KTI Tonsilitis

86
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman, ilmu pengetahuan, dan teknologi, sekarang ini juga banyak sekali masalah-masalah kesehatan yang bermunculan di masyarakat. Dari hari ke hari semakin banyak muncul penyakit infeksi ataupun penyakit lainnya, salah satunya adalah penyakit tonsillitis yang sering kita kenal dengan radang amandel. Penyakit tersebut sering di derita pada anak-anak dan secara umum mengalami satu atau dua kali serangan semasa anak- anak, walaupun terkadang dapat terjadi pada sebagian kecil orang dewasa. http://www.acehforum.or.id. (Hibbert, 2013) Tonsil atau yang lebih sering dikenal amandel merupakan kumpulan jaringan limfoid yang terletak pada kerongkongan di belakang kedua ujung lipatan belakang mulut. Tonsil atau amandel berfungsi mencegah agar infeksi tidak menyebar ke seluruh tubuh dengan cara menahan bakteri atau virus memasuki tubuh. Tetapi apabila tonsil sudah tidak dapat menahan infeksi dari bakteri atau virus, maka akan terjadi peradangan pada tonsil atau amandel 1

description

apaaja

Transcript of KTI Tonsilitis

5

BAB 1PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang

Seiring dengan perkembangan zaman, ilmu pengetahuan, dan teknologi, sekarang ini juga banyak sekali masalah-masalah kesehatan yang bermunculan di masyarakat. Dari hari ke hari semakin banyak muncul penyakit infeksi ataupun penyakit lainnya, salah satunya adalah penyakit tonsillitis yang sering kita kenal dengan radang amandel. Penyakit tersebut sering di derita pada anak-anak dan secara umum mengalami satu atau dua kali serangan semasa anak-anak, walaupun terkadang dapat terjadi pada sebagian kecil orang dewasa. http://www.acehforum.or.id. (Hibbert, 2013)Tonsil atau yang lebih sering dikenal amandel merupakan kumpulan jaringan limfoid yang terletak pada kerongkongan di belakang kedua ujung lipatan belakang mulut. Tonsil atau amandel berfungsi mencegah agar infeksi tidak menyebar ke seluruh tubuh dengan cara menahan bakteri atau virus memasuki tubuh. Tetapi apabila tonsil sudah tidak dapat menahan infeksi dari bakteri atau virus, maka akan terjadi peradangan pada tonsil atau amandel yang disebut dengan tonsillitis. Penyakit ini sering di temukan dan dapat menyerang semua umur. http://www.acehforum.or.id.Apabila masalah tonsillitis ini tidak mendapatkan perawatan dan pengobatan yang benar dan adekuat maka kemungkinan besar akan menyebabkan komplikasi kedaerah lainnya secara infeksi perkontinuitu atau ke organ yang jauh secara hematogen dan limfogen. (Joseph Lauro, 2011)World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa penyakit infeksi merupakan ancaman yang mengintai seluruh umat manusia di muka bumi,. salah satunya yaitu tonsilitis. Mengenai jumlah tonsilitis WHO tidak mengeluarkan data, namun WHO memperkirakan 287.000 anak di bawah 15 tahun mengalami tonsilektomi (operasi tonsil), dengan atau tanpa adenoidektomi. Dari jumlah ini 248.000 anak (86,4%) mengalami tonsilio- adenoidektomi dan 39.000 lainnya (13,6%) menjalani tonsilektomi saja. http://www.kompasterkini.com.Selanjutnya di Indonesia data nasional mengenai jumlah operasi tonsilektomi atau tonsiloadenoidektomi belum ada. Namun dari beberapa rumah sakit di Indonesia, jumlah kunjungan pasien rawat jalan yang disebabkan penyakit tonsilitis pada dua tahun terakhir, yaitu pada tahun 2012-2013 berjumlah sebanyak 55.383 orang sedangkan pasien rawat jalan yang disebabkan tonsillitis berjumlah 37.835 orang. Dengan jumlah laki-laki sebanyak 18.213 orang dan perempuan sebanyak 19.622 orang. http://www.Yanmedik-Depkes.net/.Untuk daerah Kalimantan Selatan khususnya Banjarmasin yang terdapat di RSUD Ulin Banjarmasin di ruang Kemuning (THT), pada tahun 2013 klien yang menderita tonsilitis berjumlah 43 orang dari jumlah klien 176 orang dengan kasus bedah THT. Saat itu tonsilitis menderita urutan ke 2 dari 10 kasus THT terbanyak.Berdasarkan gambaran di atas, sebagai perawat muncul keinginan untuk mengangkat asuhan keperawatan dengan diagnosa tonsillitis yang komprehensif meliputi biopsikospiritual dengan menggunakan proses keperawatan yang dapat membantu penyembuhan penyakit dengan penatalaksanan pengobatan antibiotik dan pembedahan dengan menggunakan proses keperawatan yang dapat membantu klien mengatasi masalah yang timbul akibat penyakitnya, sehingga angka kejadian penyakit pada pasien dengan tonsillitis berkurang setiap tahunnya. 1.2 Tujuan Penulisan

1.2.1. Tujuan Umum

Tujuan umum yang ingin dicapai adalah untuk mrngetahui dan melaporkan hasil asuhan keperawatan paada klien tonsillitis yang dirawat di ruang THT RSUD Ulin Banjarmasin melalui suatu proses keperawatan.

1.2.2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari asuhan keperawatan klien dengan tonsilitis ini adalah:

1.2.2.1. Mengkaji secara komprehensif yang meliputi biopsikososial dan spiritual klien tonsilitis ini.1.2.2.2.Merumuskan diagnosis keperawatan pasien dengan Tonsilitis.

1.2.2.3.Merencanakan intervensi keperawatan pada pasien dengan tonsilitis.1.2.2.4.Melaksanakan implementasi pada pasien dengan tonsilitis.1.2.2.5.Mengevaluasi hasil asuhan keperawatan pada pasien dengan tonsilitis.1.2.2.6.Mendokumentasikan hasil asuhan keperawatan.1.3 Manfaat Penulisan1.3.1. Bagi klien dan keluargaPasien dan keluarga dapat mengetahui tentang penyakit yang diderita, mengetahui cara pencegahan dan pengobatan penyakit tersebut dengan benar.

1.3.2. Bagi Perawat Perawat/team kesehatan mendapatkan bahan masukan serta pengalaman dalam melaksanakan asuhan keperawatan dengan pendekatan proses keperawatan yang baik pada klien dengan tonsilitis.

1.3.3. Bagi institusi pendidikan kesehatan khususnya1.3.3.1 Dapat menjadi salah satu acuan dasar bagaimana melaksanakan Asuhan keperawatan yang baik pada pasien tonsilitis.

1.3.3.2Dapat memberikan data dasar bagi peneliti selanjutnya yang lebih luas dalam materi yang sama.

1.3.3.3Sebagai sumbangsih pemikiran dalam pemikiran dalam usaha meningkatkan asuhan keperawatan khususnya penyakit tonsilitis.1.4. Metode PenulisanMetode penulisan asuhan keperawatan yang digunakan adalah metode deskriptif dengan menggambarkan asuhan keperawatan dengan studi kasus, yang menggunakan pendekatan proses keperawatan dengan menggali semua data yang mendukung, baik data subjektif maupun objektif yang merupakan respon dari pasien. Proses pendekatan keperawatan yang diperlukan meliputi pengkajian, perumusan diagnosis keperawatan, menyusun rencana keperawatan, melaksanakan implementasi berdasarkan rencana yang ada, melakukan evaluasi asuhan keperawatan yang telah diberikan dan mendokumentasikan hasil seluruh proses keperawatan yang telah dilakukan.1.5. Sistematika PenulisanAsuhan keperawatan didokumentasikan dengan menggunakan metode asuhan keperawatan yang terdiri dari beberapa Bab, yaitu dimulai dari Bab I sebagai pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan umum, tujuan khusus, metode ilmiah asuhan keperawatan dan sistematika penulisan. Bab II berisi tujuan teoritis tentang tonsilitis yang terdiri dari pengertian, etiologi, patofisiologi, tanda dan gejala, pemeriksaan penunjang,penatalaksanaan medis, dan tinjauan teoritis asuhan keperawatan tonsillitis yang terdiri atas pengkajian, diagnosis dan evaluasi. Bab III berisi hasil asuhan keperawatan, meliputi gambaran kasus, analisa dan diagnosis keperawatan, rencana keperawatan, implementasi, evaluasi dan dokumentasi keperawatan, pencatatan dilakukan dengan membuat proses asuhan keperawatan yang meliputi pengisian-pengisian format pengkajian, analisa data, lembar implementasi dan evaluasi. Bab IV penutup, kesimpulan dan saran serta keputusan dan lampiran.BAB 2

TINJAUAN TEORITIS2.1 Tinjauan Teoritis Anatomi dan Fisiologi TonsilTonsilitis istilah penyakit yang sering ditemui dan dikenal banyak orang dengan sebutan amandel, untuk mengetahui struktur dan fungsi organ tubuh yang di serang penyakit tersebut berikut penjelasannya: Tonsil atau amandel merupakan kumpulan jaringan limfoid yang banyak mengandung limfosit dan merupakan pertahanan infeksi. Tonsil terletak pada kerongkongan di belakang kedus ujung lipatan belakang mulut. Ia juga bagian dari struktur yang disebut Ring of Waldeyer ( cincin waldeyer ).kedua tonsil terdiri juga atas jaringan limfe, letaknya di antara lengkung langit-langit dan mendapat persediaan limfosit yang melimpah di dalam cairan yang ada pada permukaan dalam sel-sel tonsil. Fungsi dari tonsil yaitu untuk menyaring dan melindungi saluran pernafasan serta saluran pencernaan dan invasi organisme pathogen dan beberapa dalam pembentukan antibody. Anak-anak umumnya memiliki tonsil lebih besar dari pada remaja atau orang dewasa. http://org.wiki//anatomitonsil.ac.id.

Gambar 2.1 Anatomi Rongga Mulut Evelyn C.Pearce, 2008 Beberapa pasang tonsil merupakan bagian massa jaringan limfoid yang mengelilingi hidung dan faring oral, yang disebut sebagai cincin tonsil waldeyer. Tonsil palatin atau fausial terletak di kedua sisi orofaring, di belakang dan di bawah pilar fauce (lubang mulut). Permukaan tonsil palatin biasanya dapat terlihat selama pemeriksaan oral. Tonsil palatin adalah tonsil yang di buang ketika tonsillektomi. Tonsil faringeal, disebut juga adenoid, terletak di atas tonsil palatin pada dinding posterior nasofaring. Kedekatan jarak tonsil-tonsil ini ke hidung dan tuba eustacius menyebabkan kesulitan jika terjadi inflamasi. Tonsil lingual terletak di bagian dasar lidah. Tonsil tuba, ditemukan didekat lubang nasofaring posterior dari tuba eustacius, bukan merupakan bagian dari cincin tonsilar Waldeyer. (L. Wong et al, 2009)

Gambar 2.2 Anatomi Tonsil Evelyn C.Pearce, 2008Tonsil terdiri atas beberapa bagian yaitu :

2.1.1 Tonsil palatine

Tonsil palatine adalah suatu masa jaringan limfoid yang terletak di dalam fosa tonsil pada kedua sudut orofaring, dan dibatasi oleh pilar anterior (otot palatoglosus) dan pilar posterior (otot palatofaringeus). Tonsil berbentuk oval dengan panjang 2-5 cm, masing-masing tonsil mempunyai 10-30 kriptus yang meluas ke dalam jaringan tonsil.

2.1.2 Kapsul Tonsil

Bagian permukaan lateral tonsil ditutupi oleh suatu membran jaringan ikat yang di sebut kapsul, walaupun para pakar anatomi menyangkal adanya kapsul ini, tetapi para klinis menyatakan bahwa kapsul adalah jaringan ikat putih yang menutupi 4/5 bagian tonsil.2.1.3 Plika Triangolaris

Di antara pangkal lidah dan bagian anterior kutub bawah tonsil terdapat plika embrio. Serabut ini dapat menjadi penyebab kesukaran saat pengangkatan tonsil dengan jerat. Komplikasi yang sering terjadi adalah terdapatnya sisa tonsil atau terpotongnya pangkal lidah.

2.1.4 Pendarahan

Tonsil mendapat aliran darah dari cabang-cabang arteri karotis eksterna yaitu :2.1.4.1 Arteri maksilaris eksterna (arteri fasialis) dengan cabangnya arteri tonsilaris dan arteri palatine asenden.

2.1.4.2 Arteri maksilaris interna dengan cabangnya arteri palatine desenden.

2.1.4.3 Arteri lingualis dengan cabangnya arteri lingualis dorsal.

2.1.4.4 Arteri faringeal asenden, kutub bawah tonsil.

Bagian anterior dipendarahi oleh arteri lingualis dorsal dan bagian fosterior oleh arteri palatine asenden di antara kedua daerah tersebut di perdarahi oleh arteri tonsilkaris kutub atas tonsil diperdarahi oleh arteri faringeal asenden dan arteri palatine desenden.

2.1.5 Tonsil Faringeal (Adenoid))

Adenoid merupakan masa limfoid yang berlobus dan terdiri dari jaringan limfoid yang sama dengan terdapat pada tonsil. Lobus atau segmen tersebut tersusun teratur seperti suatu segmen terpisah dari sebuah dengan celah atau kantong di antaranya. Lobus ini tersusun mengelilingi daerah yang rendah di bagian tengah di kenal sebagai bursa faringeus. Adenoid tidak mempunyai kriptus. Adenoid terletak didinding belakang nasofaring jaringan adenoid di nasofaring terutama di temukan ada dinding atas dan posterior walaupun dapat meluas ke fosa rosenmuller dan orifisium tuba eustachius. Ukuran adenoid berpariasi pada masing-masing anak. Pada umumnya adenoid akan mencapai ukuran maksimal antara usia 3-7 tahun kemudian akan mengalami regresi.

2.1.6 Tonsil Lingual

Tonsil lingual terletak di dasar lidah dan dibagi menjadi dua oleh ligamentum glosoepiglotika. Di garis tengah, di sebelah anterior masa ini terdapat foramen sekum pada apeks,yaitu sudut yang terbentuk oleh papilla sirkumvalata.

2.1.7 Imunologi Tonsil

Tonsil merupakan jaringan limfoid yang mengandung sel limfosid. Limfosit B membentuk kira-kira 50-60% dari limfoid tonsilar. Sedangkan limfosid T pada tonsil adalah 40% dan 3% lagi adalah sel plasma yang matang. (Soepardi, Efiary Arsyad, dkk 2007)2.2 Tinjauan Teoritis Tonsilitis2.2.1 Pengertian TonsilitisTonsilitis merupakan inflamasi atau peradangan yang terjadi pada tonsil, dapat bersifat akut atau kronis dan biasanya merupakan infeksi virus: ringan dan durasi nya singkat. (Bilotta et al, 2011)Tonsilitis yaitu terdapat peradangan umum pembengkakan dari jaringan tonsilia dengan pengumpulan leukosit,sel-sel epitel mati dan bakteri patogen dalam kripta. (Rospa & Sri Mulyani, 2011)Tonsilitis adalah peradangan pada tonsil dan kriptanya. Tonsil merupakan massa jaringan limfoid yang terletak dirongga faring. Tonsil menyaring dan melindungi saluran pernafasan serta saluran pencernaan dan invasi organisme pathogen dan beberapa dalam pembentukan antibody, meskipun ukuran tonsil bervariasi. (L. Wong et al, 2009)Kesimpulan dari beberapa pengertian tentang penyakit Tonsilitis di atas adalah: Tonsilitis adalah peradangan pada tonsil yang bersifat akut atau kronis, terjadi pembengkakan dari jaringan tonsila dengan mengumpulkan leukosit, sel-sel epitel yang mati dan bakteri patogen dalam kriptanya. Tonsil terdiri dari banyaknya jaringan limfoid yang disebut folikel, setiap folikel memiliki kanal (saluran) yang ujungnya bermuara pada permukaan tonsil. Muara tersebut tampak oleh kita berupa lubang yang disebut kripta. 2.2.2 Klasifikasi tonsilitis2.2.2.1 Tonsilitis Akut (kurang dari 6 bulan)

Merupakan infeksi tonsil akut yang menimbulkan demam, lemah, nyeri tenggorokan, nyeri dan gangguan menelan, dengan gejala dan tanda setempat radang akut.

2.2.2.2 Tonsilitis Kronis (lebih dari 6 bulan)

Merupakan infeksi yang paling sering ditemui diantara infeksi daerah faring. Keluhan dan gejalanya hampir sama dengan tonsillitis akut, dan ini berulang kali. Pada pemeriksaan didapatkan tonsil membesar dengan banyak kripta disertai tumpukan nanah seperti keju di dalam kripta. (Firman Sriyono, 2006)2.2.3 EtiologiEtiologi atau penyebab tonsillitis yaitu: 2.2.3.1 Organisme penyebab biasanya bakteri gram-negatif.2.2.3.2 Alergi dengan pembengkakan mukosa hidung dan aerasi yang buruk.2.2.3.3 Abses akar dini mungkin merupakan faktor penunjang.

2.2.3.4 Tonsil disebabkan oleh bakteri Streptokokus group A atau kelompok A Streptokokus beta hemolitik. Dapat juga di sebabkan oleh bakteri lain atau virus atau dari oral anaerob. (Rospa & Sri Mulyani, 2011)2.2.4 Patofisiologi

The presence or bacteria of bacterial pathogen that attacks the tonsils, tosyl given large and inflamed, eventually became the pormation of exuadate, the color garay or yellowish. This exudates and from a membrane be one, could lead to futher selusitis tonsilia and surrounding areas peritonsiliar abscess formation accurs and some cases occur neorose local net work.Adanya kuman atau bakteri patogen yang menyerang bagian tonsil, menimbulkan tonsil besar dan meradang, lama-kelamaan terjadi pembentukan eksudat yang warnanya keabu-abuan atau kekuning-kuningan. Eksutdat ini menyatu dan membentuk membrane, selanjutnya bisa menimbulkan selusitis tonsilia dan daerah sekitarnya terjadi pembentukan abses peritonsilar dan beberapa kasus terjadi necrose jaringan lokal. (Rospa & Sri Mulyani, 2011)

2.2.4.1 Patway

Organisme gram-negatif, streptokokus beta hemolitik

Nyeri akutNyeri tenggorokan gangguan nutris dan intake cairanKetidakseimbangan nutrisi

(Warna kuning ke abu-abuan ostalgia nafas berbau has)

Ostalgia nafas berbau Has, sakit menelanCemas, Kwatir, Takut, Tekanan darah meningkat atau menurun, Nadi meningkat Ansietas berhubungan dengan tindakan operatif (pembedahan) Gambar 2.3 Pohon masalah (Rospa & Sri Mulyani, 2011:108)

2.2.5 Tanda dan GejalaTanda dan gejala pada tonsilitis akut menurut (Rospa & Sri Mulyani, 2011:109)

Gejala dan tanda yang sering di temukan adalah nyeri tenggorokan dan nyeri waktu menelan, demam dengan suhu tubuh yang tinggi, rasa lesu, rasa nyeri sendi-sendi, tidak nafsu makan dan rasa nyeri di telinga ini (otalagia). Rasa nyeri di telinga ini karena nyeri alih (referred pain) melalui saraf nervus glosofaringeus (N.IX). pada pemeriksaan tonsil membengkak, hipermesis dan terdapat detritus terbentuk folikel.

Gambar 2.4 Klasifikasi Penilaian Pembesaran TonsilBerdasarkan rasio perbandingan tonsil dengan orofaring, dengan mengukur jarak antara kedua pilar anterior di bandingkan dengan jarak permukaan medial kedua tonsil, maka gradasi pembesaran tonsil dapat dibagi menjadi:

T0: Tonsil masuk di dalam fossa

T1: 75% volume tonsil di bandingkan dengan volume orofaring

2.2.6 Pemeriksaan Penujang

Menurut (Rospa & Sri Mulyani, 2011:110) yang diperlukan adalah:2.2.6.1 Laboratorium

a. Kultur tenggorokan memperlihatkan organisme penyebab infeksi

b.Pemeriksaan darah, hitung leukosit serum biasanya memperlihatkan leukositosis

2.2.6.2 Radiologi

a. Foto lateral jaringan lunak nasofaring

b. Foto polos

2.2.7 Penatalaksanaan Medis

Menurut (Soepardi et al, 2007:223), penatalaksanaan medis pada tonsililitis dibagi 2 dengan pengobatan antibiotika dan pembedahan yaitu:

2.2.7.1 Pengobatan Antibiotika spektrum lebar selama 1 minggu memperbaiki hygiene mulut, vitamin C vitamin B kompleks. Jika organism penyebab tonsillitis adalah kelompok A streptokokus beta hemolik, dokter akan menggunakan penicillin, meskipun antibiotic lainnya dapat digunakan untuk mencegah komplikasi, terapi antibiotic terus dilanjutkan untuk 10-14 hari. Tonsillitis atau munculnya komplikasi (hambatan dan tonsil yang membengkak atau abses sekitar tonsil).

2.2.7.2 Pembedahan untuk pengeluaran tonsil, Pembedahan dapat dilakukan bila penderita telah bebas dan tonsilar atau infeksi saluran pernafasan untuk 3-4 minggu.Penatalaksanaan medis menurut (Rospa & Sri Mulyani, 2011:115) pada tonsillitis kronis adalah :

2.2.7.1 Terapi lokal untuk hygiene mulut dengan obat kumur atau isap.

2.2.7.2 Terapi radikal dengan tonsilektomi bila terapi medikamentosa atau terapi konservatif tidak berhasil.

Tonsil hipertrofik sering ditemukan pada anak-anak, keadaan ini tidak merupakan kelainan. Tonsilektomi baru dilakukan bila ada penyulit korpulmonalel akibat obstruksi kronik jalan nafas yang jarang terjadi, abseb faringeal atau peritonsiler. Atau pembesaran tonsil mengakibatkan disfagia dengan penurunan berat badan. Kecurigaan keganasan tonsil pada orang dewasa muda dan dewasa, merupakan indikasi untuk pemeriksaan hystopatologik.Indikasi khusus untuk anak adalah Tonsilitis rekurens yang kambuh lebih dari 3 kali, tonsil hyperplasia setelah infeksi mononekleosis, dan riwayat demam reumatik dengan gangguan jantung yang berhubungan dengan tonsillitis kronis yang sukar diatasi dengan antibiotik.

Penatalaksanaan medis pre dan post tonsillitis (tonsilektomi)2.2.7.1 Penatalaksanaan pre operasi tonsilektomia. Lakukan pemeriksaan telinga, hidung, dan tenggokan secara seksama dan dapatkan kultur yang diperlukan untuk menentukan ada tidak dan sumber infeksi.

b. Ambil specimen darah untuk pemeriksaan pre operasi, untuk menentukan adanya resiko pendarahan: waktu, pembekuan, pulsan, masa protrombin, masa tromboplastin parsial.

c. Lakukan pengkajian pre operasi

Perdarahan pada anak atau keluarga, kaji status dehidrasi, siapkan anak khusus untuk menghadapi apa yang diharapkan pada masa pasca operasi, gunakan tehnik-tehnik yang sesuai dengan tinkat perkembangan anak (buku, boneka, gambar), bicaralah pada anak tentang hal-hal baru yang akan di lihat di kamar operasi, dan jelaskan, anjurkan orang tua tetap bersama anak dan membantu memberikan perawatan.2.2.7.2 Penatalaksanaan post operasi tonsilektomia. Kaji skala nyeri dengan sering memberikan analgesik sesuai indikasi.

b. Kaji dengan sering adanya tanda-tanda perdarahan post operasi.

c. Siapkan alat penghisap dan alat-alat nasal packing untuk berjaga-jaga seandainya terjadi kedauratan.

d. Pada saat anak masih berada dalam pengaruh anastesi, beri posisi telungkup atau semi telungkup pada anak dengan kepala di miringkan ke samping untuk mencegah aspirasi.

e. Biarkan anak memperoleh posisi yang nyaman sendiri setelah ia sadar (orang tua boleh menggendong anaknya).

f. Ada beberapa kontroversi yang berkaitan dengan pemberian susu dan es krim pada malam pembedahan: dapat menenangkan dan mengurangi pembengkakan, tetapi dapat meningkatkan produksi mucus yang menyebabkan anak lebih sering membersihkan tenggorokannya, meningkatkan resiko pendarahan.

g. Berikan collar es jika di inginkan. (lepas collar es tersebut, jika anak menjadi gelisah).

h. Anjurkan agar orang tua tetap bersama anak ketika anak sadar.

(Firman Sriyono, 2006)2.3 Tinjauan Teoritis Keperawatan Tonsilitis2.3.1 Pengkajian

2.3.1.1 Meliputi keluhan utama seperti nyeri menelan, demam tinggi, seperti ada halangan di tenggorokan, pernafasan bau, dan lain-lain.

2.3.1.2 Riwayat penyakit sekarang adalah sudah berapa lama klien merasakan keluhan atau gejala yang timbul sampai klien masuk rumah sakit.

2.3.1.3 Riwayat penyakit dahulu adalah adanya riwayat penyakit tonsillitis, kebiasaan merokok, riwayat hipertensi, dan lain-lain.

2.3.1.4 Riwayat penyakit keluarga adalah adanya riwayat penyakit keturunan.

2.3.1.5 Pemeriksaan fisik adalah fokus pada telinga, hidung, dan tenggorokan.

2.3.1.6 Makanan atau cairan adalah kesulitan menelan dan kerusakan membrane mukosa.

2.3.1.7 Nyeri dan kenyamanan adalah nyeri menelan, penyebaran nyeri sampai ke telinga, meringis, gelisah.

2.3.1.8 Integritas ego adalah perasaan takut akan mati, kemampuan kerja dan keuangan.

2.3.1.9 Adanya ansietas, depresi dan menyangkal.

2.3.1.10 Penyuluhan dan pembelajaran adalah baru menjalani operasi atau prosedur invasif dan menggunakan antibiotik.(Rospa & Sri Mulyani, 2011:115)2.3.2 Konsep pemeriksaan fisik menurut (Robert Priharjo, 2006: 78-79)2.3.2.1Keadaan umum

Meliputi kesan keadaan sakit termasuk ekspresi wajah dan posisi pasien, kesadaran (Gaslow Coma Scale), yang dapat meliputi penilaian secara kualitas seperti compos mentis, apatis, samnollen, sofor, coma, delirium, dan status gizinya.

2.3.2.2Pemeriksaan tanda-tanda vital

Meliputi tekan darah, nadi, pola pernafasan dan suhu tubuh, biasanya klien tonsilitis mengalami bernafas karena ada pembesaran pada tonsil dan mengalami peningkatan suhu tubuh.2.3.2.3Pemeriksaan kulit dan rambuta. Kulit meliputi warna (meliputi pigmentasi, sianosis, ikterik, pucat, eritema), turgor, kelembaban kulit dan atau ada tidaknya edemab.Rambut meliputi dapat dinilai dari warna, kelebatan, distribusi dan karakteristik2.3.2.4Pemeriksaan kepala dan lehera. Kepala meliputi dapat di nilai bentuk dan ukuran kepala, ubun-ubun, wajahnya asimetris atau ada tidaknya pembengkakan, mata dilihat dari visus palpebra, mata merah, alis, bulu mata, konjungtiva, anemis karena Hb nya menurun, sclera, kornea, pupil, lensa, pada bagian telinga dapat di nilai pada daun telinga, lubang telinga, membran timpani, mastoid, ketajaman pendengaran, hidung dan mulut ada tidaknya stismus.b.Leher meliputi kuku kuduk, ada tidaknya massa di leher, dengan ditentukan ukuran, bentuk, posisi, konsistensi, dan ada tidaknya nyeri tekan.

2.3.2.5Penglihatan dan mata

Meliputi struktur kedua mata, pergerakan bola mata, kebersihan mata, konjungtiva anemis atau tidak, sclera ikterik atau tidak, dan pemeriksaan pada mata meliputi apakah klien menggunakan alat bantu penglihatan.

2.3.2.6 Hidung dan penciuman

Meliputi pemeriksaan struktur hidung, kebersihan hidung, ada atau tidaknya pendarahan pada hidung, fungsi penciuman baik atau tidak.2.3.2.7 Pendengaran dan telinga

Meliputi pemeriksaan keadaan struktur telingan antara kiri dan kanan, fungsi pendengaran dan ada tidak nya klien menggunakan alat bantu pendengaran.

2.3.2.8 Mulut dan gigi

Meliputi pemeriksaan kebersihan mulut, keadaan gusi ada atau tidaknya peradangan pada gisi, keadaan gigi dan jumlah gigi, keadaan lidah dan mukosa bibir.

2.3.2.9 Pemeriksaan dada

a. Meliputi organ paru dan jantung, secara umum bentuk dada, keadaan paru yang meliputi simetris atau tidaknya, pergerakan nafas, ada tidaknya femitus suara, krepitasi serta dapat dilihat batas ada saat perkuasi didapatkan (bunyi perkusinya bagaimana apakah hipersonor atau timpani).

b. Jantung dapat diperiksa tentang denyut apeks atau dikenal dengan siklus cordis dan aktivitas artikel, getaran bising, bunyi jantung.

2.3.2.10 Pemeriksaan abdomen

Meleputi pemeriksaan bentuk perut, dinding perut, bising usus, adanya ketegangan dinding perut atau adanya nyeri tekan serta dilakukan palpasi pada organ hati, limfe, ginjal, kandung kemih, yang ditentukan ada tidaknya nyeri pada pembesaran pada organ tersebut, kemudian pada daerah anus, rectum, serta genitalia.

2.3.2.11 Pemeriksaan anggota gerak dan neurologi Meliputi adanya rentang gerak keseimbangan dan gaya berjalan, genggaman tangan, otot kaki dan lainnya.

2.3.2.12 Pemeriksaan Tonsil

Meliputi pemeriksaan apakah ada pembengkakan atau tidak, diukur berdasarkan panduan sebagai berikut:T0 : Tonsil masuk di dalam fossa

T1 : 75% volume tonsil di bandingkan dengan volume orofaring2.3.3 Diagnosa KeperawatanMenurut Rospa & Sri mulyani (2011: 117-126) diagnosa keperawatan yang muncul pada klien ini adalah:

Pre Operasi Tonsil

2.3.3.1 Nutrisi, ketidakseimbangan: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia sekunder akibat nyeri saat menelan.

2.3.3.2 Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang rutinitas pre operasi tonsilektomi.

Post Operasi Tonsil

2.3.3.1 Nyeri akut berhubungan dengan adanya luka post operasi.

2.3.3.2Resiko terjadi perdarahan berhubungan dengan afek pembedahan.

2.3.3.3 Resiko terjadi kekurangan volume cairan berhubungan dengan penurunan masukan cairan sekunder terhadap nyeri saat menelan.

2.3.2.6Resiko terjadi perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh.

2.3.2.7Resiko terjadi infeksi berhubungan dengan prosedur pembedahan.

2.3.4 Perencanaan

Rencana tindakan yang dapat dilakukan pada klien dengan tonsillitis yang sesuai dengan diagnosis keperawatan di atas, menurut Rospa & Sri Mulyani, (2011:117-126) adalah:

2.3.4.1Rencana tindakan untuk diagnosis keperawatan Nutrisi ketidaksimbangan: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia sekunder akibat nyeri saat menelan

Mandiri

a. Tentukan kebutuhan nutrisi yang realistis dan adekuat

Rasional: Untuk mrncukupi nilai gizi yang sesuai yang dibutuhkan klien.b. Jelakan pentingnya nutrisi yang adekuat

Rasional: Untuk proses penyembuhan nya.

c. Pertahankan kebersihan mulut yang baik sebelum dan sesudah mengunyah makanan

Rasional: Kebersihan mulut merangsang salvias dan membantu untuk meningkatkan indera pengecapan.

d. Tawarkan makanan dalam porsi kecil tapi sering

Rasional: Makanan dalam porsi kecil mengurangi kelelahan.

e. Timbang BB tiap hari dalam waktu yang sama

Rasional: Untuk mengetahui bila ada perubahan atau penurunan BB.

Kolaborasif. Berikan obat analgesik

Rasional: Menghilangkan atau menurunkan tegangan nyeri/spasme. yang menambah ketidaknyamanan terhadap nyeri.

2.3.4.2Rencana tindakan untuk diagnosis keperawatan Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang rutinitas pre operasi tonsilektomi.

Mandiria. Kaji tingkat kecemasan klien ringan, sedang atau berat

Rasional: Untuk menentukan tindakan keperawatan selanjutnya.

b. Berikan kenyamanan dan ketentraman hati: Tinggal bersama klien, menunjukan rasa empati

Rasional: Untuk memberikan kepercayaan pada klien bahwa klien tersebut di perhatikan.

c. Beritahu klien dan keluarga tentang kondisi, prognosis, pengobatan dan perawatan

Rasional: Agar klien, keluarga memahami kondisi, prognosis, pengobatan serta perawatan sehingga segera dilaksanakan tindakan.

d. Jelaskan tujuan dan persiapan operasi yang dilakukan

Rasional: Agar klien dan keluarga memahami dan mengikuti prosedur tindakan yang akan dilakukan.

2.3.4.3Rencana tindakan untuk diagnosis keperawatan nyeri akut berhubungan dengan adanya luka post operasi.

Mandiri a. Berikan informasi sebab-sebab nyeri dan durasi nyeri akan berlangsung bila diketahui

Rasional: Untuk meningkatkan pemahaman pasien dan keluarga tentang sebab nyeri dan mengurangi kecemasan.

b. Ajarkan tindakan penurunan nyeri non invasif, yaitu strategi relaksasi seperti tarik nafas dalam stimulasi kutan

Rasional: Dengan tehnik relaksasi dapat mengurangi rasa nyeri.

c. Atur posisi klien senyaman mungkin

Rasional: Meningkatkan relaksasi atau penurunan tingkat terhadap nyeri.

d. Kompres air dingin didaerah leher

Rasional: Mengurangi rasa nyeri yang muncul akibat meradangnya tonsil.

Kolaborasie. Berikan obat analgesik

Rasional: Menghilangkan atau menurunkan tegangan nyeri/spasme yang menambah ketidaknyamananterhadap nyeri.2.3.4.4 Rencana tindakan untuk diagnosis keperawatan resiko terjadi pendarahan berhubungan dengan afek pembedahan.

Mandiri

a. Observasi tanda-tanda perdarahan pada daerah luka post operasi

Rasional: Mengidentifikasi lebih awal bila terjadi perdarahan.

b. Batasi aktifitas klien yang mungkin bias menimbulkan perdarahan

Rasional: Aktifitas yang berlebih dapat menimbulkan perdarahan post operasi.

c. Anjurkan makan es cream/ compres es

Rasional:Mencegah terjadinya pendarahan

d. Libatkan partisipasi klien dan keluarga untuk menjaga dan melaporkan kepada petugas bila terjadi suatu perdarahan

Rasional: Kerjasama yang baik dapat meningkatkan kewaspadaan dan menindak lanjuti lebih awal bila terjadi suatu masalah.

Kolaborasie. Kolaborasi dengan tim medis bila masalah (perdarahan) ditemukan

Rasional: Untuk tindak lanjut pemberian pengobatan dan perawatan.

2.3.4.5 Rencana tindakan untuk diagnosis keperawatan resiko terjadi kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan penurunan masukan cairan sekunder terhadap nyeri saat menelan.

Mandiria. Rencanakan tujuan masukan cairan berdasarkan hasil kolaborasi

Rasional: Dengan pemberian cairan akan membantu mengatasi kebutuhan cairan.

b. Kaji yang disukai dan tidak, berikan cairan kesukaan dalam

Rasional: Pemasukan cairan mungkin lebih besar apabila jika cairan yang di sukai di sediakan.

c. Ukur dan catat pemasukan dan pengeluaran cairan

Rasional: Untuk menentukan keseimbangan cairan atau luasnya ketidakseimbangan.

d. Kaji kelembaban kulit dan membran mucosa, warna dan turgor kulit

Rasional: Turgor kulit buruk, membran mucosa kering merupakan indaksi dehidrasi.

e. Timbang BB klien setiap hari pada waktu yang sama

Rasional: Berat badan yang stabil adalah indikasi dari adanya keseimbangan.

2.3.4.6Rencana tindakan untuk diagnosis keperawatan ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh.Mandiria. Tentukan kebutuhan nutrisi yang realistik dan adekuat

Rasional: Untuk mencukupi nilai gizi yang sesuai yang dibutuhkan oleh klien.

b. Jelaskan pentingnya nutrisi yang adekuat

Rasional: Untuk proses penyembuhan luka operasi.

c. Pertahankan kebersihan mulut sebelum sesudah mengunyah makanan

Rasional: kebersihan mulut merangsang salvias dan membantu untuk meningkatkan indera pengecapan.d. Tawarkan makanan dalam porsi kecil tapi sering

Rasional: Makanan dalam porsi kecil mengurangi kelelahan

e. Timbang BB klien setiap hari pada waktu yang sama

Rasional: Untuk mengetahui bila ada perubahan atau penurunan BB.

f. Monitor serum Hb, albumin bila perlu

Rasional: Penurunn Hb, albumin mengindikasikan adanya penurunaan intake nutrisi.

2.3.4.7 Rencana tindakan untuk diagnosis keperawatan resiko terjadi infeksi berhubungan dengan prosedur pembedahan.

Mandiria. Lakukan tindakan aseptik dan anti septik setiap melakukan suatu prosedur tindakan perawatan

Rasional: Mencegah mikroorganisme masuk kedalam tubuh.

b. Jaga kesterilan semua peralatan

Rasional: Mencegah mikroorganisme masuk melalui peralatan yang tidak steril.

c. Monitor tanda-tanda atau gejala infeksi pada daerah luka (kemerahan, edema, panas, bengkak dan pus)

Rasional: Mengidentifikasikan lebih awal bila ada atau timbul masalah infeksi.

d. Kurangi kerentanan individu terhadap infeksi seperti mempertahankan intake nutrisi, kalori dan protein dalam diet

Rasional: Menjaga daya tahan tubuh klien dengan baik terhadap serangan infeksi.

Kolaborasi e. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian anti biotika

Rasional: Diberikan guna pencegahan atau profilaksis.

2.3.5 Evaluasi

Hasil yang diharapkan dari asuhan keperawatan pada klien dengan tonsillitis adalah klien dapat meningkatkan dan mempertahankan intake nutrisi yang adekuat selama pre dan post operasi tonsillitis, keluarga dapat memahami proses penyakit, prognosis, program terapi dan perawatan di rumah sakit, klien dapat meningkatkan rasa nyaman dan terhindar dari rasa nyeri setelah post operasi, tidak terjadi komplikasi perdarahan selama post bedah, dapat meningkatkan dan mempertahankan intake cairan yang adekuat setelah post operasi dan terhindar dari infeksi setelah di lakukan pembedahan. BAB 3

HASIL ASUHAN KEPERAWATAN TONSILITIS3.1 Gambaran Kasus

Klien bernama An. D berumur 11 tahun, dan berjenis kelamin laki-laki, beragama Islam. Suku Banjar kewarganegaraan Indonesia dan berpendidikan SD. Berstatus belum menikah, beralamat di Jalan Alalak Selatan Komplek Dasa Maya 2 Block A No.11. Klien masuk RSUD Ulin Banjarmasin pada tanggal 14 April 2014 No RMK 99.18.60. Di Ruang THT selama empat hari perawatan di Rumah Sakit dan dua hari perawatan di rumah pada tanggal 18-19 April 2014 dengan diagnosis tonsilitis. Pengkajian dilakukan pada tanggal 14 April 2014.

Penanggung jawab Ny. I, yang berumur 37 tahun, jenis kelamin perempuan. Pendidikan beliau adalah SLTA, bekerja ibu rumah tangga, alamat jalan Alalak Selatan Komplek Dasa Maya 2 Block A No.11 Banjarmasin, Hubungan dengan klien adalah sebagai ibu kandung.

Keluhan utama klien pada saat pengkajian tanggal 14 April 2014 jam 14.00 Wita adalah klien mengeluh nyeri saat menelan.

Riwayat penyakit sekarang Ayah klien mengatakan kurang lebih 1 minggu yang lalu klien mengeluh ada ganjalan di tenggorokan dan amandelnya terasa sakit kemudian dibawa ke Puskesmas di Alalak Selatan Banjarmasin diberi obat dan kurang 4 hari berikutnya keluhan tidak dirasakan lagi. Namun pada tanggal 13 April 2014 klien merasakan amandelnya sakit lagi dan nyeri saat menelan, dan kembali dibawa ke puskesmas di Alalak Selatan dan dokter menganjurkan amandelnya segera dioperasi, kemudian orang tua klien memutuskan untuk masuk RSUD Ulin Banjarmasin pada tanggal 14 April 2014 jam 11.00 Wita.Riwayat penyakit dahulu, Ayah klien mengatakan bahwa klien sering jajan makanan di sekolah dan sejak umur 5 tahun sudah ada amandelnya tetapi masih kecil. Klien baru kali ini masuk rumah sakit, klien mengalami keluhan pada amandelnya kurang lebih satu tahun yang lalu, keluarga klien tidak mengetahui bahwa anaknya telah menderita Tonsilitis kronik. Klien tidak pernah menderita penyakit Asma, Hipertensi, Diabetes mellitus, maupun penyakit menular lainnya. Riwayat penyakit keluarga Ayah klien mengatakan bahwa adik klien yang menderita penyakit yang sama seperti yang diderita klien saat ini, dan ibu dari orang tua klien menderita penyakit Diabetes mellitus, didalam keluarga klien tidak ada yang menderita penyakit seperti : Asma, Hiprtensi, Hepatitis dan penyakit menular lainnya.

Keadaan umum hasil pemeriksaan fisik yang dilakukan pada tanggal 14 April 2014 didapatkan data bahwa, kesadaran klien compos mentis (kesadaran penuh),. GCS: 4, 5, 6(Respon membuka mata spontan, Respon verbal baik, Respon motorik mengikuti perintah) Tanda-tanda vital : Tekanan darah 100/80 mmHg, nadi 74x/menit, respirasi 16x/menit dan suhu tubuh 36,1C.

data antropometri : TB : 145 cm

BB : 62 kg BBI: (TB-100)10%(TB-100) = (145-100)10%(145-100)

= 45-4,5 = 40,5 kg

= 45+4,5= 49,5 kg

= 40,5-49,5 kgKulit dan kuku, Keadaan kulit klien cukup bersih, warna kulit klien sawo matang, turgor kulit elastic saat dicubit kembali kurang dalam 2 detik, tidak ditemukan ikterik dan sianosis, suhu tubuh.Kepala dan Leher, keadaan kulit kepala dan rambut bersih, rambut klien berwarna hitam, ditribusi merat, tidak teraba pembesaran getan bening, klien mengatakan nyeri ketika menelan, nyeri pada awal tenggorokan dan nyeri menjalar keleher seperti berdenyut, dengan skala 2 (sedang) rentang 0-5, klien tampak meringis kesakitan ketika nyeri dirasakan, klien mengatakan nyeri berlangsung sekitar 2-3 menit dengan frekuensi 5-6 kali per hari.

Penglihatan dan Mata, kedua mata simetris, pergerakan bola mata baik atau normal, keadaan mata cukup bersih, konjungtiva klien tidak anemis, sclera tidak ikterik, klien tidak menggunakan alat bantu penglihatan seperti: kacamata, lensa dan lain-lain.

Hidung dan penciuman, Keadaan cukup bersih, struktur hidung simetris, tidak ada sekret atau darah yang keluar dari hidung klien. Fungsi penciuman klien baik (klien dapat membedakan bau kapas yang diberi alkohol dan tidak), klien tidak menggunakan NGT.Pendengaran dan telinga, Keadaan struktur kiri dan kanan simetris kebersihan cukup bersih, tidak ada sekret atau pendarahan, fungsi pendengaran baik, klien dapat mendengarkan detak arloji yang didekatkan ke telinga, klien tidak menggunakan alat bantu pendengaran. Mulut dan gigi, Kebersihan mulut bersih, keadaan gigi utuh, keadaan gusi normal tidak ada perdarahan, keadaan lidah bersih dan mukosa bibir agak kering. Klien mengatakan terasa bengkak pada awal tenggorokannya. Keadaan tonsil membesar derajat T3 kiri dan kanan, warna merah dengan sedikit push, kemampuan bicara seperti tertahan.

Dada, pernafasan dan sirkulasi, Bentuk dada klien simetris, tidak ada keluhan nyeri dada, tidak ada trauma dada, klien tidak mengeluh sesak nafas, tidak menggunakan alat bantu pernafasan. Frekuensi nafas klien 16x/menit. Tidak terdapat bunyi nafas tambahan seperti wheezing atau ronkhi. Bunyi jantung normal, S1 S2 tunggal dan irama jantung regular.CRT kembali