan yang
iii
signifikan dengan kemampuan tendangan sabit. Hasil penelitian menunjukan
korelasi power otot tungkai terhadap kemampuan tendangan sabit sebesar 41,73%
kemudian koefisien korelasi kelincahan terhadap kemampuan tendangan sabit
sebesar 57,0%. Dari kedua variabel tersebut dapat disimpulkan bahwa kontribusi
terbesar terhadap kemampuan tendangan sabit pada atlet pencak silat adalah
kelincahan yaitu sebesar 57,0%.
Kata Kunci :Kelincahan, Power Otot Tungkai, Tendangan Sabit.
iii
KONTRIBUSI POWER OTOT TUNGKAI DAN KELINCAHANTERHADAP KEMAMPUAN TENDANGAN SABIT PADA
ATLET PENCAK SILAT SATRIA SEJATIBANDAR LAMPUNG
TAHUN 2017
Oleh
ANISA DAMAYANTI1413051010
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan GelarSARJANA PENDIDIKAN
Pada
Fakultas Keguruan Dan Ilmu PendidikanProgram Studi Pendidikan Jasmani Dan Kesehatan
Jurusan Ilmu Pendidikan
JURUSAN ILMU PENDIDIKANFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNGBANDAR LAMPUNG
2018
viii
RIWAYAT HIDUP
Anisa Damayanti lahir di Bandar Lampung, pada tanggal
17 Mei 1996, putri pertama dari pasangan Ayah
Darmansyah dan Ibu Syuaibah.
Pendidikan yang ditempuh adalah, Sekolah Dasar (SD)
Negeri 1 Penengahan selesai pada tahun 2008, Sekolah
Menengah Pertama (SMP) Negeri 5 Bandar Lampung selesai pada tahun 2011,
dan Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 12 Bandar Lampung selesai pada
tahun 2014.
Tahun 2014, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Ilmu Pendidikan
Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi FKIP Unversitas
Lampung melalui jalur SNMPTN. Selama penulis menempuh pendidikan
sehingga menjadi mahasiswa sering mengikuti beberapa kejuaraan seperti :
1. Juara I Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (O2SN) Tingkat Kota BandarLampung Tahun 2012.
2. Juara III Olimpiade Olahraga Siswa Nasional(O2SN) Tingkat ProvinsiLampung Tahun 2012.
3. Juara I Pekan Olahraga Kota (PORKOT) Bandar Lampung Tahun 2012.4. Juara I Kejuaraan Daerah Provinsi Lampung Kapolda Cup Tahun 2012.5. Juara I Kejuaraan Daerah Pelajar Provinsi Lampung Tahun 2012.6. Juara I Seleksi Pencak Silat Pelajar IPSI Kota Bandar Lampung Tahun
2012.7. Juara III Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (02SN) Tingkat Kota
Bandar Lampung Tahun 2013.8. Juara I Pekan Olahraga Mahasiswa Daerah Pencak Silat Tahun 2015.9. Juara II Kejuaraan Nasional Antar Perguruan Tinggi Tahun 2016.10. Juara I Pekan Olahraga Mahasiswa Daerah Pencak Silat Tahun 2016.
ix
Pada Tahun 2017, penulis melakukan Kuliah Kerja Nyata dan PPL di
Simpang Sari, Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Sumber Jaya,
Kecamatan Sumber Jaya Kabupaten Lampung Barat. Demikian riwayat
hidup penulis semoga dapat bermanfaat bagi pembaca
x
MOTTO
“Percayalah Tuhan dapat memberikan pertolongan dan Hidayah-Nya
kepada siapapun, Allah SWT mampu memudahkan Hambanya untuk
melampaui tantangan dan kesulitan yang tadinya tak mungkin
Hamba-Nya mampu lampaui dan hadapi ”
(Anisa Damayanti)
xi
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan kepada:
Kedua Orang tua, Ayah Darmansyah dan Ibu Syuaibah yang selalu ada untukku.
Terimakasih atas kasih sayang, dukungan, motivasi, nasehat dan doa yang selalu
dipanjatkan demi kelancaran studiku.
Serta
Almamaterku Tercinta
xii
SANWACANA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan
Judul “Kontribusi Power Otot Tungkai dan Kelincahan Terhadap
Kemampuan Tendangan Sabit Pada Atlet Pencak Silat Satria Sejati Bandar
Lampung Tahun 2017” adalah dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
pencapaian gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Lampung. Dalam kesempatan
ini penulis mengucapkan terimakasih kepada, Bapak Drs. Sudirman Husin, M.Pd.,
selaku Pembimbing Pertama yang telah memberikan bimbingan, perbaikan,
pengarahan serta motivasi kepada penulis, Bapak Drs. Akor Sitepu, M.Pd, selaku
dosen Pembimbing Kedua yang telah memberikan bimbingan, pengarahan, serta
Pembimbing Akademik, yang telah memberikan bimbingan, perbaikan, serta
motivasi, pengarahan, dan Bapak Drs. Suranto, M.Kes, selaku Pembahas,
Serta tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada :.
1. Bapak Dr. Hi. Muhammad Fuad, M.Hum., selaku Dekan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
2. Ibu Dr. Riswanti Rini, M.Si., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
xiii
3. Bapak Drs. Akor Sitepu, M.Pd, selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Jasmani Kesehatan dan Rekreasi Universitas Lampung.
4. Bapak Drs. Wiyono, M.Pd selaku Pembimbing Akadaemik Program Studi
Penjaskesrek Universitas Lampung.
5. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Penjaskes FKIP Unila yang telah
memberikan ilmu dan pengetahuan saat menyelesaikan perkuliahan.
6. Coach Yuliana (Pelatih), dan seluruh atlet pencak silat Satria Sejati Bandar
Lampung yang telah memberikan izin serta bantuannya untuk
melaksanakan penelitian.
7. Sahabat yang telah menjadi keluargaku. Terimakasih, Rafiqah, Mega,
Sonia, Izzati, Sara yang selalu memberikan semangat tulus kepadaku.
8. Sahabat seperjuangan Elsa, Eci, Gadis, Winda, Novita, Ginting, yang
selalu memotivasi, memberikan dukungan, membantu dan menemani
semasa kuliah.
9. Teman- teman Penjaskesrek 2014 terimakasih atas kebersamaan dan
kekompakan yang telah terjalin.
10. Teman terdekat M. Haditama yang telah memberikan semangat, motivasi,
bantuan kepada saya untuk menyelesaikan tugas akhir ini.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,
akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan
bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Bandar Lampung, 07 Maret 2018Penulis
Anisa Damayanti
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xivDAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xvDAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xvi
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1B. Identifikasi Masalah........................................................................... 3C. Batasan Masalah ................................................................................ 4D. Rumusan Masalah.............................................................................. 4E. Tujuan Penelitian .............................................................................. 5F. Manfaat Penelitian ............................................................................. 5G. Ruang Lingkup Penelitian.................................................................. 6
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Latihan ............................................................................ 7B. Prinsip- Prinsip Latihan .................................................................... 9C. Hakikat Pencak Silat .......................................................................... 11D. Hakikat Teknik Tendangan Pencak Silat .......................................... 16E. Power Otot Tungkai........................................................................... 19F. Kelincahan ........................................................................................ 22G. Penelitian yang Relevan ................................................................... 23H. Kerangka Fikir .................................................................................. 24I. Hipotesis………………………………………………………… .... 25
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian ............................................................................. 26B. Populasi dan Sampel ......................................................................... 27
1. Populasi ...................................................................................... 272. Sampel ......................................................................................... 27
C. Variabel Penelitian ............................................................................ 27
D. Definisi Oprasional Variabel ............................................................ 28E. Desain Penelitian ............................................................................. 29F. Instrumen Penelitian ......................................................................... 30G. Teknik Pengumpulan Data ................................................................ 30H. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian........................... 36I. Teknik Analisis Data.......................................................................... 36
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ..................................................................................... 51B. Saran ............................................................................................... 51
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 53
LAMPIRAN ................................................................................................... 55
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian .................................................................................. 39 1. Deskripsi Data Hasil Penelitian .................................................. 39 2. Analisis Data ................................................................................ 42 3. Uji Hipotesis ................................................................................ 45B. Pembahasan ...................................................................................... 47
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Norma Penilaian standing broad jump putra ........................................... 322. Norma Penilaian standing broad jump putri............................................. 323. Norma Penilaian illionis agility test.......................................................... 344. Norma Penilaian kemampuan tendangan sabit ......................................... 365. Interorestasi hasil uji reliabiitas ................................................................ 386. Deskripsi Data Power Otot Tungkai, Kelincahan dan Kemampuan
Tendangan Sabit........................................................................................ 407. Rangkuman Hasil Analisis Koefisien korelasi Antara Power
Otot Tungkai terhadap kemampuan Tendangan Sabit.............................. 438. Rangkuman Hasil Analisis Koefisien korelasi Antara
Kelincahan terhadap kemampuan Tendangan Sabit ................................. 449. Rangkuman Hasil Analisis Koefisien korelasi Antara
Power,Kelincahan terhadap Tendangan Sabit .......................................... 45
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Matras arena pertandingan.............................. .......................................... 152. Otot tungkai atas........................... ............................................................ 213. Otot tungkai bawah…………….......... ..................................................... 224. Konsep kerangka pikir .............................................................................. 255. Desain penelitian....................................................................................... 296. Standing Broad Jump................................................................................ 327. Illionis Agility Test ( Tes Kelincahan) ...................................................... 348. Tes kemampuan tendangan sabit .............................................................. 359. Diagram Batang Hasil Power otot tungkai. .............................................. 4010. Diagram Batang Hasil Kelincahan............................................................ 4111. Diagram Batang Hasil Tendangan Sabit .................................................. 4212. Pengambilan data hasil Standing broad jump testi putra.......................... 6913. Pengambilan data hasil Standing broad jump testi putri. ......................... 6914. Pengambilan data hasil Kelincahan testi putra ......................................... 7015. Pengambilan data hasil Kelincahan testi putri. ......................................... 7016. Pengambilan data hasil tes tendangan sabit testi putra. ............................ 7117. Pengambilan data hasil tes tendangan sabit testi putri .............................. 7118. Foto atlet Satria Sejati Bandar Lampung .................................................. 7219. Foto atlet Satria Sejati Bandar Lampung .................................................. 72
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Data Power Otot Tungkai, Kelincahan dan Tendangan Sabit ............. 552. Perhitungan Kontribusi ....................................................................... 563. Koefisien korelasi antara variabel X1terhadap Y…………………….. 574. Koefisien korelasia ntara variabel X2terhadap Y……………………… 575. Koefisien korelasi antara variabel X1 terhadap X2……………………………. 586. Koefisien korelasi antara variabel X1, X2 terhadap Y………… .......... 597. Perhitungan TScore………………………………………………….. 618. Data Variabel X1 Power ……………………………………………. 619. Data Variabel X2 Kelincahan………………...................................... 6310. Data VariabelY Tendangan Sabit…………………………………… 6611. Foto Penelitian .................................................................................... 69
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pencak silat merupakan beladiri yang diwariskan oleh nenek moyang kita
sebagai budaya bangsa Indonesia sehingga perlu dilestarikan, dibina, dan
dikembangkan, lahir dari unsur-unsur kebudayaan masyarakat bangsa
Indonesia. Beladiri pencak silat diciptakan untuk mempertahankan diri dari
bahaya yang dapat mengancam keselamatan dan kelangsungan hidup.
Pencak silat diartikan sebagai suatu permainan atau keahlian dalam
mempertahankan diri dengan kepandaian menangkis, menyerang dan
membela diri dengan atau tanpa senjata. Aspek pada pencak silat dibagi
menjadi empat yaitu mental spiritual, seni budaya, beladiri dan olahraga.
Teknik dalam pencak silat dibagi menjadi dua yaitu serangan dan
pembelaan. Teknik serangan dalam pencak silat adalah salah satu upaya
pembelaan diri dengan menggunakan lengan, tangan dan tungkai yang
diarahkan pada sasaran tertentu pada anggota tubuh lawan. Menurut
Iskandar (1992 :95) bahwa teknik serangan dibagi menjadi beberapa bagian
berdasarkan alat yang digunakan yaitu serangan dengan lengan atau yang
disebut pukulan dan serangan dengan menggunakan tungkai yang disebut
tendangan. Teknik pembelaan merupakan prinsip utama dalam pencak silat,
dasar dari teknik pembelaan yaitu hindaran, elakan dan tangkisan yang
2
harus dilatih untuk memperkuat pembelaan aktif dan serangan balasan serta
teknik-teknik lainnya.
Atlet pencak silat untuk mendapatkan prestasi yang maksimal ada beberapa
aspek yang perlu dilatih yaitu latihan fisik, latihan teknik, latihan taktik dan
latihan mental. Prestasi yang optimal dapat didapatkan ketika atlet memiliki
kekayaan teknik pencak silat seta kemahiran dalam menggunakannya
ditunjang oleh kondisi fisik yang baik. Kondisi fisik yang baik memiliki
unsur – unsur kebugaran jasmani yakni kecepatan, kekuatan, kelenturan,
daya tahan, kelincahan, keseimbangan, reaksi, ketepatan, koordinasi dan
power.
Perguruan pencak silat Satria Sejati Bandar Lampung, secara empiris
memiliki prestasi yang cukup baik di bidang prestasi. Salah satu bukti
adalah salah satu alet mengikuti olimpiade olahraga siswa nasiaonal (O2SN)
mewakili provinsi Lampung di Jakarta, memperoleh medali emas pada
ajang kejuaraan tersebut. Atlet Satria Sejati Bandar Lampung saat peneliti
melakukan observasi dan kolaborasi bersama pelatih, pada saat latihan
nampak permasalahan yang dihadapi yaitu penguasaan teknik-teknik yang
belum maksimal salah satu teknik yang belum maksimal dikuasai yaitu
teknik tendangan sabit. Tendangan sabit adalah tendangan yang
dilaksanakan dengan menggunakan kaki sebelah dan tungkai lintasannya
dari samping dengan perkenaan pada punggung kaki.
Berdasarkan observasi peneliti saat berada dilapangan melihat event pencak
silat yang ada di Provinsi Lampung, atlet pencak silat banyak menjadikan
3
tendangan sabit ini sebagai salah satu senjata dalam serangannya, karna
teknik tendangan sabit memiliki kelebihan yaitu arah lintasan terjadi dari
satu arah samping luar menuju arah atas dalam sehingga memiliki kecepatan
yang maksimal dan memiliki tingkat keseimbangan yang tinggi.
Tendangan sabit yang banyak atlet lakukan belum menguasai teknik
tendangan degan baik, sebagai contoh atlet yang memiliki power tungkai
yang lemah membuat serangan yang ditujukan kepada lawan mudah
dipatahkan sehingga tendangan dapat ditangkap atau lawan akan melakukan
serangan balik secara tiba-tiba, bukan hanya tendangan harus menggunakan
power saja saat melakukan tendangan, kelincahan juga sangat diperlukan
agar tendangan sabit atlet tepat pada sasaran yang dituju dan posisi atlet
harus dalam keadaan seimbang karna atlet harus siap untuk melakukan
gerakan selanjutnya. Peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian
berdasarkan permasalahan yang muncul dengan judul “Kontribusi Power
Otot Tungkai dan Kelincahan terhadap Kemampuan Tendangan Sabit pada
Atlet Pencak Silat Satria Sejati Bandar Lampung tahun 2017’’.
B. Identifikasi Masalah
1. Masih banyaknya atlet yang belum menguasai teknik tendangan sabit
dengan baik.
2. Pentingnya unsur power otot tungkai dalam kemampuan tendangan sabit
pada atlet pencak silat Satria Sejati Bandar Lampung.
3. Pentingnya unsur kelincahan dalam kemampuan tendangan sabit pada atlet
pencak silat Satria Sejati Bandar Lampung.
4
4. Pentingnya unsur keseimbangan dalam kemampuan tendangan sabit pada
atlet pencak silat Satria Sejati Bandar Lampung.
5. Pentingnya unsur kecepatan dalam kemampuan tendangan sabit pada atlet
pencak silat Satria Sejati Bandar Lampung.
6. Pentingnya unsur koordinasi dalam kemampuan tendangan sabit pada atlet
pencak silat Satria Sejati Bandar Lampung.
C. Batasan Masalah
Dari banyaknya masalah yang muncul, maka perlu adanya pembatasan
masalah karna mempertimbangkan keterbatasan waktu, dana dan kemampuan
peneliti. Adapun pembatasan masalahnya yaitu:
1. Power tungkai yang berkontribusi terhadap kemampuan tendangan sabit
pada atlet pencak silat Satria Sejati Bandar Lampung tahun 2017.
2. Kelincahan yang berkontribusi terhadap kemampuan tendangan sabit pada
atlet pencak silat Satria Sejati Bandar Lampung tahun 2017.
3. Power tungkai dan kelincahan yang berkontribusi terhadap kemampuan
tendangan sabit pada atlet pencak silat Satria Sejati Bandar Lampung
tahun 2017.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang
dikemukakan,maka dirumuskan suatu masalah sebagai berikut:
1. Seberapa besar kontribusi power otot tungkai terhadap hasil tendangan
sabit pada atlet pencak silat Satria Sejati Bandar Lampung tahun 2017?
2. Seberapa besar kontribusi kelincahan terhadap hasil tendangan sabit pada
atlet pencak silat Satria Sejati Bandar Lampung tahun 2017?
5
3. Manakah yang memberikan kontribusi lebih besar antara power otot
tungkai dan kelincahan terhadap hasil tendangan sabit pada atlet pencak
silat Satria Sejati Bandar Lampung tahun 2017?
E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan masalah yang dirumuskan, maka tujuan dari penelitian ini
adalahuntuk mengetahui :
1. Mengetahui besarnya kontribusi power otot tungkai terhadap hasil
tendangan sabit pada atlet pencak silat Satria Sejati Bandar Lampung
tahun 2017.
2. Mengetahui besarnya kontribusi kelincahan terhadap hasil tendangan sabit
pada atlet pencak silat Satria Sejati Bandar Lampung tahun 2017.
3. Mengetahui kontribusi manakah yang lebih besar antara power otot
tungkai dan kelincahan terhadap hasil tendangan sabit pada atlet pencak
silat Satria Sejati Bandar Lampung tahun 2017.
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bemanfaat bagi :
1. Peneliti Selanjutnya
Dapat dijadikan acuan atau gambaran saat akan melakukan penelitian
dalam upaya pengembangan ilmu keolahragaan, sehingga diharapkan
penelitian yang dilakukan mendapatkan hasil yang lebih baik lagi.
2. Atlet
Penelitian ini diharapkan agar atlet dapat mengetahui faktor apa saja
yangdapat menunjang dalam meningkatkan prestasi tendangan sabit.
6
3. Program Studi
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi gambaran dalam upaya
pengembangan ilmu olahraga yang lebih luas, khususnya cabang olahraga
pencak silat. Selain itu juga memberikan sumbangan pemikiran untuk
kemajuan program studi pendidikan jasmani dan kesehatan.
G. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian terdiri dari :
1. Lokasi penelitian ini dilaksanakan di lapangan stadion PKOR Wayhalim.
2. Subjek penelitiannya adalah atlet perguruan pencak silat Satria Sejati
Bandar Lampung.
3.Objek penelitian adalah kontribusi power otot tungkai dan kelincahan
terhadap keterampilan tendangan sabit.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Latihan
Secara sederhana latihan dapat dirumuskan yaitu segala daya dan upaya
untuk meningkatkan secara menyeluruh kondisi fisik dengan proses yang
sistematis dan berulang - ulang dengan kian hari kian bertambah jumlah
beban latihan, waktu atau intensitasnya. Seseorang melakukan latihan
dikarenakan merupakan suatu bentuk upaya untuk mencapai suatu tujuan.
Latihan bukan hal yang baru, sudah sejak zaman dahulu latihan dilakukan
secara sistematis untuk menuju suatu tujuan tertentu. Menurut Bompa
dalam Harsono (1988:1) latihan adalah upaya seseorang dalam
meningkatkan perbaikan organisme dan fungsinya untuk mengoptimalkan
prestasi dan penampilan olahraga.
Tujuan dalam latihan untuk memperoleh berprestasi semaksimal mungkin,
namun dalam proses pelaksaan latihan tidak cukup mudah dan sederhana.
Program latihan yang diberikan pelatih amat penting dalam mendukung
kualitas latihan yang sesuai dengan cabang masing - masing. Bukan hanya
latihan fisik saja yang harus dilatih untuk mencapai prestasi yang maksimal
teknik, taktik dan mental juga amat penting untuk dilatih.
8
Sukadiyanto (2005:1) menyatakan bahwa latihan pada prinsipnya
merupakan suatu proses perubahan ke arah yang lebih baik yaitu untuk
meningkatkan kualitas fisik kemampuan fungsional peralatan tubuh dan
kualitas psikis anak latih. Sedangkan Harsono (1988:102) mengatakan
bahwa latihan juga bisa dikatakan sebagai sesuatu proses berlatih yang
sistematis yang dilakukan secara berulang -ulang yang kian hari jumlah
beban latihannya kian bertambah.
Latihan dapat disimpulkan suatu proses kegiatan olahraga yang dilakukan
secara sadar, sistematis, bertahap dan berulang-ulang, dengan waktu yang
relatif lama untuk mencapai tujuan akhir dari suatu penampilan yaitu
peningkatan prestasi yang optimal. Program atau bentuk latihan disusun
hendaknya mempertimbangkan kemampuan dasar individu, dengan
memperhatikan dan mengikuti prinsip-prinsip atau azas-azas pelatihan agar
mendapatkan pestasi yang maksimal.
Sistematis berarti berencana, menurut jadwal dan menurut pola sistem
tertentu, metode dari yang mudah ke yang sukar, latihan yang teratur dari
yang sederhana ke yang kompleks. Berulang-ulang maksudnya adalah
gerakan-gerakan yang sukar dilakukan menjadi semakin mudah dan reflektif
pelaksanaannya. Beban makin bertambah maksudnya adalah setiap kali,
secara perodik setelah tiba saatnya maka beban ditambah demi
meningkatkan perubahan-perubahan dan tercapainya prestasi.
9
B. Prinsip–Prinsip Latihan
Latihan olahraga merupakan suatu latihan dalam upaya untuk meningkatkan
fungsi sistem organ tubuh agar mampu memenuhi kebutuhan tubuh secara
optimal ketika berolahraga. Latihan olahraga harus memiliki pinsip latihan
agar mencapai hasil yang maksimal. Prinsip-prinsip latihan yang secara
umum diperhatikan adalah sebagai berikut:
1. Prinsip Beban Lebih
Prinsip beban lebih atau prinsip over load, yaitu prinsip ketika seseorang
harus meningkatkan beban latihan setiap kali atlet sudah mampu untuk
mengatasi beban yang diangkatnya. Beban yang kian hari kian meningkat,
akan meningkatkan kemampuan dan kualitas fisik atlet seperti yang
diungkapkan Harsono (1988:103) agar prestasi atlet dapat meningkat,
atlet harus selalu berusaha dengan beban kerja yang lebih berat, dari pada
yang mampu yang di lakukan pada saat itu. Atau dengan kata lain, dia
harus berusaha senantiasa berlatih dengan beban kerja yang ada di atas
ambang rangsang kepekaannya (threshold of sensitivity).
2. Perkembangan menyeluruh
Perkembangan menyeluruh adalah salah satu prinsip latihan yang harus di
terapkan, terutama untuk atlet pemula yang baru bergabung dengan
aktivitas cabang olahraga apapun. Seorang atlet dapat mudah menguasai
gerakan atau teknik dalam cabang olahraga yang di ikutinya, dengan
memiliki pengalaman gerak yang banyak dalam latihan.
10
3. Prinsip Spesialisasi
Prinsip spesialisasi adalah prinsip yang merupakan kelanjutan dari prinsip
perkembangan menyeluruh. Ketika atlet sudah cukup banyak
mendapatkan pengalaman gerak dalam proses latihan, maka selanjutnya
atlet diarahkan untuk memasuki dunia olahraga, dengan keterlibatan
dalam cabang olahraga yang lebih khusus, yaitu cabang olahraga yang
diinginkannya.
Spesialisasi menurut Harsono (1988:109) spesialisasi berarti mencurahkan
seluruh kemampuan, baik fisik maupun psikis pada satu cabang olahraga
tertentu. Spesialisasi akan membuat konsentrasi atlet menjadi lebih fokus
hanya pada cabang olahraga yang digelutinya saja. Respons terhadap
latihan akan berbeda-beda bagi setiap orang, manakala diberikan latihan
yang sama maka dengan demikian haruslah setiap atlet diberikan beban
latihan yang berbeda-beda.
4. Intensitas latihan
Intensitas latihan yang diberikan dengan lebih berat, akan meningkatkan
kemampuan psikologis menjadi lebih baik. Intensitas latihan yang cukup
berat bagi seorang atlet, dapat meningkatkan kualitas penampilan bagi
yang bersangkutan, baik dari segi fisik, maupun teknik. Latihan
berkualitas yang dimaksud adalah, latihan yang memberikan latihan-
latihan yang bermanfaat bagi atlet tersebut.
11
5. Variasi latihan
Variasi latihan akan membuat atlet bergairah untuk mengikuti latihan,
sehingga dapat meningkatkan motivasinya untuk meraih prestasi yang
tinggi. Latihan yang bervariasi akan menuntut atlet untuk melakukan
latihan dengan sebaik mungkin. Atlet juga belajar untuk meningkatkan
kualitas latihannya, karena mereka diberikan pengalaman-pengalaman
baru pada proses latihan yang dilaksanakan.
6. Lamanya latihan
Lamanya latihan merupakan suatu hal yang harus diperhatikan, jangan
sekali-kali memberikan jangka waktu latihan yang singkat, karena waktu
yang singkat belum tentu memberikan hasil yang maksimal. Lamanya
latihan harus diperhatikan, supaya atlet bisa menguasai suatu teknik
maupun mendapatkan kondisi fisik yang baik.
C. Pengertian Pencak Silat
Pencak silat merupakan sistem beladiri yang diwariskan oleh nenek moyang
sebagai budaya bangsa Indonesia sehingga perlu dilestarikan, dibina dan
dikembangkan lahir dari unsur-unsur kebudayaan masyarakat bangsa
Indonesia. Pencak silat terdiri dari dua suku kata yaitu pencak dan silat.
Pencak berarti gerak dasar yang digunakan dalam belajar atau latihan bela diri
ataupun pertunjukan yang terikat pada peraturan. Sedangkan silat berarti
gerak bela diri yang sempurna yang bersumber pada kerohanian yang suci
guna keselamatan diri atau terhindar dari bahaya/bencana.
12
Kamus Besar Bahasa Indonesia istilah pencak silat mempunyai arti
permainan (keahlian) dalam mempertahankan diri, baik dengan senjata
maupun tanpa senjata. Tahun 1995 pengurus besar IPSI menyempurnakan arti
pencak silat, yaitu bela-serang yang teratur menurut sistem, waktu, tempat,
dan iklim dengan selalu menjaga kehormatan masing-masing secara kesatria,
tidak melukai perasaan. Pencak lebih menunjukkan pada segi lahiriah,
sedangkan silat adalah gerak bela-serang yang erat hubungannya dengan
rohani sehingga menghidupsuburkan naluri, menggerakkan hati nurani
manusia yang menyerah kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Pencak silat adalah suatu metode beladiri yang diciptakan untuk
mempertahankan diri dari bahaya yang dapat mengancam keselamatan dan
kelangsungan hidup. Pencak silat juga merupakan seni beladiri, sehingga
didalamnya terdapat unsur keindahan dan tindakan. Pencak silat meupakan
hasil budi dan akal manusia, lahir dari sebuah proses perenungan,
pembelajaran dan pengamatan.
Olahraga bela diri pencak silat sudah mulai menyebar ke hampir seluruh
negara di dunia dan dapat dilihat pada pertandingan-pertandingan regional
maupun internasional seperti SEA GAMES, Asian Beach Games, Asian Indoor
Games, dan Kejuaraan Dunia, dan yang menjadi juara umum cabang pencak
silat tidak lagi di dominasi Indonesia, sehingga persaingan untuk mencapai
prestasi puncak sudah sangat ketat. Pencak Silat silat resmi dipertandingkan
secara resmi pada event PON VII di Jakarta dengan menampilkan nomor
tanding.
13
Menurut Lubis (2004:5) ada dua macam kategori pertandingan dalam pencak
silat, yaitu wiralaga (untuk kategori tanding) dan seni. Pada kategori tanding,
terdapat dua klasifikasi kategori pertandingan, yaitu kategori remaja dan
dewasa. Setiap klasifikasi tersebut ditentukan dengan kelas pertandingan yang
diukur melalui berat badan yaitu:
1. Kategori umur dan kelas dalam pertandingan pencak silat
Untuk kategori remaja, yaitu pesilat berumur 14 tahun sampai dengan 17
tahun dengan pembagian kelas pertandingan, yaitu kelas A sampai kelas
L dengan klasifikasi berat badan sebagai berikut: (a) kelas A (39-42 Kg
untuk putra dan putri); (b) kelas B (di atas 42-45 Kg untuk putra dan
putri); (c) kelas C (di atas 45-48 Kg untuk putra dan putri); (d) kelas D
(di atas 48-51 Kg untuk putra dan putri); (e) kelas E (di atas 51-54 Kg
untuk putra dan putri); (f) kelas F (di atas 54-57 Kg untuk putra dan
putri); (g) kelas G (di atas 57-60 Kg untuk putra dan putri); (h) kelas H
(di atas 60-63 Kg untuk putra dan putri); (i) kelas I (di atas 63-66 Kg
untuk putra); (j) kelas J (di atas 66-69 Kg untuk putra); (k) kelas K (di
atas 69-72 Kg untuk putra); (l) kelas L (di atas 72-75 Kg untuk putra);
(m) kelas bebas putri (diatas 75-90 Kg khusus untuk single event).
2. Kategori dewasa dalam pertandingan pencak silat
Untuk kategori dewasa, yaitu pesilat berumur 17 tahun sampai dengan 35
tahun dengan pembagian kelas pertandingan, yaitu kelas A sampai kelas
bebas dengan klasifikasi berat badan sebagai berikut (a) kelas A (45-50
Kg untuk putra dan putri); (b) kelas B (di atas 50-55Kguntukputra dan
14
putri); (c) kelas C (di atas 55-60 Kg untuk putra dan putri); (d) kelas D
(di atas 60-65 Kg untuk putra dan putri); (e) kelas E (di atas 65-70 Kg
untuk putra dan putri); (f) kelas F (di atas 70-75 Kg untuk putra dan
putri); (g) kelas G (di atas 75-80 Kg untuk putra);kelas H (di atas 80-85
Kg untuk putra); (i) kelas I (di atas 85-90 Kg untuk putra); (j) kelas J (di
atas 90-95 Kg untuk putra); (k) Kelas bebas putra (di atas 95-110 Kg
khusus single event).
3. Kategori Seni Tunggal dalam pertandingan pencak silat
Untuk kategori seni tunggal, ganda, regu (TGR) yang dipertandingkan
adalah sebagai berikut (a) kategori tunggal terdiri dari tunggal putra dan
tunggal putri; (b) Kategori ganda terdiri dari ganda putra dan ganda putri;
(c) Kategori beregu terdiri dari beregu putra dan beregu putri (Agung,
2004: 51).Dalam setiap kategori pertandingan dalam pencak silat hal
yang dibutuhkan adalah penguasaan teknik dasar yang baik dan benar.
4. Peraturan Gelanggang dan Pakaian
Gelanggang dapat dilantai dan dilapisi matras dengan tebal maksimal 5
(lima) cm, permukaan rata dan tidak memantul, boleh ditutup dengan
alas yang tidak licin, berukuran 10 m x 10 m dengan warna dasar hijau
terang dan garis berwarna putih sesuai dengan keperluaanya, disediakan
oleh Komiti Pelaksana.
15
Gambar. 1. Matras arena pertandingan( Erwin Setyo, 2015: 141)
Keterangan :
1. Berbentuk persegi dengan luas total 10m X 10m.
2. Terdiri dari dua area yaitu area bertanding 8X8m di bagian dalam dan area
pengaman 1m mengelilingi bagian luar area pertandingan (biasanya
dibedakan dengan perbedaan warna).
3. Terdapat 2 lingkaran lingkaran 1 berdiameter 3m digunakan sebagai jarak
sikap pasang dan lingkaran ke-2 berdiameter 8m digunakan sebagai batas
arena bertanding.
4. Di dua sudut-sudut yang berjauhan biasanya satu puzel matras berwarna
merah dan satu puzel matras di sudut lainnya berwarna biru. Sedangkan
untuk pakaian, pesilat menggunakan pakaian silat berwarna
hitam.Pertandingan antar negara, harus ada lambang negara yang
diwakilinya di dada dan singkatan nama negara di bagian belakang
maksimal ukuran 10x10 cm. Sedangkan untuk pertandingan nasional
pakaian atlet bertuliskan nama daerah dibagian belakang pakaian dan logo
daerah dan ipsi berada dibagian depan pakaian.
16
D. Pengertian Teknik Tendangan dalam Pencak Silat
Olahraga pencak silat teknik tendangan sama pentingnya dengan teknik
pukulan, akan tetapi tendangan mempunyai kekuatan yang lebih besar
dibanding dengan kekuatan pukulan. Tendangan harus memiliki tingkat
keseimbangan yang baik, bukan hanya berat badan yang bertumpu pada 1
satu kaki saja tetapi juga disebabkan akibat guncangan tenaga balik pada
saat benturan, kaki memiliki jangkauan panjang yang tidak terjangkau oleh
tangan.
Penggunaan teknik tendangan harus disertai dengan koordinasi yang baik
antara sikap kaki, sikap tangan dan sikap badan. Menurut MUNAS IPSI XII
tahun 2007 dalam perolehan point (nilai) tendangan mempunyai nilai lebih
tinggi yaitu 2 atau 1+2 sedangkan pukulan hanya memperoleh nilai 1 atau
1+1. Teknik serang yang dominan pada pertandingan pencak silat
merupakan teknik tendangan.
Teknik tendangan suatu proses yang gerakannya menggunakan tungkai atau
kaki. Notosoejitno (1997:71) mengatakan bahwa tendangan merupakan
serangan yang dilaksanakan dengan menggunakan tungkai, kaki sebagai
komponen penyerang. Menurut Lubis (2004:26) teknik tendangan terbagi
menjadi beberapa macam antara lain: tendangan lurus, tendangan tusuk,
tendangan kepret, tendangan jejag, tendangan gajul, tendangan T, tendangan
celorong, tendangan belakang, tendangan kuda, tendangan taji, tendangan
sabit, tendangan baling, tendangan bawah, dan tendangan gejig. Akan tetapi
tidak semua tendangan tersebut digunakan dalam pertandingan.
17
Menurut Nugroho (2001:17) jenis tendangan menjadi 4 menurut perkenaan
kakinya, yaitu: (a) Tendangan depan yaitu tendangan yang menggunakan
punggung, telapak, ujung telapak, dan tumit kaki; (b) Tendangan samping
(T) yaitu tendangan yang menggunakan sisi kaki, telapak kaki dan tumit; (c)
Tendangan belakang merupakan tendangan yang menggunakan telapak kaki
dan tumit kaki; dan (d) Tendangan busur (sabit) merupakan tendangan yang
menggunakan punggung, ujung telapak kaki busur belakang menggunakan
tumit kaki. Melihat dari efektifitas dan efisiensi gerak, tidak semua
tendangan tersebut dapat digunakan dalam pertandingan pencak silat
kategori tanding.
Tendangan yang tidak efektif dan efisien akan menghambat atlet dalam
memperoleh nilai pada pertandingan. Jenis tendangan yang sering dilakukan
dalam pertandingan pencak silat kategori tanding terdiri dari tendangan
depan, tendangan sabit, tendangan samping atau tendangan T.
Tendangan depan yaitu tendangan yang perkenaan terletak pada telapak,
ujung telapak, dantumit kaki. Tendangan ini diawali dengan mengangkat
lutut ke depan terlebih dahulu ke arah depan dan meluruskan ke arah depan,
tendangan jenis ini sangat cocok digunakan untuk pertarungan jarak jauh,
dan bagi pesilat yang memiliki tungkai yang panjang sangat efektif
digunakan karena jangkauannya pasti lebih panjang. Kelemahan dari
tendangan ini adalah jika gerak balikan tidak cepat maka sangat mudah
tendangan tersebut untuk ditangkap.
18
Tendangan (T) atau yang bisa disebut juga dengan tendangan samping
karena arah gerakan tendangan ke arah samping. Terdapat berbagai macam
variasi tendangan samping ini. Semua variasi hususnya untuk permainan
dalam pertandingan pada awalan boleh berbeda tetapi bentuk akhirnya sama
yaitu seperti huruf T. Tendangan samping memakai tumit sebagai alat
serang atau menggunakan sisi luar telapak kaki atau ada yang menyebut
sebagai pisau kaki. Tendangan Samping mempunyai beberapa kelebihan
dan kekurangan. Beberapa kelebihan tendangan T antara lain: (1) jangkauan
lebih panjang, (2) jarak kepala dengan lawan lebih jauh, maka lebih aman,
(3) eksplorasi tenaga bisa maksimum. Untuk kelemahannya antara lain: (1)
sulit digunakan untuk pertarungan jarak pendek, (2) lebih mudah dijatuhkan
baik dengan permainan bawah maupun dengan tangkapan. Semakin rebah
sikap badan semakin mudah dijatuhkan dengan tangkapan, (3) kurang
menghadap lawan sehingga bisa kehilangan pandangan.
Tendangan sabit/busur, seperti namanya tendangan busur adalah tendangan
berbentuk busur dengan menggunakan punggung kaki. Pelaksanaan
tendangan ini adalah sama dengan prinsip tendangan depan namun
lintasanya berbentuk busur dengan tumpuan satu kaki dan perkenaan pada
punggung kaki. Menurut Hariyadi (2003:75) mengatakan bahwa tendangan
sabit merujuk pada namanya, merupakan teknik tendangan yang lintasan
geraknya membentuk garis setengah lingkaran, atau tendangan ini cara
kerjanya mirip dengan sabit (clurit/arit) yaitu diayun dari samping luar
menuju samping dalam.
19
Tendangan sabit dilakukan jika lawan ada diposisi sisi kanan atau sisi kiri,
dimana pesilat mengangkat salah satu tungkai dan diluruskan kearah
samping serta posisi badan menjaga keseimbangan dengan condong kesisi
sebaliknya, perkenaan pada sisi tumit kaki. Tendangan sabit atau yang
dikenal juga sebagai tendangan busur merupakan salah satu jenis tendangan
yang paling banyak dilakukan dalam pertandingan kategori tanding pencak
silat. TeknIk tendangan sabit yang baik dibutuhkan unsur- unsur kondisi
fisik yang menunjang keberhasilan tendangan antara lain kekuatan,
kecepatan, daya ledak, koordinasi, keseimbangan dan kelincahan.
E. Power Otot Tungkai
Power merupakan hasil dari gabungan dua komponen kondisi fisik, yaitu
kekuatan dan kecepatan. Ini sesuai dengan pendapat Pear and Morgan (1986:57)
yang mengemukakan “Power is something different. Power = strength +speed”.
Begitu pula Rushall dan Pyeke (1990:252) mengatakan “power is usually
described as function of both the force (strength) and speed movent “. Maksudnya
adalah power biasanya dinyatakan sebagai gabungan dari dua bentuk gerakan
yaitu kekuatan dan kecepatan. Power tungkai penting dan diperlukan oleh atlet
cabang olahraga yang menuntut unsur kekuatan dan kecepatan gerak.
Menurut Harsono (1988:200) “Power terutama penting untuk cabang-cabang
olahraga dimana atlet harus mengerahkan tenaga yang eksplosif”. Dewasa ini
power telah diakui sebagai komponen kodisi fisik yang memungkinkan atlet untuk
mengembangkan kemampuannya guna mencapai tingkat prestasi yang lebih tinggi
dalam olahraga yang digelutinya. Berdasarkan beberapa pendapat di atas penulis
20
dapat menyimpulkan bahwa power adalah perpaduan dari dua unsur komponen
fisik yaitu kekuatan dankecepatan yang dilakukan oleh sekelompok otot tertentu.
Salah Salah satu komponen yang penting dalam prestasi olahraga yaitu
ukuran tubuh, struktur tubuh atau kualitas biometrik. Menurut Bompa
(1990:342) bahwa “kualitas biometrik adalah mencangkup somatotipedan
pengukuran pengukuran anthropometrik”. Otot merupakan suatu organ atau
alat yang penting sekali memungkinkan tubuh untuk bergerak, dalam
menjalankan system otot ini tidak bisa dilepaskan dengan kerja syaraf. Jadi
otot, khususnya otot rangka merupakan sebuah alat yang menguasai gerak
aktif dan memelihara sikap tubuh.
Otot dapat mengadakan kontraksi dengan cepat, apabila ia mendapat
rangsang dari luar berupa rangsang arus listrik, rangsang mekanis, dingin dan
lain – lain. Dalam keadaan sehari – hari otot ini bekerja atau berkontraksi
menurut pengaruh atauperintah yang datang dari susunan syaraf motoris.
Dimana untuk mendapat kekuatan otot tungkai yang dihasilkan oleh adanya
kontraksi otot yang terdapat pada tungkai sehingga dapat melakukan gerakan
otot yang terdapat di dalamtubuh manusia.
Tungkai menurut Yusuf (2001:14) terdiri dari paha atau tungkai atas (thigh /
femur), lutut (knee), tungkai bawah (leg / crus) dan kaki (foot / pes /pedis),
jadi tungkai adalah keseluruhan rangkaian dari pangkal paha sampai ujung
kaki. Tungkai termasuk anggota kerangka bawah (Extrimitas Inferior).
Tulang terbentuk oleh tulang-tulang yang panjang, panjang tungkai akan
memberikan keuntungan mekanis untuk menghasilkan kekuatan dan
21
kecepatan gerak. Panjang tungkai akan memberikan keuntungan berupa
kekuatan. Power otot tungkai disimpulkan dapat memberikan sumbangan
dalam mencapai kekuatan dan kecepatan maksimal dalam setiap gerakan.
1. Otot Tungkai Bagian Atas :
Menurut Soedarminto (1992:60) otot tungkai atas terdiri atas M.
Abduktor maldanus, M. abduktor brevis, M. abduktor longus. Ketiga otot
ini menjadi satuyang disebut M. abduktor femoralis dan berfungsi
menyelenggarakan gerakan abduksi dari femur, M. rektus femuralis, M.
vastus lateralis eksternal, M. Vastus medialis internal, M. vastus inter
medial, Biseps femoris, berfungsi membengkokkan paha dan meluruskan
tungkai bawah, M. semi membranosus, berfungsi tungkai bawah, M.semi
tendinosus (seperti urat), berfungsi membengkokkan urat bawah serta
memutar ke dalam, M. sartorius, berfungsi eksorotasifemur, memutar
keluar waktu lutut fleksi, serta membantu gerakan fleksi femur dan
membengkokkan keluar.
Gambar 2. Otot Tungkai Atas( Evelyn C. Pearce, 1993: 1113)
22
2. Otot Tungkai Bawah
Menurut Soedarminto (1992: 60) otot tungkai bawah terdiri atas otot
tulangkering, depan M. tibialis anterior, berfungsi mengangkut pinggir
kaki sebelah tengah dan membengkokkan kaki, M. ekstensor talangus
longus, berfungsi meluruskan jari telunjuk ke jari tengah, jari manis dan
kelingking jari, Otot ekstensi jempol, berfungsi dapat meluruskan ibu jari
kaki, Tendo achilles, berfungsi meluruskan kaki di sendi tumit dan
membengkokkan tungkai bawah lutut (M. popliteus), M. falangus longus,
berfungsi membengkokkan empu kaki, M. tibialis posterior, berfungsi
membengkokkan kaki di sendi tumit dan telapak kaki disebelah ke
dalam.
Gambar 3. Otot Tungkai Bawah(Evelyn C. Pearce, 1993: 1114)
F. Kelincahan
Kelincahan merupakan salah satu komponen fisik yang banyak dipergunakan
dalam olahraga. Mutohir dan Maksum (2007:56) kelincahan (agility) adalah
kemampuan tubuh atau bagian tubuh untuk mengubah arah gerakan secara
23
mendadak dalam kecepatan yang tinggi dan komponen kelincahan erat
kaitannya dengan komponen kecepatan dan koordinasi.
Menurut Saleh (1986:43) teknik tendangan sabit memiliki tingkat
keseimbangan yang tinggi dikarenakan proyeksi pusat gaya berat serta
memiliki bidang tumpu yang kuat. Sedangkan menurut Nurhasan (2005:20)
kelincahan merupakan kemampuan bergerak dengan berubah- ubah arah
secara cepat dan tepat tanpa kehilangan keseimbangan lalu kecepatan
dibutuhkan saat melewati periode waktu pada saat melecutkan ke arah
sasaran.
Kelincahan yang dilakukan oleh atlet pencak silat saat berlatih maupun
bertanding tergantung pula oleh kemampuan mengkoordinasikan sistem
gerak tubuh dengan respon terhadap situasi dan kondisi yang dihadapi.
Kegunaan kelincahan sangat penting terutama olahraga yang memerlukan
ketangkasan, khususnya pencak silat.
Cabang olahraga pencak silat membutuhkan kelincahan pada saat atlet
melakukan serangan seperti melakukan teknik tendangan dibutuhkan
kecepatan melewati periode waktu untuk melecutkan kaki kearah sasaran
selain itu tanpa kehilangan keseimbangan atlet siap untuk melakukan
serangan atau gerakan selanjutnya.
G. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan dibutuhkan untuk mendukung kajian teoritis yang
dikemukakan. Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah:
24
1. Prasetyo (2016). “Kontribusi kekuatan otot tungkai,keseimbangan dan
kecepatan terhadap kemampuan tendangan sabit pada siswa
ekstrakulikulier tapak suci di SMP Muhammadiyah Gadingrejo
Pringsewu”.
2. Kurniadewi (2014).”Kontribusi kelincahan dan kecepatan terhadap
tendangan sabit pada atlet pencak silat putra usia 12-14 tahun”.
3. Budianto (2015). “Kontribusi kelincahan dan kecepatan terhadap
kemampuan tendangan sabit pada peserta ekstrakulikuler pencak silat di
SMPN 4 Kediri pada tahun 2014-2015”.
H. Kerangka Fikir
Power otot tungkai dan kelincahan sangat menentukan hasil tendangan sabit,
dimana diawali dengan sikap pasang lalu lutut diangkat setinggi sasaran dan
memutar pinggang mengikuti arah lintasan tendangan secara cepat dan tepat
tanpa kehilangan keseimbangan yang kemudian serentak diikuti oleh lecutan
tungkai bawah yang berpusat pada lutut dengan kuat dan cepat akan
menghasilkan tendangan yang keras dan terarah sesuai dengan teknik yang
benar dengan kualitas tendangan yang baik, dimana power dan kelincahan
tersebut diperoleh selama mengikuti latihan.
Latihan yang disiplin dan berkesinambungan akan memberi efek yang positif
terhadap kemampuan tendangan sabit, karena semakin kuat power tungkai
dan kelincahan seorang atlet maka akan semakin bagus pula hasil dalam
menendang.
25
Tendangan Sabit
Gambar 4. Konsep Kerangka Pikir.
I. Hipotesis
Untuk dapat dipakai sebagai pegangan dalam penelitian ini, maka perlu
menentukan suatu penafsiran sebelumnya tentang hipotesis yang akan
dibuktikan kebenaran. Menurut Arikunto (1992:62) hipotesis adalah jawaban
sementara suatu masalah penelitian oleh karena itu suatu hipotesis perlu di uji
guna mengetahui apakah hipotesis tersebut terdukung oleh data yang
menunjukan kebenarnnya atau tidak. Jadi intinya hipotesis harus dibuktikan
kebenarannya dengan cara penelitian.
Atas dasar kerangka berpikir, maka hipotesis penelitian ini dapat
dirumuskan sebagai berikut:
a. Power otot tungkai memberikan kontribusi terhadap tendangan sabit pada
atlet pencak silat Satria Sejati Bandar Lampung tahun 2017.
b. Kelincahan memberikan kontribusi terhadap tendangan sabit pada atlet
pencak silat Satria Sejati Bandar Lampung tahun 2017.
c. Terdapat perbedaan besarnya kontribusi power otot tungkai dan kelincahan
kemampuan tendangan sabit pada atlet pencak silat Satria Sejati Bandar
Lampung tahun 2017.
Power
KELINCAHAN
Kelincahan
26
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Metodologi Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian dengan metode deskriptif korelasional,
Menurut Riduwan (2005:207) metode deskriptif korelasional bertujuan
mendeskripsikan atau menggambarkan peristiwa atau kejadian yang sedang
berlangsung pada saat penelitian tanpa menghiraukan sebelum dan
sesudahnya. Dianalisis menggunakan analisis regresi linier sederhana atau
regresi linier tunggal. Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto (2002:247)
penelitian korelasional yaitu penelitian yang dilakukan untuk mengetahui ada
tidaknya hubungan antara kedua atau beberapa variabel.
Metode deskriptif korelasional membahas hubungan variabel terikat dengan
dua atau lebih variabel bebas peneliti berusaha menggambarkan kondisi
sekarang dalam konteks kuantitatif yang direfleksikan dalam variabel. Sesuai
dengan judul penelitian ini untuk mengetahui seberapa besar kontribusi power
otot tungkai kelincahan terhadap kemampuan tendangan sabit pada atlet
perguruan Satria Sejati Bandar Lampung tahun 2017.
27
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Menurut Sugiyono (2010:117) populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulannya populasi dalam penelitian ini adalah atlet pencak
Silat Satria Sejati Bandar Lampung tahun 2017 sebanyak 16 Atlet.
2. Sampel
Dalam suatu proses penelitian, tidak perlu seluruh populasi diteliti, akan
tetapi dapat dilakukan terhadap sebagian dari jumlah populasi tersebut.
Menurut Arikunto (2010:174) sampel adalah sebagian atau wakil
populasi yang diteliti. Apabila subjeknya kurang dari 100 lebih baik
diambil semua. Sebaliknya jika subjeknya dalam jumlah besar dapat
diambil antara 10-15% atau 20- 25%.
Penelitian ini sampel yang digunakan adalah Atlet Pencak Silat Satria
Sejati Bandar Lampung. Pengambilan sampel menggunakan teknik total
sampling. Total keseluruhan jumlah Atlet Pencak Silat Satria Sejati
Bandar Lampung sebanyak 16 Atlet maka penelitian ini menggunakan
keseluruhan populasi sebagai sampel.
C. Variabel Penelitian
Menurut Arikunto (2010:159) variabel adalah objek penelitian atau apa yang
menjadi titik perhatian suatu penelitian. Penelitian ini terdiri dari variabel
bebas dan variabel terikat.
28
1. Variabel bebas adalah : objek atau gejala-gejala dalam penelitian yang
bebas dan tidak tergantung dengan hal-hal lain, dilambangkan dengan (X).
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah power (X1) dan kelincahan
(X2).
2. Variabel terikat adalah objek atau gejala-gejala yang keberadaannyaa
tergantung atau terikat dengan hal-hal lain yang mempengaruhi,
dilambangkan dengan(Y). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah
hasil tendangan sabit (Y).
D. Definisi Operasional Variabel
Menghindari terjadinya pengertian yang keliru tentang konsep variabel yang
terlibat dalam penelitian ini, maka variabel-variabel tersebut perlu
didefinisikan secara oprasional sebagai berikut :
1. Power tungkai dimaksud adalah komponen kondisi fisik seseorang tentang
kemampuannya memadukan kondisi fisik kecepatan dan kekuatan. Power
seseorang dapat diketahui dengan standing broad jump test dengan satuan
centimeter.
2. Kelincahan yang dimaksud adalah merupakan kemampuan tubuh
ataubagian tubuh untuk mengubah arah secara cepat dan tepat tanpa
kehilangan keseimbangan. Penelitian ini teknik tendangan sabit memiliki
tingkat keseimbangan yang tinggi dikarenakan proyeksi pusat gaya berat
serta memiliki bidang tumpu yang kuat. Kelincahan seseorang dapat
diketahui dengan illionist agility test dengan satuan detik.
29
3. Teknik tendangan sabit yaitu salah satu teknik tendangan yang tendangan
yang dilaksanakan dengan menggunakan kaki sebelah dan tungkai lintasan
nya dari samping dengan perkenaan pada punggung kaki. Kemampuan
tendangan sabit dapat diukur dengan tes menendang kearah target selama
10 detik dengan secepat-cepatnya.
E. Desain Penelitian
Desain penelitian diperlukan dalam suatu penelitian karena desain penelitian
dapat menjadi pegangan yang lebih jelas dalam melakukan penelitiannya.
Sebagaimana yang dijelaskan oleh Arikunto (1997:44) desain penelitian
adalah “rencana atau rancangan yang dibuat oleh peneliti sebagai ancar-ancar
kegiatan yang akan dilaksanakan”.
Penelitian ini menggunakan desain korelasional. Terdapat dua variabel dalam
penelitian yaitu variabel terikat dan variabel bebas, variabel terikat yaitu hasil
tendangan sabit dan variabel bebas yaitu power tungkai dan kelincahan.
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :
Power Otot Tungkai
KemampuanTendangan Sabit
Kelincahan
Gambar 5. Desain Penelitian.
30
F. Instrumen Penilaian
Menurut Suharsimi Arikunto (2010:203) instrumen adalah alat atau fasilitas
yang digunakan penelitian dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya
lebih mudah dan hasilnya lebih baik, sehingga mudah diolah. Penelitian ini
menggunakan pendekatan one-shot-model yaitu pendekatan yang
menggunakan satu kali pengumpulan data.
1. Power tungkai pengukuran menggunakan standing broad jump
2. Kelincahan pengukuran menggunakan illionis agility test
3. Tendangan sabit pengukuran menggunakan tes tendangan sabit kearah
target selama 10 detik.
G. Teknik Pengumpulan Data
Menurut Suharsimi Arikunto (2010:265) dijelaskan bahwa metode
pengumpulan data merupakan cara yang digunakan peneliti dalam
mengumpulkan data penelitiannya.
Lebih lanjut dikatakan oleh Suharsimi Arikunto (2010:265) bahwa untuk
memperoleh data data yang diinginkan sesuai dengan tujuan peneliti sebagai
bagian dari langkah pengumpulan data merupakan langkah yang sukar karena
data data yang salah akan menyebabkan kesimpulan-kesimpulan yang ditarik
akan salah pula. Data yang perlu dikumpulkan ini menggunakan metode
survey dengan teknik tes, pengambilan data dilakukan dengan pemberian tes
dan pengukuran melalui metode survey, yaitu peneliti mengamati secara
langsung pelaksanaan tes dan pengukuran di lapangan.
31
1. Instrumen power tungkai diukur dengan menggunakan standing broad
jump.
1. Alat dan fasilitas
a. Bak pasir/matras atau alat yang sudah tersedia seperti gambar
dibawah.
b. Pita meteran
c. Petugas Tes :
a. Pencatat hasil.
b. Pengawas tempat mendarat.
c. Dua orang pengukur jarak lompatan.
2. Pelaksanaan:
a. Atlet berdiri tepat dibelakang garis batas, kedua kaki sejajar,
lutut ditekuk sampa membentuk sudut +45 dan kedua lengan
lurus ke belakang.
b. Tanpa menggunakan awalan, kedua kaki menolak secara
bersamaan dan melompat kedepan sejauh-jauhnya.
c. Pelaksanaan lompatan dilakukan dengan bantuan ayunan
lengan.
d. Jarak lompatan dihitung dari garis batas sampai dengan batas
terdekat bagian anggota badan yang menyentuh matras atau
pasir.
e. Test tersebut dilakukan tiga kali berurutan, jarak terjauh dari
tiga lompatan dicatat dalam cm.
f. Gagal apabila pada saat bertolak tapak kaki melewati garis
batas.
32
3.Penilaian:
Skor peserta tes adalah skor tertinggi dari tiga kali kesempatan.
Gambar 6. Standing broad jump test(Hede at All,2011)
Tabel 1: Norma Penilaian Standing Broad JumpUntuk Atlet Pria
Usia BaikSekali
Baik Cukup Kurang KurangSekali
14 >2.11m 1.96-2.11m
1.85-1.95m
1.85-1.97m
<1.68m
15 >2.26m 1.26-2.11m
1.98-2.10m
1.98-2.10m
<1.85m
16 >2.36m 2.21-2.36m
2.11-2.20m
1.98-2.10m
<1.98m
>16 >2.44m 2.29-2.44m
2.16-2.28m
1.98-2.15m
<1.98m
Sumber: (Hede at all, 2011:178)
Tabel 2: Norma Penilaian Standing Broad Jump Untuk Atlet WanitaUsia Baik
SekaliBaik Cukup Kurang Kurang
Sekali14 >1.91m 1.73-
1.91m1.60-1.72m
1.47-1.59m
<1.47m
15 >1.85m 1.73-1.84m
1.60-1.72m
1.50-1.59m
<1.50m
16 >1.83m 1.68-1.83m
1.58-1.67m
1.45-1.57m
<1.45m
>16 >1.91m 1.78-1.91m
1.63-1.77m
1.50-1.62m
<1.50m
Sumber: (Hede et all, 2011:179)
33
2. Instrumen kelincahan diukur dengan menggunakan illionis agility test.
a. Alat dan Fasilitas
Panjang dari lapangan ini 10 meter dan lebar (jarak antara start dan finish)
5 meter. 4 kon dapat digunakan sebagai tanda pada start, finish, dan pada
dua pos belokan dan jarak di antara masing-masing kun 3,3 meter sebagai
tanda rute di tengahnya.
b. Petugas Tes
1. Pencatat Hasil
2. Dua orang penjaga garis start dan finish
3. Pencatat waktu
c. Pelaksanaan tes :
Tes ini meminta atlet untuk lari secepat mungkin di rute garis merah
seperti ditunjukkan diagram di atas.
1. Atlet bersiap pada garis start.
2. Pengukur memberikan aba-aba “ya” dan menekan stopwatch
3.Atlet berlari mengelilingi lapangan sesuai dengan rute yang telah
ditunjukkan sampai pada garis finish.
4.Pengukur menekan stopwatch saat atlet berhasil mencapai finish dan
mencatathasilnya.
34
a. Penilaian
Skor berdasakan waktu tercepat dari tiga kali kesempatan.
Gambar 7. Illinois Agility TestSumber: https://www.brianmac.co.uk/illionis.htm
Tabel 3: Norma Penilaian Illionis Agility Test
Kategori Putra PutriSangatBaik
<15.2 <17.0
Baik 15.2-16.1 17.0-17.9
Sedang 16.2-18.1 18.0-21.7
Kurang 18.2-19.3 21.8-23.0
SangatKurang
>19.3 >23.0
Sumber : https://www.brianmac.co.uk/illionis.htm
3. Instrumen kemampuan tendangan sabit1. Alat dan Fasilitas:
a. Sandsack
b. Meteran
35
c. Stopwatch
2. Petugas Tes:
a. Pengukur ketinggian.
b. Pencatat waktu.
c. Penjaga sandsack.
3. Pelaksanaan:
Atlet bersiap-siap berdiri di belakang sandsack/target dengan satu kaki
tumpu berada di belakang garis sejauh 50cm (putri) 60cm (putra). Saat
aba-aba ‘ya’, atlet melakukan tendangan dengan kaki kanan dan kembali
ke posisi awal dengan menyentuh lantai yang berada di belakang garis,
kemudian melanjutkan tendangan kanan secepat-cepatnya sebanyak-
banyaknya selama 10 detik. Demikian juga dengan kaki kiri. Pelaksanaan
dilakukan 3 kali dan diambil penampilan atlet yang terbaik dengan
ketinggian sandack 75cm (putri) dan 100cm (putra)
4. Penilaian :
Skor berdasarkan tendangan terbanyak yang dilakukan oleh atlet.
Gambar 8. Tes Kemampuan Tendangan Sabit( Lubis, 2014: 172)
36
Tabel 4: Norma Penilaian Kemampuan Tendangan Sabit Atlet.
Kategori Putri Putra
Baik Sekali <24 >25
Baik 19-23 20-24
Cukup 16-18 17-19
Kurang 13-15 15-16
Kurang Sekali <12 <14
Sumber : (Lubis, 2014:172)
4. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian
Uji Validitas Menurut Arikunto (2010:168) validitas adalah suatu ukuran
yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen.
Menurut Ali Muhidin (2007:37) Reliabilitas adalah sejauh mana hasil
pengukuran dapat menunjukkan hasil relatif sama dalam beberapa kali
pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama.
5. Analisis Data
Analisis data ditunjukkan untuk mengetahui jawaban akan pertanyaan -
pertanyaan dalam penelitian. Mengingat data yang ada adalah data yang
masih mentah dan memiliki satuan yang berbeda, maka perlu disamakan
satuan ukurannya sehingga lebih mudah dalam pengolahan data selanjutnya.
Dengandemikian data mentah diubah menjadi data yang standart ( Z-score)
Setelah data dirubah menjadi data standart kemudian dijadikan score baku
(T-Score).
37
Data yang dianalisis adalah data variabel bebas yaitu (X1) power otot
tungkai, (X2) kelincahan,dan variabel terikat (Y) tendangan sabit. Karena
sampel peneletian yang diteliti hanya berjumlah 16 orang siswa maka
perhitungan statistic di hitung dengan cara manual.
Menurut Suharsimi Arikunto (2010:102) untuk menguji hipotesis antara XI
dengan Y, X2 dengan Y, digunakan statistik melalui korelasi product moment
dengan rumus sebagai berikut:
222
i2
i
iiX
-X-X
X-Xr
nn
ni
Keterangan := Koefesien korelasi
N = Jumlah sampelXi = Skor variabel XY = Skor variabel Y∑Xi = Jumlah skor variabel X∑Y = Jumlah skor variabel Y∑X2 = Jumlah skor variabel Xkuadrat∑Y2 = Jumlah skor variabel Ykuadrat
Dalam Sugiyono (2010:230) harga r yang di peroleh dari perhitungan hasil
tes dikonsultasikan dengan tabel r product moment. Menentukan penafsiran
terhadap koefisien korelasi yang ditemukan besar atau kecil, maka dapat
berpedoman pada ketentuan yang tertera pada interprestasi koefisien korelasi
nilai r pada tabel 5.
1x yr
38
Tabel 5. Interpretasi Hasil Uji Reliabilitas
R InterpretasiAntara 0,800 sampai dengan 1,000 TinggiAntara 0,600 sampai dengan 0,800 CukupAntara 0,400 sampai dengan 0,600 Agak rendahAntara 0,200 sampai dengan 0,400 RendahAntara 0,000 sampai dengan 0,200 Sangat rendah
Kriteria pengujian hipotesis tolak Ho jika r hitung > r tabel, dan terima Ho
jika r hitung < r tabel. Besarnya sumbangan (kontribusi) antara variabel X
dan variabel Y maka menggunakan rumus Koefisian Determinansi :
KP : r² x 100%
KP: r²x100%
51
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Power otot tungkai memberikan kontribusi terhadap tendangan sabit
sebesar 41,73% pada atlet pencak silat Satria Sejati Bandar Lampung.
2. Kelincahan memberikan komtribusi terhadap tendangan sabit sebesar
57% pada atlet pencak silat Satria Sejati Bandar Lampung.
3. Berdasarkan data kedua variabel di atas dapat disimpulkan bahwa
kontribusi terbesar terhadap tendangan sabit pada atlet pencak silat Satria
Sejati Bandar Lampung adalah kelincahan dengan hasil kontribusi lebih
besar 57% .
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, terdapat beberapa saran
yang ingin peneliti simpulkan, adapun saran yang diberikan peneliti adalah
sebagai berikut:
1. Bagi atlet pencak silat Satria Sejati Bandar Lampung agar terus berlatih
tentang tendangan sabit, sehingga saat dipertandinganbisa
dimaksimalkan.
2. Bagi peneliti lain yang berminat meneliti kembali permasalahan ini,
disarankan agar penelitian ini tidak hanya dijadikan beban pembanding
tapi juga penelitian ini dapat ditindak lanjuti dan disarankan untuk
52
menambahkan variabel lain diantaranya yaitu koordinasi tendangan dan
kepercayaan diri.
3. Bagi program studi penjaskes diharapkan dapat dijadikan salah satu
acuan dalam program dan pembelajaran untuk meningkatkan kualitas
pendidikan maupun calon tenaga pendidik, khususnya di bidang
olahraga.
54
DAFTAR PUSTAKA
Nugroho, Agung. 2001. Pedoman Latihan Pencak Silat. FIK UNY.
Arikunto, Suharsimi. 1992. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.Jakarta: Bina Aksara.
Arikunto. 2002. Metodologi Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta : PT.Rineka Cipta
Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: RinekaCipta.
Bompa.O, Tudor. (1994) Terjemahan Buku Theory And Methodology OfTraining. Bandung: Program Pasca Sarjana Universitas Padjadjaran
Erwin Setyo. 2015. Pencak Silat sejarah dan perkembangan pencak silat, Teknik-teknik dalam Pencak Silat, Pengetahuan dasar pertandingan PencakSilat. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Evelyin C. P. 1993. Anatomi & Fisiology Untuk Paramedis. Alih BahasaSri Yuliani Handoyo. Jakarta: PT. Gramedia.
Hariyadi, Slamet. 2003. Teknik Dasar Pencak Silat Tanding. Jakarta: PT. DianRakyat.
Mutohir dan Maksum. 2007. Sport Development (Konsep, Metodelogi danAplikasi) Alternatif Baru Mengukur Kemajuan Pembangunan BidangKeolahragaan. Jakarta: PT. Index.
Harsono. 1988. Coaching dan Aspek-aspek Psikologis dalam Coaching. Bandung:Tambak Kusuma CV.
Hede, C et al. 2011. Pe Senior Physical Education for Queensland. (Online).Tersedia https://www.brianmac.co.uk/illionis.htm diakses pada 25Januari 2018.
Iskandar. 1992. Pencak Silat. Jakarta: Departrmen pendidikan nasional, DirectorsDasar dan Menengah.
Lubis, Johansyah. 2004. Pencak silat panduan praktis. Jakarta: PT. Raja GrafindoPersada.
Notosoejitno. 1997. Khazanah Pencak Silat. Jakarta: CV. Infomedika.
55
Nurhasan. 2006. Penilaian Pembelajaran Penjas. Jakarta: Dinas Kebudayaan.
Pear , Morgan . 1986 . Introduction To Psychologg:Mc Graw Hill Book Co.Singapore.
Prasetyo, Juni. 2016.Kontribusi Kekuatan Otot Tungkai,Keseimbangan danKecepatan terhadap Tendangan Sabit pada Siswa EkstrakulikulerPencak Silat Tapak Suci di SMP Muhammadiyah GadingrejoPringsewu. Jurnal : Universitas Lampung.
Ridwan. 2005. Skala Pengukuran Variabel- Variabel Penelitian. Bandung: A
Rushall & Pyke. 1990. Training for sports and fitness. Melbourne, Australia:Macmillan Educational. lfabeta.
Safitri,Rina. 2017.Kontribusi Power Tungkai dan Kekuatan Otot PunggungTerhadap Hasil Bantingan Pinggang pada Atlet Gulat Putra Lampungtahun 2017. Jurnal : Universitas Lampung.
Saleh. 1986. Materi Pokok Beladiri dan Metodik. Jakarta: CV. Karunia.
Sugiyono. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Soedarminto. 1992. Kinesiologi. Jakarta : Depdikbud
Sutrisno, Hadi. 1992. Metodologo Research II. Yogyakarta: Andi Offset, 1991.
Yusuf, Ucup. 2001. Anatomi Manusia. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
.