Laporan KP

32
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan kurikulum yang diterapkan pada Universitas Haluoleo, sekarang khususnya pada program studi D – III Jurusan Mesin Universitas Haluoleo yang memprogramkan mata kuliah kerja praktek lebih di orientasikan pada aplikasi lapangan yang dimaksud untuk menambah profesionalisme Mahasiswa di bidang ilmu dan jurusannya masing –masing. Hal ini adalah merupakan salah satu persyaratan untuk menyesuaikan studi guna memperoleh gelar kesarjanaan. 1.2 Tujuan Praktek Kerja Lapangan Tujuan dari penyelenggaraan Kerja Praktek (KP) ini adalah selain persyaratan akademik juga untuk menambah pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan kami sebagai mahasiswa, juga membandingkan teori dan kenyataan yang ada di lapangan. Hal ini di perkuat juga adanya satu tuntutan dalam perkuliahan minimal 60% teori dan sisanya sebanyak 40% adalah praktek di lapangan. Hal ini menjadi tanggung jawab kami bersama dalam teknik (eksacta). Untuk meyesuaikan yang diterapkan pada Laporan Hasil Kerja Praktek (KP) 1

description

Laporan kerja Praktek

Transcript of Laporan KP

Page 1: Laporan KP

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berdasarkan kurikulum yang diterapkan pada Universitas Haluoleo, sekarang

khususnya pada program studi D – III Jurusan Mesin Universitas Haluoleo yang

memprogramkan mata kuliah kerja praktek lebih di orientasikan pada aplikasi

lapangan yang dimaksud untuk menambah profesionalisme Mahasiswa di bidang

ilmu dan jurusannya masing –masing.

Hal ini adalah merupakan salah satu persyaratan untuk menyesuaikan studi

guna memperoleh gelar kesarjanaan.

1.2 Tujuan Praktek Kerja Lapangan

Tujuan dari penyelenggaraan Kerja Praktek (KP) ini adalah selain persyaratan

akademik juga untuk menambah pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan

kami sebagai mahasiswa, juga membandingkan teori dan kenyataan yang ada di

lapangan. Hal ini di perkuat juga adanya satu tuntutan dalam perkuliahan minimal

60% teori dan sisanya sebanyak 40% adalah praktek di lapangan. Hal ini menjadi

tanggung jawab kami bersama dalam teknik (eksacta). Untuk meyesuaikan yang

diterapkan pada program D – III Teknik Universitas Haluoleo. Olehnya bersama

kami laporkan hasil kuliah kerja praktek di BALAI PENGEMBANGAN DAN

PENANGKAPAN IKAN (BPPI), selama 1 bulan mulai tanggal 23 Januari sampai

tanggal 23 Februari 2013.

1.3 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang kami gunakan untuk menyusun laporan kerja

praktek dengan PROSES PENGERJAAN MESIN BUBUT adalah :

1. Mengadakan pengamatan secara langsung kelapangan untuk melihat

pekerjaan yang sedang dilaksanakan.

Laporan Hasil Kerja Praktek (KP) 1

Page 2: Laporan KP

2. Mengadakan wawancara dengan pihak – pihak yang terlibat secara

langsung.

3. Studi keputusan data yang ada yaitu dengan membaca dan mengumpulkan

data dalam hubungan dengan penulisan laporan KP.

1.4 Sistematika Penulisan

Dalam pembahasan laporan ini penulis mengklasifikasikan dalam 4 Bab,

yaitu sebagai berikut :

BAB I : Pendahuluan

Merupakan bab yang menguraikan mengenai Latar

Belakang , Tujuan KP, Metode Pengumpulan Data dan

Sistematika Penulisan.

BAB II : Gambaran Umum BPPI

Merupakan bab yang menguraikan tentang sejarah singkat

BPPI.

BAB III : Landasan Teori

Merupakan bab yang menguraikan tentang teori dasar proses

pembubutan dan las.

BAB IV : Metode Pengerjaan

Merupakan bab yang membahas proses pengerjaan bubut di

dan las lapangan.

BAB V : Penutup

Merupakan bab yang menguraikan tentang kesimpulan dan

saran.

Laporan Hasil Kerja Praktek (KP) 2

Page 3: Laporan KP

BAB II

GAMBARAN UMUM BPPI

2.1 Sejarah Singkat Tentang BPPI Dalam Dinas Kelautan & Perikanan

Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Tenggara merupakan unsur

pelaksana pemerintah daerah Sulawesi Tenggara dan dipimpin oleh seorang

Kepala Dinas yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur

melalui Sekretaris Daerah. Sesuai dengan Surat Keputusan Gubernur Provinsi

Sulawesi Tenggara Nomor 140 Tanggal 15 April 2001 disebutkan Dinas Kelautan

dan Perikanan Provinsi Sulawesi Tenggara mempunyai tugas membantu Gubernur

dalam melaksanakan kewenangan desentralisasi dan dekonsentrasi di bidang

kelautan dan perikanan. Kepala Dinas dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh

Sekretaris dan uraian tugas jabatan struktural dan non struktural di lingkungan

Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Tenggara dilaksanakan

berdasarkan Peraturan Gubernur Provinsi Sulawesi Tenggara Nomor 50 Tahun

2009.

Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara dalam hal ini Dinas Kelautan dan

Perikanan Provinsi Sulawesi Tenggara telah melaksanakan kegiatan pelayanan

kepada masyarakat nelayan melalui Balai Pengembangan Penangkapan Ikan

Kendari selaku pelaksana teknis operasional yang dikelola Dinas Kelautan dan

Perikanan Provinsi Sulawesi Tenggara. BPPI dibangun pada tahun 1979/1980

oleh Direktorat Jenderal Perikanan dengan status Unit Pembinaan Motorisasi

bertahap (UPMB). Namun setelah ditingkatkan statusnya menjadi Unit

Pengembangan Penangkapan Ikan (UPPI) berdasarkan Surat Keputusan Gubernur

Provinsi Sulawesi Tenggara Nomor : 427/2510 tanggal 20 September 2001, dan

disejajarkan dengan sub dinas lain yang ada pada Dinas Kelautan dan Perikanan

Sulawesi Tenggara kemudian sesuai dengan Peraturan Gubernur Sultra No 68

Tahun 2009 tanggal 9 September 2009 berubah statusnya menjadi BPPI.

Laporan Hasil Kerja Praktek (KP) 3

Page 4: Laporan KP

Balai Pengembangan Penangkapan Ikan Kendari sesuai fungsinya dalam

mengemban tugas sebagai berikut :

1. Penyusunan dan pelaksanaan program uji coba dan kaji terap teknologi

penangkapan ikan.

2. Pengadaan pembinaan dan penyuluhan melalui penelitian serta

demonstrasi penangkapan ikan dan permesinan.

3. Pelaksanaan pembinaan dan pelayanan jasa pemeliharaan, perbaikan

mesin kapal, serta pemeliharaan perbaikan, desain alat tangkap ikan dan

docking kapal ikan.

4. Memberikan pelayanan dan meningkatkan kontribusi Pendapatan asli

Daerah (PAD)

STRUKTUR ORGANISASI UPTD BALAI PENGEMBANGAN

PENANGKAPAN IKAN (BPPI)

2.2 Visi & Misi BPPI

Visi Balai Pengembangan Penangkapan Ikan (BPPI) Dinas Kelautan dan

Perikanan Provinsi Sulawesi Tenggara adalah ”Mewujudkan Pengelolaan

Sumberdaya Kelautan Dan Perikanan Yang Berkelanjutan Menuju Masyarakat

Sejahtera”

Untuk mewujudkan Visi diatas, maka Balai Pengembangan Penangkapan

Ikan Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Tenggara menetapkan Misi

sebagai berikut :

1. Peningkatan perekonomian masyarakat perikanan.

2. Pelestarian sumberdaya kelautan dan perikanan.

3. Pengembangan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia kelautan

dan perikanan.

Laporan Hasil Kerja Praktek (KP) 4

Page 5: Laporan KP

Sesuai dengan Visi dan Misi Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi

Tenggara, maka untuk mengarahkan perumusan sasaran, kebijaksanaan, program

dan kegiatan, ditetapkan tujuan Pembangunan Kelautan dan Perikanan Sulawesi

Tenggara sebagai berikut :

1. Meningkatkan taraf hidup nelayan, pembudidaya ikan dan pengolah ikan.

2. Meningkatkan produksi dan produktifitas usaha perikanan.

3. Meningkatkan mutu dan pemasaran komoditas perikanan.

4. Mendorong perluasan dan kesempatan kerja di sektor kelautan dan

perikanan.

5. Meningkatkan pemanfaatan sumberdaya kelautan dan perikanan

berwawasan lingkungan.

6. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia perikanan.

7. Melestarikan sumber daya kelautan dan perikanan.

2.3 Mesin Pendukung Kegiatan BPPI

Dalam mendukung visi misi dan kinerja Balai Pengembangan Penangkapan

Ikan Dinas Kelautan dan Perikanan ini maka dipergunakan alat dan mesin yang

sesuai dengan fungsinya. Berikut adalah daftar alat dan mesin dalam lingkungan

Balai Pengembangan Penangkapan Ikan :

1. Mesin bubut

2. Mesin las

3. Mesin bor

4. Mesin gerinda

5. Mesin blower

Laporan Hasil Kerja Praktek (KP) 5

Page 6: Laporan KP

BAB III

LANDASAN TEORI

3.1 Mesin Bubut

Mesin bubut merupakan salah satu jenis mesin perkakas. Prinsip kerja pada

proses turning atau lebih dikenal dengan proses bubut adalah proses penghilangan

bagian dari benda kerja untuk memperoleh bentuk tertentu. Di sini benda kerja

akan diputar/rotasi dengan kecepatan tertentu bersamaan dengan dilakukannya

proses pemakanan oleh pahat yang digerakkan secara translasi sejajar dengan

sumbu putar dari benda kerja. Gerakan putar dari benda kerja disebut gerak

potong relatif dan gerakkan translasi dari pahat disebut gerak umpan (feeding).

Salah satu proses pembubutan

A. Komponen-komponen mesin bubut

Mesin bubut pada dasarnya terdiri dari beberapa komponen utama antara

lain: meja mesin, a headstock, a tailstock, a compound slide, across slide,

toolpost, dan leadscrew dan lain-lain. Pada gambar berikut ini diperlihatkan

nama-nama bagian atau komponen yang umum dari mesin bubut:

Laporan Hasil Kerja Praktek (KP) 6

Page 7: Laporan KP

Komponen Utama Mesin Bubut

Tailstock untuk memegang atau menyangga benda kerja pada bagian

ujung yang berseberangan dengan Chuck (pencekam) pada proses pemesinan

di mesin bubut.

Lead crew adalah poros panjang berulir yang terletak agak dibawah dan

sejajar dengan bangku, memanjang dari kepala tetap sampai ekor tetap.

Dihubungkan dengan roda gigi pada kepala tetap dan putarannya bisa dibalik.

Dipasang ke pembawa (carriage) dan digunakan sebagai ulir pengarah untuk

membuat ulir saja dan bisa dilepas kalau tidak dipakai.

Feedrod terletak dibawah ulir pengarah yang berfungsi untuk menyalurkan

daya dari kotak pengubah cepat (quick change box) untuk menggerakkan

mekanisme apron dalam arah melintang atau memanjang.

Carriage terdiri dari tempat eretan, dudukan pahat dan apron.

Konstruksinya kuat karena harus menyangga dan mengarahkan pahat

pemotong. Dilengkapi dengan dua cross slide untuk mengarahkan pahat

dalam arah melintang. Spindle yang atas mengendalikan gerakan dudukan

pahat dan spindle atas untuk menggerakkan pembawa sepanjang landasan.

Toolpost digunakan sebagai tempat dudukan pahat bubut, dengan

menggunakan pemegang pahat.

Headstock , yaitu tempat terletaknya transmisi gerak pada mesin bubut

yang mengatur putaran yang dibutuhkan pada proses pembubutan.

Laporan Hasil Kerja Praktek (KP) 7

Page 8: Laporan KP

B. Dimensi dan jenis-jenis mesin bubut

Dimensi atau ukuran mesin bubut biasanya dinyatakan dalam diameter

benda kerja yang dapat dikerjakan pada mesin tersebut. misalnya sebuah

mesin bubut ukuran 400 mm mempunyai arti mesin bisa mengerjakan benda

kerja sampai diameter 400 mm. Ukuran kedua yang diperlukan dari sebuah

mesin bubut adalah panjang benda kerja. Beberapa pabrik menyatakan dalam

panjang maksimum benda kerja diantara kedua pusat mesin bubut, sedangkan

sebagian pabrik lain menyatakan dalam panjang bangku. Ada beberapa

variasi dalam jenis mesin bubut dan variasi dalam desainnya tersebut

tergantung cara pengoparasiannya dan jenis produksi atau jenis benda kerja.

Dilihat cara pengoperasian mesin bubut dibagi menjadi dua jenis yaitu

mesin bubut manual dan mesin bubut otomatis. Mesin bubut manual adalah

mesin bubut yang proses pengoperasiannya secara manual dilakukan oleh

manusia secara langsung, sedangkan mesin bubut atomatis adalah mesin

bubut yang perkakasnya secara otomatis memotong benda kerja dan mundur

setelah proses diselesaikan, dimana semua pegerakan sudah diatur atau

diprogram secara otomatis dengan mengunakan komputer. Mesin bubut yang

otomatis sepenuhnya dilengkapi dengan tool magazine sehingga sejumlah alat

potong dapat diletakan dimesin secara berurutan dengan hanya sedikit

pengawasan dari operator. Mesin bubut otomatis ini lebih dikenal dengan

Laporan Hasil Kerja Praktek (KP) 8

Page 9: Laporan KP

sebutan CNC (Computer Numerical Control) Lathe Machine ( mesin bubut

dengan sistem komputer kontrol numerik), seperti pada gambar berikut:

Jenis Mesin Bubut;

a. Mesin bubut manual, b. Mesin bubut CNC

C. Prinsip kerja mesin bubut

Bubut sendiri merupakan suatu proses pemakanan benda kerja yang

sayatannya dilakukan dengan cara memutar benda kerja kemudian dikenakan

pada pahat yang digerakkan secara translasi sejajar dengan sumbu putar dari

benda kerja. Gerakan putar dari benda kerja disebut gerak potong relatif dan

gerakkan translasi dari pahat disebut gerak umpan. Dengan mengatur

perbandingan kecepatan rotasi benda kerja dan kecepatan translasi pahat

maka akan diperoleh berbagai macam ulir dengan ukuran kisar yang berbeda.

Hal ini dapat dilakukan dengan jalan menukar roda gigi translasi yang

menghubungkan poros spindel dengan poros ulir.

Roda gigi penukar disediakan secara khusus untuk memenuhi keperluan

pembuatan ulir. Jumlah gigi pada masing-masing roda gigi penukar bervariasi

besarnya mulai dari jumlah 15 sampai dengan jumlah gigi maksimum 127.

Roda gigi penukar dengan jumlah 127 mempunyai kekhususan karena

digunakan untuk konversi dari ulir metrik ke ulir inci.

Prinsip Kerja Mesin Bubut

Poros spindel akan memutar benda kerja melalui piringan pembawa

sehingga memutar roda gigi pada poros spindel. Melalui roda gigi

penghubung, putaran akan disampaikan ke roda gigi poros ulir. Oleh klem

berulir, putaran poros ulir tersebut diubah menjadi gerak translasi pada eretan

Laporan Hasil Kerja Praktek (KP) 9

Page 10: Laporan KP

yang membawa pahat. Akibatnya pada benda kerja akan terjadi sayatan yang

berbentuk ulir.

Gerakan-Gerakan Dalam Membubut

a. Gerakan berputar

yaitu bentuk gerakan rotasi dari benda kerja yang digerakanpada pahat dan

dinamakan gerak potong.

b. Gerakan memanjang

yaitu bentuk gerakan apabila arah pemotonganna sejajar dengan sumbu

kerja. Gerakan ini disebut juga dengan gerakan pemakanan.

c. Gerakan melintang

yaitu bentuk gerakan apabila arah pemotongan tegak lurus terhadap sumbu

kerja. Gerakan ini disebut dengan gerakan melintang atau pemotongan

permukaan.

Pekerjaan-pekerjaan yang umumnya dikerjakan oleh mesin bubut antara

lain:

a. Membubut muka (Facing), yaitu proses pembubutan yang dilakukan pada

tepi penampangnya atau gerak lurus terhadap sumbu benda kerja,

sehingga diperoleh permukaan yang halus dan rata.

b. Membubut rata (pembubutan silindris), yaitu pengerjaan benda yang

dilakukan sepanjang garis sumbunya. Membubut silindris dapat

dilakukan sekali atau dengan permulaan kasar yang kemudian

dilanjutkan dengan pemakanan halus atau finishing.

c. Membubut ulir (Threading), adalah pembuatan ulir dengan menggunakan

pahat ulir.

d. Membubut tirus (Taper), yaitu proses pembuatan benda kerja berbentuk

konis. Dalam pelaksanaan pembubutan tirus dapat dilakukan denngan

tiga cara, yaitu memutar eretan atas (perletakan majemuk), pergerseran

kepala lepas (tail stock), dan menggunakan perlengkapan tirus (tapper

atachment).

Laporan Hasil Kerja Praktek (KP) 10

Page 11: Laporan KP

- Pembubutan tirus dengan menggeser eretan atas. Cara ini digunakan

apabila variasi sudut ketirusannya besar yakni antara 0-90 derajat

dengan ketirusannya pendek, maksimum sepanjang gerakan eretan

atas. Pembubutan dengan cara ini tidak dapat dilakukan secara

otomatis, tetapi dengan cara memutar spindel eretan atas, sehingga

pahat bergerak maju. Pemutaran eretan atas, sebesar ½ sudut

ketirusan. Artinya jika sudut ketirusan 900, maka eretan atas diputar

sebesar 450.

- Pembubutan tirus dengan menggeser kepala lepas. Cara ini

dilakukan apabila variasi sudut ketirusan berkisar antara 0-30 derajat

dengan ketirusan yang melebihi panjang atau lebih pendek dari

pergerakan eretan atas. Pembubutan ini dapat dilakukan secara

manual maupun secara otomatis. Dalam operasinya, benda kerja

dijepit diantara dua senter. Dengan demikian, cekam diganti dengan

pelat pembawa yang berfungsi untuk memutar benda kerja dengan

bantuan lathdog. Untuk menghasilkan ketirusan yang sesuai, maka

besar pergeseran kepala lepas dapat dihitung dengan persamaan:

Untuk sebagian panjang benda yang ditirus

2 d D x lL x

Untuk seluruh panjang benda yang ditirus

Dimana: x = Pergesaran kepala lepas (mm) D = Diameter besar

bagian tirus (mm) d = Diameter kecil bagian tirus (mm) L = Panjang

seluruh benda kerja (jarak antara dua senter) (mm) l = Panjang

bagian tirus (mm) 2 d D x

- Pembubutan tirus dengan menggunakan perlengkapan tirus.

Pembubutan ini dilakukan jika variasi sudut ketirusan yang akan

dibuat berada pada kisaran 0-60 derajat dengan panjang ketirusan

melebihi jarak pergerakan eretan atas. Pembubutan ini dapat

dilakukan secara manual ataupun otomatis. Untuk menghasilkan

ketirusan, sudut perlengkapan tirus harus diatur sebesar ½ sudut tirus

Laporan Hasil Kerja Praktek (KP) 11

Page 12: Laporan KP

sejajar kemiringan benda kerja. Selanjutnya eretan atas dilepas

hubungannya dengan meja mesin dan dihubungkan dengan

kelengkapan tirus yang sudah diatur sudutnya. Dengan demikian,

gerakan eretan atas akan mengikuti kemiringan kelengkapan tirus.

Besar kemiringan/pendakian dapat dihitung dengan rumus: Dimana:

D = diameter besar bagian tirus (mm) d = diameter kecil bagian tirus

(mm) l = Panjang bagian tirus (mm) l d D tg 2

e. Pembubutan drillng, yaitu pembubutan dengan menggunakan mata bor

(drill), sehingga akan diperoleh lubang pada benda kerja. Pekerjaan ini

merupakan pekerjaan awal dari pekerjaan boring (bubut dalam).

f. Perluasan lubang (boring), yaitu proses pembubutan yang bertujuan

untuk memperbesar lubang. Pembubutan ini menggunakan pahat bubut

dalam.

g. Knurling, yaitu proses pembubutan luar (pembubutan slindris) yang

bertujuan untuk membuat profil pada permukaan benda kerja. Pahat yang

digunakan adalah pahat khusus (kartel).

Macam-macam proses pembubutan

3.2 Mesin Las Listrik

Las busur listrik atau umumnya disebut dengan las listrik adalah termasuk

suatu proses penyambungan logam dengan menggunakan tenaga listrik sebagai

sumber panas. Jenis sambungan dengan las Iistrik ini adalah merupakan

sambungan tetap. Ada beberapa macam proses yang dapat digolongkan kadalam

proses las listrik antara lain yaitu :

Laporan Hasil Kerja Praktek (KP) 12

Page 13: Laporan KP

1. Las Listrik dengan Elektroda Karbon, Misalnya:

- Las listrik dengan elektroda karbon tunggal

- Las listrik dengan elektroda karbon ganda.

2. Las Listrik Dengan Elektroda Logam, misalnya:

- Las listrik dengan elektroda berselaput

- Las listrik TIG (Tungsten Inert Gas)

- Las lisrik submerged

A. Prinsip-Prinsip Las Listrik

Pada dasarnya las listrik yang menggunakan elektroda karbon maupun logam

menggunakan tenaga listrik sebagai sumber panas. Busur listrik yang terjadi

antara ujung elektroda dan benda kerja dapat mancapai temperatur tinggi yang

dapat melelehkan sebagian bahan merupakan perkalian antara tegangan listrik (E)

dangan kuat arus (I) dan waktu (t) yang dinyatakan delam satuan, panas joule atau

kalori seperti rumus dibawah ini :

H = E x I x tdimana :

H = panas dalam satuan joule

E = tegangan listrik dalam volt

I = kuat arus dalam ampere

t = waktu dalam detik

Las listrik dengan elektroda karbon

Busur listrik yang terjadi diantara ujung elektroda karbon dan logam atau

diantara dua ujung elektroda karbon akan memanaskan dan mencairkan logam

yang akan dilas. Sebagai bahan tambah dapat dipakai elektroda dengan fluksi atau

elektroda yang berselaput fluksi.

Laporan Hasil Kerja Praktek (KP) 13

Page 14: Laporan KP

Las listrik dengan elektroda karbon

Las listrik ini menggunakan elektroda berselaput sebagai bahan tambah.

Busur listrik yang terjadi diantara ujung elektroda dan bahan dasar akan

mencairkan ujung elektroda dan sebagian bahan dasar. Selaput elektroda yang

turut terbakar akan mencair dan menghasilkan gas yang melindungi ujung

elektroda, kawah Ias, busur Iistrik dan daerah Ias di sekitar busur listrik terhadap

pengaruh udara luar. Cairan selaput elektroda yang membeku akan menutupi

permukaan Ias yang juga berfungsi sebagai pelindung terhadap pengaruh luar.

Gambar dibawah ini adalah sirkuit las listrik dengan elektroda berselaput

dimana G adalah sumber tenaga arus searah dan elektroda dihubungkan ke

terminal negatif sedang bahan ke terminal positif.

Dalam gambar dibawah ini ditunjukkan pemindahan cairan logam dari

elektroda ke bahan dasar dimana gas dari pembakaran selaput elektroda

melindungi daerah ini.

Laporan Hasil Kerja Praktek (KP) 14

Page 15: Laporan KP

B. Pesawat Las

Pesawat-pesawat las yang dipakai bermacam-macam, tapi bila ditinjau dari

jenis arus yang keluar dapat digolongkan sebagai berikut:

pesawat las arus bolak-balik (AC)

pesawat las arus searah (DC)

Pesawat las arus bolak-balik dan searah (AC-DC) yang merupakan gabungan

dari pesawat AC den DC.

1. Pesawat las arus bolak-balik (AC)

Macam-macam pesawat las ini seperti Transformator las, pembangkit

listrik motor diesel atau motor bensin. Transformator las yang

kebanyakan digunakan di industri-industri mempunyai kapasitas 200

sampai 500 amper. Pesawat las ini sangat banyak dipakai karena biaya

operasinya yang rendah disamping harganya yang relatif murah. Voltase

keluar dari pesawat transformator ini antara 38 sampai 70 volt.

2. Pesawat las arus searah (DC)

Laporan Hasil Kerja Praktek (KP) 15

Page 16: Laporan KP

Pesawat las arus searah ini dapat berupa pesawat transformator rectifier,

pembangkit listrik motor diesel atau motor bensin, maupun pesawat

pembangkit listrik yang digerakkan oleh motor listrik. Salah satu jenis

dari pesawat las arus searah yaitu pesawat pembangkit listrik yang

digerakkan oleh motor tistrik (motor generator).

3. Pesawat las AC-DC

Pesawat las ini merupakan gabungan dari pesawat las arus bolak-balik

dan arus searah. Dengan, pesawat ini akan lebih banyak kemungkinan

pemakaiannya karena arus yang keluar dapat arus searah maupun arus

bolak-balik. Pesawat las jenis ini misalnya transformator-rectifier maupun

pembangkit listrik motor diesel.

C. Elektroda (filler atau bahan isi)

Elektroda berselaput yang dipakai pada Ias busur listrik mempunyai

perbedaan komposisi selaput maupun kawat Inti. Pelapisan fluksi pada kawat

inti dapat dengah cara destrusi, semprot atau celup. Ukuran standar diameter

kawat inti dari 1,5 mm sampai 7 mm dengan panjang antara 350 sampai 450

mm. Jenis-jenis selaput fluksi pada elektroda misalnya selulosa, kalsium

karbonat (Ca C03), titanium dioksida (rutil), kaolin, kalium oksida mangan,

Laporan Hasil Kerja Praktek (KP) 16

Page 17: Laporan KP

oksida besi, serbuk besi, besi silikon, besi mangan dan sebagainya dengan

persentase yang berbeda-beda, untuk tiap jenis elektroda.

Tebal selaput elektroda berkisar antara 70% sampai 50% dari diameter

elektroda tergantung dari jenis selaput. Pada waktu pengelasan, selaput elektroda

ini akan turut mencair dan menghasilkan gas CO2 yang melindungi cairan las,

busur listrik dan sebagian benda kerja terhadap udara luar. Udara luar yang

mengandung O2 dan N akan dapat mempengaruhi sifat mekanik dari logam Ias.

Cairan selaput yang disebut terak akan terapung dan membeku melapisi

permukaan las yang masih panas.

Elektroda baja lunak dan baja paduan rendah untuk las busur listrik manurut

klasifikasi AWS (American Welding Society) dinyatakan dengan tanda E XXXX

yang artinya sebagai berikut :

- E menyatakan elektroda busur listrik

- XX (dua angka) sesudah E menyatakan kekuatan tarik deposit las

dalam ribuan Ib/in2 lihat tabel.

- X (angka ketiga) menyatakan posisi pangelasan.

angka 1 untuk pengelasan segala posisi. angka 2 untuk pengelasan

posisi datar di bawah tangan.

- X (angka keempat) menyatakan jenis selaput dan jenis arus yang

cocok dipakai untuk pengelasan lihat tabel.

Contoh : E 6013

Artinya :

- Kekuatan tarik minimum den deposit las adalah 60.000 Ib/in2 atau 42

kg/mm2

- Dapat dipakai untuk pengelasan segala posisi

- Jenis selaput elektroda Rutil-Kalium dan pengelasan dengan arus AC

atau DC + atau DC

1. Elektroda baja lunak

- E6010 dan E6011 : Elektroda ini adalah jenis elektroda selaput

selulosa yang dapat dipakai untuk pengelesan dengan penembusan

Laporan Hasil Kerja Praktek (KP) 17

Page 18: Laporan KP

yang dalam. Pengelasan dapat pada segala posisi dan terak yang tipis

dapat dengan mudah dibersihkan. Deposit las biasanya mempunyai

sifat sifat mekanik yang baik dan dapat dipakai untuk pekerjaan

dengan pengujian Radiografi. Selaput selulosa dengan kebasahan 5%

pada waktu pengelasan akan menghasilkan gas pelindung. E 6011

mengandung Kalium untuk mambantu menstabilkan busur listrik bila

dipakai arus AC.

- E6012 dan E6013 : Kedua elektroda ini termasuk jenis selaput rutil

yang dapat manghasilkan penembusan sedang. Keduanya dapat

dipakai untuk pengelasan segala posisi, tetapi kebanyakan jenis E

6013 sangat baik untuk posisi pengelesan tegak arah ke bawah. Jenis

E 6012 umumnya dapat dipakai pada ampere yang relatif lebih tinggi

dari E 6013. E 6013 yang mengandung lebih benyak Kalium

memudahkan pemakaian pada voltage mesin yang rendah. Elektroda

dengan diameter kecil kebanyakan dipakai untuk pangelasan pelat

tipis.

- E6020 : Elektroda jenis ini dapat menghasilkan penembusan las

sedang dan teraknya mudah dilepas dari lapisan las. Selaput elektroda

terutama mengandung oksida besi dan mangan. Cairan terak yang

terlalu cair dan mudah mengalir menyulitkan pada pengelasan dengan

posisi lain dari pada bawah tangan atau datar pada las sudut.

2. Elektroda dengan selaput serbuk besi

Selaput elektroda jenis E 6027, E 7014. E 7018. E 7024 dan E 7028

mengandung serbuk besi untuk meningkatkan efisiensi pengelasan.

Umumnya selaput elektroda akan lebih tebal dengan bertambahnya

persentase serbuk besi. Dengan adanya serbuk besi dan bertambah

tebalnya selaput akan memerlukan ampere yang lebih tinggi.

3. Elektroda hidrogen rendah

Selaput elektroda jenis ini mengandung hydrogen yang rendah (kurang

dari 0,5 %), sehingga deposit las juga dapat bebas dari porositas. Elektroda

Laporan Hasil Kerja Praktek (KP) 18

Page 19: Laporan KP

ini dipakai untuk pengelasan yang memerlukan mutu tinggi, bebas

porositas, misalnye untuk pengelasan bejana dan pipa yang akan

mengalami tekanan. Jenis-jenis elektroda hydrogen rendah misalnya

E7015, E7016 dan E7018.

4. Elektroda besi tuang

- Nikel : Elektroda jenis ini dipakai untuk mengelas besi tuang, bila

hasil las masih dikerjakan lagi dengan mesin. Elektroda nikel dapat

dipakai dalam sagala posisi pengelasan. Rigi-rigi las yang dihasilkan

elektroda ini pada besi tuang adalah rata dan halus bila dipakai pada

pesawat las DC kutub terbalik. Karakteristik elektroda nikel dapat

dilihat pada tabel dibawah ini.

- Baja : Elektroda jenis ini bila dipakai untuk mengelas besi tuang akan

menghasilkan deposit las yang kuat sehingga tidak dapat dikerjakan

dengan mesin. Dengan demikian elektroda ini dipakai bila hasil las

tidak dikerjakan lagi. Untuk mengelas besi tuang dengan elektroda

baja dapat dipakai pesawat las AC atau DC kutub terbalik.

- Perunggu : Hasil las dengan memakai elektroda ini tahan terhadap

retak, sehingga panjang las dapat ditambah. Kawat inti dari elektroda

dibuat dari perunggu fosfor dan diberi selaput yang menghasilkan

busur stabil.

D. Cara menyalakan busur las

Untuk memperoleh busur yang baik di perlukan pangaturan arur (ampere)

yang tepat sesuai dengan type dan ukuran elektroda, Menyalahkan busur dapat

dilakukan dengan 2 (dua) cara.

- Bila pesawat las yang dipakai pesewat Ias AC, menyalakan busur

dilakukan dengan menggoreskan elektroda pada benda kerja lihat Gbr.

- Untuk menyalakan busur pada pesawat Ias DC, elektroda disentuhkan

seperti pada Gbr.

Laporan Hasil Kerja Praktek (KP) 19

Page 20: Laporan KP

Bila elektroda harus diganti sebelum pangelasan selesai, maka untuk

melanjutkan pengelasan, busur perlu dinyalakan lagi. Menyalakan busur kembali

ini dilakukan pada tempat kurang lebih 26 mm dimuka las berhenti seperti pada

gambar. Jika busur berhenti di B, busur dinyalakan lagi di A dan kembali ke B

untuk melanjutkan pengelasan. Bilamana busur sudah terjadi, elektroda diangkat

sedikit dari pekerjaan hingga jaraknya ± sama dengan diameter elektroda. Untuk

elektroda diameter 3,25 mm, jarak ujung elektroda dengan permukaan bahan

dasar ± 3,25 mm.

Laporan Hasil Kerja Praktek (KP) 20

Page 21: Laporan KP

BAB IV

METODE PENGERJAAN

Pada bab ini akan dibahas tentang metode pengerjaan mesin bubut dan las

yang dilakukan dalam workshop BPPI.

4.1 Menyambung As Baling-Baling Kapal Barang

A. Alat dan Bahan

Mesin bubut

Pahat bubut

Varnier Caliper

Dial Indicator

Pesawat las AC/DC

Gerinda

Kikir

Blower

Palu las

Kawat las jenis SIN 1

B. Proses Pengerjaan

Untuk menyambung as berjenis stainless harus dilakukan pembubutan

terlebih dahulu secara tirus kedua bagian patah as tersebut kemudian di

sambung dengan las listrik. Hal ini dimaksudkan agar sambungan las lebih

kuat karena ikatannya lebih luas. Tujuan penyambungan as dengan mesin

bubut agar as tetap lurus ketika dilas. Ada 2 proses saat menyambung as,

yaitu :

1. Proses Pembubutan Tirus

- Pasang pahat yang akan digunakan pada tool post, posisikan tepat

pada center.

- Pasang as pada chuck dengan bantuan kunci chuck dan disenterkan

dengan menggunakan dial indicator.

- Pilih kecepatan putar spindle yang sesuai dengan benda kerja.

- Nyalakan mesin bubut.

- Ratakan ujung as

- Pengerjaan dilanjutkan dengan membuat bagian yang tirus. Disini

pahat dimiringkan kearang bagian dalam benda kerja ± 450.

Laporan Hasil Kerja Praktek (KP) 21

Page 22: Laporan KP

- Pengerjaan ini harus dilakukan secara manual dengan memutar

handwheel di ujung tailstock untuk menggerakkan pahat kedepan dan

handwheel

-

C. kxhjj

Laporan Hasil Kerja Praktek (KP) 22

Page 23: Laporan KP

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

5.2 Saran

Laporan Hasil Kerja Praktek (KP) 23