Laporan Igd 2 Case1

download Laporan Igd 2 Case1

of 10

description

nhugiliugi

Transcript of Laporan Igd 2 Case1

LAPORAN KASUSPERITONITIS

Oleh :Danae Kristina Natasia, S.KedNIM: FAA 110 038

Pembimbing :dr. Sutopo, Sp. RMdr. Tagor Sibarani

Dibawakan dalam rangka tugas kepaniteraan klinik pada bagian Rehabilitasi Medik dan Emergency Medicine

KEPANITERAAN KLINIK REHABILITASI MEDIK DAN EMERGENCY MEDICINEFK UNPAR/RSUD dr. DORIS SYLVANUSPALANGKARAYA2015BAB IPENDAHULUAN

Gawat abdomen menggambarkan keadaan klinik akibat kegawatan di rongga perut yang biasanya timbul mendadak dengan nyeri sebagai keluhan utama. Keadaan ini memerlukan penanggulangan segera yang sering berupa tindakan bedah, misalnya pada perforasi, perdarahan intraabdomen, infeksi, obstruksi dan strangulasi jalan cerna dapat menyebabkan perforasi yang mengakibatkan kontaminasi rongga perut oleh isi saluran cerna sehingga terjadilah peritonitis.1.2Peritonitis adalah peradangan yang disebabkan oleh infeksi pada selaput organ perut (peritonieum). Peritonieum adalah selaput tipis dan jernih yang membungkus organ perut dandinding perut sebelah dalam. Lokasi peritonitis bisa terlokalisir atau difuse, riwayat akut ataukronik dan patogenesis disebabkan oleh infeksi atau aseptik. Peritonitis merupakan suatukegawat daruratanyang biasanya disertaidengan bakterecemia atau sepsis.Akut peritonitissering menular dan sering dikaitkan dengan perforasi viskus (secondary peritonitis. Apabila tidak ditemukan sumber infeksi pada intraabdominal, peritonitis diketagori sebagaiprimaryperitonitis. Peradangan peritoneum merupakan komplikasi berbahaya yang sering terjadi akibat penyebaran infeksi dari organ-organ abdomen (misalnya apendisitis, salpingitis, perforasi ulkus gastroduodenal), ruptura saluran cerna, komplikasi post operasi, iritasi kimiawi, atau dari luka tembus abdomen.1.3Pada keadaan normal, peritoneum resisten terhadap infeksi bakteri (secara inokulasi kecil-kecilan); kontaminasi yang terus meneras, bakteri yang virulen, resistensi yang menurun, dan adanya benda asing atau enzim pencerna aktif, merupakan faktor-faktor yang memudahkan terjadinya peritonitis.3Keputusan untuk melakukan tindakan bedah harus segera diambil karena setiap keterlambatan akan menimbulkan penyakit yang berakibat meningkatkan morbiditas dan mortalitas. Ketepatan diagnosis dan penanggulangannya tergantung dari kemampuan melakukan analisis pada data anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.3

BAB IILAPORAN KASUS

2.1 PRIMARY SURVEYAn. AZ, PerempuanVital Sign : Nadi: 180 x/menit, regular, kuat angkatSuhu: 39,20CPernapasan: 38 x/menitAirway: bebas, tidak ada sumbatan jalan nafasBreathing: spontan, 38x/menit, abdomino-torakal, pergerakan thoraks simetris kanan/kiriCirculation : Nadi 180x/menit rreguler, kuat angkatDisability: GCS (Eye 2, Verbal 2, Motorik 2) pupil isokor +/+ (diameter 3 mm/3 mm)Evaluasi masalah: kasus ini merupakan kasus yang termasuk dalam emergency signs yaitu anak dalam keadaan kejang disertai dengan penurunan kesadaran yang perlu penanganan kejang dengan segera. Pasien diberi label Merah.Tatalaksana awal : tata laksana awal pada pasien ini adalah ditempatkan di ruangan non bedah dan diberikan oksigenasi, serta pemberian diazepam 5 mg per-rektal.

2.2 IDENTITASIdentitas penderitaNama : An. AZJenis kelamin: PerempuanUsia: 8 bulanAlamat: Jl. Tumanggung Tilung VIII No.2BB : 6.4 kg

2.3 ANAMNESISAnamnesis dilakukan secara alloanamnesis pada hari Selasa, 16 Juni 2015.1. Keluhan utama: Kejang2. Riwayat penyakit sekarang: Pasien datang ke IGD dengan keluhan utama kejang sejak 15 menit SMRS. Kejang muncul tiba-tiba, sehari sebelumnya pasien demam tinggi, dirumah diberi parasetamol oleh orang tua dan demam turun. 1 Jam SMRS orang tua pasien merasa anaknya demam, 30 menit kemudian pasien kejang. Di rumah pasien kejang satu kali, badan seperti berkedut, kaki menendang-nendang dan terasa kaku, setelah kejang pasien segera dibawa ke rumah sakit, saat dibawa pasien tidak sadar dan masih dalam keadaan kejang, di IGD setelah diberikan obat pasien merintih. Keluhan mual dan muntah disangkal, mulut berbusa disangkal.3. Riwayat penyakit dahulu: Riwayat kejang serupa disangkal. Satu minggu yang lalu pasien mengalami demam disertai batuk dan pilek, dan membaik setelah diberikan parasetamol. Riwayat batuk dan pilek disangkal.4. Riwayat penyakit keluarga: Riwayat kejang dalam keluarga disangkal

2.4 PEMERIKSAAN FISIKStatus Generalis1. Keadaan umum: Tidak menangisKesadaran: E2 V2 M22. Tanda-tanda vitalNadi: 180x/menit, regular, kuat angkatSuhu: 39,20CPernapasan: 32 x/menit3.Kepala/Leher: CA -/-, SI -/-, NCH -/-, UUB menonjol, pembesaran KGB -/-, retraksi suprasternal (-), Kaku kuduk (-)4. Toraks a. Paru :Simetris, tidak ada ketinggalan gerak, tampak retraksi interkostal (+/+), vesikuler +/+, rhonki (-/-), wh (-/-)b. Jantung : S1S2 tunggal, murmur (-), gallop (-)5. Abdomen: Datar, BU (+) normal, timpani.6. Ekstremitas: akral hangat, CRT