Kuliah DN. Aidit - Harian Rakjat (1964)

download Kuliah DN. Aidit - Harian Rakjat (1964)

of 9

Transcript of Kuliah DN. Aidit - Harian Rakjat (1964)

  • 8/13/2019 Kuliah DN. Aidit - Harian Rakjat (1964)

    1/9

    TRANSKRIP

    Kuliah/Tanja-Djawab/

    Pendjelasan J.M. Menko D.N.Aidit Dimuka Peserta

    Pendidikan Kader RevolusiAngkatan Dwikora

    Tanggal 18 Oktober 1964Harian RakjatDjumat, 30 Oktober 1964

    Para Sdr. Kuliah saja tentang Manipol sebetulnja sudah selesai.Sekarang saja akan mendjawab pertanjaan jang tjukup banjak.Djadi, sebagaimana Sdr. ketahui, kuliah tentang MDK (MembangunDunia Kembali) sudah selesai dan sudah saja tutup, dan djugakuliah tentang Manipol-Usdek. Pada kesempatan ini, selain daripadamendjawab pertanjaan, saja djuga akan menutup kedua-duakuliah itu pada achir kuliah saja nanti dengan menjatakan harapankepada paraKader Revolusi.

    Sdr. Baiklah sekarang kita mulai dengan menjawab pertanjaanjang ada hubungannja dengan soal jang remeh, jaitu podjokdisebuah surat-kabar. Djadi ada pertanjaan jang menjambungdengan podjok surat-kabar ini. Para Sdr., dalam podjok BeritaIndonesia tanggal 17 Oktober - tentu tanggal 17 Oktober itukebetulan sadja - itu ada podjok jang berbunji begini:Mendjawab salahsatu pertanjaan dalam kursus Kader Revolusisemalam, Aidit menerangkan sbb, saja kutip: Kalau kita sudah

    bersatu Pantjasila tidak diperlukan lagi, sebab Pantjasila adalah

  • 8/13/2019 Kuliah DN. Aidit - Harian Rakjat (1964)

    2/9

    | 2 |

    alat pemersatu. Pantjasila sebagai filsafat persatuan, tetapi masinggolongan sudah punja faham sendiri. Itu saja kutip, kalimatjang saja batjakan tadi. Saja tidak tahu persis apakah beginiutjapan saja. Tetapi seandainja begini para Sdr., seandainja begini,ambillah begini, pemuatan jang demikian ini bisa menimbulkansalah paham, sebab dilepaskan dari hubungan keseluruhan.

    Dengan dilepaskannja dari hubungan keseluruhan, pembatja bisasalah tangkap. Padahal Sdr. tentunja belum lupa bahwa sajamenerangkan soal ini ada hubungannja dengan sebuah pertanjaan,dan saja akan terangkan itu pertanjaan apa. Pertanjaan itudatangnja dari peserta nomor 111 kelompok 31, jang pokoknja,

    isi pokok dari pertanjaan itu para Sdr., tidak membenarkan sajamenerima gagasan NEFO kontra OLDEFO dilihat dari segiMarxisme-Leninisme. Sebab saja terangkan pada waktu itu begini,kalau Sdr. masih ingat: bahwa saja bisa dengan sepenuh hatimenerima gagasan NEFO kontra OLDEFO, sekalipun ada kawansaja kaum Komunis diluar negeri menjalahkan saja. Masih ingatbarangkali, kalau ada terang ingatan. Sebab kaum Komunis dariluar negeri itu mengatakan begini: Ini perumusan keliru, NEFO -

    OLDEFO, seharusnya Kaum buruh semua negeri bersatulah! Itujang seharusnja saja terima, atau kaum Komunis Indonesia terima.Saja bilang tidak. Ada utjapan Lenin jang megatakan Kaum buruhsemua negeri dan nasion tertindas, bersatulah! Inilah landasanteorinja saja sebagai Marxis-Leninis menerima gagasan NEFO -OLDEFO itu, sebab dalam kalimat Kaum buruh semua negeri dannasion tertindas bersatulah!, ini berarti bersatulah seluruhkekuatan NEFO.

    Djadi, saja menerima ini dengan segala pengertian, dengan segalakejakinan, bahwa saja menerima seudjung rambutpun tidakbertentangan dengan adjaran jang saja anut, Marxisme-Leninisme.Nah, penanja ini berpendapat sebaiknya saja djawab tidak denganutjapan Lenin itu, atau bisa djuga, seharusnja saja djawab tidakmenggunakan utjapan Lenin, akan tetapi saja djawab denganmengatakan bahwa - jah - berdasarkan Pantjasila saja menerima

    gagasan NEFO - OLDEFO. Tentu ini bisa djuga. Saja tidak

  • 8/13/2019 Kuliah DN. Aidit - Harian Rakjat (1964)

    3/9

    Pendidikan Kader Revolusi

    | 3 |

    berkeberatan. Tetapi saja sebagai Marxis mendjawab seorangKomunis, tentu akan pakai alasan jang mudah dia mengerti, paraSdr. Djadi bukan tidak bisa didjawab: ja, karena filsafat pemersatukami di Indonesia adalah Pantjasila, dari segi Pantjasila saja bisamenerima gagasan NEFO - OLDEFO. Tetapi djangan lupa, sajamenerima Pantjasila-pun dari segi Marxis-Leninis. Kan saja sudahterangkan filsafat Komunis, djustru dari segi materialisme dialektissaja menerima Pantja Sila itu. Oleh karena itu saja bisamenerimanja dengan segala kejakinan, tidak sekedar ikutan sadjaatau sekedar, itu, ja, terpaksa. Tidak! Karena filsafat materialismedialektis, sebagaimana sudah saja uraikan, djustru dengan jakinsaja menerima Pantjasila itu. Djadi para Sdr., baiklah saja uraikanlebih landjut, karena djuga ada pertanjaan lain. Pantjasila sebagaialat pemersatu, Pantjasila sebagai dasar negara. Dan Pantjasilasebagai dasar negara itu, karena ia bisa mempersatukan seluruhbangsa kita jang terdiri daripada banjak aliran agama dan terdiridaripada banjak aliran filsafat dinegeri kita. Dengan dasar negarakita, Pantjasila, kita mempersatukan seluruhnja itu didalam kitapunja negara. Djadi, menurut fikiran saja begini. Saja dalam halini berbitjara terus-terang, supaja tahu, bagaimana pendiriangolongan Komunis sebagai dasar untuk kerdjasama atau untukmengeritiknja. Tapi ketahuilah bahwa Pantjasila menurut fikiransaja adalah filsafat pemersatu, tetapi bukan satunja filsafat. Dus,Pantjasila adalah filsafat di Indonesia. Ada filsafat kaum Katholikdi Indonesia, ada filsafat umat Islam di Indonesia, ada filsafatumat Budha di Indonesia, ada filsafat kaum Protestan di Indonesia,ada filsafat kaum Komunis di Indonesia, ada filsafat kaum Ilmu

    Klenik di Indonesia, ada filsafat kaum Mistik di Indonesia. Matjamfilsafat. Dus Pantjasila adalah filsafat pemersatu, tapi bukansatunja filsafat. Dus, dengan demikian tidak berarti bahwa denganmenerima Pantjasila lantas tidak boleh lagi ada filsafat Katholik,tidak boleh lagi filsafat Budha, tidak boleh lagi filsafat Ilmu Klenik,tidak boleh lagi filsafat Komunis. Bukan demikian, menurutpenangkapan saja.

    Dan kalau dibatja, djuga tulisan Bung Karno, saja persilahkan

  • 8/13/2019 Kuliah DN. Aidit - Harian Rakjat (1964)

    4/9

    | 4 |

    membatjanja dalam buku Tjamkan Pantjasila misalnja, terangsekali waktu beliau menerangkan tentang grootste gemene delerdan kleinste gemene veelvoud. Beliau mempersatukan jangbisa dipersatukan, sehingga pada umumnya, inilah, Pantjasila,ini, sebagai grootste gemene deler dan kleinste gemeneveelvoud. Itu bisa dibatja dalam Tjamkan Pantjasila halaman81 dan halaman 91. Sebagaimana halnja MANIPOL djuga. Manipoladalah program bersama. Dan batja dalam Manipol, disanadikatakan bahwa tiap orang, tiap partai, tiap organisasi bolehmepunjai programnja sendiri. Akan tetapi semua harus menerimadan melaksanakan Manipol sebagai program Revolusi kita semua.Malahan harus diadjarkan sedjak sekolah dasar sampai sekolahtinggi itu Manipol. Tetapi tiap orang, tiap organisasi, tiap partaiboleh mempunjai programnja sendiri, tetapi semua harusmenerima dan melaksanakan Manipol sebagai program Revolusi.

    Menurut pendapat saja, tiap aliran, Agama jang terdiri daripadaaliran lagi, Komunis, Nasionalis, boleh mempunjai filsafat danadjaran masing, akan tetapi semua harus menerima Pantjasila,dengan selandjutnya Nasakomnja, dengan selandjutnja Manipolnja,

    Pantja Program Front Nasionalnja, itu tidak terpisah. Itu menurutpandangan saja, Saudara.

    Saja sudah djelaskan bahwa saja djustru dengan kejakinan penuhmenerima Pantjasila. Dan saja kira, kawan kita dari golonganagama djuga dengan sepenuhnja menerima Pantjasila. Kalau sajamengatakan saja bisa sepenuhnja menerima Pantjasila dilihat darisegi Marxis-Leninis, kawan Islam dilihat dari segi filsafat AgamaIslam, kawan Protestan dilihat dari segi filsafat Agama Protestan,kawan Budha dilihat dari segi filsafat Budha, kawan kita jangmenganut Ilmu Klenik, ia menerima Pantjasila dilihat dari filsafatIlmu Klenik itu, dan lain. Djadi saja kira biasa, para Saudara,misalnja, seorang tokoh Islam menerima gagasan Bung Karno,biasa mereka mensitir ajat Quran atau Hadhis untuk membenarkanpenerimaannja. Apakah salah itu, dilihat dari segi agamanja, ajatQurannja dan Hadhisnja, maka NEFO OLDEFO, misalnja, begini

    keterangannja. Saja kira baik, dan saja kira baik sekali. Djuga

  • 8/13/2019 Kuliah DN. Aidit - Harian Rakjat (1964)

    5/9

    Pendidikan Kader Revolusi

    | 5 |

    misalnja seorang, ja, seorang Ilmu Klenik itu, djuga diamempersoalkan Pantjasila, dia lihat dari segi dia sendiri dan padapokoknya menjetudjui Pantjasila. Dus tidaklah, dengan menerimaPantjasila, lantas dibungkem tiap golongan itu berbitjara tentangadjarannja masing, saja kira tidak begiru. Saja kira. Malahankita akan senang, kalau tiap aliran, tiap golongan itu bisamenerima Pantjasila atas dasar diapunja filsafat, untuk menerimafilsafat persatuan. Memang Pantjasila itu adalah satu filsafat, satufilsafat persatuan, sebagai dasar negara kita, jang ia bisa mendjadidasar negara karena ia merupakan filsafat persatuan.

    Hanja para Saudara, hanja kalau kita mengakui dan mengerti

    adanja ber-bagai aliran itu, berbagai aliran agama dan aliranfilsafat lainja, hanja kalau demikian itu kita bisa mempersatukan.Kalau tidak mengerti ini, tidak mengakui adanja, ndak bisamempersatukan. Hanja kalau kita memahami betul bahwa ituada, dan mengerti, kita bisa mempersatukan. Tetapi kalau kitaanggap remeh tentang ber-bagai filsafat jang hidup dinegerikita, djangan bitjara tentang soal mepersatukan, tidak bisamempersatukannja. Bung Karno bisa menemukan Pantjasila itu,

    jalah karena beliau mempeladjari dengan baik ber-matjamfilsafat itu. Islamisme beliau peladjari dengan baik, Katholisismebeliau peladjari dengan baik, Protestantisme, Budhisme,Marxisme, beliau peladjari dengan baik; kemudian bisa. Tapimengakui adanja dulu, malahan menurut fikiran saja, mengakuipentingnja adanja itu, baru bisa kita mempersatukan. Tetapi kalausudah meremehkan, apalagi menjakiti ati penganut dari filsafatitu, tidak bisa mempersatukan. Sebab, menurut fikiran saja,filsafat Pantjasila djuga tidak bisa dipisahkan dengan satu filsafatdaripada Empu Tantular, tentang Bhinneka Tunggal Ika, Unity inDiversity. Unity in Diversity, ber-beda tetapi satu djua.Berbeda-beda tapi satu djua, dan ini dialektis, berbeda-bedatetapi satu djua. Djelas, sepenuhnja dialektis. Maka-itu saja betulkagum kepada genialitet daripada Empu Tantular, bahwa kita punjaDatuk dulu, sudah begitu lamanja, tetapi beliau bisa memikirsetjara dialektis. Bhinneka Tunggal Ika, jalah dalam istilah

  • 8/13/2019 Kuliah DN. Aidit - Harian Rakjat (1964)

    6/9

    | 6 |

    Marxisnja, dalam istilah Marxisnja jalah Unity in Diversity, ber-beda tetapi satu djua. Demikian djuga mengenai Pantjasila,menurut fikiran saja.

    Para Saudara. Saja sudah menerangkan bahwa saja tidak setudjupenghapusan, bukan hanja daripada filsafat tetapi djuga daripartai, sampai ketahap kedua dan seterusnja. Selagi dibutuhkanoleh kita bersama, ini perlu ada. Sebab saja berpendapat, selamamasih ada perbedaan antara kita, itu Bhinneka Tunggal Ika tetapberlaku, Pantjasila tetap berlaku. Dan saja berpendapatperbedaannja adalah langgeng. Perbedaan bahwa akan lama danmungkin akan seterusnja saja tidak tahu, ribuan tahun lagi, bahwa

    ada Islam, ada Katholik, ada Protestan, ada Komunis, adaNasionalis. Selama masih ada perbedaan ini, dan saja berpendapatlanggeng, perlu ada filsafat pemersatu itu, perlu adanja Pantjasilasebagai alat pemersatu.

    Dus saja rasa, saja berpendapat, perbedaan itu langgeng, olehkarena itu saja berpendapat djuga Pantjasila itu langgeng. Kansudah saja sebutkan djuga dalam uraian saja disini, sehingga sajakatakan, waktu ada pertanjaan: apakah sesudah tahap pertamadjuga diperlukan Pantjasila, Nasakom? Djuga saja katakan: djugadiperlukan partai. Kan, saja kira, terang sudah. Tetapi kalaudibatja itu podjok, itu memang bisa salah tangkap orang, sebabdilepaskan daripada keterangan jang saja berikan sebelumnja.Dan tidak diketahui dalam hubungan apa saja memberi keteranganitu.

    Djadi mereka jang tidak suka, menurut faham saja, mereka jang

    tidak suka melihat seseorang menindjau sesuatu dari disampingdari segi filsafat Pantjasila, dari filsafatnja masing, menurut fikiransaja, ini bertentangan dengan Pantjasila, sebab tidak mengakuiadanja filsafat jang lain, tidak mengakui adanja filsafat janglain. Sedang menurut fikiran saja, sebagai Pantjasilais, kita harusmenerima, mengakui adanja filsafat jang lain, malah mengakuipentingnja filsafat jang lain. Akan tetapi semua filsafat janglain itu, faham jang lain, adjaran jang lain, menerima Pantjasila

  • 8/13/2019 Kuliah DN. Aidit - Harian Rakjat (1964)

    7/9

    Pendidikan Kader Revolusi

    | 7 |

    sebagai milik kita bersama.

    Dus sekali lagi, kalau kita tidak mau ambil pusing terhadap adanjaber-matjam filsafat dan adjaran dinegeri kita ini, kita tidak

    bisa mendjadi Pantjasilais jang baik, karena kita tidak menilai,tidak menghargai adjaran dan filsafat jang lain. Dengansendirinja orang jang tidak dinilai dan tidak dihargai itu, merasatersinggung perasaannja. Bagaimana kita mau mempersatukannja?

    Djadi, pertama-tama menghargai dulu. Ja, saja mau bersatudengan golongan agama. Tidak lain djalannja saja harus menghargaidulu golongan itu. Tanpa mengharagai kita tidak bisa mentjapaipersatuan. Djuga kalau orang mau membikin Nasakom, tanpamenghargai Komunis, tidak bisa metjapai Nasakom, tanpamenghargai Nasionalis tidak bisa mentjapai Nasakom. Tidak bisa!Mesti pertama mengakui adanja, tidak tjukup itu, menghargaiadanja, mengerti adanja, menganggap penting adanja. Dus merekajang mengungkiri kenjataan adanja perbedaan, mengungkirikenjataan perbedaan dalam filsafat dan adjaran, dalam isme,dan mau membikin Pantjasila sebagai satu-satunja filsafat secaraartificial, setjara di-bikin, sebetulnja mereka mau membunuhPantjasila.

    Sekali lagi saja ulangi, supaja djangan salah tangkap. Sebab sukadisalah tangkap, itu! Mereka jang mengungkiri kenjataan adanjaperbedaan dalam filsafat, dalam isme, dalam adjaran, danmau membikin Pantjasila sebagai satunja filsafat, dus jang laintidak boleh, jang lain dilarang, sebenarnja, dengan setjara berbuatdibikin , artificial, kunstmatig itu, orang itu mau membunuh

    Pantjasila. Pantjasila ada karena ada perbedaan jang harusdipersatukan, dan saja berpendapat perbedaan itu adalahlanggeng. Djadi bukan saja jang mau menghapuskan Pantjasilasebagai alat pemersatu, tetapi mereka jang mau setjara artificial,setjara di-bikin dan menganggap adjaran keagamaan, adjaranMarxisme sebagai tidak ada, ini jang mau menghapuskan Pantjasila.Saja menerima kelanggengan Pantjasila, karena saja menerimakeabadian perbedaan. Bukan perbedaan dalam Manipol, karena

  • 8/13/2019 Kuliah DN. Aidit - Harian Rakjat (1964)

    8/9

    | 8 |

    mengenai Manipol tidak ada perbedaan, satu mengenai Manipol.Tetapi mengenai filsafat, mengenai adjaran. Saja berpendapat,bahwa adjaran keagamaan maupun adjaran kemasjarakatan, ituakan lama saudara, malah saja katakan langgeng.

    Djadi, demikianlah saja punja keterangan, saja kira sudah djelasbukan? Saja kira! Kalau belum djelas, ja nggak tahu lagi saja.

    Djadi, kalau filsafat jang sudah, kalau filsafat, ber-bagai filsafat,sudah menerima Pantjasila misalnja filsafat keagamaan, Marxis sebagai alat pemersatu, kalau filsafat itu dilarang dengan alasanPantjasila, maka Pantjasila sudah tidak ada artinja lagi. Kalausudah melarang filsafat jang lain, bukan lagi alat pemersatu,tetapi sudah mendjadi alat penindas. Dus, kalau dengan alasanPantjasila, filsafat lain dilarang, ini, Pantjasila bukan lagi alatpemersatu tetapi alat penindas. Dan saja tidak mau mendjadikanPantjasila alat penindas. Saja tidak setudju Patjasila didjadikanalat penindas. Sampai mati saja akan bela Pantjasila sebagai alatpemersatu. Saja djuga berpesan kepada generasi jang akan datangsupaja membela Pantjasila sebagai alat pemersatu.

    Nah, saja kira djelas para saudara. Djadi, sekali lagi, tanpamengakui adanja berbagai filsafat, baik filsafat keagamaan maupunfilsafat kemasjarakatan, dan tanpa memberi arti penting kepadafilsafat ini, tidak bisa kita melaksanakan Pantjasila sebaik-baiknja.Dan menurut pendapat saja, para saudara, Pantjasilaismembutuhkan lebar dada. Dada jang lebar. Orang sempit dada,tidak bisa mendjadi Pantjasilais. Sempit dada, nafasnja sesek.Lihat Bung Karno, seorang Muslim, Muslim, dapat bintang tertinggi

    dari Paus, oleh Paus. Hebat nggak itu, seorang Muslim dapat bintangtertinggi dari Sri Paus, bersahabat akrab dengan Soviet, dapatsendjata, ja, ini mesti lebar dada. Pidatonja di Kairo dipudjisetinggi langit oleh Tiongkok, RRT. Tjoba ja, Muslim, dapat bintangtertinggi dari Paus, bersahabat akrab dengan Sovjet, dapatsendjata, pidatonja di Kairo dipudji setinggi langit oleh RRT. Nah,lihat, baimana hebatnja ini. Lebar dada, para saudara, kalau maudjadi Pantjasilais. Tetapi kalau sempit, mengurung diri sabagai

  • 8/13/2019 Kuliah DN. Aidit - Harian Rakjat (1964)

    9/9

    | 9 |

    Pendidikan Kader Revolusikatak dibawah tempurung, tidak bisa mendjadi Pantjasilais.Didalam negeri, lihat Bung Karno, seorang Muslim, ada kongresPartai Katholik, pidato disana. Kepada Kristen, kepada umat Budhasangat bersahabat, di kongres PKI bitjara djuga, go ahead PKI,katanja dalam kongres jang belakangan ini. Nah, ini kalau maudjadi Pantjasilais. Lebar dada, tidak sesek. Djadi, sedikit sadjamengandung phobi, gagal mendjadi Pantjasilais. Nah, itulah sedikitketerangan saja, mudahan dengan ini perdebatan diantarasementara Kader Revolusi, bisa dibikin terang.

    (Harian Rakjat , Djumat 30 Oktober 1964)