KULJAR 5.doc

29
LAPORAN PRAKTIKUM KULTUR JARINGAN INISIASI EKSPLAN PUCUK TANAMAN KUMIS KUCING (Orthosiphon stamineus Benth) SECARA IN VITRO Disusun Oleh : Nama : Gerry Yusuf Sukamdani NIM : 4442121558 Kelompok : 3 (Tiga) Kelas : VI B JURUSAN AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

Transcript of KULJAR 5.doc

Page 1: KULJAR 5.doc

LAPORAN PRAKTIKUM KULTUR JARINGAN

INISIASI EKSPLAN PUCUK TANAMAN KUMIS KUCING (Orthosiphon stamineus Benth) SECARA IN VITRO

Disusun Oleh :

Nama : Gerry Yusuf Sukamdani

NIM : 4442121558

Kelompok : 3 (Tiga)

Kelas : VI B

JURUSAN AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

2015

Page 2: KULJAR 5.doc

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan kasih

sayang-Nya pada kita untuk menyelesaikan laporan praktikum Kultur Jaringan.

Shalawat serta salam sealu tercurah kepada baginda Rasulullah SAW beserta

keluarganya dan sahabatnya.

Mata kuliah Kultur Jaringan merupakan mata kuliah pilihan dalam fakultas

pertanian jurusan Agroekoteknologi, adalah mata kuliah ini mempelajari proses

dan cara dalam memperbanyak tanaman melalui kultur jaringan. Laporan ini

berisi tentang Inisiasi Eksplan Pucuk Tanaman Kumis Kucing (Orthosiphon

stamineus Benth) Secara In Vitro

Atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih, saran dan kritik terus penulis

harapkan untuk membangun lebih baik ke depannya.

Terima kasih.

Serang, Juni 2015

Penyusun

i

Page 3: KULJAR 5.doc

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

DAFTAR TABEL iii

I.PENDAHULUAN 1

1.1.Latar Belakang...............................................................................................1

1.2.Tujuan.............................................................................................................1

II.TINJAUAN PUSTAKA 2

2.1. Tinjauan Umum Tanaman Kumis Kucing....................................................2

2.1.1. Morfologi Tanaman Kumis Kucing.......................................................2

2.1.2. Syarat Tumbuh Tanaman Kumis Kucing...............................................3

2.2. Inisiasi Eksplan..............................................................................................5

III. BAHAN DAN METODE 7

3.1. Waktu dan Tempat........................................................................................7

3.2. Alat dan Bahan..............................................................................................7

3.3. Pelaksanaan...................................................................................................7

3.4. Parameter Pengamatan..................................................................................8

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 8

4.1. Hasil...............................................................................................................8

4.2 Pembahasan..................................................................................................10

V. SIMPULAN DAN SARAN 12

5.1. Simpulan......................................................................................................12

5.2. Saran............................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA 17

LAMPIRAN 18

ii

Page 4: KULJAR 5.doc

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

1. Tabel Pengamatan Kelompok 1 Jambu Air............................................82. Tabel Pengamatan Kelompok 2 Jambu Air ...........................................83. Tabel Hasil Pengamatan Kelompok 3 Kumis Kucing............................94. Tabel Hasil Pengamatan Kelompok 4 Kumis Kucing............................10

iii

Page 5: KULJAR 5.doc

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kumis kucing adalah salah satu tanaman herbal yang dapat dimanfaatkan

sebagai bahan obat. Sampai saat ini belum ada yang mengungkapkan dampak

negative dari kumis kucing. akan tetapi masyarakat kebanyakan masih

meremehkan tumbuhan kumis kucing, apalagi menggunakan kumis kucing

sebagai obat. Hal itu dikarenakan masyarakat belum tahu cara mengolah kumis

kucing. Kebanyakan masyarakat masih menggunakan obat farmasetik yang

mudah untuk dikonsumsi setiap saat dibutuhkan.

Pemanfaatan kumis kucing di Indonesia sangat belum maksimal.Hal ini yang

melatarbelakangi penelitian tentang cara pemanfataan kumis kucing sebagai obat

yang mudah dikonsumsi.Oleh karena itu,penulis akan menjelaskan apa

sebenarnya kumis kucing itu dan bagaimana cara mengenali tanaman kumis

kucing. Tidak hanya itu, penulis juga akan memaparkan dan menjelaskan cara

mengolah kumis kucing.

Kultur jaringan adalah sesuatu yang tidak sulit dan sangat mungkin di

lakukan di daerah-daerah. Kultur jaringan dapat dilakukan oleh siapapun karena

kultur jaringan menyangkut aspek keterampilan Dan kultur jaringan dapat

dilakukan dengan investasi yang relatif murah dibandingkan dengan hasil yang

dapat dilakukan. Dengan menggunakan metode-metode kultur jaringan yang

sederhana yang mungkin untuk dilakukan dapat memberikan dampak yang sangat

besar bagi peningkatan dibidang pertanian, perkebunan dan kehutanan.Kultur

Jaringan Tanaman kultur jaringan adalah suatu metode untuk mengisolasi bagian

dari seperti sekelompok atau yang ditumbuhkan dengan kondisi, sehingga bagian

tanaman tersebut dapat memperbanyak diri tumbuh menjadi tanaman lengkap

kembali.

1.2. Tujuan

Mahasiswa mengetahui proses Inisiasi Eksplan Pucuk Tanaman Kumis

Kucing (Orthosiphon stamineus Benth) Secara In Vitro

1

Page 6: KULJAR 5.doc

II.TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Umum Tanaman Kumis Kucing

Kumis kucing merupakan tanaman obat berupa tumbuhan berbatang basah

yang tegak.Tanaman ini dikenal dengan berbagai istilah seperti: kidney tea

plants/java tea (Inggris), giri-giri marah (Sumatera), remujung (Jawa Tengah dan

Jawa Timur) dan songot koneng (Madura).Tanaman Kumis kucing berasal dari

wilayah Afrika tropis, kemudian menyebar ke wilayah Asia danAustralia.Nama

daerah: Kumis kucing (Melayu – Sumatra), kumis kucing (Sunda),remujung

(Jawa).

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)

Sub Kelas : Asteridae

Ordo : Lamiales

Famili : Lamiaceae

Genus : Orthosiphon

Spesies : Orthosiphon stamineus Benth.

2.1.1. Morfologi Tanaman Kumis Kucing

Kumis Kucing termasuk terna tegak, pada bagian bawah berakar di bagian

buku-bukunya dan tingginya mencapai 2 meter. Batang bersegi empat agak

beralur berbulu pendek atau gundul. Helai daun berbentuk bundar atau lojong,

lanset, bundar telur atau belah ketupat yang dimulai dari pangkalnya, ukuran daun

panjang 1–10 cm dan lebarnya 7.5mm–1.5 cm. urat daun sepanjang pinggir

berbulu tipis atau gundul, dimana kedua permukaan berbintik-bintik karena

adanya kelenjar yang jumlahnya sangat banyak, panjang tangkai daun 7–29 cm.

Ciri khas tanaman ada pada bagian kelopak bunga berkelenjar, urat dan pangkal

berbulu pendek dan jarang sedangkan di bagian yang paling atas gundul. Bunga

bibir, mahkota yang bersifat terminal yakni berupa tandan yang keluar dari ujung

2

Page 7: KULJAR 5.doc

cabang dengan panjang 7–29 cm, dengan ukuran panjang 13–27mm, di bagian

atas ditutupi oleh bulu pendek berwarna ungu dan kemudian menjadi putih,

panjang tabung 10–18mm, panjang bibir 4.5–10mm, helai bunga tumpul, bundar.

Benang sari ukurannya lebih panjang dari tabung bunga dan melebihi bibir bunga

bagian atas. Buah geluk berwarna coklat gelap, panjang 1.75–2 mm. 2.3. gagang

berbulu pendek dan jarang, panjang 1 mm sampai 6 mm.

Dalam syarat tumbuhnya Curah hujan yang ideal bagi pertumbuhan tanaman

ini adalah lebih dari 3.000 mm/tahun. Dengan sinar matahari penuh tanpa

ternaungi. Naungan akan menurunkan kadar ekstrak daun. Keadaan suhu udara

yang baik untuk pertumbuhan tanaman ini adalah panas sampai sedang. Tanaman

ini dapat dengan mudah tumbuh di lahan-lahan pertanian, untuk produksi

sebaiknya dipilih tanah yang gembur, subur, banyak mengandung humus/bahan

organik dengan tata air dan udara yang baik.Tanah Andosol dan Latosol sangat

baik untuk budidaya kumis kucing.Ketinggian tempat optimum tanaman kumis

kucing 500 - 1.200 m dpl.

Daun Kumis kucing basah maupun kering digunakan sebagai

menanggulangi berbagai penyakit, Di Indonesia daun yang kering dipakai

(simplisia) sebagai obat yang memperlancar pengeluaran air kemih (diuretik)

sedangkan di India untuk mengobati rematik. Masyarakat menggunakan kumis

kucing sebagai obat tradisional sebagai upaya penyembuhan batuk encok, masuk

angin dan sembelit. Disamping itu daun tanaman ini juga bermanfaat untu

pengobatan radang ginjal, batu ginjal, kencing manis, albuminuria, dan penyakit

syphilis., reumatik dan menurunkan kadar glukosa darah. Selain bersifat diuretik,

kumis kucing juga digunakan sebagai antibakteri.

2.1.2. Syarat Tumbuh Tanaman Kumis Kucing

Tumbuhan ini mudah diperbanyak dengan biji. Dalam 1 g biji berserat

mengandung 2.500 biji, sedang yang tanpa serat mengandung 3000 biji. Daya

kecambah biji cepat menurun, oleh karena itu akan lebih baik bila digunakan biji-

biji yang baru (paling lama disimpan 1 bulan). Perbenihan perlu penyemaian agar

tidak terlalu banyak yang mati karena kekeringan, rusak oleh terik matahari,

terlalu basah atau lembab. Permukaan tanah persemaian dihaluskan dan sebaiknya

3

Page 8: KULJAR 5.doc

dilapisi pasir setebal 2-3 cm, kemudian ditutup dengan lembaran plastik dan diberi

atap pelindung.

Jumlah benih yang diperlukan adalah 10 g tiap m persegi. 4-5 hari setelah

benih disebar merata akan tumbuh. Setelah benih berumur 1 minggu, mulai

diperjarang dan dicabut untuk dipindahkan ke lubang sebesar pensil yang dibuat

di permukaan bumbungan-bumbungan (tinggi 5 cm dan berdiameter 3 cm) tanah

yang telah dicampur dengan pupuk kandang yang dibungkus dengan daun. Tiap

bumbungan diisi 1 bibit. Pemeliharaan dilakukan dengan penyiraman pagi dan

sore, memperjarang bibit dan memusnahkan bagian bibit yang mulai terserang

penyakit. Setelah berumur 2 bulan, bibit dalam bumbungan sudah cukup besar

dan kuat untuk ditanam di kebun; dua minggu sebelum ditanam bibit dalam

bumbungan dipindahkan ke tempat yang lebih terang untuk melatih tanaman

terhadap terik sinar matahari.

Ukuran bibit pada waktu dipindahkan di kebun mencapai tinggi 3-5 cm,

berdaun 4-5 helai, panjang daun 5-10 cm, lebar 2-3 cm. Ditanam pada tanah yang

kering atau tegalan pada musim hujan. Penanaman pada musim kemarau akan

berhasil bila dilakukan pada tanah yang memungkinkan untuk diairi (sawah).

Pengolahan tanah dilakukan dengan mencangkul 2 kali atau menggarpu 1 kali,

meratakan tanah dan membuat saluran air di sekeliling petakan. Pda keadaan

tanah yang kurang baik tata airnya dicangkul lebih dalam, lalu dibuat bedengan

atau guludan dibuat lubang-lubang dengan jarak tanam 40-60 cm untuk ditanam

bibit.

Penanaman sebaiknya dilakukan setelah lewat tengah hari, agar tidak cepat

layu (dianjurkan diberi naungan berupa daun atau batang pelepah pisang, terutama

bagi bibt yang kurang terlatih terhadap terik sinar matahari selama di bumbungan;

naungan sementara ini dilakukan selama 1-2 minggu). Pemeliharaan terdiri dari

penyiraman atau pengairan bila 2 hari tidak turun hujan, penyiangan dilakukan 3-

5 kali, pemupukan dilakukan pada umur 3 minggu dan bila perlu pada umur 8

minggu setelah tanam (34 kg nitrogen tiap hektar, peningkatan hasil 14%), dan

dilakukan pemangkasan batang bunga agar daun dapat tumbuh lebih banyak.

Pemanenan pertama dilakukan pada umur 2 bulan setelah tanam, selanjutnya

4

Page 9: KULJAR 5.doc

dilakukan setiap 0,5 bulan sampai 1 bulan sekali, sampai tanaman berumur 3-5

bulan setelah tanam.

2.2. Inisiasi Eksplan

Inisiasi adalah pengambilan eksplan atau bahan tanam dari bagian tanaman

indukan untuk kemudian dikulturkan. Bagian tanaman yang sering digunakan

untuk kegiatan kultur jaringan adalah tunas, ujung akar, bunga, serbuk sari,

batang. Tujuan utama dari tahap ini adalah pembuatan kultur dari eksplan yang

bebas mikroorganisme serta inisiasi pertumbuhan baru. Pada tahap ini

mengusahakan kultur yang aseptik atau aksenik. Aseptik berarti bebas dari

mikroorganisme, sedangkan aksenik berarti bebas dari mikroorganisme yang tidak

diinginkan. Dalam tahap ini juga diharapkan bahwa eksplan yang dikulturkan

akan menginisiasi pertumbuhan baru, sehingga akan memungkinkan dilakukannya

pemilihan bagian tanaman yang tumbuhnya paling kuat,untuk perbanyakan

(multiplikasi) pada kultur tahap selanjutnya.

Untuk mendapakan kultur yang bebas dari kontaminasi, eksplan harus

disterilisasi. Sterilisasi merupakan upaya untuk menghilangkan kontaminan

mikroorganisme yang menempel di permukaan eksplan. beberapa bahan kimia

yang dapat digunakan untuk mensterilkan permukaan eksplan adalah NaOCl,

CaOCl2, etanol, dan HgCl2.

Kesesuaian bagian tanaman untuk dijadikan eksplan, dipengaruhi oleh banyak

faktor. Tanaman yang memiliki hubungan kekerabatan dekat pun, belum tentu

menunjukkan respon in-vitro yang sama. Penggunaan eksplan yang tepat

merupakan hal penting yang juga harus diperhatikan pada tahap ini. Umur

fisiologis dan ontogenetik tanaman induk, serta ukuran eksplan bagian tanaman

yang digunakan sebagai eksplan, merupakan faktor penting dalam tahap ini. Bagi

kebanyakan tanaman, eksplan yang sering digunakan adalah tunas pucuk (tunas

apikal) atau mata tunas lateral pada potongan batang berbuku. Namun belakangan

ini, eksplan potongan daun yang dulunya hanya digunakan untuk tanaman-

tanaman herba, seperti violces, begonia, petunia dan tomat, ternyata dapat

digunakan juga untuk tanaman-tanaman berkayu seperti Ficus lyrata, Annona

squamosa, dan melinjo. Eksplan yang dapat digunakan untuk memperbanyak

5

Page 10: KULJAR 5.doc

tanaman Anthurium sendiri diantaranya adalah tunas pucuk, daun, tangkai daun

muda, tangkai bunga, spate, spandik, biji, ruas batang dan anther.

Masalah yang sering dihadapi pada kultur tahap ini adalah terjadinya

pencokelatan atau penghitaman bagian eksplan (browning). Hal ini disebabkan

oleh senyawa fenol yang timbul akibat stress mekanik yang timbul akibat

pelukaan pada waktu proses isolasi eksplan dari tanaman induk. Senyawa fenol

tersebut bersifat toksik, menghambat pertumbuhan atau bahkan dapat mematikan

jaringan eksplan.

6

Page 11: KULJAR 5.doc

III. BAHAN DAN METODE

3.1. Waktu dan Tempat

Praktikum acara ke 5 dengan judul “Inisiasi Pucuk Kumis Kucing

(Orthosiphon stamineus Benth)” ini dilaksanakan pada hari kamis tanggal 18 Mei

2015- 1 juni 2015 pukul 08.00-selesai. Bertempat di Labolatorium Bioteknologi

Fakultas Pertanian Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Serang-Banten.

3.2. Alat dan Bahan

Adapun Alat yang digunakan yaitu : Laminar, Timbangan, Botol kultur besar,

Gelas ukur, scalpel, Erlenmeyer, Pinset, Lampu Bunsen, Hand spayer, botol jam

dan gelas beaker.

Bahan yang digunakan yaitu media MS, alcohol 70%, spirtus, tunas jambu

air, bakterisida (agrept), fungisida (masalgin), larutan twin, kertas label, klorox,

tissue, dan akuades steril

3.3. Pelaksanaan

a. Sterilisasi di Luar Laminar:

Menyiapkan alat dan bahan

Eksplan dipotong sebanyak yang dibutuhkan

Eksplan diambil kemudian direndam dalam larutan fungisida 0,2/100 ml

yang ditambahkan tween sebanyak 3 tetes selama 1 jam

Bilas dengan aquades steril sebanyak 3 kali

Eksplan direndam dalam larutan bakterisida 0,2gr/100ml yang

ditambahkan tween sebanyak 3 tetes selama 1 jam

Eksplan dibilas dengan aquades steril sebanyak 3 kali

b. Sterilisasi di Dalam Laminar:

Merendam eksplan dalam larutan chlorox 15% selama 15 menit yang

ditambahkan tween sebanyak 3 tetes, membilas dengan air steril 3 kali

Merendam eksplan dalam larutan chlorox 10% selama 10 menit, membilas

dengan air steril 3 kali

Eksplan direndam dalam alcohol 70% selama 1 menit, bilas dengan

aquades steril sebanyak 4 kali

7

Page 12: KULJAR 5.doc

c. Penanaman eksplan

1) Membuka plastik penutup botol media kultur

2) Mengambil eksplan/memecah eksplan kalus/tunas/buku yang ada dan

menanammnya di media kultur baru dengan pinset. Setelah digunakan,

pinset harus selalu dibakar di atas api.

3) Selama penanaman, mulut botol harus selalu dekat dengan api untuk

menghindari kontaminasi.

d. Pengamatan selama 2 minggu, dengan mengamati:

Mengamati saat muncul akar, tunas, dan daun (MST)

Mengamati jumlah daun, tinggi tanaman, persentase kontaminasi, persentase hidup dan persentase browning

3.4. Parameter Pengamatan1. Jumlah Eksplan

2. Tinggi Eksplan (Cm)

3. Persentase Kontaminasi (%)

4. Persentase Browning (%)

Pengamatan dilakukan selama 2 minggu (1 MST dan 2 MST)

8

Page 13: KULJAR 5.doc

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Tabel 1 Hasil Pengamatan Kelompok 1 Jambu Air (Eugenia aquaea)

Jumlah Eksplan

Tinggi Eksplan (cm)

Kontaminasi Browning

1 MST (25-05-15) 2 0,5 - -

2 MST (01-06-15) 2 0,5 √ -

Tabel 2 Hasil Pengamatan Kelompok 2 Jambu Air (Eugenia aquea)

No GambarJumlah Eksplan

Tinggi Eksplan

KontamBrownin

g

1

1 MST

4 0,3 cm

9

Page 14: KULJAR 5.doc

2

2 MST

4 0,3 cm

Tabel 3 Hasil Pengamatan Kelompok 3 Kumis Kucing (Orthosiphon

stamineus Benth)

No Foto Jumlah

Eksplan

Tinggi

Eksplan

Kontaminasi Browning

1. 1 MST 2 0,3 cm - -

2. 2 MST 2 0,3 cm √ √

10

Page 15: KULJAR 5.doc

Tabel 4 Hasil Pengamatan Kelompok 4 Kumis Kucing (Orthosiphon

stamineus Benth)

No Foto Jumlah

Eksplan

Tinggi

Eksplan

Kontaminasi Browning

1. 1 MST

2 0,8 cm

2. 2 MST

2 0,4 cm

4.2 PembahasanPraktikum kali ini, inisiasi pada tunas Kumis Kucing (Orthosiphon stamineus

Benth.) memberikan respon baik meskipun tidak terlihat dengan baik

pertumbuhannya, kontaminasi media dan browning tidak terjadi pada minggu

pertama pengamatan, sehingga pertumbuhan dari subkultur kumis kucing berjalan

baik. Kumis Kucing yang selama ini diambil metabolit sekundernya sehingga

ketika dikulturkan diharapkan dapat memperbanyak jumlah tanaman dan hasil

metabolit sekunder dari tanaman Kumis kucing.

Zat pengatur tumbuh memegang peranan penting dalam pertumbuhan dan

perkembangan kultur. Faktor yang perlu mendapat perhatian dalam penggunaan

11

Page 16: KULJAR 5.doc

zat pengatur tumbuh antara lain jenis yang akan digunakan, konsentrasi, urutan

penggunaan dan periode masa induksi kultur (Gunawan 1995). Menurut George

dan Sherrington (1984), bahwa untuk induksi kalus tanaman dikotil diperlukan

auksin dengan konsentrasi tinggi dan sitokinin pada konsentrasi rendah sedangkan

pada tanaman monokotil pembentukan kalus hanya membutuhkan auksin yang

tinggi tanpa sitokinin.

Keadaan pada ekplan yang dapat terjadi diantaranya yaitu vitrifikasi, etiolasi,

stagnasi serta kontaminasi yaitu dalam bentuk jamur, bakteri dan kapang. Untuk

vitifikasi dan etiolasi lebih disebabkan karena pengaruh lingkungan tumbuh yang

tidak sesuai sedangkan stagnasi lebih disebabkan karena faktor eksplan yang tidak

juvenil serta pangaruh sterilisasi yang tidak tepat. Setiap bagian eksplan

memberikan pengaruh yang berbeda pada lingkungan tumbuh yang sama, hal ini

karena dipengaruhi perbedaan faktor endogen eksplan.

Keberhasilan kultur jaringan dipengaruhi oleh keseimbangan zat pengatur

tumbuh (ZPT) auksin dan sitokinin, komposisi garam anorganik dan bentuk fisik

media. Media padat merupakan media yang sering digunakan karena

perkembangan eksplan mudah diamati, tidak semua bagian eksplan terbenam

dalam media sehingga memungkinkan sirkulasi udara eksplan dan jika terjadi

kontaminasi, eksplan yang tidak terkontaminasi dapat diselamatkan (Katuuk,

1989).

Pada perbanyakan klon lili yang dilakukan oleh Setiawati (2003), konsentrasi

sitokinin yang tinggi akan mempercepat inisiasi tunas. Seperti terlihat dalam

beberapa penelitian yang menggunakan BAP sebagai ZPT banyak terjadi efek

samping negative yang ditiulkan, keseimbangan pemberian sitokinin dan auksin

penting diberikan untuk menyeimbangkan pertumbuhan organ tanaman yang

ingin ditumbuhkan. Belum lagi banyak jenis ZPT tipe sitokinin yang dapat

memberi respon yang berbeda tergantung pada eksplan tanaman yang ingin

diberikan.

12

Page 17: KULJAR 5.doc

V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Media kultur jaringan memiliki jenis dan komposisi unsur hara yang beragam

untuk menunjang pertumbuhan eksplan tanaman yang ingin ditumbuhkan.

Beberapa komposisi bahan yang umum digunakan biasanya telah dibuat terlebih

dahulu dalam larutan stok. Larutan stok yang diberikan beragam tergantung apa

yang ingin diperkaya nutrisis dalam media kultur tersebut. Kesesuaian komposisi

bahan organic dan anorganik yang diberikan dalam media menjadi penting karena

adanya respon yang berbeda tiap eksplan tanaman sendiri.

Sitokinin merupakan senyawa organik yang menyebabkan pembelahan sel

yang dikenal dengan proses sitokinesis. dalam memasukkan eksplan yaitu arah

keluar karena blower dalam LAF akan meniupkan sejumlah udara agar pathogen

terbawa keluar, lalu perhatikan arah api dan kesterilan dari alat yang digunakan.

Sebagai contoh scapel yang digunakan agar selalu dibakar agar tidak terjadi

kontaminasi yang berlebih, lebih lanjut api selalu berada didekat kita saat

pengerjaan agar lebih mudah digunakan.

Browning dan kontaminasi nampak pada eksplan Kumis Kucing pada 2 MST.

Browning dan kontaminasi lebih tertuju akibat kesalahn prosedur saat sterilisasi

eksplan sebelum dikulturkan. Akibat dari browning dapat menghambat

pertumbuhan eksplan itu sendiri sehingga pertumbuhannya akan terganggu

ditambah kontaminasi tinggi dapat memperparah keadaan.

5.2. Saran

Praktikan sebaiknya melakukan dengan benar agar tidak terjadi kesalahan

dalam melakukan prosedur kerja dan untuk pengerjaan bahan kimia gunakan

standart keselamatan yang sudah disediakan laboratorium.

13

Page 18: KULJAR 5.doc

DAFTAR PUSTAKA

George, E.F. and P.D. Sherrington. 1984. Plant Propagation by Tissue Culture.

Exergetics Ltd. 709 p.

Gunawan, L. W. 1987. Teknik Kultur Jaringan. Laboratorium Kultur Jaringan Tanaman. Pusat Antar Universitas Bioteknologi Institut Pertanian Bogor. Bogor. 252 hal.

Gunawan, L.W. 1995. Teknik Kultur Jaringan In Vitro dalam Hortikultura. Penebar Swadaya: Jakarta

Hayati,Surya Kurnia dkk. 2010. Induksi Kalus dari Hipokotil Alfalfa (Medicago sativa L.) secara in vitro dengan Penambahan Benzyl Amino Purine (BAP) dan α-Naphtalene Acetic Acid (NAA). Jurnal BIOMA, Juni 2010 Vol. 12, No. 1, Hal. 6-12 ISSN: 1410-8801

Hendaryono, D. P.S., dan A. Wijayani. 1994. Teknik Kultur Jaringan. Kanisius, Yogyakarta.

Nasir. 2002. Bioteknologi Molekuler. PT Citra Aditya Bakti. Bandung.

Purwantara. 2001. Genetika, Biokimia, dan Biologi Molekuler. PT Rineka Cipta. Bandung.

Rinehart. 2005. Plant and Biologi Molekuler. IPB Press. Bogor.

Yusnita. 2004. Kultur Jaringan. Cara Perbanyakan Tanaman Secara Efisiensi. Agro Media: Jakarta

Yuwono, Triwibowo.2006. Bioteknologi Pertanian. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

13

Page 19: KULJAR 5.doc

LAMPIRAN

Gambar Keterangan

Penimbangan dan pelarutan bakterisida dan fungisida.

Eksplan dimasukkan kedalam larutan detergen dan di gojog perlahan.

Eksplan di rendam dalam larutan fungisida dan bakterisida masing-masing 1 jam dan dibilas

aquades 3 kali.

Didalam laminar eksplan di rendam dalam alcohol selama 15 menit dan direndam dalam klorox dengan ditambahkan twin.

Setelah disterilisasi, eksplan jambu air ditanam pada media MS.

14