Laporan Binder Kelompok 5 TBK - B

download Laporan Binder Kelompok 5 TBK - B

of 21

description

binder adalah lapisan lunak yang melpisi rajah kulit

Transcript of Laporan Binder Kelompok 5 TBK - B

LAPORAN PRAKTIKUMPEMBUATAN BINDER KASEIN DAN ALBUMIN

Dosen Pengampu :Sri Sumarni, B.Sc., S.T., M.sc.

Disusing Oleh :Kelompok 5 / TBK B1. Rizqi Mawaddah(130101069)2. Rofiatin Indah Syafitri(130101070)3. Toni Suryawan(13010104. Wildan Ananta Wicaksana(1301010

KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN RIPOLITEKNIK ATKYOGYAKARTA2015KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan hidayah-Nya maka penyusun telah berhasil menyelesaikan laporan praktikum mengenai Laporan Praktikum Pembuatan Binder Kasein dan Albumin. Laporan yang sederhana ini disajikan dari bahan materi yang diambil dari hasil pengamatan dari praktikum, Tanya jawab bahkan buku dan situs internet sebagai pelengkapnya.Atas terselesainya laporan praktikum ini, pada kesempatan ini mengucapkan terima kasih kepada:1. Ibu Sri Sumarni, B.Sc., S.T., M.Sc. yang telah memberikan kesempatan kepada penyusun untuk membuat laporan praktikum ini.2. Bapak Joko Samiyo dan Ibu Endang yang telah membimbing penyusun selama praktikum pembuatan binder ini.3. Teman-teman yang telah ikut serta membantu penyusun dalam mencari bahan guna mendukung penulisan laporan praktikum ini.Akhir kata tiada gading yang tak retak, begitu pula dengan laporan ini. Oleh karenanya kritik dan saran tetap dinantikan untuk membantu penyempurnaan penyusunan laporan dimasa yang akan datang. Semoga laporan ini bermanfaat bagi penyusun pada khususnya dan pembaca pada umumnya.

Yogyakarta, 28 Juni 2015 Penyusun

DAFTAR ISI

HalamanHALAMAN DEPANiKATA PENGANTARiiDAFTAR ISIiiiBAB I PENDAHULUAN4A. Latar Belakang4B. Tujuan5BAB II TINJAUAN PUSTAKA7A. Binder7B. Putih Telur7C. Susu Sapi8D. Kasein10BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM12A. Pembuatan Binder Albumin12B. Pembuatan Binder Kasein13BAB IIV PEMBAHASAN15A. Pembuatan Binder Albumin16B. Pembuatan Binder Kasein17BAB V KESIMPULAN19DAFTAR PUSTAKA20

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangKemajuan industri saat ini berkembang dengan pesat, industri kulit tersamak dan barang kulit berperan aktif di dalamnya, karena mampu menumbuhkan kegiatan ekonomi masyarakat Indonesia dan merupakan komoditas non migas yang dapat diandalkan. Pengecatan tutup pada kulit akan berperan menentukan daya tarik konsumen, apabila kulit dicat tutup dapat memberikan hasil yang baik dan memenuhi selera konsumen. Pengecatan tutup yang baik dapat menaikkan kualitas serta melancarkan pemasaran kulit jadi. Sebaliknya apabila hasil pengecatan kurang baik, maka kualitas serta pemasarannya akan menurun. Binder merupakan salah satu bahan yang digunakan dalam proses penyamakan kulit. Bahan ini memiliki fungsi atau manfaat sebagai perekat antara cat tutup dengan cat dasar. Binder ini biasanya terbuat dari bahan-bahan yang mengandung protein, contoh bahan-bahan yang mengandung protein antara lain susu, telur, kulit, dan lain-lain.Lazimnya orang-orang yang terjun di industri perkulitan cenderung menggunkan binder paten. Karena mereka sudah tahu kualitas binder paten itu sendiri. Padahal jika kita bandingkan binder konvensional dengan binder-binder paten, tidak menutup kemungkinan binder konvensional kalah kualitasnya dengan binder-binder paten.Dengan meningkatnya kebutuhan hidup dan melonjaknya harga-harga bahan-bahan kimia. Orang-orang mulai mencoba menggunakan binder alami dengan kualitas yang hampir sama, sama, atau bahkan lebih baik dibandingkan dengan binder-binder yang telah dipatenkan.Selain itu, menilik pada perkembangan zaman yang semakin canggih dan kebutuhan manusia yang juga semakin meningkat maka akan terasa sekali pentingnya perkembangan ilmu pengetahuan baik secara teoritis maupun praktis. Oleh karena itu, dengan semakin majunya peradaban manusia maka penggunaan alat pemenuhan kebutuhan juga semakin meningkat. Hal ini juga terjadi didunia etaboli perkulitan.Dalam prosesnya penyamakan tidak lepas dari penggunaan bahan bahan kimia baik yang berbahaya maupun yang tidak berbahaya. Bahanbahan kimia tersebut banyak diperoleh dari pabrik yang kebanyakan menggunakan bahan bahan kimia campuran yang memiliki dampak yang kurang baik bagi lingkungan. Bahan-bahan kimia dan pendukung lainnya ini tidaklah dapat diperbaharui dalam waktu yang singkat apabila telah habis dalam penggunaannya. Sehingga ada kekhawatiran bahwa sumber-sumber untuk memperlancar proses penyamakan ini akan habis pada suatu saat nanti.Solusi yang paling mudah adalah mencari bahan etabolism yang dapat mendukung dalam proses penyamakan yang dapat diperbaharui maupun yang masih tersedia dalam jumlah besar, seperti dari tumbuh-tumbuhan, hewan, dan alam sekitar kita yang dapat dimanfaatkan secara mudah, tanpa harus adanya bahan kimia yang berlebih. Karena apabila dalam penggunaan bahan kimia yang berlebih dengan tidak diimbangi dengan bahan alami, akan menyebabkan dampak yang etaboli bagi kulit maupun barang jadinya nanti. Dibanding dengan bahan- bahan kimia dari pabrik, penggunaan bahan alami yang berasal dari lingkungan dirasa juga lebih aman dan tentunya lebih ramah lingkungan.

B. TujuanAdapun tujuan dari praktikum ini adalah:1. Mengetahui bagaimana proses pembuatan binder/perekat dari bahan dasar susu sapi segar dan putih telur.2. Mampu mengaplikasikan binder yang telah dibuat pada kulit secara langsung.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. BinderBinder merupakan bahan perekat atau pelapis pada proses finishing penyamakan kulit, sehingga permukaan kulit halus dan rata (Sharphouse, 1971). Binder atau bahan perekat pada proses penyamakan kulit, sering digunakan pada proses finishing kulit/cat tutup. Tujuan dari cat tutup ini adalah untuk mempertinggi daya tarik dan daya tahan keawetan kulit jadinya, yaitu penampilan rajah (nerf pada kulit) seperi aslinya, misalnya: kulit glace kambing, kulit ular pyton, kulit biawak, kulit cakar ayam, kulit ikan, dan kulit buaya. Hampir semua kulit glace dan metabol menggunakan cat tutup yang memakai binder albumin/kasein. Diharapkan dengan binder ini kulit menjadi transparan dan rajah (nerf pada kulit) tampak lebih indah seperti aslinya, kulit yang dihasilkan transparan, dengan syarat; tidak mudah retak apabila melekat pada kulit, tahan terhadap panas (sinar matahari), tahan terhadap gesekan, dapat meningkatkan atau menambah daya tarik kulit jadinya, dan lebih tahan terhadap lingkungan fisik maupun kimiawi (Purnomo, 1991).Finishing mempunyai peranan yang sangat vital, selain menutup kesalahan proses sebelumnya juga melindungi permukaan kulit dan meningkatkan performance dari karakteristik yang diinginkan sehingga daya tarik meningkat yaitu dengan menggunakan binder alami (albumin dan kasein). Binder dari putih telur dan binder kasein dapat digunakan sebagai perekat pada pengecatan tutup, tetapi dari kedua binder ini masing-masing mempunyai fungsi dan pengaruh yang berbeda, dilihat dari hasil kulit jadinya. Binder dari putih telur merupakan pembentuk lapisan film yang dapat mengkilapkan kulit pada proses glazing (penggosokan dengan kaca), sedangkan binder kasein berfungsi untuk mengisi rajah yang kosong atau terbuka sehingga mencegah lipatan rajah pada kulit. Komposisi bahan kimia cat tutup terdiri atas: zat warna (pigment, aniline), perekat (binder), pelunak (softener, plastizer), pengkilap warna (brightener), pelarut (solvent), pengencer (etaboli), bahan anti gesekan (antifriction), bahan pengisi (filler). Walaupun bahan penyusun cat tutup dari bahan-bahan kimia, namun cat tutup tidak berikatan/bereaksi dengan kulit secara kimia, tetapi hanya secara fisik.

B. Putih TelurAlbumin atau putih telur, merupakan 60% dari total berat telur yang terdiri dari lapisan putih telur bagian dalam, lapisan putih telur cair, laps putih telur padat, dan chalaza (Stadelman dan Cotterill,1977, Triyuwanta, 1983). Komposisi telur : air 66,74 % , protein 12-13%, lemak 10,5%, abu 5% dan Ca serta pospor masing-masing 0,5%.Putih telur mudah menggumpal pada suhu 55C , sehingga penambahan asam karbol (fenol) dapat dijadikan sebagai pengawet. Protein mengalami denaturasi pada suhu 65C, denaturasi yaitu terjadinya perubahan fisik dari protein yang ada pada putih telur karena pengaruh suhu dan Ph tinggi, serta pemanasan di atas suhu 60C.Binder dari putih telur merupakan pembentuk lapisan film yang dapat mengkilapkan kulit pada proses glazing (penggosokan dengan kaca).

C. Susu SapiMenurut Siregar (1990), susu merupakan hasil sekresi kelenjar susu sapi yang sedang laktasi atau ternak yang sedang laktasi, dan pemerahan dilakukan secara sempurna, tanpa ditambah atau dikurangi oleh sesuatu komponen. Protein penyusun utama pada susu adalah kasein, yang banyaknya mencapai 80% dari protein yang ada. Protein dalam susu dapat mengalami denaturasi pada suhu 65C, yakni terjadi perubahan fisis pada susu akibat pengaruh Ph dan suhu yang tinggi.Susu segar mempunyai nilai Ph 6,6-6,7 susu mengalami penurunan bila terjadi aktifitas di dalam susu yang dapat menghasilkan asam, misalnya bakteri acetobacter aceti yang menghasilkan asam asetat. Susu mempunyai nilai ph 6,8 atau lebih diakibatkan oleh ketidakseimbangan mineral didalam susu. Susu mempunyai cita rasa manis dan agak asin. Rasa asin berasal dari klorida dan sitrat dari garam-garam mineral.Menurut Kirk (1954) dan Hourowitz (1955) protein merupakan kumpulan gumpalan-gumpalan amino dari asam amino yang memiliki ikatan etabol. Sedangkan asam amino adalah asam karboksilat yang mengandung gugus asam amino. Protein bila dihidrolisis akan menghasilkan asam amino 20 turunan.Turunan dari asam amino dari hasil hidrolisa dapat dikelompokkan menjadi 4 kelompok, yaitu:1. Asam amino yang rantai cabangnya bersifat kationik atau bersifat basa.Contoh: Arginine, Lysine, Histidine2. Asam amino yang rantai cabangnya bersifat etabol atau bersifat asam.Contoh: Glutamic acid, Aspartic acid3. Asam amino yang rantai cabangnya bersifat netral.Contoh: Serine, Threonine, Tyrosine, Tryptophan, Cystine, Methionine, Hydroxyproline.4. Asam amino yang rantai cabangnya bersifat nonpolar.Contoh: Glycine, Leucine, Isoleucine, Phenililala nine, prolineProtein dalam susu mencapai 3,25%. Struktur primer protein terdiri atas rantai polipeptida dari asam-asam amino yang disatukan ikatan-ikatan peptida (peptide linkages). Beberapa protein spesifik menyusun protein susu. Kasein merupakan komponen protein yang terbesar dalam susu dan sisanya berupa whey protein. Kadar kasein pada protein susu mencapai 80%. Kasein terdiri atas beberapa fraksi seperti alpha-casein, betha-casein, dan kappa-casein. Kasein merupakan salah satu komponen metabol yang berlimpah dalam susu bersama dengan lemak dan laktosa (Anonim, 2012). D. KaseinKasein berasal dari bahasa latin yaitu kasein yang berasal dari kata caesus yaitu keju. Kasein adalah zat yang digunakan sebagai stabilisator emulsi air susu. Kasein merupakan proteida fosfor yang dijumpai dalam endapat koloida air susu.Kasein merupakan hasil pengolahan susu yang larut dalam larutan alkali dan asam pekat, mengendap dalam asam lemak, dan tidak larut dalam air, digunakan dalam pembuatan kertas sebagai bahan perekat dan pengikat pigmen pada permukaan kertas cetak seni atau digunakan dalam ofset sebagai bahan peka cahaya dalam pembuatan pelat (Anonim, 2012).Protein adalah salah satu bio-makromolekul yang penting perananya dalam makhluk hidup. Fungsi dari protein itu sendiri secara garis besar dapat dibagi ke dalam dua kelompok besar, yaitu sebagai bahan struktural dan sebagai mesin yang bekerja pada tingkat molekular. Apabila tulang dan kitin adalah beton, maka protein struktural adalah dinding batu-batanya. Beberapa protein struktural, fibrous protein, berfungsi sebagai pelindung, sebagai contoh a dan b-keratin yang terdapat pada kulit, rambut, dan kuku. Sedangkan protein struktural lain ada juga yang berfungsi sebagai perekat, seperti kolagen.Protein dapat memerankan fungsi sebagai bahan struktural karena seperti halnya polimer lain, protein memiliki rantai yang panjang dan juga dapat mengalami cross-linking dan lain-lain. Selain itu protein juga dapat berperan sebagai biokatalis untuk reaksi-reaksi kimia dalam sistem makhluk hidup. Makromolekul ini mengendalikan jalur dan waktu metabolisme yang kompleks untuk menjaga kelangsungan hidup suatu organisma. Suatu sistem metabolisme akan terganggu apabila biokatalis yang berperan di dalamnya mengalami kerusakan.Bagaimana suatu protein dapat memerankan berbagai fungsi dalam sistem makhluk hidup? Jawabnya adalah terletak pada strukturnya. Struktur protein terdiri dari empat macam struktur. Struktur pertama adalah struktur primer. Struktur ini terdiri dari asam-asam amino yang dihubungkan satu sama lain secara kovalen melalui ikatan peptida. Informasi yang menentukan urutan asam amino suatu protein tersimpan dalam molekul DNA dalam bentuk kode genetik. Sebelum kode genetik ini diterjemahkan menjadi asam-asam amino yang membangun struktur primer protein, mula-mula kode ini disalin kedalam bentuk kode lain yang berpadanan dengan urutan kode genetik pada DNA, yaitu dalam bentuk molekul RNA.

BAB IIIMETODOLOGI PRAKTIKUM

A. Pembuatan Binder Kasein1. Alat dan BahanAlat :a. ii

b. Beaker glassc. Spatula/pengadukd. Kompor listrike. Thermometerf. Corong gelasg. Kertas saringh. Cawan petrii. Ovenj. Kertas pHk. Pipet tetesl. Piknometerm. Neraca digital

Bahan :a. Susu sapi segar 0.5 literb. Asam Formiat

2. Cara Kerjaa. Menuang 0.5 liter susu sapi segar ke dalam beaker glass.b. Mengecek pH awal susu sapi segar.c. Menguji berat jenis susu sapi segar dengan piknometer.d. Memanaskan susu sapi sampai suhu antara 340 C 360 C.e. Menambah asam formiat sedikit demi sedikit sampai pH mencapai 4.5 4.7.f. Mengaduk susu secara perlahan dan menunggu sampai gumpalan kasein tercipta sempurna.g. Menyaring gumpalan kasein dan dipisahkan dari cairan kekuningan dari susu tersebut.h. Meletakkan gumpalan di atas cawan petri.i. Mengoven gumpalan kasein sampai kering.

3. Perhitungan dan Pengamatana. pH pH awal: 6,5 pH akhir: 4,5b. Berat jenisBerat pikno kosong: 23,4568 gramBerat pikno + susu: 48,9970 gramVolume pikno kosong: 25 ml

B. Pembuatan Binder Albumin1. Alat dan BahanAlat :a. Beaker glassb. Spatula/pengadukc. Neraca digitalBahan :a. Putih telur 40 gramb. Silicon emulsi 40 gramc. Gliserin 30 gramd. Amoniak 5 grame. Aquades

2. Cara Kerjaa. Memisahkan putih telur dengan kuning telur dan menyiapkan putih telur sebanyak 40 gram.b. Memasukkan putih telur tersebut ke dalam beaker glass.c. Menambah 40 gram silicon emulsi + 30 gram gliserin + 5 gram amoniak.d. Mengaduk larutan kental sampai homogen.e. Menambah aquadest sampai volume 200 ml.

BAB IVPEMBAHASAN

Protein pada putih telur dan protein pada susu sapi segar mempunyai perbedaan yang sangat tinggi. Menurut Purnomo (1991), penggunaan binder putih telur secara langsung dapat menyebabkan mengkerutnya kulit, menjadikan permukaan kulit akan lebih kecil dan lama-kelamaan akan menjadi rusak, oleh karena itu untuk membuat binder perlu dilakukan pengenceran. Albumin mempunyai sifat kilap yang baik tetapi keras dan rapuh jika terlalu tebal pada penggunaannya (Sharpouse, 1971), adapun protein pada susu sapi segar (kasein) mengandung lemak sebagai bahan anti gesekan dan membantu meningkatkan daya kilap.Penggunaan binder protein perlu dilakukan glazing untuk mengkilapkan rajah kulit dengan menggunakan kerang (yang permukaannya halus) atau dengan botol dengan cara menggosok-gosokkan searah rajah, agar rajah tidak rusak dan mengkilap.Komposisi bahan kimia cat tutup untuk setiap jenis kulit dan jenis penyamakan berbeda-beda. Perbedaan komposisi bahan kimia ini juga akan mengakibatkan perbedaan perlakuan, pembuatan formula cat tutup dan sistem atau metode pengecatan itu sendiri. Secara umum cat kulit terdiri atas: zat warna (pigment, aniline), perekat (binder), pelunak (softener, plastizer), pengkilap warna (brightener), pelarut (solvent), pengencer (diluent), bahan anti gesekan (antifriction), bahan pengisi (filler). Bahan penyusun cat tutup dari bahan-bahan kimia, namun cat tutup tidak berikatan atau bereaksi dengan kulit secara kimia, tetapi hanya secara fisik (Purnomo, 1992).Pelapisan dasar (base coat) bertujuan untuk meningkatkan keseragaman kepadatan kulit karena bahan yang dipakai adalah binder dan filler yang dapat mengisi serat kulit yang kosong. Penggunaan pelunak agar lapisan tidak mudah pecah. Pelapisan atas (top coat) bertujuan untuk meningkatkan ketahanan gosok serta memberikan efek kilap pada kulit jadinya.

A. Pembuatan Binder AlbuminPada pembuatan binder albumin yang berasal dari putih telur, langkah kerja pertama yang kami lakukan adalah menimbang putih telur sebanyak 40 gram. Fungsi putih telur selain sebagai bahan dasar pembuatan binder albumin tetapi juga sebagai binder yang dapat dipakai untuk kulit yang memerlukan keindahan nerf, misal untuk kulit biawak, kulit buaya, ataupun kulit ular. Putih telur dapat membuat nerf tidak mudah retak karena merekat kuat di permukaan kulit dan tahan pula terhadap gesekan (Sumarni, 2013).Setelah itu ditambahakan 30 gram gliserin, fungsi gliserin adalah sebagai tackifier atau penambah daya rekat binder dan sebagai plasticizer, sehingga kulit yang diaplikasikan menjadi lebih lemas dan tahan terhadap goresan. Setelah penambahan gliserin sambil diaduk, selanjutnya adalah menambahkan 5 gram amoniak sebagai pengawet supaya binder menjadi tahan lama. Fungsi amoniak juga untuk menaikkan pH menjadi 8-9. Selanjutnya ditambahkan silicon emulsi 40 gram . Fungsi penambahan bahan tersebut adalah sebagai bahan pelican base coat. Selanjutnya ditambahkan 1 gram dyestuff (warna cokelat). Tujuan penambahan dyestuff adalah untuk memberi warna, sehingga kulit yang dihasilkan berwarna cokelat dan memperindah penampilan fisik kulit tersebut. Setelah semuanya tercampur merata, selanjutnya ditambahkan aquades sampai 200 ml, lalu diaduk sampai homogen. Fungsi air adalah sebagai pelarut bahan-bahan kimia. Binder putih telur biasanya digunakan untuk memperoleh hasil kulit yang rajah kulitnya kelihatan.

B. Pembuatan Binder KaseinBinder kasein merupakan bahan pengemulsi pigmen. Didalam emulsi, cat pigmen kan dikelilingi oleh binder sehingga cat pigment dapat merekat diatas permukaan kulit. Pada emulsi cat, binder berfungsi merekatkan pigmen pada permukaan kulit.Binder kasein merupakan binder alami yang berasal dari susu sapi. Binder alami merupakan binder yang berasal dari alam. Pembuatan binder kasein dimulai dengan susu sapi dimasukkan kedalam gelas beaker sebanyak 500 ml kemudian dipanaskan sampai suhu 340 C 360 C dan jangan sampai lebih dari itu karena dapat menyebabkan denaturasi ( kerusakan protein) pada susu sapi. Tujuan dari pemanasan adalah untuk memecah molekul koloid susu, sehingga susu mudah bereaksi dengan zat lain dalam hal ini adalah asam formiat.Setelah suhu pemanasan tercapai, maka gelas beaker diturunkan kemudian ditetesi dengan asam formiat sedikit demi sedikit sambil dikontrol pHnya. Tujuan ditambahkan asam asetat adalah untuk menurunkan pH susu sehingga menyebabkan kasein susu menggumpal karena adanya pengaruh dari penambahan asam. pH awal susu adalah 6,5 kemudian setelah penambahan asam formiat, pH susu turun sampai 4,5. Pada pH 4,5 tersebut susu akan menggumpal dikarenakan pada pH tersebut, protein mencapai isoelektrik. Titik isoelektrik adalah terjadi keseimbangan antara asam muatan positif (+) dan muatan negetif (-) pada protein, sehingga diletakkan pada medan listrik dan ion-ion nya tidak akan bergerak.Setelah kasein susu menggumpal, maka disaring dengan menggunakan kertas saring untuk menyaring atau memisahkan gumpalan kasein dari filtrat yang tidak digunakan. Gumpalan casein yang didapatkan kemudian dimasukkan kedalam cawan petri, kemudian dimasukkan kedalam oven yang bertujuan untuk mengeringkan kasein sampai membentuk bubuk, sehingga binder kasein lebih awet untuk disimpan dan tahan terhadap mikrobia.

BAB VKESIMPULAN

Dari praktikum pembuatan binder yang kami lakukan dapat ditarik kesimpulan yaitu : 1. Binder merupakan suatu bahan perekat yang digunakan untuk merekatkan warna dengan kulit pada proses finishing penyamakan kulit.2. Binder dari putih telur dan susu sapi termasuk binder alami.3. Hasil binder dari putih telur berwarna cokelat karena ditambah dyestuff cokelat, sedangkan binder susu sapi berwarna kuning kecoklatan berbentuk bubuk.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012. http://id.shvoong.com/medicine-and-health/nutrition/2212800-kandungan-protein-dalam-susu/#ixzz1j0lPzWWG. Diakses : 26 Juni 2015, 19.21.

Anonim. 2012. http://id.shvoong.com/exact-sciences/physics/2119918-pengertian-kasein/#ixzz1j0kvQinU. Diakses : : 26 Juni 2015, 19.22.

Kirk, R.E and Donald F Othner. 1954. Encycyclopedia of Chemical Technology. Marck Printing Co : New York.

Purnomo, E. 1991. Penyamakan Kulit Reptil. Cetakan I. Kanisius : Yogyakarta.

Purnomo, E. 1992. Penyamakan Kulit Kaki Ayam. Cetakan I. Kanisius : Yogyakarta.

Sharphouse, J.H,. 1971. Leather Technicians Hand Book. Leather Producers Association : London.

Siregar, S.M.S. 1990. Sapi Perah Jenis Teknik Pemeliharaan Dan Analisa Usaha. Penebar Swadaya : Jakarta.