Landasan dan asas

6
LANDASAN DAN ASAS-ASAS PENDIDIKAN SERTA PENERAPANNYA A. Asas-asas Pokok Pendidikan Indonesia 1. Asas Tutwuri Handayani Asas tutwuri handayani yang merupakan asas pendidikan Indonesia hingga saat ini, bersumber dari asas pendidikan Taman Siswa. Asas tutwuri handayani bermakna bahwa setiap orang berhak mengatur dirinya sendiri dengan berpedoman kepada tata tertib kehidupan yang umum. Dalam penyelenggaraan pendidikan dengan asas tersebut berarti bahwa kepada peserta didik diberi kesempatan untuk mandiri. Artinya, dalam kegiatan pendidikan, pendidik bukanlah segala-galanya, akan tetapi kepada peserta didik diberi kesempatan untuk mencari, mempelajari, dan memecahkan masalah sendiri tanpa selalu harus dicampuri, diperintah, dan bahkan dipaksa. Dengan cara yang demikian, maka kegiatan belajar tidak berpusat kepada guru, akan tetapi berpusat kepada peserta didik sendiri. Dapat dikatakan bahwa asas tutwuri handayani merupakan cikal bakal dari pendekatan atau cara belajar siswa aktif. 2. Asas Belajar Sepanjang Hayat Pada dasarnya manusia adalah makhluk “menjadi”, yakni makhluk yang tidak pernah sempurna, dia selalu berkembang mengikuti perkembangan yang terjadi di lingkungan kehidupannya. Apa yang dipelajari hari ini belum tentu sesuai dengan tantangan perubahan pada beberapa tahun berikutnya.

Transcript of Landasan dan asas

Page 1: Landasan dan asas

LANDASAN DAN ASAS-ASAS PENDIDIKAN SERTA PENERAPANNYA

A. Asas-asas Pokok Pendidikan Indonesia

1. Asas Tutwuri Handayani

Asas tutwuri handayani yang merupakan asas pendidikan Indonesia hingga saat

ini, bersumber dari asas pendidikan Taman Siswa. Asas tutwuri handayani bermakna

bahwa setiap orang berhak mengatur dirinya sendiri dengan berpedoman kepada tata

tertib kehidupan yang umum. Dalam penyelenggaraan pendidikan dengan asas tersebut

berarti bahwa kepada peserta didik diberi kesempatan untuk mandiri. Artinya, dalam

kegiatan pendidikan, pendidik bukanlah segala-galanya, akan tetapi kepada peserta didik

diberi kesempatan untuk mencari, mempelajari, dan memecahkan masalah sendiri tanpa

selalu harus dicampuri, diperintah, dan bahkan dipaksa. Dengan cara yang demikian, maka

kegiatan belajar tidak berpusat kepada guru, akan tetapi berpusat kepada peserta didik

sendiri. Dapat dikatakan bahwa asas tutwuri handayani merupakan cikal bakal dari

pendekatan atau cara belajar siswa aktif.

2. Asas Belajar Sepanjang Hayat

Pada dasarnya manusia adalah makhluk “menjadi”, yakni makhluk yang tidak

pernah sempurna, dia selalu berkembang mengikuti perkembangan yang terjadi di

lingkungan kehidupannya. Apa yang dipelajari hari ini belum tentu sesuai dengan

tantangan perubahan pada beberapa tahun berikutnya. Implikasi dari konsep yang

demikian ialah bahwa manusia harus belajar sepanjang hayat, sehingga dia dapat

mempelajari dan menyesuaikan diri sesuai dengan perubahan yang berlangsung.

Dewasa ini, akibat kemajuan ilmu teknologi yang amat pesat, maka terjadi

perubahan yang amat pesat dalam berbagai aspek kehidupan. Akibatnya, apa yang

dipelajari oleh seseorang pada beberapa tahun yang lalu dapat menjadi tidak berarti atau

tidak bermanfaat. Sebab apa yang telah dipelajarinya sudah tidak relevan lagi dengan

berbagai masalah kehidupan yang dihadapinya.

Page 2: Landasan dan asas

Implikasi dari kemajuan ilmu dan teknologi yang amat pesat tersebut ialah

seseorang dituntut untuk mau dan mampu untuk belajar sepanjang hayat. Dengan

kemauan dan kemampuan untuk dapat belajar sepanjang hayat, maka konsep belajar

tidak lagi sedekat belajar untuk tahu (Learning to know) dan mampu (learning to do), akan

tetapi belajar sepanjang hayat yang menuntut kemauan dan kemampuan seseorang guna

belajar untuk menjadi (learning to be).

3. Asas Kemandirian dalam Belajar

Baik asas tutwuri handayani maupun belajar sepanjang hayat secara langsung

erat kaitannya dengan asas kemandirian dalam belajar. Asas tutwuri handayani pada

prinsipnya bertolak dari asumsi kemampuan peserta didik untuk mandiri, termasuk

mandiri dalam belajar. Dalam kegiatan belajar mengajar, sedapat mungkin dikembangkan

kemandirian dalam belajar itu dengan menghindari campur tangan pendidik, namun

selalu siap untuk membantu apabila diperlukan. Selanjutnya, asas belajar sepanjang hayat

hanya dapat diwujudkan apabila didasarkan pada asumsi bahwa peserta didik mau dan

mampu mandiri dalam belajar, karena adalah tidak mungkin seseorang belajar sepanjang

hayatnya apabila selalu tergantung dari bantuan orang lain.

Perwujudan kemandirian dalam belajar akan menempatkan pendidik dalam peran

utama sebagai fasilitator, informator, dan motivator, disamping peran-peran lain seperti

organisator. Sebagai Fasilitator, guru diharapkan menyediakan dan mengatur berbagai

berinteraksi dengan sumber-sumber tersebut. Sebagai Informator, pendidik harus

menyadari bahwa dirinya hanya merupakan bagian kecil saja dari sumber informasi yang

datangnya membanjiri dewasa ini. Hal tersebut berarti bahwa pendidik perlu memberikan

dan bahkan merangsang peserta didik untuk memburu informasi selain dari dirinya

sendiri. Sedangkan sebagai motivator, pendidik mengupayakan timbulnya prakarsa

peserta didik untuk memanfaatkan sumber belajar secara maksimal.

Page 3: Landasan dan asas

B. Penerapan Asas-asas Pendidikan Dalam Kegiatan Pembelajaran

Dalam hal penerapan asas-asas pendidikan dalam kegiatan pembelajaran

setidaknya terdapat tiga masalah yang perlu mendapat perhatian, yakni masalah cara

berkomunikasi dan peranan guru dalam pembelajaran serta tujuan pembelajaran.

1. Pendekatan Kuomunikasi oleh Guru

Dewasa ini masih terdapat kecenderungan bahwa para pendidik masih terikat

oleh penggunaan komunikasi satu arah dalam kegiatan pembelajaran dengan

mengandalkan metode ceramah. Dalam komunikasi yang demikian, pendidik

menempatkan dirinya dalam kedudukan yang lebih tinggi dari peserta didik. Bahkan, tidak

jarang pendidik menjadikan peserta didik sebagai objek komunikasi belaka. Akibatnya,

arus komunikasi cenderung satu arah, rendahnya kemungkinan umpan balik dari peserta

didik, dan cenderung hanya menghasilkan perubahan pengetahuan (Rogres dan

Schoemaker, 1981 ; Depdikbud, 1983). Komunikasi yang demikian memberikan implikasi

yang negatif terhadap out put pendidik, yakni membuat peserta didik tidak terdorong

untuk belajar mandiri, mereka lebih tergantung kepada informasi yang datangnya dari

pendidik.

Sejalan dengan pendekatan komunikasi yang cenderung digunakan pendidik,

yakni pendekatan komunikasi satu arah, pendidk sering menempatkan dirinya sebagai

orang yang paling dominan. Artinya, tidak jarang pendidik, apakah itu orang tua, guru,

dosen, atau tutor sering menempatkan dirinya sebagai orang yang serba tahu dalam

segala hal pada waktu kegiatan belajar berlangsung. Seolah-olah yang benar itu cuma

datangnya dari pendidik, selain yang dikemukan oleh pendidik salah. Padahal dalam cara

komunikasi canggih dewasa ini, sumber informasi datangnya membanjir, dari segala arah.

Dewasa ini, institusi pengajaran (sekolah dan sejenisnya) bukan satu-satunya sumber

informasi, akan tetapi berbagai institusi dapat menjadi sumber informasi. Misalnya media

masa dengan segala jenisnya, seperti televisi, majalah, koran, radio, dan bahkan internet.

Oleh karena itu, tidak tertutup kemungkinan bahwa orang tua, guru, dosen, atau tutor

ketinggalan informasi dibandingkan dengan peserta didik. Sehingga dengan demikian,

Page 4: Landasan dan asas

amatlah penting untuk mendorong peserta didik guna berupaya mencari informasi sendiri

yang dapat dikatakan sebagai uapaya belajar mandiri.

2. Masalah Tujuan Belajar

Sebagaimana dikemukakan pada bagian terdahulu, kemajuan ilmu dan teknologi

yang amat pesat menuntut orang untuk belajar secara terus menerus sepanjang hayatnya.

Sehubungan dengan itu, tujuan belajar yang learning to know dan learning to do saja

ternyata belum cukup. Oleh karena kemajuan teknologi, terutama kemajuan transportasi

dan komunikasi, membuat dunia semakin “sempit”, sehingga intesitas interaksi antar

manusia semakin tinggi tanpa dibatasi oleh perbedaan suku, agama, ras, dan asal-usul.

Sehubungan dengan itu, tujuan belajar sudah harus diperluas dari sekedar learning to

know dan learning to do dengan menambahkan learning to life together. Selanjutnya,

akibat kemajuan ilmu dan teknologi yang berimplikasi pada perubahan lapangan kerja,

mengakibatkan apa yang dipelajari hari ini belum tentu sesuai dengan tuntutan lapangan

kerja yang berubah pada beberapa tahun berikutnya. Untuk itu, tujuan kegiatan

pembelajar perlu diperluas dengan learning to be, sehingga dengan tujuan yang demikian

apa yang dipelajari dapat dijadikan sebagi dasar untuk belajar lebih lanjut dalam rangka

menyeseuaikan diri dengan perubahan lapangan kerja dan bahkan perubahan dalam

berbagai aspek kehidupan