LAPORAN ASKEP BRONCHITIS.doc

31
A. KONSEP PENYAKIT BRONCHITIS 1. Pengertian Secara harfiah bronkitis adalah suatu penyakit yang ditanda oleh inflamasi bronkus. Secara klinis pada ahli mengartikan bronkitis sebagai suatu penyakit atau gangguan respiratorik dengan batuk merupakan gejala yang utama dan dominan. Ini berarti bahwa bronkitis bukan penyakit yang berdiri sendiri melainkan bagian dari penyakit lain tetapi bronkitis ikut memegang peran. ( Ngastiyah, 1997 ). Bronkitis berarti infeksi bronkus. Bronkitis dapat dikatakan penyakit tersendiri, tetapi biasanya merupakan lanjutan dari infeksi saluran peranpasan atas atau bersamaan dengan penyakit saluran pernapasan atas lain seperti Sinobronkitis, Laringotrakeobronkitis, Bronkitis pada asma dan sebagainya (Gunadi Santoso, 1994). 2. Klasifkasi a. Bronkitis Akut 1

Transcript of LAPORAN ASKEP BRONCHITIS.doc

Page 1: LAPORAN ASKEP BRONCHITIS.doc

A. KONSEP PENYAKIT BRONCHITIS

1. Pengertian

Secara harfiah bronkitis adalah suatu penyakit yang ditanda oleh inflamasi

bronkus. Secara klinis pada ahli mengartikan bronkitis sebagai suatu

penyakit atau gangguan respiratorik dengan batuk merupakan gejala yang

utama dan dominan. Ini berarti bahwa bronkitis bukan penyakit yang

berdiri sendiri melainkan bagian dari penyakit lain tetapi bronkitis ikut

memegang peran.( Ngastiyah, 1997 ).

Bronkitis berarti infeksi bronkus. Bronkitis dapat dikatakan penyakit

tersendiri, tetapi biasanya merupakan lanjutan dari infeksi saluran

peranpasan atas atau bersamaan dengan penyakit saluran pernapasan atas

lain seperti Sinobronkitis, Laringotrakeobronkitis, Bronkitis pada asma

dan sebagainya (Gunadi Santoso, 1994).

2. Klasifkasi

a. Bronkitis Akut

Bronkitis akut pada bayi dan anak biasanya juga bersama dengan

trakeitis, merupakan penyakit saluran napas akut (ISNA) yang sering

dijumpai.

b. Bronkitis Kronik dan atau Batuk Berulang

Bronkitis Kronik dan atau batuk berulang adalah keadaan klinis yang

disebabkan oleh berbagai sebab dengan gejala batuk yang berlangsung

sekurang-kurangnya selama 2 minggu berturut-turut dan atau berulang

paling sedikit 3 kali dalam 3 bulan dengan atau tanpa disertai gejala

respiratorik dan non respiratorik lainnya.

1

Page 2: LAPORAN ASKEP BRONCHITIS.doc

3. Etiologi

Penyebab utama penyakit bronkitis akut adalah virus. Sebagai contoh

Rhinovirus Sincytial Virus (RSV), Influenza Virus, Para-influenza Virus,

Adenovirus dan Coxsakie Virus. Di lingkungan sosio-ekonomi yang baik

jarang terdapat infeksi sekunder oleh bakteri. Alergi, cuaca, polusi udara

dan infeksi saluran napas atas dapat memudahkan terjadinya bronkitis

akut.

Sedangkan pada Bronkitis Kronik dan Batuk Berulang adalah sebagai

berikut:

a. Spesifik

1) Asma

2) Infeksi kronik saluran napas bagian atas (misalnya sinobronkitis).

3) Infeksi, misalnya bertambahnya kontak dengan virus, infeksi

mycoplasma, hlamydia, pertusis, tuberkulosis, fungi/jamur.

4) Penyakit paru yang telah ada misalnya bronkietaksis.

5) Sindrom aspirasi.

6) Penekanan pada saluran napas.

7) Benda asing.

8) Kelainan jantung bawaan.

9) Kelainan sillia primer.

10) Defisiensi imunologis.

11) Kekurangan anfa-1-antitripsin.

12) Fibrosis kistik.

13) Psikis.

2

Page 3: LAPORAN ASKEP BRONCHITIS.doc

b. Non-spesifik

1) Asap rokok.

2) Polusi udara.

4. Patofisiologi

3

Alergen

Aktivasi IgE

Peningkatan pelepasan histamin

Edema mukosa sel goblet memproduksi

mukus

Peningkatan akumulasi sekret

Batuk produktif Sesak napas

Penurunan kemampuan batuk

efektif

Ketidakefektifan jalan napas

Invasi kuman ke jalan nafas

Fenomena infeksi

Iritasi mukosa bronkus

Penyebaran bakteri/ virus ke seluruh tubuh

Bakteriemia/ viremia

Peningkatan laju metabolisme umum, Itake nutrisi tidak

adekuat, Tubuh makin kurus, ketergantungan aktivitas sehari-

hari, kurangnya pemenuhan istirahat dan tidur, kecemasan,

pemenuhan informasi.

Hipertermia Perubahan pemenuhan nutrisi

kurang dari kebutuhan.Gangguan pemenuhan ADL (activity daily living).Kecemasan.Ketidaktahuan/ pemenuhan informasi.

Page 4: LAPORAN ASKEP BRONCHITIS.doc

5. Tanda dan Gejala

Menurut Gunadi Santoso dan Makmuri (1994), tanda dan gejala yang ada

yaitu :

a. Biasanya tidak demam, walaupun ada tetapi rendah

b. Keadaan umum baik, tidak tampak sakit, tidak sesak

c. Mungkin disertai nasofaringitis atau konjungtivitis

d. Pada paru didapatkan suara napas yang kasar

Menurut Ngastiyah (1997), yang perlu diperhatikan adalah akibat batuk

yang lama, yaitu :

a. Batuk siang dan malam terutama pada dini hari yang menyebabkan

klien murang istirahat

b. Daya tahan tubuh klien yang menurun

c. Anoreksia sehingga berat badan klien sukar naik

d. Kesenangan anak untuk bermain terganggu

e. Konsentrasi belajar anak menurun

6. Pemeriksaan diagnostik

a. Pemeriksaan Radiologis

Pemeriksaan foto thoraks posterio-anterior dilakukan untuk menilai

derajat progresivitas penyakit yang berpengaruh menjadi penyakit

paru obstruktif menahun.

b. Pemeriksaan Laboratorium

Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan adanya perubahan pada

peningkatan eosinofil (berdasarkan pada hasil hitung jenis darah).

Sputum diperiksa secara makroskopis untuk diagnosis banding dengan

tuberkulosis paru. Pemeriksaan kadar gas dalam arteri untuk

4

Page 5: LAPORAN ASKEP BRONCHITIS.doc

menentukan pH darah, tekanan CO2 (Pa CO2), tekanan oksigen (Pa

O2) dan prosentase saturasi oksihemoglobin (SaO2).

7. Penatalaksanaan

a. Perbaikan keadaan umum, istirahat dan jangan merokok.

b. Bila ada alergi berikan antihistamin

c. Bila ada bronkospasme berikan bronkodilator.

d. Bila batuk produktif berikan ekspektoran untuk mempermudah

pengeluaran riak.

e. Berikan terapi simtomatik bila perlu.

f. Obat analgetik diberikan untuk mengurangi rasa nyeri, sakit punggung

dan otot.

g. Terapi istirahat di tempat tidur diberikan sejak panas badan meninggi.

h. Cairan diberikan untuk membantu menurunkan panas dan mencegah

dehidrasi.

i. Berikan diet lunak atau cair.

7. Komplikasi

a. Bronkitis Akut yang tidak ditangani cenderung menjadi Bronkitis

Kronik.

b. Pada anak yang sehat jarang terjadi komplikasi, tetapi pada anak

dengan gizi kurang dapat terjadi Othithis Media, Sinusitis dan

Pneumonia.

c. Bronkitis Kronik menyebabkan mudah terserang infeksi.

d. Bila sekret tetap tinggal, dapat menyebabkan atelektasis atau

Bronkietaksis.

5

Page 6: LAPORAN ASKEP BRONCHITIS.doc

8. Pencegahan

a. Tidak tidur di kamar yang berAC atau gunakan baju dingin, bila ada

gunakan baju yang tertutup lehernya.

b. Hindari makanan yang merangsang.

c. Jangan memandikan anak terlalu pagi atau terlalu sore, dan mandikan

anak dengan air hangat.

d. Jaga kebersihan makanan dan biasakan cuci tangan sebelum makan.

e. Menciptakan lingkungan udara yang bebas polusi.

6

Page 7: LAPORAN ASKEP BRONCHITIS.doc

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN BRONCHITIS

1. Pengkajian

a. Anamnesis

Keluhan utama pada klien dengan bronkhitis meliputi batuk kering

dan produktif dengan sputum purulen, deman dengan suhu tubuh

dapat mencapai > 40oC dan sesak nafas.

1) Riwayat Penyakit Saat ini

Riwayat penyakit saat ini pada klien dengan bronkhitis bervariasi

tingkat keparahan dan lamanya. Bermula dari gejala batuk-batuk

saja, hingga penyakit akut dengan manifestasi klinis yang berat.

Sebagai tanda-tanda terjadinya toksemia, klien dengan bronkhitis

sering mengeluh malaise, demam, badan terasa lemah, banyak

keringat, takikardia, dan takipnea. Sebagai tanda terjadinya iritasi,

keluhan yang didapatkan terdiri atas batuk,

ekspektorasi/peningkatan produksi sekret dan rasa sakit di bawah

sternum. Penting ditanyakan oleh perawat mengenai obat-obat

yang telah atau biasa diminum oleh klien untuk mengurangi

keluhannya dan mengkaji kembali apakah obat-obat tersebut

masih relevan untuk dipakai kembali.

2) Riwayat penyakit dahulu

Pada pengkajian riwayat kesehatan dahulu sering kali klien

mengeluh pernah mengalami infeksi saluran pernafasan bagian

atas dan adanya riwayat alergi pada pernafasan atas.

3) Pengkajian Psiko-sosio-spiritual

Pada pengkajian psikologis klien dengan bronkitis didapatkan

klien sering mengalami kecemasan sesuai dengan keluhan yang

dialaminya dimana adanya keluhan batuk, sesak nafas dan demam

7

Page 8: LAPORAN ASKEP BRONCHITIS.doc

merupakan stresor penting yang menyebabkan klien cemas.

Perawat perlu memberikan dukungan moral dan memfasilitasi

pemenuhan informasi dengan tim medis untuk pemenuhan

informasi mengenai prognosis penyakit dari klien.

Kaji pengetahuan klien dan keluarga tentang pengobatan yang

diberikan (nama, cara kerja, frekuensi, efek samping dan tanda-

tanda terjadinya kelebihan dosis). Pengobatan nonfarmakologi

(nonmedicinal interventions) seperti olahraga secara teratur serta

mencegah kontak dengan alergen atau iritan (jika diketahui

penyebab alergi), sistem pendukung (support system), kemauan

dan tingkat pengetahuan keluarga.

b. Pemeriksaan fisik

1) Keadaan umum dan tanda-tanda vital

Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital pada klien dengan bronkhitis

biasanya didapatkan adanya peningkatan suhu tubuh lebih dari

40oC, frekuensi nafas meningkat dari frekuensi normal, nadi

biasanya meningkat seirama dengan peningkatan suhu tubuh dan

frekuensi pernafasan, serta biasanya tidak ada masalah dengan

tekanan darah.

2) B1 (Breathing)

Inspeksi :

Klien biasanya mengalami peningkatan usaha dan frekuensi

pernafasan, biasanya menggunakan otot bantu pernafasan. Pada

kasus bronkhitis kronis, sering didapatkan bentuk dada barrel/

tong. Gerakan pernafasan masih simetris. Hasil pengkajian lainnya

menunjukkan klien juga mengalami batuk produktif dengan

sputum purulen berwarna kuning kehijauan sampai hitam

kecoklatan karena bercampur darah.

8

Page 9: LAPORAN ASKEP BRONCHITIS.doc

Palpasi :

Taktil fremitus biasanya normal.

Perkusi : Hasil pengkajian perkusi menunjukkan adanya bunyi

resonan pada seluruh lapang paru.

3) B2 (Blood)

Sering didapatkan adanya kelemahan fisik secara umum. Denyut

nadi takikardi. Tekanan darah biasanya normal. Bunyi jantung

tambahan biasanya tidak didapatkan. Batas jantung tidak

mengalami pergeseran.

4) B3 (Brain)

Tingkat kesadaran klien biasanya compos mentis apabila tidak ada

komplikasi penyakit yang serius.

5) B4 (Bladder)

Pengukuran volume output urine berhubungan erat dengan intake

cairan. Oleh karena itu, perawat perlu memonitor adanya oliguria

yang merupakan salah satu tanda awal dari syok.

6) B5 (Bowel)

Klien biasanya sering mengalami mual dan muntah, penurunan

nafsu makan dan penurunan berat badan.

7) B6 (Bone)

Kelemahan dan kelelahan fisik, secara umum sering menyebabkan

klien memerlukan bantuian orang lain untuk memenuhi kebutuhan

aktivitas sehari-hari.

9

Page 10: LAPORAN ASKEP BRONCHITIS.doc

c. Pemeriksaan Diagnostik

1) Pemeriksaan Radiologis

Pemeriksaan foto thoraks posterio-anterior dilakukan untuk

menilai derajat progresivitas penyakit yang berpengaruh menjadi

penyakit paru obstruktif menahun.

2) Pemeriksaan Laboratorium

Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan adanya perubahan

pada peningkatan eosinofil (berdasarkan pada hasil hitung jenis

darah). Sputum diperiksa secara makroskopis untuk diagnosis

banding dengan tuberkulosis paru.

2. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul

a. Ketidakefektifan pola napas yang berhubungan dengan proses

peradangan, sekresi mukus yang kental, kelemahan, upaya batuk

buruk.

b. Ketidakefektifan bersihan jalan napas yang berhubungan dengan

sekresi mukus yang kental, kelemahan, upaya batuk buruk dan edema

trakheal/ faringeal.

c. Hipertermia berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme

sekunder dari bakteremia/ viremia.

d. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

peningkatan metabolisme tubuh dan penurunan nafsu makan sekunder

terhadap demam.

e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan dan kelemahan

fisik umum.

f. Cemas berhubungan dengan kondisi sakit, prognosis penyakit yang

berat.

10

Page 11: LAPORAN ASKEP BRONCHITIS.doc

g. Kurangnya pemenuhan informasi yang berhubungan dengan

ketidakjelasan sumber informasi.

3. Perencanaan

Rencana intervensi yang dilakukan perawat pada klien dengan bronkhitis

bertujuan agar :

a. Kembali efektifnya bersihan jalan nafas.

b. Suhu tubuh kembali ke batas normal.

c. Terpenuhinya intake nutrisi secara adekuat.

d. Menurunnya tingkat kecemasan klien.

e. Terpenuhinya informasi yang diperlukan klien.

Intervensi yang dapat dilakukan meliputi :

Ketidakefektifan pola napas yang berhubungan dengan proses

peradangan, sekresi mukus yang kental, kelemahan, upaya batuk

buruk.

a. Auskultasi bunyi napas. Catat adanya bunyi napas misalnya mengi,

krekels, ronki.

R : beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan

nafas dan dapat dimanifestasikan dengan bunyi nafas tambahan.

b. Kaji/ pantau frekuensi pernafasan.Catat rasio inspirasi/ ekspirasi.

R : takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan

pada pasien cemas dan adanya proses infeksi akut.

c. Catat adanya/ derajat dispnea, misal keluhan “lapar udara”, gelisah,

ansietas, distres pernafasan dan penggunaan otot bantu pernafasan.

11

Page 12: LAPORAN ASKEP BRONCHITIS.doc

R : disfungsi pernafasan adalah variable yang tergantung pada tahap

proses kronis selain proses akut yang menimbulkan perawatan di

ruimah sakit.

d. Kaji pasien untuk posisi yang nyaman misal peninggian kepala tempat

tidur, duduk pada sandaran tempat tidur.

R : peninggian kepala tempat tidur mempermudah fungsi pernafasan

dengan menggunakan gravitasi.

e. Pertahankan polusi lingkungan minimum, misal debu, asap, dan bulu

bantal yang berhubungan dengan kondisi individu.

R : pencetus tipe reaksi alergi pernafasan yang dapat meningkatkan

episode akut.

f. Dorong/ bantu latihan napas dalam.

R : memberikan pasien beberapa cara untuk mengatasi dan

mengontrol dispnea danmenurunkan jebakan udara.

g. Observasi karakteristik batuk misal menetap, batuk pendek, atau

basah. Bantu tindakan untuk memperbaiki keefektifan upaya batuk.

R : batuk paling efektif pada posisi duduk tinggi atau kepala di bawah

setelah perkusi dada.

h. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat :

Bronkodilator (misal epinefrin, albutenol, terbutalin)

R : merilekskan otot halus dan menurunkan kongesti lokal,

menurunkan spasme jalan nafas, mengi, dan produksi mukosa.

Analgesik, penekan batuk/ antitusif (misal dextrometorfan)

R : batuk menetap yang melelahkan perlu ditekan untuk menghemat

energi dan memungkinkan pasien istirahat.

12

Page 13: LAPORAN ASKEP BRONCHITIS.doc

Ketidakefektifan bersihan jalan napas yang berhubungan dengan

sekresi mukus yang kental, kelemahan, upaya batuk buruk dan

edema trakheal/ faringeal.

i. Auskultasi bunyi napas. Catat adanya bunyi napas misalnya mengi,

krekels, ronki.

R : beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan

nafas dan dapat dimanifestasikan dengan bunyi nafas tambahan.

j. Kaji/ pantau frekuensi pernafasan.Catat rasio inspirasi/ ekspirasi.

R : takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan

pada pasien cemas dan adanya proses infeksi akut.

k. Catat adanya/ derajat dispnea, misal keluhan “lapar udara”, gelisah,

ansietas, distres pernafasan dan penggunaan otot bantu pernafasan.

R : disfungsi pernafasan adalah variable yang tergantung pada tahap

proses kronis selain proses akut yang menimbulkan perawatan di

ruimah sakit.

l. Kaji pasien untuk posisi yang nyaman misal peninggian kepala tempat

tidur, duduk pada sandaran tempat tidur.

R : peninggian kepala tempat tidur mempermudah fungsi pernafasan

dengan menggunakan gravitasi.

m. Pertahankan polusi lingkungan minimum, misal debu, asap, dan bulu

bantal yang berhubungan dengan kondisi individu.

R : pencetus tipe reaksi alergi pernafasan yang dapat meningkatkan

episode akut.

n. Dorong/ bantu latihan napas dalam.

R : memberikan pasien beberapa cara untuk mengatasi dan

mengontrol dispnea danmenurunkan jebakan udara.

13

Page 14: LAPORAN ASKEP BRONCHITIS.doc

o. Observasi karakteristik batuk misal menetap, batuk pendek, atau

basah. Bantu tindakan untuk memperbaiki keefektifan upaya batuk.

R : batuk paling efektif pada posisi duduk tinggi atau kepala di bawah

setelah perkusi dada.

p. Tingkatkan masukan cairan sampai 3000 ml/hari sesuai toleransi

jantung. Memberikan air hangat. Anjurkan masukan cairan antara,

sebagai pengganti makan.

R : Hidrasi membantu menurunkan kekentalan sekret, mempermudah

pengeluaran.

q. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat :

Bronkodilator (misal epinefrin, albutenol, terbutalin)

R : merilekskan otot halus dan menurunkan kongesti lokal,

menurunkan spasme jalan nafas, mengi, dan produksi mukosa.

Analgesik, penekan batuk/ antitusif (misal dextrometorfan)

R : batuk menetap yang melelahkan perlu ditekan untuk menghemat

energi dan memungkinkan pasien istirahat.

r. Kolaborasi dalam pengobatan pernafasan misal IPPB, fisioterapi.

R : drainase postural dan perkusi penting untuk membuang banyaknya

sekresi/kental dan memperbaiki ventilasi segmen dasar paru.

s. Awasi/ buat grafik seri GDA, nadi oksimetri, foto dada.

R : membuat dasar untuk pengawasan kemajuan/ kemunduran proses

penyakit dan komplikasi.

14

Page 15: LAPORAN ASKEP BRONCHITIS.doc

Hipertermia berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme

sekunder dari bakteremia/ viremia.

a. Monitor status suhu tubuh, perhatikan bila klien menggigil atau terjadi

diaporesis secara periodik.

R : mengidentifikasi kemajuan atau penyimpangan dari sasaran yang

diharapkan.

b. Berikan kompres dingin di area kepala dan lipat ketiak.

R : terjadi penyaluran suhu dari dingin ke panas sehingga dapat

membantu penurunan panas.

c. Hitung dan ukur balance cairan selama 24 jam.

R : mengidentifikasi apabila terjadi dehidrasi berkaitan dengan

hipertermi.

d. Berikan asupan cairan 2000ml/hr jika tidak ada kontraindikasi.

R : mencegah terjadinya dehidrasi dan membantu menurunkan suhu

tubuh.

e. Anjurkan menggunakan pakaian yang mudah menyerap keringat.

R : keringat akan terserap oleh kain sehingga pasien merasa nyaman.

f. Jelaskan tanda awal hipertermi : kulit memerah, sakit kepala,

keletihan, dan kehilangan nafsu makan.

Informasi yang adekuat kepada pasien akan membuat pasien mengerti

dan mengatasi agar tidak terjadi komplikasi lebih lanjut.

g. Kolaborasi dengan dokter dalam hal :

Obat penurun panas

R : berguna untuk menurunkan panas.

15

Page 16: LAPORAN ASKEP BRONCHITIS.doc

Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan peningkatan metabolisme tubuh dan penurunan nafsu makan

sekunder terhadap demam.

a. Kaji kebiasaan diet, masukan makanan saat ini. Catat derajat kesulitan

makan. Evaluasi berat badan dan ukuran tubuh.

R : Pasien distres pernafasan akut sering anoreksia karena dispnea,

produksi sputum dan obat.

b. Auskultasi bunyi usus.

R : penurunan bising usus menunjukkan penurunan motilitas gaster

dan konstipasi.

c. Berikan perawatan oral sering, buamg sekret, berikan wadah khusus

untuk sekali pakai dan tisue.

R : Rasa tak enak, bau dan penampilan adalah pencegah utama

terhadap nafsu makan dan dapat membuat mual dan muntah dengan

peningkatan kesulitan nafas.

d. Dorong periode istirahat selama 1 jam sebelum dan sesudah makan.

Berikan makan porsi kecil tapi sering.

R : membantu menurunkan kelemahan selama waktu makan dan

memberikan kesempatan untuk meningkatkan masukan kalori total.

e. Hindari makanan penghasil gas dan minuman karbonat.

R : dapat menghasilkan distensi abdomen yang menggangu napas

abdomen dan gerakan diafragma dan dapat meningkatkan dispnea.

f. Hindari makanan yang sangat panas atau sangat dingin.

R : suhu ekstrem dapat mencetuskan/ meningkatkan spasme batuk.

g. Timbang berat badan sesuai indikasi.

R berguna untuk menentukan kebutuhan kalori, menyusun tujuan

berat badan, dan evaluasi keadekuatan rencana nutrisi.

16

Page 17: LAPORAN ASKEP BRONCHITIS.doc

h. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk memberikan makanan yang mudah

dicerna.

R : meminimalkan pasien dalam penggunaan energi.

i. Kaji pemeriksaan laboratorium misal albumin serum, transferin, profil

asam amino, besi, pemeriksaan keseimbangan nitrogen, glukosa,

pemeriksaan fungsi hati, elektrolit. Berikan vitamin/mineral/elektrolit

sesuai indikasi.

R : mengevaluasi/ mengatasi kekurangan dan mengawasi keefektifan

terapi nutrisi.

Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan dan kelemahan

fisik umum.

a. Evaluasi respons pasien terhadap aktivitas. Catat laporan dispnea,

peningkatan kelemahan/ kelelahan dan perubahan tanda vital selama

dan setelah aktivitas.

R : menetapkan kemampuan/ kebutuhan pasien dan memudahkan

pilihan intervensi.

b. Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama fase akut

sesuai indikasi. Dorong penggunaan manajemen stres dan pengalih

yang tepat.

R : menurunkan stres dan rangsangan berlebihan, meningkatkan

istirahat.

c. Jelaskan pentingnya istirahat dalam rencana pengobatan dan perlunya

keseimbangan aktivitas dan istirahat.

R : tirah baring dipertahankan selama fase akut untuk menurunkan

kebutuhan metabolik, menghemat energi untuk penyembuhan.

d. Bantu pasien memilih posisi nyaman untuk istirahat dan/atau tidur.

17

Page 18: LAPORAN ASKEP BRONCHITIS.doc

R : pasien mungkin nyaman dengan kepala tingg, tidur di kursi atau

merunduk ke depan meja atau bantal.

e. Bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan. Berikan kemajuan

peningkatan aktivitas selama fase penyembuhan.

R : meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplai dan

kebutuhan oksigen.

Cemas berhubungan dengan kondisi sakit, prognosis penyakit yang

berat.

a. Bina hubungan saling percaya, lakukan kontak mata dan kontak fisik.

R : mendekatkan hubungan pasien dan perawat.

b. Bicara dengan sikap tegas, tenang dan meyakinkan.

R : menumbuhkan rasa percaya klien terhadap perawat.

c. Gunakan kalimat pendek dan sederhana.

R : pasien mudah mengerti apa yang dibicarakan perawat terutama

saat pasien cemas.

d. Observasi tingkat kecemasan melalui kemampuan memecahkan

masalah, memusatkan perhatian, ketepatan berespon terhadap situasi.

R : mengidentifikasi seberapa parah tingkat kecemasan pasien.

e. Bantu untuk mengenali faktor-faktor penyebab cemas dan upaya

mengatasinya.

R : mengidentifikasi faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam

proses penyembuhan.

f. Ciptakan lingkungan tenang, aman, jauhkan benda berbahaya.

R : membuat pasien dalam lingkungan nyaman dan aman.

g. Beri dukungan setiap melakukan aktivitas.

18

Page 19: LAPORAN ASKEP BRONCHITIS.doc

R : menumbuhkan rasa percaya diri pasien.

h. Beri kesempatan untuk memilih mekanisme koping yang efektif.

R : menumbuhkan rasa percaya diri dan menghindarkan

ketergantungan.

Kurangnya pemenuhan informasi yang berhubungan dengan

ketidakjelasan sumber informasi.

a. Jelaskan/ kuatkan penjelasan proses penyakit individu. Dorong pasien/

orang terdekat untuk menanyakan pertanyaan.

R : menurunkan ansietas dan dapat menimbulkan perbaikan partisipasi

pada rencana pengobatan.

b. Intruksikan/ kuatkan rasional untuk latiahan napas, batuk efektif dan

latihan kondisi umum.

R : napas bibir dan napas abdominal/ diafragmatik menguatkan otot

pernafasan, membantu meminimalkan kolaps jalan nafas kecil dan

memberikan individu arti untuk mengonmtrol dispnea.

c. Diskusikan obat pernafasan, efek samping dan reaksi yang tak

diinginkan.

R : penting bagi pasien untuk membedakan efek samping menggangu

(obat dilanjutkan) dan efek samping merugikan (obat mungkin

diberhentikan/ diganti).

d. Tekankan pentingnya perawatan oral/ kebersihan gigi.

R : menurunkan pertumbuhan bakteri pada mulut dimana dapat

menimbulkan infeksi saluran napas atas.

e. Diskusikan pentingnya menghindari orang yang sedang infeksi

pernafasan aktif. Tekankan perlunya vaksinasi influenza/ pnemokokal

rutin.

19

Page 20: LAPORAN ASKEP BRONCHITIS.doc

R : menurunkan pemajanan dan insiden mendapatkan infeksi saluran

napas.

f. Diskusikan faktor individu yang menurunkan kondisi seperti udara

terlalu kering, angin, lingkungan dengan suhu ekstrem, serbuk, asap

rokok, polusi udara. Dorong pasien/ orang terdekat untuk mencari cara

mengontrol faktor ini dan sekitar rumah.

R : faktor lingkungan ini apat menimbulkan/ meningkatkan iritasi

bronkial menimbulkan peningkatan produksi sekret dan hambatan

jalan napas.

g. Kaji efek bahaya rokok dan nasehatkan menghentikan rokok pada

pasien dan/atau orang terdekat.

R : penghentian merokok dapat menghambat/ memperlambat

kemajuan bronkitis.

h. Berikan informasi tentang pembatasan aktivitas dan aktivitas pilihan

dengan periode istirahat untuk mencegah kelemahan.

R : mempunyai kemampuan ini dapat memampukan pasien untuk

membuat pilihan/ keputusan informasi untuk menurunkan dispnea,

memaksimalkan tingkat aktivitas, melakukan aktivitas yang

diinginkan dan mencegah komplikasi.

i. Diskusikan pentingnya mengikuti perawatan medik, foto dada

periodik dan kultur sputum.

R : pengawasan proses penyakit untuk membuat program terapi untuk

memenuhi perubahan kebutuhan dan dapat membantu mencegah

komplikasi.

20

Page 21: LAPORAN ASKEP BRONCHITIS.doc

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. [internet]. Hptt:/www.asuhankeperawatan.com.

Anonim. 2007. ISO Indonesia volume 42. Jakarta : Penerbit Ikatan Sarjana

Farmasi Indonesia.

Aljeir. 2007. Asuhan Keperawatan dengan Infeksi dan Inflamasi Sistem

Pernafasan. Jakarta : EGC.

Bataone, Marosa. 2002. Standar Asuhan Keperawatan Medikal Bedah.

Yogyakarta : Yayasan Panti Rapih.

Doenges, Marilynn dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC.

21

Page 22: LAPORAN ASKEP BRONCHITIS.doc

22