laporan mineralogi

39
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mineralogi merupakan salah satu cabang ilmu geologi yang mempelajari tentang mineral, atau benda padat yang homogen yang mempunyai rumus kimia tertentu dan biasanya terbentuk oleh alam secara an- organik. Mineral ada yang merupakan unsur bebas dan ada yang merupakan bentuk persenyawaan (Leet dan Juson, 1969). Mata kuliah mineralogi dan kristalografi mempelajari tentang penjajaran mineral – mineral penyusun atau yang terkandung dalam penelitian atau penerimaannya dengan mata telanjang, tanpa menggunakan alat bantu seperti mikroskop polarisasi. Dalam ilmu kristalografi kita mempelajari tentang sifat – sifat geometri dari perkembangan, pertumbuhan bentuk luar, struktur dalam (inetrnal) dan sifat fisisnya. Untuk lebih lanjut atau lebih jelas dalam kristalografi dan mineral dapat di jelaskan dalam dasar teori. 1.2. Maksud Dan Tujuan Maksud dan tujuan dari praktikum mineralogi dan kristalografi ini adalah agar mahasiswa yang mengikuti praktikum ini mengerti dalam hal pendiskripsian suatu mineral dalam suatu batuan berdasarkan sifat – sifat 1

description

bjkjbmbm,b

Transcript of laporan mineralogi

Page 1: laporan mineralogi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Mineralogi merupakan salah satu cabang ilmu geologi yang mempelajari

tentang mineral, atau benda padat yang homogen yang mempunyai rumus kimia

tertentu dan biasanya terbentuk oleh alam secara an- organik. Mineral ada yang

merupakan unsur bebas dan ada yang merupakan bentuk persenyawaan (Leet dan

Juson, 1969).

Mata kuliah mineralogi dan kristalografi mempelajari tentang penjajaran

mineral – mineral penyusun atau yang terkandung dalam penelitian atau

penerimaannya dengan mata telanjang, tanpa menggunakan alat bantu seperti

mikroskop polarisasi.

Dalam ilmu kristalografi kita mempelajari tentang sifat – sifat geometri dari

perkembangan, pertumbuhan bentuk luar, struktur dalam (inetrnal) dan sifat fisisnya.

Untuk lebih lanjut atau lebih jelas dalam kristalografi dan mineral dapat di jelaskan

dalam dasar teori.

1.2. Maksud Dan Tujuan

Maksud dan tujuan dari praktikum mineralogi dan kristalografi ini adalah agar

mahasiswa yang mengikuti praktikum ini mengerti dalam hal pendiskripsian suatu

mineral dalam suatu batuan berdasarkan sifat – sifat fisik dengan mata telanjang

serta menentukan sistem kristal dari beermacam – macam kristal.

1.3. Metode Praktikum

Dalam mendiskripsi suatu mineral pertama di dasari dengan teori – teori baku

mengerti serta memahami teori sifat – sifat fisik mineral.

Pendiskripsian sifat – sifat fisik mineral secara cermat dan teliti, mulai dari warna,

kekerasan, kilap dan seterusnya kemudian dibandingkan dengan tabel baku.

Langkah – langkah mendiskripsi mineral secara fisik adalah :

Tentukan dulu kilap mineral yang akan di diskripsi apakah logam atau

nonlogam.

1

Page 2: laporan mineralogi

Tentukan warna , cerat, dan kekerasaan mineral.

Tentukan belahan (cleavage), pecahan (luster), bentuk dan strukturnya.

Dan tentukan berat jenis, sifat kemagnetan serta sifat khas yang lainnya.

2

Page 3: laporan mineralogi

BAB II

DASAR TEORI

II.1. Kristalografi

Kristalografi adalah ilmu yang mempelajaritentang sifat – sifat geometri dari

kristal terutama perkembangan, pertumbuhan, kenampakan bentuk luar

(morphological) struktur dalam (internal) dan sifat – sifat fisisnya.

Kristal adalah bahan padat homogen, biasanya anisotrop dan tembus air serta

menuruti hukum – hukum ilmu pasti sehingga susunan bidangnya mengikuti hukum

geometri, jumlah dan kedudukan dari bidangnya tertentu dan teratur. Bahan padat

homogen yang biasanya anisotrop dan tembus oleh air, mengandung pengertian :

Tidak termasuk di dalam gas dan cair.

Tidak dapat di uraikan menjadi senyawa lain yang lebih sederhana oleh proese

– proses fisika.

Menuruti hukum – hukum ilmu pasti sehingga susunan bidangnya mengikuti

hukum geometri, dapat di jelaskan :

Jumlah bidang dari suatu bentuk kristal tetap

Macam bentuk dari suatu kristal tetap

Sifat keteraturannya tercermin pada bentuk luar dari kristal yang tetap

Sifat geometri menberikan arti letak, panjang dan jumlah sumbu – sumbu yang

kristal yang menyusun suatu bentuk kristal tertentu dan jumlah serta bentuk

bidang luar yang menbatasi tertentu pula.

Perkembangan dan pertumbuhan kenampakan bentuk luar, memiliki defenisi di

samping mempelajari bentuk – bentuk dasar yaitu suatu bidang pada situasi

permukaan, juga mempelajari kombinasi antara satu bentuk dengan bentuk

kristal lainnya yang masih dalam satu sistem ataupun dalam arti kembaran dari

kristal yang terbentuk kemudian.

Strutur dalam, menjelaskan tentang susunan dan jumlah sumbu – sumbu kristal

juga menghitung parameter dan para meter rasionya.

Sifat fisik kristal, sangat tergantung pada struktur. Besar kecilnya kristal tidak

menpengaruhi yang penting bentuk yang di batasi, bidang – bidang kristal,

sehingga akan di kenal dua (2) zat, yaitu kristalin dan nonkristalin.

3

Page 4: laporan mineralogi

Perkembangan dan pertumbuhan kenampakan bentuk luar

Bahwa di samping mempelajari bentuk – bentuk dasar yaitu suatu bidang

pada situasi permukaan, juga mempelajari kombinasi antara satu bentuk

kristal dengan bentuk kristal yang lain yang masih dalam satu sistem

kristalografi, ataupun dalam arti kembaran dari kristal yang terbentuk

kemudian

Struktur Dalam

Membicarakan susunan dan jumlah sumbu – sumbu kristal, juga menghitung

parameter dan parameter Rasio

Sifat Fisis Kristal

Sangat tergantung pada struktur (susunan atom – atomnya). Besar kecilnya

kristal tidak mempengaruhi, yang penting bentuk yang di batasi oleh bidang–

bidang kristal, sehingga akan dikenal 2 zat yaitu Kristalin dan Nonkristalin.

Geometri Kristalografi

1. Sumbu dan Sudut Kristalografi

Sumbu kristalografi adalah suatu garis lurus yang di buat melalui pusat

kristal. Kristal mempunyai tiga dimensi, yaitu panjang lebar dan tebal atau

tinggi. Tetapi dalam pengambarannya di buat dua dimensi sehingga di gunakan

proyeksi orthogonal.

Sumbu a : sumbu yang tegak luruspada bidang

kristal.

Sumbu b : sumbu yang horizontal pada bidang

kertas.

Sumbu c : sumbu yang vertikal pada bidang

kertas kristalografi pada titik pusat kristal.

Sudut a di bentuk antara sumbu a dan sumbu b

Sudut b di bentuk antara sumbu a dan sumbu c

Sudut y di bentuk antara sumbu a dan sumbu b

4

Page 5: laporan mineralogi

A. Sumbu Simetri.

Sumbu simetri adalah garis lurus yang dibuat melalui pusat kristal, yang

apabila kristal tersebut diputar sebesar 3600 dengan garis tersebut sebagai poros

perputarannya, maka pada kedudukan tertentu kriatal tersebut akan menunjukkan

kenampakan-kenampakan seperti semula.

Ada 4 jenis sumbu simetri yaitu :

1. Sumbu simetri Gyre.

Berlaku bila kenampakan satu sama lain pada, kedua belah pihak/ kedua ujung sumbu sama dinotasikan dengan huruf L (linier) atau g (gyre). Penulisan nilai pada kanan atas atau kanan bawah notasi.

Contoh : L4 = L4 = g4 = g4

* Bigyre

Apabila kristal diputar 3600 dengan sumbu tersebut sebagai poros putarannya, akan

muncul 2 kali kenampakan yang sama.

Misal : (L2 = L2 = g2 = g2 )

* Trigyre

Apabila kristal diputar 3600 dengan sumbu tersebut sebagai poros putarannya maka

akan muncul 3 kali kenampakan yang sama.

Misalnya : (L3 = L3 = g3 = g3 )

* Tetragyre

Apabila kristal diputar 3600 dengan sumbu tersebut sebagai poros putarannya maka

akan muncul 4 kali kenampakan yang sama.

Misalnya : (L4 = L4 = g4 = g4 )

* Hexagyre

Apabila kristal diputar 3600, dengan sumbu tersebut sebagai poros putarannya, akan

muncul 6 kali kenampakan yang sama.

Misalnya : (L6= L6= g6= g6)

2. Sumbu simetri Gyre polair.

5

Page 6: laporan mineralogi

Berlaku bila kenampakan (konfigurasi) satu sama lain pada ke dua belah pihak

berbeda/ tidak sama. Jika salah satu sisinya berupa sudut atau corner maka pada sisi

lainnya berupa bidang atau plane. Dinotasikan dengan huruf L atau g.

Contoh : L2 = g2

3. Sumbu Cermin putar ( Gyroide )

Dinotasikan dengan huruf S (Spiegel Axepy) = sumbu spiegel.

Sumbu cermin putar didapatkan dari kombinasi suatu perputaran dimana, sumbu

tersebut sebagai porosnya, dengan pencerminan ke arah suatu bidang cermin putar

yang tegak lurus dengan sumbu tersebut. Bidang cermin ini disebut dengan cermin

putaran atau bidang normal.

Macam-macam Gyroide :

- Digyroide (S2)

- Trigyroide (S3)

- Tetragyroide (S4)

- Hexagyroide (S6)

* Digyroide (S2)

Sumbu cermin putar bernilai 2, besar perputaran 1800. satu putaran sebesar 1800

menuju 18 dilanjutkan dengan pencerminan tegak lurus bidang cermin putaran

menempati 1 kembali.

* Trigyroide (S3)

Sumbu cermin putar bernilai 3, besar perputaran 1200. Dalam penentuan dan cara

mendapatkan sumbu bernilai 3 caranya sama dengan Digyroid.e.

* Tetragyroide (S4)

Sumbu cermin putar bernilai 4. Besar perputaran 900. maka akan terjadi

kenampakan baru elemen simetri dari 1 lewat 1’ menempati 2. Pada kenampakan

pertama, Tetragyroide merupakan dygyre, asal susunan keseluruhannya diputar

sebesar 1800.

6

Page 7: laporan mineralogi

* Hexagyroide (S6)

Sumbu cermin putar bernilai 6, besar perputaran 600. Kenampakan pertama

Hexagyroide juga trigyre, dengan perputaran sebesar 1200.

4. Sumbu Inversi putar.

Sumbu ini merupakan hasil perputaran dengan sumbu tersebut sebagai poros

putarnya, dilanjutkan dengan menginversikan (membalik) melalui titik/ pusat

simetri pada sumbu tersebut (Sentrum Inversi). Cara penulisannya; dan

sebagainya.

Sering pula ditulis dengan huruf "L". kemudian di sebelah kanan atas ditulis nilai

sumbu dan kanan bawah ditulis i.

Misal : dan sebagainya.

B. Bidang Simetri.

Bidang simetri adalah bidang datar yang dibuat melalui pusat kristal dan

membelah kristal menjadi 2 bagian yang sama besar, dimana bagian yang satu

merupakan pencerminan dari bagian belahan yang lain. Bidang simetri dinotasikan

dengan P ( plane ) atau m ( mirror ).

Bidang simetri dikelompokkan menjadi 2, yaitu :

Bidang Simetri Utama

bidang yang dibuat melalui 2 buah sumbu simetri utama dan

membagi bagian yang sama besar. Bidang simetri utama ada 2 yaitu :

- Bidang simetri utama horizontal dinotasikan dengan h.

- Bidang simetri utama vertical dinotasikan v.

Bidang Simetri Tambahan (Intermediet/ Diagonal)

bidang simetri yang dibuat hanya melalui satu sumbu simetri utama

kristal. Bidang ini sering disebut dengan notasi d.

Catatan : Dalam menghitung jumlah bidang simetri, dihitung dahulu

bidang simetri utama, baru dihitung simetri tambahan.

C. Titik Simetri Atau Pusat Simetri (Centrum = C).

7

Page 8: laporan mineralogi

Pusat simetri adalah titik dalam kristal, dimana melaluinya dapat dibuat

garis lurus, sedemikian rupa sehingga pada sisi yang lain dengan jarak yang sama,

dijumpai kenampakan yang sama (tepi, sudut, bidang).

Pusat simetri selalu berimpit dengan pusat kristal, tetapi pusat kristal belum

tentu pusat simetri. Tidak semua kristal memliki pusat simetri, tetapi semua kristal

memiliki pusat kristal.

Gambar Tujuh Prinsip Letak Bidang Kristal Terhadap Susunan Sumbu Kristalografi

Cara Penggambaran Sistem Kristalografi

sistem kristalografi di bagi menjadi tujuh (7) macam berdasarkan atas :

a) Perbandingan panjang sumbu kristalografi

b) Letak atau posisi sumbu kristalografi

c) Jumlah sumbu kristalografi

d) Nilai sumbu c atau sumbu vertikal

1. Sistem Reguler (Cubick = Issometrick)

8

c+ c+ c+ a-

b- b+ a- a-

a+ b- b+ b- b+

{Hk0} a+ a+

c- {001}

c- {h01} c+ c+

a- a-

b- b+ b- b+

a+ {hkl} a+ c- c- {010} c+ c+ a- a-

b- b+

b- b+

a+ a+

c- {100} c- {0kl}

Page 9: laporan mineralogi

Ketentuan :

Jumlah sumbu 3, sumbu a = b = c

Sudut α = β = Y = 90

Paling banyak terdapat di alam

Cara Menggambar :

a dengan b- = 90

a : b : c = 1 = 3 = 3

2. Sistem Tetragonal

Ketentuan :

Jumlah sudut 3 sumbu a = b ≠ c

Sudut α = β = Y = 90

Sumbu c bisa lebih panjang darisumbu b

dan sumbu a

Cara menggambar :

a dengan b- = 30

a : b : c = 1 : 3 : 6

3. Sistem Hexagonal

ketentuan :

Mempunyai 4sumbu yaitu suumbu a,

b, c, dan d

Sumbu a = b = d ≠ c

Sumbu c dapat lebih panjang maupun

pendek dari sumbu a

Cara menggambar :

b dengan d- = 40 a dengan b di

tentukan

kemudian b = d = c = 3 : 1 : 6

4. Sistem Trigonal.

ketentuan :

sumbu a = b = ≠c

9

a-

b-

c-

a+

30° b+

c+

a-

b-

c-

c-

c -

a+

30° b+

c+

Page 10: laporan mineralogi

Sifat - sifat miripdengan hexagonal

cara menggambar :

Pengambaran sama dengan sistem, hexag.

Perbedaannya dengan harga sumbu c bernilai 3

Penarikan sumbu a sama dengan hexagonal

5. Sistem Orthorombik Ketentuan :

Sumbu a ≠ b ≠ c sumbu a

terpendek sedang sumbu c

terpanjang

Sudut α = β = Y = 90

Cara menggambar :

a dengan b- = 30

a : b : c = sembarang

6.Sistem Monoklin

Ketentuan :

Sumbu a ≠ b ≠ c

Sudut α = β = Y = 90

Cara menggambar :

a dengan b- = 45

a : b : c = sembarang

7.Sistem Triklin

ketentuan :

Sumbu a = b = c

10

b - a-

c-

a+

30° b+

c+

a-b –

c-

c -

45° b+

a+

c+

Page 11: laporan mineralogi

Sudut α ≠ β ≠ Y = 90

Sumbu a, sumbu b, sumbu c, saling

berpotongan dan membuat sudut

miring tidak sama besar.

Cara menggambar :

a dengan b- = 45

b dengan c- = 80

a : b : c : = sembarang.

II.2. Konsep Mineralogi

Mineralogi adalah salah satu cabang ilmu geologi yang mempelajari mengenai

mineral, baik dalam bentuk individumaupun dalam bentuk kesatuan, antara lain

mempelajari tentang sifat – sifat fisik, sifat – sifat kimia, cara terdapatnya, cara

terjadinya dan kegunaannya. Mineralogi terdiri dari kata mineral dan logos, di mana

mengenai arti mineral mempunyai pengertian berlainan dan bahkan di kacaukan di

kalangan awan. Sering di artikan sebagai bahan bukan (organik).

Maka pengertian yang lebih jelas dari batas mineral oleh beberapa ahli geologi

perlu di ketahui walaupun dari kenyataan yang tidak ada satupun persesuaian umum

untuk defininya.

Defenisi mineral menurut beberapa ahli :

1. L.G. Bery dan B.Mason, 1959

Mineral adalah suatu benda padat homogen yang terdapat di alam terbentuk

secara anorganik, mempunyai komposisi kimia, pada batas – batas tertentudan

mempunyai atom – atom yang tersusun secara teratur.

2. D.G.A. Whitten dan J.R.V. Brooks, 1972

Mineral adalah suatu bahan padat yang secara struktural homogen mempunyai

komposisi kimia tertentu, di bentuk oleh proses alam yang anoorganik.

1. Sifat – Sifat Fisik Mineral

11

Page 12: laporan mineralogi

Sifat fisik mineral sangat di perlukan di dalam pengenalan mineral dengan cara

menggunakan mikroskopis maupun tanpa menggunakan mikrokopis. Sifat fisik mineral

tersebut antara lain :

1. Warna / Coulor

Warna adalah : kesan mineral setelah mendapatkan cahaya yang kita tangkap

dengan mata. Warna mineral di bedakan atas :

Warna hidiokhromatik : apabila warna mineral selalu tetap pada

umumnya mineral yang tembus cahaya atau berkilap logam : magnetit,

galena.

Warna allokhromatik : apabila warna mineral tergantung pada material

pengotornya pada umumnya mineral tembus cahaya atau berkilap

nonlogam, contohnya : kuarsa kalsit.

Permainan mineral : warna mineral yang berubah – ubah apabila di

gerak – gerakan.

Opalesen : warna mineral yang bergelombang seperti mutiara.

Iridisen : permainan warna yang cemerlan karena adanya selaput pada

permukaan mineral.

Chtoyancy : warna pantulan seperti mutiara.

Tarnish : warna muka mineral yang lapuk karena pengaruh udara.

Asterisme : pantulan sinar yang memberi gambaran seperti bintang.

2. Kilap / Luster

Kilap adalah intensitas cahaya yang di pantulkan oleh permukaan kristal. Kilap di

bedakan menjadi :

Kilap logam / metllic luster : bila terkena cahaya mineral akan memberikan

kesan seperti logam.

Kilap sublogam / submetallic luster : bila terkena cahaya yang akan

memberikan kesan setengah logam.

Kilap nonlogam / nonmetallic luster : bila terkena cahaya mineral tidak

memberikan kesan seperti logam. Kilap nonlogam di bedakan menjadi :

Kilap kaca/viterous luster, bila terkena cahaya kilapnya akanseperti kaca.

Kilap intan / adamantain luster, bila kena cahaya kilapnya akan seperti intan.

12

Page 13: laporan mineralogi

Kilap sutera/ silky luster, bila kena cahaya kilapnya akan seperti sutera pada

umumnya terdapat pada mineral yang berserat.

Kilap damar / resinous luster, bila kena cahaya kilapnya akan seperti getah dammar

(kuning).

Kilap lemak / greasy luster, bila kena cahaya akan seperti lemak atau sabun.

Kialp mutiara/ pearly luster, bila kena cahaya kilapnya akan seperti mutiara.

3. Cerat / Streak

Warna gores merupakan warna mineral bila di jadikan bubuk warna ceratnya

adalah tetap untuk minral tertentu. Warna cerat di dapatkan untuk mengoreskan mineral

pada keping cerat porselen bagian yang tidak licin. Bagi mineral yang lebih keras dari

keping cerat, mineral akan di lumatkan dengan mortir atau di goreskan pada skala

kekerasan yang lebih tinggi dari mineral tersebut.

4. Kekerasan / Hardness

Skala mosh merupakan suatu skala yang di pakai untuk mengetahui ketahanan

suatu mineral terhadap goresan. Mineral yang di pakai sebagai standar kekerasan

adalah mineral yang kekerasan lebih kecil. Standar kekerasan dari mosh ini mempunyai

dari skala, di mulai dari satu untuk mineral yang terlunak skala 10 untuk mineral yang

terkeras.

Tabel Skala Mosh

Skala Mosh Nama mienral / rumus kimia

1. Talk / H2Mg3(SiO3)4

2. Gypsum / CaSO42H2O

3. Kalsit / CaCo3

4. Flourite / CaF2

5. Apatite / CaF2Ca3(O4)

6. Orthoklas / KAl Sl3O8

7. Kuarsa / SiO2

8. Topaz / AL2SiO4(F.OH)2

9. Corundum / Al2O3

10. Diamond / C

13

Page 14: laporan mineralogi

Misal suatu mineral di gores dengan Kalsit (H = 3) ternyata mineral itu tidak

tergores, tetapi dapat tergores oleh Flourite ( H = 4), maka mineral tersebut

mempunyai kekerasan antara 3-4. Dapat pula penentuan kekerasan relative

mineral dengan mempergunakan alat-alat sederhana yang sering terdapat di

sekitar kita.

Alat yang di perbandingan dari skala Mosh seperti di bawah ini :

Alat ynag di bandingkan kekerasan

Kuku jari 2,5

Kawat tembaga 3,0

Pecahan kaca 5,5

Pisau baja 5,5

Kikir baja 6,5

Lempeng baja 7

Pengujian akan di hentikan apabila mineral yang kita selidiki tidak tergores oleh

benda yang paling keras. Jadi kekerasa mineral tersebut sama dengan kekerasan benda

pembandingan yang di gunakan untuk pengujinya.

5. Belahan / Cleavage

Belahan kenampakan mineral untuk membelah melalui bidang belahan yang rata,

halus dan ada juga yang tidak rata (kasar) licin serta pada umumnya selalu

berpasangan. Belahan di bedakan antara lain :

Belahan sempurna / perfect cleavage, ada bidang belahan dan mudah di belah

contohnya : muskovit dan biotit.

Belahan baik / good cleavage, ada bidang belahan tetapi tidak mudah di belah.

Contohnya : kalsit, orthoklas, dan gypsum.

Belahan tidak jelas / indistinct cleavage, bidang belahan seperti garis, contohnnya :

plagioklas.

Belahan tidak menentu, tidak ada bidang belahan seperti kuarsa. Apabila di tinjau

dari arahan belahnya, maka dapat di bedakan :

- Belahan satu arah, contohnya : muskovit

- Belahan dua arah, contohnya : feldspar

- Belahan tiga arah, contohnya : halite dan kalsit

14

Page 15: laporan mineralogi

6. Pecahan / Fracture

Pecahan merupakan kenampakan mineral untuk pecah melalui bidang yang rata

atau pun tidak rata. Pecahan mineral di bedakan menjadi :

Pecahan konkoidal / conhcoidal fracture : pecahan seperti ke nampakan bagian luar

kulit keran atau gelas yang pecah. Contohnya : kuarsa.

Pecahan berserat / fibrous fracture : pecahan seperti serat daging contohnya : asbes.

Pecahan tidak rata / uneven fracture : kenampakan pecahan yang tidak rata dan

kasar. Contohnya : garnet.

Pecahan rata / even fracture : permukaan pecahan yang halus dan teratur.

Contohnya : mineral lempung.

Pecahan runcing / hackly fracture : permukaan pecahan yang runcing dan tidak

teratur. Contohnya : emas dan tembaga.

6. Bentuk, Perawakan dan Struktur Mineral / Kristal

Bentuk mineral ada dua macam yaitu :

Bentuk kristalin, yaitu apabila mineral mempunyai bidang kristal yang ideal dan

biasanya terdapat pada mineral yang mempunyai bidang belahan.

Bentuk amorf, yaitu apabila mineral tidak mempunyai batas – batas kristal yang

jelas.

Apabila dalam pertumbuhan mineral tidak memgalami gangguan apapun, maka

mineral akan mempunyai bentuk kristal yang sempurna. Tetapi mineral yang di

temukan di alam sering bentuk tidak ideal sebagaimana mestinya, sehingga sulit

untuk membedakan ke dalam sistem kristaligrafi. Bentuk yang khas baik yang

berdiri sendiri maupun kelompok – kelompok mineral yang membentuk suatu

perawakan kristal di sebut struktur kristal/mineral.

Struktur (perawakan) kristal/ mineral di bagi menjadi tiga (Richard Pearl 1975) yaitu

:

A. Elongteds Habits (Meniang Berserabut).

Meniang (Columnar Joint)

Bentuk kristal yang menyerupai bentuk tiang. Contohnya : tourmalin,

pyrolusote, wallastnite.

15

Page 16: laporan mineralogi

Menyerat (fibrous)

Bentuk kristal menyerupai serat – serat kecil.Contohnya :

asbestos,gips,silimanit,tremolit.

Menjarum (Occicular).

Bentuk kristal menyerupai jarum – jarum kecil.Contohnya : natrolite,

glaucophane

Menjaring / Reticulate

Bentuk kristal yang kecil panjang yang menyerupai Jaring. Contohnya : rutil.

Cerucit.

Menbenang / Filliform

16

Page 17: laporan mineralogi

Bentuk kristal yang kecil menyerupai benangContohnya : silver

Merambut /capillary

Bentuk kristal kecil – kecil menyerupai rambut. Contohnya : cuprite, pysolite.

Mondok /Stout, Stabby, Equant

Bentuk kristal pendek, gemuk, sering, terdapat, pada. Kristal – kristal dengan

sumbu lebih pendek. Contohnya : zircon.

Membintang / Stellated

Bentuk kristal yang menyerupai bintang. Contohnya : pirofilit.

17

Page 18: laporan mineralogi

Menjari / Radiated

Bentuk kristal yang menyerupai bentuk jari – jari Contohnya : markasit, natrolit.

B. Flatted / Habits (Lembaran Tipis)

Membilah / Bladed

Bentuk kristal panjang dan tipis menyerupai bilahKayu. Contohnya kyanite,

glauchopane.

Memapan / Tabular

Bentuk kristal pipih menyerupai bentuk papan,

Di mana lebar dan tebal tidak terlalu jauhberbeda.Contohnya : barit, hematite,

hypersthene.

Membata / Blocky

Bentuk kristal tebal menyerupai bentuk bata,

18

Page 19: laporan mineralogi

Di mana lebar dan tebal hampir sama. Contohnya : mikroklin.

Mendaun / Foliated

Bentuk kristal pipih dengan melapis / lamellar,

Perlapisan yang mudah di kupas dan di pisahkan.Contohnya : mika, talk,

khlorit.

Memancar /Divergent

Bentuk kristal yang menyerupai bentuk kipas,Terbuka.Contohnya : millerite,

gypsum.

Membuluh / Plumose

Bentuk kristal yang menyerupai tumbukan buluh.Contohnya : mika.

19

Page 20: laporan mineralogi

C. Rounded Habits/ Membutir

Mendada / Mamillary

Bentuk kristal menyerupai buah dada.Contohnya : malachite, opal,

hemimhorphite.

Menbulat / Colloform

Bentuk kristal yang menunjukan permukaan yangBulat – bulat.Contohnya :

cobaltit, bismuth, geotit.

Menbulat jari / Colloform radial

20

Page 21: laporan mineralogi

Bentuk kristal yang menbulat dengan struktur dalam Memencar menyerupai

bentuk jari.Contohnya : pyrolophite.

Menbutir / Granullar

Kelompok kristal kecil yang berbentuk butiran.Contohnya :

olivine,anhydrite,chromite,sodalit, dll.

Stalaktit

Bentuk kristal yang membulat dengan litologi gampingContohnya : geothite.

8. Sifat Dalam / Tenacity.

Sifat dalam merupakan suatu daya tahan mineral terhadap pemecahan,

pembengkokan, penghancuran dan pemotongan. Macam – macam tenacity antara

lain :

Britlle, sifat mineral yang mudah di hancur menjai tepung halus. Contohnya :

kalsit, marcasite da hematite.

21

Page 22: laporan mineralogi

Sectile, sifat mineral yang mudah terpotong pisau dan tidak berkurang menjadi

tepung. Contohmya : gypsum.

Malleable, sifat mineral yang di tempuh mineral akan menjadi pipih. Contohnya

: gold, silver, copper.

Doctile, sifat mineral yang di tarik dapat bertambah panjang dan bila di lepas

akan menjadi semula. Contohnya : gold, silver, copper.

Flexible, sifat mineral yang dapat di lengkunkan kemana mana dengan mudah.

Contohnya : talk, gypsum, olivine.

Elastic, sifat mineral yang merengan bila di tarik dan di lepas akan menjadi

semula. Contohnya: hematite dan pitit.

9. Kemagnetan.

Kemagnetan adalah sifat mineral terhadap gaya tarik magnet. Macam – macam

kemagnetan antara lain :

Ferromagnetik merupakan sifat mineral yang ditarik kuat oleh magnet. Sperti

magnetit.

Paramagnetik merupakan sifat mineral yang di tarik agak kuat oleh magnet

seperti pyrite.

Diamagnetik merupakan sifat mineral yang tidak di tarik oleh magnet. Seperti

kuarsa, dan gypsum.

Cara untuk mengetahui apakah suatu mineral yang mempunyai sifat magnet

atau tidak dengan cara kita gantungkan pada seutas benang sebuah magnet dan

dengan sedikit demi sedikit mineral kita dekatkan dengan magnet. Kuat tidaknya

bisa lihat dengan dari besar kecilnya sudut yang di buat dengan benang tersebut

terhadap garis vertikal. Pada umumnya apabila mineral mengandung unsur Fe dan

Ni dalam rumus kimia maka mineral yang di uji mempunyai sifat magnetik.

10. Berat Jenis / Specific Grafity

Berat jenis / specific grafity merupakan perbandingan antara berat mineral di

udara terhadap volume di dalam air. Berat jnis mineral tetap apabila susunannya tetap.

Penentuan berat jenis mineral dapat menggunakan, pienometer, timbangan, analitik,

dan gelas ukur.

22

Page 23: laporan mineralogi

11. Sifat – Sifat Khas

Sifat fisik yang khas seperti bau dan rasanya bila di jilat. Contohnya : belerang

baunya seperti bau korek api, halit jika di jilat rasanya asin, membekas jika di goreskan

pada kertas. Melalui gesekan dan penghilangan dari beberapa zat yang bersifat

volatile penambahan asam maka, kadang – kadang bau akan menjadi ciri khas bagi

suatu mineral, yang contohnya :

Alliceus, baunya seperti bawang proses pereaksian dari arsenopyrit akan muncul

bau yang khas.

Hourse radish odour, bau lobak kuda yang menjadi busuk.

Sulphutous, bau yang di timbulkan oleh proses pereaksian pyrite.

Bituminous, baunya seperti aspal.

Fetid, bau yang di timbul oleh asam sulfide / seperti telur busuk.

Agrillaceous, bau yang seperti lempung basah.

23

Page 24: laporan mineralogi

BAB III

HASIL PRAKTIKUM

III.1. Hasil penggambaran sistem kristal

III.2. Hasil diskripssi mineral

1) Diskripsi mineral (1)

Warna : coklat, biru, hijau keputihan

Sistem / perawakan kristal : mendaun (foliated)

Kilap : sutra

Kekerasan : 5,5 - 6

Goresan : putih

Belahan atau pecahan : spllintery

Tenacity : maleable

Berat jenis : -

Kemagnetan : -

Sifat khas : -

Nama mineral /rumus kimia : serpentine

Kegunaan :

Petrogenesa : pada sontekan yang tinggi, hasil Metamorfisme.

2) Diskrippsi mineral (2)

Warna : putih, kuning, keabu - abuan

Sistem / perawakan kristal : memapan / hexagonal

Kilap : kaca

Kekerasan : 7

Goresan : putih

Belahan atau pecahan : dua arah atau even

Tenacity : britlle

Berat jenis : -

Kemagnetan : -

Sifat khas : resisten

Nama mineral /rumus kimia : kuarsa / ( SiO2)

24

Page 25: laporan mineralogi

Kegunaan : untuk ornamen atau perhiasan

Petrogenesa : proses kristalisasi

3) Diskripsi mineral (3)

Warna : kuning

Sistem / perawakan kristal : monoklin / menjarum

Kilap : sutera

Kekerasan : < 3

Goresan : kuning

Belahan atau pecahan : dua arah / tidak rata

Tenacity : rapuh

Berat jenis : -

Kemagnetan : -

Sifat khas : warna kuning bentuk butir halus mengikat atau

menyebar

Nama mineral /rumus kimia : sulfur (belerang) / (S)

Kegunaan : bahan pembuatan sabun untuk penyakit kulit

Petrogenesa : -

25

Page 26: laporan mineralogi

BAB IV

PENUTUP

1.Kesimpulan

Dari pokok pembahasaan yang telah di bahas pada bagian pertama atau bagian

terdahulu maka, penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut : mineralogi dan

kristalografi adalah cabang dari ilmu geologi yang sangat erat. Dimana kristalografi

adalah cabang ilmu geologi yang mempelajari tentang sifat – sifat geometri dari kristal

terutama perkembangan, pertumbuhan, kenampakan bentuk luar struktur dalam dan

sifat – sifat fisisnya. Defenisi kristal adalah bahan padat homogen, biasanya anisotrop

dan tembus oleh air serta menuruti hukum – hukum ilmu pasti sehingga susunan bidang

– bidangnya menuruti hukum geometri. Syarat – syaratnya tidak adalah tidak termasuk

gas dan cair tidak dapat di uraikan menjadi senyawa lain yang lebih sederhana oleh

proses fisika.

Mineralogi adalah salah satu cabang dari ilmu geologi yang mempelajari

tentang mineral. Mineral adalah benda padat cair maupun gas yang homogen

mempunyai rumus kimia tertentu dan biasanya terbentuk oleh proses alam secara

anorganik.

Ada beberapa cara untuk mengidentifikasi mienral yaitu :

a. Berdasarkan sifat – sifat fisiknya.

b. Berdasarakan sifat – sifat kimiawi.

c. Berdasarkan sifat – sifat optik.

Mineral – mineral pembentukan batuan biasanya dapat di bedakan dengan sifat

– sifat fisiknya yang meliputi :

1. Warna / colour : idiokromatik (tetap) dan allokromatik (tidak tetap) .

2. Kilap / luster : kenampakn mineral yang di tunjukan oleh pantulan cahaya yang

di terima.

3. Cerat / streak : warna mineral jika di goreskan atau di tumpukan akan

memperlihatkan warna mineral tetap walaupun warna mineral berubah – ubah.

4. Kekerasan / hardnes : ketahanan mineral terhadap goresan.

5. Belahan / cleavage : kecenderungan mineral dalam membela diri satu arah atau

lebih.

26

Page 27: laporan mineralogi

6. Pecahan / fracture : mineral dapat terbelah melalui arah bidang belahan dan ada

juga belahan yang tidak teratur.

7. Bentuk mineral : bentuk mineral ada dua yaitu : bentuk kristalin dan mineral

tidak terbentuk (amorf).

8. Tenacity : daya tahan terhadap tekanan tekukan atau pukulan.

9. Kemagnetan : sifat mineral terhadap gaya tarik magnet.

10. Berat jenis : berta jenis mineral dapat di ukur dengan piknometer, gelas ukur,

atau neraca air.

11. Sifat mineral lain : seperti rasa jika di jilat dan mencium baunya.

2. Saran

Seharuanyan buku pandauan praktikum diwajbkan buat praktikan dan juga

sebagai pegangan asisten praktikum mineralogi dan kristalografi demi kemajuan

laboratorium.

Sebaiknya untuk praktikum mineralogi sering-sering kelapangan (2 / 3 x).

Diskripsi mineral seharusnya diperbanyakan supaya praktiakan dapat

mengetahui ciri fisik mineral dan jenis mineralnya serta asosiasi pada mineral

lainnya, karena diskiripsi mineral sebagai pengetahuan dasar untuk melanjutkan

kesemester berikutnya.

DAFTAR PUSTAKA

27

Page 28: laporan mineralogi

Buku Petunjuk, Praktikum Kristalografi dan Mineralogy 2004, Institut Sains &

Teknologi AKPRIND. Yogyakarta.

Berry L.G and Mason B, 1989, Mineralogy, Freeman WH. And Co San Francisco.

Flint Y.I Essentials Of Crystallography, Peace Publisher, Moscow.

Dana ES, 1960, A Text book Of Minerology, Jhon Willey and Sons Inc. New York.

LAMPIRAN

28