[Laporan Modul VIII Selasa 1 22215031]
-
Upload
deny-fatryanto-eko -
Category
Documents
-
view
231 -
download
0
Transcript of [Laporan Modul VIII Selasa 1 22215031]
-
7/25/2019 [Laporan Modul VIII Selasa 1 22215031]
1/17
MODUL VIII
Viskositas Relatif, Sand Content, dan Lubrisitas pada Water Base Mud
LAPORAN PRAKTIKUM
Nama : Deny Fatryanto Edyzoh Eko Widodo
NIM : 22215031
Kelompok : Selasa 1 (14.00 WIB 16.00 WIB)
Tanggal Praktikum : 3 November 2015
Tanggal Penyerahan : 10 November 2015
Dosen : Dr.Ing. Bonar Tua Halomoan Marbun
Asisten : Muhammad Ihsan Aljabbar (12212068)
LABORATORIUM TEKNIK OPERASI PEMBORAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2015
-
7/25/2019 [Laporan Modul VIII Selasa 1 22215031]
2/17
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum Viskositas Relatif, Sand Content, dan Lubrisitas
ini adalah:
1. Mampu mendeskripsikan relative viscosity beserta kegunaannya.
2. Mengetahui deskripsi dari sand content serta pengaruh yang ditimbulkan terhadap fluidapemboran.
3. Mempu mendeskripsikan sifat lubrisitas pada lumpur pemboran.
4. Mengetahui prinsip dasar dan cara penggunaan alat Marsh Funnel, Sand Content Set, danExtreme Pressure Lubricity Tester.
5. Mampu mengolah data hasil percobaan.
6. Mengetahui pengaruh aditif lumpur pemboran terhadap nilai viskositas, sand content, danlubrisitas.
1.2 Alat
1. Multi Mixer
2. Timbangan Electric
3.
Marsh Funnel
4. Sand Content Set
5. Extreme Lubricity Tester
1.3 Bahan
1. Air
2. Bentonite
3. Hematite
4. CMC-LV
5. Resinex
-
7/25/2019 [Laporan Modul VIII Selasa 1 22215031]
3/17
BAB II
PROSEDUR PERCOBAAN
2.1 Pembuatan Lumpur WBM
Lumpur yang digunakan dalam percobaan ini dibuat dengan komposisi adalah sebagai berikut :
Tabel 1.1 - Komposisi sampel percobaan
Jenis KomposisiLama
Pengadukan
Jumlah
Additif
Lumpur Standar
(Sampel 1)
350 air + 22.5 gr
Bentonite
8 Menit
Sampel 2 Sampel 1 + Hematite 6 menit 15 gr
Sampel 3 Sampel 1 + CMC LV 6 Menit 15 gr
Sampel 4 Sampel 1 + Resinex 6 Menit 15 gr
Adapun prosedur percobaan pembuatan lumpur WBM sesuai dengan modul praktikum adalah
sebagai berikut :
1. Timbang beberapa zat yang akan digunakan dalam pengujian
2. Siapkan air 350 cc, kemudian campur dengan 22.5 gr bentonit dan ditambahkan additive
yang telah ditimbang. Caranya air dimasukkan ke dalam bejana, lalu dipasang pada
multimixer dengan campuran bentonit additive dimasukkan sedikit demi sedikit dengan
mixing time tertentu.
3. Setelah mixing time dan tambahan 10 menit diaduk pada mixer, bejana diambil kemudian
masukkan lumpul kedalam sel tabung pada rolling oven atau pada tempat pengaduk
4. Biarkan paling sedikit selama 16 20 jam. Namun dikarenakan pada kesalahan
komunikasi, lumpur yang dipergunakan dalam praktikum ini tidak didiamkan selama 16
20 jam namun langsung digunakan setelah proses mixing.
-
7/25/2019 [Laporan Modul VIII Selasa 1 22215031]
4/17
Beberapa asumsi yang digunakan saat proses pembuatan lumpur serta asumsi umum praktikum
secara kesuluruhan antara lain :
1. Seluruh bahan aditif tercampur merata (homogen) didalam lumpur dan tidak
menggumpal.
2.
Percobaan dilakukan pada tekanan dan praktikum yang konstan. Tekanan dan temperatur
yang berubah-ubah akan berpengaruh pada sifat lumpur pemboran yang akan mengubah
keakuratan dari percobaan.
3. Tidak ada kesalahan paralaks ketika melakukan pembacaan data. Pembacaan data ketika
melakukan pengukuran diasumsikan tidak ada kesalahan paralaks, seperti mengukur
volume air untuk pembuatan lumpur.
2.2 Viskositas Relatif
Pengukuran viskositas ini didasarkan pada prinsip bahwa lumpur kental mengalir lebih lambat
daripada lumpur encer. Pengukuran ini merupakan test singkat terhadap konsistensi dan
ketebalan lumpur pemboran dan biasanya digunakan untuk memonitor perubahan viskositas dari
lumpur yang sedang disirkulasikan. Dinyatakan sebagai waktu yang diperlukan oleh sampel
lumpur sebanyak 1 quart (946 ml) untuk mengalir keluar dari tabung sepanjang 2 inch dan
berdiameter 3/16 inch pada bagian bawah marsh funnel dalam satuan detik per quart.Alat ini
digunakan untuk menentukan viskositas relative dari lumpur yang digunakan. Prinsip alatnya
adalah menentukan viskositas relative dari suatu fluida dengan membandingkan waktu yang
dibutuhkan untuk mengalirkan fluida tersebut sebanyak volume yang sama untuk tiap fluidanya.
Posisi alat marsh funnel harus lurus vertikal untuk menghindari timbulnya gaya gesek antara
fluida dengan dinding alat marsh funnel yang akan mempengaruhi nilai viskositas relatif fluid
Adapun prosedur pengukurannya adalah sebagai berikut :
1. Tutup lubang pada ujung funnel dengan satu jari.
2. Tuangkan sampel lumpur mellui funnel screen sampai lumpur mencapai bawah screen
(1500 cc). tempatkan viscosity cup dibawah ujung funnel.
3. Buka lubang dan stopwatch dijalankan
-
7/25/2019 [Laporan Modul VIII Selasa 1 22215031]
5/17
4. Hentikan stopwatch ketika ketinggian lumpur mencapai tanda 1 quart pada viscosity cup.
5. Catat berapa detik yang dibutuhkan 1 quart lumpur mengalir.
Gambar 1.1 Marsh funnel dan viscosity cup
Pada percobaan penentuan viskositas relative WBM dengan marsh funnel asumsi yang
digunakan adalah sebagai berikut :
1. Marsh funnel berada dalam posisi lurus vertikal. Terdapatnya inklinasi akan
menyebabkan timbulnya efek gaya gesek antara fluida dengan dinding marsh funnel yang
akan mempengaruhi waktu alir dari fluida tersebut
2.
Jumlah volume untuk setiap lumpur yang digunakan dalam pengukuran viskositasrelative adalah sama, yaitu 350 ml.
2.3 Penentuan Sand Content
Serpihan-serpihan pemboran yang umumnya berupa pasir dapat memperngaruhi karakteristik
lumpur yang digunakan dalam suatu operasi pemboran dan dapat mengakibatkan pemakaian
berlebihan pada drillstring, pompa dan mixing equipment. Salah satu karakteristik yang berubah
adalah densitas lumpur yang telah mengalami sirkulasi. Yang dimaksud pasir disini adalah
partikel patikel padatan yang diameternya lebih dari 74 mikron atau yang tidak lolos dari
saringan berukuran 200 mesh. Itu adalah klasifikasi ukuran partikel dan produk lain , misalnya
LCM ( Lost Circulation Material), lignite, barite, dll. Tes ini dilakukan untuk mengetahui
kandungan pasir (persen volume) dalam lumpur pemboran. Penentuan sand content
-
7/25/2019 [Laporan Modul VIII Selasa 1 22215031]
6/17
menggunakan alat bernama sand content set. Alat ini berfungsi untuk menentukan persen volume
kandungan sand yang terdapat dalam
lumpur yang akan diuji. Prinsip kerja alat ini adalah menentukan kandungan sand yang
terdapat dalam suatu fluida/lumpur dengan melakukan penyaringan dengan saringan
berukuran 200 mesh (74 micron).
Prosedur percobaannya adalah sebagai berikut :
1. Isi tabung ukur dengan lumpur sampai mud line (mud to here). Tambahkan air sampai
tanda berikutnya yaitu water line (water to here).
2. Letakkan ibu jari diatas mulut tabung dan guncang tabung tersebut dengan kuat.
3.
Tuang campuran ke atas screen yang bersih. Tambahkan air ke tabung tadi, guncangkan,
kemudian tuang ke atas screen. Buang cairan yang melalui screen.
4. Ulangi langkah kedua sampai tabung bersih. Lalu bersihkan pasir yang tertahan pada
screen supaya bebas dari lumpur yang menempel.
5. Letakkan funnel pada bagian atas susunan screen. Secara perlahan balikkan susunan dan
masukkan ujung funnel ke tabung ukur. Bersihkan pasir kembali ke tabung ukur dengan
semprotan kecil air.
6. Biarkan pasir mengendap. Baca dan catat persen volume pasir dari skala pada tabung
gelas ukur.
Adapun asumsi yang digunakan pada percobaan ini adalah sebagai berikut :
1. Tidak terdapatnya pasir yang tersisa dan tersangkut di mesh. Pada saat menuangkan
kembali pasir ke dalam glass measuring tube, maka harus dipastikan tidak ada pasir yang
tertinggal di mesh sehingga jumlah pasir yang terukur akurat.
-
7/25/2019 [Laporan Modul VIII Selasa 1 22215031]
7/17
Gambar 1.2 Sand Content Set
Gambar 1.3 Proses penentuan sand content
2.4 Lubrisitas
Sifat pelumasan lumpur adalah kemampuan lumpur untuk melumasi bagian alat pemboran yang
saling bersinggungan atau bergesekan saat pemboran berlangsung. Sifat pelumasan yang baik
terutama diperlukan untuk memperpanjang umur peralatan, melawan efek sidewall sticking,
menurunkan efek drillpipe torque dan drill pipe drag yang sebagian besar terjadi pada sumur
berarah. Pengembangan pelumasan yang efektif berasal dari fakta bahwa beberapa produk
-
7/25/2019 [Laporan Modul VIII Selasa 1 22215031]
8/17
pelumasan membentuk lapisan pelindung luar yang bagus, namun jika diberi tekanan ekstrim
dan temperature tinggi akibat gesekan, maka pelumas bisa rusak.
Prinsip pengujian sifat pelumasan lumpur adalah dilakukannya pengukuran pada berbagai harga
beban torsi dan kemudian direprsentasikan dalam bentuk grafik antara gaya friksi dengan beban
torsi.
Pada percobaan ini digunakan alat extreme pressure lubricity tester. Alat ini berfungsi dalam
menentukan lubrisitas lumpur yang digunakan. Alat ini terdiri dari
sebuah ring baja yang dapat ditekan pada berbagai besar harga beban dengan menggunakan
pengatur torsi. Ring dan block dibenamkan dalam lumpur pada saat pengujian dan gaya gesek
yang terjadi antara dua beban tersebut dapat dibaca pada skala pada amperemeter. Cup yang
dipakai harus bersih dan tidak ada sisa dari lumpur sebelumnya karena hal tersebut akan
mengubah sifat-sifat lumpur yang digunakannya. Alat ini terdiri dari bagian berupa cup, test
block, tes ring, level arm, dan weight. Test ring pada alat ini dianalogikan sebagai drill string
yang berputar sedangkan test block pada alat ini menganalogikan sebagai casing pada operasi
pemboran.
Prinsip kerja dari alat ini adalah mengukur gaya gesek yang direpresentasikan dalam bentuk
kuat arus yang terjadi antara test block dengan test ring yang diputar pada RPM tertentu
dengan beban torsi yang dapat diatur, sehingga kuat arus yang terbaca adalah kuat arus yang
dibutuhkan oleh motor untuk memutar test ring pada suatu beban torsi. Gaya gesek yang
didapatkan pada beban dan RPM tertentu dapat dikorelasikan dengan menggunakan grafik
untuk mengetahui koefisien gesek yang terjadi.
Adapun prosedur pengujian ini adalah sebagai berikut :
1. Bersihkan test ring dan test block.
2. Pasang test block pada block holder di EP tester.
3. Isi cup dengan lumpur sehingga menutupi seluruh permukaan test block dan test ring dan
letakkan cup pada alat.
4. Dengan tanpa beban hidupkan motor selama 1 menit atau hingga jarum ammeter
menunjukkan harga konstan 1-2 ampere.
5. Dengan torque arm, beri torsi dengan laju 5 in-lb/sec sampai terjadi seizure (pembacaan
arus maksimum) dan catat nilai torsi serta kuat arus terbaca.
-
7/25/2019 [Laporan Modul VIII Selasa 1 22215031]
9/17
6. Bila telah terjadi seizure, cepat lepas beban torsi dan ganti test ring, sedangkan test block
diubah posisinya untuk permukaan kontak yang baru.
7. Bila seizure tidak terjadi, ulangi langkah pertama sampai keenam dengan modifikasi
yaitu beban torsi dinaikkan dan dipertahankan mulai 50 in-lb selama 5 menit.
8.
Bila seizure terjadi, ulangi langkah pertama samapi keenam tetapi dengan mengurangi
beban hingga dibawah 50 in-lb. Teruskan langkah ini sampai terjadi pass yaitu kondisi
pembacaan arus konstan dengan mempertahankannya selama 5 menit.
9. Pada kejadian pass, catat beban torsi dan kuat arus yang digunakan.
Adapun asumsi yang digunakan dalam Pengujian ini adalah :
1.
Cup alat EP tester bersih. Tidak ada sisa lumpur dari percobaan sebelumnya karena dapat
mempengaruhi pengukuran yang dilakukan.
2. Test ring dan test block sama-sama tenggelam didalam lumpur didalam cup..
3. Pemberian suatu beban tidak terlalu lama, hanya sekitar 5 sampai 7 detik
Gambar 1.4 Extreme Pressure Lubricity Tester
-
7/25/2019 [Laporan Modul VIII Selasa 1 22215031]
10/17
BAB III
PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA
3.1 Penentuan Viskositas Relative
Dari percobaan yang telah dilakukan dengan menggunakan marsh funnel , didapatkan hasil
sebagai berikut :
Tabel 3.1 Relative Viscosity
Komposisi Lumpur Jumlah Aditif (gram)
Waktu
(Sekon)
LS 0 59
LS + CMC LV 15 575
Dari hasil diatas didapatkan bahwa diperlukan waktu 575 detik untuk mengalirkan 1 quart
lumpur dengan komposisi lumpur standar ditambah aditif CMC LV, sedangkan untuk lumpur
standar yang didapatkan diatas adalah merupakan data lumpur standar yang diberikan oleh
asisten pemboran dimana lumpur tersebut telah didiamkan selama 16 20 jam. Dua data diatas
tidak dapat dibandingkan karena data lumpur standar adalah lumpur standar yang dibuat sesuai
prosedur sedangkan lumpur standar yang ditambahkan CMC LV tidak didiamkan selama 16 20
jam. Hal ini membuat campuran pada lumpur standar yang digunakan dalam praktikum ini
mungkin belum mencapai keadaan homogen.
3.2 Penentuan Sand Content
Dari hasil percobaan sand konten untuk berbagai komposisi sampel, didapatkan hasil seperti
tabulasi dibawah ini :
Tabel 3.2 Sand Content dalam Sample Lumpur
Komposisi Lumpur Jumlah Aditif (gram) % Sand Content
LS 0 Tidak diuji
LS + Hematite 15 1.5
LS + CMC LV 15 0.75
LS + Resinex 15 1.2
Dari data diatas setelah dikalikan persentase nya , maka didapatkan hasil bahwa ketiga sampel
tersebut masih memenuhi standar API dimana maksimal sand konten adalah 2 persen dari total
volume liquid. Kandungan sand konten yang berlebihan dapat mengakibatkan banyak masalah
pada proses pemboran.
-
7/25/2019 [Laporan Modul VIII Selasa 1 22215031]
11/17
Pada percobaan kali ini juga didapatkan bahwa larutan lumpur belum mencapai keadaan
homogen sehingga masih banyak sand konten yang menggumpal. Hal ini dapat mengakibatkan
over predicted dalam menganalisa sand konten.
Dari ketiga sampel lumpur tersebut, lumpur dengan tambahan hematite mempunyai persentasesand content tertinggi, hal ini dikarenakan hematite sendiri adalah weighting agent yang
merupakan inert sehingga tidak larut dan menjadi mengendap.
Lalu sampel selanjutnya adalah resinex. Dari hasil analisa terjadinya endapan resinex lebih
dikarenakan kurangnya waktu mixing.
Sampel terakhir adalah yang mengandung CMC LV. Sampel ini memiliki sand content yang
sangat rendah. Hal ini dikarenakan CMC LV adalah berupa polymer dan mudah bereaksi dengan
air
Pada aplikasinya dilapangan, sand konten dapat diatas dengan menggunakan conditioning
equipment seperti shale shaker, desilter dan desander.
3.3 Lubrisitas
Dengan menggunakan Extreme Pressure lubricity , maka didapatkan data seperti table dibawah
ini :
Lalu jika diplot kedalam grafik , maka ;
Tabel 3.3 Hasil Pengukuran kuat arus pada beban torsi tertentu
Komposisi Lumpur Jumlah Aditif (gram)Kuat Arus pada Interval 50-lb-in (Ampere)
0 50 100 150 200 250 300 400
LS 0
LS + CMC LV 15 2.6 3 4.2 4.6 5 5.1 5.8 7
LS + Resinex 15 2.6 3.6 4.8 5.6 6.6
-
7/25/2019 [Laporan Modul VIII Selasa 1 22215031]
12/17
Gambar 3.1 Grafik Beban torsi vs Kuat Arus
Tabel 3.4 Pengukuran Seizure dan Pass
Komposisi Lumpur Jumlah Aditif (gram)
Seizure Pass
Torsi (lb-
in)Kuat Arus
(Amp)
Lebar Scar
(mm)
Torsi (lb-
in)
Kuat Arus
(Amp)
LS 0
LS + CMC LV 15 400 7 1.6 50 3.4
LS + Resinex 15 200 6.6 1.75 50 3.6
Tabel 3.5 Hasil Pengukuran Lebar Scar
Komposisi Lumpur Lebar Scar (cm)Lebar Scar (1/100
inch)
LS Tidak diuji
LS + CMC LV 0.16 6.299
LS + Resinex 0.175 6.890
Sedangkan untuk lebar scar terukur dalam cm dikonversi ke dalam 1/100 inch dengan cara :
= ()(
100
2.54)
Lalu untuk kekuatan film dapat dihitung menggunakan persamaan :
349.871
Sehingga didapatkan hasil seperti tabel dibawah ini :
0
1
2
3
4
5
6
7
8
0 100 200 300 400 500
Beban Torsi vs Kuat Arus
LS + CMC LV
LS + Resinex
-
7/25/2019 [Laporan Modul VIII Selasa 1 22215031]
13/17
Tabel 3.6 Kekuatan Film
Komposisi Lumpur P seizure (psi) P pass (psi)
LS Tidak Diui Tidak Diuji
LS + CMC LV 22216.8085 2776.617
LS + Resinex 10156.25531 2538.621
Lalu jika dari tabel kekuatan film di plot dalam sebuah grafik maka dihasilkan grafik seperti
dibawah ini :
Gambar 3.2 Grafik P Seizure pada tipe sampel
Gambar 3.3 Grafik P Pass pada tipe sampel
0
5000
10000
15000
20000
25000
LS + CMC LV LS + Resinex
P Seizure
P Seizure
2400.000
2500.000
2600.000
2700.000
2800.000
LS + CMC LV LS + Resinex
P Pass
P Seizure
-
7/25/2019 [Laporan Modul VIII Selasa 1 22215031]
14/17
Dari dua grafik perbandingan kekuatan film diatas dapat disimpulkan bahwan lumpur standar
dengan tambahan additive CMC LV menghasilkan film yang memiliki kekuatan melumasi jauh
lebih besar dibanding dengan lumpur standar yang ditambahkan additive resinex. Jika ditinjau
dari ukuran scar yang dihasilkan dibandingkan dengan torsi saat seizure terjadi, maka dengan
ukuran scar lebih rendah, CMC LV mempunyai kekuatan pelumasan lebih dari dua kali lipat
dibanding dengan resinex.
Kemampuan lumpur untuk melubrikasi atau melumasi sangat menjadi penting dalam dunia
pemboran. Hal ini dikarenakan gesekan yang terjadi saat proses pemboran tidak dapat dihindari,
disini kekuatan lumpur dalam melumasi sangat berpengaruh untuk meminimalisir kerusakan
yang terjadi.
-
7/25/2019 [Laporan Modul VIII Selasa 1 22215031]
15/17
BAB IV
KESIMPULAN
1. Pengujian marsh funnel hanya menghasilkan viskositas relative, dimana viskositas
relative sendiri adalah perbandingan antara viskositas satu fluida dengan fluida lain.
Dalam percobaan ini didapatkan viskositas relative dari sampel lumpur standar
ditambah additive CMC LV adalah sebesar 575 detik. Namun hasil ini kuranglah
akurat karena dalam pembuatan lumpur standar lumpur tidak diaduk selama 16- 20
jam sehingga larutan yang terjadi belumlah homegen. Dalam praktiknya, viskositas
relative digunakan secara kualitatif untuk mengontrol perubahan viskositas lumpur
permboran yang sedang disirkulasikan.
2. Sand konten adalah persen volume partikel padatan dalam lumpur pemboran. Partikel
tersebut dapat dikatakan sand konten bila memiliki ukuran diatas 74 mikron.
Penambahan sand konten atau tingginya sand konten sendiri dapat meningkatkan
densitas dari lumpur.
3. Sand content pada LS+Hematite paling tinggi karena hematite adalah weighting agent
yang merupakan senyawa intert yang dapat mengendap.
4. Pada percobaan sand konten kali ini terdapat kemungkinan over predicted dari
persentase sand konten dikarenakan lumpur yang digunakan belum diagitasi selama
16 20 jam sehingga lumpur belum menjadi homogeny dan sand konten relative
tinggi.
5. Dari hasil percobaan sand konten didapatkan hasil bahwa hematite dan resinex
menghasilkan sand konten yang lebih besar dibanging CMC LV, hal ini dikarenakan
kedua zat tersebut adalah material inner dan weighting agent, sedangkan CMC LV
adalah polymer yang larut dalam air.
6. Sifat lubricity adalah kemampuan lumpur untuk melumasi dan melapisi sehingga
mengurangi efek negative dari friksi.
7.
Pada pengujian lubricity menggunakan extreme pressure lubricity, test block diberi
torsi ke tes ring yang berputar dimana keduanya terendam sempurna dalam lumpur
yang dites. Lumpur akan membentuk lapisan diantara keduanya sampai pada keadaan
terjadinya scar dimana terjadi luka pada test blok. Point ini adalah kemampuan
maksimal dari lumpur untuk melumasi.
-
7/25/2019 [Laporan Modul VIII Selasa 1 22215031]
16/17
8. Dalam praktikum kali ini , didapatkan hasil bahwa lumpur standar dengan tambahan
additive CMC LV memiliki kemampuan melumasi dua kali lipat dibanding dengan
lumpur dengan tambahan additive resinex, hal ini dapat dilihat jelas dalam grafik
yang telah dijelaskan diatas.
9.
Kemampuan lubrisitas yang besar menjadi penting dalam praktiknya karena dapat
meminimalisir kerusakan akibat gesekan drill string baik dengan casing maupun
dengan formasi.
-
7/25/2019 [Laporan Modul VIII Selasa 1 22215031]
17/17
DAFTAR PUSTAKA
1. Amoco.1994. Drilling Fluids Manual.Amoco Corporation.
2. Bourgoyne, Adam. 1986. Applied Drilling Engineering.Society of Petroleum
Engineering.3. Heriot-Watt University. Drilling Engineering.
4. Rubiandini, Rudi. Teknik Operasi Pemboran .