LAMPIRAN PUISI

52
LAMPIRAN-LAMPIRAN PUISI KARYA HARTOYO ANDANGJAYA PEREMPUAN-PEREMPUAN PERKASA Perempuan-perempuan yang membawa bakul di pagi buta, dari manakah mereka ke stasiun kereta mereka datang dari bukit-bukit desa sebelum peluit kereta pagi terjaga sebelum hari bermula dalam pesta kerja Perempuan-perempuan yang membawa bakul dalam kereta, kemanakah mereka di atas roda-roda baja mereka berkendara mereka berlomba dengan surya menuju gerbang kota merebut hidup di pasar-pasar kota Perempuan-perempuan perkasa yang membawa bakul di pagi buta, siapakah mereka mereka ialah ibu-ibu berhati baja, perempuan- perempuan perkasa akar-akar yang melata dari tanah perbukitan turun ke kota mereka : cinta kasih yang bergerak menghidupi desa demi desa DARI SEORANG GURU KEPADA MURID-MURIDNYA Apakah yang kupunya, anak-anakku selain buku-buku dan sedikit ilmu Basindo. Eyang Kung. Capek.Ma

Transcript of LAMPIRAN PUISI

Page 1: LAMPIRAN PUISI

LAMPIRAN-LAMPIRAN PUISIKARYA HARTOYO ANDANGJAYA

PEREMPUAN-PEREMPUAN PERKASA

Perempuan-perempuan yang membawa bakul di pagi buta, dari manakah merekake stasiun kereta mereka datang dari bukit-bukit desasebelum peluit kereta pagi terjagasebelum hari bermula dalam pesta kerja

Perempuan-perempuan yang membawa bakul dalam kereta, kemanakah merekadi atas roda-roda baja mereka berkendaramereka berlomba dengan surya menuju gerbang kotamerebut hidup di pasar-pasar kota

Perempuan-perempuan perkasa yang membawa bakul di pagi buta, siapakah merekamereka ialah ibu-ibu berhati baja, perempuan-perempuan perkasaakar-akar yang melata dari tanah perbukitan turun ke kotamereka : cinta kasih yang bergerak menghidupi desa demi desa

DARI SEORANG GURU KEPADA MURID-MURIDNYA

Apakah yang kupunya, anak-anakkuselain buku-buku dan sedikit ilmusumber pengabdian kepadamu

Kalau di hari Minggu engkau datang ke rumahkuaku takut, anak-anakkukursi-kursi tua yang di sanadan meja tulis sederhanadan jendela-jendela yang tak pernah diganti kainnyasemua padamu akan berceritatentang hidup di rumah tangga

Ah, tentang ini aku tak pernah berceritadepan kelas, sedang menatap wajah-wajahmu remaja- horison yang selalu biru bagiku -karena kutahu, anak-anakkuengkau terlalu mudaengkau terlalu bersih dari dosauntuk mengenal ini semua

LAMPIRAN-LAMPIRAN PUISIKARYA HARTOYO ANDANGJAYA

Basindo. Eyang Kung. Capek.Ma

Page 2: LAMPIRAN PUISI

RAKYAThadiah di hari kridabuat siswa-siswa SMA NegeriSimpang Empat, Pasaman

Rakyat ialah kitajutaaan tangan yang mengayun dalam kerjadi bumi di tanah tercintajutaan tangan mengayun bersamamembuka hutan-hutan lalang jadi ladang-ladang berbungamengepulkan asap dari cerobong pabrik-pabrik di kotamenaikkan layar menebar jalameraba kelam di tambang logam dan batubaraRakyat ialah tangan yang bekerja

Rakyat ialah kitaotak yang menapak sepanjang jemaring angka-angkayang selalu berkata dua adalah duayang bergerak di simpang siur garis niagaRakyat ialah otak yang menulis angka-angka

Rakyat ialah kitaberagam suara di langit tanah tercintasuara bangsi di rumah berjenjang bertanggasuara kecapi di pegunungan jelitasuara bonang mengambang di pendapasuara kecak di muka purasuara tifa di hutan kebun palaRakyat ialah suara beraneka

Rakyat ialah kitapuisi kaya makna di wajah semestadi darathari yang beringatgunung batu berwarna coklatdi lautangin yang menyapu kabutawan menyimpan topanRakyat ialah puisi di wajah semesta

Rakyat ialah kitadarah di tubuh bangsadebar sepanjang masa

LAMPIRAN-LAMPIRAN PUISIKARYA TAUFIK ISMAIL

KARANGAN BUNGA

Basindo. Eyang Kung. Capek.Ma

Page 3: LAMPIRAN PUISI

Tiga anak kecilDalam langkah malu-maluDatang ke Salemba Sore itu

“Ini dari kami bertigapita hitam pada karangan bungasebab kami ikut berdukabagi kakak yang ditembak matisiang tadi “

JALAN SEGARA

Di sinilah penembakanKepengecutanDilakukan pawai bergerakDilakukanKetika pawai bergerakDalam panas matahariDan pelor membayar pajakNegeri iniDitembuskan ke punggungAnak-anaknya sendiri

LAMPIRAN-LAMPIRAN PUISIKARYA TAUFIK ISMAIL

STASIUN TUGU

Tahun empat puluh tujuh, suatu malam di bulan MeiKetika kota menderai dalam gerimias yang renyai

Basindo. Eyang Kung. Capek.Ma

Page 4: LAMPIRAN PUISI

Di tiang barat lentera merah mengerjap dalam basahMenunggu perlahan naiknya tanda penghabisan

Keleneng andong terputus di jalan berlinanganSuram ruang stasiun berada dan tempat menungguTruk menunggu dan laskar berlagu-lagu perjuanganDi tugu seorang ibu menunggu, dua anak dipangku

Berhentilah waktu di setasiun Tugu, malam iniDi suatu malam yang renyai, tahun empat puluh tujuhPara penjem[put kereta Jakarta yang penghabisanHujanpun aneh di bulan Mei, tak kunjung teduh

Di tiang barat lentera mengerjap dalam basahAnak perempuan itu dua tahun, melengkap dalam pangkuanMalam makin lembab, kuning gemetar lampu setasiunAnaknya masih menyanyi “Satu Tujuh Delapan Tahun”

Udara telah larut ketika tanda naik pelan-pelanSeluruh menjemput sama tegak, memandang ke arah baratIbu muda menjaga anaknya yang kantuk dalam lenaBerkata : lambaikan tanganmu dan panggilan bapa

Wahai ibu muda, seharian atap-atap kuta untukmu berbasahKarena kelaziman militer pagi tadi terjadi di KlenderSeluruh republik menundukkan kepala, nestapa dan resahUap ungu berdesir menyeret gerbong jenazah terakhir

LAMPIRAN-LAMPIRAN PUISIKARYA AMIR HAMZAH

PADAMU JUA

Habis kikisSegala cintaku hilang terbangPulang kembali aku pada-MuSeperti dahulu

Basindo. Eyang Kung. Capek.Ma

Page 5: LAMPIRAN PUISI

Kaulah kandil kemerlapPelita jendela di malam gelapMelambai pulang perlahanSabar, setia selalu

Satu kekasihkuAku manusiaRindu rasaRindu rupa

Dimana engkauRupa tiadaSuara sayupHanya merangkai hati

Engkau cemburuEngkau ganasMangsa aku dalam cakarmuBertukar dengan lepas

Nanar aku gila sasarSayang berulang padamu juaEngkau pelik menarik inginSerupa dara dibalik tiraiKasihmu sunyiMenunggu seorang diriLalu waktu - bukan gilirankuMati hati - bukan kawanku……….

LAMPIRAN-LAMPIRAN PUISIKARYA RAMADHAN K.H.

TANAH KELAHIRAN

Seruling di pasir ipis, merduAntara gundukan pohon pina,Terbang menggema di dua kakiBurangrang- Tangkuban perahu

Jamrut di pucuk-pucukJamrut di air tipis menurun

Basindo. Eyang Kung. Capek.Ma

Page 6: LAMPIRAN PUISI

Membeli tangga di tanah merahDi kenal gadis-gadis dari bukitNyanyikan kentang sudah digaliKenakan kebaya merah ke pewayangan

Jamrut di pucuk-pucukJamrut di hati gadis menurun

Kalau tidak karena puanTidaklah bintang meninggi hariKalau tidak karena tuanTidaklah beta datang kemari

Tidaklah bintang meninggi hariKalau bukan karena siangTidaklah beta datang kemariKalau bukan karena sayang

LAMPIRAN-LAMPIRAN PUISIKARYA EMHA AINUN NADJIB

GADIS DAN SUNGAI

lihatlah gadis itu, yang berjalan sendiri di pinggir sungailihatlah rambutnya yang panjang dan gaunnya yang kuningbernyanyi bersama angincerah matanya seperti matahari, seperti pohon-pohon trembesiwahai cobalah tebak kemana langkahnya pergi

“aku ingin menyeberangi sungaiada bunga memancar ke hatikulihat semalam dalam mimpi

lihatlah gelora wajahnya dan langkahnya perkasa, berkat

Basindo. Eyang Kung. Capek.Ma

Page 7: LAMPIRAN PUISI

semangat dari mimpinya, lihatlah matanya yang jernih itubelum bisa menangkap duri dan batu-batuwahai katakanlah segera kepadanya, bahwa arus sungai itusangatlah derasnya, Lumpur dan lintah banyak di dalamnyahendaknya teguh dan kokoh kakinya, agar tak terperosokjauh dan luka

PERMINTAAN

ada yang tersembunyiterasa tak terkatakanada yang terpateripadamu : satu permintaan

ada yang tersembunyiterasa tak terungkapkanada yang kucaripadamu : satu harapan

LAMPIRAN-LAMPIRAN PUISIKARYA DARMANTO JATMAN

PERAHU LAYAR

kembang layar kembangsibak air, ukir wajah lautkembang layar kembangtabur angin, remangi langit

pada nelayan aku berteriak lantang :ai abang, abangpasang layar abang, pasang layarlalu hati meronta berdoa kepada Tuhan :o Tuhan, bawalah manusia ini ke tempat taburan ikanbiar hati beriak menyusuri kehidupan

lalu dengan alun akupun menembang :

Basindo. Eyang Kung. Capek.Ma

Page 8: LAMPIRAN PUISI

kembang layar kembanglaju ke ujung bumi, batas langit dan laut

LAMPIRAN-LAMPIRAN PUISIKARYA ASRUL SANI

SURAT DARI IBU

Pergi ke dunia luas, anakku sayangPergi ke laut bebasSelama angin masih angin buritandan matahari menyinari daun-daunandalam rimba dan padang hijau

Pergi ke laut lepas, anakku sayangPergi ke alam bebasSelama hari belum petangdan warna senja belum kemerah-merahan

Jika bayang telah pudardan elang laut pulang ke sarangangin bertiup ke benuatiang-tiang akan kering sendiridan nahkoda sudah tak berpedomanboleh engkau datang padaku

Basindo. Eyang Kung. Capek.Ma

Page 9: LAMPIRAN PUISI

Kembali pulang anakku sayangKembali ke balik malamJika kapalmu telah rapat ke tepikita akan bercerita“tentang cinta dan kehidupanmu pagi hari”

LAMPIRAN-LAMPIRAN PUISIKARYA CHAIRIL ANWAR

AKU

Kalau sampai waktuku‘ku mau tak seorang ‘kan merayutidak juga kautak perlu sedu sedan ituaku ini binatang jalangdari kumpulannya terbuangbiar peluru menembus kulitkuaku tetap meradang menerjangluka dan bisa kubawa berlariberlarihingga hilang pedih peridan aku akan lebih tidak peduliaku mau hidup seribu tahun lagi

NISAN

Untuk nenekanda

Basindo. Eyang Kung. Capek.Ma

Page 10: LAMPIRAN PUISI

Bukan kematian benar membusuk kalbuKeridlaanmu menerima segala tibaTak tahu setinggi itu atas debuDan duka maha tuan bertakhta

LAMPIRAN-LAMPIRAN PUISIKARYA CHAIRIL ANWAR

DIPONEGORO

Dimasa pembangunan ini Tuan hidup kembaliDan bara kagum menjadi apiDi depan sekali tuan menantiTak gentar. Lawan banyaknya seratus kaliPedang di kanan, keris di kiriBerselempang semangat yang tak bisa matiMajuIni barisan tak bergenderang berpaluKepercayaan tanda menyerbuSekali berartiSudah itu matiMaju

Bagimu negeriMenyediakan apiPunah di atas menghambaBinasa di atas ditindaSungguhpun dalam ajal baru tercapaiJika hidup harus merasai

Maju

Basindo. Eyang Kung. Capek.Ma

Page 11: LAMPIRAN PUISI

SerangTerjang

LAMPIRAN-LAMPIRAN PUISIW.S. RENDRA

GERILYA

Tubuh biruTatapan mata biruLelaki terguling di jalan

Angina tergantungTerkecup tembakauBandungan keluh dan bencana

Tubuh biruTatapan mata biruLelaki terguling di jalan

Dengan tujuh lubang pelordiketuk gerbang langitdan menyala menteri mudamelepas kesumatnya

Gadis berjalan di subuh merahdengan sayur-sayur di punggungmelihatnya pertama

Ia beri jeritan manisDan duka daun wortel

Basindo. Eyang Kung. Capek.Ma

Page 12: LAMPIRAN PUISI

Orang-orang kampung mengenalnyaanak janda berambut ombakditimba air bergantung-gantungdisiram atas tubuhnyatubuh biru tatapan mata birulelaki terguling di jalan

Lewat gardu Belanda dengan beraniberlindung warna malamsendiri masuk kotaingin ikut ngubur ibunya

LAMPIRAN-LAMPIRAN PUISIKARYA CHAIRIL ANWAR

DOAKepada pemeluk teguh

TuhankuDalam termanguAku masih menyebut namaMu

Biara susah sungguhmengingat Kau penuh seluruh

cayaMu panas sucitinggal kerdip lilin di kelam sunyi

Tuhanku

aku hilang bentukremuk

Tuhanku

aku mengembara di negeri asing

TuhankudipintuMu aku mengetuk aku tidak bisa berpaling

Basindo. Eyang Kung. Capek.Ma

Page 13: LAMPIRAN PUISI

LAMPIRAN-LAMPIRAN PUISICHAIRIL ANWAR

MIRAT MUDA, CHAIRIL ANWAR

Dialah, Miratlah, ketika mereka rebahMenatap lama ke dalam pandangannyacoba memisah matanya menantangyang satu tajam dan jujur yang sebelah

Ketika diadukannya giginya padamulut Chairil; dan bertanya : Adakah, adakahkau selalu mesra dan aku bagimu indah?Mirat raba urut Chairil, raba dadadan tahulah dia kini, bisa katakandan tunjukkan dengan pasti di manamenghidup jiwa, menghembuskan nyawaLiang jiwa-nyawa saling berganti. Diarapatkan

Dirinya pada Chairil makin sehati;hilang secepuh segan, hilang secepuh cemasHiduplah Mirat dan Chairil dengan deras,menuntut tingi tiada setapak berjarakdengan mati.

Basindo. Eyang Kung. Capek.Ma

Page 14: LAMPIRAN PUISI

LAMPIRAN-LAMPIRAN PUISICHAIRIL ANWAR

SENJA DI PELABUHAN KECIL

Buat Sri Ajati

Ini kali tidak ada yang mencari cintadiantara gudang, rumah tua, pada ceritatiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlautmenghembus diri dalam mempercaya mau berpaut

Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elangMenyingung muram, desir hari lari berenangmenemu bujuk pangkal akanan tidak bergerakdan kini tanah dan air tidur hilang ombak

Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalanmenyisir semenanjung, masih pengap harapsekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalandari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap

Basindo. Eyang Kung. Capek.Ma

Page 15: LAMPIRAN PUISI

LAMPIRAN-LAMPIRAN PUISIB. PRIYONO

TENTANG TUHAN II

Ada langit membentangDisetiap mimpi kita. Dalam sendiri

Berdiri dengan asing dan ruang kosongMemusar juga Tanya. Dari mana kita ini?

Kita pula dan tak tahu Asal kita dan kapankah Kita tiba dan kapankah Kita tiada dan buat apa Kita ada di sini

lahir pada bumi yang sunyi api

dalam cuaca api berkabut dan asing, di langit

sosok remang- remang siapakah ia?

ularkah dia? kata-katakah suara-suarakah? siapa yangkah? : Yang siapa

Basindo. Eyang Kung. Capek.Ma

Page 16: LAMPIRAN PUISI

LAMPIRAN-LAMPIRAN PUISITOTO SUDARTO BACHTIAR

GADIS PEMINTA-MINTA

Setiap kita bertemu, gadis kecil berkaleng kecilSenyummu terlalu kekal untuk kenal dukaTengadah padaku, pada bulan merah jambuTapi kotaku jadi hilang, tanpa jiwa

Ingin aku ikut, gadis kecil berkaleng kecilPulang ke bawah jembatan yang melulur sosokHidup dari kehidupan angan-angan yang gemerlapanGembira dam kemayaan riang

Duniamu yang lebih tinggi dari menara ketedralMelintas-lintas di atas air kotor, tapi yang begitu kauhafalJiwa begitu murni, terlalu murniUntuk membagi dukaku

Kalau kau mati, gadis kecil berkaleng kecilBulan di atas itu, tak ada yang punyaDan kotaku, ah kotakuHidupnya tak lagi punya tanda

LAMPIRAN-LAMPIRAN PUISIRACHMAT DJOKO PRADOPO

Basindo. Eyang Kung. Capek.Ma

Page 17: LAMPIRAN PUISI

KAMILAH ITU, YA BAPA

Telah datang pasukan pembebasSangkur-sangkur terhunus bagi penindasKamilah itu, ya Bapa, kamilah ituKami adalah ratapan abadiKami adalah ratapan abadiYang akan bangkit dari ratapan

Kami itu, ya bapaPara petani, buruh, pegawai dan siapa pun jugaYang mau bangkit dari ratapan dan tindasanMenghunus sangkur mengkilatBuat jantung para pencoleng dan pengkhianatanYang menjauhkan mimpi dan cita kamiNegeri tenteram bahagia damai

PELURU

Sebutir anak peluru telah lepas dari longsongnyaMenyuruk ke daging dan kini tergeletak di atas mejaSetelah pisau bedah mencungkilnya dari dadaAnak sekolah yang kini ia teringat ulangannyaTeringat buku tulis dan aljabar yang mahal hargaNamun tak bias lagi turut demontrasi, tak bisa lagiTurut perjuangkan penderitaan rakyat berjuta

LAMPIRAN-LAMPIRAN PUISIABDUL HADI WM.

TUHAN KITA BEGITU DEKAT

Basindo. Eyang Kung. Capek.Ma

Page 18: LAMPIRAN PUISI

TuhanKita begitu dekatSebagai api dengan panas

Tuhan Kita begitu dekatSeperti kain dengan kapasAku kapas dalam kainmu

Tuhan Kita begitu dekatSeperti angin dan arahnya

Kita begitu dekat

Dalam gelapKini aku nyala Pada lampu padammu

LAMPIRAN-LAMPIRAN PUISIDOROTHEA ROSA HERLIANY

TANAH AIRKU

Kurindukan kepompong, pertapaan sekian

Basindo. Eyang Kung. Capek.Ma

Page 19: LAMPIRAN PUISI

Abad menunjam tanah tak subur lagi bagi tamanBunga bangkai. Kurindukan daun. Ulatulat.Memangkasnya. Kupukupu tak terbang karena tanggalSayapsayapnya. Kurindukan kepompong.

Tanahairku Lumpur dan bebatuan. Padang.Amat luas. Cakrawala dan alangalang. Tak ada.Rumah buat ulatulat dan kupukupu. Tapi selembar hatikuMasih basah. Masih kuat aku mengalirkan darah.

Tanahairku Lumpur dan bebatuan, tanah airkuLumutlumut dan selembar hati. Bertapalah!

LAMPIRAN-LAMPIRAN PUISIEKA BUDIANTA

POTRET TUKANG SAMPAH

Dengan perut lapar dan harapan kosongAku menelanmu, JakartaKukunyah-kunyah sebuah mikrolet tuaOnggokan sampah telah jadi menu utamakuRoda gerobak adalah sendok dan garpu

Basindo. Eyang Kung. Capek.Ma

Page 20: LAMPIRAN PUISI

Tuhan, jangan beri aku uangBaunya lebih kecut ketimbang sampahkuMendingan di bayang-bayang pohon manggaAku menyiapkan cerita untuk anak cucuUntukmu, JakartaUntuk pengemudi bajaj, penyalur gentengDan pedagang kakilima

Jakarta, seribu tahun genap sudahEngkau masih compang-camping, luka-lukaTangis bayi dan jerit wanita di mana-manaBianglala di atas perkampunganBikin cinta terbakar dalam perut lapar

LAMPIRAN-LAMPIRAN PUISIYUDISTIRA ARDI NUGRAHA

BIARIN !

kamu bilang hidup ini brengsek. Aku bilang biarinkamu bilang hidup ini ngak punya arti. Aku bilang biarinkamu bilang aku nggak punya kepribadian. Aku bilang biarinkamu bilang aku nggak punya pengertian. Aku bilang biarin

habisnya, terus terang saja, aku nggak percaya sama kamutak usah marah. Aku tahu kamu orangnya sederhana

Basindo. Eyang Kung. Capek.Ma

Page 21: LAMPIRAN PUISI

cuman, karena kamu merasa asing saja makanya kamu selalu bilang seperti itu

kamu bilang aku bajingan. Aku bilang biarinkamu bilang aku perampok. Aku bilang biarin

soalnya, kalau aku nggak jadi bajingan mau jadi apa coba, lonte?aku laki-laki. Kalau nggak suka kepadaku sebab ituaku rampok hati kamu. Tokh nggak ada yang nggak perampok di duniaini. Iya nggak? Kalau nggak percaya Tanya saja sama polisi

habisnya, kalau nggak kubilang begitu mau apa cobabunuh diri? Itu lebih brengsek daripada membiarkan hidup ini berjalanseperti kamu sadari sekarang ini

kamu bilang itu melelahkan. Aku bilang biarinkamu bilang itu menyakitkan

LAMPIRAN-LAMPIRAN PUISISUTARDJI CALZOUM BACHRI

TANAH AIRMATA

tanah airmata tanah tumpah dukakumata air airmata kamiairmata tanah air kami

di sinilah kami berdirimenyanyikan airmata kami

di balik gembur subur tanhmukami simpan perih kamidi balik etalase megah gedung-gedungmukami coba sembunyikan derita kami

Basindo. Eyang Kung. Capek.Ma

Page 22: LAMPIRAN PUISI

kami coba simpan nestapakami coba kuburkan dukalaratapi perih tak bias sembunyiia merebak ke mana-mana

bumi memang tak sebatas pandangdan udara luas menunggunamun kalian takkan bias menyingkirke manapun melangkahkalian pijak airmata kamikle manapun terbangkalian ‘kan hinggap di airmata kamike manapun berlayarkalian arungi airmata kami

kalian sudah terkepungtakkan bias mengelahtakkan bias ke mana pergimenyerahlah pada kedalaman airmata kami

LAMPIRAN-LAMPIRAN PUISISUTARDJI CALZOUM BACHRI

BELAJAR MEMBACA

Kakiku lukaLuka kakikuKakikau lukakahLukakah kakikauKalau kakikau lukaLukakukah kaki kauKakiku lukaLukakaukah kakikuKalau lukaku lukakauKakiku kakikaukahKakikaukah kakikuKakiku luka kakuKalau lukaku lukakauLukakakukakiku lukakakukakikaukahLukakakukakikakukah lukakakukakiku

Basindo. Eyang Kung. Capek.Ma

Page 23: LAMPIRAN PUISI

LUKA

Ha ha

LAMPIRAN-LAMPIRAN PUISISUTARDJI CALZOUM BACHRI

SHANGHAI

Ping di atas pongPong di atas pingPing-ping bilang pongPong-pong bilang pingMau pong ? Bilang pingMau ping? Bilang pongMau mau bilang pingYa pong ya pingYa ping ya pongTak ya pong tak ya pingYa tak pingYa tak pongKau tak punya pingKau tak punya pongPinggir ping kau mau pongTak tak bilang pingPinggir pong kau mau ping

Basindo. Eyang Kung. Capek.Ma

Page 24: LAMPIRAN PUISI

Tak tak bilang pongSembilu jarak-Mu merancap nyaring

LAMPIRAN-LAMPIRAN PUISISLAMET SUKIRNANTO

BUKIT SIBISU

Tak ada waktu menggali lukaHanya kabut dan kehijauan- selimut pertapa ! diammu mengagumkanMenyentuh kencana – keheningan jiwa,Mengatas terus bertanya :Adakah puncakmu Sorga?Bukit Sibisu

di kakimuLelaki tertahan sejenakMengurai gairah. Dan lupaTanya hari esokKeyakinan kokohDalam ruang batinnyaTiba-tiba tegakBagaikan batu padas tanah Toba!Bersama sunyi mengeja semesta!Danau Toba – juga batu padas dan manusiaHidup di tebing curam

Basindo. Eyang Kung. Capek.Ma

Page 25: LAMPIRAN PUISI

Mengoyak lebar kolam maha luas- mandilah bulan dan matahari senja!Ada nyanyi gersangDan petikan gitar

Menggetar merongga angkasa!Puaskan dahagaWas-was dan kecewaLarut bersama ombak

Si pemabuk tuak pulangGontai. Di tangannyaMenggenggam erat setangkai bunga!

Beri lagi AkuHidup bijak

dalam keras batudalam lembut bunga

LAMPIRAN-LAMPIRAN PUISISITOR SITUMORANG

LAGU GADIS ITALI

Kerling danau di pagi hariLonceng gereja di bukit ItaliJika musimmu tiba nantiJemputlah abang di teluk Napoli

Kerling danau di pagi hariLonceng gereja bukit ItaliSadari abang lalu pergiAdik rindu setiap hari

Kerling danau di pagi hariLonceng gereja bukit ItaliAndai abang tak kembaliAdik menunggu sampai mati

Batu tandus di kebun anggurPasir teduh di bawah nyiurAbang lenyap hatiku hancurMengejar bayang di salju gugur

Basindo. Eyang Kung. Capek.Ma

Page 26: LAMPIRAN PUISI

LAMPIRAN-LAMPIRAN PUISIREMY SYLADO

IBU KOTA KOTA IBU

Kalau aku makmurKubeli Jakarta, kucelup jadi putih

Kau bias bayangkanKalau Jakarta tiba-tiba putih semuaMas di puncak Monas : putihpatung selamat Datang : putihPohon Taman Surapati : putihLapangan sepakbola Istora : putihAir Ciliwung : putih

Barangkali dengan putihDosa-dosa Jakarta akan tersamarPenjambretan, penodongan, pemerkosaanPerjudian, pelacuran, pembunuhan: putih !

Putih kau tau warna kesucianTapi putih kau pun tau, warna kelalaianBagaimana orang bias dipercaya bicaraJika ia berada dalam kelas yang kalahSeperti kini Jakarta disesaki olehnya

Kau aku kalah

Basindo. Eyang Kung. Capek.Ma

Page 27: LAMPIRAN PUISI

Kumau kalah dengan kesucianTapi aku tidak persis dalam kalau-kuKunyanyikan ode ini untukmubetapapun tak merdu, sediakanlah kupingmu

Ini kota, kau tau, bukan sekedar ibu kotaTapi kota ibuDengan sejumlah kalau

LAMPIRAN-LAMPIRAN PUISIISMA SAWITRI

TIGA SERANGKAI

tiga serangkai lampu becaya musthafa ya musthafatiga serangkai lampu becadi sisi kiri di sisi kananyang satu berkaca merahsatunya lagi berkaca putihyang di tengah berkaca hijautiga serangkai lampu becadibawa berkayuh terayun-ayunmalam berlenggang menurun embunya musthafa mari pulangke sarang nyamuk ke sarang lalatke sarang mimpitempat sangkutan topiya musthafa –kokok ayam dini hari

Basindo. Eyang Kung. Capek.Ma

Page 28: LAMPIRAN PUISI

LAMPIRAN-LAMPIRAN PUISIHAMID JABBAR

SELAMAT TINGGAL MANUSIA BUDAK INDONESIA

Akulah Indonesia yang kalian puja-puja dalam lagu. AkulahIndonesia yang kalian injak-injak dalam tingkah laku. AkulahIndonesia yang kalian elus-mulus dengan penuh birahi. AkulahIndonesia yang kailan perkosa dengan kesumat keparat. AkulahIndonesia yang kalian pertahankan begitu gila-gilaan. AkulahIndonersia yang kalian obral-gombal habis-habisan. AkulahIndonesia yang kalian persetankan dalam pertikaian. AkulahIndonesia yang kalian pertuhankan dalam persatuan. AkulahIndonesia yang semakin tak tertahankan untuk bertahan. Akuilah,kalian ingin mengucapkan, “Selamat Tinggal Indonesia!”Pergilah, kalau kalian mau pergi.Semoga kalian sungguh-sungguh merdekaMerdekalah!

Maka kalau kalian sudah sungguh-sungguh menjadi manusia merdeka,Baru akan aku akuilah kalian sungguh-sungguh menjadi manusiaIndonesia!Maka akan aku ucapkan kepada kalian“Selamat Tinggal Manusia Budak Indonesia!”

Basindo. Eyang Kung. Capek.Ma

Page 29: LAMPIRAN PUISI

LAMPIRAN-LAMPIRAN PUISIA. MUSTOFA BISRI

AGITASI ATAWA PIDATO RAKYATJELATA DI DEPAN OKNUM

DAN PEJABAT

Bapak-bapak, ibu-ibu panutan kami

Para pemimpin dan pejabat yang terhormat

Sebelumnya maafkanlah kami

Kami sudah sering bapak-bapak dan ibu-ibu pidatokan

Terima kasih nama kami telah bapak-bapak dan

ibu-ibu bawa

Kemana-mana pada setiap kesempatan

Jika bapak-bapak dan ibu-ibu berkenan, o panutan

kami

Kini kami ingin bicara sendiri untuk bapak-bapak dan

ibu-ibu

Menirukan bapak-bapak dan ibu-ibu

Bapak-bapak dan ibu-ibu

Untuk dan demi membangun bangsa dan negeri ini

Sungguh kami sangat mengharapkan partisipasi bapak-

bapak dan ibu-ibu

Kami tahu bapak-bapak dan ibu-ibu sibuk

Urusan bapak-bapak dan ibu-ibu banyak

Belum lagi urusan warganegara teladan bapak bajak

dan ibu-ibu

Yang telah begitu besar membayar pajak

Basindo. Eyang Kung. Capek.Ma

Page 30: LAMPIRAN PUISI

Mereka tentu harus didahulukan

LAMPIRAN-LAMPIRAN PUISIAGUS R. SARJONO

SAJAK PALSU

Selamat pagi pak, selamat pagi bu, ucap anak sekolahdengan sapaan palsu. Lalu merekapun belajarsejarah palsu dari buku-buku palsu. Di akhir sekolahmereka terperangah melihat hamparan nilai merekayang palsu. Karena tak cukup nilai, maka berdatanganlahmereka ke rumah-rumah bapak dan ibu guruuntuk menyerahkan amplop berisi perhatiandan rasa hormat palsu. Sambil tersipu palsudan membuat tolakan-tolakan palsu, akhirnya pak gurudan bu guru terima juga amplop itu sambil berjanji palsuuntuk mengubah nilai-nilai palsu dengan nilai-nilai palsu yang baru. Masa sekolahdemi masa sekolah berlalu, merekapun lahirsebagai ekonom-ekonom palsu, ahli hokum palsu,ahli pertanian palsu, insinyur palsu. Sebagianmenjadi guru, ilmuwan dan seniman palsu. Dengan gairah tinggimereka menghambur ke tengah pembangunan palsudengan ekonomi palsu sebagai panglima palsu. Mereka saksikanramainya perniagaan palsu dengan ekspordan impor palsu yang mengirim dan mendatangkanberbagai barang kelontong kualitas palsu.Dan bank-bank palsu dengan giat menawarkan bonusdan hadiah-hadiah palsu tapi diam-diam meminjam jugapinjaman dengan ijin dan surat palsu kepada bank negeriyang dijaga pejabat-pejabat palsu. Masyarakat pun berniagadengan uang palsu yang dijamin devisa palsu. Makauang-uang asing menggertak dengan kurs palsusehingga semua blingsatan dan terperosok krisisyang meruntuhkan pemerintahan palsu ke dalamnasib buruk palsu. Lalu orang-orang palsumeneriakkan kegembiraan palsu dan mendebatkangagasan-gagasan palsu di tengah seminardan dialog-dialog palsu menyambut tibanyademokrasi palsu yang berkibar-kibar begitu nyaring dan palsu

Basindo. Eyang Kung. Capek.Ma

Page 31: LAMPIRAN PUISI

LAMPIRAN-LAMPIRAN PUISISUTAN TAKDIR ALISYAHBANA

MENUJU KE LAUT

Kami telah meninggalkan engkau,tasik yang tenang, tiada beriakditeduhi gunung yang rimbundari angin dan topanSebab sekali kami terbangundari mimpi yang nikmat :

“Ombak ria berkejar-kejarandi gelanggang biru bertepi langitPasir rata berulang dikecup,tebing curam ditantang diserang,dalam bergurau bersama angin,dalam berlomba bersama mega.”

Sejak itu jiwa gelisah,Selalu berjuang, tiada reda,Ketenangan lama rasa beku,gunung pelindung rasa penggalang.Berontak hati hendak bebas,menyerah segala apa mengadang.

Gemuruh berderau kami jatuh,terhempas berderai mutiara bercahaya,Gegap gempita suara mengerang,dahsyat bahna suara menang.Keluh dan gelak silih bergantipekik dan tempik sambut menyambut

Tetapi betapa sukarnya jalan,badan terhempas, kepala tertumbuk,hati hancur, pikiran kusut,namun kembali tiadalah ingin,ketenangan lama tiada diratap…………………………………..

Kami telah meninggalkan engkau,tasik yang tenang, tiada beriak,diteduhi gunung yang rimbundari angin dan topanSebab sekali kami terbangundari mimpi yang nikmat

LAMPIRAN-LAMPIRAN PUISIAHMADUN JOSI HERFANDA

SEMBAHYANG RUMPUTAN

Basindo. Eyang Kung. Capek.Ma

Page 32: LAMPIRAN PUISI

walau kaubungkam suara azanwalau kaugusur rumah-rumah tuhanaku rumputantakkan berhenti sembahyang:inna shalaati wa nusukiwa mahyaaya wa mamaatilillahi rabbil ‘alamin

topan menyapu luas padangtubuhku bergoyang-goyangtapi tetap teguh dalam sembahyangakarku yang mengurat di bumitak berhenti mengucap shalawat nabi

sembahyangku sembahyang rumputansembahyang penyerahan jiwa dan badanyang rindu berbaring di pangkuan tuhansembahyangku sembahyang rumputansembahyang penyerahan habis-habisan

walau kautebang akuakan tumbuh sebagai rumput baruwalau kaubakar daun-daunkuakan bersemi melebihi dulu

aku rumputankekasih tuhandi kota-kota disingkirkanalam memeliharaku subur di hutan

aku rumputantak pernah lupa sembahyang: sesungguhnya shalatku dan ibadahkuhidupku dan matiku hanyalahbagi tuhan sekalian alam

pada kambing dan kerbaudaun-daun hijau kupersembahkanpada tanah akar kupertahankanagar tak kehilangan asal keberadaandi bumi terendah aku beradatapi zikirku menggemamenggetarkan jagat raya: la ilaaha illallahmuhammadar rasullah

aku rumputankekasih tuhan

LAMPIRAN-LAMPIRAN PUISISANUSI PANE

DIBAWA GELOMBANG

Basindo. Eyang Kung. Capek.Ma

Page 33: LAMPIRAN PUISI

Alun membawa bidukku perlahanDalam kesunyian malam waktuTidak berpawang tidak berkawanEntah kemana aku tak tahu

Jauh di atas bintang kemilauSeperti sudah berabad-abadDengan damai mereka meninjauKehidupan bumi yang kecil amat

Aku bernyanyi dengan suaraSeperti bisikan angin di daunSuaraku hilang dalam udaraDalam laut yang beralun-alun

Alun membawa bidukku perlahanDalam kesunyian malam waktuTidak berpawang tidak berkawanEntah kemana aku tak tahu

LAMPIRAN-LAMPIRAN PUISIIKRANAGARA

SEPATU

setahuku sepatu itu mestinya jadi pelindung kaki

ketika dari tikungan pertemuan pulau dan lautkudengar gumam memelas yang panjang

Basindo. Eyang Kung. Capek.Ma

Page 34: LAMPIRAN PUISI

di sela-sela bukit pemancar berita ke pelosok dunia ada orang-orang berlutut menundukkan kepalamemohon perlindungan dari ancaman berdarahagar sepatu-sepatu menghentikan tendangan injakan penindasanatas betis selangkangan perut dadabatok-kepala mulut lidah benak hati

tapi terasa gumam itu akan terus berkepanjanganmengisi lembar-lembar sejarah dan dunia-dunia

serasa pasti akan tiba gilirankuuntuk ikut bergumamdari pojok yang temaram inisepasang sepatumengintaikusepanjang malam

LAMPIRAN-LAMPIRAN PUISILINUS SURYADI A.G.

PEMATUNG

Jangan tanyakan apa yang kuperbuat iniTapi kenapa aku berbuat demikianJangan tanyakan berapa harga batu iniTapi ada apa aku jadi demikian

Di balik batok kepalaku mencandra :

Basindo. Eyang Kung. Capek.Ma

Page 35: LAMPIRAN PUISI

Bocah cilik bebas telanjangRambut terurai dikepang duaTatap matanya sorgaku yang hilang

Jangan tanyakan bagaimana kuberbuat iniPedih-kasihnya berproses perlahanTenaga hidupku berhimpun satuO, jangan tanyakan apa kudapat tebusan!

LAMPIRAN-LAMPIRAN PUISILEON AGUSTA

GETAH-GETAH LIDAH(dari sebuah sandiwara tentang suatu zaman

ketika homosek merajalela)

Hay, perempuan! Ada apa dengan kamu?kutukan paling celaka sedang menimpa teratak ini

O. adakah engkau yang terlibat, bagaimanapun?aku malu, marah dan amat terhinasyaitan jantan pun berpaling melihat kami

Hay, perempuan ! di mana syorga itu kau tinggalkan ?di sepanjang langkah-langkah dosa lelaki

Alangkah bijaknya engkau ; tuduhan balas tuduhan

Basindo. Eyang Kung. Capek.Ma

Page 36: LAMPIRAN PUISI

makanya berhentilah menuduhadakah tuan seorang malaikat, jantan ?

Hay, perempuan. Bukakan matamu dan lihatlah duniadengan mata tertutup kulihat dunia yang lebih nyata

Filsafat apa pula itu ?filsafat buat babi-babi yang sudah buta

Wah ! jangan biarkan jiwamu pahit berkeliarandalam rimba-rimba mimpi dan keluh kesahyang bikin hidup sangsai bertambah sangsaiJangan perduli barah membusuk di dasar nasibmubiarkan terik mentari mengeringkannyaNeraka sekalipun kau harus sanggup menahankannya

Hay, perempuan ! Hay, jantan-jantan !Jangan biarkan hidupmu tenggelamdalam kesedihan, harapan dan kegilaanKerjakan apa yang kau dapat kerjakanDengan demikian lebih sedikit kejahatanyang kau perbuat terhadap dirimu sendiri

Basindo. Eyang Kung. Capek.Ma