Laporan Dani 19-12-2013
-
Upload
arienjoso5398 -
Category
Documents
-
view
58 -
download
6
Transcript of Laporan Dani 19-12-2013
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Allah SWT telah berfirman dalam Al Qur’an Surat Maryam : 24
“Maka Jibril menyerunya dari tempat yang rendah, Janganlah kamu
bersedih hati, sesungguhnya tuhanmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu”
(QS. Maryam: 24).
Ayat tersebut menerangkan bahwa sesungguhnya Allah telah menciptakan
anak sungai di bawah permukaan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia.
Sehingga tidak ada alasan bagi manusia untuk berkeluh kesah tentang
permasalahan mengenai air.Manusia hanya tinggal berusaha dan berdoa. Salah
satu bentuk usaha yang dilakukan adalah dengan melacak keberadaan air tanah
tersebut dengan metode metode yang telah mereka kuasai demi memenuhi
kebutuhan hidup mereka.
Air permukaan dan air tanah dalam merupakan sumber utama yang
digunakan masyrakat untuk memenuhu kebutuhan hidup. Sampai saat ini,
sebagian besar air permukaan digunakan untuk memenuhi kebutuhan pertanian,
industri,pembangkit listrik dan keperluan domestik lainnya. Penggunaan air tanah
umunya masih terbatas untuk minum, rumah tangga, kebutuhan industri usaha
pertanian pada wilayah dan musim musim tertentu. Peran air tanah sebagai
sumberdaya yang melengkapi air permukaan untuk pasokan air yang cenderung
meningkat dapat dipahami karena beberapa keuntungan, yakni kualitas air
umumnya baik, biaya investasi relatif rendah dan pemanfaatan dapat dilakukan di
tempat yang membutuhkannya.
2
Salah satu daerah yang kesulitan air adalah daerah Manggarai Barat.
Kabupaten Manggarai Barat adalah sebuah kabupaten pengembangan yang
terletak di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Berdasarkan informasi dari Dinas
Pertambangan yang berwewenang menangani masalah airtanah terdapat 4 lokasi
yang kesulitan air bersih di musim kemarau yaitu Kampung Humpung dan
Kampung Tureng, Desa Mbuit, Kampung Tubedo, Desa Pota Wangkang,
Kecamatan Boleng, dan Kampung Watu Letang, Desa Tondong Belang,
Kecamatan Mbeliling. Untuk memperoleh air bersih hanya memanfaatkan mata
air kecil yang berjarak hingga 2 km dan memanfaatkan air tampungan dari bak
PNPM yang berjarak 200 meter. Mata air tersebut digunakan untuk mandi dan
minum. Pada saat musim kemarau debit mata air tersebut semakin kecil dan tidak
dapat memenuhi kebutuhan air bersih di kampung tersebut.
Salah satu alternatif untuk mengatasi kekurangan air bersih di wilayah
tersebut dapat di atasi dengan pemilihan dan pemanfaat airtanah-dalam dari
lapisan batuan yang mengandung air (akuifer), melalui pembuatan sumur
pemboran eksplorasi/produksi. Sebagai langkah awal perlu dilakukan penelitian
potensi airtanah-dalam dan penentuan lokasi titik bor pada daerah potensial.
Untuk mengetahui keberadaan lapisan akuifer (batuan pembawa airtanah) pada
daerah kerja yang merupakan daerah sulit air (air bersih), baik ditinjau dari segi
geologi maupun hidrogeologi, diperlukan metode yang tepat. Salah satu metode
yang dapat digunakan adalah pelacakan airtanah-dalam dengan teknik, yaitu
kombinasi antara pemetaan geologi dengan hidrogeologi dan metode geofisika
Prinsip pengukuran metode geolistrik dilakukan dengan cara
menginjeksikan arus listrik ke dalam bumi dan mengukur nilai beda potensial
yang dihasilkan. Proses injeksi arus dan perekaman beda potensial yaitu dengan
menggunakan dua elektroda arus yang posisinya di sisi luar, dan dua buah
elektroda potensial yang berada di sisi dalam. Elektroda-elektroda tersebut
ditancapkan ke dalam tanah dengan jarak antar elektroda yang saling berdekatan
adalah sama. Untuk menjangkau target yang lebih dalam, maka jarak antar
elektrodanya dapat diperlebar hingga mencapai panjang bentangan maksimal yang
3
diinginkan. Keunggulan dari metode ini dari konfigurasi lain seperti schlumberger
dan pole-dipole adalah bahwa metode ini tidak memerlukan tingkat kesensitifan
alat pengukur beda potensial atau voltmeter yang tinggi (Milsom, 2003).
Melalui penelitian ini diharapkan dapat merekomendasikan titik keberadaan
air tanah dan kedalaman target dari permukaan. Sehingga para pengembang lokasi
tersebut dapat memperkirakan titik bor yang tepat yang dapat menjangkau
kedalaman target yang dimaksud.
1.2 Rumusan Masalah
Beberapa daerah di daerah Manggarai barat khusunya kampung
humpung mengalami kesulitan air bersih saat musim kemarau dan kesulitan
air untuk pengairan irigasi sawah. Sehingga untuk memenuhi keutuhan air
bersih dilakukan suplai air bersih melalui pembuatan sumur pemboran.
1.3 Tujuan
Tujuan utama kegiatan Pelacakan Airtanah-Dalam ini adalah untuk
mengetahui keberadaan lapisan batuan yang mengandung potensi airtanah,
sekaligus menentukan lokasi-lokasi signifikan untuk pemboran.
1.4 Manfaat
Pelacakan air tanah di daerah manggari barat ini akan bermanfaat dalam
memberikan informasi keberadaan air tanah di lokasi kampung humbung dan
memberikan solusi titik potensial dalam pemboran beserta kedalaman yang
harus dicapai untuk hasil yang maksimal. Hasil penelitian ini diharapkan dapat
membantu dalam ketercukupan air bersih.
4
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Air Dalam Al-Qur’an
Dalam Al-Qur’an disebutkan bahwa Allah menciptakan manusia sebagai
khalifah di muka bumi ini. Dengan demikian segala yang ada adalah menjadi
tanggungjawab manusia untuk mengelolanya.Begitu pula dalam mengelola air
yang diturunkan oleh Allah dari langit. Mengelola dalam artian menjaga,
memanfaatkan, serta mensyukuri apa yang telah diberikan. Sebagaimana firman
Allah pada surat Al-Mu’minun ayat 18
“Dan kami turunkan air dari langit menurut suatu ukuran; lalu kami jadikan air
itu menetap di bumi, dan Sesungguhnya kami benar-benar berkuasa
menghilangkannya”.
Allah yang telah menurunkan hujan, yaitu dari tempat yang tinggi.
Turunnya itu dengan jangka tertentu, tidak seturun-turunnya saja. Dijangkakan
ruangnya dan waktunya. Dijangkakan pula kekuatan yang terkandung dalam air
itu, lalu diendapkan ke bawah kulit bumi. Tetapi kadang-kadang tidak
terendapkan (tersimpan) air itu ke bawah, melainkan londong-pondong sehingga
bumi tempatnya singgah menjadi gundul, lalu menjadi padang pasir dan tidak
dapat ditanami lagi, airnya terus mengalir dengan derasnya ke hilir, tidak ada yang
menahan. Dengan adanya endapan air ke dalam tanah, bumi menjadi subur.
Apabila tanah telah subur, tumbuhlah di sana apa yang dinamai hidup itu.
Hiduplah tumbuh-tumbuhan karena adanya bunga tanah. Apabila tumbuh
tumbuhan telah hidup, dapat pulalah binatang-binatang hidup pula di sana, sejak
dari cacing dan ulat, jangkrik dan kumbang, sampai kepada burung burung,
binatang berkaki empat dan manusia sendiri (Kongaji, 2010). Surat Az-Zukhruf
ayat 11 mendefinisikan hujan sebagai air yang dikirimkan ''menurut kadar.''
Dalam ayat itu Allah berfirman :
5
“Dan Yang menurunkan air dari langit menurut kadar (yang diperlukan) lalu
Kami hidupkan dengan air itu negeri yang mati, seperti itulah kamu akan
dikeluarkan (dari dalam kubur)”.
Hujan turun ke bumi dengan takaran yang tepat. Takaran pertama yang
berhubungan dengan hujan tentulah kecepatan turunnya. Benda yang berat dan
ukurannya sama dengan air hujan, bila dijatuhkan dari ketinggian 1.200 meter,
akan mengalami percepatan terus menerus dan akan jatu ke bumi dengan
kecepatan 558 km/jam. Akan tetapi rata-rata kecepatan jatuhnya air hujan
hanyalah 8-10 km/jam. Air hujan jatuh kebumi dengan kecepatan yang rendah,
karena titik hujan memiliki bentuk khusus yang mampu meningkatkan efek
gesekan atmosfer dan membantu hujan turun ke bumi dengan kecepatan yang
lebih rendah.
Efek yang ditimbulkan satu tetes air hujan yang jatuh dari ketinggian
tersebut sama dengan benda seberat satu kilogram yang jatuh dari ketinggian 15
cm. Hal ini dapat terjadi andaikan bentuk titik hujan berbeda, atau andaikan
atmosfer tidak memiliki sifat gesekan, maka bumi akan menghadapi kehancuran
setiap hujan turun. Ketinggian minimum awan hujan adalah 1.200 meter. Awan
hujan pun dapat ditemui pada ketinggian 10 ribu meter. Pada kasus ini, satu tetes
air yang jatuh akan memiliki efek yang sama dengan benda seberat satu kilogram
yang jatuh dari ketinggian 110 cm, dalam satu detik, kira-kira 16 juta ton air
menguap dari bumi. Jumlah itu, ungkap Harun, sama dengan jumlah air yang
turun ke bumi dalam satu detik. Dalam satu tahun, diperkirakan jumlah ini akan
mencapai 5051.012 ton. Air terus berputar dalam daur yang seimbang
berdasarkan takaran.Allah menciptakan air di bumi untuk menopang kehidupan
manusia. Air tersebar di bumi melalui sumber-sumber, sehingga memudahkan
manusia untuk mengambil dan menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari.
2.2 Siklus Air
Lebih dari 70 % permukaan bumi diliuti oleh samudera yang merupakan reservoir
utama air cair di bumi. Air ditemukan diudara dalam bentuk awan dan hujan,
6
dipermukaan bumi air ada di danau dan sungai, dan proses dalam permukaan
bumi sebagai air bawah tanah. Air dapat mengubah bentuk tanah melalui proses
erosi dan transpor tanah, air meninggalkan atmosfer melalui kondensasi dan
kembali ke atmosfer melalui penguapan. Uap air memasuki atmosfer melalui
penguapan air laut dan air tawar, serta transpirasi tanaman.Uap air meninggalkan
udara bila mengkondensasi dalam bentuk embun, embun beku, tetes awan, dan
tetes hujan yang jatuh sebagai salju atau hujan.Perubahan fasa dari air menjadi
uap disebut penguapan, yang memerlukan sejumlah energi atau panas yang
disebut panas penguapan. Panas ini tersimpan dalam uap air yang berbentuk panas
laten kondensasi. Jika uap air mengkondensasi, maka panas laten kondensasi
diberikan oleh air sehingga molekul-molekulnya terikat lebih rapat dalam bentuk
cair. Penguapan mengambil panas dari lingkungan dan kondensasi memberikan
panas pada lingkungan.
Perubahan fasa dari uap air ke es disebut deposisi, dan kebalikannya dari es
menjadi uap air disebut sublimasi.Energi yang diperlukan untuk mengubah es
menjadi uap agak sedikit lebih besar daripada mengubah air menjadi uap air. Jika
uap menjadi es, seperti pembentukan embun beku (frost), maka panas laten
sublimasi diberikan pada lingkungan sehingga udara menjadi panas. Peleburan
dari es menjadi air membutuhkan sejumlah energi yang disebut panas peleburan,
sedangkan dalam fasa cair panas ini tersimpan sebagai laten peleburan. Panas ini
akan dilepaskan jika air membeku. Jadi, peleburan es, seperti penguapan air,
adalah proses pengambilan panas, sedangkan pembekuan air,seperti kondensasi
uap air, adalah proses pelepasan panas. Transformasi air melalui semua fasanya
disebut siklus air (daur hidrologi), sebagaimana diilustrasikan di dalam gambar
2.1 berikut.
7
Gambar 2.1Siklus Air (Soemarto,1987)
Air berubah menjadi uap terutama melalui penguapan air laut dan air
tawar, dan melalui transpirasi tanaman. Uap air di atmosfer dibawa oleh angin
dalam jarak yang jauh, dan mungkin dari darat ke laut atau dari laut ke darat. Uap
air yang naik menjadi dingin dan mengkondensasi menjadi tetes-tetes dan cristal
kristal es yang kemudian jatuh sebagai presipitasi (hujan dan salju). Sebagian
besar presitipasi ini kembali ke laut. Presitipasi yang jatuh ke darat, sebagian
diperlukan tetanaman dan binatang. Sebagian besar curah hujan mengalir ke darat
sebagai limpasan (run off) yang bergabung dengan lelehan salju, dan sebagian lagi
mengalir ke sungai yang akhirnya menuju laut. Semua air tawar bumi berasal dari
air hujan. Sebagian dari air hujan merembes ke dalam tanah sebagai cadangan air
tanah dan arus bawah tanah. Sisanya akan kembali ke atmosfer melalui penguapan
(Tjasyono, 2003).
Macam-Macam dan Tahapan Proses Siklus Hidrologi :
A. Siklus Pendek / Siklus Kecil
1. Air laut menguap menjadi uap gas karena panas matahari
2. Terjadi kondensasi dan pembentukan awan
3. Turun hujan di permukaan laut
B. Siklus Sedang
1. Air laut menguap menjadi uap gas karena panas matahari
2. Terjadi kondensasi
8
3. Uap bergerak oleh tiupan angin ke darat
4. Pembentukan awan
5. Turun hujan di permukaan daratan
6. Air mengalir di sungai menuju laut kembali
C. Siklus Panjang / Siklus Besar
1. Air laut menguap menjadi uap gas karena panas matahari
2. Uap air mengalami sublimasi
3. Pembentukan awan yang mengandung kristal es
4. Awan bergerak oleh tiupan angin ke darat
5. Pembentukan awan
6. Turun salju
7. Pembentukan gletser
8. Gletser mencair membentuk aliran sungai
9. Air mengalir di sungai menuju darat dan kemudian ke laut
Akibat adanya siklus air tersebut, air terbagi atas dua bagian yaitu, air permukaan
dan air bawah permukaan (air tanah). Air permukaan adalah air yang terdapat di
sungai, danau, atau rawa air tawar. Air permukaan secara alami dapat tergantikan
dengan presipitasi dan secara alami menghilang akibat aliran menuju lautan,
penguapan, dan penyerapan menuju ke bawah permukaan. Meski satusatunya
sumber alami bagi perairan permukaan hanya presipitasi dalam area tangkapan
air, total kuantitas air dalam sistem dalam suatu waktu bergantung pada banyak
faktor. Faktor-faktor tersebut termasuk kapasitas danau, rawa, dan reservoir
buatan, permeabilitas tanah di bawah reservoir, karakteristik aliran pada area
tangkapan air, ketepatan waktu presipitasi dan rata-rata evaporasi setempat.
Semua faktor tersebut juga mempengaruhi besarnya air yang menghilang dari
aliran permukaan.
Air permukaan terbagi lagi atas empat bagian, yaitu : sungai, danau, laut,
dan salju atau gletser. Aktivitas manusia memiliki dampak yang besar
danterkadang menghancurkan faktor-faktor tersebut, diantaranya : meningkatkan
kapasitas reservoir total dengan melakukan pembangunan reservoir buatan, dan
9
menguranginya dengan mengeringkan lahan basah, meningkatkan kuantitas dan
kecepatan aliran permukaan dengan pembuatan saluran-saluran untuk berbagai
keperluan, misalnya irigasi. Perairan permukaan alami dapat ditambahkan dengan
mengambil air permukaan dari area tangkapan hujan lainnya dengan kanal atau
sistem perpipaan (Soemarto,1987).
2.3 Air Tanah (Akuifer)
Menurut Soemarto (1999) air tanah adalah air yang menempati
ronggarongga (pori-pori) dalam lapisan geologi yang permeabel (tembus air).
Sosrodarsono (2003) mendefinisikan bahwa air tanah adalah air yang bergerak
dalam tanah (batuan) yang terdapat di dalam ruang-ruang antara pori-pori batuan
retakan-retakan batuan. Sedangkan menurut Chay Asdak (2007) air tanah adalah
air yang berada di wilayah jenuh di bawah permukaan tanah. Jadi, air tanah
merupakan air yang bergerak di dalam tanah yang terdapat pada lapisan yang
permeabel.
Secara global, dari keseluruhan air tawar yang berada di planet bumi ini
lebih dari 97% terdiri dari air tanah. Tampak bahwa peranan air tanah di
bumiadalah penting. Air tanah dapat dijumpai hampir semua tempat di bumi. Air
dapat ditemukan di bawah gurun pasir yang paling kecil sekalipun, demikian juga
di bawah tanah yang membeku karena tertutup lapisan salju atau es. Sumbangan
terbesar air tanah berasal dari daerah arid dan semi arid serta daerah lain yang
mempunyai formasi geologi paling sesuai untuk penampungan air tanah (Asdak,
2007).
Air tanah merupakan aspek yang sangat luas dalam kaitannya dengan
siklus hidrologi. Untuk dapat mengikuti karakteristik air tanah, distribusi,
sifatsifat fisik dan kimia dan pengaruhnya terhadap lingkungan dan manusia
diperlukan dasar-dasar yang mendalam tentang sifat-sifat aliran air dalam tanah.
Oleh karena itu, dalam hal ini akan dijelaskan bebrapa aspek penting yang perlu
diperhatikan dalam analisis hidrologi, yang mungkin akan dekat kaitannya dengan
hidrologi air permukaan. Beberapa aspek penting yang perlu diperhatikan dalam
pemakaian diantaranya disebutkan berikut ini.
10
1. Pengambilan air tanah untuk berbagai kepentingan seperti air rumah tangga,
industri dan irigasi, yang menyangkut kualitas dan kuantitas airnya. Pemakaian air
tanah mempunyai beberapa keuntungan seperti jumlah yang relatif sangat besar,
kualitas yang relatif tetap dan perlindungan terhadap kontaminasi yang baik
terhadap pengaruh permukaan.
2. Kerusakan yang terjadi akibat penurunan muka air tanah
3. Sifat dan perilaku air tanah dalam perancangan pipa bawah tanah
4. Pengeringan air tanah dalam galian-galian pelaksanaan konstruksi tertentu
(Harto, 273).
Gambar 2.2 Letak Air Tanah (Plummer dan Geary.1995).
Air tanah dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu : Air tanah dangkal dan
Air tanah dalam. Air tanah dangkal adalah air tanah yang terletak di atas lapisan
batuan yang tidak tembus (kedap) air, dan air tanah dangkal ini sering disebut air
tanah phreatis dan letaknya tidak begitu dalam sebagaimana ditunjukkan pada
gambar 2.2. Sedangkan air tanah dalam adalah air tanah yang terletak diantara
dua lapisan batuan yang tidak tembus (kedap) air, dan letaknya lebih dalam
dibandingkan air tanah (Soekamto, 1995).
Gambar 2.3 Air Permukaan dan aliran air tanah yang mengalami proses
pertukaran (Plummer dan Geary, 1995).
11
Air permukaan (aliran air sungai, air danau/waduk, dan genangan air pada
permukaan lainnya) dan air tanah pada prinsipnya mempunyai keterkaitan yang
erat serta keduanya mengalami proses pertukaran yang berlangsung terusmenerus.
Jumlah air yang meresap ke dalam tanah dipengaruhi oleh kemiringan permukaan
tanah (topografi), kondisi cuaca, porositas dan permeabilitas batuan serta jumlah
vegetasi yang tedapat pada daerah tersebut (Seyhan,1990).
Gambar 2.4 Proses pengisian air tanah ke dalam akuifer (Plummer dan
Geary.1995)
Gambar di atas menunjukkan bahwa air tanah akan bergerak dari tekanan
tinggi menuju ke tekanan rendah. Perbedaan tekanan ini secara umum diakibatkan
oleh gaya gravitasi (perbedaan ketinggian antara daerah pegunungan dengan
permukaan laut), adanya lapisan penutup yang impermeabel diatas lapisan akuifer,
gaya lainnya yang diakibatkan oleh pola struktur batuan atau fenomena lainnya
yang ada di bawah permukaan tanah. Pergerakan ini secara umum disebut gradien
aliran air tanah (potentiometrik). Secara alamiah pola gradien ini dapat ditentukan
dengan menarik kesamaan muka air tanah yang berada dalam satu sistem aliran
air tanah yang sama.
Proses pergerakan air tanah sangat penting karena dengan pergerakan air
ini kita dapat mengetahui suatu daerah tersebut mempunyai banyak akan air tanah
atau tidak. Pergerakan air tanah tersebut dipengaruhi oleh tekstur tanah, partikel
tanah, dan lain sebagainya. Model aliran air tanah itu sendiri akan dimulai pada
daerah resapan air tanah atau sering juga disebut sebagai daerah imbuhan air tanah
(recharge zone). Daerah ini adalah wilayah dimana air yang berada di permukaan
tanah baik air hujan ataupun air permukaan mengalami proses penyusupan
12
(infiltrasi) secara gravitasi melalui lubang pori batuan atau celah/rekahan pada
batuan. Proses penyusupan ini akan berakumulasi pada satu titik dimana air
tersebut menemui suatu lapisan atau struktur batuan yang bersifat kedap air
(impermeable). Titik akumulasi ini akan membentuk suatu zona jenuh air
(saturated zone) yang seringkali disebut sebagai daerah luahan air tanah
(discharge zone). Formasi batuan yang berfungsi menyimpan air tanah dalam
jumlah besar disebut akuifer. Keadaan sebuah akuifer ditentukan oleh struktur
geologi dan bentuk topografinya. Dengan mengindetifikasikan struktur geologi,
maka keadaan dan kedudukan air tanah berdasarkan kemampuannya dalam
menahan, menampung, dan mengalirkan air dan besar kapasitasnya dapat
diketahui.
Dalam kehidupan sehari-hari pola pemanfaatan air tanah bebas sering kita
lihat dalam penggunaan sumur gali oleh penduduk, sedangkan air tanah tertekan
dalam sumur bor yang sebelumnya telah menembus lapisan penutupnya. Air tanah
bebas (water table) memiliki karakter berfluktuasi terhadap iklim sekitar, mudah
tercemar dan cenderung memiliki kesamaan karakter kimia dengan air hujan.
Kemudahannya untuk didapatkan membuat kecenderungan disebut sebagai air
tanah dangkal (Aceh Pedia, 2009).
Gambar 2.5 Macam macam Akuifer (Montgomery.2006)
Berdasarkan susunan lapisan geologi dan kemampuan mengalirkan air,
akuifer dapat dibedakan menjadi dua macam sebagaimana gambar 2.5 (Sandhi,
2008):
1. Confined aquifer atau formasi yang memiliki lapisan penutup yang
berpermeabel rendah, seperti lempung. Terjadi gerakan air secara naik dan turun
13
yang membatasi bagian atas dan bawah dari akuifer. Jika confinedaquifer
mengalir ke bawah tingkatan recharge zone, maka air tanah akan mendapatkan
tekanan dalam alirannya. Dari hal inilah akan terbentuk sumur artesis yang dapat
mengalir bebas tanpa menggunakan pompa untuk menaikkannya.
2. Unconfined aquifer atau water table adalah suatu formasi dimana pada
lapisanini tekanan air tanah sama dengan tekanan udara di atmosfer, sehingga air
tanah akan sulit untuk bergerak ke atas tanpa menggunakan gaya luar.
Sedangkan menurut Seyhan (1977), akuifer dibedakan menjadi tiga :
1. Akuifer Tertekan adalah akuifer yang diatas dan dibawahnya dibatasi oleh
lapisan yang kedap air.
2. Akuifer semi tertekan adalah akuifer yang di bawahnya dilapisi oleh lapisa
kedap air dan di bagian atas tidak sepenuhnya lapisan kedap air (misalnya lapisan
tanah liat).
3. Akuifer Bebas adalah akuifer dengan lapisan bawah kedap air dan memiliki
permukaan atas yang bebas.
Gambar 2.6 Proses relatif pergerakan permukaan air (Lutgens dan Tarbuck.2006)
Pola pergerakannya yang menghasilkan gradient potential, mengakibatkan
adanya istilah artesis positif; kejadian di mana potensial air tanah ini berada di
atas permukaan tanah sehingga air tanah akan mengalir vertikal secara alami
menuju kesetimbangan garis potensial khayal ini. Artesis nol; kejadian dimana
garis potensial khayal ini sama dengan permukaan tanah sehingga muka air tanah
akan sama dengan muka tanah. Terakhir artesis negatif; kejadian dimana garis
potensial khayal ini dibawah permukaan tanah sehingga muka air tanah akan
berada di bawah permukaan tanah (Alea’s, 2009).
14
Ketika air dipompa dari sebuah sumur, permukaan air biasanya ditarik ke
bawah memasuki dipresi (celah) yang terbentuk seperti sebuah contong balik yang
dikenal denagan Cone Of Dipresion sebagaimana gambar berikut:
Gambar 2.7 Gambar kiri menunjukkan peristiwa ketika sumur dipompa : Gambar
kanan menunjukkan ketika sumur tidak di pompa (Plummer dan
Geary. 1995)
Pergerakan air tanah di permukaan bumi, mempunyai karakteristik air
lapisan dan air celah sebagai berikut :
Tabel 2.1 Karakteristik air lapisan air dan air celah (Shandy.2008)Karakteristik Air Lapisan Air Celah
Kondisi Kadar Air Air terdapat dalam ruang
antar butir butir dari
lapisan
Air terdapat dalam
ruang celah sekunder
atau zona retakan
Teori Air Tanah Umumnya dapat dibentuk Dalam banyak hal tidak
dapat diadakan
Keadaan Akuifer Akuifer itu dibentuk dan
didistribusikan secara
teratur menurut kondisi
sedimentasi. Air diisi
terutama melalui akuifer
Akuifer khusus tidak
dibentuk dan
didistribusikan secara
teratur. Air diisi
terutama melalui zona
celah dan retakan
Jenis Akuifer Pasir, kerikil, lapisan
lapisan pasir dan kerkil
dalam alluvium atau
diluvium
Zona retakan yang
terbentuk dalam batuan
dasar (dalam lapisan
sebelum tersier atau
15
batuan fragmen gunung
api)
Daerah Tempat
Terjadinya
Dataran, teras Daerah bergunung
gunung, kaki gunung api
Cara Pengambilan Air Sumur, kolam, pengumpul,
saluran pengumpul
Pemboran horizontal.
Terowongan
2.4 Deskripsi Wilayah Penelitian
Kabupaten Manggarai Barat adalah sebuah kabupaten pengembangan yan
terletak di Provinsi Nusa Tenggara Timur.Berdasarkan informasi dari Dinas
Pertambangan yangberwewenang menangani masalah airtanah terdapat 4 lokasi
yang kesulitan air bersih dimusim kemarau salah satunya yaitu Kampung
Humpung. Untuk memperoleh air bersih hanya memanfaatkan mata air kecil yang
berjarak hingga 2 km dan memanfaatkan air tampungan dari bak PNPM yang
berjarak 200 meter. Mata air tersebut digunakan untuk mandi dan minum. Pada
saat musim kemarau debit mata air tersebut semakin kecil dan tidak dapat
memenuhi kebutuhan air bersih di kampung tersebut.
Salah satu alternatif untuk mengatasi kekurangan air bersih di wilayah tersebut
dapat di atasi dengan pemilihan dan pemanfaat airtanah-dalam dari lapisan batuan
yang mengandung air (akuifer), melalui pembuatan sumur pemboran
eksplorasi/produksi. Sebagai langkah awal perlu dilakukan penelitian potensi
airtanah-dalam dan penentuan lokasi titik bor pada daerah potensial.
Berdasarkan Peta Geologi Bersistem Indonesia daerah cakupan penelitian
termasuk pada Lembar Komodo (1978) dan Lembar Ruteng (1994) yang
dikeluarkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi (P3G), diketahui
bahwa Desa Mbuit dan sekitarnya tersusun oleh Alluvium; Batugamping
berselingan dengan Batugamping pasiran, dari Formasi Bari (Tmb); Breksi, lava
dan tuf dengan sisipan batupasir tufaan dari Formasi Kiro (Tmk). Lava, breksi dan
tuf dari Formasi Tanahau (Tmt). Kampung Tubedu, Desa Pota Wangka dan
sekitarnya terususun oleh Tufa dasitan, mengandung sisipan-sisipan tufa hijau,
16
tufa gampingan, batugamping dan batupasir tufaan; setempat-setempat dengan
sisipan breksi dan lava. Kampung Watu Letang, Desa Tondong Belang dan
sekitarnya tersusun oleh hasil Gunungapi Tua (QTvb). Lava, bersusunan andesit
piroksen, setempat struktur kekar meniang dan kekar melembar; Breksi dan
aglomerat dengan komponen andesit dan basal, kemas terbuka, mudah lepas,
bersisipan tuf dan tuf lapili; Tuf batuapung, setempat lapisan tipis lanau hitam dan
batugamping koral. Berdasarkan Peta Hidrogeologi Indonesia lembar Flores Barat
yang dikeluarkan oleh Direktorat Geologi Tata Lingkungan diketahui bahwa di
Kampung Humpung, dan Tubedo berada pada zona akuifer dengan produktivitis
kecil, setempat berarti; Kampung Tureng berada pada zona akuifer dengan
produktivitas sedang; dan di Kampung Watu Letang terdapat pada zona akuifer
setempat akuifer produktif.
Gambar 2.8 Peta Lokasi Penelitian
2.5 Metode Geolistrik
Metode Geolistrik merupakan salah satu metode geofisika yang digunakan
dalam eksplorasi dangkal. Metode ini dilakukan dengan mengukur tahanan jenis
material yang ada di dalam permukaan bumi. Tahanan jenis atau disebut dengan
17
resistivitas merupakan besaran yang digunakan untuk mengukur tingkat hambatan
material terhadap kuat arus listrik. Nilai resistivitas ini berbanding terbalik dengan
konduktivitas listrik. Metode Geolistrik dilakukan dengan menginjeksikan arus
listrik ke dalam tanah kemudian mengukur besaran tegangan dan kuat arus yang
digunakan untuk menghitung resistivitasnya (Workshop, 2008).
Dengan adanya aliran arus listrik tersebut akan menimbulkan tegangan
listrik di dalam tanah. Tegangan listrik yang ada di permukaan tanah diukur
dengan menggunakan multimeter yang terhubung melalui 2 buah elektroda
tegangan M dan N dimana jaraknya lebih pendek dari pada jarak elektroda AB.
Ketika jarak elektroda AB diubah menjadi lebih besar maka akan menyebabkan
tegangan listrik yang terjadi pada elektroda MN ikut berubah sesuai dengan
informasi jenis batuan yang ikut terinjeksi arus listrik pada kedalaman yang lebih
dalam. Asumsinya bahwa kedalaman lapisan batuan yang bisa ditembus oleh arus
listrik ini sama dengan separuh dari jarak AB atau lebih dikenal dengan AB/2,
sehingga dapat diperkirakan pengaruh dari injeksi aliran arus listrik ini akan
berbentuk setengah bola dengan jari-jari bola AB/2. Dari hasil pengukuran arus
dan beda potensial untuk setiap jarak elektroda tertentu, dapat ditentukan variasi
harga hambatan jenis masing-masing lapisan di bawah titik ukur. Pendeteksian
diatas permukaan meliputi pengukuran medan potensial, arus dan elektromagnetik
yang terjadi secara alamiah maupun akibat penginjeksian arus ke dalam bumi.
Dalam penelitian ini dikhususkan pada metode geolistrik tahanan jenis
(resistivitas).
2.5.1 Metode Geolistrik Resistivitas
Menurut Waluyo (2001), metode resistivitas merupakan metode geofisika
yang digunakan untuk menyelidiki struktur bawah permukaan dangkal
berdasarkan tingkat perbedaan resistivitas batuannya. Dalam pengertian terpisah
resistivitas adalah suatu besaran atau parameter yang digunakan
untukmenunjukkan tingkat hambatan suatu material terhadap kuat arus listrik.
Metode geolistrik resistivitas adalah salah satu metode dalam bidang Geofisika
yang digunakan untuk menyelidiki lapisan bawah permukaan (subsurface
18
prospectingmethod) dangkal berdasarkan tingkat resistivitas batuannya di bawah
permukaan bumi.
Melalui pengukuran dengan metode geolistrik resistivitas dapat diketahui
keadaan lapisan geologi bawah permukaan seperti lapisan akuifer yang
didalamnya tersusun oleh batuan dengan porisitas dan permeabilitas yang tinggi
dengan menggunakan tahanan jenis batuan. Besarnya tahanan jenis diukur dengan
mengalirkan arus listrik dan memperlakukan lapisan batuan sebagai media
penghantar arus. Resistivitas yang dihasilkan bukanlah nilai sebenarnya,
melainkan resistivitas semu. Semakin besar tingkat resistivitas, maka semakin
sukar untuk menghantarkan arus listrik dan bersifat isolator, begitu pula
sebaliknya. Oleh karena itu resistivitas berbanding terbalik dengan
konduktivitas atau daya hantar listrik. Metode resistivitas ini sering digunakan
untuk pendugaan lapisan bawah tanah karena cukup sederhana dan murah,
walaupun jangkauan kedalamannya tidak terlalu dalam, tetapi itu sudah mencapai
target yang diinginkan untuk eksplorasi air bawah tanah (Sosrodarsono,1993).
Dalam pengukuran geolistrik, resistansi yang terukur tidak dapat
digunakan untuk memperkirakan jenis lapisan batuan karena hasil pengukuran
tersebut masih tergantung dari faktor geometri. Oleh karena itu, harus
dilakukanpengolahan data geolistrik untuk mengetahui nilai resistivitas tiap
lapisan batuan (Robinson, 1988).
2.5.2 Konsep dasar Listrik
Metode geolistrik resistivitas bekerja karena pengukuran beda potensial
pada titik-titik di permukaan bumi yang diproduksi dengan langsung mengalirkan
arus ke bawah permukaan. Hal ini bermanfaat untuk menentukan distribusi
resistivitas di bawah permukaan dan kemudian digunakan untuk interpretasi
material-material yang ada di dalam bumi. Oleh karena kita bekerja dengan
hambatan, aliran arus, dan potensial, kita perlu meninjau ulang secara singkat
konsep dasar kelistrikan.
19
Gambar 2.9 Rangkaian listrik sederhana (Burger.1992)
Gambar di atas mengilustrasikan sebuah rangkaian listrik dasar yang di
dalamnya terdapat baterai, kabel penghubung dan sebuah resistor. Baterai
mengatur beda potensial diantara dua titik (kutub positif dan kutub negatif).
Baterai dengan demikian berfungsi sebagai sebuah sumber gaya gerak listrik
(GGL) di dalam perpindahan muatan melewati rangkaian, seperti halnya ketika
memompa air melewati saluran pipa. Kaidah yang dipakai disini adalah untuk
menentukan aliran arus sebagai perpindahan muatan positif. Untuk
menyempurnakan aliran ini baterai harus memindahkan muatan positif dari
sebuah potensial rendah di kutub negatif menuju potensial tinggi di kutub positif.
Gaya yang bekerja dalam perubahan potensial membutuhkan sebuah gaya yang
dinamakan gaya elektromotif atau emf (electromotive force), yang satuannya
berupa volt (v).
2.5.3 Konsep Resistivitas Batuan
Azas kelistrikan berlaku pada lapisan-lapisan batuan bawah permukaan
dalam arti hukum-hukum fisika tentang listrik dapat diterapkan pada aliran listrik
di dalam lapisan-lapisan batuan. Atas dasar azas kelistrikan tersebut maka setiap
jenis batuan memiliki kemampuan tertentu dalam menghantarkan arus listrik yang
digolongkan menjadi 3, yaitu (Telford, 1990):
1. Kondukror baik : 10-8< ρ <1Ωm
2. Konduktor pertengahan : 1 < ρ < 107 Ωm
3. isolator : ρ > 10 7Ωm
20
Resisitivitas tiap material di bumi mempunyai interval nilai yang berbeda,
di bawah ini ditunjukkan tabel variasi resistivitas dari material batuan atau mineral
di bumi.
Tabel 2.2 Harga tahanan jenis batuan (Suyono,1978)Material Tahanan Jenis (Ωm)
Air permukaan
Air tanah
Slit-lempung
Pasir
Pasir dan Kerikil
Batu Lumpur
Batu Pasir
Konglongmerat
Tufa
Kelompok Andesit
Kelompok Granit
80-200
30-100
10-200
100-600
100-1000
20-200
50-500
100-500
20-200
100-2000
1000-10000
2.5.4 Konsep Resistivitas Semu
Dalam eksplorasi geolistrik, untuk mengukur resistivitas di lapangan
digunakan persamaan
(1)
Atau
(2)
yang diturunkan dari arus listrik pada medium homogen setengah bola tak
berhingga. Karena jarak elektroda jauh lebih kecil dari pada jejari bumi, maka
bumi dapat dianggap sebagai medium setengah bola tak berhingga. Akan tetapi
karena sifat bumi yang pada umumnya berlapis (terutama di dekat permukaan)
21
perandaian bahwa mediumnya adalah homogen tidak terpenuhi. Biasanya
resistivitas yang terukur tersebut dikenal sebagai resistivitas semu atau apparent
resistivity, yang biasa dituliskan dengan simbol ρa.
Resistivitas semu yang dihasilkan oleh setiap konfigurasi akan berbeda
walaupun jarak antar elektrodanya sama. Maka akan dikenal ρawyaitu resitivitas
semu untuk konfigurasi Wenner dan ρas yaitu resistivitas semu untuk konfigurasi
Schlumberger. Untuk medium berlapis, harga resistivitas semu ini akan
merupakan fungsi jarak bentangan (jarak antar elektroda arus). Untuk jarak antar
elektroda arus kecil
akan memberikan ρa yang harganya mendekati ρ batuan di dekat permukaan.
Sedang untuk jarak bentangan yang besar ρyang diperoleh akan mewakili harga ρa
batuan yang lebih dalam (Wahyudi, 2001).
2.5.5 Konfigurasi Elektroda
Besar resistivitas semu dipengaruhi oleh konfigurasi elektroda yang
digunakan, hal ini disebabkan karena setiap konfigurasi elektroda memiliki faktor
k yang berbeda berdasar susunan dari elektrodanya. Faktor K atau disebut juga
faktor geometris konfigurasi diperoleh dari menurunkan persamaan hukum Ohm
dengan menggunakan susunan dari konfigurasi tersebut
(3)
dengan k=2πa
keterangan :
AM = Jarak dari elektroda arus C1 ke elektroda potensial P1
MB = Jarak dari elektroda potensial P1 ke elektroda arus C2
AN = Jarak dari elektroda arus C2 ke elektroda potensial P2
NB = Jarak dari elektroda potensial P2 ke elektroda arus C2
Salah satu konfigurasi elektroda yang populer dalam menentukan kondisi air
bawah permukaan adalah konfigurasi wenner.
22
Gambar 2.10 Konfigurasi Wenner (Burger.1992)
Konfigurasi wenner dikembangkan oleh Wenner di Amerika. Konfigurasi
ini tersusun atas dua elektroda arus dan dua elektroda potensial. Elektroda
potensial ditempatkan pada bagian dalam dan elektroda arus di bagian luar dengan
jarak antar elektroda sebesar a. Pengukuran dilakukan dengan memindahkan
semua elektroda secara bersamaan kearah luar dengan jarak a selalu sama
(AM=MN=NB). Konfigurasi ini dapat digunakan dalam pengambilan data secara
sounding dan mapping. Pengukuran dengan metode resistivitas wenner secara
sounding bertujuan untuk melihat penyebaran air tanah dengan mempelajari
variasi resistivitasnya secara vertikal. Sedangkan pengukuran menggunakan
metode resistivitas wenner secara mapping bertujuan untuk melihat penyebaran
air tanah secara lateral. Untuk konfigurasi wenner sounding, berarti kita harus
memperlebar jarak antar elektroda a untuk menjangkau kedalaman yang lebih
dalam dengan tetap beracuan pada lokasi titik pengukuran (datum).
23
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :
Tabel 3.1 Alat dan Bahan
Peralatan Spesifikasi Jumlah/satuan
Pengukuran Topografi dan GeologiAlat ukur TheodolitGlobal Positioning System (GPS)Perlengkapan geologi
Alat ukur GeofisikaResistivity meterElektroda arusElektroda potensialKabel arus dan potensialHandy Talkyprinter
Peralatan PenunjangPhoto cameraPalu geologiPeralatan gambarMeteran
Lap Top
TSGarmin 12XLPalu, kompas, loupe, altimeter
ABEM SAS 1000Steinless steelPorouspotStandard @ 500 mMotorola MagOneHP
-East WingRotring set-
Toshiba, Dell, Acer
1 set1 buah1 set
2 unit35 buah16 buah35 roll11 buah1 set
1 buah2 buah1 set4 buah
3 Unit
3.2 Langkah Kerja
Langkah kerja dalam kegiatan pelacakan air tanah dalam meliputi studi
meja, pemetaan topografi, pemetaan geologi dan hidrogeologi, pengukuran
radioaktivitas soil/batuan, pengukuran intensitas gas radon, pengukuran geolistrik
tahanan jenis, dan analisi terpadu hasil pelacakan. Kegiatan kegiatan tersebut
dapat dijelaskan sebagai berikut :’
A. Studi Meja
Lingkup Studi meja yang dilakukan meliputi : analisis morfologi, studi
geologi/hidrogeologi regional dan data pendukung lainnya. Sasaran
24
utamanya adalah mengetahui kondisi geologi/ hidrogeologi regional,
terutama pola penyebaran formasi/ satuan batuan, pola arah umum srtuktur
geologi (patahan/ lipatan), perkiraan daerah tangkapan/ resapan
Analisis morfologi dilakukan melalui peta topografi skala 1:25.000 dan
foto udara (bila diperlukan). Kondisi geologi/ hidrogeologi regional,
terutama diperoleh melalui peta peta regional, terutama di publikasikan
oleh Direktorat Geologi Bandung.
Pekerjaan ini dilaksanakan sebelum dimulainya pekerjaan lapangan.
B. Pemetaan Topografi
Sasaran utama pekerjaan ini adalah membuat peta topografi sebagai peta
dasar untuk kolerasi hasil pemetaan geologi/ hidrogeologi dan pembuatan
penampang hasil survei geolistrik.
Lingkup dan tahapan pelaksanaan pekerjaan in berturut turut terdiri dari
orientasi lapangan termasuk enentuan titik ikat, koreksi arah U-S dengan
menggunakan deklinasi matahari, pengukuran poligon kemudian
dilanjutkan dengan pengukuran situasi menggunakan alat ukur tanah,
pengolahan data dan penggambaran topografi/ peta dasar.
Titik pengukuran akan diikatkan dengan titik pengukuran geofisika.
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program komputer.
C. Pemetaan Geologi
Pemetaan geologi bertujuan untuk memperoleh informasi geologi
permukaan dan bawah permukaan. Hasil pemetaan berupa peta geologi
akan digambarkan pada peta topografi/ peta dasar. Peta geologi berisi jenis
dan sebaran satuan batuan di permukaan, struktur geologi (jurus dan
kemiringan lapisan, jenis dan arah patahan, serta sumbu perlipatan).
Lingkup dan tahapan pelaksanaan pekerjaan ini berturut turut terdiri atas
orientasi lapangan, pendataan geologi lapangan, evaluasi data permukaan
dilanjutkan dengan penyusunan peta geologi dan penggambaran
Pendataan geologi akan dilaksanakan dengan metode lintasan pengamatan.
Pendataan geologi terutama meliputi : jenis dan tekstur batuan dan jejak
struktur geologi pada singkapan batuan. Pengamatan tekstur batuan
25
dilakukan dengan bantuan palu dan loupe geologi, sedangkan untuk
pengamatan jejak struktur dilakukan dengan kompas geologi.
D. Pendataan Hidrogeologi
Sasaran utama pekerjaan ini adalah mengetahui kondisi air tanah
permukaan baik pada musim kemarau maupun musim hujan.
Pendataan lapangan terutama meliputi : pengukuran sifat fisik air dari
sumur sumur penduduk, rembesan air permukaan dan mata air, jika ada.
Pengukuran kedalaman muka air sumur penduduk dilakukan dengan depth
meter, sedangkan debit air pada rembesan dan mata air di permukaan akan
diukur dengan metode yang sesuai
Dari pendataan yang dilakukan bersamaan dengan pemetaan geologi ini,
maka diketahui kondisi batuan yang mengandung air dan kondisi batuan
kering, sehingga dapat digunakan sbagai pembanding tingkat resistivity
batuan pada masing masing kondisi tersebut.
E. Pengukuran Geolistrik Tahanan Jenis Konvigurasi Wenner
Sasaran utama dari pekerjaan ini adalah mengetahui kondisi geologi
bawah permukaan berdasarkan sebaran nilai tahanan jenis, terutama
indikasi keberadaan lapisan batuan yang mengandung air tanah. Hasil
survei akan digambarkan dalam bentuk kolerasi penampang penampang
tegak tahanan jenis batuan bawah permukaan.
Lingkup dan tahapan pelaksanaan pekeraan ini berturut turut terdiri dari :
penetuan lokasi titik sounding, pengukuran tahanan jenis di lapangan,
analisis data pengukuran, pembuatan penampang penampang resistivity,
pembuatan penampang penmapang tegak tahanan jenis batuan bawah
permukaan, analisis dan kolerasi geologi/ hidrogeologi bawah permukaan.
Lintasan pengukuran pekerjaan ini ditentukan berdasarkan pada
kedudukan bidang perlapisan (strike dan dip), yaitu relatif tegak lurus
terhadap strike. Hasil pengukuran dalam satu lintasan ini dapat digunakan
untuk mengetahui susunan batuan atau stratigrafi. Jarak antar titik
pengukuran 25 meter dengan panjang lintasan 850 – 1000 meter. Jarak
antara lintasan pengukuran adalah 100 meter. Hasil inversi tahanan jenis
26
dua dimensi dapat digunakan untuk mengetahui sebaran akuifer, sebaran
lateral batuan dan struktur geologi (sesar).
Peralatan yang digunakan adalah unit resistivitymeter ABEM SAS 1000
dan untuk pengolahan data hasil pengukuran digunakan software
Res2Dinv dan DCINV3D.
Skema pengukuran dua dimensi dengan konfigurasi Wenner dapat dilihat
pada Gambar 3.1.
Gambar 3.1 Skema Pengukuran konfigurasi Wenner
F. Pendugaan Geolistrik Tahanan Jenis Satu Dimensi Dengan
Konfigurasi Schlumberger
Lintasan pengukuran pekerjaan ini ditentukan berdasarkan pada
kedudukan bidang perlapisan (strike dan dip), yaitu relatif tegak lurus
terhadap strike. Hasil pengukuran dalam satu lintasan ini dapat digunakan
untuk mengetahui susunan batuan atau stratigrafi. Jarak antar titik
pengukuran dalam satu lintasan tersebut direncanakan berkisar antara 150
- 250 m. Korelasi hasil pengukuran yang searah strike (antar lintasan)
dapat digunakan untuk mengetahui sebaran lateral batuan dan adanya
perubahan fasies.
27
Lintasan berikutnya diletakkan sejajar dengan lintasan sebelumnya, jarak
antar lintasan sekitar 200-250 m. Dalam pelaksanaan di lapangan, jarak
antar titik pengukuran dalam satu lintasan dan jarak antarlintasan fleksibel,
disesuaikan dengan kondisi lapangan dan pertimbangan teknis yang
dijumpai.
Jumlah titik pengukuran pada pekerjaan ini 4 titik. Bentangan kabel akan
direncanakan sekurang-kurangnya 2 X 300 m agar dapat diperoleh data
dengan tingkat keyakinan tinggi hingga penetrasi 100 m.
Peralatan yang digunakan adalah unit resistivitymeter dan untuk
pengolahan data tahanan jenis digunakan komputer dengan perangkat
lunak “IX1D” atau “Win Sev6”.
Skema pengukuran dengan konfigurasi Schlumberger dapat dilihat pada
Gambar 3.2
Gambar 3.2 Skema Rangkaian Peralatan Survei Geolistrik KonfigurasiSchmumberger
28
BAB IV
DATA DAN ANALISA
4.1 Data Hasil
4.1.1 Jalur A
Dp a Ρ37,5 25 2162,5 25 2887,5 25 48
112,5 25 45137,5 25 52162,5 25 46187,5 25 62212,5 25 53237,5 25 66262,5 25 77287,5 25 48312,5 25 62337,5 25 85362,5 25 44387,5 25 61412,5 25 57437,5 25 42462,5 25 42487,5 25 51512,5 25 42
............ ............ ........
4.1.2 Jalur B
Dp a Ρ0 25 15
25 25 3150 25 3575 25 42100 25 33125 25 32150 25 37175 25 34
29
200 25 51225 25 37250 25 42300 25 43325 25 52350 25 47375 25 57400 25 30425 25 46450 25 33475 25 31500 25 47525 25 27550 25 27575 25 22600 25 24....... ........ ........
4.1.3 Jalur C
Dp a ρ37,5 25 3962,5 25 5187,5 25 55
112,5 25 29137,5 25 61162,5 25 30187,5 25 33212,5 25 42237,5 25 23262,5 25 24287,5 25 32312,5 25 22337,5 25 23362,5 25 38387,5 25 31412,5 25 35437,5 25 44462,5 25 24487,5 25 35512,5 25 25
30
537,5 25 38562,5 25 34587,5 25 38612,5 25 31637,5 25 32662,5 25 26687,5 25 35712,5 25 32........ ....... ........
4.1.4 Jalur G
Dp a ρ37.5 25 4762.5 25 2887.5 25 29
112.5 25 33137.5 25 37162.5 25 24187.5 25 25212.5 25 28237.5 25 37262.5 25 41287.5 25 23312.5 25 55337.5 25 23362.5 25 33387.5 25 27412.5 25 37437.5 25 29462.5 25 35487.5 25 33512.5 25 37537.5 25 18562.5 25 29587.5 25 25612.5 25 26637.5 25 24662.5 25 24687.5 25 27712.5 25 27
31
737.5 25 33......... ..... .......
4.1.5 Jalur H
Dp A ρ37.5 25 3662.5 25 3587.5 25 30
112.5 25 35137.5 25 18162.5 25 16187.5 25 29212.5 25 24237.5 25 24262.5 25 31287.5 25 20312.5 25 27337.5 25 11362.5 25 22387.5 25 21412.5 25 22437.5 25 27462.5 25 28487.5 25 31512.5 25 27537.5 25 38562.5 25 23587.5 25 39612.5 25 27637.5 25 28662.5 25 27...... ...... ......
32
4.2 Hasil
4.2.1 Jalur A
Gambar 4.1 Hasil pengukuran Res2div Jalur A
4.2.2 Jalur B
Gambar 4.2 Hasil pengukuran Res2div Jalur B
33
4.2.3 Jalur C
Gambar 4.3 Hasil pengukuran Res2div Jalur C
4.2.4 Jalur G
Gambar 4.4 Hasil pengukuran Res2div Jalur D
34
4.2.5 Jalur H
Gambar 4.5 Hasil pengukuran Res2div Jalur E
35
BAB V
PEMBAHASAN
5.1 Analisa Prosedur
Penelitian ini dengan judul “ Pelacakan Air Tanah di Kampung Humbung,
Manggarai Barat Nusa Tenggara Timur” dilakukan pada tanggal 12 juni
2012.Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui keberadaan
lapisan batuan yang mengandung potensi airtanah, sekaligus menentukan
lokasi-lokasi signifikan untuk pemboran.
Sebelum melakukan penelitian, terlebih dahulu menyiapkan alat dan bahan
yang berupa resistivity meter yang berfungsi sebagai alat untuk menampilkan
nilai resistivitas semu di bawah permukaan. Elektroda arus dan elektroda
potensial sebagai elektroda yang nantinya akan ditancapkan ke dalam tanah.
kabel sebagai alat untuk menghubungkan arus dan tenggangan pada elektroda
arus dan elektroda tegangan. Alat Ukut Theodolit, GPS, Seperangkat alat
Geologi digunakan untuk pengukuran topografi dan geologi. Meteran sebagai
alat untuk mengukur jarak elektroda dan datum point. Palu geologi sebagai
alat untuk memalu elektroda agar menancap ke tanah. Dan alat tulis sebagai
alat untuk mencatat data yang diperoleh.Untuk dapat mencapai sasaran
tersebut di atas metode kerja yang dilakukan adalah dengan cara seperti
berikut.
Cara pengukuran metode geolistrik resistivitas dilakukan dengan
menginjeksikan arus listrik searah ke dalam bumi melalui dua elektrode
arus (C1 dan C2). Selanjutnya respon beda potensial antara dua titik di
permukaan yang diakibatkan oleh aliran arus tersebut, diukur melalui dua
elektroda potensial (P1 dan P2). Praktikan melakukan percobaan ini dengan
metode geolistrik lateral mapping 2D atau pengukuran secara horizontal.dan
pada percobaan ini menggunakan konfigurasi wenner.
Setelah itu data yang diperoleh berupa arus (I) yang bersatuan miliampare,
tegangan (V) yang bersatuan volt, jarak (a) antar elektroda dan datumpoint
36
(Dp). Kemudian dari data ini, praktikan menentukan resistivitas semu dengan
menggunakan persamaan = 2 ∆ . setelah memperoleh hasil resistivitas
semu praktikan mengolah data tersebut dengan menggunakan software
surfer10 dan res2dinv. Yang pertama praktikan memasukkan ke dalam
Microsoft office excel 2007 kemudian dimasukan kedalam program Surfer 10
dan di simpan dalam bentuk *.dat dan Setelah penggabungan data dengan
data topografi, data diproses menggunakan program INVERSE
RES2DINV, sehingga di dapatkan penampang resistivitas dan kedalaman.
Dilakukan pengeditan data secara berulang, untuk
menghilangkangangguan-gangguan yang ada, sampai menghasilkan data
yang bagus.Untuk dapat mencapai sasaran tersebut di atas metode kerja yang
dilakukan adalah dengan cara seperti berikut
5.1.1 Studi meja
Merupakan pekerjaan awal yang dilakukan dengan mempelajari existing
data , meliputi studi morfologi dan geologi / hidrogelogi sehingga diperoleh
gambaran bentang alam dan gambaran umum sebaran batuan maupun struktur
geologi yang berpengaruh di daerah kerja. Pekerjaan ini dilanjutkan dengan
peninjauan lapangan guna menentukan daerah signifikan keberadaan airtanah-
dalam.
5.1.2 Pendataan Geologi/hidrogeologi.
Dimaksudkan untuk memperoleh data dari singkapan batuan yang akan
digunakan dalam menyusun peta geologi, dan sebaran airtanah bebas maupun
pola alirannya melalui pangamatan sumur galian penduduk atau sumber mata
air.
5.1.3 Pengukuran Topografi
Dilakukan dalam rangka mendapatkan gambaran bentang alam dan situasi
mengenai titik pengukuran geolistrik, lokasi pengamatan geologi /
hidrogeologi serta tata guna lahan.
37
5.1.4 Pendugaan Geolistrik Tahanan Jenis Dua Dimensi Dengan
Konfigurasi Wenner.
Lintasan pengukuran pekerjaan ini ditentukan berdasarkan pada kedudukan
bidang perlapisan (strike dan dip), yaitu relatif tegak lurus terhadap strike.
Hasil pengukuran dalam satu lintasan ini dapat digunakan untuk mengetahui
susunan batuan atau stratigrafi. Jarak antar titik pengukuran 25 meter dengan
panjang lintasan 850 – 1000 meter. Jarak antara lintasan pengukuran adalah
100 meter. Hasil inversi tahanan jenis dua dimensi dapat digunakan untuk
mengetahui sebaran akuifer, sebaran lateral batuan dan struktur geologi (sesar).
Peralatan yang digunakan adalah unit resistivitymeter ABEM SAS 1000 dan
untuk pengolahan data hasil pengukuran digunakan software Res2Dinv dan
DCINV3D.
5.1.5 Pendugaan Geolistrik Tahanan Jenis Satu Dimensi Dengan
Konfigurasi Schlumberger
Lintasan pengukuran pekerjaan ini ditentukan berdasarkan pada kedudukan
bidang perlapisan (strike dan dip), yaitu relatif tegak lurus terhadap strike.
Hasil pengukuran dalam satu lintasan ini dapat digunakan untuk mengetahui
susunan batuan atau stratigrafi. Jarak antar titik pengukuran dalam satu
lintasan tersebut direncanakan berkisar antara 150 - 250 m. Korelasi hasil
pengukuran yang searah strike (antar lintasan) dapat digunakan untuk
mengetahui sebaran lateral batuan dan adanya perubahan fasies.
Lintasan berikutnya diletakkan sejajar dengan lintasan sebelumnya, jarak
antar lintasan sekitar 200-250 m. Dalam pelaksanaan di lapangan, jarak antar
titik pengukuran dalam satu lintasan dan jarak antarlintasan fleksibel,
disesuaikan dengan kondisi lapangan dan pertimbangan teknis yang dijumpai.
Jumlah titik pengukuran pada pekerjaan ini 4 titik. Bentangan kabel akan
direncanakan sekurang-kurangnya 2 X 300 m agar dapat diperoleh data
dengan tingkat keyakinan tinggi hingga penetrasi 100 m.
38
Peralatan yang digunakan adalah unit resistivitymeter dan untuk pengolahan
data tahanan jenis digunakan komputer dengan perangkat lunak “IX1D” atau
“Win Sev6”
5.2 Analisa Hasil
5.2.1 Kondisi Umum
Kampung Humbung, Desa mbuit kecamatan Boleng merupakan daerah
dataran rendah dengan elevasi kurang dari 40 m, kecuali pada daerah utara yang
berupa perbukitan dengan elevasi umum 150 m dari permukaan laut. Jumlah
penduduk Kampung Humbung kurang lebih 375 jiwa. Mata pencaharian
penduduk pada umumnya bertani dan buruh tani. Sebagian besar sungai yang
terdapat di daerah ini mengalir ke utara dan relatif akan berair ketika musim
hujan.
5.2.2 Geologi Regional
Desa Mbuit secara stratigrafi dalam peta geologi termasuk regional lembar
Ruteng (1994) dengan skala 1: 250.000 yang diterbitkan oleh P3g, Bandung.
Secara geologi Desa Mbuit dan Sekitarnya berada pada sebaran batuan yaitu :
Endapan alluvium mempunyai pelamparan dengan sebaran menutupi
sebagian besar daeran penelitian di bagian utara yang tersusun dar kerakal
dan kerikil andesit, dasit, basal, pasir lumpur, dan lanau yang terndapkan
di daerah sungai dan pantai.
Batu gamping yang berselingan dengan batu gamping pasiran dan formasi
Bari (Tmb), yang luasannya menutupi bagian utara dan timur daerah
penelitian.
Breksi, lava dan tuf yang disisipi batu pasir tufaan (Formasi Kiro),
luasanya menutupi bagian selatan daerah penelitian.
Lava, Breksi dan tuf (formasi Tanahau) menutupi bagian barat daya derah
penelitian.
39
5.2.3 Hidrogeologi
Kondisi kampung Humbung dan Tubedu berdasarkan peta hidrogeologi
Indonesia lembar Flores Barat yang dikeluarkan oleh Direktorat Geologi Tata
Lingkungan (1976) berada pada akuifer yang umumnya keterusannya sangat
rendah. Daerah setempat air tanah dangkal dalam jumlah terbatas dapat diperoleh
pada zona pelapukan batuan padu atau di daerah lembah (akuifer dengan
produkivitas kecil) seperti pada gambar
Gambar 5.1 Peta Hidrogeologi
5.2.4 Pelacakan Air tanah dalam
5.2.4.1 Litologi
Pengamatan singkapan yang dilakukan di lembah sungai dan sepanjang lintasan
yang melintasi daerah cakupan maupun diluar daerah cakupan, menunjukkan
bahwa secara keseluruhan daerah pengukuran geolistrik tersusun endapan
alluvium, batugamping, lava dan breksi sisipan tuf pasiran dan batupasir tufaan
dengan tingkat pelapukan yang bervariasi
40
Endapan alluvium, tersusun oleh sedimen berbutir pasir kasar-lempung, berwarna
kelabu - coklat, setempat kerakalan dan krikilan dengan bentuk butir menyudut
tanggung sampai membulat,mengandung material organik (Gambar 6.2 dan 6.3).
Batugamping berselingan dengan Batugamping pasiran dari Formasi Bari (Tmb);
batugamping berwarna putih kemerahan, kompak, setempat berongga;
batugamping pasiran berwarna putih kelabu, kurang padat, Batugamping ini
pelamparannya diluar daerah cakupan pengukuran geolistrik menempati
perbukitan bergelombang yang membentang dengan arah relatip utara-selatan.di
bagian utara dan timur daerah penelitian.
Gambar 5.2 Batugamping berwarna putih kemerahan, dan kompak, berongga
Gambar 5.3 Batugamping pasiran berwarna putih kecoklatan, kompak, setempat berongga
5.2.4.2 Struktur Geologi
Struktur geologi yang berkembang daerah cakupan pelacakan airtanah-
dalam sesar berarah NW-SE. Indentifikasi sesar tersebut berdasarkan pola
kelururan bukit yang berarah NW-SE, frakturasi, dan kedapatan kelurusan mataair
di Kampung Humpung berarah NW-SE.
Daerah cakupan inventarisasi pelacakan airtanah-dalam, secara lokal di di
Kampung Humpung , telah terpengaruh oleh frakturasi dari sistem fraktur sesar
normal berarah NE-SW miring sub vertikal sampai vertikal.
5.2.4.3 Hidrogeologi Permukaan
Pengamatan yang dilakukan disepanjang lembah sungai menunjukkan
bahwa pada umumnya mempunyai debit aliran relatif besar pada musim hujan,
41
sedangkan di musim keramau debit aliran relatif mengecil dan bahkan di beberapa
cabang sungai kering pada musim kemarau.
Di kampung Humpung di jumpai tiga mataair yang debit berviasi, umumnya lebih
kecil dari 0.5 lt/dtk. Pada musim hujan umumnya berair, sedangkan dimusim
kemarau hanya satu mataair yang masih mengalir dengan debit relatif sangat
kecil.
5.2.4.3 Pemetaan Topografi
Pelaksanaan pemetaan topografi di daerah ini telah dilakukan pada daerah
cakupan seluas 60 ha, data hasil pengukuran topografi diolah dan dilanjutkan
dengan pembuatan peta topografi (Gambar 3). Koordinat titik ikat (Bench Mark)
ditentukan berdasarkan atas posisi geografis Global Positioning System (GPS,
Garmin 765 CsX) pada patok titik ikat PN-1.
Gambar 5.4 Kegiatan Pengukuran Topografi Kampung Humpung dan
Tureng,Desa Mbuit. Kecamatan Boleng
42
Morfologi bagian selatan daerah cakupan kerja secara keseluruhan merupakan
morfologi perbukitan dengan kemiringan lereng kurang lebih 25o dan ketinggian
kurang dari 40 m. Pemetaan topografi ini sekaligus merupakan posisi titik-titik
pengukuran geolistrik, sumur gali, dan lokasi singkapan. Jumlah keseluruhan titik.
pengukuran geolistrik sebanyak 220 titik, kondisi bentang alam dapat dilihat pada
Gambar 4 dan posisititik-titik pengukuran geolistrik dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5.5 Foto kondisi topografi bentang daerah penelitian di Desa Mbuit,
Kabupaten Manggarai
Gambar 5.6 Posisi titik-titik pengukuran geolistrik di Kampung Humpung, Desa
Mbuit
43
5.2.4.4 Pendugaan Geolistrik
Pengukuran dilakukan Kampung Humpung dan Tureng, desa Mbuit dengan
jumlah pengukuran 220 titik, terdiri dari empat lintasan di Kampung Humpung
dan dua lintasan di Kampung Tureng (Gambar 6.7 dan 6.8)
Gambar 5.7 Foto kegiatan pelaksanaan pengukuran geolistrik di Desa Mbuit,
Kecamatan Boleng,
44
Gambar 5.8 Peta Lintasan Pengukuran Geolistrik di Kampung Humpung
dan Tureng, Desa Mbuit, Kecamatan Boleng.
Dengan mempertimbangkan hasil pengukuran tahanan jenis seluruh daerah kerja
dan mempertimbangkan kondisi geologi, diperoleh 4 kelompok tahanan jenis
dengan kondisi litologi yang berbeda, yaitu kelompok endapan alluvium, zona
fraktur, breksi dan lava.
Karakter dari masing-masing sedimen adalah seperti berikut :
1. Nilai tahanan jenis < 16,80 Ohm-m, merupakan pencerminan dari
keberadaan endapan alluvium,pasir tufaan, dan tufa pasiran yang jenuh air.
Endapan alluvium mempunyai sebaran di daratan rendah, sedangkan pasir
tufaan dan tuf pasiran sebagai sisipan dalam breksi. Endapan alluvium
secara lateral terdeteksi mempunyai kedalaman 10 – 20 m.
45
2. Nilai tahanan jenis 16,80 - 42,90 Ohm-m, merupakan pencerminan zona
fraktur yang mengandung air. secara vertikal terdeteksi mempunyai
kedalaman relatip sama di seluruh daerah cakupan (40 - 120 m). Secara
geologi diinterpretasikan sebagai lava atau breksi dengan sisipan tuf pasiran,
pasir tufaan yang terfrakturkan (zona fraktur) mengandung air. Keberadaan
zona fraktur ini dikontrol adanya sistem fraktur sesar berarah NE-SW.
3. Nilai tahanan jenis > 42,90 – 76,45 Ohm-m, merupakan pencerminan dari
keberadaan breksi atau lava basah, kompak. Breksi mempunyai sebaran
lateral di seluruh daerah cakupan kerja, secara vertikal terdeteksi
mempunyai kedalaman 5 m sampai 80 m dan semakin dalam di bagian
selatan dengan kedalaman mencapai 100 m. Sebaran lateral lava hanya di
Kampung Tureng, secara vertikal terdeteksi mencapai 75 m
4. Nilai tahanan jenis > 76,45 Ohm-m, merupakan pencerminan dari
keberadaan breksi atau lava kompak dan kering. Secara vertikal terdeteksi
sampai kedaman 120 m.
Untuk lebih jelasnya hasil pengukuran Geolistrik Tahanan Jenis Dua Dimensi
dapat dilihat pada penampang tahanan jenis dua dimensi dan penampang geologi
hasil interpretasi pengukuran tahanan jenis 2D pada setiap jalur pengukuran
5.3 Pembahasan
5.3.1Pendugaan Geolistrik
Berdasarkan hasil pemetaan geologi yang dibantu dengan hasil interpretasi
data dan interpretasi data geolistrik tahanan jenis dua dimensi dapat dikenali
bahwa di daerah cakupan pelacakan airtanah tersusun atas breksi dan lava
Berdasarkan sebaran dan besaran nilai tahanan jenis memperlihatkan adanya
berbedaan antara bagian atas lapisan dan bagian bawah, dibagian atas
mempunyai nilai <16,8 Ohm-m dan di bagian bawah dengan pola tidak
membentuk lapisan mempunyai nilai 16,80 sampai 42,90 Ohm-m perubahan
nilai tahanan jenis terjadi secara berangsur relatip besar di bagian kiri-kanan
46
dan semakin kecil di bagian tengah. Diinterpretasikan bahwa perubahan nilai
tahanan jenis tersebut adalah akibat dari banyaknya fraktur yang mengandung
air. Keberadaan akuifer di daerah cakupan pelacakan airtanah berada pada
sistem fraktur, diduga berada pada breksi atau lava yang terfrakturkan akibat
sesar yang berarah NW – SE.
5.3.2 Pendugaan Akuifer
Dari hasil interpretasi bawah permukaan di daerah pelacakan, breksi atau
lava merupakan zona fraktur yang mengandung air (akuifer) atau lapisan
pembawa air. Walaupun demikian masih terlihat adanya zona-zona kecil yang
berada pada kedalaman yang dangkal. Zona tersebut diduga fraktur yang
terisi air yang bersifat temporari, karena pada saat pengukuran hujan masih
ada.
Akuifer yang potensial di Kampung Humpung dan Tureng diperkirakan
pada zona sesar, sehingga terbentuk fraktur yang memungkinkan air
terperangkap didalamnya. Berdasarkan hasil interpretasi tahanan jenis 2D
akuifer potensial di desa Mbuit cukup signifikan
Berdasarkan penampang resistivitas 2D dan penampang geologi hasil
interpretasi resistivitas dapat diketahui bahwa sebaran lateral zona akuifer
celah cukup signifikan diseluruh daerah cakupan kerja sehingga
diinterpretasikan jumlah kandungan airtanah pada akuifer celah ini relatif
banyak. Pola aliran airtanah di daerah ini berkaitan dengan adanya recharge
area di bagian selatan dan mengalir kearah utara sesuai dengan kemiringan
lereng topografi maupun kontrol frakturasi dari sistem sesar normal berarah
NW-SE.
47
Gambar 5.9 Peta Potensi Airtanah-dalam, Desa Mbuit,Kecamatan Boleng
48
Gambar 6.10 Peta Potensi Airtanah-dalam, Kampung Humpung, Desa Mbuit, Kecamatan Boleng
5.3.3 Lokasi Potensial Pemboran Airtanah-Dalam
Berdasarkan penampang resistivitas 2D dan penampang geologi hasil
interpretasi resistivitas dapat diketahui bahwa sebaran lateral zona akuifer
celah cukupsignifikan. Adanya akuifer celah diharapkan tidak mengganggu
49
produksi airtanah permukaan yang biasanya diturap oleh penduduk.Dengan
demikian, dalam pemanfaatannya tidak berpengaruh terhadap sumur-sumur
penduduk yang berada di sekitarnya (bila ada). Untuk mengetahui secara pasti
keberadaan airtanah yang terkandung dalam akuifer celah dan kondisi
stratigrafi bawah permukaan perlu dilakukan pemboran eksplorasi pada lokasi-
lokasi potensial pemboran.
Adapun karakteristik dan keberadaan akuifer pada Lokasi potensial pemboran
dapat dilihat padatabel 4.
Tabel 4. Karakteristik dan Keberadaan Akuifer Celah Lokasi potensial Pemboran Eksplorasi Airtanah Dalam diKampumg Humpung dan Kampung Tureng, Desa Mbuit, Kecamatan Boleng.
Prio
rita
s
Lokasi
Aku
ifer
Karakteristik Keterangan
1
Kampumg Humpungantara lintasan C ( C15- C17 ) dan lintasan G ( G17 – G18 )
Celah
Res : 5 – 42.9 mBatuan : BreksiLebar : 275 mJenis : Airtanah bebasKedalaman : 50 – 120 meter
Tiitik lokasi berada dekat dengan jalan propinsi
Pencapaian lokasi mudah
Berada dalam daerah zona air tawar
Perlu pembebasan tanah
Kedalaman pemboran 120 meter
50
BAB VIPENUTUP
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil survey geologi permukaan yang didukung dengan hasil
pengukuran data resistivitas bawah permukaan di daerah pelacakan, diketahui
bahwa terdapat zona struktur sesardari sistem sesar normal berarah NW-
SE.Akuifer jenuh air diinterpretasikan terdapat pada zona fraktur sehingga
berpotensi untuk bertindak sebagai akuifer airtanah-dalam. Potensi akuifer celah
dengan kondisi terbaik di area pengukuran geofsika di Kampumg Humpung
antara lintasan C ( C15- C17 ) dan lintasan G ( G17 – G18 ).
51
DAFTAR PUSTAKA
Amirudin dan Trail GS. 1993. Peta Geologi Indonesia Bersistem , Lembar Nanga Pinoh sekala 1:200000. Bandung: Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi
Bakosutranal. 1993. Peta Rupa Bumi Indonesia Lembar Nanga Pinoh, skala 1 : 25000. Bogor: badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional
Freezer, Allan dan John A.C. 1979. Groundwater. Britis Columbia: Departement Of Earth Sciens, University of British Columbia, Vancouver
Flecher, Driscoll. 1977. Groundwater And Wells, Second Edition. St Paul,Minnesota 55112: Johnson Division