Laporan Akhir Penelitian Ekotoks (Lethal)

16
UJI TOKSISITAS AKUT LC50-24 JAM DENGAN PYRETROID PADA BENIH IKAN MAS (Cyprinus carpio) TEST ACUTE TOXICITY LC50-24 HOURS WITH PYRETROID ON SEEDS CARP ( Cyprinus Carpio ) Abduyana Purwidyo, Indah Nurwulan, Muchamad Zais Syahri Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Padjadjaran, Jatinangor. Email: [email protected] ABSTRAK Kehidupan mahluk hidup tergantung dari apa yang terjadi di lingkungannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi toksisitas akut Pyretroid sintetik perlukuan kontrol dengan cara mengukur persentase kematian benih ikan mas dalam suatu lingkungan. Analisis data yang digunakan untuk menentukan nilai LC 50 48 jam pada penelitian kali ini adalah Analisis Probit. Uji kuantitatif yang pertama kali dilakukan adalah uji toksisitas akut, karena uji ini dapat memperkirakan LC 50, sehingga bisa diketahui seberapa besar konsentrasi zat toksik yang bisa mengakibatkan makhluk hidup yang ada didalamnya mati. Uji toksisitas akut bahan toksik Pyretroid Sintetis selama 48 jam pada hewan uji benih ikan mas (Cyrprinus carpio) dengan konsentrasi 0 ppm, 0.25 ppm, dan 0.75 ppm didapatkan data rata-rata persentase mortalitas pada hewan uji benih ikan mas yaitu 0.6%,10%,9%, dan 8%. Presentase yang seharusnya semakin tinggi konsentrasi suatu bahan toksik selama pemaparan maka akan semakin tinggi mortalitasnya, namun pada hasil uji penlitian ini didapatkan hasil yang tidak berurutan, hal tersebut terjadi mungkin dikarenakan adanya kesalahan pada proses perhitungan maupun pengujian. Kata kunci : Analisis Probit, LC 50 , Lingkungan, Mortalitas, Pyretroid sintetik. ABSTRACT 1

description

Ditujukan Untuk Tugas Ekotoksitologi

Transcript of Laporan Akhir Penelitian Ekotoks (Lethal)

Page 1: Laporan Akhir Penelitian Ekotoks (Lethal)

UJI TOKSISITAS AKUT LC50-24 JAM DENGAN PYRETROID PADA BENIH IKAN MAS (Cyprinus carpio)

TEST ACUTE TOXICITY LC50-24 HOURS WITH PYRETROID ON SEEDS CARP( Cyprinus Carpio )

Abduyana Purwidyo, Indah Nurwulan, Muchamad Zais SyahriFakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Padjadjaran, Jatinangor.

Email: [email protected]

ABSTRAK

Kehidupan mahluk hidup tergantung dari apa yang terjadi di lingkungannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi toksisitas akut Pyretroid sintetik perlukuan kontrol dengan cara mengukur persentase kematian benih ikan mas dalam suatu lingkungan. Analisis data yang digunakan untuk menentukan nilai LC50 48 jam pada penelitian kali ini adalah Analisis Probit. Uji kuantitatif yang pertama kali dilakukan adalah uji toksisitas akut, karena uji ini dapat memperkirakan LC50, sehingga bisa diketahui seberapa besar konsentrasi zat toksik yang bisa mengakibatkan makhluk hidup yang ada didalamnya mati. Uji toksisitas akut bahan toksik Pyretroid Sintetis selama 48 jam pada hewan uji benih ikan mas (Cyrprinus carpio) dengan konsentrasi 0 ppm, 0.25 ppm, dan 0.75 ppm didapatkan data rata-rata persentase mortalitas pada hewan uji benih ikan mas yaitu 0.6%,10%,9%, dan 8%. Presentase yang seharusnya semakin tinggi konsentrasi suatu bahan toksik selama pemaparan maka akan semakin tinggi mortalitasnya, namun pada hasil uji penlitian ini didapatkan hasil yang tidak berurutan, hal tersebut terjadi mungkin dikarenakan adanya kesalahan pada proses perhitungan maupun pengujian.

Kata kunci : Analisis Probit, LC50, Lingkungan, Mortalitas, Pyretroid sintetik.

ABSTRACT

Life living creatures depends on what happened in the area. This experiment attempts to examine the potential toxicity acute pyretroid synthetic control by way to measure the percentage death seed carp in an environment. Data analysis used to determine the value lc50 48 hours in lab work this time was analysis probit. The quantitative first time done by is test acute toxicity, because the probe can estimate that lc50, so that it can known how big concentration of a toxic who could cause the living creatures which are in it dead. Test acute toxicity material toxic pyretroid synthetic for 48 hours in animals test seed carp (Cyrprinus carpio) by concentration of the 0 ppm, 0.25 ppm, and 0.75 ppm obtained the average data the percentage mortalitas in animals test seed carp namely 0.6 %, 10 %, 9 %, and 8 % .The percentage that is supposed to the higher concentration an ingredient toxic for exposure to the more high mortalitas.

Keywords : Environment, LC50, Mortalitas, Probit analysis, Pyretroid synthetic.

1

Page 2: Laporan Akhir Penelitian Ekotoks (Lethal)

PENDAHULUAN

2

Page 3: Laporan Akhir Penelitian Ekotoks (Lethal)

Kehidupan mahluk hidup

tergantung dari apa yang terjadi di

lingkunganya. Lingkungan yang bebas

mudah dimasuki bahan-bahan yang tidak

diketahui misalnya Limbah. Toksikologi

adalah ilmu yang mempelajari proses

peracunan atau sifat-sifat bahan racun dan

pengaruhnya terhadap mahluk hidup. Ilmu

yang mempelajari mengenai proses

peracunan yang terjadi di lingkungan

disebut ekotoksikologi. Ekotoksigologi

merupakan cabang ilmu dari Toksikologi.

Wilayah perairan adalah zona

bebas dimana banyak effluent yang masuk

baik secara langsung melalui pipa-pipa

pembuangan atau run off dari aliran bawah

tanah. Banyak zat-zat kimia yang masuk ke

sungai diantaranya adalah dari limbah-

limbah industri yang banyak memakai

bahan kimia, atau limbah dari kegiatan

akuakultur yang biasanya menghasilkan

limbah bahan-bahan organik. Zat-zat

tersebut diatas dapat menimbulkan efek

terhadap perairan tempat pembuangan

limbah tersebut. Efek yang ada dapat

mengakibatkan kualitas suatu perairan

menurun atau efek terhadap organisme air

yang terpapar langsung dengan zat racun

yang terlarut di perairan. Efek keracunan

yang terjadi dapat bersifat akut, sub-akut,

khronis, delayed. Hal ini ditentukan oleh

waktu, lokasi organ (lokal/sistemik).

Kemampuan racun untuk menimbulkan

kerusakan apabila masuk kedalam tubuh

dan lokasi organ yang rentan disebut

toksisitas.

Toksisitas adalah suatu keadaan

yang menandakan adanya efek

toksik/racun yang terdapat pada bahan

sebagai sediaan single dose atau campuran.

Toksisitas akut ini diteliti pada hewan

percobaan yang menunjukkan evaluasi

keamanan dari kandungan kimia untuk

penggunaan produk rumah tangga, bahan

tambahan makanan, kosmetik, obat-obatan,

(Deisy dkk, 2010). Jumlah kematian hewan

uji dipakai sebagai ukuran untuk efek

toksik suatu bahan (kimia) pada

sekelompok hewan uji. Jika dalam hal ini

hewan uji dipandang sebagai subjek,

respon berupa kematian tersebut

merupakan suatu respon diskretik. Ini

berarti hanya ada dua macam respon yaitu

ada atau tidak ada kematian (Deisy dkk,

2010).

Limbah yang masuk ke perairan,

salah satunya adalah limbah yang berasal

dari pertanian yakni pestisida. Pestisida

merupakan suatu substansi kimia dan

bahan lain serta jasad renik dan virus yang

digunakan untuk memberantas ataupun

mencegah hama. Pada umumnya pestisida

yang digunakan bukan hanya dalam

pertanian saja namun juga diperlukan

dalam bidang kesehatan dan rumah tangga

yaitu untuk mengendalikan vektor penyakit

manusia dan binatang yang mengganggu

kenyamanan lingkungan dalam bidang

Page 4: Laporan Akhir Penelitian Ekotoks (Lethal)

perumahan terutama untuk pengendalian

rayap atau gangguan serangga yang lain.

Pestisida tersebut walaupun sangat

berguna, namun disisi lain tanpa disadari

akan menimbulkan dampak yang negatif

seperti timbulnya keracunan pestisida.

Meskipun bahan kimia tersebut hanya

dimaksudkan untuk mematikan suatu jenis

hama tertentu tetapi pada hakekatnya

bersifat racun untuk semua mahluk hidup.

Berdasarkan dari kegunaannya,

pestisida dapat digolongkan berdasarkan

sifatnya, berdasarkan sasaran, berdasarkan

cara kerjanya atau efek keracunannya dan

berdasarkan struktur kimia. Berdasarkan

struktur kimianya, pestisida dapat

dibedakan menjadi 4 yaitu organoklorin,

organofosfat, karbamat, dan pyretroid

sintetik.

Piretroid berasal dari piretrum

diperoleh dari bunga Chrysanthemum

cinerariaefolium. Insektisida tanaman lain

adalah nikotin yang sangat toksik secara

akut dan bekerja pada susunan saraf.

Piretrum mempunyai toksisitas rendah

pada manusia tetapi dapat menimbulkan

alergi pada orang yang peka.

Efek dari pencemaran yang berasal

dari bahan toksik dapat berakibat

kerusakan organ-organ pada makhluk

hidup ataupun menyebabkan kematian.

Bahan-bahan toksik tersebut dapat bersifat

akut dan bersifat kronis. Sifat akut ini

adalah gangguan yang timbul oleh

pencemar dalam waktu yang relatif

singkat, bila dosis/konsentrasi cukup besar,

sementara sifat kronis yaitu gangguan yang

timbul dalam jangka waktu yang cukup

lama, bila dosis/konsentrasi relatif rendah.

Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui potensi toksisitas akut

Pyretroid sintetik perlukuan kontrol

dengan cara mengukur persentase

kematian benih ikan mas. Dalam penelitian

ini, juga bertujuan untuk mengetahui

sejauh mana efek dari bahan pencemar,

maka perlu diadakannya uji toksisitas

kuantitatif. Uji kuantitatif yang pertama

kali dilakukan adalah uji toksisitas akut.

Karena uji ini dapat memperkirakan LC50,

sehingga bisa diketahui seberapa besar

konsentrasi zat toksik yang bisa

mengakibatkan makhluk hidup yang ada

didalamnya mati.

Perlu diperhatikan dalam uji

toksisitas kuantitatif akut adalah hewan uji,

yang harus memiliki bebarapa kriteria

diantaranya adalah hewan yang peka

terhadap perubahan lingkungan, dan peka

terhadap bahan racun disekitarnya

sehingga tidak ditemui beberapa kendala.

Menurut Ratningsih (2008) Ikan Mas

memiliki sensitivitas yang tinggi terhadap

pencemaran sehingga secara internasional

ikan mas dapat menjadi bioindikator

pencemaran perairan. Kepekaan ikan mas

terhadap perubahan lingkungan ditandai

dengan berbagai cara, salah satunya adalah

Page 5: Laporan Akhir Penelitian Ekotoks (Lethal)

dengan melihat jumlah kematian ikan

dalam suatu populasi.

DATA DAN PENDEKATAN

Penelitian ini dilakukan di

Laboratorium Manajemen Sumberdaya

Perairan FPIK UNPAD pada tanggal 4

November 2015. Pada penelitian ini,

prosedur yang digunakan Uji toksisitas

akut terhadap benih ikan mas yaitu

pertama disiapkan benih ikan mas dan

diawali dengan aklimatisasi benih selama 3

hari. Tahap kedua, dalam toples yang telah

diisi air medium sebanyak 3 liter

dimasukkan masingmasing 10 ekor benih

dengan menggunakan saringan. Tahap

ketiga, dengan menggunakan Micropippet,

bahan uji toksik diantaranya uji

Organofosfat/Karbamat/Piretroid sintetik.

Dengan variasi konsentrasi yang masing-

masing telah ditentukan, dimasukkan ke

dalam toples, namun untuk perlakuan

kontrol tidak ditambahkan konsentrasi

apapun. Tahap selanjutnya, Pengamatan

dilakukan selama 24 jam dengan selang

pengamatan 15 menit, 30 menit, 1 jam, 2

jam, 4 jam, 8 jam, 16 jam, 24 jam, 36 jam

dan 48 jam. Mortalitas diamati dengan cara

menghitung jumlah benih yang yang mati.

Untuk perhitungan pada proses

analisis data yang digunakan untuk

menentukan nilai LC50 24 jam pada

penelitian kali ini adalah Analisis Probit

yang mengacu pada Hubert (1979) yaitu

Hubungan nilai logaritma konsentrasi

bahan toksik uji dan nilai Probit dari

persentase mortalitas hewan uji merupakan

fungsi linear Y = a + bx. Nilai LC50-24

diperoleh dari anti log m, dimana m

merupakan logaritma konsentrasi bahan

toksik pada Y = 5, yaitu nilai Probit 50%

hewan uji, sehingga persamaan regresi

menjadi :

HASIL DAN DISKUSI

Dalam pengujian toksisitas akut

pada benih ikan mas bahan toksik yang

digunakan adalah dari pestisida dari jenis

Pyretroid Sintetik, didapatkan data

mortalitas pada hewan uji benih ikan mas

dengan waktu pemaparan 24 jam dapat

dilihat pada tabel 1 sebagai berikut :

Tabel 1. Pengamatan Uji Toksisitas Akut Benih Ikan Mas dengan Pemaparan Bahan Toksik Pyretroid Sintetik 0 ppm (Kontrol).

Waktu Dedah Mortalitas Survival Rate (%)

m= 5 – a b

Page 6: Laporan Akhir Penelitian Ekotoks (Lethal)

15 Menit - 100 %

30 Menit - 100 %

1 Jam - 100 %

2 Jam - 100 %

4 Jam - 100 %

8 Jam - 100 %

16 Jam - 100 %

24 Jam - 100 %

36 Jam - 100 %

48 Jam - 100 %

Rata-rata 0 100 %

Dari data di atas didapatkan hasil

rata-rata mortalitas dan survival rate yang

dihasilkan dari uji toksisitas akut pada

benih ikan mas (Cyprinus carpio) dengan

perlakuan penambahan Pyretroid Sintetis

0% yang berarti tidak ada penambahan

bahan toksik (0 ppm) atau sebagai kontrol.

Pada penelitian lain di lakukan

penambahan pyretroid sintetik dengan

konsentrasi yang diberikan antara lain 0,25

ppm, 0.5 ppm, dan 0.75 ppm.

Pada uji toksik dengan konsentrasi

0 ppm (kontrol) tidak terdapat kematian

pada hewan uji atau mortalitas yang

didapatkan 0% sehingga mendapatkan

survival rate (SR) sebesar 100%.

Pengamatan yang dilakukan pada uji

toksisitas akut pada benih ikan mas, hanya

mengamati mortalitas benih ikan mas yang

dilakukan selama 24 jam tanpa diberikan

pakan dengan jumlah ikan uji sebanyak 10

ekor.

Sebelum dimasukkan ikan dan

diberi perlakuan penambahan bahan toksik

air pada akuarium harus di aerasi terlebih

dahulu, pemberian aerasi itu sendiri

bertujuan agar diperoleh hasil yang lebih

akurat karena efek yang terjadi betul-betul

disebabkan oleh bahan uji (senyawa kimia,

air limbah, dan lain-lain), bukan karena

kekurangan oksigen selama masa

pengujian. Setelah diketahui mortalitas dari

benih ikan mas yang diberikan perlakuan

penambahan pyretroid sintetik sebanyak 0

ppm (kontrol) dilanjutkan dengan

melakukan uji toksisitas kuantitatif untuk

mengetahui seberapa besar efek yang

ditimbulkan dari bahan pencemar bagi

benih ikan mas dengan memperkirakan

Lethal Consentration (LC50) yang setelah

itu didapatkan besar konsentrasi dari zat

Page 7: Laporan Akhir Penelitian Ekotoks (Lethal)

toksik yang di gunakan dalam uji tersebut.

LC50 (Median Lethal Concentration) yaitu

konsentrasi yang  menyebabkan kematian

sebanyak 50%  dari organisme uji yang

dapat diestimasi dengan grafik dan

perhitungan, pada suatu waktu

pengamatan tertentu, misalnya LC50 48

jam, LC50 96 jam (Dhahiyat dan

Djuangsih 1997 diacu dalam Rossiana

2006)  sampai waktu hidup hewan uji.

Untuk mengetahui nilai LC-50

digunakan uji static. Ada dua tahapan

dalam penelitian (Rossiana 2006), yaitu

Uji Pendahuluan., untuk menentukan batas

kritis konsentrasi yaitu konsentrasi yang

dapat menyebabkan kematian terbesar

mendekati 50% dan kematian terkecil

mendekati 50%. Uji Lanjutan.,setelah

diketahui batas kritis, selanjutnya

ditentukan konsentrasi akut berdasarkan

seri logaritma konsentrasi yang

dimodifikasi oleh Rochini dkk (1982)

diacu dalam Rossiana (2006). Uji

kuantitatif yang dilakukan pada penelitian

ini yaitu uji toksisitas akut, karena uji ini

dapat memperkirakan LC50. Dan dapat

diketahui seberapa besar konsentrasi bahan

toksik yang dapat mengakibatkan kematian

hewan uji di dalamnya.

Berdasarkan data tersebut dapat

dilihat bahwa rata-rata persentase

mortalitas hewan uji tidak sesuai dengan

prinsip dasar bahwa semakin

meningkatnya konsentrasi bahan toksik

yang digunakan makan semakin

banyaknya jumlah mortalitas hewan uji.

Hal tersebut dapat di lihat dari rata-rata

mortalitas yang didapatkan dari masing-

masing konsentrasi yang diberikan, di

awali dengan rata-rata 9% untuk

konsentrasi 0.25 ppm, 7 % untuk

konsentrasi 0.5 ppm, dan 7% untuk

konsentrasi 0.75 ppm. Hal tersebut terjadi

mungkin dikarenakan adanya kesalahan

dalam perhitungan maupun kesalahan

pengujian. Hasil pemaparan bahan toksik

pyretroid selama 24 jam pada hewan uji

benih ikan mas (Cyprinus carpio) dengan

konsentrasi 0 ppm, 0.25 ppm, 0.5 ppm, dan

0.75 ppm didapatkan data mortalitas

sebagai berikut :

Tabel 2. Data Persentase Mortalitas Benih Ikan Mas Setelah Pemaparan 24 jam Bahan Toksik Pyretroid Sintetis.

Page 8: Laporan Akhir Penelitian Ekotoks (Lethal)

Bahan

ToksikKonsentrasi

Organisme yang MatiRerata

I II III

Pyretroid

Kontrol 2 0 0 0.6

0.25 ppm 10 10 10 10

0.5 ppm 10 9 10 9

0.75 ppm 10 6 8 8

Gambar 1. Grafik Mortalitas Benih ikan mas setelah pemaparan 24 jam bahan toksik pyretroid sintetis.

Untuk mendapatkan nilai

konsentrasi dari LC50 diperlukan

perhitungan dengan menggunakan

software EPA PROBIT (European

Protection Agency). Perhitungan dengan

menggunakan epa probit diperlukan data

mortalitas dari hewan uji yang disebabkan

oleh penambahan bahan toksik pyretroid

sintetis, untuk perlakuan kontrol atau

konsentrasi bahan toksik sebesar 0 ppm

jumlah mortalitas harus = 0 untuk

mendapatkan nilai konsentrasi pada

perhitungan epa probit. Pada data yang

didapatkan terdapat 2 ikan yang mati pada

data penelitian lain yang sehingga tidak

mendapatkan nilai konsentrasi pada

perhitungan menggunakan EPA Probit atau

dengan kata lain eror. Terjadinya stress

ikan pada saat pengambilan ikan pada bak

fiber, merupakan salah satu hal yang

memungkinkan terjadinya kematian pada

hewan uji dengan perlakuan kontrol dan

adanya kesalahan dalam perhitungan

maupun pengujian yang dilakukan para

praktikan. Untuk perlakuan kontrol

seharusnya tidak ada terjadinya mortalitas

karena tidak ada tambahan bahan toksik.

Page 9: Laporan Akhir Penelitian Ekotoks (Lethal)

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian uji

toksisitas akut bahan toksik Pyretroid

Sintetis selama 48 jam pada hewan uji

benih ikan mas (Cyrprinus carpio) dengan

konsentrasi 0 ppm, 0.25 ppm, dan 0.75

ppm didapatkan data rata-rata persentase

mortalitas pada hewan uji benih ikan mas

yaitu 0.6%,10%,9%, dan 8%. Presentase

yang seharusnya semakin tinggi

konsentrasi suatu bahan toksik selama

pemaparan maka akan semakin tinggi

mortalitasnya, namun pada hasil uji

penelitian ini didapatkan hasil yang tidak

berurutan, hal tersebut terjadi mungkin

dikarenakan adanya kesalahan pada proses

perhitungan maupun pengujian.

UCAPAN TERIMAKASIH

Pada kesempatan kali ini, praktikan

mengucapkan terima kasih kepada Tim

Dosen terutama Pak Mochamad Untung

K. Agung, S.Kel. M.Si dan kepada Tim

Asisten laboratorium dan kepada rekan –

rekan semua pihak yang telah membantu

dalam pembuatan jurnal penelitian

ekotoksikologi mengenai uji toksisitas

merkuri.

DAFTAR PUSTAKA

Connell, D. W. Kimia dan Ekotoksikologi

Darmono. 1995. Logam dalam Sidstem Biologi Makhluk Hidup. UI Press, Jakarta.

Darmono. 2001. Lingkungan Hidup dan Pencemaran: Hubungannya dengan Toksikologi Senyawa Logam. UI Press. Jakarta.

Deisy dkk. 2010. Uji Toksisitas Oli BekasTerhadap Tanaman Kacang Hijau. Program studi pendidikan biologi Universitas Ahmad Dahlan. Yogyakarta.

Effendi, H. Telaah Kualitas Air: Bagi

Pengelolaan Sumberdaya dan Pengelolaan Lingkungan Perairan. Yogyakarta: Kanisius, 2003.

FAO, 1971. Pollution An International Problem For Fisheries. Fishery Resources Division, Rome. 85 p.

Hamidah. 1980. Pengaruh Logam Berat Terhadap Lingkungan di Dalam Pewarta. Oseana, No: ZN I,. Halaman 15-19, Jakarta, LON.

Mudjiman A., 1989. Udang Renik Air Asin(Artemia salina). Bharatara, Jakarta.Pencemaran. Jakarta: UI Press, (1995): 1-76.ress.com/2010/10/daphnia.pdf (Diakses pada 20.02)

Page 10: Laporan Akhir Penelitian Ekotoks (Lethal)

LAMPIRAN

Lampiran 1. Dokumentasi Penelitian

Alat dan Bahan Penelitian Alat dan Bahan Penelitian

Aerasi Pada Akuarium Ikan Sebagai Bahan Penelitian

Page 11: Laporan Akhir Penelitian Ekotoks (Lethal)

Lampiran 2. Rekapitulasi Data Lc50-24 Jam

Lampiran 3. Rekapitulasi Data Lc50-24 Jam

Catatan: Jumlah organisme uji keseluruhan adalah 30 ekor untuk semua bahan toksik,

kecuali untuk kelompok yang menggunakan bahan toksik karbamat jumlah organisme uji

adalah 20 ekor (karena konsentrasi karbamat yang digunakan adalah seperseratus dari

konsentrasi awal yang telah ditentukan). Sehingga data kelas perikanan A yang menggunakan

Rekapitulasi Data Lc50-24 Jam

Kelompok Bahan Toksik KonsentrasiOrganisme yang

MatiI II III

1

Organofosfat

Kontrol 0 0 62 2.5 ppm 8 10 103 5.5 ppm 9 10 104 7.5 ppm 10 10 105

karbamat

Kontrol - 1 06 0.025 ppm - 7 97 0.05 ppm - 10 108 0.075 ppm - 5 69

Pyretroid

Kontrol 2 0 010 0.25 ppm 10 10 1011 0.5 ppm 10 9 1012 0.75 ppm 10 6 813

Organofosfat +Karbamat

Kontrol 0 0 014 5 ppm 10 1 1015 10 ppm 10 10 916 15 ppm 10 10 1017

Organofosfat + Karbamat

Kontrol 0 0 818 0.25 ppm 10 10 1019 1.5 ppm 10 8 1020 3 ppm 10 3 10

Keterangan :I = Perlakuan Kelas AII = Perlakuan Kelas BIII = Perlakuan Kelas Kelautan

disiapkan benih ikan mas, aklimatisasi selama 3 hari

diisi toples dengan air sebanyak 3 liter

dimasukkan 10 ekor benih ikan mas ke dalam toples

dimasukan organofosfat dengan konsentrasi 7,5 ppm ke dalam toples,

menggunakan mikropippet.

diamati selama 24 jam

dihitung jumlah benih ikan yang mati

Page 12: Laporan Akhir Penelitian Ekotoks (Lethal)

bahan toksik karbamat tidak perlu dimasukkan karena perikanan A menggunakan konsentrasi

bahan toksik karbamat sebesar sepersepuluh dari konsentrasi awal.