[Laporan Modul VIII Selasa 1 22215031]

download [Laporan Modul VIII Selasa 1 22215031]

of 17

Transcript of [Laporan Modul VIII Selasa 1 22215031]

  • 7/25/2019 [Laporan Modul VIII Selasa 1 22215031]

    1/17

    MODUL VIII

    Viskositas Relatif, Sand Content, dan Lubrisitas pada Water Base Mud

    LAPORAN PRAKTIKUM

    Nama : Deny Fatryanto Edyzoh Eko Widodo

    NIM : 22215031

    Kelompok : Selasa 1 (14.00 WIB 16.00 WIB)

    Tanggal Praktikum : 3 November 2015

    Tanggal Penyerahan : 10 November 2015

    Dosen : Dr.Ing. Bonar Tua Halomoan Marbun

    Asisten : Muhammad Ihsan Aljabbar (12212068)

    LABORATORIUM TEKNIK OPERASI PEMBORAN

    PROGRAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN

    INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

    2015

  • 7/25/2019 [Laporan Modul VIII Selasa 1 22215031]

    2/17

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Tujuan Praktikum

    Adapun tujuan dari praktikum Viskositas Relatif, Sand Content, dan Lubrisitas

    ini adalah:

    1. Mampu mendeskripsikan relative viscosity beserta kegunaannya.

    2. Mengetahui deskripsi dari sand content serta pengaruh yang ditimbulkan terhadap fluidapemboran.

    3. Mempu mendeskripsikan sifat lubrisitas pada lumpur pemboran.

    4. Mengetahui prinsip dasar dan cara penggunaan alat Marsh Funnel, Sand Content Set, danExtreme Pressure Lubricity Tester.

    5. Mampu mengolah data hasil percobaan.

    6. Mengetahui pengaruh aditif lumpur pemboran terhadap nilai viskositas, sand content, danlubrisitas.

    1.2 Alat

    1. Multi Mixer

    2. Timbangan Electric

    3.

    Marsh Funnel

    4. Sand Content Set

    5. Extreme Lubricity Tester

    1.3 Bahan

    1. Air

    2. Bentonite

    3. Hematite

    4. CMC-LV

    5. Resinex

  • 7/25/2019 [Laporan Modul VIII Selasa 1 22215031]

    3/17

    BAB II

    PROSEDUR PERCOBAAN

    2.1 Pembuatan Lumpur WBM

    Lumpur yang digunakan dalam percobaan ini dibuat dengan komposisi adalah sebagai berikut :

    Tabel 1.1 - Komposisi sampel percobaan

    Jenis KomposisiLama

    Pengadukan

    Jumlah

    Additif

    Lumpur Standar

    (Sampel 1)

    350 air + 22.5 gr

    Bentonite

    8 Menit

    Sampel 2 Sampel 1 + Hematite 6 menit 15 gr

    Sampel 3 Sampel 1 + CMC LV 6 Menit 15 gr

    Sampel 4 Sampel 1 + Resinex 6 Menit 15 gr

    Adapun prosedur percobaan pembuatan lumpur WBM sesuai dengan modul praktikum adalah

    sebagai berikut :

    1. Timbang beberapa zat yang akan digunakan dalam pengujian

    2. Siapkan air 350 cc, kemudian campur dengan 22.5 gr bentonit dan ditambahkan additive

    yang telah ditimbang. Caranya air dimasukkan ke dalam bejana, lalu dipasang pada

    multimixer dengan campuran bentonit additive dimasukkan sedikit demi sedikit dengan

    mixing time tertentu.

    3. Setelah mixing time dan tambahan 10 menit diaduk pada mixer, bejana diambil kemudian

    masukkan lumpul kedalam sel tabung pada rolling oven atau pada tempat pengaduk

    4. Biarkan paling sedikit selama 16 20 jam. Namun dikarenakan pada kesalahan

    komunikasi, lumpur yang dipergunakan dalam praktikum ini tidak didiamkan selama 16

    20 jam namun langsung digunakan setelah proses mixing.

  • 7/25/2019 [Laporan Modul VIII Selasa 1 22215031]

    4/17

    Beberapa asumsi yang digunakan saat proses pembuatan lumpur serta asumsi umum praktikum

    secara kesuluruhan antara lain :

    1. Seluruh bahan aditif tercampur merata (homogen) didalam lumpur dan tidak

    menggumpal.

    2.

    Percobaan dilakukan pada tekanan dan praktikum yang konstan. Tekanan dan temperatur

    yang berubah-ubah akan berpengaruh pada sifat lumpur pemboran yang akan mengubah

    keakuratan dari percobaan.

    3. Tidak ada kesalahan paralaks ketika melakukan pembacaan data. Pembacaan data ketika

    melakukan pengukuran diasumsikan tidak ada kesalahan paralaks, seperti mengukur

    volume air untuk pembuatan lumpur.

    2.2 Viskositas Relatif

    Pengukuran viskositas ini didasarkan pada prinsip bahwa lumpur kental mengalir lebih lambat

    daripada lumpur encer. Pengukuran ini merupakan test singkat terhadap konsistensi dan

    ketebalan lumpur pemboran dan biasanya digunakan untuk memonitor perubahan viskositas dari

    lumpur yang sedang disirkulasikan. Dinyatakan sebagai waktu yang diperlukan oleh sampel

    lumpur sebanyak 1 quart (946 ml) untuk mengalir keluar dari tabung sepanjang 2 inch dan

    berdiameter 3/16 inch pada bagian bawah marsh funnel dalam satuan detik per quart.Alat ini

    digunakan untuk menentukan viskositas relative dari lumpur yang digunakan. Prinsip alatnya

    adalah menentukan viskositas relative dari suatu fluida dengan membandingkan waktu yang

    dibutuhkan untuk mengalirkan fluida tersebut sebanyak volume yang sama untuk tiap fluidanya.

    Posisi alat marsh funnel harus lurus vertikal untuk menghindari timbulnya gaya gesek antara

    fluida dengan dinding alat marsh funnel yang akan mempengaruhi nilai viskositas relatif fluid

    Adapun prosedur pengukurannya adalah sebagai berikut :

    1. Tutup lubang pada ujung funnel dengan satu jari.

    2. Tuangkan sampel lumpur mellui funnel screen sampai lumpur mencapai bawah screen

    (1500 cc). tempatkan viscosity cup dibawah ujung funnel.

    3. Buka lubang dan stopwatch dijalankan

  • 7/25/2019 [Laporan Modul VIII Selasa 1 22215031]

    5/17

    4. Hentikan stopwatch ketika ketinggian lumpur mencapai tanda 1 quart pada viscosity cup.

    5. Catat berapa detik yang dibutuhkan 1 quart lumpur mengalir.

    Gambar 1.1 Marsh funnel dan viscosity cup

    Pada percobaan penentuan viskositas relative WBM dengan marsh funnel asumsi yang

    digunakan adalah sebagai berikut :

    1. Marsh funnel berada dalam posisi lurus vertikal. Terdapatnya inklinasi akan

    menyebabkan timbulnya efek gaya gesek antara fluida dengan dinding marsh funnel yang

    akan mempengaruhi waktu alir dari fluida tersebut

    2.

    Jumlah volume untuk setiap lumpur yang digunakan dalam pengukuran viskositasrelative adalah sama, yaitu 350 ml.

    2.3 Penentuan Sand Content

    Serpihan-serpihan pemboran yang umumnya berupa pasir dapat memperngaruhi karakteristik

    lumpur yang digunakan dalam suatu operasi pemboran dan dapat mengakibatkan pemakaian

    berlebihan pada drillstring, pompa dan mixing equipment. Salah satu karakteristik yang berubah

    adalah densitas lumpur yang telah mengalami sirkulasi. Yang dimaksud pasir disini adalah

    partikel patikel padatan yang diameternya lebih dari 74 mikron atau yang tidak lolos dari

    saringan berukuran 200 mesh. Itu adalah klasifikasi ukuran partikel dan produk lain , misalnya

    LCM ( Lost Circulation Material), lignite, barite, dll. Tes ini dilakukan untuk mengetahui

    kandungan pasir (persen volume) dalam lumpur pemboran. Penentuan sand content

  • 7/25/2019 [Laporan Modul VIII Selasa 1 22215031]

    6/17

    menggunakan alat bernama sand content set. Alat ini berfungsi untuk menentukan persen volume

    kandungan sand yang terdapat dalam

    lumpur yang akan diuji. Prinsip kerja alat ini adalah menentukan kandungan sand yang

    terdapat dalam suatu fluida/lumpur dengan melakukan penyaringan dengan saringan

    berukuran 200 mesh (74 micron).

    Prosedur percobaannya adalah sebagai berikut :

    1. Isi tabung ukur dengan lumpur sampai mud line (mud to here). Tambahkan air sampai

    tanda berikutnya yaitu water line (water to here).

    2. Letakkan ibu jari diatas mulut tabung dan guncang tabung tersebut dengan kuat.

    3.

    Tuang campuran ke atas screen yang bersih. Tambahkan air ke tabung tadi, guncangkan,

    kemudian tuang ke atas screen. Buang cairan yang melalui screen.

    4. Ulangi langkah kedua sampai tabung bersih. Lalu bersihkan pasir yang tertahan pada

    screen supaya bebas dari lumpur yang menempel.

    5. Letakkan funnel pada bagian atas susunan screen. Secara perlahan balikkan susunan dan

    masukkan ujung funnel ke tabung ukur. Bersihkan pasir kembali ke tabung ukur dengan

    semprotan kecil air.

    6. Biarkan pasir mengendap. Baca dan catat persen volume pasir dari skala pada tabung

    gelas ukur.

    Adapun asumsi yang digunakan pada percobaan ini adalah sebagai berikut :

    1. Tidak terdapatnya pasir yang tersisa dan tersangkut di mesh. Pada saat menuangkan

    kembali pasir ke dalam glass measuring tube, maka harus dipastikan tidak ada pasir yang

    tertinggal di mesh sehingga jumlah pasir yang terukur akurat.

  • 7/25/2019 [Laporan Modul VIII Selasa 1 22215031]

    7/17

    Gambar 1.2 Sand Content Set

    Gambar 1.3 Proses penentuan sand content

    2.4 Lubrisitas

    Sifat pelumasan lumpur adalah kemampuan lumpur untuk melumasi bagian alat pemboran yang

    saling bersinggungan atau bergesekan saat pemboran berlangsung. Sifat pelumasan yang baik

    terutama diperlukan untuk memperpanjang umur peralatan, melawan efek sidewall sticking,

    menurunkan efek drillpipe torque dan drill pipe drag yang sebagian besar terjadi pada sumur

    berarah. Pengembangan pelumasan yang efektif berasal dari fakta bahwa beberapa produk

  • 7/25/2019 [Laporan Modul VIII Selasa 1 22215031]

    8/17

    pelumasan membentuk lapisan pelindung luar yang bagus, namun jika diberi tekanan ekstrim

    dan temperature tinggi akibat gesekan, maka pelumas bisa rusak.

    Prinsip pengujian sifat pelumasan lumpur adalah dilakukannya pengukuran pada berbagai harga

    beban torsi dan kemudian direprsentasikan dalam bentuk grafik antara gaya friksi dengan beban

    torsi.

    Pada percobaan ini digunakan alat extreme pressure lubricity tester. Alat ini berfungsi dalam

    menentukan lubrisitas lumpur yang digunakan. Alat ini terdiri dari

    sebuah ring baja yang dapat ditekan pada berbagai besar harga beban dengan menggunakan

    pengatur torsi. Ring dan block dibenamkan dalam lumpur pada saat pengujian dan gaya gesek

    yang terjadi antara dua beban tersebut dapat dibaca pada skala pada amperemeter. Cup yang

    dipakai harus bersih dan tidak ada sisa dari lumpur sebelumnya karena hal tersebut akan

    mengubah sifat-sifat lumpur yang digunakannya. Alat ini terdiri dari bagian berupa cup, test

    block, tes ring, level arm, dan weight. Test ring pada alat ini dianalogikan sebagai drill string

    yang berputar sedangkan test block pada alat ini menganalogikan sebagai casing pada operasi

    pemboran.

    Prinsip kerja dari alat ini adalah mengukur gaya gesek yang direpresentasikan dalam bentuk

    kuat arus yang terjadi antara test block dengan test ring yang diputar pada RPM tertentu

    dengan beban torsi yang dapat diatur, sehingga kuat arus yang terbaca adalah kuat arus yang

    dibutuhkan oleh motor untuk memutar test ring pada suatu beban torsi. Gaya gesek yang

    didapatkan pada beban dan RPM tertentu dapat dikorelasikan dengan menggunakan grafik

    untuk mengetahui koefisien gesek yang terjadi.

    Adapun prosedur pengujian ini adalah sebagai berikut :

    1. Bersihkan test ring dan test block.

    2. Pasang test block pada block holder di EP tester.

    3. Isi cup dengan lumpur sehingga menutupi seluruh permukaan test block dan test ring dan

    letakkan cup pada alat.

    4. Dengan tanpa beban hidupkan motor selama 1 menit atau hingga jarum ammeter

    menunjukkan harga konstan 1-2 ampere.

    5. Dengan torque arm, beri torsi dengan laju 5 in-lb/sec sampai terjadi seizure (pembacaan

    arus maksimum) dan catat nilai torsi serta kuat arus terbaca.

  • 7/25/2019 [Laporan Modul VIII Selasa 1 22215031]

    9/17

    6. Bila telah terjadi seizure, cepat lepas beban torsi dan ganti test ring, sedangkan test block

    diubah posisinya untuk permukaan kontak yang baru.

    7. Bila seizure tidak terjadi, ulangi langkah pertama sampai keenam dengan modifikasi

    yaitu beban torsi dinaikkan dan dipertahankan mulai 50 in-lb selama 5 menit.

    8.

    Bila seizure terjadi, ulangi langkah pertama samapi keenam tetapi dengan mengurangi

    beban hingga dibawah 50 in-lb. Teruskan langkah ini sampai terjadi pass yaitu kondisi

    pembacaan arus konstan dengan mempertahankannya selama 5 menit.

    9. Pada kejadian pass, catat beban torsi dan kuat arus yang digunakan.

    Adapun asumsi yang digunakan dalam Pengujian ini adalah :

    1.

    Cup alat EP tester bersih. Tidak ada sisa lumpur dari percobaan sebelumnya karena dapat

    mempengaruhi pengukuran yang dilakukan.

    2. Test ring dan test block sama-sama tenggelam didalam lumpur didalam cup..

    3. Pemberian suatu beban tidak terlalu lama, hanya sekitar 5 sampai 7 detik

    Gambar 1.4 Extreme Pressure Lubricity Tester

  • 7/25/2019 [Laporan Modul VIII Selasa 1 22215031]

    10/17

    BAB III

    PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA

    3.1 Penentuan Viskositas Relative

    Dari percobaan yang telah dilakukan dengan menggunakan marsh funnel , didapatkan hasil

    sebagai berikut :

    Tabel 3.1 Relative Viscosity

    Komposisi Lumpur Jumlah Aditif (gram)

    Waktu

    (Sekon)

    LS 0 59

    LS + CMC LV 15 575

    Dari hasil diatas didapatkan bahwa diperlukan waktu 575 detik untuk mengalirkan 1 quart

    lumpur dengan komposisi lumpur standar ditambah aditif CMC LV, sedangkan untuk lumpur

    standar yang didapatkan diatas adalah merupakan data lumpur standar yang diberikan oleh

    asisten pemboran dimana lumpur tersebut telah didiamkan selama 16 20 jam. Dua data diatas

    tidak dapat dibandingkan karena data lumpur standar adalah lumpur standar yang dibuat sesuai

    prosedur sedangkan lumpur standar yang ditambahkan CMC LV tidak didiamkan selama 16 20

    jam. Hal ini membuat campuran pada lumpur standar yang digunakan dalam praktikum ini

    mungkin belum mencapai keadaan homogen.

    3.2 Penentuan Sand Content

    Dari hasil percobaan sand konten untuk berbagai komposisi sampel, didapatkan hasil seperti

    tabulasi dibawah ini :

    Tabel 3.2 Sand Content dalam Sample Lumpur

    Komposisi Lumpur Jumlah Aditif (gram) % Sand Content

    LS 0 Tidak diuji

    LS + Hematite 15 1.5

    LS + CMC LV 15 0.75

    LS + Resinex 15 1.2

    Dari data diatas setelah dikalikan persentase nya , maka didapatkan hasil bahwa ketiga sampel

    tersebut masih memenuhi standar API dimana maksimal sand konten adalah 2 persen dari total

    volume liquid. Kandungan sand konten yang berlebihan dapat mengakibatkan banyak masalah

    pada proses pemboran.

  • 7/25/2019 [Laporan Modul VIII Selasa 1 22215031]

    11/17

    Pada percobaan kali ini juga didapatkan bahwa larutan lumpur belum mencapai keadaan

    homogen sehingga masih banyak sand konten yang menggumpal. Hal ini dapat mengakibatkan

    over predicted dalam menganalisa sand konten.

    Dari ketiga sampel lumpur tersebut, lumpur dengan tambahan hematite mempunyai persentasesand content tertinggi, hal ini dikarenakan hematite sendiri adalah weighting agent yang

    merupakan inert sehingga tidak larut dan menjadi mengendap.

    Lalu sampel selanjutnya adalah resinex. Dari hasil analisa terjadinya endapan resinex lebih

    dikarenakan kurangnya waktu mixing.

    Sampel terakhir adalah yang mengandung CMC LV. Sampel ini memiliki sand content yang

    sangat rendah. Hal ini dikarenakan CMC LV adalah berupa polymer dan mudah bereaksi dengan

    air

    Pada aplikasinya dilapangan, sand konten dapat diatas dengan menggunakan conditioning

    equipment seperti shale shaker, desilter dan desander.

    3.3 Lubrisitas

    Dengan menggunakan Extreme Pressure lubricity , maka didapatkan data seperti table dibawah

    ini :

    Lalu jika diplot kedalam grafik , maka ;

    Tabel 3.3 Hasil Pengukuran kuat arus pada beban torsi tertentu

    Komposisi Lumpur Jumlah Aditif (gram)Kuat Arus pada Interval 50-lb-in (Ampere)

    0 50 100 150 200 250 300 400

    LS 0

    LS + CMC LV 15 2.6 3 4.2 4.6 5 5.1 5.8 7

    LS + Resinex 15 2.6 3.6 4.8 5.6 6.6

  • 7/25/2019 [Laporan Modul VIII Selasa 1 22215031]

    12/17

    Gambar 3.1 Grafik Beban torsi vs Kuat Arus

    Tabel 3.4 Pengukuran Seizure dan Pass

    Komposisi Lumpur Jumlah Aditif (gram)

    Seizure Pass

    Torsi (lb-

    in)Kuat Arus

    (Amp)

    Lebar Scar

    (mm)

    Torsi (lb-

    in)

    Kuat Arus

    (Amp)

    LS 0

    LS + CMC LV 15 400 7 1.6 50 3.4

    LS + Resinex 15 200 6.6 1.75 50 3.6

    Tabel 3.5 Hasil Pengukuran Lebar Scar

    Komposisi Lumpur Lebar Scar (cm)Lebar Scar (1/100

    inch)

    LS Tidak diuji

    LS + CMC LV 0.16 6.299

    LS + Resinex 0.175 6.890

    Sedangkan untuk lebar scar terukur dalam cm dikonversi ke dalam 1/100 inch dengan cara :

    = ()(

    100

    2.54)

    Lalu untuk kekuatan film dapat dihitung menggunakan persamaan :

    349.871

    Sehingga didapatkan hasil seperti tabel dibawah ini :

    0

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    7

    8

    0 100 200 300 400 500

    Beban Torsi vs Kuat Arus

    LS + CMC LV

    LS + Resinex

  • 7/25/2019 [Laporan Modul VIII Selasa 1 22215031]

    13/17

    Tabel 3.6 Kekuatan Film

    Komposisi Lumpur P seizure (psi) P pass (psi)

    LS Tidak Diui Tidak Diuji

    LS + CMC LV 22216.8085 2776.617

    LS + Resinex 10156.25531 2538.621

    Lalu jika dari tabel kekuatan film di plot dalam sebuah grafik maka dihasilkan grafik seperti

    dibawah ini :

    Gambar 3.2 Grafik P Seizure pada tipe sampel

    Gambar 3.3 Grafik P Pass pada tipe sampel

    0

    5000

    10000

    15000

    20000

    25000

    LS + CMC LV LS + Resinex

    P Seizure

    P Seizure

    2400.000

    2500.000

    2600.000

    2700.000

    2800.000

    LS + CMC LV LS + Resinex

    P Pass

    P Seizure

  • 7/25/2019 [Laporan Modul VIII Selasa 1 22215031]

    14/17

    Dari dua grafik perbandingan kekuatan film diatas dapat disimpulkan bahwan lumpur standar

    dengan tambahan additive CMC LV menghasilkan film yang memiliki kekuatan melumasi jauh

    lebih besar dibanding dengan lumpur standar yang ditambahkan additive resinex. Jika ditinjau

    dari ukuran scar yang dihasilkan dibandingkan dengan torsi saat seizure terjadi, maka dengan

    ukuran scar lebih rendah, CMC LV mempunyai kekuatan pelumasan lebih dari dua kali lipat

    dibanding dengan resinex.

    Kemampuan lumpur untuk melubrikasi atau melumasi sangat menjadi penting dalam dunia

    pemboran. Hal ini dikarenakan gesekan yang terjadi saat proses pemboran tidak dapat dihindari,

    disini kekuatan lumpur dalam melumasi sangat berpengaruh untuk meminimalisir kerusakan

    yang terjadi.

  • 7/25/2019 [Laporan Modul VIII Selasa 1 22215031]

    15/17

    BAB IV

    KESIMPULAN

    1. Pengujian marsh funnel hanya menghasilkan viskositas relative, dimana viskositas

    relative sendiri adalah perbandingan antara viskositas satu fluida dengan fluida lain.

    Dalam percobaan ini didapatkan viskositas relative dari sampel lumpur standar

    ditambah additive CMC LV adalah sebesar 575 detik. Namun hasil ini kuranglah

    akurat karena dalam pembuatan lumpur standar lumpur tidak diaduk selama 16- 20

    jam sehingga larutan yang terjadi belumlah homegen. Dalam praktiknya, viskositas

    relative digunakan secara kualitatif untuk mengontrol perubahan viskositas lumpur

    permboran yang sedang disirkulasikan.

    2. Sand konten adalah persen volume partikel padatan dalam lumpur pemboran. Partikel

    tersebut dapat dikatakan sand konten bila memiliki ukuran diatas 74 mikron.

    Penambahan sand konten atau tingginya sand konten sendiri dapat meningkatkan

    densitas dari lumpur.

    3. Sand content pada LS+Hematite paling tinggi karena hematite adalah weighting agent

    yang merupakan senyawa intert yang dapat mengendap.

    4. Pada percobaan sand konten kali ini terdapat kemungkinan over predicted dari

    persentase sand konten dikarenakan lumpur yang digunakan belum diagitasi selama

    16 20 jam sehingga lumpur belum menjadi homogeny dan sand konten relative

    tinggi.

    5. Dari hasil percobaan sand konten didapatkan hasil bahwa hematite dan resinex

    menghasilkan sand konten yang lebih besar dibanging CMC LV, hal ini dikarenakan

    kedua zat tersebut adalah material inner dan weighting agent, sedangkan CMC LV

    adalah polymer yang larut dalam air.

    6. Sifat lubricity adalah kemampuan lumpur untuk melumasi dan melapisi sehingga

    mengurangi efek negative dari friksi.

    7.

    Pada pengujian lubricity menggunakan extreme pressure lubricity, test block diberi

    torsi ke tes ring yang berputar dimana keduanya terendam sempurna dalam lumpur

    yang dites. Lumpur akan membentuk lapisan diantara keduanya sampai pada keadaan

    terjadinya scar dimana terjadi luka pada test blok. Point ini adalah kemampuan

    maksimal dari lumpur untuk melumasi.

  • 7/25/2019 [Laporan Modul VIII Selasa 1 22215031]

    16/17

    8. Dalam praktikum kali ini , didapatkan hasil bahwa lumpur standar dengan tambahan

    additive CMC LV memiliki kemampuan melumasi dua kali lipat dibanding dengan

    lumpur dengan tambahan additive resinex, hal ini dapat dilihat jelas dalam grafik

    yang telah dijelaskan diatas.

    9.

    Kemampuan lubrisitas yang besar menjadi penting dalam praktiknya karena dapat

    meminimalisir kerusakan akibat gesekan drill string baik dengan casing maupun

    dengan formasi.

  • 7/25/2019 [Laporan Modul VIII Selasa 1 22215031]

    17/17

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Amoco.1994. Drilling Fluids Manual.Amoco Corporation.

    2. Bourgoyne, Adam. 1986. Applied Drilling Engineering.Society of Petroleum

    Engineering.3. Heriot-Watt University. Drilling Engineering.

    4. Rubiandini, Rudi. Teknik Operasi Pemboran .