LAPORAN MAGANG DI PTPN IX (PERSERO) KEBUN …/Quality... · Sanitasi Ruangan ..... 83 Sanitasi Alat...

124
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user LAPORAN MAGANG DI PTPN IX (PERSERO) KEBUN SEMUGIH MOGA PEMALANG (QUALITY CONTROL) Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Gelar Ahli Madya Teknologi Hasil Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh : YULMI PRADIPTA H3107005 PROGRAM STUDI DIII TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

Transcript of LAPORAN MAGANG DI PTPN IX (PERSERO) KEBUN …/Quality... · Sanitasi Ruangan ..... 83 Sanitasi Alat...

Page 1: LAPORAN MAGANG DI PTPN IX (PERSERO) KEBUN …/Quality... · Sanitasi Ruangan ..... 83 Sanitasi Alat dan Mesin ..... 85 ... Tabel 4.3 Kriteria Uji Organoleptik Teh Hitam ..... 72 Tabel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

LAPORAN MAGANG

DI PTPN IX (PERSERO) KEBUN SEMUGIH

MOGA PEMALANG

(QUALITY CONTROL)

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Guna Mencapai Gelar Ahli Madya

Teknologi Hasil Pertanian di Fakultas Pertanian

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Oleh :

YULMI PRADIPTA

H3107005

PROGRAM STUDI DIII TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

Page 2: LAPORAN MAGANG DI PTPN IX (PERSERO) KEBUN …/Quality... · Sanitasi Ruangan ..... 83 Sanitasi Alat dan Mesin ..... 85 ... Tabel 4.3 Kriteria Uji Organoleptik Teh Hitam ..... 72 Tabel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

LAPORAN MAGANG

DI PTPN IX (PERSERO) KEBUN SEMUGIH

MOGA PEMALANG

(QUALITY CONTROL)

Yang Disiapkan dan Disusun Oleh :

Yulmi Pradipta

H3107005

Telah dipertahankan di hadapan dosen penguji

Pada tanggal : ………………………..

Dan dinyatakan memenuhi syarat

Menyetujui,

Menyetujui,

Dekan Fakultas Pertanian

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Prof. Dr. Ir. H. Suntoro, MS NIP. 195512171982031003

Pembimbing/Penguji I

Lia Umi Khasanah, ST, MT NIP. 198007312008012012

Penguji II

Rohula Utami, STP, MP NIP. 198103062008012008

Page 3: LAPORAN MAGANG DI PTPN IX (PERSERO) KEBUN …/Quality... · Sanitasi Ruangan ..... 83 Sanitasi Alat dan Mesin ..... 85 ... Tabel 4.3 Kriteria Uji Organoleptik Teh Hitam ..... 72 Tabel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

MOTTO

”Bismillahirrokhmanirrokhim, aku bisa”

”Makanlah selagi lapar, berhentilah sebelum kenyang”

Page 4: LAPORAN MAGANG DI PTPN IX (PERSERO) KEBUN …/Quality... · Sanitasi Ruangan ..... 83 Sanitasi Alat dan Mesin ..... 85 ... Tabel 4.3 Kriteria Uji Organoleptik Teh Hitam ..... 72 Tabel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

PERSEMBAHAN

بسماهللالرحمنالرحيم

Segala Puji bagi Allah SWT Pencipta dan Penguasa seluruh jagat raya yang telah memberikan kehidupan dan petunjuk-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan magang ini. Karya kecil ini penulis pesembahkan untuk :

Ibu dan Bapak yang selalu memberikan limpahan kasih sayang disetiap helan

nafasnya, terima kasih atas doa, dukungan, kesabaran serta nasehat-nasehatnya selama ini

Semua karyawan PTPN IX (Persero), terima kasih atas bimbingan dan bantuannya selama magang

Ibu Lia, terima kasih untuk bimbingan dan arahannya selama penyusunan laporan magang ini, semoga dengan bimbingan dan arahan dari ibu dapat menjadikan saya pribadi yang lebih baik lagi

Teman-teman di DIII THP Angkatan 2007 (Kang Adhe, Rivo, Lek Kendhil, D’muuk, Ardy, Kaulan, David, Ucup, Isty, Rierie, Olga, Rifka ,Atin , Jeng Rini, Bug Fyrda, Jinem ,Citra, Kiki, Hepy, Nanda, Imoet, Sisry, Yuyun,Chapy ,Ratna , Uswa, Fatah, Jemani, Choro, Bintang, Dedy,Didit, Ria Cay,Chendo,Qory,Artik,Sukma, Wasis, Om Anwar, Arif, Adam,Luluk). Kenangan manis saat-saat bersama kalian tak kan pernah terlupakan.

Adhekku Damas, makasih ya buat dukungan dan motivasinya selama ini.

Page 5: LAPORAN MAGANG DI PTPN IX (PERSERO) KEBUN …/Quality... · Sanitasi Ruangan ..... 83 Sanitasi Alat dan Mesin ..... 85 ... Tabel 4.3 Kriteria Uji Organoleptik Teh Hitam ..... 72 Tabel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat allah swt yang telah memberikan rahmat, hidayah, serta inayah–nya yang berupa kesehatan, lindungan, serta bimbingan kepada penulis, sehingga tugas akhir yang berjudul ”Laporan Magang Di PTPN IX (Persero) Kebun Semugih Moga Pemalang (Quality Control) ini dapat diselesaikan dengan baik.

Tugas Akhir ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar Ahli Madya Program Studi Diploma III Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penyusunan Tugas Akhir ini tidak dapat terealisasi dengan baik tanpa adanya dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada : 1. Prof. Dr. Ir. H. Suntoro, MS, selaku Dekan Fakultas Pertanian

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Ir. Bambang Sigit Amanto, MSi, selaku Ketua Program D III Teknologi

Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

3. Prof. Sri Handayani, MS PhD, selaku pembimbing akademik

mahasiswa Diploma Tiga Teknologi Hasil Pertanian angkatan 2007.

4. Lia Umi Khasanah,ST,MT selaku dosen pembimbing magang yang

telah memberikan bimbingan dalam penulisan Tugas Akhir.

5. Rohula Utami, STP. MP, selaku dosen penguji laporan magang.

6. Semua Dosen Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas

Sebelas Maret Surakarta yang telah banyak memberi ilmunya kepada

kami.

7. Direksi PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) yang telah memberikan

izin untuk melaksanakan magang.

8. Bapak Rachmad Wiseno,SE selaku Administratur PT. Perkebunan

Nusantara IX (Persero) Kebun Semugih.

9. Bapak Suyono selaku Sinder Teknik-Teknologi dan seluruh karyawan

kantor Teknik-Teknologi PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero)

Kebun Semugih.

Page 6: LAPORAN MAGANG DI PTPN IX (PERSERO) KEBUN …/Quality... · Sanitasi Ruangan ..... 83 Sanitasi Alat dan Mesin ..... 85 ... Tabel 4.3 Kriteria Uji Organoleptik Teh Hitam ..... 72 Tabel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

10. Bapak Fajri selaku Sinder Afdeling Semugih dan seluruh karyawan

Afdeling Semugih PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) Kebun

Semugih.

11. Ibu Sudiyah selaku Mandor Penerimaan Pucuk yang telah memberikan

arahan, bimbingan, saran, dan ilmunya.

12. Segenap karyawan yang telah membantu dalam menyelesaikan magang

di PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) Kebun Semugih.

13. Bapak dan Ibu Marto sekeluarga yang memberikan penginapan

sementara selama penulis melaksanakan magang.

14. Bapak dan Ibu serta segenap keluarga yang tercinta yang telah banyak

membantu berupa materi dan dukungannya hingga selesainya laporan

TA ini.

15. Rifa Fatkurahman selaku teman seperjuangan saat magang

16. Teman-teman seperjuangan DIII THP 2007 (Universitas Sebelas Maret

Surakarta yang telah memberikan dorongan, masukan, dan nasehatnya.

17. Teman-teman di Kost Kamplink yang telah memberikan bantuan dan

motivasi untuk menyelesaikan TA ini

18. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Tugas Akhir ini masih

banyak kekurangannya. Oleh karena itu, penulis sangat mengharap saran

dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak untuk

penyempurnaan yang lebih lanjut. Semoga Tugas Akhir ini dapat

memberikan manfaat bagi penulis pada khususnya, dan dapat menambah

wawasan pembaca pada umumnya.

Surakarta, Juli 2010

Penulis

Page 7: LAPORAN MAGANG DI PTPN IX (PERSERO) KEBUN …/Quality... · Sanitasi Ruangan ..... 83 Sanitasi Alat dan Mesin ..... 85 ... Tabel 4.3 Kriteria Uji Organoleptik Teh Hitam ..... 72 Tabel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN...................................................................... ii

KATA PENGANTAR ................................................................................. iii

DAFTAR ISI ................................................................................................ v

DAFTAR TABEL ........................................................................................ vii

DAFTAR GAMBAR.................................................................................. . xi

BAB I. PENDAHULUAN ..................................................................... 1

A. Latar Belakang ..................................................................... 1

B. Tujuan Magang .................................................................... 2

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................ 3

A. Teh ...................................................................................... 3

B. Proses Pengolahan ............................................................... 5

C. Pengendalian Mutu .............................................................. 11

D. Sanitasi ................................................................................ 14

BAB III. TATA PELAKSANAAN KEGIATAN ..................................... 15

A. Tempat Pelaksanaan Magang............................................... 15

B. Waktu Pelaksanaan Magang ................................................ 15

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................. 16

A. Keadaan Umum Perusahaan ................................................ 16

1. Sejarah singkat Perusahaan ............................................. 16

2. Identitas Perusahaan ........................................................ 18

3. Lokasi Perusahaan ........................................................... 18

4. Tujuan Didirikan Perusahaan .......................................... 19

5. Jenis Produksi .................................................................. 20

6. Visi dan Misi Perusahaan ............................................... 20

B. Manajemen Perusahaan ....................................................... 21

1. Struktur dan Sistem Organisasi ....................................... 21

2. Tanggung Jawab dan Wewenang .................................... 22

Page 8: LAPORAN MAGANG DI PTPN IX (PERSERO) KEBUN …/Quality... · Sanitasi Ruangan ..... 83 Sanitasi Alat dan Mesin ..... 85 ... Tabel 4.3 Kriteria Uji Organoleptik Teh Hitam ..... 72 Tabel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

3. Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Karyawan .............. 23

C. Penyediaan Bahan Baku....................................................... 25

1. Penyiapan Lahan, Pembibitan, dan Pemeliharaan ........... 25

1.1 Penyiapan Lahan ....................................................... 25

1.2 Pembibitan ................................................................. 27

1.3 Tingkat Tanaman ....................................................... 30

2. Pengadaan Bahan Baku .................................................. 31

D. Proses Pengolahan Teh Hitam ............................................. 37

1. Pelayuan .......................................................................... 41

2. Penggulungan, Penggilingan, dan Sortasi Basah ............ 42

3. Fermentasi ....................................................................... 48

4. Pengeringan ..................................................................... 49

5. Sortasi Kering .................................................................. 51

6. Pengemasan dan Penyimpanan ........................................ 57

7. Pemasaran ........................................................................ 59

8. Produksi Hilir .................................................................. 59

E. Pengendalian Mutu .............................................................. 61

1. Pengawasan Mutu Bahan Baku ....................................... 61

2. Pelayuan .......................................................................... 64

3. Penggulungan dan Oksidasi Enzimatis ........................... 65

4. Pengeringan .................................................................... 69

5. Sortasi Kering .................................................................. 70

6. Penyimpanan Dalam Peti Miring .................................... 72

7. Pengemasan dan Pengepakan .......................................... 73

8. Penentuan Titik Kritis ...................................................... 73

9. Pembahasan Titik-titik Kritis .......................................... 80

F. Sanitasi Industri ................................................................... 83

1. Sanitasi Karyawan ........................................................... 83

2. Sanitasi Ruangan ............................................................. 83

3. Sanitasi Alat dan Mesin ................................................... 85

4. Penanganan Limbah Industri ........................................... 86

Page 9: LAPORAN MAGANG DI PTPN IX (PERSERO) KEBUN …/Quality... · Sanitasi Ruangan ..... 83 Sanitasi Alat dan Mesin ..... 85 ... Tabel 4.3 Kriteria Uji Organoleptik Teh Hitam ..... 72 Tabel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

G. Mesin dan Peralatan ............................................................. 87

1. Tata Letak Mesin dan Peralatan ....................................... 87

2. Spesifikasi Mesin dan Peralatan Proses Produksi ............ 95

BAB V. PENUTUP .................................................................................. 112

A. Kesimpulan ......................................................................... 112

B. Saran .................................................................................... 112

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 10: LAPORAN MAGANG DI PTPN IX (PERSERO) KEBUN …/Quality... · Sanitasi Ruangan ..... 83 Sanitasi Alat dan Mesin ..... 85 ... Tabel 4.3 Kriteria Uji Organoleptik Teh Hitam ..... 72 Tabel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Sejarah Perusahaan dari tahun 1957 sampai sekarang .................... 17

Tabel 4.2 Jenis teh, Pemasaran, dan Pengelompokan Mutu Teh Produksi PT

Perkebunan Nusantara IX Kebun Semugih ..................................................... 20

Tabel 4.3 Kriteria Uji Organoleptik Teh Hitam ............................................... 72

Tabel 4.4 Analisa Bahaya pada Pengolahan Teh Hitam ................................. 77

Tabel 4.5 Penentuan Titik-titik Kritis (CCP) pada Tahap Bahan Baku ........... 78

Tabel 4.6 Penentuan CCP Pada Tahap Proses Pengolahan Teh Hitam ........... 79

Tabel 4.7 Rencana HACCP ............................................................................. 80

Tabel 4.8 Spesifikasi Withering Trough .......................................................... 96

Tabel 4.9 Spesifikasi Heater Exchanger.......................................................... 97

Tabel 4.10 Spesifikasi Open Top Roller .......................................................... 99

Tabel 4.11 Spesifikasi Rotary Roll Breaker..................................................... 100

Tabel 4.12 Spesifikasi Press Cup Roller ......................................................... 101

Tabel 4.13 Spesifikasi Rotorvane .................................................................... 102

Tabel 4.14 Spesifikasi Humidifier ................................................................... 103

Tabel 4.15 Spesifikasi Dryer ........................................................................... 104

Tabel 4.16 Spesifikasi Bubble Tray ................................................................. 106

Tabel 4.17 Spesifikasi Vibro Blank .................................................................. 106

Tabel 4.18 Spesifikasi Crusser ........................................................................ 107

Tabel 4.19 Spesifikasi Chota Shifter................................................................ 108

Tabel 4.20 Spesifikasi Vibro Mesh .................................................................. 108

Tabel 4.21 Spesifikasi Winnower..................................................................... 109

Page 11: LAPORAN MAGANG DI PTPN IX (PERSERO) KEBUN …/Quality... · Sanitasi Ruangan ..... 83 Sanitasi Alat dan Mesin ..... 85 ... Tabel 4.3 Kriteria Uji Organoleptik Teh Hitam ..... 72 Tabel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Jenis Teh Berdasarkan Besarnya Ukuran Ayakan ...................... 10

Gambar 4.1 Struktur Organisasi di PTPN IX Kebun Semugih ...................... 22

Gambar 4.2 Jenis-Jenis Pucuk Teh ................................................................ 33

Gambar 4.3 Alur Pengolahan Teh Hitam Secara Kualitatif pada PTP IX

Kebun Semugih ............................................................................................... 39

Gambar 4.4 Alur Pengolahan Teh Hitam Secara Kuantitatif pada PTP IX

Kebun Semugih ............................................................................................... 40

Gambar 4.5 Proses Pelayuan .......................................................................... 42

Gambar 4.6 Ruang Pengolahan Basah ............................................................ 43

Gambar 4.7 Skema Proses Pengolahan Basah ............................................... 44

Gambar 4.8 Ruang Pengeringan ..................................................................... 50

Gambar 4.9 Ruang Sortasi Kering ................................................................. 54

Gambar 4.10 Bubuk Teh Hasil Sortasi Kering ............................................... 56

Gambar 4.11 Paper Sack Sebagai Pengemas Produk Teh Hitam ................... 58

Gambar 4.12 Mesin Produksi Teh Celup ........................................................ 60

Gambar 4.13 Produk Teh Celup PTP Nusantara IX Kebun Semugih ............ 60

Gambar 4.14 Diagram Pohon Keputusan Penentuan Titik-Titik Kritis Pada

Tahap Bahan Baku .......................................................................................... 75

Gambar 4.15 Diagram Pohon Keputusan Penentuan Titik-Titik Kritis ......... 76

Gambar 4.16 Proses Pembersihan Ruang Pengolahan ................................... 85

Gambar 4.17 Kipas Penghisap Debu .............................................................. 87

Gambar 4.18 Lay out Pabrik PTP Nusantara Kebun Semugih ....................... 88

Gambar 4.19 Lay out Mesin-mesin di PTP Nusantara Kebun Semugih ........ 89

Gambar 4.20 Lay out Mesin Ruang Pelayuan ................................................ 90

Gambar 4.21 Lay out Mesin Ruang Pengolahan Basah .................................. 91

Gambar 4.22 Lay out Mesin Ruang Pengeringan ........................................... 92

Gambar 4.23 Lay out Mesin Ruang Sortasi .................................................... 93

Gambar 4.24 Lay out Mesin Ruang Pengemasan ........................................... 94

Gambar 4.25 Withering Trough ...................................................................... 96

Page 12: LAPORAN MAGANG DI PTPN IX (PERSERO) KEBUN …/Quality... · Sanitasi Ruangan ..... 83 Sanitasi Alat dan Mesin ..... 85 ... Tabel 4.3 Kriteria Uji Organoleptik Teh Hitam ..... 72 Tabel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

Gambar 4.26 Heater Exchanger ..................................................................... 97

Gambar 4.27 Open Top Roller ....................................................................... 99

Gambar 4.28 Rotary Roll Breaker ................................................................. 100

Gambar 4.29 Press Cup Roller ...................................................................... 101

Gambar 4.30 Rotorvane ................................................................................. 102

Gambar 4.31 Humidifier ................................................................................ 103

Gambar 4.32 Mesin Pengering (Dryer) ......................................................... 105

Gambar 4.33 Hopper ...................................................................................... 106

Gambar 4.34 Bubble Tray .............................................................................. 106

Gambar 4.35 Vibro Blank .............................................................................. 107

Gambar 4.36 Crusser ..................................................................................... 107

Gambar 4.37 Chota Shifter ............................................................................ 108

Gambar 4.38 Vibro Mesh ............................................................................... 109

Gambar 4.39 Winnower ................................................................................. 109

Gambar 4.40 Tea Bins .................................................................................... 110

Gambar 4.41 Tea Bulker ................................................................................ 110

Gambar 4.42 Timbangan ................................................................................ 111

Gambar 4.43 Tea Packer ............................................................................... 111

Page 13: LAPORAN MAGANG DI PTPN IX (PERSERO) KEBUN …/Quality... · Sanitasi Ruangan ..... 83 Sanitasi Alat dan Mesin ..... 85 ... Tabel 4.3 Kriteria Uji Organoleptik Teh Hitam ..... 72 Tabel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Teh merupakan bahan minuman yang sangat bermanfaat untuk

menyegarkan dan memulihkan kesehatan badan. Minuman teh terbuat dari

pucuk tanaman teh (Camelia sinensis L) setelah melalui proses pengolahan

tertentu. Pucuk teh yang bermutu tinggi diperoleh dari kebun yang dipelihara

dengan baik. Pucuk teh terdiri dari peko (kuncup) berikut 2-3 daun muda

dengan tingkat kerusakan yang rendah.

Produk teh di dunia terdiri dari tiga macam yaitu teh hitam, teh oolong

dan teh hijau. Perbedaan ketiga macam teh tersebut disebabkan oleh

perbedaan cara pengolahan dan mesin/peralatan yang digunakan. Dalam

proses pengolahan teh hitam memerlukan proses fermentasi (oksidasi

enzimatis) yang cukup, sedangkan teh hijau tidak memerlukan sama sekali.

Teh oolong berada di antara kedua jenis teh tersebut, sehingga lazim disebut

sebagai teh semi oksidasi enzimatis. Demikian pula pada proses pelayuan, teh

hitam memerlukan waktu lama (10-20 jam) dengan suhu yang rendah (250C-

300C). Teh hijau hanya memerlukan waktu pendek 6-7 menit dengan suhu

yang tinggi (900C-1000C). Sedangkan teh oolong memerlukan waktu pelayuan

10-60 menit dengan bantuan sinar matahari.

Perkembangan pengolahan teh hitam senantiasa mengikuti

perkembangan pasar/konsumen. Beberapa tahun terakhir konsumen cenderung

menghendaki teh dengan ukuran partikel yang lebih kecil (broken tea) dan

cepat seduh (quick brewing). Untuk itu pada proses pengolahan teh hitam

khususnya pada tahap penggilingan memerlukan tekanan yang lebih besar.

Oleh sebab itu pengolahan teh hitam yang semula hanya dikenal sistem

Orthodox murni, kini berkembang menjadi sistem Orthodox Rotorvane.

Penambahan alat Rotorvane dimaksudkan agar proses penghancuran lebih

intesif sehingga diperoleh teh dengan ukuran partikel kecil lebih banyak.

Selain itu dikenal juga pengolahan teh hitam CTC (crushing, tearing, and

1

Page 14: LAPORAN MAGANG DI PTPN IX (PERSERO) KEBUN …/Quality... · Sanitasi Ruangan ..... 83 Sanitasi Alat dan Mesin ..... 85 ... Tabel 4.3 Kriteria Uji Organoleptik Teh Hitam ..... 72 Tabel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2  

curling). Dengan pengolahan CTC, hampir semua sel daun teh menjadi hancur

sehingga proses fermentasi dapat berjalan lebih merata. Hal ini mengakibatkan

teh CTC mempunyai sifat cepat seduh (quick brewning).

PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) Moga Kabupaten Pemalang

merupakan salah satu perusahaan pengolahan teh yang menggunakan sistem

Orthodox Rotorvane. Produk teh yang dihasilkan merupakan produk teh

kualitas ekspor, sehingga pengendalian mutu disetiap proses pengolahannya

sangat diperhatikan. Hal ini pula yang mendorong penulis untuk mengetahui

langkah-langkah pengendalian mutu proses pengolahan teh hitam yang

digunakan secara rinci.

B. Tujuan magang

Tujuan pelaksanan magang di PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero)

adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui dan mempelajari secara langsung proses produksi dan

pengendalian mutu teh hitam mulai dari bahan baku sampai produk jadi.

2. Mengetahui peralatan yang digunakan dalam proses produksi teh hitam

dan prinsip kerja dari alat-alat tersebut.

3. Mengetahui sanitasi yang dilakukan dalam proses produksi teh hitam.

4. Mengetahui sistem pemasaran dan distribusi teh hitam.

 

Page 15: LAPORAN MAGANG DI PTPN IX (PERSERO) KEBUN …/Quality... · Sanitasi Ruangan ..... 83 Sanitasi Alat dan Mesin ..... 85 ... Tabel 4.3 Kriteria Uji Organoleptik Teh Hitam ..... 72 Tabel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teh

Teh diperoleh dari pengolahan daun teh (Camellia Sinensis) dari

familia Theaceae. Tanaman ini diperkirakan berasal dari daerah pegunungan

Himalaya dan pegunungan yang berbatasan dengan RRC, India dan Burma.

Tanaman ini dapat subur di daerah tropik dan subtropik dengan membutuhkan

cukup sinar matahari dan curah hujan sepanjang tahun (Siswoputranto, 1978).

Secara taksonomi tanaman teh dapat digolongkan :

Divisi : Spermatophyta

Sub Divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledone

Sub Kelas : Dalypetalae

Ordo : Gultiferrales

Famili : Theacesae

Genus : Cammellia

Species : Cammellia sinensis

Secara botani terdapat dua jenis teh yaitu Camellia sinensis var. sinensis dan

Camellia sinensis var. assamica. Camellia sinensis var. sinensis ini juga

disebut teh Jawa yang ditandai dengan ciri-ciri : tumbuhnya lambat, jarak

cabang dengan tanah sangat dekat, daunnya kecil, pendek, ujungnya agak

tumpul dan berwarrna hijau tua. Produksinya tidak banyak namun kualitasnya

baik. Camellia sinensis var. assamica mempunyai ciri-ciri : tumbuh cepat,

cabang agak jauh dari permukaan tanah, daunnya lebar, panjang dan ujungnya

runcing serta berwarna hijau mengkilat. Produksinya tinggi dan mempunyai

kualitas baik (Van Emden ; Deijs ; Ita Setyawati ; Nasikun, 1968, 1991).

Tanaman teh merupakan tanaman yang tidak tahan terhadap

kekeringan, oleh karena itu menghendaki daerah dengan curah hujan yang

cukup tinggi dan merata. Di Indonesia secara umum dapat dikatakan bahwa

makin tinggi letak kebun teh dari permukaan laut maka makin tinggi pula

3

Page 16: LAPORAN MAGANG DI PTPN IX (PERSERO) KEBUN …/Quality... · Sanitasi Ruangan ..... 83 Sanitasi Alat dan Mesin ..... 85 ... Tabel 4.3 Kriteria Uji Organoleptik Teh Hitam ..... 72 Tabel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4  

kualitas teh yang dihasilkan. Kebun teh yang berada pada ketinggian antara

700 - 1000 m dpl dapat menghasilkan teh dengan kualitas yang baik

(Adisewojo, 1982).

Tanaman teh dapat tumbuh sampai ketinggian sekitar 6-9 m. Di

perkebunan-perkebunan, tanaman teh dipertahankan hanya sampai sekitar 1 m

tingginya dengan pemangkasan secara berkala. Ini dilakukan untuk

memudahkan pemetikan daun dan agar diperoleh tunas-tunas daun teh yang

cukup banyak (Siswoputranto, 1978).

Menurut Loo (1983), tanaman teh yang diterima oleh perkebunan-

perkebunan di Indonesia dan Malaysia hampir seluruhnya dari jenis Camellia

sinensis varietas assamica. Pucuk-pucuk daun teh segar yang baru dipetik

rata-rata mengandung 75-80% air dan 20-25% bahan kering. Bahan kering

dari teh segar ini terdiri atas : 20-30% zat penyamak, 15-20% protein(zat putih

telur), 20% serat kasar, 12% selulosa, 3% kafein, 1,2% berbagai jenis gula,

200-400 mg vitamin C setiap 100 gram bahan kering, sedikit minyak atsiri dan

sedikit enzim.

Menurut Murdiati (1984), sistem petikan adalah banyaknya daun yang

dipetik di bawah kuncup (peko) atau banyaknya daun yang tertinggal di bawah

daun kepel pada ranting setelah dilakukan pemetikan. Dari pertumbuhan

ranting dikenal ranting peko dan ranting burung. Ranting peko adalah ranting

yang masih mempunyai kuncup (peko) yang masih tergulung dan merupakan

ranting yang tumbuh aktif. Sedangkan ranting burung adalah ranting yang

tidak mempunyai kuncup dan merupakan ranting yang tidak aktif (dormant).

Secara garis besarnya dikenal 3 macam petikan, yaitu :

1. Petikan halus

Petikan halus adalah petikan pucuk teh dimana yang dipetik adalah kuncup

yang masih tergulung (peko) + 1 helai daun muda.

2. Petikan sedang

Petikan sedang adalah petikan pucuk ditambah dengan 2 helai daun tua

atau 3 helai daun muda.

Page 17: LAPORAN MAGANG DI PTPN IX (PERSERO) KEBUN …/Quality... · Sanitasi Ruangan ..... 83 Sanitasi Alat dan Mesin ..... 85 ... Tabel 4.3 Kriteria Uji Organoleptik Teh Hitam ..... 72 Tabel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5  

3. Petikan kasar

Petikan kasar adalah petikan pucuk + 3 helai daun tua atau lebih.

B. Proses Pengolahan Teh

Menurut Pusat Penelitian Teh dan Kina Gambung, berdasarkan sistem

pengolahannya terdapat tiga jenis teh yang berbeda yaitu teh hitam (Black

Tea), teh hijau (Green Tea), dan teh oolong (Oolong Tea). Secara garis besar

perbedaan antara pengolahan teh hitam, teh hijau, dan teh oolong terletak pada

proses pemeraman (oksidasi enzimatis). Teh hitam merupakan hasil

pengolahan pucuk teh melalui proses fermentasi penuh, sedangkan teh oolong

merupakan teh semifermentasi. Teh hijau sendiri diolah tanpa melalui proses

fermentasi.

Dalam tanaman hijau, termasuk daun teh kita mengetahui adanya zat

hijau daun yang dikenal sebagai klorofil. Selama proses pengolahan teh hitam,

klorofil mengalami serangkaian reaksi kimia. Akibat pengaruh pH, klorofil

akan melepas atom Mg-nya untuk menghasilkan klorofilat yang pada

gilirannya dapat membentuk feofitin yang berwarna hitam. Selain itu, klorofil

dirombak oleh enzim klorofilase membentuk feofirbid yang berwarna

kecoklatan. Proses perombakan klorofil yang disebabkan oleh pH sudah

dimulai sejak proses pelayuan. Peristiwa ini secara visual dapat dilihat dengan

adanya perubahan daun teh dari hijau segar menjadi kekuning-kuningan.

Proses perombakan klorofil oleh enzim hanya terjadi bila sel-sel daun rusak

akibat penggilingan. Jika selama proses pengolahan teh hitam proses

perombakan akibat kondisi pH ini lebih dominan daripada proses perombakan

enzimatis, maka teh hitam keringnya akan nampak lebih hitam

(Rohdiana, 2009).

Menurut Nasution dan Wachyudin (1975), dari pengolahan teh hitam

dihasilkan dua macam teh yaitu teh daun dan teh bubuk. Teh daun adalah teh

yang berasal dari bubuk daun teh yang selama pengolahan mengalami

penggulungan yang sempurna. Sedangkan teh bubuk atau teh hancur adalah

bubuk teh yang berasal dari daun yang tersobek-sobek dan diteruskan dengan

Page 18: LAPORAN MAGANG DI PTPN IX (PERSERO) KEBUN …/Quality... · Sanitasi Ruangan ..... 83 Sanitasi Alat dan Mesin ..... 85 ... Tabel 4.3 Kriteria Uji Organoleptik Teh Hitam ..... 72 Tabel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6  

penghancuran pada proses pengolahannya. Antara dua jenis teh ini juga

dikenal pula yang disebut teh remuk (broken).

Menurut Nazaruddin dkk, (1993) perlu diperhatikan bahwa sebelum

melaksanakan proses pengolahan, pucuk daun teh harus dalam keadaan baik

(keadaan pucuk teh dari pemetikan sampai ke lokasi pengolahan belum terjadi

perubahan). Hal ini sangat penting untuk mendapatkan teh yang bermutu.

Proses pengangkutan memiliki peranan penting untuk menjaga kondisi pucuk

teh agar tetap baik. Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk mencegah

kerusakan daun.

1. Minimalisasi penekanan pada daun agar daun tidak terperas. Daun yang

terperas akan menyebabkan daun mengalami proses prafermentasi yang

sebenarnya tidak dikehendaki.

2. Pemuatan dan pembongkatan daun dilakukan dengan menggunakan alat-

alat yang terbuat dari nonlogam.

3. Daun teh ditempatkan pada tempat yang teduh mencegah terjadinya

perubahan kimia dan perubahan warna serta mengeringnya daun akibat

sinar matahari.

4. Minimalisasi penumpukan daun sebelum proses pelayuan. Sebaiknya daun

segera dilayukan setelah tiba dipabrik.

Daun-daun teh yang dipetik dari kebun segera dibawa ke pabrik,

ditimbang dan kemudian dilayukan (withering). Hal ini dilakukan untuk

menurunkan kandungan air dari daun teh serta untuk melayukan daun-daun

teh agar mudah digulung. Proses pelayuan, umumnya dilakukan dengan

menempatkan daun pada rak-rak didalam gedung. Udara dingin disemprotkan

melalui rak-raknya, proses pelayuan dilakukan selama 16-24 jam

(Siswoputranto, 1978).

Menurut Pusat Penelitian Teh dan Kina Gambung (2008), yang perlu

diperhatikan selama proses pelayuan adalah suhu, kelembaban relatif, waktu,

dan jumlah pucuk per satuan luas. Suhu yang digunakan tidak boleh terlalu

tinggi. Hal ini akan menghambat aktivitas enzim yang menyebabkan

Page 19: LAPORAN MAGANG DI PTPN IX (PERSERO) KEBUN …/Quality... · Sanitasi Ruangan ..... 83 Sanitasi Alat dan Mesin ..... 85 ... Tabel 4.3 Kriteria Uji Organoleptik Teh Hitam ..... 72 Tabel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7  

perubahan, meskipun dalam waktu singkat akan mencapai derajat layu yang

diinginkan.

Pada pelayuan dikenal dua perubahan pokok, yaitu perubahan fisika

dan perubahan kimia. Perubahan fisika yang jelas adalah melemasnya daun

akibat menurunnya kadar air. Keadaan melemasnya daun ini memberikan

kondisi mudah digulung pada daun. Selain itu pengurangan air pada daun akan

memekatkan bahan-bahan yang dikandung sampai pada kondisi yang tepat

untuk terjadinya proses oksidasi pada tahap pengolahan selanjutnya.( Pusat

Penelitian Teh dan Kina Gambung ,2008).

Perubahan kimia selama proses pelayuan diantaranya :

1. Kenaikan aktifitas enzim

2. Terurainya protein menjadi asam amino bebas seperti : alanin, leucin,

isoleucin, valin, dan lain-lain.

3. Kenaikan kandungan kafein

4. Kenaikan kadar karbohidrat yang dapat larut

5. Terbentuknya asam organik dari unsur-unsur C, H, dan O

6. Pembongkaran sebagian klorofil menjadi feoforbid

Perubahan kimia selama pelayuan yang nyata tampak adalah timbulnya bau

yang sedap, bau buah-buahan serta bau bunga-bungaan ( Arifin dkk, 1994)

Menurut Pusat Penelitian Teh dan Kina Gambung (2008), tahap

pengolahan teh hitam setelah pelayuan adalah penggulungan, penggilingan,

dan sortasi basah yang merupakan tahap pengolahan untuk mempersiapkan

terbentuknya mutu, baik secara kimia maupun fisik. Secara kimia, akan terjadi

peristiwa bertemunya polifenol dan polifenol oksidase dengan oksigen yang

merupakan proses yang mendasari terbentuknya mutu-dalam (inner quality)

teh. Penggulungan akan mengakibatkan daun memar dan dinding sel rusak

sehingga cairan sel keluar di permukaan dengan merata dan pada saat itu

terjadi oksidasi enzimatis.

Menurut Loo (1983), penggilingan daun teh bertujuan untuk

memecahkan sel-sel daun segar agar cairan sel dapat dibebaskan sehingga

terjadi reaksi antara cairan sel dengan O2 yang ada di udara. Peristiwa ini

Page 20: LAPORAN MAGANG DI PTPN IX (PERSERO) KEBUN …/Quality... · Sanitasi Ruangan ..... 83 Sanitasi Alat dan Mesin ..... 85 ... Tabel 4.3 Kriteria Uji Organoleptik Teh Hitam ..... 72 Tabel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8  

dikenal dengan nama oksidasi enzimatis (Fermentasi). Pemecahan daun perlu

dilakukan dengan intensif agar fermentasi dapat berjalan dengan baik.

Menurut Pusat Penelitian Teh dan Kina Gambung (2008), seperti

proses biokimia yang lain, tingkat oksidasi enzimatis sangat dipengaruhi

berbagai faktor, yaitu :

1. Kadar air

2. Suhu dan kelembaban relatif

3. Kadar enzim

4. Jenis bahan

5. Tersedianya oksigen

Suhu dan kelembaban ruangan harus diatur sedemikian rupa agar

proses oksidasi enzimatis dapat berjalan dengan sebaik-baiknya. Kelembaban

ruangan yang baik diusahakan agar lebih dari 90%. Suhu terbaik pada

oksidasi enzimatis adalah 26,70C. Tiap reaksi oksidasi enzimatis sifatnya

eksotermis, yaitu mengeluarkan panas. Apabila panas ini tidak tersalur keluar,

akan menaikkan suhu daun yang selanjutnya mengaktifkan kerja enzim

oksidasi (Pusat Penelitian Teh dan Kina Gambung, 2008).

Selama proses fermentasi terjadilah oksidasi cairan sel yang

dikeluarkan selama penggilingan dengan oksigen dengan adanya enzim yang

berfungsi sebagai katalisator. Senyawa penting yang terdapat dalam cairan

adalah catechin dan turunannya. Fermentasi mengubah senyawa tersebut

menjadi tea-flavin dan selanjutnya berubah menjadi tea-rubigin. Semakin

lama semakin banyak tea-flavin terkondensasi menjadi tea-rubigin sehingga

cairan sel berwarna lebih gelap (Werkhoven, 1974).

Adanya tea-flavin yang berwarna kuning cerah dan te-rubigin yang

berwarna coklat tua berpengaruh kepada warna air seduhan teh. Selain warna

air seduhan, kedua bahan ini juga berpengaruh terhadap penentu-penentu teh

yang lainnya seperti sterngth, briksness, dan quality. Sebagai hasil fermentasi

yang berurutan, maka perbandingan kedua bahan ini tentu untuk menghasilkan

mutu bubuk tertentu juga. Kandungan tea-flavin sekitar 1,5% dan tea-rubigin

Page 21: LAPORAN MAGANG DI PTPN IX (PERSERO) KEBUN …/Quality... · Sanitasi Ruangan ..... 83 Sanitasi Alat dan Mesin ..... 85 ... Tabel 4.3 Kriteria Uji Organoleptik Teh Hitam ..... 72 Tabel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9  

sekitar 15% merupakan kandungan yang paling ideal untuk memberikan mutu

yang baik ( Nasution, 1975).

Untuk menghentikan proses oksidasi, daun teh dilewatkan melalui

pengering udara panas. Pengeringan bertujuan untuk mengurangi kadar air

sehingga diperoleh teh kering dan proses fermentasi berhenti, dengan

demikian sifat-sifat teh tidak berubah, karena proses fermentasi berhenti (Loo,

1983). Pengeringan dimaksudkan untuk menghentikan proses oksidasi

(terhentinya aktivitas enzim) pada saat zat-zat bernilai yang tekumpul

mencapai kadar yang tepat. Suhu 900C-950C yang dipakai pada pengeringan

akan mengurangi kandungan air teh sampai menjadi 2-3 % yang membuatnya

tahan lama disimpan dan ringan dibawa. Daun teh yang sudah kering siap

untuk disortir berdasarkan penggolongan kelasnya sebelum pengemasan

(Arifin, 1994).

Proses pengeringan bertujuan untuk menghentikan proses oksidasi

enzimatis pada saat seluruh komponen kimia penting dalam daun teh telah

secara optimal terbentuk. Proses ini menyebabkan kadar air daun teh turun

menjadi 2,5-4%. Keadaan ini dapat memudahkan proses penyimpanan dan

transportasi. Mesin yang biasa digunakan dapat berupa ECP (Endless Chain

Pressure) Dryer maupun FBD (Fluid Bed Dryer) pada suhu 90-95°C selama

20-22 menit (Rohdiana, 2009).

Tujuan sortasi kering adalah untuk mendapatkan ukuran, bentuk, dan

warna partikel teh yang seragam sesuai dengan standar yang diinginkan oleh

konsumen (Arifin, 1994). Disamping itu juga bertujuan untuk menghilangkan

kotoran, serat, tulang dan debu. Hal ini merupakan proses yang penting untuk

mencapai harga rata-rata tertinggi dari teh kering yang dihasilkan. Syarat-

syarat yang ditentukan oleh pasaran teh perlu diperhatikan oleh pabrik teh

yang bersangkutan agar dapat dihasilkan teh dengan harga setinggi mungkin

(Adisewojo, 1982).

Page 22: LAPORAN MAGANG DI PTPN IX (PERSERO) KEBUN …/Quality... · Sanitasi Ruangan ..... 83 Sanitasi Alat dan Mesin ..... 85 ... Tabel 4.3 Kriteria Uji Organoleptik Teh Hitam ..... 72 Tabel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10  

Menurut Muljana (1983), pada mesin sortasi terdapat beberapa jenis

ayakan yang kasar sampai yang halus, sehingga teh kering yang keluar dari

mesin sortir akan terbagi menjadi 3 golongan besar, yaitu :

1. Teh Daun (Leafy grades)

a. Orange Pecco (OP)

b. Pecco (P)

c. Pecco Souchon (PS)

d. Souchon (S)

2. Teh Remuk (Broken grades)

a. Broken Orange Pecco (BOP)

b. Broken Pecco (BP)

c. Broken Tea (BT)

3. Teh Halus (Small grades)

a. Fanning (Fann)

b. Dust (D)

Jenis-jenis teh berdasarkan besarnya ukuran ayakan dapat dilihat pada

Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Jenis Teh Berdasarkan Besarnya Ukuran Ayakan

Kecuali dari jenis-jenis ini juga dikenal jenis Bohea (B) yang merupakan

kotoran dan tangkai-tangkai.

Pengemasan memegang peranan penting dalam penyimpanan bahan

pangan. Dengan pengemasan dapat membantu mencegah dan mengurangi

terjadinya kerusakan. Kerusakan yang terjadi berlangsung secara spontan

karena pengaruh lingkungan dan kemasan yang digunakan. Kemasan akan

membatasi bahan pangan dari lingkungan sekitar untuk mencegah proses

kerusakan selama penyimpanan (Winarno dan Jenie, 1982).

Page 23: LAPORAN MAGANG DI PTPN IX (PERSERO) KEBUN …/Quality... · Sanitasi Ruangan ..... 83 Sanitasi Alat dan Mesin ..... 85 ... Tabel 4.3 Kriteria Uji Organoleptik Teh Hitam ..... 72 Tabel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11  

Teh merupakan bahan yang higroskopis, yaitu mudah menyerap uap

air yang ada di udara (Adisewojo, 1982). Apabila tempat penyimpanan teh

tidak rapat, semakin lama teh menjadi lembab atau tidak terlalu kering,

aromanya kurang enak. Sifat teh yang sangat higroskopis merupakan syarat

utama dalam penentuan pengepakan atau pengemasan teh. Pengemasan

merupakan tahap akhir dari pengolahan teh, dengan tujuan untuk

mempertahankan mutu teh yang dihasilkan (Nasution dan Wachyuddin, 1975).

Pemilihan kemasan sesuai kebutuhan produk dan tetap ramah lingkungan

perlu dipertimbangkan terutama produk ekspor.

Pengemasan disebut juga pembungkusan atau pengepakan. Hal ini

memegang peranan penting terhadap pengawetan bahan hasil pertanian.

Adanya pembungkus atau pengemas dapat membantu mencegah atau

mengurangi kerusakan, melindungi bahan yang ada didalamnya serta

melindungi dari pencemaran dan gangguan. Disamping itu pengemasan

berfungsi untuk menempatkan hasil pengolahan atau produk agar mempunyai

bentuk yang memudahkan dalam penyimpanan, pengangkutan dan distribusi.

Dari segi promosi, kemasan berfungsi sebagai perangsang atau menarik

pembeli, sehingga dengan warna dan desain kemasan yang baik perlu

diperhatikan dalam perencanaan (Nasution dan Wachyuddin, 1975).

C. Pengendalian Mutu

Mutu merupakan gabungan karakteristik produk dari seluruh proses

dalam suatu rangkaian proses produksi. Oleh karena itu, selain merupakan

produk yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan konsumen dan memberi

kepuasan, mutu juga harus terbebas dari cacat baik didalam produk maupun

didalam proses (Juran,1996).

Mutu teh merupakan kumpulan sifat yang dimiliki oleh teh, baik fisik

maupun kimia. Keduanya telah dimiliki sejak berupa pucuk teh ataupun

diperoleh sebagai akibat teknik pengolahan dan penanganan yang dilakukan.

Oleh sebab itu, proses pengendalian mutu teh telah dilakukan sejak teh

ditanam, dipetik, diangkut, selama diolah dan setelah pengolahan. Uji mutu

Page 24: LAPORAN MAGANG DI PTPN IX (PERSERO) KEBUN …/Quality... · Sanitasi Ruangan ..... 83 Sanitasi Alat dan Mesin ..... 85 ... Tabel 4.3 Kriteria Uji Organoleptik Teh Hitam ..... 72 Tabel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12  

teh dalam rangka pengendalian mutu dan pengendalian proses pengolahan

dapat dilakukan secara fisik, kimia maupun inderawi. Diantara ketiga metode

tersebut, uji inderawi menempati urutan teratas karena praktis dan dirasa

paling sesuai untuk diterapkan pada teh sebagai bahan minuman yang

diharapkan memberikan kepuasan inderawi peminumnya (Soekarto, 1990).

Pengendalian mutu dalam suatu perusahaan mempunyai tujuan ganda,

yakni selain untuk memperoleh mutu produk atau mutu jasa yang sesuai

dengan standar, sehingga pengolahan mutu suatu produk sebenarnya bertujuan

untuk menjaga pangsa pasar yang telah dikuasai, bahkan bila mungkin pangsa

pasar tersebut diperluas. Implikasi yang diharapkan adalah menjaga

keberlangsungan hidup perusahaan dengan usaha meningkatkan volume

penjualan dan keuntungan. Oleh karena itu pengendalian mutu merupakan

kegiatan yang berfungsi banyak, walau tujuannya satu yaitu meningkatkan

volume penjualan (PTP Nusantara IX).

Proses kegiatan pengendalian mutu pada berbagai jenjang kegiatan

yang berhubungan dengan mutu antara lain :

1. Pengawasan bahan-bahan di gudang meliputi penerimaan, penyimpanan,

dan pengeluaran

2. Pengendalian kegiatan pada berbagai jenjang proses. Sesuai dengan SOP

(Standart Operasional Procedure)

3. Mengawasi pengepakan dan pengiriman produk ke konsumen atau

langganan (Prawirosentono, 2002)

Salah satu langkah penting dalam pengendalian mutu dan penjaminan

mutu adalah mengembangkan tindakan korektif. Langkah ini dilakukan untuk

mengidentifikasi akar ketidaksesuaian yang terjadi dalam suatu proses.

Diagram tulang ikan adalah suatu pendekatan terstruktur yang memungkinkan

dilakukan suatu analisa lebih terperinci dalam menemukan penyebab-

penyebab suatu masalah ketidaksesuaian yang ada. Didalam diagram tulang

ikan lebih mengarahkan terapi langsung terhadap sumber masalah bukan

kepada gejala timbulnya masalah ( Gospersz, 2002)

Page 25: LAPORAN MAGANG DI PTPN IX (PERSERO) KEBUN …/Quality... · Sanitasi Ruangan ..... 83 Sanitasi Alat dan Mesin ..... 85 ... Tabel 4.3 Kriteria Uji Organoleptik Teh Hitam ..... 72 Tabel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13  

Mutu teh sangat dipengaruhi oleh cara pengolahannya, walaupun

faktor-faktor lain juga berpengaruh (Nasution dan Wachyuddin, 1975).

Faktor-faktor lain tersebut antara lain, letak atau tinggi perkebunan di atas

permukaan laut, pemangkasan ranting-ranting, cara atau sistem pemetikan

daun teh dan jenis daun yang diolah (Siswoputranto, 1978).

Mutu teh dinilai berdasarkan rasa (taste), aroma, dan warna seduhan

(liquor). Penilaian mutu ditentukan oleh seorang ahli pencicip (tea tester)

berdasarkan analisis organoleptik, yaitu kemampuan mengukur mutu dengan

indra penglihatan, penciuman, dan perasa. Parameter lain seperti kadar air dan

berat jenis (density) hanya sebagai pendukung (Ghani, 2002).

Sekarang ini penentuan mutu teh atau bahan-bahan penyegar lainnya,

dilakukan secara organoleptik yaitu penentuan yang dilakukan oleh tester

berdasarkan nilai-nilai yang telah ditentukan. Pada penentuan mutu ini , dilihat

keseragaman bubuk, bahan-bahan asing dalam bubuk, mutu air seduhan dan

warna air seduhan. Selain penentuan tersebut, masih ada yang harus dilihat

yaitu warna ampas, rasa dan aroma air seduhan tersebut, menurut tea tester.

Kesalahan pada waktu pengujian, akan terasa oleh tester setelah melihat sifat-

sifat air seduhannya (Nasution dan Wachyudin, 1975).

D. Sanitasi

Dalam setiap industri, sanitasi sangat dibutuhkan untuk melindungi

atau mencegah kerusakan bahan pangan, menjaga agar bau dan rasa yang

dikehendaki tidak banyak berubah, menghindari dari bahaya terhadap

kesehatan dan keselamatan manusia serta menciptakan suasana estetika pabrik

yang bersih dan nyaman (Winarno, 1974)

Dalam industri pangan, sanitasi meliputi kegiatan-kegiatan secara

aseptik dalam persiapan, pengolahan dan pengkemasan produk pangan;

pembersihan dan sanitasi pabrik serta lingkungan pabrik dan kesehatan

pekerja. Kegiatan yang berhubungan dengan produk pangan meliputi

pengawasan mutu bahan mentah, penyimpanan bahan mentah, penyediaan air

baik, pencegahan kontaminasi pada semua tahap pengolahan dari berbagai

Page 26: LAPORAN MAGANG DI PTPN IX (PERSERO) KEBUN …/Quality... · Sanitasi Ruangan ..... 83 Sanitasi Alat dan Mesin ..... 85 ... Tabel 4.3 Kriteria Uji Organoleptik Teh Hitam ..... 72 Tabel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14  

sumber kontaminasi, serta pengkemasan dan penggudangan produk akhir

(Anonima, 2008).

Sanitasi merupakan persyaratan mutlak bagi industri pangan, sebab

sanitasi berpengaruh langsung dan tidak langsung terhadap mutu pangan dan

daya awet produk serta nama baik perusahaan. Sanitasi juga menjadi salah

satu tolok ukur teratas dalam menilai kebersihan perusahaan yang menangani

produk pangan. Didalam industri pangan modern, program sanitasi merupakan

bagian penting dari sistem pengawasan mutu (Soekarto, 1990).

 

 

 

Page 27: LAPORAN MAGANG DI PTPN IX (PERSERO) KEBUN …/Quality... · Sanitasi Ruangan ..... 83 Sanitasi Alat dan Mesin ..... 85 ... Tabel 4.3 Kriteria Uji Organoleptik Teh Hitam ..... 72 Tabel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB III

TATA PELAKSANAAN KEGIATAN

A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Magang

Kegiatan magang dilaksanakan di PT. Perkebunan Nusantara IX

(Persero) Kebun Semugih, Desa Banyumudal, Kecamatan Moga, Kabupaten

Pemalang, Jawa Tengah. Waktu pelaksanaanya mulai tanggal 11 Februari

sampai dengan 11 Maret 2010.

B. Metode Pelaksanaan Magang

Metode yang digunakan pada pelaksanaan magang antara lain:

1. Metode Observasi dan Partisipasi Aktif

Melakukan pengamatan langsung dilapangan, terutama yang berkaitan

dengan proses produksi teh hitam serta berpartisipasi aktif pada semua

kegiatan yang dilakukan selama produksi.

2. Metode Pengambilan Data

a Wawancara

Wawancara dilaksanakan untuk mendapatkan informasi tentang

perusahaan dan topik yang berkaitan dengan proses produksi teh hitam

dengan cara menanyakan langsung kepada pihak-pihak yang terkait.

b Pengambilan data sekunder

Pengambilan data sekunder diperoleh dengan mempelajari catatan

atau dokumen yang berkaitan dengan proses produksi dan

pengendalian mutu yang diterapkan di perusahaan.

c Studi Pustaka

Mencari pustaka atau literatur yang digunakan dalam pembuatan

laporan.

 

15

Page 28: LAPORAN MAGANG DI PTPN IX (PERSERO) KEBUN …/Quality... · Sanitasi Ruangan ..... 83 Sanitasi Alat dan Mesin ..... 85 ... Tabel 4.3 Kriteria Uji Organoleptik Teh Hitam ..... 72 Tabel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Keadaan Umum Perusahaan

1. Sejarah Singkat Perusahaan

Perkebunan teh Semugih pada awalnya merupakan penggabungan

dua unit kebun bekas kepemilikan perorangan Belanda dan sebuah kongsi

NV Handels Maschapy, yang terdiri atas dua kebun yaitu :

a. Nama kebun : Semugih

Nama Pemilik : Louis Matrijs De Qriot

Lokasi : Kecamatan Moga : 211,66 Ha

Kecamatan Pulosari : 190,70 Ha

Kecamatan Randudongkal : 350, 45 Ha

Jumlah : 762,81 Ha

b. Nama kebun : Pesantren

Nama Pemilik : NV Handels Maschapy : 263, 51 Ha

Jumlah seluruh : 1026,32 Ha

Kedua kebun tersebut masuk wilayah Kabupaten Dati II Pemalang,

Jawa Tengah. Dalam perkembangannya sesuai dengan perubahan kondisi

politik, ekonomi, sosial dan budaya bangsa Indonesia maka kebun teh

Semugih mengalami beberapa pergantian nama dan pengelolaan dari tahun

1957 sampai sekarang, seperti yang terdapat pada Tabel 4.1.

16

Page 29: LAPORAN MAGANG DI PTPN IX (PERSERO) KEBUN …/Quality... · Sanitasi Ruangan ..... 83 Sanitasi Alat dan Mesin ..... 85 ... Tabel 4.3 Kriteria Uji Organoleptik Teh Hitam ..... 72 Tabel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17  

Tabel 4.1 Sejarah Perusahaan dari tahun 1957 sampai sekarang No. Periode Keterangan 1. Tahun 1957 Kebun Semugih dan Pesantren diambil alih oleh

pemerintah Republik Indonesia, dikenal dengan istilah Nasionalisasi Perusahaan Perkebunan Negara (PPN Lama)

2. Tahun 1961-1962

Berubah status menjadi Perusahaan Perkebunan PPN Baru Unit Jawa Tengah IV

3. Tahun 1963-1968

Perusahaan dikelompokkan kedalam PPN Aneka Tanaman IX

4. Tahun 1968 Berubah menjadi PPN XVIII Kebun Semugih/Pesantren

5. Tahun 1973 Berubah menjadi PTP XVIII (Persero) 6. Tahun 1994 Diadakan rekontruksi kebun Semugih/Pesantren

masuk dalam PTP Group Jawa Tengah yang merupakan penggabungan dari PTP XV/XVI, PTP XVIII, PTP IX, dan PTP XXI/XXII

7. Tahun 1995 Kebun Semugih/Pesantren digabung dengan kebun Kaligua (Kab. Brebes) menjadi Kebun Semugih/Kaligua dengan kantor administrasinya berkedudukan di Semugih

8. Tahun 1996 Melalui rekontruksi perkebunan Negara, pengelolaan kebun Semugih Kaligua yang semula dibawah naungan PTP XVIII (Persero) diubah menjadi PTP Nusantara IX (Persero)

9. Tahun 1999 Kebun Semugih dipisah kembali dengan Kebun Kaligua dan pengelolaannya berdiri sendiri dengan pimpinan seorang Administratur

Sumber: Buku Profil Kebun Semugih

Kantor pusat PTP Nusantara IX (Persero) ada dua tempat yaitu: 1. Divisi Tanaman Tahunan dengan alamat Jln. Mugas Dalam (Atas)

Semarang. 2. Divisi Tanaman Musiman dengan alamat Jln. Ronggowarsito No.

164 Surakarta.

Page 30: LAPORAN MAGANG DI PTPN IX (PERSERO) KEBUN …/Quality... · Sanitasi Ruangan ..... 83 Sanitasi Alat dan Mesin ..... 85 ... Tabel 4.3 Kriteria Uji Organoleptik Teh Hitam ..... 72 Tabel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18  

2. Identitas Perusahaan

PTPN IX Kebun Semugih adalah salah satu kebun yang dimiliki

oleh PTPN IX yang merupakan kebun hasil pemisahan dengan kebun

Kaligua. Identitas dari kebun Semugih adalah:

a. Nama Perusahaan : PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero)

b. Status Perusahaan : BUMN

c. Alamat Perusahaan

a) Pusat : Jln. Mugas Dalam (Atas) Semarang

No. Telp. (024)8414635

No. Fax. (024)8415408

b) Perwakilan/kebun : Semugih

No. Telp. (0284)583466

No. Fax. (0284)583466

d. Nama Kebun : Semugih

e. Lokasi Kebun

a) Desa : Banyumudal

b) Kecamatan : Moga

c) Kabupaten : Pemalang

f. Izin Tetap Usaha

Perkebunan : 031/11.01/PB/III/2003, 24-03-03 (SIUP)

a) Izin Usaha Perkebunan (IUP)

Nomor : 031/11.01/PB/III/2003

Tanggal : 24 Maret 2003

3. Lokasi Perusahaan

PTPN IX (Persero) terletak di empat kecamatan yaitu Kecamatan

Moga, Pulosari, Randudongkal dan Kecamatan Ulujami, Kabupaten

Pemalang, Propinsi Jawa Tengah. PTPN IX Kebun Semugih terdiri dari

Afdeling Semugih, Afdeling Semakir, dan Afdeling Pesantren, letak satu

afdeling dengan afdeling yang lain terpisah dan berpusat di Semugih

sebagai emplasment induk.

Page 31: LAPORAN MAGANG DI PTPN IX (PERSERO) KEBUN …/Quality... · Sanitasi Ruangan ..... 83 Sanitasi Alat dan Mesin ..... 85 ... Tabel 4.3 Kriteria Uji Organoleptik Teh Hitam ..... 72 Tabel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19  

a. Afdeling Semugih

Luas afdeling Semugih adalah 412.36 Ha yang terdiri atas

emplasment dan tanaman teh. Afdeling ini masuk dalam dua wilayah

desa yaitu Desa Banyumudal dan Desa Sima. Dua desa tersebut berada

di Kecamatan Moga dan Kecamatan Pulosari yang terletak 43 km dari

Kabupaten Pemalang. Afdeling Semugih terletak pada ketinggian 600-

800 m dpl dan berada di sebelah utara Gunung Slamet. Lahannya landai

dengan kemiringan ± 15-200. Jenis tanahnya andosol berpasir yang

banyak mengandung silica serta berbatu yang berasal dari endapan

letusan Gunung Slamet dan struktur tanahnya remah. Tipe iklim

Afdeling Semugih adalah tipe B yakni iklim basah dengan ciri-ciri

memiliki kelembaban udara yang tinggi berkisar 70-90%.

b. Afdeling Semakir

Luas Afdeling Semakir adalah 350.45 Ha yang terdiri atas

emplasment, tanaman kakao, dan kelapa. Afdeling Semakir meliputi

Desa Semaya dan Semingkir yang terletak di Kecamatan Randudongkal

dengan jarak dari emplasment induk 14 km. Afdeling Semakir terletak

pada ketinggian 200-400 m dpl, dengan keadaan kondisi lahan

bergelombang atau terjal sampai berbukit. Jenis tanahnya adalah

Latosol dan Regusol dengan tekstur tanah lempung berbatu.

c. Afdeling Pesantren

Luas Afdeling Pesantren adalah 263.51 Ha yang terdiri atas

emplasment, areal tanaman tebu, jarak, mahoni, dan kelapa. Afdeling

Pesantren meliputi Desa Pesantren yang terletak di Kecamatan Ulujami.

Jarak afdeling ini dari emplasment induk 65 km. Afdeling Pesantren

terletak pada ketinggian 0-5 m dpl, dengan kondisi lahan datar dan

berawa. Jenis tanahnya adalah alluvial, tanah sedimen berpasir dengan

drainase kurang baik karena terpengaruh oleh pasang surut air laut.

4. Tujuan Didirikan Perusahaan

Tujuan didirikan perusahaan adalah memenuhi permintaan pasar dan

mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya dengan menghasilkan

Page 32: LAPORAN MAGANG DI PTPN IX (PERSERO) KEBUN …/Quality... · Sanitasi Ruangan ..... 83 Sanitasi Alat dan Mesin ..... 85 ... Tabel 4.3 Kriteria Uji Organoleptik Teh Hitam ..... 72 Tabel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20  

produk yang berkualitas, serta ikut melaksanakan kebijakan pemerintah

dalam pembangunan nasional di bidang ekonomi, khususnya

pembangunan di bidang pertanian sub sektor perkebunan.

5. Jenis Produksi

PT Perkebunan Nusantara IX Kebun Semugih memproduksi bubuk

teh hitam kering dengan proses pengolahan sistem Orthodox rotorvane.

Bubuk teh hitam ini sebagian besar diekspor ke luar negeri. Untuk pasaran

dalam negeri, perkebunan menjual dalam bentuk teh celup. Bahan baku

yang digunakan untuk membuat teh celup didatangkan dari Kebun Kaligua

karena aromanya lebih kuat. Hal ini disebabkan dataran Kebun Kaligua

lebih tinggi dibandingkan dengan Kebun Semugih. PT Perkebunan

Nusantara IX Kebun Semugih mengelompokkan produknya berdasar

tingkatan mutu teh hasil olahannya yang dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Jenis Teh, Pemasaran, dan Pengelompokan Mutu Teh

Produksi PT Perkebunan Nusantara IX Kebun Semugih

Jenis teh Pemasaran MutuBOP Ekspor

Mutu I BOPF EksporPF EksporDUST EksporBP EksporBT EksporPF II Ekspor

Mutu II BP II Ekspor FANN II EksporDUST II EksporDUST III EksporBM Lokal Mutu III Kawul Lokal

Sumber: Buku Bagian Pengepakan PTPN IX Kebun Semugih

6. Visi dan Misi Perusahaan

a. Visi Perusahaan

Menjadikan PT Perkebunan Nusantara IX (Persero) suatu perusahaan

Agribisnis dan Agroindustri yang tangguh, berkembang dan

berwawasan lingkungan.

Page 33: LAPORAN MAGANG DI PTPN IX (PERSERO) KEBUN …/Quality... · Sanitasi Ruangan ..... 83 Sanitasi Alat dan Mesin ..... 85 ... Tabel 4.3 Kriteria Uji Organoleptik Teh Hitam ..... 72 Tabel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21  

b. Misi Perusahaan

1) Memproduksi dan memasarkan komoditi utama yaitu teh, kopi,

karet, kakao, gula, tetes beserta industri hilirnya dan

pengembangan usaha agrowisata di Jawa Tengah.

2) Melaksanakan pengelolaan operasional perusahaan dengan sasaran

profitisasi dan pertumbuhan perusahaan, yang mengarah pada

kelangsungan hidup perusahaan.

3) Menerapkan teknologi tepat guna sehingga produk yang dihasilkan

memiliki daya saing tinggi.

4) Memberdayakan seluruh sumber daya perusahaan dan potensi

lingkungan guna mendukung pembangunan ekonomi nasional

melalui penciptaan lapangan kerja, kemitraan dengan petani yang

sinergis dan perolehan dengan devisa dari penjualan komoditi

ekspor.

5) Sebagai wujud kepedulian dan tanggung jawab sosial melalui

program kemitraan dalam bentuk keterkaitan usaha yang saling

menguntungkan dan menunjang antara koperasi, swasta, dan

BUMN, perusahaan membantu program pemerintah untuk

meningkatkan Program Kemitraan Bina Lingkungan (PKBL).

6) Mendukung program pemerintah dalam pemenuhan kebutuhan gula

nasional.

B. Manajemen Perusahaan

1. Struktur dan Sistem Organisasi

Manajemen Perusahaan diartikan sebagai cara untuk mengatur

perusahaan agar dapat berkembang dan rencana yang ditetapkan dapat

terealisasikan semaksimal mungkin. Manajemen Perusahaan di Kebun

Semugih dipegang oleh Administratur. Administratur mempunyai

wewenang untuk mengatur urusan dalam kebun, pabrik maupun dalam

pembukuan kantor. Akan tetapi kebijakan dalam pemasaran, pengadaan

jenis tanaman maupun peralatan yang akan digunakan berada pada Direksi

PT Perkebunan Nusantara IX (Persero).

Page 34: LAPORAN MAGANG DI PTPN IX (PERSERO) KEBUN …/Quality... · Sanitasi Ruangan ..... 83 Sanitasi Alat dan Mesin ..... 85 ... Tabel 4.3 Kriteria Uji Organoleptik Teh Hitam ..... 72 Tabel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22  

Dalam menjalankan tugasnya, administratur menggunakan sistem

organisasi garis. Sistem organisasi garis membagi kekuasaan di dalam

setiap tingkat jabatan. Kekuasaan yang didelegasikan menjadi suatu

tanggung jawab bagi pemegangnya dan sekaligus memberi wewenang

untuk menentukan kebijakan tugas operasional yang diembannya. Struktur

organisasi pada PTPN IX Kebun Semugih dapat di lihat pada Gambar

4.1. 

Gambar 4.1 Struktur organisasi di PTPN IX Kebun Semugih

2. Tanggung Jawab dan Wewenang

PT Perkebunan Nusantara IX (Persero) dipimpin oleh seorang

Direksi sedangkan perkebunan Semugih dipimpin oleh Administratur.

Dalam menjalankan tugasnya, administratur dibantu oleh beberapa kepala

bagian (sinder). Masing-masing pegawai memiliki tugas dan wewenang

yang harus dijalankan sebaik-baiknya. Penjabaran tugas dan wewenang

dari masing-masing anggota pada struktur organisasi di PTPN IX

(Persero) Kebun Semugih adalah sebagai berikut:

a. Administratur

Administratur merupakan kepala perkebunan yang bertanggung

jawab secara langsung kepada Direksi PTPN IX. Tugasnya yaitu

memimpin seluruh kegiatan di Perkebunan Semugih, mengelola

perkebunan dengan cara yang efektif dan efisien untuk mencapai

sasaran yang telah ditentukan serta mengambil tindakan-tindakan

seperlunya sesuai dengan wewenang yang dimilikinya.

ADMINISTRATUR

SINDER KEPALA

SINDER TEKNIK

SINDER KANTOR

SINDER KEBUN AFD. SEMUGIH

SINDER KEBUN AFD. SEMAKIR

SINDER KEBUN AFD. PESANTREN

KARYAWAN TEKNIK

KARYAWAN AFD. SEMUGIH

KARYAWAN AFD. SEMAKIR

KARYAWAN AFD. PESANTREN

KARYAWAN KANTOR INDUK

Page 35: LAPORAN MAGANG DI PTPN IX (PERSERO) KEBUN …/Quality... · Sanitasi Ruangan ..... 83 Sanitasi Alat dan Mesin ..... 85 ... Tabel 4.3 Kriteria Uji Organoleptik Teh Hitam ..... 72 Tabel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23  

b. Sinder Kepala

Sinder Kepala bertugas membantu administratur dalam

melaksanakan tugasnya terutama di bidang produksi dengan

berpedoman kepada RKAP (Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan)

yang telah disahkan terutama dalam bidang tanaman baik perencanaan,

pelaksanaan maupun pengawasan dan membantu administratur dalam

mengkoordinir sinder afdeling.

c. Sinder Teknik/Teknologi

Sinder Teknik bertugas untuk mengatur pelaksanaan semua

pekerjaan yang berkaitan dengan aspek teknis perusahaan. Sinder

Teknik bertanggung jawab atas tersedianya sarana dan prasarana yang

memadai sehingga aktifitas perusahaan dapat berjalan dengan lancar.

d. Sinder Kantor

Sinder Kantor bertugas mengatur kegiatan administrasi keuangan

dan umum kebun, penyusunan RKAP (Rencana Kerja dan Anggaran

Perusahaan) serta pengendaliannya.

e. Sinder Kebun

Sinder Kebun bertugas untuk mengatur kualitas dan kuantitas

bahan baku teh yang akan diolah di pabrik dan bertanggung jawab atas

tersedianya bahan baku teh untuk diolah sesuai dengan kualitas yang

telah ditentukan.

3. Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Karyawan

Tenaga kerja di Perkebunan Semugih dibedakan menjadi tiga

kategori yaitu:

a. Staff adalah tenaga kerja yang masuk ke dalam struktur organisasi

perusahaan.

b. Tenaga kerja honorer adalah tenaga kerja yang penghasilannya berupa

honor dari tugas apa yang telah dikerjakannya.

c. Tenaga kerja lepas adalah tenaga kerja yang hanya bekerja jika

perkebunan kekurangan tenaga kerja.

Page 36: LAPORAN MAGANG DI PTPN IX (PERSERO) KEBUN …/Quality... · Sanitasi Ruangan ..... 83 Sanitasi Alat dan Mesin ..... 85 ... Tabel 4.3 Kriteria Uji Organoleptik Teh Hitam ..... 72 Tabel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24  

Karyawan yang bekerja di pabrik teh Semugih berjumlah 1.067

orang. Karyawan tersebut dibedakan menjadi karyawan pimpinan,

karyawan pelaksana, karyawan pembantu pelaksana, dan karyawan harian.

Tingkat pendidikan dari para karyawan juga bervariasi mulai dari

pendidikan SD sampai sarjana (S1).

Beberapa fasilitas didirikan untuk meningkatkan produktivitas para

karyawan serta kesejahteraan keluarga karyawan, yaitu:

1. Bantuan biaya pengobatan ditanggung oleh perusahaan dalam batas-

batas tertentu sesuai dengan peraturan yang berlaku.

2. Penyediaan sarana perumahan untuk karyawan pendatang yang belum

memiliki rumah.

3. Disediakan fasilitas pendukung pendidikan (TK).

4. Disediakan sarana peribadatan masjid, koperasi, dan sarana olahraga.

5. Penyediaan listrik dan air.

6. Pakaian seragam kerja diberikan 1 stel pertahun sesuai dengan kondisi

perusahaan.

7. Pemberian tunjangan pensiun berdasarkan masa kerja.

8. Santunan kematian, apabila ada karyawan dan keluarganya

meningggal.

Di Kebun Semugih juga diperhatikan keselamatan dan kesehatan

para pekerja, karyawan, dan staf. Tujuan dari keselamatan dan kesehatan

kerja adalah untuk mewujudkan masyarakat dan lingkungan kerja yang

aman, sehat, dan sejahtera. Wujud dari perlindungan dan keselamatan

kerja di Kebun Semugih antara lain:

a) Bagi karyawan dan pekerja pabrik:

Proses kerja yang dilakukan tidak membahayakan.

Alat dan ruangan yang memberikan efek gangguan

(membahayakan) terhadap karyawan dan sekitarnya diisolasi.

Pemakaian alat perlindungan perorangan, seperti sarung tangan dan

sepatu.

Petunjuk dan peringatan kerja.

Diberikan latihan (training) dan pendidikan.

Page 37: LAPORAN MAGANG DI PTPN IX (PERSERO) KEBUN …/Quality... · Sanitasi Ruangan ..... 83 Sanitasi Alat dan Mesin ..... 85 ... Tabel 4.3 Kriteria Uji Organoleptik Teh Hitam ..... 72 Tabel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25  

b) Bagi karyawan dan pekerja di kebun:

Pemberian pakaian seragam kerja berupa caping, celemek, dan baju

lengan panjang dengan tujuan untuk melindungi pekerja dari terik

matahari.

Pemakaian alat perlindungan perorangan, seperti sarung tangan

untuk melindungi tangan pekerja dari getah dan ulat serta sepatu

boot untuk melindungi pekerja dari benda-benda tajam, cacingan

dan hewan berbisa.

c) Bagi semua pekerja (pimpinan, staf, karyawan, dan buruh) beserta

keluarga diberikan jaminan kesehatan dan asuransi kerja oleh

perusahaan.

C. Penyediaan Bahan Baku

1. Penyiapan Lahan, Pembibitan, dan Tingkat Tanaman

1.1. Penyiapan Lahan

Kegiatan pertama dalam penyiapan bahan baku adalah

penanaman. Sebelum dilakukan penanaman, maka diperlukan

penyiapan lahan tanam. Menurut asalnya, lahan dapat berasal dari

sisa hutan, bekas tanaman lain ataupun bekas tanaman sejenis.

Tahapan dalam kegiatan ini antara lain :

a. Pembongkaran tunggul

Sebelum dilakukan kegiatan ini, luas lahan harus di ukur

terlebih dahulu dan disesuaikan dengan rencana penanaman.

Pembongkaran dilakukan dengan mencabut tanaman lama

dengan cangkul atau katrol. Seluruh bagian tanaman harus

tuntas terangkat beserta akarnya. Hal yang tidak boleh dilakukan

dalam pencabutan adalah memotong leher akar, karena sisa

perakaran akan menjadi tempat hidup jamur akar. Tunggul dan

akar dikumpulkan dan dibawa ke pabrik sebagai bahan bakar.

b. Pembersihan dan meratakan tanah

Kegiatan pembersihan tanah dengan pencangkulan yang

dilakukan dengan kedalaman 20-25 cm. Hal ini dimaksudkan

Page 38: LAPORAN MAGANG DI PTPN IX (PERSERO) KEBUN …/Quality... · Sanitasi Ruangan ..... 83 Sanitasi Alat dan Mesin ..... 85 ... Tabel 4.3 Kriteria Uji Organoleptik Teh Hitam ..... 72 Tabel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26  

untuk menghilangkan akar rimpang (Rhizoma) dan perakaran

tanaman lama yang masih tertinggal supaya tidak timbul jamur

akar. Perataan berfungsi untuk mempermudah pembuatan kontur

teras. Diupayakan permukaan tanah rata terutama tanah sisa

galian/dongkelan tanaman sebelumnya.

c. Pembuatan jalan

Apabila jalan sebelumnya sudah ada dan masih bisa dipakai

kembali pembuatan jalan tidak dilakukan, kegiatan yang

dilakukan tinggal perbaikan seperlunya. Macam-macam jalan

yang perlu dibuat adalah jalan utama/protokol, jalan angkut

produksi, jalan blok ke blok serta jalan yang digunakan oleh

pemetik. Naik turunnya jalan dibuat tidak terlalu curam, dengan

kemiringan maksimal 300.

d. Pembuatan saluran air

Pembuatan saluran air dilakukan bertujuan untuk

mengendalikan erosi pada permukaan tanah. Hampir sama

seperti pembuatan jalan, tetapi tidak boleh terlalu lebar,

maksimal satu meter. Pada tepi saluran air dapat ditanami

rumput Glutemala untuk memperkuat tampingan.

e. Pembuatan terasering

Terasering dibuat pada awal persiapan setelah pembersihan

lahan serta perataan tanah. Untuk kebun yang curam/miring

sangat dianjurkan pembuatan terasering. Hal ini untuk

mencegah terjadinya erosi tanah. Dalam pembuatannya, lebar

teras disesuaikan dengan kemiringan lahan, semakin miring

semakin lebar. Untuk standar lebar teras berkisar 70-110 cm.

Teras dibuat miring kedalam, agar tidak mudah longsor di

musim penghujan.

f. Penanaman tanaman pelindung

PTP Nusantara IX Kebun Semugih berada pada ketinggian 600-

800 m dpl. Untuk tanaman teh yang berada dibawah 1000 m dpl

Page 39: LAPORAN MAGANG DI PTPN IX (PERSERO) KEBUN …/Quality... · Sanitasi Ruangan ..... 83 Sanitasi Alat dan Mesin ..... 85 ... Tabel 4.3 Kriteria Uji Organoleptik Teh Hitam ..... 72 Tabel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27  

harus di beri tanaman naungan. Tanaman naungan berfungsi

sebagai penahan terpaan angin kencang, mencegah penguapan

yang berlebihan serta pelindung dari radiasi sinar ultraviolet,

terlebih ketika musim kemarau. Tanaman pelindung dibagi

menjadi dua, yaitu pelindung sementara dan pelindung tetap.

Pelindung sementara difungsikan untuk tanaman baru. Tanaman

yang dipakai adalah jenis Legumineceae seperti Tephrosia sp

(orok-orok). Tanaman pelindung tetap berupa tanaman

permanen yang berumur panjang. Jenis yang dipakai untuk

pelindung tetap antara lain: Lamtoro, Ramayana, Greavillea

robusta dan Kina.

Penyiapan lahan dilakukan satu tahun sebelum penanaman.

Selama masa tunggu tersebut, lahan dapat beradaptasi dengan udara

luar serta untuk menetralkan kandungan unsur hara dalam tanah.

Sementara menunggu lahan siap, dapat dilakukan penyiapan bibit di

tempat pembibitan. Karena penyiapan bibit hingga siap tanam

membutuhkan jangka waktu ± 1 tahun.

1.2. Pembibitan

Pembibitan tanaman teh dapat dilakukan melalui dua cara,

dengan biji (klentang) serta dengan stek. Di PTP Nusantara IX

Kebun Semugih menggunakan cara stek sebagai pembiakan

tanaman. Langkah yang harus dilakukan sebelum pembibitan

adalah pemeliharaan pohon induk yang akan digunakan untuk

pembibitan. Perlu perencanaan terlebih dahulu, teh jenis/klon apa

yang akan digunakan sebagai bibit. Untuk saat ini teh yang

dikembangkan di kebun Semugih adalah jenis Gambung 7 dan

Gambung 11 serta TRI 2024 dan TRI 2025. Setiap pohon induk

memiliki potensi jumlah stek (cutting) berbeda, sesuai dengan

umurnya. Dalam pelaksanaan pembibitan stek teh ada beberapa

tahapan yaitu:

Page 40: LAPORAN MAGANG DI PTPN IX (PERSERO) KEBUN …/Quality... · Sanitasi Ruangan ..... 83 Sanitasi Alat dan Mesin ..... 85 ... Tabel 4.3 Kriteria Uji Organoleptik Teh Hitam ..... 72 Tabel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28  

a. Lokasi pembibitan

Pemilihan lokasi harus tepat, sebab akan berpengaruh terhadap

perkembangan bibit itu sendiri. Lokasi/lahan harus cukup

mendapat sinar matahari. Beberapa kriteria lain antara lain yaitu

drainase tanah harus baik, kemudahan dalam mendapatkan air

dan tanah untuk pengisian polibag. Lokasi juga diharapkan dekat

dengan jalan, sehingga mudah dalam pengangkutan.

b. Persiapan lahan

Persiapan lahan dilakukan dengan mengukur lahan (luas) yang

diperlukan sesuai dengan jumlah pembuatan bibit. Sebagai

panduan setiap satu meter persegi bedengan dapat memuat 140

bekong/bibit. Lokasi yang akan dipakai untuk pembibitan juga

harus bebas dari tunggul-tunggul pohon, sisa perakaran serta

bebatuan. Serta dibuatkan bedengan dengan ukuran lebar 1,2 m,

panjang 12 m atau menyesuaikan dengan kondisi lahan. Di

dalam bedengan tersebut, bibit teh dipelihara hingga siap

ditanam.

c. Pembuatan naungan pembibitan

Bibit yang nantinya akan ditanam harus mendapatkan perlakuan

khusus, terutama dari pengaruh buruk sinar matahari yang

mengandung ultraviolet. Hal ini dapat menyebabkan bibit

terbakar atau layu. Untuk itu perlu dibuatkan naungan di atas

pembibitan. Bahan yang biasa dipakai adalah bambu yang sudah

dianyam. Ketinggian dari permukaan tanah kira-kira 2 m.

d. Pengisian tanah ke polibag

Sebelum pengisian tanah ke polibag dilakukan pemilihan tanah

yang akan digunakan sebagai media tanam. Tanah yang baik

mempunyai pH 4,5-5,6 (terbaik 5,6). Tanah dipisahkan antara

top soil (kedalaman 25-30 cm dari permukaan tanah) serta tanah

subsoil (≥30-60 dari permukaan tanah). Setelah diayak tanah

dibiarkan terlebih dahulu minimal selama 4-6 minggu. Tanah

Page 41: LAPORAN MAGANG DI PTPN IX (PERSERO) KEBUN …/Quality... · Sanitasi Ruangan ..... 83 Sanitasi Alat dan Mesin ..... 85 ... Tabel 4.3 Kriteria Uji Organoleptik Teh Hitam ..... 72 Tabel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29  

topsoil (setiap 1m3) dicampur dengan urea (300gr), TSP (160gr),

KCL (140gr) dan Dithane M45 (200gr). Sedangkan tanah

subsoil hanya dicampur dengan Dithane M45 (200gr) dan Tawas

(1000gr). Pengisian dilakukan terlebih dahulu dengan tanah

topsoil sebanyak 2/3 bagian polibag dan subsoil 1/3 bagian atas

dengan menyisakan sedikit ruang pada ujung polibag.

e. Penanaman bibit ke dalam polibag

Menjelang penanaman bibit direndam dalam larutan Dithane

M45 0,2 % selama satu menit, kemudian pangkal bibit

dicelupkan ke dalam perangsang akar Rootone F (100 gram

untuk 15000 stek). Kemudian bibit ditancapkan ke dalam

polibag yang sudah diberi lubang dengan bambu dengan

kedalaman 3 cm. Selanjutnya polibag disiram dengan air bersih

dan disemprot dengan insektisida (Sidamethrin).

f. Pemeliharaan bibit

Bibit yang sudah berada dalam bedengan ditutup dengan plastik

(sungkup) selama 2 bulan. Kemudian dilakukan penyulaman

serta penyiraman dengan pupuk dan air tawar. Satu bulan

selanjutnya bibit dilatih untuk beradaptasi dengan lingkungan

sekitar dengan cara membuka sungkup bedengan secara

bertahap sampai bibit benar-benar kuat dan mampu beradaptasi

dengan lingkungan. Kegiatan ini dilakukan sampai bibit berumur

7 bulan. Selanjutnya dilakukan seleksi bibit, dipisahkan bibit

dengan perbedaan ukuran tanaman. Kemudian dilakukan

pemupukan sebanyak 3 kali sampai bibit siap dibawa ke kebun

(umur 10-11 bulan) dengan ketinggian minimal 25 cm.

Page 42: LAPORAN MAGANG DI PTPN IX (PERSERO) KEBUN …/Quality... · Sanitasi Ruangan ..... 83 Sanitasi Alat dan Mesin ..... 85 ... Tabel 4.3 Kriteria Uji Organoleptik Teh Hitam ..... 72 Tabel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30  

1.3. Tingkatan Tanaman

a. Tanaman Tahun Ini (TTI)

Kegiatan TTI dilakukan dengan tujuan antara lain: mengganti

tanaman yang produktivitasnya sudah rendah (dibawah 900

kg/ha) serta populasi tanaman per hektar dibawah standar. Pada

TTI dilakukan pemeliharaan jalan, saluran air, pengendalian

gulma, mengajir, membuat lubang dan menanam teh.

Penanaman teh dilakukan pada kisaran bulan November dan

Desember karena pada bulan tersebut curah hujan sudah cukup

yaitu selama 7 hari berturut-turut.

b. Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)

Tanaman Belum Menghasilkan meliputi TBM I, TBM II dan

TBM III. Masing-masing tahap memiliki jangka waktu 1 tahun.

Kegiatan yang dilakukan pada tahapan TBM adalah

pemeliharaan jalan, saluran air dan teras, pembuatan rorak

(lubang penahan erosi dan penampungan pupuk), penyulaman,

pengendalian gulma dan hama penyakit, pemupukan serta

pembentukan bidang petik. Pembentukan bidang petik

dilakukan untuk memperlebar permukaan bidang petik sehingga

meningkatkan produksi pucuk teh.

c. Tanaman Menghasilkan (TM)

Setelah masa TBM berakhir, tanaman memasuki tahap TM yaitu

tanaman sudah dapat berproduksi secara normal. Masa produksi

TM sangat lama, yaitu berakhir ketika produksi tanaman mulai

menurun dan dilakukan pembongkaran. Kegiatan dalam tahap

ini meliputi pemeliharaan jalan, konservasi tanah (menjaga

kesuburan tanah), pengendalian gulma dan hama penyakit,

pemupukan, pangkasan, pengolahan tanah, dan pemeliharaan

pohon pelindung. Pemupukan dilakukan 4 kali dalam setahun

dengan cara dibenamkan dalam tanah dan juga melalui pupuk

daun (bayfolan) yang dicampur dengan pestisida (Zing Sulfat)

Page 43: LAPORAN MAGANG DI PTPN IX (PERSERO) KEBUN …/Quality... · Sanitasi Ruangan ..... 83 Sanitasi Alat dan Mesin ..... 85 ... Tabel 4.3 Kriteria Uji Organoleptik Teh Hitam ..... 72 Tabel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31  

dengan cara disemprotkan satu minggu sekali. Pemangkasan

dilakukan setiap 3-4 tahun sekali dengan ketinggian 55-60 cm

dari permukaan tanah. Tujuan dari pangkasan adalah untuk

menurunkan kembali bidang petikan sehingga tidak terlalu tinggi

dan mudah dipetik serta merangsang pertumbuhan cabang dan

tunas-tunas baru. Pengendalian hama/penyakit termasuk sangat

penting karena ketika musim hujan daun teh rawan terserang

Blyster blight yaitu cacat pada daun seperti tumor serta hama-

hama yang lain.

2. Pengadaan Bahan Baku

Bahan baku merupakan elemen terpenting dalam proses produksi,

yang nantinya diolah dari bentuk mentah menjadi produk jadi. Pengadaan

bahan baku untuk pembuatan teh hitam secara keseluruhan pada PT.

Perkebunan Nusantara IX (Persero) Kebun Semugih berasal dari kebun

milik sendiri dengan luas areal perkebunan teh 410.69 Ha yang terbagi

menjadi dua kebun yaitu Banyumudal 256.38 Ha dan Sima 155.31 Ha.

Sebagai pertimbangan keberlangsungan jalannya industri, maka

penyediaan bahan baku sangat penting untuk diperhatikan. Teh yang

bermutu tinggi biasanya didapatkan dari pengolahan daun teh muda.

Faktor utama yang dituntut dalam mutu pucuk teh adalah senyawa

polifenol teh (golongan katekin) dan enzim polifenol oksidase yang harus

tetap terjaga, baik jumlah maupun mutunya. Kedua zat ini terletak terpisah

dalam sel daun, senyawa polifenol di vakuola dan enzim polifenol

oksidase di kloroplast. Sehingga keduanya tidak akan saling kontak yang

menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi. Kondisi seperti ini harus

dipertahankan sampai pucuk teh diolah di pabrik.

Reaksi oksidasi polifenol dalam pucuk teh yang tidak terkendali

biasanya terjadi karena faktor lingkungan. Daun yang sudah tidak utuh

lagi atau terperam adalah daun yang bekualitas buruk. Suhu dan tekanan

pucuk teh yang dipetik akan mengakibatkan terjadinya respirasi yang

menghasilkan panas. Peningkatan suhu dan tekanan mekanis disebabkan

oleh beberapa faktor, yaitu:

Page 44: LAPORAN MAGANG DI PTPN IX (PERSERO) KEBUN …/Quality... · Sanitasi Ruangan ..... 83 Sanitasi Alat dan Mesin ..... 85 ... Tabel 4.3 Kriteria Uji Organoleptik Teh Hitam ..... 72 Tabel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32  

1. Penggenggaman pucuk teh yang terlalu lama di tangan pemetik

2. Pemadatan pengisian pada wadah petikan

3. Timbunan pucuk yang terlalu tebal

4. Sinar matahari yang terlalu terik dan langsung mengenai pucuk teh

5. Pemadatan di dalam kendaraan pengangkutan dari kebun ke pabrik

Dalam pengadaan bahan baku ada beberapa kegiatan yang

dilakukan, yaitu :

1. Pemetikan

Pemetikan adalah pemungutan hasil pucuk teh yang memenuhi

syarat pengolahan dan juga berfungsi sebagai usaha membentuk

kondisi tanaman agar mampu berproduksi tinggi secara terus-menerus

dan berkesinambungan.

Pucuk teh dipetik pagi hari jam 05:30 WIB sampai selesai oleh

para pemetik di bawah pengawasan mandor. Pemetik teh di PT.

Perkebunan Nusantara IX (Persero) Kebun Semugih terbagi menjadi 8

kelompok dan tiap kelompok dipimpin oleh satu mandor petik. Jumlah

pemetik teh tiap kelompok berkisar antara 50-70 orang.

Aturan pemetikan di PTP Nusantara IX Kebun Semugih adalah sebagai berikut: a. Pemetikan dilakukan tanpa merusak pertumbuhan tunas-tunas baru,

sehingga diterapkan sistem pembagian kerja agar diperoleh siklus petik 7 – 8 hari untuk tiap-tiap kelompok petik.

b. Pucuk yang dipetik adalah sesuai dengan rumus petikan medium yaitu: 1) Pucuk medium minimal 70% (P+2, P+3m, B+1m, B+2m,

B+3m) 2) Pucuk halus maksimal 10% (P+1, P+2m) 3) Pucuk kasar maksimal 20% (P+3, P+4, B+1t, B+2t)

Keterangan: P : peko B : burung

m : muda t : tua

Page 45: LAPORAN MAGANG DI PTPN IX (PERSERO) KEBUN …/Quality... · Sanitasi Ruangan ..... 83 Sanitasi Alat dan Mesin ..... 85 ... Tabel 4.3 Kriteria Uji Organoleptik Teh Hitam ..... 72 Tabel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33  

Beberapa jenis pucuk teh yang dipetik dapat dilihat pada Gambar 4.2.

Gambar 4.2 Jenis-Jenis Pucuk Teh Keterangan gambar: P+1 : peko + 1 daun muda B+1M : burung + 1 daun muda P+2 : peko + 2 daun muda B+2M : burung + 2 daun muda P+3M: peko + 3 daun muda B+3M : burung + 3 daun muda

Jenis pemetikan yang dilakukan selama daun pangkas terdiri

dari:

a. Pemetikan jendangan

Jenis petikan jendangan dilakukan apabila ± 25% dari areal blok

yang dipangkas telah bertunas yang mencukupi untuk dipilih pada

ketinggian petik 10-15 cm dari luka pangkas. Pemetikan ini

dilakukan 3-5 kali daur petik pada ketinggian yang sama oleh

pemetik yang terpilih. Selanjutnya siap dilakukan petikan produksi.

b. Pemetikan produksi

Jenis petikan produksi dilakukan setelah lepas pemetikan

jendangan sampai menjelang gendesan dengan pucuk yang diambil

sesuai dengan rumus petikan medium.

c. Pemetikan gendesan

Jenis petikan gendesan dilakukan menjelang pemangkasan dengan

mengambil semua pucuk yang ada.

P+1 P+2 P+3M

B+3M B+2M B+1M

Page 46: LAPORAN MAGANG DI PTPN IX (PERSERO) KEBUN …/Quality... · Sanitasi Ruangan ..... 83 Sanitasi Alat dan Mesin ..... 85 ... Tabel 4.3 Kriteria Uji Organoleptik Teh Hitam ..... 72 Tabel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34  

2. Penanganan Bahan Baku

Pemetikan pucuk dilakukan dengan hati-hati yaitu dengan kedua

tangan, daun dalam genggaman tidak terlalu banyak dan langsung

dimasukkan ke dalam wadah tanpa adanya penekanan. Selanjutnya

setelah semua pekerjaan pemetikan selesai pucuk teh dimasukkan

kedalam waring agar sirkulasi udara berjalan lancar dan tidak terjadi

kenaikan panas bahan dan dikumpulkan di TPH (Tempat

Pengumpulan Hasil). Di TPH ini dilakukan analisa petik. Analisa

petik ini bertujuan untuk mengetahui sistem pemetikan yang

dilakukan, sesuai atau tidak dengan rumus petik yang diterapkan dan

dinyatakan dalam persen.

3. Organisasi Petik

Organisasi petikan teh yang dilaksanakan yaitu :

a. Masing-masing Afdeling (bagiab kebun) dibagi menjadi beberapa

group kemandoran dengan luas lahan sekitar 50 Ha.

b. Petikan pada masing-masing blok dilaksanakan secara giring

bebek, sehingga tetap terpisahkan antara petikan group A, B, C dan

seterusnya sesuai dengan luas area Tanaman Menghasilkan (TM)

c. Kebutuhan jumlah pemetik disesuaikan dengan luas area petikan

masing-masing group kemandoran agar bisa dipenuhi daur

petiknya dan tidak terjadi keterlambatan pemetikan.

d. Untuk menghitung kebutuhan tenaga petik harus diketahui rata-rata

kapasitas petik/ HK (hari kerja) dalam setahun, jumlah hari kerja

setahun, % absensi pemetik dalam setahun (A), rata-rata produksi

pucuk/ Ha/ tahun. Jumlah tenaga petik (TP) yang dibutuhkan dapat

dihitung dengan rumus sebagai berikut :

TP = Produksi pucuk / Ha / tahun x (100+A)%

Kapasitas petik/ Ha / tahun

e. Hasil petikan jendangan harus dipisahkan dari hasil petikan

produksi 

 

 

Page 47: LAPORAN MAGANG DI PTPN IX (PERSERO) KEBUN …/Quality... · Sanitasi Ruangan ..... 83 Sanitasi Alat dan Mesin ..... 85 ... Tabel 4.3 Kriteria Uji Organoleptik Teh Hitam ..... 72 Tabel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35  

4. Analisa Petikan

Analisa petik didasarkan pada rumus petikan yang diterapkan.

Kegiatan ini berguna untuk bahan evaluasi kerja dari para pemetik dan

mengetahui kondisi kesehatan tanaman. Selain itu kegiatan ini

merupakan tindakan pengendalian kualitas pada bahan baku dikebun.

5. Pengangkutan Pucuk ke Pabrik

Pengangkutan pucuk ke pabrik dilakukan dengan menggunakan

truk yang diberi penutup bak (deklit). Hal ini ditujukan untuk

menghindarkan pucuk dari sinar matahari langsung. Selain itu di

dalam bak truk terdapat sekat dari papan yang berguna untuk

meletakkan waring berisi pucuk agar tidak saling bertindih satu sama

lain. Pengangkutan pucuk dilakukan sesegera mungkin dari TPH

untuk menghindari terjadinya prafermentasi. Setelah sampai di pabrik,

teh akan diterima oleh mandor penerimaan pucuk untuk dilakukan

proses selanjutnya.

6. Penerimaan Pucuk

Pucuk teh yang umumnya terdiri dari tangkai dan daun muda

merupakan bahan baku pengolahan teh yang harus diusahakan dan

dijaga agar bermutu baik sehingga diharapkan dapat menghasilkan teh

yang bermutu tinggi.

Proses pengolahan teh hitam di PTP Nusantara IX Kebun

Semugih dimulai dari penerimaan pucuk di pabrik. Pucuk-pucuk

tersebut dikirim oleh masing-masing mandor petik sekaligus

bertanggungjawab atas mutu pemetikan dalam kelompoknya.

Pertama-tama pucuk yang datang ditimbang pada jembatan timbang

bersama-sama dengan truk pengangkutnya. Setelah dilakukan

penimbangan pucuk teh kemudian diturunkan dari truk dan dibawa

menuju ruang pelayuan. Saat pemindahan pucuk dari truk ke tempat

pelayuan diusahakan seminimal mungkin tercecernya pucuk di lantai,

karena pucuk-pucuk tersebut dapat terinjak-injak yang berakibat

turunnya kualitas dari pucuk teh tersebut. Di dalam ruang pelayuan ini

terdapat Withering Trough atau palung pelayuan. Alat ini berbentuk

Page 48: LAPORAN MAGANG DI PTPN IX (PERSERO) KEBUN …/Quality... · Sanitasi Ruangan ..... 83 Sanitasi Alat dan Mesin ..... 85 ... Tabel 4.3 Kriteria Uji Organoleptik Teh Hitam ..... 72 Tabel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36  

persegi yang memanjang dan terdapat sekat antara bagian atas dan

bawah, sekat ini berbentuk seperti jaring sehingga udara dapat

mengalir dengan mudah. Selanjutnya pada Withering trough pucuk

teh dihamparkan atau dibeberkan dengan ketebalan antara 30-40cm

dengan kapasitas Withering trough 1800 kg. Bersamaan dengan

pembeberan, kipas penghembus udara dinyalakan dan pembeberan

tersebut dilakukan berlawanan dengan arah dari kipas penghembus

udara.

Setelah semua pucuk teh dikeluarkan dari truk dilakukan

penimbangan kembali untuk mengetahui berat truk kosong dan waring

kosong. Dengan diketahuinya berat truk kosong dan waring kosong

maka dapat diketahui pula berat pucuk yang tiba di pabrik.

Perbandingan antara berat pucuk dikebun dengan berat pucuk di

pabrik dapat digunakan untuk mengetahui prosentase penyusutan

pucuk selama pengangkutan dari kebun ke pabrik.

7. Analisa Pucuk

Dasar analisa pucuk adalah pemisahan pucuk berdasarkan

tingkat mudanya pucuk atau tingkat pemenuhan syarat pengolahan.

Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mengetahui mutu standar (MS)

dan menentukan harga dari tiap kilogram pucuk. Kriteria Mutu

Standar (MS) pucuk teh pada PTP Nusantara IX Kebun Semugih

dibedakan menjadi :

1. Mutu Standar halus/ MS halus : pucuk muda, rusak muda,

dan lembar muda

2. Mutu Standar kasar/ MS kasar : pucuk tua, rusak tua, lembar

tua, burung tua, dan tangkai

Mutu Standar dihitung pada hasil petikan masing-masing

kemandoran. Cara penghitungannya adalah dengan mengambil secara

acak sampel sebanyak 1 kg sepanjang Withering Trough, kemudian

dibawa ke tempat pengujian. Sampel tersebut di aduk-aduk secara

perlahan agar tercampur dan diambil sebanyak 200 gram. Kemudian

Page 49: LAPORAN MAGANG DI PTPN IX (PERSERO) KEBUN …/Quality... · Sanitasi Ruangan ..... 83 Sanitasi Alat dan Mesin ..... 85 ... Tabel 4.3 Kriteria Uji Organoleptik Teh Hitam ..... 72 Tabel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37  

pucuk-pucuk tersebut dikelompokkan sesuai dengan kriteria uji MS.

Nilai MS diambil dari prosentase mutu standar halus. Rumusnya :

%100xSampelBeratSemua

MudaBeratRusakrMudaBeratLembaMudaBeratPucukMS ++=

Nilai MS yang dipakai pada PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero)

Kebun Semugih berkisar antara 58 – 62%, semakin tinggi nilai MS

maka semakin bagus mutu petikannya, karena pucuk muda yang

dipetik lebih banyak. Setelah dilakukan analisa pucuk, kemudian

hasilnya diberikan kepada mandor petikan dan ditulis pada papan

keterangan penerimaan pucuk.

D. Proses Pengolahan Teh Hitam

Perkembangan pengolahan teh hitam senantiasa mengikuti perkembangan pasar/ konsumen. Beberapa tahun terakhir tuntutan konsumen beralih ke teh hitam dengan ukuran partikel lebih kecil dan cepat seduh. Oleh karena itu, pengolahan teh hitam sekarang berkembang menjadi sistem ortodoks rotorvane. Penambahan alat rotorvane pada proses penggilingan dimaksudkan agar proses penghancuran lebih optimal. Pengolahan teh hitam ortodoks rotorvane diawali dengan pelayuan pucuk segar kemudian dilakukan penggilingan dan sortasi bubuk basah serta oksidasi enzimatis. Selajutnya bubuk dikeringkan dan dilakukan penjenisan berdasarkan kriteria mutu tertentu (sortasi kering), setelah itu dilakukan pengemasan ( Pusat Penelitian Teh dan Kina Gambung, 2008).

Selain sistem ortodoks rotorvane, muncul sistem pengolahan teh hitam baru yaitu CTC (Crushing, Tearing, and Curling). Dengan pengolahan CTC, hampir semua sel daun (pucuk) teh menjadi hancur sehingga proses fermentasi dapat berjalan lebih merata. Pengolahan CTC diawali dengan pelayuan pucuk segar, selanjutnya dilakukan pengayakan pucuk layu dan penggilingan persiapan. Setelah itu dilakukan penggilingan CTC dan oksidasi enzimatis. Bubuk basah kemudian dikeringkan dan dilakukan sortasi bubuk kering serta pengemasan bubuk hasil sortasi.

Saat ini sistem pengolahan teh hitam yang dilakukan oleh PTP Nusantara IX (Persero) Kebun Semugih adalah sistem Ortodoks Rotorvane yang terdiri atas :

Page 50: LAPORAN MAGANG DI PTPN IX (PERSERO) KEBUN …/Quality... · Sanitasi Ruangan ..... 83 Sanitasi Alat dan Mesin ..... 85 ... Tabel 4.3 Kriteria Uji Organoleptik Teh Hitam ..... 72 Tabel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38  

1. Pelayuan 2. Penggulungan dan Sortasi Basah 3. Fermentasi 4. Pengeringan 5. Sortasi Kering 6. Penyimpanan dan Pengemasan 7. Pemasaran Proses pengolahan teh hitam secara kualitatif dan kuantitatif pada PTP Nusantara IX Kebun Semugih dapat dilihat pada Gambar 4.3 dan Gambar 4.4.

Page 51: LAPORAN MAGANG DI PTPN IX (PERSERO) KEBUN …/Quality... · Sanitasi Ruangan ..... 83 Sanitasi Alat dan Mesin ..... 85 ... Tabel 4.3 Kriteria Uji Organoleptik Teh Hitam ..... 72 Tabel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39  

Keterangan gambar :

OTR = Open Top Roller

PCR = Press Cup Roller

RRB = Rotary Roll Breaker

RV = Rotorvane

ALUR PROSES PENGOLAHAN TEH HITAM SECARA KUALITATIF

Gambar 4.3 Alur Pengolahan Teh Hitam Secara Kualitatif pada PTP IX Kebun

Semugih

Pucuk Teh

Jembatan Timbang

PELAYUAN 10-20 j

OTR (50 menit)

PENGGILINGAN

RRB (10 menit)

PCR (30 menit)

RRB (10 menit)

RV (25 menit)

RRB (10 menit)

RV (25 menit)

RRB (10 menit)

Bubuk II

BADAG

SORTASI

PENGEPAKAN

PENGERINGAN SUHU INLET : 90-95 C SUHU OUT LET : 50-55 C Kadar Air : 2,5-3 %

BOPBOPF PF DUST BP BT

PF II BP II FANN II DUST II DUST III

BM & KAWUL

Mutu I & II

Mutu III

Bubuk I

Bubuk III

Bubuk IV

FERMENTASI 110-180 menit

Page 52: LAPORAN MAGANG DI PTPN IX (PERSERO) KEBUN …/Quality... · Sanitasi Ruangan ..... 83 Sanitasi Alat dan Mesin ..... 85 ... Tabel 4.3 Kriteria Uji Organoleptik Teh Hitam ..... 72 Tabel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40  

   

   

   

   

     

Gambar 4.4 Alur Pengolahan Teh Hitam Secara Kuantitatif pada PTP IX Kebun

Semugih

Air teruapkan = 42 kg (2%)

Air teruapkan = 1023 kg kg (2%)

Bubuk hilang = 96,93 kg (9,73%)

Air teruapkan = 592,27 Kg63,2%)

Bubuk hilang = 4,8 Kg (1,4%)

Pucuk segar dari kebun

Penerimaan pucuk

Sortasi kering

Pelayuan

Pengolahan basah

Grade IIIGrade IIGrade I

Pucuk segar =2099 kg

Pucuk basah = 2057 kg

Pucuk layu = 1034 kg

Prosentase layu = 50,27%

Bubuk I = 137,4 Kg (13,29%) Bubuk II = 108,3 Kg (10,47%) Bubuk II = 211,87 Kg (20,49%) Bubuk IV = 458,6 Kg (44,3%) Badag = 20,9 Kg (2,02%) Total = 937,07 Kg (90,63%)

Bubuk I = 59,7 Kg (6,37%) Bubuk II = 50,8 Kg (5,42%) Bubuk II = 73,3 Kg (7,83%) Bubuk IV = 141,8 Kg (15,13%) Badag = 16,4 Kg (1,75%) Kawul = 2,8 Kg (0,3%) Total = 344,8 Kg (36,8%)

Pengeringan

Total bubuk = 340 Kg ((8,6%)

BOP = 26 Kg (7,65%) BOPF = 63 Kg (18,53%) PF = 58 Kg (17,06%) DUST = 47 Kg (13,82%) BP = 29 Kg (8,58%) BT = 26 Kg (7,65%) Total = 249 Kg

PF II = 26 Kg (7,06%) BP II = 63 Kg (2,65%) FANN II = 58 Kg (3,82%) DUST II = 47 Kg (2,35%) DUST II = 29 Kg (2,06%) Total = 61 Kg (17,94%)

BM = 26 Kg (4,12%) KAWUL = 63 Kg (4,71%) Total = 30 Kg (8,82%)

ALUR PENGOLAHAN TEH HITAM SECARA KUANTITATIF

Page 53: LAPORAN MAGANG DI PTPN IX (PERSERO) KEBUN …/Quality... · Sanitasi Ruangan ..... 83 Sanitasi Alat dan Mesin ..... 85 ... Tabel 4.3 Kriteria Uji Organoleptik Teh Hitam ..... 72 Tabel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41  

1. Pelayuan

Pelayuan merupakan tahap pertama dalam berbagai cara pengolahan teh hitam. Waktu yang diperlukan dalam proses pelayuan ini bervariasi tergantung sistem pengolahan yang digunakan dan tingkat layu yang dibutuhkan. Untuk sistem pengolahan ortodoks waktu yang digunakan untuk melayukan pucuk berkisar antara 10-20 jam. Tujuan dari proses pelayuan adalah untuk mengurangi kandungan air dalam pucuk secara merata disetiap bagian pucuk sehingga mudah digulung dan memudahkan cairan sel keluar dari jaringan ke permukaan daun selama digulung. Dalam hal ini pelayuan merupakan kunci keberhasilan dalam proses pengolahan teh hitam.

Proses pelayuan dimulai dengan pembeberan pucuk ke dalam Withering Trough. Pembeberan pucuk ini dilakukan sesegera mungkin setelah pucuk tiba di pabrik. Hal ini dilakukan agar panas dan air yang terdapat dalam permukaan pucuk segera hilang sehingga kerusakan pucuk akibat terperam dapat dihindari.

Selama proses pelayuan, pucuk teh mengalami dua perubahan yaitu perubahan kimia dan perubahan fisik. Perubahan kimia berlangsung sejak pucuk dipetik dari kebun sampai dengan proses pelayuan. Selama proses pelayuan terjadi perombakan-perombakan senyawa kimia yang terkandung dalam pucuk. Perubahan fisik dikarenakan berkurangnya kandungan air dalam pucuk akibat penguapan atau karena aliran udara yang dihembuskan. Dengan berkurangnya kandungan air maka pucuk akan lemas dan lentur.

PTP Nusantara IX Kebun Semugih memiliki 10 unit Withering Trough dengan kapasitas 1800 kg dan 4 unit Withering Trough dengan kapasitas 1000 kg. Proses pembeberan pucuk dilakukan dari ujung Trough yang berdekatan dengan kipas menuju ujung yang lain agar pucuk teh yang terjatuh ke lantai saat pembeberan tidak terinjak oleh pekerja. Bersamaan dengan itu kipas penghembus udara dinyalakan. Hal ini dilakukan agar pucuk teh yang menggumpal dapat terurai dengan baik. Selain itu juga untuk menghilangkan panas dan air yang ada pada pucuk. Ketebalan pucuk pada saat pembeberan berkisar antara 25-30 cm sedangkan kecepatan udara yang dihasilkan kipas sebesar 18,33 CFM (Cubic Feet per Minute). Udara yang

Page 54: LAPORAN MAGANG DI PTPN IX (PERSERO) KEBUN …/Quality... · Sanitasi Ruangan ..... 83 Sanitasi Alat dan Mesin ..... 85 ... Tabel 4.3 Kriteria Uji Organoleptik Teh Hitam ..... 72 Tabel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42  

baik digunakan dalam proses pelayuan adalah udara yang bersih ( tanpa debu, bau, dan sebagainya), dan kelembaban udara berkisar antara 60-70%.

Karena proses pengolahan teh hitam diperlukan aktivitas enzim sebagai biokatalisator, suhu udara pelayuan udara diusahakan tidak lebih dari 280C, dengan suhu optimum26,70C (800F). Proses pelayuan pada PTP Nusantara IX Kebun Semugih dapat dilihat pada Gambar 4.5

Gambar 4.5 Proses Pelayuan

2. Penggulungan, Penggilingan, dan Sortasi Basah

Proses penggulungan, penggilingan, dan sortasi basah merupakan tahap pengolahan untuk mempersiapkan terbentuknya mutu, baik secara kimia maupun secara fisik. Secara kimia akan terjadi reaksi antara Polifenol dan enzim Polifenol oksidase dengan oksigen yang merupakan proses yang mendasari terbentuknya mutu-dalam (iner quality) dari teh. Secara fisik daun akan mengalami pengecilan fraksi karena proses penggulungan. Adapun tujuan dari proses penggulungan adalah :

1. Membuat daun memar dan dinding sel rusak sehingga cairan sel dapat keluar ke permukaan daun

2. Menggulung pucuk layu 3. Mengecilkan fraksi daun

Pada PTP Nusantara IX Kebun Semugih, mesin yang digunakan untuk

menggulung pucuk berupa Open Top Roller (OTR) dengan kapasitas 375 kg.

Sedangkan waktu yang digunakan untuk menggulung pucuk adalah 50 menit.

Page 55: LAPORAN MAGANG DI PTPN IX (PERSERO) KEBUN …/Quality... · Sanitasi Ruangan ..... 83 Sanitasi Alat dan Mesin ..... 85 ... Tabel 4.3 Kriteria Uji Organoleptik Teh Hitam ..... 72 Tabel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43  

Setelah pucuk teh digulung, proses selanjutnya adalah penggilingan.

Proses penggilingan bertujuan untuk :

1. Mengecilkan ukuran pucuk

2. Memotong hasil penggulungan menjadi ukuran lebih pendek

3. Menggerus pucuk agar cairan sel keluar semaksimal mungkin

4. Untuk memperoleh bubuk basah sebanyak-banyaknya

Kondisi ruang pengolahan basah (penggulungan, penggilingan, dan oksidasi

enzimatis dapat dilihat pada Gambar 4.6

Gambar 4.6 Ruang Pengolahan Basah

Mesin yang digunakan untuk menggiling adalah Press Cup Roller

(PCR) dan Rotorvane (RV). Pada PCR waktu yang dibutuhkan untuk

menggiling pucuk adalah 30 menit. Sedangkan waktu penggilingan pada RV

adalah 20 menit. Lama penggilingan dihitung sejak pucuk dimasukkan sampai

dikeluarkan dari mesin penggilingan.

Pada pengolahan teh hitam dengan sistem Ortodoks Rotorvane

terdapat proses sortasi basah. Sortasi basah pada pengolahan teh hitam

bertujuan untuk :

1. Memecahkan gumpalan-gumpalan daun yang terjadi pada proses

penggulungan maupun penggilingan

2. Memperoleh bubuk yang seragam

3. Memudahkan pekerjaan sortasi kering

Mesin sortasi basah yang digunakan oleh PTP Nusantara IX Kebun Semugih adalah Rotary Roll Breaker (RRB). Pada RRB terdapat ayakan dengan ukuran 6, 6, dan 7 mesh. Pemilihan ukuran ayakan ini bertujuan untuk

Page 56: LAPORAN MAGANG DI PTPN IX (PERSERO) KEBUN …/Quality... · Sanitasi Ruangan ..... 83 Sanitasi Alat dan Mesin ..... 85 ... Tabel 4.3 Kriteria Uji Organoleptik Teh Hitam ..... 72 Tabel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44  

mendapatkan teh dengan grade kecil (bubuk). Hasil sortasi basah terdiri dari bubuk dan Badag. Badag merupakan bubuk teh kasar yang tidak dapat lagi melewati ayakan terakhir.

Karena suhu yang tinggi (diatas 320C) tidak dikehendaki dalam pengolahan basah (penggulungan, penggilingan, sortasi basah, dan fermentasi), maka digunakan kipas untuk dapat mengalirkan udara dari luar. Selain itu kelembaban ruang dipertahankan dengan cara mengabutkan air menggunakan Humidifier. Penggunaan kipas dan Humidifier dapat membantu mempertahankan suhu ruang pengolahan basah antara 20-240C dan kelembaban antara 90-95%. Selain itu juga mempertahankan suhu bubuk antara 26-320C. Proses pengolahan basah pada PTP Nusantara IX Kebun Semugih dapat dilihat pada Gambar 4.7.

Gambar 4.7 Skema Pengolahan Basah

Open Top Roller

Rotary Roll Breaker I

Press Cup Roller

Rotary Roll Breaker II

Rotorvane I

Rotary Roll Breaker III

Rotary Roll Breaker IV

BADAG

Rotorvane II

BUBUK I

BUBUK II

BUBUK III

BUBUK IV

Page 57: LAPORAN MAGANG DI PTPN IX (PERSERO) KEBUN …/Quality... · Sanitasi Ruangan ..... 83 Sanitasi Alat dan Mesin ..... 85 ... Tabel 4.3 Kriteria Uji Organoleptik Teh Hitam ..... 72 Tabel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45  

a. Open Top Roller (OTR)

Pada PTP Nusantara IX Kebun Semugih terdapat 3 unit mesin OTR

dengan kapasitas masing-masing 375 kg. Sebelum dilakukan

penggulungan, pucuk terlebih dahulu ditimbang kemudian

dimasukkan ke dalam mesin melalui cerobong yang terdapat di atas

mesin. Selanjutnya motor penggerak OTR dihidupkan saat dilakukan

pemasukan pucuk. Proses penggulungan dilakukan selama 50 menit

dihitung sejak pucuk dimasukkan ke dalam OTR. Di dalam mesin

OTR, pucuk layu akan bergesekan dengan dinding dan bagian dasar

OTR. Bagian dasar mesin terdapat connus berupa tonjolan yang

berfungsi untuk mengaduk dan meratakan pucuk. Dengan adanya

gesekan maka daun akan tergulung dan terpotong sehingga cairan sel

daun akan keluar. Penggulungan berjalan baik apabila cairan yang

keluar tersebut dapat menyelimuti pucuk daun yang tergulung. Hal ini

tergantung dari kualitas pelayuan. Mesin ini bekerja dengan prinsip

singgle action yaitu hanya bagian atas yang berputar. Di dalam OTR

pucuk mengalami peningkatan suhu yaitu antara 27-300C. Setelah

penggulungan berakhir segera dilakukan pembongkaran bubuk teh

melalui katup bagian bawah. Bubuk teh yang dihasilkan ditampung

dalam gerbong untuk dilakukan proses selanjutnya.

b. Rotary Roll Breaker I (RRB I)

Bubuk hasil penggulungan dari OTR selanjutnya dimasukkan ke

dalam mesin Rotary Roll Breaker (RRB) melalui Conveyor. Mesin ini

terdiri dari tiga bagian ayakan yang tersusun secara horisontal dengan

ukuran ayakan masing-masing 6, 6, dan 7 mesh. Dengan ayakan ini

maka bubuk teh dapat disortasi. Bubuk teh dilewatkan ayakan selama

10 menit. Hasil ayakan dinamakan bubuk I dan ditampung dalam baki

fermentasi dengan ketebalan hamparan 5-7 cm. Ketebalan bubuk

tersebut dapat berpengaruh terhadap proses fermentasi.

Page 58: LAPORAN MAGANG DI PTPN IX (PERSERO) KEBUN …/Quality... · Sanitasi Ruangan ..... 83 Sanitasi Alat dan Mesin ..... 85 ... Tabel 4.3 Kriteria Uji Organoleptik Teh Hitam ..... 72 Tabel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46  

c. Press Cup Roller (PCR)

Bubuk yang tidak lolos dari ayakan pada RRB I diangkut dan

dimasukkan ke dalam mesin Press Cup Roller (PCR) untuk dilakukan

penggulungan kembali. Proses penggulungan berlangsung selama 30

menit. Pada proses ini selain dilakukan penggulungan juga dilakukan

pengepresan pada bubuk teh. Alat pengepres yang digunakan berupa

lempengan bundar pada bagian atas mesin dengan menggunakan

sistem Double Action. Selama 30 menit tersebut, dilakukan pengisian

bubuk kedalam mesin pada 10 menit pertama. Tujuh menit selanjutnya

dilakukan pengepresan dengan cara katup bagian atas mesin di dorong

kedalam. Kemudian katup dibuka selama 3 menit untuk memberikan

kesempatan terjadinya sirkulasi udara didalam mesin. Setelah itu

mesin ditutup kembali selama 7 menit dan dibuka lagi 3 menit

selanjutnya dilakukan pembongkaran malaui katup pengeluaran yang

berada pada bagian bawah mesin. Pengepresan ini bertujuan untuk

mengeluarkan cairan sel lebih lanjut. Penggulungan disertai

pengepresan dapat memaksa cairan Polifenol dan enzim Polifenol

Oksidase keluar dan bertemu dengan udara sehingga dapat terjadi

fermentasi.

d. Rotary Roll Breaker II (RRB II)

Bubuk dari mesin PCR dibawa menuju Rotary Roll Breaker II (RRB

II) dilewatkan Conveyor. RRB II mempunyai ukuran ayakan yang

sama dengan RRB I yaitu 6, 6, dan 7 mesh. Proses pengayakan

berlangsung selama 10 menit. Bubuk yang lolos dari ayakan

dinamakan bubuk II dan ditampung dalam baki fermentasi dengan

perlakuan yang sama dengan bubuk I. Sedangkan bubuk yang tidak

lolos memasuki tahap pengolahan selanjutnya.

e. Rotorvane I (RV I)

Bubuk yang tidak lolos dari RRB II selanjutnya memasuki Rotorvane

melalui Conveyor yang menghubungkan antara RRB II dengan

Rotorvane. Di dalam Rotorvane bubuk teh dipotong dengan putaran

Page 59: LAPORAN MAGANG DI PTPN IX (PERSERO) KEBUN …/Quality... · Sanitasi Ruangan ..... 83 Sanitasi Alat dan Mesin ..... 85 ... Tabel 4.3 Kriteria Uji Organoleptik Teh Hitam ..... 72 Tabel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47  

pisau (vane) dalam silinder. Proses ini berlangsung selama 20 menit.

Bubuk yang keluar dari Rotorvane mengalami kenaikan suhu antara

290C sampai 300C

f. Rotary Roll Breaker III (RRB III)

Selain berfungsi untuk melakukan sortasi basah, RRB juga dapat

berfungsi untuk mendinginkan bubuk teh setelah keluar dari

Rotorvane. Ukuran ayakan pada RRB III sama dengan RRB II dan

waktu yang digunakan untuk mengayak juga sama yaitu 10 menit.

Hasil ayakan dinamakan bubuk III dan segera ditampung dalam baki

fermentasi serta diperlakukan sama dengan bubuk I dan bubuk II.

g. Rotorvane II (RRV II)

Bubuk yang tidak lolos ayakan pada RRB III dimasukkan ke dalam

Rotorvane II. Alat ini bekerja dengan prinsip yang sama seperti

Rotorvane I dan berlangsung selama 20 menit.

h. Rotary Roll Breaker II (RRB II)

Dari Rotorvane II, bubuk dimasukkan ke dalam mesin Rotary Roll

Breaker IV. Mesin ini sama dengan mesin RRB sebelumnya hanya

saja bubuk yang lolos dari ayakan dinamakan bubuk IV dan bubuk

yang tidak lolos dinamakan Badag. Badag terdiri dari fraksi daun dan

tangkai teh. Baik bubuk IV maupun Badag diberi perlakuan yang

sama dengan bubuk-bubuk sebelumnya.

Apabila Badag yang dihasilkan masih banyak mengandung fraksi

daun maka Badag diproses ulang. Badag diayak ulang mulai dari RRB II

sampai RRB IV. Semua bubuk yang dihasilkan dikategorikan ke dalam bubuk

IV. Pengulangan ini biasanya dilakukan hanya sekali dan selanjutnya bubuk

yang dihasilkan mengalami proses fermentasi hingga siap dilakukan

pengeringan.

Page 60: LAPORAN MAGANG DI PTPN IX (PERSERO) KEBUN …/Quality... · Sanitasi Ruangan ..... 83 Sanitasi Alat dan Mesin ..... 85 ... Tabel 4.3 Kriteria Uji Organoleptik Teh Hitam ..... 72 Tabel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48  

3. Fermentasi

Fermentasi atau oksidasi enzimatis merupakan tahap yang paling

penting dalam pengolahan teh hitam. Dimana dalam tahap ini terjadi

pembentukan aroma/flavour dari teh hitam yang akan dihasilkan.. Tujuan

oksidasi enzimatis adalah untuk menghasilkan perubahan-perubahan kimia

yang menyebabkan aroma serta rasa teh .

Peristiwa oksidasi enzimatis yang dimulai sejak pucuk dimasukkan ke

dalam mesin Open Top Roller (OTR) merupakan reaksi antara senyawa

polifenol dan oksigen dengan bantuan enzim polifenol oksidase. Hasil dari

reaksi ini diantaranya adalah Theaflavin dan Thearubigin dimana kedua

substansi ini akan menentukan sifat air seduhan yang sering digambarkan oleh

tea taster, yaitu strength (kekuatan rasa), coloury (air seduhan berwarna baik),

quality (tingkat rasa yang baik sekali), dan briskness (rasa air seduhan segar)

(Dadan Rohdiana, 2009).

Oksidasi enzimatis dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :

a. Suhu

Suhu ruangan diusahakan tidak lebih dari 25oC. Sedangkan suhu bubuk

dalam baki fermentasi berkisar antara 270C sampai 300C. Apabila suhu

pada saat oksidasi enzimatis rendah akan mengakibatkan proses oksidasi

berjalan lambat, begitu pula sebaliknya.

b. Kelembaban Udara

Kelembaban udara ruang oksidasi enzimatis diusahakan lebih besar dari

90%. Untuk menjaga agar kelembaban udara diatas 90% maka digunakan

Humidifier untuk mengabutkan air.

c. Tebal Hamparan

Oksidasi enzimatis pada umumnya menggunakan baki alumunium yang

diisi bubuk teh dengan tebal hamparan antara 5 sampai 7 cm, disusun

dalam Troley dan dibawa ke tempat penyimpanan sementara yang

menyatu dengan ruang penggulungan. Hamparan yang terlalu tebal dapat

menyebabkan proses oksidasi enzimatis berlangsung lama. Sedangkan

Page 61: LAPORAN MAGANG DI PTPN IX (PERSERO) KEBUN …/Quality... · Sanitasi Ruangan ..... 83 Sanitasi Alat dan Mesin ..... 85 ... Tabel 4.3 Kriteria Uji Organoleptik Teh Hitam ..... 72 Tabel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49  

apabila hamparan bubuk terlalu tipis dapat menyebabkan proses oksidasi

enzimatis lebih cepat.

d. Waktu Oksidasi Enzimatis

Lama oksidasi enzimatis dihitung sejak pucuk dimasukan ke dalam Open

Top Roller (OTR) sampai bubuk siap dimasukkan ke dalam mesin

pengering yaitu antara 110-180 menit.

4. Pengeringan

Proses pengeringan bertujuan untuk menghentikan reaksi oksidasi

polifenol dalam teh saat komposisi zat-zat pendukung kualitas mencapai

keadaan optimal. Selain itu juga menurunkan kadar air teh sampai batas

tertentu sehingga diperoleh hasil akhir berupa bubuk teh yang berdaya simpan

lama, mudah diangkut dan mudah diperdagangkan.

Pada PTP Nusantara IX Kebun Semugih, proses pengeringan teh

menggunakan mesin tipe ECP (Endless Chain Pressure) Dryer. Mekanisme

kerja mesin ini adalah dengan meletakkan bubuk teh pada permukaan

pengering, selanjutnya bubuk dibawa oleh Trays yang digerakkan oleh motor.

Terdapat empat tingkatan Trays, pada awalnya bubuk dibawa oleh Trays

paling atas, mendekati ujung mesin pengering bubuk dijatuhkan ke Trays

dibawahnya. Begitu seterusnya hingga mencapai Trays paling bawah dan

bubuk teh kering keluar dengan bantuan kipas/ blower. Hamparan bubuk pada

Trays diatur setebal 1,5 cm dengan menggunakan alat Spreader. Sumber

panas yang digunakan adalah Heater Excanger berbahan bakar kayu. Udara

panas yang dihasilkan dari pembakaran kayu dialirkan ke mesin pengering

dengan bantuan blower, sementara asap hasil pembakaran dialirkan ke luar

oleh kipas penghisap melalui cerobong. Suhu udara masuk (inlet) pada mesin

pengering berkisar antara 900C sampai dengan 950C sedangkan suhu udara

keluar (outlet) berkisar antara 500C sampai dengan 550C. Suhu inlet maupun

outlet dapat dipantau dengan menggunakan Thermometer yang terpasang pada

inlet maupun outlet. Waktu yang digunakan untuk mengeringkan bubuk teh

antara 20-25 menit dengan kadar air yang diharapkan adalah 2,5-3%. PTP

Page 62: LAPORAN MAGANG DI PTPN IX (PERSERO) KEBUN …/Quality... · Sanitasi Ruangan ..... 83 Sanitasi Alat dan Mesin ..... 85 ... Tabel 4.3 Kriteria Uji Organoleptik Teh Hitam ..... 72 Tabel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50  

Nusantara IX Kebun Semugih memiliki 2 unit mesin pengering, yaitu mesin

pengering merk Sirocco untuk mengeringkan bubuk I, II, dan III. Mesin

pengering merk Marshall untuk mengeringkan bubuk IV dan Badag. Ruang

yang digunakan untuk proses pengeringan dapat dilihat pada Gambar 4.8.

Gambar 4.8 Ruang Pengeringan

Kapasitas mesin pengering merupakan kemampuan mesin dalam

menguapkan air pada bubuk teh persatuan waktu dan ditentukan oleh faktor-

faktor :

1. Kadar air bubuk masuk

2. Volume dan suhu udara panas

3. Ketebalan bubuk

4. Kecepatan Trays

5. Kerataan hamparan bubuk

Bubuk yang keluar dari Dryer kemudian ditimbang untuk mengetahui

randemen yang didapat pada saat itu. beberapa masalah yang kadang-kadang

terjadi pada saat pengeringan antara lain :

1. Case hardening, yaitu bagian luar partikel teh telah kering tetapi bagian

dalamnya masih basah. Teh akan terasa soft dan cepat berjamur. Hal

seperti ini disebabkan suhu outlet terlalu tinggi.

2. Bakey, Burnt, Over fired (terbakar, gosong) disebabkan suhu inlet yang

terlalu tinggi.

Page 63: LAPORAN MAGANG DI PTPN IX (PERSERO) KEBUN …/Quality... · Sanitasi Ruangan ..... 83 Sanitasi Alat dan Mesin ..... 85 ... Tabel 4.3 Kriteria Uji Organoleptik Teh Hitam ..... 72 Tabel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51  

3. Smokey (bau asap), disebabkan adanya kebocoran pada alat pemanas.

4. Teh kering kurang masak, disebabkan karena pengisian bubuk yang terlalu

tebal dan waktu pengeringan yang terlalu pendek.

5. Banyaknya Fall trough, banyak teh yang jatuh kebawah di dalam mesin

pengering, disebabkan lubang Trays yang terlalu besar atau ada

lempengan Trays yang bengkok.

6. Banyak Blow out, yaitu banyak bubuk teh yang terjatuh di lantai di luar

mesin pengering, disebabkan terlalu besarnya volume udara, bubuk

berasal dari pucuk kasar, rusak, dan layuan yang terlalu berat.

5. Sortasi Kering

Proses sortasi merupakan tahap pemisahan partikel teh dengan

seratnya berdasarkan ukuran dan berat jenisnya sehingga diperoleh teh yang

homogen dan berkualitas. Tujuan dilakukan sortasi kering adalah:

a. Mendapatkan ukuran dan warna partikel teh yang seragam, sesuai dengan

standart yang diinginkan oleh konsumen atau pasar.

b. Memisah-misahkan teh kering menjadi beberapa grade, baik ukuran,

bentuk, warna maupun beratnya yang sesuai dengan standart perdagangan

teh.

c. Membersihkan teh dari kotoran, debu, serat daun, tulang, tangkai dan

bahan lainnya.

Pada PTP Nusantara IX Kebun Semugih sortasi kering diawali dengan

pemisahan bubuk hasil pengeringan menjadi dua jalur yang masing-masing

memiliki rangkaian alat sortasi. Jalur 1 dipergunakan untuk mensortasi bubuk

I, II dan III sementara jalur 2 untuk bubuk IV dan Badag. Kedua jalur ini

memiliki prinsip kerja yang sama yaitu memisahkan bubuk berdasarkan

bentuk, ukuran, warna, berat jenis dan pertikel pengotor.

Pada jalur satu bubuk I, II, III hasil pengeringan langsung masuk

kedalam Hopper melalui Conveyor. Hopper merupakan tabung silinder yang

yang pada ujung bawahnya mengerucut dan berlubang. Hopper pada jalur ini

memiliki tiga ruang untuk menampung bubuk I, II, dan III. Kemudian bubuk I

diproses lebih dahulu dengan dikeluarkan dari Hopper. Banyak sedikitnya

Page 64: LAPORAN MAGANG DI PTPN IX (PERSERO) KEBUN …/Quality... · Sanitasi Ruangan ..... 83 Sanitasi Alat dan Mesin ..... 85 ... Tabel 4.3 Kriteria Uji Organoleptik Teh Hitam ..... 72 Tabel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52  

bubuk yang dikeluarkan dapat diatur melalui lubang bagian bawah pada

Hopper. Selanjutnya bubuk I dibawa oleh Conveyor menuju alat yang

bernama Buble Tray. Alat ini terdiri dari dua ayakan bertingkat. Buble trays

bertujuan untuk memisahkan fraksi daun dengan tangkainya. Bubuk yang

tidak lolos pada ayakan ini ditampung sementara pada wadah dan dipisahkan.

Bubuk yang lolos dari Buble Tray kemudian menuju Vibro Blank melalui

Conveyor. Vibro Blank terdiri dari papan besi miring dengan permukaan yang

tidak rata serta dilengkapi dengan roll magnetis diatasnya. Roll ini berfungsi

untuk mengangkat serat-serat dan tulang merah dari bubuk. Daya magnetis ini

timbul karena roll yang terbuat dari bahan pipa PVC bergesekan dengan

Laken Woll. Kemudian serat-serat ini dipisahkan ke bagian tepi mesin dan

ditampung. Sementara itu bubuk teh melewati bagian bawah roll karena

adanya getaran dari mesin. Selanjutnya bubuk yang lolos dibawa Conveyor

melewati Crusser yang direnggangkan menuju Chota Shifter. Alat ini

berfungsi untuk menjeniskan bubuk teh berdasarkan ukuran partikelnya.

Chota Shifter terdiri dari 5 tingkatan ayakan, yaitu mulai dari mesh 12, 14, 18,

24, dan 60. Bubuk yang lolos dari mesh 12 dan tertahan pada mesh 14 disebut

BOP, sedangkan yang tidak lolos mesh 12 ditampung dan dilakukan

pengulangan. Selanjutnya bubuk yang lolos mesh 14 dan tertahan di mesh 18

disebut bubuk BOPF. Bubuk yag lolos mesh 18 dan tertahan di mesh 24

disebut bubuk PF. Bubuk yang lolos mesh 24 dan tertahan pada mesh 60

disebut bubuk Dust sedang yang lolos dari mesh 60 disebut bubuk Dust III.

Setelah bubuk I selesai diproses kemudian dilanjutkan dengan bubuk

II. Alur proses yang dilalui oleh bubuk ini sama seperti pada bubuk I. Setelah

bubuk II selesai dilanjutkan bubuk III. Perbedaan dalam proses sortasi bubuk

III terletak pada penjenisan di Chota Shifter. Bubuk yang lolos dari mesh 12

dan tertahan pada mesh 14 disebut bubuk BP. Kemudian untuk tingkatan

ayakan dibawahnya dihasilkan bubuk yang sama yaitu BOPF, PF, Dust dan

Dust III. Jenis BOP dan BOPF kemudian diproses menuju Winnower.

Winnower adalah alat untuk memisahkan bubuk teh berdasarkan berat jenis

dengan adanya hisapan udara dari blower. Setelah diWinnower, bubuk yang

Page 65: LAPORAN MAGANG DI PTPN IX (PERSERO) KEBUN …/Quality... · Sanitasi Ruangan ..... 83 Sanitasi Alat dan Mesin ..... 85 ... Tabel 4.3 Kriteria Uji Organoleptik Teh Hitam ..... 72 Tabel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53  

berat pada jenis BOP tetap menjadi bubuk BOP sementara fraksi bubuk yang

ringan disebut BT yang selanjutnya akan diproses menjadi DUST. Bubuk

BOPF sama halnya dengan BOP.

Bubuk jenis PF, Dust, Dust III yang dihasilkan dari bubuk I, II dan III

diproses selanjutnya dengan dimasukkan kedalam Vibro Mesh. Alat ini

hampir sama pada Vibro Blank, perbedaannya terdapat pada papannya, pada

Vibro Mesh terdapat ayakan dan roll untuk membersihkan sisa serat merah

dari bubuk teh, sehingga diperoleh bubuk yang benar-benar hitam dan bersih.

Bubuk teh jenis Dust langsung menjadi teh jadi sementara PF dibawa ke

Winnower untuk memisahkan fraksi yang ringan. Setelah terpisah, bubuk teh

yang ringan menjadi jenis BT yang selanjutnya diproses menjadi Dust dan

bubuk yang berat tetap menjadi jenis PF. Bubuk III yang tidak lolos mesh 12

dilakukan pengulangan, di mulai dari Vibro Blank melewati Crusser yang di

rapatkan kemudian menuju ke Chota Shifter. Tujuan Crusser adalah untuk

mengecilkan fraksi bubuk sehingga didapatkan bubuk dengan partikel halus.

Ketika dalam Chota Shifter bubuk yang lolos mesh 12 disebut BP II, grade ini

termasuk kedalam mutu II karena warna bubuk sudah kemerah-merahan.

Fraksi teh yang keluar dari mesh 14 dan 18 disebut PF II. Fraksi teh yang

keluar dari mesh 24 disebut Dust II dan yang keluar dari mesh 60 disebut Dust

III.

Pada jalur II proses sortasi dilakukan untuk bubuk IV dan Badag.

Rangkaian proses pada jalur II ini sama dengan rangkaian jalur I, hanya

perbedaaan terjadi saat pejenisan bubuk pada Chota Shifter. Bubuk teh yang

keluar dari mesh 12 disebut BP dan secara berurutan ke bawah dihasilkan

BOPF, PF, Dust, Dust III. Bubuk yang tidak lolos mesh 12 dilakukan

pengulangan sampai 3-4 kali, tujuannya mendapatkan mutu bubuk yang

sebanyak-banyaknya. Produk akhir dari pengulangan adalah BM dan Kawul.

Kedua jenis teh ini termasuk mutu III dengan kondisi bubuk yang banyak

terdapat tangkai dan serat daun serta berwarna merah.

Jenis BP yang berasal dari bubuk III, IV dan Badag dibawa ke

Winnower untuk memisahkan fraksi teh yang ringan yang selanjutnya disebut

Page 66: LAPORAN MAGANG DI PTPN IX (PERSERO) KEBUN …/Quality... · Sanitasi Ruangan ..... 83 Sanitasi Alat dan Mesin ..... 85 ... Tabel 4.3 Kriteria Uji Organoleptik Teh Hitam ..... 72 Tabel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54  

BT. PF II yang dihasilkan dari ulangan bubuk I, II dan III dimasukkan ke

dalam Vibro Mesh. Fanning II dihasilkan dari lubang keluaran PF hasil

ulangan bubuk IV dan Badag. Ruangan yang digunakan untuk prose sortasi

kering dapat dilihat pada Gambar 4.9.

Gambar 4.9 Ruang Sortasi Kering

Proses sortasi kering dianggap selesai apabila telah diperoleh partikel-

partikel teh dengan ukuran seragam tiap jenisnya serta bebas dari benda-benda

asing atau kotoran. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam proses sortasi

antara lain:

1. Suhu ruangan diusahakan pada kondisi kering.

2. Ruangan harus bersih dan tidak ada sumber bau yang dapat merusak

aroma teh.

3. Proses sortasi harus dilakukan segera dan secepat mungkin untuk

mengurangi penambahan kadar air.

Pada pengolahan teh hitam dengan sistem ortodoks, bubuk teh yang

dihasilkan pada proses sortasi kering adalah Teh daun ( Leafy Grades), Teh

bubuk ( Broken Grades), dan Teh halus (Small Grades). Di PTP Nusantara IX

Kebun Semugih bubuk teh yang dihasilkan adalah Broken Grades dan Small

Grades. Jenis-jenis bubuk teh (Gambar 4.10) yang dihasilkan antara lain :

Page 67: LAPORAN MAGANG DI PTPN IX (PERSERO) KEBUN …/Quality... · Sanitasi Ruangan ..... 83 Sanitasi Alat dan Mesin ..... 85 ... Tabel 4.3 Kriteria Uji Organoleptik Teh Hitam ..... 72 Tabel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55  

1. BOP (Broken Orange Pekoe)

BOP merupakan bubuk teh yang lolos dari mesh 12 dan tertahan pada

mesh 14. BOP terdiri dari tulang-tulang daun muda dan banyak

mengandung tip ( bagian paling pucuk) yang utuh dengan bentuk partikel

pendek, kecil, hitam, dan terpilin.

2. BOPF (Broken Orang Pekoe Fanning)

BOPF merupakan bubuk teh yang lolos mesh 14 dan tertahan mesh 18.

Bentuk partikel dari BOPF lebih kecil dari BOP, pendek, hitam, kecil,

keriting, berasal dari daun muda, terdiri dari tangkai muda dan banyak

mengandung tip.

3. PF (Pekoe Fanning)

PF merupakan bubuk yang lolos mesh 18 dan tertahan mesh 24. PF

merupakan jenis teh yang berasal dari pecahan daun yang menggulung,

berwarna hitam, memiliki ukuran kecil serta memiliki tip.

4. Dust

Dust merupakan bubuk yang lolos mesh 24 dan tertahan mesh 60. Dust

merupakan jenis teh yang memiliki ukuran sangat kecil, lembut seperti

debu, dan berwarna hitam.

5. PF II ( Pekoe Fanning II)

PF II berbentuk seperti Pf tetapi berwarna hitam kemerahan, berasal dari

potongan serat berukuran kecil dan agak rata.

6. BP (Broken Pekoe)

BP merupakan bubuk teh yang lolos dari ayakan 12 dan tertahan pada

mesh 14. BP merupakan jenis teh yang berasal dari tulang-tulang dan

tangkai muda, berukuran besar, bersih, dan berwarna hitam.

7. BP II ( Broken Pekoe II)

BP II berbentuk seperti BP tetapi banyak mengandung tangkai dan tulang

terkelupas serta berwarna lebih merah.

Page 68: LAPORAN MAGANG DI PTPN IX (PERSERO) KEBUN …/Quality... · Sanitasi Ruangan ..... 83 Sanitasi Alat dan Mesin ..... 85 ... Tabel 4.3 Kriteria Uji Organoleptik Teh Hitam ..... 72 Tabel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56  

8. BT (Broken Tea)

BT merupakan jenis teh yang mempunyai ukuran sama dengan BOP tetapi

berasal dari pecahan daun yang tidak menggulung, berwarna hitam dan

tidak banyak tipnya.

9. Dust II

Dust II memiliki partikel yang sangat kecil dan banyak serat berwarna

kemerahan, lolos mesh 40 dan tertahan pada mesh 60.

10. Dust III

Dust III merupakan bubuk yang lolos dari mesh 60, partikelnya seperti

debu, banyak serat, dan berwarna kemerahan.

11. BM (Broken Mixed)

BM merupakan campuran dari dua atau tiga jenis mutu teh

12. Kawul

Kawul merupakan sisa pengolahan akhir, seduhannya lemah, aroma

kurang, berwarna merah, terdiri dari potongan serat tidak rata dan

berukuran panjang.

       

Gambar 4.10 Bubuk Teh Hasil Sortasi Kering

Setelah proses sortasi selesai, didapatkan teh yang bermacam-macam grade dan hasilnya cukup bersih dengan kadar air bubuk yang tidak terlalu jauh menyimpang dari standar bakunya yaitu 5-6 %. Selanjutnya teh yang telah dipisahkan berdasarkan gradenya dimasukkan ke dalam peti miring untuk dilakukan penyimpanan sementara. 

Page 69: LAPORAN MAGANG DI PTPN IX (PERSERO) KEBUN …/Quality... · Sanitasi Ruangan ..... 83 Sanitasi Alat dan Mesin ..... 85 ... Tabel 4.3 Kriteria Uji Organoleptik Teh Hitam ..... 72 Tabel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57  

6. Pengemasan dan Penyimpanan

Pengemasan dilakukan untuk menjaga atau mempertahankan kualitas dari produk. Teh yang telah selesai disortasi dimasukkan ke dalam peti miring (Tea Bin). Peti miring digunakan sebagai tempat penyimpanan teh sementara sebelum dilakukan pengemasan. Selanjutnya dari peti miring, bubuk teh dimasukkan ke dalam Tea Bulker untuk dilakukan homogenisasi/ blending teh sejenis atau jenis satu dengan yang lain sesuai dengan pesanan. Saat teh telah mencukupi satu Chop (sekitar 20 sak) maka bubuk teh dapat dikemas ke dalam Paper Sack dan ditimbang. Selanjutnya teh yang telah dikemas dipadatkan dan dirapikan dengan alat Tea Packer.

Sebelum bubuk teh dikemas, diambil sampel yang digunakan untuk pengujian mutu harian. Sampel dikirim ke Kantor Pemasaran Bersama untuk dianalisa. Tujuan dari pengemasan adalah : 1. Melindungi produk dari kerusakan 2. Memudahkan transportasi 3. Efisien dalam penyimpanan di gudang 4. Sebagai sarana promosi

Selain itu, ada beberapa faktor yang berpengaruh pada pengemasan, diantaranya : 1. Jenis dan kondisi bubuk teh yang dikemas 2. Jenis bahan pengemas 3. Waktu penyimpanan dan pengemasan 4. Suhu dan kelembaban ruang 5. Kebersihan gudang dan alat transportasi

Dalam proses pengemasan bubuk teh hasil sortasi terdapat beberapa ketentuan umum, yaitu : 1. Teh yang disimpan dalam peti miring dikeluarkan dan selanjutnya

dimasukkan ke dalam Tea Bulker. Tea Bulker berfungsi untuk mencampur teh (blending)

2. Klep pengeluaran bubuk dari Tea Bulker ke Paper Sack dapat di atur sesuai standar

Page 70: LAPORAN MAGANG DI PTPN IX (PERSERO) KEBUN …/Quality... · Sanitasi Ruangan ..... 83 Sanitasi Alat dan Mesin ..... 85 ... Tabel 4.3 Kriteria Uji Organoleptik Teh Hitam ..... 72 Tabel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58  

3. Saat memulai pengepakan, dilakukan pengambilan contoh untuk kontrol keseragaman dan homogenisasi bubuk teh. Jika bubuk teh tidak sesuai dengan standar maka dilakukan sortasi ulang.

4. Menyiapkan Paper Sack yang akan digunakan sebagai alat pengemas 5. Paper Sack diberi informasi sesuai dengan keperluan 6. Setiap Paper Sack diisi dengan bubuk teh sesuai dengan jenisnya

7. Paper Sack yang telah diisi kemudian ditimbang sesuai standar.

Paper Sack yang digunakan sebagai pengemas bubuk teh pada PTP Nusantara

IX Kebun Semugih dapat dilihat pada Gambar 4.11

Gambar 4.11 Paper Sack Sebagai Pengemas Produk Teh Hitam

Paper Sack yang telah diisi selanjutnya disimpan secara bertumpuk di

ruang penyimpanan sebelum diangkut ke pelabuhan. Pada Paper Sack

dicantumkan informasi mengenai nama produk, alamat pabrik, Gross, Grade,

dan nomor Chop yang semuanya wajib dilengkapi saat Paper Sack telah diisi.

Tumpukan Paper Sack dalam ruang penyimpanan diusahakan tidak lebih dari

dua meter dengan total tumpukan sekitar 10 Paper Sack. Setelah mencapai

lima Chop ( 100 buah Paper Sack) maka dilakukan pengiriman. Untuk

pengiriman tujuan ekspor biasanya menggunakan kontainer. Kontainer kecil

memiliki kapasitas lima Chop sedangkan kontainer besar memiliki kapasitas

10 Chop.

Page 71: LAPORAN MAGANG DI PTPN IX (PERSERO) KEBUN …/Quality... · Sanitasi Ruangan ..... 83 Sanitasi Alat dan Mesin ..... 85 ... Tabel 4.3 Kriteria Uji Organoleptik Teh Hitam ..... 72 Tabel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59  

7. Pemasaran

Bubuk teh dalam Paper Sack dikirim ke pelabuhan Tanjung Mas

sebagai sentral pengumpulan teh produksi PTP Nusantara IX sebelum

diekspor. Untuk keperluan promosi, transaksi dan pengujian mutu dilakukan

dengan sistem lelang di KPB (Kantor Pemasaran Bersama) di Jakarta.

Pemasaran ke luar negeri merupakan prioritas utama dari Kebun Semugih

karena harga yang lebih tinggi daripada harga lokal. Negara tujuan

pemasarannya antara lain : Belanda, Inggris, Irlandia, India, Jepang, dan

Vietnam.

8. Produk Hilir

PTP Nusantara IX Kebun Semugih juga memproduksi teh celup akan

tetapi hanya dipasarkan untuk pasar lokal. Bahan baku yang digunakan

diambil teh hasil produksi Kebun Kaligua Brebes. Ini dilakukan karena teh

hasil produksi Kebun Kaligua memiliki aroma yang lebih kuat dibandingkan

dengan Kebun Semugih. Jenis teh yang dipakai adalah jenis BOPF (Broken

Orange Pekoe Fanning) yang termasuk kelas mutu satu. Untuk memproduksi

teh celup ini, Kebun Semugih mendatangkan mesin dari Taiwan. Karena

keterbatasan mesin dan tenaga manusia, dalam sehari rata-rata hanya mampu

memproduksi 3-5 kardus. Tiap kardus terdiri dari 60 kemasan dan tiap

kemasan berisi 25 buah teh celup dengan berat rata-rata 2 gram. Mesin yang

digunakan untuk untuk memproduksi teh celup serta kemasan yang digunakan

untuk membungkus teh celup jadi dapat dilihat pada Gambar 4.12 dan

Gambar 4.13.

Page 72: LAPORAN MAGANG DI PTPN IX (PERSERO) KEBUN …/Quality... · Sanitasi Ruangan ..... 83 Sanitasi Alat dan Mesin ..... 85 ... Tabel 4.3 Kriteria Uji Organoleptik Teh Hitam ..... 72 Tabel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60  

Gambar 4.12 Mesin Produksi Teh Celup

Gambar 4.13 Produk Teh Celup PTP Nusantara IX Kebun Semugih               

Page 73: LAPORAN MAGANG DI PTPN IX (PERSERO) KEBUN …/Quality... · Sanitasi Ruangan ..... 83 Sanitasi Alat dan Mesin ..... 85 ... Tabel 4.3 Kriteria Uji Organoleptik Teh Hitam ..... 72 Tabel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61  

E. Pengendalian Mutu

Mutu teh merupakan kumpulan sifat teh, baik fisik maupun kimia

yang menyebabkan dapat diterima sebagai bahan konsumsi. Sifat fisik

maupun kimia teh telah dimiliki sejak berupa pucuk daun teh. Oleh karena itu,

usaha pengendalian mutu teh dimulai sejak teh ditanam, dipetik, diangkut ke

pabrik, selama proses pengolahan dan setelah pengolahan. Pada proses

pengolahan, pengendalian mutu teh dimulai dari masing-masing proses yang

terdapat dalam pengolahan, mulai dari penanganan bahan baku, pelayuan,

penggulungan, pengepresan, sortasi basah, fermentasi, pengeringan, sortasi

kering, dan penyimpanan. Proses-proses tersebut saling terkait satu sama lain

dalam satu sistem, sehingga diperlukan prosedur-prosedur khusus untuk

menjalankan kegiatan-kegiatan yang merupakan bagian dari proses-proses

tersebut agar tidak menyimpang dari tujuannya, yaitu memperoleh teh yang

memenuhi persyaratan perdagangan, memiliki cita rasa yang memuaskan serta

tidak berbahaya bagi keselamatan dan kesehatan konsumen.

Dalam usaha pengendalian mutu (Quality Control) pada proses

pengolahan teh hitam di PTP Nusantara IX Kebun Semugih dilakukan dengan

membuat Standar Operasional Prosedur (SOP) pada setiap tahapan proses

sesuai dengan standar mutu yang diterapkan yakni, ISO 9001 : 2000/ SNI. 19.

9001: 2001 dan diuraikan melalui tahapan proses pengolahan sebagai berikut :

1. Pengawasan Mutu Bahan Baku

Bahan baku yang digunakan adalah pucuk teh dengan satu, dua,

atau tiga helai daun yang menyertainya. Pucuk teh yang dipetik dalam

keadaan baik dan benar cara pemetikannya serta penanganannya akan

menghasilkan produk yang memiliki kualitas baik. Pucuk yang dipetik

dari kebun tidak semuanya dalam keadaan yang baik, ada sebagian yang

telah mengalami kerusakan. Kerusakan ini lebih banyak disebabkan oleh

faktor manusia, sedangkan yang berasal dari faktor alam tidak dianggap

sebagai suatu kerusakan. Pengawasan mutu dalam pengadaan bahan baku

merupakan tanggung jawab dari mandor besar dan mandor pemetikan.

Pengawasan mutu pada bahan baku diantaranya :

Page 74: LAPORAN MAGANG DI PTPN IX (PERSERO) KEBUN …/Quality... · Sanitasi Ruangan ..... 83 Sanitasi Alat dan Mesin ..... 85 ... Tabel 4.3 Kriteria Uji Organoleptik Teh Hitam ..... 72 Tabel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62  

a. Pemetikan dan Penanganan Pasca Petik

Sebelum dilakukan pemetikan, terlebih dahulu dipastikan bahwa

blok yang akan dipetik telah sesuai dengan siklus pemetikan. Siklus

pemetikan untuk tiap-tiap kelompok petik adalah 7 – 8 hari.

Pemetikan pucuk dilakukan dengan dua jari dan hanya memetik pucuk

yang sesuai dengan rumus petikan medium (P+2, P+3, B+2M, B+3M).

Setelah dipetik, pucuk tidak boleh berada pada genggaman tangan

terlalu lama, jika genggaman telah penuh segera dimasukkan ke dalam

keranjang petik. Keranjang petik harus selalu digendong oleh pemetik,

tidak boleh diletakkan di atas permukaan pucuk tanaman teh. Setelah

keranjang penuh, pucuk teh dipindahkan ke dalam waring. Pengisian

waring maksimal adalah 25 Kg, dan tidak diperbolehkan menjejalkan

pucuk ke dalam waring. Pengisian yang melebihi kapasitas waring

dapat menyebabkan pucuk memar dan terjadi kenaikan suhu. Mandor

petik selalu melakukan pengawasan dan pemeriksaan mulai dari

proses pemetikan, pengisian waring, penimbangan, sampai dengan

pengangkutan ke pabrik. Selain itu juga melakukan peneguran kepada

pemetik jika bekerja tidak sesuai dengan Standar Operasional

Prosedur yang ditetapkan.

b. Analisa Petik

Analisa petik adalah salah satu langkah pengendalian mutu pada

bahan baku yang bertujuan sebagai sarana evaluasi pemetikan yang

dilakukan dan juga untuk mengetahui keadaan kesehatan tanaman teh.

Analisa petik dilakukan berdasar pada rumus petikan yang digunakan

oleh perusahaan. Adapun tahap analisa petik adalah :

Hasil petikan dari masing-masing pemetik dalam satu

kemandoran diambil segenggam dan dicampur secara merata

kemudian diambil 1 Kg

Dari 1 Kg tersebut, diambil 200 Gram untuk dianalisa

Analisa dilakukan dengan mengelompokkan pucuk teh

berdasarkan rangkaian pucuk yang ada (P+1, P+2M, P+3M, B+1,

Page 75: LAPORAN MAGANG DI PTPN IX (PERSERO) KEBUN …/Quality... · Sanitasi Ruangan ..... 83 Sanitasi Alat dan Mesin ..... 85 ... Tabel 4.3 Kriteria Uji Organoleptik Teh Hitam ..... 72 Tabel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63  

B+2M, P+2T, P+3T, BT (Burung Tua), LM (Lembar Muda), LT

(Lembar Tua), RM (Rusak Muda), dan RT (Rusak Tua)

Masing-masing kelompok ditampung dan ditimbang untuk

selanjutnya dihitung presentasenya (%) terhadap berat total

Petikan medium terdiri dari (P+1, P+2M, P+3M, B+1, B+2M),

jika didapatkan prosentase >60% maka petikan dianggap baik.

Pelaksanaan dan pencatatan hasil analisa petik dilakukan oleh petugas

khusus yang sekaligus mencatat hasil timbangan setiap pemetik.

c. Pengangkutan

Alat angkut yang digunakan untuk membawa pucuk teh dari

kebun ke pabrik adalah truk. Setiap akan melakukan pengangkutan,

truk tersebut dibersihkan dan dicuci. Truk dilengkapi dengan terpal

pada baknya untuk melindungi pucuk dari sinar matahari dan hujan,

selain itu truk juga dilengkapi dengan rak dari papan kayu. Pengisian

waring ke dalam truk dilakukan oleh asisten sopir dengan menata

waring-waring tersebut secara berlapis. Setiap lapisan dipisahkan oleh

rak dari papan kayu agar waring tidak saling tindih. Pengisian waring

ke dalam truk dilakukan secara rapi dan diawasi oleh mandor petik

untuk mencegah penumpukan berlebihan sehingga dapat merusak

kualitas pucuk. Pengangkutan dalam satu truk antara 1,5 sampai 2 Ton

pucuk teh.

d. Penerimaan Pucuk

Truk yang telah sampai di pabrik kemudian ditimbang untuk

mengetahui berat truk dan berat pucuk yang dibawa. Penimbangan

truk menggunkan jembatan timbang yang dikontrol oleh petugas

penerimaan pucuk. Jembatan timbang yang digunakan ditera/

dikalibrasi secara berkala untuk menjaga keakuratan hasil timbangan.

Selanjutnya dilakukan pembongkaran pucuk dari truk, pembongkaran

pucuk ini dilakukan secara hati-hati sehingga dapat mencegah

tercecernya pucuk ke lantai. Pengawasan dari mandor penerimaan

pucuk dilakukan agar para pekerja senantiasa mentaati standar kerja

yang disyaratkan.

Page 76: LAPORAN MAGANG DI PTPN IX (PERSERO) KEBUN …/Quality... · Sanitasi Ruangan ..... 83 Sanitasi Alat dan Mesin ..... 85 ... Tabel 4.3 Kriteria Uji Organoleptik Teh Hitam ..... 72 Tabel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64  

e. Analisa Pucuk

Pucuk hasil petikan memiliki mutu yang berbeda-beda. Untuk

mengetahui mutu pucuk hasil petikan maka dilakukan analisa pucuk

yang dilakukan oleh petugas analisa. Analisa pucuk dilakukan pada

hasil petikan dari masing-masing kemandoran. Pada PTP Nusantara

IX Kebun Semugih memberlakukan mutu petikan halus sebagai mutu

standar (MS). Hasil petikan halus berkisar antara 58-62%. Hasil

analisa pucuk ini dicatat pada buku penerimaan pucuk harian dan

diketahui oleh sinder teknik/ teknologi serta dicatat papan keterangan

penerimaan pucuk. Dari hasil analisa pucuk ini dapat diketahui mutu

petikan dari setiap kemandoran sehingga dapat dilakukan koreksi jika

ada mutu petikan yang buruk. Analisa pucuk dapat sekaligus

memberikan prosentase kerusakan pucuk selama pemetikan,

penanganan, dan pengangkutan. Selain itu hasil analisa pucuk dapat

digunakan sebagai standar pemberian upah bagi para pemetik. Jika

mutu petikannya bagus maka upah yang diterima akan lebih tinggi jika

dibandingkan dengan mutu petikan yang buruk. Hal ini juga dapat

memberikan motivasi bagi para pemetik untuk bekerja lebih baik lagi.

2. Pelayuan

Pada perkebunan teh dataran rendah seperti di PTP Nusantara IX

Kebun Semugih, masalah yang sering dialami adalah kepekatan rasa yang

kurang kuat. Untuk menghilangkan sifat tersebut PTP Nusantara IX

Kebun Semugih mengintensifkan proses oksidasi selama pelayuan,

penggilingan dan fermentasi. Penyimpangan yang sering terjadi adalah

mutu pelayuan yang terlalu layu ( mendekati kering) atau kurang layu

(masih agak segar). Prosentase layu yang disyaratkan oleh perusahaan

adalah 49-52%.

Untuk mencapai prosentase layu yang disyaratkan tersebut

memerlukan pengendalian proses yaitu :

a. Pengukuran suhu dan kelembaban udara di WT secara periodik yaitu

ketika dimulai proses pelayuan.

Page 77: LAPORAN MAGANG DI PTPN IX (PERSERO) KEBUN …/Quality... · Sanitasi Ruangan ..... 83 Sanitasi Alat dan Mesin ..... 85 ... Tabel 4.3 Kriteria Uji Organoleptik Teh Hitam ..... 72 Tabel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65  

b. Pengamatan perbedaan higrometrik pada thermometer D/W untuk

menentukan perlu atau tidaknya penggunaan udara campuran

c. Pengaturan pemberian udara panas serta pengukuran penurunan berat

pada keranjang kontrol

d. Pengamatan secara visual terhadap pucuk yang dilayukan

Suhu dan kelembaban udara senantiasa berubah sesuai kondisi

lingkungan, oleh karena itu pengawasan terhadap perubahan suhu dan

perbedaan higrometrik harus dilakukan secara cermat dan dicatat secara

periodik. Dengan pengecekan suhu bola kering dan bola basah (D/W)

setiap akan dimulai pelayuan maka dapat dipertimbangkan penggunaan

udara campuran. Dengan cara ini dapat menghemat penggunaan bahan

baker dalam pelayuan pucuk teh. Suhu pada saat pelayuan berkisar antara

250-280C, jika suhu terlalu tinggi akan menyebabkan pucuk menjadi

kering dan jika suhu terlalu rendah dapat menyebabkan waktu pelayuan

menjadi lebih lama.

Di dalam pelayuan juga dilakukan pengiraban/pembalikan. Hal ini

dilakukan agar pucuk teh dapat layu secara merata. Dalam proses

pelayuan dilakukan 2-3 kali pengiraban sesuai dengan kondisi pucuk dan

cuaca. Akan tetapi, frekuensi pengiraban yang terlalu sering dapat

mengakibatkan pucuk menjadi memar. Kerataan permukaan pucuk dalam

WT juga dapat mempengaruhi tingkat kerataan pelayuan pucuk.

Pengawasan keadaan pucuk pada pelayuan menjadi tanggung jawab

mandor pelayuan. Mandor pelayuan juga melakukan pengawasan kepada

para pekerja agar mentaati standar operasional yang telah disyaratkan.

3. Penggulungan dan Oksidasi Enzimatis

Penggulungan merupakan tahap yang penting dalam pengolahan teh

hitam. Pada tahap ini terjadi proses pertemuan Polifenol dengan enzim

Polifenol Oksidase dengan udara (Oksigen) yang biasa disebut oksidasi

enzimatis. Oksidasi enzimatis ini yang akhirnya akan membentuk mutu

dalam (inner quality) teh. Oleh karena itu perlu diperhatikan secara

Page 78: LAPORAN MAGANG DI PTPN IX (PERSERO) KEBUN …/Quality... · Sanitasi Ruangan ..... 83 Sanitasi Alat dan Mesin ..... 85 ... Tabel 4.3 Kriteria Uji Organoleptik Teh Hitam ..... 72 Tabel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66  

seksama mulai dari kondisi lingkungan sampai dengan peralatan yang

digunakan.

Sebelum proses pengolahan basah dimulai, terlebih dahulu

dilakukan pengecekan semua alat dan mesin yang akan digunakan. Setelah

semua alat dan mesin siap maka pucuk layu dapat segera dimasukkan ke

dalam Open Top Roller (OTR) untuk digulung. Sebelum dimasukkan ke

dalam OTR pucuk layu ditimbang terlebih dahulu. Hal ini bertujuan untuk

mengetahui berat layu pucuk sehingga dapat disesuaikan dengan kapasitas

dari OTR tersebut.

Kapasitas setiap OTR pada PTP Nusantara IX Kebun Semugih

adalah 375 Kg, sehingga perlu dilakukan pengontrolan agar tidak terjadi

kelebihan muatan yang akan mengakibatkan peningkatan suhu dan hasil

penggulungan kurang sempurna. Pada proses pengolahan basah ketepatan

waktu dapat mempengaruhi mutu produk akhir. Mulai dari mesin OTR,

RRB1, PCR, RRB2, RV1, RRB3, RV2, sampai RRB4 dan fermentasi

pada baki membutuhkan kontrol waktu yang cermat. Ketidaktepatan

waktu biasanya disebabkan oleh pekerja yang terlambat memasukkan

bubuk teh ke mesin atau ke tahap selanjutnya. Bubuk yang tercecer ke

lantai ruang pengolahan harus selalu dibersihkan, tercecernya bubuk teh

ini dapat terjadi karena proses pemasukan maupun pembongkaran bubuk

teh yang terlalu tergesa-gesa. Oleh karena itu, pengawasan dari mandor

pengolahan basah sangat penting untuk mencegah hal-hal tersebut.

Proses oksidasi enzimatis pada pengolahan teh menggunakan

aktifitas enzim, oleh karena itu pengaturan suhu dan kelembaban ruangan

menjadi hal yang harus diperhatikan. Kelembaban udara yang disyaratkan

pada ruang pengolahan basah berkisar antara 80-95% dan temperatur

udara antara 19-240C. Pengaturan kelembaban dan suhu dilakukan dengan

menempatkan alat Humidifier. Alat ini bekerja dengan cara mengabutkan

air dingin yang berasal dari kolam. Selain itu juga terdapat Blower yang

dapat mengatur sirkulasi udara yang masuk dan keluar dari ruang

Page 79: LAPORAN MAGANG DI PTPN IX (PERSERO) KEBUN …/Quality... · Sanitasi Ruangan ..... 83 Sanitasi Alat dan Mesin ..... 85 ... Tabel 4.3 Kriteria Uji Organoleptik Teh Hitam ..... 72 Tabel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67  

pengolahan basah. Untuk menjaga agar Humidifier dan Blower tetap

bekerja dengan baik maka dilakukan pengecekan secara rutin.

Beberapa hal yang menjadi titik kendali pada proses pengolahan

basah adalah :

a. Pengukuran Kelembaban Ruang Pengolahan Basah

Kelembaban ruangan dijaga agar tetap berada antara 90%-95% dengan

menggunakan alat Humidifier, yang dapat mengabutkan air. Selain

dapat menjaga kelembaban, kabut ini juga dapat menurunkan suhu di

dalam ruang pengolahan basah.

b. Pengukuran Suhu Bubuk, Ruang Gulung dan Oksidasi Enzimatis

Proses penggilingan pucuk teh akan mengakibatkan naiknya suhu dari

bubuk teh yang dihasilkan. Pada prinsipnya, jika penggilingan

dilakukan sesuai dengan kapasitas alat dan waktu yang tepat,

peningkatan suhu tetap pada batas toleransi yaitu 280-310C. Kenaikan

suhu diatas 320C dapat mengakibatkan kerusakan pada bubuk teh.

Sebagai salah satu cara untuk mencegah kenaikan suhu yang

berlebihan maka dilakukan pengayakan atau sortasi basah. Mandor

pengolahan basah selalu melakukan pengontrolan suhu dengan

menempatkan Thermometer pada bubuk yang selesai digulung. Hal ini

dilakukan untuk memastikan suhu bubuk berada pada batas suhu

standar.

c. Pengamatan Hasil Potongan Bubuk

Tangkai dan daun tua merupakan bagian dari pucuk teh yang sukar

terpotong sehingga pada tahap akhir pengayakan terjadi penumpukan,

oleh karena itu dilakukan pengulangan. Kebijakan ini dilakukan oleh

mandor pengolahan setelah melihat kondisi bubuk. Selain itu pucuk

yang kurang layu juga dapat menyebabkan sukar digiling sehingga

banyak menghasilkan badag. Jika badag yang dihasilkan terlalu

banyak maka dilakukan pengulangan pemotongan dengan Rotorvane.

Page 80: LAPORAN MAGANG DI PTPN IX (PERSERO) KEBUN …/Quality... · Sanitasi Ruangan ..... 83 Sanitasi Alat dan Mesin ..... 85 ... Tabel 4.3 Kriteria Uji Organoleptik Teh Hitam ..... 72 Tabel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68  

d. Pengawasan Kerja Alat dan Mesin Pengolahan

Pekerja sering kali mengabaikan pengoperasian alat dan mesin

pengolahan sesui dengan prosedur yang semestinya. Hal ini terjadi

karena pekerja hanya ingin pekerjaannya cepat selesai dan segera

pulang. Pemasukan pucuk teh yang terlalu banyak ke dalam mesin,

penggunaan sistem pres pada PCR yang diabaikan, serta waktu

berlangsungnya proses pada setiap alat yang tidak diperhatikan.

Pengawasan hal-hal tersebut menjadi tanggungjawab dari mandor.

e. Pengaturan Waktu Oksidasi Enzimatis

Pengawasan mengenai kapan waktu oksidasi enzimatis berakhir

sangat menentukan kualitas dari teh jadi. Oksidasi enzimatis dimulai

sejak penggilingan bubuk pada OTR dan berakhir pada saat proses

pengeringan. Proses tersebut berlangsung sekitar 110-180 menit.

Sebelum dimasukkan ke dalam mesin pengering, dilakukan

pengamatan terhadap bubuk teh dari segi warna dan aroma bubuk, hal

ini dilakukan untuk mengetahui apakah bubuk tersebut telah mencapai

kondisi optimal atau belum.

f. Pengukuran Ketebalan Hamparan Bubuk pada Baki Oksidasi

Enzimatis

Mandor senantiasa mengawasi ketebalan hamparan bubuk karena para

pekerja sering kali melakukan penumpukan bubuk yang tidak sesuai

standart yang telah ditetapkan oleh perusahaan yaitu 5-7 cm.

Pengendalian ketebalan hamparan dilakukan dengan menempatkan

penggaris sebagai alat ukur ketebalan. Pengukuran dilakukan pada

setiap Trolley tempat menyusun baki-baki oksidasi enzimatis. Jika ada

hamparan yang terlalu tebal maka segera dilakukan perataan

hamparan.

g. Pengujian Organoleptik Bubuk Basah ( Uji Green Dhool)

Pengujian organoleptik dilakukan dengan menyeduh teh hasil

fermentasi setiap hari untuk mengetahui mutu dari proses pengolahan

basah. Pengujiannya meliputi kenampakan, warna air seduhan, dan

ampas.

Page 81: LAPORAN MAGANG DI PTPN IX (PERSERO) KEBUN …/Quality... · Sanitasi Ruangan ..... 83 Sanitasi Alat dan Mesin ..... 85 ... Tabel 4.3 Kriteria Uji Organoleptik Teh Hitam ..... 72 Tabel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69  

4. Pengeringan

Proses oksidasi enzimatis diakhiri dengan cara pengeringan bubuk

hasil oksidasi enzimatis. Proses pengeringan menggunakan Heater

Exchanger berbahan bakar kayu. Sebelum dilakukan pengeringan,

Heater Exchanger harus mulai dinyalakan hingga suhu mencapai 110-

1300 C, baru setelah itu udara panas dapat dialirkan ke dalam mesin

pengering dengan bantuan kipas. Disini harus diperhatikan

kekonsistenan suhu yang dihasilkan selain itu pengisian bubuk hasil

oksidasi enzimatis harus sesui untuk tiap mesin pengering. Suhu inlet

yang diterapkan pada mesin pengering berkisar 90-950C dan suhu outlet

berkisar 50-550C. Pengukuran suhu dapat dilihat pada Thermometer

yang terpasang pada mesin pengeringan. Pengendalian suhu menjadi

tanggungjawab mandor pengeringan karena berdampak pada kualitas

bubuk teh kering. Pengawasan suhu dilakukan secara periodik (setiap

jam) sehingga apabila ada perubahan suhu yang tidak sesui dapat

dilakukan tindakan antisipasi. Hal-hal yang harus dikendalikan pada

proses pengeringan adalah :

a. Waktu Pengeringan

Kapasitas masing-masing mesin pengering pada PTP

Nusantara IX Kebun Semugih adalah 250 kg/jam. Dengan

menggunakan prinsip Trays bertingkat untuk membawa bubuk

melalui ruangan pengering pada mesin. Kecepatan perputaran Trays

diatur agar tidak terjadi Over burning jika perputarannya terlalu

lambat dan dihasilkan bubuk yang kurang kering jika perputaran

Trays terlalu cepat. Waktu yang diperlukan mulai dari masukknya

bubuk ke dalam mesin sampai dengan bubuk keluar adalah 20

menit. Bubuk yang dimasukkan pertama kali harus menunggu

sampai suhu mesin pengering mencapai suhu yang disyaratkan yaitu

suhu inlet 90-950C dan suhu outlet 50-550C. Pengukuran suhu

tersebut dilakukan dengan melihat Thermometer yang terpasang

pada mesin pengering. Apabila bubuk yang dihasilkan kurang kering

Page 82: LAPORAN MAGANG DI PTPN IX (PERSERO) KEBUN …/Quality... · Sanitasi Ruangan ..... 83 Sanitasi Alat dan Mesin ..... 85 ... Tabel 4.3 Kriteria Uji Organoleptik Teh Hitam ..... 72 Tabel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70  

maka dilakukan pengulangan atau dilakukan blending dengan bubuk

kering lain jika hasil pengeringan tidak terlalu basah.

b. Pengukuran Kadar Air Bubuk Kering

Kadar air yang disyaratkan pada PTP Nusantar IX Kebun

Semugih adalah 2,5-3%. Pengendaliannya dengan cara mengambil

sampel pada setiap bubuk pada saat pengeringan. Sampel yang

diambil kemudian dibawa ke ruang uji untuk dilakukan uji kadar air

dengan alat yang disebut Infra Red Tester. Apabila terjadi bubuk

yang memiliki kadar air di bawah batas yang disyaratkan maka

dilakukan pengulangan atau dilakukan pencampuran dengan bubuk

yang lain. Pencampuran ini dilakukan jika perbedaan kadar air tidak

terlalu signifikan. Hasil pengujian kemudian dicatat dan dilaporkan

kepada sinder teknik.

c. Pengujian Mutu Bubuk Kering

Dalam rangka pengujian kualitas teh jadi, selain dilakukan

pengujian kadar air bubuk kering juga dilakukan pengujian mutu

teh. Pengujian ini meliputi kenampakan, kualitas air seduhan

(warna, rasa dan aroma) dan ampas. Pengujian dilakukan oleh

petugas Tea Tester bersamaan dengan uji organoleptik bubuk teh

jadi hasil sortasi kering. Hasil pengujian dicatat dengan menerapkan

standart pengujian teh.

5. Sortasi Kering

Pengendalian mutu pada tahap sortasi kering dilakukan pada saat

proses sortasi hingga pada pengujian mutu hasil sortasi. Pada saat proses

sortasi dilakukan pengawasan oleh mandor sortasi kering sedangkan pada

pengujian mutu hasil sortasi dilakukan oleh mandor sortasi dan petugas

Tea Tester. Pada tahap proses, pengendalian suhu dan kelembaban

ruangan yang digunakan untuk sortasi harus dilakukan. Ini dilakukan

karena bubuk teh bersifat hidroskopis atau menyerap air, sehingga jika

suhu ruangan terlalu rendah dan kelembabannya terlalu tinggi akan

memungkinkan terjadinya kenaikan kadar air. Selain itu pengguanaan

Page 83: LAPORAN MAGANG DI PTPN IX (PERSERO) KEBUN …/Quality... · Sanitasi Ruangan ..... 83 Sanitasi Alat dan Mesin ..... 85 ... Tabel 4.3 Kriteria Uji Organoleptik Teh Hitam ..... 72 Tabel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71  

Crusser dihindari untuk bubuk teh yang masih berwarna hitam, sebab

bubuk yang digerus dengan Crusser akan berubah warna menjadi

kemerah-merahan. Beberapa pengendalian mutu pada bubuk hasil sortasi

adalah :

a. Pengujian Bulk Density dan Keseragaman Bubuk

Pengujian Bulk density digunakan untuk memperkirakan volume

bubuk pada saat dilakukan pengemasan, sehingga dapat

mempermudah dalam pengangkutan dan penggudangannya. Pengujian

ini dilakukan dengan cara memasukkan bubuk teh kering ke dalam

gelas ukur sebanyak 115 Gram, kemudian dilihat berapa volumenya.

Pengujian keseragaman dilakukan dengan cara membandingkan secara

visual bubuk hasil sortasi dengan bubuk yang telah sesuai dengan

standar. Bubuk yang akan diuji diletakkan pada meja yang memiliki

penerangan yang cukup sehingga dapat dilihat dengan jelas dan

dibandingkan dengan bubuk standarnya.

b. Pengujian Kadar Air

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui peningkatan kadar air

bubuk setelah dilakukan sortasi. Karena bubuk teh bersifat higroskopis

maka tidak dapat dipungkiri bahwa terjadi kenaikan kadar air setelah

pengeringan dan sortasi. Peningkatan kadar air ini masih dapat

dimaklumi selama peningkatan kadar air berkisar antara 4-5%.

Pengujian kadar air dilakukan dengan menggunakan alat Infrared

tester. Hasil pengujian kemudian digunakan sebagai arsip bagi

perusahaan dan informasi bagi konsumen.

c. Uji Organoleptik Bubuk Teh

Tujuan dilakuakan pengujian organoleptik adalah untuk

mengetahui persepsi terhadap kenampakan teh kering (Appearance)

warna, rasa, dan aroma air seduhan (Liquor) dan ampas seduhan

(Infusion) teh hitam. Uji organoleptik meliputi uji kenampakan luar

dan uji kualitas dalam. Uji kenampakan luar meliputi warna bubuk,

bentuk dan ukuran serta kebersihan bubuk teh. Uji kualitas dalam

Page 84: LAPORAN MAGANG DI PTPN IX (PERSERO) KEBUN …/Quality... · Sanitasi Ruangan ..... 83 Sanitasi Alat dan Mesin ..... 85 ... Tabel 4.3 Kriteria Uji Organoleptik Teh Hitam ..... 72 Tabel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72  

dilakukan terhadap air seduhan dan ampas seduhan teh. Uji

organoleptik merupakan kontrol terhadap proses pengolahan

sebelumnya. Kesalahan pengolahan teh hitam dapat diketahui dari

hasil uji organoleptik teh. Pengujian mutu teh hitam dapat

dikategorikan dalam Tabel 4.3.

Tabel 4.3 Kriteria Uji Organoleptik Teh Hitam

No Indikator Uji Keterangan 1 Kenampakan :

• Bentuk Choppy, Flaky/ Open, Curly, Grainy, Leavy, Powder, Wire

• Ukuran Partikel Bold, Normal, Smaller • Kerataan Ukuran Even, Irragular, Ragged, Mixed • Jumlah Tip Tippy, Some Tip, Few Tip • Warna Tip Golden Tip, Silver Tip • Warna Teh Blackys, Brownish, Greyles, Reddish, • Tulang Daun dan Serat Stalky, Some Stalky, Few Stalky,Some

Fibres, Few Fibres • Benda Asing Cleanlines

2 Liquor : • Warna Bright, Colory,Cream, Light,

Sweet,Thin,Dull • Rasa Quality, Brisk, Body/Thick/Strengt,

Pungency, Flavoury, Brassy,Flat, Coarse, Harsh/Raw/Rasping, Sweaty, Greenish, Bitter, Tined, Dry,, Overfired, Smokey, Bakey,Burn,Malty, Fruity,Sour, Case Hardening

• Bau Tined 3 Infusion (kenampakan ampas

seduhan) Bright, Coperly,Dark/Dull, Mixed/Uneven

Sumber : Petunjuk Khusus bagi Tea Quality Control PT. Perkebunan Nusantara

XVIII dan Petunjuk Teknis Pengolahan Teh

Pengambilan sampel untuk uji organoleptik ini juga digunakan

sebagai monster (sampel kepada pembeli) dan sebagai arsip perusahaan.

Sampel tersebut dikemas dalam papersack berukuran 100 gram.

6. Penyimpanan Dalam Peti Miring

Tujuan penempatan bubuk pada peti miring adalah untuk menunggu

bubuk hingga terkumpul dan siap untuk dikemas. Karena penempatan

Page 85: LAPORAN MAGANG DI PTPN IX (PERSERO) KEBUN …/Quality... · Sanitasi Ruangan ..... 83 Sanitasi Alat dan Mesin ..... 85 ... Tabel 4.3 Kriteria Uji Organoleptik Teh Hitam ..... 72 Tabel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73  

bubuk pada peti masih menggunakan cara manual yaitu dengan cara

menimbang bubuk dalam jembung/ tong kemudian diangkat dan

dimasukkan ke dalam lubang-lubang sesuai dengan jenis bubuk tersebut.

Pengawasan dari mandor sangat diperlukan agar tidak terjadi kesalahan

dalam memasukkan bubuk teh, karena jika terjadi kesalahan dalam

pemasukan bubuk teh maka harus dilakukan pengeluaran secara total pada

lubang jenis teh tersebut. Sehingga pengawasan mandor sangatlah penting

agar pekerja bekerja sesuai dengan prosedur.

7. Pengemasan dan Pengepakan

Pengemasan bertujuan untuk mencegah terjadinya kenaikan kadar

air pada teh, memudahkan proses pengangkutan, dan juga sebagai sarana

informasi tentang isi didalamnya. Sebelum dilakukan pengemasan, bubuk

teh dimasukkan ke dalam Tea Bulker serta dilakukan pengecekan dengan

pengambilan sampel bagian bawah, tengah, dan atas. Hal ini dilakukan

untuk memastikan bahwa bubuk teh yang akan dikemas sudah homogen

dalam satu jenis teh. Pengendalian mutu pada tahap pengemasan adalah

dengan melakukan uji kadar air, uji organoleptik, dan uji Bulk Density.

Setelah dilakukan pengujian kemudian bubuk teh dikemas ke dalam

papersack. Dalam penumpukannya, papersack tidak boleh melebihi dua

meter atau tumpukan maksimal 10 sack. Jika sudah mencapai 5 chop (100

sack) maka dapat dilakukan pengangkutan ke pelabuhan. Kendaraan yang

digunakan untuk mengangkut teh dilengkapi dengan terpal dan alas

sehingga dapat menjaga teh tetap kering.

8. Penentuan Titik Kritis

Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) adalah suatu

sistem kontrol dalam upaya pencegahan terjadinya masalah yang

didasarkan atas identifikasi titik- titik kritis di dalam tahap penanganan

dan proses produksi. HACCP merupakan salah satu bentuk manajemen

resiko yang dikembangkan untuk menjamin keamanan pangan dengan

pendekatan pencegahan (preventive) yang dianggap dapat memberikan

Page 86: LAPORAN MAGANG DI PTPN IX (PERSERO) KEBUN …/Quality... · Sanitasi Ruangan ..... 83 Sanitasi Alat dan Mesin ..... 85 ... Tabel 4.3 Kriteria Uji Organoleptik Teh Hitam ..... 72 Tabel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74  

jaminan dalam menghasilkan makanan yang aman bagi konsumen.

( Anonimb, 2006)

Dalam penerapan HACCP terdapat tahapan yang merupakan sarana

untuk menurunkan atau mengeliminasi penyimpangan mutu atau bahaya

dalam suatu pengolahan produk. Tahapan tersebut adalah penentuan

Critical Control Point (CCP. Definisi Critical Control Point (CCP)

adalah langkah di mana pengendalian/kontrol dapat dilakukan dan penting

untuk mencegah atau menghilangkan bahaya terhadap keamanan makanan

atau mengurangi bahaya tersebut hingga tingkat yang dapat diterima

(Callbowo, 2008).

Penentuan CCP tidak dapat lepas dari diagram alir proses produksi

yang digunakan. Oleh karena itu sebelum CCP ditentukan diagram alir

proses produksi in harus ditetapkan terlebih dahulu. Setelah diagram alir

tersedia kemudian mengenali titik -titik yang berpotensi untuk

menimbulkan, menghilangkan atau mengurangi bahaya. CCP ditetapkan

pada setiap tahap proses mulai dari awal produksi suatu makanan hingga

sampai ke konsumsi.

Selanjutnya pada setiap CCP tersebut ditentukan batas kritis. Batas

kritis fisik biasanya dikaitkan dengan toleransi untuk bahaya fisik atau

benda asing, atau kendali bahaya mikrobiologis dimana hidup atau

matinya dikendalikan oleh parameter fisik. Beberapa contoh batas kritis

fisik adalah tidak adanya logam, ukuran ayakan, suhu, waktu, serta

unsur-unsur uji organoleptik.

Batas kritis kimia biasanya dikaitkan dengan bahaya kimia atau

dengan kendali bahaya mikrobiologis melalui formulasi produk dan faktor

intrinsik. Sebagai contoh batas kritis kimia adalah kadar maksimum yang

diterima untuk mikotoksin, pH, AW, dan sebagainya.

Untuk membantu menemukan dimana seharusnya CCP yang

benar,maka digunakan pedoman berupa Diagram Pohon Keputusan CCP

(CCP Decision Tree). Diagram pohon keputusan adalah seri pertanyaan

logis yang menanyakan setiap bahaya. Jawaban dari setiap pertanyaan

Page 87: LAPORAN MAGANG DI PTPN IX (PERSERO) KEBUN …/Quality... · Sanitasi Ruangan ..... 83 Sanitasi Alat dan Mesin ..... 85 ... Tabel 4.3 Kriteria Uji Organoleptik Teh Hitam ..... 72 Tabel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75  

akan memfasilitasi dan membawa tim HACCP secara logis memutuskan

apakah CCP atau bukan. Diagram Pohon Keputusan tersebut dapat dilihat

pada Gambar 4.14 dan Gambar 4.15.

 

 

  Gambar 4.14 Diagram Pohon Keputusan Penentuan Titik-Titik Kritis Pada Tahap

Bahan Baku

Ya Tidak Bukan CCP

Tidak

Bukan CCP

Ya

CCP

CCP

Tidak Ya

P2. Apakah proses atau konsumen akan menghilangkan bahaya tersebut ?

P1. Apakah terdapat bahaya dalam bahan baku ini ?

P3. Apakah ada resiko kontaminasi silang terhadap fasilitas atau produk lain yang tidak dapat dikendalikan ?

Page 88: LAPORAN MAGANG DI PTPN IX (PERSERO) KEBUN …/Quality... · Sanitasi Ruangan ..... 83 Sanitasi Alat dan Mesin ..... 85 ... Tabel 4.3 Kriteria Uji Organoleptik Teh Hitam ..... 72 Tabel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76  

 

Gambar 4.15 Diagram Pohon Keputusan Penentuan Titik-Titik Kritis

Adakah Tindakan Pencegahan ?

Lakukan modifikasi tahapan dalam proses atau produk ?

Apakah tahapan dirancang spesifik untuk menghilangkan atau mengurangi bahaya yang mungkin terjadi sampai level yang dapat diterima?

Apakah pencegah pada tahap ini perlu untuk keamanan pangan ?

Dapatkah kontaminasi dengan bahaya yang didefinisikan terjadi melebihi tingkatan yang dapat diterima atau dapatkah ini meningkat sampai tingkatan yang tidak dapat diterima ?

Akankah tahapan berikutnya menghilangkan atau mengurangi bahaya yang teridentifikasi sampai level yang dapat diterima ?

Tidak Ya

CCP

Bukan CCP Berhenti

P1.

P4.

P3.

P2.

Ya

Ya

Ya

Ya

Tidak

Tidak

Tidak Bukan CCP Berhenti

Bukan CCP Berhenti

Tidak

Page 89: LAPORAN MAGANG DI PTPN IX (PERSERO) KEBUN …/Quality... · Sanitasi Ruangan ..... 83 Sanitasi Alat dan Mesin ..... 85 ... Tabel 4.3 Kriteria Uji Organoleptik Teh Hitam ..... 72 Tabel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77  

Tabel 4.4 Analisa Bahaya Pada Pengolahan Teh Hitam

No Tahapan Proses Bahaya Penyebab Bahaya

Potensi bahaya Resiko Cara Pencegahan

Peluang Keparahan

1. Bahan Baku Fisika Ranting , tanah, kerikil

Rendah Rendah Rendah • Pengarahan ppemetik

Biologi Ulat Rendah Rendah Rendah • Penyemprotanpupuk daun

Kimia Residu Pestisida

Sedang Sedang Tinggi • Selang waPemetikan

• Penggunaan pestisida ylarut air

2. Penerimaan bahan baku

Fisika

Ranting, tanah, kerikil

Rendah Rendah Rendah • Analisa Pucuk

• Pembersihan tempat penerimaan

3. Pelayuan Fisika Debu, tanah, ranting, kerikil

Rendah Rendah Rendah • Pembersihan ruang pelayuan

• Penggunaan jaring sebagai alas WT

4. Penggulungan dan penggilingan

Fisika Mur, baut, ranting

Rendah Rendah Rendah • Pengecekan kondisi mesebelum digunakan

5. Oksidasi enzimatis Fisika Sisa-sisa Ranting

Rendah Rendah Rendah • Pemeriksaan bubuk hpenggilingan

Biologi Tumbuh jamur

Rendah Rendah Rendah • Kebersihan ruangan

Sebelum dilakukan penentuan titik- titik kritis dalam proses pengolahan

terlebih dahulu dilakukan identifikasi bahaya dari setiap proses pengolahan. Hasil

identifikasi bahaya ini dapat dilihat pada Tabel 4.4. Setelah identifikasi bahaya

dilakukan, selanjutnya ditentukan titik-titik kritis pada setiap tahapan. Hasil

analisis penentuan titik-titik kritis dapat dilihat pada Tabel 4.5 dan Tabel 4.6. 

Page 90: LAPORAN MAGANG DI PTPN IX (PERSERO) KEBUN …/Quality... · Sanitasi Ruangan ..... 83 Sanitasi Alat dan Mesin ..... 85 ... Tabel 4.3 Kriteria Uji Organoleptik Teh Hitam ..... 72 Tabel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78  

No Tahapan Proses Bahaya Penyebab Bahaya

Potensi bahaya Resiko Cara PencegahanPeluang Keparahan

6. Pengeringan Fisika Mur, baut Rendah Rendah Rendah • Pengecekan kondisi mesebelum digunakan

7. Sortasi kering Fisika Rambut, kuku,mur, baut

Rendah Rendah Rendah • Pengecekan mesin sebedigunakan

• Penggunaan pelindung kepmasker sarung tangan

8. Penyimpanan di Peti Miring

Biologi Tumbuh jamur

Rendah Rendah Rendah Peti Mirdilapisi denAlumunium

9. Pengepakan Fisika

Debu Rendah Rendah Rendah • Pembersihan ruang pengepakan

 

Tabel 4.5 Penentuan Titik-titik Kritis (CCP) pada Tahap Bahan Baku

BAHAN BAKU

BAHAYA POTENSIAL

P1.

P2.

P3.

Ket.

Pucuk Teh Fisika: - Ranting - Tanah - Kerikil

Ya Ya Tidak Bukan CCP

Biologi : - Ulat

Ya Ya Tidak Bukan CCP

Kimia : - Residu

pestisida

Ya Ya Tidak Bukan CCP

 

 

 

Tabel 4.6 Penentuan CCP Pada Tahap Proses Pengolahan Teh Hitam

Lanjutan

Page 91: LAPORAN MAGANG DI PTPN IX (PERSERO) KEBUN …/Quality... · Sanitasi Ruangan ..... 83 Sanitasi Alat dan Mesin ..... 85 ... Tabel 4.3 Kriteria Uji Organoleptik Teh Hitam ..... 72 Tabel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79  

TAHAP PROSES BAHAYA POTENSIAL P1 P2 P3 P4 Ket.

Penerimaan Bahan baku

Fisika: - Kerikil, Ranting, Tanah Ya Tidak Tidak - Bukan CCP

Pelayuan Fisika: - Debu, Tanah, Ranting,

Kerikil Ya Tidak Tidak - Bukan CCP

Penggulungan

dan Penggilingan

Fisika: - Mur, Baut, Ranting Ya Tidak Tidak - Bukan CCP

Oksidasi enzimatis

Fisika :- Ranting Ya Tidak Tidak - Bukan CCP

Biologi :- Tumbuh jamur Ya Tidak Ya Ya Bukan CCP

Pengeringan

Fisika :- Mur, Baut Ya Tidak Tidak - Bukan CCP

Biologi :- Jamur Ya Ya - - CCP

Sortasi Kering

Fisika: - Rambut, Kuku, Mur,

Baut

Ya Tidak Tidak - Bukan CCP

Penyimpanan di Peti Miring

Biologi - Tumbuhnya jamur Ya Ya - - CCP

Pengepakan Fisika :- Debu Ya Tidak Tidak - Bukan CCP

Keterangan:

P1 = Adakah Tindakan Pencegahan? Tidak = Bukan CCP ; Ya = Lanjut ke P2

P2 = Apakah tahapan dirancang spesifik untuk menghilangkan atau mengurangi

bahaya yang mungkin terjadi sampai level yang dapat diterima? Ya = CCP;

Tidak = Ke P3

P3 = Dapatkah kontaminasi dengan bahaya yang didefinisikan terjadi melebihi

tingkatan yang dapat diterima atau dapatkah ini meningkat sampai

tingkatan yang tidak dapat diterima ? Tidak = Bukan CCP ; Ya = Ke P4

P4 = Akankah tahapan berikutnya menghilangkan atau mengurangi bahaya

yang teridentifikasi sampai level yang dapat diterima ? Ya = Bukan CCP ;

Tidak = CCP

Setelah titik-titik kritis diketahui, selanjutnya dibuat rencana HACCP dari titik-

titik kritis tesebut. Hasilnya dapt dilihat pada Tabel 4.7 

Page 92: LAPORAN MAGANG DI PTPN IX (PERSERO) KEBUN …/Quality... · Sanitasi Ruangan ..... 83 Sanitasi Alat dan Mesin ..... 85 ... Tabel 4.3 Kriteria Uji Organoleptik Teh Hitam ..... 72 Tabel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80  

Tabel 4.7 Rencana HACCP

Tahapan CCP Bahaya Parameter CCP Batas Kritis Nilai target Monitoring Tindakkoreks

Pengeringan Tumbuh jamur • Pengecekan suhu inlet dan outlet

• Pengaturan tebal hamparan

Kadar air maksimal 3%

Mematikan jamur yang tumbuh

Pengecekan kadar air

Menguprosespengerjika katerlaluMelakblendidenganbubuklain

Penyimpanan di Peti Miring

Tumbuh jamur • Pengecekan kelembaban

Kadar air maksimal 5%

Tidak ada jamur yang tumbuh

Pengecekan kadar air

Melakblendidenganbubuklain

 9. Pembahasan Titik-Titik Kritis (CCP)

Pada tahap bahan baku terdapat bahaya potensial fisika berupa

ranting, tanah, dan kerikil. Tindakan pencegahannya dilakukan dengan

pengarahan pada pemetik agar melakukan pekerjaanya dengan baik sesuai

dengan yang disyaratkan perusahaan. Selain itu juga dengan melakukan

praktek sanitasi yang baik pada para pekerja dan alat-alat yang digunakan.

Pada tahap penerimaan bahan baku terdapat bahaya potensial fisika

berupa ranting dan kerikil. Bahaya potensial kimia berupa residu pestisida

dicegah dengan menggunakan pestisida yang larut dalam air. Selain itu

juga dengan memberikan selang waktu petik selama 7-8 hari setelah

penyemprotan pestisida. Untuk bahaya potensial biologis berupa

terdapatnya ulat pada daun tanaman teh, tindakan pencegahannya dengan

penyemprotan pupuk daun (bayfolan) yang dicampur dengan pestisida

(Zing Sulfat) satu minggu sekali. Tahap bahan baku bukan merupakan

CCP, karena kontaminasi bahaya-bahaya potensial tersebut masih dapat

dikendalikan.

Tahap selanjutnya adalah penerimaan bahan baku. Bahaya potensial

pada tahap penerimaan bahan baku adalah bahaya potensial fisika berupa

kerikil, ranting, dan tanah. Tindakan yang dilakukan untuk mencegah

Page 93: LAPORAN MAGANG DI PTPN IX (PERSERO) KEBUN …/Quality... · Sanitasi Ruangan ..... 83 Sanitasi Alat dan Mesin ..... 85 ... Tabel 4.3 Kriteria Uji Organoleptik Teh Hitam ..... 72 Tabel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81  

bahaya potensial tersebut adalah dengan menjaga kebersihan tempat

penerimaan bahan baku dan juga dengan melakukan analisa pucuk.

Tahapan ini bukan merupakan CCP karena bahaya potensial yang

diidentifikasi tidak dapat meningkat sampai dengan batas yang tidak dapat

diterima.

Pada tahap pelayuan terdapat bahaya potensial fisika berupa debu,

tanah, ranting, dan kerikil. Bahaya potensial ini dapat dicegah dengan

melakukan pembersihan Withering Trough dan ruang pelayuan secara

rutin serta menjaga kebersihan ruang, pekerja dan lingkungan. Tahap ini

bukan merupakan CCP, sebab bahaya potensial tersebut tidak dapat

meningkat sampai tingkatan yang tidak dapat diterima.

Berikutnya adalah tahap penggulungan dan penggilingan pucuk teh.

Pada tahap ini terdapat bahaya potensial fisika berupa mur, baut, dan

ranting. Terdapatnya mur dan baut dapat dicegah dengan melakukan

pengecekan pada setiap mesin sebelum dilakukan proses penggilingan.

Selain itu juga dengan melakukan perbaikan mesin jika mengalami

kerusakan. Ranting akan hancur pada saat penggilingan pucuk, walaupun

tahap penggilingan tidak dirancang spesifik untuk menghancurkan ranting

tersebut. Tahap penggulungan dan penggilingan bukan merupakan CCP

karena bahaya potensial tersebut tidak dapat meningkat sampai pada batas

yang tidak dapat diterima.

Pada oksidasi enzimatis terdapat bahaya potensial biologi berupa

tumbuhnya jamur yang disebabkan suhu bubuk yang tidak sesuai serta

kelembaban ruangan yang tidak tepat. Suhu bubuk yang tidak sesuai dapat

disebabkan ketebalan hamparan bubuk pada baki fermentasi yang terlalu

tebal dapat dikendalikan dengan menempatkan penggaris pada baki. Suhu

dan kelembaban ruangan dijaga dengan blower dan Humidifier kemudian

dipantau dengan thermometer ruang dan alat ukur kelembaban. Tahap ini

bukan merupakan CCP karena bahaya potensial tersebut dapat dihilangkan

pada proses pengeringan.

Tahap pengeringan memiliki bahaya potensial biologi berupa jamur

yang tumbuh pada saat oksidasi enzimatis. Bahaya tersebut dapat hilang

Page 94: LAPORAN MAGANG DI PTPN IX (PERSERO) KEBUN …/Quality... · Sanitasi Ruangan ..... 83 Sanitasi Alat dan Mesin ..... 85 ... Tabel 4.3 Kriteria Uji Organoleptik Teh Hitam ..... 72 Tabel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82  

jika suhu pengeringan sudah sesuai dengan yang disyaratkan oleh

perusahaan yaitu suhu inlet 90-950C dan suhu outlet 50-550C. Selain itu

juga dengan memperhatikan waktu yang dibutuhkan untuk mengeringkan

bubuk, yaitu 20 menit mulai dari bubuk dimasukkan sampai dengan bubuk

keluar.Tahap ini merupakan CCP karena tahapan dirancang untuk

mengurangi bahaya sampai batas yang dapat diterima.

Tahap berikutnya adalah sortasi kering dengan bahaya potensial

berupa kontaminasi silang dari pekerja berupa rambut dan kuku serta mur

dan baut dari mesin-mesin yang digunakan. Kontaminasi rambut dan kuku

dicegah dengan menggunakan perlengkapan kerja berupa penutup kepala,

masker, dan sarung tangan. Bahaya mur dan baut dapat dicegah dengan

melakukan pemeriksaan mesin yang akan digunakan secara rutin. Sortasi

kering bukan merupakan CCP, karena bahaya potensial tersebut tidak

dapat meningkat hingga batas yang tidak dapat diterima.

Penyimpanan bubuk teh ke dalam Peti Miring memiliki bahaya

potensial berupa tumbuhnya jamur. Bahaya ini dapat dicegah dengan

melakukan pemantauan kelembaban pada Peti Miring secara rutin dan

juga melapisi Peti Miring dengan alumunium sehingga dapat mencegah

peningkatan kadar air bubuk teh. Tahap penyimpanan di Peti Miring

merupakan CCP karena tahapan ini dirancang spesifik untuk menghindari

bahaya tersebut.

Tahap yang terakhir adalah pengepakan dengan bahaya potensial

berupa debu pada ruang pengepakan. Tindakan pencegahannya dengan

menjaga kebersihan ruang pengepakan serta melakukan pembersihan

ruangan secara rutin yaitu sebelum dan sesudah proses pengepakan bubuk

teh. Tahap ini bukan merupakan CCP karena bahaya tersebut tidak dapat

meningkat sampai tingkatan yang tidak dapat diterima.

Page 95: LAPORAN MAGANG DI PTPN IX (PERSERO) KEBUN …/Quality... · Sanitasi Ruangan ..... 83 Sanitasi Alat dan Mesin ..... 85 ... Tabel 4.3 Kriteria Uji Organoleptik Teh Hitam ..... 72 Tabel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83  

F. Sanitasi Industri

1. Sanitasi Karyawan

Sanitasi karyawan sangat penting untuk mendukung kelancaran

proses produksi. Sanitasi para pekerja pada PTP Nusantara IX Kebun

Semugih secara keseluruhan sudah cukup baik karena telah menggunakan

peralatan khusus terutama bagi pekerja di kebun dan di pabrik. Di bagian

kebun tiap pekerja menggunakan sepatu bot, sarung plastik (untuk

melindungi bagian perut ke bawah saat pemetikan), sarung tangan bagi

pemetik serta menggunakan penutup kepala. Karyawan pabrik diharuskan

memakai sepatu khusus, masker dan penutup kepala (bagian pengeringan

dan sortasi). Kebersihan pekerja ini sangat penting untuk menjamin tidak

adanya kontaminasi pada saat proses berlangsung.

2. Sanitasi Ruangan

Tiap-tiap tahap pengolahan memerlukan ruangan dengan syarat

tertentu agar tahap pengolahan tersebut dapat berjalan dengan baik. Oleh

karena itu ada pemisahan ruang antara tahap pengolahan yang satu dengan

yang lainnya.

Kondisi tiap ruang akan mencerminkan baik buruknya sanitasi dari

proses pengolahan teh hitam. Untuk menjaga agar sanitasi pada proses

pengolahan teh hitam tetap baik maka diterapkan aturan khusus oleh

perusahaan baik tertulis maupun tidak, yaitu :

1) Penggunaan sepatu khusus saat memasuki ruangan pabrik.

2) Dilarang merokok di area pengolahan.

3) Larangan penggunaan parfum di area pengolahan, untuk menghindari

kontaminasi bau.

4) Pada saat proses sedang berjalan dilarang membersihkan debu yang

menempel pada alat dan mesin terutama pada ruangan sortasi.

5) Larangan penggunaan minyak pelumas yang berlebihan untuk

melumasi alat dan mesin pengolahan karena dapat menyebabkan

kontaminasi pada produk dan mengotori lantai.

Page 96: LAPORAN MAGANG DI PTPN IX (PERSERO) KEBUN …/Quality... · Sanitasi Ruangan ..... 83 Sanitasi Alat dan Mesin ..... 85 ... Tabel 4.3 Kriteria Uji Organoleptik Teh Hitam ..... 72 Tabel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84  

6) Larangan penggunaan pembersih lantai dan detergen untuk

membersihkan ruangan.

Ruang pelayuan adalah area yang paling rentan kotor, karena

ruangan ini memiliki dua sisi yang terbuka, sehingga orang dapat berlalu

lalang dengan mudah, selain itu udara luar dapat keluar masuk dengan

bebas. Pembersihan ruang pelayuan dilakukan dengan menggunakan sapu

ijuk dan sapu lidi serta sesekali dilakukan pengepelan.

Ruang penggilingan dan oksidasi enzimatis merupakan ruang

pengolahan yang memerlukan kebersihan yang tinggi. Udara dalam ruang

penggilingan sangat lembab dan dingin serta bebas dari debu-debu yang

berterbangan pembersihan ruang penggilingan dan oksidasi enzimatis

dilakukan setiap hari bersamaan dengan pembersihan alat dan mesin

dengan menggunakan air yang bersih. Ruangan ini memiliki lantai yang

dibuat cembung dengan parit-parit kecil ditepi ruang. Hal ini bertujuan

agar air yang digunakan untuk membersihkan ruangan dapat mengalir dan

tidak menggenang.

Ruang pengeringan dibersihkan setiap hari setelah proses

pengeringan berakhir dengan menggunakan kompresor. Pengotor pada

ruangan ini adalah fraksi teh yang berukuran kecil dan mudah tertiup udara

dari lubang-lubang Trays apalagi jika terjadi blow out ruangan ini menjadi

kotor dan berdebu.

Ruang sortasi kering merupakan tempat yang identik dengan debu,

karena banyak debu yang beterbangan dan menempel di dinding. Debu

akan semakin banyak jika dust yang dihasilkan lebih banyak dari jenis

lain. Pembersihan ruangan ini dilakukan sebelum dan setelah proses

sortasi dengan menggunakan tiupan angin dari kompresor dengan bantuan

dari tiga kipas penghisap debu yang dapat bekerja secara bersamaan.

Selain itu para pekerja diwajibkan memakai masker , sarung tangan dan

pelindung kepala sehingga dapat mencegah kontaminasi.

Ruang pengepakan juga merupakan ruang yang berdebu. Ruangan

ini menjadi sangat kotor saat dilakukan pengepakan teh jenis Dust III,

Page 97: LAPORAN MAGANG DI PTPN IX (PERSERO) KEBUN …/Quality... · Sanitasi Ruangan ..... 83 Sanitasi Alat dan Mesin ..... 85 ... Tabel 4.3 Kriteria Uji Organoleptik Teh Hitam ..... 72 Tabel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

85  

karena partikel tehnya yang mirip dengan debu. Pembersihannya dengan

menggunakan kompresor dan sapu ijuk sambil kipas penghisap

dinyalakan.

Dinding bangunan pabrik sebagian terbuat dari tembok dan kaca

dengan kerangka plat besi. Dinding ruang penggilingan dan oksidasi

enzimatis dialipisi dengan keramik pada bagian bawah dan tembok

setinggi 5 meter. Selain itu setiap ruangan memiliki ventilasi udara yang

cukup serta dilengkapi dengan kipas penghisap debu. Gambar proses

pembersihan ruang pengolahan dapat dilihat pada Gambar 4.16.

Gambar 4.16 Proses Pembersihan Ruang Pengolahan

3. Sanitasi Alat dan Mesin

Sanitasi alat dan mesin merupakan hal yang sangat penting karena

mesin dan peralatan berhubungan langsung dengan bahan yang akan

diolah. Hal ini juga berkaitan dengan jaminan kesehatan dan keamanan

produk yang akan dihasilkan.

Palung pelayuan (Withering Trough) yang digunakan untuk

menghamparkan pucuk dibersihkan dengan hembusan udara setelah proses

pelayuan selesai. Bagian bawah lantai WT dibersihkan dari sisa-sisa

kotoran atau sisa pucuk dengan menggunakan sapu lidi setiap hari,

pemeliharaan fan dilakukan dengan memberikan pelumas agar putarannya

tetap stabil.

Alat-alat pada proses penggilingan dan fermentasi dibersihkan setiap

hari setelah proses pengolahan selesai dengan menggunakan air.

Page 98: LAPORAN MAGANG DI PTPN IX (PERSERO) KEBUN …/Quality... · Sanitasi Ruangan ..... 83 Sanitasi Alat dan Mesin ..... 85 ... Tabel 4.3 Kriteria Uji Organoleptik Teh Hitam ..... 72 Tabel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

86  

Rotorvane dibongkar setiap minggu agar kotoran yang berada didalamnya

dapat dikeluarkan.

Pembersihan mesin pengering dilakukan setiap hari yaitu sebelum

dan sesudah proses pengeringan. Mesin pengeringan dinyalakan selama

setengah jam (sambil menunggu suhu tercapai), kemudian dihembuskan

angin keatas dan kelubang pengeluaran sehingga sisa-sisa kotoran dapat

terbawa keluar. Begitu pula setelah proses pengeringan selesai. Trays tetap

dinyalakan sampai teh kering keluar semua.

Mesin dan peralatan pada proses sortasi dibersihkan setiap hari

sebelum proses dan setelah proses sortasi. Pembersihan dilakukan dengan

menggunakan kompresor dan sapu lidi sambil kipas penghisap debu

dinyalakan. Sisa-sisa kotoran dan debu yang menempel pada alat akan

terhembus ke lantai oleh kompresor, sedangkan debu yang berterbangan

akan terhisap oleh kipas dan terbawa keluar ruangan.

Pembersihan alat pengepakan dilakukan setelah proses pengepakan

selesai dengan menggunakan kompresor dan kipas penghisap debu.

Pembersihan pada alat pengepakan (Tea Bulker) bertujuan agar tidak

terjadi kontaminasi antar grade.

4. Penanganan Limbah Industri

Limbah hasil pengolahan teh hitam terutama pada PTP Nusantara IX

Kebun Semugih sangat sedikit yaitu gas yang dihasilkan oleh kompor

pemanas, debu, sisa teh yang tercecer dan air sisa pencucian alat.

Gas yang dihasilkan oleh kompor pemanas (heat) dikeluarkan

melalui cerobong asap dengan ketinggian melebihi ketinggian bangunan

pabrik sehingga tidak mencemari udara dibawah. Disekitar pabrik

ditanami pohon-pohon agar CO2 dapat dinetralisir oleh tumbuh-tumbuhan.

Debu yang dihasilkan dari ruangan pabrik akan terhisap keluar karena

adanya kipas penghisap, pada ruangan sortasi yang paling banyak

menghasilkan debu dibuatkan ruangan debu di luar ruangan sehingga debu

tidak berterbangan kelingkungan sekitar. Kipas penghisap debu pada ruang

sortasi dapat dilihat pada Gambar 4.17.

Page 99: LAPORAN MAGANG DI PTPN IX (PERSERO) KEBUN …/Quality... · Sanitasi Ruangan ..... 83 Sanitasi Alat dan Mesin ..... 85 ... Tabel 4.3 Kriteria Uji Organoleptik Teh Hitam ..... 72 Tabel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

87  

Gambar 4.17 Kipas Penghisap Debu

Untuk limbah air sisa pencucian, karena merupakan limbah organik

sisa teh maka dialirkan melalui saluran air (parit) dan ditampung pada

kolam pengendapan agar partikel berat dapat mengendap. Setelah

mengendap, sisa air dialirkan ke sungai. Endapan yang terakumulasi jika

sudah penuh dilakukan penggangkatan, untuk selanjutnya dicampur

dengan abu yang dihasilkan pada tunggu pamanas dan dimanfaatkan

sebagai pupuk.

E. Mesin dan Peralatan

1. Tata Letak Mesin dan Peralatan

Tata letak merupakan pengaturan semua fasilitas pabrik agar

penggunaan ruang lebih ekonomis sehingga proses yang berada

didalamnya dapat berjalan secara efisien. Aspek yang tercakup dalam tata

letak adalah pengaturan peralatan, mesin pengolahan dan luas ruangan

proses yang tersedia.

Pengaturan alat dilakukan dengan memberi jarak antar alat. Hal ini

akan memberikan beberapa keuntungan, diantaranya memudahkan

pengawasan, pembersihan serta memberi rasa nyaman dan aman bagi

karyawan yang bekerja. Pengaturan letak alat dan mesin disesuaikan

dengan urutan prosesnya sehingga aliran proses berjalan dengan baik.

Luas ruangan produksi harus dihitung dengan cermat dan disesuaikan

dengan jumlah alat dan mesin produksi serta jumlah karyawan yang

bekerja. Lay out pabrik, lay out mesin dan lay out ruang pengolahan pada

Page 100: LAPORAN MAGANG DI PTPN IX (PERSERO) KEBUN …/Quality... · Sanitasi Ruangan ..... 83 Sanitasi Alat dan Mesin ..... 85 ... Tabel 4.3 Kriteria Uji Organoleptik Teh Hitam ..... 72 Tabel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

88  

PTP Nusantara IX Kebun Semugih dapat dilihat pada Gambar 4.18

sampai dengan Gambar 4.24.

Kantor Induk

Kantor Teknik

Bengkel

Lapangan Tenis

Masjid

Rumah Dinas

Rumah Dinas

Rumah Dinas

K. Kebun

Taman Kanak-kanak

Rumah Dinas

Koperasi

Pelayanan Kesehatan

Pos Satpam

Rumah Dinas

Ruang Driyer

Ruang Debu Gudang Kayu

Ruang Pengemasan

Ruang Sortasi Kering

Gudang Kayu

Ruang Pengeringan

Ruang Pengolahan Basah

Ruang Pelayuan Dapur

Labolatorium Ruang Analisa Pucuk

Gambar 4.18 Lay out Pabrik PTP Nusantara Kebun Semugih

 

Page 101: LAPORAN MAGANG DI PTPN IX (PERSERO) KEBUN …/Quality... · Sanitasi Ruangan ..... 83 Sanitasi Alat dan Mesin ..... 85 ... Tabel 4.3 Kriteria Uji Organoleptik Teh Hitam ..... 72 Tabel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

89  

Gambar 4.19 Lay out Mesin-mesin di PTP Nusantara Kebun Semugih

 

 

R. Sortasi

R. Pengeringan

R. Pengolahan Basah

R. Pengemasan

R. Pelayuan

R. Dryer

R. Debu R. Kayu

R. Lab

Gudang

R. Debu

R. Analisa Pucuk

Page 102: LAPORAN MAGANG DI PTPN IX (PERSERO) KEBUN …/Quality... · Sanitasi Ruangan ..... 83 Sanitasi Alat dan Mesin ..... 85 ... Tabel 4.3 Kriteria Uji Organoleptik Teh Hitam ..... 72 Tabel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

90  

Gambar 4.20 Lay out Mesin Ruang Pelayuan

Withering Trough 1 Withering Trough 11

Withering Trough 12 

Withering Trough 13

Withering Trough 14

Heater Exhanger

Withering Trough 2

Withering Trough 3

Withering Trough 10

Withering Trough 9

Withering Trough 8

Withering Trough 7

Withering Trough 6

Withering Trough 5

Withering Trough 4

Page 103: LAPORAN MAGANG DI PTPN IX (PERSERO) KEBUN …/Quality... · Sanitasi Ruangan ..... 83 Sanitasi Alat dan Mesin ..... 85 ... Tabel 4.3 Kriteria Uji Organoleptik Teh Hitam ..... 72 Tabel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

91  

Gambar 4.21 Lay out Mesin Ruang Pengolahan Basah

RUANG

FERMENTASI

RRB 1

RRB 2

RRB 3

R

RRB 4

R

D

C

B F

A

E

PCR 1

PCR 2

PCR 3

PCR 4

OTR 1

OTR 2

OTR 3

Page 104: LAPORAN MAGANG DI PTPN IX (PERSERO) KEBUN …/Quality... · Sanitasi Ruangan ..... 83 Sanitasi Alat dan Mesin ..... 85 ... Tabel 4.3 Kriteria Uji Organoleptik Teh Hitam ..... 72 Tabel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

92  

Gambar 4.22 Lay out Mesin Ruang Pengeringan

Dryer Pengering  

Dryer Pengering  

Heater

Exhanger

 

Heater

Exhanger

 

Fan

Page 105: LAPORAN MAGANG DI PTPN IX (PERSERO) KEBUN …/Quality... · Sanitasi Ruangan ..... 83 Sanitasi Alat dan Mesin ..... 85 ... Tabel 4.3 Kriteria Uji Organoleptik Teh Hitam ..... 72 Tabel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

93  

Gambar 4.23 Lay out Mesin Ruang Sortasi

Hopper 2

Hopper 1

 

ConveyorBuble Tray

ConveyorBuble Tray 

Vibro Blank

Chota Shifter

Vibro Blank

Chota Shifter

Vibro Mesh

Cruser

Cruser

Fan Fan Fan

Cruser

Chota Shifter

Winnower

Page 106: LAPORAN MAGANG DI PTPN IX (PERSERO) KEBUN …/Quality... · Sanitasi Ruangan ..... 83 Sanitasi Alat dan Mesin ..... 85 ... Tabel 4.3 Kriteria Uji Organoleptik Teh Hitam ..... 72 Tabel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

94  

Gambar 4.24 Lay out Mesin Ruang Pengemasan

Tea Bins

ConveyorTea

Bulker

Tea Packer

Timbangan

Tea Packer

Page 107: LAPORAN MAGANG DI PTPN IX (PERSERO) KEBUN …/Quality... · Sanitasi Ruangan ..... 83 Sanitasi Alat dan Mesin ..... 85 ... Tabel 4.3 Kriteria Uji Organoleptik Teh Hitam ..... 72 Tabel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

95  

2. Spesifikasi Mesin dan Peralatan Proses Produksi

Alat dan mesin digunakan untuk membantu atau meringankan beban

kerja manusia. Hal ini disebabkan karena sumber daya manusia

mempunyai sifat yang terbatas dalam energi dan kemampuannya.

Alat dan mesin merupakan sarana utama yang mutlak dibutuhkan

dalam suatu proses produksi. Dengan adanya alat dan mesin,suatu

pekerjaan dapat dilakukan dengan lebih mudah dan kapasitas kerja dapat

lebih ditingkatkan sehingga sehingga target produksi dapat tercapai. Alat

dan mesin yang dipergunakan dalam setiap tahapan proses produksi teh

hitam adalah sebagai berikut:

1. Alat dan Mesin Pengadaan Bahan Baku

Alat dan mesin dalam tahapan bahan baku adalah alat dan

mesin dalam kegiatan pemetikan pucuk teh dikebun dan alat untuk

mengangkut hasil petikan ke pabrik. Alat-alat yang digunakan adalah:

a) Keranjang Petik

Keranjang petik terbuat dari anyaman bambu. Kapasitas dari

keranjang petik adalah 10 kg pucuk basah dan dilengkapi dengan

tali agar dapat dibawa oleh pemetik dengan cara menggendongnya.

b) Karung plastik atau Waring

Waring dipergunakan untuk menyimpan sementara pucuk teh

dikebun sebelum angkutan yang akan membawanya ke pabik

datang. Waring juga dipergunakan untuk mempermudah kegiatan

penimbangan dikebun. Kapasitas dari alat ini sekitar 20-30 kg

pucuk teh segar.

c) Timbangan

Timbangan yang dipergunakan adalah timbangan pegas dan

jembatan timbang. Timbangan pegas dipergunakan dikebun untuk

menimbang berat pucuk teh hasil petikan sedangkan jembatan

timbang dipergunakan dipabrik untuk menimbang berat pucuk teh

setelah tiba dipabrik.

Page 108: LAPORAN MAGANG DI PTPN IX (PERSERO) KEBUN …/Quality... · Sanitasi Ruangan ..... 83 Sanitasi Alat dan Mesin ..... 85 ... Tabel 4.3 Kriteria Uji Organoleptik Teh Hitam ..... 72 Tabel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

96  

d) Truk

Truk dipergunakan untuk mengangkut hasil petikan dari kebun ke

pabrik. Truk dapat juga dipergunakan untuk mengangkut pemetik

pucuk dan bibit ke tiap-tiap kebun.

2. Alat dan Mesin Proses Pelayuan

Alat dan mesin yang digunakan dalam proses pelayuan yaitu:

a) Withering Trough

Withering trough (Gambar 4.25) berfungsi untuk menghamparkan

pucuk teh segar dalam proses pelayuan. Pada perusahaan ini

withering trough berjumlah 14 unit. Spesifikasi dari Withering

trough dapat dilihat pada Tabel 4.8.

Tabel 4.8 Spesifikasi Withering Trough Merk Keterangan Spesifikasi

Fa. Teha (Bandung)

Jumlah 10 unitKapasitas 1800 kg• Tegangan 220 volt • Kuat arus 20 Ampere • Daya 10 HP • Putaran 950 rpm

Sirocco (India)

Jumlah 4 unit Kapasitas 1000 kg • Tegangan 220 volt • Kuat arus 10 Ampere • Daya 5 HP • Putaran 500 rpm

Gambar 4.25 Withering Trough

Page 109: LAPORAN MAGANG DI PTPN IX (PERSERO) KEBUN …/Quality... · Sanitasi Ruangan ..... 83 Sanitasi Alat dan Mesin ..... 85 ... Tabel 4.3 Kriteria Uji Organoleptik Teh Hitam ..... 72 Tabel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

97  

b) Heater Exchanger Heater exchanger (Gambar 4.26) berfungsi sebagai penghasil udara panas yang diperlukan dalam proses pelayuan dan pengeringan. Perusahaan ini mempunyai 4 unit mesin Heater exchanger. 1) Bagian-bagian Heater exchanger antara lain:

a. Main fan Berfungsi untuk mendorong udara panas ke WT.

b. Brander pemanas Merupakan sumber panas yang digunakan pada proses pelayuan dan pengeringan.

c. Exhaust fan Berfungsi untuk menghisap asap ke pembuangan.

2) Prinsip kerja: mula-mula sumber panas dihasilkan oleh brander. Setelah suhu tercapai, udara panas dari ruang pembakaran tersedot oleh main fan dan bercampur dengan udara segar dari luar yang langsung menuju withering trough. Sedangkan asap sisa pembakaran dihisap oleh exhaust fan selanjutnya dibuang ke cerobong asap. Tabel 4.9 Spesifikasi Heater Exchanger

Keterangan SpesifikasiPabrik pembuat Fa. Teha BandungMerk/Tipe TEHATahun pembuatan 1987Bahan bakar Kayu bakar Jumlah 4 unit

Gambar 4.26 Heater Exchanger

Page 110: LAPORAN MAGANG DI PTPN IX (PERSERO) KEBUN …/Quality... · Sanitasi Ruangan ..... 83 Sanitasi Alat dan Mesin ..... 85 ... Tabel 4.3 Kriteria Uji Organoleptik Teh Hitam ..... 72 Tabel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

98  

3. Alat dan Mesin Proses Penggilingan, Sortasi Basah dan Fermentasi

Proses ini menggunakan beberapa alat dan mesin, yaitu:

a) Open Top Roller (OTR)

Open Top Roller (Gambar 4.27) berfungsi untuk

menggulung, dan memotong pucuk teh yang sudah layu. Pada PTP

Nusantra IX Kebun Semugih terdapat 3 unit Open Top Roller.

Bagian-bagian OTR :

a. Silinder (Jubung)

Bagian silinder berfungsi untuk menampung pucuk layu yang

dimasukkan dari bagian atas pucuk silinder. Silinder ini terbuat

dari stainless steel dengan tinggi 100 cm dan diameter 119 cm.

b. Conus

Bagian Conus berfungsi untuk menjamin kesempurnaan

pembalikan pucuk-pucuk dalam silinder. Conus berbentuk

kerucut dan terletak pada bagian dasar silinder.

c. Batten

Bagian Batten berfungsi untuk menggulung dan memotong

pucuk teh. Batten berbentuk seperti pisau tumpul yang

melengkung dan berada disekeliling conus.

d. Pintu keluaran

Pintu keluaran berfungsi untuk mengeluarkan bubuk teh yang

sudah tergiling. Pintu keluaran ini menjadi satu dengan conus

dan terletak ditengah-tengah meja giling. Pintu keluaran dapat

dibuka dengan memutar handle yang berada dibagian depan dari

OTR.

Prinsip kerja:

Open Top Roller digerakkan oleh elektromotor. Elektromotor

akan menggerakkan poros engkol. Perputaran poros engkol ini

akan menggerakkan silinder. Putaran silinder akan mengaduk

pucuk layu dan dengan adanya conus dan batten proses

penggulungan menjadi lebih merata. Sistem kerja OTR adalah

Page 111: LAPORAN MAGANG DI PTPN IX (PERSERO) KEBUN …/Quality... · Sanitasi Ruangan ..... 83 Sanitasi Alat dan Mesin ..... 85 ... Tabel 4.3 Kriteria Uji Organoleptik Teh Hitam ..... 72 Tabel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

99  

single action yaitu hanya bagian atas yang berputar. Proses

penggulungan OTR ini berlangsung selama 50 menit.

Tabel 4.10 Spesifikasi Open Top Roller

Spesifikai Keterangan

Pabrik pembuat Fa. Teha Bandung

Merk TEHA

Tahun pembuatan 1986

Kapasitas 350 – 375 kg

Elektromotor Merk/tipe Daya Putaran Tegangan

English Electric 20 HP 1450 rpm 220/380 volt

Gambar 4.27 Open Top Roller

b) Rotary Roll Breaker (RRB)

Rotary Roll Breaker (Gambar 4.28) berfungsi untuk mengayak

bubuk teh basah hasil penggilingan. Ayakan pada RRB terdiri dari

tiga ukuran yatu 6, 6, 7 mesh. D Pada PTP Nusantra IX Kebun

Semugih terdapat 4 unit RRB.

Prinsip kerja:

Elektromotor pada pada Rotary Roll Breaker akan memutar poros

engkol. Gerakan putar dari poros engkol kemudian akan

menggerakkan ayakan. Bubuk teh basah dibawa conveyor menuju

ayakan. Karena gerakan ayakan, bubuk teh akan bergerak. Bubuk

teh basah yang lolos ayakan akan jatuh melalui corong samping

Page 112: LAPORAN MAGANG DI PTPN IX (PERSERO) KEBUN …/Quality... · Sanitasi Ruangan ..... 83 Sanitasi Alat dan Mesin ..... 85 ... Tabel 4.3 Kriteria Uji Organoleptik Teh Hitam ..... 72 Tabel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

100  

dan ditampung pada baki fermentasi, sedangkan yang tidak lolos

ayakan akan keluar menuju corong bagian depan. Proses ini

berlangsung selama 10 menit.

Tabel 4.11 Spesifikasi Rotary Roll Breaker Spesifikasi Keterangan

Pabrik pembuat Fa. TEHA Bandung IndonesiaMerk/Tipe TEHATahun Pembuatan 1978Kapasitas 300 kgUkuran mesh 6, 6, 7Putaran 135-140 rpmJumlah 4 unit

Gambar 4.28 Rotary Roll Breaker

c) Press Cup Roller (PCR)

Press Cup Roller (Gambar 4.29) berfungsi untuk menggulung

bubuk teh basah yang masih tidak lolos dari pengayakan RRB I.

Pada PTP Nusantra IX Kebun Semugih terdapat 4 unit mesin

PCR.

Prinsip kerja:

Prinsip kerja PCR hampir sama dengan OTR perbedaannya hanya

pada proses penekanan. Pada OTR tekanan pada daun hanya

berasal dari berat daun itu sendiri sedangkan pada PCR tekanan

pada daun berasal dari piringan penekan. Sistem kerja PCR adalah

double action yaitu bagian atas dan bawah berputar. Proses

penggilingan pada PCR ini berlangsung selama 30 menit.

Page 113: LAPORAN MAGANG DI PTPN IX (PERSERO) KEBUN …/Quality... · Sanitasi Ruangan ..... 83 Sanitasi Alat dan Mesin ..... 85 ... Tabel 4.3 Kriteria Uji Organoleptik Teh Hitam ..... 72 Tabel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

101  

Tabel 4.12 Spesifikasi Press Cup Roller

Spesifikasi Keterangan

Pabrik pembuat England

Merk Marshall

Tahun pembuatan 1965

Kapasitas 300-350 kg

Elektromotor Merk/tipe Daya Putaran Tegangan

English Electric 15 HP 1440 rpm 220/380 volt

Gambar 4.29 Press Cup Roller

d) Rotorvane

Rotorvane (Gambar 4.30) berfungsi untuk menggulung dan

memotong bubuk kasaran yang berasal dari Rotary Roll Breaker II,

III, dan IV supaya menjadi bubuk yang lebih halus.

Prinsip kerja:

Rotorvane digerakkan oleh elektromotor dengan transmisi sabuk

vanbelt yang berfungsi sebagai pemutar as rotor speed reducer.

Pucuk yang dibawa oleh conveyor kemudian menuju ke corong

pintu masuk rotorvane, disini pucuk akan digiling menjadi kecil-

kecil dan keluar melalui plat ujung.

Page 114: LAPORAN MAGANG DI PTPN IX (PERSERO) KEBUN …/Quality... · Sanitasi Ruangan ..... 83 Sanitasi Alat dan Mesin ..... 85 ... Tabel 4.3 Kriteria Uji Organoleptik Teh Hitam ..... 72 Tabel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

102  

Tabel 4. 13 Spesifikasi Rotorvane

Spesifikasi Keterangan

Pabrik pembuat Fa. TEHA Bandung

Merk TEHA

Tahun pembuatan 1985

Kapasitas 300 kg

Jumlah 2 unit

Elektromotor Merk/Tipe Daya Putaran Tegangan

English Electric 1 HP 1400 rpm 220/380 volt

Gambar 4.30 Rotorvane

e) Humidifier

Humidifier (Gambar 4.31) berfungsi untuk mengatur kelembaban

udara dalam ruang pengolahan basah agar sesuai dengan kondisi

yang disyaratkan yaitu berkisar antara 90% - 95%.

Prinsip kerja:

Gerakan putar dari elektromotor mengakibatkan kipas ikut

berputar. Pada saat yang bersamaan air dipompakan dan

menyembur pada bagian piringan. Air ini kemudian akan terpecah

merata sehingga akan tampak seperti kabut tebal.

Page 115: LAPORAN MAGANG DI PTPN IX (PERSERO) KEBUN …/Quality... · Sanitasi Ruangan ..... 83 Sanitasi Alat dan Mesin ..... 85 ... Tabel 4.3 Kriteria Uji Organoleptik Teh Hitam ..... 72 Tabel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

103  

Tabel 4.14 Spesifikasi Humidifier

Spesifikasi KeteranganTegangan 220/380 voltDaya 1 HPPutaran 1400 rpmJumlah 5 unit

Gambar 4.31 Humidifier

f) Gerobak dorong Gerobak dorong berfungsi untuk mengangkut atau memindahkan bubuk dari satu alat ke alat yang lain.

g) Baki fermentasi Baki fermentasi berfungsi untuk meletakkan bubuk hasil penggilingan di ruang fermentasi.

h) Trolly Trolly berfungsi sebagai tempat baki-baki fermentasi.

4. Alat dan Mesin Proses Pengeringan Alat dan mesin yang digunakan dalam proses ini yaitu:

a) Mesin Pengering (Gambar 4.32) Mesin pengering berfungsi untuk menghentikan proses fermentasi dan untuk menurunkan kadar air dalam bubuk teh. Bagian-bagian Dryer a. Trays berfungsi untuk menghamparkan dan membawa bubuk

teh yang akan dikeringkan. b. Roda gigi berfungsi untuk menggerakkan trays. Terdapat

disamping kanan dan kiri mesin pengering.

Page 116: LAPORAN MAGANG DI PTPN IX (PERSERO) KEBUN …/Quality... · Sanitasi Ruangan ..... 83 Sanitasi Alat dan Mesin ..... 85 ... Tabel 4.3 Kriteria Uji Organoleptik Teh Hitam ..... 72 Tabel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

104  

c. Termometer inlet dan outlet berfungsi untuk mengukur suhu udara masuk dan keluar dari mesin pengering, dengan suhu inlet 90-950C dan suhu outlet 50-550C.

d. Spinder atau speader berfungsi untuk mengatur ketebalan bubuk pada trays.

Prinsip kerja: Bubuk teh hasil proses fermentasi dimasukkan ke mesin pengering. Sebelum masuk ke trays, bubuk teh diatur ketebalan hamparannya dengan menggunakan speader. Bubuk teh yang telah diatur ketebalannya kemudian dibawa oleh trays paling atas. Trays akan berjalan kedepan dan berputar kembali. Dengan adanya perputaran trays ini maka bubuk dari trays paling atas akan jatuh ke trays dibawahnya. Bersamaan dengan itu, udara panas yang berasal dari heat exchanger dihembuskan dari bagian bawah trays dan mengenai bubuk. Udara panas ini akan menguapkan air dari bubuk teh. Proses pengeringan ini akan terus berjalan hingga bubuk teh melewati empat tingkat trays. Setelah bubuk teh berada pada tingkatan terakhir, bubuk teh akan keluar melalui pintu keluaran. Tabel 4.15 Spesifikasi Dryer

Spesifikasi KeteranganPengering I Pengering II

Pabrik pembuat ANDREW YULE & CO. LTD INDIA

MARSHALL, ENGLAND

Merk Sirocco MarshallTahun pembuatan 1978 1965Kapasitas 200 kg 200 kgKeterangan Tahun 1989 dimodifikasi

oleh Fa. TehaTahun 1990 dimodifikasi oleh Fa. Teha

Elektromotor Merk Daya Putaran Tagangan

INDUCTION MOTOR 3 HP 1400 rpm 220/380 volt

INDUCTION MOTOR 3 HP 1410 rpm 220/380 volt

Dapur api Merk Daya Tegangan Bahan bakar

WEISHAUPT L5Z 1,4 kw 220/380 volt Kayu bakar

WEISHAUPT L2Z 1,4 kw 220/380 volt Kayu bakar

Page 117: LAPORAN MAGANG DI PTPN IX (PERSERO) KEBUN …/Quality... · Sanitasi Ruangan ..... 83 Sanitasi Alat dan Mesin ..... 85 ... Tabel 4.3 Kriteria Uji Organoleptik Teh Hitam ..... 72 Tabel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

105  

Gambar 4.32 Mesin Pengering (Dryer)

5. Alat dan Mesin Proses Sortasi Kering

Alat dan mesin yang digunakan dalam proses ini yaitu:

a) Hopper

Hopper (Gambar 4.33) berfungsi untuk menampung bubuk I, II,

dan III sebelum dilakukan proses sortasi kering.

Gambar 4.33 Hopper

b) Bubble Tray

Bubble Tray (Gambar 4.34) berfungsi untuk memisahkan fraksi

daun dengan tangkainya serta memisahkan fraksi daun besar

dengan yang kecil.

Page 118: LAPORAN MAGANG DI PTPN IX (PERSERO) KEBUN …/Quality... · Sanitasi Ruangan ..... 83 Sanitasi Alat dan Mesin ..... 85 ... Tabel 4.3 Kriteria Uji Organoleptik Teh Hitam ..... 72 Tabel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

106  

Tabel 4.16 Spesifikasi Bubble Tray Spesifikasi Keterangan

Pabrik pembuat Fa. Teha BandungMerk TEHATahun pembuatan 1978Kapasitas 300 kgAyakan (p x l x t) 250 cm x 90 cm x 15 cmJumlah 2 unitElektromotor

Merk Daya Putaran Tegangan

INDUCTION MOTOR 3 HP 950 rpm 220/380 volt

Gambar 4.34 Bubble Tray

c) Vibro Blank Vibro Blank (Gambar 4.35) berfungsi untuk memisahkan bubuk teh kering dari serabut daun (fiber). Alat ini akan memisahkan bubuk teh berwarna merah (serat daun dan tulang daun) yang mempunyai berat ringan dari bubuk teh hitam dengan prinsip elektrostatis. Tabel 4.17 Spesifikasi Vibro Blank

Spesifikasi KeteranganPabrik pembuat Baja Karya Semarang IndonesiaMerk Baja KaryaTahun buatan 1978Kapasitas 200 kgElektromotor Merk Daya Putaran Tagangan

INDUCTION MOTOR 3 HP 1400 rpm 220/380 volt

Page 119: LAPORAN MAGANG DI PTPN IX (PERSERO) KEBUN …/Quality... · Sanitasi Ruangan ..... 83 Sanitasi Alat dan Mesin ..... 85 ... Tabel 4.3 Kriteria Uji Organoleptik Teh Hitam ..... 72 Tabel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

107  

Gambar 4.35 Vibro Blank

d) Crusser

Crusser (Gambar 4.36) memiliki dua buah silinder yang saling

berhimpitan yang berfungsi untuk mengecilkan partikel bubuk teh

kering. Prinsip kerja Crusser adalah elektromotor menggerakkan

silinder dengan arah yang berlawanan. Bubuk teh yang melewati

silinder akan tergencet dan terpotong sehingga ukurannya akan

menjadi lebih kecil.

Tabel 4.18 Spesifikasi Crusser Spesifikasi Keterangan

Pabrik pembuat Buatan sendiri

Kapasitas 300 kg

Elektromotor Merk Daya Putaran Tegangan

INDUCTION MOTOR 3 HP 1430 rpm 220/380 volt

Gambar 4.36 Crusser

Page 120: LAPORAN MAGANG DI PTPN IX (PERSERO) KEBUN …/Quality... · Sanitasi Ruangan ..... 83 Sanitasi Alat dan Mesin ..... 85 ... Tabel 4.3 Kriteria Uji Organoleptik Teh Hitam ..... 72 Tabel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

108  

e) Chota Shifter

Chota Shifter (Gambar 4.37) berfungsi untuk memisahkan teh

berdasarkan ukuran partikel. Alat ini terdiri dari enam tingkat

ayakan dengan ukuran yang berbeda-beda, yaitu 12, 14, 18, 24, dan

60 mesh. Prinsip kerja Chota Shifter adalah mengayak bubuk teh

kering dengan sistem ayakan bertingkat.

Tabel 4.19 Spesifikasi Chota Shifter Spesifikasi Keterangan

Pabrik pembuat Fa. Teha BandungTahun 1980Merk TEHAKapasitas 100 kgElektromotor Merk Daya Putaran Tegangan

INDUCTION MOTOR 3 HP 1430 rpm 220/380 volt

Gambar 4.37 Chota Shifter

f) Vibro Mesh

Vibro Mesh (Gambar 4.38) berfungsi membersihkan bubuk teh

kering dari serat-serat dan kotoran dengan prinsip elektrostatis.

Tabel 4.20 Spesifikasi Vibro Mesh

Spesifikasi KeteranganPabrik pembuat Baja Karya Semarang IndonesiaMerk Baja KaryaTahun buatan 1978Kapasitas 200 kgElektromotor Merk Daya Putaran Tagangan

INDUCTION MOTOR 3 HP 1400 rpm 220/380 volt

Page 121: LAPORAN MAGANG DI PTPN IX (PERSERO) KEBUN …/Quality... · Sanitasi Ruangan ..... 83 Sanitasi Alat dan Mesin ..... 85 ... Tabel 4.3 Kriteria Uji Organoleptik Teh Hitam ..... 72 Tabel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

109  

Gambar 4.38 Vibro Mesh

g) Winnower

Winnower (Gambar 4.39) berfungsi untuk memisahkan bubuk teh

berdasarkan berat jenisnya dan juga membersihkan bubuk teh dari

debu atau kotoran lain dengan bantuan angin.

Gambar 4.39 Winnower

Tabel 4.21 Spesifikasi Winnower Spesifikasi Keterangan

Pabrik pembuat Fa. Teha Bandung

Merk TEHA

Tahun 1965

Kapasitas 60 kg

Elektromotor Merk Daya Putaran Tegangan

INDUCTION MOTOR 5,5 HP 1450 rpm 220/380volt

Page 122: LAPORAN MAGANG DI PTPN IX (PERSERO) KEBUN …/Quality... · Sanitasi Ruangan ..... 83 Sanitasi Alat dan Mesin ..... 85 ... Tabel 4.3 Kriteria Uji Organoleptik Teh Hitam ..... 72 Tabel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

110  

6. Alat dan Mesin Proses Pengemasan dan Penyimpanan Alat dan mesin yang digunakan dalam proses ini yaitu:

a) Lift Lift berfungsi untuk mempermudah pengangkutan teh saat akan dimasukkan ke peti miring.

b) Tea Bins (Peti Miring) Tea Bins (Gambar 4.40) berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara sebelum dilakukan pengepakan. Bubuk teh dimasukkan melalui pintu atas. Pada bagian dalam Tea Bins dilapisi dengan seng untuk mencegah terjadinya kenaikan kadar air pada bubuk teh. Bagian dasar dari Tea Bins dibuat miring untuk mempermudah pengeluaran bubuk teh.

Gambar 4.40 Tea Bins

c) Tea Bulker

Tea Bulker (Gambar 4.41) berfungsi untuk mencampur beberapa

bubuk teh yang sejenis tetapi berbeda waktu pembuatannya

sehingga akan diperoleh bubuk teh yang mutunya seragam.

Gambar 4.41 Tea Bulker

Page 123: LAPORAN MAGANG DI PTPN IX (PERSERO) KEBUN …/Quality... · Sanitasi Ruangan ..... 83 Sanitasi Alat dan Mesin ..... 85 ... Tabel 4.3 Kriteria Uji Organoleptik Teh Hitam ..... 72 Tabel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

111  

d) Timbangan

Timbangan (Gambar 4.42) berfungsi untuk menimbang bubuk teh

kering pada waktu proses pengepakan.

Gambar 4.42 Timbangan

e) Tea Packer

Tea Packer (Gambar 4.43) berfungsi untuk memadatkan bubuk

teh dalam kemasan paper sack.

Gambar 4.43 Tea Packer

Page 124: LAPORAN MAGANG DI PTPN IX (PERSERO) KEBUN …/Quality... · Sanitasi Ruangan ..... 83 Sanitasi Alat dan Mesin ..... 85 ... Tabel 4.3 Kriteria Uji Organoleptik Teh Hitam ..... 72 Tabel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

 

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Proses pengolahan teh hitam di PTPN IX Kebun Semugih menggunakan

sistem orthodox rotorvane yang meliputi proses pelayuan, penggilingan

dan sortasi basah, fermentasi, pengeringan, sortasi kering, dan

pengemasan.

2. Pengendalian mutu dilakukan pada tiap tahap proses sesuai dengan ISO

9001 : 2000/SNI 19-9001-2001.

3. Sanitasi industri pada PTPN IX Kebun Semugih secara keseluruhan sudah

cukup baik dengan menerapkan aturan khusus yang dibuat oleh perusahaan

baik tertulis maupun tidak.

4. Pemasaran produk teh hitam PTPN IX Kebun Semugih terutama ke luar

negeri dengan sistem lelang di KPB (Kantor Pemasaran Bersama) di Jakarta.

B. Saran

1. Sebaiknya diberikan pelatihan khusus kepada para pekerja supaya dapat

bekerja lebih baik lagi.

2. Pengendalian mutu pada pucuk teh segar perlu diperhatikan, terutama pada

saat penerimaan pucuk sehingga didapatkan bahan baku yang memiliki

tingkat kerusakan minimal.

3. Sebaiknya dilakukan perbaikan mesin dan peralatan yang rusak atau jika

memungkinkan dilakukan peremajaan mesin dan peralatan sehingga dapat

membantu kelancaran proses produksi.

112