Laporan Kp Lemigas
-
Upload
sundus-ghaida-noor-azizah -
Category
Documents
-
view
607 -
download
161
description
Transcript of Laporan Kp Lemigas
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PENGOLAHAN DATA SEISMIK 2D DARAT DI LAPANGAN “PEDRA”
oleh:
Sundus Ghaida Noor Azizah 140710110003
Herdis Haerusalam 140710110031
PROGRAM STUDI GEOFISIKA
DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2015
1
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI …………………………………………………... 2
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ……………………………………..
3
1.2. Maksud dan Tujuan ………………………………..
4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Seismik Refleksi ………………………………….. 6
2.2 Gelombang Seismik ………………………………. 6
2.3. Akuisisi Data Seismik ……………………………. 8
2.4. Pengolahan Data Seismik ………………………… 9
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Waktu dan Institusi Kerja Praktik ………………… 12
3.2. Alat dan Bahan …………………………………… 12
3.3. Tahapan Kerja Praktek …………………………… 12
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil ……………………………………………… 22
4.2. Pembahasan ……………………………………… 22
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan ……………………………………… 37
5.2. Saran …………………………………………….. 37
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………. 38
2
LEMBAR PENGESAHAN
PENGOLAHAN DATA SEISMIK 2D DARAT
LAPORAN KERJA PRAKTIK 2015
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat
Menyelesaikan Kerja Praktik di PPPTMGB LEMIGAS
Jakarta, 19 Maret 2015
Menyetujui,
Pembimbing Teknis,
Julikah MT.
NIP.
3
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT Tuhan semesta alam atas
segala rahmat, taufik, karunia dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan Kerja Praktik dengan baik dan lancar.
Penulis ucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam pembuatan laporan Kerja Praktik ini, yaitu:
1. Dra. selaku kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Minyak dan Gas
Bumi LEMIGAS.
2. Ir. Daru Siswanto selaku kepala bidang afiliasi dan informasi dari pusat
penelitian dan pengembangan minyak dan gas bumi,
3. Drs. Julikah, MT selaku pembimbing dan penguji dari pusat penelitian dan
pengembangan minyak dan gas bumi.
4. Praditiyo Riyadi, S.Si dan Andrianto Wibowo, S.Si selaku pendamping.
5. Para staf lemigas yang telah membantu dalam pelaksanaan Kerja Praktik.
6. Teman-teman yang telah membantu selama proses pembelajaran dan
penyusunan laporan Kerja Praktik ini.
Penulis menyadari bahwa laporan Kerja Praktik ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari semua pihak agar lebih baik lagi selanjutnya.
Jakarta, Maret 2015
Penulis
4
BAB I
PENDAHULUAN
Perkembangan teknologi yang pesat di abad ke-21 ini makin menuntut
sikap profesional yang harus dimiliki oleh setiap lulusan perguruan tinggi.
Artinya, dalam situasi bagaimanapun dalam dunia industri yang nyata, seorang
lulusan perguruan tinggi dituntut untuk dapat menemukan alternatif solusi atas
masalah yang ditemui. Selain itu seorang lulusan perguruan tinggi juga harus
memahami memiliki pemahaman bagaimana pola hidup seorang pekerja
profesional, karena terdapat perbedaan yang sangat mendasar antara pola hidup
seseorang dengan seorang profesional.
Tuntutan profesional di atas tidak cukup diperoleh hanya dengan
mengandalkan apa yang didapat dari mata kuliah teori saja. Karena itu, sejak awal
seorang calon sarjana, khususnya di bidang geofisika, harus melatih semua aspek
yang dibutuhkan untuk terjun ke dunia yang akan digelutinya nanti.
Sesuai dengan tuntutan tersebut maka Program Studi Geofisika Unpad
mensyaratkan Kerja Praktek sebagai mata kuliah wajib yang harus diikuti oleh
mahasiswa Geofisika Unpad untuk meraih gelar kesarjanaannya. Melalui Kerja
Praktek ini diharapkan mahasiswa Geofisika Unpad lebih mengenal dunia
kerjanya sekaligus belajar menerapkan ilmu yang didapat melalui bangku kuliah.
PPPTMGB LEMIGAS sebagai salah satu lembaga pemerintahan yang bergerak
dalam eksplorasi dan eksploitasi minyak yang ada di Indonesia, merupakan
tempat yang sangat mendukung pelaksanaan Kerja Praktek dalam aplikasi ilmu
pengetahuan geofisika guna prospek kerja yang akan datang.
1.1. LATAR BELAKANG
Metoda seismik merupakan salah satu metoda eksplorasi yang didasarkan
pada pengukuran respon gelombang elastik yang dikirimkan ke dalam tanah dan
5
kemudian direfleksikan sepanjang perbedaan lapisan tanah atau batas-batas
batuan. Dalam setiap kegiatan seismik pasti dilakukan survei seismik untuk
pengambilan data bawah permukaan. Dari hasil data yang didapatkan tersebut
kemudian diproses dan dapat diinterpretasikan kondisi struktur bawah permukaan.
Dalam pengolahan data seismik terdapat beberapa tahapan yang biasa
dilakukan, seperti:
1. Edit Geometri
2. Koreksi Statik
3. Automatic Gain Control (AGC)
4. Dekonvolusi (Pre-Stack)
5. Analisis Kecepatan (Velocity Analysis) dan Koreksi NMO
6. Pembobotan tras (Trace Weighting)
7. Stack
8. Post-Stack Deconvolution
9. Migrasi F-K (F-K Migration)
10. Data Output
Tahapan-tahapan tersebut dilakukan untuk mendapatkan data seismik yang
bagus.
1.2. MAKSUD DAN TUJUAN
1.2.1. Maksud
Maksud dari kerja praktek ini adalah agar mahasiswa mampu memahami
cara pengolahan data seismik. Mahasiswa dapat mengaplikasikan ilmu yang
didapat selama kegiatan perkuliahan baik secara teoritis maupun aplikatif,
sehingga mahasiswa dapat mengerti kondisi pengolahan data seismik di dunia
kerja dan berguna di masa mendatang.
1.2.2. Tujuan
Bagi Mahasiswa
6
1. Membuka wawasan tentang dunia kerja di bidang eksplorasi minyak
dan gas bumi.
2. Mendapat pengalaman bekerja di perusahaan besar dan berprospek
bagus.
3. Menambah wawasan tentang teknologi seismik yang digunakan di
perusahaan, sehingga mempermudah ketika masuk ke dunia kerja.
4. Memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk memperoleh
pengalaman dalam bekerja, kemampuan berkomunikasi, dan
bersosialisasi di dalam dunia industri.
5. Memberikan kelengkapan dan pendalaman materi kuliah melalui
pengamatan langsung pada saat bekerja sekaligus
mengimplementasikan ilmu-ilmu yang telah diperoleh di bangku
kuliah.
6. Melengkapi salah satu syarat yang berlaku di universitas.
Bagi Almamater
1. Terciptanya suatu hubungan kerjasama antara Universitas Padjadjaran
dengan PPPTMGB “LEMIGAS”.
2. Sebagai parameter bagi perguruan tinggi mengenai sejauh mana
penguasaan ilmu yang diperoleh mahasiswa dibangku kuliah.
Bagi Lembaga Kerja Praktek
1. Terciptanya suatu kerjasama yang baik dengan dunia pendidikan.
2. Dapat memperoleh sumber daya manusia yang berkualitas dan
berpotensi.
7
BAB II
TINJAUAN INSTITUSI
2.1 Sejarah PPPTMGB “LEMIGAS”
PPPTMGB “LEMIGAS” awalnya disebut sebagai Lembaga Minyak dan
Gas Bumi. Hampir semua pengetahuan, data, dan tenaga ahli di bidang
perminyakan dikuasai atau menjadi monopoli perusahaan-perusahaan asing,
sedangkan lapangan maupun cadangan migas merupakan milik Negara. Hal inilah
yang menjadi latar belakang berdirinya Lembaga Minyak dan Gas Bumi.
Lembaga Minyak dan Gas Bumi berdiri berdasarkan Surat Keputusan (SK)
Menteri Nomor 17/M/Migas/65 tanggal 11 Juni 1965 dan SK Menteri Migas
Nomor 208a/M/Migas/65 tanggal 11 Juni 1965 dengan memiliki 3 tugas pokok
yaitu riset, pendidikan, dan pelatihan, serta dokumentasi dan publikasi di bidang
perminyakan.
Pemerintah menyadari kebutuhan migas akan berkembang dengan pesat.
Hal ini harus disertai dengan majunya kemampuan teknis ilmiah dan teknologi,
agar migas benar-benar dapat dimanfaatkan bagi kepentingan masyarakat, bangsa,
dan Negara. Seiring dengan berkembangnya industri migas di dunia, para pendiri
Lembaga Minyak dan Gas Bumi telah mempelajari banyak hal dari pihak-pihak
luar. Salah satu diantaranya yaitu kebutuhan suatu lembaga yang melakukan
kegiatan litbang di bidang migas untuk disesuaikan dan diterapkan.
Sejak tahun 1977, Lembaga Minyak dan Gas Bumi berubah nama menjadi
Pusat Penelitian Teknologi Minyak dan Gas Bumi (PPTMGB “LEMIGAS)
berdasarkan SK Menteri Pertambangan Nomor 646 Tahun 1977, tanggal 26
Desember 1977. Kemudian PPTMGB “LEMIGAS” berubah nama menjadi
PPPTMGB “LEMIGAS” berdasarkan SK Menteri Pertambangan dan Energi
Nomor 1092 Tahun 1984, tanggal 5 November 1984. PPPTMGB “LEMIGAS”
menjamin bahwa dalam menghasilkan jasa litbang selalu berupaya memenuhi
persyaratan standar dan kepuasan pelanggan. Selain itu PPPTMGB “LEMIGAS”
melaksanakan perbaikan berkelanjutan terhadap keefektifan Sistem Manajemen
8
Mutu (SMM), serta memastikan bahwa seluruh personil berperan aktif dan
bertanggung jawab terhadap pencapaian sasaran mutu sesuai fungsinya.
PPPTMGB “LEMIGAS” sebagai lembaga litbang pemerintah berperan
besar dalam perkembangan industri migas melalui penelitian, perekayasaan, dan
pengembangan bidang Migas. PPPTMGB “LEMIGAS” beroperasi dalam bidang
hulu dan hilir migas. Lembaga ini didirikan sebagai wujud dari kepedulian dan
keinginan bangsa Indonesia agar sumber daya alam migas dapat dikelola dengan
sebaik-baiknya untuk kesejahteraan rakyat. PPPTMGB “LEMIGAS”
melaksanakn penelitian-penelitian terapan dalam mengembangkan teknologi
dibidang migas. Kegiatan penelitian ini merupakan wujud tangggung jawab
PPPTMGB “LEMIGAS” dalam memberikan sumbangan pemikiran dan
pengetahuan kepada pemerintah, menentukan suatu kebijakan, dan memecahkan
masalah industri migas. Kemampuan PPPTMGB “LEMIGAS” dalam
melaksanakan tugas-tugas penelitian dan pengembangan dari hulu ke hilir
merupakan nilai tambah. Keunikan dan kekuatan PPPTMGB “LEMIGAS”
memiliki potensi besar untuk dimanfaatkan oleh semua pihak yang
berkepentingan dalam bidang migas.
Kuatnya komitmen dalam menjalankan misi ditunjukkan dengan program
yang sedang dijalankan, yang sangat menentukan keberhasilan negara dalam
pengelolaan energi. Program yang dimaksud yaitu penelitian dan pengembangan
Coal Bed Methane (CBM) dalam rangka mendapatkan energi baru bagi
kepentingan umum, pengembangan rencana biodiesel dalam rangka memproduksi
biodiesel sebagai energi alternatif untuk masa depan, membangun uji percontohan
pencampur oli kendaraan atau Lube Oil Blending Plant (LOBP), dan dalam
bidang gas bumi. PPPTMGB “LEMIGAS” juga memiliki sistem demonstrasi gas.
Sistem ini dapat mensimulasi sistem transportasi gas dari sumbernya sampai ke
pengguna langsung.
Menteri pertambangan dan energi menetapkan Surat Keputusan Nomor
1748 tahun 1992 tanggal 31 Desember 1992 untuk menyikapi perkembangan
industri migas nasional, dimana PPPTMGB “LEMIGAS” mempunyai tugas
pokok melakukan Penelitian dan Pengembangan, Dokumentasi Ilmiah, Pelayanan
9
Jasa Teknologi di bidang Minyak dan Gas Bumi dengan lingkup Teknologi
Eksplorasi, Teknologi Eksploitasi, Teknologi Proses, Teknologi Aplikasi, serta
Sistem dan Informasi.
PPPTMGB “LEMIGAS” memiliki dasar hukum berdasarkan:
1. Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 150 Tahun 2001
tanggal 2 Maret 2001 dan Nomor 1915 Tahun 2001 tanggal 23 Juli 2001
tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Energi dan Sumber Daya
Mineral.
2. Surat Keputusan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Energi dan
Sumber Daya Mineral Nomor 361.K/12.00/BLB 2002 tanggal 3 April 2002
tentang Tugas Pokok dan Fungsi Koordinator Kelompok Pusat Penelitian dan
Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi, dimana dipimpin oleh
seorang Kepala Pusat yang bertanggung jawab kepada Badan Penelitian dan
Pengembangan Energi dan Sumber Daya Mineral yang terdiri dari:
a. Bagian Tata Usaha
b. Bidang Program dan Afiliasi
c. Bidang Sarana Laboratorium dan Mutu
d. Kelompok Pusat Pengembangan dan Penelitian Teknologi Eksplorasi
e. Kelompok Pusat Pengembangan dan Penelitian Teknologi Eksploitasi
f. Kelompok Pusat Pengembangan dan Penelitian Teknologi Proses
g. Kelompok Pusat Pengembangan dan Penelitian Teknologi Aplikasi
Produk
h. Kelompok Pusat Pengembangan dan Penelitian Teknologi Gas
Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas
Bumi Menetapkan Surat Keputusan Nomor 21.K/12/BLM/2003 tentang Struktur
Organisasi, Tugas Pokok dan Fungsi Manajemen Mutu PPPTMGB “LEMIGAS”
berdasarkan SNI 19-9001-2001 untuk menunjang penerapan sistem manajemen
mutu. Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas
Bumi menetapkan Surat Keputusan tersendiri dengan SNI 19-17025-2000 untuk
memenuhi persyaratan kompetensi teknis laboratorium pengujian dan kalibrasi.
10
Dari jenis penelitian di LEMIGAS dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:
1. Penelitian yang dilakukan oleh LEMIGAS merupakan kegiatan
perumusan masalah yang diprakarsai oleh LEMIGAS sendiri. Tujuannya
adalah untuk menumbuhkan kemampuan pengembangan sistem dan
metoda baru serta untuk meningkatkan keahlian peneliti.
2. Penelitian berdasarkan kerjasama dengan pihak lain dan perumusannya
dilakukan bersama-sama.
3. Konsultasi dan pelayanan teknologi, yaitu pelayanan jasa bagi yang
membutuhkan.
2.2 Visi dan Misi
2.2.1 Visi
Visi dari PPPTMGB ”LEMIGAS” adalah sebagai berikut:
1. Lembaga Litbang migas yang unggul, professional dan bertaraf
internasional agar menjadi pusat keunggulan yang mandiri.
2. Sumber daya manusia berkualitas tinggi.
3. Spektrum kemampuan institusi yang luas, produk penelitian, dan
pengembangan yang bermanfaat bagi pemerintahan, stakeholder, industri
dan masyarakat.
2.2.2 Misi
Misi dari PPPTMGB “LEMIGAS” antara lain sebagai berikut:
1. Meningkatkan peran PPPTMGB “LEMIGAS” dalam penyusunan
kebijakan pemerintah guna meningkatkan iklim yang kondusif bagi
pengembangan industri migas,
2. Meningkatkan kualitas jasa litbang yang memberikan nilai tambah bagi
pelanggan,
3. Menciptakan produk unggulan dan mengembangkan produk andalan,
4. Meningkatkan iklim kerja yang kondusif melalui sinergi, koordinasi,
11
serta penerapan sistem manajemen secara konsisten.
2.3 Sasaran dan Strategi PPPTMGB “LEMIGAS”
2.3.1 Sasaran
Melakukan visi dan misi PPPTMGB “LEMIGAS”.
2.3.2 Strategi
1. Pengembangan dan Pembinaan Sumber Daya Manusia.
2. Reorientasi kebijakan program Litbang.
3. Peningkatan sarana fisik penunjang kegiatan Litbang.
4. Peningkatan koordinasi program Litbang.
5. Pengembangan dan implementasi prinsip kemitraan dengan semua
masyarakat.
6. Optimis pendanaan.
7. Peningkatan partisipasi dalam forum ilmiah nasional, regional, dan
internasional.
8. Penetapan dan permasyarakatan kebijakan mengenai hak cipta
intelektual dan lisensi teknologi.
2.4 Kerjasama PPPTMGB “LEMIGAS”
PPPTMGB “LEMIGAS” menjalin kerjasama dengan lembaga-lembaga
lainnya baik domestik maupun mancanegara. Kerjasama yang dijalin tersebut
terutama di bidang pengembangan, menumbuhkan tenaga yang berpengalaman,
fasilitas laboratoriuma, hasil-hasil penelitian, dan perluasan informasi. Kerjasama
PPPTMGB “LEMIGAS” bekerjasama dengan Japan International Cooperation
Agency (JICA), International Gas Technologi (IGT), British Geological Survey
(BGS), Asean Council on Petroleum (ASCOPE), dan universitas serta industri-
industri penelitian di Indonesia.
12
2.5 Fungsi PPPTMGB “LEMIGAS”
Fungsi dari PPPTMGB “LEMIGAS” berdasarkan Peraturan Menteri
Nomor 030 Tahun 2005 adalah sebagai berikut :
1. Perumusan pedoman dan prosedur kerja.
2. Perumusan rencana dan program penelitian, dan pengembangan
teknologi berbasis kinerja
3. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan teknologi kegiatan hulu
dan hilir minyak dan gas bumi serta pengelolaan sarana dan prasarana
penelitian dan pengembangan teknologi.
4. Pengelolaan kerja sama kemitraan, penerapan hasil penelitian dan
pelayanan jasa teknologi serta kerjasama penggunaan sarana dan
prasarana penelitian dan pengembangan teknologi.
5. Pengelolaan sistem informasi dan layanan informasi, serta sosialisasi dan
dokumentasi hasil penelitian dan pengembangan teknologi.
6. Penanganan masalah hukum dan hak atas kekayaan intelektual, serta
pengembangan sistem mutu kelembagaan, penelitian, dan pengembangan
teknologi.
7. Pembinaan kelompok jabatan fungsional pusat.
8. Pengelolaan ketatausahaan, rumah tangga, administrasi keuangan, dan
kepegawaian pusat.
9. Evaluasi penyelenggaraan Penelitian dan Pengembangan Teknologi di
bidang Minyak dan Gas Bumi.
2.6 Tugas PPPTMGB “LEMIGAS”
Tugas dari PPPTMGB “LEMIGAS” antara lain sebagai berikut:
1. Melaksanakan penelitian dan pengembangan.
2. Pelayanan jasa laboratorium dan petunjuk teknologi.
3. Pelayanan pengumpulan, pengolahan, evaluasi, interpretasi, dokumentasi
dan penyebaran informasi ilmiah serta penyusunan peristilahan teknis di
bidang teknologi eksplorasi, eksploitasi, proses, aplikasi produk, dan
urusan tata usaha dan rumah tangga pusat, penyusunan program dan afiliasi
13
serta pengelolaan sarana dan laboratorium mutu.
2.7 Jasa PPPTMGB “LEMIGAS”
Layanan jasa merupakan sarana pendukung untuk meningkatkan kualitas
sumber daya PPPTMGB “LEMIGAS”. Dengan interaksi yang kuat dengan
industri, sumber daya manusia PPPTMGB “LEMIGAS” memahami betul
permasalahan maupun arah perkembangan industri migas baik disisi hulu,hilir,
maupun komponen pendukung industri migas seperti semen, pipa, dan
bahan/peralatan yang diperlukan.
Hal yang mendorong PPPTMGB “LEMIGAS” perlu melakukan layanan
jasa adalah tingginya biaya perawatan peralatan laboratorium dan sarana
pendukung lainnya, serta perlunya PPPTMGB “LEMIGAS” melakukan investasi
teknologi dalam rangka mendukung litbang yang dilakukan.
Layanan jasa yang tersedia dapat dikategorikan dalam kelompok layanan
jasa studi, laboratorium, tenaga ahli, dan penyewaan alat.
a. Jasa Studi
PPPTMGB “LEMIGAS” memberikan jasa layanan konsultasi atau studi
untuk berbagai kepentingan kalangan industri migas mulai dari eksplorasi,
produksi, hingga studi lingkungan hilir seperti pengolahan pelumas, pengolahan
lingkungan, biodiesel, dan lain-lain.
b. Jasa Laboratorium
Untuk kemudahan pengelolaan jasa laboratorium PPPTMGB “LEMIGAS”
dikelompokkan menurut lingkup organisasi, yaitu:
1. Laboratorium Eksplorasi
2. Laboratorium Eksploitasi
3. Laboratorium Proses
4. Laboratorium Aplikasi Produk
5. Laboratorium Gas
6. Laboratorium Kalibrasi
PPPTMGB “LEMIGAS” menerima konsultasi dan pelayanan jasa
14
teknologi serta jasa laboratorium. Komite Akreditasi Nasional (KAN) telah
memberikan akreditasi kepada PPPTMGB “LEMIGAS” sebagai laboratorium
penguji ISO 17025 dan ISO 90001 pada bulan Juni 1998. Jalannya sampel dapat
diterangkan sebagai berikut:
1. Konsumen menyerahkan sampel ke bagian penerimaan sampel.
2. Sampel disalurkan ke laboratorium-laboratorium pengujian.
3. Hasil pemeriksaan di laporkan ke bagian reporting.
4. Dari bagian reporting disampaikan kepada konsumen.
Data yang diterima oleh konsumen telah di evaluasi dan di analisis dengan
menggunakan komputer. Hasil yang telah diolah dan rahasia kemudian di
publikasikan ke khalayak ramai.
c. Jasa Perbantuan
d. Jasa Penyewaan Alat atau Laboratorium
2.8 Kegiatan PPPTMGB “LEMIGAS”
Penelitian dan pengembangan yang dilakukan oleh “LEMIGAS” meliputi
bidang-bidang eksplorasi, eksploitasi, proses, teknologi gas dan aplikasi produk.
Tujuh program utama untuk penelitian dari PPPTMGB “LEMIGAS” sebagai
berikut:
1. Penelitian peningkatan cadangan: untuk meningkatkan penemuan
cadangan migas.
2. Penilitian peningkatan pengurusan: untuk meningkatkan produksi dan
pengurusan lapangan migas.
3. Penelitian nilai tambah migas: untuk meningkatkan nilai setiap barel
minyak dan setiap meter kubik gas yang dihasilkan.
4. Penelitian konservasi: untuk mengupayakan konservasi sumber daya
migas yang tidak dapat diperbaharui.
5. Penelitian energi pengganti: untuk mendapatkan energi pengganti yang
dapat mengurangi beban migas, sehingga sumber daya migas dapat
15
disalurkan kearah yang paling optimal bagi pambangunan
6. Penelitian lingkungan: untuk menunjang pengelolaan dampak industri
migas, baik dampak fisik maupun dampak sosial, sehingga dapat
memelihara kelestarian lingkungan.
7. Penelitian teknologi material: untuk menggalakkan pembangunan
material, bahan dan alat produksi dalam negeri di industri migas,
sehingga dapat menunjang pembangunan dan ketahanan nasional.
2.9 Perpustakaan PPPTMGB “LEMIGAS”
Perpustakaan PPPTMGB “LEMIGAS” meliputi:
1. Perpustakaan lingkungan,
2. Buku-buku koleksi,
3. Jurnal Ilmiah,
4. Laporan Ilmiah, dan
5. Database perpustakaan.
2.10 Publikasi PPPTMGB “LEMIGAS”
Publikasi PPPTMGB “LEMIGAS” antara lain sebagai berikut:
1. PPPTMGB “LEMIGAS” Scientific Contribution, yang berisi panduan
mengenai hasil-hasil penelitian dalam bahasa Inggris.
2. Lembaran publikasi PPPTMGB “LEMIGAS”, berupa jurnal dalam
bahasa Indonesia yang berisi penelitian dan informasi PPPTMGB
“LEMIGAS” dalam hal minyak, gas, dan pengembangan panas bumi.
3. Berita PPPTMGB “LEMIGAS”, berupa surat kabar dalam bahasa
Indonesia yang berisi aktifitas karyawan PPPTMGB “LEMIGAS”
sebagai media komunikasi antara pimpinan dengan karyawan.
4. Buletin Informasi, berupa majalah dalam bahasa Indonesia yang berisi
informasi terbaru minyak dan gas yang bersumber dari artikel, majalah,
jurnal minyak dan gas, buku ilmu pengetahuan, laporan dan penelitian
PPPTMGB “LEMIGAS”.
16
2.11 Struktur Organisasi PPPTMGB “LEMIGAS”
Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 0030 Tahun
2005 mengenai Organisasi dan Tata Kerja Departemen Energi dan Sumber Daya
Mineral serta Surat Keputusan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan
ESDM Nomor 507.K/73/BLB 2006 tentang Tugas dan Fungsi Koordinator
Kelompok PPPTMGB “LEMIGAS” dimana Kepala Pusat bertanggung jawab
kepada Badan Penelitian dan Pengembangan ESDM yang terdiri atas:
1. Kepala Pusat
2. Bagian Tata Usaha
3. Bagian Program
4. Bagian Afiliasi
5. Bagian Sarana Litbang
6. Kelompok Pusat Pengembangan dan Penelitian (KP3)
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, masing-masing Kepala Bidang
ataupun kelompok didasarkan pada SNI 19-90001-2001; ISO/ICE 17025:2005;
OHSAS 18001:1999; dan ISO 14001:2004. Hal ini juga dijelaskan pada dokumen
sistem manajemen mutu dan LK3. PPPTMGB “LEMIGAS” memiliki struktur
organisasi diantaranya:
1. Bagian Tata Usaha
Bagian ini mempunyai tugas melaksanakan urusan kepegawaian,
keuangan, rumah tangga, dan ketatausahaan pusat.
2. Bidang Sarana Penelitian dan Pengembangan
Dalam bidang ini mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan sarana dan
prasarana penelitian dan pengembangan teknologi pusat.
3. Bidang Program dan Afiliasi
Bidang ini mempunyai tugas melaksanakan penyusunan program,
kerjasama penelitian dan pengembangan, pengelolaan dokumentasi dan
publikasi di bidang teknologi minyak dan gas bumi.
4. Bidang Sarana Laboratorium dan Mutu
Bidang Sarana Laboratorium dan Mutu mempunyai tugas melaksanakan
17
pengembangan dan pemeliharaan sarana laboratorium serta perumusan dan
evaluasi pelaksanaan sistem mutu.
5. Kelompok Pelaksana Penelitian dan Pengembangan (KP3) Eksplorasi
Kelompok Pelaksana Penelitian dan Pengembangan Eksplorasi PPPTMGB
“LEMIGAS” mempunyai beberapa laboratorium uji yang mampu
melakukan jasa pengujian dan analisis bermutu tinggi terhadap
percontohan batuan. KP3 Eksplorasi terdiri dari 2 kelompok, yaitu:
a. Kelompok Teknologi, meliputi, Laboratorium Statigrafi,
Laboratorium Petrografi dan Sedimentologi, dan Laboratorium
Kartografi dan Topografi.
b. Kelompok Teknologi Geologi, meliputi, Laboratorium Seismik,
Laboratorium Potensial, Laboratorium Panas Bumi, dan
Laboratorium Pengolahan Data dan Instrumen.
6. Kelompok Pelaksana Penelitian dan Pengembangan (KP3) Eksploitasi
Kelompok Pelaksana Penelitian dan Pengembangan Eksploitasi
PPPTMGB “LEMIGAS” mempunyai beberapa laboratorium untuk
melakukan penguujian percontohan pemboran hingga untuk kepentingan
penelitian EOR. Setiap kelompok di KP3 Eksploitasi memiliki
laboratorium masing-masing, yaitu:
a. Kelompok Evaluasi Formasi, meliputi, Laboratorium Routine Core,
Laboratorium Integrated Special Core, Laboratorium Kerusakan
Formasi, dan Laboratorium Mekanika Batuan.
b. Kelompok Produksi, meliputi, Laboratorium Uji Peralatan Produksi
dan Laboratorium Teknologi Produksi.
c. Kelompok Reservoir, meliputi, Laboratorium PVT, Laboratorium
Komposisi Fluida, dan Laboratorium Pemodelan Reservoir.
d. Kelompok Peningkatan Pengurasan, meliputi, Laboratorium Gas
Flooding, dan Laboratorium Thermal and Chemical Flooding.
e. Kelompok Pemboran, meliputi, Laboratorium Material Pemboran,
dan Laboratorium Teknologi Pemboran.
7. Kelompok Pelaksana Penelitian dan Pengembangan (KP3) Proses
18
Kelompok pelaksana Penelitian dan Pengembangan Proses mempunyai
tugas melaksanakan penelitian dan pengembangan, dokumentasi dan
informasi ilmiah, memberikan pelayanan jasa litbang di bidang teknologi
proses minyak dan gas bumi. Setiap kelompok KP3 proses memiliki
laboratorium masing-masing yaitu:
a. Kelompok Proses Preparasi, meliputi, Laboratorium Uji Sifat Alir,
Laboratorium Oksidasi dan Penguapan, dan Laboratorium
Pemisahan.
b. Kelompok Proses Konversi dan Katalisa, meliputi, Laboratorium
Preparasi Katalis, Laboratorium Uji Aktivitas dan Pengembangan
Proses, dan Subunit Produksi Biodiesel.
c. Kelompok Analitik dan Kimia Terapan, meliputi, Laboratorium
Kimia Umum dan Limbah, Laboratorium Spektroskopi Atomik,
Laboratorium Spektroskopi Molekuler, dan Laboratorium
Kromatografi.
d. Kelompok Bioteknologi, meliputi, Laboratorium Mikrobiologi dan
Laboratorium Bioproses.
e. Kelompok Lingkungan, meliputi, Laboratorium Lingkungan.
f. Kelompok Engineering dan Pemodelan.
8. Kelompok Pelaksana Penelitian dan Pengembangan (KP3) Aplikasi
Produk
Kelompok Pelaksana Penelitian dan Pengembangan Aplikasi Produk
mempunyai beberapa laboratorium uji yang mampu melakukan pengujian
dan analisis terhadap produk-produk hasil olahannya serta fasilitas/ bahan
baku pembantu industri minyak dan gas bumi. Laboratorium di KP3
Aplikasi Produk dirancang untuk menguji material produk migas seperti
pelumas, mesin, maupun bahan bakar minyak dan gas. Setiap kelompok di
Kelompok Pelaksana Penelitian dan Pengembangan Aplikasi Produk
memiliki laboratorium masing-masing, yaitu :
Kelompok Pelumas, meliputi :
a. Laboratorium Fisika Kimia Pelumas Industri
19
b. Laboratorium Fisika Kimia Pelumas Otomotif
c. Laboratorium Semi Pelumas
Kelompok BBM, meliputi :
a. Laboratorium Fisika Kimia
b. Laboratorium Semi Unjuk Kerja
c. Laboratorium Unjuk Kerja
9. Kelompok Pelaksana Penelitian dan Pengembangan Gas
Kelompok Pelaksana Penelitian dan Pengembangan Gas memiliki
laboratorium penguji Korosi, Uji Tabung, Kromatografi Gas, Sifat Fisika
dan Kimia Gas, Separasi Gas dan Kondensat, Transmisi dan Distribusi
Gas, serta Laboratorium Uji Pipa. Laboratorium tersebut tersebar di
beberapa kelompok yaitu Kelompok Teknologi Pemanfaatan Gas,
Pengembangan Teknologi Analisa Gas, dan Transportasi Gas.
10. Laboratorium Kalibrasi
Laboratorium Kalibrasi PPPTMGB “LEMIGAS” mampu melakukan
kalibrasi peralatan pengukuran suhu, tekanan, massa, dan volume. Tugas
laboratorium kalibrasi adalah melayani jasa kalibrasi internal dan
eksternal. Jasa kalibrasi internal yaitu melayani kalibrasi peralatan
laboratorium uji di dalam lingkungan PPPTMGB “LEMIGAS”, sedangkan
jasa kalibrasi eksternal melayani peralatan ukur laboratorium uji di luar
lingkungan PPPTMGB “LEMIGAS”. Sebagai lembaga penelitian yang
mengelola banyak peralatan laboratorium, PPPTMGB “LEMIGAS” perlu
melakukan kalibrasi rutin atas peralatan yang digunakan. Hal ini perlu
melakukan kalibrasi rutin atas peralatan yang digunakan. Hal ini perlu
dilakukan mengingat ketatnya persyaratan pengujian percontoh di
lingkungan industri migas.
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
20
2.1. Gelombang Seismik
Gelombang seismik merupakan gelombang elastik yang merambat ke
segala arah melalui material yang ada di permukaan dan di bawah permukaan
bumi. Berdasarkan cara perambatannya, gelombang seismik yang merambat di
dalam bumi dapat dibedakan menjadi 2, yaitu:
1. Gelombang P
Gelombang P disebut juga gelombang kompresi atau gelombang
longitudinal dan mempunyai gerak partikel yang sejajar dengan arah perambatan
gelombang. Kecepatan gelombang P dinyatakan dengan rumus sebagai berikut
dengan:
VP: kecepatan gelombang P k: modulus bulk
:densitas : modulus rigiditas
2. Gelombang S
Gelombang S atau gelombang transversal mempunyai gerak partikel tegak
lurus dengan arah perambatan gelombang dan mempunyai kecepatan lebih lambat
dari gelombang P.
Gelombang P dapat merambat melalui medium padat, cair, maupun gas,
sedangkan gelombang S hanya dapat melalui medium padat. Hal itu karena
kecepatan gelombang S akan menjadi nol pada saat melewati medium cair
maupun gas, karena modulus rigiditas () untuk medium cair dan gas adalah nol.
Kecepatan gelombang S ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
21
dengan VS: kecepatan gelombang S
:modulus rigiditas
:densitas
Kecepatan gelombang P (Vp) dan kecepatan gelombang S (VS)
dihubungkandengan persamaan yang dikenal sebagai rasio Poisson sebagai
berikut :
dengan : rasio poison.
Gelombang seismik diklasifikasikan menjadi dua gelombang berdasarkan
tempat penjalarannya, yakni :
1. Gelombang badan (body wave) yakni gelombang menjalar masuk menembus
medium. Gelombang badan terdiri dari gelombang longitudional
(compressional wave) dan gelombang transversal (shear wave).
2. Gelombang permukaan (surface wave) yakni gelombang terpadu penjalaannya
pada bidang batas antara dua medium. Gelombang permukaan terdiri dari
gelombang Rayleigh dan gelombang Love
22
Gambar 1. Tipe gelombang (Sumber: http://www.eas.purdue.edu)
2.2. Metoda Seismik
Metode seismik adalah metode geofisika yang memanfaatkan sifat-sifat
penjalaran gelombang seismik pada medium bumi untuk mempelajari struktur
bawah permukaan bumi. Objek perhatian utama pada metode ini ialah body wave
(gelombang tubuh) yaitu gelombang yang energinya ditransfer melalui medium di
dalam bumi dan surface wave yang transfer energinya pada permukaan bebas,
tidak terjadi penetrasi ke dalam medium bumi dan hanya merambat di permukaan
bumi saja. Metode seismik sangat bagus karena akurasi dan resolusi hasil yang
didapatkan tinggi.
Metode seismik terdiri dari dua jenis yaitu metode seismik refleksi dan
metode seismik refraksi. Metode seismik refleksi biasa digunakan untuk
mengetahui lapisan bawah permukaan pada kedalaman yang cukup dalam
sedangkan metode seismik refraksi biasa digunakan untuk mengetahui kedalaman
yang relatif dangkal. (Burger, 1992)
Metode seismik refleksi merupakan metode eksplorasi geofisika yang
menggunakan prinsip-prinsip seismologi untuk mengetahui/menduga sifat-sifat
bawah permukaan bumi dari pantulan gelombang seismik. Metoda ini
menggunakan sumber energi seismik yang terkendali seperti dinamit, vibrator,
airgun. Penerapan metoda ini kebanyakan di bidang eksplorasi minyak dan gas
untuk mendeteksi lokasi akumulasi minyak dan gas di bawah permukaan.
Metode seismik refleksi maupun metode seismik refraksi memiliki banyak
kesamaan dalam sebagian besar aspek. Beberapa hal yang membedakan keduanya
terutama adalah jauhnya jarak antara sumber gelombang dari penerima
(geophone).
Seismik refleksi menggunakan Prinsip Huygens, Hukum Snellius, dan
Asas Fermat dalam penerapan perambatan gelombangnya. Prinsip Huygens
23
menyatakan : Setiap titik pada muka gelombang dapat dianggap sebagai sumber
gelombang-gelombang kecil yang menyebar maju dengan laju yang sama dengan
laju gelombang itu sendiri. Dengan kata lain, setiap titik yang dilalui muka
gelombang seismik akan menjadi sumber gelombang seismik baru.
Gambar 2. Perambatan gelombang berdasarkan Prinsip Huygens (Sumber : Answer.com)
Sementara Hukum Snellius menyatakan bahwa bila suatu gelombang jatuh
pada bidang batas dua medium yang mempunyai perbedaan densitas, maka
gelombang dapat dipantulkan atau dibiaskan.
Gambar 3. Perambatan gelombang dari medium 1 ke medium 2 berdasarkan Hukum Snellius(Sumber : inibumi.blogspot.com)
Gelombang akan dibiaskan atau dipantulkan berdasarkan persamaan :
............................. (3.1)dimana:
θ1 = sudut datang gelombang P Vp1 = Kecepatan gelombang P di medium 1
24
θ2 = sudut bias gelombang P Vp2 = Kecepatan gelombang P di medium 2
ϕ1 = sudut pantul gelombang S Vs1 = Kecepatan gelombang S di medium 1
ϕ2 = sudut bias gelombang S Vs2 = Kecepatan gelombang S di medium 2
ρ1 = densitas medium 1 ρ2 = densitas medium 2
P = parameter gelombang
Asas Fermat menyatakan jika sebuah gelombang merambat dari suatu
sumber ke titik-titik lain, maka gelombang akan memilih jejak yang tercepat
dalam perambatannya. Jejak tercepat yaitu jejak yang secara waktu tercepat,
bukan yang jaraknya terpendek.
Jika gelombang melewati suatu medium yang memiliki variasi kecepatan
gelombang seismik, maka gelombang akan cenderung melalui daerah dengan
kecepatan tinggi dan menghindari daerah dengan kecepatan rendah meskipun
daerah tersebut memiliki jarak yang pendek.
Gambar 4. Perambatan gelombang berdasarkan Asas Fermat(Sumber : ensiklopediseismik.blogspot.com)
25
Gambar 5. Metode Seismik Refleksi
2.3. Akuisisi Data Seismik
Penyelidikan tanah atau batuan dibawah permukaan dibagi menjadi
penyelidikan di darat (land survey) dan penyelidikan di laut (marine survey).
Survey di darat menggunakan dinamit sebagai sumber energy. Dinamit tersebut
ditanam di dalam tanah dan diledakan. Ledakan yang dihasilkan menimbulkan
gelombang dibawah permukaan bawah tanah, kemudian gelombang tersebut akan
memantul dan gelombang pantulannya diterima oleh receiver.
Akuisisi data merupakan pekerjaan pertama dari suatu eksplorasi. Akuisisi
data seismik adalah proses pengambilan data hasil rekaman seismik dilapangan.
Tujuan utama akuisisi data seismik adalah memperoleh data pengukuran travel
time yang diperoleh dari sumber energi ke penerima. Persiapan pertama sebelum
melakukan akuisisi adalah menentukan informasi dari target yang akan di tuju,
seperti :
Berapa kedalaman target
Apa ciri jebakan yang menjadi sasaran target
Apa problem noise khusus yang sering dihadapi
Di mana eksplorasi dilakukan
Bagaimana kualitas refleksi yang diharapkan.
26
Bagaimana resolusi data yang diinginkan.
Seberapa besar kemiringan target tercuram.
Bagaimana problem logistik team.
Apa ada spesial proses yang mungkin diperlukan.
Informasi di atas sangat bermanfaat dalam menentukan parameter
lapangan. Parameter lapangan sangat penting dalam menentukan kualitas data
yang didapat serta dapat mendukung proses pengolahan data yang optimal.
Beberapa parameter lapangan adalah sebagai berikut :
Group Interval : Jarak antara tiap grup receiver
Shot Point Interval : Jarak antara satu SP dengan SP yang lainnya
Posisi Shot Point : Koordinat posisi shot point
Far Offset : Jarak antara sumber seismik dengan receiver terjauh
Near Offset : Jarak antara sumber seismik dengan receiver terdekat
Jumlah Shot Point : Banyaknya SP yang digunakan dalam satu lintasan
Jumlah Trace : Banyaknya receiver yang digunakan dalam satu SP
Record Length : Lamanya perekaman gelombang seismik
Fold Coverage : Jumlah atau seringnya suatu titik di subsurfece terekam
oleh receiver di permukaan
Jumlah tembakan : Jumlah tembakan persalvo
Panjang lintasan : ditentukan berdasarkan pertimbangan luas sebaran atau
panjang target di subsurface terhadap panjang lintasan
survey di surface.
.Charge Size : Besar ukuran sumber (ukuran energi yang dilepaskan oleh
sumber seismik)
Charge Depth : Kedalaman sumber
Sampling Rate : Laju pencuplikan akan menentukan batas frekuensi
maksimum yang masih dapat direkam dan direkonstruksi
dengan benar sebagai data
27
Geometri Penembakan: Konfigurasi titik tembak dan channel di lintasan survey
Gambar 6. Parameter Lapangan Akuisisi Seismik(Sumber : Ginanjar Chevron, 2015)
Geometri Penembakan (Spread Type)
Geometri penembakan adalah konfigurasi titik tembak dan channel di
lintasan survey. Konfigurasi ini dirancang untuk menyesuaikan dengan struktur
geologi bawah permukaan daerah target. Berdasarkan lintasan sinar gelombang,
geometri penembakan dapat dibagi menjadi 4 jenis, yaitu :
Common Source Point (CSP), yaitu sinyal direkam oleh setiap trace yang
datang dari satu titik tembakan yang sama.
Common Depth Point (CDP), yaitu sinyal pantulan dari satu titik reflector
direkam oleh sekelompok receiver yang berbeda.
Common Receiver Point (CRP), yaitu satu trace merekam sinyal-sinyal
dari setiap titik tembak yang ada.
Common Offset (CO), yaitu sinyal setiap titik reflector masing-masing
direkan oleh satu trace dengan offset yang sama.
28
Gambar 7. Geometri Penembakan(Sumber : http://ensiklopediseismik.blogspot.com/)
2.4. Pengolahan Data Seismik
Secara garis besar urutan pengolahan data seismik menurut SISMANTO
(2006):
1. Field Tape
Setelah sampel diatur berdasarkan kanal, maka masing-masing trace diberi
label pada pita magnetik tersebut yang letaknya di depan masing-masing trace.
Label ini berisi informasi, nomer lokasi/shoot, elevasi sumber dan geophone,
nomer record, nomer trace, nomer CDP, offset, dll.
2. Demultiplex
Data seismik yang tersimpan dalam format multiplex dalam pita magnetik
lapangan sebelum diperoses terlebih dahulu harus diubah susunannya. Data yang
tersusun berdasarkan urutan pencuplikan disusun kembali berdasarkan receiver
atau channel (demultiplex). Proses ini dikenal dengan demultiplexing.
29
3. Gain Recovery
Akibat adanya penyerapan energi pada lapisan batuan yang kurang elastis
dan efek divergensi sferis maka data amplitudo (energi gelombang) yang direkam
mengalami penurunan sesuai dengan jarak yang ditempuh. Untuk menghilangkan
efek ini maka perlu dilakukan pemulihan kembali energi yang hilang sedemikian
rupa sehingga pada setiap titik seolah-olah datang dengan jumlah energi yang
sama. Proses ini dikenal dengan istilah Automatic Gain Control (AGC) sehingga
nantinya menghasilkan kenampakan data seismik yang lebih mudah diinterpretasi.
Gain (penguatan) yang dikenakan pada trace seismik di lapangan
berbentuk suatu fungsi yang tidak smooth, karena harganya bisa naik atau turun
secara otomatis (instranteneous floating point),maka mengakibatkan distorsi.
Tetapi fungsi gain tersebut ikut terekam di dalam pita magnetik. Di pusat
pengolahan data, fungsi gain tadi ditiadakan dengan cara mengalikan harga-harga
trace seismik dengan kebalikan fungsi gain, kemudian dihitung harga rata-rata
amplitudo trace seismik tersebut menurut fungsi waktu. Dari sini bisa ditentukan
parameter-parameter fungsi gain yang baru sedemikian rupa sehingga fungsi gain
yang dipergunakan menjadi smooth.
4. Editing dan Muting
Editing adalah proses untuk menghilangkan semua rekaman yang buruk,
sedangkan mute adalah proses untuk menghilangkan sebagian rekaman yang
diperkirakan sebagai sinyal gangguan seperti ground roll, first break dan lainnya
yang dapat mengganggu data.
5. Koreksi Statik
Koreksi ini untuk menghilangkan pengaruh topografi (elevasi shot dan
receiver) sehingga shot point dan receiver seolah-olah ditempatkan pada datum
yang sama.
6. Dekonvolusi
30
Dekonvolusi dilakukan untuk menghilangkan atau mengurangi pengaruh
ground roll, multiple, reverberation, ghost serta memperbaiki bentuk wavelet
yang kompleks akibat pengaruh noise. Dekonvolusi merupakan proses invers
filter karena konvolusi merupakan suatu filter. Bumi merupakan low pass filter
yang baik sehingga sinyal impulsif diubah menjadi wavelet yang panjangnya
sampai 100 ms. Wavelet yang terlalu panjang mengakibatkan turunnya resolusi
seismik karena kemampuan untuk membedakan dua event refleksi yang
berdekatan menjadi berkurang.
7. Analisis Kecepatan
Tujuan dari analisis kecepatan adalah untuk menentukan kecepatan yang
sesuai untuk memperoleh stacking yang terbaik. Pada grup trace dari suatu titik
pantul, sinyal refleksi yang dihasilkan akan mengikuti bentuk pola hiperbola.
Prinsip dasar analisa kecepatan pada proses stacking adalah mencari persamaan
hiperbola yang tepat sehingga memberikan stack yang maksimum.
8. Koreksi NMO
Koreksi ini diterapkan untuk mengoreksi efek adanya jarak offset antara
shot point dan receiver pada suatu trace yang berasal dari satu CDP (Common
Depth Point). Koreksi ini menghilangkan pengaruh offset sehingga seolah-olah
gelombang pantul datang dalam arah vertikal (normal incident).
9. Stacking
Stacking adalah proses penjumlahan trace-trace dalam satu gatherdata
yang bertujuan untuk mempertinggi sinyal to noise ratio (S/N). Proses ini
biasanya dilakukan berdasarkan CDP yaitu trace-trace yang tergabung pada satu
CDP dan telah dikoreksi NMO kemudian dijumlahkan untuk mendapat satu trace
yang tajam dan bebas noise inkoheren.
10. Filtering
Filter digunakan untuk meredam noise dan menjaga sinyal. Ada dua jenis
31
filter :
1. Filter frekuensi (satu dimensi)
Hanya meredam frekuensi tertentu yang tidak diinginkan. Tipe filter ini
berupa low pass filter, high pass filter, band pass filter, dan notch filter. Filter di
dalam pengolahan data pada umumnya bersifat zero phase, sehingga tidak
menggeser phase data.
2. Filter F-K (dua dimensi)
Digunakan untuk meredam noise yang memiliki frekuensi sama dengan
frekuensi sinyal tetapi bilangan gelombangnya berbeda. Ada dua jenis filter F-K,
yaitu notch dan band pass filter.
11. Migrasi
Migrasi adalah suatu proses untuk memindahkan kedudukan reflektor pada
posisi dan waktu pantul yang sebenarnya berdasarkan lintasan gelombang. Hal ini
disebabkan karena penampang seismik hasil stack belumlah mencerminkan
kedudukan yang sebenarnya, karena rekaman normal incident belum tentu tegak
lurus terhadap bidang permukaan, terutama untuk bidang reflektor yang miring.
Selain itu, migrasi juga dapat menghilangkan pengaruh difraksi gelombang yang
muncul akibat adanya struktur-struktur tertentu (patahan, lipatan)
\
32
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Waktu dan Institusi Kerja Praktik
Kerja Praktik dilaksanakan mulai tanggal 13 Februari sampai dengan
tanggal 19 Maret 2015 di Gedung Eksplorasi 3, Kelompok Pencitraan Bawah
Permukaan KPPP Teknologi Eksplorasi PPPTMGB “LEMIGAS” Kementerian
Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia, Ciledug Raya Kav. 109
Cipulir, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.
3.2 Alat dan bahan
Pengolahan data seismik 2D darat menggunakan software PROMAX 5000
dan PROMAX 2003 berbasis OS Linux produk Landmark. Data Seismik yang
digunakan terletak di Lapangan “PEDRA”.
3.3 Tahapan Kerja Praktik
Pada bagian ini dijelaskan tahapan pengolahan data seismik darat dengan
menggunakan PROMAX 5000 dan PROMAX 2003 yang dilakukan selama kerja
praktik. Adapun tahapan dalam pengolahan data seismik 2D darat adalah sebagai
berikut.
33
Gambar 2. Flow Pengolahan Data Seismik
34
Read Data
Geometry Setup
Static Correction
Preprocessing
Velocity Analysis 1
Residual Static 1
Velocity Analysis 2
Residual Static 2
Dip Move Out
Post Stack Migration
Filtering
Picking Horizon
Brute Stack
TAR velocity function
DMO Stack
Editing
3.3.1 Read Data
Pada tahapan ini dilakukan input data seismik 2D darat, mulai dari
memasukan dan membaca raw data. Pembacaan tersebut bisa dilakukan dengan
menggunakan tape maupun disk sesuai dengan media penyimpanan file tersebut.
File berbentuk disk biasanya berformat SEG-Y dan SEG-D. Perbedaan kedua
format tersebut yaitu, jika SEG-D adalah tipe file data mentah dari lapangan yang
belum dilakukan proses demultiplex, sedangkan SEG-Y adalah tipe file yang
sudah melewati proses demultiplex. Tipe file yang digunakan pada kerja praktik
ini adalah tipe SEG-Y.
Gambar 1 Flow Input Data
3.3.2 Geometry Setup
Tahapan ini yaitu memasukan data dari observe report saat perekaman di
lapangan. Tahapan ini bertujuan untuk mencocokan data dari observe report
dengan data mentah agar geometri data yang diolah sesuai dengan geometri dari
hasil penembakan di lapangan. Informasi yang didapat dari geometry diantaranya
adalah interval channel, first live dan last live station, first live dan last live
channel, interval source dan receiver, group interval.
35
Gambar 2. Flow Geometry Setup
3.3.3 Editing
Pada tahapan ini bertujuan menghilangkan noise yang akan menggangu
pada tahapan berikutnya. Cara untuk menghilangkan noise adalah dengan
menjadikan satu trace bernilai nol pada trace yang buruk (killing), mengkalikan
beberapa trace yang buruk dengan nol (top muting dan bottom muting), dan
menghilangkan bagian tertentu dari trace (surgical muting). Pada proses ini juga
dilakukan proses penghilangan ground roll (gelombang permukaan).
Gambar 3. Flow Editing
36
3.3.4 Static Correction
Pada tahapan ini dilakukan pengkoreksian efek topografi dengan
membawa seolah-olah soure dan receiver berada pada bidang datum yang sama
serta koreksi akibat lapisan lapuk. Pada proses pengambilan data, kedudukan
soure dan receiver akan bervariasi ketinggiannya. Hal ini mengakibatkan
gelombang seismik yang merambat melewati lapisan lapuk akan bervariasi
ketebalannya dan akan mengakibatkan adanya perbedaan waktu tempuh terhadap
datum referensi.
Gambar 7. Flow Koreksi Statik
3.3.5 Preprocessing
Pada proses preprocessing dilakukan proses True Amplitude Recovery
(TAR), Surface Consistent Decon dan Surface Wave Noise Attenuation. Pada
proses TAR dilakukan proses mengembalikan amplitude gelombang seismik yang
berkurang karena pengaruh atenuasi pada saat penjalarannya di dalam bumi. Pada
proses Surface Consistent Decon dilakukan proses dekonvolusi dengan
menggunakan metode Spiking dan Predictive Deconvolution, proses dekonvolusi
ini bertujuan unutk mengembalikan bentuk wavelet data menjadi bentuk wavelet
reflektor sehingga dapat meningkatkan resolusi vertikal data seismik. Pada proses
Surface Wave Noise Attenuation dilakukan untuk meredam noise akibat pengaruh
37
gelombang permukaan.
Gambar 8 Flow Preprocessing
3.3.6 Velocity Analysis
Velocity analysis adalah proses analisa kecepatan untuk menentukan
kecepatan terbaik untuk proses Normal Move Out. Velocity analysis diperlukan
sebagai quality control untuk hasil proses akhir. Pada prinsipnya pemilihan
kecepatan dilakuakan dengan kriteria yakni kecepatan bertambah besar seiring
dengan bertambahnya kedalaman. Pada proses velocity analysis dilakuakan dua
kali velocity analysis yakni velocity analysis 1 dan velocity analysis 2. Perbedaan
terletak pada interval CDP increament.
38
Gambar 9 Flow Velocity Analysis
3.3.7 Residual Static
Koreksi Residual Statik Pada dasarnya adalah proses yang dilakukan
untuk memperbaiki hasil dari koreksi statik. Sebelum dilakukan residual statik
dilakukan picking horizon untuk menentukan kemenerusan reflektor. Pada proses
ini dilakukan dua kali residual static yakni residual static 1 dan residual static 2.
Gambar 11 Flow Residual Statik
4.3.8 Stacking
Proses stacking adalah menjumlahkan seluruh komponen dalam satu CDP
gather, seluruh trace dengan koordinat mid-point yang sama dijumlahkan menjadi
39
satu trace. Setelah semua trace dikoreksi statik dan dinamik, maka di dalam
format CDP gather setiap refleksi menjadi horizontal dan noise-noisenya tidak
horizontal, seperti ground roll dan multiple. (Andrianto, 2011)
Gambar 10 Flow Stacking
3.3.9 Dip Move Out
Proses ini dilakuakan dengan prinsip bahwa CDP staking hasil NMO pada
lapisan datar akan berbeda pada lapisan miring, hal tersebut diakibatkan oleh
kemiringan reflektor, maka diperlukan koreksi DMO.
3.3.9 Migrasi
Penjalaran gelombang seismik dipengaruhi oleh banyak faktor yang
mengakibatkan bentuk citranya jauh beda bila dibandingkan dengan bentuk asli
40
sari benda penyebabnya. Migrasi pada hakekatnya berusaha menghilangkan
perngaruh penjalaran sehingga seolah-olah berada pada titik reflektor.
3.3.10 Filtering
Filtering merupakan proses untuk mengambil data seismik yang
dikehendaki dan membuang data seimik yang tidak dikehendaki. Filter yang
digunakan adalah Bandpass filter. Pada flow proses terdapat Interctive Spectral
Analysis untuk melihat spectrum frekuensi data seismik.
41
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil
Hasil dari prosessing data seismik 2D darat daerah X Cekungan Sumatera
Selatan didapatkan hasil sebagai berikut :
42
5.2 Pembahasan
Pengolahan data seismik darat 2D dilakukan di Gedung Eksplorasi 3
dengan menggunakan PROMAX 2003 dan PROMAX 2005
5.2.1 Read Data
Tahap Awal pengolahan data adalah memasukan data seismik mentah
(raw-data). Pada hasil read data dibawah ini terlihat bahwa adanya noise.
43
5.2.2 Geometry Setup
Geometry Setup adalah proses memasukan data observe report dari
akuisisi data dilapangan terhadap data yang akan diolah. Informasi yang
didapatkan dari observe report adalah interval channel, first live and last live
station, first live dan last live channel, interval source dan receiver, group interval.
Untuk melalukan Quality Contol hasil dari proses binning geometri untuk
pembentukan Common Depth Point (CDP), QC ini dilihat dengan kurva XY
Graph Ploting antara CDP dan offset. Warna yang muncul pada stacking chart
menunjukan nilai dari fold coverage. Fold coverage adalah nilai jumlah pantulan
yang mengenai suatu bidang pantul pada lapisan, semakin banyak jumlah pantulan
maka semakin bagus kualitas data yang dihasilkan. Pola QC berbentuk persegi
enam karena pola penembakannya split spread.
44
Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa fold coverage mempunyai nilai terbesar
pada channel number 59-61.
Gambar diatas dapat memperlihatkan fold coverage pada setiap CDP, terlihat
45
bahwa pada bagian kiri dan kanan terlihat fold coverage yang kecil karena
pengaruh pola penembakan split spread.
5.2.3 Editing
Editing adalah proses untuk menghilangkan noise, terdapat beberapa cara
untuk menghilangkan noise yaitu killing, muting (top/bottom muting), surgical
muting. Killing adalah mengalikan dengan nol satu trace, muting mengalikan
dengan nol sebagian trace. Pada proses ini dilakuakan proses penghilangan
ground roll (GR Removal) dengan melakukan muting dan filtering. Ground roll
merupakan gelombang permukaan dengan kriteria frekuensi rendah maka
dilakukan filter low cut pada frekuensi 20 Hz.
46
Gambar sebelah kiri merupakan sebelum Editing dan Kanan merupakan sesudah
Editing. Pada gambar diatas telihat bahwa yang warna Hijau merupakan gate
untuk GR Removal, yang warna merah merupakan untuk Top Muting, warna biru
merupakan Surgical Muting, warna merah muda merupakan Killing.
5.2.4 Static Correction
Metode yang digunakan pada koreksi static ini adalah dengan
menggunakan refraction static correction. Refraction static memerlukan waktu
first break untuk menetukan waktu pertama gelombang seismik terekam oleh
receiver yang digunakan unutk perhitungan pada proses refraction static. Pada
proses refraction static diperlukan beberapa data pada observe report dan
menentukan TYPE of delay time ALGHORITM yang digunakan diantaranya
algoritma Gauss-Seidel atau DRM. Namun pada kali ini hanya dilakukan
algoritma Gauss-Seidel.
47
Sebelum melakukan static correction maka melakukan first break picking,
berikut contoh first break picking yang telah dilakuakan:
Pada gambar diatas terlihat bahwa first break picking dilakuakan pada bagian
puncak (peak) gelombang, dan gate yang dilakukan sebesar 100 ms.
48
Gambar trace seimik sesudah koreksi statik
5.2.5 Preprocessing
Pada proses preprocessing dilakukan proses True Amplitude Recovery
(TAR), Surface Consistent Decon. Pada pengolahan data ini digunakan parameter
TAR sebagai berikut:
49
Parameter yang digunakan adalah sebesar 3 dB/sec
Pada proses Surface Consistent Decon dilakukan autocorrelasi terlebih dahulu
untuk menentukan decon operator length dan operator predictive distance.
Didapatkan decon operator length sebesar 120 ms dan predictive distance sebesar
20 ms.
autocorrelasi
Decon gate
50
5.2.6 Stacking
Stacking adalah proses untuk menjumlahkan seluruh komponen satu CDP
gather, seluruh trace dengan koordinat mid-point yang sama dijumlahkan menjadi
satu trace. Setelah proses stacking maka trace seismik akan terlihat seperti gambar
dibawah ini :
Hasil mentah/brute Stack Preprocessing
5.2.7 Velocity Analysis
Velocity analysis dilakukan untuk menentukan kecepatan terbaik unutk
digunakan pada proses NMO. Pada processing data kali ini dilakukan dua kali
velocity analysis. Pada velocity analysis pertama interval CDP yang akan
dipicking kecepatannya adalah setiap 60 CDP. Dibawah ini adalah hasil picking
velocity pertama :
51
Picking Velocity (Velocity Analysis 1)
Isovelocity (Velocity Analysis 1)
Gambar dibawah ini adalah gambar hasil staking velocity 1
52
Staking sesudah proses velocity analysis 1
Pada velocity analysis ke dua dimasukan CDP increament setengah dari CDP
increament pada velocity analysis pertama yaitu sebesar tiap 30 CDP. Dibawah ini
adalah picking velocity pada velocity analysis ke 2 :
53
Picking velocity (velocity analysis ke dua)
Isovelocity (velocity analysis ke dua)
Gambar dibawah merupakan hasil staking pada velocity analysis ke dua:
Hasil stacking velocity analysis ke dua terlihat adanya perbedaan yang lebih jelas
54
pada reflektor yang terletak di bagian kiri atas dibandingkan hasil dari velocity
analysis pertama.
Pada proses velocity manipulation kita bias memanipulasi kecepatan
menjadi single velocity (RMS velocity) dari table velocity/hasil picking velocity.
Hasil dari single velocity ini dapat digunakan untuk fungsi kecepatan pada True
Amplitude Recovery pada tahapan Preprocessing.
5.2.8 Resisual Static
Pada proses residual static dilakuakan koreksi sisa hasil dari koreksi
statik. Sebelum melakukan proses residual static dilakukan terlebih dahulu
picking horizon untuk menentukan kemenerusan reflektor, yang akan diporses
pada residual static. Proses residual static dilakukan dua kali karena pada
processing ini dilakukan velocity analysis dua kali.
Dibawah ini adalah gambar picking horizon pada residual static pertama
dan kedua:
Gambar picking horizon
55
5.2.9 Dip Move Out
Koreksi NMO adalah koreksi yang bertujuan menghilangkan pengaruh
offset dengan asumsi bahwa bumi berlapis datar. Koreksi DMO dilakukan untuk
memindahkan data non zero offset menjadi data zero offset pada lapisan miring.
DMO dimaksudkan untuk memperbaiki kecepatan stacking dengan
memperhitungkan kemiringan lapisan.
Gambar dibawah merupakan hasil stacking pada hasil sesudah Residual
Static dan DMO :
5.2.10 Migrasi
Migrasi prinsipnya adalah reposisi dari refleksi-refleksi pada seismik
menjadi posisi yang sebenarnya. Pada proses migrasi dilakukan juga F-X Decon
dan proses Time-Spasial filtering. Time spasial filtering dilakukan untuk
memfilter data seismik pada waktu rendah-menengah-tinggi. Pada waktu rendah
dilakuakan filter high pass dengan asumsi bahwa gelombang seismik pada waktu
rendah frekuensinya masih tinggi, semakin waktunya tinggi maka filter yang
digunkaan adalah low pass karena asumsi bahwa frekuensi pada waktu yang
tinggi mempunyai nilai frekuensi rendah. Metode migrasi pada processing ini
56
adalah Metode Post Stack Time Migration dengan menggunakan Kirchoff
Migration. Masukan proses migrasi adalah hasil stacking DMO. Masukan
frekuensi batas migrasi adalah 75 Hz dan dip maksimum 50 degree dengan
appature 0 (default). Maksudnya appature 0 adalah mencari nilai appature
maksimum yang dapat dilakukan.
Gambar diibawah ini adalah hasil dari Migrasi :
Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa reflektor yang tipis sudah terlihat cukup
baik dibandingkan hasil dari stacking DMO.
57
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Pada prosesing data sesimik darat 2D terdiri dari read data, geometry
setup, koreksi statik (refraction static), preprocessing (TAR dan Dekonvolusi),
velocity analysis, residual static, dip move out (NMO dan DMO), Migrasi
(migrasi kirchoff). Pada setiap tahapan proses menunjukan hasil yang lebih bagus
dibandingkan hasil sebelum proses yang dilakukan. Pada tahapan migrasi sudah
terlihat jelas struktur geologi daerah pengukuran dengan ditemukan adanya
banyak struktur patahan.
5.2 Saran
Pada proses koreksi static tidak dilakukan cukup baik dikarenakan
keterbatasan kemampuan komputer yang digunakan dengan tidak berjalannya
perintah pada PROMAX 2005.
58
DAFTAR PUSTAKA
Tim LEMIGAS, ___, Panduan Pengolahan Data Sesimik 2D Menggunakan
ProMax , LEMIGAS: Jakarta
Munadi, S., 2002, Pengolahan Data Seismik Prinsip Dasar dan Metodologi,
Universitas Indonesia: Depok
Priyono, A., 2006. Diktat Kuliah Metoda Seismik I, Institut Teknologi Bandung:
Bandung
59