KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN.pdf
Click here to load reader
-
Upload
muhammadarmy-chairuddin -
Category
Documents
-
view
377 -
download
55
Transcript of KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN.pdf
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
DISUSUN OLEH :
FITRI HADY AMRULLAH BADAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
KABUPATEN KOTABARU – KALSEL
TAHUN 2015
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 1 3/26
AIR
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 2 3/26
LAMPIRAN I
Peraturan Menteri Kesehatan R.I No : 416/MENKES/PER/IX/1990
Tanggal : 3 September 1990
DAFTAR PERSYARATAN KUALITAS AIR MINUM
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 3 3/26
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 4 3/26
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 5 3/26
Keterangan :
mg = miligram
ml = milliliter
L = Liter
Bg = Beguerel
NTU = Nepnelometrik Turbidity Units
TCU = True Colour Units
Logam berat merupakan logam terlarut
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 6 3/26
Ditetapkan di : Jakarta
Pada tanggal : 13 September 1990
Menteri Kesehatan Republik Indonesia,
ttd
Dr. Adhyatma, MPH
LAMPIRAN II
Peraturan Menteri Kesehatan R.I No : 416/MENKES/PER/IX/1990
Tanggal : 3 September 1990
DAFTAR PERSYARATAN KUALITAS AIR BERSIH
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 7 3/26
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 8 3/26
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 9 3/26
Ditetapkan di : Jakarta
Pada tanggal : 13 September 1990
Menteri Kesehatan Republik Indonesia,
ttd
Dr. Adhyatma, MPH
LAMPIRAN III
Peraturan Menteri Kesehatan R.I No : 416/MENKES/PER/IX/1990
Tanggal : 3 September 1990
DAFTAR PERSYARATAN KUALITAS AIR KOLAM RENANG
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 10 3/26
Catatan :
Sumber air kolam renang adalah air bersih yang memenuhi persyaratan
sesuai Surat Keputusan Menteri Kesehatan ini
Ditetapkan di : Jakarta
Pada tanggal : 13 September 1990
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 11 3/26
Menteri Kesehatan Republik Indonesia,
ttd
Dr. Adhyatma, MPH
LAMPIRAN IV
Peraturan Menteri Kesehatan R.I No : 416/MENKES/PER/IX/1990
Tanggal : 3 September 1990
DAFTAR PERSYARATAN KUALITAS AIR PEMANDIAN UMUM
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 12 3/26
Ditetapkan di : Jakarta
Pada tanggal : 13 September 1990
Menteri Kesehatan Republik Indonesia,
ttd
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 13 3/26
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 14 3/26
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 15 3/26
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 16 3/26
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 17 3/26
7
Lampiran I : Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Nomor : 113 Tahun 2003 Tanggal : 10 Juli 2003
BAKU MUTU AIR LIMBAH KEGIATAN PENAMBANGAN BATU BARA
Kadar Maksimum Parameter Satuan
pH 6-9 Residu Tersuspensi mg/l 400 Besi (Fe) Total mg/l 7 Mangan (Mn) Total mg/l 4
Menteri NegaraLingkungan Hidup,
ttd
Nabiel Makarim, MPA., MSM.
Salinan sesuai dengan aslinya Deputi MENLH Bidang Kebijakaan dan Kelembagaan Lingkungan Hidup,
Hoetomo, MPA.
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 18 3/26
8
Lampiran II : Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Nomor : 113 Tahun 2003 Tanggal : 10 Juli 2003
BAKU MUTU AIR LIMBAH PENGOLAHAN/PENCUCIAN BATU BARA
Kadar Maksimum Parameter Satuan
pH 6-9 Residu Tersuspensi mg/l 200 Besi (Fe) Total mg/l 7 Mangan (Mn) Total mg/l 4 Volume air limbah maksimum 2m3 per ton produk batu bara
Menteri Negara
Lingkungan Hidup,
ttd
Nabiel Makarim, MPA., MSM. Salinan sesuai dengan aslinya Deputi MENLH Bidang Kebijakan dan Kelembagaan Lingkungan Hidup,
Hoetomo, MPA.
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 19 3/26
Lampiran I Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 34 Tahun 2009 Tanggal : 05 Oktober 2009
BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI KEGIATAN PENAMBANGAN BIJIH BAUKSIT
No Parameter Satuan Kadar Maksimum
Metode Analisis
1. pH - 6 – 9 SNI 06-6989.11-2004 2. TSS mg/L 200 SNI 06-6989.3-2004
3. Fe Mg/L 5 SNI 06-6989.49-2005 4. Mn Mg/L 2 SNI 06-6989.41-2005
MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,
ttd
RACHMAT WITOELAR
Salinan sesuai dengan aslinya Deputi MENLH Bidang Penaatan Lingkungan, ttd Ilyas Asaad
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 20 3/26
Lampiran II Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 34 Tahun 2009 Tanggal : 05 Oktober 2009
BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI KEGIATAN PENCUCIAN BIJIH BAUKSIT
No Parameter Satuan Kadar Maksimum
Metode Analisis
1 pH - 6 – 9 SNI 06-6989.11-2004
2. TSS mg/L 200 SNI 06-6989.3-2004
3. Fe mg/L 5 SNI 06-6989.49-2005 4. Cu mg/L 2 SNI 06-2514-1991
5. Ni mg/L 0,5 SNI 06-6989.47-2005 atau SNI 06-6989.48-2005
6. Mn mg/L 2 SNI 06-6989.41-2005
7. Pb mg/L 0,1 SNI 06-6989.45-2005
MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP.
ttd
RACHMAT WITOELAR Salinan sesuai dengan aslinya Deputi MENLH Bidang Penaatan Lingkungan, ttd Ilyas Asaad
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 21 3/26
Lampiran III Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 34 tahun 2009 Tanggal : 05 Oktober 2009
BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI KEGIATAN PRODUKSI ALUMINA
No Parameter Satuan Kadar Maksimum
Metode Analisis
1 pH - 6 – 9 SNI 06-6989.11-2004
2. TSS mg/L 50 SNI 06-6989.3-2004
3. COD mg/L 100 SNI 06-6989.2-2004 atau SNI 06-6989.15-2004 atau APHA 5220
4. Fe mg/L 5 SNI 06-6989.49-2005
5. Cu mg/L 2 SNI 06-2514-1991 6. Ni mg/L 0,5 SNI 06-6989.47-2005 atau
SNI 06-6989.48-2005
MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,
ttd
RACHMAT WITOELAR Salinan sesuai dengan aslinya Deputi MENLH Bidang Penaatan Lingkungan, ttd Ilyas Asaad
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 22 3/26
1
Lampiran IV Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 34 tahun 2009 Tanggal : 05 Oktober 2009
BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI KEGIATAN PENDUKUNG
No. Parameter Satuan Kadar Maksimum
Metode Analisis
1. pH 6-9 SNI 06-6989.11-2004
2. TSS mg/L 100 SNI 06-6989.3-2004
3. COD mg/L 100 SNI 06-6989.2-2004 atau SNI 06-6989.15-2004 atau APHA 5220
4. Minyak dan Lemak
mg/L 15 SNI 06-6989.10-2004
MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,
ttd
RACHMAT WITOELAR Salinan sesuai dengan aslinya Deputi MENLH Bidang Penaatan Lingkungan, ttd Ilyas Asaad
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 23 3/26
Lampiran I Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 21 Tahun 2009 Tanggal : 22 Mei 2009
BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI KEGIATAN PENAMBANGAN BIJIH BESI
No Parameter Satuan Kadar Maksimum
Metode Analisis
1. pH - 6 – 9 SNI 06-6989.11-2004 2. TSS mg/l 200 SNI 06-6989.3-2004 3. Fe mg/l 5 SNI 06-6989.49-2005 4. Mn mg/l 1 SNI 06-6989.41-2005 5. Zn mg/l 5 SNI 06-6989.49-2005 6. Cu mg/l 1 SNI 06-2514-1991 7. Pb mg/l 0,1 SNI 06-6989.45-2005 8. Ni mg/l 0,5 SNI 06-6989.47-2005
SNI 06-6989.48-2005 9. Cr(VI) mg/l 0,1 SNI 06-6989.53-2005
MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,
ttd
RACHMAT WITOELAR Salinan sesuai dengan aslinya Deputi MENLH Bidang Penaatan Lingkungan, ttd Ilyas Asaad.
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 24 3/26
Lampiran II Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 21 Tahun 2009 Tanggal : 22 Mei 2009
BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI KEGIATAN PENGOLAHAN BIJIH BESI
No Parameter Satuan Kadar Maksimum
Metode Analisis
1. pH - 6 – 9 SNI 06-6989.11-2004 2. TSS mg/l 50 SNI 06-6989.3-2004 3. Fe mg/l 5 SNI 06-6989.49-2005 4. Mn mg/l 1 SNI 06-6989.41-2005 5. Zn mg/l 5 SNI 06-6989.49-2005 6. Cu mg/l 1 SNI 06-2514-1991 7. Pb mg/l 0,1 SNI 06-6989.45-2005 8. Ni mg/l 0,5 SNI 06-6989.47-2005
SNI 06-6989.48-2005 9. Cr(VI) mg/l 0,1 SNI 06-6989.53-2005
MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,
ttd
RACHMAT WITOELAR Salinan sesuai dengan aslinya Deputi MENLH Bidang Penaatan Lingkungan, ttd Ilyas Asaad.
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 25 3/26
Lampiran III Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 21 Tahun 2009 Tanggal : 22 Mei 2009
BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI KEGIATAN PENGOLAHAN PASIR BESI
No Parameter Satuan Kadar Maksimum
Metode Analisis
1 pH - 6 – 9 SNI 06-6989.11-2004 2. TSS mg/l 50 SNI 06-6989.3-2004 3. Fe mg/l 5 SNI 06-6989.49-2005 4. Mn mg/l 1 SNI 06-6989.41-2005 5. Zn mg/l 5 SNI 06-6989.49-2005 6. Cu mg/l 1 SNI 06-2514-1991 7. Pb mg/l 0,1 SNI 06-6989.45-2005 8. Ni mg/l 0,5 SNI 06-6989.47-2005
SNI 06-6989.48-2005 9. Cr(VI) mg/l 0,1 SNI 06-6989.53-2005
MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,
ttd
RACHMAT WITOELAR Salinan sesuai dengan aslinya Deputi MENLH Bidang Penaatan Lingkungan, ttd Ilyas Asaad.
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 26 3/26
Lampiran IV Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 21 Tahun 2009 Tanggal : 22 Mei 2009
BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI KEGIATAN PENDUKUNG
No. Parameter Satuan Kadar Maksimum
Metode Analisis
1. TOC mg/L 110 SNI 06-6989.28-2005 atau APHA 5310
2. Minyak dan Lemak mg/L 15 SNI 06-6989.10-2004
MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,
ttd
RACHMAT WITOELAR Salinan sesuai dengan aslinya Deputi MENLH Bidang Penaatan Lingkungan, ttd Ilyas Asaad.
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 27 3/26
6
LampiranKeputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup, Nomor : 112 Tahun 2003 Tanggal : 10 Juli 2003
BAKU MUTU AIR LIMBAH DOMESTIK
Parameter Satuan Kadar Maksimum
pH - 6 - 9
BOD mg/l 100
TSS mg/l 100
Minyak dan Lemak mg/l 10
Menteri Negara Lingkungan Hidup,
ttd
Nabiel Makarim,MPA,MSM.Salinan sesuai dengan aslinya Deputi MENLH Bidang Kebijakan Dan Kelembagaan Lingkungan Hidup,
Hoetomo, MPA.
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 28 3/26
2014, No.1815 20
www.djpp.kemenkumham.go.id
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 29 3/26
2014, No.1815 21
www.djpp.kemenkumham.go.id
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 30 3/26
2014, No.1815 22
www.djpp.kemenkumham.go.id
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 31 3/26
2014, No.1815 23
www.djpp.kemenkumham.go.id
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 32 3/26
2014, No.1815 24
www.djpp.kemenkumham.go.id
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 33 3/26
2014, No.1815 25
www.djpp.kemenkumham.go.id
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 34 3/26
2014, No.1815 26
www.djpp.kemenkumham.go.id
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 35 3/26
2014, No.1815 27
www.djpp.kemenkumham.go.id
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 36 3/26
2014, No.1815 28
www.djpp.kemenkumham.go.id
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 37 3/26
2014, No.1815 29
www.djpp.kemenkumham.go.id
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 38 3/26
2014, No.1815 30
www.djpp.kemenkumham.go.id
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 39 3/26
2014, No.1815 31
www.djpp.kemenkumham.go.id
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 40 3/26
2014, No.1815 32
www.djpp.kemenkumham.go.id
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 41 3/26
2014, No.1815 33
www.djpp.kemenkumham.go.id
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 42 3/26
2014, No.1815 34
www.djpp.kemenkumham.go.id
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 43 3/26
2014, No.1815 35
www.djpp.kemenkumham.go.id
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 44 3/26
2014, No.1815 36
www.djpp.kemenkumham.go.id
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 45 3/26
2014, No.1815 37
www.djpp.kemenkumham.go.id
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 46 3/26
2014, No.1815 38
www.djpp.kemenkumham.go.id
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 47 3/26
2014, No.1815 39
www.djpp.kemenkumham.go.id
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 48 3/26
2014, No.1815 40
www.djpp.kemenkumham.go.id
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 49 3/26
2014, No.1815 41
www.djpp.kemenkumham.go.id
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 50 3/26
2014, No.1815 42
www.djpp.kemenkumham.go.id
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 51 3/26
2014, No.1815 43
www.djpp.kemenkumham.go.id
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 52 3/26
2014, No.1815 44
www.djpp.kemenkumham.go.id
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 53 3/26
2014, No.1815 45
www.djpp.kemenkumham.go.id
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 54 3/26
2014, No.1815 46
www.djpp.kemenkumham.go.id
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 55 3/26
2014, No.1815 47
www.djpp.kemenkumham.go.id
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 56 3/26
2014, No.1815 48
www.djpp.kemenkumham.go.id
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 57 3/26
2014, No.1815 49
www.djpp.kemenkumham.go.id
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 58 3/26
2014, No.1815 50
www.djpp.kemenkumham.go.id
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 59 3/26
2014, No.1815 51
www.djpp.kemenkumham.go.id
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 60 3/26
2014, No.1815 52
www.djpp.kemenkumham.go.id
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 61 3/26
2014, No.1815 53
www.djpp.kemenkumham.go.id
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 62 3/26
2014, No.1815 54
www.djpp.kemenkumham.go.id
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 63 3/26
2014, No.1815 55
www.djpp.kemenkumham.go.id
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 64 3/26
2014, No.1815 56
www.djpp.kemenkumham.go.id
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 65 3/26
2014, No.1815 57
www.djpp.kemenkumham.go.id
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 66 3/26
2014, No.1815 58
www.djpp.kemenkumham.go.id
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 67 3/26
2014, No.1815 59
www.djpp.kemenkumham.go.id
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 68 3/26
2014, No.1815 60
www.djpp.kemenkumham.go.id
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 69 3/26
2014, No.1815 61
www.djpp.kemenkumham.go.id
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 70 3/26
2014, No.1815 62
www.djpp.kemenkumham.go.id
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 71 3/26
2014, No.1815 63
www.djpp.kemenkumham.go.id
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 72 3/26
2014, No.1815 64
www.djpp.kemenkumham.go.id
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 73 3/26
2014, No.1815 65
www.djpp.kemenkumham.go.id
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 74 3/26
2014, No.1815 66
www.djpp.kemenkumham.go.id
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 75 3/26
2014, No.1815 67
www.djpp.kemenkumham.go.id
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 76 3/26
2014, No.1815 68
www.djpp.kemenkumham.go.id
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 77 3/26
2014, No.1815 69
www.djpp.kemenkumham.go.id
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 78 3/26
2014, No.1815 70
www.djpp.kemenkumham.go.id
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 79 3/26
2014, No.1815 71
www.djpp.kemenkumham.go.id
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 80 3/26
2014, No.1815 72
www.djpp.kemenkumham.go.id
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 81 3/26
2014, No.1815 73
www.djpp.kemenkumham.go.id
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 82 3/26
2014, No.1815 74
www.djpp.kemenkumham.go.id
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 83 3/26
2014, No.1815 75
www.djpp.kemenkumham.go.id
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 84 3/26
2014, No.1815 76
www.djpp.kemenkumham.go.id
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 85 3/26
2014, No.1815 77
www.djpp.kemenkumham.go.id
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 86 3/26
2014, No.1815 78
www.djpp.kemenkumham.go.id
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 87 3/26
2014, No.1815 79
www.djpp.kemenkumham.go.id
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 88 3/26
2014, No.1815 80
www.djpp.kemenkumham.go.id
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 89 3/26
2014, No.1815 81
www.djpp.kemenkumham.go.id
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 90 3/26
Lampiran Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 03 Tahun 2010 Tanggal : 18 Januari 2010
BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI KAWASAN INDUSTRI
No.
Parameter Satuan Kadar Maksimum
1 pH - 6 – 9 2 TSS mg/L 150 3 BOD mg/L 50 4 COD mg/L 100 5 Sulfida mg/L 1 6 Amonia (NH3-N) mg/L 20 7 Fenol mg/L 1 8 Minyak & Lemak mg/L 15 9 MBAS mg/L 10 10 Kadmium mg/L 0,1 11 Krom Heksavalen (Cr6+) mg/L 0,5 12 Krom total (Cr) mg/L 1 13 Tembaga (Cu) mg/L 2 14 Timbal (Pb) mg/L 1 15 Nikel (Ni) mg/L 0,5 16 Seng (Zn) mg/L 10 17 Kuantitas Air Limbah
Maksimum 0,8 L perdetik per Ha Lahan
Kawasan Terpakai
MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, ttd PROF. DR. IR. GUSTI MUHAMMAD HATTA, MS
Salinan sesuai dengan aslinya Deputi MENLH Bidang Penaatan Lingkungan,
ttd Ilyas Asaad.
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 91 3/26
-7-
Lampiran : Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup
Nomor : 09 Tahun 2006 Tanggal : 13 September 2006
BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/KEGIATAN PERTAMBANGAN BIJIH NIKEL
Kadar Maksimum Parameter Satuan Penambangan Pengolahan Metode Analisis**
pH - 6-9 6-9 SNI 06-6989-11-2004 TSS mg/L 200 100 SNI 06-6989-3-2004 Cu* mg/L 2 2 SNI 06-6989-6-2004 Cd* mg/L 0,05 0,05 SNI 06-6989-18-2004 Zn* mg/L 5 5 SNI 06-6989-7-2004 Pb* mg/L 0,1 0,1 SNI 06-6989-8-2004 Ni* mg/L 0,5 0,5 SNI 06-6989-22-2004 Cr(6+)* mg/L 0,1 0,1 SNI 06-6989-53-2005 Cr total mg/L 0,5 0,5 SNI 06-6989-14-2004 Fe* mg/L 5 5 SNI 06-6989-4-2004 Co* mg/L 0,4 0,4 SNI 06-2471-1991
Keterangan : • * = Sebagai konsentrasi ion logam terlarut. • ** = Sesuai dengan SNI dan perubahannya. • Untuk memenuhi baku mutu air limbah tersebut, kadar parameter air limbah tidak
diperbolehkan dicapai dengan cara pengenceran dengan air secara langsung diambil dari sumber air.
Menteri Negara Lingkungan Hidup, ttd
Ir. Rachmat Witoelar.Salinan sesuai dengan aslinya Deputi MENLH Bidang Penaatan Lingkungan,
ttd
Hoetomo, MPA.
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 92 3/26
7
Lampiran I Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 10 Tahun 2009 Tanggal : 7 April 2009
BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN INDUSTRI OLEOKIMIA DASAR UNTUK FATTY ACID DAN FATTY ALCOHOL MELALUI
JALUR FATTY ACID
Catatan : ton produk adalah penjumlahan ton produk fatty acid + ton produk fatty alcohol + ton produk alkyl ester + ton produk glycerin
MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,
ttd
RACHMAT WITOELAR
Salinan sesuai dengan aslinya Deputi MENLH Bidang Penaatan Lingkungan, ttd Ilyas Asaad.
Parameter Kadar Maksimum Satuan
BOD 70 mg/liter
COD 160 mg/liter
TSS 100 mg/liter
Minyak dan lemak 10 mg/liter
Fosfat 5 mg/liter
Amonia (NH3-N) 10 mg/liter
pH 6 – 9 -
Kuantitas air limbah maksimum
4 m3 / ton produk
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 93 3/26
8
Lampiran II Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor :10 Tahun 2009 Tanggal :7 April 2009
BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN INDUSTRI OLEOKIMIA DASAR UNTUK FATTY ALCOHOL MELALUI JALUR ALKYL ESTER
Catatan : ton produk adalah penjumlahan ton produk fatty acid + ton produk fatty alcohol + ton produk alkyl ester + ton produk glycerin
MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,
ttd
RACHMAT WITOELAR
Salinan sesuai dengan aslinya Deputi MENLH Bidang Penaatan Lingkungan, ttd Ilyas Asaad.
Parameter Kadar Maksimum Satuan
BOD 125 mg/liter
COD 250 mg/liter
TSS 150 mg/liter
Minyak dan lemak 15 mg/liter
Fosfat 5 mg/liter
Amonia (NH3-N) 10 mg/liter
pH 6 - 9 -
Kuantitas air limbah maksimum
4 m3 / ton produk
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 94 3/26
98
Pasal 3
(1) Persyaratan minimal yang wajib dipenuhi dalam hal pengajuan izin pemanfaatan air limbah industri sawit pada tanah di perkebunan kelapa sawit, yaitu: a. BOD tidak boleh melebihi 5000 mg/liter; b. nilai pH berkisar 6-9; c. dilakukan pada lahan selain lahan gambut; d. dilakukan pada lahan selain lahan dengan permeabilitas lebih besar 15 cm/jam; e. dilakukan pada lahan selain lahan dengan permeabilitas kurang dari 1,5 cm/jam; f. tidak boleh dilaksanakan pada lahan dengan kedalaman air tanah kurang dari 2 meter; dan g. pembuatan sumur pantau.
(2) Persyaratan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat ditambah dengan persyaratan lain sesuai dengan kebutuhan masing-masing daerah yang bersangkutan.
(3) Pedoman tentang syarat dan tata cara perizinan pemanfaatan air limbah industri minyak sawit pada tanah di perkebunan kelapa sawit adalah sebagaimana terlampir dalam Keputusan ini.
Pasal 4
Bupati/Walikota menerbitkan surat keputusan izin pemanfaatan air limbah industri minyak sawit pada tanah di perkebunan kelapa sawit selambat-lambatnya 90 (sembilan puluh) hari kerja sejak permohonan ijin diajukan oleh pemrakarsa.
Pasal 5
Surat Keputusan izin pemanfaatan air limbah industri minyak sawit pada tanah di perkebunan kelapa sawit wajib mencantumkan ketentuan sekurang-kurangnya meliputi: a. hasil pemantauan terhadap air limbah, air tanah, tanah, tanaman, ikan, hewan dan kesehatan masyarakat; b. metode dan frekuensi pemantauan; c. pelaporan hasil pemantauan, dilakukan oleh pemrakarsa kepada Bupati/Walikota sekurang-kurangnya dilakukan 6
(enam) bulan sekali dengan tembusan disampaikan kepada Gubernur provinsi yang bersangkutan dan Menteri Negara Lingkungan Hidup ;
d. larangan mengenai : 1) adanya air larian (run off) yang masuk ke sungai; 2) pengenceran air limbah yang dimanfaatkan; 3) membuang air limbah pada tanah di luar lokasi yang ditetapkan dalam Keputusan in; 4) membuang air limbah ke sungai bila air limbahnya melebihi ketentuan yang berlaku .
Pasal 6
Bupati/Walikota wajib melakukan pemantauan atas pelaksanaan pemanfaatan air limbah industri minyak sawit pada tanah di perkebunan kelapa sawit.
Pasal 7
Izin pemanfaatan air limbah industri minyak sawit pada tanah di perkebunan kelapa sawit akan dicabut apabila ditemukan adanya pelanggaran terhadap persyaratan perizinan pemanfaatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari kerja setelah evaluasi dilakukan.
Pasal 8
(1) Bagi pemrakarsa yang telah mendapatkan izin pemanfaatan air limbah industri minyak sawit pada tanah perkebunan di perkebunan kelapa sawit, pada saat Keputusan ini ditetapkan izin tersebut dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan Keputusan ini.
(2) Apabila persyaratan izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertentangan dengan Keputusan ini, maka wajib disesuaikan dalam waktu selambat-lambatnya 1 (satu) tahun setelah Keputusan ini ditetapkan.
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 95 3/26
8
Lampiran I Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 08 Tahun 2009 Tanggal : 7 April 2009
BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA TERMAL SUMBER PROSES UTAMA
A. Sumber Proses Utama
No. Parameter Satuan Kadar Maksimum
1. pH - 6 – 9
2. TSS mg/L 100 3. Minyak dan Lemak mg/L 10 4. Klorin Bebas (Cl2)* mg/L 0,5 5. Kromium Total (Cr) mg/L 0,5 6. Tembaga (Cu) mg/L 1 7. Besi (Fe) mg/L 3 8. Seng (Zn) mg/L 1 9. Phosphat (PO4-) ** mg/L 10
Catatan : * Apabila cooling tower blowdown dialirkan ke IPAL ** Apabila melakukan injeksi Phospat
B. Sumber Blowdown Boiler
No. Parameter Satuan Kadar Maksimum
1. pH - 6 – 9
2. Tembaga (Cu) mg/L 1 3. Besi (Fe) mg/L 3
Catatan : Apabila sumber air limbah blowdown boiler tidak dialirkan ke IPAL
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 96 3/26
9
C. Sumber Blowdown Cooling Tower
Catatan : Apabila sumber air limbah blowdown cooling tower tidak dialirkan ke IPAL D. Sumber Demineralisasi/WTP
No. Parameter Satuan Kadar Maksimum 1. pH - 6 - 9 2. TSS mg/L 100
Catatan : Apabila sumber air limbah demineralisasi/WTP tidak dialirkan ke IPAL
MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,
ttd RACHMAT WITOELAR
Salinan sesuai dengan aslinya Deputi MENLH Bidang Penaatan Lingkungan, ttd Ilyas Asaad.
No. Parameter Satuan Kadar Maksimum
1. pH - 6 – 9
2. Klorin Bebas (Cl2) mg/L 1 3. Zinc (Zn) mg/L 1 4. Phosphat (PO4-) mg/L 10
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 97 3/26
10
Lampiran II Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 08 Tahun 2009 Tanggal : 7 April 2009
BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN ATAU KEGIATAN
PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA TERMAL SUMBER KEGIATAN PENDUKUNG
A. Sumber Pendingin (Air Bahang)
No. Parameter Satuan Kadar Maksimum
1. Temperatur oC 40* 2. Klorin Bebas (Cl2) mg/L 0,5
Catatan: Apabila sumber air bahang tidak dialirkan ke IPAL * Merupakan hasil pengukuran rata-rata bulanan di oulet kondensor B. Sumber Desalinasi
No. Parameter Satuan Kadar Maksimum
1. pH - 6 – 9 2. Salinitas o/oo Pada radius 30 m dari
lokasi pembuangan air limbah ke laut, kadar salinitas air limbah sudah harus sama dengan kadar salinitas alami.
Catatan : Apabila sumber air limbah desalinasi tidak dialirkan ke IPAL C. Sumber FGD Sistem Sea Water Wet Scrubber
No. Parameter Satuan Kadar Maksimum
1. pH - 6 – 9 2. SO4 (2-) % Kenaikan kadar
maksimum parameter Sulfat 4% dibanding kadar Sulfat titik penaatan
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 98 3/26
11
Inlet air laut.
Catatan : Apabila sumber air limbah FGD Sistem Sea Water Wet Scrubber tidak dialirkan ke IPAL
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 99 3/26
12
D. Sumber Coal Stockpile
No. Parameter Satuan Kadar Maksimum 1. pH - 6 – 9 2. TSS mg/L 200 3. Fe mg/L 5 4. Mn mg/L 2
Catatan : Apabila sumber air limbah Coal Stockpile tidak dialirkan ke IPAL
MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,
ttd RACHMAT WITOELAR
Salinan sesuai dengan aslinya Deputi MENLH Bidang Penaatan Lingkungan, ttd Ilyas Asaad.
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 100 3/26
13
Lampiran III Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 08 Tahun 2009 Tanggal : 7 April 2009
BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN ATAU KEGIATAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA TERMAL
AIR LIMBAH MENGANDUNG MINYAK (OILY WATER)
No. Parameter Satuan Kadar Maksimum
1. COD* mg/L 300 2. TOC** mg/L 110 3. Minyak dan Lemak mg/L 15
Catatan: Apabila sumber air limbah mengandung minyak tidak dialirkan ke IPAL * Parameter COD hanya berlaku sampai dengan tanggal 31 Desember 2009
** Parameter Total Organic Carbon (TOC) mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2010
MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,
ttd
RACHMAT WITOELAR
Salinan sesuai dengan aslinya Deputi MENLH Bidang Penaatan Lingkungan, ttd Ilyas Asaad.
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 101 3/26
-7-
S A L I N A N
Lampiran : Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 10 Tahun 2006 Tanggal : 2 Oktober 2006
BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN INDUSTRI
VINYL CHLORIDE MONOMER DAN POLY VINYL CHLORIDE Vinyl Chloride Monomer Poly Vinyl Chloride Vinyl Chloride Monomer
dan Poly Vinyl Chloride
Parameter Kadar Maksimum
(mg/L)
Beban Pencemaran Maksimum (gram/ton
produk)
Kadar Maksimum
(mg/L)
Beban Pencemaran Maksimum (gram/ton
produk)
Kadar Maksimum
(mg/L)
Beban Pencemaran Maksimum (gram/ton
produk) BOD 100 700 75 202,5 93 902,5 COD 250 1750 150 405 222 2155 TSS 100 700 100 270 100 970 TDS (-) (-) (*) (*) (*) (*) Tembaga (Cu) 2 14 (-) (-) 0,2 14 Klorin Bebas (Cl2) 1 7 (-) (-) 0,1 7 pH 6,0 – 9,0 6,0 – 9,0 6,0 – 9,0 Volume Air Limbah Maksimum
7 m3/ton produk 2,7 m3/ton produk 7 m3/ton produk VCM + 2, 7 m3/ton produk PVC
Keterangan : (*) Artinya TDS dalam air limbah tidak boleh lebih besar dari TDS sumber air tempat
pembuangan. (-) Artinya tidak dipersyaratkan.
Menteri Negara Lingkungan Hidup,
ttd
Ir. Rachmat Witoelar. Salinan sesuai dengan aslinya Deputi MENLH Bidang Penaatan Lingkungan, ttd Hoetomo, MPA.
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 102 3/26
Lampiran I.BAKU MUTU AIR LAUT Keputusan Menteri Negara Lingkungan HidupUNTUK PERAIRAN PELABUHAN Nomor: Tahun 2004
No. Parameter Satuan Baku Mutu
FISIKA1. Kecerahana m >32. Kebauan - tidak berbau3. Padatan tersuspensi totalb mg/l 804. Sampah - nihil 1(4)
5. Suhuc oC alami3( c)
6. Lapisan minyak 5 - nihil 1(5)
KIMIA1. pHd - 6,5 - 8,5( d)
2. Salinitase %o alami3( e)
3. Ammonia total (NH3-N) mg/l 0,34. Sulfida (H2S) mg/l 0,035. Hidrokarbon total mg/l 16. Senyawa Fenol total mg/l 0,0027. PCB (poliklor bifenil) µg/l 0,018. Surfaktan (deterjen) mg/l MBAS 19. Minyak dan Lemak mg/l 510. TBT (tri butil tin)6 µg/l 0,01
Logam terlarut:11. Raksa (Hg) mg/l 0,00312. Kadmium (Cd) mg/l 0,0113. Tembaga (Cu) mg/l 0,0514. Timbal (Pb) mg/l 0,0515. Seng (Zn) mg/l 0,1
BIOLOGI1. Coliform (total) f MPN/100 ml 1000 (f )
Keterangan:1. Nihil adalah tidak terdeteksi dengan batas deteksi alat yang digunakan (sesuai dengan metode yang digunakan)2. Metode analisa mengacu pada metode analisa untuk air laut yang telah ada, baik internasional
maupun nasional.3. Alami adalah kondisi normal suatu lingkungan, bervariasi setiap saat (siang, malam dan musim) 4. Pengamatan oleh manusia (visual). 5. Pengamatan oleh manusia (visual). Lapisan minyak yang diacu adalah lapisan tipis (thin layer) dengan
ketebalan 0,01mm6. TBT adalah zat antifouling yang biasanya terdapat pada cat kapala. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <10% kedalaman euphotic b. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <10% konsentrasi rata-rata musimanc. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <2oC dari suhu alami
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 103 3/26
d. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <0,2 satuan pHe. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <5% salinitas rata-rata musimanf. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <10% konsentrasi rata-rata musiman
Menteri NegaraLingkungan Hidup,
ttd
Nabiel Makarim,MPA.,MSM.
Salinan sesuai dengan aslinyaDeputi MENLH Bidang Kebijakan danKelembagaan Lingkungan Hidup,
Hoetomo, MPA.
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 104 3/26
Lampiran IIBAKU MUTU AIR LAUT Keputusan Menteri Negara Lingkungan HidupUNTUK WISATA BAHARI Nomor : Tahun 2004
No. Parameter Satuan Baku Mutu
FISIKA1. Warna Pt. Co 302. Bau Tidak berbau3. Kecerahana m >64. Kekeruhana ntu 55. Padatan tersuspensi totalb mg/l 206. Suhuc oC alami3( c)
7. Sampah - nihil 1(4)
8. Lapisan minyak 5 - nihil 1(5)
KIMIA1. pHd - 7 - 8,5( d)
2. Salinitase %o alami3( e)
3. Oksigen Terlarut (DO) mg/l >54. BOD5 mg/l 105. Amoniak bebas (NH3-N) mg/l nihil1
6. Fosfat (PO4-P) mg/l 0,0157. Nitrat (NO3-N) mg/l 0,0088. Sulfida (H2S) mg/l nihil1
9. Senyawa Fenol mg/l nihil1
10. PAH (Poliaromatik hidrokarbon) mg/l 0,00311. PCB (poliklor bifenil) µg/l nihil1
9. Surfaktan (detergen) mg/l MBAS 0,00110. Minyak & lemak mg/l 111. Pestisidaf µg/l nihil1( f)
Logam terlarut:12. Raksa (Hg) mg/l 0,002 13. Kromium heksavalen (Cr(VI)) mg/l 0,002 14. Arsen (As) mg/l 0,02515. Cadmium (Cd) mg/l 0,002 16. Tembaga (Cu) mg/l 0,05017. Timbal (Pb) mg/l 0,005 18. Seng (Zn) mg/l 0,09519. Nikel (Ni) mg/l 0,075
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 105 3/26
No. Parameter Satuan Baku Mutu
BIOLOGI1. E Coliform (faecal )g MPN/100 ml 200( g)
2. Coliform (total)g MPN/100 ml 1000( g)
RADIO NUKLIDA1. Komposisi yang tidak Bq/l 4
diketahui
Keterangan:1. Nihil adalah tidak terdeteksi dengan batas deteksi alat yang digunakan (sesuai dengan metode yang digunakan)2. Metode analisa mengacu pada metode analisa untuk air laut yang telah ada, baik internasional
maupun nasional.3. Alami adalah kondisi normal suatu lingkungan, bervariasi setiap saat (siang, malam dan musim) 4. Pengamatan oleh manusia (visual). 5. Pengamatan oleh manusia (visual). Lapisan minyak yang diacu adalah lapisan tipis (thin layer) dengan
ketebalan 0,01mma. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <10% kedalaman euphotic b. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <10% konsentrasi rata2 musimanc. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <2oC dari suhu alamid. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <0,2 satuan pHe. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <5% salinitas rata-rata musimanf. Berbagai jenis pestisida seperti: DDT, Endrin, Endosulfan dan Heptachlorg. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <10% konsentrasi rata-rata musiman
Menteri NegaraLingkungan Hidup,
ttd
Nabiel Makarim, MPA., MSM.Salinan sesuai dengan aslinyaDeputi MENLH Bidang Kebijakan danKelembagaan Lingkungan Hidup,
Hoetomo, MPA.
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 106 3/26
Lampiran III.BAKU MUTU AIR LAUT Keputusan Menteri Negara Lingkungan HidupUNTUK BIOTA LAUT Nomor: Tahun 2004
No. Parameter Satuan Baku mutu
FISIKA1. Kecerahana m coral: >5
mangrove: -lamun: >3
2. Kebauan - alami3
3. Kekeruhana NTU <54. Padatan tersuspensi totalb mg/l coral: 20
mangrove: 80lamun: 20
5. Sampah - nihil 1(4)
6. Suhuc oC alami3( c)
coral: 28-30( c)
mangrove: 28-32 ( c)
lamun: 28-30( c)
7. Lapisan minyak 5 - nihil 1(5)
KIMIA1. pHd - 7 - 8,5( d)
2. Salinitase %o alami3( e)
coral: 33-34( e)
mangrove: s/d 34 ( e)
lamun: 33-34( e)
3. Oksigen terlarut (DO) mg/l >54. BOD5 mg/l 205 Ammonia total (NH3-N) mg/l 0,36. Fosfat (PO4-P) mg/l 0,0157. Nitrat (NO3-N) mg/l 0,0088. Sianida (CN-) mg/l 0,59. Sulfida (H2S) mg/l 0,0110. PAH (Poliaromatik hidrokarbon) mg/l 0,00311. Senyawa Fenol total mg/l 0,00212. PCB total (poliklor bifenil) µg/l 0,0113. Surfaktan (deterjen) mg/l MBAS 114 Minyak & lemak mg/l 115. Pestisidaf µg/l 0,0116. TBT (tributil tin)7 µg/l 0,01
Logam terlarut:17. Raksa (Hg) mg/l 0,00118. Kromium heksavalen (Cr(VI)) mg/l 0,00519. Arsen (As) mg/l 0,012No. Parameter Satuan Baku mutu
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 107 3/26
20. Kadmium (Cd) mg/l 0,00121. Tembaga (Cu) mg/l 0,00822. Timbal (Pb) mg/l 0,00823. Seng (Zn) mg/l 0,0524. Nikel (Ni) mg/l 0,05
BIOLOGI1. Coliform (total)g MPN/100 ml 1000( g)
2. Patogen sel/100 ml nihil1
3. Plankton sel/100 ml tidak bloom 6
RADIO NUKLIDA1. Komposisi yang tidak diketahui Bq/l 4
Catatan:1. Nihil adalah tidak terdeteksi dengan batas deteksi alat yang digunakan (sesuai dengan metode yang digunakan)2. Metode analisa mengacu pada metode analisa untuk air laut yang telah ada, baik internasional
maupun nasional.3. Alami adalah kondisi normal suatu lingkungan, bervariasi setiap saat (siang, malam dan musim). 4. Pengamatan oleh manusia (visual ). 5. Pengamatan oleh manusia (visual ). Lapisan minyak yang diacu adalah lapisan tipis (thin layer ) dengan
ketebalan 0,01mm6. Tidak bloom adalah tidak terjadi pertumbuhan yang berlebihan yang dapat menyebabkan eutrofikasi.
Pertumbuhan plankton yang berlebihan dipengaruhi oleh nutrien, cahaya, suhu, kecepatan arus, dan kestabilan plankton itu sendiri.
7. TBT adalah zat antifouling yang biasanya terdapat pada cat kapala. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <10% kedalaman euphotic b. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <10% konsentrasi rata2 musimanc. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <2oC dari suhu alamid. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <0,2 satuan pHe. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <5% salinitas rata-rata musimanf. Berbagai jenis pestisida seperti: DDT, Endrin, Endosulfan dan Heptachlorg. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <10% konsentrasi rata-rata musiman
Menteri NegaraLingkungan Hidup,
ttd
Nabiel Makarim, MPA., MSM.Salinan sesuai dengan aslinyaDeputi MENLH Bidang Kebijakan danKelembagaan Lingkungan Hidup,
Hoetomo, MPA.
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 108 3/26
<10% perubahan euphotic depth
<10% perubahan konsentrasi rata2 musiman
<0,2 satuan perubahan pH
>6 (>80-90% kejenuhan)
0.002
0.05Pestisida (acrolein) = 0.0002
0.0010.050.050.0020.0050.005
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 109 3/26
0.015
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 110 3/26
UDARA
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 111 3/26
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA file:///D:/indek%20Himp.%20Peraturan%20lh/pp41tahun99.htm
14 of 17 6/27/2008 11:25 AM
tentang pengendalian pencemaran udara yang telah ada tetap berlaku sepanjang tidakbertentangan dengan dan belum diganti berdasarkan Peraturan Pemerintah ini.
Pasal 59
Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Pemerintahini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakartapada tanggal 26 Mei 1999PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
ttd
BACHARUDDIN JUSUF HABIBIE
Diundangkan di Jakartapada tanggal 26 Mei 1999MENTERI NEGARA SEKRETARIS NEGARAREPUBLIK INDONESIA
ttd
PROF. DR. H. MULADI, S.H.
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1999 NOMOR 86
LAMPIRANPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIANOMOR : 41 TAHUN 1999TANGGAL : 26 MEI 1999
BAKU MUTU UDARA AMBIEN NASIONAL
No. Parameter Waktu
Pengukuran
Baku Mutu Metode
Analisis
Peralatan
1 SO2 1 Jam 900 ug/Nm3 Pararosanilin Spektrofotometer
(Sulfur Dioksida) 24 Jam 365 ug/Nm3
1 Thn 60 ug/Nm3
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 112 3/26
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA file:///D:/indek%20Himp.%20Peraturan%20lh/pp41tahun99.htm
15 of 17 6/27/2008 11:25 AM
2 CO 1 Jam 30.000ug/Nm3
NDIR NDIR Analyzer
(KarbonMonoksida)
24 Jam 10.000ug/Nm3
1 Thn -
3 NO2 1 Jam 400 ug/Nm3 Saltzman Spektrofotometer
(NitrogenDioksida)
24 Jam 150 ug/Nm3
1 Thn 100 ug/Nm3
4 O3 1 Jam 235 ug/Nm3 Chemiluminescent Spektrofotometer
(Oksidan) 1 Thn 50 ug/Nm3
5 HC 3 Jam 160 ug/Nm3 Flame Ionization Gas
(Hidro Karbon) Chromatogarfi
6 PM10 24 Jam 150 ug/Nm3 Gravimetric Hi - Vol
(Partikel < 10 um)
PM2,5 (*) 24 Jam 65 ug/Nm3 Gravimetric Hi - Vol
(Partikel < 2,5 um)
1 Thn 15 ug/Nm3 Gravimetric Hi - Vol
7 TSP 24 Jam 230 ug/Nm3 Gravimetric Hi - Vol
(Debu) 1 Thn 90 ug/Nm3
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 113 3/26
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA file:///D:/indek%20Himp.%20Peraturan%20lh/pp41tahun99.htm
16 of 17 6/27/2008 11:25 AM
8 Pb 24 Jam 2 ug/Nm3 Gravimetric Hi – Vol
(Timah Hitam) 1 Thn 1 ug/Nm3 Ekstraktif
Pengabuan AAS
9. Dustfall 30 hari
(Debu Jatuh ) 10Ton/km2/Bulan
(Pemukiman)
Gravimetric Cannister
20 Ton/km2/Bulan
(Industri)
10 Total Fluorides (as F)
24 Jam 3 ug/Nm3 Spesific Ion Impinger atau
90 hari 0,5 ug/Nm3 Electrode CountinousAnalyzer
11. Fluor Indeks 30 hari 40 u g/100 cm2 dari
kertas limed filter
Colourimetric Limed Filter
Paper
12. Khlorine & 24 Jam 150 ug/Nm3 Spesific Ion Impinger atau
Khlorine Dioksida Electrode CountinousAnalyzer
13. Sulphat Indeks 30 hari 1 mg SO3/100
cm3Colourimetric Lead
Dari Lead Peroksida
Peroxida Candle
Catatan :
Nomor 10 s/d 13 Hanya di berlakukan untuk daerah/kawasan Industri Kimia Dasar
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 114 3/26
Lampiran I Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 49 Tahun 1996 Tanggal 25 November 1996
1. BAKU TINGKAT GETARAN UNTUK KENYAMANAN DAN KESEHATAN
Konversi : Percepatan = (2pf)2 x simpangan Kecepatan = 2pf x simpangan p = 3,14 2. Grafik baku tingkat Getaran untuk Kenyamanan dan Kesehatan
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 115 3/26
Lampiran II Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup
No. 49 Tahun 1996 Tanggal 25 November 1996
1. BAKU TINGKAT GETARAN MEKANIK BERDASRKAN DAMPAK KERUSAKAN
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 116 3/26
Keterangan : Kategori A : Tidak menimbulkan kerusakan Kategori B : Kemungkinan keretakan plesteran (retak/terlepas plesteran pada dinding pemikul beban pada kasus khusus) Kategori C : Kemungkinan rusak komponen struktur dinding pemikul beban Kategori D : Rusak dinding pemikul beban 2. Grafik Baku Tingkat Getaran Mekanik Berdasarkan Dampak Kerusakan
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 117 3/26
Lampiran III Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 49 Tahun 1996 Tanggal 25 November 1996
BAKU TINGKAT GETARAN MEKENIK BERDASARKAN JENIS BANGUNAN
Untuk frekuensi > 100 Hz, sekurang-kurangnya nilai yang tersebut dalam kolom harus dipakai.
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 118 3/26
Lampiran IV Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 49 Tahun 1996 Tanggal 25 November 1996
BAKU TINGKAT GETARAN KEJUT
Lampiran V Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 49 Tahun 1996 Tanggal 25 November 1996
METODA PENGUKURAN DAN ANALISIS TINGKAT GETARAN a. Peralatan Pedoman yang dipakai ialah: 1) Alat penangkap getaran (Accelerometer atau seismometer) 2) Alat ukur atau alat analisis getaran (Vibration meter atau vibration analyzer) 3) Tapis pita 1/3 oktaf atau pita sempit (Filter 1/3 oktaf atau Narrow Band) 4) Pencatat tingkat getaran (Level atau X - Y recorder) 5) Alat analisis pengukur tingkat getaran (FFT Analyzer) b. Cara pengukuran 1. Getaran untuk Kenyamanan dan Kesehatan;
a) Alat penangkap getaran dilelakkan pada lantai atau permukaan yang bergetar, dan disambungkan ke alat ukur getaran yang dilengkapi dengan filter.
b) Alat ukur dipasang pada besaran simpangan. Dalam hal alat: tidak dilengkapi dengan fasilitas itu, dapat digunakan konversi besaran.
c) Pembacaan dan pencatatan dilakukan untuk setiap frekwensi 4 - 63 Hz atau dengan sapuan oleh alat pencatat getaran.
d) Hasil pengukuran sebanyak 13 data digambarkan pada Grafik Lampiran 1.2.
2. Getaran untuk Keutuhan Bangunan
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 119 3/26
Cara pengukuran sama dengan pengukuran getaran untuk kenyamanan dan kesahatan manusia, hanya besaran yang dipakai ialah kecepatan getaran puncak (Peak velocity).
c. Cara Evaluasi
Ke-13 data yang digambarkan pada grafik Lampiran l.2 dan/atau 11.2 dibandingkan terhadap batas-batas baku tingkat getaran. Getaran disebut melampaui baku tingkat getaran apabila getaran pada salah satu frekuensi sudah melampaui nilai baku getaran yang ditetapkan. Baku tingkat Getaran dibagi dalam 4 kelas, yaitu a, b, c, dan d dengan batas seperti pada Grafik ll.2
Defnisi : 1. Struktur bangunan adalah bagian dari banguann yang direncanakan, diperhitungkan dan dimaksudkan untuk : a) mendukung segala macam beban (beban mati, beban hidup dan beban sementara) b) menjamin stabilitas bangunan secara keseluruhan dengan memperhatikan persyaratan kuat, kaku, dan andal. Misal : struktur kerangka kaku (frame), struktur dinding pemikul (Bearing wall) 2. Komponen srtuktur adalah bagian dari suatu struktur bangunan, yang menjamin fungsi struktur. Misal : balok, kolom dan slab dari frame. 3. Dinding pemikul adalah struktur bangunan berupa bidang tegak yang berfungsi mendukung beban diatasnya seperti slab lantai tingkat atau atap. 4. Non struktur adalah bagian dari bangunan yang tidak direncanakan atau difungsikan untuk mendukung beban. Misal : dinding partisi, kerangka jendela/pintu. Pengaruh kerusakan struktur dan non-struktur : 1. Kerusakan pada struktur, dapat mambahayakan stabilitas bangunan, atau roboh. (misalnya patok kolom bisa merobohkan bangunan). 2. Kerusakan pada non struktur, tidak membahayakan stabilitas bangunan, tetapi bisa membahayakan penghuni (misal: robohnya dinding partisi, tidak merobohkan bangunan, tetapi bisa mencederai penghuni). Derajat kerusakan srtuktur : 1. Rusak ringan adalah rusak yang tidak membahayakan stabilitas bangunan dan dapat diperbaiki tanpa mengurangi kekuatannya. 2. Rusak sedang adalah rusak yang dapat mengurangi kekuatan struktur untuk mengembalikan kepada kondisi semula, harus disertai dengan tambahan perkuatan. 3 Rusak berat adalah rusak yang membahayakan bangunan dan dapat merobohkan bangunan.
__________________________________
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 120 3/26
7
Lampiran I Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 18 Tahun 2008 Tanggal : 20 November 2008
BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK BAGI INDUSTRI CARBON BLACK
No. Parameter Beban Emisi Maksimum
(kg/Ton Bahan Baku) 1. Sulfur Dioksida (SO2)
54
2. Nitrogen Oksida (NOx) sebagai NO2
12
3. Total Partikulat
2
Catatan : 1. Volume gas diukur dalam keadaan standar (25oC dan tekanan 1
atmosfer). 2. Pengukuran kadar setiap parameter dikoreksi terhadap oksigen (O2)
sebesar 7%.
MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,
ttd RACHMAT WITOELAR. Salinan sesuai dengan aslinya Deputi MENLH Bidang Penaatan Lingkungan,
ttd Ilyas Asaad.
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 121 3/26
8
Lampiran II Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 18 Tahun 2008 Tanggal : 20 November 2008
BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK BAGI INDUSTRI CARBON BLACK
No. Parameter Beban Emisi Maksimum
(kg/Ton Bahan Baku) 1. Sulfur Dioksida (SO2)
45
2. Nitrogen Oksida (NOx) sebagai NO2
10
3. Total Partikulat
1,5
Catatan : 1. Volume gas diukur dalam keadaan standar (25oC dan tekanan 1
atmosfer). 2. Pengukuran kadar setiap parameter dikoreksi terhadap oksigen (O2)
sebesar 7%.
MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,
ttd RACHMAT WITOELAR. Salinan sesuai dengan aslinya Deputi MENLH Bidang Penaatan Lingkungan, ttd Ilyas Asaad.
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 122 3/26
9
Lampiran III Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 18 Tahun 2008 Tanggal : 20 November 2008
PERHITUNGAN BEBAN EMISI MAKSIMUM Beban emisi dihitung untuk seluruh unit (total) dalam satu lokasi pabrik dengan persamaan sebagai berikut yang memiliki n unit : (Kp1xGd1x100/TR1)+(Kp2xGd2x +100/TR2)+ ... +(KpnxGdnx100/TRn) BETp = --------------------------------------------------------------------------- (LBB1)+(LBB2)+ ... +(LBBn) dimana : BETp = Beban emisi total untuk parameter p; Kp1 = Kadar parameter p pada cerobong Dryer unit 1, mg/Nm3; Kp2 = Kadar parameter p pada cerobong Dryer unit 2, mg/Nm3; Kpn = Kadar parameter p pada cerobong Dryer unit n, mg/Nm3; Gd1 = Laju alir emisi gas pada cerobong Dryer unit 1, m3/jam; Gd2 = Laju alir emisi gas pada cerobong Dryer unit 2, m3/jam; Gdn = Laju alir emisi gas pada cerobong Dryer unit n, m3/jam; TR1 = Perbandingan emisi gas yang masuk ke unit Dryer 1 terhadap emisi gas yang keluar dari Unit Filter Utama unit 1; TR2 = Perbandingan emisi gas yang masuk ke unit Dryer 2 terhadap emisi gas yang keluar dari Unit Filter Utama unit 2; TRn = Perbandingan emisi gas yang masuk ke unit Dryer n terhadap emisi gas yang keluar dari Unit Filter Utama unit n; LBB1 = Laju alir bahan baku pada unit 1, ton/jam; LBB2 = Laju alir bahan baku pada unit 2, ton/jam; LBBn = Laju alir bahan baku pada unit n, ton/jam; n = Jumlah unit produksi Carbon Black.
MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,
ttd
RACHMAT WITOELAR. Salinan sesuai dengan aslinya Deputi MENLH Bidang Penaatan Lingkungan, ttd Ilyas Asaad.
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 123 3/26
Lampiran Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup
No. 50 Tahun 1996 tanggal 25 november 1996
A. Bau dari Odoran Tunggal
Catatan : ppm = satu bagian dalam satu juta B. Bau dari Odoran Campuran
Tingkat kebauan yang dihasilkan oleh campuran odoran dinyatakan sebagai ambang bau yang dapat dideteksi secara sensorik oleh lebih dari 50 % anggota penguji yang berjumlah minimal 8 (delapan) orang.
______________________________________
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 124 3/26
LAMPIRAN I KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NO. 48 TAHUN 1996 TANGGAL 25 NOPEMBER 1996
BAKU TINGKAT KEBISINGAN
Keterangan : disesuaikan dengan ketentuan Menteri Perhubungan LAMPIRAN II KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NO. 48 TAHUN 1996 TANGGAL 25 NOPEMBER 1996
METODA PENGUKURAN, PERHITUNGAN DAN EVALUASI TINGKAT KEBISINGAN LINGKUNGAN
1. Metoda Pengukuran
Pengukuran tingkat kebisingan dapat diiakukan dengan dua cara : 1) Cara Sederhana
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 125 3/26
6
Lampiran Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 17 Tahun 2008 Tanggal : 20 November 2008
BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK BAGI USAHA
DAN/ATAU KEGIATAN INDUSTRI KERAMIK
No
Sumber
Parameter
Kadar/Beban Emisi
Maksimum
Satuan
1. Kiln Sulfur Dioksida (SO2) Nitrogen Oksida (NOx) Total Partikulat Hidrogen Fluorida (HF)
400 600 150 10
mg/Nm3 mg/Nm3 mg/Nm3 mg/Nm3
2. Semua Sumber selain kiln dan utilitas (Crushing, Grinding, Finishing, dan Drying)
Total Partikulat
150
mg/Nm3
3. Semua sumber Opasitas 20 % Catatan : 1. Volume gas diukur dalam keadaan standar (25oC dan tekanan 1
atmosfer) 2. Nitrogen oksida (NOx) merupakan penjumlahan gas (NO2 + NO) dan
dinyatakan sebagai NO2. 3. Untuk gas Nitrogen Oksida dan Sulfur Dioksida pada proses
pembakaran di Kiln dikoreksi sebesar 10 % oksigen. 4. Opasitas digunakan sebagai indikator praktis pemantauan dan
dikembangkan untuk memperoleh hubungan korelatif dengan pengamatan total partikel.
MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, ttd
Salinan sesuai dengan aslinya RACHMAT WITOELAR. Deputi MENLH Bidang Penaatan Lingkungan, ttd Ilyas Asaad.
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 126 3/26
Lampiran I Peraturan Menteri
Negara Lingkungan Hidup Nomor : 07 tahun 2007 Tanggal : 8 Mei 2007
BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK BAGI KETEL UAP YANG MENGGUNAKAN BAHAN BAKAR BIOMASSA BERUPA SERABUT DAN/ATAU
CANGKANG
No. Parameter Baku Mutu 1. Partikulat 300 mg/m3 2. Sulfur Dioksida (SO2) 600 mg/m3 3. Nitrogen Oksida (NO2) 800 mg/m3 4. Hidrogen Klorida (HCl) 5 mg/m3 5. Gas Klorin (Cl2) 5 mg/m3 6. Ammonia (NH3) 1 mg/m3 7. Hidrogen Florida (HF) 8 mg/m3 8. Opasitas 30 %
Catatan:
- Nitrogen Oksida ditentukan sebagai NO2. - Volume Gas dalam keadaan standar (25oC dan tekanan 1 atm). - Konsentrasi partikulat dikoreksi sebesar 6 % Oksigen. - Opasitas digunakan sebagai indikator praktis pemantauan dan
dikembangkan untuk memperoleh hubungan korelatif dengan pengamatan total partikel.
Menteri Negara Lingkungan Hidup,
ttd Ir. Rachmat Witoelar.
Salinan sesuai dengan aslinya Deputi MENLH Bidang Penaatan Lingkungan, Hoetomo, MPA.
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 127 3/26
Lampiran II Peraturan Menteri
Negara Lingkungan Hidup Nomor : 07 Tahun 2007 Tanggal : 8 Mei 2007
BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK BAGI KETEL UAP YANG MENGGUNAKAN BAHAN BAKAR BIOMASSA BERUPA AMPAS
DAN/ATAU DAUN TEBU KERING
No. Parameter Baku Mutu 1. Partikulat 250 mg/m3 2. Sulfur Dioksida (SO2) 600 mg/m3 3. Nitrogen Oksida (NO2) 800 mg/m3 4. Opasitas 30 %
Catatan:
- Nitrogen Oksida ditentukan sebagai NO2. - Volume Gas dalam keadaan standar (25oC dan tekanan 1 atm). - Konsentrasi partikulat dikoreksi sebesar 6 % Oksigen. - Opasitas digunakan sebagai indikator praktis pemantauan dan
dikembangkan untuk memperoleh hubungan korelatif dengan pengamatan total partikel.
Menteri Negara Lingkungan Hidup,
ttd Ir. Rachmat Witoelar. Salinan sesuai dengan aslinya Deputi MENLH Bidang Penaatan Lingkungan, Hoetomo, MPA.
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 128 3/26
Lampiran III Peraturan Menteri
Negara Lingkungan Hidup Nomor : 07 Tahun 2007 Tanggal : 8 Mei 2007
BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK BAGI KETEL UAP YANG MENGGUNAKAN BAHAN BAKAR BIOMASSA SELAIN YANG
DIMAKSUD PADA HURUF a DAN HURUF b PASAL 3 AYAT (1) PERATURAN MENTERI INI
No. Parameter Baku Mutu
Bukan Logam 1. Partikulat 350 mg/m3 2. Sulfur Dioksida (SO2) 800 mg/m3 3. Nitrogen Oksida (NO2) 1000 mg/m3 4. Hidrogen Klorida (HCl) 5 mg/m3 5. Gas Klorin (Cl2) 10 mg/m3 6. Ammonia (NH3) 0,5 mg/m3 7. Hidrogen Florida (HF) 10 mg/m3 8. Opasitas 30 % 9. Total Sulfur Tereduksi (H2S) 35 mg/m3
Logam 1. Air Raksa (Hg) 5 mg/m3 2. Arsen (As) 8 mg/m3 3. Antimon (Sb) 8 mg/m3 4. Kadmium (Cd) 8 mg/m3 5. Seng (Zn) 50 mg/m3 6. Timah Hitam (Pb) 12 mg/m3
Catatan:
- Nitrogen Oksida ditentukan sebagai NO2. - Volume Gas dalam keadaan standar (25oC dan tekanan 1 atm). - Konsentrasi partikulat dikoreksi sebesar 6 % Oksigen. - Opasitas digunakan sebagai indikator praktis pemantauan dan
dikembangkan untuk memperoleh hubungan korelatif dengan pengamatan total partikel.
Menteri Negara Lingkungan Hidup, ttd Salinan sesuai dengan aslinya Ir.Rachmat Witoelar. Deputi MENLH Bidang Penaatan Lingkungan, Hoetomo, MPA.
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 129 3/26
Lampiran IV Peraturan Menteri
Negara Lingkungan Hidup Nomor : 07 Tahun 2007 Tanggal : 8 Mei 2007
BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK BAGI KETEL UAP
YANG MENGGUNAKAN BAHAN BAKAR BATUBARA
Catatan:
- Nitrogen Oksida ditentukan sebagai NO2. - Volume Gas dalam keadaan standar (25oC dan tekanan 1 atm). - Konsentrasi partikulat dikoreksi sebesar 6 % Oksigen. - Opasitas digunakan sebagai indikator praktis pemantauan dan
dikembangkan untuk memperoleh hubungan korelatif dengan pengamatan total partikel.
Menteri Negara Lingkungan Hidup,
ttd Ir. Rachmat Witoelar. Salinan sesuai dengan aslinya Deputi MENLH Bidang Penaatan Lingkungan, Hoetomo, MPA.
No. Parameter Baku Mutu 1. Partikulat 230 mg/m3 2. Sulfur Dioksida (SO2) 750 mg/m3 3. Nitrogen Oksida (NO2) 825 mg/m3 4. Opasitas 20 %
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 130 3/26
Lampiran V Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 07 Tahun 2007 Tanggal : 8 Mei 2007
BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK BAGI KETEL UAP YANG MENGGUNAKAN BAHAN BAKAR MINYAK
No. Parameter Baku Mutu 1. Partikulat 200 mg/m3 2. Sulfur Dioksida (SO2) 700 mg/m3 3. Nitrogen Oksida (NO2) 700 mg/m3 4. Opasitas 15 %
Catatan:
- Nitrogen Oksida ditentukan sebagai NO2. - Volume Gas dalam keadaan standar (25oC dan tekanan 1 atm). - Konsentrasi partikulat dikoreksi sebesar 3 % Oksigen. - Opasitas digunakan sebagai indikator praktis pemantauan dan
dikembangkan untuk memperoleh hubungan korelatif dengan pengamatan total partikel.
Menteri Negara Lingkungan Hidup,
ttd Ir. Rachmat Witoelar. Salinan sesuai dengan aslinya Deputi MENLH Bidang Penaatan Lingkungan, Hoetomo, MPA.
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 131 3/26
Lampiran VI Peraturan Menteri
Negara Lingkungan Hidup Nomor : 07 Tahun 2007 Tanggal : 8 Mei 2007
BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK BAGI KETEL UAP YANG MENGGUNAKAN BAHAN BAKAR GAS
No. Parameter Baku Mutu (mg/m3) 1. Sulfur Dioksida (SO2) 150 2. Nitrogen Oksida (NO2) 650
Catatan:
- Nitrogen Oksida ditentukan sebagai NO2. - Volume Gas dalam keadaan standar (25oC dan tekanan 1 atm).
Menteri Negara Lingkungan Hidup,
ttd Ir. Rachmat Witoelar. Salinan sesuai dengan aslinya Deputi MENLH Bidang Penaatan Lingkungan, Hoetomo, MPA.
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 132 3/26
1
Lampiran I Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 13 Tahun 2009 Tanggal : 24 April 2009
BAKU MUTU EMISI KEGIATAN INDUSTRI MINYAK DAN GAS BUMI
SUMBER EMISI PROSES PEMBAKARAN 1.a. Baku Mutu Emisi Proses Pembakaran dari Mesin Pembakaran
Dalam
No KAPASITAS
BAHAN BAKAR PARAMETER
KADAR MAKSIMUM (mg/Nm3)
METODE
1. < 570 KWth
Minyak Nitrogen Oksida (NOx) dinyatakan sebagai NO2
1000 SNI 19-7117.5-2005
Karbon Monoksida (CO)
600 SNI 19.7117.10-2005
Gas
Nitrogen Oksida (NOx) dinyatakan sebagai NO2
400 SNI 19-7117.5-2005
Karbon Monoksida (CO)
500 SNI 19.7117.10-2005
2. > 570 KWth
Minyak Total Partikulat 150 SNI 19-7117.12-2005
Sulfur Dioksida (SO2)
800 SNI 19-7117.3.1-2005 atau
Method 6, 6C USEPA
Nitrogen Oksida (NOx) dinyatakan sebagai NO2
1000 SNI 19-7117.5-2005 atau
Method 7 , 7E USEPA
Karbon Monoksida (CO)
600 SNI 19.7117.10-2005
atau Method 3, 3A dan 3B USEPA
Gas
Total Partikulat 50 SNI 19-7117.12-2005
Sulfur Dioksida (SO2)
150 SNI 19-7117.3.1-2005 atau
Method 6, 6C USEPA
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 133 3/26
2
No KAPASITAS
BAHAN BAKAR PARAMETER
KADAR MAKSIMUM (mg/Nm3)
METODE
Nitrogen Oksida (NOx) dinyatakan sebagai NO2
400 SNI 19-7117.5-2005 atau
Method 7 , 7E USEPA
Karbon Monoksida (CO)
500 SNI 19.7117.10-2005
atau Method 3, 3A dan 3B USEPA
Keterangan : Volume gas diukur dalam keadaan standar (25oC dan tekanan 1 atmosfer) dan semua parameter dikoreksi dengan O2 sebesar 13%.
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 134 3/26
3
1.b. Baku Mutu Emisi Proses Pembakaran dari Turbin Gas
No BAHAN BAKAR PARAMETER
KADAR MAKSIMUM (mg/Nm3)
METODE
1. Minyak
Total Partikulat 100 SNI 19-7117.12-2005
Sulfur Dioksida (SO2) 650
SNI 19-7117.3.1-2005 atau Method 6,
6C USEPA
Nitrogen Oksida (NOx) dinyatakan sebagai NO2
450
SNI 19-7117.5-2005 atau Method 7 , 7E
USEPA
Opasitas 20 % SNI
19.7117.11-2005
2. Gas
Total Partikulat 50 SNI 19-7117.12-2005
Sulfur Dioksida (SO2) 150 SNI 19-7117.3.1-2005
atau Method 6, 6C
USEPA
Sulfur Dioksida (SO2) 150 SNI 19-7117.3.1-2005
Nitrogen Oksida (NOx) dinyatakan sebagai NO2
320
SNI 19-7117.5-2005 atau Method 7 , 7E
USEPA Keterangan : Volume gas diukur dalam keadaan standar (25oC dan tekanan 1 atmosfer) dan semua parameter dikoreksi dengan O2 sebesar 15% dalam keadaan kering.
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 135 3/26
4
1.c. Baku Mutu Emisi Proses Pembakaran dari Ketel Uap (Boiler), Pembangkit Uap (Steam Generator), Pemanas Proses (Process Heater), Pengolahan Panas (Heater Treater)
No BAHAN
BAKAR PARAMETER KADAR
MAKSIMUM (mg/Nm3)
METODE
1. Minyak Total Partikulat 150 SNI 19-7117.12-2005
Sulfur Dioksida (SO2)
1200 SNI 19-7117.3.1-2005
atau Method 6, 6C
USEPA Nitrogen Oksida (NOx) dinyatakan sebagai NO2
800 SNI 19-7117.5-2005 atau Method 7 , 7E USEPA
Opasitas 20 % SNI 19.7117.11-2005
2. Gas Total Partikulat 50 SNI 19-7117.12-2005
Sulfur Dioksida (SO2)
150 SNI 19-7117.3.1-2005
atau Method 6, 6C
USEPA Nitrogen Oksida (NOx) dinyatakan sebagai NO2
400 SNI 19-7117.5-2005 atau Method 7 , 7E USEPA
Opasitas 20 % SNI 19.7117.11-2005
Keterangan : 1. Volume gas diukur dalam keadaan standar (25oC dan tekanan 1
atmosfer). 2. Semua parameter dikoreksi dengan O2 sebesar 5% untuk bahan
bakar minyak dalam keadaan kering kecuali opasitas. 3. Semua parameter dikoreksi dengan O2 sebesar 3% untuk bahan
bakar gas dalam keadaan kering kecuali opasitas.
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 136 3/26
5
1.d. Baku Mutu Emisi Proses Pembakaran dari Unit Suar Bakar No PARAMETER KADAR
MAKSIMUM (%)
METODE
1. Opasitas 40 SNI 19.7117.11-2005
MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,
ttd
RACHMAT WITOELAR Salinan sesuai dengan aslinya Deputi MENLH Bidang Penaatan Lingkungan, ttd Ilyas Asaad.
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 137 3/26
1
Lampiran II Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 13 Tahun 2009 Tanggal : 24 April 2009
BAKU MUTU EMISI KEGIATAN INDUSTRI MINYAK DAN GAS BUMI
SUMBER EMISI PROSES PRODUKSI 2.a. Baku Mutu Emisi Unit Penangkapan Sulfur No SULFUR FEED
RATE (TON/HARI)
MINIMUM SULFUR
RECOVERY (%)
METODE
1. <2 70 % Metode Pengukuran Sulfur Feed Rate dan Efisiensi Recovery menggunakan metode USEPA 40 CFR Part 60 subpart 60.644 atau metode setara yang disetujui Kementerian Negara Lingkungan Hidup
2. 2-10 85 % 3. 10-50 95 % 4. > 50 97 %
2.b. Baku Mutu Emisi Unit Oksidasi Thermal Sulfur
No PARAMETER
BAKU MUTU EMISI
(mg/Nm3)
METODE
1. Sulfur Dioksida (SO2) 2600 SNI 19-7117.3.1-2005 Keterangan : Volume gas diukur dalam keadaan standar (25oC dan tekanan 1 atmosfer), dan kondisi kering serta koreksi O2 sebesar 0%.
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 138 3/26
2
2.c. Baku Mutu Emisi Unit Pelepasan Dehidrasi Glicol. No PARAMETER BAKU MUTU EMISI
METODE
1. VOC sebagai
Total Petroleum Hidrokarbon
Efisiensi pengolahan Emisi kandungan hidrokarbon
minimum 95 %, atau 0,8 kg VOC sebagai TPH per mscf gas terhidrasi dirata-
ratakan selama 24 jam
Perhitungan Neraca Massa
EPA Method 8260
Keterangan : Volume gas diukur dalam keadaan standar (25oC dan tekanan 1 atmosfer), dan kondisi kering serta koreksi O2 sebesar 0%. 2.d. Baku Mutu Emisi Regenator Katalis Unit Perengkahan Katalitik Alir
No PARAMETER BAKU MUTU
(mg/Nm3)
METODE (%)
1. Partikulat 400 SNI 19-7117.12-2005 2.
Sulfur Dioksida (SO2) 1500
SNI 19-7117.3.1-2005 atau
Method 6, 6C USEPA 3.
Nitrogen Oksida (NO2) 1000
SNI 19-7117.5-2005 atau
Method 7 , 7E USEPA 4. Hidrokarbon 200 - Keterangan : Volume gas diukur dalam keadaan standar (25oC dan tekanan 1 atmosfer), dan kondisi kering serta koreksi O2 sebesar 0 %.
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 139 3/26
3
2.e. Baku Mutu Emisi Unit Pengolahan Ulang Sulfur Sistem Claus untuk sistem yang tidak dilengkapi dengan Insinerator gas
No PARAMETER BAKU MUTU
(mg/Nm3) METODE
1. Partikulat 400 SNI 19-7117.12-2005 2. Kandungan Sulfur Tereduksi 450 SNI 19-7117.7-2005 3. Nitrogen Oksida (NO2) 1000 SNI 19-7117.5-2005
atau Method 7 , 7E USEPA
4. Hidrokarbon 200 - 5. Partikulat 400 SNI 19-7117.12-2005 Keterangan: 1. Hasil pengukuran dinyatakan dalam kondisi kering dan koreksi O2
sebesar 0%. 2. Kandungan Sulfur Tereduksi adalah hydrogen sulfide (H2S), karbonil
sulfide (COS) dan Karbon disulfide (CS2). 2.f. Baku Mutu Emisi Unit Pengolahan Ulang Sulfur Sistem Claus untuk
system yang dilengkapi dengan Insinerator gas
No PARAMETER BAKU MUTU
(mg/Nm3) METODE
1. Partikulat 400 SNI 19-7117.12-2005 2.
Sulfur Dioksida (SO2) 1500
SNI 19-7117.3.1-2005 atau
Method 6, 6C USEPA 3.
Nitrogen Oksida (NO2) 1000
SNI 19-7117.5-2005 atau
Method 7 , 7E USEPA 4. Hidrokarbon 200 Keterangan : Volume gas diukur dalam keadaan standar (25oC dan tekanan 1 atmosfer) dan semua parameter dikoreksi dengan O2 sebesar 0%
MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,
ttd
Salinan sesuai dengan aslinya RACHMAT WITOELAR Deputi MENLH Bidang Penaatan Lingkungan, ttd Ilyas Asaad.
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 140 3/26
1
Lampiran III Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 13 Tahun 2009 Tanggal : 24 April 2009
BAKU MUTU EMISI KEGIATAN FUEL BLENDING (PENCAMPURAN BAHAN BAKAR /MIX FUEL)
Contoh perhitungan : Kegiatan pengilangan minyak untuk unit ketel uap dengan kapasitas kurang dari 25 MW, menggunakan bahan bakar campuran antara gas (fuel 1=f1) dan oil (fuel 2=f2) dengan komposisi sebagai berikut :
Catatan : BME (x,m)
= Baku mutu emisi untuk parameter x, jika dilakukan pencampuran bahan bakar
BME(x,f1) = Baku mutu emisi parameter x, untuk bahan bakar f1
Q(f1) = Panas aktual dari bahan bakar f1 yang disuplai ke sistem
BME(x,f2) = Baku mutu emisi parameter x, untuk bahan bakar f2
Q(f2) = Panas aktual dari bahan bakar f2 yang disuplai ke sistem
Qt = Kebutuhan energi total
Kebutuhan Energi Total Qt : 5*106 KKal Suplai energi actual dari bahan bakar gas Q(f1) 2*106 KKal Suplai energi aktual dari bahan bakar oil Q(f2) : 3*106 KKal Baku Mutu emisi untuk boiler di kegiatan
Unit Pengolahan Minyak – parameter partikulat bahan bakar gas (lihat tabel Baku mutu emisi di kegiatan Minyak) BME(f1) : 0 mg/Nm3
Baku Mutu emisi untuk boiler di kegiatan Unit Pengolahan Minyak – parameter partikulat bahan bakar oil/minyak (lihat tabel Baku mutu emisi di kegiatan Minyak) BME(f2) 300 mg/Nm3
BME (x,m) = [(BME(x,f1) * Q(f1)) + (BME(x,f2) * Q(f2))] / Qt
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 141 3/26
2
BME(partikulat,m) = [0 * 2*106 ] + [ 300 * 3*106
] / 5*106 = 180 mg/Nm3
Cara Perhitungan yang sama dilakukan juga untuk parameter lain.
MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,
ttd
RACHMAT WITOELAR Salinan sesuai dengan aslinya Deputi MENLH Bidang Penaatan Lingkungan, ttd Ilyas Asaad.
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 142 3/26
LAMPIRAN IA KEPUTUSAN MENTERI NEGARA
LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : TENTANG : BAKU MUTU EMISI PABRIK PUPUK AMONIUM
SULFAT (ZA) TANGGAL :
BAKU MUTU EMISI UNTUK PABRIK PUPUK AMONIUM SULFAT (ZA) No. Sumber Parameter Baku Mutu Emisi
Satuan : (mg/Nm3) 1. Drier Scrubber Total partikel
Amoniak (NH3)
500 500
2. Saturator Amoniak (NH3)
500
3. Exhaust Gas Scrubber Amoniak (NH3)
500
4. Unit Asam Sulfat Sulfur dioksida (SO2)
1700
5. Gas Turbine/Waste Heat
Boiler Nitrogen dioksida (NO2)
175
6. Semua Sumber Opasitas 40 %
7. Tenaga Ketel Uap (Power Boiler)
Total partikel Sulfur dioksida (SO2) Nitrogen dioksida (NO2) Opasitas
230 800 1000 20 %
Catatan: - Nitrogen oksida ditentukan sebagai NO2 - Volume gas dalam keadaan standar (25 0C dan tekanan 1 atm). - Untuk pengukuran gas dikoreksi sebesar 7 % oksigen. - Opasitas digunakan sebagai indikator praktis pemantauan dan dikembangkan untuk memperoleh
hubungan korelatif dengan pengamatan Total partikel. - Bagi pabrik yang mengoperasikan alat CEM, wajib memenuhi BME minimal 95% waktu operasi
normal selama tiga bulan Ditetapkan di : Jakarta pada tanggal : Menteri Negara Lingkungan Hidup ttd Nabiel Makarim, MPA., MSM.
Salinan sesuai dengan aslinya, Deputi MENLH Bidang Kebijakan dan Kelembagaan Lingkungan Hidup, Hoetomo, MPA.
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 143 3/26
LAMPIRAN IB KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP
NOMOR : TENTANG : BAKU MUTU EMISI PABRIK PUPUK AMONIUM SULFAT (ZA) TANGGAL :
BAKU MUTU EMISI UNTUK PABRIK PUPUK ZA (AMONIUM SULFAT) No. Sumber Parameter Baku Mutu Emisi
Satuan : (mg/Nm3) 1. Drier Scrubber Total partikel
Amoniak (NH3)
250 250
2. Saturator Amoniak (NH3)
300
3. Exhaust Gas Scrubber Amoniak (NH3)
250
4. Unit Asam Sulfat Sulfur dioksida (SO2)
1000
5. Gas Turbine/Waste
Heat Boiler Nitrogen dioksida (NO2)
125
6. Semua Sumber Opasitas 20 % 7. Tenaga Ketel Uap
(Power Boiler) Total partikel Sulfur dioksida (SO2) Nitrogen dioksida (NO2) Opasitas
230 800
1000 20 %
Catatan: - Nitrogen oksida ditentukan sebagai NO2 - Volume gas dalam keadaan standar (25 0C dan tekanan 1 atm). - Untuk pengukuran gas dikoreksi sebesar 7 % oksigen. - Opasitas digunakan sebagai indikator praktis pemantauan dan dikembangkan untuk memperoleh
hubungan korelatif dengan pengamatan Total partikel. - Bagi pabrik yang mengoperasikan alat CEM, wajib memenuhi BME minimal 95% waktu operasi
normal selama tiga bulan Ditetapkan di : Jakarta pada tanggal : Menteri Negara Lingkungan Hidup ttd Nabiel Makarim, MPA., MSM.
Salinan sesuai dengan aslinya, Deputi MENLH Bidang Kebijakan dan Kelembagaan Lingkungan Hidup, Hoetomo, MPA.
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 144 3/26
LAMPIRAN IIA KEPUTUSAN MENTERI NEGARA
LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : TENTANG : BAKU MUTU EMISI PABRIK PUPUK UREA TANGGAL :
BAKU MUTU EMISI UNTUK PABRIK PUPUK UREA
No. Sumber Parameter Baku Mutu Emisi
Satuan : (mg/Nm3) 1. Primary reformer Nitrogen dioksida (NO2) 1400
2. Prilling Tower/ Granulasi Total partikel
Amoniak (NH3) 500 500
3. Gas Turbine/Waste Heat Boiler
Nitrogen dioksida (NO2) 175
4. Semua Sumber Opasitas 40%
5. Tenaga Ketel Uap (Power Boiler)
Total partikel Sulfur dioksida (SO2) Nitrogen dioksida (NO2) Opasitas
230 800
1000 20 %
Catatan:
- Nitrogen oksida ditentukan sebagai NO2 - Volume gas dalam keadaan standar (25 0C dan tekanan 1 atm). - Untuk pengukuran gas dikoreksi sebesar 7 % oksigen - Opasitas digunakan sebagai indikator praktis pemantauan dan dikembangkan untuk memperoleh
hubungan korelatif dengan pengamatan Total partikel. - Bagi pabrik yang mengoperasikan alat CEM, wajib memenuhi BME minimal 95% waktu operasi
normal selama tiga bulan
Ditetapkan di : Jakarta pada tanggal : Menteri Negara Lingkungan Hidup, ttd Nabiel Makarim, MPA., MSM.
Salinan sesuai dengan aslinya, Deputi MENLH Bidang Kebijakan dan Kelembagaan Lingkungan Hidup, Hoetomo, MPA.
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 145 3/26
LAMPIRAN II B KEPUTUSAN MENTERI NEGARA
LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : TENTANG : BAKU MUTU EMISI PABRIK PUPUK UREA TANGGAL :
BAKU MUTU EMISI UNTUK PABRIK PUPUK UREA No. Sumber Parameter Baku Mutu Emisi
Satuan : (mg/Nm3) 1. Primary Reformer Nitrogen dioksida (NO2) 700
2. Prilling Tower/Granulasi Total partikel
Amoniak (NH3) 250 300
3. Gas Turbine/Waste Heat Boiler Nitrogen dioksida (NO2) 125
5. Semua Sumber Opasitas 20%
7. Tenaga Ketel Uap (Power Boiler)
Total partikel Sulfur dioksida (SO2) Nitrogen dioksida (NO2) Opasitas
230 800 1000 20 %
Catatan: - Nitrogen oksida ditentukan sebagai NO2 - Volume gas dalam keadaan standar (25 0C dan tekanan 1 atm). - Untuk pengukuran gas dikoreksi sebesar 7 % oksigen - Opasitas digunakan sebagai indikator praktis pemantauan dan dikembangkan untuk memperoleh
hubungan korelatif dengan pengamatan Total partikel. - Bagi pabrik yang mengoperasikan alat CEM, wajib memenuhi BME minimal 95% waktu operasi
normal selama tiga bulan Ditetapkan di : Jakarta pada tanggal : Menteri Negara Lingkungan Hidup
ttd
Nabiel Makarim, MPA., MSM. Salinan sesuai dengan aslinya, Deputi MENLH Bidang Kebijakan dan Kelembagaan Lingkungan Hidup, Hoetomo, MPA.
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 146 3/26
LAMPIRAN III A KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP
NOMOR : TENTANG : BAKU MUTU EMISI PABRIK
PUPUK FOSFAT (SP-36, TSP)
TANGGAL :
BAKU MUTU EMISI UNTUK PABRIK PUPUK FOSFAT (SP-36, TSP) No. Sumber Parameter Baku Mutu Emisi
Satuan : (mg/Nm3) 1. Penyimpanan
Bahan/Ball Mill Total partikel 400
2. Unit Reaksi Total partikel
Fluor 400 30
3. Unit Granulasi Total partikel
Fluor 400 30
4. Semua Sumber Opasitas 40%
5. Tenaga Ketel Uap
(Power Boiler) Total partikel Sulfur dioksida (SO2) Nitrogen dioksida (NO2) Opasitas
230 800
1000 20 %
Catatan: - Nitrogen oksida ditentukan sebagai NO2 - Volume gas dalam keadaan standar (25 0C dan tekanan 1 atm). - Untuk pengukuran gas dikoreksi sebesar 7 % oksigen - Opasitas digunakan sebagai indikator praktis pemantauan dan dikembangkan untuk memperoleh
hubungan korelatif dengan pengamatan Total partikel. - Bagi pabrik yang mengoperasikan alat CEM, wajib memenuhi BME minimal 95% waktu operasi
normal selama tiga bulan Ditetapkan di : Jakarta pada tanggal : Menteri Negara Lingkungan Hidup, ttd
Nabiel Makarim, MPA., MSM.
Salinan sesuai dengan aslinya, Deputi MENLH Bidang Kebijakan dan Kelembagaan Lingkungan Hidup, Hoetomo, MPA.
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 147 3/26
LAMPIRAN III B KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP
NOMOR : TENTANG : BAKU MUTU EMISI PABRIK
PUPUK FOSFAT (SP-36, TSP)
TANGGAL :
BAKU MUTU EMISI UNTUK PABRIK PUPUK FOSFAT (SP-36, TSP)
No. Sumber Parameter Baku Mutu Emisi
Satuan : (mg/Nm3) 1. Penyimpanan
Bahan/Ball Mill Total partikel 200
2. Unit Reaksi Total partikel
Fluor 200 10
3. Unit Granulasi Total partikel Fluor
200 10
5. Semua Sumber Opasitas 20%
4. Tenaga Ketel Uap (Power Boiler)
Total partikel Sulfur dioksida (SO2) Nitrogen dioksida (NO2) Opasitas
230 800
1000 20 %
Catatan: - Nitrogen oksida ditentukan sebagai NO2 - Volume gas dalam keadaan standar (25 0C dan tekanan 1 atm). - Untuk pengukuran gas dikoreksi sebesar 7 % oksigen - Opasitas digunakan sebagai indikator praktis pemantauan dan dikembangkan untuk memperoleh
hubungan korelatif dengan pengamatan Total partikel. - Bagi pabrik yang mengoperasikan alat CEM, wajib memenuhi BME minimal 95% waktu operasi
normal selama tiga bulan Ditetapkan di : Jakarta pada tanggal : Menteri Negara Lingkungan Hidup, ttd
Nabiel Makarim, MPA., MSM.
Salinan sesuai dengan aslinya, Deputi MENLH Bidang Kebijakan dan Kelembagaan Lingkungan Hidup, Hoetomo, MPA.
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 148 3/26
LAMPIRAN IV A KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP
NOMOR : TENTANG : BAKU MUTU EMISI PABRIK
PUPUK ASAM FOSFAT DAN HASIL SAMPING TANGGAL :
BAKU MUTU EMISI UNTUK PABRIK PUPUK ASAM FOSFAT DAN HASIL SAMPING No. Sumber Parameter Baku Mutu Emisi
Satuan : (mg/Nm3) 1. Penyimpanan Bahan/Ball
Mill Total partikel
400
2. Fume Scrubber (Asam Fosfat)
Fluor 30
3. Gas Scrubber (Aluminium Fluoride)
Total partikel Fluor
400 30
4. Unit Asam Sulfat Sulfur dioksida (SO2) 1700
5. Dust Scrubber (Cement Retarder)
Total partikel Fluor
400 30
6. Semua Sumber Opasitas 40 %
7. Tenaga Ketel Uap (Power Boiler)
Total partikel Sulfur dioksida (SO2) Nitrogen dioksida (NO2) Opasitas
230 800
1000 20 %
Catatan: - Nitrogen oksida ditentukan sebagai NO2 - Volume gas dalam keadaan standar (25 0C dan tekanan 1 atm). - Untuk pengukuran gas dikoreksi sebesar 7 % oksigen - Opasitas digunakan sebagai indikator praktis pemantauan dan dikembangkan untuk memperoleh
hubungan korelatif dengan pengamatan Total partikel. - Bagi pabrik yang mengoperasikan alat CEM, wajib memenuhi BME minimal 95% waktu operasi
normal selama tiga bulan Ditetapkan di : Jakarta pada tanggal : Menteri Negara Lingkungan Hidup, ttd
Nabiel Makarim, MPA., MSM.
Salinan sesuai dengan aslinya, Deputi MENLH Bidang Kebijakan dan Kelembagaan Lingkungan Hidup, Hoetomo, MPA.
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 149 3/26
LAMPIRAN IV B KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP
NOMOR : TENTANG : BAKU MUTU EMISI PABRIK
PUPUK ASAM FOSFAT DAN HASIL SAMPING TANGGAL :
BAKU MUTU EMISI UNTUK PABRIK PUPUK ASAM FOSFAT DAN HASIL SAMPING No. Sumber Parameter Baku Mutu Emisi
Satuan : (mg/Nm3) 1. Penyimpanan
Bahan/Ball Mill Total partikel
200
2. Fume Scrubber (Asam Fosfat)
Fluor 10
3. Gas Scrubber (Aluminium Fluoride)
Total partikel Fluor
200 10
4. Unit Asam Sulfat Sulfur dioksida (SO2) 1000
5. Dust Scrubber
(Cement Retarder) Total partikel Fluor
200 10
6. Semua Sumber Opasitas 20 % 7. Tenaga Ketel Uap
(Power Boiler) Total partikel Sulfur dioksida (SO2) Nitrogen dioksida (NO2) Opasitas
230 800
1000 20 %
Catatan: - Nitrogen oksida ditentukan sebagai NO2 - Volume gas dalam keadaan standar (25 0C dan tekanan 1 atm). - Untuk pengukuran gas dikoreksi sebesar 7 % oksigen - Opasitas digunakan sebagai indikator praktis pemantauan dan dikembangkan untuk memperoleh
hubungan korelatif dengan pengamatan Total partikel. - Bagi pabrik yang mengoperasikan alat CEM, wajib memenuhi BME minimal 95% waktu operasi
normal selama tiga bulan Ditetapkan di : Jakarta pada tanggal : Menteri Negara Lingkungan Hidup, ttd Nabiel Makarim, MPA., MSM.
Salinan sesuai dengan aslinya, Deputi MENLH Bidang Kebijakan dan Kelembagaan Lingkungan Hidup, Hoetomo, MPA.
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 150 3/26
LAMPIRAN V KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP
NOMOR : TAHUN 2004 TENTANG : BAKU MUTU EMISI PABRIK
PUPUK MAJEMUK - NPK TANGGAL : 2004
BAKU MUTU EMISI UNTUK PABRIK PUPUK MAJEMUK – NPK No. Sumber Parameter Baku Mutu Emisi
Satuan : (mg/Nm3) 1. Scrubber Total partikel
Fluor Amoniak
200 10 250
2. Semua Sumber Opasitas 20 %
3. Tenaga Ketel Uap (Power Boiler)
Total partikel Sulfur dioksida (SO2) Nitrogen dioksida (NO2) Opasitas
230 800
1000 20 %
Catatan:
- Nitrogen oksida ditentukan sebagai NO2 - Volume gas dalam keadaan standar (25 0C dan tekanan 1 atm). - Untuk pengukuran gas dikoreksi sebesar 7 % oksigen - Opasitas digunakan sebagai indikator praktis pemantauan dan dikembangkan untuk memperoleh
hubungan korelatif dengan pengamatan Total partikel. - Bagi pabrik yang mengoperasikan alat CEM, wajib memenuhi BME minimal 95% waktu operasi
normal selama tiga bulan
Ditetapkan di : Jakarta pada tanggal : Menteri Negara Lingkungan Hidup, ttd Nabiel Makarim, MPA., MSM.
Salinan sesuai dengan aslinya, Deputi MENLH Bidang Kebijakan dan Kelembagaan Lingkungan Hidup, Hoetomo, MPA.
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 151 3/26
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 152 3/26
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 153 3/26
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 154 3/26
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 155 3/26
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 156 3/26
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 157 3/26
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 158 3/26
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 159 3/26
1
Lampiran I A Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 21 Tahun 2008 Tanggal : 1 Desember 2008
BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK PLTU
No. Parameter
Kadar Maksimum
(mg/Nm3)
Batubara Minyak Gas
1. Sulfur Dioksida (SO2) 750 1500 150
2. Nitrogen Oksida (NOx) dinyatakan sebagai NO2
850 800 400
3. Total Partikulat 150 150 50
4. Opasitas 20 % 20 % -
Catatan : 1. Volume gas diukur dalam keadaan standar (25oC dan tekanan 1 atmosfer). 2. Opasitas digunakan sebagai indikator praktis pemantauan. 3. Semua parameter dikoreksi dengan O2 sebesar 7% untuk bahan bakar batubara
dalam keadaan kering kecuali opasitas. 4. Semua parameter dikoreksi dengan O2 sebesar 5% untuk bahan bakar minyak dalam
keadaan kering kecuali opasitas. 5. Semua parameter dikoreksi dengan O2 sebesar 3% untuk bahan bakar gas dalam
keadaan kering kecuali opasitas. 6. Pemberlakuan baku mutu emisi untuk 95% waktu operasi normal selama 3 (tiga)
bulan.
MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,
ttd
RACHMAT WITOELAR. Salinan sesuai dengan aslinya Deputi MENLH Bidang Penaatan Lingkungan,
ttd
Ilyas Asaad.
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 160 3/26
2
Lampiran I B Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 21 Tahun 2008 Tanggal : 1 Desember 2008
BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK BAGI PLTU
No. Parameter
Kadar Maksimum
(mg/Nm3)
Batubara Minyak Gas
1. Sulfur Dioksida (SO2) 750 650 50
2. Nitrogen Oksida (NOx) dinyatakan sebagai NO2
750 450 320
3. Total Partikulat 100 100 30
4. Opasitas 20 % 20 % -
Catatan : 1. Volume gas diukur dalam keadaan standar (25oC dan tekanan 1 atmosfer). 2. Opasitas digunakan sebagai indikator praktis pemantauan. 3. Semua parameter dikoreksi dengan O2 sebesar 7% untuk bahan bakar batubara
dalam keadaan kering kecuali opasitas. 4. Semua parameter dikoreksi dengan O2 sebesar 5% untuk bahan bakar minyak dalam
keadaan kering kecuali opasitas. 5. Semua parameter dikoreksi dengan O2 sebesar 3% untuk bahan bakar gas dalam
keadaan kering kecuali opasitas. 6. Pemberlakuan baku mutu emisi untuk 95% waktu operasi normal selama 3 (tiga)
bulan bagi yang menggunakan CEMS.
MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,
ttd
RACHMAT WITOELAR. Salinan sesuai dengan aslinya Deputi MENLH Bidang Penaatan Lingkungan,
ttd
Ilyas Asaad.
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 161 3/26
1
Lampiran II A Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 21 Tahun 2008 Tanggal : 1 Desember 2008
BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK BAGI PLTG
No. Parameter
Kadar Maksimum
(mg/Nm3)
Minyak Gas
1. Sulfur Dioksida (SO2) 1000 150
2. Nitrogen Oksida (NOx) dinyatakan sebagai NO2
800 400
3. Total Partikulat 150 30
4. Opasitas 20 % -
Catatan : 1. Volume gas diukur dalam keadaan standar (25oC dan tekanan 1 atmosfer). 2. Opasitas digunakan sebagai indikator praktis pemantauan. 3. Semua parameter dikoreksi dengan O2 sebesar 15% dalam keadaan kering kecuali
opasitas. 4. Pemberlakuan baku mutu emisi untuk 95% waktu operasi normal selama 3 (tiga)
bulan.
MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,
ttd
RACHMAT WITOELAR.
Salinan sesuai dengan aslinya Deputi MENLH Bidang Penaatan Lingkungan,
ttd
Ilyas Asaad.
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 162 3/26
2
Lampiran II B Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 21 Tahun 2008 Tanggal : 1 Desember 2008
BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK BAGI PLTG
No. Parameter
Kadar Maksimum
(mg/Nm3)
Minyak Gas
1. Sulfur Dioksida (SO2) 650 150
2. Nitrogen Oksida (NOx) dinyatakan sebagai NO2
450 320
3. Total Partikulat 100 30
4. Opasitas 20 % -
Catatan : 1. Volume gas diukur dalam keadaan standar (25oC dan tekanan 1 atmosfer). 2. Opasitas digunakan sebagai indikator praktis pemantauan. 3. Semua parameter dikoreksi dengan O2 sebesar 15% dalam keadaan kering kecuali
opasitas. 4. Pemberlakuan baku mutu emisi untuk 95% waktu operasi normal selama 3 (tiga)
bulan.
MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,
ttd
RACHMAT WITOELAR.
Salinan sesuai dengan aslinya Deputi MENLH Bidang Penaatan Lingkungan,
ttd
Ilyas Asaad.
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 163 3/26
Lampiran I-A Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 13 Tahun 1995 tanggal 7 Maret 1995
BAKU MUTU EMISI UNTUK INDUSTRI BESI DAN BAJA (BERLAKU EFEKTIF TAHUN 1995)
Catatan: - Nitrogen oksida ditentukan sebagai NO2. - Volume gas dalam keadaan standar (25oC dan tekanan 1 atm). - Untuk sumber pembakaran, partikulat dikoreksi sebesar 10% oksigen. - Opasitas digunakan sebagai indikator praktis pemantuan dan dikembangkan
untuk memperoleh hubungan korelatif dengan pengamatan total partikel. - Pemberlakuan BME untuk 95 % waktu normal selama tiga bulan.
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 164 3/26
Lampiran II-A Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 13 Tahun 1995 tanggal 7 Maret 1995
BAKU MUTU EMISI UNTUK INDUSTRI PULP DAN KERTAS (BERLAKU EFEKTIF TAHUN 1995)
Catatan: - TRS ditentukan sebagai H2. TRS meliputi adanya senyawa Hidrogen Sulfida,
Metil Merkaptan, Dimetil Sulfida, Dimetil Disulfida.
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 165 3/26
- Nitrogen oksida ditentukan sebagai NO2. - Koreksi 8% oksigen untuk Tungku Recovery. - Koreksi 7% oksigen untuk Boiler. - Koreksi 10% untuk sumber lain (selain Tungku Recovery dan Boiler). - Volume gas dalam keadaan standar (25oC dan tekanan 1 atm). - Opasitas digunakan sebagai indikator praktis pemantuan dan dikembangkan
untuk memperoleh hubungan korelatif dengan pengamatan total partikel. - Pemberlakuan BME untuk 95 % waktu normal selama tiga bulan.
Lampiran III-A Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 13 Tahun 1995 tanggal 7 Maret 1995
BAKU MUTU EMISI UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP BERBAHAN BAKAR BATUBARA
(BERLAKU EFEKTIF TAHUN 1995)
Catatan: - Nitrogen oksida ditentukan sebagai NO2. - Konsentrasi partikulat dikoreksi sebesar 3% O2. - Volume Gas dalam keadaan standar (25oC dan Tekanan 1 atm). - Opasitas digunakan sebagai indikator praktis pemantauan dan dikembangkan
untuk memperoleh hubungan korelatif dengan pengamatan total partikel. - Pemberlakuan BME untuk 95% waktu operasi normal selama tiga bulan.
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 166 3/26
Lampiran IV-A Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 13 Tahun 1995 tanggal 7 Maret 1995
BAKU MUTU EMISI UNTUK INDUSTRI SEMEN (BERLAKU EFEKTIF TAHUN 1995)
Catatan: - Nitrogen oksida ditentukan sebagai NO2. - Volume Gas dalam keadaan standar (25oC dan tekanan 1 atm). - Konsentrasi partikel untuk sumber pembakaran (misal: Kiln) harus dikoreksi
sampai 7% oksigen. - Standar diatas berlaku untuk proses kering. - Batas maksimum total partikel untuk:
(i) Proses basah = 250 mg/m3 (ii) Shaft kiln = 500 mg/ m3
- Opasitas digunakan sebagai indikator praktis pemantauan dan dikembangkan untuk memperoleh hubungan korelatif dengan pengamatan total partikel.
- Pemberlakuan BME untuk 95% waktu operasi normal selama tiga bulan.
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 167 3/26
Lampiran V-A Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 13 Tahun 1995 tanggal 7 Maret 1995
BAKU MUTU EMISI UNTUK JENIS KEGIATAN LAIN (BERLAKU EFEKTIF TAHUN 1995)
Catatan: - Volume Gas dalam keadaan standar (25oC dan tekanan 1 atm).
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 168 3/26
Lampiran I-B Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 13 Tahun 1995 tanggal 7 Maret 1995
BAKU MUTU EMISI UNTUK INDUSTRI BESI DAN BAJA (BERLAKU EFEKTIF TAHUN 2000)
Catatan:
- Nitrogen oksida ditentukan sebagai NO2. - Volume gas dalam keadaan standar (25oC dan tekanan 1 atm). - Untuk sumber pembakaran, partikulat dikoreksi sebesar 10% oksigen. - Opasitas digunakan sebagai indikator praktis pemantuan dan dikembangkan
untuk memperoleh hubungan korelatif dengan pengamatan total partikel. - Pemberlakuan BME untuk 95 % waktu normal selama tiga bulan.
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 169 3/26
Lampiran II-B Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 13 Tahun 1995 tanggal 7 Maret 1995
BAKU MUTU EMISI UNTUK INDUSTRI PULP DAN KERTAS (BERLAKU EFEKTIF TAHUN 2000)
Catatan:
- TRS ditentukan sebagai H2. TRS meliputi adanya senyawa Hidrogen Sulfida, Metil Merkaptan, Dimetil Sulfida, Dimetil Disulfida.
- Nitrogen oksida ditentukan sebagai NO2. - Koreksi 8% oksigen untuk Tungku Recovery.
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 170 3/26
- Koreksi 7% oksigen untuk Boiler. - Koreksi 10% untuk sumber lain (selain Tungku Recovery dan Boiler). - Volume gas dalam keadaan standar (25oC dan tekanan 1 atm). - Opasitas digunakan sebagai indikator praktis pemantuan dan dikembangkan
untuk memperoleh hubungan korelatif dengan pengamatan total partikel. - Pemberlakuan BME untuk 95% waktu normal selama tiga bulan.
Lampiran III-B Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 13 Tahun 1995 tanggal 7 Maret 1995
BAKU MUTU EMISI UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP BERBAHAN BAKAR BATUBARA
(BERLAKU EFEKTIF TAHUN 2000)
Catatan:
- Nitrogen oksida ditentukan sebagai NO2. - Konsentrasi partikulat dikoreksi sebesar 3% O2. - Volume Gas dalam keadaan standar (25oC dan Tekanan 1 atm). - Opasitas digunakan sebagai indikator praktis pemantauan dan dikembangkan
untuk memperoleh hubungan korelatif dengan pengamatan total partikel. - Pemberlakuan BME untuk 95% waktu operasi normal selama tiga bulan.
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 171 3/26
Lampiran IV-B Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 13 Tahun 1995 tanggal 7 Maret 1995
BAKU MUTU EMISI UNTUK INDUSTRI SEMEN (BERLAKU EFEKTIF TAHUN 2000)
Catatan:
- Nitrogen oksida ditentukan sebagai NO2. - Volume Gas dalam keadaan standar (25oC dan tekanan 1 atm). - Konsentrasi partikel untuk sumber pembakaran (misal: Kiln) harus dikoreksi
sampai 7% oksigen. - Standar diatas berlaku untuk proses kering. - Batas maksimum total partikel untuk:
(i) Proses basah = 250 mg/m3 (ii) Shaft kiln = 500 mg/m3
- Opasitas digunakan sebagai indikator praktis pemantauan dan dikembangkan untuk memperoleh hubungan korelatif dengan pengamatan total partikel.
- Pemberlakuan BME untuk 95% waktu operasi normal selama tiga bulan.
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 172 3/26
Lampiran V-B Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 13 Tahun 1995 tanggal 7 Maret 1995
BAKU MUTU EMISI UNTUK JENIS KEGIATAN LAIN (BERLAKU EFEKTIF TAHUN 2000)
Catatan:
- Volume Gas dalam keadaan standar (25oC dan tekanan 1 atm).
__________________________________
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 173 3/26
LIMBAH B3
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 174 3/26
LAMPIRAN III PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN
BAKU MUTU KARAKTERISTIK BERACUN MELALUI TCLP UNTUK PENETAPAN
KATEGORI LIMBAH B3
ZAT PENCEMAR TCLP-A TCLP-B
Satuan (berat kering) (mg/L) (mg/L)
PARAMETER WAJIB
ANORGANIK
Antimoni, Sb 6 1
Arsen, As 3 0,5
Barium, Ba 210 35
Berilium, Be 4 0,5
Boron, B 150 25
Kadmium, Cd 0,9 0,15
Krom valensi enam, Cr6+ 15 2,5
Tembaga, Cu 60 10
Timbal, Pb 3 0,5
Merkuri, Hg 0,3 0,05
Molibdenum, Mo 21 3,5
Nikel, Ni 21 3,5
Selenium, Se 3 0,5
Perak, Ag 40 5
Tributyltin oxide 0,4 0,05
Seng, Zn 300 50
ANION
Klorida, Cl- 75000 12500
Sianida (total), CN- 21 3,5
Fluorida, F- 450 75
Iodida, I- 40 5
Nitrat, NO3- 15000 2500
Nitrit, NO2-
900 150
ORGANIK …
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 175 3/26
- 2 -
ZAT PENCEMAR TCLP-A TCLP-B
Satuan (berat kering) (mg/L) (mg/L)
ORGANIK
Benzena 3 0,5
Benzo(a)pirena 0,004 0,0005
Karbon tetraklorida 1,2 0,2
Klorobenzena 120 15
Kloroform 24 3
2 Klorofenol 120 5
Kresol (total) 800 100
Di (2 etilheksil) ftalat 2,4 0,4
1,2-Diklorobenzena 300 50
1,4-Diklorobenzena 90 15
1,2-Dikloroetana 15 2,5
1,1-Dikloroetena 12 3
1-2-Dikloroetena 15 2,5
Diklorometana (metilen klorida) 6 1
2,4-Diklorofenol 80 10
2,4-Dinitrotoluena 0,52 0,065
Etilbenzena 90 15
Ethylene diamine tetra acetic acid (EDTA) 180 30
Formaldehida 200 25
Heksaklorobutadiena 0,18 0,03
Metil etil keton 800 100
Nitrobenzena 8 1
Fenol (total, non-terhalogenasi) 56 7
Stirena 6 1
1,1,1,2-Tetrakloroetana 40 4
1,1,2,2-Tetrakloroetana 5,2 0,65
Tetrakloroetena 20 2,5
Toluena 210 35
Triklorobenzena (total) 12 1,5
1,1,1-Trikloroetana 120 15
1,1,2-Trikloroetana 4,8 0,6
Trikloroetena 2 0,25
2,4,5-Triklorofenol 1600 200
2,4,6-Triklorofenol 8 1
Vinil …
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 176 3/26
- 3 -
ZAT PENCEMAR TCLP-A TCLP-B
Satuan (berat kering) (mg/L) (mg/L)
Vinil klorida 0,12 0,015
Ksilena (total) 150 25
PESTISIDA
Aldrin + dieldrin 0,009 0,0015
DDT + DDD + DDE 0,3 0,05
2,4-D 9 1,5
Klordana 0,06 0,01
Heptaklor 0,12 0,015
Lindana 0,6 0,1
Metoksiklor 6 1
Pentaklorofenol 2,7 0,45
PARAMETER TAMBAHAN
Endrin 0,12 0,02
Heksaklorobenzena 0,8 0,13
Heksakloroetana 18 3
Piridina 30 5
Toksafena 3 0,5
2,4,5-TP (silvex) 6 1
Keterangan:
Analisis terhadap parameter tambahan dilakukan secara langsung (purposive) terhadap Limbah yang mengandung zat pencemar dimaksud.
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 177 3/26
LAMPIRAN IV PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN
BAKU MUTU KARAKTERISTIK BERACUN MELALUI TCLP UNTUK PENETAPAN
STANDAR PENGOLAHAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN SEBELUM DITEMPATKAN DI FASILITAS PENIMBUSAN AKHIR
ZAT PENCEMAR TCLP
Satuan (berat kering) (mg/L)
PARAMETER WAJIB
ANORGANIK
Antimoni, Sb 1
Arsen, As 0,5
Barium, Ba 35
Berilium, Be 0,5
Boron, B 25
Kadmium, Cd 0,15
Krom valensi enam, Cr6+ 2,5
Tembaga, Cu 10
Timbal, Pb 0,5
Merkuri, Hg 0,05
Molibdenum, Mo 3,5
Nikel, Ni 3,5
Selenium, Se 0,5
Perak, Ag 5
Tributyltin oxide 0,05
Seng, Zn 50
ANION
Klorida, Cl- 12500
Sianida (total), CN- 3,5
Fluorida, F- 75
Iodida, I- 5
Nitrat, NO3- 2500
Nitrit, …
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 178 3/26
- 2 -
ZAT PENCEMAR TCLP
Satuan (berat kering) (mg/L)
Nitrit, NO2- 150
ORGANIK
Benzena 0,5
Benzo(a)pirena 0,0005
Karbon tetraklorida 0,2
Klorobenzena 15
Kloroform 3
2 Klorofenol 5
Kresol (total) 100
Di (2 etilheksil) ftalat 0,4
1,2-Diklorobenzena 50
1,4-Diklorobenzena 15
1,2-Dikloroetana 2,5
1,1-Dikloroetena 3
1-2-Dikloroetena 2,5
Diklorometana (metilen klorida) 1
2,4-Diklorofenol 10
2,4-Dinitrotoluena 0,065
Etilbenzena 15
Ethylene diamine tetra acetic acid (EDTA) 30
Formaldehida 25
Heksaklorobutadiena 0,03
Metil etil keton 100
Nitrobenzena 1
Fenol (total, non-terhalogenasi) 7
Stirena 1
1,1,1,2-Tetrakloroetana 4
1,1,2,2-Tetrakloroetana 0,65
Tetrakloroetena 2,5
Toluena 35
Triklorobenzena (total) 1,5
1,1,1-Trikloroetana 15
1,1,2-Trikloroetana 0,6
Trikloroetena 0,25
2,4,5-Triklorofenol 200
2,4,6-Triklorofenol …
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 179 3/26
- 3 -
ZAT PENCEMAR TCLP
Satuan (berat kering) (mg/L)
2,4,6-Triklorofenol 1
Vinil klorida 0,015
Ksilena (total) 25
PESTISIDA
Aldrin + dieldrin 0,0015
DDT + DDD + DDE 0,05
2,4-D 1,5
Klordana 0,01
Heptaklor 0,015
Lindana 0,1
Metoksiklor 1
Pentaklorofenol 0,45
PARAMETER TAMBAHAN
Endrin 0,02
Heksaklorobenzena 0,13
Heksakloroetana 3
Piridina 5
Toksafena 0,5
2,4,5-TP (silvex) 1
Keterangan:
Analisis terhadap parameter tambahan dilakukan secara langsung (purposive)
terhadap Limbah yang mengandung zat pencemar dimaksud.
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 180 3/26
LAMPIRAN V PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN
NILAI BAKU KARAKTERISTIK BERACUN MELALUI TCLP DAN TOTAL KONSENTRASI UNTUK PENETAPAN PENGELOLAAN TANAH
TERKONTAMINASI LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN
ZAT PENCEMAR TCLP-A TK-A TCLP-B TK-B TCLP-C TK-C
Satuan (berat kering) (mg/L) (mg/kg) (mg/L) (mg/kg) (mg/L) (mg/kg)
PARAMETER WAJIB
ANORGANIK
Antimoni, Sb 6 300 1 75 0,4 3
Arsen, As 3 2000 0,5 500 0,2 20
Barium, Ba 210 25000 35 6250 14 160
Berilium, Be 4 4000 0,5 100 0,2 1,1
Boron, B 150 60000 25 15000 10 36
Kadmium, Cd 0,9 400 0,15 100 0,06 3
Krom valensi enam,Cr6+ 15 2000 2,5 500 1 1
Tembaga, Cu 60 3000 10 750 4 30
Timbal, Pb 3 6000 0,5 1500 0,2 300
Merkuri, Hg 0,3 300 0,05 75 0,02 0,3
Molibdenum, Mo 21 4000 3,5 1000 1,4 40
Nikel, Ni 21 12000 3,5 3000 1,4 60
Selenium, Se 3 200 0,5 50 0,2 10
Perak, Ag 40 720 5 180 2 10
Tributyltin oxide 0,4 10 0,05 2,5 0,02 R
Seng, Zn 300 15000 50 3750 20 120
ANION
Klorida, Cl- 75000 N/A 12500 N/A 5000 N/A
Sianida (total), CN- 21 10000 3,5 2500 1,4 50
Fluorida, F- 450 40000 75 10000 30 450
Iodida, I- 40 N/A 5 N/A 2 N/A
Nitrat, NO3- 15000 N/A 2500 N/A 1000 N/A
Nitrit, …
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 181 3/26
- 2 -
ZAT PENCEMAR TCLP-A TK-A TCLP-B TK-B TCLP-C TK-C
Satuan (berat kering) (mg/L) (mg/kg) (mg/L) (mg/kg) (mg/L) (mg/kg)
Nitrit, NO2- 900 N/A 150 N/A 60 N/A
ORGANIK
Benzena 3 16 0,5 4 0,2 1
Benzo(a)pirena 0,004 20 0,0005 5 0,0002 0,6
C6-C9 petroleum
hidrokarbon
N/A 2600 N/A 325 N/A 100
C10-C36 petroleum hidrokarbon
N/A 40000 N/A 5000 N/A 1000
Karbon tetraklorida 1,2 48 0,2 12 0,08 2,5
Klorobenzena 120 4800 15 1200 6 620
Kloroform 24 960 3 240 1,2 R
2 Klorofenol 120 4800 15 1200 2 140
Kresol (total) 800 32000 100 8000 40 R
Di (2 etilheksil) ftalat 2,4 160 0,4 40 0,16 5
1,2-Diklorobenzena 300 24000 50 6000 20 R
1,4-Diklorobenzena 90 640 15 160 6 R
1,2-Dikloroetana 15 48 2,5 12 1 R
1,1-Dikloroetena 12 480 3 120 1,5 R
1-2-Dikloroetena 15 960 2,5 240 1 R
Diklorometana (metilen klorida)
6 64 1 16 0,4 R
2,4-Diklorofenol 80 3200 10 800 4 R
2,4-Dinitrotoluena 0,52 21 0,065 5,2 0,026 R
Etilbenzena 90 4800 15 1200 6 R
Ethylene diamine tetra acetic acid (EDTA)
180 4000 30 1000 12 R
Formaldehida 200 8000 25 2000 10 R
Heksaklorobutadiena 0,18 11 0,03 2,8 0,012 R
Metil etil keton 800 32000 100 8000 40 R
Nitrobenzena 8 320 1 80 0,4 R
PAHs (total) N/A 400 N/A 50 N/A 1
Fenol (total, non-terhalogenasi)
56 2200 7 560 2,8 R
Polychlorinated biphenyls
N/A 50 N/A 2 N/A 0,02
Stirena …
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 182 3/26
- 3 -
ZAT PENCEMAR TCLP-A TK-A TCLP-B TK-B TCLP-C TK-C
Satuan (berat kering) (mg/L) (mg/kg) (mg/L) (mg/kg) (mg/L) (mg/kg)
Stirena 6 480 1 120 0,4 R
1,1,1,2-Tetrakloroetana 40 1600 4 400 0,16 R
1,1,2,2-Tetrakloroetana 5,2 210 0,65 52 0,26 R
Tetrakloroetena 20 800 2,5 200 1 R
Toluena 210 12800 35 3200 14 R
Triklorobenzena (total) 12 480 1,5 120 0,6 R
1,1,1-Trikloroetana 120 4800 15 1200 6 R
1,1,2-Trikloroetana 4,8 190 0,6 48 0,24 R
Trikloroetena 2 80 0,25 20 0,1 R
2,4,5-Triklorofenol 1600 64000 200 16000 80 R
2,4,6-Triklorofenol 8 320 1 80 0,4 R
Vinil klorida 0,12 4,8 0,015 1,2 0,006 R
Ksilena (total) 150 9600 25 2400 10 R
PESTISIDA
Aldrin + dieldrin 0,009 4,8 0,0015 1,2 0,0006 R
DDT + DDD + DDE 0,3 50 0,05 50 0,02 R
2,4-D 9 480 1,5 120 0,6 R
Klordana 0,06 16 0,01 4 0,004 R
Heptaklor 0,12 4,8 0,015 1,2 0,006 R
Lindana 0,6 48 0,1 12 0,04 R
Metoksiklor 6 480 1 120 0,4 R
Pentaklorofenol 2,7 120 0,45 30 0,18 R
Keterangan …
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 183 3/26
- 4 -
Keterangan:
1. Perhitungan konsentrasi contoh uji total konsentrasi dilakukan dalam kondisi berat kering dalam satuan mg/kg (mili gram per kilo gram).
2. Tanda N/A, parameter dimaksud tidak perlu dilakukan pengujian.
3. Tanda R, konsentrasi zat pencemar berdasarkan tanah referensi setempat atau berdasarkan baku mutu tanah sesuai dengan peruntukannya.
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 184 3/26
MANGROVE & PADANG LAMUN
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 185 3/26
Lampiran I Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 201 Tahun 2004 Tanggal: 13 Oktober 2004
KRITERIA BAKU KERUSAKAN MANGROVE
Kriteria Penutupan (%) Kerapatan (pohon/ha) Sangat Padat > 75 > 1500 Baik Sedang >50 – < 75 > 1000 – < 1500
Rusak Jarang < 50 < 1000 Menteri Negara
Lingkungan Hidup,
ttd
Nabiel Makarim, MPA., MSM.
Salinan sesuai dengan aslinya
Deputi MENLH Bidang Kebijakan dan
Kelembagaan Lingkungan Hidup,
Hoetomo, MPA.
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 186 3/26
Lampiran I Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 200 Tahun 2004 Tanggal : 13 Oktober 2004
KRITERIA BAKU KERUSAKAN PADANG LAMUN
TINGKAT KERUSAKAN LUAS AREA KERUSAKAN (%) Tinggi ≥ 50 Sedang 30 – 49,9 Rendah ≤ 29,9
Menteri Negara Lingkungan Hidup, ttd Nabiel Makarim, MPA., MSM. Salinan sesuai dengan aslinya Deputi MENLH Bidang Kebijakan dan Kelembagaan Lingkungan Hidup, Hoetomo, MPA.
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 187 3/26
Lampiran II Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 200 Tahun 2004 Tanggal : 13 Oktober 2004
STATUS PADANG LAMUN
KONDISI PENUTUPAN (%) BAIK KAYA/SEHAT ≥ 60
KURANG KAYA/KURANG SEHAT 30 – 59,9 RUSAK MISKIN ≤ 29,9
Menteri Negara Lingkungan Hidup, ttd Nabiel Makarim, MPA., MSM. Salinan sesuai dengan aslinya Deputi MENLH Bidang Kebijakan dan Kelembagaan Lingkungan Hidup, ttd Hoetomo, MPA.
KUMPULAN BAKU MUTU LINGKUNGAN
http://www.mutiarafarhan.com 188 3/26