Laporan Faal Radi

109
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI BLOK PANCA INDERA Oleh : KELOMPOK B-10 Puput Indah P. 1102009224 Puspita Mahaputri 1102009225 Puspita Sari 1102009226 Puti Intan S. 1102009227 Putri Indah Permata 1102009228 R. A. Wita Ferani K. 1102009229 R.A. Nurafrilya F.S. 1102009230 Rachmah Kurniasari 1102009231 Radi Tri Hadrian 1102009232 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI 2011/2012

description

mll;f

Transcript of Laporan Faal Radi

Page 1: Laporan Faal Radi

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI

BLOK PANCA INDERA

Oleh :

KELOMPOK B-10

Puput Indah P. 1102009224

Puspita Mahaputri 1102009225

Puspita Sari 1102009226

Puti Intan S. 1102009227

Putri Indah Permata 1102009228

R. A. Wita Ferani K. 1102009229

R.A. Nurafrilya F.S. 1102009230

Rachmah Kurniasari 1102009231

Radi Tri Hadrian 1102009232

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI

2011/2012

Page 2: Laporan Faal Radi

DAFTAR ISI

Daftar Isi............................................................................................................................... 2

Praktikum Fisiologi I............................................................................................................. 3

I. Lensa Tipis............................................................................................................... 4

II. Penglihatan I: Uji Visus dan Buta Warna................................................................. 11

Uji Visus Mata.......................................................................................................... 11

Tes Buta Warna....................................................................................................... 15

III. Penglihatan II: Perimeter.......................................................................................... 18

Praktikum Fisiologi II............................................................................................................ 25

I. Tes Penala............................................................................................................... 30

II. Audiometri................................................................................................................ 32

Praktikum Fisiologi III........................................................................................................... 37

I. Perasaan Subyektif Panas dan Dingin................................................................... 38

II. Titik-titik Panas, Dingin, Tekan, dan Nyeri di Kulit.................................................. 39

III. Lokalisasi Taktil...................................................................................................... 42

IV. Diskriminasi Taktil................................................................................................... 44

V. Perasaan Iringan (After Image).............................................................................. 46

VI. Daya Membedakan Berbagai Sifat Benda.............................................................. 47

VII. Tafsiran Sikap......................................................................................................... 48

VIII. Waktu Reaksi.......................................................................................................... 50

IX. Pengecapan............................................................................................................ 53

X. Penghidu................................................................................................................. 58

Praktikum Fisiologi IV.......................................................................................................... 62

I. Sikap dan Keseimbangan Badan............................................................................. 63

Percobaan Pada Katak............................................................................................ 65

Percobaan Pada Manusia........................................................................................ 67

II. Percobaan Keseimbangan Pada Manusia............................................................... 69

A. Percobaan dengan Kursi Barany 1.................................................................... 72

B. Tes Penyimpangan Penunjukkan (Pas Pointing Test of Barany)...................... 73

C. Kesan Sensasi................................................................................................... 73

D. Percobaan Sederhana untuk Kanalis Semisirkularis Horisontalis..................... 74

Daftar Pustaka..................................................................................................................... 76

2 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10

Page 3: Laporan Faal Radi

3 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10

PRAKTIKUMFISIOLOGI I

Page 4: Laporan Faal Radi

PRAKTIKUM FISIOLOGI I

I. LENSA TIPIS

1. Tujuan Percobaan

Menentukan jarak fokus lensa cembung (konvergen) dan cekung (divergen) serta sifat bayangan

2. Alat-alat Percobaan

a. Bangku optik yang berbentuk rel berskala dengan tiang statif tempat lensa, benda, cermin,

dan tabir (layar)

b. Lensa cembung dan cekung

c. Tabir, cermin, benda berbentuk panah, dan penggaris berskala

d. Lampu proyektor sebagai sumber cahaya

3. Teori Dasar

3-1. Rumus Gauss

Benda nyata yang terletak didepan lensa konvergen dapat membentuk bayangan nyata

dibelakang lensa. Bayangan ini dapat ditangkap oleh tabir dibelakang lensa sehingga dapat

terlihat. Secara sederhana pembentukan bayangan tersebut diperhatika pada gambar 1.

Gambar 1. Diagram pembentukan bayangan oleh lensa konvergen. f = titik fokus, O = pusat

sumbu optik lensa.

Jika tebal lensa diabaikan maka dapat dibuktikan bahwa

1f = 1b + 1v

f = b vb+v

(1)

Persamaan ini berlaku umum dengan ketentuan

f = jarak titik fokus lensa, bertanda (+) untuk lensa konvergen dan (-) untuk divergen

4 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10

Page 5: Laporan Faal Radi

v = jarak benda terhadap pusat sumbu optik lensa, bertanda (+) untuk benda nyata dan (-)

untuk benda maya

b = jarak bayangan terhadap pusat sumbu optik lensa, bertnda (=) untuk bayangan nyata

dan (-) untuk bayangan maya

Bayangan nyata terletak dibelakang lensa dan dapat ditangkap oleh tabir sementara benda maya

terletak di depan lensa dan tidak ditangkap oleh tabir. Selanjutnya benda maya terletak

dibelakang lensa dan biasanya dihasilkan oleh bayangan komponen optik lainnnya (lensa dan

cermin)

Disamping itu perbesaran yang didefinisikan sebagai perbandingan besar bayangan terhadap

objek dapat diperoleh dari persamaan

M = tinggibayangantinggibenda

= - bv

(2)

Munculnya tanda negatif hanya karna keinginan agar jika m positif untuk bayangan tegak dan

negatif untuk bayangan terbalik. Jika dihilangkan tanda negatif dari rumus (2) maka

perjanjiannnya akan terblik.

3-2. Rumus Bessel

Jika jarak antara benda dan tabir dibuat teteap dan lebih besar dari 4f maka terdapat dua

kedudukan lensa positif yang akan menghasilkan bayangan tajam diperkecil dan diperbesar pada

tabir, lihat gambar 2.

Gambar 2. Kedudukan lensa positif yang membentuk bayangan tajam pada tabir

Pada gambar tersebut, posisi-b dan posisi-k masing-masing menyatakan posisi lensa yang

menghasilkan bayangan tajam diperbesar dan diperkecil, sedangkan

a = jarak benda ke tabir

d = jarak antara dua kedudukan lensa yang menghasilkan bayangan tajam yang

diperbesar dan diperkecil

vb = jarak benda ke lensa yang menghasilkan bayangan diperbesar

bb = jarak bayangan ke lensa yang menghasilkan bayangan diperbesar

5 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10

Page 6: Laporan Faal Radi

vk = jarak benda ke lensa yang menghasilkan bayangan diperkecil

bk = jarak bayangan ke lensa yang menghasilkan bayangan diperkecil

Mengacu pada gambar 2 terlihat bahwa

d = vk - vb (3a)

= bb - bk (3b)

= bb – vb (3c)

Mengingat bahwa a = vb + bb maka diperoleh

vb = a−d2

bb = a+d2

(4)

Substitusi persamaan (4) ke persamaan (1) mnghasilkan

f = a2−d4 a

2

(5)

Perhatikan bahwa a dan d selalu positif

3-3. Gabungan Lensa dengan Cermin Datar

Misalkan benda diletakkan pada bidag fokuss lensa dan dibelakang lensa terdapat cermin datar,

lihat gambar 3.

Gambar 3. Menentukan panjang fokus lensa (+) dengan bantuan cermin datar

Oleh lensa, berkas sinar yang berasal dari benda akan dibiaskan dalam berkas sejajar sehingga

terbentuk bayangan ditempat tak terhingga. Selanjutnyaoleh cermin datar berkas ini akan

dipantulkan dan kemudian dibiaskan kembali oleh lensa sehinga terbentuk bayangan sama

besar pada bidang fokus/benda.

3-4. Rumus lensa Gabungan

6 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10

Page 7: Laporan Faal Radi

Untuk tujuan tertentu sering digunakan gabungan beberapa lensa. Dalam analisis pembentukan

bayangan lensa gabungan ini dapat dibayangkan seolah-olah menjadi sebuah lensa dengan

jarak fokus f g. Untuk gabngan dua lensa f g dirumuskan sebagai

1f g

= 1f 1

+ 1f 2

- 1f 1 f 2

(6)

Dengan t adalah jarak dua smbu ooptik lensa.

Jika kedua lensa itu tipis dan diimpitkan maka t = 0 sehingga

1f g

= 1f 1

+ 1f 2

(7)

3-5. Pembentukan Bayangan Oleh Gabungan Lensa Konvergen-Divergen

Lensa negatif akan selalu membentuk bayangan maya dari benda nyata tetapi dari benda maya

dapat dibentuk bayangan nyata. Atas dasar ini maka diperlukan bantuan lensa positif dengan

susunan seperti gambar berikut.

4. Jalannya Percobaan

4-1. Menentukan Jarak Focus Lensa Kovergen

Merujuk pada teori di atas maka penentuan jarak focus lensa kovergen dapat dilakukan

dengan tiga cara, yaitu Bessel, Gauss, dan berbantuan cermin datar.

4-1-A. Cara Gauss

1. Ambil benda berbentuk panah dan ukur tingginya sebanyak 5 kali. isikan pada tabel

data.

2. ambil tabir dan lensa konvergen yang akan diukur jarak focusnya.

3. letakkan benda, lensa, dan tabir rel optik sehingga terbentuk susunan seperti gambar

1.

4. atur posisi benda, lensa, tabir sehingga terbentuk bayangan tajam diperkecil.

5. ukurlah v,b,tinggi bayangan h', dan posisi bayangan apakah tegak atau terbalik.

7 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10

Page 8: Laporan Faal Radi

Isikan hasil ini pada tabel data.

6. Geser lensa mendekati benda sejarak 2cm dan atur posisi tabir sehingga terbentuk

bayangan tajam. Lakukan pengukuran seperti langkah 5.

7. ulangi langkah 6 terus menurus selama masih mungkin.

4-1-B. Cara Bassel

1. Ukurlah tinggi benda yang terbentuk anak panah dan catat hasilnya. ulangi

pengukuran ini sampai 5 kali.

2. tempatkan benda di depan lampu sorot.

3. tempatkan tabir sejarak sekitar 100 cm di belakang benda.

4. tempatkan lensa yang akan diukur jarak focusnya diantara lensa dan tabir

susunan posisi benda, lensa dan tabir akan seperti gambar 2.

5. Geser-geser lensa untuk melihat sekilas apakah terbentuk bayangan tajam

diperbesar dan diperkecil. jika tidak terjadi anda mungkin perlu

menaikan/menurunkan posisi lensa dan benda agar sinar dari benda tepat jatuh pada

lensa atau menggeser posisi tabir.

6. jika langkah 5 berhasil, maka aturlah posisi lensa secara halus untuk medapatkan

bayangan tajam diperbesar dan diperkecil.

7. catat kedua posisi lensa (vb dan bk), tinggi bayangan dan catat apakah bayangan

terbalik atau tegak.

8. isikan hasil pengukuran ini pada tabel data.

9. ulangi langkah 6 dan 7 sampai 5 kali. pada setiap pengulangan posisi lensa harus

digeser-geser.

4-1-C. Dengan bantuan Cermin datar

1. tempatkan benda, lensa (+) dan tabir sehingga terbentuk susunan seperti gambar 3.

2. geserlah posisi benda sehinga pada bidang benda terbentuk bayangan yang sama

besar dengan benda

3. catat jarak benda ke lensa (lihat tabel data)

4. ulangi percobaan ini sampai 5 kali.

4-2. Menentukan Jarak Fokus Lensa Divergen

1. ambil lensa konvergen dan lensa divergen yang akan ditentukan jarak focusnya

2. tempatkan benda, lensa kovergen, dan tabir di belakang lensa

3. aturlah posisi lensa dan tabir sehingga terbentuk bayangan tajam pada tabir.

4. catat posisi benda, lensa, dan tabir

5. letakkan lensa divergen di antara tabir dan lensa kovergen. perhatikan bayangan pada

tabir akan kabur atau hilang.

6. atur posisi lensa divergen dan tabir sehingga terbentuk bayangan tajam.

7. catat posisi lensa divergen dan tabir

8. berdasarkan data posisi ini maka hitunglah v+, b+, d, b+, dan b- dan hasilnya diisikan

pada tabel data. variabel d adalah jarak antara lensa kovergen dan divergen.

9. ulangi percobaan di atas sebanyak sampai 5 kali.

8 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10

Page 9: Laporan Faal Radi

5. Tugas Pada Laporan Akhir

5-1-A. Cara Gauss

1. Hitung m berdasarkan perbandingan tinggi benda dan bayangan.

2. Hitung m berdasarkan persamaan (2) dan berdasarkan hasil ini tentukan posisi bayangan

(tegak atau terbalik).

3. Buatlah table ringkasan perhitungan tugas 1 dan 2.

4. Buat table harga 1/v dan 1/b

5. Buat grafik 1/v terhadap 1/b.

6. Berdasarkan grafik tersebut tetukan f lensa.

5-1-B. Cara Bessel

Berdasarkan data percobaan, hitung jarak focus lensa dengan persamaan (5).

5-1-C. Dengan Bantuan Cermin Datar

Berdasarkan data jarak benda, anda langsung mendapatkan jarak focus, f=v. buat table

ringkasan hasil perhitungan jarak focus kekuatan lensa (dalam Dioptri) dari ketiga cara di

atas.

Beri catatan/ulasan mengapa terjadi perbedaan hasil dari ketiga cara di atas.

Catatan: 1 dioptri = 100 , jadi lensa dengan f = 25 cm akan berkekuatan 4 dioptri.

f[cm]

5-2 Jarak Fokus Lensa Divergen

Tentukan f lensa divergen hasil percobaan.

6. Hasil Percobaan

1. Menentukan jarak focus lensa konvergen

a. Cara gauss

Tinggi benda h = 3

No. v (cm) b (cm) h’ (cm) Tegak/terbalik Mt = h’/h M = - b/v1 93 63 5 Terbalik 1,6 -0,672 100 72 6 Terbalik 2 -0,723 80 40 3,5 Terbalik 1,17 -0,5

Kesimpulan: pada percobaan lensa konvergen dengan cara gauss, didapat hasil percobaan

sesuai dengan sifat dari lensa konvergen. Yaitu didapat bayangan yang nyata, terbalik dan

diperbesar.

b. Cara BesselNo. a (cm) vb (cm) vk (cm) D f (cm)1 100 28 72,5 44,5 20,042 90 33 59 26 20,62

Kesimpulan : pada percobaan lensa konvergen dengan cara Bessel, pada kedua a (jarak

tabir dan benda), 100 cm dan 90 cm, didapatkan dua jenis bayangan yaitu bayangan besar

dan kecil dengan jarak vb dan vk berbeda. Semakin jauh lensa digeser ke arah tabir maka

akan semakin kecil bayangan yang didapat, kemudian sebaliknya.

c. Dengan cermin datar

9 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10

Page 10: Laporan Faal Radi

v (cm) M = - b/v10 1020 20

Kesimpulan : pada percobaan lensa konvergen dengan cermin datar. Didapatkan v=f, karena

sifat cermin datar memantulkan bayangan yang tegak, bayangan yang dihasilkan sama besar

dengan benda, jarak benda sama dengan jarak bayangan, serta bayangan dihasilkan

merupakan bayangan semu karena berupa hasil pantulan.

2. Lensa divergen

No. v+ (cm) b+ (cm) v- (cm) d (cm) b- (cm) f- (cm)1 28 70 -4 66 6 -122 28 70 -8 62 18 -14,4

Kesimpulan : pada percobaan lensa divergen didapatkan focus lensa divergen negative (-),

karena lensa divergen bersifat menyebarkan cahaya.

DAFTAR PUSTAKA

Sears, dan Zemansky. “Fisika untuk Universitas”, jilid III

Sutrisno, Seri Fisika Dasar, ITB

10 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10

Page 11: Laporan Faal Radi

II. PENGLIHATAN I: Uji Visus dan Buta Warna

UJI VISUS MATA

I. Tujuan percobaan

Untuk mengetahui ketajaman penglihatan

II. Dasar Teori

Rumus visus: V = dD

Keterangan: V : Visus atau ketajaman

d : jarak optotype snellen dengan objek (3.5 m)

D : skala sejauh mana mata normal masih bisa terbaca.

Mata kanan: V = 3 .515

Mata kiri: V = 3 .515

Cara baca rumus adalah dengan jarak 3.5 m subjek bisa melihat sampai dengan skala 15.

Penglihatan normal disebut emetropi. Bila benda yang dilihat jatuh di depan fovea sentralis

disebut rabun jauh (myopi) dan dapat diatasi dengan lensa cekung (negatif), bila benda yang

dilihat jatuh di belakang fovea sentralis disebut rabun dekat (hypermetropi), dapat diatasi dengan

lensa cembung (positif)

Untuk dapat melihat benda stimulus berupa cahaya harus jatuh di reseptor (penerima) yang

selanjutnya di teruskan ke pusat penglihatan (fovea sentralis) dan diperlukan ketajaman (visus)

penglihatan. Visus sangat dipengaruhi sifat fisis mata (aberasi mata = kegagalan sinar untuk

berkonvergensi/bertemu di titik identik), besarnya pupil, komposisi cahaya, mekanisme

akomodasi, elastisitas otot, faktor stimulus (warna yang kontras, besar kecilnya stimulus, durasi,

intensitas cahaya, serta faktor retina (semakin kecil dan rapat sel kerucut), maka semakin kecil

minimum separabel (separable minimum)

Bila seseorang mengalami rabun jauh dan juga rabun dekat secara bersamaan disebut

astigmatisma maka dapat diperbaiki dengan kacamata jenis silindaris yang berfungsi untuk

mengatasi kedua rabun tersebut, tetapi bila elastisitas lensa kristalina menurun karena usia dan

pengapuran menyebabkan presbyopia. Pengapuran ini dapat terjadi buramnya/kaburnya

penglihatan yang disebut sebagai katarak.

Visus adalah sebuah ukuran kuantitatif suatu kemampuan untuk mengidentifikasi simbol-

simbol berwarna hitam dengan latar belakang putih dengan jarak yang telah distandardisasi serta

ukuran dari simbol yang bervariasi. Ini adalah pengukuran fungsi visual yang tersering digunakan

dalam klinik. Istilah “visus 20/20” adalah suatu bilangan yang menyatakan jarak dalam satuan

kaki yang mana seseorang dapat membedakan sepasang benda. Satuan lain dalam meter

dinyatakan sebagai visus 6/6. Dua puluh kaki dianggap sebagai tak terhingga dalam perspektif

11 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10

Page 12: Laporan Faal Radi

optikal (perbedaan dalam kekuatan optis yang dibutuhkan untuk memfokuskan jarak 20 kaki

terhadap tak terhingga hanya 0.164 dioptri). Untuk alasan tersebut, visus 20/20 dapat dianggap

sebagai performa nominal untuk jarak penglihatan manusia; visus 20/40 dapat dianggap separuh

dari tajam penglihatan jauh dan visus 20/10 adalah tajam penglihatan dua kali normal.

Untuk menghasilkan detail penglihatan, sistem optik mata harus memproyeksikan gambaran

yang fokus pada fovea, sebuah daerah di dalam makula yang memiliki densitas tertinggi akan

fotoreseptor konus/kerucut sehingga memiliki resolusi tertinggi dan penglihatan warna terbaik.

Ketajaman dan penglihatan warna sekalipun dilakukan oleh sel yang sama, memiliki fungsi

fisiologis yang berbeda dan tidak tumpang tindih kecuali dalam hal posisi. Ketajaman dan

penglihatan warna dipengaruhi secara bebas oleh masing-masing unsur.

Cahaya datang dari sebuah fiksasi objek menuju fovea melalui sebuah bidang imajiner yang

disebut visual aksis. Jaringan-jaringan mata dan struktur-struktur yang berada dalam visual aksis

(serta jaringan yang terkait di dalamnya) mempengaruhi kualitas bayangan yang dibentuk.

Struktur-struktur ini adalah; lapisan air mata, kornea, COA (Camera Oculi Anterior = Bilik Depan),

pupil, lensa, vitreus dan akhirnya retina sehingga tidak akan meleset ke bagian lain dari retina.

Bagian posterior dari retina disebut sebagai lapisan epitel retina berpigmen (RPE) yang berfungsi

untuk menyerap cahaya yang masuk ke dalam retina sehingga tidak akan terpantul ke bagian lain

dalam retina. RPE juga memiliki fungsi vital untuk mendaur-ulang bahan-bahan kimia yang

digunakan oleh sel-sel batang dan kerucut dalam mendeteksi photon. Jika RPE rusak maka

kebutaan dapat terjadi.

Seperti pada lensa fotografi, ketajaman visus dipengaruhi oleh diameter pupil. Aberasi optik

pada mata yang menurunkan tajam penglihatan ada pada titik maksimal jika ukuran pupil berada

pada ukuran terbesar (sekitar 8 mm) yang terjadi pada keadaan kurang cahaya. Jika pupil kecil

(1-2 mm), ketajaman bayangan akan terbatas pada difraksi cahaya oleh pupil. Antara kedua

keadaan ekstrim, diameter pupil yang secara umum terbaik untuk tajam penglihatan normal dan

mata yang sehat ada pada kisaran 3 atau 4 mm.

Korteks penglihatan adalah bagian dari korteks serebri yang terdapat pada bagian posterior

(oksipital) dari otak yang bertanggung-jawab dalam memproses stimuli visual. Bagian tengah 100

dari lapang pandang (sekitar pelebaran dari makula), ditampilkan oleh sedikitnya 60% dari

korteks visual/penglihatan. Banyak dari neuron-neuron ini dipercaya terlibat dalam pemrosesan

tajam penglihatan. Perkembangan yang normal dari ketajaman visus tergantung dari input visual

di usia yang sangat muda. Segala macam bentuk gangguan visual yang menghalangi input visual

dalam jangka waktu yang lama seperti katarak, strabismus, atau penutupan dan penekanan pada

mata selama menjalani terapi medis biasanya berakibat sebagai penurunan ketajaman visus

berat dan permanen pada mata yang terkena jika tidak segera dikoreksi atau diobati di usia

muda. Penurunan tajam penglihatan direfleksikan dalam berbagai macam abnormalitas pada sel-

sel di korteks visual. Perubahan-perubahan ini meliputi penurunan yang nyata akan jumlah sel-sel

yang terhubung pada mata yan terkena dan juga beberapa sel yang menghubungkan kedua bola

mata, yang bermanifestasi sebagai hilangnya penglihatan binokular dan kedalaman persepsi atau

streopsis.

12 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10

Page 13: Laporan Faal Radi

Segala macam bentuk proses patologis pada sistem penglihatan baik pada usia tua yang

merupakan periode kritis, akan menyebabkan penurunan tajam penglihatan. Maka, pengukuran

tajam penglihatan adalah sebuah tes yang sederhana dalam menentukan status kesehatan mata,

sistem penglihatan sentral, dan jaras-jaras penglihatan menuju otak. Berbagai penurunan tajam

penglihatan secara tiba-tiba selalu merupakan hal yang harus diperhatikan. Penyebab sering dari

turunnya tajam penglihatan adalah katarak, dan parut kornea yang mempengaruhi jalur

penglihatan, penyakit-penyakit yang mempengaruhi retina seperti degenarasi makular, dan

diabetes, penyakit-penyakit yang mengenai jaras optik menuju otak seperti tumor dan sklerosis

multipel, dan penyakit-penyakit yang mengenai korteks visual seperti stroke dan tumor.

PEMERIKSAAN VISUS SATU MATA

Pemeriksaan tajam penglihatan dilakukan pada mata tanpa atau dengan kaca mata. Setiap mata

di periksa terpisah. Biasakan memeriksa tajam penglihatan kanan dahulu.

Pada pemeriksaan tajam penglihatan di gunakan kartu baku / standar misalnya kartu baca

snellen.Dengan kartu snellen dapat ditentukan tajam penglihatan atau kemampuan melihat

seseorang, seperti :

- Bila tajam penglihatan 6/6 maka ia dapat melihat huruf pada jarak 6 meter, yang oleh orang

normal huruf tersebut dapat dilihat pada jarak 6 meter.

- Bila pasien membaca hanya sebatas huruf baris yang menunjukkan angka 30, tajam

penglihtan pasien adalah 6/30.

- Bila tajam penglihatan adalah 6/60 berarti ia hanya dapat terlihat pada jarak 6 meter yang

pada orang normal dapat dilihat pada jarak 60 meter.

- Bila pasien tidak dapat mengenal huruf terbesar pada kartu snellen maka dilakukan uji hitung

jari. Jari dapat dilihat terpisah oleh orang normal pada jarak 60 meter.

- Bila pasien hanya dapat melihat jari pada jarak 3 meter, maka dinyatakan tajam penglihatan

adalah 3/60. Dengan pengujian ini tajam penglihatan hanya dapat dinilai sampai 1/60, yaitu

menghitung jari pada jarak 1 meter.

- Dengan uji lambaian tangan, maka dapat dinyatakan tajam penglihatan pasien lebih buruk

dari 1/60. orang normal dapat melihat lambaian tangan pada jarak 300 meter. Bila pasien

hanya dapat melihat lambaian tangan pada jarak 1 meter, berarti tajam penglihatan 1/300.

- Kadang-kadang mata hanya dapat melihat sinar. Keadaan ini disebut sebagai tajam

penglihatan 1/~.

- Bila penglihatan sama sekali tidak mengenal sinar maka penglihatan adalah 0 (buta total).

13 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10

Page 14: Laporan Faal Radi

Snellen chart

Bila seseorang diragukan apakah penglihatanya berkurang akibat kelaianan refraksi, maka

dilakukan uji pinhole. Bila dengan pinhole penglihatan lebih baik, maka berarti ada kelainan

refraksi yang masih dapat dikoreksi dengan kacamata. Bila penglihatan berkurang dengan

diletakkan nya pinhole di depan mata berarti ada kelainan organik atau kekeruhan media

penglihatan yang mengakibatkan penglihatan menurun.

III. Tata Kerja

1. Minta o.p. untuk duduk pada jarak yang ditentukan (6 m) dari Snellen Chart

2. Ukur jarak pupil untuk penglihatan jauh

3. Pasang trial frame, atur jarak pupil

4. Tutup mata kiri dengan okluder.

5. Periksa tajam penglihatan pasien.

6. Tambahkan lensa S + 0,50 pada mata kanan.

7. Tanyakan apakah penglihatan bertambah jelas atau tidak

8. Bila bertambah jelas, tambahkan terus lensa sferis positif hingga tercapai tajam penglihatan

terbaik. Pilih lensa sferis positif terbesar yang memberi tajam penglihatan yang terbaik.

9. Bila dengan langkah 6, penglihatan bertambah kabur, tambahkan lensa S -0,50. Bila

bertambah jelas, tambahkan terus lensa negatif hingga tercapai tajam penglihatan terbaik.

Pilih lensa sferis negatif terkecil yang memberikan tajam penglihatan terbaik.

10. Ulangi langkah 4-9 untuk mata kiri.

11. Periksa kembali tajam penglihatan dua mata menggunakan lensa koreksi.

12. Minta o.p. berdiri dan berjalan, tanyakan apakah merasa pusing

IV. Hasil Percobaan dan Analisa

Nama OP : R.A. Wita

tanpa lensa mata kanan : 20/100

tanpa lensa mata kiri : 20/50

Mata kanan Mata kiri-0,5 = 20/70 -0,5 = 20/40 -1 = 20/30 -1 = 20/20

14 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10

Page 15: Laporan Faal Radi

-1,5 = 20/20 -1,5 = 20/20

Koreksi lensa sferis o.p.: OD: -1,5, OS: -1

V. Kesimpulan

Visus adalah sebuah ukuran kuantitatif suatu kemampuan untuk mengidentifikasi simbol-simbol

berwarna hitam dengan latar belakang putih dengan jarak yang telah distandardisasi serta ukuran

dari simbol yang bervariasi.

15 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10

Page 16: Laporan Faal Radi

TES BUTA WARNA

I. Tujuan Percobaan

Mengetahui cara pemeriksaan serta jenis buta warna serta ada tidaknya buta warna pada o.p.

II. Dasar Teori

Retina mata memiliki hampir tujuh juta sel fotoreseptor yang terdiri dari dua jenis sel– sel batang

dan sel kerucut– yang terkonsentrasi di bagian tengahnya yang disebut makula. Sel batang

sangat sensitif terhadap cahaya, dan dapat menangkap cahaya yang lemah seperti cahaya dari

bintang di malam hari, tetapi sel itu tidak dapat membedakan warna. Berkat sel batang kita dapat

melihat hal-hal di sekitar kita di malam hari, tetapi hanya dalam nuansa hitam, abu-abu, dan

putih. Sel kerucut dapat melihat detail obyek lebih rinci dan membedakan warna tetapi hanya

bereaksi terhadap cahaya terang. Kedua jenis sel tersebut berfungsi saling melengkapi sehingga

kita bisa memiliki penglihatan yang tajam, rinci, dan beraneka warna.

Ada tiga jenis sel kerucut pada retina. Mereka masing-masing berisi pigmen visual (opsin) yang

berbeda sehingga bereaksi terhadap panjang gelombang cahaya yang berbeda : merah, hijau

dan biru. Sel kerucut menangkap gelombang cahaya sesuai dengan pigmen masing-masing dan

meneruskannya dalam bentuk sinyal transmisi listrik ke otak. Otak kemudian mengolah dan

menggabungkan sinyal warna merah, hijau dan biru dari retina ke tayangan warna tertentu.

Karena perbedaan intensitas dari masing-masing warna pokok tersebut, kita dapat membedakan

jutaan warna. Gangguan penerimaan cahaya pada satu jenis atau lebih sel kerucut di retina

berdampak langsung pada persepsi warna di otak. Seseorang yang buta warna memiliki cacat

atau kekurangan satu atau lebih jenis sel kerucut.

KLASIFIKASI BUTA WARNA

Buta warna dikenal berdasarkan istilah Yunani protos (pertama), deutros (kedua), dan tritos

(ketiga) yang pada warna 1. Merah, 2. Hijau, 3. Biru.

1. Anomalous trichromacy

Anomalous trichromacy adalah gangguan penglihatan warna yang dapat disebabkan oleh

faktor keturunan atau kerusakan pada mata setelah dewasa. Penderita anomalous

trichromacy memiliki tiga sel kerucut yang lengkap, namun terjadi kerusakan mekanisme

sensitivitas terhadap salah satu dari tiga sel reseptor warna tersebut. Pasien buta warna

dapat melihat berbagai warna akan tetapi dengan interpretasi berbeda daripada normal yang

paling sering ditemukan adalah:

a. Trikromat anomali, kelainan terdapat pada short-wavelenght pigment (blue). Pigmen biru

ini bergeser ke area hijau dari spectrum merah. pasien mempunyai ketiga pigmen

kerucut akan tetapi satu tidak normal, kemungkinan gangguan dapat terletak hanya pada

satu atau lebih pigmen kerucut. Pada anomali ini perbandingan merah hijau yang dipilih

pada anomaloskop berbeda dibanding dengan orang normal.

16 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10

Page 17: Laporan Faal Radi

b. Deutronomali, disebabkan oleh kelainan bentuk pigmen middle-wave lenght (green).

Dengan cacat pada hijau sehingga diperlukan lebih banyak hijau, karena terjadi

gangguan lebih banyak daripada warna hijau.

c. Protanomali adalah tipe anomalous trichromacy dimana terjadi kelainan terhadap long-

wavelenght (red) pigmen, sehingga menyebabkan rendahnya sensitifitas warna merah.

Artinya penderita protanomali tidak akan mempu membedakan warna dan melihat

campuran warna yang dilihat oleh mata normal. Penderita juga akan mengalami

penglihatan yang buram terhadap warna spektrum merah. Hal ini mengakibatkan mereka

dapat salah membedakan warna merah dan hitam.

2. Dichromacy

Dichromacy adalah jenis buta warna di mana salah satu dari tiga sel kerucut tidak ada atau

tidak berfungsi. Akibat dari disfungsi salah satu sel pigmen pada kerucut, seseorang yang

menderita dikromatis akan mengalami gangguan penglihatan terhadap warna-warna tertentu.

Dichromacy dibagi menjadi tiga bagian berdasarkan pigmen yang rusak:

a. Protanopia adalah salah satu tipe dichromacy yang disebabkanoleh tidak adanya

photoreceptor retina merah. Pada penderita protonopia, penglihatan terhadap warna

merah tidak ada. Dichromacy tipe ini terjadi pada 1 % dari seluruh pria. Keadaan yang

paling sering ditemukan dengan cacat pada warna merah hijau sehingga sering dikenal

dengan buta warna merah – hijau.

b. Deutranopia adalah gangguan penglihatan terhadap warna yang disebabkan tidak

adanya photoreceptor retina hijau. Hal ini menimbulkan kesulitan dalam membedakan

hue pada warna merah dan hijau (red-green hue discrimination).

c. Tritanopia adalah keadaan dimana seseorang tidak memiliki shortwavelength cone.

Seseorang yang menderita tritanopia akan kesulitan dalam membedakan warna biru

dan kuning dari spektrum cahaya tanpak. Tritanopia disebut juga buta warna biru-kuning

dan merupakan tipe dichromacy yang sangat jarang dijumpai.

3. Monochromacy

Monochromacy atau akromatopsia adalah keadaan dimana seseorang hanya memiliki

sebuah pigmen cones atau tidak berfungsinya semua sel cones. Pasien hanya mempunyai

satu pigmen kerucut (monokromat rod atau batang). Pada monokromat kerucut hanya dapat

membedakan warna dalam arti intensitasnya saja dan biasanya 6/30. Pada orang dengan

buta warna total atau akromatopsia akan terdapat keluhan silau dan nistagmus dan bersifat

autosomal resesi

Bentuk buta warna dikenal juga :

1. Monokromatisme rod (batang) atau disebut juga suatu akromatopsia di mana terdapat

kelainan pada kedua mata bersama dengan keadaan lain seperti tajam penglihatan kurang

dari 6/60, nistagmus, fotofobia, skotoma sentral, dan mungkin terjadi akibat kelainan sentral

hingga terdapat gangguan penglihatan warna total, hemeralopia (buta silang) tidak terdapat

buta senja, dengan kelainan refraksi tinggi. Pada pemeriksaan dapat dilihat adanya makula

dengan pigmen abnormal.

17 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10

Page 18: Laporan Faal Radi

2. Monokromatisme cone (kerucut), di mana terdapat hanya sedikit cacat, hal yang jarang,

tajam penglihatan normal, tidak nistagmus

III. Tata Kerja

Tahapan dalam pemeriksaan buta warna dengan metode ishihara, yaitu :

1. Menggunakan buku Ishihara 38 plate.

2. Yang perlu diperhatikan :

1) Ruangan pemeriksaan harus cukup pencahayaannya

2) Lama pengamatan untuk membaca angka masing-masing lembar maksimum 10 detik.

3. Pada tes pembacaan buku Ishihara dapat disimpulkan :

1) Normal

2) Buta warna Parsial

a. Bila plate no. 1 sampai dengan no 17. hanya terbaca 13 plate atau kurang.

b. Bila terbaca angka-angka pada plate no. 18, 19, 20 dan 21 lebih mudah atau lebih

jelas dibandingkan dengan plate no. 14, 10, 13, dan 17.

c. Bila ragu-ragu kemungkinan buta warna parsial dapat dites dengan:

a) Membaca angka-angka pada plate no. 22, 23, 24, dan 25. Pada orang normal,

akan terbaca dengan benar angka-angka pada plate-plate tersebut diatas secara

lengkap (dua rangkap). Pada penderita buta warna parsial hanya terbaca satu

angka pada tiap-tiap plate tersebut diatas.

b) Menunjuk arah alur pada plate no. 26, 27, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, dan 38.

Untuk orang normal bisa menunjuk alur secara benar sedangkan untuk buta

warna parsial dapat menunjukkan adanya alur dari satu sisi yang lainnya.

3) Buta warna total

Pada plate no. 28 dan 29, untuk orang normal, tidak bisa menunjukkan adanya alur,

sedangkan untuk penderita buta warna parsial dapat menunjukkan adanya alur dari satu

sisi ke sisi yang lainnya.

IV. Hasil Percobaan dan Analisa

Nama OP : R.A. Wita

o.p. dapat membaca semua plate dan mengikuti alur di buku ishihara, o.p. normal, tidak buta

warna.

V. Kesimpulan

Seseorang yang buta warna memiliki cacat atau kekurangan satu atau lebih jenis sel kerucut.

Buta warna memiliki beberapa klasifikasi yang masing-masing bisa diuji melalui buku ishihara

yang memiliki pola warna-warna tertentu yang harus dibaca.

DAFTAR PUSTAKA

repository.ui.ac.id/dokumen/lihat/2801.ppt – sabtu, 03 april 2010.

Thianren. 2008. Penurunan Visus Pada Katarak dengan Diabetes Mellitus.

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23511/4/Chapter%20II.pdf

18 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10

Page 19: Laporan Faal Radi

III. PENGLIHATAN II: Pemeriksaan Luas Lapang Pandang (Perimeter)

I. Dasar Teori

Mata adalah struktur khusus tempat reseptor-reseptor peka cahaya yang penting untuk persepsi

penglihatan yaitu, sel kerucut dan sel batang ditemukan di lapisan retina. Iris mengontrol ukuran pupil

dan mengatur jumlah cahaya yang diperbolehkan masuk ke mata. Kornea dan lensa adalah struktur

refraktif utama yang membelokkan berkas cahaya masuk agar bayangan terfokus di retina. Kornea

merupakan penentu utama kemampuan refraktif mata. Kekuatan lensa dapat diubah-ubah melalui

kerja otot siliaris agar mata dapat berakomodasi untuk penglihatan jauh atau dekat.

Sel batang dan kerucut diaktifkan apabila fotopigmen yang mereka miliki menyerap berbagai

panjang gelombang cahaya. Penyerapan cahaya menyebabkan perubahan biokimiawi pada

fotopigmeen yang akhirnya dikonversikan menjadi perubahan kecepatan perambatan potensial aksi di

jalur penglihatan yang meninggalkan retina. Pesan visual di salurkan ke korteks penglihatan di otak

untuk pengolahan perceptual.

Sel kerucut memperlihatkan ketajaman yang tinggi, tetapi hanya dapat digunakan untuk

penglihatan di siang hari, karena memiliki kepekaan yang rendah terhadap cahaya. Penglihatan

warna ditimbulkan oleh bermacam-macam rasio stimulasi terhadap ketiga jenis sel kerucut oleh

berbagai panjang gelombang cahaya. Sel batang menghasilkan penglihatan yang samar berupa rona

abu-abu, tetapi karena sangat peka terhadap cahaya, sel-sel batang dapat digunakan untuk melihat

pada malam hari (Sherwood, L. 2001)

Lapangan pandang mata adalah luas lapangan penglihatan seorang individu. Terdapat tiga jenis

lapangan pandang; lapangan makular yaitu lapangan pandang yang paling jelas dilihat oleh kedua

mata, lapangan binokular yang dilihat oleh kedua mata secara umumnya dan lapangan monokular

yaitu kawasan yang bisa dilihat oleh salah satu mata saja.

Jaringan neural penglihatan terjadi apabila cahaya yang masuk ke dalam mata sampai ke

fotoreseptor di retina.Setelah itu, transmisi impuls pada nervus optikus kepada kiasma optik. Traktus

optikus, yaitu serabut saraf optik dari kiasma optik, membawa impuls ke lobus serebral dimana

penglihatan diinterpretasikan.

Untuk suatu objek terfokus ke atas retina, semakin jauh objek itu, semakin menipis lensa mata

untuk memfokusnya. Pengubahan bentuk lensa dikawal oleh otot siliari yang terdapat pada badan

siliari, disebut akomodasi. Apabila terjadi kontraksi, fiber dalam ligamen suspensori meregang dan

menyebabkan lensa menebal dan menjadi lebih konveks.

PEMERIKSAAN LAPANGAN PANDANG

Pemeriksaan lapang pandangan sentral dan perifer dipergunakan untuk tiga alasan yaitu

mendeteksi kelainan tajam penglihatan, mencari lokasi kelainan disepanjang jaras saraf penglihatan,

melihat besar kelainan mata dan perubahannya dari waktu ke waktu atau follow up. Pemeriksaan ini

dipergunakan untuk mengeliminir differential diagnosis dan dipergunakan untuk melihat progresifitas

penyakit, dan biasanya menyertai pemeriksaan lain misalnya: pemeriksaan ketajaman penglihatan,

penglihatan warna atau pemeriksaan mata lainnya.

19 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10

Page 20: Laporan Faal Radi

Pemeriksaan lapang pandangan dapat dilakukan dengan berbagai cara, dari yang sangat

sederhana bahkan tanpa alat, sampai dengan pemakaian alat canggih. Pemeriksaan ini selalu

dilakukan pada satu mata baru kemudian dilakukan pada mata yang lain.

Pemeriksaan lapang pandangan bisa dilakukan dengan cara yaitu dengan uji konfrontasi dan kisi

Amsler, atau dengan cara yang lebih canggih (dengan perimeter Goldmann). Pemeriksaan lapang

pandangan sederhana apabila dikerjakan dengan benar dan didukung dengan pemahaman teori

yang memadai, akan dapat mengungkapkan berbagai kelainan lintasan visual.

Bila kita memfiksasi pandangan kita ke satu benda, benda ini terlihat nyata, sedangkan benda-

benda di sekitarnya tampak kurang tajam. Seluruh lapangan yang terlihat, bila kita memfiksasi mata

ke satu benda disebut lapangan pandang.

Pada pemeriksaan lapangan pandang, kita menentukan batas perifer dari penglihatan, yaitu

batas sampai mana benda dapat dilihat, jika mata difiksasi pada satu titik. Sinar yang datang dari

tempat fiksasi jatuh di makula, yaitu pusat melihat jelas (tajam), sedangkan yang datang dari

sekitarnya jatuh di bagian perifer retina.

Lapangan pandang yang normal mempunyai bentuk tertentu, dan tidak sama ke semua arah.

Seseorang dapat melihat ke lateral sampai sudut 90-100 derajat dari titik fiksasi, ke medial 60 derajat,

ke atas 50-60 derajat dan ke bawah 60-75 derajat. Ada tiga metode standar dalam pemeriksaan

lapang pandang yaitu dengan metode konfrontasi, perimeter, dan kampimeter atau tangent screen.

Perimeter

Perimeter adalah penggunaan alat untuk memeriksa lapangan pandang dengan mata terfiksasi

sentral. Penilaian lapangan pandang merupakan hal yang penting ditakukan pada keadaan

penyakit yang mempunyai potensi terjadinya kebutaan. Pada glaukoma pemeriksaan ini berguna

dalam pengobatan penyakit dan pencegahan kebutaan.

Perimeter adalah setengah lingkaran yang dapat diubah-ubah letaknya pada bidang meridiannya.

Cara pemakaiannya serta cara melaporkan keadaan sewaktu pemeriksaan sama dengan

kampimeter. Pemeriksaan lapang pandangan dilakukan dengan Perimeter, merupakan alat yang

dipergunakan untuk menentukan luas lapang pandangan. Alat ini berbentuk setengah bola

dengan jari- jari 30 cm, dan pada pusat parabola ini penderita diletakkan untuk diperiksa.

Batas lapang pandangan perifer adalah  90o temporal, 75o inferior, 60o  nasal, dan 60o superior.

Dapat dilakukan pemeriksaan statik ataupun kinetik.

Pemeriksaan ini berguna untuk :

o Membantu diagnosis pada keluhan penglihatan

o Melihat progresifitas turunnya lapang pandangan

o Merupakan pemeriksaan rutin pada kelainan susunan saraf pusat

o Memeriksa adanya histeria atau malingering.

Dikenal 2 cara pemeriksaan Perimeter, yaitu :

a) Perimeter kinetik yang disebut juga perimeter isotropik dan topografik, dimana pemeriksaan

dilakukan dengan objek digerakkan dari daerah tidak terlihat menjadi terlihat oleh pasien.

20 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10

Page 21: Laporan Faal Radi

b) Perimeter statik atau perimeter profil dan perimeter curve differential threshold, dimana

pemeriksaan dengan tidak menggerakkan objek akan tetapi dengan menaikkan intensitas

objek sehingga terlihat oleh pasien.

Uji konfrontasi

II. Pelaksanaan Praktikum

Tujuan:

Pada akhir latihan ini, mahasiswa harus dapat:

1. Menimbulkan peristiwa fosfen tekan dan menyebutkan hukum serta fenomena yang

berhubungan dengan peristiwa tersebut

2. Memeriksa luas lapangan pandang untuk beberapa macam warna dengan menggunakan

perimeter

3. Menimbulkan peristiwa diplopia dan menerangkan mekanisme nya

4. Memeriksa refleks pupil langsung dan tidak langsung dengan refleks pupil pada akomodasi

5. Menyatakan adanya bintik buta dengan menggambarkan proyeksinya di kertas

6. Melihat gerakan eritrosit retina sendiri

Alat yang diperlukan:

1. Perimeter + Formulir

2. Lampu senter + Kaca biru atau kaca ungu

Tata Kerja:

1. Suruh op duduk membelakangi cahaya menghadap alat perimeter

2. Tutup mata op dengan sapu tangan

3. Letakan dagu op ditempat sandaran dagu yang dapat diatur tingginya, sehingga tepi bawah mata

kanannya terletak setinggi bagian tas batang vertikal sandaran dagu

4. Pasang formulir untuk mata kanan disebelah belakang piringan perimeter. Sebagai berikut:

a. Putar busur perimeter sehingga letaknya horizontal dan penjepit berada dibagian atas

perimeter

b. Jepit formulir tersebut pada piringan sehingga garis 180-0 formulir letaknya berimpit dengan

garis 0-180, dan lingkaran konsentris formulir letaknya skala perimeter

5. Suruh op memusatkan penglihatannya pada titik fiksasi ditengah perimeter. Selama pemeriksaan,

penglihatan op harus tetepa dipusatkan pada titik fiksasi tersebut

6. Gunakan beda yang dapat digeserpada busur perimeter untuk pemeriksaan luas lapang

pandang. Pilih bulatan berwarna putih dengan diameter sedang (+5mm) pada benda tersebut.

P-VI 3.3 Bagaimana caranya memilih warna dan mengatur diameter bulatan?

7. Gunakan perlahan bulatan putih itu menyusuri busur di tepi kiri op ketengah tepat saat op melihat

bulatan putih tersebut penggeseran benda dihentikan.

8. Baca tempat penghentian itu pada busur dan catat pada formulir dengan tepat.

21 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10

Page 22: Laporan Faal Radi

P-VI 3.4 Bagaimana caranya mencatat tempat itu pada formulir?

9. Ulangi tindakan no 7 dan 8 pada sisi busur yang berlawanan tanpa mengubah posisi busur

10. Ulangi tindakan no 7, 8, dan 9 setelah busur tiap kali diputar 30 derajat sesuai arah jarum dari

pemeriksa sampai posisi busur vertikal

11. Kembalikan busur pada posisi horizontal seperti semula, pada posisi ini tidak perlu dilakukan

pencatatan lagi.

12. Ulangi tindakan no 7, 8, dan 9 setelah busur tiap kali diputar 30 derajat sesuai arah jarum dari

pemeriksa sampai tercapai posisi busur 60 derajat dari bidang horizontal

13. Periksa juga lapang op untuk berbagai warna lain : Merah, Hijau, Kuning dan Biru seperti cara

diatas.

14. Lakukan juga pemeriksaan lapang pandang untuk mat akiri hanya dengan bulatan berwarna putih

P-VI.3.5 Apa kriteria lapang pandang yang normal untuk cahaya putih dan berwarna?

Gambar 1 Lapang pandang baku (Visual Standart) mata kiri dan kanan

Batas minimal lapang pandang normal:

Temporal 85 derajat Nasal 60 derajat

Temporal Bawah 85 derajat Nasal atas 55 derajat

Bawah 65 derajat Atas 45 derajat

Nasal Bawah 50 derajat Temporal Atas 55 derajat

Luas lapang pandang total : 500 derajat

II. Hasil Praktikum dan Analisa Data

1) Mata Kiri (Putih)

Searah Jarum Jam

Sudut Temporal Nasal180o 80 75150o 80 70120o 70 5590o 70 50

22 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10

Page 23: Laporan Faal Radi

Berlawanan Jarum Jam

Sudut Temporal Nasal30o 70 8060o 50 75

2) Mata Kanan (Kuning)

Searah Jarum Jam

Sudut Temporal Nasal180o 70 75150o 85 60120o 80 5590o 65 55

Berlawanan Jarum Jam

Sudut Temporal Nasal30o 75 6560o 60 65

3) Mata Kanan (Hijau)

Searah Jarum Jam

Sudut Temporal Nasal180o 90 75150o 85 75120o 80 6590o 55 60

Berlawanan Jarum Jam

Sudut Temporal Nasal30o 80 7560o 60 65

4) Mata Kanan (Biru)

Searah Jarum Jam

Sudut Temporal Nasal180o 70 65150o 70 45120o 70 5090o 45 50

Berlawanan Jarum Jam

Sudut Temporal Nasal30o 65 6560o 60 70

5) Mata Kanan (Merah)

Searah Jarum Jam

Sudut Temporal Nasal

23 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10

Page 24: Laporan Faal Radi

180o 90 75150o 80 70120o 80 5590o 55 70

Berlawanan Jarum Jam

Sudut Temporal Nasal30o 80 7060o 60 70

6) Mata Kanan (Putih)

Searah Jarum Jam

Sudut Temporal Nasal180o 80 80150o 80 70120o 80 6090o 65 75

Berlawanan Jarum Jam

Sudut Temporal Nasal30o 75 7560o 60 70

Dari hasil terlihat batas pandangan normal, dan mata lebih peka/batas lapang pandang lebih luas

saat melihat titik berwarna dibandingkan warna gelap/putih,

III. MENJAWAB PERTANYAAN

P-VI.3.3 Bagaimana caranya memilih warna dan mengatur diameter bulatan?

Jawab:

Dengan cara menggeser titik fiksasi yang ada di busur Perimeter

P-VI 3.4 Bagaimana caranya mencatat tempat itu pada formulir?

Jawab:

Dengan cara memperlihatkan besar sudut Perimeter

P-VI.3.5 Apa kriteria lapang pandang yang normal untuk cahaya putih dan berwarna?

Jawab:

Lapang pandang normal

Temporal : 85º

Temporal bawah : 85º

Bawah : 65º

Nasal bawah : 50º

Nasal : 60º

Nasal atas : 55º

Atas : 45º

Temporal atas : 55º

24 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10

Page 25: Laporan Faal Radi

Luas pandang total = 500º

Lapang pandang yang normal untuk cahaya putih adalah dengan penglihatan binocular

sedangkan warna abu-abu atau berwarna dengan penglihatan monookular.

IV. Kesimpulan

Lapangan pandang mata adalah luas lapangan penglihatan seorang individu. Terdapat tiga jenis

lapangan pandang; lapangan makular yaitu lapangan pandang yang paling jelas dilihat oleh kedua

mata, lapangan binokular yang dilihat oleh kedua mata secara umumnya dan lapangan monokular

yaitu kawasan yang bisa dilihat oleh salah satu mata saja.

Pada pemeriksaan lapangan pandang, kita menentukan batas perifer dari penglihatan, yaitu

batas sampai mana benda dapat dilihat, jika mata difiksasi pada satu titik. Sinar yang datang dari

tempat fiksasi jatuh di makula, yaitu pusat melihat jelas (tajam), sedangkan yang datang dari

sekitarnya jatuh di bagian perifer retina.

Pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah dengan Perimeter. Pada Perimeter, pemeriksaan ini

berguna untuk membantu diagnosis pada keluhan penglihatan, melihat progresifitas turunnya lapang

pandangan, merupakan pemeriksaan rutin pada kelainan susunan saraf pusat, memeriksa adanya

histeria atau malingering.

Konsep warna tergantung dalam benak yang melihat. Sebagian besar kita lihat, karena kita

memiliki jenis sel-sel kerucut yang sama dan menggunakan jalur-jalur saraf yang sama untuk

membandingkan keluaran mereka. Lapang pandang menjadi lebih luas ketika harus melihat objek

berwarna karena lebih terang untuk dilihat oleh mata.

DAFTAR PUSTAKA

Ganong,F.William. 2002. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran ed.20. Jakarta:EGC

Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem ed.2. Jakarta:EGC

Sloane, Ethel. 2002. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta: EGC

Lumbantobing, S. M. Saraf Otak. Dalam Neurologi Klinik Pemeriksaan Fisik dan Mental. Jakarta :

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2010. h. 2530

 

25 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10

Page 26: Laporan Faal Radi

26 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10

PRAKTIKUMFISIOLOGI II

Page 27: Laporan Faal Radi

PRAKTIKUM FISIOLOGI II

PENDENGARAN

I. Dasar Teori

Pendengaran adalah persepsi saraf mengenai energi suara. Gelombang suara adalah

getaran udara yang merambat dan terdiri dari daerah-daerah bertekanan tinggi karena kompresi

(pemampatan) molekul-molekul udara yang berselang seling dengan daerah-daerah bertekanan

rendah karena penjarangan molekul tersebut. (Sherwood, 2001).

Sewaktu suatu gelombang suara mengenai jendela oval, tercipta suatu gelombang tekanan di

telinga dalam. Gelombang tekanan menyebabkan perpindahan mirip-gelombang pada membran

basilaris terhadap membrana tektorium. Sewaktu menggesek membrana tektorium, sel-sel

rambut tertekuk. Hal ini menyebabkan terbentuknya potensial aksi. Apabila deformitasnya cukup

signifikan, maka saraf-saraf aferen yang bersinaps dengan sel-sel rambut akan terangsang untuk

melepaskan potensial aksi dan sinyal disalurkan ke otak (Corwin, 2001).

Frekuensi gelombang tekanan menentukan sel-sel rambut yang akan berubah dan, neuron

aferen yang akan melepaskan potensial aksi. Misalnya, sel-sel rambut yang terletak dibagian

membrana basilaris dekat jendela oval adalah sel-sel yang mengalami perubahan oleh suara

berfrekuensi tinggi, sedangkan sel-sel rambut yang terletak dimembrana basilaris yang paling

jauh dari jendela oval adalah sel-sel yang mengalami perubahan oleh gelombang berfrekuensi

rendah. Otak menginterpretasikan suatu suara berdasarkan neuron-neuron yang diaktifkan. Otak

menginterpretasikan intensitas suara berdasarkan frekuensi impuls neuron dan jumlah neuron

aferen yang melepaskan potensial aksi (Corwin, 2001).

Penghantaran (konduksi) gelombang bunyi ke cairan di telinga dalam melalui membran

timpani dan tulang-tulang pendengaran, yang merupakan jalur utama untuk pendengaran normal,

disebut hantaran osikular. Gelombang bunyi juga menimbulkan getaran membran timpani kedua

yang menutupi fenestra rotundum. Proses ini, yang tidak penting untuk pendengaran normal,

disebut hantaran udara. Hantaran jenis ketiga, hantaran tulang, adalah penyaluran getaran dari

tulang-tulang tengkorak ke cairan di telinga dalam. Hantaran tulang yang cukup besar terjadi

apabila kita menempelkan garpu tala atau benda lain yang bergetar langsung ke tengkorak. Jaras

ini juga berperan dalam penghantaran bunyi yang sangat keras (Ganong, 2002).

Untuk memeriksa pendengaran :

1. Pemeriksaan dengan menggunakan garpu tala merupakan tes kualitatif, yaitu:

a. Tes Rinne

Tujuan: untuk membandingkan hantaran melalui udara dan hantaran melalui tulang

pada telinga yang diperiksa.

Cara: garpu tala digetarkan dan tangkainya diletakkan di prosesus mastoideus.

Setelah tidak terdengar garpu tala dipegang di depan telinga kira-kira 2,5 cm. Bila

masih terdengar disebut Rinne (+), bila tidak terdengar disebut Rinne (-). Dalam

keadaan normal hantaran melalui udara lebih panjang daripada hantaran tulang.

27 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10

Page 28: Laporan Faal Radi

b. Tes Weber

Tujuan: untuk membandingkan hantaran tulang telinga kiri dengan telinga kanan.

Cara: garpu tala digetarkan dan tangkai garpu tala diletakkan di garis tengah dahi atau

kepala. Bila bunyi terdengar lebih keras pada salah satu telinga disebut lateralisasi ke

telinga tersebut. Bila terdengar sama atau tidak terdengar disebut tidak ada

lateralisasi. Bila pada telinga yang sakit (lateralisasi pada telinga yang sakit) berarti

terdapat tuli konduktif pada telinga tersebut,bila sebaliknya (lateralisasi pada telinga

yang sehat) berarti pada telinga yang sakit terdapat tuli saraf.

c. Tes Schwabach

Tujuan: membandingkan hantaran tulang orang yang diperiksa dengan pemeriksa

yang pendengarannya normal.

Cara: garpu tala digetarkan dan tangkai garpu tala diletakkan pada prosesus

mastoideus sampai tidak terdengar bunyi kemudian dipindahkan ke prosesus

mastoideus pemeriksa yang pendengarannya dianggap normal. Bila masih dapat

mendengar disebut memendek atau tuli saraf, bila pemeriksa tidak dapat mendengar,

pemeriksaan diulang dengan cara sebaliknya. Bila pasien masih mendengar, disebut

memanjang atau terdapat tuli konduktif. Jika kira-kira sama mendengarnya disebut

sama dengan pemeriksa.

28 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10

Page 29: Laporan Faal Radi

Tes Rinne Tes Weber Tes Schwabach DiagnosisPositif

Negatif

Positif

Tidak ada lateralisasi

Lateralisasi ke telinga yang sakit

Lateralisasi ke telinga yang sehat

Sama dengan pemeriksa

Memanjang

Memendek

Normal

Tuli konduktif

Tuli sensorineural

Catatan: Pada tuli konduktif <30 dB, Rinne bisa masih positif

Secara fisiologik telinga dapat mendengar nada antara 20 sampai 18.000 Hz. Untuk

pendengaran sehari-hari yang paling efektif antara 500-2.000 Hz. Oleh karena itu untuk

memeriksa pendengaran dipakai garpu tala 512, 1.024, dan 2.048 Hz. Penggunaan ketiga

garpu tala ini penting untuk pemeriksaan secara kualitatif. Bila salah satu frekuensi ini

terganggu penderita akan sadar adanya gangguan pendengaran. Bila tidak mungkin

menggunakan ketiga garpu tala itu, maka diambil 512 Hz karena penggunaan garpu tala ini

tidak terlalu dipengaruhi suara bising disekitarnya (Soepardi et al, 2007).

2. Pemeriksaan dengan menggunakan Audiometer merupakan tes kuantitatif

Audiometri nada murni

Teknik untuk mengidentifikasi prilaku dari kehilangan kemampuan mendengar dan untuk

mendapatkan tingkat pendengaran dengan cara merekam respon dari pasien setelah

memberikan pasien tersebut rangsangan auditory dengan berbagai intensitas level.

Untuk pemeriksaan audiogram, dipakai grafik AC (air conductor) yaitu dibuat dengan

garis lurus penuh (intensitas yang diperiksa antara 125 – 8000 Hz) dan grafik BC (bone

conductor) yaitu dibuat dengan garis terputus-putus (intensitas yang diperiksa 250 – 4000

Hz). Untuk telinga kiri dipakai warna biru, sedangkan telinga kanan warna merah.

Pemeriksaan audiometri nada murni bisa didapatkan tuli sensorineural pada frekwensi tinggi

(umumnya 3000 – 6000 Hz) dan pada frekwensi 4000 Hz sering terdapat takik (notch) yang

patognomonik untuk jenis ketulian ini.

Tes audiometri yang sederhana merupakan tes terhadap suara mesin dengan hantaran

udara untuk masing-masing telinga dengan frekuensi tertentu (500, 1000, 2000, 4000 dan

6000 Hz). Tes audiometri yang kompleks dilakukan dalam ruangan kedap suara dan masing-

masing telinga dengan frekuensi (250, 500, 1000, 2000, 3000,4000, 6000 dan 8000 Hz)

29 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10

Page 30: Laporan Faal Radi

Pure Tone Audiometry

Merupakan bunyi yang hanya mempunyai satu frekuensi, dinyatakan dalam jumlah

getaran per detik.

Memberikan gambaran yang luas mengenai tingkat kehilangan pendengaran pasien dan

penyebabnya. Pasien akan memberikan respon terhadap rangsangan tone yang diberikan.

Tone yang diberikan dengan cara dari frekuensi rendah ke tinggi .

Tone sebesar 30dB diberikan kepada pasien sebagai rangsangan awal, jika respon

positif maka level tone diturunkan sebesar 10 dB sampai pasien tidak memberikan respon.

Pada rangsangan pertama jika pasien tidak mendengar maka level tone dinaikkan 10 dB HL

sampai terdengar oleh pasien kemudian diturunkan per 5 dB atau naik 5 dB HL. Frekuensi

yang diujikan berkisar 125-500 Hz.

Tone Decay Test  (TDT)

Digunakan untuk mendeteksi kelainan pada jalur sensorineural. Prosedurnya, operator

memilih frekuensi kemudian pasien mendapat rangsangan dan memberikan respon lagi pada

saat tidak menerima rangsangan, durasi diantara keduanya diukur. Tone yang dipakai

diberikan dari frekuensi, tinggi ke rendah. Dengan 30 dB pada saat pertama kemudian

selama 1 menit pasien mendengarkan maka tone level diturunkan dengan skala 5 dB, hal ini

diulangi sampai tone tidak terdengar selama kurang dari 1 menit

Short Increment Sensitivity Index (SISI)

SISI untuk mendeteksi penyakit di cochlea atau recrocochlear lesions. Menggambarkan

kapasitas pasien untuk mendeteksi perbedaan kenaikan intensitas 1 dB yang dalam rentan

waktu 5 detik pada frekuensi tertentu. Operator akan menset frekuensi pada 20 dB, Tone

yang diberikan dengan madulasi singkat 1 dB diatas carrier tone setiap 5 detik. Kenaikan 1

dB dipresentasikan dengan interval 300 ms, dengan rise time danfall time sebesar 50 ms.

Respon pasien pada saat dapat membedakan perbedaan level adalah yang diukur.

Bekesy Audiometry

Test audiometry yang dijalankan secara automatis. Karena frekuensi dan intensita

akanturun dan naik secara otomatis

Speech Audiometry

Pure tone audiometry adalah test pada sensitivitas pasien sedangkan speech audiometry

mengacu pada integritas seluruh sistem auditory (mengacu kemampuan mendengarkan dan

mengerti pembicaraan)

30 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10

Page 31: Laporan Faal Radi

II. Pelaksanaan Praktikum

Tujuan :

1. Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan fungsi pendengaran.

2. Mengukur ketajaman pendengaran dengan menggunakan Audiometer (Pemeriksaan Audiometer)

3. Menmbuat kesimpulan menegenai “hearing loss” dari hasil pemeriksaan audiometer sehingga

dapat menetapkan apakah pendengaran orang percobaan dalam batas-batas normal atau tidak

Alat yang diperlukan :

1. Audiometer merek ADC lengkap dengan telepon telinga dan formulir

2. Penala berfrekuensi 256

3. Kapas untuk menyumbat telinga

I. TES PENALA

A. Tata Kerja

Pemeriksaan Pendengaran dengan Penala

a. Cara Rinne

1. Getarkanlah penala (frekuensi 256) dengan cara memukulkan salah satu ujung jarinya ke

telapak tangan. Jangan sekali-kali memukulkannya pada benda yang keras.

2. Tekanlah ujung tangkai penala pada processus mastoideus salah satu telinga o.p.

3. Tanyakanlah kepada o.p. apakah ia mendengar bunyi penala mendengung di telinga

yang diperiksa, bila demikian o.p. harus segera memberi tanda bila dengungan bunyi itu

menghilang.

4. Pada saat itu pemeriksa mengangkat penala dari processus mastoideus o.p. dan

kemudian ujung jari penala ditempatkan sedekat-dekatnya di depan liang telinga yang

sedang diperiksa itu.

5. Catatlah hasil pemeriksaan Rinne sebagai berikut :

Positif : Bila o.p. masih mendengar dengungan secara hantaran aerotimpanal.

Negatif : Bila o.p. tidak mendengar dengungan secara hantaran aerotimpanal.

b. Cara Webber

1. Getarkanlah penala (frekuensi 256) dengan cara seperti nomor A.1.

2. Tekankanlah ujung tangkai penala pada dahi o.p. di garis median.

3. Tanyakan kepada o.p. apakah ia mendengar dengungan bunyi penala sama kuat di

kedua telinganya atau terjadi lateralisasi.

4. Bila pada o.p. tidak terdapat lateralisasi, maka untuk menimbulkan lateralisasi secara

buatan, tutuplah salah satu telinganya dengan kapas dan ulangi pemeriksaan.

c. Cara Schwabach

1. Getarkanlah penala (frekuensi 256) dengan cara seperti no A.1.

2. Tekankanlah ujung tangkai penala pada processus mastoideus salah satu telinga o.p.

31 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10

Page 32: Laporan Faal Radi

3. Suruhlah o.p. mengacungkan tangannya pada saat dengungan bunyi menghilang.

4. Pada saat itu dengan segera pemeriksa memindahkan penala dari processus mastoideus

o.p. ke processus mastoideus sendiri. Pada pemeriksaan ini telinga si pemeriksa

dianggap normal. Bila dengungan penala setelah dinyatakan berhenti oleh o.p. masih

dapat didengar oleh si pemeriksa maka hasil pemeriksaan ialah Schwabach memendek.

5. Apabila dengungan penala setelah dinyatakan berhenti oleh o.p. juga tidak dapat

didengar oleh si pemeriksa maka hasil pemeriksaan mungkin Schwabach normal atau

Schwabach memanjang. Untuk memastikan hal ini maka dilakukan pemeriksaan

sebagai berikut :

Penala digetarkan, ujung tangkai penala mula-mula ditekankan ke processus mastoideus

si pemeriksa sampai tidak terdengar lagi. Kemudian ujung tangkai penala segera

ditekankan ke processus mastoideus o.p.. bila dengungan (setelah dinyatakan berhenti

oleh si pemeriksa) masih dapat didengar oleh o.p. hasil pemeriksaan adalah Schwabach

memanjang. Bila dengungan setelah dinyatakan berhenti oleh si pemeriksa juga tidak

dapat didengar oleh o.p. maka hasil pemeriksaan adalah Schwabach normal.

B. Hasil Pengamatan

Tabel Pengamatan Pemeriksaan Pendengaran

Orang

Percobaan

Cara Rinne

Cara WebberCara

Schawabach

Telinga (penala

digetarkan pada

processus mastoideus)

Telinga (penala

digetarkan lewat

udara)

Kanan Kiri Kanan Kiri

Wita (OP1)

426.6 Hz

+ + + + Lateralisasi ke

kanan = kiri

Schwabach

normal

Puspita (OP2)

288 Hz

+ + + + Lateralisasi ke

kanan = kiri

Schwabach

normal

Radi (OP3) + + + + Lateralisasi ke

kanan = kiri

Schwabach

normal

Intan (OP4)

512 Hz

+ + + + Lateralisasi ke

kanan = kiri

Schwabach

normal

C. Pembahasan

Pada percobaan rinne, bertujuan untuk membandingkan hantaran melalui udara dan

hantaran melalui tulang pada telinga yang diperiksa. Saat penala digetarkan pada processus

mastoideus, terdengar suara dengungan, baik ditelinga kiri maupun telinga kanan, seluruh orang

percobaan. Begitu pula saat penala digetarkan di udara ,tanpa menyentuh processus

mastoideus, suara dengungan terdengar jelas.

Pada percobaan cara webber, bertujuan untuk membandingkan hantaran tulang telinga kiri

dengan telinga kanan. Saat penala yang sudah digetarkan ditaruh pada dahi, semua orang

32 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10

Page 33: Laporan Faal Radi

percobaan memperoleh hasil yang sama, yaitu lateralisasi pada telinga kanan dan kiri. Hal ini,

menandakan bahwa telinga semua orang percobaan normal terhadap dengungan yang terjadi.

Pada percobaan schwabach, bertujuan membandingkan hantaran tulang orang yang

diperiksa dengan pemeriksa yang pendengarannya normal. Saat dengungan penala suda tidak

terdengar lagi oleh orang percobaan juga tidak terdengar oleh si pemeriksa, begitu pula

sebaliknya. Hal ini berlaku pada semua orang percobaan dan pemeriksanya sehingga hasil

pemeriksaan tersebut adalah schwabach normal.

D. Kesimpulan

Dari hasil pemeriksaan pendengaran didapatkan bahwa semua orang percobaan dapat

mendengar dengungan penala dengan baik. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa telinga

orang percobaan masih bekerja secara normal.

II. AUDIOMETRI

Keterangan teknis mengenai audiometer.

p- VI. 4. 1 Apa guna audiometer dan bagaimana cara kerjanya?

Pada bagian muka audiometer ADC terdapat berbagai tombol dan skala yang berfungsi sebagai

berikut :

Tombol 1 (T) : Tombol utama.

Gunanya untuk menghidupkan atau mematikan alat

Tombol 2 (T2) : Tombol frekwensi nada.

Dengan menggunakan T2 ini kita memilih frekwensi nada yang dapat dibangkitkan

oleh Alat. Frekwensi tersebut dapat dibaca pada skala (82) yang dinayatakan

dalam satuan hertz.

p-VIA. 2 Apa yang dimaksud dengan frekwensi hertz?

Tombol 3 (T3) : Tombol kekuatan nada.

Dengan tombol ini kita dapat mengatur kekuatan nada, kekuatan nada dapat

dibaca pada skala (51) yang dinyatakan dengan dB

p-VIA. 3 Apa yang dimaksud dengan satuan dB?

Tombol 4 (T4) : Tombol pemilih telepon telinga.

Bila tombol ini menunjukkan ke “B”, berarti nada yang dihantarkan ketelepon

berwarna black. Bila tombol menunjuk ke “G” yang bekerja hanya telepon grey.

Tombol 5 (T5) : Tombol penghubung nada.

Dengan memutar tombol ini kekiri, nada akan terdengar ditelepon bila tombol

dilepas, nada tidak terdengar lagi

p-VIA.A 4 Apa yang dimaksud dengan pemutusan nada pada periksaan?

33 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10

Page 34: Laporan Faal Radi

A. Tata Kerja

Pemeriksaan Pendengaran dengan Audiometri

1. Pemeriksaan menyiapkan alat sebagai berikut :

a. Memutar tombol utama T1 pada “off” 

b. Memutar tombol frekuensi nada (T2) pada 125.

c. Memutar tombol kekuatan nada (T3) pada 10 Db.

p- VIA. 5 Apa arti fisiologis intensitas 0 dp pada a/at ?

2. Hubungkan audiometer dengan sumbu listrik (125V) dan putar T1 ke “ON”, S1 danS2 akan

menyala, bila tidak demikian halnya maka melaporkan pada supervisor.

3. Menyuruh orang percobaan duduk membelakangi audiometer dan memasang telepon pada

telingnya, sehingga telepon “black” ditelinga kiri.

4. Memberikan petunjuk pada orang percobaan untuk mengacungkan tangannya ke

atas pada saat mulai dan selama ia mendengar nada melalui salah satu telepon danmenurun

kan tangannya pada saat nada mulai tidak terdengar lagi.

5. Menunggu 2 menit untuk “memanaskan” alat

6. Memutar T5 ke kiri dan mempertahankannya selama pemeriksaan

7. Memutar tombol kekuatan nada T3 perlahan-lahan searah dengan jarum jam sampaiorang

percobaan mengacungkan tangannya keatas.

8. Meneruskan memutar tombol tersebut sebesar 10 dB dan kemudian memutar tombolT3

tersebut perlahan-lahan berlawanan dengan jarum jam sampai orang percobaa nmenurunkan

tangannya. Mencatat angka dB pada saat itu

9. Mengulangi tindakan 7 dan 8 dua kali lagi dan mengambil angka terkecil sebagai “hearing

loss” orang percobaan pada frekuensi 125 Hz.

10. Selama percobaan ini T5 dilepaskan sekalikali pada waktu orang percobaanmengacungkan t

angannya untuk menguji apakah orang percobaan benar-benar mendengar nada atau hanya

pura-pura mendengar.

11. Mengukur “hearing loss” untuk telinga yang sama dengan cara yang sama pula

padafrekuensi 250, 500, 1000, 2000, 4000, 8000, 12.000 Hz dan mencatat data

hasil pengukuran pada formulir yang telah disediakan.

12. Mengulangi seluruh pengukuran ini pada telinga yang lainnya.

13. Membuat audiogram orang percobaan pada formulir yang telah disediakan dengan data yang

diperoleh pada pengukuran

34 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10

Page 35: Laporan Faal Radi

B. Hasil Pengamatan

C. Pembahasan

Untuk pemeriksaan audiogram, dipakai grafik AC yaitu dibuat dengan garis lurus penuh

(intensitas yang diperiksa antara 125 – 8000 Hz) dan grafik BC yaitu dibuat dengan garis

terputus-putus (intensitas yang diperiksa 250 – 4000 Hz). Untuk telinga kiri dipakai warna biru,

sedangkan telinga kanan warna merah.

Pada hasil pemeriksaan bertujuan untuk memberikan gambaran luar mengenai tingkat

kehilangan pendengaran pasien dan penyebabnya. Pasien akan memberikan respon terhadap

rangsangan tone yang diberikan. Tone yang diberikan dengan cara dari frekuensi rendah ke

tinggi .

Pada awal, tone sebesar 30dB diberikan kepada pasien sebagai rangsangan awal, jika

respon positif maka level tone diturunkan sebesar 10 dB sampai pasien tidak memberikan

respon. Pada rangsangan pertama jika pasien tidak mendengar maka level tone dinaikkan 10 dB

HL sampai terdengar oleh pasien kemudian diturunkan per 5 dB atau naik 5 dB HL. Frekuensi

yang diujikan berkisar 125-500 Hz.

Diskriminasi nada (kemampuan membedakan berbagai frekuensi gelombang suara yang

datang) bergantung pada bentuk dan sifat membrana basilaris yang menyempit dan kaku diujung

jendela ovalnya dan lebar serta lentur di ujung helikotremanya. Berbagai daerah di membrana

basilaris secara alamiah bergetar secara maksimum pada frekuensi yang berbeda.Ujung sempit

paling dekat jendela oval bergetar maksimum pada nada-nada tinggi sedangkan ujung lebar

paling dekat dengan helikotrema bergetar maksimum pada nada-nada rendah

Dengan membaca audiogram ini kita dapat mengetahui jenis dan derajat kurang

pendengaran seseorang. Gambaran audiogram rata-rata sejumlah orang yang berpendengaran

35 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10

Page 36: Laporan Faal Radi

normal merupakan nilai ambang baku pendengaran untuk nada murni. Derajat ketulian menurut

ISO, yaitu :

Pemeriksaan ini menghasilkan grafik nilai ambang pendengaran pasien pada stimulus nada

murni. Nilai ambang diukur dengan frekuensi yang berbeda-beda. Secara kasar bahwa

pendengaran yang normal grafik berada diatas. Grafiknya terdiri dari skala decibel, suara

dipresentasikan dengan aerphon (air kondution) dan skala skull vibrator (bone conduction). Bila

terjadi air bone gap maka mengindikasikan adanya CHL. Turunnya nilai ambang pendengaran

oleh bone conduction menggambarkan SNHL.

D. Menjawab Pertanyaan

p- VI. 4. 1 Apa guna audiometer dan bagaimana cara kerjanya?

Jawab:

Teknik untuk mengidentifikasi prilaku dari kehilangan kemampuan mendengar dan untuk

mendapatkan tingkat pendengaran dengan cara merekam respon dari pasien setelah

memberikan pasien tersebut rangsangan auditory dengan berbagai intensitas level.

p-VIA. 2 Apa yang dimaksud dengan frekwensi hertz?

Jawab:

Hertz adalah jumlah getaran setiap satuan waktu. Standar Internasional untuk frekuensi. Hertz

menyatakan banyaknya gelombang dalam waktu satu detik (1 Hertz = 1 gelombang per detik).

36 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10

Page 37: Laporan Faal Radi

p-VIA. 3 Apa yang dimaksud dengan satuan dB?

Jawab:

Desibel merupakan ukuran yang digunakan untuk menentukan nilai kebisingan suatu tempat

dengan membandingkan antara lemah kuatnya amplitudo yang ditransmisi dengan gangguan

dalam proses transmisi tersebut.

p-VIA.A 4 Apa yang dimaksud dengan pemutusan nada pada periksaan?

Jawab:

Maksud pemutusan nada pada pemeriksaan adalah melepas tombol sehingga nada tidak

terdengar lagi untuk menguji apakah orang percobaan benar-benar mendengar atau hanya pura-

pura mendengar

p- VIA. 5 Apa arti fisiologis intensitas 0 dB pada a/at ?

Jawab:

Dalam fisika, 0 dB sama dengan tingkat tekanan yang mengakibatkan gerakan molekul udara

dalam keadaan udara diam, yang hanya dapat terdeteksi dengan menggunakan instrumen fisika,

dan tidak akan terdengar oleh telinga manusia. Oleh karena itu, di dalam audiologi ditetapkan

tingkat 0 yang berbeda, yang disebut 0 Db klinis atau 0 audioetrik. Nol inilah yang tertera dalam

audiogram, yang merupakan gafik tingkat ketunarunguan. Nol audiometrik adalah intensitas bunyi

terendah yang dapat terdeteksi oleh telinga orang rata-rata dengan telinga yang sehat pada

frekuensi 1000Hz

E. Kesimpulan

Semakin tinggi frekuensi suara maka intensitas yang dapat didengar semakin rendah. Bila terjadi

air bone gap maka mengindikasikan adanya CHL. Turunnya nilai ambang pendengaran oleh

bone conduction menggambarkan SNHL. Dari hasil pemeriksaan pendengaran didapatkan

bahwa orang percobaan memberikan respon terhadap rangsangan tone yang diberikan (dari

frekuensi rendah ke tinggi). Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa fungsi pendengaran telinga

orang percobaan masih tuli ringan “mild hearing loss” pada saat AC telinga kanan (35dB), telinga

kiri (30dB) sedangkan BC telinga kiri (35dB) → (liat hasil pengamatan serta batas ambang

pendengaran menurut ISO).

DAFTAR PUSTAKA

Ganong WF. 2006. Review of medical physiology. 22nd Ed. USA: The McGraw-Hill companies

Guyton AC, Hall JE. 2006. Textbook of medical physiology. 11th ed. Philadelphia: Elsevier.. p663-6.

Marieb EN, Hoehn K. 2010. Human anatomy & physiology. 7th Ed. Pearson education,Inc

Sherwood, Lauralee. 1996. Fisiologi Manusia : Dari Sel ke Sistem. Edisi 2. Jakarta: EGC

Soepardi EA, Iskandar N, dkk. 2010. Gangguan Pendengaran dan Kelainan Telinga. Dalam: Buku

Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Edisi 6. Jakarta: FKUI. ; hal.

17-8

37 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10

Page 38: Laporan Faal Radi

38 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10

PRAKTIKUMFISIOLOGI III

Page 39: Laporan Faal Radi

PRAKTIKUM FISIOLOGI III

SISTEM SENSORIK

I. TUJUAN

1. Membedakan perasaan subjektif panas dan dingin

2. Menetapkan adanya titik-titik panas, dingin, tekan dan nyeri dikulit.

3. Memriksa daya menentukan tempat rangsangan taktil (lokalisasi taktil).

4. Memeriksa daya membedakan dua titik tekan (diskriminasi taktil) pada perangsangan

serentak (simultan) dan perangsangan berurutan (suksetif).

5. Menentukan adanya perasaan iringan dan menerangkan mekanisme terjadinya (afterimage).

6. Memeriksa daya membedakan berbagai sifat benda:

a. Kekerasan permukaan

b. Bentuk

c. Bahan pakaian

7. Memriksa daya menetukan sikap anggota tubuh.

8. Mengukur waktu reaksi.

9. Menyebutkan faktor-faktor sikap anggota tubuh.

II. BAHAN DAN ALAT

1. 3 waskom dengan air bersuhu 20˚C, 30˚C dan 40˚C.

2. Gelas beker dan thermometer kimia.

3. Alcohol atau eter.

4. Es.

5. Kerucut kuningan + bejana berisi kikiran kuningan + estesiometer rambut Frey dan jarum.

6. Pensil + jangka + pelbagai jenis amplas + benda-benda kecil + bahan-bahan pakaian.

7. Mistar pengukur reaksi.

III. PELAKSANAAN PRAKTIKUM

I. Perasaan Subyektif Panas dan Dingin

A. Dasar Teori

Temperatur reseptor/ thermoreseptor merupakan free nerve ending yang terletak pada dermis,

otot skeletal, liver, hipotalamus. Reseptor dingin tiga/ empat kali lebih banyak daripada reseptor

panas. Tidak ada strukur yang membedakan reseptor dingin dan panas.

Sensasi temperature diteruskan pada jalur yang sama dengan sensasi nyeri. Mereka dikirim ke

formation retikularis, thalamus dan korteks primer sensoris. Thermoreseptor merupakan phasic

reseptor, aktif bila temperature berubah, tetapi cepat beradaptasi menjadi temperature yang

stabil.

B. Tata Kerja

1. Sediakan 3 waskom masing-masing berisi air suhu 200.300,400C

39 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10

Page 40: Laporan Faal Radi

2. Masukkan tangan kanan ke dalam air bersuhu 200 dan tangan kiri ke dalam 40 0 +- 2 menit.

Catat kesan yang sdr alami!

3. Masukkan kedua tangan itu segera serentak ke dalam air bersuhu 300C. catat kesan yang sdr

alami!

4. Tiup perlahan-lahan kulit punggung tangan yang kering dari jarak +_ 10 cm

5. Basahi kulit punggung tangan tersebut dengan air dan tiup sekali lagi dengan kecepatan

seperti diatas. Bandingkan kesan yang sdr alami hasil tiupan pada sub 4 dan 5!

6. Olesi sebagian kulit punggung tangan dengan alcohol atau eter

VII.2. Apakah ada perbedaan antara ke 3 hasil akhir tindakan pada sub 4,5 dan 6 apa

sebabnya ?

C. Hasil Pengamatan dan Pembahasan

o.p.: Puput Indah P.

Tangan kanan ke dalam air bersuhu 200 dan tangan kiri ke dalam 40 0 +- 2 menit:

Baskom berisi 200 lama-lama tidak dingin

Baskom berisi 400 lama-lama tidak panas

Tangan segera serentak ke dalam air bersuhu 300C.:

Baskom 400 dingin

Baskom 200 hangat

Antara kesan hasil tiupan pada sub 4 dan 5 tidak ada perubahan.

D. Menjawab Pertanyaan

Apakah ada perbedaan antara ke 3 hasil akhir tindakan pada sub 4,5 dan 6 apa sebabnya ?

Jawab:

tangan kanan kering di pegang masih terasa lembab

tangan kiri benar-benar kering saat dipegang

Sebab: eter/alkohol lebih cepat menguap saat terkena udara luar

E. Kesimpulan

Terdapat perbedaan subyektif antara rasa panas dan dingin

II. Titik-titik panas, dingin, tekan, dan nyeri di kulit

A. Dasar Teori

Reseptor sensorik

Reseptor sensorik berupa sel-sel khusus atau proses sel yang memberikan informasi tentang

kondisi di dalam dan diluar tubuh kepada susunan saraf pusat. Indera peraba dikulit adalah

indera yang digunakan untuk merasakan sensitivitas temeperatur, nyeri, sentuhan, tekanan,

getaran dan proprioseptif.

Adapun indera-indera khusus pada tubuh kita seperti penciuman, penglihatan, perasa pada

lidah, keseimbangan dan pendengaran. Sensasi yang dating pada tubuh kita diterima oleh

reseptor yang khusus yang strukturnya lebih kompleks daripada reseptor pada kulit. Reseptor ini

terletak pada indera khusus pada manusia seperti mata, telinga dimana reseptornya dilindungi

oleh jaringan-jaringan disekitarnya.

40 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10

Page 41: Laporan Faal Radi

a. Nosiseptor

Reseptor nyeri/nosiseptor terletak pada daerah superficial kulit, kapsul sendi, dalam periostes

tulang sekitar dinding pembuluh darah. Jaringan dalam dan organ visceral mempunyai

beberapa nosiseptor. Reseptor nyeri merupakan free nerve ending dengan daerah reseptif

yang luas, sebagai hasilnya sering kali sulit membedakan sumber rasa nyeri yang tepat.

Nosiseptor sensitive terhadap temperature yang ekstrim, kerusakan mekanis dan kimia

seperti mediator kimia yang dilepaskan sel yang rusak. Bagaimanapun juga rangsangan yang

kuat akan diterima oleh ketiga tipe reseptor. Untuklah kita bias merasakan sensasi rasa nyeri

yang disebabkan oleh asam, panas, luka yang dalam. Rangsangan pada dendrite di

nosiseptor menimbulkan depolarisasi, bila segmen akson mencapai batas ambang dan

terjadi potensial aksi di susunan saraf pusat

b. Thermoreseptor

Temperatur reseptor/ thermoreseptor merupakan free nerve ending yang terletak pada

dermis, otot skeletal, liver, hipotalamus. Reseptor dingin tiga/ empat kali lebih banyak

daripada reseptor panas. Tidak ada strukur yang membedakan reseptor dingin dan panas.

Sensasi temperature diteruskan pada jalur yang sama dengan sensasi nyeri. Mereka dikirim

ke formation retikularis, thalamus dan korteks primer sensoris. Thermoreseptor merupakan

phasic reseptor, aktif bila temperature berubah, tetapi cepat beradaptasi menjadi temperature

yang stabil.

c. Mechanoreseptor

Mechanoreseptor sangat sensitif terhadap rangsangan yang terjadi pada membrane sel.

Membran sel memiliki regulasi mekanis ion channel dimana bias terbuka ataupun tertutup bila

ada respon terhadap tegangan, tekanan dan yang bias menimbulkan kelainan pada

membrane. Terdapat tiga jenis mechanoreseptor antara lain:

- Tactile reseptor memberikan sensasi sentuhan, tekanan dan getaran. Sensasi sentuhan

memberikan inforamsi tentang bentuk atau tekstur, dimana tekanan memberikan sensasi

derajat kelainan mekanis. Sensasi getaran memberikan sensasi denyutan/ debaran.

- Baroreseptor untuk mendeteksi adanya perubahan tekanan pada dinding pembuluh

darah dan pada tractus digestivus, urinarius dan system reproduksi.

- Proprioseptor untuk memonitor posisi sendi dan otot, hal ini merupakan struktur dan

fungsi yang kompleks pada reseptor sensoris.

d. Chemoreseptor

Spesialisasi pada neuron chemoreseptor dapat dideteksi dengan perubahan kecil dari

konsentrasi kimia. Umumnya chemoreseptor berespon terhadap substansi water-soluble dan

lipid soluble yang larut dalam cairan.

Chemoreseptor tidak mengirim informasi pada korteks primer sensoris, jadi kita tidak tahu

adanya sensai yang diberikan kepada reseptor tersebut. Saat informasi datang lalu

diteruskan menuju batang otak yang merupakan pusat otonomik yang mengatur pusat

respirasi dan fungsi cardiovascular

41 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10

Page 42: Laporan Faal Radi

Reflek mempunyai waktu reaksi yang terukur, waktu yang dibutuhkan dari saat perangsangan

sampai timbulnya respon tersebut disebut waktu refelks. Respon dari aksi reflex yang sederhana

akan lebih cepat ketimbang respons dari aksi reflex yang kompleks. Waktu reaksi dipengaruhi

oleh intensitas rangsangan dan kompleksitas aksi reflex. Pada umumnya makin kuat intensitas

rangsangan maka waktu reaksi makin pendek sedangkan makin komleks aksi reflex maka waktu

reaksi makin lama.

B. Tata Kerja

1. Letakkan punggung tangan kanan diatas sehelai kertas dan tarik garis pada pinggir tangan

dan jari-jari sehingga terdapat lukisan tangan

2. Gambarkan ditelapak tangan suatu daerah 3 x 3 cm dan gambarkan pula dilukisan tangan

pada kertas

3. Tutup mata o.p dan letakkan punggung tangan kanannya santai di meja

4. Selidiki secara teratur menurut garis-garis sejajar titik-titik yang memberikan kesan panas

yang jelas pada telapak tangan tersebut dengan menggunakan kerucut kuningan yang telah

dipanasi. Cara memanasi kerucut kuningan yaitu dengan menempatkannya dalam bejana

berisi kikiran kuningan yang di rendam dalam airpanas bersuhu 500 C. tandai titik-titik panas

yang diperoleh dengan tinta

5. Ulangi penyelidikan yang serupa pada sub 4 dengan kerucut kuningan yang telah didinginkan

dgn cara menempatkandi dalam bejana air es

6. Selidiki pula menurut cara diatas titik-titik yang memberikan kesan tekan dengan

menggunakan estesioner rambut Frey dan titik-titik yang memberikan kesan nyeri dengan

jarum

7. Gambar dengan symbol yang berbeda semua titik yang diperoleh pada lukisan tangan di

kertas

VII.3. Menurut teori, kesan apakah yang diperoleh bila titik dingin dirangsang oleh benda

panas? Bagaimana keterangannya ?

C. Hasil Pengamatan dan Pembahasan

o.p.: Puput Indah

O.P. merasa panas ketika kerucut

kuningan yg telah didiamkan terlebih

dahulu di air panas, diletakkan pada

titik2 P. Dan merasa dingin ketika

kerucut kuningan diletakkan pada titik D

42 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10

Page 43: Laporan Faal Radi

D. Menjawab Pertanyaan

Menurut teori, kesan apakah yang diperoleh bila titik dingin dirangsang oleh benda panas?

Bagaimana keterangannya ?

Jawab:

Perubahan suhu tubuh dikedua arah mengubah aktivitas sel-peningkatan suhu mempercepat

reaksi-reaksi kimia sel, sedangkan penurunan suhu memperlambat reaksi-reaksi tersebut.

Karena fungsi sel sensitif terhadap fluktuasi suhu internal maka manusia secara homeostasis

mempertahankan suhu tubuh pada tingkat yang optimal agar metabolisma sel berlangsung stabil.

Panas berlebihan berakibat lebih serius darpada pendinginan. Bahkan peningkatan moderat suhu

tubuh mulai menyebabkan malfungsi syaraf dan denaturasi protein ireversibel.

E. Kesimpulan

Titik panas,dingin,tekan dan nyeri berbeda pada tiap tempat di kulit

III. Lokalisasi Taktil

A. Dasar Teori

Reseptor taktil adalah Mekanoreseptor, Mekanoreseptor berespons terhadap perubahan

bentuk dan penekanan fisik dengan mengalami depolarisasi dan menghasilkan potensial aksi.

Apabila depolarisasinya cukup besar, maka serat saraf yang melekat ke reseptor akan

melepaskan potensial aksi dan menyalurkan informasi ke korda spinalis dan otak. Reseptor taktil

yang berbeda memiliki kepekaan dan kecepatan mengirim impuls yang berbeda pula.

Kemampuan membedakan rangsangan kulit oleh satu ujung benda dari dua ujung disebut

diskriminasi dua titik. Tubuh bervariasi dalam kemampuan membedakan dua titik pada tingkat

derajat pemisaha bervariasi. Normalnya dua titik terpisah 2-4mm. Dapat dibedakan pada ujung

jari tangan, 30-40mm dapat dibedakan pada dorsum pedis. Sensasi taktil dibawa ke korda

spinalis oleh satu dari tiga jenis neuron sensorik : serat tipe A beta yang besar, serat tipe A delta

yang kecil, dan serat tipe C yang paling kecil. Kedua jenis serat tipe A mengandung mielin dan

menyalurkan potensial aksi dengan sangat cepat; semakin besar serat semakin cepat

transmisinya dibanding serat yang lebih kecil. Informasi taktil yang dibawa dalam serat A

biasanya terlokalisasi baik. Serat C yang tidak mengandung mielin dan menyalurkan potensial

aksi ke korda spinalis jauh lebih lambat daripada serat A. Hampir semua informasi mengenai

sentuhan, tekanan, dan getaran masuk ke korda spinalis melalui akar dorsal saraf spinal yang

sesuai. Setelah bersinap di spina, informasi dengan lokalisasi dibawa oleh serat-serat A yang

melepaskan potensial aksi dengan cepat (beta dan delta) di kirim ke otak melalui sistem

lemniskus kolumna dorsalis. Serat-serat saraf dalam sisitem ini menyebrang dari kiri ke kanan di

batang otak sebelum bersinaps di talamus. Informasi mengenai suhu dan sentuhan yang

lokalisasi kurang baik di bawa ke korda spinalis melalui serat-serat C yang melepaskan potensial

aksi secara lambat. Info tersebut dikirim ke daerah retikularis di batang otak dan kemudian ke

pusat-pusat yang lebih tinggi melalui serat di sitem anterolateral.

43 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10

Page 44: Laporan Faal Radi

Indera raba (taktil): reseptor taktil adalah alat indera yang paling luas, terletak diseluruh

permukaan kulit dan beberapa selaput lendir. Ada dua fungsi penting yaitu untuk survival; dengan

mengidentifikasi sentuhan ringan secara umum, temperatur, dan rasa nyeri. Sedangkan fungsi

diskriminasi yang berkembang kemudian, penting untuk mengenal tekstur, bentuk, lokasi akurat

dari suatu sentuhan dan berperan penting dalam perkembangan persepsi tubuh, keterampilan

motorik halus dan praksis.

Reseptor indera taktil terletak pada kulit dan beberapa lokasi selaput lendir. Indera

taktil memberikan informasi tentang kualitas benda-benda yang diraba (keras, halus, dsb), arah

gerak dari input taktil dan lokasi dari input tersebut (= fungsi diskriminatif). Selain itu system taktil

juga menerima rasa raba halus, nyeri dan temperatur (=fungsi protektif).

Reseptor taktil, terdapat paling sedikit 6 jenis reseptor, tapi sebenrnya masih banyak reseptor

taktil yang serupa.

1. Beberapa ujung saraf bebas, yang terdapat di jumpai di semua bagian kulit dan jaringan-

jaringan lain,dapat mendeteksi rabaan dan tekanan.

2. Reseptor raba dengan sensitivitas khusus,yakni badan meisner, yang meupakan juluran saraf

bermeilin dari sensorik besar meilin jenis (A&B). Reseptor ini terutama peka terhadap

pergerakkan objek di atas permukaan kulit seperti juga terhadap getaran berfrekuensi

rendah.

3. Ujung jari dan daerah-daerah lainnya yang mengandung banyak sekali badan meissner

biasanya juga mengandung reseptor taktil yang ujung nya meluas,yang salah satu jenis nya

diskus Merkel. Berperan penting dalam melokalisasi sensasi raba di daerah permukaan tubuh

yang spesifik dan menentukan bentuk apa yang dirasakan.

4. Pergerakkan sedikit saja pada setiap rambut tubuh akan merangsang serabut saraf yang

pangkal nya melilit.jadi setiap rambut, dan bagian dasar serabut saraf yang disebut organ

ujung rambut. Reseptor ini dapat mendeteksi, pergerakkan objek pada permukaan tubuh atau

kontak awal dengan tubuh.

5. Ruffini reseptor ini berguna untuk menjalarkan sinyal perubahan bentuk jaringan yang terus-

menerus, missal nya sinyal raba dan tekan yang besar dan berkepanjangan.

6. Badan paccini . reseptor ini hanya dapat dirangang oleh penekkanan local jaringan yang

cepat karena reseptor ini beradaptasi dalam waktu sepersekian detik.

B. Tata Kerja

1. Tutup mata orang percobaan dan tekankan ujung pensil pada suatu titik di kulit ujung jari nya.

2. Suruh sekarang orang percobaan melokalisasi tempat yang baru d rangsang tadi dengan

ujung sebuah pensil pula.

3. Tetapkan jarak antara titik rangsang dang titik yang d tunjuk.

4. Ulangi percobaaan ini sampai 5 kali dan tentukan jarak rata-rata untuk kulit ujung jari,telapak

tangan,lengan bawah,lengan atas dan tengkuk.

VII.4. Apakah kemampuan lokalisasi taktil seseorang sama besarnya untuk seluruh bagian

tubuh?

VII.5. Apakah istilah kemampuan seseorang untuk menentukan tempat rangsang taktil?

44 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10

Page 45: Laporan Faal Radi

C. Hasil Pengamatan dan Pembahasan

o.p : Puspita SariNo Ujung jari Telapak tangan Lengan bawah Lengan atas Tengkuk

1 0,3 0,6 2,3 1,5 1,52 Sesuai titik 1 1,5 1 Sesuai titik3 1,9 1,6 1 1 0,84 Sesuai titik 0,5 2 1 1,55 0,8 0,8 1,3 1,5 1

o.p. : R. Ayu ApriliaNo. Ujung Jari Telapak Tangan Lengan Bawah Lengan Atas Tengkuk1 0 cm 0,5 cm 1 cm 2 cm 1 cm2 0 cm 0,7 cm 0,8 cm 0,5 cm 1,5 cm3 0 cm 1 cm 3 cm 1,5 cm 0,5 cm4 0,3 cm 0,2 cm 0,5 cm 1 cm 2 cm5 0,3 cm 0 cm 1 cm 1,5 cm 1,5 cm

Rata2 0,36 cm 2,4 cm 6,3 cm 6,5 cm 6,5 cmLokalisasi taktil di tiap bagian tubuh berbeda, dan paling sulit melokalisasi di lengan bawah dapat

terlihat di hasil percobaan dimana jarak perangsangan dan lokalisasi nya berbeda cukup jauh.

Jika kurang dari 5 cm maka hasilnya adalah baik, dan jika lebih dari 5 cm maka hasilnya adalah

tidak baik pada syaraf perabanya.

TPL (Two Point Localization) lebih peka pada bagian yang menonjol, seperti hidung, mata,

bibir, dan lain-lain; merupakan suatu system yang bersifat menyebar dan melingkar

Waktu mempengaruhi sehingga ada penyebaran sensasi.

D. Menjawab Pertanyaan

VII.4. Apakah kemampuan lokalisasi taktil seseorang sama besarnya untuk seluruh bagian

tubuh?

Jawab: kemampuan lokalisasi taktil tidak sama besarnya di seluruh bagian tubuh, reseptor

taktil yang berbeda memiliki kepekaan dan kecepatan mengirim impuls yang berbeda pula.

VII.5. Apakah istilah kemampuan seseorang untuk menentukan tempat rangsang taktil?

Jawab: Topognosia, sensasi somatik (sensasi eksteroseptif =propioseptif)

E. Kesimpulan

Kemampuan lokalisasi taktil seseorang tidak sama besar pada seluruh bagian tubuh,

Hampir semua informasi mengenai sentuhan, tekanan, dan getaran masuk ke korda spinalis

melalui akar dorsal saraf spinal yang sesuai. TPL (lokalisasi taktil) lebih peka pada bagian yang

menonjol, seperti hidung, mata, bibir, dan lain-lain.

IV. Diskriminasi Taktil

A. Dasar Teori

Kemampuan panca indra untuk membedakan keberadaan 2 titik yang mendapat rangsangan

sangat dipengaruhi oleh mekanisme inhibisi lateral yang meningkatkan derajat kontras pada

pola spasial yang disadari.

Setiap jaras sensorik bila dirangsang, secara simultan akan menghasilkan sinyal inhibitorik

lateral; sinyal ini menyebar ke sisi sinyal eksitatorik dan menghambat neuron yang berdekatan.

Sebagai contoh, ingat lah neuron yang dirangsang di nukleus kolumna dorsalis. Selain dari pusat

45 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10

Page 46: Laporan Faal Radi

sinyal eksitatorik, jaras lateral pendek juga menjalarkan sinyal inhibitorik ke neuron di sekitarnya.

Jadi, sinyal ini lewat melelui interneuron tambahan yang mensekresi transmitter inhibitorik.

Pentingnya inhibisi lateral adalah bahwa inhibisi ini menghambat penyebaran sinyal eksitatorik ke

lateral sehingga meningkatkan derajat kontras dalam pola sensorik yang dirasakan di korteks

serebralis.

B. Tata Kerja

1. Tentukan secara kasar ambang membedakan dua titik untuk ujung jari dengan menempatkan

kedua ujung sebuah jangka secara serentak (simultan) pada kulit ujung jari.

2. Dekatkan kedua ujung jangka itu sampai dibawah ambang dan kemudian jauhkan berangsur-

angsur sehingga kedua ujung jangka itu tepat dapat dibedakan sebagai 2 titik.

VII.6. Bagaimana caranay saudara mengatahui bahwa jarak antar kedua ujung jangka

dibawah ambang diskriminasi taktil?

3. Ulangi percobaan ini dari suatu jarak permulaan diatas ambang. Ambil angka ambang terkecil

sebagai ambang diskriminasi taktil tempat itu.

4. Lakukan percobaan diatas sekali lagi, tetapi sekarang dengan menempatkan kedua ujung

jangka secara berturut-turut (suksetif).

5. Tentukan dengan cara yang sama (simultan dan suksetif) ambang membedakan dua titik

ujung jari, tengkuk, bibir, pipi dan lidah.

6. Berikan sekarang jarak kedua ujung jangka yang sebesar-besarnya yang masih dirasakan

oleh kulit pipi depan telinga sebagai satu titik. Dengan jarak ini gerakan jangka itu dengan

ujungnya pada kulit kearah pipi muka, bibir atas dan bibir bawah. Arah gerakan harus tegak

lurus terhadap garis yang menghubungkan kedua ujung jangka.

7. Catat apa yang saudara alami.

C. Hasil Pengamatan dan Pembahasan

o.p.: Radi Tri H.

Ambang Diskriminasi Taktil

Ujung Jari : 0,3 cm

Pipi : 1,25 cm

Tengkuk : 2,1 cm

Bibir bawah : 0,3 cm

Bibir atas : 0,3 cm

Bagian yang terbesar ambang diskriminasi taktilnya yakni tengkuk, dan yang terkecil di bibir dan

ujung jari. Ini membuktikan bahwa sentuhan dua titik di tengkuk sulit dibedakan, karena reseptor

peraba lebih banyak namun lapang reseptif kecil di ujung jari atau bibir.

D. Menjawab Pertanyaan:

Bagaimana caranya saudara mengatahui bahwa jarak antar kedua ujung jangka dibawah

ambang diskriminasi taktil?

Jawab:

Dengan bertanya ke OP apakah ia bisa membedakan sentuhan yang terasa satu atau dua titik,

jika terasa dua titik dimana sebelumnya ia merasa satu, maka itu ambang diskriminsi taktilnya.

46 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10

Page 47: Laporan Faal Radi

Apabila kedua titik menyentuh lapangan reseptif yang sama, keduanya akan dirasakan sebagai

satu titik. Seseorang dapat menentukan jarak minimal sebagai 2 titik yang terpisah dan bukan

menjadi satu yang mencerminkan dari ukuran lapangan reseptif di daerah tersebut. Ambang 2

titik berkisar antara 2mm di ujung jari. Bila di kulit betis terangsang 48mm.

E. Kesimpulan

Apabila kedua titik menyentuh lapangan reseptif yang sama, keduanya akan dirasakan sebagai

satu titik

V. Perasaan Iringan (After Image)

A. Dasar Teori

Sistem saraf mempunyai sirkuit , salah satunya adalah sikuit reverberasi atau sirkuit bolak balik

(oscilatory).Sirkuit ini dapat disebabkan oleh adanya umpan balik positif di dalam sirkuit neuron.

Umpan balik ini ditujukan untuk merangsang kembali masukan sirkuit yang sama sehingga sirkuit

itu dapat mengeluarkan letupan berulang-ulang untuk waktu yang lama. Umpan balik positif ini

dapat terjadi apabila suatu neuron memiliki percabangan ke neuron lain yang memiliki

percabangan yang menuju kembali ke neuron sebelumnya.

Adanya sirkuit reverberasi atau sirkuit bolak balik sehingga rangsangan yang telah diteruskan

oleh satu neuron kembali kembali lagi kepada neuron tersebut sehingga menimbulkan perasaan

iringan (after image).

B. Tata Kerja

1. Letakkan sebuah pensil antara kepala dan daun telinga dan biarakan ditempat itu selama

saudara melakukan percobaan VI.

2. Setelah saudara selesai dengan percobaan VI angkatlah pensil dari telinga saudara dan

apakah yang saudara rasakan setelah pensil itu diambil.

P.VII.7 Bagaimana mekanisme terjadinya perasaan iringan?

C. Hasil Pengamatan dan Pembahasan

o.p.: Radi Tri H.

Masih terasa adanya pensil di telinga saat pensil diambil

Perasaan iringan = normal

D. Menjawab Pertanyaan

Bagaimana mekanisme terjadinya perasaan iringan?

Jawab:

Adanya adaptasi reseptor terhadap rangsangan benda yang dihasilkan melalui tekanan, getaran

dan sifat sifat fisik benda, mengakibatkan kita terbiasa dalam memakai benda tersebut. sehingga

pada saat mencopot benda, reseptor-reseptor tersebut memperlihatkan suatu “off reseptor” dan

adanya sirkuit reverberasi atau sirkuit bolak balik menyebabkan kita menyadari bahwa benda

telah di copot. Mekanisme adaptasi ini dilakukan oleh badan paccini.

Perasaan iringan terjadi karena adanya impuls yang terus beredar dalam lingkaran rantai neuron

daerah yang terangsang, walaupun stimulus sudah tidak ada lagi.

47 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10

Page 48: Laporan Faal Radi

E. Kesimpulan

Adanya adaptasi reseptor terhadap rangsangan benda yang dihasilkan melalui tekanan, getaran

dan sifat-sifat fisik benda,mengakibatkan kita terbiasa dalam memakai benda tersebut

VI. Daya Membedakan Berbagai Sifat Benda

A. Dasar Teori

B. Tata Kerja

a. Kekasaran permukaan benda

1. Dengan mata tertutup suruh orang percobaan meraba-raba permukaan amplas yang

derajat kekasaran yang berbeda-beda.

2. Perhatikan kemampuan orang percobaanm untuk membedakan derajat kekasaran

amplas.

b. Bentuk benda

1. Dengan mata tertutup suruh orang percobaan memegang-megang benda-benda kecil

yang saudara berikan.

2. Suruh orang percobaan menyebutkan nama/bentuk benda-benda itu.

c. Bahan pakaian

1. Dengan mata tertutup suruh orang percobaan meraba-raba bahan-bahan pakaian yang

saudara berikan.

2. Suruh orang percobaan setiap kali menyebutkan jenis/bentuk benda-benda itu.

VII.8. Bila orang percobaan membuat kesalahan dalam membedakan sifat benda (ukuran,

bentuk, berat, permukaan), apa kelainan neurologis yang di deritanya?

C. Hasil Pengamatan dan Pembahasan

o.p.: Radi Tri H.

a. Kekasaran permukaan benda

Kemampuan membedakan derajat kekasaran = normal

b. Bentuk benda

Membedakan bentuk benda = normal

c. Bahan pakaian

Kemampuan membedakan bahan = normal

Tidak ada kelainan pada daya membedakan berbagai sifat benda

D. Menjawab Pertanyaan:

Bila orang percobaan membuat kesalahan dalam membedakan sifat benda (ukuran, bentuk,

berat, permukaan), apa kelainan neurologis yang di deritanya?

Jawab:

Terjadi lesi pada lobus parietal yang tidak dominan.gangguannya disebut “agnosia”.jika pasien

mempunyai daya visus normal dan tidak dapat mengenali benda itu,disebut “agnosia visual”.jika

ketidakmampuan seorang pasien mengenali sebuah benda dengan palpasi tanpa adanya

gangguan sensorik di sebut “agnosia taktil”

Bentuk : Asterogsia (agnosia aktif)

48 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10

Page 49: Laporan Faal Radi

Berat : Baragnosia

Kekasaran Permukaan : Thigmanesthesia

E. Kesimpulan

Kemampuan dapat membedakan berbagai sifat benda menunjukkan bahwa sifat sensoris baik

VII. Tafsiran Sikap

A. Dasar Teori

Baik disadari maupun tidak, tubuh kita selalu melakukan gerak. Bahkan seseorang yang tidak

memiliki kesempurnaan pun akan tetap melakukan gerak. Saat kita tersenyum,mengedipkan

mata atau bernapas sesungguhnya telah terjadi gerak yang disebabkanoleh kontrasi otot.

Gerak terjadi begitu saja. Gerak terjadi melalui mekanisme rumit dan melibatkan banyak bagian

tubuh.Terdapat banyak komponen – komponen tubuh yang terlibat dalam grak iniBaik itu disadari

maupun tidak disadari. Gerak adalah suatu tanggapan tehadap rangsangan baik itu dari dalam

tubuh maupun dari luar tubuh. Gerak merupakan pola koordinasi yang sangat sederhana untuk

menjelaskan penghantaran impuls oleh saraf.

Seluruh mekanisme gerak yang terjadi di tubuh kita tak lepas dari peranan system saraf. Sistem

saraf ini tersusun atas jaringan saraf yang di dalamnya terdapat sel-sel saraf atau neuron.

Meskipun system saraf tersusun dengan sangat kompleks, tetapi sebenarnya hanya tersusun

atas 2 jenis sel,yaitu sel saraf dan sel neuroglia.

Adapun berdasarkan fungsinya system saraf itu sendiri dapat dibedakan atas tiga jenis :

1. Sel saraf sensorik

Sel saraf sensorik adalah sel yang membawa impuls berup rangsangan dari reseptor

(penerima rangsangan), ke system saraf pusat (otak dan sumsum tulang belakang).Sel saraf

sensorik disebut juga dengan sel saraf indera,karena berhubungan dengan alat indra.

2. Sel saraf Motorik

Sel saraf motorik berfungsi membawa impuls berupa tanggapan dari susunan saraf pusat

(otak atau sumsum tulang belakang) menuju to atau kelenjar tubuh. Sel saraf motorik disebut

juga dengan sel saraf penggerak,karena berhubungan erat dengan otot sebagai alat gerak.

3. Sel saraf penguhubung

Sel saraf penguhubung disebut juga dengan sel saraf konektor,hal ini disebabkan karena

fungsinya meneruskan rangsangan dari sel saraf sensorik ke sel saraf motorik.

Namun pada hakikatnya sebenarnya system saraf terbagi menjadi du kelompok besar :

1. Sistem saraf sadar

Adalah system saraf yang mengatu tau mengkoordinasikan semua kegiatan yang dapat

diatur menurut kemauan kita. Contohnya, melempar bola,berjalan,berfikir,menulis,berbicara

dan lain-lain.

Saraf sadar pun terbagi menjadi dua :

a. Saraf pusat terdiri dari :

Otak: Merupakan pusat kesadaran,yang letaknya di rongga tengkorak.

49 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10

Page 50: Laporan Faal Radi

Sumsum tulang belakang: Sumsum tulang belakang berfungsi menghantarkan impuls

(rangsangan) dari dan ke otak,serta mengkoordinasikan gerak refleks. Letaknya pada

ruas-ruas tulang belakang, yakni dari ruas-ruas tulag leher hingga ke ruas-ruas tulang

pinggang yang kedua. Dan dalam sumsum ini terdapat simpul-simpul gerak refleks.

b. Saraf Tepi:

Sistem saraf tepi terdiri dari saraf-saraf yang berada di luar system saraf pusat (otak dan

sumsum ulang belakang). Artinya system saraf tepi merupakan saraf yang menyebar

pada seluruh bagian tubuh yang melayani organ-organ tubh tertentu, sepeti kulit,

persendian, otot, kelenjar, saluran darah dan lain-lain.

2. Susunan saraf tak sadar.

a. Susunan saraf simpatis

b. Susunan saraf parasimpatis

Gerak pada umumnya terjadi secara sadar, namun, ada pula gerak yang terjadi tanpa

disadari yaitu gerak refleks. Impuls pada gerakan sadar melalui jalan panjang, yaitu dari

reseptor, ke saraf sensori, dibawa ke otak untuk selanjutnya diolah oleh otak, kemudian hasil

olahan oleh otak, berupa tanggapan, dibawa oleh saraf motor sebagai perintah yang harus

dilaksanakan oleh efektor.

B. Tata Kerja

1. Suruh orang percobaan duduk dan tutup matanya

2. Pegang dan gerakkan secara pasif lengan bawah orang percobaan kedekat kepalanya, ke

dekat dadanya, ke dekat lututnya dan akhirnya gantungkan di sisi badannya.

3. Tanyakan setiap kali sikap dan lokasi lengan orang percobaan

4. Suruh orang percobaan dengan telunjuknya menyentuh telinga, hidung dan dahinya dengan

perlahan-lahan setelah setiap kali mengangkat lurus lengannya

5. Perhatikan apakah ada kesalahan.

VII.9. Bila orang percobaan membuat kesalahan dalam melokalisasi tempat-tempat yang

diminta, apa nama neurologis yang dideritanya?

C. Hasil Pengamatan dan Pembahasan

o.p.: R.A. Nurafrilya

Dari hasil percobaan, subjek dapat meniru atau mensinkronkan gerakan asisten dengan

tangannya:

1. Telinga

2. Mulut dan hidung

3. Alis, mata, dan hidung

4. Kuping

Jadi, subjk singkron melakukan gerakan antara subjek dan asisten.

Gerak adalah suatu tanggapan tehadap rangsangan baik itu dari dalam tubuh maupun dari luar

tubuh. Gerak merupakan pola koordinasi yang sangat sederhana untuk menjelaskan

penghantaran impuls oleh saraf. Seluruh mekanisme gerak yang terjadi di tubuh kita tak lepas

50 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10

Page 51: Laporan Faal Radi

dari peranan system saraf. Sistem saraf ini tersusun atas jaringan saraf yang di dalamnya

terdapat sel-sel saraf atau neuron.

Sistem syaraf memiliki fungsi sebagai berikut :

1. Pusat koordinasi segala aktivitas tubuh

2. Pusat kesadaran, memori dan intelegansi

3. Higher mental process, yaitu reasoning (penalaran), thinking (berpikir), judgement

(pengambilan keputusan).

Seperti yang telah dijelaskan pada teori diatas, jalan dari gerak reflex  ini adalah mulai dari

stimulus diterima reseptor, kemudian impus tersebut dibawa oleh saraf sensorik menuju sum-sum

tulang belakang, kemudian impul dilanjutkan oleh saraf motorik, kemudian diterima oleh efektor

maka terjadilah respon/tanggapan. Pasien dapat melakukan gerakan yang diperintah oleh

pemeriksa dengan benar. Pasien normal dan tidak mengalami gangguan neurologis.

D. Menjawab Pertanyaan

Bila orang percobaan membuat kesalahan dalam melokalisasi tempat-tempat yang diminta, apa

nama neurologis yang dideritanya?

Jawab:

Dysdiadochokinesis

E. Kesimpulan

Jika tafsiran sikap benar, maka daya menentukan sikap anggota tubuh baik.

VIII. Waktu Reaksi

A. Dasar Teori

Waktu reaksi (reaction time) merupakan waktu antara pemberian rangsangan sampai dengan

timbulnya respon terhadap rangsangan tersebut. Parameter waktu reaksi ini dipakai untuk

pengukuran performansi. Yang mempengaruhi performansi kerja diantaranya tingkat kelelahan,

kondisi motivasi, rasa bosan, konsentrasi, dan kondisi psikologis manusia lainnya. Hal tersebut

akan mengakibatkan waktu reaksi yang berbeda-beda antara satu kondisi dengan kondisi

lainnya. Kondisi-kondisi tersebut dipengaruhi oleh lingkungan baik secara fisik (penerangan,

temperatur, getaran, dll) maupun secara psikologis (suasana hati, motivasi, dll) dan kerja itu

sendiri.

Oleh karena itu, perlu adanya pengkajian lebih lanjut tentang waktu reaksi dalam

hubungannya dengan aktivitas kerja. Waktu reaksi menjadi hal yang sangat penting dan

signifikan dalam pengukuran performansi kerja. Dalam praktikum ini, akan diteliti bagaimana

perbandingan waktu reaksi sederhana sebelum dan sesudah melakukan aktivitas fisik.

Waktu reaksi merupakan interval waktu yang diperlukan seseorang untuk memberikan reaksi

terhadap sinyal atau rangsangan yang muncul ketika seseorang memberikan respon tentang

sesuatu yang didengar, dilihat, atau dirasakan. Ada berbagai macam eksperimen waktu reaksi:

Simple Reaction Time Experiment

51 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10

Page 52: Laporan Faal Radi

Pada eksperimen ini hanya ada satu jenis stimulus dan satu reaksi. Contohnya percobaan

waktu reaksi terhadap cahaya, reaksi terhadap bunyi pada lokasi yang telah ditentukan dan

tetap.

Recognition Reaction Time Experiment

Terdapat banyak stimulus. Pada stimulus tertentu, subjek harus memberi respon sedangkan

ada beberapa yang subjek tidak boleh merespon. Ada 2 jenis, yaitu symbol recognition

(subjek menghafal lima buah huruf, kemudian subjek hanya bereaksi pada huruf yang dihafal

tersebut) dan tone/sound recognition (subjek menghafal frekuensi dari bunyi, kemudian

subjek hanya bereaksi pada frekuensi yang dihafalkan).

Choice Reaction Time Experiment

Subjek harus merespon stimulus yang diberikan berupa huruf yang ditampilkan di layar,

kemudian menekan tombol huruf/keyboard yang sesuai dengan stimulus yang diberikan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu reaksi:

1. Arousal

Arousal atau state of attention, dalam hal ini didalamnya termasuk tekanan darah. Waktu

reaksi akan menjadi cepat bila tekanan darah ada di level tengah (dalam keadaan normal),

dan akan melambat bila praktikan terlalu santai atau terlalu tegang

2. Usia

Waktu reaksi menjadi berkurang mulai usia bayi hingga akhir 20-an, bertambah pada usia 50-

60 tahun, lalu melambat pada usia 70 tahun keatas. Penurunan waktu reaksi pada orang

dewasa mungkin disebabkan karena orang dewasa lebih hati-hati merespon sebuah stimulus.

Orang dewasa juga cenderung mencurahkan pikirannya pada satu stimulus dan

mengabaikan stimulus yang lainnya.

3. Jenis kelamin

Biasanya laki-laki memiliki waktu reaksi yang lebih cepat daripada wanita.

4. Right handed vs left handed

Orang kidal, banyak menggunakan otak kanan, dimana otak kanan banyak digunakan untuk

berpikir mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kreativitas, dan hal-hal yang berkaitan

dengan ruang (misal: membidik sasaran). Maka banyak peneliti bernaggapan bahwa orang

kidal memiliki waktu reaksi yang lebih cepat dibanding dengan orang yang tidak kidal.

5. Direct vs peripheral vision

Waktu reaksi akan lebih cepat bila stimulus diberikan ketika subyek melihat tepat pada titik

stimulus (direct vision), dan dapat melambat bila stimulus diberikan disekitar pandangan mata

(peripheral vision).

6. Practice and errors

Ketika seorang subyek melakukan hal yang baru atau belum pernah dilakukan sebelumnya,

maka waktu reaksinya akan lebih lambat bila dibandingkan dengan subyek yang sudah

terlatih atau efek pembelajaran.

7. Kelelahan

Waktu reaksi akan melambat bila subyek sedang mengalami kelelahan.

52 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10

Page 53: Laporan Faal Radi

8. Gangguan

Adanya gangguan pada saat stimulus diberikan dapat meningkatkan waktu reaksi.

9. Peringatan akan stimulus

Waktu reaksi akan menjadi lebih cepat apabila ada peringatan yang diberikan kepada subyek

sebelum stimulus tersebut diberikan.

10. Alkohol

Konsumsi alkohol yang berlebihan dapat menurunkan waktu reaksi.

11. Faktor lingkungan

Pencahayaan, temperatur, dll.

12. Faktor psikologi

Suasana hati, tekanan, dll.

B. Tata Kerja

1. Suruh orang percobaan duduk dan meletakkan lengan bawah dan tangannya di tepi meja

dengan ibu jari dan telunjuk berjarak 1 cm siap menjepit

2. Pemeriksa memegang mistar pengukur waktu reaksi pada titik hitam dengan menempatkan

garis tebal diantara dan setinggi ibu jari dan telunjuk orang percobaan tanpa menyentuh jari-

jari orang percobaan

3. Dengan tiba-tiba pemeriksa melepaskan mistar tersebut dan orang percobaan harus

mengangkat selekas-lekasnya. Ulangi percobaan ini sebanyak 5 kali

4. Tetapkan waktu reaksi orang percobaan (rata-rata dari ke 5 hasil yang diperoleh)

C. Hasil Pengamatan

o.p.: R.A. Nurafrilya

NO. Waktu ReaksiI. 0,26II. 0,15III. 0,19IV. 0,17V. 0,14

(rata-rata) 0,182Dari hasil percobaan, didapatkan kesimpulan bahwa waktu reaksi o.p normal. Karena masih di

bawah rata-rata waktu reaksi manusia yang normal yaitu 0,5 s.

D. Menjawab Pertanyaan

Apa yang menentukan waktu reaksi seseorang ?

Jawab:

Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu reaksi seseorang adalah : usia, jenis kelamin, suhu

tubuh, kesiapan bertindak, indera penerima rangsang yang terlibat, dan banyaknya reseptor yang

distimuli.

E. Kesimpulan

Waktu reaksi seseorang dtentukan oleh kecepatan dan ketanggapannya

53 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10

Page 54: Laporan Faal Radi

IX. Pengecapan

A. Dasar Teori

Reseptor adalah ujung perifer khusus neuron-neuron aferen; reseptor berespon terhadap

rangsangan tertentu, mengubah bentuk-bentuk energi rangsangan menjadi sinyal listrik serta

bahasa sistem saraf. Reseptor untuk pengcapan adalah kuncup pengecap, yaitu suatu

kemoreseptor yang terletak terutama di lidah tetapi juga terdapat pada palatum lunak dan

epiglotis. Kuncup pengecap terdapat pada tonjolan mukosa lidah yang disebut papilla. Masing-

masing kuncup pengecap merupakan sekumpulan sel penunjang dan sel sensorik yang memiliki

rambut dan menonjol membentuk pori-pori pengecap serta dibasahi oleh saiva.

Pada papilla didapatkan taste buds yang berfungsi untuk menerima rangsangan bahan kimia

dari luar. Pada sisi atas dan sisi samping lidah banyak dijumpai papilla pengecap, yang

jumlahnya ditaksir 2000 buah dan terletak tersebar diatas lidah.

Tunas pengecap adalah bagian pengecap yang ada di pinggir lidah adalah kumpulan otot

rangka pada bagian lantai mulut yang dapat membantu pencernaan makanan dengan

mengunyah dan menelan. Lidah dikenal sebagai indera pengecap yang banyak memiliki struktur

tunas pengecap. Lidah juga turut membantu dalam tindakan bicara.

Struktur lainnya yang berhubungan dengan lidah sering disebut lingual, dari bahasa latin

lingua atau glossal dari bahasa yunani. Sebagian besar lidah tersusun atas otot rangka yag

terlekat pada tulang hyoideus, tulang rahang bawah dan processus styloideus di tulang pelipis.

Terdapat dua jenis otot pada lidah yaitu otot ekstrinsik dan instrinsik.

Lidah memiliki permukaan yang kasar karena adanya tonjolan yang diseut papilla. Papilla

terdiri dari dua sel yaitu sel penyokong dan sel pengecap. Sel pengecap berfungsi sebagai

reseptor, sedangkan sel penyokong berfungsi untuk menopang. Terdapat tiga jenis papilla yaitu :

1. Papilla filiformis (fili = benang) : berbentuk seperti benang halus

2. Papilla sirkumvalata (sirkum = bulat) : berbentuk bulat, tersusun seperti huruf V dibelakang

lidah

3. Papilla fungiformis (fungi = jamur) : berbentuk seperti jamur

Pengecapan merupakan fungsi utama dari taste buds, tetapi inder penghidu pun sangat berperan

dalam persepsi pengecapan. Indera pengecapan memungkinkan kita merasakan tekstur lembut

atau kasar, at-zat yang terkandung dalam makanan, serta rasa makanan itu sendiri. Makna

pentingnya adalah bahwa pengecapan memungkinkan manusia memilih makanan sesuai

keinginannya. Sensasi pengecapan terjadi karena rangsangan terhadap berbagai reseptor

pengecapan, ada sedikitnya 13 reseptor kimia yang ada pada sel-sel pengecapan, antara lain :

a. 2 reseptor Natrium

b. 2 reseptor Kalium

c. 1 reseptor Klorida

d. 1 reseptor Inosin

e. 1 reseptor Manis

f. 1 reseptor Pahit

54 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10

Page 55: Laporan Faal Radi

g. 1 reseptor Glutamat, dan

h. 1 reseptor Ion hydrogen

Kemampuan reseptor tersebut dikumpulkan menjadi kategori yang umum disebut sensasi

pengecapan utama tentunya disuaikan dengan area saraf, yaitu :

1. Kuncup pengecapan yang sensitif terhadap rasa manis terletak di ujing lidah

2. Substansi asam dirasakan terutama dibagian samping lidah

3. Substansi asin dapat dirasakan hampir seluruh area lidah, tetapi resptornya terkumpul

dibagian samping lidah

4. Susbtansi pahit akan menstimulasi kuncup pengecap dibagian belakang lidah

Rasa umami (bahasa Jepang), artinya lezat, untuk menyatakan rasa kecap yang menyenangkan

secara kualitatif. Rasa ini dominan ditemukan pada L-glutamat (terdapat pada ekstrak daging dan

keju)

B. Alat dan Bahan

1. Empat buah pinggan kecil berisi :

a. Larutan asam cuka

b. Larutan NaCl 10%

c. Larutan kopi

d. Larutan gula 5%

2. Aplikator (batang kecil dengan salah satu ujungnya diberi kapas)

3. Peta rasa

4. Kertas hisap/saring

C. Tata Kerja

1. Meminta pasangan praktikum berkumur, kemudian mengeringkan lidahnya dengan kertas

hisap

2. Mencelupkan aplikator dalam larutan asam. Membuang larutan dengan menekan sisi

pinggang

3. Menyentuh aplikator pada daerah ujung, sepanjang sisi, tengah, dan belakang lidah

pasangan praktikan

4. Menulia (+) pada daerah peta yang sesuai jika praktikan merasakan laruta tersebut. Menulis

(-) pada daerah peta rasa yang sesuai jika daerah tertentu disentuh tidah sensitif terhadap

larutan yang diuji.

5. Mengulangi prosedur diatas dengan menggunakan ketiga larutan lainnya, satu demi satu.

D. Hasil Pengamatan dan Pembahasan

o.p : Rachmah

Bahan Ujung lidahSepanjang sisi

lidahTengah lidah Belakang lidah

Larutan asam cuka

- + - -

NaCl 10% + + + -Larutan Kopi - - - +Larutan gula 5% + - - -

55 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10

Page 56: Laporan Faal Radi

Rasa klasik yang dapat dirasakan manusia (manis, asin, asam, pahit dan umami) ternyata

melakukan mekanisme transduksi yang berbeda-beda dan terjadi di sel reseptor yang berbeda

pula. 2 dari mekanisme ini merupakan ionotrophic (rasa asin dan asam) dan sisanya (rasa manis,

umami dan pahit) merupakan metabrotropic

Tranduksi Rasa Manis

Rasa manis dimulai dengn melekatnya molekul gula pada porus perasa. Kemudian hal ini

akan mengaktifkan stimulator yang terdapat pada sitoplasma yang terdapat pada membran.

Stimulator (protein G) akan teraktivasi selanjutnya akan mengaktifkan enzim adenilat siklase.

Enzim ini akan mengaktifkan pembentukan Camp dari ATP. Terjadinya peningkatan camp

akan mengakibatkan terstimulasinya enzim sitoplasma lainnya. Hal ini akan membuat ion K

dapat keluar sehingga mengakibatkan depolarisasi pada puting pengecap. Hal ini akan

mengakibatkan terlepasnya neotransmiter ke sinaps dan selanjutnya akan diteruskan ke otak.

Tranduksi Rasa Asin

Rasa asin disebabkan masuknya ion Na. Masuknya ion Na mengakibatkan tertutupnya

saluran keluar ion K. Depolarisasi mengakibatkan neotransmiter keluar, dan impuls bisa

diterima oleh otak.

Tranduksi Rasa Pahit

Transduksi pahit akan berikatan dengan reseptor pada membran. Pelekatan ii akan

mengakibatkan teraktivasinya protein G lainnya yang kemudian akan mengaktifkan enzim

fosfolipase. Enzim ini akan membuat IP3 yang merupan senyawa yang larut daam sitoplasma

yang terdapat dalam RE. Berikatan IP3 dengan reseptor akan membuat terbukanya ion Ca.

Maka ion Ca akan keluar menuju Sitoplasma. Peningkatan ion Ca akan membuat saluran K

terbuka dan terjadi sinaps.

Tranduksi Rasa Asam

Tidak sepeti rasa manis dan pahit, ras asam terjadi karena konsentrasi proteon atau ion H.

Membran sanyat permeable terhadap proton ini. Masuknya proton akan membuat

depolarisasi akibatnya neotransmiter dilepaskan ke sinaps.

56 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10

Page 57: Laporan Faal Radi

E. Menjawab Pertanyaan

Jelaskan mekanisme jalannya impuls pada percobaan diatas sehingga anda dapat merasakan

rasa manis, asam, dan lainnya sebagainya !

Jawab:

Setiap kuncup pengecap terdiri dari dua macam sel, yaitu sel pengecap dan sel penunjang, pada

sel pengecap terdapat silia (rambut gustatori) yang memanjang ke lubang pengecap. Zat-zat

kimia dari makanan yang kita makan, mencapai kuncup pengecap melalui lubang-lubang

pengecap (taste pores). Kuncup-kuncup pengecap dapat merespon empat rasa dasar, yaitu

manis, masam, asin dan pahit melalui mekanisme transduksi.

Transduksi tersebut akan menimbulkan sinyal elektrik atau sinaps pada sel pengecap. Sinyal

elektrik sensasi rasa tersebut aka ndisalurkan melalui 3 pathway (Boroditsky, 1999) :

1. Saraf chorda tympani (cabang N.VII) dari lidah bagian depan dan samping

2. Saraf glosso-pharyngeal (N.IX) dari lidah bagian pangkal

57 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10

Page 58: Laporan Faal Radi

3. Saraf vagus (N.X) dari mulut dan laring

Ketiga saraf tersebut membentuk koneksi ke batang otak pada bagian NST (nucleus of solitary

tract) di medulla oblongata sebelum mencapai thalamus dan akhirnya akan disalurkan ke daerah

insula dan korteks operkulum frontal di bagian lobus frontal otak (korteks sensoris primer) untuk

diolah (Boroditsky, 1999)

F. Kesimpulan

Setelah melakukan percobaan tentang senssasi rasa pada reseptor pengecap dapat disimpulkan

bahwa :

1. Pengenalan rasa oleh otak terjadi karena tranduksi rasa pada lidah

2. Waktu sensasi adalah waktu yang diperlukan oleh reseptor untuk mengenali dan menanggapi

rangsangan dan diteruskan keotak sehingga akan dikenali rasanya.

3. Sel–sel reseptor untuk pengecapan adalah sel–sel ephitelium yang telah termodifikasi yang

diorganisasikan menjadi kuncup pengecapan yang tersebar di sejumlah bagian permukaan

lidah dan mulut.

58 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10

Page 59: Laporan Faal Radi

4. Dari tiap rasa makanan dan minuman otak mengintegrasikan input yang berbeda dari kuncup

pengecapan, dan mempersiapkan cita rasa yang kompleks.

5. Reseptor rasa manis terletak pada ujung lidah, reseptor rasa asin terletak pada tepi depan

lidah, reseptor rasa asam terletak ditepi belakang lidah dan reseptor rasa pahit terletak di

pangkal lidah.

59 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10

Page 60: Laporan Faal Radi

X. PENGHIDU

A. Tujuan Percobaan

Untuk membuktikan bahwa zat yang dibaui adalah zat yang berupa gas, serta membedakan

wewangian mulai dari bau yang tidak enak sampai yang enak.

B. Dasar Teori

Sensasi wangi/ bau terjadi karena adanya interaksi zat dengan reseptor indera penciuman

yang diteruskan ke otak berupa sinyal listrik. Reseptor ini merupakan sel saraf yang berupa

benang halus. Pada satu ujung sel saraf berinteraksi dengan zat berbau, sedangkan ujung yang

lainnya berkumpul dalam suatu tulang menuju bagian otak yang bertugas menerjemahkan

sensasi dari indra penciuman. Serangkaian proses terjadi dalam benang halus, dimulai dari

interaksi molekul dengan reseptor sampai dihasilkannya sinyal listrik.

Interaksi molekul dengan sel saraf reseptor akan menyebabkan reseptor teraktifkan. Suatu

protein yang berpasangan dengan reseptor (protein G) akan teraktifkan juga. Protein G yang

teraktifkan akan menstimulasi pembentukan cAMP, melalui pembentukan enzim adnylate cyclase

III. cAMP merupakan suatu molekul pembawa pesan yang dapat mengatifkan suatu mekanisme

transfer ion, sehingga akhirnya dapat dikirim informasi mengenai “wangi/bau” molekul ke otak

berupa sinyal listrik.

Setiap satu sensasi wangi terdiri dari beberapa campuran zat “berbau” yang akan

menstimulasi reseptor. Kemudian dalam otak terdapat suatu system pemetaan yang

menerjemahkan sensai wangi ini. Itulah sebabnya meskipun hanya ditemukan 1000 sel saraf

penciuman, tapi kita dapat mengenal 10000 jenis wewangian. Indra penciuman akan cepat

beradatasi.

Sering kita merasa tidak lagi mencium wangi parfum yang telah kita semprotkan, padahal

orang lain yang baru bertemu dengan kita masih bisa menciumnya. Terjadinya fenomena ini

dapat dijelaskan dengan mekanisme berikut. Saat transfer ion untuk pengiriman sinyal ke otak,

Memungkinkan masuknya ion Ca2+, ion Ca2+ akan mengikat protein calmodulin (CaM).

Kompleks Ca2+/Ca Mini dapat mengaktifkan enzim PDE yang selanjutnya dapat merusak

molekul cAMP (molekul pembawa pesan yang dapat mengaktifkan transfer ion dan bertanggung

jawab dalam pengiriman sinyal ke otak), akibatnya pengiriman sinyal ke otak yang membawa

informasi sensasi wangi terhenti.

Saraf cranial (olfactory) manusia dapat membedakan berbagai macam bau karena

memiliki banyak reseptor pembau, namun kemampuan tersebut ditentukan oleh prinsip-prinsip

komposisi (komponen principle). Organ pembau hanya memiliki 7 reseptor namun dapat

membaui lebih dari 600 aroma. Sistem olfaction dapat menerima stimulus benda-benda kimia

sehingga reseptornya disebut chemoreseptor. Sistem olfaction terdapat di hidung bagian atas

(concha nasal superior) yang peka terhadap penciuman dan lebih dekat ke saraf olfactorius.

Penciuman pada manusia secara umum dipengarui oleh :

Fisik : Lebih sensitif terhadap bau, hidung mancung lebih peka atau lebih sensitif

Psikologis : Wanita yang sedang PMS lebih sensitif

60 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10

Page 61: Laporan Faal Radi

Kemampuan membau makhluk hidup tergantung pada :

1. Susunan rongga hidung : hidung mancung lebih baik dalam membaui

2. Variasi fisiologis : pada wanita PMS dan ibu hamil muda, penciumannya lebih peka

3. Spesies : anjing (karena kemampuan survive tergantung pada pembauan

jadi lebih peka pembauannya)

4. Konsentrasi bau : bau busuk akan lebih tercium

C. Alat dan Bahan

Empat buah zat :

1. Parfum

2. Teh

3. Kopi bubuk

4. Minyak kayu putih

D. Cara Kerja

- Siapkan 4 jenis zat yang mempunyai bau yang berbeda

- Baui atau ciumkan ke empat zat tersebut satu persatu

- Catat hasilnya

E. Hasil Pengamatan

o.p : Rachmah

Zat Pembau Respon PenciumanKopi (+)Tembakau (+)

F. Pembahasan

Indra pembau berfungsi untuk menerima bau suatu zat terlarut dalam udara atau air.

Reseptor pembau terletak pada langit-langit rongga hidung, pada bagian yang disebut epitelium

olfaktori. Epitelium olfaktori terdiri dari sel-sel reseptor dan sel-sel penyokong. Sel resptor olfaktori

berbentuk silindris dan mempunyai filamen-filamen seperti rambut pada permukaan bebasnya.

Akson sel olfaktorius berjalan menuju bulbus olfaktorius pada sistem saraf pusat. 

Reseptor Pembau adalah komoreseptor yang dirangsang oleh molekul–molekul larutan

dalam cairan hidung. Sensasi wangi/ bau terjadi karena adanya interaksi zat dengan reseptor

indera penciuman yang diteruskan ke otak berupa sinyal listrik. Interaksi molekul dengan sel saraf

reseptor akan menyebabkan reseptor teraktifkan. Suatu protein yang berpasangan dengan

reseptor (protein G) akan teraktifkan juga. Protein G yang teraktifkan akan menstimulasi

pembentukan cAMP. cAMP merupakan suatu molekul pembawa pesan yang dapat mengatifkan

suatu mekanisme transfer ion, sehingga akhirnya dapat dikirim informasi mengenai “wangi/bau”

molekul ke otak berupa sinyal listrik.

G. Menjawab Pertanyaan

Jelaskan mekanisme jalannya impuls pada percobaan diatas sehingga anda dapat mencium bau!

Jawab:

Reseptor Pembau adalah komoreseptor yang dirangsang oleh molekul–molekul larutan

dalam cairan hidung. Reseptor pembau merupakan reseptor jauh (tele reseptor) karena lintasan

61 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10

Page 62: Laporan Faal Radi

pembauan tidak memiliki hubungan dalam thalamus dan tidak terdapat di daerah proyeksi pada

neocortex penciuman (Ganong, 1979).

Membrana offactoria terletak pada bagian superior rongga hidung. Di bagian medical ia

melipat keatas concana superior dan bahkan ada yang berada di concha media. Organon olfacus

terdapat di dataran medical concha nasalis superior dan pada dataran septumasi yang

berhadapan dengan concha masalis superior. Saat seseorang menarik nafas maka sesi bili rasa

pembaunya akan lebih kuat karena letak organon olfacus disebelah atasnya. Sensai pembauan

tergantung pada konsentrasi penguapan, misalnya skatol (bau busuk pada facces) karena

konsentrasinya pekat maka baunya busuk (Guyton, 1983).

Impuls–impuls bau dihantarkan oleh filum olfactetorium yang bersinopsis dengan cabang–

cabang dendrit sel mitral dan disebut sinopsis glomerulus. Neurit sel mitral meninggalkan bulbus

olfactorius untuk berjalan di dalam area medialis dan berakhir di dalam area. Pusat pembauan

ada di uncus. Neurit – beurit sel mitral mempunyai cabang – cabang yang menuju ke sel granula

akan mengadakan sinaps di sinopsis axomatis. Sebagian dari neurit – neurit sel mitral berjalan

dalam stria lateralis dan berakhir dalam uncus, sebagian dari neurit tersebut berjalan di dalam

stria medialis dan berakhir di dalam area septialis ( Radiopoetro, 1986), (Ganong, 1979)

Gambar mekanisme impuls penghidu

62 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10

Page 63: Laporan Faal Radi

H. Kesimpulan

1. Indra pembau berfungsi untuk menerima bau suatu zat terlarut dalam udara atau air.

Reseptor pembau terletak pada langit-langit rongga hidung, pada bagian yang disebut

epitelium olfaktori. Reseptor Pembau adalah komoreseptor yang dirangsang oleh molekul–

molekul larutan dalam cairan hidung. Sensasi wangi/ bau terjadi karena adanya interaksi zat

dengan reseptor indera penciuman yang diteruskan ke otak berupa sinyal listrik.

2. Saraf cranial (olfactory) manusia dapat membedakan berbagai macam bau karena memiliki

banyak reseptor pembau, namun kemampuan tersebut ditentukan oleh prinsip-prinsip

komposisi (komponen principle). Organ pembau hanya memiliki 7 reseptor namun dapat

membaui lebih dari 600 aroma

3. Impuls–impuls bau dihantarkan oleh filum olfactetorium yang bersinopsis dengan cabang–

cabang dendrit sel mitral dan disebut sinopsis glomerulus. Neurit sel mitral meninggalkan

bulbus olfactorius untuk berjalan di dalam area medialis dan berakhir di dalam area. Pusat

pembauan ada di uncus. Neurit – beurit sel mitral mempunyai cabang – cabang yang menuju

ke sel granula akan mengadakan sinaps di sinopsis axomatis. Sebagian dari neurit – neurit

sel mitral berjalan dalam stria lateralis dan berakhir dalam uncus, sebagian dari neurit

tersebut berjalan di dalam stria medialis dan berakhir di dalam area septialis.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim . (2010). Lima Alat Indera . http://organisasi.org/. 21 Maret 2010. 22.00.

Drs. H. Syaifuddin, AMK. 2003. Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan. Penerbit Buku

Kedokteran EGC : Jakarta

Ganong,F.William. 2002. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran ed.20. Jakarta:EGC

http://neurowww.cwru.edu/faculty/strowbridge/OlfactoryBulb/bulb1.htm

Lumbantobing, S. M. Saraf Otak. Dalam Neurologi Klinik Pemeriksaan Fisik dan Mental. Jakarta :

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2010. h. 2530

Panji.2009.sistem syaraf perifer. http://panji1102.blogspot.com/2008/03/sistem-saraf-perifer-divisi-

aferen.htm. tanggal akses 3-10-2009

Radiopoetro, R. 1986. Psikologi Faal 1. Yogyakarta : Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi UGM.

Seksi Laboratorium Psikologi Faal, 2001, Petunjuk Praktikum Psikologi Faal, Yogyakarta :

Laboratorium Psikologi Faal Fakultas Psikologi UGM

Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem ed.2. Jakarta:EGC

Sloane, Ethel. 2002. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta: EGC

Sunny Kumar. 2011. The Neural Basis of Olfaction diunduh pada

http://www.yalescientific.org/2011/05/the-neural-basis-of-olfaction/

 

63 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10

Page 64: Laporan Faal Radi

64 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10

PRAKTIKUMFISIOLOGI IV

Page 65: Laporan Faal Radi

LAPORAN FISIOLOGI IV

SIKAP DAN KESEIMBANGAN BADAN

I. TUJUAN :

Pada akhir latihan ini mahasiswa harus dapat :

1. Mengemukakan pelbagai reaksi perubahan sikap badan katak oleh perangsangan kanalis

semisirkularis dan reaksi 11 menegakkan bada “setelah ekstriparsi labirin

2. Menyebutkan beberapa faktoer yang dapat mempengaruhi rekasi perubahan sikap diatas.

3. Mendemomstrasikan kepentingan kedudukan kepala dan mata dalam mempertahankan

keseimbangan badan pada manusia.

4. Mendemonstrasikan dan menerangkan pengaruh percepatan sudut :

a. Dengan kursi Barany terhadap :

- Gerakan bola mata

- Tes penyimpangan penunjukan tes jatuh kesan (sensasi)

b. Dengan berjalan mengelilingi statif

II. ALAT DAN BINATANG PERCOBAAN YANG DIPERLUKAN :

1. Katak

2. Papan fiksasi katak + ge;as beker

3. Ether + kapas + jarum pentul

4. Scalpel + gunting halus + pinset halus + bor halus

5. Kursi putar Barany

6. Tongkat atau statif yang panjang

7. Bak berisi air

III. DASAR TEORI

Nuklei vestibular adalah untuk mengatur secara selektif sinyal-sinyal eksitatorik berbagai otot

antigravitasi untuk menjaga keseimbangan,sebagi responnya terhadap sinyal dari aparatus

vestibular.

Hewan Deserebrasi mengalami kekakuan spastik bila batang otak seekor hewan d potong

dibawah garis tengah mesensefalon,tetapi pontin sistem retikular mendular juga sistem vestibular

dibiarkan tetap utuh, hewan tersebut mengalami keadaan yang disebut kekauan deserebasi.

Kekakuan inni tidak timbul disemua otot tubuh tetapi hanya otot antigravitasi yaitu otot leher dan

batang tubuh serta ekstensor tungkai.

Aparatus vestibular merupakan organ sensoris untuk mendeteksi sensasi keseimbangan. Alat

ini terbungkus salam satu tabung tulang dan ruangan-ruangan yang terletak dalam bagian

petrosus (bagian seperti batu,bagian keras) dari tulang temporal, yang disebut labirin tulang. Di

dalam sistem ini terdapat tabung membran dan ruangan yang di sebut labirin membranosa yang

merupakan bagian fungsional aparatus vestibular.

65 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10

Page 66: Laporan Faal Radi

Labirin ini terdiri atas koklea (duktus koklearis), tiga kanalis semisirkularis dan dua ruangan

besar yang dikenal sebagai utrikulus dan sakulus. Koklea merupakan organ sensorik utama

pendengaran.dan hampir tidak berhub dg keseimbangan.kanalis semirikularis,utrikulus dan

sakulus ,semua ini merupakan bagian intragal dr mekanisme keseimbangan.

Makula organ sensorik utrikulus dan sakulus untuk mendeteksi orientasi kepala sehubungan

dengan gravitasi. Makula pada utrikulus terutama terletak pada bidang horizontal permukaan

inferior utrikulus dan berperan penting dalam menentukan orientasi kepala ketika kepala dalam

posisi tegak. Sebaliknya, makula pada sakulus terutama terletak dalam bidang vertikal dan

memberikan sinyal orientasi kepala saat seseorang berbaring.

Setiap makula d tutupi oleh lapisan gelatinosa yang dilekati oleh banyak krista kalsium

karbonat kecil kecil yang di sebut statokonia.dalam makula juga didapati beribu-ribu sel rambut,

pangkal dan sisi sel-sel rambut bersinaps denganujung-ujung sensorik saraf vestibular.

Dalam aparatus vestibular terdapat kanalis semisirkularis,dikenal sebagai kanil semisrikularis

anterior, posterior dan lateral tersusun tegak lurus satu sama lain sehingga kanalis ini terdapat 3

bidang.

Bila kepala tunduk kira-kira 30 derajat ke depan,kanalis semirikularis lateral kira-kira aada pd

bidang horizontal sesuai dengan permukaan bumi, kemudian kanalis anterior ada pd bidang

vertikal yang arah ptoyeksinya ke depan dan 45 derajat ke luar, dankanalis posterior ada pada

bidang vertikal yang berproyeksi ke belakang dan 45 derajat keluar.

Pada setiap ujung kanalis semisirkualris terdapat pembesaran yang disebut ampula, dan

kanlis serta ampula ini terisi oleh cairan yang disebut endolimfe. Aliran cairan melalui canalis dan

ampulanya merangsang organ sensorik.

Pada puncak krista ini terdapat jaringan longgar massa gelatinosa,yang disebut kupula. Bila

seseorang mulai memutar ke suatu arah, inersia cairan didalam satu atau lebih kanalis

semisirkularis akan mempertahankan cairan agar tetap seimbang sementara kanalis

semisirkularis berputar searah dengan kepala. Hal iini menyebabkan cairan mengalir dari kanalis

menuju ampula,membelokkan kupula ke satu sisi. Putaran kepala dalam arah yang berlawanan

menyebabkan kupula berbelok ke sisi yang berlawanan.

Kedalam kupula terdapat ratusan penjuluran silia dari sel-sel rambut yang terletak pada

sepanjang krista ampularis. Kinosilia sel-sel rambut ini semuanya beorientasi ke arah sisi yang

sama dalam kupula,dan pembelokkannya ke arah yang berlawanan mengakibatkan

hiperpolarisasi sel rambut. Kemudian, dari sel-sel rambut sinyal-sinyal yang sesuai dikirimkan

melalui nervus vestibular untuk memberitahu sistem saraf pusat mengenai perubahan perputaran

kepala dan kecepatan perubahan pada setiap tiga bidang ruangan.

Setiap kepala berputar tiba-tiba,sinyal yang berasal dari kanalis semisirkularis menyebabkan,

mata berputar dengan arah yang berlawanan dengan arah putaran kepala. Keadaan ini timbul

akibat adanya refleks yang dijalarkaan melalui nuklei vestibular dan fasikulus longitudinalis medial

menuju nuklei okulomotor.

66 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10

Page 67: Laporan Faal Radi

IV. Pelaksanaan Praktikum

I. Percobaan pada katak

A. Cara Kerja

1. Meletakkan seekor katak dipapan fiksasi dan menutup dengan gelas beker

2. Memegang papan fiksasi dan gelas beker itu dengan kedua belah tangan dan menggerakkan

keatas, kebawah dan memutar kekanan dan ke kiri.

3. Memperhatikan dengan seksama perubahan-perubahan sikap pada katak

a. Posisi kepala 

b. Fleksi/ekstensi ekstermitas

4. Membuka gelas beker dan memalingkan kepala katak kanan, memperhatikan sikapdan

kedudukan kakinya.

P. VI. 4.6 .Apa maksud kita memalingkan kepala katak ?

5. Memasukkan katak itu kedalam bak yang berisi air dan memperhatikan gerakankaki dan arah

berenangnya.

6. Membuang labirin kanan katak itu dengan cara sebagai berikut :

a. Membius katak dengan cara memasukkan bersama-sama dengan kapas yang telah

dibasahi dengan eter ke dalam gelas beker yang ditelungkupkan. 

b. Setelah katak itu terbius, meletakkan katak telentang dipapan fiksasi dan sematkan

jarum-jarum pentul pada kakinya.

P. VIA. 4.7.Bagaimana kita mengetahui bahwa katak sudah terbius ?

c. Fiksasi rahang atas katak dengan jarum pentul pada papan fiksasi dan membuka mulut

selebar-lebarnya.

d. Mengunting selaput lendir rahang atas di garis median dengan guting halus sesuai

dengan garis y pada gambar.

e. Membebaskan selaput lender itu dari jaringan dibawahnya dan mendorong kea rah

lateral. Mencegah perdarahan sedapat-dapatnya.

f. Memperhatikan dasar tengkorak katak terutama os. Parabasalenya yang membayang (=

p pada gambar).

g. Merusak labirin kanan dengan jalan member os parabasale di tempatyang diberikan

tanda X secara hati-hatu sedalam ± 1-2 mm (sampai terasa bahwa bor telah menembus

tulang yang keras)

h. Membersihkan daerah operasi dengan kapas dan mengembalikan selaput lender

ketempat semula dengan demikian alat keseimbangan kanantelah dibuang.

7. Setelah efek pembiusan pada katak menghilang, mengulangi tindakan no. 1 s/d no.5

8. Membuang sekarang labirin kiri dengan cara yang sama seperti sub. 6 dengan demikian

kedua alat keseimbangan telah dibuang.

9. Menggulangi sekarang tindakan no. 1 s/d no. 5

10. Mencatat hasil pengamatan pada formulir yang tersedia.

67 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10

Page 68: Laporan Faal Radi

B. Hasil Pengamatan

Tabel Pengamatan Percobaan Katak

NOPerubahan yang

diamati

Sebelum dibius (Labirin masih utuh)

I

Labirin kanan dibuangII

Setelah labirin kanan+kiri dibuang

III1. Perubahan sikap

a. Posisi kepalaMenunduk (ke arah

bawah)Condong ke arah kiri

Menunduk (ke arah bawah)

b. Fleksi/ekstensi ekstremitas

Fleksi pada ekstremitasFleksi pada ekstremitas

Fleksi pada ekstremitas

2. Memalingkan kepala katak

a. Sikap Tidak meresponAda perlawanan tubuh

ke arah kiriAda perlawanan tubuh

ke arah kirib. Kedudukan

kakinyafleksi fleksi fleksi

3. Katak berenanga. Gerakan kaki Fleksi lalu ekstensi Kearah kiri Fleksi lalu ekstensi

b. Kedudukan kaki SeimbangLebih condong

mendorong ke kiriSeimbang

C. Pembahasan

Aparatus vestibular merupakan organ sensoris untuk mendeteksi sensasi keseimbangan. Alat

ini terbungkus salam satu tabung tulang dan ruangan-ruangan yang terletak dalam bagian

petrosus (bagian seperti batu,bagian keras) dari tulang temporal, yang disebut labirin tulang. Di

dalam sistem ini terdapat tabung membran dan ruangan yang di sebut labirin membranosa yang

merupakan bagian fungsional aparatus vestibular

Bila batang otak seekor hewan di potong dibawah garis tengah mesensefalon, tetapi pontin

sistem retikular mendular juga sistem vestibular dibiarkan tetap utuh, hewan tersebut mengalami

keadaan yang disebut kekakuan deserebasi. Kekakuan ini tidak timbul disemua otot tubuh tetapi

hanya otot antigravitasi yaitu otot leher dan batang tubuh serta ekstensor tungkai.

Komponen vestibular merupakan sistem sensoris yang berfungsi penting dalam

keseimbangan, kontrol kepala, dan gerak bola mata. Reseptor sensoris vestibular berada di

dalam telinga. Reseptor pada sistem vestibular meliputi kanalis semisirkularis, utrikulus, serta

sakulus. Reseptor dari sistem sensoris ini disebut dengan sistem labyrinthine.

Sistem labyrinthine mendeteksi perubahan posisi kepala dan percepatan perubahan sudut.

Melalui refleks vestibulo-occular, mereka mengontrol gerak mata, terutama ketika melihat obyek

yang bergerak.

Mereka meneruskan pesan melalui saraf kranialis VIII ke nukleus vestibular yang berlokasi di

batang otak. Beberapa stimulus tidak menuju nukleus vestibular tetapi ke serebelum, formatio

retikularis, thalamus dan korteks serebri.

Nukleus vestibular menerima masukan (input) dari reseptor labyrinth, retikular formasi, dan

serebelum. Keluaran (output) dari nukleus vestibular menuju ke motor neuron melalui medula

spinalis, terutama ke motor neuron yang menginervasi otot-otot proksimal, kumparan otot pada

68 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10

Page 69: Laporan Faal Radi

leher dan otot-otot punggung (otot-otot postural). Sistem vestibular bereaksi sangat cepat sehigga

membantu mempertahankan keseimbangan tubuh dengan mengontrol otot-otot postural

D. Menjawab Pertanyaan

P. VI. 4.6 .Apa maksud kita memalingkan kepala katak ?

Jawab:

Melihat sikap dan kedudukan kaki yang normal bila kepala katak dimiringkan ke kanan

P. VIA. 4.7.Bagaimana kita mengetahui bahwa katak sudah terbius ?

Jawab:

Cara mengetahuinya adalah katak yang terbius maka pergerakannya kurang dan tidak  begitu

aktif daripada saat katak tersebut dalam keadaan tidak terbius (normal), ditusuk dengan jarum

pentul tidak memberikan respons

E. Kesimpulan

Komponen vestibular merupakan sistem sensoris yang berfungsi penting dalam

keseimbangan, kontrol kepala, dan gerak bola mata. Reseptor sensoris vestibular berada di

dalam telinga. Reseptor pada sistem vestibular meliputi kanalis semisirkularis, utrikulus, serta

sakulus. Reseptor dari sistem sensoris ini disebut dengan sistem labyrinthine

Bila batang otak seekor hewan di potong dibawah garis tengah mesensefalon, tetapi sistem

vestibular dibiarkan tetap utuh, hewan tersebut mengalami keadaan yang disebut kekakuan

deserebasi. Kekakuan ini tidak timbul disemua otot tubuh tetapi hanya otot antigravitasi yaitu otot

leher dan batang tubuh serta ekstensor tungkai.

Sistem labyrinthine mendeteksi perubahan posisi kepala dan percepatan perubahan sudut.

Melalui refleks vestibulo-occular, mereka mengontrol gerak mata, terutama ketika melihat obyek

yang bergerak. Sistem vestibular bereaksi sangat cepat sehigga membantu mempertahankan

keseimbangan tubuh dengan mengontrol otot-otot postural

II. Percobaan pada Manusia

A. Cara Kerja

Pengaruh kedudukan kepala dan mata yang normal terhadap keseimbangan badan:

1. Suruhlah orang percobaan berjalan mengikuti suatu garis lurus dengan mata terbuka dan

sikap kepala dan badan yang biasa. Perhatikan jalannya dan tanyakan apakah ia mengalami

kesukaran dalam mengikuti garis lurus tersebut.

2. Ulangi percobaan di atas (no.1) dengan mata tertutup

3. Ulangi percobaan di atas (no. 1 dan 2) dengan:

a. Kepala dimiringkan dengan kuat ke kiri

b. Kepala dimiringkan dengan kuat ke kanan

P.VI.4.8. Bagaimana pengaruh sikap kepala dan mata terhadap keseimbangan badan?

69 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10

Page 70: Laporan Faal Radi

B. Hasil Pengamatan dan Analisa Data

Informasi keseimbangan berasal dari visual, vestibular, dan somatosensori. Dimana 50% yang paling

berpengaruh pada keseimbangan adalah vestibular. Kompensasi ketika terjadi pengeliminasian dari

isyarat visual (OP memejamkan mata) dan kepala dimiringkan dengan kuat ke satu bagian

(kanan/kiri) dalam mempertahankan keseimbangan adalah terjadinya kecenderungan adanya deviasi

kearah berlawanan dimana OP memiringkan kepalanya agar tidak jatuh.

C. Menjawab Pertanyaan:

Bagaimana pengaruh sikap kepala dan mata terhadap keseimbangan badan?

Jawab:

Ketika mata terbuka masukan informasi keseimbangan berasal dari mata dan posisi kepala,

maka jika mata tertutup dengan kepala, tubuh cenderung ingin jatuh ke arah kepala miring dan

diseimbangkan dengan berjalan berlawanan dengan miringnya kepala supaya tidak jatuh,

D. Kesimpulan

Mata (visual) sangat berpengaruh dengan keseimbangan atau arah berjalan kita.

70 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10

Perlakuan Hasil

Jalan lurus ke depan jalan lurus, tidak terjadi deviasiJalan lurus ke depan dengan mata tertutup jalan lurus, tidak terjadi deviasiJalan lurus ke depan dengan kepala dimiringkan dengan kuat ke kiri

Terjadi sedikit deviasi ke kanan

Jalan lurus ke depan dengan kepala dimiringkan dengan kuat ke kiri serta mata tertutup

Terjadi deviasi ke kanan

Jalan lurus ke depan dengan kepala dimiringkan dengan kuat ke kanan

Terjadi sedikit deviasi ke kiri

Jalan lurus ke depan dengan kepala dimiringkan dengan kuat ke kanan serta mata tertutup

Terjadi deviasi ke kiri

Page 71: Laporan Faal Radi

PERCOBAAN KESEIMBANGAN PADA MANUSIA

I. DASAR TEORI

Keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan kesetimbangan tubuh ketika di

tempatkan di berbagai posisi. Definisi menurut O’Sullivan, keseimbangan adalah kemampuan

untuk mempertahankan pusat gravitasi pada bidang tumpu terutama ketika saat posisi tegak.

Selain itu menurut Ann Thomson, keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan

tubuh dalam posisi kesetimbangan maupun dalam keadaan statik atau dinamik, serta

menggunakan aktivitas otot yang minimal.

Keseimbangan juga bisa diartikan sebagai kemampuan relatif untuk mengontrol pusat massa

tubuh (center of mass) atau pusat gravitasi (center of gravity) terhadap bidang tumpu (base of

support). Keseimbangan melibatkan berbagai gerakan di setiap segmen tubuh dengan di dukung

oleh sistem muskuloskleletal dan bidang tumpu. Kemampuan untuk menyeimbangkan massa

tubuh dengan bidang tumpu akan membuat manusia mampu untuk beraktivitas secara efektif dan

efisien.

Keseimbangan terbagi atas dua kelompok, yaitu keseimbangan statis : kemampuan tubuh

untuk menjaga kesetimbangan pada posisi tetap (sewaktu berdiri dengan satu kaki, berdiri diatas

papan keseimbangan); keseimbangan dinamis adalah kemampuan untuk mempertahankan

kesetimbangan ketika bergerak.

Keseimbangan merupakan interaksi yang kompleks dari integrasi/interaksi sistem sensorik

(vestibular, visual, dan somatosensorik termasuk proprioceptor) dan muskuloskeletal (otot, sendi,

dan jar lunak lain) yang dimodifikasi/diatur dalam otak (kontrol motorik, sensorik, basal ganglia,

cerebellum, area asosiasi) sebagai respon terhadap perubahan kondisi internal dan eksternal.

Dipengaruhi juga oleh faktor lain seperti, usia, motivasi, kognisi, lingkungan, kelelahan, pengaruh

obat dan pengalaman terdahulu.

Fisiologi Keseimbangan

Kemampuan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan dan kestabilan postur oleh aktivitas

motorik tidak dapat dipisahkan dari faktor lingkungan dan sistem regulasi yang berperan dalam

pembentukan keseimbangan. Tujuan dari tubuh mempertahankan keseimbangan adalah :

menyanggah tubuh melawan gravitasi dan faktor eksternal lain, untuk mempertahankan pusat

massa tubuh agar seimbang dengan bidang tumpu, serta menstabilisasi bagian tubuh ketika

bagian tubuh lain bergerak.

Komponen-komponen pengontrol keseimbangan adalah :

Sistem informasi sensoris

Sistem informasi sensoris meliputi visual, vestibular, dan somatosensoris.

a. Visual

Visual memegang peran penting dalam sistem sensoris. Cratty & Martin (1969) menyatakan

bahwa keseimbangan akan terus berkembang sesuai umur, mata akan membantu agar tetap

fokus pada titik utama untuk mempertahankan keseimbangan, dan sebagai monitor tubuh

selama melakukan gerak statik atau dinamik. Penglihatan juga merupakan sumber utama

71 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10

Page 72: Laporan Faal Radi

informasi tentang lingkungan dan tempat kita berada, penglihatan memegang peran penting

untuk mengidentifikasi dan mengatur jarak gerak sesuai lingkungan tempat kita berada.

Penglihatan muncul ketika mata menerima sinar yang berasal dari obyek sesuai jarak

pandang.

Dengan informasi visual, maka tubuh dapat menyesuaikan atau bereaksi terhadap perubahan

bidang pada lingkungan aktivitas sehingga memberikan kerja otot yang sinergis untuk

mempertahankan keseimbangan tubuh.

b. Sistem vestibular

Komponen vestibular merupakan sistem sensoris yang berfungsi penting dalam

keseimbangan, kontrol kepala, dan gerak bola mata. Reseptor sensoris vestibular berada di

dalam telinga. Reseptor pada sistem vestibular meliputi kanalis semisirkularis, utrikulus, serta

sakulus. Reseptor dari sistem sensoris ini disebut dengan sistem labyrinthine. Sistem

labyrinthine mendeteksi perubahan posisi kepala dan percepatan perubahan sudut. Melalui

refleks vestibulo-occular, mereka mengontrol gerak mata, terutama ketika melihat obyek yang

bergerak. Mereka meneruskan pesan melalui saraf kranialis VIII ke nukleus vestibular yang

berlokasi di batang otak. Beberapa stimulus tidak menuju nukleus vestibular tetapi ke

serebelum, formatio retikularis, thalamus dan korteks serebri.

Nukleus vestibular menerima masukan (input) dari reseptor labyrinth, retikular formasi, dan

serebelum. Keluaran (output) dari nukleus vestibular menuju ke motor neuron melalui medula

spinalis, terutama ke motor neuron yang menginervasi otot-otot proksimal, kumparan otot

pada leher dan otot-otot punggung (otot-otot postural). Sistem vestibular bereaksi sangat

cepat sehingga membantu mempertahankan keseimbangan tubuh dengan mengontrol otot-

otot postural.

c. Somatosensoris

Sistem somatosensoris terdiri dari taktil atau proprioseptif serta persepsi-kognitif. Informasi

propriosepsi disalurkan ke otak melalui kolumna dorsalis medula spinalis. Sebagian besar

masukan (input) proprioseptif menuju serebelum, tetapi ada pula yang menuju ke korteks

serebri melalui lemniskus medialis dan talamus.

Kesadaran akan posisi berbagai bagian tubuh dalam ruang sebagian bergantung pada impuls

yang datang dari alat indra dalam dan sekitar sendi. Alat indra tersebut adalah ujung-ujung

saraf yang beradaptasi lambat di sinovia dan ligamentum. Impuls dari alat indra ini dari

reseptor raba di kulit dan jaringan lain , serta otot di proses di korteks menjadi kesadaran

akan posisi tubuh dalam ruang.

Adaptive systems

Kemampuan adaptasi akan memodifikasi input sensoris dan keluaran motorik (output) ketika

terjadi perubahan tempat sesuai dengan karakteristik lingkungan.

Lingkup gerak sendi (Joint range of motion)

Kemampuan sendi untuk membantu gerak tubuh dan mengarahkan gerakan terutama saat

gerakan yang memerlukan keseimbangan yang tinggi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan

72 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10

Page 73: Laporan Faal Radi

a. Pusat gravitasi (Center of Gravity-COG)

Pusat gravitasi terdapat pada semua obyek, pada benda, pusat gravitasi terletak tepat di

tengah benda tersebut. Pusat gravitasi adalah titik utama pada tubuh yang akan

mendistribusikan massa tubuh secara merata. Bila tubuh selalu ditopang oleh titik ini, maka

tubuh dalam keadaan seimbang. Pada manusia, pusat gravitasi berpindah sesuai dengan

arah atau perubahan berat. Pusat gravitasi manusia ketika berdiri tegak adalah tepat di atas

pinggang diantara depan dan belakang vertebra sakrum ke dua.

Derajat stabilitas tubuh dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu : ketinggian dari titik pusat

gravitasi dengan bidang tumpu, ukuran bidang tumpu, lokasi garis gravitasi dengan bidang

tumpu, serta berat badan.

b. Garis gravitasi (Line of Gravity-LOG)

Garis gravitasi merupakan garis imajiner yang berada vertikal melalui pusat gravitasi dengan

pusat bumi. Hubungan antara garis gravitasi, pusat gravitasi dengan bidang tumpu adalah

menentukan derajat stabilitas tubuh.

c. Bidang tumpu (Base of Support-BOS)

Bidang tumpu merupakan bagian dari tubuh yang berhubungan dengan permukaan tumpuan.

Ketika garis gravitasi tepat berada di bidang tumpu, tubuh dalam keadaan seimbang.

Stabilitas yang baik terbentuk dari luasnya area bidang tumpu. Semakin besar bidang tumpu,

semakin tinggi stabilitas. Misalnya berdiri dengan kedua kaki akan lebih stabil dibanding

berdiri dengan satu kaki. Semakin dekat bidang tumpu dengan pusat gravitasi, maka

stabilitas tubuh makin tinggi.

Keseimbangan Berdiri

Pada posisi berdiri seimbang, susunan saraf pusat berfungsi untuk menjaga pusat massa tubuh

(center of body mass) dalam keadaan stabil dengan batas bidang tumpu tidak berubah kecuali

tubuh membentuk batas bidang tumpu lain (misalnya : melangkah). Pengontrol keseimbangan

pada tubuh manusia terdiri dari tiga komponen penting, yaitu sistem informasi sensorik (visual,

vestibular dan somatosensoris), central processing dan efektor.

Pada sistem informasi, visual berperan dalam contras sensitifity (membedakan pola dan

bayangan) dan membedakan jarak. Selain itu masukan (input) visual berfungsi sebagai kontrol

keseimbangan, pemberi informasi, serta memprediksi datangnya gangguan. Bagian vestibular

berfungsi sebagai pemberi informasi gerakan dan posisi kepala ke susunan saraf pusat untuk

respon sikap dan memberi keputusan tentang perbedaan gambaran visual dan gerak yang

sebenarnya. Masukan (input) proprioseptor pada sendi, tendon dan otot dari kulit di telapak kaki

juga merupakan hal penting untuk mengatur keseimbangan saat berdiri static maupun dinamik

Central processing berfungsi untuk memetakan lokasi titik gravitasi, menata respon sikap, serta

mengorganisasikan respon dengan sensorimotor. Selain itu, efektor berfungsi sebagai perangkat

biomekanik untuk merealisasikan renspon yang telah terprogram si pusat, yang terdiri dari unsur

lingkup gerak sendi, kekuatan otot, alignment sikap, serta stamina.

Postur adalah posisi atau sikap tubuh. Tubuh dapat membentuk banyak postur yang

memungkinkan tubuh dalam posisi yang nyaman selama mungkin. Pada saat berdiri tegak,

73 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10

Page 74: Laporan Faal Radi

hanya terdapat gerakan kecil yang muncul dari tubuh, yang biasa di sebut dengan ayunan tubuh.

Luas dan arah ayunan diukur dari permukaan tumpuan dengan menghitung gerakan yang

menekan di bawah telapak kaki, yang di sebut pusat tekanan (center of pressure-COP). Jumlah

ayunan tubuh ketika berdiri tegak di pengaruhi oleh faktor posisi kaki dan lebar dari bidang

tumpu.

Posisi tubuh ketika berdiri dapat dilihat kesimetrisannya dengan : kaki selebar sendi pinggul,

lengan di sisi tubuh, dan mata menatap ke depan. Walaupun posisi ini dapat dikatakan sebagai

posisi yang paling nyaman, tetapi tidak dapat bertahan lama, karena seseorang akan segera

berganti posisi untuk mencegah kelelahan.

II. TUJUAN :

1. Mendemonstrasikan kepentingan kedudukan kepala dan mata dalam mempertahankan

keseimbangan badan pada manusia.

2. Mendemonstrasikan dan menerangkan pengaruh percepatan sudut :

a. Dengan kursi barany terhadap : gerakan bola mata

b. Dengan berjalan mengelilingi statif

III. ALAT YANG DIPERLUKAN :

Kursi Brany + Tongkat/statif yang panjang

IV. PELAKSANAAN PRAKTIKUM

A. Percobaan dengan kursi Barany 1

1. Tata Kerja

Nistagmus

a. Suruh orang percobaan duduk tegak dikursi Barany dengan kedua tangannya memegang

erat tangan kursi.

b. Tutup kedua matanya dengan sapu tangan dan tundukkan kepala o.p 30 derajat kedepan.

P.VIA.9. Apa maksud tindakan penundukan o.p 30 derajat kedepan?

c. Putarlah kursi ke kanan 10 kali dalam 20 detik secara teratur dan tanpa sentakan

d. Hentikan pemutaran kursi tiba-tiba

e. Bukalah sapu tangan dan suruhlah o.p melihat jauh kedepan

f. Perhatikan adanya nistagmus

Tetapkanlah arah komponen lambat dan cepat nistagmus tersebut

P.VIA.10. Apa yang dimaksud dengan rotatory nistagmus dan postrotatory nystagmus ?

2. Hasil Pengamatan dan Pembahasan

Pada percobaan ini, setelah o.p diputar dengan kursi ke kanan sebanyak 10 kali. Maka pada

mata o.p terjadi nistagmus

Setelah berputar ke kanan, terdapat nistagmus komponen cepat ke arah kiri dan komponen

lambat ke arah kanan. Hal ini disebabkan oleh adanya refleks vestibulo-okular (VOR) yang

merupakan refleks gerakan mata untuk menstabilkan gambar pada retina selama gerakan kepala

74 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10

Page 75: Laporan Faal Radi

dengan memproduksi sebuah gerakan mata ke arah yang berlawanan dengan gerakan kepala,

sehingga mempertahankan gambar untuk berada pada pusat bidang visual.

3. Menjawab Pertanyaan

P.VIA.9. Apa maksud tindakan penundukan o.p 30 derajat kedepan?

Jawab :

Agar canalis semisirkularis anterior sejajar dengan bidang bumi

P.VIA.10. Apa yang dimaksud dengan rotatory nistagmus dan postrotatory nystagmus ?

Jawab:

Nistagmus horizontal : nistagmus yang gerakannya berada mata disekitar aksisvisual. Post-

rotatory nistagmus adalah keadaan normal yang ditemukan pada hewan pasca pemutaran

yang terjadi akibat pergerakan kupula sewaktu rotasi dihentikan memilikiarah berlawanan.

4. Kesimpulan

Setiap kepala berputar tiba-tiba,sinyal yang berasal dari kanalis semisirkularis menyebabkan,

mata berputar dengan arah yang berlawanan dengan arah putaran kepala. Keadaan ini timbul

akibat adanya refleks yang dijalarkaan melalui nuklei vestibular dan fasikulus longitudinalis medial

menuju nuklei okulomotor.

B. Tes Penyimpangan Penunjukkan ( Pas Pointing Test of Barany )

1. Tata Kerja

a. Suruh OP duduk tegak dikursi Barany dan tutuplah kedua matanya dengan sapu tangan

b. Periksa sendiri tepat dimuka kursi Barany sambil mengulurkan tangan ke arah OP

c. Suruhlah OP menunjulurkan lengan kanannya ke depan sehingga dpt menyentuh jari tangan

pemeriksa yang telah diulurkan sebelumnya

d. Suruhlah OP mengangkat lengan kanannya ke atas dan kemudian dengan cepat

menurunkan kembali sehingga dapat menyentuh jari pemeriksa lagi. Tindakan no 1-4

merupakan persiapan untuk tes yang berikut :

e. Suruhlah sekarang OP dengan kedua tangannya memegang erat tangan kursi

f. Putarlah kursi ke kanan 10 kali dalam 20 detik secara teratur tanpa sentakan.

2. Hasil Pengamatan dan Analisa

Pada o.p terjadi nistagmus dan o.p masih bisa menunjuk dengan deviasi ke arah kanan.

Saat mata OP dalam keadaan tertutup, terdapat koordinasi yang salah dari OP karena sensasi

perputaran yang dialaminya. Namun, setelah mata dibuka, OP dapat menyentuh jari tangan yang

sebenarnya bisa dilakukan dengan tepat.

3. Kesimpulan

Deviasi dari tes dapat terjadi namun belum tentu karena kelainan, namun karena koordinasi yang

salah

C. Kesan sensasi

1. Tata Kerja

a. Gunakan o.p. yang lain

b. Suruh o.p duduk di kursi Barany dan tutuplah kedua matanya dengan sapu tangan

75 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10

Page 76: Laporan Faal Radi

c. Putarlah kursi barany ke kanan dengan kecepatan yang berangsur-angsur bertambah dan

kemudian kurangilah kecepatan putarannya secara berangsur-angsur sampai berhenti.

d. Tanyakan kepada o.p arah perasaan berputar

1) sewaktu kecepatan putar masih bertambah

2) sewaktu kecepatan menetap

3) sewaktu kecepatan dikurangi

4) segera setelah kursi dihentikan

e. Berikan keterangan tentang mekanisme terjadinya arah perasaan berputar yang dirasakan

o.p .

2. Hasil Pengamatan dan Analisa

1) sewaktu kecepatan putar masih bertambah : pusing meningkat,arah badan berlawanan arah

putar

2) sewaktu kecepatan menetap : melayang

3) sewaktu kecepatan dikurangi : pusing berkurang

4) segera setelah kursi dihentikan : pusing meningkat

5) mekanisme terjadinya arah perasaan berputar yang dirasakan o.p.:

perasaan berputar dikarenakan adanya gangguan keseimbangan pada organ tympani pada

telinga.

Saat kursi mulai diputar ke kanan, endolimfe akan berputar ke arah sebaliknya, yaitu ke kiri.

Akibatnya, kupula akan bergerak ke kiri dan OP akan merasa berputar ke kiri. Kemudian,

kupula akan bergerak ke kanan searah dengan putaran kursi sehingga OP akan merasa

bergerak ke kanan. Saat kecepatan mulai konstan, kupula dalam posisi tegak sehingga OP

akan merasa tidak berputar. Saat kursi dihentikan, kupula akan bergerak ke arah sebaliknya,

yaitu ke kanan, sehingga OP akan merasa berputar ke kanan. Namun, pada praktikum OP

masih merasa berputar ke kanan saat kecepatan sudah konstan dan OP tidak merasa

berputar ke kanan saat kursi dihentikan. Hal ini mungkin disebabkan oleh persepsi

keseimbangan OP yang bagus.

3. Kesimpulan

Dengan adanya sensasidari arah kanan, maka reaksi tubuh pasien bergerak kesebelah kiri,

namun jika konstan tidak terasa berputar, dan jika dihentikan mengikuti arah putaran.

D. Percobaan sederhana untuk kanalis semisirkularis horisontalis

1. Tata Kerja

a. Suruhlah o.p. dengan mata tertutup dan kepala ditundukkan 30o , berputar sambil

berpegangan pada tongkat atau statif, menurut arah jarum jam, sebanyak 10 kali dalam 30

detik

b. Suruhlah o.p. berhenti, kemudian membuka matanya dan berjalan lurus ke muka

c. Perhatikan apa yang terjadi

d. Ulangi percobaan ini dengan berputar menurut arah yang berlawanan dengan arah jarum jam

76 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10

Page 77: Laporan Faal Radi

P. VI.4. 11 a. Apa yang saudara harapkan terjadi pada o.p. ketika berjalan lurus ke muka

setelah berputar 10 kali searah dengan jarum jam?

Jawab : o.p. akan berjalan miring ke kanan, tidak lurus ke depan

b.Bagaimana keterangannya?

Jawab : Karena endolimf bergerak lebih lambat namun bersifat menyusul jadi ketika terdapat

penghentian putaran, endolimf masih cenderung mengikuti perputaran tersebut.

2. Hasil Pengamatan dan Analisa

O.P. berjalan tidak lurus dan miring hampir jatuh berlawanan dengan arah putaran, lebih merasa

pusing saat diputar ke arah jarum jam (yang pertama).

Keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan orientasi tubuh dan bagian-

bagiannya dalam hubungannya dengan ruang internal. Keseimbangan tergantung pada continous

visual, labirintin, dan input somatosensorius (proprioceptif) dan integrasinya dalam batang otak

dan serebelum. Kanalis semisirkularis punya posisi anatomis terangkat 30o, kalau seseorang

menunduk dengan sudut 30o maka posisi kanalis semisirkularis lateral dibidang horizontal.

Kesulitan berjalan lurus biasa dialami, hal ini dikarenakan cairan endolimph dan perilimph

terganggu atau bergejolak.

3. Menjawab Pertanyaan

a. Apa yang saudara harapkan terjadi pada o.p. ketika berjalan luru ke muka setelah berputar

10 kali searah dengan jarum jam?

b. Bagaimana keterangannya?

Jawab:

a. OP berjalan tidak lurus ke depan tetapi mengarah ke kanan.

b. Karena endolimf bergerak lebih lambat namun bersifat menyusul jadi ketikaterdapat

penghentian putaran, endolimf masih cenderung mengikuti perputarantersebut.

4. KESIMPULAN

Posisi berjalan dan keseimbangan dipengaruhi oleh posisi kanalis semisirkularis serta pergerakan

cairan endolimph-perilimph.

V. KESIMPULAN AKHIR

Aparatus vestibularis mendeteksi perubahan posisi dan gerakan kepala. Kanalis

semisirkularis mendeteksi akselarasi atau deselarasi anguler atau rotasional kepala. Akselarasi

atau deselarasi selama rotasi kepala ke segala arah menyebabkan pergerakan endolimfe yang

awalnya tidak ikut bergerak sesuai arah rotasi kepala karena inersia.

Apabila gerakan kepala berlanjut dalam arah dan kecepatan yang sama, endolimfe akan

menyusul dan bergerak bersama dengan kepala sehingga rambut-rambut kembali ke posisi

tegak. Ketika kepala berhenti, keadaan sebaliknya terjadi. Endolimfe secara singkat

melanjutkan diri bergerak searah dengan rotasi kepala sementara kepala melambat

unutk  berhenti. Ketika seseorang berada dalam posisi tegak, rambut-rambut pada utrikulus

berorientasi secara vertikal dan rambut-rambut sakulus berjajar secara horizontal.

77 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10

Page 78: Laporan Faal Radi

DAFTAR PUSTAKA

Anonim . (2010). Lima Alat Indera . http://organisasi.org/. 21 Maret 2010. 22.00.

Drs. H. Syaifuddin, AMK. 2003. Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan. Penerbit Buku

Kedokteran EGC : Jakarta

Ganong WF. 2006. Review of medical physiology. 22nd Ed. USA: The McGraw-Hill companies

Ganong,F.William. 2002. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran ed.20. Jakarta:EGC

Guyton AC, Hall JE. 2006. Textbook of medical physiology. 11th ed. Philadelphia: Elsevier.. p663-6.

http://neurowww.cwru.edu/faculty/strowbridge/OlfactoryBulb/bulb1.htm

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23511/4/Chapter%20II.pdf

Lumbantobing, S. M. Saraf Otak. Dalam Neurologi Klinik Pemeriksaan Fisik dan Mental. Jakarta :

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2010. h. 2530

Marieb EN, Hoehn K. 2010. Human anatomy & physiology. 7th Ed. Pearson education,Inc

Panji.2009.sistem syaraf perifer. http://panji1102.blogspot.com/2008/03/sistem-saraf-perifer-divisi-

aferen.htm. tanggal akses 3-10-2009

Radiopoetro, R. 1986. Psikologi Faal 1. Yogyakarta : Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi UGM.

repository.ui.ac.id/dokumen/lihat/2801.ppt – sabtu, 03 april 2010.

Sears, dan Zemansky. “Fisika untuk Universitas”, jilid III

Seksi Laboratorium Psikologi Faal, 2001, Petunjuk Praktikum Psikologi Faal, Yogyakarta :

Laboratorium Psikologi Faal Fakultas Psikologi UGM

Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem ed.2. Jakarta:EGC

Sloane, Ethel. 2002. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta: EGC

Soepardi EA, Iskandar N, dkk. 2010. Gangguan Pendengaran dan Kelainan Telinga. Dalam: Buku

Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Edisi 6. Jakarta: FKUI. ; hal.

17-8

Sunny Kumar. 2011. The Neural Basis of Olfaction diunduh pada

http://www.yalescientific.org/2011/05/the-neural-basis-of-olfaction/

Sutrisno, Seri Fisika Dasar, ITB

Thianren. 2008. Penurunan Visus Pada Katarak dengan Diabetes Mellitus.

78 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10