Laporan Kasus Kwashiorkor

46
Nisia Putri Rinayu Rikhana Shita Tyas Asih LAPORAN KASUS KELOMPOK KWASHIORKOR

description

Laporan kasus tentang MEP Kwashiorkor

Transcript of Laporan Kasus Kwashiorkor

Page 1: Laporan Kasus Kwashiorkor

Nisia Putri Rinayu

Rikhana Shita Tyas Asih

LAPORAN KASUS KELOMPOK

KWASHIORKOR

Page 2: Laporan Kasus Kwashiorkor

TINJAUAN PUSTAKA

Page 3: Laporan Kasus Kwashiorkor

Gizi buruk adalah status/keadaan gizi berdasarkan Berat Badan menurut Tinggi Badan/Panjang Badan (BB/TB- PB) <-3 SD (Z-score) dan atau dengan tanda-tanda klinis marasmus, kwashiorkor dan marasmik-kwashiorkor.

Kwashiorkor adalah sindrom klinis yang diakibatkan dari defisiensi protein berat dan asupan kalori yang tidak adekuat.

DEFINISI

Page 4: Laporan Kasus Kwashiorkor

Bentuk Klinis Marasmus Kwashiorkor Marasmus-Kwashiorkor

Beratnya penyakit Malnutrisi Ringan Malnutrisi Sedang Malnutrisi Berat

KLASIFIKASI

Page 5: Laporan Kasus Kwashiorkor

Kekurangan intake protein yang berlangsung kronis

Gangguan penyerapan protein pada diare kronik

Kehilangan protein secara berlebihan seperti pada proteinuria dan infeksi kronik

Gangguan sintesis protein seperti pada penyakit hati kronis.

ETIOLOGI

Page 6: Laporan Kasus Kwashiorkor

PATOFISIOLOGI

Page 7: Laporan Kasus Kwashiorkor
Page 8: Laporan Kasus Kwashiorkor

• Diagnosis dari penilaian status Gizi: WHO Growth Chart, perhitungan Waterlow, CDC Growth Chart dll• Untuk membedakan Tipe klinis Gizi Buruk

dapat digunakan Klasifikasi McLarren

DIAGNOSIS

Page 9: Laporan Kasus Kwashiorkor
Page 10: Laporan Kasus Kwashiorkor

Gejala klinis/laboratoris Angka

Edema 3

Dermatosis 2

Edema disertai dermatosis 6

Perubahan pada rambut 1

Hepatomegali 1

Albumin serum atau prot total serum  

<1.00 <3.25 7

1-1.49 3.25-3.99 6

1.50-1.99 4.00-4.75 5

2.00-2.49 4.75-5.49 4

2.50-2.99 5.50-6.24 3

3.00-3.49 6.25-6.99 2

3.50-3.99 7.00-7.74 1

>4.00 >7.75 0

Keterangan:

0-3 = marasmus

4-8 = marasmik kwashiorkor

9-15 = kwashiorkor

Page 11: Laporan Kasus Kwashiorkor

TATALAKSANA

Page 12: Laporan Kasus Kwashiorkor

HIPOGLIKEMIA• LEMAS, LETARGI, HIPOTERMIA

• GULA DARAH < 54 MG/DL

HIPOTERMIA• TEMP AKSILA < 35o C atau

• TEMP REKTAL < 35,5o C

Kesadaran menurun, kejangTidak bisa miunum

• Kenakan baju, topi, selimut• Beri lampu hangat

• Suhu ruangan 25 – 30o C•Monitor temp rektal setiap 30 menit

BB (Kg) Infus D10%(Tetes/menit)

510152025

612182530

Infus D 10% 5 cc/Kg/jamMaks 2 jam

50 cc D10% per NGT

F 75 per NGT setelah sadar

• 50 cc D10% per NGT atau• F 75 per NGT

Page 13: Laporan Kasus Kwashiorkor

DEHIDRASI• NYATA :

Diare, haus, Hipotermia, Nadi lemah, Mata Cowong, Akral Dingin, Kencing Berkuran

• TDK NYATA :Perubahan Mental, Penurunan Kesadaran, Tdk keluar ir mata

Mulut dan Ludah Kering

ReSoMal 5cc/Kg/30 menit dlm 2 jam

ReSoMal 5 – 10 cc/Kg/Jamdlm 10 jam

ReSoMal setia BAB :50 – 100 cc (umur < 2 thn),

100 – 200 cc (umur ≥ 2 thn)

Bila ReSoMal tdk ada :Berikan 1 saset oralit dng

pengenceran 2 kali, tambahkan 5 gr sukrosa dan 40 ml

mineral mix

Page 14: Laporan Kasus Kwashiorkor

Infus D5%NaCl 0,45%15cc?kg dlm 1 jam

+ReSoMal per NGT 10cc/Kg/jam

BB (Kg) Infus D10%(Tetes/menit)

510152025

1838567494

ReSoMal per NGT atau po10cc?Kg/jam, selama 10 jam

Infus D5%NaCl 0,4515 cc?Kg dlm 1 jam

Page 15: Laporan Kasus Kwashiorkor

F 75 tiap 2 jam

BahanKomposisi

F 75 F 100

Susu skimGula Tepung gandungMinyak sayurMineral miksVitamin miksAir

25 g70 g35 g27 g20 cc

140 mg1.000 cc

80 g50 g

-60 g20 cc

140 mg1.000 cc

F 75 tiap 3 jam

F 75 tiap 4 jam

F 100 pd fase rehabilitasi

Berikan lewat NGT bila :- Nafsu makan ↓

- Stomatis- Lemah

NGT dicabut lagi bila :Dpt per oral ¾ porsi diet

Fase

aw

al 1

– 7

hari

Page 16: Laporan Kasus Kwashiorkor

Buta malam, Bercak bitot, Serosis,Ulkus kornea

• Vitamin A po : Hari I : < 6 bln : 50.000 U

6 – 12 bln : 100.000 U > 12 bln : 200.000 U Hari II : 200.000 U 2 minggu lagi : 200.000 U Bila infeksi/ulkus okuli beri tetes saline 0,9%, tetrasiklin tetes 4 x/hari, atropin tetes, bebat mata • Asam folat po : 5 mg• Vitamin B, C, D, E, dan K po• Mulai tambahkan besi po pd fase rehabilitasi

DEVISIENSI VITAMIN

Page 17: Laporan Kasus Kwashiorkor

Tanda infeksi tdk jelas, Komplikasi (-)

⇩Cotrimoxazol

Po 2 x/hari selama 5 hariDosis

Trimetoprim5 mg/Kg/hari

Tanda infeksi tdk jelas, Komplikasi (-)

⇩Ampicilin 50 mg/Kg/6jam im/ivSelama 2 hari → lalu Amoxicilin

Po 15 mg/Kg/8 jamSelama 5 hari

+Gentamycin 3,75 mg/Kg/12 jam

iv selama 7 hari

Terapi spesifik thd disentri, malaria, Tbc, cacing, infeksi telinga, kulit, saluran kemih, dll

INFEKSI TERAPI

Diare persistenDisentriOtitis MediaPneumoniaSaluran kemihKulitKandidiasisSkabiesCacingTBCMalaria

Metronidazole, Susu bebas laktosaCotrimoxazole, Asam nalidiksikCotrimoxazole, AmpicilinCotrimoxazole, Ampicilin/AmoxicilinCotrimoxazole, Ampicilin/AmoxicilinBilas PZ, Polivodine iodine zalf, Benzatin, PenicilinNaistatin Zalf, KetokonazoleLidane Lotion, Benzil benzoat lotionMebendazole, Pirantel/PiperazineO A TKlorokuin, Kinin, Pirimetamin sulfadoxin

Page 18: Laporan Kasus Kwashiorkor

KURANG ENERGI PROTEIN BERATPenilaian Z skore tinggi thd BB < -3 SD

HIPOGLIKEMIA HIPOTERMI DEHIDRASI/SYOK SEPTIK

DIET 75 INFEKSI

DEFISIENSI VITAMIN

ANEMIA BERAT

-Lemas, letargi, hipotermi- Gula darah

< 54 mg/dl

- Temp aksila < 35o C - atau

-Temp rektal < 35,5o C

-Haus, hipotermia, nadi lemah, Mata cowong,

akral dingin, Kecing berkurang

-Tdk bisa minum

-Kesadaran ↓ - kejang

-Kenakan baju, topi, selimut, - Beri lampu hangat, - suhu ruangan 25-30o C-Monitor temp rektal setiap 30 menit

- 50 cc D10%per /NGT

atau F 75 per NGT

- infus D10% - 5 cc/Kg/jamMaks 2 jam

50 cc D10%Per NGT

F 75/NGT stlh sadar

KolapsVaskular (-)

KolapsVaskular (+)

ReSoMal5cc/Kg/

30 menitdlm 2 jam

Infus D5%NaCl10,45 15 cc/Kg

Dlm 1 jam+

ReSoMal/NGT10 cc/Kg/jam ReSoMal

5-10cc/Kg/jamdlm 10 jam

ReSoMal setiap BAB50-100cc (umur < 2 thn)

100-200 cc (umur > 2 thn)

ReSoMal Per NGT

atau Po 10cc/Kg/jam

Selama 10 jam

Tiap 2 jam

Tiap 3 jam

Tiap 4 jam

Tanda infeksiTdk jelas,

Komplikasi (-)

Cotrimox po2x sehari

slama 5 hrDosis

Trimetroprim5 mg/Kg/hari

Ampicilin50mg/Kg/6jamim/iv selama2 hari, lalu Amox po

15mg/Kg/8jamSelama 5 hari

+Gentamycin

3,75mg/Kg/12jam iv

selama 7 hr

Tanda infeksiTdk jelas,

Komplikasi (+)

Terapi spes thd disentri,Malaria, Tbc, cacing,Infeksi telinga, kulit,

sal kemih, dll

-Vitmain A po :Hari Pertama :

< 6 bln : 50.000 U6-12 bln : 100.000 U

12 bln 200.000 UHari Kedua : 200.000 U

2 minggu lagi :200.000 U

Bila inf/Ulkus OkuliTetes saline 0,9%Tetrasiklin tetes

4x/hariAtropin tetesBebat mata

- Asama folat po :5mg hari I

1 mg hari berikut

Hb<4mg/dlatau

PCV < 12%

TransfusiPRC

10cc/Kgdalm 3 jam

Fase Rehabilitasi2 – 6 minggu

Persiapan keluar RS

DIET F 100 Mulai ditambahkan Besi po

Fase Follow Up7 - 24 minggu

Untuk Catch Up Growth

Fase

Aw

al 1

– 7

har i

1

– 2

hari

ALGORITME PENANGANAN KEP BERATSumber : Penilaian, Pengobatan, dan RehabilitasiAnak dng KEP Berat (DR.Dr.Hananto Wiryo, Sp.A

Page 19: Laporan Kasus Kwashiorkor

LAPORAN KASUS

Page 20: Laporan Kasus Kwashiorkor

Nama Lengkap : An.Reva UsmainiUmur : 9 bulan Jenis kelamin : PerempuanAlamat : Repuk – Sintung BaratStatus dalam keluarga : Anak kandung

IDENTITAS

  Ibu Ayah

Nama Ny. ida Tn. Saifudin

Umur 35 tahun 42 tahun

Pendidikan SD SMP

Pekerjaan Ibu Rumah

Tangga

Tukang Bangunan

Page 21: Laporan Kasus Kwashiorkor

Masuk RS tanggal : 21 Februari 2013Diagnosis Masuk : obs. Dispneu ec.

Susp. PJBSekarang masih dirawat

MRS

Page 22: Laporan Kasus Kwashiorkor

26 Februari 2013, alloanamnesis pada bapak dan ibu pasienKeluhan Utama : Bengkak pada kedua kakiRiwayat Penyakit Sekarang :rujukan dari Puskesmas Teratak, dengan

diagnosis obs. Dispneu ec. Susp. PJB, datang ke RSUD Praya dikeluhkan bengkak

pada kedua kaki dialami sejak ± 1 minggu sebelum masuk RS. Awalnya berupa bengkak minimal pada kedua kaki, namun beberapa hari kemuadian kedua kaki pasien dirasakan semakin bengkak, ditambah bengkak pada wajah dan kelopak mata serta badan.

ANAMNESIS

Page 23: Laporan Kasus Kwashiorkor

Keluhan batuk (+) yaitu sejak beberapa hari sebelum keluhan bengkak muncul, namun batuk yang dialami jarang, dengan dahak (+), namun sulit dikeluarkan.

Keluhan muntah (+) sebanyak ± 3 kali berupa cairan putih seperti susu, dan terkadang muntahan bercampur lendir putih kental. Sisa makanan (-), darah (-).

Riwayat sesak (-), demam (-). Keluhan mencret (+), timbul tidak lama

setelah keluhan mencreat timbul. Ibu pasien mengaku BAB encer, disertai ampas (+), darah (-), warna BAB kuning, dengan frekuensi BAB 3-4 kali/hari.

Page 24: Laporan Kasus Kwashiorkor

Riwayat Penyakit Dahulu :Tidak ada riwayat bengkak sebelumnya,

riwayat batuk-pilek (+), riwayat panas (+), namun pasien biasanya sembuh dalam 2-3 hari dengan pengobatan dari dokter praktek atau Puskesmas.

Riwayat Penyakit Keluarga :Tidak ada anggota keluarga yang menderita

keluhan serupa.Riwayat pengobatanSebelumnya ibu pasien membawa pasien ke

Puskesmas teratak, dan akhirnya pasien dirujuk ke RSUD Praya pada tanggal 21 Februari 2013

Page 25: Laporan Kasus Kwashiorkor

Riwayat Kehamilan dan PersalinanSelama kehamilan ibu pasien tidak pernah

mengalami sakit berat/ rawat inap di RS. Riwayat muntah berlebih, tekanan darah tinggi, kejang, asma, kencing manis, infeksi, perdarahan, dan trauma selama kehamilan disangkal. Ibu pasien juga rutin memeriksakan diri (ANC > 4 kali) di Posyandu. Pasien lahir di Puskesmas dengan pertolongan bidan, BBL 3900 gram, pasien lahir cukup bulan, dan langsung menangis. Riwayat kejang, biru dan kuning setelah lahir disangkal.

Page 26: Laporan Kasus Kwashiorkor

Riwayat NutrisiPasien mendapatkan ASI sejak lahir, hingga

saat ini, namun pasien tidak diberikan MPASI sejak usia 6 bulan. Sebelumnya ibu pasien sudah mencoba memberikan MPASI berupa bubur, namum pasien tidak menyukainya sehingga ibu pasien tidak pernah lagi mencoba memberikan MPASI hingga usia pasien 9 bulan saat ini.

Riwayat ImunisasiPasien sudah mendapatkan imunisasi dasar

sesuai jadwal, dan tinggal menungggu imunisasi campak.

Page 27: Laporan Kasus Kwashiorkor

Riwayat Perkembangan dan KepandaianKetika melakukan pemeriksaan di Posyandu,

orang tua pasien mengatakan berat badan anaknya jarang mengalami peningkatan, terkadang berat badan tetap seperti BB sebelumnya dan juga terkadang BB turun. Pasien sudah bisa merangkak, duduk, dan tengkurap sendiri. Pasien sudah bisa memegang benda, menggapai mainan/benda kecil dan tepuk tangan. Pasien telah bisa tersenyum spontan tapi belum bisa menyebut kata-kata.

Page 28: Laporan Kasus Kwashiorkor

Riwayat Sosioekonomi dan LingkunganPasien berasal dari keluarga ekonomi menengah

kebawah, ayah pasien bekerja sebagai seorang buruh bangunan. pasien hanya tinggal bersama kedua orang tuanya. Terkadang pasien diasuh oleh neneknya yang tinggal tidak jauh dari rumah pasien.

Di rumah pasien memiliki jamban sendri. Sumber air berasal dari air sumur. Untuk keperluan minum, air berasal dari air sumur yang dimasak terlebih dahulu, dan untuk mencuci baju dan piring ibu pasien menggunakan air sumur

Page 29: Laporan Kasus Kwashiorkor

Kesan umum : SedangKesadaran : Compos MentisGCS : E4V5M6

Fungsi Vital :HR : 128 kali/menit, isi dan tegangan kuat, irama teratur

Pernapasan : 43 kali/menit, teratur, tipe abdominotorakal

T ax : 36 oCCRT : < 2 detik

PEMERIKSAAN FISIK

Page 30: Laporan Kasus Kwashiorkor

Status GiziBerat Badan : 7,6 Kg dengan edema anasarkaBerat badan sesungguhnya = 7,6kg – (20%x7,6kg)

= 7,6kg – 1,52kg = 6,08kgPanjang Badan: 65 cmLingkar kepala: 41 cmLila : 11 cm

Page 31: Laporan Kasus Kwashiorkor

Status Gizi berdasarkan kurva WHOBB/TB = [-2]-[-3] SD : Malnutrisi sedangTB/U = [-2]-[-3] SD: pendekBB/U = [-2]-[-3] SD: kurus

Lingkar kepala berdasarkan usia menurut NellhousLK/U = < [-2] SD: Microcephali

Page 32: Laporan Kasus Kwashiorkor

Kepala dan Leher :Bentuk : Bulat lonjong, rambut tipis, warna

hitam kecoklatanUkuran : MikrocephaliWajah tampakan moon faceMata : Konjungtiva anemis (+/+), Sklera

ikterus (-/-). Refleks pupil (+/+), isokor, Edema palpebra (+/+), Mata cowong (-/-).

THT : Telinga : struktur dan ukuran telinga normal,

otorhea (-)Hidung : napas cuping hidung (-), rinorhea (-)Tenggorok : faring hiperemis (-), T1 – T1

STATUS GENERALIS

Page 33: Laporan Kasus Kwashiorkor

Mulut : Bibir sianosis (-)Leher : Pembesaran KGB (-)

Thorax :Inspeksi : Retraksi (-), pergerakan dinding dada

simetrisPalpasi : Pergerakan dinding dada simetris,

vocal fremitus simetrisPerkusi : Pulmo : sonor pada kedua lapang paruAuskultasi: Pulmo : vesikuler (+/+) , Ronkhi (-/-), wheezing

(-/-)Cor : S1S2 tunggal reguler, murmur (-), gallop (-)

Page 34: Laporan Kasus Kwashiorkor

Abdomen :Inspeksi : distensi (-)Auskultasi : BU (+) meningkatPerkusi : timpani (+)Palpasi : massa (-), H/R/L tidak

teraba, turgor kulit normal

Page 35: Laporan Kasus Kwashiorkor

Ekstremitas

  Tungkai Atas Tungkai Bawah

  Kanan Kiri Kanan Kiri

Akral hangat + + + +

Edema + + + +

Pucat + + + +

Kelainan

bentuk

- - - -

Pembesaran

KGB

Axilla

Inguinal

 

-

-

 

-

-

 

-

-

 

-

-

Page 36: Laporan Kasus Kwashiorkor

Gizi Buruk tipe Kwasiorkor dengan:ISPA AtasAnemia sedang Hipokromik Mikrositer e.c

Deffi siensi FeDermatosis KwashiorkorOedema anasarkaGEA non Dehidrasi

DIAGNOSIS

Page 37: Laporan Kasus Kwashiorkor

Antibiotik Ampisilin IV 150mg/6jam Gentamisin IV 45mg/24jam

Mulai pemberian makananF75 diberikan sebanyak 608 kkal/hari diencerkan dalam cairan 608cc/hari, dibagi dalam 12 kali pemberian/24jam

Berikan F75 50 kkal dalam 50cc air/2jam/NGTVitamin A 100.000 SI dosis tunggal

TATALAKSANA

Page 38: Laporan Kasus Kwashiorkor

Terapi dermatosis pada leher:Kompres bagian kulit yang terkena dengan larutan KmnO (kalium-permanganat) 1% selama 10 menit

Usahakan agar daerah perineum tetap keringBeri preparat Zn 1x1tablet peroral

Terapi GEA non dehidrasi: Berikan Cairan Resomal 100ml tiap kali BAB

Page 39: Laporan Kasus Kwashiorkor

PEMBAHASAN

Page 40: Laporan Kasus Kwashiorkor

Pasien didiagnosis dengan Gizi Buruk tipe Kwashiorkor.perhitungan BB/TB, BB/U dan TB/U berdasarkan kurva pertumbuhan WHO: [-2] SD.

klinis gizi buruk yang ditemukan pada pasien antara lain adanya edema bilateral yang penyebab lainnya telah disingkirkan, tampakan moon face (wajah terlihat bulat dan sembab), tampak pucat, dan rambut berubah warna menjadi kecoklatan.

perhitungan berdasarkan klasifikasi McLarren klinis pasien mendapat nilai 12.

Page 41: Laporan Kasus Kwashiorkor

Kondisi penyerta ISPA Atas, Anemia sedang Hipokromik Mikrositer e.c Deffi siensi Fe, dermatosis, GEA non dehidrasi dan oedema anasarka.

Tatalaksana pada pasien ini dapat meliputi pemberian makanan untuk perbaikan gizi dan mengatasi masalah penyerta yang ada.

Pada tahap awal biasanya faali hemostasis pasien gizi buruk kurang sehingga pemberian makan perlu hati-hati. Dianjurkan diberikan dalam porsi kecil dan sering serta rendah laktosa. Regimen yang diberikan pada tahap stabilisasi berupa f75 dan dilanjutkan dengan F100 untuk tumbuh kejar setelah minggu pertama.

Page 42: Laporan Kasus Kwashiorkor

Penanganan kondisi penyerta meliputi penanganan infeksi dengan pemberian antibiotik Ampisilin IV selama 2 hari, dilanjutkan dengan oral sampai 7 hari, ditambah dengan gentamisin IM selama 7 hari .

Untuk kondisi anemia dapat diberikan supplement Fe yang dapat mulai diberikan setelah minggu kedua pengobatan.

Dermatosis pada kulit ditatalaksana dengan kompres bagian kulit yang terkena dengan larutan KmnO (kalium-permanganat) 1% selama 10 menit, beri salep atau krim (Zn dengan minyak katsor), usahakan agar daerah perineum tetap kering, dan dapat pula ditambah dengan pemberian preparat Zn peroral untuk mengatasi defisiensi Zn yang umumnya terjadi.

Page 43: Laporan Kasus Kwashiorkor

GEA non dehidrasi ditatalaksana dengan pemberian cairan resomal tiap kali BAB encer sebanyak 100ml, dan pemberian preparat Zink sebanyak 1 tablet/hari.

Pada pasien juga ditemukan adanya edema anasarka dimana dari pemeriksaan penunjang ditemukan adanya hipoalbuminemia yang dapat merupakan salah satu kemungkinan penyebab munculnya edema. Meski ditemukan adanya edema ansarka dan hipoalbuminemia, pemberian diuretic atau transfuse albumin untuk mengatasi edema pada Gizi buruk tidak diperlukan.

Page 44: Laporan Kasus Kwashiorkor

Pada keadaan malnutrisi energi protein, jantung menjadi lebih kecil, tipis dan memiliki stroke volume yang lebih kecil. Ginjal juga dipengaruhi sehingga mempersulit ekskresi natrium dan cairan yang berlebihan. Hal ini menyebabkan sirkulasi yang berlebihan dibandingkan normal. Pada tingkat sel, membran menjadi lebih permeabel oleh karena kerusakan oksidatif. Juga, oleh untuk menghemat energi jumlah pmpa NA-K pada membran sel dikurangi dan pompa yang tersisa lebih lambat bekerja. Hal ini menyebabkan natrium terakumulasi di dalam sel dan kalium ke luar yang mengakibatkan ketidakseimbangan elektrolit. Ketidakseimbangan elektrolit menyebabkan gagal jantung, sehingga natrium harus dibatasi dan magnesium dan kalium harus ditambah. Diuretik menyebabkan kekurangan kalium yang lebih parah dan tidak boleh diberikan pada pasien.

Page 45: Laporan Kasus Kwashiorkor

Edema yang terjadi pada pasien dengan malnuntrisi energi protein merupakan suatu keadaan yang multifaktorial. Umumnya keadaan ini disebabkan oleh ketidakseimbangan elektrolit (retensi natrium dan defisiensi kalium). Namun teori klasik juga yang mengatakan bahwa intake protein yang tidak adekuat yang menyebabkan kadar albumin plasma yang berkurang. Golden et al melakukan penelitian tentang hubungan albumin plasma dan edema nutrisional, dengan mengobservasi perubahan pada kadar albumin pada pasien dengan pemulihan edema akibat diet yang direstriksi. Oleh karena tidak adanya perbedaan konsentrasi albumin sebelum dan sesudah pemulihan edema, maka disimpulkan bahwa pengurangan edema tidak berhubungan dengan kadar albumin pada pasien dengan MEP.

Page 46: Laporan Kasus Kwashiorkor

TERIMA KASIH