LAPORAN FAAL 2

33
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI MODUL PENGINDERAAN SIKAP, KESEIMBANGAN, DAN PENDENGARAN Disusun Oleh : 1. Rosa Linda I11109093 2. Kresna Adhi Nugraha I11111044 3. Dina Fitri Wijayanti I11112007 4. Furqan Rchman I11112010 5. Dodi Novriadi I11112014 6. Ivo Afiani I11112017 7. Siska I11112019 8. Adela Brilian I11112020 9. Dwi Lestiana Putri I11112034 10. Woris Christoper I11112056 11. Ridhallah I11112079 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK 2015

description

ss

Transcript of LAPORAN FAAL 2

LAPORAN PRAKTIKUMFISIOLOGIMODUL PENGINDERAAN

SIKAP, KESEIMBANGAN, DAN PENDENGARAN

Disusun Oleh :

1. Rosa LindaI111090932. Kresna Adhi NugrahaI111110443. Dina Fitri WijayantiI111120074. Furqan RchmanI111120105. Dodi NovriadiI111120146. Ivo AfianiI111120177. Siska I111120198. Adela Brilian I111120209. Dwi Lestiana PutriI1111203410. Woris ChristoperI1111205611. RidhallahI11112079

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTERFAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS TANJUNGPURAPONTIANAK2015

MODEL KANALIS SEMISIRKULARISA. Pendahuluan Selain perannya dalam pendengaran yang bergantung pada koklea, telinga dalam memiliki komponen khusus lain, yaitu aparatus vestibularis, yang memberi informasi esensial bagi sensasi keseimbangan dan untuk koordinasi gerakan kepala dengan gerakan mata dan postur. Aparatus vestibularis terdiri dari dua set strukrur di dalam bagian terowongan tulang temporal dekat koklea- hanalis semisirkularis dan organ otolit, yaitu unikulus dan sakulus. Aparatus vestibularis mendeteksi perubahan posisi dan gerakan kepala. Seperti di koklea, semua komponen aparatus vestibularis mengandung endolimfe dan dikelilingi oleh perilimfe. Serupa dengan organ Corti, komponen-komponen vestibularis masing-masing mengandung sel rambut yang berespons terhadap deformasi mekanis yang dipicu oleh gerakan spesifik endolimfe. Dan seperti sel rambut auditorik, reseptor vestibularis dapat mengalami depolarisasi atau hiperpolarisasi, bergantung pada arah gerakan cairan. Tidak seperti informasi dari sistem pendengaran, sebagian besar informasi yang dihasilkan oleh apararus vestibularis tidak mencapai tingkat kesadaran.1

B. Tujuan Tujuan UmumMemahami peran alat vestibuler dalam pengaturan sikap dan keseimbangan tubuh.Tujuan Khusus1. Mendemonstrasikan peran kedudukan kepala terhadap posisi setiap kanalis semisirkularis dengan menggunakan model kanalis semisirkularis.2. Mendemonstrasikan pengaruh aliran endolimfe pada krista ampularis dengan menggunakan model kanalis semisirkularis

C. Alat yang diperlukan Model kanalis semiserkularis

D. PembahasanPada saat praktikum disediakan model dari kanalis semisirkularis. Dapat terlihat seperti pada gambar 1. kanalis semisirkularis yang merupakan bagian dari vestibular terdiri dari 3 bagian yaitu, anterior, posterior, dan lateral yang tersusun tegak lurus satu sama lain. Kanalis semisirkularis saling berhubungan secara tidak lengkap dan membentuk lingkaran yang tidak lengkap. Seperti pada koklea, pada kanalis semisirkularis juga mengandung endolimfe dan dikelilingi oleh perilimfe. Pada ujung akhir setiap kanalis semisirkularis terdapat pembesaran yang disebut ampula. Kanalis serta ampula terisi oleh endolimfe.1,2,3Gambar 1. Canalis Semisirkularis2

Kanalis semisirkularis mendeteksi akselerasi atau deselerasi kepala rotasional atau angular, misalnya ketika kita mulai atau berhenti berputar, jungkir balik, atau menengok. Masing masing telinga mengandung tiga kanalis semisirkularis yang tersusun dalam bidang tiga dimensi yang tegak lurus satu sama lain. Bila kepala tunduk kira-kira 30 derajat ke depan, kanalis semisirkularis lateral kira-kira ada pada bidang horizontal sesuai dengan permukaan bumi; kemudian kanalis anterior ada pada bidang vertikal yang arah proyeksinya ke depan dan 45 derajat keluar, dan kanalis posterior ada pada bidang vertikal yang berproyekdi ke belakang dan 45 derajat ke luar.1,3Sel-sel rambut reseptif masing-masing kanalis semisirkularis terletak diatas suatu bubungan yang terletak di ampula, suatu pembesaran di dasar kanalis. Rambut-rambut terbenam di dalam lapisan gelatinosa di atasnya, kupula, yang menonjol kedalam endolimfe di dalam endolimfe di dalam ampula. Kupula bergoyang sesuai arah gerakan cairan, seperti rumput laut yang miring kearah gelombang laut.1Akselerasi atau deselerasi sewaktu rotasi kepala dalam arah apapun menyebabkan gerakan endolimfe paling tidak pada salah satu kanalis semisirkularis, karena susunan tiga dimensi ketiganya. Sewaktu kita mulai menggerakkan kepala kita, tulang kanalis dan sel-sel rambut yang terbenam di dalam kupula bergerak bersama kepala kita. Namun pada awalnya, cairan pada kanalis, karena tidak melekat pada tengkorak kita, tidak bergerak searah dengan rotasi tetapi tertinggal dibelakang akibat inersia (kelembaman). Ketika endolimfe tertinggal saat kepala mulai bergerak, endolimfe yang terletak sebidang dengan gerakan kepala pada dasarnya bergeser dengan arah yang berlawanan dengan arah gerakan kepala. Gerakan cairan ini menyebabkan kupula condong ke arah yang berlawanan dengan arah gerakan kepala dan membengkokkan rambut-rambut sensorik yang terbenam dibawahnya. Apabila gerakan kepala berlanjut pada arah dan kecepatan yang sama, endolimfe akan menyusul dan bergerak bersama kepala, sehingga rambut-rambut akan kembali ke posisi tegak mereka. Ketika kepala melambat dan berhenti, keadaan yang sebaliknya terjadi. Inersia menyebabkan endolimfe masih terus bergerak sementara searah dengan rotasi kepala. Akibatnya, kupula dan rambut-rambut sensorik condong sementara searah dengan rotasi semula. Pada saat endolimfe secara bertahap berhenti, rambut-rambut kembali tegak. Dengan demikian, kanalis semisirkularis mendeteksi perubahan kecepatan gerakan rotasi kepala.1Rambut-rambut di sel vestibularis terdiri dari satu silisium, kinosilium, bersama dengan 20 sampai 50 mikrovilus -stereosilia- yang tersusun dalam barisan- barisan yang semakin tinggi. Stereosilia berhubungan di ujung-ujungnya dengan oleh tautan ujung, yaitu jembatan molecular halus antara stereosilia stereosilia yang berdekatan . ketika stereosilia terdefleksi oleh gerakan endolimfe, tegangan yang terjadi di tautan ujung menarik saluran ion berpintu mekanis di sel rambut. Sel rambut mengalami depolarisasi atau hiperpolarisasi, bergantung pada apakah saluran ion terbuka atau tertutup secara mekanis oleh pergeseran berkas rambut. Setiap sel rambut memiliki orientasi sedemikian rupa sehingga sel tersebut mengalami depolarisasi ketika stereosilia menekuk kea rah kinosilium; penekukan kearah berlawanan akan menyebabkan hiperpolarisasi sel. Sel-sel rambut membentuk sinaps dengan ujung terminal neuron aferen yang aksonnya menyatu dengan akson struktur vestibularis lain untuk membentuk nervus vestibularis. Saraf ini menyatu dengan nervus auditorius dari koklea untuk membentuk nervus vestibulokoklearis. Depolarisasi meningkatkan pelepasan neurotransmitter dari sel rambut, menyebabkan peningkatan frekuensi lepas muatan serat aferen. Sebaliknya, hiperpolarisasi mengurangi pelepasan neurotransmitter dari sel rambut, pada gilirannya mengurangi frekuensi potensial aksi di serat aferen. Ketika cairan scara perlahan berhenti, rambut-rambut menjadi lurus kembali. Dengan demikian, kanalis semisirkularis mendeteksi perubahan gerakan rotasional kepala kita. Kanalis semisirkularis tidak berespon ketika kepala kita tidak bergerak atau ketika berputar dalam lingkaran dengan kecepatan tetap.1

F. Daftar Pustaka 1. Paulsen F, Waschke J. Sobotta. Edisi 23, Jilid 3. Jakarta: EGC; 2012. h. 104-27.2. Sherwood L. Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem. Jakarta: EGC; 2011. h. 230-50.3. Guyton AC, Hall JE. Buku ajar fisiologi kedokteran. Ed 11. Jakarta: EGC; 2007.

PERCOBAAN SEDERHANA UNTUK KANALIS SEMISIRKULARIS

A. PenduhuluanPercobaan sederhana kanalis semisirkularis ini dilakukan dengan mata tertutup dan kepala ditundukkan 30. Ketika kepala ditundukkan 30, maka posisi kanalis semisirkularis lateral kira-kira ada pada bidang horizontal sesuai dengan permukaan bumi; kemudian kanalis semisirkularis anterior ada pada bidang vertical yang arah proyeksinya ke depan dan 45 ke luar, dan kanalis semisirkularis posteriornya ada pada bidang vertical dengan arah proyeksi ke belakang dan 45 keluar.1,2

B. TujuanMendemonstrasikan pengaruh aliran endolimfe pada krista ampularis dengan menggunakan model kanalis semisirkularis

C. Alat yang diperlukan1. Tongkat atau statif yang panjang

D. Cara Kerja1. Instruksikan orang percobaan (OP), dengan mata tertutup dan kepala ditundukkan 30, berputar sambil berpegangan pada tongkat atau statif, menurut arah jarum jam sebanyak 10 kali dalam 30 detik. 2. Instruksikan OP untuk berhenti, kemudian membuka matanya dan berjalan lurus ke depan. 3. Perhatikan apa yang terjadi. 4. Ulangi percobaan nomor 1-3 dengan berputar menurut arah yang berlawanan dengan jarum jam.

E. HasilOP berjalan miring ke kanan setelah berputar searah jarum jam. Kemudian, setelah berputar berlawanan arah jarum jam, OP berjalan miring ke kiri.

F. PembahasanPercepatan searah jarum jam (ke kanan) dengan kepala ditundukan 30 ke depan merangsang Krista ampularis kanal lateral. Endolimfe karena kelembamannya, akan bergeser ke arah yang berlawanan terhadap rotasi. Cairan ini mendorong kupula sehingga menyebabkan sel-sel rambut menekuk. Jika sel-sel rambut menekuk ke arah kinosilium akan membuka kanal tranduksi dan sejak permukaan atas sel rambut terbenam cairan tinggi potassium (endolimfe), terjadi depolarisasi sel-sel rambut dan eksitasi serat-serat aferen vestibular. Setelah berhenti berputar cairan endolimfe dalam kanalis semisirkularis horizontal berputar ke kanan sehingga OP merasa akan jatuh ke kiri. Dan ketika diminta untuk berjalan ke depan, badan OP miring ke kanan karena dengan mata terbuka OP berusaha tetap berjalan lurus. Sebaliknya, ketika OP berputar berlawanan dengan arah jarum jam.1-3

G. Daftar Pustaka1. Sherwood, Lauralee. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi Jakarta: EGC; 20012. Guyton, Arthur C dan Hall, John E. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC; 2007.3. Prihardini D, dkk. Sensori dan Persepsi Auditif. Bandung: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia; 2010.

H. LampiranPertanyaan 1. Apa maksud tindakan penundukan kepala OP 30O ke depan?Jawab: Tindakan ini dimaksudkan agar kanalis semirkularis lateralis terletak dalam posisi horizontal sehingga mengalami pemutaran maksimal pada kanalis tersebut.

Pertanyaan 2.a. Apa yang saudara harapkan terjadi pada OP ketika berjalan lurus ke depan setelah berputar 10 kali searah dengan jarum jam?Jawab: OP berjalan tidak lurus ke depan melainkan miring ke arah kanan.

Pertanyaan 2.b. Bagaimana penjelasannya?Jawab: Ketika rotasi dihentikan, cairan endolimfe dalam kanalis semisirkularis lateral bergerak ke kanan, yang dirasakan OP seperti jatuh ke kiri. Saat berjalan lurus dengan mata terbuka OP dengan kemauannya tetap berusaha jalan lurus sehingga terlihat OP miring ke kanan.

PENGARUH KEDUDUKAN KEPALA DAN MATA YANG NORMAL TERHADAP KESEIMBANGAN BADANA. PendahuluanKemampuan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan dan kestabilan postur oleh aktivitas motorik tidak dapat dipisahkan dari faktor lingkungan dan sistem regulasi yang berperan dalam pembentukan keseimbangan. Tujuan dari tubuh mempertahankan keseimbangan adalah : menyanggah tubuh melawan gravitasi dan faktor eksternal lain, untuk mempertahankan pusat massa tubuh agar seimbang dengan bidang tumpu, serta menstabilisasi bagian tubuh ketika bagian tubuh lain bergerak.Sistem informasi sensoris meliputi visual, vestibular, dan somatosensoris.

B. TujuanMemahami peran alat vestibuler dalam pengaturan sikap dan keseimbangan tubuh

C. Cara Kerja1. Instruksikan OP untuk berjalan mengikuti suatu garis lurus di lantai dengan mata terbuka dan kepala serta badan dalam sikap yang biasa. Perhatikan jalannya dan tanyakan apakah ia mengalami kesulitan dalam mengikuti garis lurus tersebut.2. Ulangi percobaan nomor 1 dengan mata tertutup.3. Ulangi percobaan nomor 1 dan 2 dengan:a. Kepala dimiringkan dengan kuat ke kirib. Kepala dimiringkan dengan kuat ke kanan

D. HasilPerlakuanHasil

Jalan lurus ke depanJalan lurus, tidak terjadi deviasi

Jalan lurus ke depan mata tertutupJalan lurus, tidak terjadi deviasi

Jalan lurus ke depan dengan kepala dimiringkan kuat ke kananTerjadi sedikit deviasi ke kanan

Jalan lurus ke depan dengan kepala dimiringkan kuat ke kanan dengan mata tertutupTerjadi deviasi ke kanan

Jalan lurus ke depan dengan kepala dimiringkan kuat ke kiriTerjadi sedikit deviasi ke kiri

Jalan lurus ke depan dengan kepala dimiringkan kuat ke kiri dengan mata tertutupTerjadi deviasi ke kiri

E. PembahasanRambut-rambut utrikulus berubah posisi akibat setiap perubahan dalam gerakan linear horizontal seperti berjalan lurus ke depan. Ketika OP mulai berjalan lurus ke depan, bagian atas membran otolit yang berat mula-mula tertinggal di belakang endolimfe dan sel-sel rambut karena inersianya yang lebih besar. Dengan demikian rambut-rambut menekuk ke belakang, dalam arah yang berlawanan dengan arah gerakan kepala yang ke depan. Mata yang terbuka mempertahankan sikap badan yang seimbang, sedangkan saat mata ditutup terjadi ketidakseimbangan saat berjalan lurus ke depan.2Deteksi posisi kepala dalam ruang disebut orientasi spasial. Mempertahankan keseimbangan dan ekuilibrium, mengatur sikap tegak tubuh diperantai oleh refleks vestibulo-spinal. Diketahu bahwa sistem vestibular juga mempengaruhi sistem proprioseptif mencakup otot, tendon, dan sendi. Saat kepala dimiringkan kuat ke kanan dan kiri, terjadi perangsangan asimetris otot leher ke sistem vestibular yang menyebabkan tonus yang asimetris pada otot-otot ekstremitas.1,2,3

F. Daftar Pustaka1. Sherwood, Lauralee. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi Jakarta: EGC; 20012. Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. Buku Ajar Ilmu Kesehatan: Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala, dan Leher. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 20093. Rukmini, Sri dan Sri Herawati.Teknik Pemeriksaan Telinga Hidung & Tenggorok. Jakarta: EGC; 2000.

G. LampiranPertanyaan 3. Bagaimana pengaruh sikap kepala dan mata terhadap keseimbangan badan?Jawab: pengaruhnya, ketika mata terbuka, masukan informasi keseimbangan berasal dari mata dan posisi kepala, maka jika mata tertutup dengan kepala dimiringkan, tubuh cenderung ingin jatuh ke arah kepala miring dan diseimbangkan dengan berjalan berlawanan dengan miringnya kepala supaya tidak jatuh.

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEIMBANGAN (TAMBAHAN)

A. Cara Kerja1. Dengan kedua mata terbuka, OP diminta berdiri dengan satu kaki dan diminta untuk menjaga keseimbangan selama 2 menit.2. Catat apakah OP dapat menjaga keseimbangannya.3. Ulangi percobaan tersebut dengan kedua mata tertutup.4. Catat berapa lama OP dapat menjaga keseimbangannya.

B. HasilOPMata dibuka(s)Mata tertutup (s)

Ocha12054

Kresna 12089

Furqon120120

Ica120114

Siska12045

Ivo120120

Adela12063

Edo120120

Dwi12076

Woris120120

Dodi12097

C. PembahasanKita memiliki 2 macam alat keseimbangan, yaitu alat keseimbangan dinamis (Krista ampularis) dan alat keseimbangan statis (macula akustika). Posisi krista ampularis saling tegak lurus satu sama lain, dan masing-masing berpasang-pasangan pada telinga kanan dan kiri. Setiap gerakan kepala akan dideteksi oleh paling tidak 2 krista ampularis, dimana sel-sel reseptor salah satu Krista akan mengalami depolarisasi dan sel alinnya mengalami hiperpolarisasi. Akibat dari mekanisme ini, maka setiap gerakan rotasi kepala dan tubuh akan disadari, sehingga keseimbangan kita waktu bergerak akan terjaga. Macula akustika merupakan alat keseimbangan statis yang memberitahukan posisi kepala pada saat kita diam atau melakukan gerak lurus beraturan.1Percobaan keseimbangan dengan berdiri tegak dan mengangkat salah satu kaki dengan mata terbuka, subyek dapat bertahan selama 2 menit. Setelah cukup istirahat, percobaan di ulangi tetapi dengan menutup mata. Ternyata kebanyakan subyek hanya dapat bertahan kurang dari 2 menit dan setelah itu jatuh. Hal demikian menunjukkan bahwa antara penglihatan dan keseimbangan terdapat suatu hubungan. Jika kita melihat dengan kedua mata maka keseimbangan dapat terjaga, alat keseimbangan dalam telinga dapat bekerja. Sedangkan jika mata kita tertutup maka keseimbangan sulit terjaga sehingga menyebabkan subyek jatuh saat berdiri dengan satu kaki.1,2

Daftar Pustaka1. Sherwood, Lauralee. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi6 Jakarta: EGC; 20112. Guyton, Arthur C dan Hall, John E. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC;2007

PERCOBAAN DENGAN KURSI BARANY

1. NistagmusA. PendahuluanKeseimbangan yang baik tergantung pada:a. informasi sensorik yang benar dari mata (sistem visual), otot, tendon, dan sendi (input proprioseptif), dan organ-organ keseimbangan di telinga bagian dalam (sistem vestibular).b. Batang otak membuat rasa semua informasi sensorik ini dalam kombinasi dengan bagian-bagian lain dari otak.c. Gerakan mata untuk menjaga objek dalam visi stabil dan menjaga keseimbangan Anda (motor output).

B. TujuanMenerangkan pengaruh percepatan sudut serta cara mendemonstrasikannya dengan OP yang diputar di atas kursi Barany terhadap terjadinya nistagmus.

C. Alat & Bahan1. Kursi Barany.

D. Cara Kerja1. Perintahkan OP duduk tegak di kursi Barany dengan kedua tangannya memegang erat lengan kursi.2. Perintahkan OP memejamkan kedua matanya dan menundukkan kepalanya 300 ke depan.3. Putar kursi ke kanan 10 kali dalam 20 detik secara teratur tanpa sentakan.4. Hentikan pemutaran kursi dengan tiba-tiba.5. Perintahkan OP untuk membuka mata dan melihat jauh ke depan.6. Perhatikan adanya nistagmus. Tetapkan arah komponen lambat dan komponen cepat nistagmus tersebut.

E. Hasil Terjadi nistagmus dengan komponen cepat ke arah kiri, dan komponen lambat ke arah kanan pada mata OP setelah pemutaran.

F. Pembahasan:Pada praktikum kali ini OP diputarkan di atas kursi barany searah dengan jarum jam dan kedua mata yang ditutup serta kepala yang ditundukkan 30o. Kepala ditundukan 30o dengan maksud (untuk mendapatkan efek pemutaran maksimal terhadap kanalis semisirkularis horizontal). Kursi diputar sebanyak 10 kali dengan kecepatan putaran yang konstan selama 20 detik, kemudian diberhentikan secara mendadak. Saat putaran dihentikan terlihat nistagmus yang terjadi pada mata OP. Nistagmus postrotatori yang terjadi akibat pergerakan kupula sewaktu rotasi dihentikan memiliki arah berlawanan dengan arah rotasi, yaitu terjadi nistagmus dengan komponen cepat ke arah kiri, dan komponen lambat ke arah kanan. Hal tersebut disebabkan, terjadi nistagmus ke arah kiri setelah dilakukan pemutaran ke arah kanan (terjadi nistagmus ke sisi yang berlawanan dari arah putaran) yang disebabkan gerakan cairan endolimfe (bergerak ke arah kiri) dan mengakibatkan refleks mata ke arah kanan.1Bila seseorang mengubah arah gerakannya dengan cepat atau mencondingkan kepalanya ke salah satu sisi, misalnya kedepan atau kebelakang, orang itu tidak mungkin dapat mempertahankan bayangan yang stabil pada retinanya kecuali bila ia mempunyai beberapa mekanisme pengatur yang secara otomatis dapat mempertahankan arah pandangan matanya. selain itu, sebenarnya untuk mendeteksi suatu bayangan diperlukan sedikit saja bantuan mata, kecuali bila mata itu dapat dipertahankan untuk terfiksasi memandang suatu objek dalam waktu yang cukup lama sampai memperoleh bayangan yang jelas. Untungnya, setiap kali kepala berputar dengan arah berlawanan dengan arah putaran kepala. Keadaan ini timbul akibat adanya refleks yang dijalarkan melalui nuklei vestibular dan fasikulus ongitudinalis menuju nuklei okulomotor (VOR) sehingga gambar pada retina stabil selama gerakan kepala dan dipertahankan agar tetap berada paada pusat bidang visual.2

G. Daftar Pustaka1. Soepardi EA, Iskandar N, dkk. Gangguan Pendengaran dan Kelainan Telinga. Dalam: Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Edisi 6. Jakarta: FKUI, 20102. Guyton, Arthur C dan Hall, John E. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC; 2007.

H. LampiranPertanyaan 4. Apa yang dimaksud dengan nistagmus pemutaran dan nistagmus pasca pemutaran?Jawab : Nistagmus pemutaran adalah nistagmus yang terjadi selama pemutaran berlangsung. Nistagmus atau gerakan mata involunter ini sesuai dengan arah dari pemutaran atau arah rotasi. Nistagmus pasca pemutaran adalah nistagmus yang terjadi segera setelah pemutaran dihentikan, dimana fase cepat dari nistagmus berlawanan arah dari gerakan rotasi sebelum dihentikannya putaran.

2. TES PENYIMPANGAN PENUNJUKAN (PAST POINTING TEST OF BARANY) A. PendahuluanKemampuan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan dan kestabilan postur oleh aktivitas motorik tidak dapat dipisahkan dari faktor lingkungan dan sistem regulasi yang berperan dalam pembentukan keseimbangan. Tujuan dari tubuh mempertahankan keseimbangan adalah : menyangga tubuh melawan gravitasi dan faktor eksternal lain, dan mempertahankan pusat massa tubuh agar seimbang dengan bidang tumpu, serta menstabilisasi bagian tubuh ketika bagian tubuh lain bergerak.1,2Sistem regulasi keseimbangan dalam tubuh dikontrol oleh sinyal ke otak dari 3 sistem sensoris antara lain, yaitu mata, reseptor di kulit, otot dan sendi, serta telinga dalam (sistem vestibuler) yang terdiri dari 3 kanalis semisirkularis yang bereaksi terhadap rotasi kepala dan organ otolit (utrikulus dan sakulus) yang mendeteksi gravitasi dan gerak maju mundur.1,2Jika tubuh tidak dapat lagi mempertahankan keseimbangan tubuh maka akan terjadi gangguan keseimbangan. Contoh gangguan keseimbangan antara lain adalah vertigo. Salah satu pemeriksaan keseimbangan yang dapat dilakukan antara lain adalah tes penyimpangan penunjukkan atau past pointing test. Tes penyimpangan penunjukkan dilakukan dengan cara pasien merentangkan tangan dan diangkat tinggi, kemudian telunjuk pasien menyentuh telunjuk pemeriksa dalam keadaan mata tertutup.3,4

B. TujuanMenerangkan pengaruh percepatan sudut serta cara mendemonstrasikannya terhadap kejadian penyimpangan penunjukan.

C. Alat dan Bahan1. Kursi Barany.

D. Cara Kerja1. Perintahkan OP duduk tegak dikursi Barany dan memejamkan kedua matanya.2. Pemeriksa berdiri tepat didepan kursi Barany sambil mengulurkan tangan kirinya ke arah OP.3. Perintahkan OP meluruskan lengan tangannya ke depan sehingga dapat menyentuh jari tangan pemeriksa yang telah diulurkan sebelumnya.4. Perintahkan OP mengangkat lengan kanannya ke atas dan kemudian dengan cepat menurunkannya kembali sehingga menyentuh jari pemeriksa lagi (tindakan 1 s/d 4 merupakan persiapan untuk tes yang sesungguhnya, sebagai berikut :5. Perintahkan OP dengan kedua tangannya memegang erat lengan kursi. OP menundukan kepala 30 ke depan.6. Putar kursi ke kanan 10 kali dalam 20 detik secara teratur tanpa sentakan7. Segera setelah pemutaran, kursi dihentikan dengan tiba-tiba, dan suruh OP menegakan kepalanya dan melakukan tes penyimpangan pertunjukan seperti telah disebutkan diatas (langkah 1 s/d 4).8. Perhatikan apakah terjadi penyimpangan penunjukan oleh OP. Bila terjadi penyimpangan, tetapkanlah arah penyimpangannya. Teruskan tes tersebut 9. sampai OP tidak salah lagi menyentuh jari tangan pemeriksa.

E. HasilKeadaan OPPenyimpangan Penunjukkan

Mata tertutup kursi tidak diputarTidak ditemukan penyimpangan (-)

Mata dibuka setelah kursi diputar searah jarum jamPenyimpangan kekanan sesuai arah putaran (+)

F. PembahasanPada percobaan, OP diminta untuk duduk di atas kursi barany dan meluruskan lengan kanannya ke depan hingga menyentuh jari tangan kiri dari pemeriksa, dan kemudian lengan kanan OP diangkat dan diluruskan lagi dengan cepat. Tujuan dari tindakan ini adalah untuk percobaan dan persiapan pada OP sebelum melakukan tes penyimpangan penunjukan yang sebenarnya. OP diminta untuk menundukkan kepala 30o kedepan dan menutup mata. Setelah itu, kursi diputar ke kanan sebanyak 10 putaran dalam waktu 20 detik secara teratur tanpa adanya sentakan yang dapat mempercepat atau memperlambat putaran dan kemudian dihentikan secara tiba-tiba. OP kemudian menegakkan kepala dan mencoba untuk meluruskan lengannya hingga menyentuh jari tangan pemeriksa seperti pada tes percobaan. Hasil dari percobaan menunjukkan bahwa OP tidak dapat menyentuh jari tangan kiri pemeriksa karena tangan OP lebih condong ke arah kanan.5Hal ini bisa terjadi karena pada saat kepala OP ditundukkan ke depan dengan sudut 30o, posisi kanalis semisirkularis lateral menjadi terletak pada bidang horizontal sesuai dengan permukaan bumi sehingga kanalis semisirkularis yang berperan dalam percobaan ini adalah semisirkularis lateral. Pada saat OP diputar searah jarum jam (ke arah kanan), cairan endolimfe mengalir ke arah yang berlawanan jarum jam (kiri). Hal ini menyebabkan reseptor kupula membengkok sesuai arah endolimfe yaitu ke kiri. Setelah kecepatan dari putaran telah stabil, cairan endolimfe mengalir ke arah yang sama dengan arah putaran yaitu ke arah kanan. Namun pada saat putaran dihentikan secara tiba-tiba, cairan endolimfe masih mengalir ke arah kanan dimana reseptor kupula juga membengkok ke arah kanan. Hal ini menyebabkan sensasi seperti dunia bergerak dari arah kiri ke kanan dan tubuh OP seakan-akan jatuh ke sebelah kiri, dimana untuk mempertahankan keseimbangan OP jatuh ke sebelah kanan agar tidak jatuh ke sebelah kiri.5,6Pernyataan diatas terbukti dengan percobaan dimana saat OP meluruskan lengannya ke arah jari tangan pemeriksa, tangan OP lebih condong ke arah kanan sehingga tangan OP tidak dapat menyentuh tangan pemeriksa.

G. Daftar Pustaka1. Anonym. Dissiness and Balance Disorders. Melbourne: The University of Melbourne. Article available at: http://www.medoto.unimelb.edu.au/files/doto/DizzinessandBalanceDisorders.pdf.2. Ballenger JJ. Penyakit Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala dan Leher: Fisiologi Sistem Auditori dan Vestibuler. Edisi 13. jilid dua. Jakarta: Binarupa Aksara; 1997; hal 201-5.3. Soepardi EA, dkk. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala & Leher: Gangguan Keseimbangan dan Kelumpuhan Nervus Fasialis. Edisi keenam. Jakarta: Balai Penerbit FK-UI; 2008. H. 94-101.4. Soepardi EA. Penatalaksanaan Penyakit dan Kelainan Telinga-Hidung-Tenggorok: Vertigo. Jakarta: Balai Penerbit FK-UI; 2003. h. 102-6.5. Guyton AC, Hall JE. Buku ajar fisiologi kedokteran. Ed 11. Jakarta: EGC; 2007.6. Sherwood L. Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem. Jakarta: EGC; 2011. h. 230-50.

H. LampiranPertanyaan 5. Bagaimana penjelasan terjadinya penyimpangan penunjukan?Jawab : Terjadi kesalahan koordinasi akibat rotasi cairan endolimfe saat pemutaran kursi barany dimana mempengaruhi keseimbangan tubuh sehingga gerakan menunjuk mengalami penyimpangan dari yang seharusnya

3. TES JATUHA. PendahuluanKanalis semisirkularis mendeteksi akselerasi dan deselerasi anguler atau rotasional kepala, misalnya ketika memulai atau berehenti berputar, berjungkir balik atau memutar kepala. Tiap telinga memiliki 3 kanalis semisirkularis yang secara 3 dimensi tersusun dalam bidang-bidang yang tegak lurus satu sama lain.1Akselerasi atau deselerasi selama rotasi kepala ke segala arah menyebabkan pergerakan endolimfe, paling tidak di salah satu kanalis semisirkularis karena susunan 3 dimensi kanalis tersebut. Ketika kepala mulai bergerak, saluran tulang dan bubungan sel rambut yang terbenam dalam kupula bergerak mengikuti gerakan kepala. Namun, cairan di dalam kanalis yang tidak terikat ke tengkorak mula-mula tidak ikut bergerak sesuai arah rotasi, tetapi tertinggal karena adanya inersia (kelembaman). Ketika endolimfe tertinggal saat kepala mulai bergerak, endolimfe yang terletak sebidang dengan gerakan kepala pada dasarnya bergeser dengan arah yang berlawanan dengan arah gerakan kepala. Gerakan cairan ini menyebabkan kupula condong ke arah yang berlawanan dengan arah gerakan kepala dan membengkokkan rambut-rambut sensorik yang terbenam dibawahnya. Apabila gerakan kepala berlanjut pada arah dan kecepatan yang sama, endolimfe akan menyusul dan bergerak bersama kepala, sehingga rambut-rambut akan kembali ke posisi tegak mereka. Ketika kepala melambat dan berhenti, keadaan yang sebaliknya terjadi. Inersia menyebabkan endolimfe masih terus bergerak sementara searah dengan rotasi kepala. Akibatnya, kupula dan rambut-rambut sensorik condong sementara searah dengan rotasi semula. Pada saat endolimfe secara bertahap berhenti, rambut-rambut kembali tegak. Dengan demikian, kanalis semisirkularis mendeteksi perubahan kecepatan gerakan rotasi kepala.1

B. TujuanMendemonstrasikan pengaruh percepatan sudut pada sikap dan keseimbangan tubuh dengan menggunakan kursi Barany

C. Alat dan Bahan1. Kursi Barany

D. Cara Kerja1. Perintahkan OP duduk di kursi Barany dengan kedua tangannya memegang erat lengan kursi! 2. Tutup kedua matanya dengan saputangan dan tundukkan kepala dan bungkukkan badannya ke depan sehingga posisi kepala membentuk sudut 120 dengan sumbu tegak. 3. Putar kursi ke kanan 10 kali dalam 20 detik secara teratur dan tanpa sentakan.4. Segera setelah pemutaran kursi dihentikan dengan tiba-tiba. Instruksikan OP untuk menegakkan kembali kepala dan badannya. 5. Perhatikan ke mana dia akan jatuh dan tanyakan kepada OP itu ke mana rasanya ia akan jatuh. 6. Ulangi tes jatuh ini, tiap kali pada OP lain dengan a. Memiringkan kepala ke arah bahu kanan sehingga kepala miring 90 terhadap posisi normal. b. Memiringkan kepala ke arah bahu kiri sehingga kepala miring 90 terhadap posisi normal. E. Hasil Posisi kepalaGerakan kompensasi (arah jatuh)

300Tidak mengalami jatuh

60o ke belakangKiri

120o ke depanKanan

Miring 90o ke bahu kananDepan

Miring 90o ke bahu kiriKanan

F. PembahasanPada saat kepala OP diposisikan menunduk 30O, kanalis semisirkularis lateral berada dalam posisi horizontal sehingga cairan endolimfe yang bergerak maksimal adalah endolimfe yang berada di dalam kanalis semisirkularis lateral. Ketika OP diputar searah jarum jam, cairan endolimfe akan tertinggal (inersia). Namun, ketika rotasi OP diberhentikan secara mendadak dan disuruh menegakkan kepalanya, cairan endolimfe akan sementara terus bergerak searah rotasi semula. Pada posisi ini (menunduk 30O) pasien tidak mengalami gerakan jatuh, akan tetapi nistagmus akan jelas terlihat.Pada saat kepala OP diposisikan menunduk 120O, kanalis semisirkularis posterior berada dalam posisi horizontal sehingga cairan endolimfe yang bergerak maksimal adalah endolimfe yang berada di dalam kanalis semisirkularis posterior. Ketika OP diputar searah jarum jam, cairan endolimfe akan tertinggal (inersia). Namun, ketika rotasi OP dihentikan secara mendadak dan disuruh menegakkan kepalanya, cairan endolimfe akan sementara terus bergerak searah rotasi semula. Pada posisi tegak, cairan endolimfe ini akan bergerak dari kiri ke kanan sehingga kupula dan rambut sensorik membengkok ke kanan. Kanalis semisirkularis posterior berfungsi untuk menjaga keseimbangan tubuh agar tidak jatuh ke kanan atau ke kiri. Akibat membengkoknya rambut sensorik ke kanan ini menyebabkan seolah-olah terjadi akselerasi rotasi ke kiri (inersia) atau seolah-olah tubuh sedang jatuh ke kiri. Untuk menjaga keseimbangan, otak memberi impuls pada otot-otot tubuh untuk memiringkan badan ke arah sebaliknya, yaitu ke kanan.Pada saat kepala OP diposisikan menengadah 60O, kanalis semisirkularis posterior berada dalam posisi horizontal sehingga cairan endolimfe yang bergerak maksimal adalah endolimfe yang berada di dalam kanalis semisirkularis posterior. Ketika OP diputar searah jarum jam, cairan endolimfe akan tertinggal (inersia). Namun, ketika rotasi OP dihentikan secara mendadak dan disuruh menegakkan kepalanya, cairan endolimfe akan sementara terus bergerak searah rotasi semula. Pada posisi tegak, cairan endolimfe ini akan bergerak dari kanan ke kiri (berlawanan dengan posisi kepala menunduk 120O) sehingga kupula dan rambut sensorik membengkok ke kiri. Akibat membengkoknya rambut sensorik ke kiri ini menyebabkan seolah-olah terjadi akselerasi rotasi ke kanan (inersia) atau seolah-olah tubuh sedang jatuh ke kanan. Untuk menjaga keseimbangan, otak memberi impuls pada otot-otot tubuh untuk memiringkan badan ke arah sebaliknya, yaitu ke kiri.Pada saat kepala OP diposisikan miring 90O ke bahu kanan, kanalis semisirkularis anterior berada dalam posisi horizontal sehingga cairan endolimfe yang bergerak maksimal adalah endolimfe yang berada di dalam kanalis semisirkularis anterior. Ketika OP diputar searah jarum jam, cairan endolimfe akan tertinggal (inersia). Namun, ketika rotasi OP dihentikan secara mendadak dan disuruh menegakkan kepalanya, cairan endolimfe akan sementara terus bergerak searah rotasi semula. Pada posisi tegak, cairan endolimfe ini akan bergerak dari depan ke belakang sehingga kupula dan rambut sensorik membengkok ke belakang. Kanalis semisirkularis anterior berfungsi untuk menjaga keseimbangan tubuh agar tidak jatuh ke depan atau ke belakang. Akibat membengkoknya rambut sensorik ke belakang ini menyebabkan seolah-olah terjadi akselerasi rotasi ke depan (inersia) atau seolah-olah tubuh sedang jatuh ke depan. Untuk menjaga keseimbangan, otak memberi impuls pada otot-otot tubuh untuk memiringkan badan ke arah sebaliknya, yaitu ke belakang.Pada saat kepala OP diposisikan miring 90O ke bahu kiri, kanalis semisirkularis anterior berada dalam posisi horizontal sehingga cairan endolimfe yang bergerak maksimal adalah endolimfe yang berada di dalam kanalis semisirkularis anterior. Ketika OP diputar searah jarum jam, cairan endolimfe akan tertinggal (inersia). Namun, ketika rotasi OP dihentikan secara mendadak dan disuruh menegakkan kepalanya, cairan endolimfe akan sementara terus bergerak searah rotasi semula. Pada posisi tegak, cairan endolimfe ini akan bergerak dari belakang ke depan (berlawanan dengan posisi kepala miring 90O ke bahu kanan) sehingga kupula dan rambut sensorik membengkok ke depan. Akibat membengkoknya rambut sensorik ke depan ini menyebabkan seolah-olah terjadi akselerasi rotasi ke belakang (inersia) atau seolah-olah tubuh sedang jatuh ke belakang. Untuk menjaga keseimbangan, otak memberi impuls pada otot-otot tubuh untuk memiringkan badan ke arah sebaliknya, yaitu ke depan.

G. Daftar Pustaka1. Sheerwood, Lauralee. Fisiologi Manusia : Dari Sel Ke Sistem edisi 6. Jakarta : EGC, 2011

H. LampiranPertanyaan 6. Apa maksud penundukan kepala OP 120o dari posisi tegak?Jawab : Penundukan kepala tersebut bertujuan agar kanalis semisirkularis posterior berada pada posisi horizontal sehingga dapat memperoleh efek rotasi maksimal apabila dlakukan pemutaran pada kursi barany.

Pertanyaan 7. Apa maksud tindakan seperti tersebut pada langkah #6a dan #6b? Jelaskan!Jawab : Tindakan tersebut bertujuan agar kanalis semisirkularis anterior berada pada posisi horizontal sehingga dapat memperoleh efek rotasi maksimal apabila dlakukan pemutaran pada kursi barany

4. Kesan (Sensasi)A. PendahuluanKemampuan keseimbangan untuk mempertahankan kesetimbangan tubuh ketika di tempatkan di berbagai posisi. Kanalis semisirkularis mendeteksi akselerasi atau deselarasi anguler atau rotasional kepala. Akselarasi atau deselarasi selama rotasi kepala ke segala arah menyebabkan pergerakan endolimfe yang awalnya tidak ikut bergerak sesuai arah rotasi kepala karena inersia. Apabila gerakan kepala berlanjut dalam arah dan kecepatan yang sama, endolimfe akan menyusul dan bergerak bersama dengan kepala sehingga rambut rambut kembali ke posisi tegak. Ketika kepala berhenti, keadaan sebaliknya terjadi. Endolimfe secara singkat melanjutkan diri bergerak searah dengan rotasi kepala sementara kepala melambat untuk berhenti.1

B. TujuanUntuk mengidentifikasikan pengaruh perubahan kecepatan terhadap posisi terhadap sensasi OP.C. Alat dan Bahan1. Kursi BaranyD. Cara Kerja1. Gunakan OP yang lain.2. Perintahkan OP duduk di kursi Barany dan tutuplah kedua matanya dengan saputangan.3. Putar kursi tersebut ke kanan dengan kecepatan yang berangsur-angsur bertambah dan kemudian kurangi kecepatan putarannya secara berangsur-angsur pula sampai berhenti.4. Tanyakan kepada OP arah perasaan berputar:a. sewaktu kecepatan putar masih bertambahb. sewaktu kecepatan putar menetapc. sewaktu kecepatan putar dikurangid. segera setelah kursi dihentikan5. Berikan keterangan tentang mekanisme terjadinya arah perasaan berputar yang dirasakan oleh OP.E. Hasil 1. Sewaktu kecepatan putar masih bertambah OP merasakan di putarke kiri2. Sewaktu kecepatan menetap Op merasakan diputar kekiri3. Sewaktu kecepatan putar dikurangi Op merasakan diputar kekanan 4. Segera setelah kursi dihentikan merasakan di putar ke kananF. PembahasanPada percobaan ini OP diputar menggunakan kursi sesuai arah rotasi jarum jam. Pemutaran dilakukan mulai dari perlahan, mulai menambah kecepatan, statis, dan diperlambat kemudian hingga akhirnya berhenti. Arah Sensasi atau kesan dipengaruhi oleh endolimfe dan kupula. Saat kursi mulai diputar ke kanan, endolimfe akan berputar ke arah sebaliknya, yaitu ke kiri. Akibatnya, kupula akan bergerak ke kiri dan OP akan merasa berputar ke kiri. Kemudian, kupula akan bergerak ke kanan searah dengan putaran kursi sehingga OP akan merasa bergerak ke kanan. Saat kecepatan mulai konstan, kupula dalam posisi tegak sehingga OP akan merasa tidak berputar. Saat kursi dihentikan, kupula akan bergerak ke arah sebaliknya, yaitu ke kanan, sehingga OP akan merasa berputar ke kanan. Namun, pada praktikum OP masih merasa berputar ke kanan saat kecepatan sudah konstan dan OP tidak merasa berputar ke kanan saat kursi dihentikan. Hal ini mungkin disebabkan oleh persepsi keseimbangan OP yang bagus.G. Daftar Pustaka 1. Sheerwood, Lauralee. Fisiologi Manusia : Dari Sel Ke Sistem edisi 6. Jakarta : EGC, 2011

PEMERIKSAAN FUNGSI PENDENGARAN DENGAN GARPU TALAA. PendahuluanUntuk memeriksa pendengaran diperlukan pemeriksaan hantaran melalui udara dan melalui tulang dengan memakai garpu tala atau audiometer nada murni. Pemeriksaan dengan menggunakan garpu tala merupakan tes kualitatif, sedangkan dengan menggunakan audiometer merupakan tes kuantitatif.1Secara fisiologik telinga dapat mendengar nada antara 20 sampai 18.000 Hz. Untuk pendengaran sehari-hari yang paling efektif antara 500-2.000 Hz. Oleh karena itu untuk memeriksa pendengaran dipakai garpu tala 512, 1.024, dan 2.048 Hz. Penggunaan ketiga garpu tala ini penting untuk pemeriksaan secara kualitatif. Bila salah satu frekuensi ini terganggu penderita akan sadar adanya gangguan pendengaran. Bila tidak mungkin menggunakan ketiga garpu tala itu, maka diambil 512 Hz karena penggunaan garpu tala ini tidak terlalu dipengaruhi suara bising disekitarnya.1Terdapat berbagai macam tes yang dapat digunakan dengan garpu tala, seperti tes Rinne, tes Weber, tes Schwabach, tes Bing, dan tes Stenger. Untuk mempermudah interpretasi secara klinik, dipakai tes Rinne, tes Weber, dan tes Schwabach secara bersamaan.Tes rinne merupakan tes yang yang membandingkan konduksi tulang dengan konduksi udara. pada pemeriksaan ini digunakan garpu tala berfrekuensi 512 Hz. Garpu tala dibunyikan dan pangkalnya ditekankan pada tulang mastoid penderita. Ia disuruh mendengarkan bunyinya. Bila tidak terdengar lagi garpu tala di dekatkan ke telinga.Tes weber membandingkan hantaran tulang pada dua telinga.berdirilah di depan pasien dan letakkan garpu tala 512hz yang sedang bergetar dengan kuat pada bagian dahi pasien. Mintalah pasien untuk menunjukkan apakah ia mendengar atau merasa bunyi pada telinga kanan, kiri, atau di bagian tengah dahinya. Mendengar bunyi pada bagian tengah adalah respon normal. Jika bunyi tersebut tidak terdengar di bagian tengah bunyi tersebut dikatakan mengalami lateralisasi, dan ada gangguan pendengaran. Bunyi akan dilateralisasikan pada sisi yang terganggu pada tuli konduktif.3Tes Schwabach merupakan suatu tes pendengaran untuk membandingkan hantaran tulang pemeriksa (pemeriksa dianggap normal) dengan orang yang diperiksa.1 Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara mengetarkan garpu tala, tangkai garpu tala diletakkan pada prosesus mastoideus pasien, sampai tidak terdengar bunyi. Kemudian tangkai garpu tala tersebut segera dipindahkan pada prosesus mastoideus telinga pemeriksa. Bila pemeriksa masih dapat mendengar disebut Schwabach memendek, bila pemeriksa tidak dapat mendengar, pemeriksaan diulang dengan cara sebaliknya yaitu garpu tala diletakkan pada prosesus mastoideus pemeriksa lebih dulu. Bila pasien masih dapat mendengar bunyi disebut Schwabach memanjang dan bila pasien dan pemeriksa kira-kira sama-sama mendengarnya disebut dengan Schwabach sama dengan pemeriksa.1

B. TujuanTujuan Instruksional UmumMemahami dasar-dasar 3 cara pemeriksaan pendengaran dengan menggunakan garpu tala (penala) dan interpretasinya.Tujuan Khusus1. Menjelaskan perbedaan hantaran udara dan hantaran tulang pada pendengaran.2. Menjelaskan gangguan hantaran udara dan hantaran tulang pada pendengaran.3. Mendemonstrasikan perbedaan hantaran udara dan hantaran tulang pada pendengaran dengan 3 cara pemeriksaan menggunakan garpu tala.4. Mendemonstrasikan gangguan hantaran udara pada pendengaran dengan 3 cara pemeriksaan menggunakan garpu tala. 5. Menjelaskan kesimpulan hasil 3 cara pemeriksaan ketajaman pendengaran dengan menggunakan garpu tala.C. Alat yang diperlukan1. Penala berfrekuensi 512 Hz 2. KapasD. Cara KerjaCara Rinne1. Getarkan penala berfrekuensi 512 Hz (lihat Gambar 2) dengan cara memukulkan salah satu ujung jari penala ke telapak tangan. Jangan memukulkannya pada benda keras.2. Tekankan ujung tangkai penala pada prosesus mastoideus salah satu telinga OP. Tangan pemeriksa tidak boleh menyentuh jari-jari penala.3. Tanyakan kepada OP apakah ia mendengar bunyi penala mendengung di telinga yang diperiksa. Bila mendengar, OP disuruh mengacungkan jari telunjuk. Begitu tidak mendengar lagi, jari telunjuk diturunkan.4. Pada saat itu pemeriksa mengangkat penala dari prosesus mastoideus OP dan kemudian ujung jari penala ditempatkan sedekat-dekatnya ke depan liang telinga OP. Tanyakan apakah OP mendengar dengungan itu.

Garputala

5. Catat hasil pemeriksaan Rinne sebagai berikut:Rinne Positif (+) : Bila OP masih mendengar dengungan melalui hantaran aerotimpanal.Rinne Negatif (-) : Bila OP tidak lagi mendengar dengungan melalui hantaran aerotimpanal.

Cara Weber1. Getarkan penala yang berfrekuensi 512 Hz dengan cara memukulkan salah satu ujung jari penala ke telapak tangan. Jangan memukulkannya pada benda keras.2. Tekanlah ujung tangkai penala pada dahi OP di garis median.3. Tanyakan kepada OP, apakah ia mendengar dengungan bunyi penala sama kuat di kedua telinganya atau terjadi lateralisasi?Pada OP yang tidak mengalami lateralisasi, Saudara dapat mencoba menimbulkan lateralisasi buatan dengan menutup salah satu telinga OP dengan kapas dan mengulangi pemeriksaannya

Cara Schwabach1. Getarkan garpu tala berfrekuensi 512 Hz dengan cara memukulkan salah satu ujung garpu tala ke telapak tangan. Jangan memukulkannya pada benda keras.2. Tekankan ujung tangkai garpu tala pada prosesus mastoideus salah satu telinga OP.3. Instruksikan OP untuk mengacungkan jarinya pada saat dengungan bunyi menghilang.4. Pada saat itu dengan segera pemeriksa memindahkan garpu tala dari prosesus mastoideus OP ke prosesus mastoideus sendiri. Bila dengungan penala masih dapat didengar oleh si pemeriksa, maka hasil pemeriksaan ialah SCHWABACH MEMENDEK.Catatan: pada pemeriksaan menurut Schwabach, telinga pemeriksa dianggap normal. 5. Apabila dengungan penala yang telah dinyatakan berhenti oleh OP, juga tidak terdengar oleh pemeriksa, maka hasil pemeriksaan mungkin SCHWABACH NORMAL atau SCHWABACH MEMANJANG. Untuk memastikan, dilakukan pemeriksaan sebagai berikut:a. Garpu tala digetarkan, ujung tangkai garpu tala mula-mula ditekankan ke prosesus mastoideus pemeriksa sampai tidak terdengar lagi dengungan.b. Kemudian, ujung tangkai garpu tala segera ditekankan ke prosesus mastoideus OP.c. Bila dengungan masih dapat didengar oleh OP, hasil pemeriksaan ialah SCHWABACH MEMANJANG.d. Bila dengungan setelah dinyatakan berhenti oleh pemeriksa, juga tidak dapat didengar oleh OP maka hasil pemeriksaan ialah SCHWABACH NORMAL. Empat macam uji konduksi tulang klasik (classical bone conduction test) menggunakan penala.

Keterangan : Panah menunjukkan bahwa bunyi terdengar lebih lama bila penala dipindahkan dari suatu tempat ke tempat yang lain. Tanda berwarna hitam menunjukkan lokasi kerusakan pada telinga luar, telinga tengah atau kohlea. (Dikutip dari Best & Taylor, The Physiological Basis of Medical Practice, ed. 8 hal. 419, 1966)

Lokalisasi Suara1. Dengan kedua mata ditutup, OP diminta untuk menentukan arah suara garpu tala.1. Garpu tala diletakkan di berbagai variasi tempat (depan, belakang, kiri, dan kanan kepala OP) dan OP diminta untuk mendeskriksikan lokasi suara berasal.1. Ulangi percobaan diatas dengan salah satu telinga ditutup.

E. Hasil

1. Tes RinneOPTes RinneTes ScwhabachTes WeberLateralisasi buatanLokalisasi suara

1.DekstraSinistraDekstraSinistraTidak terjadi lateralisasiTerjadi lateralisasi ke telinga yang di tutup kapasTelinga dibukaTelinga ditutup salah satu

++NormalNormalDapat melokalisasi bunyi dari depan, belakang maupun sampingKesulitan melokalisasi datangnya suara

F. PembahasanTes RinneDari pemeriksaan yang dilakukan pada OP dapat disimpulkan pendengaran OP normal karena hasil uji Rinne normal karena hantaran suara melalui udara lebih panjang dari pada hantaran melalui tulang.Ada 3 interpretasi dari hasil Tes Rinne :1. Normal. Jika tes Rinne positif. 2. Tuli konduktif. Jika tes Rinne negatif. 3. Tuli sensorineural. Jika tes Rinne positif. Interpretasi tes Rinne dapat false Rinne baik pseudo positif dan pseudo negatif. Hal ini dapat terjadi manakala telinga pasien yang tidak kita tes menangkap bunyi garpu tala karena telinga tersebut pendengarannya jauh lebih baik daripada telinga pasien yang kita periksa. Kesalahan pemeriksaan pada tes Rinne dapat terjadi baik berasal dari pemeriksa maupun pasien. Kesalahan dari pemeriksa misalnya meletakkan garpu tala tidak tegak lurus, tangkai garpu tala mengenai rambut pasien dan kaki garpu tala mengenai aurikulum pasien. Juga bisa karena jaringan lemak planum mastoid pasien tebal. Kesalahan dari pasien misalnya pasien lambat memberikan isyarat bahwa ia sudah tidak mendengar bunyi garpu tala saat kita menempatkan garpu tala di planum mastoid pasien. Akibatnya getaran kedua kaki garpu tala sudah berhenti saat kita memindahkan garpu tala di depan meatus akustikus eksterna.

Test WeberTest weber pada umumnya merupakan test pendengaran yang digunakan untuk membandingkan hantaran tulang telinga kiri dengan telinga kanan. Tes weber merupakan tes ketajaman pendengaran yang subjektif (Clinical Physiology). Tujuan dari tes weber adalah untuk membandingkan hantaran tulang antara kedua telinga pasien. Prinsip pemeriksaan ini adalah getaran yang melalui tulang akan dialirkan ke segala arah oleh tengkorak, sehingga akan terdengar di seluruh bagian kepala. Tes weber sangat bermanfaat pada kasus-kasus gangguan unilateral, namun dapat meragukan bila terdapat gangguan konduktif maupun sensorineural. Adapun interpretasi dari hasil tes weber yaitu :1. Pada orang normal : Kerasnya bunyi sama pada telinga kiri dan kanan2. Tuli konduktif : Pada tuli konduktif bunyi lebih kuat pada telinga yang tuli3. Tuli perseptif : Pada tuli perseptif bunyi lebih kuat pada telinga yang sehat Pada pemeriksaan weber ini, didapatkan hasil bahwa pasien tidak mengalami lateralisasi baik ke kanan ataupun ke kiri. Kerasnya bunyi yang diterima pada telinga kanan dan kiri OP sama. Hasil pada tes weber ini dikatakan normal. Umumnya pasien mendengar bunyi penala pada telinga dengan konduksi tulang yang lebih baik atau komponen konduktif yang besar. Jika bunyi terdengar pada telinga dilaporkan lebih buruk, maka tuli konduktif perlu dicurigai pada telinga tersebut. Sedangkan jika terdengar pada telinga yang lebih baik, maka dicurigai tuli sensorineural pada telinga yang terganggu.

Tes SchwabachDari hasil pemeriksaan yang dilakukan pada OP dapat disimpulkan pendengaran OP normal karena hasil uji Schwabach sama dengan pemeriksa.Uji Schwabach memanjang atau meningkat bila hantaran tulang pasien lama dibandingkan pemeriksa, misalnya pada kasus gangguan pendengaran konduktif. Jika telinga pemeriksa masih dapat mendengar penala setelah pasien tidak lagi mendengarnya, maka dikatakan Schwabach memendek. Kesalahan pemeriksaan pada tes Schwabach dapat saja terjadi. Misalnya tangkai garpu tala tidak berdiri dengan baik, kaki garpu tala tersentuh, atau pasien lambat memberikan isyarat tentang hilangnya bunyi.

Lokalisasi BunyiLokalisasi suara pada telinga diperankan oleh telinga luar. Daun telinga (aurikula) merupakan lipatan tonjolan tulang rawan berlapis kulit yang berfungsi untuk mengumpulkan gelombang suara. Pada kebanyakan spesies, aurikula dapat digerakkan mengikuti arah gelombang suara, namun berbeda dengan manusia yang aurikulanya relative tidak dapat bergerak. Hal ini mengakibatkan bentuk aurikula yang demikian menghambat gelombang suara yang mendekati telinga dari belakang.3Lokalisasi suara yang berasal dari kiri dan kanan ditentukan berdasarkan dua petunjuk. Pertama, gelombang suara mencapai telinga yang lebih dekat dengan sumber suara sesaat sebelum gelombang suara tersebut tiba di telinga satunya. Kedua, suara menjadi kurang intens ketika mencapai telinga yang jauh, karena kepala berfungsi sebagai penghalang suara yang secara parsial menghambat perambatan gelombang suara. Korteks pendengaran mengintegrasikan semua petunjuk ini untuk menentukan lokasi sumber suara.3 Mekanisme lokalisasi ini akan mengalami gangguan apabila terjadi gangguan pendengaran pada salah satu telinga, hal ini dibuktikan ketika salah satu telinga OP ditutup, OP menjadi tidak dapat melokalisasi arah suara dengan tepat.

G. Daftar Pustaka1. Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD (editor): Buku ajar ilmu kesehatan: telinga, hidung, tenggorok, kepala, dan leher. Jakarta: Balai Penerbit FKUI;2007.2. Lumbantobing. Neurologi klinik pemeriksaan fisik dan mental. Jakarta: FKUI. 20143. Lauralee Sherwood. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi 6. Jakarta: EGC. 20124. Guyton Arthur C, John E. Hall. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 20075. Swartz, 2005. Buku Ajar Diagnostik Fisik, EGC, Jakarta

H. LampiranPertanyaan 8. Dengan jenis hantaran apakah orang mendengar dengungan pada tindakan butir 3?Jawab: Hantaran tulang.

Pertanyaan 9. Dengan jenis hantaran apakah orang mendengar dengungan pada tindakan butir 4?Jawab: Hantaran udara.

Pertanyaan 10. Apakah yang dimaksud lateralisasi? Jawab: Lateralisasi merupakan getaran garpu tala (garputala yang di letakkan di dahi) yang cenderung terdengar pada salah satu telinga individu.

Pertanyaan 11. Kemana arah dan terangkan lateralisasi ini?Jawab: Lateralisasi akan ke telinga yang ditutup kapas. Hal ini dikondisikan seperti pada tuli konduktif yang terjadi akibat adanya gangguan atau hamatan pada telinga luar atau/dan telinga tengah. Lateralisasi tuli konduktif terjadi karena hantaran tulang lebih besar dari hantaran udara. Sedangkan lateralisasi tuli sensoris terjadi karena saraf pendengarannya terganggu, jadi lateralisasi kearah telinga yang sehat.

Pertanyaan 12. Apa tujuan pemeriksaan pendengaran dengan penala di klinik? Bagaimana interpretasi masing-masing pemeriksaan? Jawab: Pemeriksaan pendengaran dengan penala di klinik adalah untuk membedakan jenis tuli yang diderita, yaitu tuli konduktif atau tuli sensorineural. Interpretasi hasil pemeriksaan tercantum pada tabel dibawah ini :

RinneWeberSchwabach

Tuli KonduktifNegatifLateralisasi ke arah telinga yang sakitMemanjang

Tuli SensorineuralPositifLateralisasi ke arah telinga sehat Memendek