LAPORAN KP ANTAM.pdf
-
Upload
ardhy-syahputra -
Category
Documents
-
view
139 -
download
23
description
Transcript of LAPORAN KP ANTAM.pdf
-
Kerja Praktek PT. Antam Tbk. UBPN Sultra tahun 2014 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Tugas akhir merupakan salah satu syarat kelulusan untuk mahasiswa prodi
pertambangan Universitas Islam Bandung. Kerja praktek adalah salah satu
kegiatan prasyarat untuk melaksanakan tugas akhir. Dengan kerja praktek pihak
prodi mengharapkan mahasiswa mendapatkan pengalaman langsung bekerja
dan merasakan keadaan sebenarnya dunia kerja pertambangan. Kerja praktek
ini juga diharapkan mampu memberikan kemampuan bagi mahasiswa untuk
mengaplikasikan ilmu yang telah didapatkan pada kuliah.
Perkembangan Industri yang terus meningkat menyebabkan kebutuhan
bahan baku setiap harinya semakin tinggi. Hal tersebut menuntut perusahaan-
perusahaan tambang terus meningkatkan produksinya. Dengan kata lain
perusahaan-perusahaan tambang bertanggungjawab memenuhi kebutuhan
tersebut. Untuk menjawab permintaan tersebut diperlukan perkembangan secara
kontinu dalam bidang teknologi maupun ilmu pengetahuan yang sejalan dengan
kondisi lapangan.
Nikel adalah salah satu produk tambang yang banyak diproduksi di
Indonesia, bersama Kanada dan Australia. Berdasar data terakhir yang
diperoleh, Indonesia berada di urutan keempat setelah Australia, Kanada, New
Caledonia. Keempat negara ini menguasai sekitar 65% supply dunia. Keadan
tersebut menarik perhatian kami agar lebih banyak tahu mengenai aktivitas
penambangan nikel dari eksploitasi sampai pengolahannya.
Di Indonesia, produsen utama nikel adalah PT. Aneka Tambang
(ANTAM). Selain ini masih ada beberapa perusahaan kecil lainnya yang juga
memproduksi nikel namun jumlahnya tidak signifikan. ANTAM mengolah nikel
menjadi feronikel (paduan besi dengan nikel) dan dipakai oleh industri elektronik
maupun rumah tangga. Pemakaian terbesar nikel adalah industri stainless steel
dan logam campuran. Keduanya menyerap hampir 90% dari pasokan nikel.
-
Kerja Praktek PT. Antam Tbk. UBPN Sultra tahun 2014 2
Oleh sebab itu, kami memilih PT ANTAM sebagai tempat kerja praktek
dengan harapan akan mendapatkan ilmu dan pengalaman yang lebih
tentang penambangan nikel.
1.2 MAKSUD DAN TUJUAN
Adapun maksud dari kerja praktek kami untuk mengamati serta mempelajari
langsung proses penambangan dan kegiatan-kegiatan penunjangnya di PT
ANTAM Tbk (Persero) UBPN Sultra.
Tujuan kerja praktek kami adalah seperti berikut :
1. Mengetahui proses dan metode pertambangan yang dilakukan oleh PT.
Antam Tbk UBPN Sultra.
2. Menghitung produksi raw ore dan efisiensi alat produksi yang digunakan PT.
Antam Tbk UBPN Sultra pada bukit Cherokee dan bukit Humvee di bulan
Agustus.
3. Mengetahui tahap-tahap pengolahan bijih nikel menjadi ferronikel.
1.3 KEGIATAN KERJA
Kegiatan kerja yang akan dilakukan dalam kerja praktek ini, diantaranya
sebagai berikut :
1. Studi Literatur
Mencari serta membaca literatur yang berkaitan dengan kegiatan kerja
yang dilakukan.
2. Orientasi Lapangan
Pada tahap ini peserta kerja praktek dikenalkan dengan lingkungan kerja,
tempat kerja, lingkungan sekitar, dan pembimbing kerja praktek dari PT
ANTAM (Persero) Tbk UBPN Sultra.
3. Kegiatan Lapangan
yaitu mengamati dan mengerjakan kegiatan secara langsung di lapangan
dan mengambil data dari lapangan. Data yang diambil menyesuaikan
dengan kerja praktek yang dilakukan di lapangan dan arahan dari pihak
PT ANTAM (Persero) Tbk UBPN Sultra selaku pembimbing kami. Tidak
mengabaikan pula pentingnya data dokumentasi dari lapangan sehingga
patut menjadi salah satu prioritas dalam kerja lapangan nantinya seperti
foto (alat berat, dump truk, kegiatan penambangan, muat, angkut, dll).
-
Kerja Praktek PT. Antam Tbk. UBPN Sultra tahun 2014 3
3. Penyusunan Laporan
Pada tahap ini dilakukan penglahan data dari data yang diperoleh di
lapangan dan pembuatan laporan hasil kerja praktek yang kemudian akan
dipresentasikan pada seminar kerja praktek di Teknik Pertambangan
Unisba.
1.4 SISTEMATIS PENULISAN
Sistematika penulisan dalam pembuatan laporan kerja praktek di PT ANTAM
(Persero) Tbk UBPN Sultra ini yaitu :
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini memuat latar belakang, maksud dan tujuan, ruang
lingkup, metode penelitian dan sistematika penulisan yang digunakan
dalam penulisan laporan.
BAB II TINJUAN UMUM
Dalam bab ini berisikan tentang sejarah singkat perusahaan, lokasi dan
kesampaian daerah kegiatan, keadaan penduduk serta keadaan sekitar
lokasi kegiatan.
BAB III TEORI DASAR
Dalam bab ini membahas mengenai literatur dasar yang berkaitan
dengan kegiatan kerja praktek yang dilakukan.
BAB IV KEGIATAN LAPANGAN
Dalam bab ini menjelaskan mengenai kegiatan-kegiatan yang dilakukan
selama kerja praktek di PT ANTAM (persero) Tbk UBPN Sultra.
BAB V PEMBAHASAN DAN ANALISA
Dalam bab ini menjelaskan tentang data hasil kegiatan yang didapat
pada saat melakukan kerja praktek di PT ANTAM (persero) Tbk UBPN
Sultra.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
Berisi tentang inti-inti kegiatan kerja praktek di PT ANTAM (persero)
Tbk UBPN Sultra serta pendapat dan gagasan untuk pihak perusahaan
dari penulis seputar judul yang digunakan.
-
Kerja Praktek PT. Antam Tbk. UBPN Sultra tahun 2014 4
BAB II
TINJAUAN UMUM
2.1 SEJARAH SINGKAT PERUSAHAAN
PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sultra yang berlokasi di Pomalaa,
Kabupaten Kolaka merupakan perusahaan tambang milik Negara yang sejak
tahun 1909 telah beroperasi. Wilayah penambangan PT ANTAM (Persero) Tbk.
UBPN Sultra terbagi menjadi 3 yakni bagian utara, tambang bagian tengah,
tambang bagian selatan dan pulau Maniang.
Bijih Nikel di Pomalaa pertama kali ditemukan oleh E.C. Abendanon pada
Tahun 1909. Dan pada tahun 1934, mulai dilaksanakan eksplorasi oleh Oost
Borneo Maatschappij dan Bone Tole Maatschappij ditemukan endapan bijih nikel
berkadar 3.00% sampai 3.5%. Tahun 1942 1945, pada perang dunia ke- II
Sumitomo Metal Meaning Co mengo
diekspor karena Jepang dihancurkan oleh Amerika Serikat setelah Indonesia
merdeka.
Tahun 1957, berdiri suatu perusahaan swasta yang bernama NV. PERTO
yang mengekspor stock bijih nikel yang sudah ada ke Jepang. Pada Tahun 1960,
sesuai dengan PP No. 29 dan Undang-Undang Pertambangan No. 37 tahun
1960 maka berdiri PT Pertambangan Nikel Indonesia (PNI) yang merupakan
perusahaan pemerintah daerah.
Dan pada akhir tahun 1962 BPU Pertambun menandatangani kontrak
dengan Sulawesi Nikel Development Corporation Limited (SUNIDECO) dan
Jepang yang menyelidiki bantuan kredit berupa hasil bijih nikel yang diekspor ke
jepang. Pada Tahun 1968, berubah status menjadi Perusahaan Negara Aneka
Tambang.
Untuk memperpanjang jangka waktu penambangan Nikel di Pomalaa serta
mengingat cadangan bijih Nikel Laterit kadar rendah (2.30%
Ni) semakin menipis jumlah cadangannya. Maka pada tanggal 5 Juni 1969,
dilakukan usaha pendirian pabrik di Pomalaa Kabupaten Kolaka. Dan
-
Kerja Praktek PT. Antam Tbk. UBPN Sultra tahun 2014 5
berdasarkan peraturan pemerintah nomor 22 tahun 1968, PT Pertambangan
Nikel Indonesia, PN Perbaki Kijang berubah nama menjadi PT Aneka Tambang
(Persero) Tbk. UBPN Sultra.
2.2 LOKASI DAN KESAMPAIAN DAERAH
Lokasi penambangan bahan galian bijih nikel yang dilakukan oleh PT.
AnekaTambang Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara, secara administrasi terletak di
Daerah Pomalaa, Kabupaten Kolaka, Propinsi Sulawesi Tenggara. Secara
geografis terletak pada - -
Lokasi kerja praktek dapat dicapai dengan menggunakan kendaraan roda
dua maupun roda empat ke Kolaka dari Kendari. Ibukota Propinsi Sulawesi
kan
dapat juga ditempuh dari Makassar melewati Teluk Bone di penyeberangan
Bajoe berjarak 178 km dari Makassar, melalui jalur udara ditempuh selama
50menit dari bandara Hasanuddin Makassar sampai Bandara Sangia Nibandera
yang terletak di kecamatan Tanggetada Kabupaten Kolaka yang berjarak 25
km ke kecamatan Pomalaa.
2.3 LINGKUNGAN DAERAH
2.3.1 Keadaan Daerah Sekitar
Keadaan daerah sekitar PT. Antam (wilayah pomalaa) umumnya adalah
gunung, perbukitan dan beberapa sungai yang menunjang kebutuhan warga
seperti persawahan dan lainnya. PT. Antam berdekatan dengan laut yang
diperkirakan luasnya mencapai 15.000 Km.
2.3.2 Penduduk
Penduduk sekitar PT. Antam adalah masyarakat asli dan pendatang.
Adapun masyarakat asli daerah sekitar PT. Antam adalah masyarakat suku
bugis, tolaki dan toraja. Masyarakat pendatang lainnya berasal dari pulau jawa,
sumatra dan lainnya. Penduduk sekitar sebagian besar adalah karyawan PT.
Antam serta Mitra Kerja dan sebagian kecil lainnya membuka warung, tempat
makan, dan lainnya. Penduduk asli yang awalnya petani, tambak udang,
-
Kerja Praktek PT. Antam Tbk. UBPN Sultra tahun 2014 6
berkebun sudah banyak yang beralih menjadi karyawan PT. Antam dan Mitra
Kerja
2.3.3 Iklim
Wilayah PT. Antam yang terletak di Kabupaten Kolaka berada di sekitar
garis Khatulistiwa dan dekat dengan laut memiliki suhu maksimum 31 dan suhu
minimum 12 dengan suhu rata-rata 24-28.
2.3.4 Flora dan Fauna
Vegetasi daerah sekitar ditumbuhi dengan vegetasi primer dan vegetasi
sekunder. Vegetasi primer adalah tumbuh-tumbuhan yang sudah sejak awal ada
dan belum terganggu aktivitas pertambangan dan pabrik. Vegetasi primer yang
tumbuh didaerah ini diantaranya kayu angin, kayu besi, belimbing bajo, melinjo,
jambu mete dan coklat yang menjadi tanaman khas yang dibudidayakan rakyat
sekitar.
Sedangkan vegetasi sekunder adalah tumbuh-tumbuhan yang ditanam
ulang karena gangguan dari aktivitas pertambangan, antara lain tumbuhan
seperti jati super, akasia, jati putih, pohon bakau dan lainnya.
Fauna yang dijumpai di sekitar daerah kerja lokasi PT. Antam seperti anoa,
sapi, kambing gunung, ular, beberapa macam aves dan lainnya. Hal tersebut
menunjukan binatang masih bisa hidup di sekitar area pertambangan dan
industri PT. Antam.
2.3.5 Sosial
Beberapa kegiatan sosial yang dilakukan (Corporate Social Responsibility)
oleh PT. Antam antara lain memberikan fasilitas SD, SMP, SMA serta fasilitas
penunjang lainnya seperti tempat beribadah dan bantuan dalam bentuk lain di
Pomalaa membuat hubungan antara masyarakat pendatang, masyarakat asli
dan pihak perusahaan berlangsung sangat baik, terlihat sikap saling menghargai
antara perusahaan dengan masyarakat sekitar.
Pembangunan fasilitas olahraga dan perbaikan jalan juga meningkatkan
taraf hidup masyarakat sekitar. Kehadiran PT. Antam di Pomalaa dapat
memaksimalkan kekayaan alam yang dimiliki daerah tersebut serta turut
andil dalam memajukan pembangunan daerah sekitar.
-
Kerja Praktek PT. Antam Tbk. UBPN Sultra tahun 2014 7
2.4 KEADAAN GEOLOGI REGIONAL
Endapan nikel laterit merupakan hasil pelapukan lanjut dari batuan
ultramafik pembawa Ni-Silikat. Umumnya terdapat pada daerah dengan iklim
tropis sampai dengan subtropis. Pengaruh iklim tropis di Indonesia
mengakibatkan proses pelapukan yang intensif, sehingga beberapa daerah di
Indonesia bagian timur memiliki endapan nikel laterit.
Konsentrasi unsur nikel pada endapan nikel laterit dipengaruhi oleh
beberapa faktor yakni batuan dasar, iklim, topografi, air tanah, stabilitas mineral,
mobilitas unsur serta kondisi lingkungan yang berpengaruh terhadap tingkat
kelarutan mineral. Denga control dari beberapa factor tersebut akan terbentuk
tiga jenis tipe laterit yaitu hidrosilikat, oksida, dan lempung silikat.
2.4.1 Geomorfologi
Daerah kerja praktek pomalaa umumnya merupakan perbukitan yang
memanjang dari timur laut sampai barat daya. Pada setiap perbukitan terlihat
percabangan yang membentuk perbukitan-perbukitan yang lebih kecil.
Perbukitan ini ialah bagian dari Pegunungan Mekongga.
2.4.2 Struktur Regional
Struktur geologi merupakan penunjang pelapukan yang menjadi salah satu
factor pembentukan endapan nikel laterit. Struktur local daerah kerja praktek
berpengaruh besar dalam pendistribusian unsur-unsur pada profil kimia di daerah
tersebut. Struktur kekar berkembang secara intensif pada satuan peridotit
dengan intensitas yang berbeda-beda. Struktur kekar yang berkembang menjadi
salah satu media pelapukan dan secara intensif menghasilkan pengkayaan
unsur-unsur nikel laterit.
Pada batuan ultramafik kekar-kekar tersebut diisi oleh mineral-mineral
sekunder yang tidak stabil sebagai hasil pelarutan mineral primer dari batuan
ultramafic tersebut seperti garnierite, serpentin, dan oksida besi. Pada daerah
kerja praktek intensitas kekar yang berbeda-beda mempengaruhi tingkat
pelapukan dan pengayaan unsur Ni serta unsur-unsur lain pada profil laterit.
Daerah dengan tingkat intensitas kekar lebih tinggi akan mempunyai zona
penambahan bijih yang lebih tebal jika dibandingkan dengan daerah yang
memiliki intensitas yang lebih rendah. Perbedaan intensitas ini yang menjadi
faktor ketidakseragaman pengayaan unsur pada profil laterit.
-
Kerja Praktek PT. Antam Tbk. UBPN Sultra tahun 2014 8
2.4.3 Topografi
Pada umumnya, keadaan topografi di daerah kerja praktek Pomalaa berupa
perbukitan dengan ketinggian yang bervariasi antara 50 sampai 200 meter di
atas permukaan laut. Perbedaan terjadi pada tambang utara dan selatan. Pada
tambang selatan perbukitan cenderung lebih curam dan bergelombang
sedangkan tambang utara perbukitan lebih landau dan cenderung datar.
2.5 WILAYAH PENAMBANGAN
PT ANTAM (Persero) Tbk UBPN Pomalaa saat ini memiliki 4 Izin Usaha
Penambangan (IUP) yakni tambang utara, tambang tengah, tambang tengah dan
Pulau Maniang. Masing-masing IUP tersebut terdiri dari beberapa bukit. Namun
untuk saat ini aktivitas penambangan tidak berjalan optimal dikarenakan
kebijakan pemerintah terkait UU. No 4 tahun 2009 yang melarang kegiatan
ekspor raw ore. Oleh karena itu, penambangan dilakukan pada tambang utara
dan selatan saja. Total luas IUP yang dimiliki oleh PT ANTAM (Persero) Tbk
UBPN Sultra adalah 6323.5 Ha.
Tabel 2.1. Wilayah IUP PT ANTAM (persero) Tbk UBPN Sultra
Wilayah Penambangan IUP Luas (Ha)
Tambang Utara IUP WSPM 016 1,954
Tambang Tengah IUP WSPM 014 2,712
Tambang Selatan IUP WSPM 015 584.3
IUP WSPM 017 878.2
Pulau Maniang IUP WSPM 003 195
Sumber : Mine Production PT. ANTAM Tbk UBPN Sultra
-
Kerja Praktek PT. Antam Tbk. UBPN Sultra tahun 2014 9
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Nikel adalah salah satu logam yang banyak dimanfaatkan di seluruh dunia.
Nikel adalah logam yang keras, namun daoat dibentuk, tahan karat dan sifat
pembawaannya (kimia dan fisika) dapat bertahan pada suhu yang ekstrim. Nikel
banyak digunakan untuk melapisi logam lain sehingga mengkilap dan tahan
karat. Nikel banyak digunakan dari bahan baku mobil, uang logam kebanyakan
produk metal lainnya.
Sumber : Mine Production PT. ANTAM Tbk UBPN Sultra
Foto 3.1 Produk Nikel (shot)
Nikel jarang digunakan secara tunggal, biasanya nikel dicampur dengan
logam-logam lain dalam kegunaannya. Campuran beberapa logam tersebut
biasanya mempunyai sifat atau kelebihan yang tidak dimiliki logam lainnya.
Laterite berarti endapan yang kaya dengan iron-oxide. Nikel laterite
merupakan mineral biji yang terbentuk dari proses pelapukan lanjutan dari
batuan ultramafik pembawa Ni-silikat yang terbentuk dalam suatu singkapan
tunggal. umumnya terdapat pada daerah yang beriklim tropis samapai subtropis.
batuan pembawanya dunite dan peridotite, unsur nikel tersebut terdapat dalam
kisi-kisi kristal mineral olivin dan piroksin sebagai hasil subtitusi terhadap atom
Fe dan Mg.
-
Kerja Praktek PT. Antam Tbk. UBPN Sultra tahun 2014 10
Proses pembentukan nikel laterite dipengaruhi oleh beberapa fator yaitu
batuan dasar, iklim, topografi, airtanah, stabilitas mineral, struktur, mobilitas
unsur, waktu dan kondisi lingkungan yang berpengaruh terhadap tingkat
kelarutan mineral. Indonesia termasuk negara yang beriklim tropis sehingga
termasuk penghasil nikel terbasar didunia.
3.1 GENESA BAHAN GALIAN NIKEL LATERIT
Laterit berasal dari bahasa latin yaitu Later, yang artinya bata atau
membentuk bongkah-bongkah yang tersusun seperti bata atau tanah laterit
tersusun oleh fragmen-fragmen batuan yang menganbang diantara matriks,
seperti bata diantara semen.
Endapan nikel laterit merupakan endapan hasil pelapukan lateritik batuan
induk ultramafik (peridotit, dunit, serpentin) yang mengandung Ni dengan kadar
tinggi, media pelapukan tersebut berupa air hujan, suhu, kelembaban dan
topografi.
Garnierit (nikel hidrosilikat) merupakan mineral/batuan pembawa nikel yang
berwarna hijau terang sampai gelap, variasi yang kaya hijau berisi lebih banyak
nikel.
Kedalaman endapan nikel laterit di Pomalaa berkisar 10 m 15 m
mengikuti topografi terbentuknya endapan. Sebagai pentunjuk awal adanya
endapan nikel Pomalaa ditandai dengan tumbuhnya tanaman seperti : belimbing
bajo dan kayu angin (sejenis cemara). Jika ditumbuhi tanaman kayu besi
(tanaman keras) menadakan sudah berkurangnya atau tidak ada endapan nikel.
3.1.1 Batuan asal
Batuan asal merupakan syarat utama terbentuknya nikel laterit. Nikel
banyak terbentuk di batuan ultrabasa yang lapuk akibat perubahan iklim dan
lainnya. Dalam hal ini batuan ultrabasa banyak mengandung mineral-mineral
tidak stabil seperti olivine dan piroksen. Batuan pembawa unsur nikel tersebut
merupakan modal awal untuk terbentuknya endapan bijih nikel.
-
Kerja Praktek PT. Antam Tbk. UBPN Sultra tahun 2014 11
Sumber : Mine Production PT. ANTAM Tbk UBPN Sultra
Foto 3.2 Mineral Pembawa Nikel
3.1.2 Iklim
Pembentukan nikel laterit di daerah Pomalaa didukung dengan iklim tropis
yang dimiliki daerah tersebut. Iklim tropis berdampak terhadap adanya musim
kemarau dan musim hujan dimana akan timbul perbedaan pada tinggi
permukaan air tanah. Turun-naiknya air tanah membuat akumulasi dan
terpisahnya unsur-unsur. Perbedaan temperatur yang diakibatkan oleh iklim juga
membuat rekahan pada tanah yang menjadi jalan masuk air sehingga
mempermudah proses kimia yang terjadi.
3.1.3 Struktur
Nikel biasa terbentuk pada batuan beku, pada batuan tersebut banyak
terdapat kekar yang menjadi jalan masuk larutan hidrotermal pembawa mineral-
mineral logam sehingga terjadi pengayaan. Selain hal tersebut kekar pada
batuan beku juga membantu jalan masuk air yang mengakibakan proses kimia
terjadi pada batuan tersebut, karena batuan beku biasanya mempunyai
permeabilitas yang kecil sehingga sangat susah untuk air dapat masuk.
3.1.4 Topografi
Derah tambang utara (bukit cheeroke dan ranger) mempunyai profil yang
berbeda dengan daerah tambang selatan (bukit triton). Daerah utara mempunyai
keadaan topografi yang agak landai. Hal tersebut berpengaruh pada laju air yang
relatif lambat sehingga cenderung lebih besar kesempatan air untuk melapukan
batuan dengan masuk kedalam celah-celah dari kekar batuan tersebut.
-
Kerja Praktek PT. Antam Tbk. UBPN Sultra tahun 2014 12
Sedangkan bagian selatan dengan karakter topografi yang berbukit
cenderung membuat run off air cepat. Hal tersebut dapat dilihat dari profil daerah
tambang bukit selatan yang lebih sering dijumpai boulder-boulder.
3.1.5 Waktu
Proses pembentukan nikel tentu membutuhkan waktu yang lama.
Pergantian siang malam membuat batuan mengembang dikala siang dan
mengerut dikala malam saat udara lebih dingin. Namun proses tersebut
membutuhkan waktu berkelanjutan yang sangat lama hingga batuan tersebut
terlapukan.
3.2 ZONASI NIKEL LATERIT
Sumber : http://nadiamugni.wordpress.com
Gambar 3.1 Zonasi Nikel
Secara garis besar zonasi nikel terbagi menjadi lima zona, yaitu :
1. Top Soil pada bagian ini tanah sudah mengandung nikel hanya biasanya
kandungan nikel maupun besinya tidak banyak. Untuk nikel biasanya
hanya sekitar < 1,1 % dan untuk besinya sekitar < 30 %. Pada daerah ini
ketebalan bervariasi di sekitar 1-3 meter. Biasanya tanah yang
mengandung nikel berwarna merah tua dengan tumbuhan yang khas, yaitu
tumbuhan yang tidak tumbuh besar atau kerdil.
-
Kerja Praktek PT. Antam Tbk. UBPN Sultra tahun 2014 13
2. Limonit pada zona ini sangat melimpah unsur-unsur logamnya seperti Fe,
Al, Cr, Ti, Mn dan Co. Pada zona ini kandungan Fe sagat tinggi. Hal
tersebut dikarenakan pada zona ini banyak ditemukan mineral-mineral
pembawa unsur Fe seperti Gotit. Selain Fe juga ditemukan mineral Mg
namun dalam jumlah sedikit. Hal tersebut dikarenakan Mg terbawa oleh
mineral seperti olivin yang jarang namun ada dalam zona ini. Unsur Ni
sendiri tidak banyak ditemukan pada zona ini ( 1,2 1,5 %). Hal tersebut
terjadi karena unsur tersebut memiliki kelarutan yang terbatas (limited
solubility). Hal tersebut mengakibatkan unsur nikel terlarut ke dalam zona
yang lebih dalam dari zona limonit. Dasar klasifikasi zona limonit seperti
yang dipaparkan Golightly (1981) yaitu : Fe (>25 %), MgO (
-
Kerja Praktek PT. Antam Tbk. UBPN Sultra tahun 2014 14
saprolite, zona saprolit dengan batuan kerakal (rocky saprolite), dan zona
saprolit yang mengandung banyak bongkah (saprock).
4. Boulder zona ini merupakan transisi dari saprolit menuju bedrock. Pada
daerah ini kandungan nikel mulai turun. Namun tidak tertutup kemungkinan
ditemukan kembali saprolit setelah zona ini.
5. Bedrock susunan kimia pada zona ini masih sama dengan batuan
pembawa unsur Nikel. Pada lokasi kerja batuan dasar didominasi oleh
batuan Dunit. Unsur yang banyak terkandung dalam batuan ini adalah Mg.
Keberadaan Fe dan Ni mulai berkurang, hal tersebut dikarenakan pada
batuan dasar tersebut banyak ditemukan mineral-mineral penyusun batuan
seperti olivin, piroksen, dan serpentin. Secara megaskopis batuan dasar ini
masih segar dengan tingkat pelapukan rendah, kompak, dan
memperlihatkan struktur batuan bekunya.
3.3 KEGIATAN PERTAMBANGAN
Usaha pertambangan merupakan rangkaian kegiatan yang mengusahakan
suatu bahan galian berharga dari proses pengambilan sampai pemasarannya.
Kegiatan-kegaitan tersebut meliputi penyelidikan umum, eksplorasi, studi
kelayakan, persiapan penambangan, proses penambangan, serta pengolahan
bahan galian hingga bahan galian tersebut dapat bermanfaat bagi umat manusia.
3.3.1 Penyelidikan Umum
Penyelidikan umum atau dengan kata lain prospeksi ialah kegiatan
mencari, menyelidiki dan menemukan keberadaan atau indikasi adanya bahan
galian yang berharga dan dapat bermanfaat bagi umat manusia. Kegiatan-
kegiatan tersebut merupakan langkah awal dari proses pertambangan dan
diharapkan dari kegiatan ini dapat menggambarkan potensi suatu bahan galian.
Jika pada tahap prospeksi ini tidak ditemukan adanya cadangan bahan
galian yang berprospek untuk diteruskan sampai ke tahapan eksplorasi, maka
kegiatan ini harus dihentikan. Apabila tetap diteruskan akan menghabiskan dana
secara sia-sia. Sering juga tahapan prospeksi ini dilewatkan karena dianggap
sudah ditemukan adanya indikasi atau tanda-tanda keberadaan bahan galian
yang sudah langsung bisa dieksplorasi.
-
Kerja Praktek PT. Antam Tbk. UBPN Sultra tahun 2014 15
3.3.2 Eksplorasi
Eksplorasi merupakan pengembangan dari kegiatan penyelidikan umum
dengan bertujuan untuk mengetahui informasi-informasi yang lebih detail
mengenai suatu endapan bahan galian. Informasi tersebut dapat berupa
sebaran, letak kedudukan, kualitas dan kuantitas, dimensi, hingga analisa
tentang lingkungan sekitar endapan bahan galian tersebut.
Kegiatan eksplorasi secara umum mencari suatu ketidaknormalan atau
biasa disebut anomali pada daerah yang diduga memiliki endapan berharga.
Anomali tersebut menjadi indikasi telah terjadinya suatu proses pembentukan
material tertentu yang mungkin banyak memiliki manfaat bagi kehidupan
manusia. Kegiatan eksplorasi ini juga sangat membantu kegiatan revegetasi
karena dapat diketahui dan dikenali komponen ekosistem sebelum lahan
ditambang.
Dalam kegiatan eksplorasi terdapat klasifikasi sumberdaya mineral dan
cadangan. Klasifikasi tersebut ditentukan oleh hasil masing-masing tahap
penyidikan. Klasifikasi tersebut juga digunakan dalam evaluasi ekonomi endapan
mineral yang dikeluarkan oleh U.S Bereau of Mines (USBM) dan U.S Geological
Survey (USGS). Dijelaskan bahwa sumber daya ialah konsentrasi suatu material
atau endapan bahan galian secara alami yang memiliki potensi ekonomi untuk
dimanfaatkan secara luas namun belum dapat ditentukan keuntungannya.
Sumber daya dibatasi oleh informasi lingkungan, masyarakat, budaya dan social
lingkungan sekitar serta izin yang akan digunakan. Sedangkan cadangan
merupakan bagian dari sumber daya yang telah dapat ditentukan keuntungannya
sehingga dapat diekstrak pada saat ini. Berikut ialah tahap-tahap penyidikan dan
klasifikasi secara umum.
-
Kerja Praktek PT. Antam Tbk. UBPN Sultra tahun 2014 16
Diagram 3.1
Tahap-tahap Penyelidikan dan Klasifikasi Sumber Daya dan Cadangan Mineral
Tahap-tahap penyelidikan diatas masing-masing memiliki standar berbeda
yang menentukan tingkat keyakinan terhadap informasi bahan galian yang
diselidiki. Secara umum langkah kegiatan yang dilakukan pada tahap-tahap
tersebut ialah sebagai berikut.
a. Prospeksi
Kegiatan yang dilakukan ada tahap ini ialah menyelidiki hasil kegiatan
sebelumnya yakni penyelidikan umum yang telah dilakukan. Dengan
melanjutkan penyelidikan melalui informasi-informasi regional yang ada.
Informasi tersebut dapat bersumber dari peta geologi regional, peta
sebaran yang telah ada sebelumnya atau dengan peta topografi. Informasi
dapat digali sedalam-dalamnya melalui anomali yang terlohat secara tidak
langsung pada peta. Selain informasi dari peta dapat juga dilakukan
penyelidikan terhadap arsip-arsip yang telah ada sebelumnya.
b. Eksplorasi Umum
Pada tahap ini mulai dilakukannya aplikasi teknik-teknik eksplorasi untuk
mendapatkan data-data atau bukti fisik secara langsung. Kegiatan dapat
berupa penyelidikan langsung dilapangan setelah ditentukan daerah yang
Prospeksi
Sumber Daya Tereka
Eksplorasi Umum
Sumber Daya Terunjuk
Eksplorasi Rinci
Sumber Daya Terukur
Belum Layak
Cadangan terkira
Layak Cadangan terbukti
-
Kerja Praktek PT. Antam Tbk. UBPN Sultra tahun 2014 17
diduga memiliki potensi endapan berharga. Daerah tersebut ditentukan
dalam tahap sebelumnya. Penyelidikan dilapangan berupa pemetaan
geologi local, meneliti anomaly yang ada, pengambilan peconto, serta
pembuatan sumur uji (test pit). Data dari kegiatan-kegiatan tersebut
dianalisa lalu outputnya berupa informasi kualitas dan kuantitas bahan
galian. Penyelidikan juga dilakukan dengan metoda geofisika, geokimia,
geolistrrik. Metoda tersebut memanfaatkan sifat dasar material yang
berbeda-beda. Dari sifat yang berbeda tersebut dapat diteliti kualitas dan
kuantitas bahan galian melalui prinsip-prinsip fisika dan kimia.
c. Eksplorasi Rinci
Tahap eksplorasi rinci merupakan proses penyelidikan yang lebih detail.
Perbedaan yang mendasar terdapat pada ketelitian kegiatan yang
dilakukan. Ketelitian didapatkan dari kerapatan pemboran eksplorasi yang
dilakukan, pengambilan perconto yang lebih banyak, serta uji test pit yang
lebih teliti.
d. Cadangan Terkira dan Terbukti
Cadangan seperti yang telah dijelaskan pad poin sebelumnya terbagi atas
2 yakni terkira dan terbukti. Cadangan terkira berupa sumberdaya mineral
terunjuk dan sebagian terukur yang tingkat keyakinan geologinya masih
rendah berdasarkan studi kelayakan tambang. Cadangan terbukti ialah
sumberdaya mineral terukur yang berdasarkan studi kelayakan telah
memenuhi syarat sebagai bahan galian yang layak untuk ditambang secara
ekonomi saat penyelidikan dilakukan.
3.3.3 Studi Kelayakan
Merupakan tahapan akhir dari rentetan penyelidikan awal yang dilakukan
sebelumnya sebagai penentu apakah kegiatan penambangan endapan bahan
galian tersebut layak dilakukan atau tidak. Dasar pertimbangan yang digunakan
meliputi pertimbangan teknis dan ekonomis dengan teknologi yang ada pada
saat ini, dan dengan memperhatikan keselamatan kerja serta kelestarian
lingkungan hidup. Bila tidak atau belum layak maka data tersebut diarsipkan.
Feasibility Study (Studi Kelayakan) Merupakan kegiatan untuk menghitung
dan mempertimbangkan suatu endapan bahan galian ditambang dan atau
diusahakan secara menguntungkan. Sebelum kegiatan perencanaan dan
-
Kerja Praktek PT. Antam Tbk. UBPN Sultra tahun 2014 18
perancangan tambang diperlukan kegiatan study kelayakan yang menyajikan
beberapan informasi :
1. Pendahuluan, ringkasan, pengertian-pengertian
2. Umum : lokasi, iklim, topografi sejarah, kepemilikan, status lahan,
transportasi, dll
3. Permasalahan lingkungan : kondisi kini, baku, permasalahan yang perlu
dilindungi, reklamasi lahan, study khusus, perizinan.
4. Faktor geologi : keberadaan endapan, genesa, struktur, mineralogy dan
petrografi.
5. Cadangan bahan galian : prosedur eksplorasi, penemuan bahan galian,
perhitungan jumlah cadangan, dan kadar rata-rata.
6. Perencanaan tambang : development, dan eksploitasi
7. Pengolahan : fasilitas ditempat yang diperlukan
8. Bangunan dipermukaan : lokasi dan perencanaan konstruksi
9. Fasilitas pendukung : listrik, pengadaan air, jalan masuk, lokasi tanah
buangan, perumahan, dll
10. Karyawan : tenaga kerja dan staff
11. Pemasaran : survey ekonomi terhadap permintaan dan penawaran, harga
kontrak jangka panjang, lahan pengganti, dll
12. Biaya : perkiraan biaya development dan biaya eksploitasi baik langsung
tidak langsung dan biaya keseluruhan, biaya pengolahan, transportasi,
peleburan, dll
13. Evaluasi ekonomi : evaluasi cadangan, klarifikasi cadangan dan sumber
daya alam
14. Proyeksi keuntungan : perhitungan keuntungan minimal (margin) yang
didasarkan pada kisaran COG dan harga
3.3.4 Persiapan Penambangan
Persiapan/konstruksi adalah kegiatan yang dilakukan untuk
mempersiapkan fasilitas penambangan sebelum operasi penambangan
dilakukan. Pekerjaan tersebut seperti pembuatan akses jalan tambang,
pelabuhan, perkantoran, bengkel, mes karyawan, fasilitas komunikasi dan
pembangkit listrik untuk keperluan kegiatan penambangan, serta fasilitas
pengolahan bahan galian.
-
Kerja Praktek PT. Antam Tbk. UBPN Sultra tahun 2014 19
3.3.5 Proses Penambangan
Proses yang dimaksud ialah proses membebaskan dan mengambil
endapan bahan galian dari dalam kulit bumi yang kemudian menuju proses
selanjutnya untuk dapat dimanfaatkan. Untuk mendapatkan hasil penambangan
yang baik dilakukan beberapa metoda penambangan. Pemilihan metoda
penambangan tersebut didasari beberapa faktor yakni :
a) Karakteristik endapan bahan galian
b) Karakteristik geologi dan hidrogeologi daerah sekitar rencana
pertambangan
c) Kondisi geoteknik yang berlaku pada daerah rencana pertambangan
d) Pertimbangan ekonomi
e) Faktor teknologi yang dapat digunakan
f) Kondisi lingkungan sekitar
Umumnya pada tambang terbuka lebih sederhana daripada tambang
bawah tanah. Tambang terbuka dinilai lebih ekonomis dan cocok untuk tipe
endapan yang mendatar, memiliki dip endapan yang cenderung landai, serta
stripping ratio yang kecil. Berikut ialah tahapan operasi tambang terbuka secara
umum.
3.3.5.1 Pembersihan Lahan (Land Clearing)
Pembersihan lahan yang dimaksud pada proses ini dimaksudkan untuk
membebaskan daerah yang akan ditambang dari semak-semak, pepohonan,
bongkah-bongkah yang dapat megganggu proses selanjutnya. Selain itu top soil
juga dikupas lalu ditimbun pada suatu tempat dengan tujuan dapat digunakan
kembali pada tahap reklamasi. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan :
Tenaga manusia yagn menggunakan peralatan sederhana seperti kapak,
gergaji, cangkut dsb.
Menggunakan alat-alat mekanis seperti bulldozer dan excavator backhoe
3.3.5.2 Pengupasan Tanah Penutup (Stripping Overburden)
Pengupasan tanah penutup dimaksudkan untuk membuang tanah
penutup (overburden) agar endapan bahan galiannya terkupas dan mudah untuk
ditambang. Ada beberapa macam cara pengupasan tanah penutup yang banyak
diterapkan, yaitu :
-
Kerja Praktek PT. Antam Tbk. UBPN Sultra tahun 2014 20
a. Back filling digging method
Pada cara ini tanah penutup dibuang ke tempat yang endapan bijih
atau batubaranya sudah digali. Peralatan yang banyak digunakan
adalah power shovel atau dragline. Bila digunakan hanya satu buah
peralatan mekanis, power shovel atau dragline saja, disebut single
stripping shovel/dragline dan bila menggunakan lebih dari satu buah
power shovel/dragline disebut tandem stripping shovel/dragline. Cara
back filling digging method cocok untuk tanah penutup yang :
Tidak diselingi oleh berlapis-lapis endapan batubara atau endapan
bijih (satu lapis).
Material atau batuannya lunak.
Letaknya mendatar (horizontal).
b. Benching system
Pada pengupasan tanah dengan sistem jenjang (benching system) ini
pada waktu mengupas tanah penutup sekaligus sambil membuat
jenjang. Sistem ini cocok untuk :
Tanah penutup yang tebal.
Bahan galian atau lapisan batubara yang juga tebal.
3.3.5.3 Penambangan Bahan Galian
Proses produksi bahan galian dilakukan setelah ditentukannya metoda
apa yang harus dipakai agar sesuai dengan target. Produksi dilakukan dengan
mengekstrak bahan galian dari dalam kulit bumi sehingga dapat dipindahkan
menuju proses selanutnya. Pada proses ini digunakan alat-alat mekanis agar
kegiatan berjalan dengan lancer dan sesuai dengan target produksi yang
ditetapkan.
3.3.6 Peralatan Tambang
Peralatan tambang yang digunakan akan selalu menjadi faktor utama
keberhasilan suatu kemajuan tambang. Peralatan tambang disesuaikan dengan
kondisi nyata dilapangan agar tercapainya target produksi dengan efektif dan
efisien.
A. Alat Gali Muat
Alat gali muat meliputi power shovel, backhoe, dan wheel loaders.
-
Kerja Praktek PT. Antam Tbk. UBPN Sultra tahun 2014 21
Backhoe
Backhoe sering juga disebut pull shovel, adalah alat dari golongan shovel
yang khusus dibuat untuk menggali material di bawah permukaan tanah
atau di bawah tempat kedudukan alatnya. Galian di bawah permukaan ini
misalnya parit, lubang untuk pondasi bangunan, lubang galian pipa dan
sebagainya. Keuntungan beckhoe ini jika dibandingkan dregline dan
clamshell ialah karena beckhoe dapat menggali sambil mengatur dalamnya
galian yang lebih baik. Karena jangkauan konstruksinya, beckhoe ini lebih
menguntungkan untuk penggalian dengan jarak dekat dan memuat hasil
galian ke truk. Tipe backhoe dibedakan dalam beberapa hal antara lain dari
alat kendali dan under carriage nya.
Menurut alat kendali:
Dengan kendali kabel (cable controlled).
Dengan kendali hidrolis (hydraulic controlled)
Menurut undercarriage nya:
Roda rantai (crawler mounted).
Roda karet (wheel mounted)
Sumber : http://img.diytrade.com/
Foto 3.3 Backhoe
Power Shovel
Dengan memberikan shovel attachment pada excavator, maka didapatkan
alat yang disebut dengan power shovel. Alat ini baik untuk pekerjaan
-
Kerja Praktek PT. Antam Tbk. UBPN Sultra tahun 2014 22
menggali tanah tanpa bantuan alat lain, dan sekaligus memuatkan ke dalam
truk atau alat angkut lainnya. Alat ini juga dapat untuk membuat timbunan
bahan persediaan (stock pilling). Pada umumnya power shovel ini dipasang
di atas crawler mounted, karena diperoleh keuntungan yang besar antara
lain stabilitas dan kemampuan floatingnya. Power shovel di lapangan
digunakan terutama untuk menggali tebing yang letaknya lebih tinggi dari
tempat kedudukan alat. Macam shovel dibedakan dalam dua hal, ialah
shovel dengan kendali kabel (cable controlled), dan shovel dengan kendali
hidrolis (hydraulic controlled). Cara Kerja/Power Shovel pada dasarnya
gerakan-gerakan selama bekerja dengan shovel ialah:
maju untuk menggerakkaa dipper menusuk tebing
mengangkat dipper/bucket untuk mengisi
mundur untuk melepaskan dari tanah/tebing
swing (memutar) untuk membuang (dump)
berpindah jika sudah jauh dan tebing galian, dan
menaikkan/menurunkan sudut boom jika diperlukan
Sumber : http://img.diytrade.com/
Foto 3.3 Backhoe
Wheel Loaders
Wheel loader adalah alat berat mirip dozer shovel, tetapi beroda karet (ban),
sehingga baik kemampuan maupun kegunaannya sedikit berbeda. Wheel
-
Kerja Praktek PT. Antam Tbk. UBPN Sultra tahun 2014 23
Loader menggunakan ban sebagai penggeraknya yang memudahkan
mobilitas dan juga fungsi articulate yang memberikan ruang gerak fleksibel .
Wheel loader merupakan alat yang dipergunakan untuk pemuatan material
kepada dump truck dan sebagainya. Sebagai prime mover loader
menggunakan tracktor. Disini dikenal dua macam loader (ditinjau dari prime
movernya), yakni :
a. Loader dengan penggeraknya crawler tractor atau disebut track cavator.
b. Loader dengan penggeraknya crawler tractor atau disebut wheel tractor
Wheel loader didapat dengan menambahkan bucket container yang
dipasang dibagian depan. Loader dibuat kebanyakan dengan kendali hidrolis
yang dilengkapi dengan tangan-tangan (arms) yang kaku untuk
mengoperasikan bucketnya. Ukuran dari bucket bervariasi antara cuyd
sampai dengan 25 cuyd kapasitas munjung terbesar. Yang biasa dipakai
dan tersedia banyak adalah loader dengan ukuran bucket sampai dengan 5
cuyd. Bucket loader direncanakan untuk membongkar muatan yang
mempunyai ketinggian 8 sampai 15 ft dengan ketinggian tersebut cukup
untuk membongkar muatan keatas dump truck.
Sumber : http://www.engineeringintro.com/
Foto 3.4 Wheel Loaders
B. Alat Angkut
Alat angkut yang digunakan berupa dump truck dan belt conveyor.
-
Kerja Praktek PT. Antam Tbk. UBPN Sultra tahun 2014 24
Dump Truck
Alat angkut ini banyak dipakai untuk mengangkut : tanah, endapan bijih,
batuan untuk bangunan dll. Pada jarak yang dekat dan sedang. Karena
kecepatannya yang tinggi maka truk mempunyai produksi yang tinggi,
sehingga ongkos per ton material menjadi rendah.selain itu dump truck juga
fleksibel, artinya dapat dipakai untuk mengangkut bermacam-macam barang
yang mempunyai bentuk dan jumlah yang beraneka ragam pula., dan tidak
terlalu tergantung pada jalur jalan.
Dump truck diklasifikasikan berdasarkan ukuran bak :
1. Ukuran kecil : 100 ton
4. Extra besar : >200 ton
Sumber : http://www.engineeringintro.com/
Foto 3.5 Dumptruck
Belt Conveyor
Belt coveyer dapat digunakan untuk mengangkut material baik yang berupa
unit load atau bulk material secara mendatar ataupun miring, yang dimaksud
dengan unit load adalah benda yang biasanya dapat dihitung jumlahnya
satu-persatu.misalnya balok kantong dan lain sebagainya. Sedangkan bulk
material adalah material yang berupa butir-butir bubuk atau serbuk misalnya
: pasir,semen dan batu bara. Fungsi belt comveyer adalah untuk membawa
-
Kerja Praktek PT. Antam Tbk. UBPN Sultra tahun 2014 25
material yang diangkut dari lokasi penambangan. Belt dapat dibuat dari
berbagai macam bahan, yaitu lapis tenunan benang kapas yang tebal yang
biasanya membentuk carcass.
Sumber : Mine Production PT. ANTAM Tbk UBPN Sultra
Foto 3.6 Belt Conveyor
C. Alat Gusur
Bulldozer
Bulldozer merupakan alat dorong yang paling umum digunakan dapat
juga dikategorikan sebagai alat gali-angkut jarak pendek.
Kemampuan Bulldozer antara lain :
a. Membabat atau menebas
b. Merintis (pioneering)
Untuk pembuatan jalan dilereng bukit, maka ada dua kemungkinan :
1. Bulldozer dapat naik keatas bukit lalu dibuat jalan dari sebelah
atas.
2. Bila tidak mungkin harus dibuat dari bawah.
c. Gali angkut jarak pendek
Yaitu menggali lalu mendorong tanah galian itu kesuatu tempat tertentu,
misalnya pada pembuatan jalan raya, saluran/kanal agar alat muat lebih
mudah bekerja.
-
Kerja Praktek PT. Antam Tbk. UBPN Sultra tahun 2014 26
d. Pusher Loading
kohesif.
e. Menyebarkan Material (Spreading)
Maksudnya menyebarkan material tanah ketempat-tempat tertentu
dengan tebal yang dikehendaki.
f. Menimbun Kembali (Backfilling)
Yaitu pekerjaan penimbunan kembali terhadap bekas lubang-lubang
galian.
g. Trimming and Sloping
Yaitu pekerjaan pembuatan kemiringan tertentu pada suatu tempat,
seperti : tanggul, dam, kanal-kanal besar, tepi jalan raya, dsb.
h. Ditching
Yaitu menggali selokan atau kanal yang berbentuk V atau U.
D. Produktifitas Alat Gali Muat Angkut
Untuk mengontrol produksi suatu alat mekanis nilai produktifitasnya
haruslah diketahui. Nilai tersebut menjadi acuan dalam analisa kemajuan
produksi tambang. Salah satu tolak ukur yang dapat dipakai untuk
mengetahui baik buruknya hasil kerja suatu alat pemindahan mekanis
adalah besarnya produksi yang dapat dicapai oleh alat tersebut. Oleh
sebab itu usaha dan caranya untuk dapat mencapai produksi yang tinggi
selalu menjadi perhatian yang khusus. Untuk memperkirakan dengan teliti
produksi alat- alat mekanis perlu diketahui faktor-faktor yang langsung
mempengaruhi hasil kerja alat-alat tersebut, diantaranya adalah sebagai
berikut :
Sifat Fisik Material
Material di alam (insitu) masih dalam keadaan padat. Apabila dilakukan
penggalian, maka akan terjadi perubahan volume yang disebabkan oleh
pengembangan material. Faktor yang mempengaruhi pengembangan
volume tanah penutup ini adalah ukuran butir, kadar air, dan bentuk butir.
Volume material yang harus dipindahkan biasanya dihitung berdasarkan
keadaan insitu. Untuk menghitung produksi setiap alat-gali, alat-muat,
-
Kerja Praktek PT. Antam Tbk. UBPN Sultra tahun 2014 27
dan alat-angkut yang digunakan, maka besarnya faktor pengembangan
(swell factor) material harus diketahui karena yang ditangani oleh alat-
muat dan alat-angkut adalah material lepas hasil penggalian.
Untuk menentukan nilai faktor pengembangan (swell factor)
material dapat digunakan persamaan berikut :
Keterangan :
SF = Faktor pengembangan (swell factor) (%)
Vi = Volume keadaan insitu (m3)
Vl = Volume keadaan loose (m3)
i = Density insitu (ton/m3)
l = Density loose (ton/m3)
Sifat fisik material berpengaruh terhadap :
1. Pemilihan jenis alat yang akan dipergunakan dan taksiran
produksi atau kapasitas produksinya.
2. Perhitungan volume pekerjaan.
3. Kemampuan kerja alat pada kondisi material yang ada.
Jadi, dengan tidak sesuainya alat dengan kondisi material, akan
menimbulkan kesulitan berupa tidak efisiennya alat yang otomatis akan
menimbulkan kerugian karena banyaknya waktu yang hilang.
3.2.2 Berat Material (weight of material)
Berat material (Tabel 3.1) yang akan diangkut oleh alat-angkut dapat
mempengaruhi :
1. Kecepatan kendaraan dengan HP (Horse Power) mesin yang
dimilikinya.
2. Membatasi kemampuan kendaraan untuk mengatasi
tahanan kemiringan dan tahanan gelinding dari jalur jalan yang
dilaluinya.
3. Membatasi volume material yang dapat diangkut.
-
Kerja Praktek PT. Antam Tbk. UBPN Sultra tahun 2014 28
Oleh sebab itu berat material harus diperhitungkan pengaruhnya terhadap
kapasitas alat-muat maupun alat-angkut
Tahanan Gali (Digging Resistance)
Tahanan gali adalah tahanan yang dialami oleh alat-gali pada waktu
melakukan penggalian material, tahanan ini disebabkan oleh :
1. Gesekan antara alat-gali dan material. Pada umumnya semakin
besar kelembaban dan kekasaran butiran material, semakin
besar pula gesekan yang terjadi.
2. Kekerasan material yang umumnya bersifat menahan masuknya
alat- gali ke dalam material.
3. Kekasaran (roughness) dan ukuran butiran material.
4. Adanya adhesi antara material dengan alat-gali, dan kohesi antara
butiran-butiran material itu sendiri.
5. Berat jenis material dan density; hal ini terutama sangat
berpengaruh terhadap alat-gali yang juga berfungsi sebagai alat-
muat.
Tabel 3.1 Bobot Isi dan Faktor Pengembangan dari Berbagai Material
Macam Material
Bobot isi (density lb/cu yd, insitu)
Sweel faktor (in - bank correction
factor) Bauksit 2700 - 4325 0.75 (75%)
Tanah Liat, kering 2300 0.85
Tanah Liat, basah 2800 - 2300 0.82 - 0.80
Antrasit (anthracite) 2200 0.74
Batubara Bituminus (bituminous coal) 1900 0.74
Bijuh Tembaga (cooper ore) 3800 0.74
Tanah Biasa, kering 2800 0.85
Tanah Biasa, basah 3370 0.85
Tanah Biasa, bercampur pasir dan kerikil (gravel) 3100 0.90
Kerikil kering 3250 0.89
Kerikil basah 3600 0.88
Granit, pecah-pecah 4500 0.67 - 0.56
Hematit, pecah-pecah 6500 - 8700 0.45
Bijih besi (iron ore), pecah-pecah 3600 - 5500 -0.45
Batu Kapur, pecah-pecah 2500 - 4200 0.60 - 0.57
Lumpur 2160 - 2970 0.83
Lumpur, sudah ditekan (packed) 2970 - 3510 0.83
Pasir, kering 2200 - 3250 0.89
Pasir, basah 3300 - 3600 0.88
-
Kerja Praktek PT. Antam Tbk. UBPN Sultra tahun 2014 29
Serpih (shale) 3000 0.75
Batu sabak (slate) 4590 - 4860 0.77
2005
Tahanan Gelinding (Rolling Resistance)
Tahanan gelinding adalah segala gaya-gaya luar (external forces) yang
berlawanan dengan gerak kendaraan yang berjalan di atas jalur jalan
atau permukaan material, dengan sendirinya mengalami tahanan (rolling
resistance) ini secara langsung adalah bagian ban. Tahanan gelinding ini
tergantung dari banyak hal, diantaranya yang terpenting adalah :
1. Keadaan jalan, yaitu kekerasan dan kemulusan permukaan,
semakin keras dan mulus atau rata jalan tersebut, semakin kecil
tahanan gelinding. Macamnya material yang digunakan untuk
membuat jalan tidak selalu berpengaruh.
2. Keadaan bagian kendaraan yang bersangkutan dengan
permukaan jalan :
a. Kalau memakai ban karet yang akan berpengaruh adalah : ukuran
ban, tekanan dan keadaan permukaan bannya, apakah masih
baru atau sudah gundul, dan macam kembangan pada ban
tersebut.
b. n dan macam
berpengaruh, tetapi yang lebih berpengaruh
adalah keadaan jalan.
Nilai tahanan gelinding (rolling resistance) dapat diketahui dengan
cara perhitungan menggunkan rumus di bawah ini :
RR = W x r
Keterangan :
RR = Tahanan Gelinding (kg) W = Berat Kendaraan (kg)
r = Koefisien Tahanan Gelinding (Tabel 3.2)
-
Kerja Praktek PT. Antam Tbk. UBPN Sultra tahun 2014 30
Tabel 3.2 Koefisien Tahanan Gelinding
Tipe dan Keadaan Landasan
CRR
Roda Besi Roda Ban
Rel Besi
Beton
Jalan, Macadam
Perkerasan Kayu
Jalan Datar, tanpa perkerasan,
kering
Landasan tanah
kering Landasan
tanah gembur
Landasan tanah lunak
Kerikil, tidak
dipadatkan Pasir,
tidak dipadatkan
Tanah basah, lumpur
0.01
0.02
0.03
0.03
0.05
0.1
0.12
0.16
0.15
0.15
-
-
0.02
0.03
-
0.04
0.04
0.05
0.09
0.12
0.12
0.16
-Alat Ber
isinya pada jalur jalan mendatar dengan kondisi jalur jalan tertentu.
Tahanan Kemiringan (Grade Resistance)
Tahanan Kemiringan adalah besarnya gaya berat yang melawan atau
membantu gerak kendaraan karena kemiringan jalur jalan yang dilaluinya,
tahanan kemiringan tergantung pada dua faktor :
1. Besarnya kemiringan yang biasanya dinyatakan dalam persen (%)
Kemiringan 1 % berarti jalur itu naik atau turun 1 meter untuk setiap
jarak mendatar sebesar 100 meter atau naik/turun 1 ft untuk setiap
100 ft jarak mendatar.
2. Berat kendaraan itu s
3. Untuk mengetahui besar tahanan kemiringan maka dapat kita
hitung dengan menggunakan rumus perhitungan dibawah ini :
-
Kerja Praktek PT. Antam Tbk. UBPN Sultra tahun 2014 31
GR = W x %k
Keterangan :
GR = Tahanan Kelandaian (grade reistance) W = Berat kendaraan
(kg)
%k = Kelandaian (%)
Ketinggian dari Permukaan Air Laut atau Elevasi
Ketinggian letak suatu daerah ternyata berpengaruh terhadap hasil kerja
mesin, karena mesin tersebut bekerjannya dipengaruhi oleh tekanan dan
temperatur udara luar. Pada umumnya dapat dikatakan bahwa semakin
tinggi letak suatu tempat dari permukaan air laut, semakin rendah
tekanan udaranya, sehingga jumlah oksigen semakin sedikit. Berarti
mesin itu kurang sempurna bekerjanya. Dari pengalaman ternyata bahwa
untuk mesin 4-tak (four cycle engines), maka kemerosotan tenaga karena
berkurangnya tekanan,rata-rata adalah 3% dari HP di atas permukaan
air laut untuk setiap kenaikan tinggi 1000 ft, kecuali 1000 ft yang pertama.
Untuk mesin 4-tak ada salah satu cara yang sederhana dalam
menentukan HP effektif pada suatu ketinggian tertentu, yaitu HP pada
keadaan baku dikalikan dengan faktor koreksi (correction factor).
Besarnya faktor koreksi tersebut dipengaruhi oleh ketinggian dari
permukaan air laut dan temperatur (Tabel 3.3)
Tabel.3.3 Faktor Koreksi Untuk bermacam-macam ketinggian dan temperatur
Ketinggian
(ft)
Temperatur (suhu),
F 110 90 70 60 50 40 20 0 -20
0 0.954 0.971 0.991 1.000 1.008 1.018 1.039 1.062 1.085
1000 0.920 0.937 0.955 0.964 0.974 0.984 1.003 1.025 1.048
2000 0.887 0.904 0.921 0.930 0.938 0.948 0.968 0.988 1.01
3000 0.885 0.872 0.888 0.896 0.905 0.914 0.933 0.952 0.974
4000 0.825 0.840 0.856 0.865 0.873 0.882 0.859 0.918 0.938
5000 0.795 0.809 0.825 0.833 0.842 0.849 0.867 0.885 0.904
6000 0.767 0.781 0.795 0.803 0.811 0.82 0.836 0.853 0.872
7000 0.738 0.752 0.767 0.775 0.782 0.79 0.806 0.823 0.84
8000 0.712 0.725 0.739 0.746 0.754 0.762 0.776 0.793 0.811
9000 0.686 0.699 0.713 0.720 0.727 0.734 0.748 0.764 0.782
10000 0.675 0.682 0.687 0.699 0.707 0.717 0.722 0.737 0.752
-
Kerja Praktek PT. Antam Tbk. UBPN Sultra tahun 2014 32
E. Memperkirakan Produksi Alat Muat
Pengamatan terhadap gerakan dan waktu pemuatan (loading time) alat-muat
meliputi berapa bagian, yaitu :
1. Waktu menggali (digging time)
2. Waktu putar/isi (swing time/loaded)
3. Waktu pengosongan/tumpah (dumping time)
4. Waktu putar/kosong (swing time/empty)
Cara Perhitungan waktu pemuatan (loading time)1 :
Lt = A + B + C + D
Keterangan :
Lt = Waktu Pemuatan (loading time) (detik)
A = Waktu menggali (digging time) (detik)
B = Waktu putar isi (swing time/loaded) (detik)
C = Waktu menumpahkan material (dumping time ) (detik)
D = Waktu putar kosong (swing time/empty) (detik)
Waktu menggali dihitung mulai, bucket dari alat-muat menyentuh permukaan
tanah yang siap untuk menggali dan berakhir bila bucket dari alat-muat terisi
penuh. Waktu berputar terus dihitung hingga bucket dari alat-muat mulai
menumpahkan muatannya kedalam dump truck. Waktu pengosongan terus
dihitung hingga muatannya habis ditumpahkan. Sedangkan waktu berputar
bucket dalam keadaan kosong dihitung terus, hingga posisi bucket dari alat-
muat kembali dan siap untuk melakukan pemuatan selanjutnya.
Faktor pengisian (fill factor)6 adalah perbandingan antara volume material
yang dapat ditampung terhadap kemampuan tampung secara teoritis.
Faktor pengisian ini dapat mempengaruhi produksi alat-muat, dapat
dirumuskan sebagai berikut :
Keterangan :
FFm = Faktor pengisian (Fill Factor) alat-muat (%)
-
Kerja Praktek PT. Antam Tbk. UBPN Sultra tahun 2014 33
Vn = Volume bucket nyata (m3)
Vt = Volume bucket teoritis (m3)
Secara teori untuk menghitung produksi alat-muat adalah :
Keterangan :
Pm = Kemampuan produksi alat-muat, (ton/jam)
Hm = Kapasitas alat-muat (m3)
FFm = Fill Factor alat-muat (%)
Em = Effisiensi kerja alat-muat (%)
r l = Density loose material, (ton/m3)
CT = Waktu pemuatan (Loading time), (detik)
F. Memperkirakan Produksi Alat Angkut
Pengamatan terhadap gerakan dan waktu edar (cycle time) alat- angkut
meliputi beberapa bagian diantaranya :
Waktu edar alat-angkut, dalam hal ini dump truck dihitung dari gerakan :
1. Waktu untuk pengisian bak (loading time)
2. Waktu untuk mengangkut material (hauling time)
3. Waktu untuk mengosongkan bak (dumping time)
4. Waktu kembali kosong (returning time)
5. Waktu atur posisi dan tunggu pemuatan (spot and delay time )
Ct = A + B+ C + D + E
Keterangan :
Ct = Waktu edar (cycle time), (detik)
A = Waktu pengisian bak (loading time) (detik)
B = Waktu mengangkut material (hauling time) (detik)
C = Waktu menggosongkan bak (dumping time) (detik)
D = Waktu kembali kosong (returning time) (detik)
E = Waktu atur posisi dan tunggu pemuatan (spot and delay time) (detik)
-
Kerja Praktek PT. Antam Tbk. UBPN Sultra tahun 2014 34
Waktu pengisian dihitung mulai alat-muat menumpahkan muatan ke dalam
dumpt truck dan berakhir bila dump truck bergerak dari tempat alat-muat, dimana
waktu pengangkutan mulai dihitung hingga dump truck berhenti pada tempat
penimbunan (disposal) maupun stockpile, waktu pengosongan dihitung termasuk
waktu berputar, mundur dan mengosongkan muatan. Sedangkan waktu kembali
ditentukan bila dump truck bergerak dari tempat penimbunan (disposal) atau
stockpile dan berakhir bila berhenti pada tempat pengisian di depan alat-muat.
Waktu menunggu termasuk waktu yang dibutuhkan untuk penyesuaian pada
posisi pengisian. Untuk faktor pengisian (fill factor) alat-angkut1 (dump truck)
dapat dirumuskan sebagai berikut :
Keterangan :
FFa = Faktor pengisian (Fill Factor) alat-angkut (%)
np = Jumlah pengisian dari alat-muat
FFm = Faktor pengisian (Fill Factor) alat-muat (%)
Hm = Kapasitas alat-muat (m3)
Ha = Kapasitas alat-angkut (m3)
Secara teori untuk menghitung produksi alat-angkut adalah :
Keterangan :
Pa = Kemampuan produksi alat-angkut, (ton/jam)
Ha = Kapasitas alat-angkut (m3)
FFa = Faktor pengisian (Fill Factor) alat-angkut (%)
Ea = Effisiensi kerja alat-angkut (%)
= Density loose (ton/m3)
Ct = Waktu Edar (cycle time), (menit)
-
Kerja Praktek PT. Antam Tbk. UBPN Sultra tahun 2014 35
G. Keserasian Alat-Muat dan Alat-Angkut (Match Factor)
Keserasian kerja yang dimaksud ini adalah bahwa keserasian antara
alat-muat yang berkerja sama dengan alat -angkut, yang diharapkan
adalah effisiensi 100%. Hal ini berarti alat-muat maupun alat- angkut tidak pernah
menunggu tanpa rencana. Keserasian alat-muat dan alat-angkut pada kegiatan
penambangan dapat diketahui dengan cara menghitung besarnya match factor
(faktor keserasian) alat-muat dan alat-angkut. Besarnya nilai match factor adalah:
1. MF < 1, berarti alat-muat akan sering menunggu atau berhenti.
2. MF = 1, berarti kedua alat sudah serasi (synchron), kedua alat akan sama
sibuknya atau tidak perlu ada yang menunggu
3. MF > 1, berarti alat-angkut yang akan sering menunggu.
Besarnya match factor dapat ditentukan dengan menggunakan rumus :
Keterangan:
na = Jumlah alat-angkut (unit)
Lt = Loading time alat-muat (menit)
nm = Jumlah alat-muat (unit)
Ct = Cycle time alat-angkut (menit)
MF = Match Factor
H. Efisiensi Alat Kerja
Penggunaan efektif menunjukkan berapa persen (%) dari seluruh waktu kerja
yang tersedia dapat dipergunakan untuk kerja produktif, dinyatakan dengan
persamaan :
-
Kerja Praktek PT. Antam Tbk. UBPN Sultra tahun 2014 36
Keterangan :
W : Jam kerja, yaitu waktu yang benar-benar digunakan untuk bekerja
termasuk dari tempat kerja, dinyatakan dalam jam.
R : Jam reparasi (waktu perbaikan), yaitu waktu yang dibutuhkan untuk
perbaikan, penggantian suku cadang,dinyatakan dalam jam.
S : Waktu menunggu, yaitu waktu dimana suatu alat tersedia untuk
dioperasikan, tetapi tidak digunakan karena alasan tertentu seperti
hujan deras, tempat kerja belum siap, pengisian bahan bakar dan
sebagainya, dinyatakan dalam jam.
3.3.6 Pengolahan Bahan Galian Nikel Laterit
Kegiatan pengolahan bahan galian ini bertujuan untuk meningkatkan kadar
FeNi yang menjadi produk dari PT Antam Tbk. UBPN Sultra. Secara umum
proses pengolahan bijih nikel meliputi beberapa tahap yakni pengeringan,
kalsinasi, peleburan atau smelting, coverting dan granulation.
A. Pengeringan (Drying)
Yaitu proses untuk membuang seluruh kandung air dari padatan yang
berasal dari konsentrat dengan cara penguapan
(evaporization/evaporation).Peralatan atau cara yang dipakai ada bermacam-
macam, yaitu antara lain:
a. Hearth type drying/air dried/air baked, yaitu pengeringan yang dilakukan
di atas lantai oleh sinar matahari dan harus sering diaduk (dibolak-balik).
b. Shaft drier, ada dua macam, yaitu :
tower drier, material (mineral) yang basah dijatuhkan di dalam saluran
silindris vertikal yang dialiri udara panas (800 1000).
rotary drier, material yang basah dialirkan ke dalam silinder panjang
yang diputar pada posisi agak miring dan dialiri udara panas yang
berlawanan arah.
B. Kalsinasi
Tujuannya untuk menghilangkan kandungan air di dalam bijih, mereduksi
sebagian nikel oksida menjadi nikel logam, dan sulfidasi. Setelah proses drying,
bijih nikel yang tersimpan di gudang bijih kering pada dasarnya belumlah kering
secara sempurna, karena itulah tahapan ini bertujuan untuk menghilangkan
kandungan air bebas dan air kristal serta mereduksi nikel oksida menjadi nikel
-
Kerja Praktek PT. Antam Tbk. UBPN Sultra tahun 2014 37
logam. Proses ini berlansung dalam tanur reduksi atau disebut rotary kiln. Bijih
dari gudang dimasukkan dalam tanur reduksi dengan komposisi pencampuran
menggunakan ratio tertentu untuk menghasilkan komposisi silika magnesia dan
besi yang sesuai dengan operasional tanur listrik. Selain itu dimasukkan pula
batubara yang berfungsi sebagai bahan pereduksi pada tanur reduksi maupun
pada tanur pelebur. Untuk mengikat nikel dan besi reduksi yang telah tereduksi
agar tidak teroksidasi kembali oleh udara maka ditambahkanlah belerang. Hasil
akhir dari proses ini disebut kalsin yang bertemperatur sekitar 700o C.
C. Peleburan atau Smelting
Pada tahap ini, calcine akan dilebur di dalam tungku lebur yakni electric arc
furnace. Kalsin dilebur menjadi Fe/Ni yang memiliki kualitas tertentu. Selain itu,
pada tahap ini juga dihasilkan slag atau pengotor. Tahap ini menghasilkan crude
sekitar 27%. Lalu crude ditampung dalam ladle untuk selanjutnya ditransfer
menuju converter.
D. Pemurnian atau Converting
Proses converting megnhasilkan crude dengan kadar nikel tinggi yang
dihasilkan dari dapur listrik EAF. Kadar nikel naik setelah proses converting,
sedangkan kadar besi dalam crude cair turun. Jadi, proses converting
merupakan proses pemurnian cair. Converting dilakukan dalam Top Blown Type
Rotary Converter (TBRC) atau dalam Pierce Smith Converter.
Pada tahap ini kadar nikel dalam cair ditingkatkan sehingga mencapai 20%.
Sedangkan kadar besi menjadi 80%.
E. Granulating
Proses granulasi merupakan tahap akhir dari pengolahan bijih nikel menjadi
FeNi. FeNi cair dari proses converting ditransfer menggunakan ladle ke lokasi
granulasi. Pada proses granulasi, crude cair disemprot dengan air bertekanan
tertentu. Crude cair akan membeku dalam granul-granul atau partikel-partikel
kecil.
-
Kerja Praktek PT. Antam Tbk. UBPN Sultra tahun 2014 38
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN KEGIATAN
Kegiatan penambangan di 3 bukit yang beroperasi di PT. Antam secara
garis besar dimulai dari :
1. Modelling hasil eksplorasi
Data hasil pengeboran terdahulu menjadi modal awal untuk modelling,
namun data pengeboran tersebut hanya menjadi acuan saja dikarenakan
tingkat homogen bijih yang sangat kecil sehingga PT. Antam melakukan
metoda SM menurut block model yang dibuat
2. Land Clearing
Keadaan endapan nikel laterit biasanya terletak dibawah hutan atau pohon-
pohon yang harus terlebih dahulu disingkirkan. PT. Antam menggunakan
Bulldozer untuk menyingkirkan vegetasi yang tumbuh diatas endapan
Nikel.
3. Pengupasan Top Soil
Endapan nikel laterit di PT. Antam berada di bawah tanh penutup yang
menurut visualisasi di lapangan berwarna coklat kemerahan. Tanah
tersebut biasa disebut Tanah Merah.
4. Stripping Overburden
Zona limonit yang mempunyai ketebalan bervariasi dari 1-3 meter bukan
merupakan tujuan PT. Antam untuk ditambang. Maka zona itu disebut
Overburden yaitu bagian yang bukan merupakan tujuan. Overburden
tersebut dikupas degan menggunakan buldozer dan kemudian dipindahkan
dengan dumptruck untuk kemudian disimpan di Waste Dump.
5. Perencanaan Produksi
Departemen mineplan membuat rencana produksi mingguan untuk
dijadikan target produksi di lapangan
6. Analisa Selective Mining (SM)
Dalam melakukan penambangan PT. Antam terlebih dahulu melakukan
SM. Dalam hal ini excavator menggali beberapa titik dengan acuan peta
-
Kerja Praktek PT. Antam Tbk. UBPN Sultra tahun 2014 39
block model yang sudah ditentukan oleh pengawas front. Titik tersebut
dilakukan sampling dan kemudian dikirim ke lab preparasi dan instrument
untuk kemudian dianalisa kadarnya.
7. Penambangan (execute)
Proses gali-muat-angkut dilakukan PT. Antam dengan menggunakan
Bulldozer, Backhoe, Dumptruck. Backhoe terlebih dahulu melakukan
penggalian pada daerah yang terlah di SM, terkadang bulldozer datang
untuk membantu memindahkan ke front dekat tempat truck bermanuver.
Kemudian endapan bahan galian tersebut diangkut kedalam DT dan
kemudian di bawa ke penimbangan lalu ke stockyard. Bulldozer yang tidak
sedang membantu excavator tudaj beada jauh dari area front kerja untuk
memelihara jalan produksi.
8. Backfilling, Land Preparation, & Top Soiling
Bukit/front yang telah selesai diproduksi tidak ditinggalkan begitu saja. PT.
Antam melakukan reklamasi dimulai dengan memindahkan OB yang
dahulu sudah disimpan, namun OB biasanya tidak subur untuk ditanami
oleh tanaman. OB yang sudah di backfilling kemudian ditumpuk dengan
Top Soil yang mudah di tanami oleh tumbuhan.
9. Reklamasi
Lahan yang telah disiapkan sebelumnya kemudian di manfaatkan kembali
tergantung kepada departemen pengolahan maupun DPRD yang meminta.
Beberapa lahan kembali dilakukan penghijauan namun ada juga lahan
yang dialih fungsikan.
4.1 LAND CLEARING
Sebelum dilakukan penambangan dilakukan terlebih dahulu pembersihan
lahan yang dilanjutkan dengan pengupasan top soil dan overburden. Untuk
kegiatan developmen tersebut di bukit Cheerokee, Ranger, dan Humvee
menggunakan 2 unit Bulldozer Komatsu tipe D85E-SS.
-
Kerja Praktek PT. Antam Tbk. UBPN Sultra tahun 2014 40
Sumber : Mine Production PT. ANTAM Tbk UBPN Sultra
Foto 4.1 Kegiatan Land Clearing pembersihan lahan
Berbeda dengan di daerah tambang utara, pada tambang selatan (bukit
Triton) kegiatan land clearing tidak banyak dilakukan. Hal itu dikarenakan pada
bukit triton kegiatan tersebut sudah lama dilakukan.
4.2 Stripping dan Pengangkutan Overburden
Setelah dilakukan pembersihan lahan, tanah penutup diangkut
menggunakan 1 unit Excavator tipe PC-200 dan 3 buah Dumptruck Hino tipe
FM260TI yang di bukit Humvee dan 1 unit Excavator tipe PC-200 dan 3 buah
Dumptruck Hino tipe FM260TI di bukit Cheerokee. Kegiatan di bukit Ranger dan
Humvee dilakukan bergantian, apabila di bukit Humvee sedang melakukan
pengangkutan OB maka produksi dilakukan di Ranger dan sebaliknya.
-
Kerja Praktek PT. Antam Tbk. UBPN Sultra tahun 2014 41
Sumber : Mine Production PT. ANTAM Tbk UBPN Sultra
Foto 4.2 Pengangkutan OB Bukit Humvee
OB yang diangkut tidak masuk ke timbangan, namun di dumping di
wastedump. Sehingga untuk 1 siklus pengangkutan OB dan Topsoil adalah Front
Wastedump Front. OB dan Topsoil disimpan untuk sementara di wastedump
yang nantinya akan digunakan untuk backfilling di daerah bukit 2.
Sumber : Mine Production PT. ANTAM Tbk UBPN Sultra
Foto 4.3 Kegiatan Backfilling Di Daerah Bukit 2
Berbeda hal dengan bukit Triton. Pada bukit tersebut tidak dilakukan
kegiatan developmen selama periode kegiatan kerja praktek dikarenakan
keadaan bukit tersebut yang sudah terkupas OB dan Topsoilnya. Sehingga
seluruh alat berat yang berada di bukit tersebut dikerahkan untuk produksi bijih.
-
Kerja Praktek PT. Antam Tbk. UBPN Sultra tahun 2014 42
Sumber : Mine Production PT. ANTAM Tbk UBPN Sultra
Foto 4.4 Lansekap Bukit Triton
4.3 Perencanaan Produksi
Parameter pembuatan pit di PT. Antam untuk bukit Ranger, Cherokee, dan
Humvee adalah kemiringan 70 dengan ketinggian 7 meter. Hal tersebut
merupakan optimasi untuk memperoleh sebaran bijih yang ekonomis. Realisasi
dilapangan untuk kemiringan lereng adalah 60 dengan ketinggian 6 meter
sehingga masih tergolong aman.
Sumber : Mine Production PT. ANTAM Tbk UBPN Sultra
Foto 4.5 Alat Pengukur Kemiringan
-
Kerja Praktek PT. Antam Tbk. UBPN Sultra tahun 2014 43
Data eksplorasi yang dilakukan oleh Unit Eksplorasi Geomin kemudian
diserahkan kepada departemen mining dan akan dibuat block modelnya. Block
model tersebut lalu digunakan untuk membuat perhitungan cadangan serta
rencana penambangannya. Block pada PT. Antam dikategorikan menjadi 6
golongan warna berdasarkan perbedaan kandungan nikel yang terkandung.
Sumber : Mine Production PT. ANTAM Tbk UBPN Sultra
Gambar 4.1 Block Model
Cut Of Grade (COG) yang telah ditetapkan oleh PT. Antam adalah 1,8 %
untuk nikel. Angka tersebut mengacu pada feed yang dapat diterima oleh pabrik
pengolahan. Namun biasanya para pengawas mempunyai target tersendiri untuk
menghindari adanya delusi yang terjadi.
Setelah block model terbentuk, peta block model adalah acuan untuk
memulai penambangan. Pit Design dibuat mengikuti block model yang ada,
boundary tersebut kemudian dikirim kepada pengawas tambang untuk
selanjutnya dilakukan land clearing, stripping OB dan lainnya. Keadaan visual
harus disesuaikan dengan peta yang diberikan. Untuk mengkontrol kadar yang
akan ditambang, maka dilakukanlah sampling Selective Mining. Data sampling
tersebut kemudian dibawa ke laboratorium untuk diketahui kadarnya dan
dijadikan acuan untuk menambang pada hari berikutnya.
-
Kerja Praktek PT. Antam Tbk. UBPN Sultra tahun 2014 44
Tabel 4.1 klasifikasi warna block model terhadap kadar Ni
Warna Blok Kadar Nikel
Waste Ni 2%
Sumber : Mine Production PT. ANTAM Tbk UBPN Sultra
Untuk memudahkan kegiatan penambangan dilapangan, maka dibuat
weekly plan yang berisikan panduan untuk kegiatan development dan
penambangan bijih nikel. Rencana jangka pendek tersebut berisikan tentang
target produksi/development, jumlah alat yang digunakan dan blok-blok yang
akan ditambang.
Sumber : Mine Production PT. ANTAM Tbk UBPN Sultra
Gambar 4.2 Contoh Weekly plan
4.4 Kegiatan Penambangan
Kegiatan penambangan di tambang utara dilakukan bertahap dari blok ke
blok lain dengan acuan data SM hari sebelumnya. Ore tersebut ditambang
apabila kadarnya > 1,8% yang mana COG yang telah ditentukan. Ore yang
Number of day 6
Numb of Shift 1 @8hrs
A. Development
1 9N1 OB/Waste Stripping; dump to 9N2WD 6,000 ton 1 PC + 1 BD + 3 DT
2 Humvee OB/Waste Stripping; dump to 9N2WD 7,000 ton 1 PC + 1 BD + 3 DT
3 Cherokee OB/Waste Stripping; dump to 6WD 11,500 ton 1 PC + 1 BD + 3 DT
Total Stripping 24,500 ton
Total Clearing - m2
C. Production
1 Ranger Ore Getting Biru 1,500 ton 1 PC + 1 BD + 5 DT
2 Ranger Ore Getting hijau 1,200 ton 1 PC + 1 BD + 5 DT
3 Cherokee Ore Getting Biru 5,100 ton 1 PC + 1 BD + 7 DT
4 Cherokee Ore Getting hijau 8,500 ton 1 PC + 1 BD + 7 DT
5 Humvee Ore Getting Biru 7,150 ton 1 PC + 1 BD + 5 DT
6 Humvee Ore Getting hijau 2,500 ton 1 PC + 1 BD + 5 DT
7 Triton (Ti1) Ore Getting 6,600 ton 1 PC + 1 BD + 6 DT
Total Production 32,550 ton
D. Mine Services
1 Ranger, 9N1 & humveePemeliharan jalan dan Drainase 100 % 1 GD
2 Ranger, 9N1 & humveePembenahan Wastedump 9N2WD 100 % 1 BD
3 Cherokee (7) Pemeliharan jalan dan Drainase 100 % 1 GD
4 Cherokee (7) Pembenahan Wastedump 6WD 100 % 1 BD
Mine Engineer
Plan unit RemarksEquipment
Weekly Plan
23 - 29 Agustus 2014
no Lokasi Deskripsi
-
Kerja Praktek PT. Antam Tbk. UBPN Sultra tahun 2014 45
memiliki kadar > 1,8% akan masuk pada transito, yaitu suatu tempat sementara
yang digunakan untuk menyimpan ore sementara yang nantinya akan masuk
kedalam pabrik sebagai umpan.
4.4.1 Alat Yang Digunakan
a. Excavator Backhoe PC-200
Excavator yang digunakan adalah komatsu PC-200 dengan tipe tracks
dengan FF sebesar 1,05. Excavator jenis ini sangat cocok digunakan di
daerah pomalaa karena ukurannya yang tidak terlalu besar sehingga
mobilisasi excavator tergolong mudah. Selain hal tersebut kondisi tanah
yang lembek juga menguntungkan untuk alat berat yang tidak terlalu besar.
Sumber : Mine Production PT. ANTAM Tbk UBPN Sultra
Foto 4.6 Komatsu PC-200
Pekerjaan yang dapat dilakukan PC-200 diantaranya adalah :
Development
D1 : Land Clearing
D2 : Stripping/Mengangkut OB atau Top Soil
D3 : Memelihara Jalan akses
D4 : Memelihara paritan atau Pond/ Check Dam
D5 : Membentuk Bench atau Lereng
D6 : Menimbun atau Merapikan suatu lokasi dengan OB/ Top soil/Boulder
D7 : Memindahkan bijih/OB/TS dari tumpukan X ke lokasi lain
D8 : Perjalanan/memindahkan alat berat ke lokasi lain
D9 : Merapikan tumpukan Bijih di stockyard
-
Kerja Praktek PT. Antam Tbk. UBPN Sultra tahun 2014 46
D10 : Memecah/Menggali/Memuat boulder ke DT
D11 : Mixing Ore
D12 : Pengambilan Conto SM
D13 : Membuat jalan akses
D14 : Membuat Paritan/Pond/Check Dam
Produksi
P1 : Menambang Bijih
b. Excavator Hydraulic Rock Breaker (PC-200 Breaker)
Terkadang dalam zona saprolit ditemukan boulder besar yang dapat
menghambat kinerja Excavator Backhoe maupun Dumptruck. Maka
Excavator PC-200 HRB digunakan untuk memecah batuan keras agar dapat
dengan mudah diangkut ke Dumptruck.
Sumber : Mine Production PT. ANTAM Tbk UBPN Sultra
Foto 4.7 Komatsu Excavator PC - 200 HRB
c. Bulldozer
Bulldozer yang digunakan adalah Komatsu tipe D85E-SS untuk kegiatan
supporting dan produksi, adapun kegiatanya seperti :
Produksi
P1 : Menambang bijih
Development
D1 : Land Clearing
D2 : Stripping/Mengangkut OB atau Top Soil
D3 : Memelihara Jalan akses
-
Kerja Praktek PT. Antam Tbk. UBPN Sultra tahun 2014 47
D5 : Membentuk Bench atau Lereng
D6 : Menimbun atau Merapikan suatu lokasi dengan OB/ Top soil/Boulder
D7 : Memindahkan bijih/OB/TS dari tumpukan X ke lokasi lain
D9 : Merapikan tumpukan Bijih di stockyard
D13 : Membuat jalan akses
Sumber : Mine Production PT. ANTAM Tbk UBPN Sultra
Foto 4.8 Komatsu tipe D85E-SS
d. Dump Truck (DT)
DT yang digunakan oleh PT. Antam adalah jenis Rigid Dump Truck. DT yang
digunakan tergolong kecil karena kapasitas baknya kurang dari 25 ton. DT
yang digunakan PT. Sarana Jaya Sultra selaku Kontraktor adalah Hino tipe
FM260TI. Dalam satu siklus biasanya DT dapat mengangkut 12-13 bucket
pada Excavator backhoe dengan berat rata-rata 18 - 20 ton dengan
kecepatan rata rata 40 Km/Jam.
Pekerjaan yang biasa dilakukan oleh DT seperti :
Production
P1 : Menambang bijih
Development
D2 : Stripping/Mengangkut OB atau Top Soil
-
Kerja Praktek PT. Antam Tbk. UBPN Sultra tahun 2014 48
Sumber : Mine Production PT. ANTAM Tbk UBPN Sultra
Foto 4.9 Dump Truck Hino tipe FM260TI
e. Motor grader
Alat ini berfungsi untuk memelihara jalan tambang dan jalan produksi yang
tidak dilakukan pengerasan seperti jalan jalan di dekat front.
Motor Grader yang digunakan adalah Komatsu Time GD 505 dan GD 03.
f. Mobil Penyiram Debu
saat terik matahari bijih di front menjadi debu dan mengganggu penglihatan
serta pernafasan. Hal tersebut dapat mengurangi produktivitas operator alat
berat, maka tiap beberapa jam sekali dilakukan penyiraman air agar
menghilangkan debu yang mengganggu. Alat yang digunakan adalah
Watertank Hino tipe FM260TI.
Sumber : Mine Production PT. ANTAM Tbk UBPN Sultra
Foto 4.10 Watertank Hino tipe FM260TI
-
Kerja Praktek PT. Antam Tbk. UBPN Sultra tahun 2014 49
4.4.2 Bukit Ranger dan Humvee
Sumber : Mine Production PT. ANTAM Tbk UBPN Sultra
Foto 4.11 Lansekap Bukit Ranger
Bukit Ranger dan Humvee merupakan beberapa bukit yang terletak di
daerah tambang utara. Setiap front tambang terdapat shift foreman atau
pengawas, checker yang bekerja untuk mengawasi serta mencatat equipment
time sheet, dan operator yang bekerja mengoperasikan alat berat. Operator
tersebut bekerja sesuai rencana yang telah diberikan oleh shift foreman untuk
melakukan kegiatan produksi atau development Kedua bukit ini dilakukan
penambangan secara bergantian. Terdapat 2 unit Bulldozer Komatsu tipe D85E-
SS, 2 unit Excavator tipe PC-200 dan 3 unit Dumptruck Hino tipe FM260TI yang
digunakan untuk kegiatan development. Selagi dilakukan development di bukit
Humvee untuk mempersiapkan produksi, produksi dilakukan di bukit Ranger dan
sebaliknya.
Untuk bukit Ranger luas seluruh bukitnya adalah 7,8767 Ha dan untuk bukit
Humvee mempunyai luas sebesar 6,3251 Ha. Kedua bukit ini mempunyai target
produksi harian sebesar 1.700 ton/hari dengan kadar ore >1,8%. Sedangkan
untuk kadar dibawah 1,5% ditimbun di wastedump. Untuk kegiatan produksi
pada kedua bukit ini digunakan 1 unit Excavator tipe PC-200 dan 5 unit
Dumptruck Hino tipe FM260TI. 1 siklus yang dilakukan oleh DT di kedua bukit ini
adalah Loading Hauling (full loaded) Timbangan isi - Transito (dumping)
Timbangan kosong Front.
-
Kerja Praktek PT. Antam Tbk. UBPN Sultra tahun 2014 50
Sumber : Global Positioning System
Gambar 4.3 Sketsa Perjalanan Siklus Dump Truck Bukit Humvee
Kendala yang biasa ditemukan pada bukit Ranger adalah air tanah.
Apabila pit yang di gali sudah terlalu dalam biasanya muncul air tanah yang
dapat mengganggu produktivitas. Namun kondisi tanah serta batuan yang
terdapat di bukit ini memiliki porositas yang baik sehingga PT. Antam
memutuskan tidak menggunakan Pompa untuk mengatasi hal tersebut. Air yang
tergenang kemudian dibiarkan karena akan menyerap dengan sendirinya.
Selain hal tersebut pada saat periode Kerja Praktek salah satu timbangan
yang dimiliki PT. Antam mengalami kerusakan. Hal tersebut mengakibatkan
dalam setiap siklusnya terdapat waktu tunggu sekitar 2-3 menit.
Sumber : Mine Production PT. ANTAM Tbk UBPN Sultra
Foto 4.12 Kondisi Air Salah Satu Pit di Bukit Ranger
Ket. Gambar : (1) Front kerja (2) Timbangan (3) Stockyard Transito
-
Kerja Praktek PT. Antam Tbk. UBPN Sultra tahun 2014 51
4.4.3 Bukit Cherokee
Bukit cherokee memiliki luas sebesar 12,138 Ha juga terletak di daerah
tambang utara, letak bukit ini tidak jauh dari bukit Ranger. Target produksi bukit
adalah 1700 ton/hari. Berebeda dengan bukit sebelumnya. Kondisi air tidak
menjadi masalah pada bukit ini. Pada bukit alat yang digunakan untuk kegiatan
produksi adalah 1 unit Excavator tipe PC-200 dan 7 unit Dumptruck Hino tipe
FM260TI. 1 siklus yang dilakukan oleh DT di bukit ini adalah Loading Hauling
(full loaded) Timbangan isi - Transito (dumping) Timbangan kosong Front.
Sumber : Mine Production PT. ANTAM Tbk UBPN Sultra
Foto 4.13 Lansekap Bukit Cherokee
Walaupun jumlah alat yang dipakai berbeda, namun target produksi yang
diberikan pada bukit ini sama dengan bukit sebelumnya. Hal tersebut
dikarenakan akses ke bukit ini yang tidak mudah jarak yang jauh dari timbangan
maupun stockyard transito menjadi kendala pada bukit ini. Endapan bahan galian
yang terdapat pad bukit cherokee mempunyai sedikit boulder atau batuan keras,
Hal tersebut menandakan daerah ini pelapukannya merata dan baik pada zona
saprolitnya. Keadaan seperti itu bisa disebabkan oleh topografi dan kondisi air
tanah yang membantu pelapukan. Pada daerah ini cenderung landai sehingga
air bergerak lambat dalam membantu pelapukan pada batuan dasar dan zona
saprolit.
-
Kerja Praktek PT. Antam Tbk. UBPN Sultra tahun 2014 52
Sumber : Global Positioning System
Gambar 4.4 Sketsa Perjalanan Siklus Dump Truck Bukit Cherokee
4.4.4 Bukit Triton
Bukit ini terletak pada tanjung leppe wilayah tambang selatan daerah ini
terpisah dari dua bukit sebelumnya. Karakteristik endapan bahan galian pada
bukit ini berbeda dengan daerah tambang utara. Pada daerah ini karakteristik
endapan bahan galiannya bongkah-bongkah batuan besar (saprock).
Luas bukit ini adalah 20,5316 Ha dengan Luas bukaan tambang sebesar
11,4105 Ha.
Sumber : Mine Production PT. ANTAM Tbk UBPN Sultra
Foto 4.14 Boulder di Daerah Bukit Triton
Ket. Gambar : (1) Front kerja (2)Timbangan (3) Stockyard
-
Kerja Praktek PT. Antam Tbk. UBPN Sultra tahun 2014 53
Target produksi di di bukit Triton adalah 1.500 ton/hari. Ore yang telah
ditambang sementara ditampung di stockyard dan kemudian diangkut ke
pelabuhan untuk dilakukan pengapalan. Ore yang didapat dari bukit triton
diangkut ke pabrik menggunakan tongkang yang dilakukan per 5000 ton ore.
Penambangan di bukit ini sangat bergantung kepada visualisasi ore oleh
operator, pengawas, dan sampling karena data bor terdahulu sudah tidak
representatif.
Sumber : Global Positioning System
Gambar 4.5 Sketsa Perjalanan Siklus Dump Truck Bukit Triton
Penambangan pada setiap titik di bukit ini dibatasi hingga 10 siklus
dumptruck saja untuk menghindari ketidakyakinan sumberdaya yang terdapat
karena acuan penambangan di bukit ini hanya mengandalkan data SM dan Face
Sampling.
Karena tidak adanya sarana timbangan, maka untuk menghindari
ketidaksesuaian data, untuk 1 siklus dumptruck biasa hanya di isi 10 bucket
excavator saja PT. Antam sudah memiliki acuan dan kalibrasi untuk tambang
selatan bahwa 1 bucket excavator = 1,54 ton ore.
Keberadaan excavator HRB sangat penting di bukit ini terkadang Breaker
menyiapkan ore yang akan diangkut oleh excavator backhoe. Karena posisi bukit
yang bersebelahan dengan laut menyebabkan angin yang berada di bukit ini juga
besar dan membuat banyak debu. Maka dari itu penyiraman di bukit ini sering
dilakukan.
Ket. Gambar : (1) Front kerja (2) Stockyard
Transito
-
Kerja Praktek PT. Antam Tbk. UBPN Sultra tahun 2014 54
Bukit Triton sebenarnya merupakan Existing mining karena dulunya sudah
pernah ada yang melakukan kegiatan penambangan. Dalam hal ini sebenarnya
PT. Antam menambang ore yang dahulu tidak memenuhi COG dan disimpan
karena dianggap waste. Hal tersebut menjadi salah satu faktor yang
mengakibatkan di daerah ini sudah jarang ditemukan zona limonit dan saprolit.
Ore yang terdapat pada bukit ini mempunyai kelebihan pada kandungan
basicity yang tinggi, sehingga ore dari bukit ini sering dijadikan campuran dengan
ore yang berasal dari pomalaa (Tambang Utara). Basicity adalah perbandingan
unsur basa dalam hal ini (CaO + MgO) dengan unsur asam (SiO2).
4.4.5 Produktivitas Alat
Produktivitas alat meliputi :
MA : Mechanical Availibility adalah presentase antara working hour dengan
penjumlahan working hour dan repair.
PA : Physical Availability adalah kondisi yang menunjukan keadaan fisik suatu
alat (kondisi alat).
UA : Use Availability merupakan kondisi yang menunjukan persentasi
penggunaan alat.
EA : Effective Utilization adalah perbandingan antara working hour dengan
penjumlahan antara working hour, delay dan repair.
4.4.4.1 Bukit Humvee
Data efisiensi alat dihitung dari pengolahan data equipment time sheet
yang ditinjau dari Mechanical Availbility (MA), Phisical Availability (PA), Use
Availability (UA), dan Effective Utilization (EA). Berikut tabel yang didapat dari
pengolahan data tersebut :
Tabel 4.2 Efektifitas Alat Gali-Muat dan Angkut di Bukit Humvee
ALAT W R S MA PA UA EA
DUMPTRUCK 136:05 2:24 26:44 98,54 98,70 83,34 82,25
EXCAVATOR 189:25 5:45 26:30 86,46 97,4 87,94 85,61 Sumber : Kerja Praktek 2014 di PT. ANTAM Tbk UBPN Sultra
Data yang didapat dari perhitungan equipment time sheet untuk efektifitas alat
Gali-Muat sebesar 85,61% dan alat Angkut sebesar 82,25%.
Swell factor didapatkan dari perhitungan yang dilakukan oleh PT. Antam, yaitu :
-
Kerja Praktek PT. Antam Tbk. UBPN Sultra tahun 2014 55
Kapasitas bucket alat gali-muat berdasarkan spesifikasi alat kompatsu PC 200
adalah 0,93 M.
Cycle Time alat gali-muat yang didapat adalah 11,47 detik.
Tabel 4.3 Cycle Time Excavator Back Hoe PC 200 di Bukit Humvee
NO Time
Cycle Time (s) Digging Swing Loaded Loading Swing Empty
1 3,91 2,73 1,82 3,55 12,01
2 4,04 2,34 2,84 2,62 11,84
3 3,69 2,61 2,73 2,54 11,57
4 3,39 2,5 1,83 2,64 10,36
5 2,46 2,76 1,95 4,08 11,25
6 4,29 2,85 1,77 3,24 12,15
7 3,86 3,16 2,04 3,12 12,18
8 3,16 3,08 2,14 3,46 11,84
9 3,81 3,39 2,11 2,94 12,25
10 3,73 2,9 2,21 3,02 11,86
11 2,99 2,75 1,96 2,75 10,45
12 3,31 3,14 2,25 2,43 11,13
13 3,41 3 2,89 2,06 11,36
14 4,61 2,87 1,68 1,77 10,93
15 3,45 2,79 1,75 3,92 11,91
16 4,21 2,59 1,79 2,46 11,05
17 4,32 3,1 1,74 4,65 13,81
18 3,94 2,28 2,09 1,79 10,1
19 2,67 2,55 1,8 1,72 8,74
20 4,52 2,49 2,85 2,01 11,87
21 4,69 2,68 2,09 3,16 12,62
22 3,85 3,72 2,62 2,09 12,28
23 3,9 3,09 2,36 2,22 11,57
24 4,56 2,59 2,57 2,19 11,91
25 3,19 2,7 2,68 5,16 13,73
26 3,19 2,01 1,93 1,55 8,68
27 2,44 2,78 3,06 2,2 10,48
28 3,42 3,78 1,87 2,26 11,33
29 4,25 3 2,31 3,46 13,02
30 2,83 3,21 1,59 2,19 9,82
Average 11,47
Sumber : Kerja Praktek 2014 di PT. ANTAM Tbk UBPN Sultra
-
Kerja Praktek PT. Antam Tbk. UBPN Sultra tahun 2014 56
Produktivitas didapat dari penghitunga