Laporan mikro

33
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mikroorganisme sangat erat kaitannya dengan kehidupan kita, beberapa di antaranya bermanfaat dan yang lain merugikan. Banyak di antaranya menjadi penghuni dalam tubuh manusia. Beberapa mikroorganisme menyebabkan penyakit dan yang lain terlibat dalam kegiatan manusia sehari-hari seperti misalnya pembuatan anggur, keju, yogurt, produksi penicillin, serta proses-proses perlakuan yang berkaitan dengan pembuangan limbah 1 Pada uji sensitivitas bakteri terhadap antibiotic dan penghitungan jumlah mikroba. Maksud dari penggunaan antibiotic pada praktikum ini adalah untuk mengetahui seberapa resisten suatu bakteri terhadap antibiotic. Sedangkan penghitungan mikroba dilakukan untuk mengetahui

Transcript of Laporan mikro

Page 1: Laporan mikro

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Mikroorganisme sangat erat kaitannya dengan kehidupan kita, beberapa di

antaranya bermanfaat dan yang lain merugikan. Banyak di antaranya menjadi

penghuni dalam tubuh manusia. Beberapa mikroorganisme menyebabkan penyakit

dan yang lain terlibat dalam kegiatan manusia sehari-hari seperti misalnya pembuatan

anggur, keju, yogurt, produksi penicillin, serta proses-proses perlakuan yang

berkaitan dengan pembuangan limbah1

Pada uji sensitivitas bakteri terhadap antibiotic dan penghitungan jumlah

mikroba. Maksud dari penggunaan antibiotic pada praktikum ini adalah untuk

mengetahui seberapa resisten suatu bakteri terhadap antibiotic. Sedangkan

penghitungan mikroba dilakukan untuk mengetahui beberapa proses-proses yang

terjadi pada bakteri yang telah d inokulasi.2

Sensitifitas menyatakan bahwa uji sentifitas bakteri merupakan suatu metode

untuk menentukan tingkat kerentanan bakteri terhadap zat antibakteri dan untuk

mengetahui senyawa murni yang memiliki aktivitas antibakteri. Metode Uji

sensitivitas bakteri adalah metode cara bagaimana mengetahui dan mendapatkan

produk alam yang berpotensi sebagai bahan anti bakteri serta mempunyai

kemampuan untuk menghambat pertumbuhan atau mematikan bakteri pada

Page 2: Laporan mikro

konsentrasi yang rendah. uji sentivitas bakteri merupakan suatu metode untuk

menentukan tingkat kerentanan bakteri terhadap zat antibakteri dan untuk mengetahui

senyawa murni yang memiliki aktivitas antibakteri.3

Tujuan dari proses uji sensisitivitas ini ialah :3

1. Untuk mengetahui obat-obat yang paling cocok (paling poten) untuk kuman

penyebab penyakit terutama pada kasus-kasus penyakit yang kronis.

2. Mengetahui adanya resistensi terhadap berbagai macam antibiotik.

Penyebab kuman resisten terhadap antibiotic:3

1. Memang kuman tersebut resisten terhadap antibiotik yang diberikan.

2. Akibat pemberian dosis dibawah dosis pengobatan.

3. Akibat penghentian obat sebelum kuman tersebut betul-betul terbterbunuh oleh

antibiotik.

            Dasar penentuan antimikroba secara invitro adalah MIC (minimum inhibition

concentration) dan MBC (minimum bactericidal concentration). MIC merupakan

konsentrasi terendah bakteri yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri dengan

hasil yang dilihat dari pertumbuhan koloni pada agar atau kekeruhan pada pembiakan

kaldu. Sedangkan MBC adalah konsentrasi terendah antimikroba yang dapat

membunuh 99,9% pada biakan selama waktu yang ditentukan. Agar

antimikroba  efektif pada MIC atau MBC. Sedapat mungkin  mencapai tempat

infeksi. Absorpsi  obat dan distribusi antimikroba akan mempengaruhi dosis, rute dan

Page 3: Laporan mikro

frekuensi pemberian antimikroba untuk mendapatkan dosis efektif di tempat

terjadinya infeksi.3

Penentuan konsentrasi minimum antibiotik yang dapat membunuh

bakteri / minimumbactericidal concentration (MBC) dilakukan dengan menanam

bakteri pada perbenihan cair yang digunakan untuk MIC ke dalam agar kemudian

diinkubasi semalam pada 37⁰C. MBC adalah ketika tidak terjadi pertumbuhan lagi

pada agar. 3

Keuntungan dan kerugian metode dilusi adalah teknik dilusi memungkinkan

penentuan kualitatif dan kuantitatif dilakukan bersama-sama. MIC dapat

membantu  dalam penentuan tingkat resistensi dan dapat menjadi petunjuk

penggunaan antimikroba. Kerugiannya  metode ini tidak efisien karena

pengerjaannya yang rumit, memerlukan banyak alat-alat dan bahan serta memerlukan

ketelitian dalam proses pengerjaannya termasuk persiapan konsentrasi antimikroba

yang bervariasi.3

1.2. Tujuan

- Memberikan pemahaman kepada mahasiswa mengenai cara pemeriksaan uji

potensi antibiotik

- Untuk mengetahui daya antibakteri dari suatu antibiotika terhadap bakteri

standar

- Untuk mengetahui adanya suatu zat antibakteri pada suatu tanaman obat

Page 4: Laporan mikro

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Uji Potensi Antibiotik (Dilusi)

Antibiotika digunakan untuk mengobati berbagai jenis infeksi akibat kuman

atau juga untuk prevensis infeksi, misalnya pada pembedahan besar. Secara

provilaktis juga diberikan pada pasien dengan sendi dan klep jantung buatan, juga

sebelum cabut gigi. Jumlah antibiotika yang beredar dipasaran sekarang ini semakin

banyak macamnya dan melonjak tinggi baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya.

Antibiotika dalam penggunaannya membutuhkan waktu yang lama baik dalam

penyimpanan dan peredarannya. Hal ini dapat menyebabkan potensi dari antibiotika

menurun dan bahkan bisa hilang.

Antibiotik merupakan suatu zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba, terutama

fungi, yang dapat menghambat atau dapat membasmi mikroba jenis lain. Banyak

antibiotik dewasa ini dibuat secara semisintetik atau sintetik penuh, akan tetapi dalam

praktek sehari-hari antibiotik sintetik yang tidak diturunkan dari produk mikroba

(misalnya sulfonamida dan kuinolon) juga sering digolongkan sebagai antibiotik.4

Kadar minimum yang digunakan untuk menghambat pertumbuhan suatu

mikroorganisme disebut Kadar Hambatan Minimum (KHM). Anti mikroba dapat

meningkatkan aktivitasnya dari bakteriostatik menjadi bakteriosid, apabila kadar anti

mikrobanya ditingkatkan lebih besar dari MIC (Minimum Inhibitory Concentration),

untuk mengetahui kadar MIC maka digunakan metode dilusi. Aktivitas anti bakteri

Page 5: Laporan mikro

ditentukan oleh spectrum kerja, cara kerja, MIC, serta potensi pada MIC. Suatu

bakteri dikatakan mempunyai aktivitas yang tinggi bila MIC terjadi pada kadar

rendah tetapi mempunyai daya bunuh atau daya hambat yang besar.5

Metode dilusi adalah metode yang menggunakan antimikrobia dengan kadar

yang menurun secara bertahap, baik dengan media cair atau padat yang kemudian

media diinokulasi bakteri uji dan diinkubasi. Tahap akhir dilarutkan antimikrobia

dengan kadar yang menghambat atau mematikan.4

Metode dilusi terdiri dari dua teknik pengerjaan yaitu teknik dilusi perbenihan

cair dan teknik dilusi agar. Yang bertujuan untuk penentuan aktifitas antimikroba

secara kuantitatif, antimikroba dilarutkan kedalam media agar atau kaldu, yang

kemudian  ditanami  bakteri yang akan dites. Setelah diinkubasi semalam, konsentrasi

terendah yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri di sebut dengan MIC

(minimal inhibitory concentration). Nilai MIC dapat pula dibandingkan

dengan  konsentrasi  obat yang didapat di serum dan cairan tubuh lainnya untuk

mendapatkan perkiraan  respon klinik.1

Metode dilusi yaitu :

a. Dilusi cair

Dilusi cair terdiri dari makrodilusi dan mikrodilusi. Pada prinsipnya

pengerjaannya sama hanya berbeda dalam volume. Untuk makrodilusi volume yang

digunakan lebih  dari 1 ml, sedangkan mikrodilusi volume  yang digunakan  0,05 ml

sampai 0,1 ml. Antimikroba yang digunakan disediakan pada berbagai macam

Page 6: Laporan mikro

pengenceran biasanya dalam satuan µg/ml, konsentrasi bervariasi tergantung jenis

dan sifat antibiotik. (misalnya cefotaxime untuk uji kepekaan terhadap Streptococcus

pneumonia, pengenceran tidak melebihi 2 μg/ml, sedangkan untuk Escherichia

coli  pengenceran dilakukan pada 16 µg/ml  atau lebih).1

Secara umum untuk penentuan MIC pengenceran antimikroba dilakukan

penurunan konsentrasi setengahnya misalnya mulai dari 16, 8, 4, 2, 1, 0,5,

0,25µg/ml)konsentrasi terendah yang menunjukkan  hambatan  pertumbuhan dengan

jelas baik dilihat secara visual atau alat semiotomats dan otomatis, disebut dengan

konsentrasi daya hambat minimum/ MIC (minimal inhibitory concentration).1

b. Dilusi padat

Metode dilusi padat yaitu menyesuiakan antibiotik dengan pengenceran lalu

ditambahkan kedalam agar, sehingga akan memerlukan perbenihan agar sesuai

jumlah pengeceran  ditambah satu perbenihan agar untuk kontrol tanpa penambahan

antibiotik , konsentrasi terendah antibiotik yang mampu menghambat pertumbuhan

bakteri merupakan MIC antibiotik yang di uji.1

2.2 Uji Daya Antibakteri Suatu Tanaman Obat

Belimbing wuluh merupakan salah satu spesies dalam keluarga belimbing

(Averrhoa). Diperkirakan tanaman ini berasal dari daerah Amerika tropik. Tanaman

ini tumbuh baik di negara asalnya sedangkan di Indonesia banyak dipelihara di

pekarangan dan kadang-kadang tumbuh secara liar di ladang atau tepi hutan. tumbuh

Page 7: Laporan mikro

di daerah dengan ketinggian hingga 500 m di atas permukaan laut dan dapat ditemui

di tempat yang banyak terkena sinar matahari langsung tetapi cukup lembab.6,17

Tanaman belimbing wuluh dikenal sebagai tanaman obat, diantaranya bagian

bunga digunakan sebagai obat batuk, bagian buah digunakan sebagai obat batuk

rejan, gusi berdarah, sariawan, jerawat, panu, tekanan darah tinggi, kelumpuhan,

memperbaiki fungsi pencernaan dan radang rectum. Bagian daun sebagai obat encok,

obat penurun panas dan obat gondok. Sebagian masyarakat Indonesia memanfaatkan

belimbing wuluh sebagai bumbu masak, obat dan pengawet ikan secara tradisional.7

Buah belimbing wuluh mengandung banyak vitamin C alami yang berguna

sebagai penambah daya tahan tubuh dan perlindungan terhadap berbagai penyakit.

Belimbing wuluh mempunyai kandungan unsur kimia yang disebut asam oksalat dan

kalium.8

Sedangkan berdasarkan hasil pemeriksaan kandungan kimia buah belimbing

wuluh yang dilakukan Herlih (1993) menunjukkan bahwa buah belimbing wuluh

mengandung golongan senyawa oksalat, minyak menguap, fenol, tanin, flavonoid dan

pektin. Flavonoid dan tanin diduga merupakan senyawa aktif antibakteri yang

terkandung dalam buah belimbing wuluh. Zat-zat tersebut merupakan senyawa aktif

dalam tanaman yang berkhasiat sebagai obat yang dapat menyembuhkan penyakit

infeksi yang disebabkan oleh bakteri.8,18

Kadar senyawa aktif tertinggi terdapat pada bagian daun (Leinmuler et. al.,

1991 dalam Abdurohman, 1998). Warna hijau pada daun berasal dari kandungan

klorofil daun, sedangkan daun tua kehilangan klorofil sehingga warnanya berubah

Page 8: Laporan mikro

menjadi kuning atau merah (dapat dilihat dengan jelas pada daun yang gugur) .

Perbandingan kadar tanin pada bagian belimbing wuluh terutama bagian daun. Hasil

uji kualitatif menunjukkan bahwa daun muda dan daun tua mengandung tanin serta

ditemukan suatu perbedaan, yaitu kadar tannin daun muda sebesar 1,60 %, sedangkan

1,28 % daun tua.7

Bahan antibakteri diartikan sebagai bahan yang mengganggu pertumbuhan

dan metabolisme bakteri, sehingga bahan tersebut dapat menghambat pertumbuhan

atau bahkan membunuh bakteri. Cara kerja bahan antibakteri antara lain dengan

merusak dinding sel, merubah permeabilitas sel, merubah molekul protein dan asam

nukleat, menghambat kerja enzim, serta menghambat sintesis asam nukleat dan

protein. 9

Tanin diduga berperan sebagai antibakteri karena memiliki kemampuan

membentuk senyawa kompleks dengan protein melalui ikatan hydrogen. Jika ikatan

hidrogen antara tanin dengan protein enzim yang terdapat pada bakteri, kemungkinan

protein akan terdenaturasi sehingga metabolisme bakteri menjadi terganggu Enzim

yang dikeluarkan oleh mikroba adalah protein dan protein akan mengendap oleh tanin

sehingga enzim tersebut tidak akan aktif.7

Senyawa fenol dan turunannya (flavonoid) merupakan salah satu antibakteri

yang bekerja dengan mengganggu fungsi membran sitoplasma. Pada konsentrasi

rendah dapat merusak membran sitoplasma yang menyebabkan bocornya metabolit

penting yang menginaktifkan sistem enzim bakteri, sedangkan pada konsentrasi

tinggi mampu merusak membran sitoplasma dan mengendapkan protein sel (Volk

Page 9: Laporan mikro

dan Wheller, 1993). Flavonoid bekerja dengan cara merusak membran sitoplasma

sehingga bakteri akan rusak dan mati.7

Pemakaian antibakteri yang berlebihan menyebabkan mikroba yang semula

sensitif terhadap antibiotik menjadi resisten. Oleh karena itu, senyawa antibakteri

diperlukan untuk mengatasi bakteri resisten tersebut (Lenny, 2006a). Davis Stout

dalam Ardiansyah (2005) mengemukakan bahwa ketentuan kekuatan antibakteri

adalah sebagai berikut: daerah hambatan 20 mm atau lebih berarti sangat kuat, daerah

hambatan 10-20 mm berarti kuat, 5-10 mm berarti sedang dan daerah hambatan 5 mm

atau kurang berarti lemah.10

Pada umumnya, bakteri gram positif mudah dimatikan oleh penisilin,

gramisidin, atau lebayung gentian berkadar rendah, sedangkan bakteri gram negatif

lebih tahan terhadap senyawa-senyawa tersebut di atas, namun cukup peka terhadap

streptomisin.11

2.3. Salmonella typhi

S. typhi merupakan bakteri batang gram negatif dan tidak membentuk spora,

serta memiliki kapsul. Bakteri ini juga bersifat fakultatif, dan sering disebut sebagai

facultative intra-cellular parasites. Dinding selnya terdiri atas murein, lipoprotein,

fosfolipid, protein, dan lipopolisakarida (LPS) dan tersusun sebagai lapisan-lapisan.

Karena habitat aslinya yang berada di dalam usus manusia maupun binatang, bakteri

ini dikelompokkan ke dalam enterobacteriaceae..12

Page 10: Laporan mikro

Ukuran panjangnya bervariasi, dan sebagian besar memiliki peritrichous

flagella sehingga bersifat motil. S. typhi membentuk asam dan gas dari glukosa dan

mannosa. Organisme ini juga menghasilkan gas H2S, namun hanya sedikit. Bakteri

ini tahan hidup dalam air yang membeku untuk waktu yang lama.12

Seperti halnya semua bakteri basil enterik, S. typhi juga menghasilkan

endotoksin. Endotoksin merupakan senyawa lipopolisakarida (LPS) yang dihasilkan

dari lisisnya sel bakteri. Di peradaran darah, endotoksin ini akan berikatan dengan

protein tertentu kemudian berinteraksi dengan reseptor yang ada pada makrofag dan

monosit.12

Page 11: Laporan mikro

BAB III

METODE PENGAMATAN

3.1. Uji Potensi Antibiotik (Dilusi Cair)

Alat:

Tabung kecil

Pipet volume 1 ml, 5 ml, 10 ml

Bahan:

BHI volume 52 ml dalam Erlenmeyer

Aquadest volume 15 ml

Antibiotik +/- 5 ml

Larutan kuman 108 cfu/ml

Cara Kerja:

1. Lakukan pengenceran antibiotika yang diperiksa, sehingga didapat beberapa

konsentrasi. Caranya:

Siapkan 10 tabung steril nomor 1 s/d 10

Tabung no. 2 s/d 10 masing-masing isi dengan 1 ml aquades steril

Tabung no. 1 isi dengan 2 ml larutan antibiotic

Page 12: Laporan mikro

Tabung no.2 ditambah 1 ml larutan antibiotika (diambil dari tabung 1,

campur homogen, ambil 1 ml dan masukkan pada tabung no.3, campur

homogen. Ambil 1 ml masukkan pada tabung no.4 dan seterusnya sampai

no.10, yang terakhir ambil 1 ml masukkan ke tabung steril untuk control

(tabung no.11).

2. Ambil 4-5 koloni kuman, suspensikan dengan +/- 1 ml BHI eramkan 370

selama 24 jam, untuk menyamakan pertumbuhan. Tambah aquades steril

sampai kekeruhan sebanding dengan 108 cfu/ml, dengan membandingkan

dengan kekeruhan larutan standar Mc Farland I. Lalu encerkan 1:200 dengan

media cair BHI/MH broth.

3. Tabung no.1 sampai dengan no.10 masing-masing ditambah suspense kuman

1 ml, kocok-kocok supaya homogeny.

4. Sebagai control, tabung ke 11 berisi sisa pengenceran antibiotika + 1 ml

media MH broth steril.

Tabung 12: berisi 2 ml media MH broth steril (control negatif)

Tabung 13: berisi 2 ml suspensi kuman (control positif)

5. Eramkan semua tabung-tabung tersebut 370 selama 18-24 jam. Lihat

pertumbuhan. Hasil didapat: konsentrasi yang terkecil yang masih bisa

menghambat pertumbuhan kuman (MIC).

3.2. Uji Daya Antibakteri Suatu Tanaman Obat

Page 13: Laporan mikro

1 ose Media BHI inkubasi 24 jam, 37oC

Standarisasi jumlah bakteri

Kapas Lidi

Deret tabung Mac Farland 1-10 Kekeruhan BHI =Mac Farland No 1

10% 20%

Media MH Agar

Disk antibiotic

(konrol +)

Diukur diameter hambat efek tanaman obat

10%

20%

Page 14: Laporan mikro

BAB IV

HASIL PENGAMATAN

4.1. Uji Potensi Antibiotik (Dilusi Cair)

Tabung Tabung Tabung Tabung Tabung Tabung Tabung Tabung 1 2 3 4 5 6 7 8

25 µg/ml 12.5 µg/ml 6.25 µg/ml 3.125 µg/ml

Tabung Tabung Tabung Tabung Tabung

9 10 11 12 13

(kontrol (kontronegatif) positif)

Keterangan:

Tabung 11 = Sisa larutan antibiotic + 1 ml BHI steril

Tabung 12 (kontrol negatif) = 2 ml BHI

Tabung 13 (kontrol positif) = 1 ml aquadest dan 1 ml BHI + kuman

Page 15: Laporan mikro

4.2. Uji Daya Antibakteri Suatu Tanaman Obat

Ekstrak Buah Belimbing dengan Bakteri Salmonella typhii

Keterangan:

Diameter hambat ekstrak buah belimbing 10% =11,5 mm

Diameter hambat ekstrak buah belimbing 20% = 17 mm

Diameter hambat antibiotic Ciprofloxacin = 29 mm

Diameter hambat disk blank = 0 mm

Disk Antibiotik Ciprohoxasin (kontrol positif)

Disk blank(kontrol negatif)

Disk ekstrak buah belimbing

10%

20%

Page 16: Laporan mikro

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Uji Potensi Antibiotik (Dilusi Cair)

MIC obat terhadap kuman yang diperiksa adalah konsentrasi terkecil obat

yang dapat menghambat pertumbuhan kuman. Konsentrasi terkecil yang tidak

menunjukkan pertumbuhan mikroorganisme dikatakan sebagai Minimum Inhibitory

Concentration (MIC). Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh, pada tabung

pertama sampai tabung keempat, menunjukan tidak ada pertumbuhan kuman, hal ini

ditandai dengan larutan yang masih jernih atau tidak terdapat kekeruhan, sedangkan

pada tabung kelima sampai kesepuluh, menunjukkan sudah ada pertumbuhan kuman

yang ditandai dengan adanya perubahan warna menjadi lebih keruh. Berarti Kadar

Hambat Minimum (KHM)/ Minimal Inhibitory Concentration (MIC) dihitung dari

tabung satu sampai tabung keempat, yaitu = 3,125 µg/ml.13

Ada berbagai mekanisme yang menyebabkan suatu populasi kuman menjadi

resisten terhadap antibiotika. Mekanisme tersebut antara lain adalah :14

1. Mekanisme memproduksi enzim yang merusak daya kerja obat.

2. Terjadinya perubahan permeabilitas kuman terhadap obat tertentu.

3. Terjadi perubahan pada tempat/lokus tertentu di dalam sel sekelompok

mikroorganisme tertentu yang menjadi target dari obat.

4. Terjadinya perubahan pada metabolic pathway yang menjadi target obat.

Page 17: Laporan mikro

5. Terjadi perubahan ensimatik sehingga kuman meskipun masih dapat hidup

dengan baik tapi kurang sensitif terhadap antibiotika.

Di samping enzim yang dapat mengahncurkan obat yang dihasilkan oleh

mutasi, dapat pula timbul enzim semacam itu akibat kontak antar sel dan obat. Enzi

mini dikenal sebagai enzim adaptif atau induksi. Mekanisme ketahanan (resistensi)

terhadap obat ini hanya ditemukan pada mikroorganisme, tetapi juga serangga

(misalnya resistensi nyamuk dan lalat terhadap insektisida), sehingga merupakan

masalah yang besar dalam kemoterapi dan pengendalian hama.15

3.2 Uji Daya Antibakteri Tanaman Obat (Ekstrak buah belimbing)

Berdasarkan hasil pemeriksaan kandungan kimia buah belimbing wuluh yang

dilakukan Herlih (1993) menunjukkan bahwa buah belimbing wuluh mengandung

golongan senyawa oksalat, minyak menguap, fenol, tanin, flavonoid dan pektin.

Flavonoid dan tanin diduga merupakan senyawa aktif antibakteri yang terkandung

dalam buah belimbing wuluh. Zat-zat tersebut merupakan senyawa aktif dalam

tanaman yang berkhasiat sebagai obat yang dapat menyembuhkan penyakit infeksi

yang disebabkan oleh bakteri. Kebalikan dari obat sintetik, tanaman antimikroba

tidak berhubungan dengan efek samping yang merugikan. 8, 18, 19

Bahan antibakteri diartikan sebagai bahan yang mengganggu pertumbuhan

dan metabolisme bakteri, sehingga bahan tersebut dapat menghambat pertumbuhan

atau bahkan membunuh bakteri. Cara kerja bahan antibakteri antara lain dengan

merusak dinding sel, merubah permeabilitas sel, merubah molekul protein dan asam

Page 18: Laporan mikro

nukleat, menghambat kerja enzim, serta menghambat sintesis asam nukleat dan

protein. 9

Tanin diduga berperan sebagai antibakteri karena memiliki kemampuan

membentuk senyawa kompleks dengan protein melalui ikatan hydrogen. Jika ikatan

hidrogen antara tanin dengan protein enzim yang terdapat pada bakteri, kemungkinan

protein akan terdenaturasi sehingga metabolisme bakteri menjadi terganggu Enzim

yang dikeluarkan oleh mikroba adalah protein dan protein akan mengendap oleh tanin

sehingga enzim tersebut tidak akan aktif. 7

Senyawa fenol dan turunannya (flavonoid) merupakan salah satu antibakteri

yang bekerja dengan mengganggu fungsi membran sitoplasma. Pada konsentrasi

rendah dapat merusak membran sitoplasma yang menyebabkan bocornya metabolit

penting yang menginaktifkan sistem enzim bakteri, sedangkan pada konsentrasi

tinggi mampu merusak membran sitoplasma dan mengendapkan protein sel (Volk

dan Wheller, 1993). Flavonoid bekerja dengan cara merusak membran sitoplasma

sehingga bakteri akan rusak dan mati.7

Isolat flavonoid Fraksi FB dari ekstrak kental air buah belimbing manis

diduga dapat menghambat bakteri gram positif dan gram negatif, masing-masing

mulai dari konsentrasi 500 ppm dan 100 ppm. (Sukadana, 2009)

Davis Stout dalam Ardiansyah (2005) mengemukakan bahwa ketentuan

kekuatan antibakteri adalah sebagai berikut: daerah hambatan 20 mm atau lebih

berarti sangat kuat, daerah hambatan 10-20 mm berarti kuat, 5-10 mm berarti sedang

dan daerah hambatan 5 mm atau kurang berarti lemah.10

Page 19: Laporan mikro

Pada hasil pengamatan uji daya antibakteri terhadap ekstrak buah belimbing,

didapat hasil pengukuran diameter hambat disk ekstrak buah belimbing 10% adalah

11.5mm, diameter hambat disk ekstrak buah belimbing 20% adalah 17mm, disk

antibiotic Ciprofloxacin (kontrol positif) adalah 29mm, dan disk kosong (kontrol

negatif) adalah 0 mm. Terlihat pada hasil pengamatan, terdapat zona iradikal pada

sekitar disk ekstrak buah belimbing 10% dan 20%, Ini menunjukkan bahwa

komponen aktif dalam ekstrak belimbing dapat dikatakan bahwa ekstrak buah

belimbing sensitive terhadap bakteri Salmonella typhii. Jadi, ekstrak buah belimbing

merupakan tanaman obat yang bersifat antibakteri.14

Page 20: Laporan mikro

BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

1. Jawetz, G., Melnick, J. L., dan Adelberg, E. A. Mikrobiologi untuk Profesi Kesehatan. Jakarta : EGC. 1991.

2. Gaman, P. M., dan Sherrington, K. B. Ilmu Pangan : Pengantar Ilmu Pangan, Nutrisi, dan Mikrobiologi, Edisi Kedua. Yogyakarta : UGM. 1992.

3. Jawet, Melnick, Adelberg. Mikologi Kedokteran. In: Sjabana D editor. Mikrobiologi Kedokteran. 1st ed. Jakarta: Salemba Medika; 2005

4. Jawelz, M. A. 1995. Mikrobiologi Kedokteran (Medical Microbiology) Edisi 20.

5. Lakare, C. Mikrobiologi Kedokteran.FKUH. ujung Pandang. 1997

6. Thomas, A.N.S., 2007, Tanaman Obat Tradisional 2, Kanisius, Yogyakarta, hal 17-18.

7. Mukhlisoh, Wardatul. Pengaruh Ekstrak Tunggal Dan Gabungan Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi Linn) Terhadap Efektivitas Antibakteri Secara In Vitro, Skripsi, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim, Malang, Indonesia, 2010 hal 19-57.

8. Zakaria, Z.A., Zaiton, H., Henie, E.F.P., Jais, A. M.M., and Zainuddin, E.N.H., In Vitro Antibacterial Activity of Averrhoa bilimbi L. Leaves and Fruits Extracts, International Journal of Tropical Medicine, 2007. 2(3):96-100

9. Pelczar, M.J., dan Chan, E.C.S, Dasar-Dasar Mikrobiologi, Jilid 1, Alih Bahasa: Hadioetomo, R. S., Imas, T., Tjitrosomo, S.S., dan Angka, S.L., UI-Press, Jakarta,1986 hal 117 dan 145-148

10. Lenny, S. Isolasi dan Uji Bioaktifitas Kandungan Kimia Utama Puding Merah dengan Metoda Uji Brine Shrimp, Fakultas MIPA, Universitas Sumatera Utara, Medan.2006

11. Ganiswarna, S.G. Farmakologi dan Terapi, Universitas Indonesia, Jakarta,2003 hal 573-575

Page 21: Laporan mikro

12. Marbun, Rumondang A.H., Deteksi Salmonella enteric I serotype typhi Bakso Yang Dijajakan Di Area Kampus Universitas Sumatera Utara, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Medan, Indonesia, 2011 hal 3-4

13. Das S, et al. Antibacterial and cytotoxic activities of methanolic extracts of leaf and fruit parts of the plant Averrhoa bilimbi (Oxalidaceae). American Journal Of Scientific And Industrial Research. 2011.

14. Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Mikrobiologi Kedokteran. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. Indonesia. 1993. hal 34-35

15. Irianto Koes. Mikrobiologi Menguak Dunia Mikroorganisme. Volume 1. Yrama Widya. Bandung. Indonesia. 2006. hal 90.

16. Wakte SR & Patil DA. Antimicrobial And Antioxidant Activity Of Averrhoa CarambolaL. Fruit At Various Stages of Ripening. Journal of Herbal Medicine and Toxicology 5 (2) 121-129 (2011)

17. Sukadana I M. Senyawa Antibakteri Golongan Flavonoid dari Buah Belimbing Manis (Averrhoa carambola Linn L). JURNAL KIMIA 3 (2), JULI 2009 : 109-116

18. Sunardi IK. Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi, L.) Terhadap 1,1-Diphenyl-2-Picrylhidrazyl (DPPH). Seminar Nasional Teknologi 2007 (SNT 2007)

19. Rao NM, et al. Efficacy Of Ripened And Unripened Fruit Extracts Of Musa X Paradisiaca L.(Bontha Cultivar)Against Human Pathogens. International Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences Vol 4. Issue 1. 2012. P.455-460