Laporan Akhir Penelitian Ekotoks (Lethal)
-
Upload
muchamad-zais-syahri -
Category
Documents
-
view
35 -
download
0
description
Transcript of Laporan Akhir Penelitian Ekotoks (Lethal)
UJI TOKSISITAS AKUT LC50-24 JAM DENGAN PYRETROID PADA BENIH IKAN MAS (Cyprinus carpio)
TEST ACUTE TOXICITY LC50-24 HOURS WITH PYRETROID ON SEEDS CARP( Cyprinus Carpio )
Abduyana Purwidyo, Indah Nurwulan, Muchamad Zais SyahriFakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Padjadjaran, Jatinangor.
Email: [email protected]
ABSTRAK
Kehidupan mahluk hidup tergantung dari apa yang terjadi di lingkungannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi toksisitas akut Pyretroid sintetik perlukuan kontrol dengan cara mengukur persentase kematian benih ikan mas dalam suatu lingkungan. Analisis data yang digunakan untuk menentukan nilai LC50 48 jam pada penelitian kali ini adalah Analisis Probit. Uji kuantitatif yang pertama kali dilakukan adalah uji toksisitas akut, karena uji ini dapat memperkirakan LC50, sehingga bisa diketahui seberapa besar konsentrasi zat toksik yang bisa mengakibatkan makhluk hidup yang ada didalamnya mati. Uji toksisitas akut bahan toksik Pyretroid Sintetis selama 48 jam pada hewan uji benih ikan mas (Cyrprinus carpio) dengan konsentrasi 0 ppm, 0.25 ppm, dan 0.75 ppm didapatkan data rata-rata persentase mortalitas pada hewan uji benih ikan mas yaitu 0.6%,10%,9%, dan 8%. Presentase yang seharusnya semakin tinggi konsentrasi suatu bahan toksik selama pemaparan maka akan semakin tinggi mortalitasnya, namun pada hasil uji penlitian ini didapatkan hasil yang tidak berurutan, hal tersebut terjadi mungkin dikarenakan adanya kesalahan pada proses perhitungan maupun pengujian.
Kata kunci : Analisis Probit, LC50, Lingkungan, Mortalitas, Pyretroid sintetik.
ABSTRACT
Life living creatures depends on what happened in the area. This experiment attempts to examine the potential toxicity acute pyretroid synthetic control by way to measure the percentage death seed carp in an environment. Data analysis used to determine the value lc50 48 hours in lab work this time was analysis probit. The quantitative first time done by is test acute toxicity, because the probe can estimate that lc50, so that it can known how big concentration of a toxic who could cause the living creatures which are in it dead. Test acute toxicity material toxic pyretroid synthetic for 48 hours in animals test seed carp (Cyrprinus carpio) by concentration of the 0 ppm, 0.25 ppm, and 0.75 ppm obtained the average data the percentage mortalitas in animals test seed carp namely 0.6 %, 10 %, 9 %, and 8 % .The percentage that is supposed to the higher concentration an ingredient toxic for exposure to the more high mortalitas.
Keywords : Environment, LC50, Mortalitas, Probit analysis, Pyretroid synthetic.
1
PENDAHULUAN
2
Kehidupan mahluk hidup
tergantung dari apa yang terjadi di
lingkunganya. Lingkungan yang bebas
mudah dimasuki bahan-bahan yang tidak
diketahui misalnya Limbah. Toksikologi
adalah ilmu yang mempelajari proses
peracunan atau sifat-sifat bahan racun dan
pengaruhnya terhadap mahluk hidup. Ilmu
yang mempelajari mengenai proses
peracunan yang terjadi di lingkungan
disebut ekotoksikologi. Ekotoksigologi
merupakan cabang ilmu dari Toksikologi.
Wilayah perairan adalah zona
bebas dimana banyak effluent yang masuk
baik secara langsung melalui pipa-pipa
pembuangan atau run off dari aliran bawah
tanah. Banyak zat-zat kimia yang masuk ke
sungai diantaranya adalah dari limbah-
limbah industri yang banyak memakai
bahan kimia, atau limbah dari kegiatan
akuakultur yang biasanya menghasilkan
limbah bahan-bahan organik. Zat-zat
tersebut diatas dapat menimbulkan efek
terhadap perairan tempat pembuangan
limbah tersebut. Efek yang ada dapat
mengakibatkan kualitas suatu perairan
menurun atau efek terhadap organisme air
yang terpapar langsung dengan zat racun
yang terlarut di perairan. Efek keracunan
yang terjadi dapat bersifat akut, sub-akut,
khronis, delayed. Hal ini ditentukan oleh
waktu, lokasi organ (lokal/sistemik).
Kemampuan racun untuk menimbulkan
kerusakan apabila masuk kedalam tubuh
dan lokasi organ yang rentan disebut
toksisitas.
Toksisitas adalah suatu keadaan
yang menandakan adanya efek
toksik/racun yang terdapat pada bahan
sebagai sediaan single dose atau campuran.
Toksisitas akut ini diteliti pada hewan
percobaan yang menunjukkan evaluasi
keamanan dari kandungan kimia untuk
penggunaan produk rumah tangga, bahan
tambahan makanan, kosmetik, obat-obatan,
(Deisy dkk, 2010). Jumlah kematian hewan
uji dipakai sebagai ukuran untuk efek
toksik suatu bahan (kimia) pada
sekelompok hewan uji. Jika dalam hal ini
hewan uji dipandang sebagai subjek,
respon berupa kematian tersebut
merupakan suatu respon diskretik. Ini
berarti hanya ada dua macam respon yaitu
ada atau tidak ada kematian (Deisy dkk,
2010).
Limbah yang masuk ke perairan,
salah satunya adalah limbah yang berasal
dari pertanian yakni pestisida. Pestisida
merupakan suatu substansi kimia dan
bahan lain serta jasad renik dan virus yang
digunakan untuk memberantas ataupun
mencegah hama. Pada umumnya pestisida
yang digunakan bukan hanya dalam
pertanian saja namun juga diperlukan
dalam bidang kesehatan dan rumah tangga
yaitu untuk mengendalikan vektor penyakit
manusia dan binatang yang mengganggu
kenyamanan lingkungan dalam bidang
perumahan terutama untuk pengendalian
rayap atau gangguan serangga yang lain.
Pestisida tersebut walaupun sangat
berguna, namun disisi lain tanpa disadari
akan menimbulkan dampak yang negatif
seperti timbulnya keracunan pestisida.
Meskipun bahan kimia tersebut hanya
dimaksudkan untuk mematikan suatu jenis
hama tertentu tetapi pada hakekatnya
bersifat racun untuk semua mahluk hidup.
Berdasarkan dari kegunaannya,
pestisida dapat digolongkan berdasarkan
sifatnya, berdasarkan sasaran, berdasarkan
cara kerjanya atau efek keracunannya dan
berdasarkan struktur kimia. Berdasarkan
struktur kimianya, pestisida dapat
dibedakan menjadi 4 yaitu organoklorin,
organofosfat, karbamat, dan pyretroid
sintetik.
Piretroid berasal dari piretrum
diperoleh dari bunga Chrysanthemum
cinerariaefolium. Insektisida tanaman lain
adalah nikotin yang sangat toksik secara
akut dan bekerja pada susunan saraf.
Piretrum mempunyai toksisitas rendah
pada manusia tetapi dapat menimbulkan
alergi pada orang yang peka.
Efek dari pencemaran yang berasal
dari bahan toksik dapat berakibat
kerusakan organ-organ pada makhluk
hidup ataupun menyebabkan kematian.
Bahan-bahan toksik tersebut dapat bersifat
akut dan bersifat kronis. Sifat akut ini
adalah gangguan yang timbul oleh
pencemar dalam waktu yang relatif
singkat, bila dosis/konsentrasi cukup besar,
sementara sifat kronis yaitu gangguan yang
timbul dalam jangka waktu yang cukup
lama, bila dosis/konsentrasi relatif rendah.
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui potensi toksisitas akut
Pyretroid sintetik perlukuan kontrol
dengan cara mengukur persentase
kematian benih ikan mas. Dalam penelitian
ini, juga bertujuan untuk mengetahui
sejauh mana efek dari bahan pencemar,
maka perlu diadakannya uji toksisitas
kuantitatif. Uji kuantitatif yang pertama
kali dilakukan adalah uji toksisitas akut.
Karena uji ini dapat memperkirakan LC50,
sehingga bisa diketahui seberapa besar
konsentrasi zat toksik yang bisa
mengakibatkan makhluk hidup yang ada
didalamnya mati.
Perlu diperhatikan dalam uji
toksisitas kuantitatif akut adalah hewan uji,
yang harus memiliki bebarapa kriteria
diantaranya adalah hewan yang peka
terhadap perubahan lingkungan, dan peka
terhadap bahan racun disekitarnya
sehingga tidak ditemui beberapa kendala.
Menurut Ratningsih (2008) Ikan Mas
memiliki sensitivitas yang tinggi terhadap
pencemaran sehingga secara internasional
ikan mas dapat menjadi bioindikator
pencemaran perairan. Kepekaan ikan mas
terhadap perubahan lingkungan ditandai
dengan berbagai cara, salah satunya adalah
dengan melihat jumlah kematian ikan
dalam suatu populasi.
DATA DAN PENDEKATAN
Penelitian ini dilakukan di
Laboratorium Manajemen Sumberdaya
Perairan FPIK UNPAD pada tanggal 4
November 2015. Pada penelitian ini,
prosedur yang digunakan Uji toksisitas
akut terhadap benih ikan mas yaitu
pertama disiapkan benih ikan mas dan
diawali dengan aklimatisasi benih selama 3
hari. Tahap kedua, dalam toples yang telah
diisi air medium sebanyak 3 liter
dimasukkan masingmasing 10 ekor benih
dengan menggunakan saringan. Tahap
ketiga, dengan menggunakan Micropippet,
bahan uji toksik diantaranya uji
Organofosfat/Karbamat/Piretroid sintetik.
Dengan variasi konsentrasi yang masing-
masing telah ditentukan, dimasukkan ke
dalam toples, namun untuk perlakuan
kontrol tidak ditambahkan konsentrasi
apapun. Tahap selanjutnya, Pengamatan
dilakukan selama 24 jam dengan selang
pengamatan 15 menit, 30 menit, 1 jam, 2
jam, 4 jam, 8 jam, 16 jam, 24 jam, 36 jam
dan 48 jam. Mortalitas diamati dengan cara
menghitung jumlah benih yang yang mati.
Untuk perhitungan pada proses
analisis data yang digunakan untuk
menentukan nilai LC50 24 jam pada
penelitian kali ini adalah Analisis Probit
yang mengacu pada Hubert (1979) yaitu
Hubungan nilai logaritma konsentrasi
bahan toksik uji dan nilai Probit dari
persentase mortalitas hewan uji merupakan
fungsi linear Y = a + bx. Nilai LC50-24
diperoleh dari anti log m, dimana m
merupakan logaritma konsentrasi bahan
toksik pada Y = 5, yaitu nilai Probit 50%
hewan uji, sehingga persamaan regresi
menjadi :
HASIL DAN DISKUSI
Dalam pengujian toksisitas akut
pada benih ikan mas bahan toksik yang
digunakan adalah dari pestisida dari jenis
Pyretroid Sintetik, didapatkan data
mortalitas pada hewan uji benih ikan mas
dengan waktu pemaparan 24 jam dapat
dilihat pada tabel 1 sebagai berikut :
Tabel 1. Pengamatan Uji Toksisitas Akut Benih Ikan Mas dengan Pemaparan Bahan Toksik Pyretroid Sintetik 0 ppm (Kontrol).
Waktu Dedah Mortalitas Survival Rate (%)
m= 5 – a b
15 Menit - 100 %
30 Menit - 100 %
1 Jam - 100 %
2 Jam - 100 %
4 Jam - 100 %
8 Jam - 100 %
16 Jam - 100 %
24 Jam - 100 %
36 Jam - 100 %
48 Jam - 100 %
Rata-rata 0 100 %
Dari data di atas didapatkan hasil
rata-rata mortalitas dan survival rate yang
dihasilkan dari uji toksisitas akut pada
benih ikan mas (Cyprinus carpio) dengan
perlakuan penambahan Pyretroid Sintetis
0% yang berarti tidak ada penambahan
bahan toksik (0 ppm) atau sebagai kontrol.
Pada penelitian lain di lakukan
penambahan pyretroid sintetik dengan
konsentrasi yang diberikan antara lain 0,25
ppm, 0.5 ppm, dan 0.75 ppm.
Pada uji toksik dengan konsentrasi
0 ppm (kontrol) tidak terdapat kematian
pada hewan uji atau mortalitas yang
didapatkan 0% sehingga mendapatkan
survival rate (SR) sebesar 100%.
Pengamatan yang dilakukan pada uji
toksisitas akut pada benih ikan mas, hanya
mengamati mortalitas benih ikan mas yang
dilakukan selama 24 jam tanpa diberikan
pakan dengan jumlah ikan uji sebanyak 10
ekor.
Sebelum dimasukkan ikan dan
diberi perlakuan penambahan bahan toksik
air pada akuarium harus di aerasi terlebih
dahulu, pemberian aerasi itu sendiri
bertujuan agar diperoleh hasil yang lebih
akurat karena efek yang terjadi betul-betul
disebabkan oleh bahan uji (senyawa kimia,
air limbah, dan lain-lain), bukan karena
kekurangan oksigen selama masa
pengujian. Setelah diketahui mortalitas dari
benih ikan mas yang diberikan perlakuan
penambahan pyretroid sintetik sebanyak 0
ppm (kontrol) dilanjutkan dengan
melakukan uji toksisitas kuantitatif untuk
mengetahui seberapa besar efek yang
ditimbulkan dari bahan pencemar bagi
benih ikan mas dengan memperkirakan
Lethal Consentration (LC50) yang setelah
itu didapatkan besar konsentrasi dari zat
toksik yang di gunakan dalam uji tersebut.
LC50 (Median Lethal Concentration) yaitu
konsentrasi yang menyebabkan kematian
sebanyak 50% dari organisme uji yang
dapat diestimasi dengan grafik dan
perhitungan, pada suatu waktu
pengamatan tertentu, misalnya LC50 48
jam, LC50 96 jam (Dhahiyat dan
Djuangsih 1997 diacu dalam Rossiana
2006) sampai waktu hidup hewan uji.
Untuk mengetahui nilai LC-50
digunakan uji static. Ada dua tahapan
dalam penelitian (Rossiana 2006), yaitu
Uji Pendahuluan., untuk menentukan batas
kritis konsentrasi yaitu konsentrasi yang
dapat menyebabkan kematian terbesar
mendekati 50% dan kematian terkecil
mendekati 50%. Uji Lanjutan.,setelah
diketahui batas kritis, selanjutnya
ditentukan konsentrasi akut berdasarkan
seri logaritma konsentrasi yang
dimodifikasi oleh Rochini dkk (1982)
diacu dalam Rossiana (2006). Uji
kuantitatif yang dilakukan pada penelitian
ini yaitu uji toksisitas akut, karena uji ini
dapat memperkirakan LC50. Dan dapat
diketahui seberapa besar konsentrasi bahan
toksik yang dapat mengakibatkan kematian
hewan uji di dalamnya.
Berdasarkan data tersebut dapat
dilihat bahwa rata-rata persentase
mortalitas hewan uji tidak sesuai dengan
prinsip dasar bahwa semakin
meningkatnya konsentrasi bahan toksik
yang digunakan makan semakin
banyaknya jumlah mortalitas hewan uji.
Hal tersebut dapat di lihat dari rata-rata
mortalitas yang didapatkan dari masing-
masing konsentrasi yang diberikan, di
awali dengan rata-rata 9% untuk
konsentrasi 0.25 ppm, 7 % untuk
konsentrasi 0.5 ppm, dan 7% untuk
konsentrasi 0.75 ppm. Hal tersebut terjadi
mungkin dikarenakan adanya kesalahan
dalam perhitungan maupun kesalahan
pengujian. Hasil pemaparan bahan toksik
pyretroid selama 24 jam pada hewan uji
benih ikan mas (Cyprinus carpio) dengan
konsentrasi 0 ppm, 0.25 ppm, 0.5 ppm, dan
0.75 ppm didapatkan data mortalitas
sebagai berikut :
Tabel 2. Data Persentase Mortalitas Benih Ikan Mas Setelah Pemaparan 24 jam Bahan Toksik Pyretroid Sintetis.
Bahan
ToksikKonsentrasi
Organisme yang MatiRerata
I II III
Pyretroid
Kontrol 2 0 0 0.6
0.25 ppm 10 10 10 10
0.5 ppm 10 9 10 9
0.75 ppm 10 6 8 8
Gambar 1. Grafik Mortalitas Benih ikan mas setelah pemaparan 24 jam bahan toksik pyretroid sintetis.
Untuk mendapatkan nilai
konsentrasi dari LC50 diperlukan
perhitungan dengan menggunakan
software EPA PROBIT (European
Protection Agency). Perhitungan dengan
menggunakan epa probit diperlukan data
mortalitas dari hewan uji yang disebabkan
oleh penambahan bahan toksik pyretroid
sintetis, untuk perlakuan kontrol atau
konsentrasi bahan toksik sebesar 0 ppm
jumlah mortalitas harus = 0 untuk
mendapatkan nilai konsentrasi pada
perhitungan epa probit. Pada data yang
didapatkan terdapat 2 ikan yang mati pada
data penelitian lain yang sehingga tidak
mendapatkan nilai konsentrasi pada
perhitungan menggunakan EPA Probit atau
dengan kata lain eror. Terjadinya stress
ikan pada saat pengambilan ikan pada bak
fiber, merupakan salah satu hal yang
memungkinkan terjadinya kematian pada
hewan uji dengan perlakuan kontrol dan
adanya kesalahan dalam perhitungan
maupun pengujian yang dilakukan para
praktikan. Untuk perlakuan kontrol
seharusnya tidak ada terjadinya mortalitas
karena tidak ada tambahan bahan toksik.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian uji
toksisitas akut bahan toksik Pyretroid
Sintetis selama 48 jam pada hewan uji
benih ikan mas (Cyrprinus carpio) dengan
konsentrasi 0 ppm, 0.25 ppm, dan 0.75
ppm didapatkan data rata-rata persentase
mortalitas pada hewan uji benih ikan mas
yaitu 0.6%,10%,9%, dan 8%. Presentase
yang seharusnya semakin tinggi
konsentrasi suatu bahan toksik selama
pemaparan maka akan semakin tinggi
mortalitasnya, namun pada hasil uji
penelitian ini didapatkan hasil yang tidak
berurutan, hal tersebut terjadi mungkin
dikarenakan adanya kesalahan pada proses
perhitungan maupun pengujian.
UCAPAN TERIMAKASIH
Pada kesempatan kali ini, praktikan
mengucapkan terima kasih kepada Tim
Dosen terutama Pak Mochamad Untung
K. Agung, S.Kel. M.Si dan kepada Tim
Asisten laboratorium dan kepada rekan –
rekan semua pihak yang telah membantu
dalam pembuatan jurnal penelitian
ekotoksikologi mengenai uji toksisitas
merkuri.
DAFTAR PUSTAKA
Connell, D. W. Kimia dan Ekotoksikologi
Darmono. 1995. Logam dalam Sidstem Biologi Makhluk Hidup. UI Press, Jakarta.
Darmono. 2001. Lingkungan Hidup dan Pencemaran: Hubungannya dengan Toksikologi Senyawa Logam. UI Press. Jakarta.
Deisy dkk. 2010. Uji Toksisitas Oli BekasTerhadap Tanaman Kacang Hijau. Program studi pendidikan biologi Universitas Ahmad Dahlan. Yogyakarta.
Effendi, H. Telaah Kualitas Air: Bagi
Pengelolaan Sumberdaya dan Pengelolaan Lingkungan Perairan. Yogyakarta: Kanisius, 2003.
FAO, 1971. Pollution An International Problem For Fisheries. Fishery Resources Division, Rome. 85 p.
Hamidah. 1980. Pengaruh Logam Berat Terhadap Lingkungan di Dalam Pewarta. Oseana, No: ZN I,. Halaman 15-19, Jakarta, LON.
Mudjiman A., 1989. Udang Renik Air Asin(Artemia salina). Bharatara, Jakarta.Pencemaran. Jakarta: UI Press, (1995): 1-76.ress.com/2010/10/daphnia.pdf (Diakses pada 20.02)
LAMPIRAN
Lampiran 1. Dokumentasi Penelitian
Alat dan Bahan Penelitian Alat dan Bahan Penelitian
Aerasi Pada Akuarium Ikan Sebagai Bahan Penelitian
Lampiran 2. Rekapitulasi Data Lc50-24 Jam
Lampiran 3. Rekapitulasi Data Lc50-24 Jam
Catatan: Jumlah organisme uji keseluruhan adalah 30 ekor untuk semua bahan toksik,
kecuali untuk kelompok yang menggunakan bahan toksik karbamat jumlah organisme uji
adalah 20 ekor (karena konsentrasi karbamat yang digunakan adalah seperseratus dari
konsentrasi awal yang telah ditentukan). Sehingga data kelas perikanan A yang menggunakan
Rekapitulasi Data Lc50-24 Jam
Kelompok Bahan Toksik KonsentrasiOrganisme yang
MatiI II III
1
Organofosfat
Kontrol 0 0 62 2.5 ppm 8 10 103 5.5 ppm 9 10 104 7.5 ppm 10 10 105
karbamat
Kontrol - 1 06 0.025 ppm - 7 97 0.05 ppm - 10 108 0.075 ppm - 5 69
Pyretroid
Kontrol 2 0 010 0.25 ppm 10 10 1011 0.5 ppm 10 9 1012 0.75 ppm 10 6 813
Organofosfat +Karbamat
Kontrol 0 0 014 5 ppm 10 1 1015 10 ppm 10 10 916 15 ppm 10 10 1017
Organofosfat + Karbamat
Kontrol 0 0 818 0.25 ppm 10 10 1019 1.5 ppm 10 8 1020 3 ppm 10 3 10
Keterangan :I = Perlakuan Kelas AII = Perlakuan Kelas BIII = Perlakuan Kelas Kelautan
disiapkan benih ikan mas, aklimatisasi selama 3 hari
diisi toples dengan air sebanyak 3 liter
dimasukkan 10 ekor benih ikan mas ke dalam toples
dimasukan organofosfat dengan konsentrasi 7,5 ppm ke dalam toples,
menggunakan mikropippet.
diamati selama 24 jam
dihitung jumlah benih ikan yang mati
bahan toksik karbamat tidak perlu dimasukkan karena perikanan A menggunakan konsentrasi
bahan toksik karbamat sebesar sepersepuluh dari konsentrasi awal.