Laporan Kinerja Industri Dan Kinerja Kemenperin 2012
description
Transcript of Laporan Kinerja Industri Dan Kinerja Kemenperin 2012
LAPORANKINERJA SEKTOR INDUSTRI
danKINERJA KEmENTERIAN PERINDUSTRIAN
TAhUN 2012
Kementerian PerindUStrian
REPUBLIK INDONESIA
REPUBLIK INDONESIA
LAPORANKINERJA SEKTOR INDUSTRI
danKINERJA KEmENTERIAN PERINDUSTRIAN
TAhUN 2012
Kementerian PerindUStrian
Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012 Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 20124 5
Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012 Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 20124 5
Dengan penuh rasa syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian
Perindustrian Tahun 2012 dapat diselesaikan.
Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012 merupakan wujud
pertanggungjawaban Kementerian Perindustrian terhadap kinerja yang menjadi tugas dan tanggung
jawab untuk dilaksanakan pada program kerja Tahun 2012. Capaian kinerja dan program yang
dilaporkan merupakan implementasi dari Renstra Kementerian Perindustrian Tahun 2010—2014.
Dengan disusunnya laporan ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai perkembangan
dan tindak lanjut program-program yang telah ditetapkan sebagai bagian dari pembangunan sektor
industri serta dapat meningkatkan kinerja ekonomi nasional secara keseluruhan. Hasil-hasil yang
telah dicapai sektor industri merupakan hasil kerjasama dan sinergi yang baik dari berbagai instansi
terkait. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini kami menyampaikan terimakasih dan apresiasi kepada
semua pihak atas segala dukungan dan kerjasamanya.
Meski disadari bahwa laporan ini masih memerlukan masukan untuk penyempurnaan, kami
mengharapkan laporan ini dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi semua pihak.
Jakarta, Desember 2012
Kementerian Perindustrian
KATA PENGANTAR
Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012 Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 20126 7
KATA PENGANTAR 5
DAFTAR ISI 6
BAB I PENDAHULUAN 9
1.1 Latar Belakang 9
1.2 Maksud dan Tujuan 10
1.3 Ruang Lingkup 10
1.4 Sistematika Penyajian 11
BAB II KINERJA MAKRO SEKTOR INDUSTRI 13
2.1 Pertumbuhan Ekonomi Sampai Dengan Triwulan III Tahun 2012 13
2.2 Perkembangan Sub Sektor Industri Non Migas Hingga Triwulan III 2012 15
2.3 Perkembangan Ekspo rdan Impor Industri Non Migas 19
BAB III KINERJA PROGRAM PENGEMBANGAN INDUSTRI NASIONAL 23
3.1 Kinerja Program Prioritas Nasional 23
1. Revitalisasi Industri Pupuk 23
2. Revitalisasi Industri Gula 23
3. Pengembangan Klaster Industri Hilir Kelapa Sawit 24
4. Fasilitasi Pengembangan Zona Industri di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) 25
3.2 Kinerja Program Prioritas Kementerian Perindustrian 26
1. Hilirisasi Industri Berbasis Agro, Migas dan Bahan Tambang Mineral 26
a. Industri Furniture 26
b. Industri Hilir Karet 26
c. Industri Hilir Kakao 27
d. Industri Rumput Laut 27
e. Industri Logam Dasar 28
f. Industri Semen 30
g. Industri Petrokimia & Kimia Hilir 31
h. Industri Garam 32
2. Peningkatan Daya Saing Industri Berbasis SDM, Pasar Domestik dan Ekspor 32
a. Industri Tekstil, Produk Tekstil dan Alas Kaki 32
b. Industri Penghasil Barang Modal (Industri Permesinan, termasuk Listrik) 32
c. Industri Perkapalan 33
d. Industri Otomotif 34
e. Industri Elektronika dan Telematika 34
3. Pengembangan IndustriKecil dan Menengah (IKM) 35
Daftar Isi
Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012 Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 20126 7
3.3 Kinerja Kementerian Perindustrian Lainnya 36
1. Fasilitasi Pemanfaatan Tax Holiday 36
2. Fasilitasi Pemanfaatan Bea Masuk Ditanggung Pemerintah (BMDTP) 36
3. Pengamanan Industri Melalui Penetapan Obyek Vital Nasional Sektor Industri 36
4. Penyusunan Peraturan Menteri Perindustrian tentang Peraturan Teknis Konverter Kit 37
5. Perumusan SNI 37
6. Lembaga Pengujian Kesesuaian 37
7. Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca 37
BAB IV KINERJA KELEMBAGAAN KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 39
4.1 Audit Laporan Keuangan Kementerian Perindustrian 39
4.2 Reformasi Birokrasi 39
4.3 Akuntabilitas Kinerja 39
4.4 Keterbukaan Informasi Publik 40
4.5 Anugerah Media Humas (AMH) 40
1. Majalah Media Industri 40
2. Website Kementerian Perindustrian 41
4.6 Realisasi Anggaran Kementerian Perindustrian Tahun 2012 42
BAB V SASARAN PERTUMBUHAN DAN PROGRAM PENGEMBANGAN INDUSTRI MANUFAKTUR
TAHUN 2013 45
5.1 Proyeksi Pertumbuhan Industri Non Migas Tahun 2013 45
5.2 Program Prioritas Kementerian Perindustrian Tahun 2013 46
1. Hilirisasi Industri Berbasis Agro, Migas dan Bahan Tambang Mineral 46
2. Peningkatan Daya Saing Industri Berbasis SDM, Pasar Domestik dan Ekspor 47
3. Pengembangan Industri Kecil dan Menengah (IKM) 47
5.3 Rekomendasi Kebijakan Untuk Peningkatan Daya Saing Industri 48
BAB VI PENUTUP 51
BAB IPENDAHULUAN
Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012 Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 20128 9
BAB IPENDAHULUAN
Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012 Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 20128 9
1.1 LATAR BELAKANG
Dalam rangka mempercepat pemulihan kinerja industri dan mendorong pertumbuhan
industri pada tahun 2010-2014, Kementerian Perindustrian telah menyusun serangkaian
program dan kegiatan yang tertuang dalam rencana pengembangan industri nasional
dengan mengacu pada Kebijakan Industri Nasional (Perpres No. 28 Tahun 2008), RPJMN
2010-2014, dan Rencana Strategis Kementerian Perindustrian 2010-2014, serta strategi
Kabinet Indonesia Bersatu I & II, yang disebut dengan Trilogi Pembangunan Industri, yang
terdiri dari:
1. Pertumbuhan industri, melalui pengembangan dan penguatan klaster industri prioritas
(pro-growth);
2. Pemerataan industri, melalui pengembangan dan penguatan industri kecil dan
menengah (pro-growth dan pro-job);
3. Persebaran industri, melalui pengembangan industri unggulan di 33 provinsi dan
Kompetensi Inti Industri Kabupaten/Kota (pro-job dan pro-poor).
Kemudian, sesuai dengan perkembangan global, maka pembangunan industri juga harus
memperhatikan kelestarian lingkungan (pro-environment).
Arah pembangunan industri tersebut dijalankan untuk mencapai Visi Pembangunan
Industri Jangka Panjang Tahun 2025 yaitu “Membawa Indonesia Menjadi Negara
Industri Tangguh Dunia”, yang diturunkan ke dalam visi jangka pendek tahun 2014,
yaitu “Pemantapan Daya Saing Basis Industri Manufaktur yang Berkelanjutan Serta
Terbangunnya Pilar Industri Andalan Masa Depan”.
Visi pembangunan industri tahun 2010-2014 tersebut dijabarkan ke dalam misi sebagai
berikut:
1. Mendorong peningkatan nilai tambah industri;
2. Mendorong peningkatan penguasaan pasar domestik dan internasional;
3. Mendorong peningkatan industri jasa pendukung;
4. Memfasilitasi penguasaan teknologi industri;
5. Memfasilitasi penguatan struktur industri;
6. Mendorong penyebaran pembangunan industri ke luar Pulau Jawa;
7. Mendorong peningkatan peran IKM terhadap PDB.
Perkembangan ekonomi global mengalami banyak perubahan terutama setelah terjadinya
krisis ekonomi yang melanda Amerika dan Eropa mulai tahun 2007 hingga saat ini. Kondisi
BAB 1Pendahuluan
BAB IPENDAHULUAN
Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012 Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 201210 11
ini juga mempengaruhi pertumbuhan industri nasional, dimana terjadi penurunan ekspor
hasil-hasil industri pada negara-negara utama di kawasan tersebut serta penurunan
investasi sektor industri yang berdampak pada penurunan laju pertumbuhan industri.
Adanya liberalisasi perdagangan melalui banyaknya perjanjian Free Trade Agreement
(FTA) juga mengakibatkan tingginya persaingan di pasar dalam negeri terhadap produk-
produk industri, yang berdampak negatif bagi sebagian industri yang daya saingnya belum
begitu kuat atau masih memerlukan perlindungan.
Selain itu, masih banyaknya aktivitas ekonomi yang bersumber pada ekstraksi sumber daya
alam termasuk ekspor bahan mentah/baku ke luar negeri menjadikan proses penciptaan
nilai tambah industri di dalam negeri masih relatif rendah. Untuk itu, diperlukan upaya
percepatan pemulihan dan penumbuhan sektor industri (akselerasi industrialisasi) dengan
berorientasi pada penciptaan nilai tambah melalui hilirisasi industri dan peningkatan daya
saing industri dalam negeri baik di pasar lokal maupun internasional.
1.2 MAKSUD DAN TUJUANLaporan ini disusun dengan maksud untuk memberikan gambaran atas kinerja sektor
industri dan kinerja Kementerian Perindustrian pada tahun 2012 sebagai bentuk
pertanggungjawaban terhadap amanat yang diberikan serta diharapkan dapat digunakan
sebagai referensi dalam penyusunan dan pelaksanaan pembangunan sektor industri.
Adapun tujuan secara khususnya dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Menyampaikan hasil pelaksanaan program pokok, kinerja dan kontribusi pengembangan
industri manufaktur terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia, sebagai bentuk
pertanggung jawaban terhadap amanat yang diberikan oleh Presiden kepada Menteri
Perindustrian.
2. Memberikan gambaran mengenai perkembangan dan permasalahan yang dihadapi
sektor industri manufaktur.
3. Menguraikan hal-hal yang memerlukan penanganan segera sebagai wahana evaluasi
dan kajian, dalam rangka penyempurnaan langkah-langkah dan kebijakan strategis
maupun peningkatan kinerja bagi segenap stakeholder sektor industri manufaktur.
4. Memberikan gambaran proyeksi pertumbuhan ekonomi dan industri manufaktur,
program prioritas yang akan dilaksanakan, serta memberikan rekomendasi kebijakan
untuk pengembangan industri nasional selanjutnya.
1.3 RUANG LINGKUPLaporan ini akan membahas mengenai kinerja makro sektor industri selama kurun
waktu 2012 dan kinerja program prioritas yang menjadi tanggung jawab Kementerian
Perindustrian termasuk didalamnya memaparkan perkembangan Reformasi Birokrasi
yang telah dilakukan oleh Kementerian Perindustrian. Disamping itu,dibahas pulatarget
dan proyeksipertumbuhan ekonomi dan industri tahun 2013, dengan memperhatikan
perkembangan pertumbuhan ekonomi dan industri tahun 2012 serta target yang telah
ditetapkan oleh Pemerintah.
BAB IPENDAHULUAN
Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012 Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 201210 11
1.4 SISTEMATIKA PENyAJIANBuku laporan kinerja sektor industridan kinerja Kementerian Perindustrian ini terdiri dari 6
(enam) Bab, yaitu:
Bab I : PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan mengenai Latar Belakang berupa arah kebijakan, visi dan misi
serta tantangan pembangunan industri nasional. Bagian ini juga memberikan gambaran
ringkas mengenai keseluruhan laporan kinerja sektor industri dan kinerja Kementerian
Perindustrian tahun 2012.
Bab II : KINERJA MAKRO SEKTOR INDUSTRI
Bab ini memaparkan kinerja makro sektor industri terutama pertumbuhan ekonomi dan
industri sampai dengan triwulan III tahun 2012, termasuk didalamnya perkembangan
investasi, ekspor dan impor industri manufaktur.
Bab III : KINERJA PROGRAM PENGEMBANGAN INDUSTRI NASIONAL
Bab ini memaparkan mengenai kinerja program pengembangan industri nasional yang
menjadi tugas dan tangung jawab Kementerian Perindustrian, terdiri atas Kinerja Program
Prioritas Nasional, Kinerja Program Prioritas Kementerian Perindustrian, serta Kinerja
Kementerian Perindustrian lainnya dalam rangka mendukung pelaksanaan program-
program prioritas.
Bab IV : KINERJA KELEMBAGAAN KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN
Bab ini memaparkan mengenai kinerja kelembagaan, meliputi audit laporan keuangan
Kementerian Perindustrian, kinerja Reformasi Birokrasi, Akuntabilitas Kinerja, Keterbukaan
Informasi Publik, Anugerah Media Humas (AMH), serta Realisasi Anggaran Kementerian
Perindustrian Tahun 2012.
Bab V : SASARAN PERTUMBUHAN DAN PROGRAM PENGEMBANGAN INDUSTRI
MANUFAKTUR TAHUN 2013
Bab ini menjelaskan mengenai target dan proyeksi pertumbuhan industri pengolahan
non-migas tahun 2012 dan 2013, program prioritas Kementerian Perindustrian tahun
2013, serta rekomendasi kebijakan pengembangan industri nasional.
Bab VI : PENUTUP
Merupakan kesimpulan dari apa yang disampaikan pada bab-bab sebelumnya, meliputi
gambaran ringkas kinerja makro sektor industri dan kinerja Kementerian Perindustrian
tahun 2012.
BAB II Kinerja MaKro SeKtor induStri
Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012 Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 201212 13
BAB II Kinerja MaKro SeKtor induStri
Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012 Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 201212 13
2.1 PERTUMBUHAN EKONOMI SAMPAI DENGAN TRIWULAN III TAHUN 2012
Di tengah masih berlangsungnya ketidakpastian perekonomian dunia dan memburuknya
kinerja neraca perdagangan nasional, kondisi perekonomian Indonesia tetap berlangsung
dengan pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi. Pada triwulan III tahun 2012
pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa tumbuh sebesar 6,17% (year-on-year/yoy), dan
merupakan pertumbuhan tertinggi kedua di Asia setelah China, dan ke-5 tertinggi di dunia.
Cukup tingginya pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan III tahun 2012 terutama
didukung oleh pertumbuhan yang relatif tinggi pada Sektor Industri Pengolahan, khususnya
Sub-Sektor Industri Non Migas. Pada triwulan III 2012, Sektor Industri Pengolahan
mencatat pertumbuhan sekitar 6,36% (yoy), dimana Industri Non Migas mencapai
pertumbuhan sebesar 7,27% (yoy), sedang Industri Migas mengalami kontraksi sekitar
5,02%. Dengan pertumbuhan sebesar 6,36%, maka Sektor Industri Pengolahan menjadi
motor pertumbuhan utama dan menjadi sumber pertumbuhan ekonomi terbesar pada
triwulan III 2012.
Tabel 2.1 Laju Pertumbuhan PDB Menurut Lapangan Usaha
No Lapangan Usaha Tw III 2012 (yoy)
Sumber Pertumbuhan
(yoy)
Tw I-III 2012 (Kumu-latif)
1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan 4,80 0,65 4,26
2. Pertambangan dan Penggalian -0,09 -0,01 1,863. Industri Pengolahan 6,36 1,62 5,864. Listrik, Gas, dan Air Bersih 5,56 0,04 5,565. B A N G U N A N 7,98 0,51 7,456. Perdagangan, Hotel dan Restoran 6,91 1,22 8,027. Pengangkutan dan Komunikasi 10,48 1,02 10,298. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 7,41 0,70 6,939. Jasa - Jasa 4,44 0,42 5,20
Produk Domestik Bruto (PDB) 6,17 6,17 6,29PDB Tanpa Migas 6,88 - 6,84Sumber: BPS diolah Kemenperin
BAB 2Kinerja Makro Sektor Industri
BAB II Kinerja MaKro SeKtor induStri
Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012 Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 201214 15
Dari pertumbuhan ekonomi nasional yang sebesar 6,17%, Sektor Industri Pengolahan
menyumbang pertumbuhan sebesar 1,62%. Kemudian diikuti oleh Sektor Perdagangan,
Hotel, dan Restoran yang menyumbang sebesar 1,22% dan Sektor Pengangkutan dan
Komunikasi menyumbang sebesar 1,02%. Sedangkan sektor-sektor lainnya menyumbang
di bawah 1%.
Dari sisi pengeluaran, Pertumbuhan PDB triwulan III-2012 dibandingkan dengan triwulan
yang sama tahun 2011 (yoy) didukung oleh kenaikan Komponen Pembentukan Modal
Tetap Bruto (PMTB) sebesar 10,02 persen dan Komponen Pengeluaran Konsumsi Rumah
Tangga sebesar 5,68 persen. Sedangkan komponen PDB lainnya mengalami penurunan
seperti Komponen Pengeluaran Konsumsi Pemerintah turun sebesar 3,22 persen,
Komponen Ekspor Barang dan Jasa turun sebesar 2,78 persen, dan Komponen Impor
Barang dan Jasa turunsebesar 0,54 persen.
Tabel 2.2 Laju Pertumbuhan PDB Menurut Pengeluaran
No Jenis Pengeluaran Tw III 2012 (yoy) Tw I-III 2012 (Kumulatif)
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 5,68 5,29
2. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah -3,22 2,93
3. Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) 10,02 10,77
4. Ekspor Barang dan Jasa -2,78 2,21
5. Dikurangi Impor Barang dan Jasa -0,54 6,04
Produk Domestik Bruto 6,17 6,29Sumber: BPS
Pertumbuhan ekonomi kumulatif sampai dengan triwulan III-2012 dibandingkan dengan
periodeyang sama tahun 2011 (c-to-c) seluruh komponen PDB menurut pengeluaran
mengalami peningkatan.Peningkatan terbesar terjadi pada Komponen Pembentukan
Modal Tetap Bruto (PMTB) yang meningkat sebesar 10,77 persen, kemudian diikuti
dengan Komponen Impor Barang dan Jasa sebesar 6,04 persen, Komponen Pengeluaran
Konsumsi Rumah Tangga sebesar 5,29 persen, Komponen PengeluaranKonsumsi
Pemerintah sebesar 2,93 persen, dan Komponen Ekspor Barang dan Jasa sebesar 2,21
persen.
Sumber utama pertumbuhan ekonomi secara yoy pada triwulan III-2012 adalah
KomponenPengeluaran Konsumsi Rumah Tangga sebesar 3,12 persen. Sumbangan
terbesar berikutnya adalah Komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) sebesar
2,43 persen. Sedangkan komponen yang lain mengalami penurunan seperti Komponen
Ekspor Barang dan Jasa turun sebesar 1,38 persen, Komponen Pengeluaran Konsumsi
Pemerintah turun sebesar 0,26 persen, dan Komponen Impor Barang dan Jasa turun
sebesar 0,20 persen.
BAB II Kinerja MaKro SeKtor induStri
Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012 Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 201214 15
2.2 PERKEMBANGAN SUB SEKTOR INDUSTRI NON MIGAS HINGGA TRIWULAN III 2012
Dari pertumbuhan Sektor Industri Pengolahan keseluruhan yang sebesar 6,36% pada
triwulan III 2012, pertumbuhan Sub Sektor Industri Non Migas pada triwulan III 2012
mencapai sebesar 7,27% (yoy).Pertumbuhan pada triwulan III 2012 ini merupakan
pertumbuhan tertinggi yang pernah dicapai Industri Pengolahan Non Migas sejak tahun
2005, dan jauh lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional, yang mencapai 6,17%
(yoy) pada periode yang sama.
Dengan pertumbuhan tersebut, maka secara kumulatif pada tiga triwulan pertama tahun
2012 (I-III), pertumbuhan industri pengolahan non migas mencapai 6,50%, lebih tinggi dari
pertumbuhan ekonomi (PDB) pada tiga triwulan pertama tahun 2012 yang sebesar6,29%.
Tabel 2.3 Pertumbuhan Ekonomi & Industri Pengolahan Non-Migas 2007-2012
No Lapangan Usaha Tw Iii 2012 (yoy)
Sumber Pertumbuhan
(yoy)
Tw I-Iii 2012 (Kumulatif)
1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan
4,80 0,65 4,26
2. Pertambangan dan Penggalian -0,09 -0,01 1,86
3. Industri Pengolahan 6,36 1,62 5,86
4. Listrik, Gas, dan Air Bersih 5,56 0,04 5,56
5. B A N G U N A N 7,98 0,51 7,45
6. Perdagangan, Hotel, dan Restoran 6,91 1,22 8,02
7. Pengangkutan dan Komunikasi 10,48 1,02 10,29
8. Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan
7,41 0,70 6,93
9. Jasa-Jasa 4,44 0,42 5,20
Produk Domestik Bruto (PDB) 6,17 6,17 6,29
PDB Tanpa Migas 6,88 - 6,84Sumber: BPS Diolah Kemenperin
Dicapainya pertumbuhan yang cukup tinggi ini jelas merupakan prestasi yang cukup
menggembirakan, di tengah masih melambatnya perekonomian dunia. Selain didukung
oleh tingginya tingkat konsumsi masyarakat, meningkatnya investasi di sektor industri
secara sangat signifikan menyebabkan tetap terjaganya kinerja sektor industri manufaktur
hingga saat ini. Pada Januari-September 2012, nilai investasi PMA pada Industri Non Migas
mencapai sekitar US$ 8,59 milyar atau meningkat sebesar 65,9% terhadap nilai investasi
pada periode yang sama tahun 2011. Nilai investasi terbesar dicapai oleh Industri Kimia
dan Farmasi sebesar US$ 2,48 miliar, Industri Kendaraan Bermotor & Alat Transportasi
Lain sebesar US$ 1,31 miliar, Industri Logam, Mesin & Elektronik sebesar US$ 1,28 miliar,
Industri Makanan sebesar US$ 1,15 miliar, serta Industri Kertas & Percetakan sebesar US$
1,07 miliar.
BAB II Kinerja MaKro SeKtor induStri
Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012 Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 201216 17
Tabel 2.4 Perkembangan Investasi PMA Sektor Industri Sampai September Tahun 2012 (US$ Juta)
NO SEKTOR2008 2009 2010 2011
Jan-Sep 2012
P I P I P I P I P I
1. Industri Makanan 42 491,4 49 552,1 194 1.025,7 308 1.104,6 334 1.148,8
2. Industri Tekstil 67 210,2 66 251,4 110 154,8 166 497,3 133 378,1
3. Industri Barang dari Kulit dan Alas Kaki
20 145,8 21 122,6 30 130,4 59 255,0 71 130,1
4. Industri Kayu 19 119,5 18 62,1 31 43,1 29 51,1 21 16,4
5. Industri Kertas dan Percetakan 15 294,7 18 68,7 32 46,4 42 257,5 55 1.69,7
6. Industri Kimia dan Farmasi 42 627,8 41 1.183,1 159 793,4 223 1.467,4 214 2.476,9
7. Industri Karet dan Plastik 50 271,6 42 208,1 100 104,3 148 370,0 133 585,8
8. Industri Mineral Non Logam 11 266,4 8 19,5 8 28,4 46 137,1 52 123,4
9. Industri Logam, Mesin, dan Elektronik
141 1.281,4 121 654,9 269 589,5 383 1.772,8 332 1.284,4
10. Industri Instrumen Kedokteran, Presisi& Optik, dan Jam
7 15,7 5 5,1 2 1,4 5 41,9 2 1,6
11. Industri Kendaraan Bermotor dan Alat Transportasi Lain
47 756,2 52 583,4 97 393,8 147 770,1 156 1.308,0
12. Industri Lainnya 34 34,7 53 120,1 59 27,6 87 64,7 68 70,8
Jumlah 495 4.515,2 474 3,831,1 1.096 3,357 1.643 6.789,6 1.571 8.594,1
Keterangan: P (jumlah izin usaha); I (nilai investasi); Sumber: BKPM
Sementara itu, nilai investasi PMDN pada Januari-September 2012 mencapai Rp 38,1
triliun, atau meningkat sebesar 40,19% dari periode yg sama tahun sebelumnya. Nilai
investasi terbesar dicapai oleh Industri Mineral Non Logam sebesar Rp 9,09 triliun, Industri
Makanan sebesar Rp 7,72 triliun, Industri Logam, Mesin & Elektronik sebesar Rp 5,84
triliun, Industri Kertas & Percetakan sebesar Rp 4,99 triliun, serta Industri Kimia & Farmasi
sebesar Rp 4,21 triliun.
BAB II Kinerja MaKro SeKtor induStri
Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012 Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 201216 17
Tabel 2.5 Perkembangan Investasi PMDN Sektor Industri Sampai September Tahun 2012 (RpMiliar)
NO SEKTOR2008 2009 2010 2011 Jan-Sep 2012
P I P I P I P I P I
1. Industri Makanan 49 8.129,9 34 5.768,5 166 16.405,4 258 7.940,9 176 7.719,42. Industri Tekstil 20 719,6 23 2.645,7 26 431,7 52 999,2 51 3.247,23. Industri Barang dari Kulit
dan Alas Kaki 2 10,1 1 4,0 4 12,5 3 13,5 6 62,9
4. Industri Kayu 4 306,6 2 33,5 6 451,3 14 514,9 5 52,15. Industri Kertas dan
Percetakan 14 1.797,7 8 1.000,8 25 1.102,8 53 9.296,3 56 4.997,2
6. Industri Kimia dan Farmasi 23 503,7 15 5.850,1 64 3.266,0 106 2.711,9 81 4.213,0
7. Industri Karet dan Plastik 27 797,8 31 1,532,8 48 522,8 81 2.295,7 78 2.310,78. Industri Mineral Non
Logam 7 845,3 4 786,1 13 2.264,6 39 7.440,5 36 9.088,4
9. Industri Logam, Mesin, dan Elektronik 31 2.381,1 31 1.466,8 50 789,6 76 6.787,0 68 5.838,6
10. Industri Instrumen Kedokteran, Presisi & Optik, dan Jam
2 7,0 0 0,0 - 0 1 0,0 - 0
11. Industri Kendaraan Bermotor dan Alat Transportasi Lain
6 314,7 3 66,5 15 362,2 16 529,1 15 569,0
12. Industri Lainnya 4 38,4 6,0 279,5 2 3,7 7 4,8 5 11,5
Jumlah 189 15.914,8 158 19.434,4 419 25.612,6 706 38.533,8 577 38.110,0
Keterangan: P (jumlah izin usaha); I (nilai investasi); Sumber: BKPM
Pertumbuhan industri pengolahan non-migas juga tidak lepas dari meningkatnya kegiatan
produksi di sektor industri manufaktur. Dicapainya pertumbuhan industri non migas
sebesar 6,50% hingga triwulan III 2012 didukung oleh kinerja pertumbuhan sebagian
besar kelompok industri non migas, yang mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi.
Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh kelompok industri pupuk, kimia & barang dari karet
yang mencapai pertumbuhan sebesar 8,91%. Kemudian diikuti oleh kelompok industri
semen dan barang galian bukan logam yang tumbuh sebesar 8,75%. Lalu kelompok
industri makanan, minuman dan tembakau, yang mencapai pertumbuhan sebesar 8,22%,
dan kelompok Industri Alat Angkutan, Mesin dan Peralatannya sebesar 7,52%. Setelah itu
kelompok Industri Logam Dasar Besi dan Baja yang tumbuh sebesar 5,70%, dan kelompok
Industri Tekstil, Barang Kulit & Alas Kaki yang tumbuh sebesar 3,64%.
BAB II Kinerja MaKro SeKtor induStri
Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012 Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 201218 19
Tabel 2.6Pertumbuhan Industri Pengolahan Non-MigasMenurut Cabang-Cabang Industri
NO LAPANGAN USAHA 2007 2008 2009 2010 2011TW IIIKUM2011
TW IIIKUM2012
1. Makanan, Minuman, dan Tembakau
5,05 2,34 11,22 2,78 9,19 7,50 8,22
2. Tekstil, Barang Kulit, dan Alas Kaki
-3,68 -3,64 0,60 1,77 7,52 8,77 3,64
3. Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya
-1,74 3,45 -1,38 -3,47 0,35 1,07 -4,21
4. Kertas dan Barang Cetakan 5,79 -1,48 6,34 1,67 1,50 2,50 -4,50
5. Pupuk, Kimia, dan Barang dari Karet
5,69 4,46 1,64 4,70 3,95 4,30 8,91
6. Semen dan Barang Galian Bukan Logam
3,40 -1,49 -0,51 2,18 7,19 6,21 8,75
7. Logam Dasar Besi dan Baja 1,69 -2,05 -4,26 2,38 13,06 14,43 5,70
8. Alat Angkutan, Mesin dan Peralatannya
9,73 9,79 -2,87 10,38 7,00 7,13 7,52
9. Barang Lainnya -2,82 -0,96 3,19 3,00 1,82 4,66 -2,11
Industri Non Migas 5,15 4,05 2,56 5,12 6,83 6,63 6,50
Produk Domestik Bruto (PDB) 6,35 6,01 4,63 6,20 6,46 6,45 6,29
Sumber: BPS Diolah Kemenperin
Tabel 2.7Kontribusi Masing-Masing Sektor Industri
Terhadap Pertumbuhan Industri (persen)
NO LAPANGAN USAHA 2007 2008 2009 2010* 2011*TW IIIKUM
2012**1. Makanan, Minuman, dan
Tembakau29,80 30,40 33,16 33,60 35,20 35,94
2. Tekstil, Barang Kulit, dan Alas Kaki 10,56 9,21 9,19 8,97 8,97 9,123. Barang Kayu dan Hasil Hutan
Lainnya6,19 6,43 6,33 5,82 5,82 4,99
4. Kertas dan Barang Cetakan 5,12 4,56 4,82 4,75 4,75 3,955. Pupuk, Kimia, dan Barang dari
Karet12,50 13,53 12,85 12,73 12,73 12,56
6. Semen dan Barang Galian Bukan Logam
3,70 3,53 3,43 3,29 3,29 3,39
7. Logam Dasar Besi dan Baja 2,58 2,57 2,11 1,94 1,94 1,958. Alat Angkutan, Mesin dan
Peralatannya28,69 28,97 27,33 28,14 28,14 27,42
9. Barang Lainnya 0,85 0,80 0,77 0,76 0,76 0,69
Sumber: BPS Diolah Kemenperin
BAB II Kinerja MaKro SeKtor induStri
Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012 Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 201218 19
2.3 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDUSTRI NON MIGAS Secara keseluruhan, ekspor Indonesia pada periode Januari-November 2012 mencapai
US$ 174,76 miliar, atau menurun sebesar 6,25% dibandingkan periode yang sama
tahun 2011 yang mencapai US$ 186,42 miliar. Dari total nilai ekspor nasional tersebut,
sebanyak US$ 107,05 miliar atau 60,02% merupakan ekspor dari sektor industri non
migas. Sepanjang periode Januari-November 2012, ekspor industri non-migas mengalami
penurunan sebesar 4,64% dibandingkan periode yang sama tahun 2011 yang mencapai
US$ 112,26 miliar.
Penurunan ini masih dipengaruhi oleh menurunnya permintaan dari negara-negara tujuan
ekspor utama sebagai dampak krisis ekonomi khususnya di Amerika dan Eropa.Selain di
Amerika dan Eropa, penurunan nilai ekspor juga terjadi di negara-negara kawasan ASEAN
dan lainnya, meliputi: Singapura, Malaysia, Vietnam, China, Jepang, Hong Kong, Taiwan,
Iran, India, Bangladesh, Uni Emirat Arab, Mesir, Turki, dan Rusia. Hal ini menunjukkan
terjadinya penurunan ekspor yang merata di negara-negara tujuan ekspor eksisting,
sehingga diperlukan alternatif pasar baru di wilayah lainnya.
Jika dilihat menurut kelompok industri, pada periode Januari-November 2012 nilai ekspor
tertinggi dialami oleh kelompok industri Pengolahan Kelapa/Kelapa Sawit yang mencapai
US$ 21,57 miliar atau meningkat sebesar 2,21% dibandingkan periode yang sama tahun
sebelumnya. Selanjutnya, ekspor produk Industri Besi Baja, Mesin dan Otomotif yang
mencapai US$ 13,60 miliar (meningkat 11,55%), Industri Tekstil sebesar US$ 11,39 miliar
(menurun 5,75%), Industri Pengolahan Karet sebesar US$ 10,05 miliar (menurun 26,45%),
serta Industri Elektronika sebesar US$ 8,88 miliar (meningkat 2,56%).
BAB II Kinerja MaKro SeKtor induStri
Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012 Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 201220 21
Tabel 2.8 Perkembangan Ekspor Industri Non-Migas Sampai November Tahun 2012 (US$ Juta)
NO URAIAN 2009 2010 2011JANUARI-NOVEMBER PERUBA-
HAN(%)2011 2012
1. Pengolahan Kelapa/Kelapa Sawit 10.476,8 17.253,8 23.179,2 21.108,1 21.574,6 2,212. Tekstil 9.790,1 11.205,5 13.234,1 12.080,2 11.385,6 -5,753. Besi Baja, Mesin-Mesin, dan Otomotif 9.606,9 10.840,0 13.194,4 12.193,6 13.602,4 11,554. Pengolahan Karet 6.179,9 9.522,6 14.540,4 13.666,7 10.051,4 -26,455. Elektronika 6.359,7 9.254,6 9.536,3 8.660,9 8.882,5 2,566. Pengolahan Tembaga, Timah, dll 6.156,0 6.506,0 7.501,0 6.978,0 4.947,5 -29,107. Pulp dan Kertas 4.440,5 5.708,2 5.769,0 5.288,0 5.051,8 -4,478. Kimia Dasar 4.492,5 4.577,7 6.119,8 5.695,0 4.465,9 -21,589. Pengolahan Kayu 4.485,1 4.280,3 4.474,7 4.061,9 4.146,2 2,07
10. Makanan dan Minuman 2.374,8 3.219,6 4.504,0 4.023,5 4.251,3 5,6611. Kulit, Barang Kulit, dan Sepatu/Alas Kaki 2.006,6 2.665,6 3.450,9 3.116,0 3.233,2 3,7612. Alat-Alat Listrik 2.148,9 2.657,9 2.995,2 2.763,8 2.860,1 3,48
Total 12 Besar Industri 65.376,6 87.691,8 108.498,9 99.635,6 94.452,4 -5,20Total Industri 73.435,8 98.015,1 122.189,2 112.262,7 107.048,1 -4,64
Sumber: BPS Diolah Kemenperin
Sementara itu, total nilai impor nasional pada periode Januari-November 2012 mencapai
US$ 176,09 miliar, atau meningkat sebesar 9,40% dibandingkan periode yang sama tahun
2011 yang mencapai US$ 160,96 miliar. Dari nilai impor tersebut, sebanyak US$ 128,55
miliar atau 71,07% merupakan impor produk-produk industri pengolahan non-migas.
Nilai impor produk industri non-migas tersebut meningkat sebesar 12,64% dibandingkan
periode yang sama tahun 2011.
Berdasarkan kelompok industri, nilai impor produk industri tertinggi dicapai oleh Industri
Besi Baja, Mesin-mesin dan Otomotif sebesar US$ 57,83 miliar, yang meningkat sebesar
23,49% dibandingkan periode Januari-November 2011. Berikutnya, impor produk Industri
Elektronika sebesar US$ 15,21 miliar (meningkat 3,44%), serta Industri Kimia Dasar US$
14,88 miliar (meningkat 5,28%). Dapat dilihat bahwa nilai impor terbesar merupakan
barang-barang modal (besi baja, mesin-mesin dan otomotif), yang banyak digunakan oleh
industri dalam negeri untuk menjalankan aktivitas produksinya.
BAB II Kinerja MaKro SeKtor induStri
Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012 Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 201220 21
Tabel 2.9 Perkembangan Ekspor Industri Non-Migas Sampai Oktober Tahun 2012 (US$ Juta)
NO URAIAN 2009 2010 2011JANUARI-NOVEMBER PERUBA-
HAN(%)2011 2012
1. Besi Baja, Mesin-Mesin, dan Otomotif 31.638,8 43.218,6 52.375,6 46.829,7 57.828,1 23,49
2. Elektronika 10.496,7 14.176,2 16.111,8 14.705,8 15.211,6 3,44
3. Kimia Dasar 8.095,1 11.431,5 15.413,2 14.136,8 14.883,8 5,28
4. Tekstil 3.396,9 5.031,2 6.735,1 6.195,1 6.243,5 0,78
5. Makanan dan Minuman 2.810,6 4.514,2 6.852,0 6.242,2 5.489,5 -12,06
6. Alat-Alat Listrik 2.105,8 3.142,8 3.761,7 3.456,2 3.790,2 9,66
7. Pulp dan Kertas 1.883,2 2.731,8 3.262,6 2.874,1 2.790,9 -2,89
8. Barang-Barang Kimia lainnya 1.661,9 2.199,3 2.589,0 2.371,0 2.534,7 5,90
9. Makanan Ternak 1.679,1 1.871,6 2.220,5 2.010,4 2.575,7 28,12
10. Pengolahan Tembaga, Timah, dll 1.027,1 1.822,1 2.195,1 2.043,4 2.198,8 7,60
11. Plastik 1.034,0 1.525,1 1.859,3
12. Pupuk 929,1 1.509,2 2.707,0 2.415,5 2.775,4 14,90
13. Pengolahan Alumunium 1.772,5 1.824,4 2,93
Total 12 Besar Industri 66.803,5 93.173,6 116.082,6 105.052,6 118.146,7 12,46
Total Industri 72.398,1 101.115,4 125.979,0 114.130,0 128.553,5 12,64
Sumber: BPS Diolah Kemenperin
Neraca perdagangan produk industri non-migas adalah US$ -21,51 miliar atau mengalami
defisit. Sedangkan total secara keseluruhan, neraca perdagangan nasional selama Januari-
November 2012 juga defisit, yaitu US$ -1,33miliar.
BAB IIIKinerja Program Pengembanganindustri nasional
Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012 Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 201222 23
BAB IIIKinerja Program Pengembangan
industri nasional
Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012 Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 201222 23
Pada tahun 2012, Kementerian Perindustrian melaksanakan program-program prioritas
nasional maupun prioritas kementerian, berdasarkan Kepres No. 1 Tahun 2010 tentang
Percepatan Pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional, Rencana Kerja Pemerintah
(RKP) Tahun 2012, Perpres No. 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional,
serta melaksanakan program-program lainnya dalam rangka mendorong percepatan
pertumbuhan industri nasional (akselerasi industrialisasi), dengan capaian utama adalah
sebagai berikut.
3.1 KINERJA PROGRAM PRIORITAS NASIONAL
1. Revitalisasi Industri Pupuk
a. Penyediaan gas sebagai bahan baku industri pupuk:
1) Persetujuan perpanjangan kontrak pasokan gas pabrik PT. Pusri Palembang
(Pusri III, IV, dan IB) dari PT. Pertamina EP sebesar 166 MMSCFD untuk periode
2013-2017.
2) Terealisasinya pasokan gas PT. Pupuk Iskandar Muda tahun 2012 sebanyak 8
Cargo.
b. Revitalisasi Industri Pupuk Urea:
1) Terselesaikannya Basic Engineering Design pabrik Kaltim-5. Progres proyek s/d
akhir November 2012 mencapai 32,4%. Pabrik direncanakan beroperasi pada
2014.
2) Persetujuan tambahan pasokan gas pabrik Pusri IIB dari PT. Pertamina EP
sebesar 17 MMSCFD untuk periode 2013-2017.
3) Penandatanganan Letter of Agreement (LoA) untuk perpanjangan MoA alokasi
pasokan gas pabrik Ammonia Urea II PT. PKG dari lapangan Cepu yang berlaku
s/d Desember 2013.
c. Pengembangan pabrik pupuk organik: telah dibangun Pabrik Pupuk Organik di 4
(empat) Kabupaten, yaitu Kabupaten Sragen, Kabupaten Toraja Utara, Kabupaten
Aceh Utara dan Kabupaten Banyuasin
2. Revitalisasi Industri Gula
a. Telah direalisasikan bantuan keringanan pembiayaan mesin/peralatan di 5
Perusahaan Gula (PTPN IX, X, XI, PT. RNI 1 dan PT. RNI 2) dengan total 46 Pabrik
Gula dengan nilai bantuan Rp. 49,8 Miliar.
BAB 3Kinerja Program Pengembangan
Industri Nasional
BAB IIIKinerja Program Pengembanganindustri nasional
Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012 Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 201224 25
b. Bantuan langsung mesin/peralatan pada tahun 2012 diberikan kepada 5 Perusahaan
Gula (PTPN IX, X, XII, PT. PG Rajawali 1, PT. PG Rajawali 2) dengan nilai sebesar Rp.
152,4 Miliar, sebanyak 57 item mesin peralatan.
c. Telah selesai dilakukan Audit Teknologi terhadap 20 PG eksisting terpilih.
d. Rencana pembangunan 3 PG baru di Banyuwangi, Blitar dan Lamongan dengan
kapasitas 5.000 TCD expandable 8.000 TCD oleh Konsorsium PTPN XI dan PTPN XII.
e. Bimbingan dan konsultasi Sistem Manajemen Mutu terhadap 16 PG eksisting terpilih.
3. Pengembangan Klaster Industri Hilir Kelapa Sawit
a. Telah ditetapkannya Kawasan Industri Sei Mangkei (KISM) sebagai Kawasan
Ekonomi Khusus (KEK) melalui PP No 29 tahun 2012;
b. Terlaksananya promosi investasi industri hilir kelapa sawit di dalam negeri (Jakarta &
Pekanbaru) serta Asia (Dubai) dan Eropa (Jerman & Rusia)
BAB IIIKinerja Program Pengembangan
industri nasional
Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012 Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 201224 25
c. Telah disusun FS Pembangunan Tangki Timbun Curah Cair di Maloy, Kalimantan
Timur.
d. Terselesaikannya kajian Pembangunan Klaster Industri Hilir Kelapa Sawit Gelombang
II (second wave) di Kalbar, Kalteng dan Papua.
e. Peningkatan utilisasi kapasitas produksi minyak goreng, dari 45% menjadi 75%.
4. Fasilitasi Pengembangan Zona Industri di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)
a. Penetapan Peraturan Menteri Perindustrian tentang Peta Panduan Pengembangan
Industri Unggulan Provinsi dan Kompetensi Inti Industri Kabupaten/Kota di 42
daerah;
b. Pengkajian Kompetensi Inti Industri Daerah di 11 daerah dan Kajian Pengelolaan
Pusat Inovasi KEK Sei Mangkei;
c. Pembangunan Gedung Pusat Inovasi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sei Mangkei
dan Kawasan Industri Palu;
d. Pengadaan Peralatan Laboratorium dan Meubelair untuk Pusat Inovasi KEK Sei
Mangkei, peralatan uji untuk Pusat Inovasi Industri Palu, Peralatan Industri Rotan di
Katingan, serta mesin/peralatan proses pengolahan & peralatan uji rumput laut di
Tual – Maluku Tenggara;
e. Tersusunnya MasterPlan KEK Tangguh, serta MasterPlan Kawasan Industri: Tanjung
Buton, Majalengka, Kulonprogo, Gresik, Karawang, Gresik Utara, Jeneponto, Sei
Bamban, Bangka;
f. Tersusunnya Rencana Strategis (Renstra) KEK Tanjung Api-Api dan Batu Licin, serta
Renstra Kawasan Industri Kariangau;
g. Tersusunnya Studi Kelayakan Ekonomi dan Finansial Pengembangan KEK Lamongan
dan Kawasan Industri Jombang;
h. Tersusunnya Detail Engineering Design (DED) KEK Bitung (Sulut).
BAB IIIKinerja Program Pengembanganindustri nasional
Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012 Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 201226 27
3.2 KINERJA PROGRAM PRIORITAS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN1. Hilirisasi Industri Berbasis Agro, Migas dan Bahan Tambang Mineral
a. Industri Furniture
1) Telah dilaksanakan pelatihan di bidang desain dan teknologi proses produksi
furniture di Jawa Tengah, Pidie Aceh, Katingan Kalteng dan Palu Sulawesi
Tengah sebanyak 100 orang.
2) Telah dilakukan promosi dan pameran dalam rangka pengembangan pasar
furniture didalam negeri maupun luar negeri antara lain :
a) The International Furnishing Show IMM Cologne (Jerman)
b) High Point Market, Nort Carolina (Amerika Serikat)
c) The China International Furniture Expo di Shanghai (China)
d) International Furniture Fair Indonesia (IFFINA) 2012 di Jakarta International
Expo
e) The27 Trade Expo Indonesia 2012 di Jakarta International Expo
f) Pameran Produk Furniture dan Interior di Plaza Industri
3) Telah dilakukan pengembangan Disain melalui kegiatan lomba disain furniture
yang diikuti oleh 179 Desainer serta dilakukan klinik disain di sentra industri
furniture rotan di Cirebon yang diikuti sebanyak 25 perusahaan dan Klinik Disain
di sentra industri furniture kayu di Jepara yang diikuti sebanyak 30 perusahaan.
4) Telah disusunnya RSNI Furniture sebayak 6 judul.
5) Telah dilakukannya kajian Feasibility Study (FS) pengembangan industri rotan
didaerah sumber bahan baku rotan di Sulawesi Barat.
b. Industri Hilir Karet
1) Pembangunan pabrik ban Hankook kapasitas 5,3 juta ban KBM roda 4 per tahun
dan 840 ribu ban truk/radial pertahun dengan nilai investasi USD 1,1 miliar di
Jawa Barat.
2) Tersusunnya kajian pengembangan industri karet terpadu di Sei Bamban yang
direncanakan akan terintegrasi dengan Kawasan Ekonomi Khusus, Sei Mangkei;
BAB IIIKinerja Program Pengembangan
industri nasional
Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012 Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 201226 27
3) Fasilitasi dan Koordinasi Pengembangan Industri karet dengan 30 pemangku
kepentingan (stake holder).
4) Koordinasi peningkatan konservasi energi industri karet remah (crumb rubber).
5) Pelatihan peningkatan konservasi energi industri karet remah di Palembang.
6) Fasilitasi pengembangan industri karet karet hilir untuk meningkatkan kemampuan
pembuatan kompon karet dan produksi vulkanisir ban melalui bantuan mesin
pengolahan barang karet di Sumatera Selatan, Jambi, dan Kalimantan Barat.
c. Industri Hilir Kakao
1) Pencanangan Hari Kakao Indonesia yang ditetapkan pada setiap tanggal 16
September.
2) Bantuan mesin dan peralatan industri pengolahan cokelat di Padang Pariaman.
3) Pelaksanaan talkshow dalam rangka peningkatan konsumsi cokelat dalam
negeri di Padang, Sumatera Barat.
4) Penyusunan Rancangan SNI Cokelat dan Produk-Produk Cokelat
5) Penyusunan Business Plan Pengembangan Kakao di Sulawesi Tengah dan
Sulawesi Barat
6) Fasilitasi dan sinkronisasi pengembangan klaster industri pengolahan kakao.
7) Peningkatan konsumsi kakao nasional per kapita per tahun sebesar 40% dari
250 gram tahun 2011 menjadi 350 gram tahun 2012.
d. Industri Rumput Laut
1) Penyusunan Roadmap pengembangan industri rumput laut.
2) Pengembangan industri pengolahan rumput laut melalui bantuan mesin
peralatan pengolahan rumput laut di 7 (tujuh) provinsi (NTB, NTT, Maluku, Sulsel,
Sultra, Sulteng, dan Malut).
BAB IIIKinerja Program Pengembanganindustri nasional
Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012 Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 201228 29
e. Industri Logam Dasar
1) Industri Baja
a) Telah beroperasinya PT Meratus Jaya Iron & Steel secara komersial yang
berlokasi di Batulicin, Provinsi Kalimantan Selatan yang mengolah Bijih Besi
menjadi Sponge Iron dengan kapasitas 315 ribu ton per tahun dengan nilai
investasi sebesar Rp 1,17 Triliun.
b) Telah beroperasinya PT. Indoferro secara komersial yang berlokasi di Cilegon,
Provinsi Banten yang memproduksi Pig Iron dengan kapasitas 500ribu ton/
tahun dan Nickel Pig Iron dengan kapasitas 250ribu ton/ tahun dengan nilai
investasi sebesar USD 110 juta.
c) Telah dilakukannya Ground BreakingPT. Batulicin Steel pada bulan Juli
2012 yang rencananya akan memproduksi baja dasar sebesar 3 juta ton/
tahun dengan nilai investasi sebesar USD 1,5 Milyar termasuk Pembangunan
Pembangkit Listrik (Power Plant) dengan kapasitas 100 MW dengan rincian
Besi Beton sebesar 1 juta ton/tahun dan Ferro Nickel sebesar 600 ribu ton/
tahun pada tahap awal serta H-Beam Steel dan Pelat Baja sebesar 2 juta ton/
tahun pada tahap selanjutnya.
d) Rencana pembangunan Pabrik Pengolahan Pasir Besi menjadi Pig Iron (Main
Concentrator Plant dan Pig Iron Plant) di Kulon Progo, Provinsi DI Yogjakarta
yang akan dilakukan oleh PT. Jogja Magasa Iron dengan kapasitas 1juta ton/
tahun dan nilai investasi sebesar USD 1,2 Milyar.
e) Rencana investasi PT. Sebuku Lateritic Iron & Steel untuk pembangunan
Pabrik yang memproduksi Pig Iron dengan kapasitas 3juta ton per tahun di
Sebuku, Provinsi Kalimantan Selatan dengan nilai investasi sebesar USD 1
Milyar.
f) Rencana investasi PT. Delta Prima Steel untuk pembangunan Pabrik yang
memproduksi Sponge Iron dengan kapasitas 100ribu ton per tahun di Tanah
Laut, Provinsi Kalimantan Selatan dengan nilai investasi sebesar Rp. 1,2 Milyar.
BAB IIIKinerja Program Pengembangan
industri nasional
Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012 Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 201228 29
2) Industri Aluminium
a) Rencana pembangunan Smelter Grade Alumina (SGA) di Mempawah,
Provinsi Kalimantan Barat yang akan dilakukan oleh PT. Antam dengan
kapasitas 1,2juta ton/tahun dan nilai investasi sebesar USD 1 Milyar yang
ditargetkan beroperasi pada Kuartal I Tahun 2016.
b) Rencana pembangunan Chemical Grade Alumina (CGA) di Tayan, Provinsi
Kalimantan Barat yang akan dilakukan oleh PT. Antam dengan kapasitas
300ribu ton/tahun dan nilai investasi sebesar USD 450Juta yang saat ini
sedang dalam proses konstruksi.
c) Rencana investasi PT. Nalco untuk pembangunan Pabrik yang memproduksi
Aluminium Ingot dengan kapasitas 500ribu ton per tahun di Kutai, Provinsi
Kalimantan Timur dengan nilai investasi sebesar Rp. 4 Milyar.
3) Industri Tembaga
a) Rencana investasi PT. Nusantara Smelting untuk pembangunan Pabrik yang
memproduksi Katoda Tembaga dengan kapasitas 200ribu ton per tahun
di Bontang, Provinsi Kalimantan Timur dengan nilai investasi sebesar USD
700Juta.
b) Rencana investasi PT. Indosmelt untuk pembangunan Pabrik yang
memproduksi Katoda Tembaga dengan kapasitas 100ribu ton per tahun di
Maros, Provinsi Sulawesi Selatan dengan nilai investasi sebesar USD 700Juta.
4) Industri Nikel
a) Telah dilakukannya Ground Breaking PT. FeNi Halmahera Timur yang
rencananya akan memproduksi Nickel sebesar 27ribu ton/tahun di
Halmahera, Provinsi Maluku Utara dengan nilai investasi sebesar USD 1,6
Milyar yang ditargetkan beroperasi pada Kuartal IV Tahun 2014.
b) Rencana investasi PT. Antam untuk pembangunan Pabrik yang memproduksi
Nickel Pig Iron dengan kapasitas 120ribu ton per tahun di Mandiodo, Provinsi
Sulawesi Tenggara dengan nilai investasi sebesar USD 400Juta.
BAB IIIKinerja Program Pengembanganindustri nasional
Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012 Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 201230 31
c) Rencana investasi PT. Weda Bay Nickel untuk pembangunan Pabrik yang
memproduksi Nickel dengan kapasitas 65ribu ton per tahun dan Cobalt
dengan kapasitas 3,5ribu ton per tahun di Maros, Provinsi Sulawesi Selatan
dengan nilai investasi sebesar USD 700Juta.
f. Industri Semen
1) Realisasi pembangunan oleh PT. Semen Gresik Group:
a) Unit pengantongan semen di Sorong, Papua Barat oleh PT. Semen Gresik
yang direncanakan mulai beroperasi pada awal tahun 2013;
b) Unit pabrik baru PT. Semen Gresik di Tuban, Jawa Timur (Tuban IV) dengan
kapasitas 2,5 juta ton per tahun, telah beroperasi pada pertengahan tahun
2012;
c) Unit pabrik baru PT. Semen Tonasa di Pangkep, Sulawesi Selatan (Tonasa V)
dengan kapasitas 2,5 juta ton per tahun, akan beroperasi pada awal tahun
2013.
2) Realisasi pembangunan oleh PT. Semen Bosowa:
a) Unit penggilingan semen di Banyuwangi, Jawa Timur dengan kapasitas 1,2
juta ton per tahun. Pembangunan dimulai bulan Mei 2012, dan direncanakan
selesai pada tahun 2013;
b) Unit pabrik baru di Maros, Sulawesi Selatan dengan kapasitas 2,5 juta ton per
tahun. Pembangunan dimulai bulan November 2012, direncanakan selesai
pada tahun 2014.
3) Realisasi pembangunan pabrik baru oleh PT. Holcim Indonesia di Tuban, Jawa
Timur, dengan kapasitas 1,7 juta ton per tahun. Saat ini dalam proses konstruksi
pabrik dan direncanakan selesai pada tahun 2014.
BAB IIIKinerja Program Pengembangan
industri nasional
Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012 Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 201230 31
4) Realisasi pembangunan pabrik oleh investor baru:
a) State Development and Investment Cooperation (SDIC) di Manokwari,
Papua Barat dengan kapasitas 1 juta ton per tahun, saat ini dalam proses
pembebasan lahan.
b) Anhui Conch Cement Co., Ltd. di Tanjung, Kalimantan Selatan dengan
kapasitas 2,5 juta ton per tahun, saat ini dalam proses pembebasan lahan.
g. Industri Petrokimia & Kimia Hilir
1) Pembangunan Center of Excellence Industri Petrokimia di Banten dengan
progres mencapai 30%.
2) Pembangunan pabrik butadiena PT. Petrokimia Butadiene Indonesia kapasitas
150 ribu ton/tahun dan investasi Rp 1,5 T di Banten
3) Pengembangan investasi PT. Chandra Asri dengan kapasitas produksi 1 juta ton
olefin/tahun dan nilai investasi Rp 1,7 T di Banten.
4) Pembangunan pabrik kosmetika PT. L’Oreal Indonesia di Cikarang, dengan nilai
investasi Rp 1,25 Triliun, kapasitas produksi 200 juta unit/tahun dan menyerap
tenaga kerja lebih dari 1.700 orang.
5) Pembangunan pabrik Acrylic Acid kapasitas 80.000 ton/th dan Super Absorbent
Polyer kapasitas 90.000 ton/th, PT. Nippon Shokubai Indonesia dan nilai investasi
USD 332 juta.
6) Pembangunan RCC Off Gas to Propylene Project (ROPP) di Balongan kapasitas
180 ribu ton/th oleh PT. Pertamina dan PT. Chandra Asri dan nilai vestasi USD
270 juta
7) Persetujuan alokasi gas untuk pengembangan pusat industri petrokimia di Teluk
Bintuni Papua Barat tahap I sebesar 180 MMSCFD untuk pembangunan pabrik
pupuk urea kapasitas 2juta ton/th.
BAB IIIKinerja Program Pengembanganindustri nasional
Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012 Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 201232 33
h. Industri Garam
1) Intensifikasi lahan dengan pemasangan Geomembrane pada meja kristalisasi di
Kabupaten Sumenep, Madura;
2) Fasilitasi Pengembangan Garam Bahan Baku dan Pengolahan Garam Beryodium
melalui Intensifikasi Lahan di Kabupaten Sampang dan Pamakasan, Madura;
3) Fasilitasi Pengembangan Garam Bahan Baku dan Pengolahan Garam Beryodium
melalui Ekstensifikasi Lahan 349 Ha di Teluk Kupang.
2. Peningkatan Daya Saing Industri Berbasis SDM, Pasar Domestik dan Ekspor
a. Industri Tekstil, Produk Tekstil, dan Alas Kaki
1) Telah diberikan bantuan potongan harga dalam rangka restrukturisasi permesinan
industri TPT, alas kaki dan penyamakan kulit sebanyak 161 perusahaan dengan
nilai bantuan sekitar Rp 145 Milyar dan investasi yang tercipta mencapai Rp 1,68
triliun.
2) Sebanyak 9 perusahaan Industri TPT, Alas Kaki dan Penyamakan Kulit masih
dalam waiting list sebagai peserta restrukturisasi dengan perkiraan nilai bantuan
sebesar Rp 15,52 Milyar.
3) Perluasan investasi dan pembangunan pabrik baru PT. Indorama Polyester
Industries di Karawang, dengan total nilai investasi US$ 400 juta.
4) Telah dilatih tenaga kerja siap pakai di industri garmen dan alas kaki sebanyak
10.000 orang di Jateng, Jatim, dan Jabar.
b. Industri Penghasil Barang Modal (Industri Permesinan, termasuk Listrik)
1) Pemberian bantuan mesin/peralatan ke Pusat Pengembangan Teknologi Industri
Mesin Perkakas dan Alat Kesehatan;
2) Verifikasi capaian TKDN dalam Proyek Pembangunan Infrastruktur
BAB IIIKinerja Program Pengembangan
industri nasional
Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012 Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 201232 33
Ketenagalistrikan (Proyek PLTU 10000 MW Tahap II);
3) Promosi kemampuan industri alat berat (termasuk komponen) dalam rangka
pengembangan akses pasar dalam negeri dan luar negeri;
4) Penyusunan Peraturan Teknis (Pertek) dalam rangka mendukung Program
Konversi BBM ke BBG;
5) Pengembangan kelembagaan (Alsintan Center) di daerah-daerah potensial
pertanian di Sumbar, Kallbar dan Kaltim.
6) Penambahan investasi baru di bidang industri permesinan antara lain PT
Caterpillar Indonesia produksi alat berat (dump truck) di Pulau Batam sebesar
USD 165 juta; PK Manufacturing investasi sebesar USD 21 juta di daerah
Karawang untuk produksi komponen alat berat; dan PT Hitachi Manufacturing di
Karawang investasi sebesar USD 10 juta untuk produksi komponen alat berat.
c. Industri Perkapalan
1) Pengembangan prototype produk industri maritim melalui desain kapal Berbasis
Pantai.
2) Peningkatan kapasitas SDM melalui diklat dan sertifikasi pengelasan kapal,
pengelasan bawah air, pelatihan coating dan pengelasan non-ferro sebanyak
140 orang.
3) Penambahan investasi baru di bidang industri pekapalan sebesar Rp. 800 milyar
di Lamongan, serta perluasan dan pengembangan perusahaan sebesar Rp
354,77 Milyar di Surabaya, Banyuwangi, dan Semarang.
4) Telah siap operasionalnya galangan kapal PT. Lamongan Marine Industri di
Lamongan, Jawa Timur dengan nilai investasi Rp 300 Milyar.
BAB IIIKinerja Program Pengembanganindustri nasional
Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012 Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 201234 35
d. Industri Otomotif
1) Peningkatan investasi baru PT. Denso Indonesia dengan nilai Rp 1,3 Trilliun.
2) Sampai bulan Oktober 2012, produksi KBM Roda-4 mencapai 888 ribu unit dan
sampai dengan bulan Oktober 2012 Produksi KBM Roda-2 mencapai 5,9 Juta
unit.
3) Dalam rangka pengembangan Low Cost Green Car (LCGC), terjadi
peningkatan investasi (perluasan dan pembangunan pabrik baru) oleh
PT. Toyota Motor, PT. Astra Daihatsu Motor, PT Honda Prospect Motor,
PT. Suzuki Indomobil dan PT. Nissan dengan total investasi sebesar US$ 2,2
Milyar untuk industri perakitan dan US$ 2,3 Milyar untuk industri komponen, yang
diperkirakan akan menyerap tenaga kerja sebanyak 7.000 orang untuk industri
perakitan, 8.000 orang untuk industri komponen, dan 10.000 orang untuk after-
sales service.
e. Industri Elektronika dan Telematika
1) Ekspor produk industri elektronika dan telematika pada periode Januari–
September 2012 sebesar US$ 9,38 miliar, atau meningkat sebesar 16,74%
dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2011, dengan negara tujuan
utama yaitu: Singapura, Jepang, Amerika, Hongkong, China, Jerman, Belgia dan
Korea Selatan.
2) Sampai triwulan dua tahun 2012 telah terjadi investasi sebesar US$ 328 Juta.
Dan diperkirakan pada tahun 2012 ini akan menyerap tambahan tenaga kerja
sebesar 6.300 orang.
3) Panasonic Manufacturing Indonesia, Sharp, Samsung, dan LG telah dipilih
sebagai basis produksi untuk kulkas di ASEAN, khusus untuk LG Indonesia telah
dijadikan basis produksi untuk mengisi pasar Australia, Kuba dan Rusia.
4) Dalam rangka penerapan standard produk, telah difasilitasi penguatan terhadap
BAB IIIKinerja Program Pengembangan
industri nasional
Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012 Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 201234 35
infrastruktur/lab uji di Balai Besar Bahan & Barang Teknik (B4T) Bandung, dan Balai
Riset dan Strandardisasi (Baristand) Surabaya. Sampai saat ini telah diterapkan
SNI produk untuk Lampu CFL (Lampu Hemat Energi), Baterai Primer, Pompa Air,
TV CRT, Setrika listrik. Sedangkan untuk produk Lemari Es, Pendingin Ruangan
(AC), dan Mesin Cuci sudah notifikasi WTO untuk diberlakukan secara wajib.
3. Pengembangan Industri Kecil dan Menengah (IKM)
a. Telah dilakukan pengembangan IKM melalui pendekatan klaster di 43 Kabupaten/
Kota, melalui: FGD klaster, dampingan tenaga ahli, bimbingan teknis dan desain,
bantuan mesin/peralatan, pelatihan-pelatihan, dan partisipasi pameran dan promosi.
b. Telah dilakukan pembinaan IKM melalui pendekatan OVOP di 62 sentra di 55 Kab/
Kota, melalui: pelatihan teknis, dampingan tenaga ahli, bantuan mesin/peralatan,
dan partisipasi pameran produk OVOP.
c. Telah diberikan bantuan potongan harga dalam rangka restrukturisasi mesin/
peralatan kepada 106 IKM dengan nilai bantuan Rp 9,32 milyar serta fasilitasi
peningkatan pelayanan IKM kepada 19 UPT.
BAB IIIKinerja Program Pengembanganindustri nasional
Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012 Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 201236 37
d. Telah dilatih sebanyak 2.199 calon wirausaha baru IKM di 28 provinsi, pelatihan di
bidang garment sebanyak 380 orang sebagai antisipasi moratorium pengiriman
TKI ke luar negeri, serta pelatihan peningkatan kemampuan teknis dan manajemen
kepada 1.866 perajin (IKM).
e. Telah difasilitasi pendaftaran HKI sebanyak 123 merk, 1 hak cipta, 2 paten, 3 desain
industri, serta berpartisipasi pada Forum Koordinasi HKI yang diselenggarakan oleh
PM-HKI Kementerian Perindustrian dan POLRI di Manado dan Medan.
f. Telah difasilitasi sertifikasi sistem mutu yang diterapkan oleh IKM sebanyak 40 paket
Halal, 8 paket HACCP/SNI, 12 paket Barcode, 9 Ce-Mark, 30 GMP.
g. Terealisasinya penyaluran KUR di IKM sampai dengan Agustus 2012 sebesar Rp
617,1 miliar (industri pengolahan), atau IKM berkontribusi sebesar 3% dari total
penyaluran KUR.
3.3 KINERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN LAINNyA1. Fasilitasi Pemanfaatan Tax Holiday
a. Telah dilakukan kajian dan verifikasi serta disampaikan usulan kepada Menteri
Keuangan terhadap 2 (dua) pemohon Tax Holiday:
1) PT. Unilever Oleochemical Indonesia (PT. UOI), dengan nilai investasi USD
133 juta;
2) PT Petrokimia Butadiene Indonesia (PT. PBI), dengan nilai investasi USD
150juta.
b. Keputusan pemanfaatan fasilitas Tax Holiday oleh 2 Perusahaan tersebut, tinggal
menunggu terbitnya Keputusan Menteri Keuangan.
2. Fasilitasi Pemanfaatan Bea Masuk Ditanggung Pemerintah (BMDTP)
a. Telah dilakukan koordinasi dengan Kementerian Keuangan dalam penerbitan
PMK terkait Pemberian BMDTP dengan total Pagu BMDTP Tahun Anggaran 2012
sebesar Rp. 428,62 Milyar
b. Rencana Impor Barang (RIB) dengan fasilitas BMDTP sudah mencapai Rp. 186,30
Milyar
c. Realisasi Pemanfaatan fasilitas BMDTP s/d Nopember 2012 mencapai 36% dari
total Pagu BMDTP 2012 dengan estimasi sekitar 70% dari RIB.
3. Pengamanan Industri melalui Penetapan Obyek Vital Nasional Sektor Industri
a. Dalam rangka pengamanan industri dalam negeri terkait penciptaan iklim investasi
yang lebih kondusif, sedang dilakukan revisi Peraturan Menteri Perindustrian
Nomor 3 Tahun 2005 tentang Pengamanan Obyek Vital Industri.
b. Revisi Permenperin tersebut mencakup perubahan lampiran terkait perusahaan
industri yang termasuk Daftar Obyek Vital Industri.
c. Telah dilakukan verifikasi administrasi dan lapangan serta diusulkan Perusahaan
dan Kawasan Industri untuk menjadi Obyek Vital Nasional Sektor Industri sebagai
berikut:
1) 39 Perusahaan di 13 sektor industri;
2) 10 Kawasan Industri.
BAB IIIKinerja Program Pengembangan
industri nasional
Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012 Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 201236 37
4. Penyusunan Peraturan Menteri Perindustrian tentang Peraturan Teknis Konverter
Kit
Dalam mendukung program Konversi BBM ke BBG untuk kendaraan bermotor,
Kementerian Perindustrian telah menerbitkan Peraturan Menteri Perindustrian
Nomor 70 Tahun 2012 yang mewajibkan setiap produk tabung dan converter kit
memiliki sertifikat UN ECE R67, UN ECE R110, dan/atau ISO 15500. Untuk menunjang
penerapan spesifikasi teknis/standar tersebut, diperlukan investasi yang ditujukan
untuk menambah fasilitas uji yang dimiliki oleh laboratorium uji sehingga laboratorium
uji dalam negeri dapat terakreditasi oleh KAN.
5. Perumusan SNI
Tahun 2012 telah disusun RSNI sebanyak 106 buah, sedangkan selama 3 (tiga)
tahun terakhir telah disusun sebanyak 307 buah RSNI, untuk 11 Kelompok industri,
yaitu: permesinan, alsintan, elektronika dan rumah tangga, tekstil, kulit dan alas kaki,
makanan, minimunan dan tembakau, logam, karet dan plastik, dan kertas.
6. Lembaga Penguji Kesesuaian
Tahun 2012 Kementerian Perindustrian telah menerbitkan 37Permenperin untuk
penunjukan LPK bagi 79 SNI wajib, dan sampai dengan tahun 2012 telah ditetapkan
45 LPK untuk mendukung pemberlakuan SNI.
7. Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca
Upaya untuk penurunan GRK, telah diterbitkan; Peraturan Menteri Perindustrian
No. 12/M-IND/PER/1/2012 tentang Peta Panduan (Road Map) Pengurangan
Emisi CO2Industri Semen Indonesia; pedoman dan teknis konservasi energi dan
pengurangan emisi CO2 di sektor Industri (11 pedoman).
BAB IVKinerja Kelembagaan KementerianPerindustrian
Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012 Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 201238 39
BAB IVKinerja Kelembagaan Kementerian
Perindustrian
Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012 Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 201238 39
Selain kinerja program pengembangan industri prioritas nasional, Kementerian
Perindustrian juga menjalankan berbagai program pendukung yang berorientasi pelayanan
kepada masyarakat, peningkatan akuntabilitas kinerja, transparansi dan pengelolaan
keuangan yang sesuai dengan prinsip-prinsip tata kelola pemerintahan yang baik (good
governance). Beberapa capaian utama kinerja kelembagaan Kementerian Perindustrian
antara lain sebagai berikut.
4.1 AUDIT LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN Pada tahun 2012, Kementerian Perindustrian berhasil mempertahankan opini
Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) oleh BPK atas audit Laporan Keuangan tahun
2011, yang telah diraih secara berturut-turut selama 4 (empat) tahun sejak 2009.
Hal tersebut bisa dicapai karena pelaksanaan “Rencana Aksi mempertahankan Opini
BPK atas Laporan Keuangan Kementerian Perindustrian” yang secara konsisten
dan sungguh-sungguh menjadi komitmen dan dilaksanakan pimpinan tertinggi dan
seluruh pegawai di lingkungan Kementerian Perindustrian.
Rencana Aksi mempertahankan opini WTP atas Laporan Keuangan Kementerian
Perindustrian Tahun 2011 antara lain melalui:
1. Menyelesaikan Temuan Atas Laporan Keuangan Tahun 2011 dan Tahun
Sebelumnya.
2. Meningkatkan Kemampuan Sistem Manajemen Keuangan.
3. Penjaminan Mutu (Quality assurance) oleh Pengawas Internal.
4.2 REFORMASI BIROKRASI Pada tahun 2012, Kementerian Perindustrian telah memperoleh pembayaran
tunjangan kinerja (remunerasi) dikarenakan upaya Kementerian Perindustrian dalam
melaksanakan Reformasi Birokrasi sejak tahun 2005.
Hal ini sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 101 Tahun 2012 tentang Tunjangan
Kinerja Pegawai di Lingkungan Kementerian Perindustrian, serta sesuai dengan Surat
Menteri Keuangan Nomor: SR-275/MK.02/2012 tanggal 24 Oktober 2012 perihal
persetujuan prinsip pemberian tunjangan kinerja bagi pegawai di 20 K/L.
4.3 AKUNTABILITAS KINERJA Dalam rangka pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang
Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah, Instruksi Presiden Nomor 7
Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, Kementerian PAN dan
BAB 4Kinerja Kelembagaan
Kementerian Perindustrian
BAB IVKinerja Kelembagaan KementerianPerindustrian
Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012 Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 201240 41
RB melakukan Evaluasi Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Dari hasil evaluasi
akuntabilitas kinerja yang dilaksanakan oleh Kementerian PAN dan RB, Kementerian
Perindustrian mendapat nilai 69,21 dengan predikat penilaian “B“ atau naik sebesar
8,46 poin dibandingkan tahun 2011 yang masih mendapat predikat “CC”. Penilaian
dilakukan terhadap 5 (lima) komponen, yaitu:
1. Perencanaan Kinerja,
2. Pengukuran Kinerja,
3. Pelaporan Kinerja,
4. Evaluasi Kinerja, dan
5. Capaian Kinerja.
4.4 KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK Kementerian Perindustrian berhasil meraih penghargaan sebagai Badan Publik Pusat
Terbaik I dalam pelaksanaan Undang-Undang No.14 tahun 2008 tentang Keterbukaan
Informasi Publik. Kegiatan ini diselenggarakan oleh Komisi Informasi Pusat, dan
penghargaan diserahkan langsung oleh Wakil Presiden tanggal 28 September 2012
di Istana Wakil Presiden Jakarta. Kementerian Perindustrian dinilai berhasil dalam
mengimplementasikan pasal 9 UU Keterbukaan Informasi Publik, yaitu informasi yang
wajib disediakan dan diumumkan secara berkala.
Penghargaan itu diberikan dalam rangka peringatan hari Hak Untuk Tahu Internasional
(International Right to Know Day) yang diperingati setiap tanggal 28 September sebagai
upaya mempromosikan hak-hak masyarakat untuk mengetahui informasi dari badan
publik. Acara ini diselenggarakan Komisi Informasi Pusat. Pemeringkatan ini dilakukan
melalui seleksi terhadap 98 badan publik dan 33 propinsi yang dipantau website-nya
melalui monitoring dan evaluasi oleh Komisi Informasi Pusat.
4.5 ANUGERAH MEDIA HUMAS (AMH) Kementerian Perindustrian berhasil meraih Juara Umum pada Perhelatan Tahunan
Anugerah Media Humas (AMH) 2012 tanggal 6 November di Makassar. Acara yang
dibuka oleh Menteri Komunikasi dan Informatika Tifatul Sembiring ini diselenggarakan
oleh Bakohumas Pusat yang bertujuan untuk memberikan apresiasi, sekaligus menjadi
tolok ukur kinerja humas pemerintah dan sebagai upaya memotivasi praktisi humas
dalam melaksanakan tugasnya.
1. Majalah Media Industri
Majalah Media Industri yang diterbitkan Pusat Komunikasi Publik Kementerian
Perindustrian meraih Juara I Kategori Penerbitan Media Internal Kelompok
Kementerian/LPNK dan Perguruan Tinggi Negeri. Kriteria penilaian meliputi:
keterbukaan informasi, substansi program kehumasan, komposisi informasi,
edukasi, opini dan hiburan, jenis rubrikasi, kelengkapan dan sistematika penulisan,
kreativitas penulisan dan teknik tata letak (cover, body copy, teknik penyuntingan
gambar, teknik foto).
BAB IVKinerja Kelembagaan Kementerian
Perindustrian
Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012 Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 201240 41
2. Website Kementerian Perindustrian
Website Kemenperin (www.kemenperin.go.id) juga mendapatkan penghargaan
Juara I Kategori Pelayanan Informasi Melalui Website. Kriteria yang dinilai:
kemudahan akses informasi publik, ketersediaan kontak dan informasi, ketersediaan
informasi publik, penempatan informasi berdasarkan teknik yang benar, keterbacaan,
dan desain grafis yang sesuai harapan pengguna.
Sampai dengan bulan November 2012, jumlah hit pada Website Kemenperin
mencapai 8,76 juta, dengan rata-rata sebesar 796.024 hit per bulan. Jumlah artikel
yang telah dipublikasikan adalah 4.882 buah. Sebagian besar merupakan berita-
berita yang terkait dengan industri (65%), foto kegiatan Menteri Perindustrian (17%),
dan siaran pers (6%). Jumlah permintaan data yang dilayani secara online tercatat
139.858 kali, dengan jumlah data yang diberikan sebanyak 7,15 juta record. Tiga
jenis data yang paling sering diminta adalah direktori perusahaan (76%), data ekspor
impor (11%), direktori eksportir (6%).
Kedua penghargaan tersebut (Majalah Media Industri dan Website Kemenperin)
mengantarkan Kementerian Perindustrian menjadi Juara Umum dalam Anugerah
Media Humas (AMH) tahun 2012 tersebut.
EDISI 2 - 2012
MADE IN INDONESIA• SociMas• PermataHijauGroup• Natur• MustikaRatu• Inaco• TehKepalaDjenggot• Cimory• Garudafood• SumberYalasamudra• RumahAbon• Jus-SirupBuahLieLie• BandungYoghurt• RatnaBakery&Cake• ManikTheBeadz• BambuKaligrafi• Mahanagari
TEKNOLOGI
• LangitImpianAnimasi• PenyulinganAirLaut
APADANSIAPA• EcogreenOleochemical
Tonggak BangkitnyaIndustri Pertahanan Lokal
No. 02.2012
MINISTRY OF INDUSTRY REPUBLIC OF INDONESIA
2010
REPUBLIC OF INDONESIA
INDUSTRYF A C T S & F I G U R E S
MINISTRY OF INDUSTRY REPUBLIC OF INDONESIA
2012
BAB IVKinerja Kelembagaan KementerianPerindustrian
Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012 Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 201242 43
4.6 REALISASI ANGGARAN KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2012Realisasi anggaran Kementerian Perindustrian tahun 2012 sampai dengan tanggal 26
Desember 2012 adalah sebesar Rp 2,21 triliun atau 88,62% dari total Pagu Anggaran
tahun 2012 sebesar Rp 2,49 triliun. Prognosa (perkiraan) penyerapan anggaran sampai
tanggal 31 Desember 2012 mencapai 90,03%, dengan rincian berdasarkan unit eselon
I sebagai berikut.
Tabel 4.1 Realisasi dan Prognosa Anggaran Tahun 2012 Per Unit Eselon I
Unit
Pagu Anggaran
Realisasi s.d26/12/2012
Prognosa s.d. 31/12/2012
Rp.Juta (Rp Juta) (%) (Rp Juta) (%)
Sekretariat Jenderal 625.346 541.192 86,54 567.226 90,17
Ditjen Industri Agro 337.541 308.604 91,43 285.222 84,50
Ditjen Basis Industri Manufaktur 399.503 371.299 92,94 361.316 90,44
Ditjen Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi 170.725 142.578 83,51 138.321 81,02
Ditjen Industri Kecil dan Menengah 308.870 251.095 81,29 274.864 88,99
Inspektorat Jenderal 43.607 41.131 94,32 42.748 98,03
Badan Pengkajian Kebijakan, Iklim dan Mutu Industri 457.055 416.513 91,13 438.010 95,83
Ditjen Pengembangan Perwilayahan Industri 104.336 96.911 92,88 95.217 91,26
Ditjen Kerjasama Industri Internasional 50.329 43.760 86,95 45.321 90,05
JUMLAH 2.497.312 2.213.083 88,62 2.248.245 90,03
Ket: Prognosa dibuat sebelum tanggal 26 Desember 2012, sehingga realisasi sebagian unit eselon I telah melampaui prognosa.
Realisasi penyerapan anggaran Kementerian Perindustrian tahun 2012 relatif lebih
tinggi jika dibandingkan dengan realisasi tahun-tahun sebelumnya, hal ini disebabkan
oleh:
1. Persiapan pelaksanaan Anggaran yang lebih baik;
2. Pelaksanaan lelang yang dilakukan lebih awal sebelum tahun anggaran berjalan;
3. Disiplin waktu dalam proses pelaksanaan anggaran sesuai Disbursment Plan;
4. Memprioritaskan penggunaan mekanisme pembayaran langsung/LS.
Perbandingan realisasi anggaran Kementerian Perindustrian tahun 2009-2012
ditunjukkan oleh grafik berikut.
BAB IVKinerja Kelembagaan Kementerian
Perindustrian
Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012 Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 201242 43
Grafik 4.1 Perkembangan Realisasi Anggaran Tahun 2009-2012
Ket: Realisasi Tahun 2012 per 26 Desember 2012
Grafik 4.1 Perkembangan Realisasi Anggaran Tahun 2009-2012
Ket: Realisasi Tahun 2012 per 26 Desember 2012
2009 2010 2011 2012Anggaran 1.766.598 1.693.281 2.328.911 2.497.312 Realisasi 1.444.870 1.490.022 1.918.196 2.213.083 % 81,79 88,00 82,36 88,62
78 80 82 84 86 88 90
-500.000
1.000.000 1.500.000 2.000.000 2.500.000 3.000.000
PERKEMBANGAN REALISASI ANGGARAN TAHUN 2009-2012
BAB VSaSaran Pertumbuhan dan ProgramPengembangan InduStrI manufaktur tahun 2013
Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012 Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 201244 45
BAB VSaSaran Pertumbuhan dan Program
Pengembangan InduStrI manufaktur tahun 2013
Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012 Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 201244 45
5.1 PROyEKSI PERTUMBUHAN INDUSTRI NON MIGAS TAHUN 2013Di tengah berbagai kondisi yang dihadapi sektor industri non migas, masih ada peluang
untuk mempertahankan kinerja pertumbuhan dan ekspor industri non migas, agar tetap
meningkat sampai akhir tahun 2012. Peluang tersebut terutama adanya perbaikan
ekonomi di Amerika Serikat dan Jepang yang pertumbuhannya akan meningkat pada
2012 (proyeksi World Bank).
Sementara itu, di dalam negeri masih terjadi peningkatan investasi di sektor industri baik
PMA maupun PMDN. Nilai investasi PMA pada Januari-September 2012 mencapai US$
8,59 milyar atau meningkat sebesar 65,85% dibandingkan periode yang sama tahun
sebelumnya. Investasi sektor industri memberikan kontribusi sebesar 47,09% dari total
investasi PMA. Sedangkan nilai investasi PMDN pada Januari-September 2012 mencapai
Rp 38,11 triliun atau meningkat sebesar 40,19% dari periode yg sama tahun sebelumnya.
Investasi sektor industri memberikan kontribusi sebesar 58,02% dari total investasi PMDN.
Peluang pertumbuhan ini juga didukung oleh adanya beberapa sektor tersier yang
mengalami pertumbuhan cukup tinggi pada Triwulan I-III 2012 (pengangkutan dan
komunikasi sebesar 10,29%, perdagangan, hotel & restoran sebesar 8,02%, serta
bangunan/konstruksi sebesar 7,45%) yang dapat dimanfaatkan oleh sektor industri dalam
penyediaan produk-produkpendukungnya.
Berdasarkan kondisi tersebut, Kementerian Perindustrian menargetkan pertumbuhan
industri non migas sebesar 6,75% pada tahun 2012 (sesuai dengan Renstra Kementerian
Perindustrian 2010-2014) dan memproyeksikan pertumbuhan industri non migas sebesar
7,13% pada tahun 2013. Target dan proyeksi pertumbuhan industri non-migas tersebut
lebih tinggi dari target dan proyeksi pertumbuhan ekonomi nasional, yaitu sebesar 6,50%
pada tahun 2012 dan 6,70% pada tahun 2013.
BAB 5Sasaran Pertumbuhan dan ProgramPengembangan Industri Manufaktur
Tahun 2013
BAB VSaSaran Pertumbuhan dan ProgramPengembangan InduStrI manufaktur tahun 2013
Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012 Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 201246 47
Target pertumbuhan sektor industri non migas pada tahun 2012 dan tahun 2013
selengkapnya pada tabel berikut.
Tabel 5.1 Target & Proyeksi Pertumbuhan Industri Pengolahan Non-Migas
NO LAPANGAN USAHA
LAJU PERTUMBUHAN PDB TRIWULANAN ATAS DASAR HARGA KONSTAN PERTUMBUHAN
2011 20122012* 2013**
I II III IV JUM-LAH I II III
Industri Tanpa Migas 5,90 6,80 7,16 7,40 6,83 6,12 6,07 7,27 6,75 7,13
1. Makananm Minuman, dan Tembakau
4,23 9,56 8,58 14,02 9,19 8,17 6,01 10,39 8,15 8,1
2. Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki
10,56 8,37 7,43 3,99 7,52 1,41 4,30 5,19 3,75 4,7
3. Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya
-0,35 3,34 0,31 -1,76 0,35 -0,86 -8,22 -3,56 2,90 0,8
4. Kertas dan Barang Cetakan
4,34 4,00 -0,74 -1,35 1,50 0,50 -7,44 -6,54 4,90 1,0
5. Pupuk, Kimia, dan Barang dari Karet
0,09 6,82 5,94 2,95 3,95 9,19 2,21 15,37 5,75 8,5
6. Semen dan Barang Galian Bukan Logam
4,47 5,79 8,38 10,04 7,19 6,11 9,22 10,83 4,05 8,3
7. Logam Dasar Besi dan Baja
17,56 14,81 11,09 9,30 13,06 5,57 1,86 9,72 4,00 6,4
8. Alat Angkutan, Mesin, dan Peralatannya
8,94 4,57 7,92 6,63 7,00 6,23 11,67 4,85 7,78 7,7
9. Barang Lainnya 1,20 6,33 6,39 -6,49 1,82 4,21 -6,47 -3,63 6,00 1,0
Produk Domestik Bruto
6,43 6,45 6,46 6,49 6,46 6,32 6,37 6,17 6,50 6,70
Ket: *) Target Renstra Kemenperin; **) Proyeksi (Sumber: BPS Diolah Kemenperin)
5.2 PROGRAM PRIORITAS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2013 Dalam rangka mendorong percepatan pertumbuhan industri,
Kementerian Perindustrian menjalankan tiga program prioritas, yaitu:
(1) Hilirisasi Industri Berbasis Agro, Migas dan Bahan Tambang Mineral,
(2) Peningkatan Daya Saing Industri Berbasis SDM, Pasar Domestik dan Ekspor, dan (3)
Pengembangan Industri Kecil dan Menengah (IKM). Permasalahan serta program dan
kebijakan pada masing-masing program adalah sebagai berikut.
1. Hilirisasi Industri Berbasis Agro, Migas dan Bahan Tambang Mineral
a. Permasalahan Yang Dihadapi
Tingginya ekspor bahan mentah seperti CPO, kakao, karet, rotan dan barang mineral
yang justru menciptakan nilai tambah bagi industri di luar negeri.
b. Program dan Kebijakan
1) Domestic Market Obligation (DMO) untuk Mineral dan Batubara
2) Penetapan tarif Bea Keluar (BK) komoditi primer (CPO dan kakao)
3) Penetapan tarif Bea Keluar (BK) untuk 65 jenis bijih mineral
4) Larangan ekspor rotan
BAB VSaSaran Pertumbuhan dan Program
Pengembangan InduStrI manufaktur tahun 2013
Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012 Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 201246 47
5) Insentif Tax Holiday bagi 5 bidang industri dan Tax Allowance bagi 37 bidang
usaha tertentu dan 39 bidang usaha tertentu di daerah tertentu.
6) Pengembangan Kawasan Industri.
2. Peningkatan Daya Saing Industri Berbasis SDM, Pasar Domestik dan Ekspor
a. Permasalahan Yang Dihadapi
Ketergantungan bahan baku impor, teknologi yang tertinggal, kualitas SDM yang
masih rendah dan membanjirnya produk impor.
b. Program dan Kebijakan
1) Pemberian Insentif fiskal (BMDTP, Tax Holiday dan Tax Allowance, pembebasan
PPN/PPNBM, serta pembebasan bea masuk impor mesin dan komponen)
2) Restrukturisasi permesinan
3) Peningkatan SDM industri
4) Program: Low Carbon Emission Technology
5) Promosi Investasi dan Produk Industri
6) Program Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN)
3. Pengembangan Industri Kecil dan Menengah (IKM)
a. Permasalahan Yang Dihadapi
Ketergantungan bahan baku impor masih tinggi, terbatasnya kemampuan SDM
dalam pengembangan desain, serta terbatasnya akses ke sumber pendanaan.
b. Program dan Kebijakan
1) Usulan penurunan bea masuk bahan baku perak sebesar 10%,
2) Pembentukan modal ventura,
3) Fasilitasi kemudahan penyediaan bahan baku,
4) Penyediaan tenaga desainer pada industri fesyen,
5) Fasilitasi pameran baik dalam maupun luar negeri,
6) Fasilitasi IKM dalam mendapatkan KUR dan akses ke sumber pendanaan lainnya,
7) Pengembangan dan penguatan Pusat-pusat pengembangan Telematika (RICE/
IBC) di daerah potensial.
BAB VSaSaran Pertumbuhan dan ProgramPengembangan InduStrI manufaktur tahun 2013
Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012 Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 201248 49
5.3 REKOMENDASI KEBIJAKAN UNTUK PENINGKATAN DAyA SAING INDUSTRIMeskipun diprediksi bisa tumbuh cukup tinggi pada tahun mendatang, namun tantangan
bagi sektor industri manufaktur masih sangat besar pada tahun 2013. Disamping belum
didukung oleh kondisi infrastruktur yang memadai dan mahalnya biaya investasi, sektor
ini juga masih berhadapan dengan berbagai permasalahan terkait dengan peningkatan
daya saing industri. Oleh karena ini, berikut ini adalah beberapa rekomendasi kebijakan
yang dapat direaliasasikan untuk meningkatkan daya saingindustri nasional, antara lain:
1. Optimalisasi Insentif Fiskal: Tax Holiday, Tax Allowance, BMDTP, Pembebasan
PPnBM, Pembebasan Bea Masuk;
2. Penyelesaian Hambatan Investasi: Divestasi pada Industri Pengolahan Mineral,
Aturan Terkait Limbah B3, tata ruang/RTRW;
3. Optimalisasi pemanfaatan pasar Amerika dan Jepang yang mulai pulih terutama
untuk consumer goods dan mencari pasar-pasar tujuan ekspor baru, misalnya
Timur Tengah, Afrika, Eropa Timur, dan Amerika Latin;
4. Peningkatan upaya pengendalian impor melalui kebijakan non-tariff barrier, seperti:
penerapan SNI Wajib, ketentuan rekomendasi terhadap Importir Produsen untuk
baja dan tekstil, serta mengoptimalkan instrumen anti dumping dan safeguards;
5. Dalam mendukung Program Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri
(P3DN), diperlukan adanya sanksi yang tegas kepada unit kerja dalam instansi
pemerintah/BUMN/swasta yang tidak memenuhi persyaratan komponen lokal yang
dipersyaratkan sehingga penerapan P3DN dapat lebih maksimal.
6. Prioritas penyediaan infrastruktur, terutama dalam mendukung pusat-pusat
pertumbuhan industri, seperti percepatan pembangunan perluasan pelabuhan dan
jaringan transportasi, baik kereta api maupun jalan tol;
7. Jaminan pasokan gas dan listrik untuk kebutuhan industri dalam negeri, baik sebagai
bahan baku maupun energi;
8. Pembentukan Lembaga Pembiayaan Khusus IKM, misal Modal Ventura bagi industri
kecil;
9. Barang dan Jasa Termasuk EPC (Engineering Procurement Construction) Dalam
Negeri Yang Sudah Proven, Wajib Dipakai oleh Proyek-proyek Pemerintah dan
BUMN;
10. Perjanjian Kerjasama Internasional yang dititikberatkan pada Peningkatan Investasi;
11. Perumusan 200 Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI);
12. Pemberlakuan penerapan secara wajib SNI dan pertimbangan teknis untuk 109
produk industri (elektronika, furnitur, logam, kimia dasar, kimia hilir, makanan dan
minuman, otomotif, dan maritim);
13. Pemberian insentif untuk industri hijau, khususnya penggunaan teknologi ramah
lingkungan bagi penurunan emisi Gas Rumah Kaca (GRK), serta industri yang
menghasilkan produk ramah lingkungan (eco product).
BAB VSaSaran Pertumbuhan dan Program
Pengembangan InduStrI manufaktur tahun 2013
Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012 Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 201248 49
BAB VIPENUTUP
Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012 Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 201250 51
BAB VIPENUTUP
Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012 Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 201250 51
Di tengah masih berlangsungnya ketidakpastian perekonomian dunia dan
memburuknya kinerja neraca perdagangan nasional, kondisi perekonomian Indonesia
tetap berlangsung dengan pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi. Pada triwulan
III tahun 2012 pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa tumbuh sebesar 6,17% (year-
on-year/yoy), dan merupakan pertumbuhan tertinggi kedua di Asia setelah China, dan
ke-5 tertinggi di dunia.
Cukup tingginya pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan III tahun 2012 terutama
didukung oleh pertumbuhan yang relatif tinggi pada Sektor Industri Pengolahan,
khususnya Sub-Sektor Industri Non Migas. Pada triwulan III 2012, Sektor Industri
Pengolahan mencatat pertumbuhan sekitar 6,36% (yoy), dimana Industri Non Migas
mencapai pertumbuhan sebesar 7,27% (yoy). Dengan pertumbuhan tersebut, maka
Sektor Industri Pengolahan menjadi motor pertumbuhan utama dan menjadi sumber
pertumbuhan ekonomi terbesar pada triwulan III 2012.
Pertumbuhan pada triwulan III 2012 ini merupakan pertumbuhan tertinggi yang pernah
dicapai Industri Pengolahan Non Migas sejak tahun 2005, dan jauh lebih tinggi dari
pertumbuhan ekonomi pada periode yang sama. Dengan pertumbuhan tersebut,
maka secara kumulatif pada tiga triwulan pertama tahun 2012 pertumbuhan industri
pengolahan non migas mencapai 6,50%, lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi (PDB)
kumulatif tiga triwulan pertama tahun 2012 yang sebesar 6,29%.
Dicapainya pertumbuhan yang cukup tinggi ini jelas merupakan prestasi yang
cukup menggembirakan, di tengah masih melambatnya perekonomian dunia. Selain
didukung oleh tingginya tingkat konsumsi masyarakat, meningkatnya investasi di sektor
industri secara sangat signifikan menyebabkan tetap terjaganya kinerja sektor industri
manufaktur hingga saat ini.
BAB 6Penutup
BAB VIPENUTUP
Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012 Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 201252 53
Dari sisi kinerja program pengembangan industri nasional, Kementerian Perindustrian
telah melaksanakan program-program prioritas nasional dengan capaian kinerja yang
cukup memenuhi target, di antaranya: (1) Revitalisasi Industri Pupuk dengan terpenuhinya
sebagian pasokan gas untuk bahan baku pupuk dan dibangunnya pabrik pupuk
organik di 4 (empat) kabupaten, (2) Revitalisasi Industri Gula dengan realisasi bantuan
keringanan pembiayaan mesin/peralatan pada 46 pabrik gula senilai Rp 49,8 miliar dan
bantuan langsung mesin/peralatan kepada 5 perusahaan gula senilai Rp 152,4 miliar, (3)
Pengembangan Klaster Industri Hilir Kelapa Sawit dengan ditetapkannya Kawasan Industri
Sei Mangkei (KISM) sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) melalui PP No 29 tahun
2012, serta (4) Fasilitasi Pengembangan Zona Industri di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)
dengan capaian pembangunan gedung pusat inovasi KEK Sei Mangkei dan Kawasan
Industri Palu.
Kementerian Perindustrian juga menjalankan program-program prioritas Kementerian
Perindustrian dalam rangka mendorong percepatan pertumbuhan industri, yang
dijabarkan ke dalam tiga kelompok program utama, yaitu: (1) Hilirisasi Industri Berbasis
Agro, Migas dan Bahan Tambang Mineral (Industri Furniture, Hilir Karet, Hilir Kakao, Rumput
Laut, Logam Dasar, Semen, Petromikia & Kimia Hilir, serta Garam); (2) Peningkatan Daya
Saing Industri Berbasis SDM, Pasar Domestik dan Ekspor (Industri TPT dan Alas Kaki,
Penghasil Barang Modal, Perkapalan, Otomotif, serta Elektronika & Telematika); dan (3)
Pengembangan Industri Kecil dan Menengah (Pengembangan klaster IKM, Pembinaan
OVOP, bantuan mesin/peralatan IKM, pelatihan kewirausahaan & keterampilan industri,
fasilitasi HKI & sistem mutu, serta fasilitasi permodalan melalui KUR).
Selain kinerja pengembangan industri nasional, beberapa capaian penting juga
diperoleh Kementerian Perindustrian dalam kinerja kelembagaan, antara lain: berhasil
mempertahankan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) oleh BPK atas audit laporan
keuangan tahun 2011 (sejak 2009), mendapatkan tunjangan kinerja (remunerasi) tahun
2012 atas capaian reformasi birokrasi sejak tahun 2005, mendapatkan predikat “B” atas
evaluasi akuntabilitas kinerja oleh Kementerian PAN & RB, meraih penghargaan sebagai
Badan Publik Terbaik I dalam pelaksanaan UU No. 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan
Informasi Publik, mendapatkan Juara Umum dalam Anugerah Media Humas (AMH) 2012
karena memperoleh Juara I Kategori Penerbitan Media Internal Kelompok Kementerian/
LPNK & Perguruan Tinggi Negeri dan Juara I Kategori Pelayanan Informasi Melalui Website.
Di tengah berbagai kondisi yang dihadapi sektor industri non migas, masih ada peluang
untuk mempertahankan kinerja pertumbuhan industri non migas agar tetap meningkat
sampai akhir tahun 2012. Peluang tersebut terutama adanya perbaikan ekonomi di
Amerika Serikat dan Jepang yang pertumbuhannya akan meningkat pada 2012 dan 2013
(proyeksi World Bank). Sementara itu, di dalam negeri masih terjadi peningkatan investasi
di sektor industri baik PMA maupun PMDN. Peluang pertumbuhan ini juga didukung
oleh adanya beberapa sektor tersier yang mengalami pertumbuhan cukup tinggi pada
Triwulan I-III 2012 (pengangkutan dan komunikasi, perdagangan, hotel & restoran, serta
bangunan/konstruksi) yang dapat dimanfaatkan oleh sektor industri dalam penyediaan
produk-produk pendukungnya.
BAB VIPENUTUP
Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012 Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 201252 53
Berdasarkan kondisi tersebut, Kementerian Perindustrian menargetkan pertumbuhan
industri non migas sebesar 6,75% pada tahun 2012 dan memproyeksikan sebesar 7,13%
pada tahun 2013. Target dan proyeksi pertumbuhan industri non-migas tersebut lebih
tinggi dari target dan proyeksi pertumbuhan ekonomi nasional, yaitu sebesar 6,50% pada
tahun 2012 dan 6,70% pada tahun 2013.
Meskipun diprediksi bisa tumbuh cukup tinggi pada tahun mendatang, namun tantangan
bagi sektor industri manufaktur masih sangat besar pada tahun 2013. Disamping belum
didukung oleh kondisi infrastruktur yang memadai dan mahalnya biaya investasi, sektor ini
juga masih berhadapan dengan berbagai permasalahan terkait dengan peningkatan daya
saing industri. Oleh karena ini, Kementerian Perindustrian merekomendasikan beberapa
kebijakan untuk meningkatkandaya saingindustri nasional, antara lain: optimalisasi insentif
fiskal (tax holiday, tax allowance, BMDTP, pembebasan PPnBM, pembebasan bea masuk),
penyelesaian hambatan investasi, optimalisasi pasar ekspor yang mulai pulih dan mencari
pasar alternatif, peningkatan upaya pengendalian impor melalui kebijakan non-tariff
barrier, Program Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN), pembangunan
infrastruktur, penyediaan pasokan gas dan listrik untuk kebutuhan industri, pembentukan
lembaga pembiayaan khusus IKM, perumusan dan pemberlakuan SNI, serta pemberian
insentif untuk industri hijau khususnya penggunaan teknologi ramah lingkungan bagi
penurunan emisi Gas Rumah Kaca (GRK).
Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 201254
Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2012 55
KEMENTERIAN PERINDUSTRIANJalan Gatot Subroto Kav.52-53Jakarta 12950T : (021) 5255609F : (021) 5255609W : www.kemenperin.go.id