Laporan Asam Mefenamat

34
LAPORAN KIMIA FARMASI ANALISIS 2 KUANTITATIF Penetapan Kadar Asam Mefenamat dengan Metode Titrasi Asam Basa 10 Februari 2012 Oleh : Kelompok 4 Esa J Sukma NIM 31109047 Hilda Safitri NIM 31109049 Lia Nurmayasari NIM 31109051 Ramdani Adinata NIM 31109056 Yoga Kevan Rahmat NIM 31109071 PRODI FARMASI SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

description

KFA ASMEF

Transcript of Laporan Asam Mefenamat

LAPORAN KIMIA FARMASI ANALISIS 2KUANTITATIFPenetapan Kadar Asam Mefenamat dengan Metode Titrasi Asam Basa

10 Februari 2012Oleh:Kelompok 4Esa J SukmaNIM 31109047Hilda SafitriNIM 31109049Lia NurmayasariNIM 31109051Ramdani AdinataNIM 31109056Yoga Kevan RahmatNIM 31109071

PRODI FARMASISEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATANBAKTI TUNAS HUSADATASIKMALAYA2012No. praktikum: 1Judul praktikum: Penetapan Kadar Asam Mefenamat dengan Metode Titrasi Asam dan BasaHari/ tanggal praktikum: Jumat/ 10 februari 2012Sampel: Asam Mefenamat (Kelompok 4)

A. Prinsip PercobaanPrinsip kerja dalam penentuan kadar asam mefenamat adalah titrasi secara langsung dengan langsung menitrasi asam mefenamat bersama NaOH (zat uji atau sampel langsung dititrasi dengan pentiter dan hanya menggunakan satu macam baku sekunder)Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer ataupun titrant dan didasarkan pada reaksi penetralan. Kadar larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan basa dan sebaliknya. Titrant ditambahkan titer sedikit demi sedikit sampai mencapai keadaan ekuivalen (artinya secara stoikiometri titrant dan titer tepat habis bereaksi). Keadaan ini disebut sebagai titik ekuivalen.

B. Reaksi Kimia Reaksi Kimia Pembakuan NaOH dengan Asam Oksalat

H2C2O4 + 2 NaOH Na2C2O4 + 2H2O Reaksi Kimia Titrasi Blanko :

Reaksi Kimia Penetapan Kadar Sampel Asam Mefenamat

C. Dasar Teori:a. Teori Umum Titrasi Asam-BasaPenetapan kadar larutan asam dan basa dapat dilakukan melalui suatu prosedur percobaan yang disebut titrasi asam-basa. Sehingga titrasi dapat diuraikan sebagai suatu cara penentuan kadar suatu larutan dengan menambahkan larutan penguji yang dapat bereaksi dengan larutan, yang ingin ditentukan kadarnya. Kadar larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan basa yang telah diketahui kadarnya, dan sebaliknya. Kadar larutan basa ditentukan dengan menggunakan larutan asam yang telah diketahui kadarnya. Zat yang akan ditentukan kadarnya disebut sebagai titrant dan biasanya diletakan di dalam Erlenmeyer, sedangkan zat yang telah diketahui konsentrasinya disebut sebagai titer dan biasanya diletakkan di dalam buret. Baik titer maupun titrant biasanya berupa larutan.Titrasi biasanya dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses titrasi, sebagai contoh bila melibatkan reaksi asam basa maka disebut sebagai titrasi asam basa, titrasi redox untuk titrasi yang melibatkan reaksi reduksi oksidasi, titrasi kompleksometri untuk titrasi yang melibatan pembentukan reaksi kompleks dan lain sebagainya.Pada saat titrasi antara asam dengan basa, terdapat saat dimana terjadinya perubahan warna indikator. Saat awal dimana terjadinya perubahan warna indikator tersebut dinamakan titik ekivalen. Sedangkan, keadaan dimana titrasi dihentikan dengan cara melihat perubahan warna indicator disebut sebagai titik akhir titrasi. Perubahan pH pada Titrasi Asam-BasapH akan mengalami kenaikan ketika suatu larutan asam ditetesi dengan larutan basa. Sebaliknya, jika larutan basa ditetesi dengan larutan asam maka pH larutan akan turun. Grafik yang menyatakan perubahan pH pada titrasi asam dengan basa (atau sebaliknya) disebut kurva titrasi. Bentuk kurva titrasi itu sendiri dipengaruhi oleh kekutan asam dan basa yang direaksikan. Macam-macam bentuk Titrasi Asam-Basa, yaitu:1) Titrasi Asam Kuat dengan Basa Kuat,2) Titrasi Asam Lemah dengan Basa Kuat, 3) Titrasi Asam Kuat dengan Basa Lemah,4) Titrasi Asam Lemah dengan Basa Lemah,5) Titrasi Asam Kuat dengan Garam dari Asam Lemah, dan6) Titrasi Basa kuat dengan Garam dari Basa Lemah.Titrasi yang akan dibahas pada pembahasan dalam laporan kali ini adalah titrasi yang sering umum dilakukan, seperti pada point nomor 1 sampai 4, yaitu:1) Titrasi Asam Kuat dengan Basa KuatSebagai contoh sampel yang akan diambil adalah asam hidroklorida (HCL 0,1 M) dan natrium hidroksida (NaOH 0,1 M) sebagai asam kuat beserta basa kuat. Kurva perubahan konsentrasi dapat dilihat pada gambar nomor 1. Pada saat 55 mL larutan HCl 0,1 M terjadi perubahan pH larutan HCl 0,1 M yang ditetesi dengan larutan NaOH sedikit demi sedikit hingga mencapai 70 mL.NaOH(aq) + HCl(aq) NaCl(aq) + H2O(l)

Gambar 1 Kurva titrasi asam kuat dengan basa kuat antara asam hidroklorida (HCL 0,1 M) dan natrium hidroksida (NaOH 0,1 M)

Beberapa hal yang dapat disimpulkan dari kurva di atas adalah sebagai berikut:1) Mula-mula pH larutan naik sedikit demi sedikit, tetapi perubahan yang cukup drastis terjadi sekitar titik ekivalen. Secara stoikiometri, titik ekivalen tercapai pada saat volum NaOH ditambahkan sebanyak 55 mL. Kurva memperlihatkan bahwa sedikit sebelum dan sedikit sesudah titik ekivalen, terjadi perubahan pH dari sekitar 4 menjadi 10.2) Titik ekivalen pH larutan pada saat asam dan basa tepat habis bereaksi adalah 7 (netral).3) Untuk menujukkan titik ekivalen dapat digunakan indikator metal merah, bromtimol biru, atau fenolftalein. Indikator-indikator itu mengalami perubahan warna indikator fenolftalein lebih tajam (lebih mudah diamati), maka indikator fenolftalein lebih sering digunakan.

2) Titrasi Asam Lemah dengan Basa KuatSebagai contoh sampel yang akan diambil adalah asam etanoat (CH3COOH 0,1 M) dan natrium hidroksida (NaOH 0,1 M) sebagai asam lemah beserta basa kuat.CH3COOH(aq) + NaOH(aq) CH3COOH(aq) + H2O(l)

Gambar 2 Kurva titrasi asam lemah dengan basa kuat antara asam etanoat (CH3COOH 0,1 M) dan natrium hidroksida (NaOH 0,1 M)

Dari gambar tersebut dapat disimpulkan beberapa hal sebagaiberikut :1) Titik ekivalen berada di atas 7, yaitu antara 8 9.2) Lonjakan perubahan pH pada sekitar titik ekivalen lebih sempit, hanya sekitar 3 satuan, yaitu pH kurang lebih 7 hingga pH 11.Kurva akan tepat sama dengan ketika ditambahkan asam hidroklorida pada natrium hidroksida. Sekali saja ada kelebihan asam, maka akan terjadi suatu hal yang berbeda. Setelah titik ekivalen, akan tercipta larutan penyangga yang mengandung natrium etanoat dan asam etanoat. Larutan penyangga ini menahan penurunan pH yang drastis.3) Titrasi Asam Kuat dengan Basa LemahSebagai contoh sampel yang akan diambil adalah asam hidroklorida (HCl 0,1 M) dan ammonia (NH3 0,1 M) sebagai asam kuat beserta basa lemahnya. Sampel ammonia (NH3 0,1 M) 55 mL ditetesi dengan larutan asam hidroklorida (HCl 0,1 M) sedikit demi sedikit hingga mencapai 70 mL, yang dapat dilihat pada grafik nomor 3.NH3(aq) + HCl(aq) NH4Cl(aq)

Gambar 3Kurva titrasi asam kuat dengan basa lemah antara asam hidroklorida (HCl 0,1 M) dan ammonia (NH3 0,1 M)

Dari gambar diatas dapat disimpulkan :1) Titik ekivalen, pH larutan pada penetralan basa lemah oleh asam kuat, berada di bawah 7.2) Lonjakan pH sekitar titik ekivalen juga lebih sempit, hanya sekitar 3 satuan, yaitu dari pH sekitar 7 hingga kurang lebih pH 4.Karena anda memiliki basa lemah, permulaan kurva sangat jelas berbeda. Pada bagian permulaan kurva, pH menurun dengan cepat seiring dengan penambahan asam, tetapi kemudian kurva segera berubah dengan tingkat kecuraman yang berkurang. Hal ini karena terbentuk larutan penyangga sebagai akibat dari kelebihan amonia dan pembentukan amonium klorida.Harus diperhatikan bahwa titik ekivalen sekarang sedikit bersifat asam (sedikit lebih kecil daripada pH 7), karena amonium klorida murni tidak netral. Karena itu, titik ekivalen tetap turun sedikit curam pada kurva. Hal itu akan menjadi sangat penting dalam pemilihan indikator yang tepat.4) Titrasi Asam Lemah dengan Basa LemahSebagai contoh sampel yang akan diambil adalah asam etanoat (CH3COOH 0,1 M) dan amonia (NH3 0,1 M). Pada kasus tersebut karena keduanya bersifat lemah, titik ekivalen kira-kira terletak pada pH 7. CH3COOH(aq) + NH3(aq) CH3COOH4(aq)

Kurva diatas sedikit menujukkan terdapat lekukan yang sedikit tidak curam pada gambar ini. Tetapi, terdapat sesuatu yang dikenal dengan "titik infleksi". Kecuraman yang berkurang berarti menujukkan bahwa sulit untuk melakukan titrasi antara asam lemah vs basa lemah. Oleh karena itu, titrasi asam lemah dengan basa lemah, atau sebaliknya tidak dianjurkan karena reaksinya lambat dan tidak tuntas. Cara Mengetahui Titik EkuivalenAda dua cara umum untuk menentukan titik ekuivalen pada titrasi asam basa, diantanya:1) Memakai pH meter untuk memonitor perubahan pH selama titrasi dilakukan, kemudian membuat plot antara pH dengan volume titran untuk memperoleh kurva titrasi. Titik tengah dari kurva titrasi tersebut adalah titik ekivalen.2) Memakai indikator asam basa. Indikator ditambahkan pada titran sebelum proses titrasi dilakukan. Indikator ini akan berubah warna ketika titik ekivalen terjadi, pada saat inilah titrasi kita hentikan.3) Pada umumnya cara kedua dipilih disebabkan kemudahan pengamatan, tidak diperlukan alat tambahan, dan sangat praktis.4) Indikator yang dipakai dalam titrasi asam basa adalah indikator yang perubahan warnanya dipengaruhi oleh pH. Penambahan indikator diusahakan sesedikit mungkin dan umumnya adalah dua hingga tiga tetes.5) Untuk memperoleh ketepatan hasil titrasi maka titik akhir titrasi dipilih sedekat mungkin dengan titik ekivalen, hal ini dapat dilakukan dengan memilih indikator yang tepat dan sesuai dengan titrasi yang akan dilakukan. Macam-macam Indikator yang Digunakan pada Titrasi Asam Basa Indikator asam basa adalah asam lemah atau basa lemah (senyawa organik) yang dalam larutannya warna molekul-molekulnya berbeda dengan warna ion-ionnya. Zat indikator dapat berupa asam atau basa yang larut, stabil, dan menunjukkan perubahan warna yang kuat. Indikator asam - basa terletak pada titik ekivalen dan ukuran dari pHBeberapa indikator asam basaIndikatorPerubahan warnaPelarut

AsamBasa

Thimol biruMerahKuningAir

Metil kuningMerahKuningEtanol 90%

Metil jinggaMerahKuning-jinggaAir

Metil merahMerahKuningAir

Bromtimol biruKuningBiruAir

FenolftaleinTak berwarnaMerah-unguEtanol 70%

ThimolftaleinTak berwarnabiruEtanol 90%

Rumus Umum yang Digunakan Pada Titrasi Asam dan Basaa) Pada saat titik ekivalen maka mol-ekivalen asam akan sama dengan mol-ekivalen basa, maka dalam hal ini rumus yang tercipta dapat kita tulis sebagai berikut:Mol - Ekivalen Asam = Mol - Ekivalen Basab) Mol-ekuivalen diperoleh dari hasil perkalian antara Normalitas dengan volume maka rumus diatas dapat kita tulis sebagai berikut:N x Vasam = N x Vbasac) Normalitas diperoleh dari hasil perkalian antara molaritas (M) dengan jumlah ion H+ pada asam atau jumlah ion OH- pada basa, sehingga rumus diatas menjadi:n x M xVasam = n x V x MbasaKeterangan :N = NormalitasM = Molaritas V = Volume n = jumlah ion H+ (pada asam) atau OH (pada basa)b. Monografi SampelAsam Mefenamat

Asam N-2,3-xililantranilat C15H15NO2BM: 241,29Asam mefenamat mengandung tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari 102,0% C15H15NO2, dihitung terhadap zat telah dikeringkan.

Pemerian: Serbuk hablur, putih atau hampir putih : melebur pada suhu kurang 2300 disertai peruraian.Kelarutan: Larut dalam larutan alkali hidroksida ; agak sukar larut dalam kloroform ; sukar larut dalam etanol dan dalam metanol ; praktis tidak larut dalam air.Baku pembanding: Asam mefenamat BPFI; lakukan pengeringan pada suhu 1050 selama 4 jam sebelum digunakan.c. Metode Analisis

Dalam penentuan kadar asam mefenamat dilakukan metode titrasi asam basa. Hal tersebut dikarenakan asam mefenamat merupakan suatu asam lemah yang dapat dititrasi dengan basa kuat yaitu NaOH sebagai larutan baku sekunder (atau yang lebih dikenal titrasi alkalimetri).

D. Alat dan Bahana. Alat :1. 2. Buret3. Statif4. Klem5. Pipet volume 10 ml6. Erlenmeyer 250 ml7. Corong8. Gelas kimia9. Tabung sentrifuge10. Alat sentrifuge11. Pipet12. Kertas saring13. Timbangan14. Bulf15. Gelas ukur 50 ml16. Kertas perkamen

b. Bahan :1. 2. Sampel ( Asam Mefenamat))3. Asam oksalat4. Natrium Hidroksida5. Indikator Phenolftalein6. Etanol 96 %

E. Prosedur Kerjaa. Pembuatan Larutan Indikator Phenolftalein

100 mg Phenofthalien10 ml Etanol10 ml AquadestSediaan PhenofthalienCampurkanCampurkan

100 mg Phenofthalien 10 ml Etanol 10 ml Aquadest

Sediaan Phenofthalienb. Pembuatan Larutan Standar NaOHPerhitungan:NaOH yang diperlukanMassa (gram)= BE x N x V= 40 x 0,1 x 0,25= 1 gram

1 gr NaOHAquadest dipanaskan agar CO2 lepasNaOH + Aquadest add 250 mlSediaan NaOH 0,1 N

1 gr NaOH NaOH + Aquadest add 250 ml Sediaan NaOH 0,1 N

c. Pembakuan larutan NaOH dengan Asam Oksalat

70 mg asam oksalatErlenmeyer 250 ml25 ml AquadestKocok add homogen3 tetes indikator ppDengan NaOH, sampai Merah mudaCatat volume NaOH yang berkurangLakukan triploMasukkanTitrasi

70 mg asam oksalat Erlenmeyer 250 ml + 25 ml Aquadest 3 tetes indikator pp

Titrasi dengan NaOH, sampai Merah mudaCatat volume NaOH yang berkurang ! Titrasi dilakukan triplod. Titrasi Blanko

Titrasi10 ml etanol3 tetes indikator ppDengan NaOH, sampai Merah mudaCatat volume NaOH yang berkurangLakukan triplo

10 ml etanol 3 tetes indikator pp

Titrasi dengan NaOH, sampai Merah mudaCatat volume NaOH yang berkurang ! Titrasi dilakukan triploe. Penetapan Kadar Sampel

70 mg sampel + 10 ml etanolErlenmeyer 250 ml3 tetes indikator ppDengan NaOH, sampai Merah mudaCatat volume NaOH yang berkurangLakukan triploMasukkanMasukkan

10 mg asam mefenamat Erlenmeyer 250 ml + 10 ml etanol 3 tetes indikator pp

Titrasi dengan NaOH, sampai Merah mudaCatat volume NaOH yang berkurang ! Titrasi dilakukan triplo

F. Data Hasil Pengamatan dan Perhitungana. Pembakuan Larutan NaOHMg Asam Oksalat

Volume NaOH

70 mg11,5 ml

70 mg11 ml

70 mg12 ml

Rata rata11,5 ml

Perhitungan Kadar NaOH N NaOH ke-1= = = 0,0965 NN NaOH ke-2= = = 0,1009 NN NaOH ke-3= = = 0,0925 NN NaOH Rata-rata = = 0,0966 Nb. Titrasi BlankoVolume Etanol (ml)Volume NaOH

10 ml0,5 ml

10 ml0,4 ml

10 ml0,3 ml

Rata rata0,4 ml

c. Penentuan Kadar Sampel (Asam Mefenamat)Volume SampelVolume NaOH

70 mg dalam 10 ml Etanol1 ml

70 mg dalam 10 ml Etanol1,5 ml

70 mg dalam 10 ml Etanol1,3 ml

Rata rata1,26 ml

Perhitungan Kadar Sampel (Asam Mefenamat) x 100%

Kadar Asam Mefenamat ke-1 = x 100% = 19,85 % Kadar Asam Mefenamat ke-2 = x 100% = 36,40 % Kadar Asam Mefenamat ke-3 = x 100%= 29,78 % Kadar Asam Mefenamat Rata-rata = = 28,68 %Persentase Kesalahan = x 100 %= x 100 %= 14,72 %G. PembahasanPada praktikum yang telah dilakukan untuk menetapkan kadar sampel asam mefenamat dilakukan metode titrasi asam dan basa. Hal ini dapat dijabarkan karena asam mefenamat merupakan suatu asam lemah yang dapat ditentukan kadarnya dengan dititrasi menggunakan NaOH sebagai basa kuat dan merupakan larutan baku sekunder atau lebih tepatnya penetapan kadar suatu sampel suatu sampel asam lemah yang dititrasi dengan basa kuat yaitu NaOH sebagai larutan baku sekunder (titrasi alkalimetri). Jika dilihat dari karakteristik sampel asam mefenamat yang sangat mudah larut dalam larutan alkali hidroksida yaitu NaOH, metode kerjanya dapat mengarah pada titrasi asidimetri (penetapan kadar suatu sampel basa yang dititrasi dengan larutan baku asam) yaitu dengan melarutkan asam mefenamat dengan NaOH dan kemudian dititrasi dengan menggunakan larutan baku sekunder asam klorida (HCl). Namun pada praktek yang disertai dengan pendalam materi dari berbagai sumber, hal tersebut akan mengakibatkan kelebihan dari NaOH yang dititrasi dengan HCl dan bukan mengarah pada prosedur penetapan kadar sampel asam mefenamat yang sebenarnya. Dengan demikian, prinsip kerja titrasi langsung yang digunakan yaitu dengan menitrasi sampel asam mefenamat dengan NaOH tanpa disertai dengan dengan penambahan titran secara berlebih dan kelebihan titran dititrasi dengan titran yang lain (titrasi kembali) yang telah disampaikan sebelumnya. Untuk pemilihan indikator digunakan fenolftalein sebagai acuan utama, karena rentang pH asam mefenamat adalah 3-4,5 dan rentang pH fenolftalein adalah 8,2-10,0 sehingga titik akhir titrasi yang didapat adalah 9. Alasan yang dapat dijabarkan adalah struktur fenolftalein akan mengalami penataan ulang pada kisaran pH ini karena proton dipindahkan dari struktur fenol pp sehingga pH-nya meningkat dan akan terjadi perubahan warna. Selain fenolftalein indikator fenol merah pun dapat digunakan, tetapi setelah dilakukan titrasi dengan menggunakan fenol merah tersebut penentuan titik akhir titrasi tidak didapatkan, hal ini karena pada saat penambahan indikator tidak terjadi perubahan warna dari merah-kuning. Sehingga penetapan kadar sampel pun dilanjutkan dengan menggunakan indikator fenolftalein. Adapun reaksi perubahan warna fenolftalein dapat dijabarkan sebagai berikut :

Dalam proses pembakuan NaOH digunakan reagent asam oksalat karena dapat dijabarkan bahwa NaOH merupakan larutan baku sekunder yang harus dibakukan oleh larutan baku primer (Asam Oksalat). Karena pada dasarnya, NaOH mempunyai kemurnian yang bervariasi. Sehingga NaOH tersebut harus dibakukan dengan larutan baku primer asam oksalat yang mempunyai kemurnian cukup tinggi dan dalam proses titrasi dapat pun diperoleh perbandingan yang signifikan terhadap kestabilan NaOH sebagai larutan baku sekunder. Adapun reaksi kimia yang terjadi dalam pembakuan NaOH, yaitu :

H2C2O4 + 2 NaOH Na2C2O4 + 2H2ODalam prosesnya, tidak ditemukan kesulitan berarti. Hanya saja ketika proses pembakuan dicoba dengan indikator fenol merah titik akhir titrasi tidak tampak, sehingga proses pembakuan pun dilanjutkan dengan menggunakan indikator fenolftalein sebanyak 3 kali (triplo). Hasil data yang diperoleh kemudian dimasukkan kedalam rumus :

dan menghasilkan hasil akhir N NaOH rata-rata adalah 0,0966 N. Untuk prosedur selanjutnya setelah dilakukan pembakuan NaOH, dilakukan titrasi blanko. Titrasi ini perlu untuk dilakukan mengingat sampel asam mefenamat tidak larut dalam air, tingkat kelarutannya lebih baik jika dilarutkan dengan etanol. Oleh karena itu, titrasi blanko dilakukan sebagai acuan perbandingan dalam rumus penetapan kadar asam mefenamat selanjutnya. Tujuan lainnya yang dapat dijabarkan dalam dilakukannya titrasi blanko adalah mengurangi kesalahan pada titrasi disebabkan adanya pereaksi yang ditambahkan pada saat pelaksanaan titrasi yang kemungkinan pereaksi tersebut ikut bereaksi dengan pentiter. Dengan dilakukannya titrasi blanko maka volume pentiter yang bereaksi dengan zat uji harus dikurangi dengan volume pentiter yang digunakan pada titrasi blanko.

Pada penetapan kadar sampel asam mefenamat yang sebelumnya telah digerus terlebih dahulu dan disentrifuge, diperoleh hasil perhitungan sebesar 28,68 %. Hal ini menyatakan bahwa kadar asam mefenamat yang dititrasi dengan larutan baku sekunder NaOH disertai dengan mengunakan indikator fenolftalein adalah sebanyak 28,68 %. Dalam hal ini, proses penggerusan sampel bertujuan untuk memberikan sifat homogen pada sampel yang sebelumnya tidak merata dalam sediaannya dan proses sentrifuge dimaksudkan untuk memisahkan sampel dari campurannya. Untuk lebih jelasnya reaksi kimia antara sampel asam mefenamat yang dibakukan dengan larutan baku sekunder NaOH adalah sebagai berikut :

Setelah dihitung persentasi kesalahannya diperoleh hasil 14,72 %. Hal ini dapat diakibatkan karena penentuan titik akhir yang tidak tepat saat dilakukannya titrasi. Mengingat hasil data yang diperoleh antara yang satu dengan yang lainnya tidak terlampau jauh. Sehingga tidak terdapat data yang harus dihilangkan untuk memperkecil persentasi kesalahan selama titrasi berlangsung.

H. KesimpulanTitrasi asam dan basa sampel asam mefenamat menggunakan metode alkalimetri (sampel asam yang dititrasi dengan larutan baku basa) dengan prinsip titrasi langsung tanpa penambahan titrant secara berlebih disertai dengan menggunakan indikator fenolftalein dalam penetapan titik akhirnya. Perhitungan kadar akhir yang diperoleh asam mefenamat adalah 28,68 % dan persentasi kesalahannya sebesar 14,72%. Faktor yang dapat mempengaruhi kesalahan tersebut adalah penentuan titik akhir titrasi yang kurang tepat.

I. Daftar PustakaAbdul Rohman, M.Si., Apt. Prof. Dr. Ibnu Ghorib Gandjar, DEA., Apt. (2010). Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Abdul Rohman. Sudjadi. 2008. Analisis Obat. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.A. L. Underwood. R. A. Day, JR. (1992). Analisis Kimia Kuantitatif, edisi 5, Erlangga. Jakarta.Cairins, Donald. 2008. Intisari Kimia Farmasi. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.Direktorat Jendral POM. 1995. Farmakope Indonesia, edisi IV. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia.Khopkar, S. M. 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : Universitas Indonesia Press. Ham,Mulyono. 2005. Membuat Reagen Kimia di Laboraturium. Bandung : Bumi aksara.Brady, James E. 1999. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Jakarta. Binarupa Aksara.www.google.com (diakses tanggal 11-02-2012 jam 13.00).www.wikipedia.com (diakses tanggal 11-02-2012 jam 15.00).