Laporan BJ

download Laporan BJ

of 40

description

laporan farmasi fisika

Transcript of Laporan BJ

BAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangSetiap zat kimia memiliki sifat-sifat yang khas yang dapat dibagi menjadi beberapa bagian yang luas. Di antaranya yaitu ada yang disebut dengan sifat intensif dan sifat ekstensif. Yang dimaksud dengan sifat intensif adalah sifat yang tidak tergantung dari ukuran sampel, sedangkan yang dimaksud dengan sifat ekstensif adalah sifat yang tergantung dari ukuran sampel.Salah satu dari sifat intensif yaitu densitas. Densitas atau yang biasa juga disebut dengan massa jenis, bobot jenis, atau kerapatan zat merupakan karakteristik mendasar yang dimiliki oleh suatu zat. Kerapatan suatu zat merupakan hasil perbandingan antara massa suatu sampel dalam satuan gram dengan volume dari sampel tersebut dalam satuan milliliter, sehingga satuan dari densitas adalah g/mL.Massa jenis suatu benda bersifat tetap, artinya jika ukuran dan bentuk benda diubah, massa jenis benda tidak berubah. Untuk menentukan massa benda dapat dilakukan dengan menimbang benda tersebut dengan timbangan yang sesuai, seperti neraca analitik atau yang lainnya.

Dewasa ini telah banyak alat yang dibuat untuk memudahkan kita dalam mengukur bobot jenis dan kerapatan zat. Bobot jenis zat dapat diukur dengan menggunakan berbagai jenis alat ukur salah satunya piknometer. Dengan menggunakan piknometer, kita dapat melihat perbedaan hasil akhir bobot jenis dan massa jenis suatu zat. Alat piknometer ini, dipengaruhi oleh sifat larutan, pH dan pengaruh temperatur.Di antara sifat-sifat yang dimiliki oleh zat,salah satu sifat yang paling berpengaruh terhadap bioavailabilitas dari sediaan farmasi adalah bobot jenis dan rapat jenisnya. Cara penentuan bobot jenis sangat penting diketahui oleh seorang farmasis karena tiap larutan mempunyai bobot jenis dan rapat jenis yang berlainan sehingga dalam penggunaan setiap zat dapat diidentifikasikan secara kualitatif yang sangat erat hubungannya dengan massa dan volumenya.Di samping itu, dengan mengetahui bobot jenis suatu zat, maka akan mempermudah dalam memformulasi obat. Karena dengan mengetahui bobot jenisnya maka kita dapat menentukan apakah suatu zat dapat bercampur atau tidak dengan zat lainnya.Dibidang farmasi bobot jenis digunakan untuk mengetahui kekentalan suatu zat cair. Selain itu digunakan untuk mengetahui kemurnian suatu zat dengan menghitung berat jenisnya, kemudian dibandingkan dengan teori yang ada, jika berat jenisnya mendekati maka dapat dikatakan zat tersebut memiliki kemurnian yang tinggi. B. Maksud PercobaanMengetahui dan memahami cara-cara penentuan bobot jenis dan kerapatan suatu larutan tertentu dengan menggunakan metode tertentu.C. Tujuan Percobaan1. Menentukan bobot jenis zat cair yaitu sirup ABC, sirup DHT, sirup Freiss, sirup Marjan, Pocari Sweat, dan parafin cair.2. Menentukan kerapatan suatu padatan.

BAB IITINJAUAN PUSTAKAA. Teori UmumKeadaan bahan secara keseluruhan secara mudah dapat dibagi menjadi zat padat dan fluida. Zat padat cenderung tegar dan mempertahankan bentuknya, sementara fluida tidak mempertahankan bentuknya tetapi mengalir. Fluida meliputi cairan, yang mengalir di bawah pengaruh gravitasi sampai menempati daerah terendah yang mungkin dari penampungnya, dan gas, yang mengembang mengisi penampungnya tanpa peduli bentuknya. Perbedaan antara zat padat dan cairan tidak tajam. Walaupun es dianggap sebagai zat padat, aliran sungai es sangat dikenal. Demikian pula kaca dan bahkan batu di bawah tekanan yang besar, cenderung mengalir sedikit untuk periode waktu yang panjang (Petrucci, 1999).Bobot jenis adalah konstanta atau tetapan bahan yang bergantung pada suhu unutuk padat, cair, dan bentuk gas yang homogen. Didefinisikan sebagai hubungan dari massa suatu bahan terhadap volumenya. Atau bobot jenis adalah suatu karakteristik bahan yang penting yang digunakan untuk pengujian identitas dan kemurnian dari bahan obat dan bahan pembantu, terutama dari cairan dan zat-zat bersifat seperti malam (Voigt, 1994).Bobot jenis suatu zat adalah perbandingan antara bobot zat dibanding dengan volume zat pada suhu tertentu (biasanya 25oC). Rapat jenis (specific gravity) adalah perbandingan antara bobot jenis suatu zat pada suhu tertentu (biasanya dinyatakan sebagai 25o/25o, 25o/4o, 4o,4o). Untuk bidang farmasi biasanya 25o/25o (Tim asisten UNHAS, 2008).Kerapatan atau densitas adalah massa per satuan. Satuan umumnya adalah kilogram per meter kubik, atau ungkapanyangumum, gram per sentimeter kubik, atau gram per milliliter. Pernyataan awal mengenai kerapatan adalah bobot jenis. Satuannya sudah kuno dan sebaiknya tidak dipakai lagi. Penjelasan berikut diberikan sebagai petunjuk. (Brescia dkk., 1975).Penentuan bobot jenis berlangsung dengan pikonometer, Areometer, timbangan hidrostatis (timbangan Mohr-Westphal) dan cara manometeris. Kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing monografi, penetapan bobot jenis digunakan hanya untuk cairan, dan kecuali dinyatakan lain, didasarkan pada perbandingan bobot zat di udara pada suhu 250terhadap bobot air dengan volume dan suhu yang sama. Bila suhu ditetapkan dalam monografi, bobot jenis adalah perbandingan bobot zat di udara pada suhu yang ditetapkan terhadap bobot air dengan volume dan suhu yang sama. Bila pada suhu 250C zat berbentuk padat, tetapkan bobot jenis pada suhu yang telah tertera pada masing-masing monografi, dan mengacu pada airyang tetap pada suhu 250C (Voigt, 1994).Dalam farmasi, perhitungan bobot jenis terutama menyangkut cairan, zat padat, dan air merupakan pilihan yang tepat untuk digunakan sebagai standar karena mudah didapat dan mudah dimurnikan. (Ansel, 1989).Menurut defenisi, rapat jenis adalah perbandingan yang dinyatakan dalam desimal, dari berat suatu zat terhadap berat dari standar dalam volume yang sama kedua zat mempunyai temperatur yang sama atau temperatur yang telah diketahui. Air digunakan untuk standar untuk zat cair dan padat, hidrogen atau udara untuk gas. Dalam farmasi, perhitungan bobot jenis terutama menyangkut cairan, zat padat dan air merupakan pilihan yang tepat untuk digunakan sebagai standar karena mudah didapat dan mudah dimurnikan (Lachman, 1994).Berbeda dengan kerapatan, bobot jenis adalah bilangan murni atau tanpa dimensi, yang dapat diubah menjadi kerapatan dengan menggunakan rumus yang cocok. Bobot jenis untuk penggunaan praktis lebih sering didefinisikan sebagai perbandingan massa dari suatu zat terhadap massa sejumlah volume air pada suhu 40C atau temperatur lain yang telah ditentukan (Ansel, 1989).Kerapatan partikel, karena partikel bisa keras dan lembut dalam satu hal dan kasar serta berpori dalam hal lainnya, seseorang harus menyatakan kerapatan dengan hati-hati. Kerapatan partikel secara umum didefinisikan sebagai berat per satuan volume, kesulitan timbul bila seseorang mencoba untuk menentukan volume dan partikel yang mengandung retakan-retakan mikroskopis pori-pori dalam ruang kapiler (Martin, 1993).Untuk mudahnya, bisa didefinisikan tiga tipe kerapatan, yaitu (Martin, 1993):1. Kerapatan sebenarnya dari bahan itu sendiri, tidak termasuk rongga-rongga dan pori-pori di dalam partikel yang lebih besar dari dimensi molekuler atau dimensi atomis dalam kisi-kisi kristal.2. Kerapatan granul, seperti ditentukan oleh perpindahan tempat dari air raksa, yang tidak mempenetrasi pada tekanan biasa ke dalam pori-pori yang lebih kecil sekitar 10 mili micron.3. Kerapatan bulk, seperti ditentukan dari volume bulk dan berat suatu serbuk kering dalam sebuah gelas ukur.Kerapatan sebenarnya adalah kerapatan dari bahan padat yang nyata (sebenarnya). Metode untuk menentukan kerapatan padatan tidak berpori dengan pemindahan cairan di mana padatan tersebut tidak larut ditemukan dalam buku-buku farmasi umum. Jika bahan berpori seperti halnya kebanyakan serbuk-serbuk, kerapatan sebenarnya dapat ditentukan dengan menggunakan densitometer helium (Martin, 1993).Kerapatan granul bisa ditentukan dengan suatu metode yang serupa dengan metode pemindahan cairan. Digunakan air raksa, karena air raksa mengisi ruang-ruang kosong tetapi tidak berpenetrasi ke dalam pori-pori dalam dari partikel. Kerapatan bulk didefinisikan sebagai massa dari suatu serbuk dibagi dengan volume bulk (Martin, 1993).Pengujian bobot jenis dilakukan untuk menentukan 3 macam bobot jenis yaitu (Lachman, L., 1994) :1. Bobot jenis sejatiMassa partikel dibagi volume partikel tidak termasuk ronggga yang terbuka dantertutup.2. Bobot jenis nyataMassa partikel dibagi volume partikel tidak termasuk pori/lubang terbuka, tetapi termasuk pori yang tertutup.3. Bobot jenis efektifMassa parikel dibagi volume partikel termausk pori yang tebuka dan tertutup.Seperti titik lebur, titik didih atau indeks bias (bilangan bias). Kerapatan relatif merupakan besaran spesifik zat. Besaran ini dapat digunakan untuk pemeriksankonsentrasi dan kemurniaan senyawa aktif, senyawa bantu dan sediaan farmasi. (Voigt, 1994).Metode penentuan untuk cairan (Roth, Hermann J dan Gottfried Blaschke, 1988):1. Metode PiknometerPrinsip metode ini didasarkan atas penentuan massa cairan dan penentuan ruang, yang ditempati cairan ini. Untuk ini dibutuhkan wadah untuk menimbang yang dinamakan piknometer. Ketelitian metode piknometer akan bertambah hingga mencapai keoptimuman tertentu dengan bertambahnya volume piknometer. Keoptimuman ini terletak pada sekitar isi ruang 30 ml.2. Metode Neraca HidrostatikMetode ini berdasarkan hukum Archimedes yaitu suatu benda yang dicelupkan ke dalam cairan akan kehilangan massa sebesar berat volume cairan yang terdesak.3. Metode Neraca Mohr-WestphalBenda dari kaca dibenamkan tergantung pada balok timbangan yang ditoreh menjadi 10 bagian sama dan disitimbangkan dengan bobot lawan. Keuntungan penentuan kerapatan dengan neraca Mohr-Westphal adalah penggunan waktu yang singkat dan mudah dlaksanakan.4. Metode areometerPenentuan kerapatan dengan areometer berskala (timbangan benam, sumbu) didasarkan pada pembacaan seberapa dalamnya tabung gelas tercelup yang sepihak diberati dan pada kedua ujung ditutup dengan pelelehan.

B. Uraian Bahan1. Asam Borat (Ditjen POM 1979 : 49)Nama resmi:ACIDIUM BORICUMNama lain:Asam BoratRM / BM:C3BO3 / 61,83Kerapatan: 1,435 g/mLPemerian:Hablur halus dan ringan, tidak berwarna, tidak berbau.Kelarutan:Larut dalam lebih kurang 350 bagian air, dalam lebih kurang 3 bagian etanol (95%) P, dalam 8 bagian kloroform P dan dalam 3 bagian eter P.Penyimpanan:Dalam wadah tertutup baikKegunaan :Sebagai sampel percobaan kerapatan2. Alkohol (Ditjen POM 1979 : 65)Nama resmi:AETHANOLUMNama lain:Etanol / AlkoholRM / BM:C2H5OH / 46,07Pemerian:Cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap, dan mudah bergerak; bau khas; rasa panas. Mudah terbakar dengan memberikan nayala biru yang tidak berasap.Kelarutan:Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P dan dalam eter P.Penyimpanan:Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya; di tempat sejuk, jauh dari nyala api.Kegunaan:sebagai penghilang lemak dan mempercepat pengeringan piknometer3. Air Suling (Ditjen POM 1979 : 96)Nama resmi:AQUA DESTILLATANama lain:Air SulingRM / BM:H2O / 18,02Pemerian:Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak mempunyai rasa.Penyimpanan:Dalam wadah tertutup baikKegunaan:untuk membersihkan piknometer sebelum dikeringkan dengan alkohol4. Parafin Cair (Ditjen POM 1979 : 474)Nama resmi:PARAFFINUM LIQUIDUMNama lain:Parafin CairPemerian: cairan kental, transparan, tidak berfluoresensi, tidak berwarna, hamper tidak berbau, hamper tidak mempunyai rasa Kelarutan:Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol (95%) P; larut dalam kloroform P dan dalam eter P.Penyimpanan:Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya.Kegunaan:Sebagai sampel dan penghilang pori tertutup5. Komposisi Sirup ABCGula, air, perisa cocpandan, pengawet natrium benzoate, pengatur keasaman, sari kelapa, sari pandan, pewarna ponceau 4 R Cl 16255 dan tartrazin Cl 19140.6. Komposisi Sirup DHTGula pasir, air, pewarna ponceau, perasa pisang ambon.7. Komposisi Sirup FreissAir, gula, pengatur keasaman, perisa artificial jeruk (mengandung antioksidan BHA), pemanis buatan, natrium siklamat 0,08% minimum siap saji (ADI 0-11 mg/kg berat badan), sukraiosa 0,003% minimum siap saji (ADI 0-15 mL/kg berat badan), penstabil (natrium karboksimetil selulosa), pengawet (natrium benzoat), garam, pewarna makanan (kuning FCF Cl 15985, tartrazin Cl 19140), sari buah jeruk 0,01%.8. Komposisi Sirup MarjanGula pasir, air, konsentrat melon, pengatur keasaman asam sitrat, perisa melon, pewarna (Tartrazin (CI 19140) & Biru berlian (CI 42090)).9. Komposisi Pocari SweatAir, gula, pengatur keasaman, perisa sitrus, natrium klorida, kalium klorida, kalsium laktat, magnesium karbonat, dan antioksidan asam askorbat.C. Prosedur Kerja1. Menentukan Kerapatan Bulka. Timbang asam borat sebanyak 10 g, kemudian masukkan kedalam gelas ukur 50 mLb. Ukur volume zat padatc. Hitung kerapatan bulk menggunakan persamaan

Bobot Zat Padat (g)Kerapatan Bulk = Volume Bulk (mL)

2. Menentukan Kerapatan Mampata. Timbang zat padat sebanyak 10 gramb. Masukkan kedalam gelas ukurc. Ketuk sebanyak 100 kali ketakutand. Ukur volume yang terbentuke. Hitung kerapatan mampat dengan persamaan

Bobot Zat Padat (g)Kerapatan Mampat = Volume Mampat (mL)

3. Menentuan Kerapatan Sejatia. Timbang piknometer yang bersih dan kering bersama tutupnya (W1)b. Isi piknometer dengan zat padat kira-kira mengisi 2/3 bagian volumenya. Timbang piknometer berisi zat padat beserta tutupnya (W3)c. Isikan parafin cair perlahan-lahan ke dalam piknometer berisi zat padat, kocok-kocok, dan isi sampai penuh sehingga tidak ada gelembung udara di dalamnyad. Timbang piknometer berisi zat padat dan parafin cair tersebut beseta tutupnya (W4)e. Bersihkan piknometer dan isi penuh dengan parafin cair hingga tidak ada gelembung didalamnya. f. Timbang piknometer berisi penuh parafin cair dan tutupnya (W2)g. Hitung kerapatan zat menggunakan persamaan

(W3-W1)Ppadatan = (W2-W1)-(W4-W3)

4. Menentukan Bobot Jenis Cairana. Gunakan piknometer yang bersih dan keringb. Timbang piknometer kososng (W1), lalu isi dengan air suling, bagian luar piknometer dilap sampai kering dan ditimbang (W2)c. Buang air suling tersebut, keringkan piknometer lalu isi dengan cairan yang akan diukur bobot jenisnya pada suhu yang sama pada saat pengukuran air suling, dan timbang (W3)d. Hitung bobot jenis cairan menggunakan persamaan

W3-W1Dt = W2-W1

BAB IIIMETODE KERJAA. AlatAlat yang digunakan selama praktikum, yaitu Corong, Gelas Ukur 50 mL, Pipet Tetes, Piknometer 25 mL, Timbangan Analitik, dan Tap Density Tester.B. BahanBahan yang digunakan selama praktikum, yaitu Asam Borat, Alkohol, Air suling, Parafin cair, Sirup ABC, Sirup DHT, Sirup Freiss, Sirup Marjan, Pocari Sweat, dan Tissu.C. Cara Kerja1. Menentukan Kerapatan Bulka. Ditimbang Asam Borat sebanyak kurang lebih 10 g.b. Dimasukkan ke dalam gelas ukur.c. Diukur volume Asam Borat.d. Ditentukan kerapatan bulk dengan menghitung perbandingan antara berat Asam Borat dengan volume Asam Borat.2. Menentukan Kerapatan Mampata. Ditimbang Asam Borat sebanyak kurang lebih 10 g.b. Dimasukkan ke dalam gelas ukur.c. Diketuk sebanyak 100 kali ketukan menggunakan alat tap density tester.d. Diukur volume Asam Borat.e. Ditentukan kerapatan mampat dengan menghitung perbandingan antara berat Asam Borat dengan volume Asam Borat setelah dimampatkan.3. Menentukan Kerapatan Sejatia. Ditimbang piknometer kosong yang sebelumnya telah dibersihkan dengan air suling dan alkohol dan dikeringkan beserta tutupnya.b. Diisi piknometer dengan paraffin cair hingga penuh dan tidak ada rongga udara di dalamnya, kemudian ditimbang.c. Dibersihkan piknometer dengan air suling dan alcohol lalu dikeringkan beserta tutupnya.d. Dimasukkan Asam Borat sebanyak kurang lebih 10 g ke dalam piknometer, kemudian ditimbang.e. Dimasukkan paraffin cair secara perlahan-lahan ke dalam piknometer tersebut hingga penuh, dikocok-kocok hingga tidak ada lagi rongga udara di dalamnya, kemudian ditimbang pada suhu 25oC.f. Ditentukan berat parafin pada suhu 25oC dengan menghitung selisih antara berat piknometer yang berisi paraffin cair dengan berat piknometer kosong.g. Ditentukan berat asam borat dengan menghitung selisih antara berat parafin cair pada suhu 25oC dengan berat piknometer kosong.h. Ditentukan berat Asam Borat dan parafin dengan menghitung selisih antara berat piknometer berisi asam borat dan paraffin cair pada suhu 25oC dengan berat piknometer kosong.i. Ditentukan berat parafin yang digantikan dengan menghitung selisih antara berat parafin pada suhu 25oC dengan berat asam borat dan selisihnya dengan berat sampel parafinj. Ditentukan volume asam borat dengan menghitung perbandingan antara berat paraffin yang digantikan dengan bobot jenis paraffin cair.k. Ditentukan kerapatan sejatinya dengan menghitung perbandingan antara berat asam borat dengan volume asam borat.4. Menentukan Bobot Jenis Cairana. Ditimbang piknometer kosong yang sebelumnya telah dibersihkan dengan air suling dan alkohol dan dikeringkan beserta tutupnyab. Masukkan parafin cair kedalam piknometer hingga penuh dan tidak ada lagi rongga udara didalamnya c. Ditimbang piknometer berisi parafin beserta tutupnyad. Ditentukan berat parafin dengan selisih antara berat piknometer berisi parafin cair dengan piknometer kosonge. Ditentukan bobot jenis parafin dengan menghitung perbandingan antara berat parafin dengan volume piknometerf. Diulangi percobaan untuk sampel sirup ABC, sirup DHT, sirup Freiss, sirup Marjan, dan Pocari Sweat.

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASANA. Data Hasil Pengamatan1. Tabel Hasil Pengamatan Bobot JenisSampelBobot Jenis (g/mL)

Sirup ABC1,42

Sirup Marjan0,74

Pocari Sweat0,99

Sirup Freiss1,09

Sirup DHT1,35

Parafin cair0,99

2. Tabel Hasil Pengamatan Kerapatan KelompokKerapatan Bulk (g/mL)Kerapatan Mampat (g/mL)Kerapatan Sejati (g/mL)

I0,901,001,78

II0,830,911,72

III0,830,911,76

IV0,830,911,82

V0,770,901,55

B. Perhitungan1. Perhitungan Bobot Jenis

W3-W1Dt = W2-W1Rumus :

a. Sirup ABCDt = W3-W1 Volume piknometer =46,96-11,28 25 =1,42 g/mLb. Sirup DHTDt = W3-W1 Volume piknometer = 55,00-22,03 25 = 1,31 g/mL

c. Sirup FreissDt = W3-W1 Volume piknometer = 50,59-23,32 25 = 1,09 g/mLd. Sirup MarjanDt = W3-W1 Volume piknometer = 49,17-30,62 25 = 0,74 g/mLe. Pocari SweatDt = W3-W1 Volume piknometer = 46,50-21,53 25 = 0,99 g/mL

2. Perhitungan Kerapatan Bulk Rumus :

Bobot Zat Padat (g)Kerapatan Bulk = Volume Bulk (mL)

Kerapatan Bulk = 10 g 12 mL = 0,83 g/mL3. Perhitungan Kerapatan MampatRumus :

Bobot Zat Padat (g)Kerapatan Mampat = Volume mampat (mL)

Kerapatan Mampat = 10 g 11 mL = 0,91 g/mL4. Perhitungan Kerapatan SejatiRumus :

W3-W1Ppadatan = (W2-W1)-(W4-W3)

Keterangan :a. Berat piknometer kosong a/(W1) = 21,53 gb. Berat Piknometer + paraffin b/(W2) = 41,81 gc. Berat piknometer + sampel c/(W3) = 31,15 gd. Berat piknometer + sampel + paraffin d/(W4) = 45,98 ge. Berat parafin (b-a=e) = 41,81 - 21,53 = 20,28 g f. Berat sampel (c-a=f) = 31,15-21,53 = 9,61 gg. Sampel + parafin (d-a=g) = 45,98 21,53 = 24,44 gh. Berat paraffin yang digantikan oleh sampel (g-(e-f)=h)= 13,77 gi. Volume sampel (i) = h Bobot Jenis Parafin = 13,77 41,81-21,53 25 = 13,77 0,81 = 17 mLj. Kerapatan sejati F = 9,61 = 0,56 g/mL I 17

Atau dengan rumus :Ppadatan = W3-W1 (W2-W1)-(W4-W3) = 31,51-21,53 (41,81-21,53) (45,98-31,15) = 9,61 20,28-14,83 = 9,61 5,45 = 1,76 g/mLC. PembahasanBobot jenis (specific gravity) adalah rasio bobot suatu zat terhadap bobot zat baku yang volumenya sama pada suhu yang sama dan dinyatakan dalam bentuk decimal. Bobot jenis menyatakan hubungan antara bobot suatu zat terhadap bobot suatu zat baku. Kerapatan (density) adalah massa per satuan volume, yaitu bobot zat per satuan volume. Kerapatan juga merupakan turunan besaran karena menyangkut massa dan volume.Dalam bidang farmasi bobot jenis dan rapat jenis suatu zat atau cairan digunakan sebagai salah satu metode analisis yang berperan dalam menentukan senyawa cair, digunakan pula untuk uji identitas dan kemurnian dari senyawa obat terutama dalam bentuk cairan, serta dapat pula diketahui tingkat kelarutan/daya larut suatu zat.Alat yang digunakan pada percobaan penentuan bobot jenis dan kerapatan sejati adalah piknometer, sedangkan untuk kerapatan bulk hanya menggunakan gelas ukur, dan untuk kerapatan mampat menggunakan alat tap density pada saat proses pengetukan. Yang menjadi sampel dalam percoaan ini adalah asam borat, paraffin cair, sirup Freiss, sirup DHT, sirup ABC, dan sirup Marjan. Pada percobaan ini zat cair yang digunakan pada percobaan menentukan kerapatan sejati adalah paraffin cair agar pada saat dicampurkan dengan asam borat, asam borat ini tidak larut dalam paraffin dan tidak menguap.Untuk melakukan percobaan penetapan bobot jenis, piknometer dibersihkan dengan menggunakan air suling hingga kering. Jika masih terdapat air dalam piknometer maka akan mempengaruhi hasil penimbangan piknometer kosong, yang akhirnya juga mempengaruhi nilai bobot jenis sampel. Piknometer dibersihkan dengan menggunakan air suling dan alkohol, kemudian dikeringkan. Digunakan alohol agar dapat mempercepat proses pengeringan, karena alkohol sifatnya mudah menguap. Piknometer yang telah dibersihkan tidak boleh tersentuh langsung dengan tangan karena dapat mempengaruhi hasil penimbangan piknometer kosong, yang akhirnya juga mempengaruhi nilai bobot jenis sampel. Setelah kering piknometer ditimbang pada timbangan digital dalam keadaan kosong beserta tutupnya. Setelah ditimbang, piknometer lalu diisikan dengan sampel hingga penuh dan tidak ada lagi gelembung udara di dalamnya. Setelah penuh, piknometer dibersihkan dengan tissue hingga bersih kemudian ditimbang.Adapun keuntungan dari penentuan bobot jenis dengan menggunakan piknometer adalah mudah dalam pengerjaan. Sedangkan kerugiannya yaitu berkaitan dengan ketelitian dalam penimbangan. Jika proses penimbangan tidak teliti maka hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan hasil yang ditetapkan literatur.Berdasarkan hasil percobaan, diperoleh hasil perhitungannya yaitu bobot jenis dari sirup Freiss 1,0919 g/ml, bobot jenis paraffin 0,7948 g/ml, bobot jenis sirup DHT 1,2979 g/ml, bobot jenis sirup ABC 0,5668 g/ml, dan sirup Marjan 1,3522 g/ml.Pada percobaan penentuan kerapatan zat, bahan yang dipakai yaitu asam borat sebanyak kurang lebih 10 g. Percobaan kali ini dilakukan untuk menentukan kerapatan bulk, mampat dan kerapatan sejati.Pada kerapatan bulk, zat yang telah ditimbang massanya kemudian dimasukkan ke dalam gelas ukur untuk mengukur volume bulknya. Selanjutnya dihitung kerapatan bulk.Berdasarkan hasil percobaan, diperoleh hasil perhitungan, yaitu kerapatan bulk untuk sampel asam borat dengan berat asam borat 10,0040 g dan volumenya 10,1 ml adalah 0,9904 g/ml; kerapatan bulk untuk sampel asam borat dengan berat asam borat 10,0041 g dan volumenya 11 ml adalah 0,9090 g/ml; kerapatan bulk untuk sampel asam borat dengan berat asam borat 10,0011 g dan volumenya 12 ml adalah 0,8334 g/ml; kerapatan bulk untuk sampel asam borat dengan berat asam borat 10,0014 g dan volumenya 12 ml adalah 0,8334g/ml; dan kerapatan bulk untuk sampel asam borat dengan berat asam borat 10,0016 g dan volumenya 12,5 ml adalah 0,8001 gr/ml.Pada kerapatan mampat, zat yang telah ditimbang massanya kemudian dimasukkan ke gelas ukur, kemudian gelas ukur diketuk sebanyak 100 ketukan menggunakan alat tap density tester hingga zat yang ada di dalam gelas ukur menjadi mampat, kemudian diukur volume mampatnya. Selanjutnya dihitung kerapatan mampat.Berdasarkan hasil percobaan, diperoleh hasil perhitungan, yaitu kerapatan mampat untuk sampel asam borat dengan berat asam borat 10,0040 g dan volume mampatnyanya 10 ml adalah 1,0040 g/ml; kerapatan mampat untuk sampel asam borat dengan berat asam borat 10,0041 g dan volume mampatnyanya 9,8 ml adalah 1,0200 g/ml; kerapatan mampat untuk sampel asam borat dengan berat asam borat 10,0011 g dan volume mampatnyanya 11 ml adalah 0,9092 g/ml; kerapatan mampat untuk sampel asam borat dengan berat asam borat 10,0014 g dan volume mampatnyanya 11 ml adalah 0,9092 g/ml; dan kerapatan mampat untuk sampel asam borat dengan berat asam borat 10,0016 g dan volume mampatnyanya 11,5 ml adalah 0,8697 g/ml.Untuk kerapatan sejati, ditimbang piknometer kosong yang telah dibersihkan sebelumnya, setelah itu dimasukkan paraffin hingga penuh dan tidak ada lagi rongga udara di dalamnya. Setelah terisi penuh, piknometer berisi paraffin ditimbang beserta tutupnya. Setelah selesai, piknometer kemudian dibersihkan dan dikeringkan kemudian diisi dengan asam borat sebanyak 2/3 bagian volume piknometer. Lalu piknometer yang berisi asam borat tersebut ditimbang. Setelah ditimbang, isi piknometer tersebut dengan paraffin hingga penuh. Kocok-kocok piknometer tersebut agar tidak ada lagi rongga udara di dalamnya. Setelah itu, piknometer yang berisi asam borat dan paraffin ditimbang, dan selanjutnya dihitung kerapatan sejatinya.Berdasarkan hasil percobaan, diperoleh hasil perhitungan, yaitu kerapatan sejati dari asam borat adalah 0,4521 g/ml. Berdasarkan literatur, kerapatan asam borat adalah 1,435 g/ml. Jika dibandingkan antara hasil yang diperoleh dengan literatur, selisih perbedaannya yaitu 0,9829 g/ml.Adapun beberapa faktor kesalahan yang bias saja terjadi selama praktikum sehingga dapat mempengaruhi hasil akhir dari percobaan, yaitu:1. Kesalahan pembacaan skala pada alat.2. Cairan yang digunakan sudah tidak murni lagi sehingga mempengaruhi bobot jenisnya.3. Pengaruh suhu dari pemegang alat, juga berpengaruh pada alat.4. Kesalahan-kesalahan praktikan seperti tidak sengaja memegang piknometer.5. Terdapat gelembung atu titik air dalam piknomter sebelum ditimbang.

BAB VPENUTUPA. KesimpulanAdapun kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan ini, yaitu:1. Hasil perhitungan bobot jenis dari beberapa sampel:SampelBobot Jenis (g/ml)

Sirup Freiss1,0919

Paraffin0,7948

Sirup DHT1,2979

Sirup ABC0,5668

Sirup Marjan1,3522

Jadi, sampel yang memiliki bobot jenis paling besar adalah sirup marjan dan yang paling kecil adalah sirup ABC.2. Hasil perhitungan kerapatan bulk:KelompokBerat Asam Borat (g)VolumeAsam Borat (ml)Kerapatan Bulk(g/ml)

I10,004010,10,9904

II10,0041110,9090

III10,0011120,8334

IV10,0014120,8334

V10,001612,50,8001

3. Hasil perhitungan kerapatan mampat:KelompokBeratAsam Borat (g)Volume Asam BoratSetelah dimampatkan (ml)KerapatanMampat (g/ml)

I10,0040101,0040

II10,00419,81,0200

III10,0011110,9092

IV10,0014110,9092

V10,001611,50,8697

4. Hasil perhitungan kerapatan sejati untuk sampel asam borat yaitu 0,4521 g/ml.B. SaranAdapun saran yang dapat saya berikan selama percobaan,yaitu:1. Sebaiknya sebelum praktikum, di harapkan alat-alat dan bahan-bahan sudah tersedia dengan baik.2. Sebaiknya kita para praktikan harus lebih fokus dan berhati-hati dalam menggunakan alat-alat yang digunakan agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.3. Sebaiknya selama praktikum berlangsung, praktikan baiknya lebih berhati-hati dan teliti untuk memperkecil faktor kesalahan yang bias saja terjadi dan agar hasil pengukuran yang diperoleh lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Ansel H.C. 1989. Pengenatar Bentuk Sediaan Farmasi Terjemahan Faridah Ibrahim. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Brescia, Arents dan Meislich, 1975,Fundamental Chemistry, New York.

Ditjen POM. 1979.Farmakope Indonesia III. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Lachman, L. dkk. 1994.Teori dan Praktek Farmasi Industri II Edisi III diterjemahkan oleh Siti suyatmi. Jakarta: UI Press.

Martin, Alfred. 1993.Farmasi Fisika. Jakarta: UI Press.

Petrucci R . H. 1999. Kimia Dasar Prinsip dan Teori Modern. Jakarta: Erlangga

Roth, Hermann J dan Gottfried Blaschke. 1988.Analisis Farmasi. Yogyakarta: UGM-Press.

Tim asisten. 2008.Penuntun Praktikum Farmasi Fisika. Makassar: Jurusan Farmasi UNHAS.

Voigt, R. 1994.Buku Pelajaran Teknologi Farmasi Edisi V. Yogyakarta: UGM-Press.

LAMPIRAN

SKEMA KERJAA. Menentukan Bobot Jenis Cairan

Siapkan alat dan bahanBersihkan dan keringkan piknometer dan tutupnyaTimbang piknometer kosong dan tutupnyaMasukkan sampel yang akan dihitung bobot jenisnya hingga penuhTimbang piknometer berisi sampel dan tutupnyaHitung bobot jenis sampel dengan rumus

B. Menentukan Kerapatan Bulk

Siapkan alat dan bahanTimbang 10 g asam borat dengan timbangan digitalMasukkan ke dalam gelas ukurHitung kerapatan bulk dengan rumusC. Menentukan Kerapatan Mampat

Siapkan alat dan bahanTimbang 10 g asam borat dengan timbangan digitalMasukkan ke dalam gelas ukurKetuk dengan alat tap density tester sebanyak 100 ketukanHitung kerapatan mampat dengan rumus

D. Menentukan Kerapatan Sejati

Siapkan alat dan bahanTimbang piknometer yang bersih dan kering beserta tutupnyaMasukkan paraffin cair ke dalam piknometer hingga penuh dan tidak ada rongga udara di dalamnyaMasukkan asam borat ke dalam piknometer sebanyak 2/3 bagian volume piknometerTimbang piknometer yang berisi paraffin cair dan tutupnyaBersihkan dan keringkan piknometerTimbang piknometer yang berisi asam borat dan tutupnyaMasukkan paraffin cair ke dalam piknometer hingga penuh dan tidak ada rongga udara di dalamnyaTimbang piknometer yang berisi asam borat, paraffin, dan tutupnyaHitung kerapatan sejati dengan rumus