Laporan Panca Indera B-6

35
LAPORAN FISIOLOGI BLOK PANCA INDERA Kelompok B-06 Rinto Nugroho Putra Daya (1102010244) Rizka Metya (1102010250) Muhammad Fathan Adrianto (1102011175) Muhammad Darmawan S. (1102011174) Muhammad Hanni Ramli C. (1102011177) Pria Dinda Tri Utama (1102011210) Putri Adnyani (1102011211) Putri Mutiara Sari (1102011212) Putri Nisrina Hamdan (1102011213) Zulfa Vinanta (1102011302) UNIVERSITAS YARSI

description

wrap up

Transcript of Laporan Panca Indera B-6

LAPORAN FISIOLOGIBLOK PANCA INDERA

Kelompok B-06

Rinto Nugroho Putra Daya(1102010244)Rizka Metya(1102010250)Muhammad Fathan Adrianto(1102011175)Muhammad Darmawan S.(1102011174)Muhammad Hanni Ramli C.(1102011177)Pria Dinda Tri Utama(1102011210)Putri Adnyani(1102011211)Putri Mutiara Sari(1102011212)Putri Nisrina Hamdan(1102011213)Zulfa Vinanta(1102011302)

UNIVERSITAS YARSIFAKULTAS KEDOKTERANTAHUN AKADEMIK 2013-2014

SISTEM SENSORIKTujuan :Pada akhir latihan mahasiswa harus dapat :1. Membedakan perasaan subyektif panas dan dingin2. Menetapkan adanya titik-titik panasm dingin, tekan dan nyeri di kulit3. Memeriksa daya menentukan tempat rangsangan taktil (lokalisasi nyeri)4. Memeriksa daya membedakan dua titik tekan (diskriminasi taktil) pada perangsangan serentak (simultan) dan perangsangan berurutan (suksesif)5. Menentukan adanya perasaan iringan dan menerangkan mekanisme terjadinya (after image)6. Memeriksa daya membedakan berbagai kekasaran sifat bendaa. Kekasaran permukaanb. Bentukc. Bahan pakaian7. Memeriksa daya menentukan sikap anggota tubuh8. Mengukur waktu reaksi9. Menyebutkan faktor-faktor sikap anggota tubuhAlat yang diperlukan :1. 3 waskom dengan air bersuhu 20o, 30o, dan 40o C2. Gelas beker dan termometer kimia3. Alkohol atau eter4. Es5. Kerucut kekuningan + bejana berisi kikiran kuningan + estesiometer rambut Frey dan jarum6. Pensil + jangka + pelbagai jenis amplas + benda-benda kecil + bahan-bahan pakaian7. Mistar pengukur reaksiTeori dasar :Fungsi sel saraf adalah mengirimkan impuls yang berupa rangsang. Setiap neuron terdiri dari satu badan sel yang di dalamnya terdapat sitoplasma dan inti sel. Dari badan sel keluar dua macam serabut saraf, yaitu dendrit dan akson (neurit). Setiap neuron hanya mempunyai satu akson dan minimal satu dendrit. Kedua serabut saraf ini berisi plasma sel. Pada bagian luar akson terdapat lapisan lemak disebut mielin yang merupakan kumpulan sel Schwann yang menempel pada akson. Berdasarkan struktur dan fungsinya, sel saraf dapat dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu sel saraf sensorik, sel saraf motorik, dan sel saraf intermediet.1. Sel saraf sensorik berfungsi menghantar impuls dari reseptor ke sistem saraf pusat, yaitu otak (ensefalon) dan sumsum belakang (medula spinalis). Ujung akson dari saraf sensori berhubungan dengan saraf asosiasi (intermediet).1. Sel saraf motorik berfungsi mengirim impuls dari sistem saraf pusat ke otot atau kelenjar yang hasilnya berupa tanggapan tubuh terhadap rangsangan. Badan sel saraf motorik berada di sistem saraf pusat. Dendritnya sangat pendek berhubungan dengan akson saraf asosiasi, sedangkan aksonnya dapat sangat panjang.1. Sel saraf intermediet atau sel saraf asosiasi. Sel ini dapat ditemukan di dalam sistem saraf pusat dan berfungsi menghubungkan sel saraf motorik dengan sel saraf sensorik. Sel saraf intermediet menerima impuls dari reseptor sensori atau sel saraf asosiasi lainnya.

Reseptor sensorik berupa sel-sel khusus atau proses sel yang memberikan informasi tentang kondisi di dalam dan diluar tubuh kepada susunan saraf pusat. Indera peraba dikulit adalah indera yang digunakan untuk merasakan sensitivitas temeperatur, nyeri, sentuhan, tekanan, getaran dan proprioseptif. NosiseptorReseptor nyeri /nosiseptor terletak pada daerah superficial kulit, kapsul sendi, dalam periostes tulang sekitar dinding pembuluh darah. Reseptor nyeri merupakan free nerve ending dengan daerah reseptif yang luas, sebagai hasilnya sering kali sulit membedakan sumber rasa nyeri yang tepat. Nosiseptor sensitif terhadap temperatur yang ekstrim, kerusakan mekanis dan kimia seperti mediator kimia yang dilepaskan sel yang rusak. Rangsangan pada dendrite di nosiseptor menimbulkan depolarisasi, bila segmen akson mencapai batas ambang dan terjadi potensial aksi di susunan saraf pusat. TermoreseptorTemperatur reseptor/termoreseptor merupakan free nerve ending yang terletak pada dermis, otot skeletal, liver, hipotalamus. Reseptor dingin tiga/empat kali lebih banyak daripada reseptor panas. Tidak ada strukur yang membedakan reseptor dingin dan panas. Sensasi temperature diteruskan pada jalur yang sama dengan sensasi nyeri. Termoreseptor merupakan phasic reseptor, aktif bila temperatur berubah, tetapi cepat beradaptasi menjadi temperatur yang stabil. MekanoreseptorMekanoreseptor sangat sensitif terhadap rangsangan yang terjadi pada membran sel. Membran sel memiliki regulasi mekanis ion channel dimana bias terbuka ataupun tertutup bila ada respon terhadap tegangan, tekanan dan yang bias menimbulkan kelainan pada membrane. Terdapat tiga jenis mechanoreseptor antara lain: Tactile reseptor memberikan sensai sentuhan, tekanan dan getaran. Sensasi sentuhan memberikan inforamsi tentang bentuk atau tekstur, dimana tekanan memberikan sensasi derajat kelainan mekanis. Sensasi getaran memberikan sensasi denyutan/ debaran. Baroreseptor untuk mendeteksi adanya perubahan tekanan pada dinding pembuluh darah dan pada tractus digestivus, urinarius dan sistem reproduksi. Proprioseptor untuk memonitor posisi sendi dan otot, hal ini merupakan struktur dan fungsi yang kompleks pada reseptor sensoris. KemoreseptorKemoreseptor tidak mengirim informasi pada korteks primer sensoris, jadi kita tidak tahu adanya sensasi yang diberikan kepada reseptor tersebut. Saat informasi datang lalu diteruskan menuju batang otak yang merupakan pusat otonomik yang mengatur pusat respirasi dan fungsi cardiovascular.

Tata kerja :I. Perasaan subyektif panas dan dingin1. Sediakan 3 waskom yang masing-masing berisi air dengan suhu kira-kira 20o, 30o, dan 40oC2. Masukkan tangan kanan ke dalam air bersuhu 20o dan tangan kanan ke dalam air bersuhu 40oC untuk 2 menit. Catat kesan apa yang saudara alami.3. Kemudian masukkan segera kedua tangan itu serentak ke dalam air bersuhu 30oC. Catat kesan apa yang saudara alami.VII.1. Apakah ada perbedaan perasaan subyektif antara kedua tangan tersebut? Apa sebabnya?Jawaban : Tangan kanan terasa lebih panas dibandingkan dengan tangan kiri, karena perubahan suhu yang diterima oleh kulit.4. Tiup perlahan-lahan kulit punggung tangan yang kering dari jarak 10 cm.5. Basahi sekarang kulit punggung tangan tersebut dengan air dan tiup sekali lagi dengan kecepatan seperti di atas. Bandingkan kesan yang saudara alami hasil tiupan suhu pada sub. 4 dan 5.6. Olesi sebagian kulit punggung tangan dengan alkohol atau eter.VII.2. Apakah ada perbedaan antara ke-3 hasil tindakan pada sub. 4, 5 dan 6? Apa sebabnya?Jawaban : Ada, pada tangan yang di olesi alkohol dingin terasa lebih lama.Hasil praktikum dan pembahasan OP : Putri Adyani (20 tahun)Jenis Kelamin : Perempuan.NOSuhuPerasaan Subjektif

1.20 derajatTangan kanan : Dingin

2.40 derajatTangan kiri : Panas

3.30 derajatTangan kanan : HangatTangan kiri : Semakin hangat

Hal ini terjadi karena pada saat waskom yang berisi air biasa ada pengurangan kalor pada tangan kiri (dari hangat sampai dingin) dan ada penambahan kalor pada tangan kanan (dari dingin sampai hangat). Pada kulit punggung tangan terasa lebih dingin setelah dibasahi dengan alcohol atau eter.II. Titik-titik panas, dingin, tekan dan nyeri di kulit1. Letakkan punggung tangan kanan saudara diatas sehelai kertas dan tarik garis pada pinggir tangan dan jari-jari sehingga terdapat lukisan tangan.2. Pilih dan gambarkan di telapak tangan itu suatu daerah seluas 3 x 3 cm dan gambarkan pula daerah itu di lukisan tangan pada kertas.3. Tutup mata orang percobaan dan letakkan punggung tangan kanannya santai di meja.4. Selidiki secara teratur menurut garis-garis sejajar titik-titik yang memberikan kesan panas yang jelas pada telapak tangan tersebut dengan menggunakan kerucut kekuningan yang telah dipanasi. Cara memanasi kerucut kekuningan yaitu dengan menempatkannya dalam bejana berisi kikiran kuningan yang direndam dalam air panas bersuhu 50oC. Tandai titik-titik panas yang diperoleh dengan tinta.5. Ulangi penyelidikan yang serupa pada sub. 4 dengan kerucut kekuningan yang telah didinginkan. Cara mendinginkan kerucut kekuningan yaitu dengan menempatkannya dalam bejana berisi kikiran kuningan yang direndam dalam air es.6. Selidiki pula menurut cara diatas titik-titik yang memberikan kesan tekan dengan menggunakan estesiometer rambut Frey dan titik-titik yang memberikan kesan nyeri dengan jarum.7. Gambarkan dengan simbol yang berbeda semua titik yang diperoleh pada lukisan tangan di kertas.VII.3. Menurut teori, kesan apakah yang akan diperoleh bila titik dingin dirangsang oleh kedua benda panas? Bagaimana keterangannya?Jawaban : Tidak terdapat reaksi karena pada titik tersebut hanya terdapat reseptor dingin dimana reseptor tersebut bekerja bila diberikan rangsangan dingin.Hasil praktikum dan pembahasanOP : Zulfa Vinanta (20 tahun)Jenis kelamin: Perempuan

Titik kiri atas merasa paling dingin diantara ketiga titik lainnya.Titik kanan bawah merasa paling panas dan ditekan diantara ketiga titik lainnya.III. Lokalisasi taktil1. Tutup mata orang percobaan dan tekankan ujung pensil pada suatu titik di kulit ujung jarinya.2. Suruh sekarang orang percobaan melokalisasi tempat yang baru dirangsang tadi dengan ujung sebuah pensil pula.3. Tetapkan jarak antara titik rangsang dan titik yang ditunjuk.4. Ulangi percobaan ini sampai 5 kali dan tentukan jarak rata-rata untuk kulit ujung jari, telapak tangan, lengan bawah, lengan atas dan tengkuk.VII.4. Apakah kemampuan lokalisasi taktil seseorang sama besarnya untuk seluruh bagian tubuh?Jawaban : Kemampuan lokalisasi taktil pada seluruh bagian tubuh berbeda-beda. Reseptor taktil adalah mekanoreseptor. Reseptor taktil yang berbeda memiliki kepekaan dan kecepatan mengirim impuls yang berbeda pula, seperti pada ujung jari dan bibir yang akan lebih sensitif terhadap rangsangan dibanding telapak tangan, lengan atas dan tengkuk.VII.5. Apakah istilah kemampuan seseorang untuk menentukan tempat rangsang taktil?Jawaban : Lokalisasi taktil/ TPL (Two Point Localization)Hasil praktikum dan pembahasanOP : M. Darmawan (20 tahun)Jenis kelamin: Laki-lakiLokasi Sentuhan KulitHasil yang Didapat

Ujung Jari Sentuhan I = 0 cm Sentuhan II = 0 cm Sentuhan III = 0 cm Sentuhan IV = 0 cm Sentuhan V = 0 cm

Telapak Tangan Sentuhan I = 0 cm Sentuhan II = 0 cm Sentuhan III = 0 cm Sentuhan IV = 0 cm Sentuhan V = 1,5 cm

Lengan Atas Sentuhan I = 1,5 cm Sentuhan II = 2 cm Sentuhan III = 0 cm Sentuhan IV = 0,5 cm Sentuhan V = 1 cm

Lengan Bawah Sentuhan I = 2 cm Sentuhan II = 1 cm Sentuhan III = 0 cm Sentuhan IV = 0 cm Sentuhan V = 1 cm

Tengkuk Sentuhan I = 0 cm Sentuhan II = 2 cm Sentuhan III = 0 cm Sentuhan IV = 2 cm Sentuhan V = 0 cm

Rata-rata hasil :Lokalisasi taktil

Jarak titik di kulit ujung jari = 0 cmJarak titik di telapak tangan = 0,3 cmJarak titik di lengan atas = 1 cmJarak titik di lengan bawah = 0,8 cmJarak titik di tengkuk = 0,8 cm

Dari data yang didapatkan lokalisasi taktil yang dilakukan normal. Hampir semua informasi mengenai sentuhan, tekanan, dan getaran masuk ke korda spinalis melalui akar dorsal saraf spinal yang sesuai.IV. Diskriminasi taktil1. Tentukan secara kasar ambang membedakan dua titik untuk ujung jari dengan menempatkan kedua ujung sebuah jangka secara serentak (simultan) pada kulit ujung jari.2. Dekatkan kedua ujung jangka itu sampai di bawah ambang dab kemudian jauhkan berangsur-angsur sehingga kedua ujung jangka itu tepat dapat dibedakan sebagai 2 titik.VII.6. Bagaimana caranya saudara mengetahui bahwa jarak antara ke 2 ujung jangka dibawah ambang diskriminasi taktil?Jawaban : Ketajaman taktil relatif suatu bagian dapat ditentukan dengan uji ambang diskriminasi 2 titik. Apabila 2 ujung dari jangka tersebut ditempelkan ke permukaan kulit dan merangsang 2 medan reseptif yang berbeda, maka dirasakan 2 titik terpisah. Namun jika kedua ujung jangka tersebut menempel di permukaan kulit dan merangsang medan reseptif yang sama, akan dirasakan sebagai 1 titik. Ambang 2 titik berkisar dari 2mm di ujung jari, dan 48mm di kulit betis yang diskriminasinya paling rendah. 3. Ulangi percobaan ini dari suatu jarak permulaan diatas ambang. Ambil angka ambang terkecil sebagai ambang diskriminasi taktil tempat itu.4. Lakukan percobaan diatas sekali lagi, tetapi sekarang dengan menempatkan kedua ujung jangka secara berturut-turut (suksesif).5. Tentukan dengan cara yang sama (simultan dan suksesif) ambang membedakan dua titik ujung jari, tengkuk, bibir, pipi, dan lidah.6. Berikan sekarang jarak kedua ujung jangka yang sebesar-besarnya yang masih dirasakan oleh kulit pipi depan telinga sebagai satu titik. Dengan jarak ini, gerakan jangka itu dengan ujungnya pada kulit ke arah pipi muka, bibir atas dan bibir bawah. Arah gerakan harus tegak lurus terhadap garis yang menghubungkan kedua ujung jangka.7. Catat apa yang saudara alami.Hasil praktikum dan pembahasanOP : M. Darmawan (20 tahun)Jenis kelamin : Laki-lakiLokasiDiskriminasi Taktil (cm)

Ujung Jari0,6

Bibir1,0

Pipi0,8

Tengkuk0,3

Lidah0,7

Dari data yang didapatkan dari praktikum diskriminasi taktil, apabila kedua titik menyentuh lapangan reseptif yang sama, keduanya akan dirasakan sebagai satu titik. TPL (Two Point Localization) lebih peka pada bagian yang menonjol, seperti bibir, pipi. Jarak tusuk 1 dan 2 tergantung waktu, jadi waktu mempengaruhi sehingga ada penyebaran sensasi.V. Perasaan iringan (After image)1. Letakkan sebuah pensil antara kepala dan daun telingan dan biarkan di tempat selama saudara melakukan percobaan VI.2. Setelah saudara selesai dengan percobaan VI angkatlah pensil dari telingan saudara dan apalah yang saudara rasakan setelah pensil itu diambil?VII.7. Bagaimana mekanisme terjadinya perasaan iringan?Jawaban : Hal ini dapat terjadi karena adanya reseptor fasik yang cepat beradaptasi. Karena cepatnya beradaptasi reseptor yang mencakup reseptor taktil ini, maka titik yang terus menerus diletakkan pensil atau menggunakan jam tangan, akan tidak dirasakan lagi karena sudah terbiasa dan karena adaptasi cepat reseptor ini.Hasil praktikum dan pembahasanOP : M. Darmawan (20 tahun)Jenis kelamin : Laki-lakiOP dapat merasakan adanya pensil saat pensil pertama kali diletakkan di atas daun telinga, namun ketika setelah percobaan VI selesai, OP tidak merasa ada pensil yang sebelumnya diletakkan di daun telinganya. Namun, ketika pensil tersebut diangkat dari daun telinganya, Op merasakan kembali adanya pensil tersebut.Ketika pulpen atau pensil dilepas seperti ada yang hilang karena beratnya sudah konstan atau sudah biasa atau sudah kembali. Adanya adaptasi reseptor terhadap rangsangan benda yang dihasilkan melalui tekanan, getaran dan sifat fisik benda, mengakibatkan kita terbiasa dalam memakai benda tersebut.VI. Daya membedakan berbagai sifat bendaA. Kekasaran permukaan benda1. Dengan mata tertutup suruh orang percobaan meraba-raba permukaan ampelas yang derajat kekasaran yang berbeda-beda2. Perhatikan kemampuan orang percobaan untuk membedakan derajat kekasaran ampelas.Jenis AmpelasPermukaan yang dirasakan

Ampelas 1 Ampelas baruSangat kasar

Ampelas 2 Ampelas baru sedikit dipakaiKasar agak halus

Ampelas 3 Ampelas bekasHalus

B. Bentuk benda1. Dengan mata tertutup suruh orang percobaan memegang-megang benda-benda kecil yang saudara berikan.2. Suruh orang percobaan menyebutkan nama/bentuk benda-benda itu.Dari 3 benda yang diberikan op dapat menyebutkan dan membedakan semua dengan benar. Sehingga dapat disimpulkan kemampuan membedakan bentuk benda pada op normal.C. Bahan pakaian1. Dengan mata tertutup suruh orang percobaan meraba-raba bahan-bahan pakaian yang saudara berikan.2. Suruh orang percobaan setiap kali menyebutkan jenis/bentuk benda-benda itu.VII.8. Bila orang percobaan membuat kesalahan dalam membedakan sifat benda (ukuran, bentuk, berat, permukaan), apa nama kelainan neurologis yang dideritanya?Jawaban : Terjadi lesi pada lobus parietal yang tidak dominan gangguannya disebut agnosia. Jika pasien mempunyai daya visus normal dan tidak dapat mengenali benda disebut agnosia visual. Jika ketidakmampuan seorang pasien mengenali sebuah benda dengan palpasi tanpa adanya gangguan sensorik sebut agnosia taktil.Dari 3 kain yang diberikan op dapat menyebutkan jenis/benda yang diberikan dengan benar. Sehingga dapat disimpulkan kemampuan membedakan pada op normal.Hasil praktikum dan pembahasan OP : M. Darmawan (20 tahun)Jenis kelamin : laki-lakiPercobaanHasil

ADapat membedakan sifat benda

BDapat membedakan benda-benda kecil. Cth : pensil, mistar, penghapus

CDapat menyebutkan jenis dan bentuk bahan yang diberikan penguji

VII. Tafsiran sikap1. Suruh orang percobaan duduk dan tutup mata.2. Pegang dan gerakkan secara pasif lengan bawah orang percobaan ke dekat kepalanya, ke dekat dadanya, ke dekat lututnya dan akhirnya gantungkan di sisi badannya.3. Tanyakan setiap kali sikap dan lokasi lengan orang percobaan.4. Suruh orang percobaan dengan telunjuknya menyentuh telinga, hidung, dan dahinya dengan perlahan-lahan setelah setiap kali mengangkat lurus lengannya.5. Perhatikan apakah ada kesalahan.VII.9. Bila orang percobaan membuat kesalahan dalam melokalisasi tempat-tempat yang diminta, apa nama kelainan neurologis yang dideritanya?Jawaban : Apabila pasien tidak mampu mengenali tubuh pasien sendiri disebut autopagnosia. Jika pasien tidak mampu melakukan suatu gerakan volunter tanpa adanya gangguan dalam kekuatan, sensasi atau koordinasi motorik disebut apraksia, dan jika pasien dapat mendengar dan memahami perintah tetapi tidak dapat mengintegrasikan aktivitas motorik yang akan melakukan gerakan itu disebut dispraksia.Hasil praktikum dan pembahasan Op : M. Darmawan (20 tahun)Jenis kelamin : laki-lakiOP dapat menyebutkan lokalisasi dimana lengannya di dekatkan dan dapat menunjuk dengan tepat dengan telunjukkan bagian-bagian dari kepala yang disebutkan oleh penguji. Sehingga dapat dikatakan bahwa OP memiliki tafsiran sikap yang normal dan bagus.VIII. Waktu reaksi1. Suruh orang percobaan duduk dan meletakkan lengan bawah dan tangan kananya di tepi meja dengan ibu jari dan telunjuk berjarak 1 cm siap menjepit.2. Pemeriksa memegang mistar pengukur waktu reaksi pada titik hitam dengan menempatkan garis tebal diantara dan setinggi ibu jari dan telunjuk orang percobaan tanpa menyentuh jari-jari orang percobaan.3. Dengan tiba-tiba pemeriksa melepaskan mistar tersebut dan orang percobaan harus menangkap selekas-lekasnya. Ulangi percobaan ini sebanyak 5 kali.4. Tetapkan waktu reaksi orang percobaan (rata-rata dari ke 5 hasil yang diperoleh).VII.10. Apa yang menentukan waktu reaksi seseorang?Jawaban : Waktu reaksi seseorang dipengaruhi kecepatan dalam merespon rangsangan dari luar. Pada ujung ujung perifer, neuron aferen memiliki reseptor yang memberitahu SSP mengenai perubahan yang dapat di deteksi atau rangsangan baik dari dunia luar maupun lingkungan dalam dengan membangkitkan potensial aksi sebagai respon terhadap rangsangan.Hasil praktikum dan pembahasanOP : M. Darmawan (20 tahun)Jenis kelamin : laki-lakiPercobaanHasil waktu

10,23

20,22

30,18

40,21

50,18

Rata rata0,204

Dari hasil data yang didapatkan terlihat gerak refleks berjalan sangat cepat dan tanggapan terjadi secara otomatis terhadap rangsangan, tanpa memerlukan kontrol dari otak. Jadi dapat dikatakan gerakan terjadi tanpa dipengaruhi kehendak atau tanpa disadari terlebih dahulu. PENGLIHATAN II

1. Pemeriksaan Luas Lapang Pandang (Perimeter)Tujuan PraktikumPada akhir latihan ini, mahasiswa harus dapat:1. Menimbulkan peristiwa fosfen tekan dan menyebutkan hukum serta fenomena yang berhubungan dengan peristiwa tersebut2. Memeriksa luas lapangan pandang untuk beberapa macam warna dengan menggunakan perimeter.3. Menimbulkan peristiwa diplopia dan menerangkan mekanismenya.4. Memeriksa refleks pupil langsung dan tidak langsung (konsensui) dengan refleks pupil pada akomodasi5. Menyatakan adanya bintik buta dengan menggambarkan proyeksinya di kertas.6. Melihat gerakan eritrosit retina sendiri.Alat yang diperlukan1. Perimeter + Formulir2. Lampu senter + Kaca biru atau kaca ungu

Teori DasarLapang pandang masing-masing mata adalah area yang dapat dilihat oleh sebuah mata pada suatu jarak tertentu. Dibagi menjadi bagian nasal (medial) dan bagian temporal (lateral). Proses pemetaan lapang pandang disebut perimetri, dengan menggunakan alat yang disebut perimeter. Perimetri dilakukan dengan menutup satu mata, dengan mata lain melihat pada suatu titik sentral di depan matanya. Kemudian suatu bintik kecil cahaya atau benda kecil digerakkan ke arah titik sentral ini di seluruh lapangan pandang, ke arah nasal dan lateral serta ke atas dan ke bawah, dan orang yang diperiksa memberitahu jika bintik cahaya atau benda tersebut sudah terlihat dan bila tidak terlihat. Pada saat yang sama, dibuat peta lapang pandang mata yang diperiksa, yang menunjukkan area orang tersebut dapat atau tidak dapat melihat target. Dengan memperhatikan lokasi dimana target tidak terlihat dan menjadi terlihat lagi, bintik buta juga dapat dipetakan. Di bagian lapangan pandang yang ditempati diskus optikus terdapat sebuah titik buta (blind spot). Titik buta di bagian lain lapangan pandang disebut skotoma. Pada retinitis pigmentosa, bagian-bagian retina mengalami degenerasi dan terjadi pengendapan berlebihan pigmen melanin di bagian-bagian ini. proses biasanya berawal di retina perifer dan kemudian meluas kearah tengah.Salah satu kegunaan perimetri yang penting adalah untuk mengetahui lokalisasi lesi di jaras saraf penglihatan. Lesi pada saraf optik, kiasma optikum, traktus optikus, dan radiasio optika menimbulkan pola daerah kebutaan lapang pandang yang berbeda. Kerusakan pada saraf optik menimbulkan kebutaan pada mata tersebut. Kerusakan kiasma optikum menghambat penjalaran impuls pada kedua retina bagian nasal yang berfungsi untuk melihat lapang pandang bagian temporal. Gangguan pada traktus optikus memutuskan persarafan separuh bagian tiap retina pada sisi yang sama dengan lesi. Akibatnya, kedua mata tidak dapat melihat objek pada sisi yang berlawanan. Keadaan ini disebut hemianopsia homonim. Kerusakan pada radiasio optika atau pada korteks penglihatan juga akan menyebabkan hemianopsia homonim.

Tata Kerja1. Suruh o.p. duduk membelakangi cahaya menghadap alat perimeter.2. Tutup mata o.p. dengan sapu tangan.3. Letakan dagu o.p. ditempat sandaran dagu yang dapat diatur tingginya, sehingga tepi bawah mata kanannya terletak setinggi bagian tas batang vertikal sandaran dagu.4. Pasang formulir untuk mata kanan disebelah belakang piringan perimeter. Sebagai berikut: a. Putar busur perimeter sehingga letaknya horizontal dan penjepit berada dibagian atas perimeter.b. Jepit formulir tersebut pada piringan sehingga garis 180-0 formulir letaknya berimpit dengan garis 0-180 piringan perimeter, dan lingkaran konsentris formulir letaknya skala perimeter5. Suruh o.p. memusatkan penglihatannya pada titik fiksasi ditengah perimeter. Selama pemeriksaan, penglihatan op harus tetap dipusatkan pada titik fiksasi tersebut.6. Gunakan benda yang dapat digeser pada busur perimeter untuk pemeriksaan luas lapang pandang. Pilih bulatan berwarna putih dengan diameter sedang ( 5mm) pada benda tersebut. P-VI 3.3 Bagaimana caranya memilih warna dan mengatur diameter bulatan? dalam busur perimetri, sudah tersedia bulatan dengan beberapa ukuran diameter bulatan. Setiap bulatan terdiri dari beberapa warna berbeda, yaitu putih, merah, biru, kuning dan hijau. Kita hanya tinggal mencari diameter yang sesuai dan memutar warna sesuai yang kita inginkan. Dalam praktikum kali ini, kita menggunakan diameter sedang ( 5 mm) selanjutnya kita pilih warna, dengan cara memutar bulatan sampai menemukan warna yang sesuai. Sebagai contoh, kita ingin melalukan tes lapang pandang untuk mata kanan dengan warna merah. Maka kita putar bulatan tersebut hingga tampak warna merah pada bulatan. 7. Gunakan perlahan bulatan putih itu menyusuri busur di tepi kiri o.p. ketengah tepat saat o.p. melihat bulatan putih tersebut penggeseran benda dihentikan.8. Baca tempat penghentian itu pada busur dan catat pada formulir dengan tepat.P-VI 3.4 Bagaimana caranya mencatat tempat itu pada formulir? dalam busur perimetri sudah dilengkapi oleh ukuran derajat yang sesuai. Sehingga saat O.P. sudah tidak bisa melihat lagi warna pada bulatan, maka dititik itulah kita membaca sampai di derajat berapakah lapang pandang matanya, kemudian pindahkan kedalam tabel.9. Ulangi tindakan no 7 dan 8 pada sisi busur yang berlawanan tanpa mengubah posisi busur.10. Ulangi tindakan no 7, 8 dan 9 setelah busur tiap kali diputar 30 sesuai arah jarum dari pemeriksa, sampai posisi busur vertikal.11. Kembalikan busur pada posisi horizontal seperti semula, pada posisi ini tidak perlu dilakukan pencatatan lagi.12. Ulangi tindakan no 7, 8 dan 9 setelah busur tiap kali diputar 30 sesuai arah jarum dari pemeriksa, sampai tercapai posisi busur 60 dari bidang horizontal.13. Periksa juga lapang o.p. untuk berbagai warna lain : Merah, Hijau, Kuning dan Biru seperti cara diatas.14. Lakukan juga pemeriksaan lapang pandang untuk mata kiri hanya dengan bulatan berwarna putih.P-VI.3.5 Apa kriteria lapang pandang yang normal untuk cahaya putih dan berwarna? pada pemeriksaan lapang pandang, kita menentukan batas perifer dari penglihatan, yaitu bats sampai dimana benda dapat dilihat jika mata difiksasi pada satu titik. Lapang pandang normal adalah memiliki bentuk tertentu, dan tidak sama kesemua arah.Ada 4 fotopigmen berbeda, 1 di sel batang dan masing masing di 3 sel kerucut rodopsin. Fotopigmen menyerap semua panjang gelombang cahaya, oleh karena itu sel batang hanya mendeteksi perbedaan intensitas, memberi bayangan abu-abu. Tanpa mendekripsikan perbedaan warna. Sedangkan foto pigmen diketiga jenis sel kerucut-kerucut merah, hijau, biru berespon selektif terhadap berbagai gelombang cahaya, sel kerucut inilah yang menyebabkan kita dapat membedakan berbagai warna.

Lapangan Pandang Normal

Temporal85o

Temporal Bawah85o

Bawah65o

Nasal Bawah50o

Nasal60o

Nasal Atas55o

Atas45o

Temporal Atas55o

Total500o

Hasil Praktikum

OP: M. Fathan (20 tahun)Hasil Mata kiri: (warna putih)

SudutMata KananMata Kiri

1806050

1504750

1204740

904040

2105055

2404045

Hasil Mata kananSudut PutihMerahHijauKuningBiru

Kanan Kiri Kanan Kiri Kanan Kiri Kanan Kiri Kanan Kiri

18050606555555550505350

15060456555605560605555

12050406545604560456040

9035405045454540403540

210--5555635055505050

240--6055504545505055

Pembahasan Dari hasil percobaan yang dilakukan, didapatkan nilai lapangan pandang pada meridian tertentu lebih rendah dari nilai normalnya. Namun beberapa meridian memiliki nilai lapangan pandang yang normal. Secara keseluruhan, diketahui bahwa total kumulatif luas lapangan pandang pada o.p. lebih rendah dari nilai normal. Kemungkinan hal ini disebabkan karena ada kesalahan selama proses percobaan, seperti misalnya posisi derajat busur yang kurang akurat atau karena bulatan putih yang warnanya sudah agak kusam (sehingga lebih sulit terlihat).

KesimpulanLapang pandang terjauh adalah ketika melihat bulatan berwana merah, hijau dan biru hal ini dikarenakan fotopigmen di ketiga sel kerucut merah, biru, hijau berespon selektif terhadap berbagai panjang gelombang cahaya.

PENDENGARAN DAN KESEIMBANGANVI.4.1. PENDENGARANTujuan PraktikumPada akhir latihan ini, mahasiswa harus dapat: 1. Mengukur ketajaman pendengaran dengan menggunakan audiometri (pemeriksaan audiometri).2. Membuat kesimpulan mengenai hearing loss dari hasil pemeriksaan audiometri sehingga dapat menetapkan apakah pendengaran orang percobaan dalam batas-batas normal atau tidak.Alat-alat yang diperlukan :1. Audiometer merek ADC. Lengkap dengan telepon telinga dan formulir.2. Penala berfrekuensi 256:3. Kapas untuk menyumbat telinga.

AUDIOMETERKeterangan teknis mengenai audiometer.P.VI. 4. 1 Apa guna audiometer dan bagaimana cara kerjanya? Audiometer adalah sebuah alat yang digunakan untuk mengetahui level pendengaran seseorang. Dengan bantuan sebuah alat yang disebut dengan audiometer, maka derajat ketajaman pendengaran seseorang dapat dinilai. Tes audiometri diperlukan bagi seseorang yang merasa memiliki gangguan pendengeran atau seseorang yag akan bekerja pada suatu bidang yang memerlukan ketajaman pendengaran. Untuk mendapatkan tingkat pendengaran dengan cara merekam respon dari pasien setelah memberikan pasien tersebut rangsangan auditory dengan berbagai intensitas level.

Pada bagian muka audiometer ADC terdapat berbagai tombol dan skala (lihat gambar) yang berungsi sebagai berikut :Tombol1 (T) : tombol utama (gunanya untuk menghidupkan atau mematikan ala1).Tombol2 (T2) : tombol frekuensi nadaDengan menggunakan T2 ini kita memilih frekuensi nada yang dapat dibangkitkan oleh ala1. Frekuensi tersebut dapat dibaca pada skala (82) yang dinyatakan dalam satuan hertz.

P-VIA. 2 Apa yang dimaksud dengan frekuensi hertz? hertz merupakan satuan frekuensi yang menandakan banyakanya suatu gelombang dalam 1 detik.

Tombol 3 (T3) : tombol kekuatan nada.Dengan tombol ini kita dapat mengatur kekuatan nada, kekuatan nada dapat dibaca pada skala (5) yang dinyatakan dalam decibel.

P-VI.3 Apa yang dimaksud dengan satuan decibel? Desibel (dB) adalah satuan untuk mengukur intensitas suara. Satu desibel ekuvalen dengan sepersepuluh Bel. Huruf "B" pada dB ditulis dengan huruf besar karena merupakan bagian dari nama penemunya, yaitu Bell.Desibel juga merupakan sebuah unit logaritmis untuk mendeskripsikan suatu rasio. Rasio tersebut dapat berupa daya (power), tekanan suara (sound pressure), tegangan atau voltasi (voltage), intensitas (intencity), atau hal-hal lainnya. Terkadang. dB juga dapat dihubungkan dengan Phon dan Sone (satuan yang berhubungan dengan kekerasan suara).

Tombol4 (T4) : tombol pemilih telepon telinga bila tombol ini menunjukan ke B, berarti nada yang dihantarkan ketelepon berwarnahitam (black). Bila tombol menunjukan ke G yang bekerja hanya telepon kalbu (Grey).Tombol 5 (T5) : tombol penghubung nada. Dengan memutar tombol ini kekiri, nada akan terdengar ditelepon bila tombol dilepas, nada tidak terdengar lagi.

P-VIA. Apa yang dimaksud pemutus nada pemeriksaan? maksud pemutusan nada pada pemeriksaan adalah melepas tombol sehingga nada tidak terdengar lagi untuk menguji apakah o.p benar-benar mendengar atau hanya pura-pura mendengar.

Tata Kerja1. Pemeriksaan menyiapkan alat sebagai berikut:a. putar tombol utama (T1) pada Off.b. putar tombol frekuensi nada (T2) pada 125.c. putar tombol kekuatan nada (T3) pada -10dp.P-VIA. 5 Apa arti fisikologis intensitas 0 dp pada alat ? 0 db sama dengan tingkat tekanan yang mengakibatkan gerakan molekul udara dalam keadaan udara diam, yang hanya dapat terdeteksi dengan menggunakan instrumen fisika, dan tidak akan terdengar oleh telinga manusia. Oleh karena itu, di dalam audiologi ditetapkan tingkat 0 yang berbeda, yang disebut 0 dB klinis atau 0 audiometrik. Nol inilah yang tertera dalam audiogram, yang merupakan grafik tingkat ketunarunguan. Nol audiometrik adalah tingkat intensitas bunyi terendah yang dapat terdeteksi oleh telinga orang rata-rata dengan telinga yang sehat pada frekuensi 1000 Hz.

2. Hubungan audiometer dengan sumbu listrik (125V) dan putar T1 ke ON, 51 dan 52 akan menyala, bila tidak demikian halnya laporkan pada supervisior.3. Suruhlah orang percobaan duduk membelakangi audiometer dan pasanglah telepon pada telinganya sehingga telepon Black ditelinga kiri.4. Berikan petunjuk pada orang percobaan untuk mengacungkan tangannya ke atas pada saat mulai dan selama ia mendengar nada melalui salah satu telepon, dan menurunkan tangannya pada saat nada mulai tidak terdengar lagi.5. Tunggulah 2 menit lagi untuk memanaskan alat.6. Putarlah T5 ke kiri dan pertahankanlah selama pemeriksaan.7. Putarlah tombol kekuatan T3 perlahan-lahan searah dengan jarum jam sampai orang percobaan mengacungkan tangannya keatas.8. Teruskanlah memutarkan tombol tersebut sebesar 10 db dan kemudian putarlah tombol T3 tersebut perlahan-lahan berlawanan dengan jarum jam sampai orang percobaan menurunkan tangannya. Catatlah angka db pada saat itu.9. Ulangilah tindakan 7 dan 8 dua kali lagi dan ambillah angka terkecil sebagai hearing loss orang percobaan pada frequency 125 Hz.10. Selama percobaan ini lepaskanlah sekali-kali T5 pada waktu orang percobaan mengacungkan tangannya untuk menguji apakah orang percobaan benar-benar mendengar nada atau hanya pura-pura mendengar.11. Ukurlah, hearing loss untuk telinga yang sama dengan cara yang sama pula pada requency 250,500,1000,2000,4000,8000,12000 Hz dan catatlah data hasil pengukuran pada formulir yang telah disediakan.12. Ulangi seluruh pengukuran ini untuk telinga yang lain.13. Buatlah audiogram orang percobaan pada formulir yang telah disediakan dengan data yang diperoleh pada pengukuran

Hasil Percobaan dan PembahasanOP. Zulfa Vinanta (20 tahun)

Skema di atas dapat disimpulkan bahwa pemeriksaan tidak adekuat dikarenakan hasil dari pengukuran percobaan dengan alat audiometri dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah: faktor alat (kondisi dan kualitas baik atau tidak), faktor ruangan yang tidak kedap suara, faktor kemampuan konsentrasi/memusatkan pikiran o.p (sebaiknya konsentrasi o.p tidak terganggu dengan kondisi suara sekitar dan fokus pada pemeriksaan), dan faktor hantaran (udara dan tulang). Tetapi o.p memiliki kemampuan pendengaran dalam batas normal yang tercatat dalam bentuk angka terkecil (ambang) suara yang masih dapat didengar dalam setiap frekuensi suara yang berbeda.

Kesimpulan Berdasarkan hasil pemeriksaan menggunakan audiogram o.p dinyatakan normal. Semakin tinggi frekuensi suara maka intensitas yang dapat didengar semakin rendah.

SIKAP DAN KESEIMBANGAN BADANTujuan :Pada akhir latihan ini mahasiswa harus dapat :1. Mendemonstrasikan kepentingan kedudukan kepala dan mata dalam mempertahankan keseimbangan badan pada manusia2. Mendemonstrasikan dan menerangkan pengaruh percepatan sudut :a. Dengan kursi barany terhadap : Gerakan bola mata Tes penyimpangan penunjukkan Tes jatuh (sensasi)b. Dengan berjalan mengelilingi statifTeori DasarKeseimbangan merupakan interaksi yang kompleks dari integrasi/interaksi sistem sensorik (vestibular, visual, dan somatosensorik termasuk proprioceptor) dan muskuloskeletal (otot, sendi, dan jaringan lunak lain) yang diatur dalam otak sebagai respon terhadap perubahan kondisi internaldan eksternal. Dipengaruhi juga oleh faktor lain seperti, usia, motivasi, kognisi, lingkungan,kelelahan, pengaruh obat dan pengalaman terdahulu.Fisiologi KeseimbanganTujuan dari tubuh mempertahankan keseimbangan adalah: menyanggah tubuh melawan gravitasi dan faktor eksternal lain, untuk mempertahankan pusat massa tubuh agar seimbang dengan bidang tumpu, serta menstabilisasi bagian tubuhketika bagian tubuh lain bergerak. Komponen-komponen pengontrol keseimbangan adalah : Sistem informasi sensorisPenglihatan muncul ketika mata menerima sinar yang berasal dari obyek sesuai jarak pandang. Dengan informasi visual, maka tubuh dapat menyesuaikan atau bereaksi terhadap perubahan bidang pada lingkungan aktivitas sehingga memberikan kerja otot yang sinergis untuk mempertahankan keseimbangan tubuh. Sistem vestibularReseptor sensoris vestibular berada di dalam telinga. Reseptor pada sistem vestibular meliputi canalis semisirkularis, utrikulus, serta sakulus. Reseptor dari sistem sensoris ini disebut dengan sistem labyrinth. Sistem labyrinth mendeteksi perubahan posisi kepala dan percepatan perubahan sudut. Beberapa stimulus tidak menuju nukleus vestibular tetapi ke serebelum, formatio retikularis, thalamus dan korteks serebri.

Respon otot-otot postural yang sinergis (postural muscles response synergies)Respon otot-otot postural yang sinergis mengarah pada waktu dan jarak dari aktivitas kelompok otot yang diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan dan kontrol postur. Beberapa kelompok otot baik pada ekstremitas atas maupun bawah berfungsi mempertahankan postur saat berdiri tegak serta mengatur keseimbangan tubuh dalam berbagai gerakan.

Kekuatan otot (muscle Strength)Kekuatan otot umumnya diperlukan dalam melakukan aktivitas. Semua gerakan yang dihasilkan merupakan hasil dari adanya peningkatan tegangan otot sebagai respon motorik. Kekuatan otot dapat digambarkan sebagai kemampuan otot menahan beban baik berupa bebaneksternal (eksternal force) maupun beban internal (internal force). Kekuatan otot sangat berhubungan dengan sistem neuromuskuler yaitu seberapa besar kemampuan sistem saraf mengaktifasi otot untuk melakukan kontraksi. Faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan1) Pusat gravitasi (Center of Gravity-COG). Pusat gravitasi adalah titik utama pada tubuh yang akan mendistribusikanmassa tubuh secara merata. Bila tubuh selalu ditopang oleh titik ini, maka tubuh dalamkeadaan seimbang. Pada manusia, pusat gravitasi berpindah sesuai dengan arah atau perubahan berat. Derajat stabilitas tubuh dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu : ketinggian dari titik pusat gravitasi dengan bidang tumpu, ukuran bidang tumpu, lokasi garis gravitasi dengan bidangtumpu, serta berat badan.2) Garis gravitasi (Line of Gravity-LOG). Garis gravitasi merupakan garis imajiner yang berada vertikal melalui pusat gravitasi dengan pusat bumi. Hubungan antara garis gravitasi, pusat gravitasi dengan bidang tumpu adalah menentukan derajat stabilitas tubuh.

3) Bidang tumpu (Base of Support-BOS). Bidang tumpu merupakan bagian dari tubuh yang berhubungan dengan permukaan tumpuan.Ketika garis gravitasi tepat berada di bidang tumpu, tubuh dalam keadaan seimbang. Stabilitas yang baik terbentuk dari luasnya area bidang tumpu. Semakin besar bidang tumpu, semakin tinggi stabilitas.

I. Percobaan sikap pada manusiaPengaruh kedudukan kepala dan mata yang normal terhadap keseimbangan badan :1. Suruhlah orang percobaan berjalan mengikuti suatu garis lurus di lantai dengan mata terbuka dan kepala serta badan sikap yang biasa. Perhatikan jalannya dan tanyakan apakah ia mengalami kesukaran dalam mengikuti garis lurus tersebut?2. Ulangi percobaan di atas (no.1) dengan mata tertutup.3. Ulangi percobaan di atas (no.1 dan 2) dengan : Kepala dimiringkan dengan kuat ke kiri Kepala dimiringkan dengan kuat ke kananPVI. 4.8. Bagaimana pengaruh sikap kepala dan mata terhadap keseimbangan badan?Sikap OP : Pria DindaHasil

Berjalan mengikuti garis lurus dengan mata terbuka sikap biasaDapat berjalan lurus dengan baik

Berjalan mengikuti garis lurus dengan mata tertutup sikap biasaDapat berjalan lurus namun agak miring pada akhirnya

Berjalan mengikuti garis lurus dengan kepala miring ke kiri mata terbukaBerjalan miring ke kiri

Berjalan mengikuti garis lurus dengan kepala miring ke kanan mata terbukaBerjalan miring ke kanan

Hal diatas terjadi dikarenakan proses keseimbangan dalam berjalan juga dipengaruhi oleh visualisasi atau pengelihatan. Mata akan membantu agar tetap fokus pada titik utama untuk mempertahankan keseimbangan, dan sebagai monitor tubuh selama melakukan gerak statik atau dinamik.

II. Percobaan keseimbangan pada manusiaAlat yang diperlukan :1. Kursi Barany2. Tongkat/statif yang panjang

A. Percobaan dengan kursi Barany 1.Nistagmusa. Suruh orang percobaan duduk tegak di kursi Barany dengan kedua tangannya memegang erat tangan kursi.b. Tutup kedua matanya dengan sapu tangan dan tundukkan kepala op 30o ke depan.P.VIA.9 Apa yang dimaksud tindakan penundukan kepala op 30o ke depan?Jawaban : Untuk meneliti hubungan antara aparatus vestibularis yang memberi informasi esensial bagi sensasi keseimbangan terhadap koordinasi gerakan kepala, leher, gerakan mata dan postur tubuh.c. Putarlah kursi ke kanan 20 kali dalam 20 detik secara teratur dan tanpa sentakan.d. Hentikan pemutar kursi dengan tiba-tiba.e. Bukalah sapu tangan dan suruhlah op melihat jauh ke depan.f. Perhatikan adanya Nistagmus. Tetapkanlah arah komponen lambat dan cepat nistagmus tersebut.P.VIA.10 Apa yang dimaksud Rotatory Nistagmus dan Postrotatory nystagmus?Jawaban = Rotatory Nistagmus : Gerakan involunter bola mata sesuai gerak rotasi dari axis.Postrotatory Nistagmus: Apabila seseorang sedang berputar dan secara tiba-tiba dihentikan, dimana fase cepat dari nistagmus berlawanan arah dari gerakan rotasi sebelumnya.Hasil praktikum dan pembahasanOP : Rizka Metya (20 tahun)Jenis kelamin : Perempuan

NOKanalis SemisirkularisNistagmusFalling

1.Horizontal( + ) kiri - kananKanan

2.Anterior-Kiri

3. Posterior( + ) Atas - BawahBelakang

B. Tes Penyimpangan Penunjukkan (Pas Pointing Test of Barany)1. Suruh op duduk tegak di kursi Barany dan tutuplah kedua matanya dengan sapu tangan.2. Periksa sendiri tepat di muka kursi Barany sambil mengulurkan angan ke arah op.3. Suruhlah op menjulurkan lengan kananya ke depan sehingga dapat menyentuh jari tangan pemeriksa yang telah diulurkan sebelumnya.4. Suruhlah op mengangkat lengan kanannya ke atas dan kemudian dengan cepat menurunkan kembali sehingga dapat menyentuh jari pemeriksa lagi. Tindakan no 1-4 merupakan persiapan untuk tes berikut :5. Suruhlah sekarang op dengan kedua tangannya memegang erat tangan kursi.6. Putarlah kursi ke kanan 10 kali dalam 20 detik secara teratur tanpa sentakan.Hasil praktikum dan pembahasanOP : Putri Mutiara (20 tahun)Jenis Kelamin : perempuanNistagmusFalling

( + ) Kiri Pemeriksa

C. Kesan sensasi1. Gunakan orang percobaan yang lain.2. Suruh op duduk di kursi Barany dan tutuplah kedua matanya dengan sapu tangan.3. Putarlah kursi Barany tersebut ke kanan dengan kecepatan yang berangsur-angsur bertambah dan kemudian kurangilah kecepatan putarannya secara berangsur-angsur pula sampai berhenti.4. Tanyakan kepada op arah perasaan berputar.5. Berikan keterangan tentang mekanisme terjadinya arah perasaan berputar yang dirasakan oleh op.Hasil praktikum dan pembahasanOP : Pria Dinda (20 tahun)Jenis Kelamin : laki-lakiNOWaktu PutaranKesan Sensasi yang di rasakan OP

1.Sewaktu kecepatan putar masih bertambahOP merasa di putar ke arah kanan

2.Sewaktu kecepatan putaran menetapOP merasa di putar ke arah kanan

3.Sewaktu kecepatan di kurangiOP tidak tahu di putar kearah mana

4.Segera setelah kursi di hentikanOP merasa di putar ke arah kiri

Mekanisme terjadinya arah perasaan berputar yang dirasakan o.p :Saat kursi mulai diputar ke kanan, endolimfe akan berputar ke arah sebaliknya, yaitu ke kiri. Akibatnya, kupula akan bergerak ke kiri dan o.p akan merasa berputar ke kiri. Kemudian, kupula akan bergerak ke kanan searah dengan putaran kursi sehingga o.p akan merasa bergerak ke kanan. Saat kecepatan mulai konstan, kupula dalam posisi tegak sehingga o.p akan merasa tidak berputar. Saat kursi dihentikan, kupula akan bergerak ke arah sebaliknya, yaitu ke kanan, sehingga o.p akan merasa berputar ke kanan. Namun, pada praktikum o.p masih merasa berputar ke kanan saat kecepatan sudah konstan dan o.p tidak merasa berputar ke kanan saat kursi dihentikan. Hal ini mungkin disebabkan oleh persepsi keseimbangan o.p yang baik. D. Percobaan sederhana untuk canalis semisirkularis horizontalis1. Suruhlah op dengan mata tertutup dan kepala ditundukkan 30o, berputar sambil berpegangan pada tongkat atau statif, menurut arah jarum jam, sebnayak 10 kali dalam 30 detik.2. Suruhlah op berhenti, kemudian membuka matanya dan berjalan lurus ke muka.3. Perhatikan apa yang terjadi.4. Ulangi percobaan ini dengan berputar menurut arah yang berlawanan dengan arah jarum jam.P.VIA. 11. a. Apa yang saudara harapkan terjadi pada op ketika berjalan lurus ke muka setelah berputar 10 kali searah dengan jarum jam?Jawaban : o.p seharusnya berjalan sempoyongan atau tidak lurus garis.b. Bagaimana keterangannya?Jawaban : Jadi, yang berperan dalam mendeteksi gerakan akselerasi kepala yang sedang rotasi adalah canalis semisirkularis. Di dalam kanalis sirkularis terdapat sel sel rambut reseptif di ampula dan terbenam dalam lapisan gelatinosa diatasnya yaitu kupula dan terdapat endolimfe. Apabila terjadi rotasi pada kepala, maka endolimfe di dalam kanalis semisirkularis ini akan ikut bergerak berlawanan arah dan akan terus bergerak sampai nantinya gerakan kepala terhenti, sel-sel rambut ini pula akan berhenti.Hasil praktikum dan pembahasanOP : Pria Dinda (20 tahun)Jenis kelamin : Laki-lakiNOArah PutaranFalling

1.Searah jarum JamKiri

2. Berlawanan arah jarum jamKiri

Kesimpulan Aparatus vestibularis terdiri dari kanalis semisirkularis dan organ otolit (utrikulus dan sakulus). Berfungsi untuk mendeteksi perubahan posisi dan gerakan kepala. Kanalis semisirkularis mendeteksi akselarasi atau deselarasi anguler atau rotasional kepala. Akselarasi atau deselarasi selama rotasi kepala ke segala arah menyebabkan pergerakan endolimfe yang awalnya tidak ikut bergerak sesuai arah rotasi kepala karena inersia. Apabila gerakan kepala berlanjut dalam arah dan kecepatan yang sama, endolimfe akan menyusul dan bergerak bersama dengan kepala sehingga rambut-rambut kembali ke posisi tegak. Ketika kepala berhenti, keadaan sebaliknya terjadi. Endolimfe secara singkat melanjutkan diri bergerak searah dengan rotasi kepala sementara kepala melambat untuk berhenti. Ketika seseorang berada dalam posisi tegak, rambut-rambut pada utrikulus berorientasi secara vertikal dan rambut-rambut sakulus berjajar secara horizontal.

DAFTAR PUSTAKA Buku Penuntun Praktikum Mahasiswa Blok Panca Indera. 2012. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi. Ganong,.W.F. (2008), Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 22. Jakarta: EGC. Sherwood, Lauralee. (2004). Fisiologi Manusia dari sel ke sistem Edisi 2. Jakarta. EGC. Sloane, Ethel. (2004). Anatomi dan Fisiologi. Jakarta. EGC Frotscher M, Baehr M. Batang Otak-Gangguan Pendengaran. Dalam: Diagnosis Topik Neurologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2007. hal. 162-3.

18