Laporan IUT

download Laporan IUT

of 26

description

laporan ilmu ukur tanah

Transcript of Laporan IUT

KATA PENGANTAR

LAPORAN PRATIKUM M.RIZKI MAULANA

ILMU UKUR TANAH 1410015211007

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat melaksanakan Praktikum Ilmu Ukur Tanah dan menyelesaikan laporan ini.

Laporan ini penulis susun berdasarkan hasil Praktikum Ilmu Ukur Tanah yang telah dilaksanakan pada Laboratorium Ilmu Ukur Tanah Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Bung Hatta Padang, yang dimulai dari tanggal 12 September s/d 9 Oktober. Praktikum ini diprioritaskan sebagai pengembangan dan pemantapan teori-teori yang didapat selama perkuliahan Ilmu Ukur Tanah.

Terwujudnya laporan ini tidak terlepas dari arahan, bimbingan dan pertolongan dari semua pihak yang bersangkutan. Untuk itu sudah sepantasnyalah penulis ucapkan terima kasih kepada :1. Kepada Bapak Ir. Hendri Warman, MSCE selaku Kepala Laboratorium Ilmu Ukur Tanah dan Laboratorium Mekanika Tanah Jurusan Teknik Sipil Universitas Bung Hatta Padang.

2. Kepada para instruktur Laboratorium Ilmu Ukur Tanah, yaitu :

1. Zulkarnain Lucky2. Anggi Prasetia Pranajaya3. Dedi Agustin

Penulis harapkan semoga jasa dan kebaikan yang telah diberikan semua pihak dalam terwujudnya laporan ini dan juga pengembangan wawasan penulis semoga memberi hasil yang bermanfaat nantinya.

Sebagai manusia yang memiliki kemampuan yang terbatas, penulis menyadari laporan ini masih jauh dari sempurna serta memiliki banyak kekurangan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran-saran serta kritikan yang membangun guna perbaikan atas kekurangan-kekurangan yang terdapat pada laporan ini. Akhir kata penulis mengucapkan semoga laporan ini dapat berguna bagi kita semua.

Padang,08 November 2015 Penulis

BAB I

PENDAHULUAN

Dalam pelaksanaan suatu proyek yang dibutuhkan pertama kali adalah peta beserta ukuran daerahnya. Dan hal ini berhubungan dengan Ilmu Ukur Tanah yaitu dengan pemakaian alat-alat seperti Thoedolit dan Waterpass dan alat-alat lainnya. Sedangkan yang dimaksud dengan Ilmu Ukur Tanah itu sendiri adalah suatu ilmu yang berperan dalam menentukan letak nisbi atau posisi dari titik kedudukan tanah di permukaan bumi dengan menganggap bumi sebagai bidang datar

Secara umum pengertian dari Ilmu Ukur Tanah itu sendiri adalah suatu disiplin ilmu yang berbentuk semua metoda dalam pengumpulan dan pemrosesan tentang permukaan bumi. Jika dihubungkan dengan Teknik Sipil, Ilmu Ukur Tanah atau Geodesi berperan penting seperti menentukan data-data posisi (koordinat) dan ketinggian titik-titik di lapangan yang diukur ketinggiannya berbeda-beda sehingga data-data yang didapat sangat membantu dalam proses perencanaan dan pelaksanaan selanjutnya dari proyek1.1 Latar Belakang

Dengan diketahuinya peranan Ilmu Ukur Tanah dalam pelaksanaan suatu proyek, maka pemahamannya tidak akan sempurna jika tidak dilaksanakan dengan prakteknya. Dan praktek ini berupa praktikum di lapangan dengan menggunakan alat-alat pengukuran tanah yamg telah dipelajari di dalam perkuliahan. Melalui praktikum ini maka dapat tercapainya tujuan dari perkuliahan Ilmi Ukur Tanah.

Untuk mempermudah dari perkuliahan, maka mahasiswa dibagi menjadi beberapa kelompok, yang setiap orang didalam kelompok yang bertugas secara bergantian dalam pemakaian alat dengan tujuan agar setiap anggota memahami dan mengerti fungsi dan cara penggunaan alat:Adapun anggota kelompok 6 adalah :

1. M.Rizki Maulana 2. Arif Nurman3. Febri Rahmadani4. Nugrah Oji Pratama5. Amy Rahmadian Putri6. Tiara Fahreza 7. Ardinal Padli8. Taufiq Hidayat1.2 Maksud dan Tujuan

Maksud dari praktikum ini adalah agar mahasiswa dapat secara langsung memahami dan mengerti mengenai alat-alat Ilmu Ukur Tanah yang didapat pada perkuliahan Ilmu Ukur Tanah dan pengaplikasiannya di lapangan. Praktek lapangan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan mahasiswa dalam menggunakan alat yang dipakai dalam praktikum lapangan, agar setiap anggota kelompok mengerti dan memahami alat-alat yang dipergunakan, maka diperlukan keterlibatan secara langsung dari para anggotanya. Dan yang lebih penting lagi adalah mahasiswa mendapatkan pengalaman kerja lapangan dan tentunya berkesesuaian dengan bidang yang mencakup Ilmu Ukur Tanah, antara lain :

1. Pengetahuan ringkas tentang peta.

2. Sistem koordinat untuk menentukan posisi titik-titik pada permukaan bumi yang dianggap sebagai sebuah bidang datar.

3. pengetahuan dan pengenalan secara ringkas mengenai alat ukur jarak (waterpass) dan alat ukur sifat ruang (theodolit).

4. Beberapa metoda penentuan posisi horizontal.

1.3 Ruang lingkup

Ruang lingkup dari praktikum Ilmu Ukur Tanah ini adalah pada pelaksanaan dari teori-teori yang dipelajari pada perkuliahan Ilmu Ukur Tanah dan pengarahan dari instruktur dalam pelaksanaan praktikum sehingga memahami cara-cara penggunaan alat dan pengukuran serta dapat mengatasi masalah-masalah yang timbul pada saat pelaksanaan praktikum di lapangan.

1.4 Pembatasan Masalah

Dengan berdasarkan waktu praktikum yang terbatas yaitu 2 September 9 Oktober 2015, maka praktikum Ilmu Ukur Tanah ini dibatasi pada:

1. pengukuran Waterpass2. pengukuran Polygon

3. pengukuran Situasi Detail

1.5 Sumber Data

Sumber data dari praktikum lapangan ini adalah hasil dari pengukuran yang didapat pada saat praktikum dimana pengukuran-pengukuran yang benar dan akurat akan menjadi sumber data yang sangat akurat akan menjadi sumber data yang sangat lengkap. Selain itu sumber data juga berasal dari informasi-informasi yang didapat dari standar-standar yang ada yang dipergunakan maupun keterangan dari dosen di dalam perkuliahan serta arahan dari instruktur maupun dari buku-buku dan diktat yang berhubungan dengan Ilmu Ukur TanahBAB II

PENGUKURAN WATERPASS2.1 Tujuan Praktikum

2.1.1 Tujuan Umum

Setelah menyelesaikan praktikum diharapkan mahasiswa memahami dan mengetahui dengan jelas tentang :

1. Alat sifat datar dan kegunaannya.

2. Bagaimana mengatur alat sifat datar (waterpass) dan kegunaannya berdasarkan fungsinya masing-masing.

3. Cara melakukan pengukuran dengan menggunakan alat sifat datar (waterpass).

2.1.2 Tujuan Khusus

1. Dapat menentukan beda tinggi sebuah jalur dengan memakai alat waterpass2. Dapat melakukan perhitungan dari data yang diperoleh guna mendapatkan tinggi titik-titik.2.2 2.2 Peralatan Yang Digunakan

1. satu set alat sifat datar

2. statif alat sifat datar

3. rambu / bak ukur

4. meteran

5. formulir pengukuran.2.3 Dasar Teoria) Pendahuluan

Maksud pengukuran tinggi adalah menetukan beda tinggi antara dua titik. Bila beda tinggi h diketahui antara dua titik A dan B, sedang tinggi titik A diketahui sama dengan Ha dan titik B letak lebih tinggi dari pada titik A, maka tinggi titik B, Hb = Ha + h.

Yang diartikan dengan beda tinggi antara titik A dan titik B adalah jarak antara dua bidang nuvo yang melalui titik A dan B. umumnya bidang nivo adalah bidang yang lengkung, tetapi bila jarak antara titik-titik A dan B dapat dianggap sebagai bidang yang mendatar.Beda tinggi antara dua titik dapat ditentukan dengan tiga cara yaitu:

a. dengan cara barometris;

b. dengan cara trigonometris;

c. dengan cara pengukuran penyipat datar.Ketiga cara ini disusun sedemikian, hingga ketelitian dari atas ke bawah akan menjadi besar. Cara yang memberikan hasil ketelitian terbesar adalah cara c dengan pengukuran penyipat datar, sedang cara a cara yang terkasar untuk menentukan beda tinggi antara dua titik. Dalam hal ini cara yang digunakan dalam praktikum adalah cara c dengan ketelitian terbesar.

batas udara

b

A

gambar II. 3ab) Syarat-syrat untuk Alat Ukur Penyipat Datar

Syarat utama yang harus dipenuhi oleh semua macam alat ukur penyipat datar ialah : garis bidik di dalam teropong harus sejajar dengan garis arah nivo. Syarat-syarat berikut adalah syarat tambahan yang dimaksudkan untuk mempercepat dan memudahkan pengukuran. Syarat tambahan pertama adalah

1. Arah garis nivo harus tegak lurus pada sumbu kesatu alat ukur penyipat datar. Bila garis bidik yang telah sejajar dengan garis arah nivo tidak tegak lurus pada sumbu kesatu, maka garis sudut akan membuat sudut ( < 90O dengan sumbu kesatu. Bila garis bidik diarahkan kemistar kiri dengan gelombang nivo ditengah-tengah, maka garis arah nivo dan garis bidik akan mendatar. Tetapi karena garis arah nivo tidak tegak lurus pada sumbu kesatu, maka sumbu kesatu akan miring dari keadaan garis tegak lurus.2. Benang mendatar diafragma harus tegak lurus pada sumbu kesatu. Pada pengukuran tingi dengan cara menyipat datar, yang dicari selalu titik potong garis bidik yang mendatar dengan mistar-mistar yang dipasang di atas titik-titik, sedang diketahui bahwa garis bidik adalah garis lurus yang menghubungkan titik potong dua benang atau garis diafragma dengan titik tengah lensa objektif teropong. Maka pada pengukuran akan selalu dibaca pada mistar-mistar tempat titik potong dua garis diafragma itu pada mistar.

Maka syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh semua alat ukur penyipat datar adalah:a. Syarat utama : garis bidik teropong harus sejajar dengan garis nivo;b. Syarat kedua : garis arah nivo harus tegak lurus pada sumbu kesatu;c. Syarat ketiga : garis memdatar diafragma harus tegak lurus pada sumbu kesatu.

Sebelum alat ukur penyipat datar digunakan untuk mengukur, maka syarat-syarat ini harus dipenuhi lebih dahulu dengan perkataan lain: alat ukur penyipat diatur lebih dahulu, supaya tiga syarat itu dapat dipenuhi.c) Macam-macam Alat Ukur Penyipat Datar

Berdasarkan konstruksinya alat ukur penyipat datar dapat dibagi dalam empat macam utama:

1. alat ukur penyipat datar dengan semua bagiannya tetap. Nivo tetap ditempatkan di atas teropong, sedang teropong hanya dapat diputar dengan sumbu kesatu sebagai sumbu putar;2. alat ukur penyipat datar yang mempunyai nivo refersi, dan ditempatkan pada teropong. Dengan demikian teropong selain dapat diputar dengan sumbu kesatu sebagai pemutar, dapat pula diputar dengan satu sumbu yang letak searah dengan garis bidik. Sumbu putar ini dinamakan sumbu mekanis teropong. Teropong dapat diangkat dari bagian bawah alat pengukur penyipat datar;3. alat ukur penyipat datar dengan teropong yang mempunyai sumbu mekanis, tetapi nivo tidak diletakkan pada teropong, melinkan ditempat di bawah, lepas dari teropong. Teropong dapat di angkat dari bagian bawah alat ukur penyipat datar;4. alat ukur penyipat datar dengan teropong yang dapat di angkat dari bagian bawah alat ukur penyipat datar dan dapat diletakkan di bagian bawah dengan landasan yang berbentuk persegi, sedang nivo di tempatkan pada teropong.

Karena konstruksi berbeda, maka cara pengaturan pada tiap-tiap macam alat ukur penyipat datar akan berbeda pula, meskipun syarat-syarat yang harus di penuhi untuk semua macam sama. d) Konstruksi-konstruksi Khusus Penyipat Datar

1. Sebagaimana telah diketahui, pembacaan-pembacaan pada mistar harus dilakukan dengan gelembung ditengah-tengah, supaya didapat garis bidik yang mendatar, setel garis bidik dibuat sejajar dengan garis arah nivo lebih dahulu. Untuk menggeserkan gelembung ketengah-tengah, pada beberapa alat ukur penyipat datar ditempatkan suatu sekrup khusus dimaksudkan untuk pekerjaan ini, Sekrup ini dinamakan sekrup miring yang bekerja dengan langsung pada teropong dan dengan tidak langsung pada nivo yang ditempatkan di atas teropong.2. Untuk pembacaan yang sempurna, konstruksi yang lebih baik adalah bila gelembung dapat pula dilihat di medan lihat teropong. Bayangan gelembung dapat dilihat bersama-sama dengan bayangan mistar didalam teropong, sehingga segara setelah gelembung ditengah-tengah, pembacaan pada mistar dapat dilakukan.3. Syarat utama yang berlaku untuk semua alat ukur penyipat datar adalah; garis bidik harus sejajar dengan garis arah nivo. Meskipun alat ukur penyipat datar telah di atur lebih dahulu dan syarat utama ini telah dipenuhi, keadaan baik dari alat ukur dapat berubah karena pengangkutan dan sebagainya, sehingga syarat-syarat yang tidak dapat dipenuhi lagi dan didapat kesalahan-kesalahan pada hasil pengukuran. Didalam penulisan laporan ini akan diberikan gambar-gambar alat ukur penyiat datar, pada alat dimana garis bidik akan selalu otomatis dalam keadaan mendatar, sehingga pada alat-alat ukur penyipat datar tidak lagi didapat nivo tabung. Nivo kotak tetap ada untuk membuat tegak lurus sumbu kesatu dengan cara yang kasar.

e) Mistar dan Perlengkapannya

Mistar yang digunakan pada pengukuran penyipat datar dibuat dari kayu yang panjangnya ada 3 sampai 4 meter, bahkan ada yang 5 meter, Karena panjangnya ini dan untuk memudahkan pengangkutannya, maka mistar dapat dilipat a 1.50 m atau a 2.00 m. Skala mistar dibuat dengan cm; tiap-tiap centimeter adalah blok merah, putih atau hitam. Tiap-tiap meter diberi warna yang berlainan, merah putih dan hitam putih untuk memudahkan pembacaan meter.f) Ketentuan Teknik

Ketentuan Teknik Sifat Datar (waterpass) sesuai dengan ketelitian waterpass yang diminta, yaitu harus mencapai tingkat ketelitian orde II yaitu ( 10 (D mm. Dimana D adalah jumlah jarak dalam Km. Ketentuan ini penting sekali dalam hubungannya mempersiapkan alat ukur dan metode yang digunakan. Untuk mencapai ketelitian yang digunakan apakah sesuai atau tidak rusak. Biasanya alat ukur waterpass kerusakannya terletak pada kesalahan-kesalahan garis bidik. Walaupun kesalahan tersebut dapat dieliminir yaitu dengan metode pengukuran yang mengharuskan alat berdiri tepat ditengah-tengah antara kedua rambu namun alat tetap harus diperbaiki yaitu dengan mengkalibrasikan alat waterpass. Sesudah faktor alat diperhatikan, baru diperhatikan faktor pengukur (manusia) jangan sampai terjadi kesalahan-kesalahan yang fatal. Kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi dalam melakukan pengukuran alat sifat datar antara disebabkan oleh :

1. Kesalahan si pengukur sendiri, ini merupakan kesalahan kebetulan yang disebabkan karena kurang teliti dalam penafsiran pembacaan rambu. Adanya kesalahan karena kekeliruan pengukuran atau penafsiran skala yang salah disebut blunder. Kesalahan blunder bisa langsung diketahui setelah pengukuran (misalnya hasil pengukuran beda antara pergi dengan pulang setelah dihitung bedanya terlalu jauh atau melebihi toleransi yang diizinkan) maka dilakukan pengukuran ulang di tempat yang bersangkutan.2. Kesalahan karena alat-alat yang digunakan yaitu :

a. Tidak sejajarnya garis bidik dengan garis arah nivob. Kesalahan karena miringnya rambuc. Kesalahan karena turunnya rambud. Kesalahan karena turunnya statif alat3. Sebelum melakukan pengukuran, alat ukur diatur dengan mengusahakan agar: a. Garis bidik teropong sejajar dengan garis arah nivob. Benang mendatar difargma harus tegak lurus sumbu I

4. Alat diusahakan berdiri tegak diantara kedua rambu

5. Karena sulit memenuhi hal tersebut (tergantung medan) maka diusahakan agar jumlah jarak ke muka dan jumlah jarak ke belakang pada setiap seksi diusahakan sama. Medan yang relatif sulit tetap dituntut agar ketelitian memenuhi toleransi atau tidak memenuhi batas kesalahan. Misalnya satu seksi diukur mulai dari titik BM ke titik P1. untuk melancarkan jalannya pengukuran langsung dihitung jumlah jarak ke muka dan ke belakang untuk slag-slag yang telah diukur (satu slag = satu kali berdiri alat)6. Jumlah slag pada setiap seksi dibuat genap. Pemasangan rambu bergantian, artinya rambu muka pada slag pertama menjadi rambu belakang pada slag berikutnya.7. Pengukuran dilakukan pada waktu : jam 08.00 s/d 12. 30Pemasangan rambu diusahakan tegak dengan bantuan unting-unting atau nivo8. Sistem pembacaan rambu sebagai berikut :

Muka - Belakang Belakang Muka, yang dibaca adalah benang atas, benang tengah, dan benang bawah9. Pengukuran dilakukan pergi dan pulang pada setiap seksi10. Jika beda tinggi ukuran pergi dan pulang mempunyai selisih yang lebih dari toleransi ketelitian yang diinginkan maka pengukuran diulang lagi esoknya11. Kadang-kadang pengukuran pergi dan pulang tidak melalui patok-patok yang telah ditentukan maka digunakan tata rambu, hal ini apabila patok-patok tersebut rusak, amblas, hilang atau sulit pada pembidikan alat2.3 Langkah-langkah Pelaksanaan Praktikum

1. Sediakan Alat, Statip, Waterpass, Payung, Unting-unting, Rambu Ukur, Meteran.2. Dirikan statip sejajar horizontal.3. Tempatkan waterpass di atas statip.4. Ratakan nivo kotak dengan menyetel sekrup.5. Tentukan posisi titik detail yang akan diperiksa ketinggiannya (P1, P2, P3, P4, P5)

6. Ukur jarak posisi titik yang akan ditinjau dengan meteran.7. Dirikan statip diantara kedua titik tersebut dengan menaikkan dan menurunkan kaki statip sampai keadaan rata.8. Letakkan waterpass di atas statip, lalu kunci dengan penguncinya agar waterpass tidak bergerak.9. Atur nivo tabung hingga gelembungnya berada di tengah dengan menggunakan secrup ABC.10. Arahkan waterpass atau bidik titik yang dituju dengan menggunakan vizier.11. Baca skala BA, BB, BT dan catat pada table double stand.12. Lakukan cara yang sama untuk titik-titik berikutnya.

BAB III

PENGUKURAN SITUASI DETAIL

( POLYGON TERIKAT )

3.1 Tujuan Praktikum

A. Secara Umum:

a. Dapat mengatur Theodolit sehingga siap digunakan sesuai fungsinya dengan baikb. Dapat membuat denah situasi

B. Secara Khusus:

a. Mengukur tinggi rendahnya permukaan tanah, dengan cara mengukur sebanyak mungkin titik detail untuk mendapatkan bentuk topografi.b. Membuat garis kontur (garis yang menghubungkan titik yang mempunyai ketinggian yang sama) dari data yang diperoleh dari hasil pengukuran titik detail

3.2 Peralatan Yang Digunakan1. satu set alat Theodolit2. statif Theodolit3. rambu ukur4. formulir situasi detail5. kalkulator6. meteran3.3 Dasar Teori

Keadaan tinggi rendah permukaan tanah, kadang kala sangat diperlukan dalam merencanakan suatu bangunan. Untuk itu perlu dilakukan pengkuran situasi detail dengan mengukur sebanyak mungkin titik detail. Makin rapat titik detailnya, maka akan memberikan gambaran permukaan tanah yang lebih baik.

Bentuk permukaan tanah akan dilukiskan oleh garis-garis yang menghubungkan titik-titik yang mempunyai ketinggian yang sama yang disebut kontur.

Supaya pekerjaan berlangsung dengan cepat maka penempatan alat diatur sedemikian rupa sehingga dapat dibidik sebanyak mungkin titik-titik di sekitarnya. Penggunaan lebih lanjut dari pengukuran situasi detail ini adalah untuk pembuatan peta kontur. Peta kontur adalah suatu peta yang menunjukkan gambaran bentuk topografi suatu daerah yang dinyatakan menurut garis-garis kontur.

a. Sifat-sifat garis kontur

1. selalu merupakan garis yang tertutup kecuali pada batas gambar peta2. garis-garis kontur dengan ketinggian yang berbeda-beda tidak mungkin saling berpotongan atau menjadi satu3. garis kontur dengan ketinggian yang sama tidak mungkin terpecah menjadi dua kontur / bercabang4. untuk keadaan tanah yang landai pada peta terlihat bahwa jarak antara kontur yang satu dengan yang lainnya tidak terlalu rapat5. garis-garis kontur yang menggambarkan bentuk tanjung atau bukit merupakan garis-garis lengkung yang cembung ke arah tanjung6. garis-garis kontur yang menunjukkna teluk atau lembah-lembah ke arah hulu sungai merupakan garis-garis lengkung cekung ke arah luar teluk atau ke arah muara7. garis-garis kontur yang berpotongan dengan jalan terlihat pada peta merupakan garis lengkung cembung ke arah menurunnya jalanb. Pemakaian dan penggunaan peta kontur :

1. untuk keperluan perencanaan sistem distribusi pengairan (irigsi)2. perencanaan real estate3. hitungan penimbunan dan penggalian tanah (cut and fill)4. perencanaan lokasi Dam, Jembatan, Pelabuhan Udara, dan keperluan-keperluan teknis lainnya.Beberapa cara pembuatan peta kontur :

a. Metode Radialb. Metode Profilc. Metode Grid

Pemetaan kontur dengan metode Grid dilakukan dengan cara pengukuran tinggi titik menurutarah garis lurus dalam setiap jarak tertentu dan pada setiap interval Grid tertentu pula. Hasil pemetaan kontur dengan metode Grid dapat memberikan ketelitian lebih baik.

c. Pelaksanaan Pengukuran di Lapangan

1. Penempatan Alat Ukur di Lapangan

Cara penempatan theodolite dan statif di lapangan adalah sebagai berikut:

a. Pilih tempat titik station/titik kontrol dilapangan sedemikian rupa hingga dari titik ini dapat membidik titik-titik di lapangan sebanyak mungkin agar dapat membuat bayangan keadaan disekitar titik itu di atas permukaan bumi.b. Tancapkan kaki statif di atas titik di station dan usahakan kepala statif (base plate) mendekati datar agar memudahkan kita untuk menstel alat ukur theodolite.c. Buat posisi statif hampir merupakan segitiga kemudian kencangkan kaki statif supaya jangan naik turun.d. Letakkan alat theodolite di atas base plate.e. Tempatkan theodolite tepat di tengah titik station dengan centring optik (untuk membuat sumbu vertical / sumbu I tegak lurus).f. Ketengahkan gelembung udara dari nivo kotak dengan cara menyetel sekrup penyetel (untuk membuat sumbu II datar).g. Atur gelombang nivo tabung agar berada ditengah-tengah setiap arah mendatar teropong dengan 3 (tiga) sekrup pengatur ABC.

Cara Menyeimbangkan Thedolite (Pendataran Theodolite)

Gambar III. 3a

Sebelum di lakukan pembacaan pada alat theodolite terlebih dahulu di lakukan pendataran theodolite sebagai berikut:1. Alat theodolite didatarkan secara kasar dengan bantuan sekrup A, B, dan C yaitu dengan jalan di putar sampai gelembung nivo berada tepat ditengah.2. Alat theodolite di putar sedemikian rupa sehingga nivo tabung menjadi sejajar dengan garis A C.3. Sekrup A dan C diputar dengan salah satu cara sebagai berikut: A ke kiri

A ke kanan

C ke kanan

C ke kiri4. Arah dari ibu jari menentukan arah yang akan diikuti gelembung, umpama bila gelembung berada disebeleh kiri dari bagian tengah, maka 5. ibu jari kiri harus bergerak ke kanan (ibu jari kanan ke kiri) agar gelembung masuk ketengah.6. Putar alat theodolite sebanyak 90O mengikuti arah tangan lonceng sehingga nivo tabung akan tegak lurus pada garis A C (gelembung akan keluar dari kedudukannya di tengah).7. Kini sekrup B di putar dengan tangan kiri sampai gelembung masuk ketengah lagi.8. Sebagai kontrolan theodolite harus di putar keliling sehingga gelembung tetap di tengah, kalau tidak harus di stel kembali.9. Sebelum memulai pengukuran harus di laksanakan :

Teropong di balik-balik beberapa kali. Alat diputar beberapa kali

d. Pembacan sudut dan Rambu dengan alat Theodolite

Sebelum digunakan alat ukur theodolite haruslah memenuhi syarat-syarat alat theodolite sebagai berikut yaitu :

1. Sumbu I harus tegak lurus sumbu II.

2. Sumbu II harus mendatar.

3. Garis bidik tegak lurus sumbu II.

4. salah indek (lingkaran vertical) sama dengan no.

Setelah theodolite memenuhi syarat dan telah melakukan pengaturan maka pengukuran telah dapat dilakukan. Dalam hal pelaksanaan pengukuran sebaiknya dilakukan minimal 3 (tiga) orang yaitu: 2 orang memegang sumbu, dan 1 (satu) orang melekukan pembacaan (juru ukur). Dalam hal melakukan pengukuran data-data yang harus diambil meliputi:

1. Pembacaan benang atas (Ba), benang bawah (Bb), dan benang tengah (Bt).2. Pembacaan sudut hirizontal dan vertical.3. HI (tinggi alat).

Hal yang harus diketahui oleh juru ukur adalah sebagai berikut :

a. Menyetel sekrup sebelum sekrup halus di stel, sekrup kasar dulu yang di stel.b. Selama di adakan pengukuran harus dihindari menyentuh gelas darinivo tabung.c. Setelah statif datar dan pesawat di stel kakinya, maka pesawat harus dijaga supaya tidak bergoyang.d. Pengukuran terhadap sumbu harus di bidik bagian sumbu yang pas seperti benang bawah 1.000.e. Setiap selesai membaca suatu titik gelembung, nivo harus dicek kembali supaya distel.f. Pengukuran dilakukan pagi atau pada cuaca yang cerah.g. Menempatkan pesawat harus di jaga keselamatannya.

1. Pembacaan Rambu Ukur

Sebelum membaca rambu ukurdi lakukan terlebuh dahulu di bidik dengan menggunakan visir sampai mendekati sasaran kemudian putaran theodolite dikunci dengan pengunci vertical dan horizontal, kemudian jelaskan bayangan dan benang silang di tengah sumbu dengan menggunakan sekrup penggerak halus horizontal kemudian lakukan pembacaan, usahakan benang bawah, terletak pada garis benang silang bahwa supaya mudah dalam perhitungan jarak miringnya nanti.2. Pembacaan sudut

a. Sudut Vertikal

Pada teropong keadaan horizontal dan dalam pembacaan biasa (kedudukan satu) maka pembacaan sudut vertical adalah 90O. Sedangkan angka yang terbaca lebih besar dari 90O, maka titik objek berada lebih rendah dari ketinggian tempat alat ukur didirikan (teropong mengarah kebawah). Sebaliknya apabila terbaca lebih kecil dari 90O, maka ketinggian alat ukur lebih rendah dari ketinggian titik objek daerah yang di ukur.b. Sudut Horizontal

Sudut horizontal adalah besar sudut yang didapat dari selisih hasil pembacaan antara dua jurusan/arah. Arah Utara yang digunakan berupa Utara Geotis, Magnetis, Astronomis, dan sebaginya. Setelah susut vertical dibaca langsung putar micrometer dan masukkan angka sudut 2 garis sejajar. Pengukuran situasi menggunakan sistem RAAI yakni alat berdiri pada titik yang mempunyai pengikatan titik polygon situasi (minimum dilakukan pengikatan pada dua titik polygon situasi) seperti diketahui kerangka dasar luar (Kring polygon luar) dan kerangka dasar dalam (Kring polygon dalam) kemudian di dalamnya terdapat jalur-jalur polygon situasi yang terikat pada titik kerangka dasar / titik BM (x,y) maupun ketinggian (H). untuk memenuhi kebutuhan perencanaan apabila terdapat bangunan maupun fasilitas lainnya yang telah ada maka pengukuran harus ditelitie. Teori Takimetri

1. Pengantar

Metode Stadia , yang disebut Takimetri di Eropa adalah adalah cara yang cepat dan efisien dalam mengukur jarak yang cukup teliti untuk sifat datar trigonometric, beberapa polygon dan penentuan lokasi detail-detail topografik. Lebih lanjut, dalam metode ini cukup dibentuk regu 2 atau 3 orang, sedangkan pada pengukuran dengan transit dan pita biasanya diperlukan 3 atau 4 orang.

Stadia berasal dari kata Yunani untuk satuan panjang yang asal mulanya diterapkan dalam pengukuran jark-jarak untuk pertandingan atletik dari sinilah muncul kata stadium (stadion) dalam pengertian modern. Kata ini menyatakan 600 satuan Yunani (sama dengan satuan feet), atau 609 ft 9 in dalam ketentuan Amerika Sekarang.

Istilah stadia sekarang sekarang dipakai untuk benang silang dan rambu yang dipakai dalam pengukuran, maupun metodenya sendiri. Pembacaan optis (stadia) dapat dilakukan dengan transit, theodolite, alidade, dan alat sipat datar. Seperti telah dijelaskan pengukuran situasi titik detail dimaksudkan untuk mendapatkan posisi horizontal dan ketinggian dari titik detail tersebut. Untuk mendapatkan ketinggian titik detail tersebut dihitung beda tinggi antara titik tempat berdiri alat terhadap titi detail yang bersangkutan.

Tachymetri merupakan metode penentuan kontur yang cepat, karena dengan pembacaan nonius horizontal dan nonius vertikal disamping pembacaan benang-benang silang terhadap rambu ketinggian, baik posisi maupun ketinggian dasar rambu dapat dihitung. Oleh karena itulah dipakai Theodolit sebagai tachymetri.

Bentuk Theodolit dibagi menjadi :

1. Theodolit reiterasi

2. Theodolit repetisi

Dalam konstruksi perbedaan antara kedua Theodolit ini hanya pada bagian bawahnya saja yaitu :

a. Pada Theodolit reiterasi pelat lingkaran skala mendatar dijadikan satu dengan tabung yang terletak di antara tiga sekrupb. Pada Theodolit repetisi pelat lingkaran skala mendatar ditempatkan sedemikian rupa sehingga pelat ini dapat berputar sendiri dengan tabung pada tiga sekrup penyetel sebagai sumbu putar

Sket pemakaian alat Theodolit :BAB IV

PENGUKURAN POLYGON

4.1 Tujuan Praktikum

1. untuk mendapatkan posisi / kerangka dasar horizontal

2. untuk mendapatkan posisi planimetris (x,y) dari titik guna pengikatan selanjutnya

4.2 Peralatan Yang Digunakan

1. satu set alat Theodolit

2. statif Theodolit

3. dua buah rambu ukur

4. pita ukur

5. formilir polygon

6. meteran

4.3 Dasar Teori

Cara membuat suatau polygon adalah untuk menentukan tempat lebih dari satu titik. Telah diketahui pula bahwa pada ujung awal polygon diperlukan satu titik yang telah diketahui sudut jurusannya. Supaya keadaan menjadi simetris, maka pada ujung akhir dibuat titik yang tentu pula dan diikat pada jurusan yang tentu lagi. Umumnya suatu polygon dimulai dan diakhiri pada titik-titik tertentu dan diikat pada kedua ujung pada dua jurusan tertentu pula.

Sebelum dimulai menghitung koordinat-koordinat titik-titik polygon, maka lebih dahulu harus diteliti pengukuran polygon. Karena unutk dapat menentukan koordinat-koordinat diperlukan sudut dan jarak pada polygon itu. Untuk dapat melakukan penelitian, maka harus diketahui dan ditentukan lebih dahulu syarat-syarat apakah yang harus dipenuhimoleh suatu polygon.

Syarat hitungan polygon tertutup:

1. ( sudut yang diukur = ( n 2 ) 180(2. ( d sin ( = 0

3. ( d cos ( = 0

Pengukuran polygon ini terdiri dari pengukuran polygon tertutup, dimaksudkan untuk mendapatkan posisi planimetris ( x,y ) dari titik-titik ukur.

Adapun metoda pengukuran adalah:

1. Pengukuran dilakukan 1 seri yaitu biasa biasa - luar bi asa luar biasa

2. Pengukuran jarak menggunakan pita ukur panjang 50 m

3. Penutup sudut maksimum 10(n, dimana n = banyak titik

4. Kontrol pengukuran sudut dengan cara membuat polygon tertutup

5. Syarat yang harus dipenuhi dalam perhitungan

4.4 Langkah-langkah pelaksanaan praktikum

1. Letakkan alat ( theodolit ) pada titik yang akan diukur sudut horizontalnya

2. Mengatur alat dan nivo

3. Memutar tropong sebesar 180( untuk memeriksa kedudukan nivo

4. Apabila alat sudah siap untuk digunakan maka persiapkan alat dan formulir pengukuran

5. Mengarahkan teropong pada titik yang akan dibaca sudut horizontal

6. Putar teropong pada titik lain yang akan dibaca sudut horizontalnya dalam keadaan biasa dengan memotong teropong dengan sudut 180(7. Mengarahkan kembali teropong pada titik pertama untuk mendapatkan sudut luar biasa

8. Memindahkan alat ketitik lain dan mengulangi pekerjaan (1) sampai (&). Jadi sudut yang dibaca adalah sudut biasa,biasa,luar biasa dan luar biasa.

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dengan berakhirnya praktikum Ilmu Ukur Tanah ini, maka mahasiswa dapat membuktikan hal-hal yang terjadi dalam pelaksanaan teori dilapangan baik dari cara pemetaan peta kedaerah daerah yang akan dibangan, contoh jalan,bangunan dan lain-lain.

Selain itu kita juga dapat membuktikan apa-apa saja yang dapat diukur dan dilaksanaan dalam praktikum baik penggunaan alat maupun cara pengukurannya sehingga nanti bisa melaksanakannya sewaktu terjun dalam pelaksanaan suatu proyek

Dengan keadaan cuaca dan keadaan alam pada waktu praktikum kurang baik yang merupakan salah satu penghambat dalam pelaksanaan praktikum dan akan mengurangi tingkat ketelitian pengukuran. Selain itu praktikum ini dapat menambah pengetahuan salam pengaturan dan penggunaan alat, perhitungan serta pengambaran dari hasil pengukuran tersebut.

Semoga pengalaman yang didapat dari praktek Ilmu Ukur Tanah ini akan sangat membantu dalam menyelesaikan masalah yang timbul dilapangan nantinya, dan juga memberikan dorongan moral dan mental untuk kesiapan menghadapi lapangan.

5.2 Saran-saran

1. Sebaiknya praktikum dilaksanakan sejalan dengan teori-teori yang dipelajari pada perkuliahan sehingga lebih mudah dimengerti

2. Kurangnya alat-alat dalam praktikum sehingga menghambat kelancaran praktikum

3. Asisten kalau bisa memberikan keterangan lebih jelas agar mahasiswa praktikan tidak salah melaksanakan praktikum.

DAFTAR PUSTAKA1. Russell C. Brinker and Paul R. Wolf, Elementary Surveying Seven Edition, Erlangga, Jakarta, 1997.2. Soetomo Wangsotjitro, Ilmu Ukur tanah, Kanisius, Yogyakarta, 1985. Suyono Sosrodarsono, Pengukuran Topografi dan Teknik Pemetaan, PT. Pradaya Paramita, Jakarta, 1983.3. Muchidin Noor, Ilmu Ukur Tanah Bangunan Sipil, Sekolah Pembanguan Prakarya, Bandung.4. Rachman MD, Penentuan Ketelitian Hasil Pengukuran, Divisi Surta, Jakarta, 1983.5. Manual Praktikum Ilmu Ukur tanah, laboratorium Mekanika Tanah & Ilmu Ukur Tanah, Universitas Bung hatta, Padang, 2002

B

C

A

JURUSAN TEKNIK SIPILFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

UNIVERSITAS BUNG HATTA