Laporan Kasus Rawat Jalan- Limfadenitis Tb2

download Laporan Kasus Rawat Jalan- Limfadenitis Tb2

of 14

Transcript of Laporan Kasus Rawat Jalan- Limfadenitis Tb2

  • 8/11/2019 Laporan Kasus Rawat Jalan- Limfadenitis Tb2

    1/14

    Laporan Kasus Rawat Jalan Limfadenitis TB Page 1

    Limfadenitis TB

    Pendahuluan

    Limfadenitis TB merupakan salah satu manifestasi TB ekstrapulmonal pada yang sering

    ditemukan pada anak. Sama seperti TB paru, limfadenitis TB disebabkan oleh Mycobaterium

    Tuberculosa. Infeksi M. tuberculosa pada kelenjar limfe umumnya menyebar melalui jalur

    limfogen.1,2.

    Paru merupakanportdentreelebih dari 98% kasus TB. Karena ukurannya yang sangat

    kecil, kuman TB yang terhirup dapat langsung mencapai alveolus. Pada sebagian kasus, kuman

    TB dapat dihancurkan seluruhnya oleh mekanisme imun non spesifik, namun individu yang tidak

    dapat menghancurkan seluruh kuman, maka makrofag alveolus akan memfagosit kuman TB dan

    sebagian besar akan dihancurkan. Namun ada beberapa kuman yang tidak dapat dihancurkan

    akan terus berkembang biak di dalam makrofag, sehingga menyebabkan makrofag lisis, sehingga

    kuman TB membentuk lesi di tempat tersebut yang dinamakan fokus primer Ghon.1,2,3

    Dari fokus primer Ghon, kuman TB menyebar melalui saluran limfe menuju kelenjar

    limfe regional, yaitu kelenjar limfe yang mempunyai saluran limfe ke lokasi fokus primer.

    Penyebaran ini menyebabkan terjadinya inflamsi di saluran limfe (limfangitis) dan di kelenjar

    limfe (limfadenitis) yang terkena. Gabungan antara fokus primer, limfangitis, dan limfadenitis

    dinamakan kompleks primer. Waktu yang diperlukan sejak masuknya kuman TB sampai

    terbentuknya kompleks primer secara lengkap disebut masa inkubasi. Pada masa inkubasi,

    respon imunitas selular mulai terangsang, sehingga ketika kompleks primer telah lengkap

    dibentuk, infeksi primer TB telah terjadi, yang ditandai dengan uji tuberkulin positif.1,2,3

  • 8/11/2019 Laporan Kasus Rawat Jalan- Limfadenitis Tb2

    2/14

    Laporan Kasus Rawat Jalan Limfadenitis TB Page 2

    Selama masa inkubasi, sebelum terjadinya imunitas seluler, dapat terjadi penyebaran

    limfogen dan hematogen. Pada penyebaran limfogen, kuman menyebar ke kelenjar limfe

    regional membentuk kompleks primer, atau berlanjut menyebar secara limfohematogen. Saat

    kuman menyebar ke kelenjar limfe regional dan membentuk kompleks primer, saat itulah terjadi

    Limfadenitis TB.1,2,3

    Gambar 1. Kalender Perjalanan Penyakit Tuberkulosis Primer

    HIPERSENSITIVITAS KEKEBALAN DIDAPAT

    TES TUBERKULIN POSITIF

    1 tahun

    Risiko tertinggi untuk

    Komplikasi Lokal dan Diseminasi Resiko Menurun

    Sumber : Buku Ajar Respirologi Anak. Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2010.

    Terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya infeksi TB maupun timbulnya

    penyakit TB pada anak. Faktor resiko terjadinya infeksi TB pada anak antara lain terpajan

    Kompleks Primer

    Sebagian besar

    sembuh sendiri

    (3-24 bln) Pleural

    Efusion

    (3-6 bln)

    Erosi

    Bronkus

    Meningitis

    TB Milier(dalam 12

    bln)

    TB Tulang

    (dalam 3

    tahun)

    TB Ginjal

    (setelah 5tahun)

    INFEKSI

    2-12 minggu

    (6-8 minggu)

  • 8/11/2019 Laporan Kasus Rawat Jalan- Limfadenitis Tb2

    3/14

    Laporan Kasus Rawat Jalan Limfadenitis TB Page 3

    dengan orang dewasa yang TB aktif (kontak TB positif), daerah endemis, kemiskinan,

    lingkungan yang tidak sehat, dan tempat penampungan umum yang banyak terdapat pasien TB

    dewasa aktif. Sumber infeksi TB anak yang terpenting adalah pajanan terhadap orang dewasa

    yang infeksius, terutama dengan BTA positif.1,2,3

    Anak yang telah terinfeksi TB tidak selalu akan sakit TB. Faktor yang menyebabkan

    berkembangnya infeksi TB menjadi sakit TB adalah :1,2,3

    1. Usia di mana usia < 5 tahun mempunyai resiko lebih besar menjadi sakit TB

    2. Iinfeksi baru

    3. Malnutrisi

    4. Imunokompromais

    Gambar 2. Bagan Patogenesis Tuberkulosis

    Inhalasi M. Tuberculosis

    Fagositosis oleh makrofag

    alveolus paruKuman Mati

  • 8/11/2019 Laporan Kasus Rawat Jalan- Limfadenitis Tb2

    4/14

    Laporan Kasus Rawat Jalan Limfadenitis TB Page 4

    *Catatan :

    1.

    Penyebaran hematogen umunya terjadi secara sporadic. Kuman TB kemudian membuat fokus koloni

    diberbagai organ dengan vaskularsasi yang baik. Fokus in berpotensi mengalami reaktivasi di kemudian

    hari

    2.

    Kompleks primer terdiri dari fokus primer, limfangitis dan limfadenitis regional

    3.

    TB primer adalah proses masuknya kuman TB, terjadinya penyebaran hematogen, terbentuknya kompleks

    primer dan imunitas selular spesisifik, hingga pasien mengalami infeksi TB dan dapat menjadi sakit TB

    primer

    4. Sakit TB pada keadaan ini disebut TB pasca primer karena mekanismenya bisa melalui proses reaktivasi

    fokus lama TB atau reinfeksi oleh kuman TB dari luar

    Sumber : Buku Ajar Respirologi Anak. Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2010.

    Berikut ini akan dilaporkan kasus Limfadenitis TB yang terjadi pada anak berusia 3 tahun

    4 bulan yang datang ke Poli Anak RSUD W.Z. Johannes Kupang.

    Kasus

    Kuman Hidup

    (Berkembang biak)

    Pembentukan fokus primerPenyebaran limfogen

    Penyebaran hematogen *1)

    Kompleks Primer*2)

    Terbentuk imunitas selular

    Komplikasi kompleks primer

    Komplikasi penyebaran hematogenKomplikasis penyebaran limfogen

    Infeksi TBSakit TB

    Meninggal

    Sembuh

    Imunitas optimal

    Sakit Tb *4)

    Imunitas turun

    Reaktivasi / reinfeksi

    Uji Tuberkulin (+)

    Masa Inkubasi

    (2-12 Minggu)

    TB Primer *3)

  • 8/11/2019 Laporan Kasus Rawat Jalan- Limfadenitis Tb2

    5/14

    Laporan Kasus Rawat Jalan Limfadenitis TB Page 5

    Seorang anak laki-laki , AWN berusia 3 tahun 4 bulan, datang bersama ibunya ke Poli

    Anak RSUD W.Z Johannes Kupang pada tanggal 26 Juli 2013. Pasien adalah rujukan dari

    dokter keluarga. Pasien dirujuk dengan diagnosa Suspek Limfadenitis Koli suspek TB anak.

    Anamnesa dilakukan secara alloanamnesa terhadap ibu pasien pada tanggal 26 Juli 2013,

    pukul 11.00 di Poli Anak RSUD W.Z Johannes Kupang.

    Identitas

    Nama : An. A.W.N

    TTL : 27 April 2010

    Umur : 3 tahun 3 bulan

    Alamat : Oepura

    Agama :

    Suku :

    Anamnesis

    Keluhan Utama : Demam dan batuk yang hilang timbul.

    Riwayat Penyakit Sekarang : Demam dirasakan sejak 1 tahun yang lalu, demam naik turun,

    turun terutama jika diberi obat penurun panas. Demam muncul tidak setiap hari. Demam

    tidak terlalu tinggi. Batuk dirasakan sejak 1 tahun yang lalu, batuk kering, batuk tidak

    setiap hari. Batuk akan berkurang dengan pemberian obat batuk. Selain itu pasien juga

    merasakan sering berkeringat pada malam hari, keringat seluruh tubuh, sejak 1 tahun yang

    lalu. BAB dan BAK normal. Pilek (-), mual & muntah (-). Nafsu makan pasien agak

    menurun sejak beberapa bulan yang lalu.

    Riwayat Penyakit Dahulu : Sejak 1 tahun yang lalu, pasien sering berobat ke RS.

    Boromeus dengan keluhan demam dan batuk.

  • 8/11/2019 Laporan Kasus Rawat Jalan- Limfadenitis Tb2

    6/14

    Laporan Kasus Rawat Jalan Limfadenitis TB Page 6

    Riwayat Penyakit Keluarga : Ibu pasien menderita TB (BTA +), dan sekarang sedang

    menjalani pengobatan TB bulan ke-4.

    Riwayat Pengobatan Sebelumnya : Saat berobat ke RS. Boromeus pasien mendapatkan

    obat puyer batuk pilek, antibiotik, dan obat penurun panas. Pasien belum pernah

    mendapatkan obat untuk TB.

    Riwayat Kehamilan : Anak 2 dari 2 bersaudara. Saat hamil ibu rajin kontrol ke Puskesmas,

    mendapatkan vitamin dan imunisasi 2 x.

    Riwayat Kelahiran : Lahir usia kehamilan 9 bulan lebih, spontan, lahir di rumah ditolong

    bidan. Saat lahir langsung menangis, berat badan lahir 3200 gr.

    Riwayat Imunisasi: Lengkap

    Riwayat Tumbuh Kembang : Saat ini anak sudah bisa berbicara dengan lancar, bermain

    bersama teman-temannya, sudah bisa berpakaian sendiri, dan sudah bisa menghafal

    beberapa warna.

    Riwayat Makan : Asi sampai umur 1 tahun, namun sejak umur 3 bulan sudah diberikan

    susu formula. Bubur diberikan umur 8 bulan. Nasi diberikan umur 1,3 tahun. dikatakan

    ibunya, nafsu makan anaknya menurun beberapa bulan terakhir ini.

    Pemeriksaan Fisik

    Keadaan Umum : Tampak sakit ringan

    Kesadaran : Kompos Mentis

    Tanda Vital : Suhu 37.0

    0C, Nadi 100 x / menit, Napas 25 x / menit

    Antropometri : BB 13 kg, TB 102 cm

    Status Gizi : Kurang

    Kulit : Pucat (-), sianosis (-), ikterik (-)

  • 8/11/2019 Laporan Kasus Rawat Jalan- Limfadenitis Tb2

    7/14

    Laporan Kasus Rawat Jalan Limfadenitis TB Page 7

    Kepala : Normocephal, UU sudah menutup

    Wajah : Simetris, Edema (-)

    Mata: Konjungtiva anemis (-), Sklera ikterik (-)

    Hidung : Rhinore (-)

    Mulut : Mukosa lembab warna merah muda

    Telinga : Tidak ada kelainan

    Leher : Pembesaran KGB regio koli anterior dekstra, multiple (4), diameter 1 cm, mobile,

    nyeri tekan (-). Regio koli anterior sinistra multiple (2), diameter 1 cm, mobile, nyeri tekan

    (-).

    Dada : Simetris, Retraksi (-)

    Paru : Vesikular +/+, Rhonki -/-, Wheezing -/-

    Jantung : S1,2 tunggal, gallop (-), murmur (-)

    Abdomen : Datar, bunyi usus kesan normal, timpani, supel, hepar & lien tidak teraba,

    bunyi usus kesan normal, turgor < 2

    Ektremitas : Tonus otot baik, CRT < 3

    Pemeriksaan Penunjang

    Dilakukan pada tanggal

    1.Foto Thorax

    Kesan : Terdapat infiltrat halus di paracordial, suspek KP primer

    2.Darah Lengkap

  • 8/11/2019 Laporan Kasus Rawat Jalan- Limfadenitis Tb2

    8/14

    Laporan Kasus Rawat Jalan Limfadenitis TB Page 8

    HGB 10.7 g/dL, RBC 4.39 10^6/uL, MCV 66.7 fL, MCH 24.4 pg, MCHC 36.5 g/dL,

    WBC 18.12 10^3/uL, PLT 539 10^3/uL.

    3.Blood Smear

    Kesan : gambaran curiga anemia kurang besi disertai leukositosis shift to the left dan

    trombositosis. Diagnosis Banding : infeksi bakteri.

    Diagnosis Kerja

    Limfadenitis TB (skor TB 8, kontak bernilai 3, status gizi bernilai 1, batuk bernilai 1,

    demam bernilai 1, pembesaran KGB bernilai 1, foto thorax bernilai 1), Anemia

    Defesiensi Besi, Gizi Kurang.

    Tatalaksana

    OAT ( INH 1 x 130 mg, Rifampisin 1 x 200 mg, Pirazinamid 1 x 300 mg)

    Ferous Sulfat 1 x 1 tab

    Makan makanan bergizi, tinggi kalori dan tinggi protein.

    Diskusi

    Masalah utama TB pada anak adalah masalah diagnosis karena prosedur diagnosis yang

    menjadi baku emas sulit untuk dilaksanakan, sehingga diagnosis pasti sulit ditegakkan.

    Diagnosis kerja TB anak dibuat berdasarkan adanya kontak terutama dengan pasien TB dewasa

    aktif/baru, kumpulan gejala dan tanda klinis, uji tuberculin, dan gambaran sugestif pada foto

    thorax. Diagnosis pasti dapat ditegakkan dengan ditemukannya kuman TB pada pemeriksaan

    apusan langsung, dan/atau biakan yang merupakan pemeriksaan baku emas, atau gambaran PA

    TB. Untuk itu, agar memudahkan diagnosis TB pada anak dibuat sistem skoring diagnosis

    Tuberkulosis pada anak oleh IDAI.1,2,5

  • 8/11/2019 Laporan Kasus Rawat Jalan- Limfadenitis Tb2

    9/14

    Laporan Kasus Rawat Jalan Limfadenitis TB Page 9

    Diagnosa kerja dari pasien ini adalah Limfadenitis TB, Anemia Defesiensi Besi, dan Gizi

    kurang. Pasien didiagnosis TB berdasarkan sistem scoring, di mana skor TB untuk pasien ini

    bernilai 8. Berdasarkan sistem skoring diagnosis TB pada anak, skor 6 harus ditatalaksana

    sebagai pasien TB dan diterapi OAT.1,5

    Dari anamnesis, keluhan utama adalah demam dan batuk sejak 1 tahun yang lalu. Demam

    merupakan salah satu gejala sistemik yang sering terjadi pada pasien TB. Sekitar 40-80% temuan

    demam dijumpai pada pasien TB anak. Demam biasanya tidak tinggi dan hilang timbul dalam

    jangka waktu lama. Demam biasanya berulang tanpa sebab yang jelas.1,5

    Pada sebagian besar kasus TB pada anak, tidak ada manifestasi respiratorik yang

    menonjol. Batuk kronik merupakan gejala tersering pada TB dewasa, tetapi pada anak bukan

    merupakan gejala utama. Hal ini disebabkan karena fokus primer TB pada umunya terdapat di

    daerah parenkim yang tidak mempunyai reseptor batuk. Biasanya, batuk kronik pada TB anak

    dapat timbul bila limfadenitis regional menekan bronkus sehingga merangsang reseptor batuk

    kronik. Selain itu batuk berulang pada TB anak juga bisa disebabkan karena penurunan sistem

    imun sehingga mudah mengalami infeksi respiratorik akut (IRA) berulang. 1

    Pada pasien ini, batuk berulang kemungkinan disebabkan karena adanya infeksi

    respiratorik akut (IRA). Hal ini sebabkan karena pada pasien TB anak, terjadi penurunan sistem

    imun sehingga mudah mengalami infeksi, terutama infeksi respiratorik, dengan manifestasi yang

    mungkin timbul adalah batuk.

    Keringat malam mungkin merupakan gejala TB yang penting pada orang dewasa tetapi

    bukan merupakan gejala TB utama pada anak. Pada orang dewasa yang sehat, pada malam hari

    saat istirahat atau tidur maka metabolisme basal akan menurun, sedangkan pada keadaan sakit

    TB, metabolisme tubuh pasien dewasa akan meningkat sehingga akan berkeringat pada malam

  • 8/11/2019 Laporan Kasus Rawat Jalan- Limfadenitis Tb2

    10/14

    Laporan Kasus Rawat Jalan Limfadenitis TB Page 10

    hari. Pada anak yang sedang dalam fase tumbuh kembang, hormon pertumbuhan disekresi dan

    bekerja pada malam hari, sehingga metabolisme tubuh anak juga akan meningkat pada malam

    hari, dan dapat berkeringat pada malam hari.1

    Gejala lain yang dapat muncul pada TB anak adalah berat badan tidak naik, nafsu makan

    kurang, pembesaran kelenjar getah bening leher. Gejala ini merupakan gejala klinis yang tidak

    spesifik untuk TB pada anak.1,5

    Pada anak ini didapatkan penurunan nafsu makan.

    Pada pemeriksaan fisik didapatkan pembesaran kelenjar limfe pada regio koli dekstra,

    multiple (4), diameter 1 cm, mobile, nyeri tekan (-). Regio koli sinistra multiple (2), diameter 1

    cm, mobile, nyeri tekan (-).. Pembesaran kelenjar limfe superfisialis merupakan manifestasi

    spesifik TB yang sering dijumpai. Kelenjar yang sering terkena adalah kelenjar limfe koli

    anterior atau posterior, tetapi juga dapat terjadi di aksila, inguinal, submandibula, dan

    supraklavikula. Biasanya karakteristik kelenjar yang dijumpai biasanya multiple, unilateral, tidak

    nyeri tekan, tidak hangat pada perabaan, mudah digerakkan, dan dapat saling melekat satu sama

    lain.1

    Tuberkulosis kelenjar umumnya terjadi pada bagian anterior, namun tidak menutup

    kemungkinan terjadi pada daerah submandibula dan supraklavikula. Limfadenitis paling sering

    terjadi unilateral, namun infeksi bilateral dapat terjadi karena pembuluh limfatik di daerah dada

    dan leher-bawah saling bersilangan.1,3

    Pada kasus ini limfadenitis terjadi pada regio koli anterior

    sinistra dan koli anterior dekstra.

    Limfadenitis TB merupakan komplikasi dini TB primer, umumnya terjadi dalam 6 bulan

    pertama setelah infeksi. Limfadenitis TB merupakan manifestasi TB ekstrapulmoner yang paling

    banyak ditemukan. Sebagian besar infeksi kelenjar limfe superfisialis terjadi akibat penyebaran

  • 8/11/2019 Laporan Kasus Rawat Jalan- Limfadenitis Tb2

    11/14

    Laporan Kasus Rawat Jalan Limfadenitis TB Page 11

    limfogen dan hematogen. Pada awal perjalanan penyakit TB, kuman TB yang mencapai aliran

    darah dapat bersarang di satu kelompok atau lebih kelenjar limfe.1,3

    Pengobatan TB dibagi dalam 2 tahap yaitu tahap awal/intensif (2 bulan pertama) dan

    sisanya sebagai tahap lanjutan. Prinsip dasar pengobatan TB adalah minimal 3 macam obat pada

    fase awal/intensif (2 bulan pertama) dan dilanjutkan 2 macam obat pada fase lanjutan (4 bulan,

    kecuali pada TB berat). OAT pada anak diberikan setiap hari baik pada tahap intensif maupun

    tahap lanjutan.1,5

    Biasanya, OAT disediakan dalam bentuk paket dan digunakan dalam satu masa

    pengobatan. Paket OAT anak berisi obat untuk tahap intensif, yaitu Rifampisin (R), Isoniazid

    (H), Pirazinamid (Z), sedangkan untuk tahap lanjutan yaitu Rifampisisn (R), dan Isoniasid (I).1,5

    Dosis INH adalah 5 -15 mg/kgBB/hari, Rifampisin 10-20 mg/kgbb/hari, dan Pirazinamid 15-30

    mg/kgbb/hari. Sehingga pasien ini mendapatkan OAT (INH 1 x 130 mg, Rifampisin 1 x 200 mg,

    Pirazinamid 1 x 300 mg) dalam 2 bulan pertama.1,6

    Untuk mengobati anemia defesiensi besi, perlu diberikan preparat besi. Dosis besi

    elemental yang dianjurkan 4-6 mg/kgbb/hari. Pasien perlu mendapatkan Ferous Sulfat 1 x 1 tab

    sehari. Respon terapi dengan menilai kenaikan kadar Hb/Ht setelah satu bulan, yaitu kenaikan

    kadar HB sebesar 2 gr/dl atau lebih. Apabila memberikan respon yang positif, maka terapi

    dilanjutkan sampai 2-3 bulan.

    Selain mendapatkan terapi medikamentosa, penting diperhatikan penanganan suportif

    terutama perbaikan gizi bagi pasien ini.1

    Karena status gizi anak ini gizi kurang, perlu diberikan

    edukasi kepada keluarga agar anak mendapat makanan yang bergizi dan makanan tinggi kalori

    dan tinggi protein.

  • 8/11/2019 Laporan Kasus Rawat Jalan- Limfadenitis Tb2

    12/14

    Laporan Kasus Rawat Jalan Limfadenitis TB Page 12

    Limfadenitis TB dapat sembuh jika tidak diobati, tetapi lebih sering berkembang menjadi

    nekrosis. Kelenjar limfe yang membesar, membutuhkan waktu yang beberapa bulan sampai

    tahun untuk bisa mengecil kembali. Limfadenitis TB biasanya memberikan respon yang baik

    terhadap pemberian OAT .Prognosis dipengaruhi oleh berbagai hal seperti usia anak, lamanya

    mendapat infeksi, status gizi, keadaan sosio-ekonomi, pengobatan adekuat dan keteraturan

    minum obat.1

    Ringkasan

    Telah dilaporkan satu kasus pada anak laki-laki berusia 3 tahun 3 bulan dengan diagnosa

    Limfadenitis TB, Anemia Defisiensi Besi, dan Gizi Kurang. Dari kasus di atas, pendekatan

    dalam menegakan diagnosis Limfadenitis TB, Anemia Defisiensi Besi, dan Gizi Kurang

    dilakukan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium, di mana hasil-

    hasil dari pemeriksaan bermanfaat sebagai penuntun terapi. Limfadenitis TB memberikan respon

    yang baik terhadap OAT.

    Daftar Pustaka

    1. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Buku Ajar Respirologi Anak Tuberkulosis. Jakarta: IDAI;

    2010. Hal 162-214

  • 8/11/2019 Laporan Kasus Rawat Jalan- Limfadenitis Tb2

    13/14

    Laporan Kasus Rawat Jalan Limfadenitis TB Page 13

    2. Paramarta IGE, Surniti PS, Subanada IB. Spondilitis Tuberkulosis: Sari Pediatri. 2008. Vol

    10, No 3.

    3. Munoz FM, Starke R. Tuberculosis. Dalam : Nelsons Text Book of Paediatrics. Edisi

    Delapan Belas. Philadelphia: Elsevier Inc; 2008. Hal 228-36

    4. Taussig et al. Mycobacterial Infections. Dalam : Pediatrics Respiratory Medicine.

    Philadelphia: Mosby Elsevier; 2008. Hal 578-87.

    5. Departemen Kesehatan RI. Tuberkulosis. Dalam : Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak Di

    Rumah Sakit. Jakarta: Depertemen Kesehatan RI; 2008. Hal 113-19

    6.

    Direktorat Jendral Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak. Bagan Tata Laksana Anak Gizi

    Buruk. Jakarta; 2011.

    Lampiran

    1. Pemeriksaan Foto Thorax

  • 8/11/2019 Laporan Kasus Rawat Jalan- Limfadenitis Tb2

    14/14

    Laporan Kasus Rawat Jalan Limfadenitis TB Page 14

    Kesan : Infiltrat halus di paracordial. Suspek KP primer.

    2. Pemeriksaan Darah Lengkap

    3. Pemeriksaan Blood Smear

    E : Hipokrom anisopoikilositosis ( mikrosit, makrosit, ovalosit, sferosit)

    L : Kesan jumlah meningkat, shift to the left, toxic granul (+), blust (+)

    T : Kesan jumlah meningkat, giant trombosit (+)

    Kesimpulan : Kesan gambaran curiga anemia kurang besi disertai leukositosis shift to the left

    dan trombositosis.

    DD : Infeksi bakteri

    Saran : Kultur darah, CRP