Lap Pernafasan

29
LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI DAN FISIOLOGI MANUSIA “PERNAFASAN” Disusun Oleh : Aprilina Ikawati 2443014077 / T PROGAM STUDI S1 FARMASI FAKULTAS FARMASI

description

pernafasan

Transcript of Lap Pernafasan

Page 1: Lap Pernafasan

LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI DAN FISIOLOGI MANUSIA

“PERNAFASAN”

Disusun Oleh :

Aprilina Ikawati 2443014077 / T

PROGAM STUDI S1 FARMASI

FAKULTAS FARMASI

Page 2: Lap Pernafasan

BAB 1. TUJUAN PRAKTIKUM

Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan fungsi pernapasan.

BAB 2. LANDASAN TEORI

Respirasi adalah pertukaran gas, yaitu oksigen (O2) yang dibutuhkan tubuh untuk

metabolisme sel  dan karbondioksida (CO2) yang dihasilkan dari metabolisme tersebut

dikeluarkan dari tubuh melalui paru (Herni, 2007).

STRUKTUR SISTEM RESPIRASI

Sistem respirasi terdiri dari:

a) Saluran nafas bagian atas

Pada bagian ini udara yang masuk ke tubuh dihangatkan, disarung dan

dilembabkan

b) Saluran nafas bagian bawah

Bagian ini menghantarkan udara yang masuk dari saluran bagian atas ke alveoli

c) Alveoli

Terjadi pertukaran gas anatara O2 dan CO2

d) Sirkulasi paru

Pembuluh darah arteri menuju paru, sedangkan pembuluh darah vena

meninggalkan paru.

e) Paru, terdiri dari :

Page 3: Lap Pernafasan

a. Saluran nafas bagian bawah

b. Alveoli

c. Sirkulasi paru

f) Rongga Pleura

Terbentuk dari dua selaputserosa, yang meluputi dinding dalam rongga dada

yang disebut pleura parietalis, dan yang meliputi paru atau pleura   veseralis

g) Rongga dan dinding dada

Merupakan pompamuskuloskeletal yang mengatur pertukaran gas dalam proses

respirasi (Pearce, 2009).

a) Saluran Nafas Bagian Atas

1. Rongga hidung

Udara yang dihirup melalui hidung akan mengalami  tiga hal :

- Dihangatkan

- Disaring

- Dilembabkan (Pearce, 2009).

Yang merupakan fungsi utama dari selaput lendir respirasi (terdiri dari:

Psedostrafied ciliated columnar epitelium yang berfungsi menggerakkan partikel

partikel halus kearah faring sedangkan partikel yang besar akan disaring oleh bulu

hidung, sel golbet dan kelenjar serous yang berfungsi melembabkan udara yang masuk, 

pembuluh darah yang berfungsi menghangatkan udara). Ketiga hal tersebut dibantu

denganconcha. Kemudian udara akan diteruskan ke:

1. Nasofaring (terdapat pharyngeal tonsil dan Tuba Eustachius)

2. Orofaring (merupakan pertemuan rongga mulut dengan faring,terdapat pangkal

lidah)

Page 4: Lap Pernafasan

3. Laring ofaring(terjadi persilangan antara aliran udara dan aliran makanan)

(Pearce, 2009).

b) Saluran Nafas Bagian Bawah

1. Laring

Terdiri dari tiga struktur yang penting:

- Tulang rawan krikoid

- Selaput/pita suara

- Glotis

2. Trakhea

Merupakan pipa silider dengan panjang ± 11 cm, berbentuk ¾ cincin tulang

rawan seperti huruf C. Bagian belakang dihubungkan  oleh membran

fibroelastic menempel pada dinding depan usofagus.

3. Bronkhi

Merupakan percabangan trakhea kanan dan kiri. Tempat percabangan ini

disebut carina. Brochus kanan lebih pendek, lebar dan lebih dekat dengan

trachea. Bronchus kanan bercabang menjadi : lobus superior, medius, inferior.

Brochus kiri terdiri dari : lobus superior dan inferior.

4. Alveoli

Terdiri dari: membran alveolar dan ruang interstisial.

1. Membran alveolar:

- Small alveolar cell denganekstensi ektoplasmik ke arah rongga alveoli

- Large alveolar cellmengandung inclusion bodiesyang menghasilkan surfactant.

- Anastomosing capillary, merupakan system vena danarteri yang saling

berhubungan langsung, ini terdiri dari: sel endotel, aliran darah dalam

rongga endotel

Page 5: Lap Pernafasan

2. Interstitial space merupakan ruangan yang dibentuk oleh :endotel kapiler, epitel

alveoli, saluran limfe, jaringan kolagen dan sedikit serum (Pearce, 2009).

e) Sirkulasi Paru

Mengatur aliran darah vena – vena dari ventrikel kanan ke arteri pulmonalis dan

mengalirkan darah yang bersifat arterialmelaului vena pulmonalis kembali

keventrikel kiri (Pearce, 2009)..

FUNGSI RESPIRASI DAN NON RESPIRASI DARI PARU

1. Respirasi : pertukaran gas O2 dan CO2

2. Keseimbangan asam basa

3. Keseimbangan cairan

4. Keseimbangan suhu  tubuh

5. Membantu venous return darah keatrium kanan selama fase inspirasi

6. Endokrin: keseimbangan bahanvaso aktif, histamine, serotonin,

ECFdan angiotensin

7. Perlindungan terhadap infeksi:makrofag yang akan membunuh bakteri (Herni,

2007).

BAB 3. ALAT DAN BAHAN

3.1 Spirometer Autospiro AS-507

3.2 Kapas alkohol

Page 6: Lap Pernafasan

BAB 4. TATA KERJA

4.1 Tekan tombol power untuk menyalakan alat spirometer.

4.2 Masukkan data orang percobaan yang meliputi: umur, jenis kelamin, tinggi badan,

dan berat badan.

4.3 Masukkan mouth filter ke dalam mulut orang percobaan, jangan sampai terjadi

kebocoran udara.

4.4 Tutup lubang hidung dengan nose clips.

4.5 Jelaskan pengukuran yang akan dilakukan mulai saat ini.

4.6 Minta orang percobaan untuk bernapas biasa beberapa kali untuk menentukan Tidal

Volume (VT).

4.7 Pengukuran akan berhenti dengan sendirinya, kemudian baca hasil dari pengukuran

di layar monitor yang ada.

4.8 Lakukan pengukuran ulang tiga kali atau lebih.

Spirometer adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur volume udara

pernafasan, yang berfungsi untuk mengetahui kondisi paru-paru manusia. Pengukuran

dilakukan selama selang waktu tertentu. Spirometer akan merekam jumlah udara yang

keluar dan masuk ke dalam paru-paru manusia. Spirometer digunakan untuk mengukur:

1. Volume tidal (VT): volume udara yang dihirup atau yang dihembuskan pada satu

siklus pernapasan selama pernapasan biasa.

2. Volume vital (VC): volume maksimum udara yang dapat dikeluarkan selama

satu kali bernapas setelah inspirasi maksimum.

3. Volume cadangan inspirasi (IRV): jumlah maksimum udara yang masih dapat

dihisap sesudah akhir inspirasi tenang.

Page 7: Lap Pernafasan

4. Volume cadangan ekspirasi (ERV): jumlah maksimal udara yang masih dapat

dihembuskan sesudah akhir ekspirasi tenang. Pada pernapasan tenang, ekspirasi

terjadi secara pasif, tidak ada otot ekspirasi yang bekerja. Ekspirasi hanya terjadi

oleh daya lenting dinding dada dan jaringan paru semata-mata. Posisi rongga

dada dan paru pada akhir ekspirasi ini merupakan posisi istirahat. Bila dari posisi

istirahat ini dilakukan gerak ekspirasi sekuat-kuatnya sampai maksimal, udara

cadangan ekspirasi itulah yang keluar.

5. Kapasitas inspirasi (IC): jumlah maksimum udara yang dapat dihisap dari posisi

istirahat (akhir ekspirasi tenang).

6. Kapasitas vital paksa (FVC): jumlah udara yang secara maksimal dapat dipaksa

keluar dari paru-paru setelah inspirasi maksimal.

7. Volume ekspirasi paksa dalam satu detik (FEV 1,0): volume udara yang dapat di

ekspirasi selama detik pertama ekspirasi pada penentuan kapasitas vital.

8. FEV 1,0 yaitu presentasi dari FEV.

9. Puncak laju aliran ekspirasi (PEFR): maksimum arus ekspirasi. Tingkat aliran

udara terbesar yang dapat diperoleh selama pernapasan dipaksa.

10. MMF: ukuran jumlah maksimum udara yang bisa dihirup dan dihela dalam satu

menit, diukur dengan liter/menit.

BAB 5. HASIL KERJA

5.1. A. Aktifitas 2 (perbandingan spirometri)

Pengamatan dan pemeriksaan spirometri digunakan untuk mengetahui adanya

gangguan di paru-paru dan saluran pernapasan. Alat ini sekaligus digunakan untuk

mengukur fungsi paru. Spirometri adalah alat untuk mengukur volume inspirasi dan

ekspirasi paru-paru dalam waktu tertentu. Pada praktikum ini akan ditunjukkan

perbedaan dari perubahan yang terjadi antara volume pernapasan normal dan

kapasitasnya ketika patofisiologi terjadi dan selama latihan. Dalam paraktikum ini

kapasitas paru-paru dan aliran udara dapat dihitung dari data yang telah ditampilkan

Page 8: Lap Pernafasan

pada saat praktikum ini. Berdasarkan mekanisme pernapasan maka dapat disimpulkan

apa yang terjadi pada tiap tahap.

Tabel 5.1 Pengaruh gangguan pernapasan pada aliran dan volume udara pada

paru-paru.

Keterangan :

Pada spirometri dapat diukur berapa volume dan kapasitas udara yang masuk

dan keluar dari paru-paru. Dapat dilihat bahwa adanya perbandingan pada pernapasan

pasien normal dan pasien yang mengalami gangguan pernapasan. Dari volume udara

yang dihirup atau yang dihembuskan pada satu siklus pernapasan selama pernapasan

biasa (TV) sudah terlihat adanya perubahan kecuali pada emfisema dan serangan asma

dengan bantuan inhaler. Namun untuk total udara yang masuk ke dalam paru-paru untuk

semua kategori pernapasan tetap 6000 ml/menit.

Page 9: Lap Pernafasan

Gambar 5.1 Grafik jumlah aliran udara dan kapasitas udara pada mekanisme

pernapasan normal dalam 1 menit

Keterangan :

Pada pernapasan normal volume udara pada tiap tahap dapat diukur antara lain

yaitu TV : 500 ml; ERV : 1500 ml; IRV : 3000ml; RV : 1000 ml; FVC : 5000ml; TLC :

6000 ml; FEV1 : 4000 ml; FEV1% : 80%. Total kapasitas vital (VC) adalah TV + IRV

+ ERV = 500 ml + 3000 ml + 1500 ml = 5000 ml per menit. Total pernapasan pulmonal

tiap menitnya 6000 ml. Jumlah kapasitas inspirasi (IC) sebesar 3500 ml (IRV+TV) dan

jumlah kapasitas residu fungsional (FRC) sebesar 2500 ml (ERV+RV). Jumlah udara

pada tiap tahap dalam mekanisme pernapasan normal adalah rata-rata yang dimiliki

pasien yang tidak memiliki gangguan pernapasan.

Page 10: Lap Pernafasan

Gambar 5.2 Grafik jumlah aliran udara dan kapasitas vital pada pasien yang

mengalami emfisema

Keterangan :

Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa adanya persamaan dengan pernapasan

pasien normal yaitu volume tidal sebesar 500 ml dan total pernapasan pulmonal 6000

ml. Sedangkan untuk tahap yang lainnya mengalami perubahan. Pada ERV, IRV, FVC,

FEV1 dan FEV1% mengalami penurunan jumlah udara. Namun volume yang tersisa

sesudah ekspirasi mengalami kenaikan jumlah udara (RV) sebesar 2750 ml. Jadi dapat

dihitung total kapasitas volume (VC) yang terjadi sebesar 3250 ml. Untuk jumlah IC

sebesar 2500 ml dan jumlah FRC sebesar 3500 ml. Pada emfisema mengalami

penurunan jumlah kapasitas inspirasi dan kapasitas vital udara dalam paru-paru. Namun

mengalami kenaikan jumlah volume residual dan kapasitas residu fungsional di dalam

paru-paru. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ketika mengalami emfisema yang

mengalami ketidaknormalan adalah expiratory reserve, vital capacity, residual volume

dan FEV1%..

Page 11: Lap Pernafasan

Gambar 5.3 Grafik jumlah aliran udara dan kapasitas vital di dalam paru-paru

pada pasien yang mengalami serangan asma akut

Keterangan :

Pada penderita asma akut mengalami kontriksi dari bronkiolus sehingga

mengakibatkan volume tidal yang terjadi lebih sedikit yaitu 300 ml dan jumlah kapasitas

vital lebih rendah dibandingkan pasien normal yaitu sebesar 3750 ml. Namun masih

lebih baik daripada penderita emfisema. Jumlah kapasitas inspirasipun juga ikut rendah

sebesar 3000 ml dan kapasitas residu fungsional mengalami kenaikan yaitu sebesar 500

ml dibandingkan pasien normal sehingga berubah menjadi 3000 ml. Dalam hal ini yang

masih dalam rentang normal adalah inspiratory reserve dan vital capacity.

Page 12: Lap Pernafasan

Gambar 5.4 Grafik jumlah aliran udara dan kapasitas vital di dalam paru-paru

pada pasien yang mengalami serangan asma akut dengan bantuan inhaler

Keterangan :

Penderita serangan asma akut biasanya dalam pengobatannya menggunakan obat

dalam bentuk inhaler karena dapat langsung masuk ke dalam paru-paru. Inhaler mampu

memperbaiki volume tidal sehingga berubah menjadi 500 ml. Pada grafik di atas setelah

menggunakan inhaler didapatkan adanya perubahan pada FEV1% yang berubah menjadi

normal 80 %. Untuk kapasitas vital juga mengalami perbaikan dibandingkan pada saat

terjadi serangan akut, yaitu menjadi 4800 ml. Untuk jumlah IC sebesar 3300 ml dan

jumlah FRC sebesar 2700 ml.

Page 13: Lap Pernafasan

Gambar 5.5 Grafik jumlah aliran udara dan kapasitas vital di dalam paru-paru

pada pasien yang sedang latihan ringan

Keterangan :

Pada grafik di atas dapat dilihat bahwa pernapasan yang terjadi grafiknya

konstan. Namun pada latihan ringan ini volume udara yang dihirup atau yang

dihembuskan dalam satu siklus pernapasan biasa meningkat hingga 1875 ml/menit. Dari

data di atas dapat dihitung jumlah VC sebesar 5000 ml (normal), jumlah IC sebesar

3875 ml (tidak normal), dan jumlah FRC sebesar 2125 ml (tidak normal).

Page 14: Lap Pernafasan

Gambar 5.6 Grafik jumlah aliran udara dan kapasitas vital di dalam paru-paru

pada pasien yang sedang latihan berat

Keterangan :

Pada grafik di atas dapat dilihat bahwa pasien yang sedang melakukan latihan

berat volume tidalnya akan meningkat. Dilihat dari grafik di atas jumlah TV sebesar

3650 ml/menit; ERV sebesar 750 ml/menit; IRV sebesar 600ml/menit; dan RV sebesar

1000 ml/menit. Orang yang sedang melakukan latihan berat akan lebih banyak

menggunakan volume udara dalam satu siklus pernapasan. Jumlah VC : 5000 ml/menit,

jumlah IC : 3250 ml, dan jumlah FRC : 1750 ml.

B. Gerakan pernapasan

Gambar 5.7 Grafik hasil dari pengamatan gerakan pernafasan baik pernafasan

perut dan dada dengan kondisi yang berbeda.

Page 15: Lap Pernafasan

Keterangan :

Pernafasan dada dan perut dengan pengaruh adanya kegiatan berbicara

(membaca), menelan (minum), acapnea, dan hiperventilasi.

BAB 6. PEMBAHASAN

6.1. Pembahasan

A. Aktivitas 2

- Pernapasan pada pasien normal

Pernapasan pada orang normal biasanya memiliki volume tidal

500 ml, tapi banyak orang yang yang memiliki volume tidal yang lebih

rendah karena pernafasan dangkal. Pernapasan normal biasanya juga

memiliki laju respirasi 12 nafas per menit dan MRV sebesar 6000 ml

udara per menit. Selain itu jumlah udara yang diambil dengan penarikan

nafas sedalam mungkin pada orang normal di antara rentang 2000-3000

ml. Sedangkan untuk udara yang dikeluarkan dengan nafas kuat sebesar

Page 16: Lap Pernafasan

1000-1500 ml. Dan kapasitas vitalnya sebesar 3500-5000 ml. Udara

residualnya sebesar 1000-1500 ml.

Pada praktikum ini, dalam pernapasan normal volume udara pada

tiap tahap dapat diukur antara lain yaitu TV : 500 ml; ERV : 1500 ml;

IRV : 3000ml; RV : 1000 ml; FVC : 5000ml; TLC : 6000 ml; FEV1 :

4000 ml; FEV1% : 80%. Total kapasitas vital (VC) adalah TV + IRV +

ERV = 500 ml + 3000 ml + 1500 ml = 5000 ml per menit. Total

pernapasan pulmonal tiap menitnya 6000 ml. Jumlah kapasitas inspirasi

(IC) sebesar 3500 ml (IRV+TV) dan jumlah kapasitas residu fungsional

(FRC) sebesar 2500 ml (ERV+RV). Dalam hal ini, pada tiap tahapnya

masih dalam rentang normal.

- Pernapasan pada penderita emfisema

Penyakit emfisema adalah penyakit saluran pernapasan yang

berciri sesak napas terus menerus yang menghebat pada waktu

mengeluarkan tenaga dan sering kali dengan perasaan letih dan tidak

bergairah (paru-paru basah). Emfisema merupakan penyakit paru

obstruktif kronik. Gejala utamanya adalah penyempitan saluran napas,

karena kantung udara di paru menggelembung secara berlebihan dan

mengalami kerusakan yang luas dan membuat napas menjadi lebih

pendek. Selain itu dapat mengurangi permukaan paru-paru dan jumlah

oksigen yang mencapai aliran darah. Hal ini juga memungkinkan saluran

udara tersebut runtuh ketika anda mengeluarkan napas, sehingga udara

dalam paru-paru tidak dapat keluar.

Pada percobaan ini, terlihat adanya persamaan pernapasan

penderita emfisema dengan pernapasan pasien normal yaitu volume tidal

sebesar 500 ml dan total pernapasan pulmonal 6000 ml. Sedangkan untuk

tahap yang lainnya mengalami perubahan. Pada ERV, IRV, FVC, FEV1

dan FEV1% mengalami penurunan jumlah udara. Namun volume yang

Page 17: Lap Pernafasan

tersisa sesudah ekspirasi mengalami kenaikan jumlah udara (RV) sebesar

2750 ml. Jadi dapat dihitung total kapasitas volume (VC) yang terjadi

sebesar 3250 ml. Untuk jumlah IC sebesar 2500 ml dan jumlah FRC

sebesar 3500 ml. Pada emfisema mengalami penurunan jumlah kapasitas

inspirasi dan kapasitas vital udara dalam paru-paru. Namun mengalami

kenaikan jumlah volume residual dan kapasitas residu fungsional di

dalam paru-paru.

Dari penjelasan mengenai emfisema dan data dari percobaan pada

praktikum ini. Didapatkan bukti bahwa penderita emfisema akan

memiliki IRV yang lebih rendah dari pasien normal. Dan udara yang

tertinggal di paru-paru akan jauh lebih besar sehingga udara maksimal

yang dikeluarkan akan jauh lebih sedikit.

- Pernapasan pada pasien yang terkena serangan akut asma dan saat

diberikan bantuan inhaler

Serangan asma akut disebabkan oleh penyempitan saluran napas

akibat bronkospasme yang sedang berlangsung, edema, dan penyumbatan

lendir. Dalam keadaan seperti itu obat-obatan asma sangat membantu.

Biasanya menggunakan terapi inhalasi. Penderita serangan asma akut

biasanya dalam pengobatannya menggunakan obat dalam bentuk inhaler

karena dapat langsung masuk ke dalam paru-paru.

Pada penderita asma akut mengalami kontriksi dari bronkiolus

sehingga mengakibatkan volume tidal yang terjadi lebih sedikit yaitu 300

ml dan jumlah kapasitas vital lebih rendah dibandingkan pasien normal

yaitu sebesar 3750 ml. Namun masih lebih baik daripada penderita

emfisema. Jumlah kapasitas inspirasipun juga ikut rendah sebesar 3000

ml dan kapasitas residu fungsional mengalami kenaikan yaitu sebesar 500

ml dibandingkan pasien normal sehingga berubah menjadi 3000 ml.

Page 18: Lap Pernafasan

Dalam hal ini yang masih dalam rentang normal adalah inspiratory

reserve dan vital capacity.

Inhaler mampu memperbaiki volume tidal sehingga berubah

menjadi 500 ml. Pada grafik di atas setelah menggunakan inhaler

didapatkan adanya perubahan pada FEV1% yang berubah menjadi normal

80 %. Untuk kapasitas vital juga mengalami perbaikan dibandingkan

pada saat terjadi serangan akut, yaitu menjadi 4800 ml. Untuk jumlah IC

sebesar 3300 ml dan jumlah FRC sebesar 2700 ml.

- Pernapasan pada orang yang sedang melakukan latihan ringan dan berat

Aktifitas dan latihan fisik meningkatkan laju dan kedalaman pernapasan

dan denyut jantung, demikian juga suplay oksigen dalam tubuh. Semakin

banyak aktifitas tubuh yang dilakukan semakin meningkat pula frekuensi

bernafas dan denyut nadi. Hal ini dapat dibuktikan dalam percobaan yang

telah dilakukan pada praktikum kali ini. Terutama adanya perbedaan

yang mencolok pada volume tidal paru-paru.

Pada percobaan pada pasien yang sedang melakukan latihan

ringan, didapatkan terjadinya grafik yang konstan dari tiap tahap

pernapasan. Namun pada latihan ringan ini volume udara yang dihirup

atau yang dihembuskan dalam satu siklus pernapasan biasa meningkat

hingga 1875 ml/menit. Dari data di atas dapat dihitung jumlah VC

sebesar 5000 ml (normal), jumlah IC sebesar 3875 ml (tidak normal), dan

jumlah FRC sebesar 2125 ml (tidak normal).

Sedangkan berdasarkan percobaan kali ini, pasien yang sedang

melakukan latihan berat volume tidalnya akan meningkat. Dilihat dari

grafik di atas jumlah TV sebesar 3650 ml/menit; ERV sebesar 750

Page 19: Lap Pernafasan

ml/menit; IRV sebesar 600ml/menit; dan RV sebesar 1000 ml/menit.

Orang yang sedang melakukan latihan berat akan lebih banyak

menggunakan volume udara dalam satu siklus pernapasan. Jumlah VC :

5000 ml/menit, jumlah IC : 3250 ml, dan jumlah FRC : 1750 ml.

B. Gerakan pernapasan

Sikap badan, kerja fisik, dan berbagai ransangan dapat menjadi faktor perubahan

gerakan napas. Hal ini disesuaikan dengan kebutuhan tubuh. Salah satu percobaan yang

dilakukan dalam posisi berbaring, diperoleh hasil frekuensi napas sebanyak 18 kali per

menit dengan amplitudo 1 mm, hal tersebut telah sesuai dengan teori yang ada di mana

pada umumnya. Manusia mampu bernapas antara 15-18 kali setiap menitnya. Pada

posisi duduk atau tiduran, beban berat tubuh disangga oleh sebagian besar bagian tubuh

sehingga terjadi penyebaran beban. Hal ini mengakibatkan jumlah energi yang

diperlukan untuk menyangga tubuh tidak terlalu besar sehingga frekuensi

pernapasannya juga rendah.

Pada praktikum kali ini menunjukkan adanya perubahan frekuensi pernapasan

baik dengan menggunakan pernapasan dada ataupun perut.

- Kondisi membaca (berbicara)

Pada saat orang percobaan membaca sambil respirasi terlihat pada grafik

frekuensi gerakan pernapasan tidak teratur. Hal ini dikarenakan ikut keluarnya

karbondioksida pada saat membaca, sehingga jika di paru-paru terjadi

kekurangan oksigen, orang percobaan akan tiba-tiba menarik napas kembali.

Perlahan atau tingginya intonasi suara akan mempengaruhi kecepatan dan

gerakan-gerakan pernapasan. Hal ini terjadi karena orang percobaan akan

Page 20: Lap Pernafasan

berusaha mempertahankan pada saat membaca dan agar kebutuhan oksigen di

paru-paru terpenuhi.

- Kondisi minum (menelan)

Pada percobaan minum sambil melakukan respirasi didapatkan bahwa terjadi

penurunan frekuensi bernapas. Hal ini terjadi karena saat inspirasi, epiglotis

dalam keadaan terbuka sehingga akan menyebabkan udara masuk ke trakea,

sedangkan saat minum esophagus akan terbuka, sehingga tidak akan bisa terjadi

inspirasi sambil minum kecuali akan menyebabkan tersedak. Sedangkan saat

minum suhu tubuh akan turun dan menyebabkan penurunan frekuensi bernapas.

- Kondisi acapnea

Acapnea adalah difisiensi karbondioksida dalam darah. Hal ini akan menyebakan

frekuensi napas meningkat karena pada paru-paru akan kekurangan asupan

oksigen dari jantung.

- Kondisi tanpa acapnea (hiperventilasi)

Hiperventilasi adalah pernafasan cepat dan dalam yang menyebabkan terlalu

banyak jumlah karbondioksida yang dikeluarkan dari aliran darah. Namun pada

kondisi hiperventilasi ini tidak disertai dengan difisiensi oksigen. Sehingga

mengakibatkan pernapasan menjadi cepat (frekuensi meningkat), namun hal ini

tidak dikarenanakan oleh metabolisme.

BAB 7. KESIMPULAN

A. Aktifitas 2

1. Penyakit paru-paru yang disebakan karena adanya gejala obstruktif akan

mengalami penurunan aliran udara pada FEV1.

2. Pernapasan yang normal memiliki kapasitas vital dalam rentang 3500-5000 ml.

Page 21: Lap Pernafasan

3. Total kapasitas pernapasan pulmonal pada semua orang sama yaitu 6000

ml/menit, hanya frekuensi dan volume udara tiap tahap berbeda tergantung

kondisi pasien.

4. Pasien yang menderita emfisema akan meninggalkan udara di paru-paru dengan

jumlah yang besar, sehingga udara yang yang diekspirasikan volumenya sedikit.

5. Penderita emfisema dan penderita serangan asma akut sama-sama mengalami

peningkatan jumlah udara residual.

6. Penderita asma akut akan dapat bernapas normal kembali dengan bantuan

pengobatan dari inhaler, karena mampu memperbaiki TV dan FEV1%.

7. Semakin berat dan banyak aktifitas maka semakin besar pula udara yang

diperlukan dalam satu siklus pernapasan.

B. Gerakan pernapasan

1. Pada hiperventilasi baik pada pernapasan dada maupun perut, frekuensi napas

meningkat dan hal ini bukan disebabkan oleh metabolisme.

2. Pada acapnea baik pada pernapasan dada maupun perut juga mengalami

peningkatan frekuensi bernafas, dan ini diakibatkan oleh metabolisme.

3. Pada posisi menelan/minum frekuensi bernapas dengan pernapasan dada

maupun perut menurun.

4. Frekuensi bernapas dengan pernapasan dada atau perut pada keadaan berbicara

tidak teratur.

Page 22: Lap Pernafasan

BAB 8. DAFTAR PUSTAKA

Budiarti, Herni. 2007. Biologi untuk SMA kelas XII. Surakarta: Gema Ilmu.

Pearce, Evelyn C. 2009. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama.

Guyton, A. C & Hall, E. J, 2006. Fisiologi kedokteran edisi 11. Jakarta : EGC.

Sloane, E. 2004. Anatomi dan Fisiologi. Jakarta : EGC.

Asih, Niluh G.V., Effendy, C. 2003. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta :

EGC.

Muttaqin, A. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem

Pernapasan. Jakarta : EGC.

Page 23: Lap Pernafasan