Laporan Penabletan Dan Evaluasi Tablet

37
LAPORAN PRAKTIKUM FORMULASI TABLET PERCOBAAN III DAN PERCOBAAN IV PENABLETAN DAN EVALUASI TABLET Disusun oleh : Anis Pratiwi (1343050045) Yuyun Turisina (1343050092) Mita Wulandari (1343050097) Siska Fadilla Cahyani (1343050106) Grup F / Kelompok 1 LABORATORIUM FORMULASI TABLET FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 JAKARTA 2016

description

laporan penabletan dan evaluasi tablet

Transcript of Laporan Penabletan Dan Evaluasi Tablet

LAPORAN PRAKTIKUM FORMULASI TABLET

PERCOBAAN III DAN PERCOBAAN IV

PENABLETAN DAN EVALUASI TABLET

Disusun oleh :

Anis Pratiwi (1343050045)

Yuyun Turisina (1343050092)

Mita Wulandari (1343050097)

Siska Fadilla Cahyani (1343050106)

Grup F / Kelompok 1

LABORATORIUM FORMULASI TABLET FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 JAKARTA

2016

PERCOBAAN III

PENABLETAN

I. TUJUAN

a. Memahami cara penabletan.

b. Mengetahui cara pengaturan mesin tablet untuk mendapatkan bobot dan

kekerasan tertentu.

c. Mencoba membuat tablet.

II. TEORI

Tablet adalah suatu sediaan padat baik yang mengandung maupun tidak

mengandung bahan-bahan tambahan seperti lubricant, disintegrant, diluents atau zat

pengisi, dan zat-zat tambahan yang lainnya. Ada beberapa macam tablet berdasarkan

proses pengerjaannya, yaitu: Tablet dengan Proses Granulasi Basah (Wet Granulation),

Tablet dengan proses Granulasi Kering (Dry Granulation) dan juga dengan Direct

Compress ( Kempa Langsung). Seluruh macam tablet tersebut memiliki karakteristik

tersendiri. Dan juga memiliki syarat-syarat tersendiri dalam pembuatannya..

Suatu tablet dikatakan memenuhi kriteria sebagai berikut :

1. Harus mengadung zat aktif dan non aktif yang memenuhi persyaratan

2. Harus mengandung zat aktif yang homogen dan stabil

3. Keadaan fisik harus cukup kuat terhadap gangguan fisik/mekanik

4. Keseragaman bobot dan penampilan harus memenuhi persyaratan

5. Waktu hancur dan laju disolusi harus memenuhi persyaratan

6. Harus stabil terhadap udara dan suhu lingkungan

7. Bebas dari kerusakan fisik

8. Stabilias kimiawi dan fisik cukup lama selama penyimpanan

9. Zat aktif harus dapat dilepaskan secara homogen dalam waktu tertentu

10. Tablet memenuhi persyaratan farmakope yang berlaku

Sediaan tablet harus dibuat melalui tiga macam metoda, yaitu granulasi basah,

granulasi kering, dan kempa langsung. Pemilihan metode sediaan tablet disesuaikan

dengan karakteristik zat aktif yang akan dibuat tablet. Berikut macam-macam metode

pembuatan tablet :

a. Granulasi Basah, yaitu memproses campuran partikel zat aktif dan eksipien menjadi

partikel yang lebih besar dengan menambahkan cairan pengikat dalam jumlah yang

tepat sehingga terjadi massa lembab yang dapat digranulasi.

Metode ini membentuk granul dengan cara mengikat serbuk dengan suatu perekat

sebagai pengganti pengompakan. Teknik ini membutuhkan larutan, suspensi atau

bubur yang mengandung pengikat yang biasanya ditambahkan ke campuran serbuk

atau dapat juga bahan tersebut dimasukkan kering ke dalam campuran serbuk dan

cairan dimasukkan terpisah.

Berikut keuntungan dan kerugian granulasi basah :

Keuntungan :

1. Memperoleh aliran yang baik

2. Meningkatkan kompresibilitas

3. Untuk mendapatkan berat jenis yang sesuai

4. Mengontrol pelepasan

5. Mencegah pemisahan komponen campuran selama proses

6. Distribusi keseragaman kandungan

7. Meningkatkan kecepatan disolusi

Kerugian :

1. Banyak tahap dalam proses produksi yang harus divalidasi

2. Biaya cukup tinggi

3. Zat aktif yang sensitif terhadap lembab dan panas tidak dapat dikerjakan

dengan cara ini. Untuk zat termolabil dilakukan dengan pelarut air.

b. Granulasi kering, disebut juga slugging, yaitu memproses partikel zat aktif dan

eksipien dengan mengempa campuran bahan kering menjadi massa padat yang

selanjutnya dipecah lagi untuk menghasilkan partikel yang tanpa bantuan bahan

pengikat dan pelarut, ikatannya didapat melalui gaya. Teknik ini yang cukup baik,

digunakan untuk zat aktif yang memiliki dosis efektif yang terlalu tinggi untuk

dikempa langsung atau zat aktif yang sensitif terhadap pemanasan dan kelembaban.

Metode ini digunakan dalam kondisi-kondisi sebagai berikut :

1. Kandungan zat aktif dalam tablet tinggi

2. Zat aktif susah mengalir

3. Zat aktif sensitif terhadap panas dan lembab.

Keuntungan cara granulasi kering adalah :

1. Peralatan lebih sedikit karena tidak menggunakan larutan pengikat, mesin

pengaduk berat dan pengeringan yang memakan waktu.

2. Baik untuk zat aktif yang sensitif terhadap panas dan lembab

3. Mempercepat waktu hancur karena tidak terikat oleh pengikat.

Kerugian cara granulasi kering :

1. Memerlukan mesin tablet khusus untuk membuat slug

2. Tidak dapat mendistribusikan zat warna seragam

3. Proses banyak menghasilkan debu sehingga memungkinkan terjadinya

kontaminasi silang.

c. Metode kempa langsung. Yaitu pembuatan tablet dengan mengempa langsung

campuran zat aktif dan eksipien kering tanpa melalui perlakuan awal terlebih dahulu.

Metode ini merupakan metode yang paling mudah, praktis, dan cepat pengerjaannya,

namun hanya dapat digunakan pada kondisi zat aktif yang kecil dosisnya, serta zat

aktif tersebut tidak tahan terhadap panas dan lembab.

Keuntungan metode kempa langsung :

1. Lebih ekonomis karena validasi proses lebih sedikit

2. Lebih singkat prosesnya. Karena proses yang dilakukan lebih sedikit, maka

waktu yang diperlukan untuk menggunakan metode ini lebih singkat,

tenaga dan mesin yang dipergunakan juga lebih sedikit.

3. Dapat digunakan untuk zat aktif yang tidak tahan panas dan tidak tahan

lembab.

4. Waktu hancur dan disolusinya lebih baik karena tidak melewati proses

granul, tetapi langsung menjadi partikel. Tablet kempa langsung berisi

partikel halus, sehingga tidak melalui proses dari granul ke partikel halus

terlebih dahulu.

Kerugian kempa langsung :

1. Perbedaan ukuran partikel dan kerapatan bulk antara zat aktif dengan

pengisi dapat menimbulkan stratifikasi diantara granul yang selanjutnya

dapat menyebabkan kurang seragamnya kandungan zat aktif di dalam

tablet.

2. Zat aktif dengan dosis yang besar tidak mudah untuk dikempa langsung

karena itu biasanya digunakan 30% dari formula agar memudahkan proses

pengempaan sehingga pengisi yang dibutuhkan makin banyak dan mahal.

3. Sulit dalam pemilihan eksipien karena eksipien yang digunakan harus

bersifat mudah mengalir, kompresibilitas yang baik, kohesifitas dan

adhesifitas yang baik.

Berdasarkan tujuan penggunaan tablet terdiri atas :

1. Tablet kempa tujuan saluran pencernaan :

a. Tablet konvensional biasa/tablet kempa standar

Tablet yang dibuat atau dikempa dengan siklus kompresi tunggal yang biasanya

terdiri dari zat aktif sendiri atau kombinasi dengan eksipien seperti :

Pengisi (memberi bentuk) : laktosa

Pengikat (memberi adhesivitas/kelekatan saat bertemu saluran pencernaan) :

mucilago amil, amilum

Desintegrasi (mempermudah hancurnya tablet)

b. Tablet kempa multi/kepa ganda, adalah tablet konvensional yang dikompresi lebih

dari satu siklus kompresi tunggal sehingga tablet akhir tersebut terdiri atas 2 atau

lebih lapisan. Disebut lapisan berlapis. Keuntungan dapat memisahkan zar=t aktif

yang inkompatibel (tidak tersatukan).

c. Tablet lepas terkendali atau tablet lepas lambat, yaitu tablet yang pelepasan zat

aktifnya dikendalikan atau dimodifikasi sehingga tablet tersebut melepaskan dosis

awal yang cukup untuk efek terapi yang kemudian disusul dengan dosis

pemeliharaan sehingga jumlah zat aktif atau konsentrasi zat aktif dalam darah

cukup untuk beberapa waktu tertentu.

d. Tablet lepas tunda, yiatu tablet yang pelepasan zat aktifnya ditunda pada daerah

tertentu. Contoh yang paling umum adalah tablet salut enterik yaitu tablet yang

dikempa yang disalut dengan suatu zat yang tahan terhadap cairan lambung,

reaksi asam, tetapi terlarut dalam usus halus.

e. Tablet salut gula, yaitu tablet kempa yang disalut dengan beberapa lapisan gula

baik berwarna maupun tidak. Tujuan : melindungi zat aktif terhadap lingkungan

udara (O2, lembab), menutup rasa dan bau tidak enak, menaikkan penampilan

tablet.

f. Tablet salut film, yaitu tablet yang disalut dengan salut tipis, berwarna atau tidak

dari bahan polimer yang larut dalam air yang hancur cepat di dalam saluran cerna.

g. Tablet effervescent, yaitu tablet kempa yang jika berkontak dengan air

menjadiberbuih karena mengeluarkan CO2. Tablet ini harus dilarutkan dalam air

baru diminum . keuntungan tablet effervescent adalah kemungkinan penyiapan

larutan dalam waktu seketika, yang mengandung dosis obat yang tepat.

Kerugiannya adalah kesukaran untuk menghasilkan produk yang stabil secara

klinis.

h. Tablet kunyah, yaitu tablet kempa yang mengandung zat aktif dan eksipien yang

harus dikunyah di mulut sebelum ditelan . tujuannya dari tablet kunyah adalah

untuk memberikan suatu bentuk pengobatan yang dapat diberikan degan mudah

kepada anak-anakatau orang tua, yang mungkin sukar menelan obat utuh.

Mesin Tablet

Ada berbagai macam jenis mesin tablet. Yang paling sederhana adalah mesin

single punch, yaitu mesin tablet yang hanya memiliki satu set matras pengempa. Untuk

industri farmasi mesin tablet semacam ini tidak pernah digunakan, yang digunakan adalah

mesin tablet dengan jenis rotary dengan jumlah punch puluhan bahkan sampai ratusan.

Satu set matras pengempa terdiri dari punch atas, die, dan punch bawah. Punch

atas dan punch bawah berfungsi untuk menekan granul dalam die sehingga menjadi masa

kompak yang keras. Disamping sebagai penekan, punch atas dengan diatur posisinya

dapat menentukan kekerasan tablet. Dengan demikian untuk mendapatkan tablet dengan

bobot dan kekerasan tertentu dapat diperoleh dengan mengatur posisi kedua punch ini.

Disamping punch, bahian penting dari mesin tablet adalah hopper (corong

alimentasi) yaitu bagian yang memberikan pengisian granul kedalam lubang cetakan

(die). Sifat alir granul berkaitan erat dengan hopper ini, semakin baik granul mengalir,

maka semakin baik keseragaman bobot tablet yang dibuat.

Macam – Macam Kerusakan Pada Pembuatan Tablet

1. Binding adalah kerusakan tablet akibat massa yang akan di cetak melekat pada

dinding ruang cetakan.Ini terjadi ketika pelepasan dari tablet sulit dan sering diikuti

bunyi rebut/menderik yang karakteristik, tepi tablet tergores atau kasar.

2. Sticking/picking ialah perlekatan yang terjadi pada punch atas dan bawah akibat

permukaan punch tidak licin. Sticking adalah keadaan granul menempel pada dinding

die. Penyebabanya yaitu punch kurang bersih.

3. Whiskering ialah percetakan tidak pas dengan ruangan cetakan terjadi pelelehan zat

aktif saat pencetakan pada tekanan tinggi.

4. Splitting/capping ialah lepasnya lapisan tipis dari permukaan tablet terutama pada

bagian tengah. Capping adalah keadaan yang menggambarkan bagian atas atau

bawah tablet terpisah sebagian atau seluruhnya.

5. Motling adalah terjadinya warna yang tidak merata pada permukaan tablet,

disebabkan perbedaan obat atau hasil uraianya dengan bahan tambahan, juga karena

terjadinya migrasi obat selama pengeringan atau adanya bahan tambahan berupa

larutan berwarna yang tidak terbagi merata.

6. Crumbling ialah tambet menjadi retak dan rapuh. Disebabkan kurangnya tekananpada

pencetakan tablet dan zat pengikatnya kurang.

III. ALAT DAN BAHAN

3.1 Alat :

Mesin tablet

Hardness tester

Jangka sorong

Timbangan

3.2 Bahan :

Granul yang telah diberi pelicin dari percobaan 2

IV. CARA KERJA

1. Siapkan granul yang telah diberi pelicin

2. Masukkan ke dalam hopper. Coba dulu mesin tablet hingga diperoleh beberapa butir

tablet

3. Ukur kekerasan dan bobotnya

4. Jika kekerasan kurang dari 4,0 kg atur punch atas sampai kekerasan anatar 4,0-7,0 kg

5. Jika bobot kurang dari 600 mg atur punch bawah sehingga bobot tablet memenuhi

syarat farmakope

6. Jika bobot dan kekerasan telah terpenuhi, jalankan mesin sehingga granul habis

semua menjadi tablet

7. Pisahkan antara tablet yang diberi pelicin talk dan Mg stearat simpan untuk

percobaab berikutnya.

V. DATA DAN PERHITUNGAN

1. Uji keseragaman bobot

Bobot rata-rata tablet = 8,213 gr : 10 = 0,8213 gr

No Bobot tablet (gr) Persen

penyimpangan tablet A (5%) B (10%)

1 0,724 11,85 % # Memenuhi # Memenuhi

2 0,817 0,52 % Memenuhi Memenuhi

3 0,790 3,81 % Memenuhi Memenuhi

4 0,800 2,59 % Memenuhi Memenuhi

5 1,462 78,25 % # Memenuhi # Memenuhi

6 0,780 5,03 % Memenuhi Memenuhi

7 0,859 4,59 % Memenuhi Memenuhi

8 0,754 8,19 % # Memenuhi Memenuhi

9 0.935 13,84 % # Memenuhi # Memenuhi

10 0,894 9,09 % # Memenuhi Memenuhi

Perhitungan

(+) 5% = ( 5% x 0,8213 ) + 0,8213 = 0,8624gr

(-) 5% = (5% x 0,8213 ) – 0,8213 = 0,7802 gr

* Range kolom A 5% = 0,7802 gr – 0,8624 gr

(+) 10% = (10% x 0,8213) + 0,8213 = 0,9034 gr

(-) 10% = ( 10% x 0,8213) – 0,8213 = 0,7392 gr

* Range kolom B 10% = 0,7392 gr – 0,9034 gr

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

2. Uji keseragaman ukuran

Jangka Sorong

No Tebal (mm) Diameter (mm)

1 0,7 1,2

2 0,7 1,2

3 0,7 1,2

4 0,7 1,2

5 0,7 1,2

6 0,7 1,2

7 0,7 1,2

8 0,65 1,2

9 0,8 1,2

10 0,65 1,2

∑ = 0,63 ∑ =1,2

Perhitungan :

Dik : Ʃ tebal tablet = 0,63

Ʃ diameter tablet = 1,2

*Persyaratan : Menurut FI III, kecuali dinyatakan lain diameter tablet tidak lebih

dari 3X dan tidak kurang dari 1 ⅓ tebal tablet.

diameter tablet : 3 x 0,63 = 1,83 (Memenuhi syarat)

1 ⅓ x 0,63 = 0,84 (Memenuhi syarat)

3. Uji kekerasan tablet

No Kekerasan (Kg)

1 5

2 3

3 7

4 2

5 5

6 3

7 4

8 5

9 5

10 5

Perhitungan :

Menurut Parrot kekerasan tablet yang baik mempunyai kekerasan antara 4 – 8 kg

sedangkan menurut Fonner kekerasan minimum untuk tablet yang tidak bersalut adalah 5

kg

Dik : Ʃ Kekerasan tablet = 5,14 kg (Memenuhi syarat)

VI. PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini dilakukan proses penabletan. Digunakan granul yang

sudah melewati evaluasi granul pada percobaan kedua sebagai bahan baku pembuatan

tablet. Proses penabletas delakukan dengan menimbang sejumlah granul kering hasil dari

evaluasi granul pada percobaan kedua, kemudian granul dimasukkan kedalam alt

pencetak tablet. Pencetakkan dihentikan ketika sudah dihasilkan tablet sebanyak 10 butir.

Kemudian dilakukan evaluasi terhadap tablet yang dihasilkan, adapun evaluasi yang

dilakukan meliputi, uji keseragaman bobot, uji keseragaman ukuran dan uji kerapuhan

tablet.

Uji keseragaman bobot

Uji keseragaman bobot dilakukan dengan menimbang 10 tablet yang dihasilkan,

baik berat keseluruhannya maupun berat masing-masing tablet. Tablet tidak bersalut

harus memenuhi syarat keseragaman bobot yang ditetapkan. Hasil penimbangan tablet

satu persatu, tidak boleh lebih dari 2 tablet yang masing- masing bobotnya menyimpang

dari bobot rata-ratanya lebih besar dari harga yang telah ditetapkan kolom A dan tidak

satu tablet pun yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih dari harga yang

ditetapkan kolom B.

Hasil perhitungan yang dilakukan berdasarkan data yang dapat, diketahui bahwa

tablet yang dihasilkan tidak memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh Farmakope

Indonesia karena terdapat lebih dari 2 tablet yang memiliki bobot menyimpang dari harga

kolom A dan terdapat pula tablet yang memiliki bobot menyimpang dari harga kolom B.

Uji keseragaman ukuran

Parameter yang diperoleh dari penetapan kadar setiap tablet dari sejumlah 10

tablet dimana koefisien variansi hasil penetapan kadarnya dipakai sebagai patokan.

Keseragaman kadar dikatakan memenuhi syarat apabila koefisien variansi kurang dari

atau sama dengan 5% (Parrott, 1971).

Sementara menurut FI edisi III, kecuali dinyatakan lain diameter tablet tidak lebih

dari 3X dan tidak kurang dari 1 ⅓ tebal tablet.

Berdasarkan uji keseragaman ukuran yang dilakukan, didapat nilai rata-rata

diameter tablet yaitu 1.2. kemudian didapat nilai keseragaman ukuran tablet, yaitu :

Diameter tablet : 3 x 0,63 = 1,83

1 1/3 x 0,63 = 0,84

Dari hasil tersebut, dapat diketahui bahwa tablet yang diujikan memenuhi syarat

yang telah ditentukan.

Uji kekerasan tablet

Tahap evalusi selanjutnya adalah uji kekerasan tablet. Tujuan dari dilakukannya uji

kekerasan ini adalah untuk mengetahui kekuatan tablet dimana tablet harus mempunyai

kekuatan atau kekerasan tertentu serta tahan atas kerenyahan agar dapat bertahan

terhadap perlakukan berlebihan oleh konsumen. Kekerasan tablet sangat penting

diperhatikan terutama untuk produk yang mempunyai masalah bioavailabilitas nyata atau

potensial (Ansel 2008).

Menurut Parrot kekerasan tablet yang baik mempunyai kekerasan antara 4 – 8 kg,

tingkat kekerasan tablet yang melebihi nilai 4-8 kg tidak termasuk dalam hitungan.

Sedangkan menurut Fonner kekerasan minimum untuk tablet yang tidak bersalut adalah 5

kg.

Berdasarkan perhitungan yang dilakukan dari data yang didapat, diketahui bahwa

kekerasan dari masing-masing tablet memenuhi persyaratan yang ditentukan. Tablet

memiliki nilai kekerasan yang masih berada dalam rentang persyaratan yaitu, 5,14.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kekeasan tablet adalah kompresibilitas

alat cetak dan sifat fisikokimia bahan yang dikempa. Jika gaya pengepresan yang

digunakan saat mencetak tablet kecil maka tekanan yang diterima oleh bahan juga akan

rendah atau tablet bersifat rapuh (Marais et al 2003).

VII. KESIMPULAN

1. Tablet yang dihasilkan titik memenuhi persyaratan keseragaman bobot yang ditentukan.

2. Tablet yang dihasilkan memenuhi persyaratan keseragaman ukuran yang ditentukan.

3. Tablet yang dihasilkan memenuhi persyaratan nilai kerapuhan yang ditentukan.

DAFTAR PUSTAKA

Dirjen POM. 1979.Farmakope Indonesia, Edisi III.Departemen kesehatan Republik

Indonesia. Jakarta

Dirjen POM. 1995.Farmakope Indonesia, Edisi IV.Departemen kesehatan Republik

Indonesia. Jakarta

Lachman, L.A.L. Herbert, & L.K. Joseph. 1994. Teori dan Praktek Industri. Diterjemahkan

oleh : Siti Suyatmi. Universitas Indonesia Press. Jakarta

Sulaiman, T.N.S. 2007. Teknologi dan Formulasi Sediaan Tablet. Pustaka Laboratorium

Teknologi Farmasi Fakultas Farmasi UGM. Yogyakarta

Voight, R. 1984. Buku Ajar Teknologi Farmasi Edisi V. Diterjemahkan oleh Soewandhi, S.

N., Edisi 5. UGM press. Yogyakarta

PERCOBAAN IV

EVALUASI TABLET

I. TUJUAN

a. Memahami cara evaluasi tablet.

b. Mencoba melakukan uji keseragaman bobot, kekerasan, kerapuhan dan waktu

hancur.

II. TEORI

Tablet adalah suatu sediaan padat baik yang mengandung maupun tidak mengandung

bahan-bahan tambahan seperti lubricant, disintegrant, diluents atau zat pengisi, dan zat-zat

tambahan yang lainnya. Tablet yang dibuat kualitasnya telah ditentukan pada saat formulasi

dibuat. Untuk mengendalikan kualitas tablet yang dihasilkan, maka perlu dilakukan evaluasi

terhadap tablet yang dibuat. Evaluasi tablet meliputi :

1. Keseragaman bobot

2. Kekerasan tablet

3. Kerapuhan

4. Waktu hancur

5. Keseragaman kadar

Keseragaman bobot¸ yaitu ukuran penyimpangan bobot tablet terhadap bobot rata-

rata dari sejumlah tablet yang masih diperbolehkan menurut persyaratan yang ditentukan.

Farmakope Indonesia memberikan batasan penyimpangan dengan variasi berdasarkan bobot

tablet yang dikehendaki. Selama berlangsungnya proses penabletan, dilakukan kontrol

terhadap bobot tablet secara teratur dalam selang waktu tertentu. Pada proses penabletan,

distribusi ukuran granul akan menentukan variasi keseragaman bobot, distribusi ukuran

granul yang tidak normal akan mengakibatkan granul mengalir kurang bebas, menimbulkan

adanya kecenderungan partikel-partikel granul memisah menjadi lapisan-lapisan dengan

ukuran berbeda selama mengalir melalui hopper pada saat penabletan. Dengan demikian

variasi bobot yang dihasilkan semakin bertambah. Variasi bobot minimun diperoleh dengan

granul yang mempunyai ukuran diameter 400µm sampai dengan 800µm (Rawlins, 1977).

Kekerasan tablet, adalah suatu parameter yang menggambarkan ketahanan tablet

dalam melawan tekanan mekanik seperti goncangan, tekanan dan kemungkinan terjadinya

keretakan tablet pada saat pembungkusan atau pengepakkan, pengangkutan atau

penyimpanan. Kekerasan tablet sangat berkaitan erat dengan waktu hancurnya. Faktor yang

dapat mempengaruhi kekerasan tablet antara lain metoda granulasi, tekanan kompresi,

kekerasan granul, serta macam dan jumlah pengikat yang akan digunakan. Tablet yang baik

memiliki kekerasan antara 4 – 8 kg (Parrott,1971), sedangkan menurut Fonner et al.(1981),

kekerasan minimum untuk tablet yang tidak bersalut adalah 5 kg. Tablet yang pembuatannya

melalui tahap granulasi, kekerasannya dipengaruhi oleh ikatan yang terjadi antar partikel

setelah tablet mengalami pengempaan (Rawlins, 1977). Kekuatan peregangan tablet menurut

Rudnic dan Kottke (1996) dapat dihitung lewat kekuatan tablet yaitu jika beban yang

diperlukan untuk menghancurkan tablet telah dapat ditentukan. Kekerasan tablet dapat

diamati secara diametrikal. Apabila penentuan kekerasan tablet menggunakan arah diameter

tablet maka kekuatan peregangan tablet dapat dihitung melalui rumus :

Dimana :

σd = Kekuatan peregangan tablet

Fd = Kekuatan yang diperlukan untuk menghancurkan tablet

D = Diameter Tablet

H = Ketebalan Tablet

Sedangkan bila penentuan kekerasan dari arah tebalnya tablet, rumusnya :

Dimana :

σf = Kekuatan peregangan tablet

Ff = Kekuatan yang diperlukan untuk menghancurkan tablet

D = Diameter tablet

D’ = Jarak antar puncak tablet

H = Tebal tablet

Kerapuhan, yaitu parameter lain dari ketahan tablet terhadap goncangan dan

pengikisan. Nilai kerapuhan yang baik menurut Parrott (1971) dan Fonner et al. (1981),

yaitu tidak boleh lebih dari 1%. Sedangkan menurut Gunsel dan Kanig (1976) nilai

kerapuhan tidak boleh lebih dari 0,8%. Rumus perhitungan untuk kerapuhan adalah :

[

]

Dimana :

B = Kerapuhan (%)

W = Bobot setelah diputar (dalam friability tester), setelah dibebas debukan

W0 = Bobot mula-mula, setelah dibebas debukan

Waktu hancur, yaitu waktu yang diperlukan untuk hancurnya tablet dalam media

yang sesuai, sehingga tidak ada lagi tablet yang tertinggal di atas kasa. Faktor-faktor yang

mempengaruhi waktu hancur tablet antara lain sifat fisik granul, porositas dan kekerasan

tablet. Tekanan kompresi pada saat penabletan serta sifat fisik granul akan mempengaruhi

porositas dan kekerasan tablet, dengan demikian semakin besar kekerasan tablet, waktu

hancurnya akan semakin lama (Parrott, 1971).

Keseragaman kadar¸ yaitu parameter yang diperoleh dari penetapan kadar setiap

tablet dari sejumlah 20 tablet dimana koefisien variansi dari hasil penetapan kadarnya

dipakai sebagai patokan. Keseragaman kadar dikatakan memenuhi syarat apabila koefisien

variansi kurang dari atau sama dengan 5% (Parrott, 1971).

III. ALAT DAN BAHAN

3.1 Alat :

Hardness tester

Friability tester/abrasive tester

Timbangan

Stop watch

Disintegration tester

3.2 Bahan :

Tablet talkum

Tablet Mg. Stearat

IV. CARA KERJA

1. Uji Keseragaman Bobot

Ambil 20 tablet, timbang dan hitung bobot rata-ratanyga. Tmbang lagi satu persatu. Catat

penyimpanan bobotnya. Analisa hasilnya dengan persyaratan farmakope indonesia

2. Uji Kekerasan Tablet

Letakkan satu tablet pada posisi tegak lurus pada alat Hardness tester selanjutnya putar

penelaan alat pelan-pelan sampai tablet pecah. Baca skala alat yang menunjukan

kekerasan tablet dalam satuan kg

3. Uji Kerapuhan

Ditimbang 20 tablet yang sudah dibebas debukan, kemudian dimasukkan ke dalam

abrasive tester, diputar selama 4 menit dengan kecepatan 25 rpm. Tablet dibebas debukan

dai fines yang menempel dan dihitung persen kehilangan bobotnya.

4. Waktu Hancur

Sejumlah 6 tablet dimasukkan ke dalam masing-masing tabung pada disintegration tester.

Alat tersebut selanjutnya dimasukkan ke dalam beaker glass yang telah diisi air bersuhu

antara 36-38ºc sebanyak ± 1000 ml atau sedalam ± 15 cm sehingga dapat naik turunkan

denga teratur.

V. DATA DAN PERHITUNGAN

1. Uji Keseragaman Bobot

a. Bobot rata – rata tablet talkum 1 = 10,997 g ꞉ 20 = 0,5450 g

No Bobot tablet % Penyimpangan tablet A (5%) B (10%)

1 0,533 g 2,20% Memenuhi Memenuhi

2 0,523 g 4,04% Memenuhi Memenuhi

3 0,514 g 5,69% #Memenuhi Memenuhi

4 0,528 g 3,12% Memenuhi Memenuhi

5 0,533 g 1,46% Memenuhi Memenuhi

6 0,532 g 2,38% Memenuhi Memenuhi

7 0,538 g 1,28% Memenuhi Memenuhi

8 0,580 g 6,42% #Memenuhi Memenuhi

9 0,501 g 8,07% #Memenuhi Memenuhi

10 0,534 g 2,02% Memenuhi Memenuhi

11 0,552g 1,28% Memenuhi Memenuhi

12 0,505 g 7,34% #Memenuhi Memenuhi

13 0,535 g 1,83% Memenuhi Memenuhi

14 0,538 g 1,28% Memenuhi Memenuhi

15 0,593 g 8,81% #Memenuhi Memenuhi

16 0,554 g 1,65% Memenuhi Memenuhi

17 0,590 g 8,26% #Memenuhi Memenuhi

18 0,532 g 2,38% Memenuhi Memenuhi

19 0,580 g 6,42% #Memenuhi Memenuhi

20 0,542 g 0,55% Memenuhi Memenuhi

Perhitungan

(+) 5% = ( 5% x 0,5450) + 0,5450 = 0,5722 g

(-) 5% = (5% x 0,5450) – 0,5450 = 0,5177 g

* Range kolom A 5% = 0,5177 g – 0,5722 g

(+) 10% = (10% x 0,5450) + 0,5450 = 0,5995 g

(-) 10% = ( 10% x 0,5450) – 0,5450 = 0,4905 g

* Range kolom B 10% = 0,4905 g – 0,5995 g

Rumus =

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

15.

16.

17.

18.

19.

20.

b. Bobot rata –rata tablet talkum 2 = 10,786 g ꞉ 20 = 0,5393 g

No Bobot Tablet % Penyimpangan Tablet A ( 5% ) B ( 10% )

1 0,624 g 15,70% #Memenuhi #Memenuhi

2 0,527 g 2,28% Memenuhi Memenuhi

3 0,497 g 7,84% #Memenuhi Memenuhi

4 0,525g 2,65% Memenuhi Memenuhi

5 0,554 g 2,73% Memenuhi Memenuhi

6 0,526 g 2,47% Memenuhi Memenuhi

7 0,578 g 7,18% #Memenuhi Memenuhi

8 0,600 g 11,25% #Memenuhi #Memenuhi

9 0,556 g 3,10% Memenuhi Memenuhi

10 0,460 g 14,70% #Memenuhi #Memenuhi

11 0,485 g 10,25% Memenuhi Memenuhi

12 0,506 g 6,18% #Memenuhi Memenuhi

13 0,588 g 9,03% Memenuhi Memenuhi

14 0,534 g 0,98% Memenuhi Memenuhi

15 0,518g 3,95% Memenuhi Memenuhi

16 0,540 g 0,13% Memenuhi Memenuhi

17 0,565 g 4,76% Memenuhi Memenuhi

18 0,505 g 6,36% #Memenuhi Memenuhi

19 0,524 g 2,84% Memenuhi Memenuhi

20 0,592 g 9,77% #Memenuhi Memenuhi

Perhitungan

(+) 5% = ( 5% x 0,5393) + 0,5393 = 0,5663 g

(-) 5% = (5% x 0,5393) – 0,5393 = 0,5123 g

* Range kolom A 5% = 0,5123 g – 0,5663 g

(+) 10% = (10% x 0,5393) + 0,5393 = 0,5932 g

(-) 10% = ( 10% x 0,5393) – 0,5393 = 0,485 g

* Range kolom B 10% = 0,4854 g – 0,5932 g

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

15.

16.

17.

18.

19

20

c. Bobot rata –rata tablet Magnesium 1 = 13,137 g ꞉ 20 = 0,6568

No Bobot Tablet % Penyimpangan Tablet A (5%) B (10%)

1 0,641 g 2,41% Memenuhi Memenuhi

2 0,657 g 0,03% Memenuhi Memenuhi

3 0,645 g 1,80% Memenuhi Memenuhi

4 0,667 g 1,55% Memenuhi Memenuhi

5 0,640 g 2,56% Memenuhi Memenuhi

6 0,665 g 1,25% Memenuhi Memenuhi

7 0,659 g 0,33% Memenuhi Memenuhi

8 0,634 g 3,47% Memenuhi Memenuhi

9 0,669 g 1,87% Memenuhi Memenuhi

10 0,645 g 1,80% Memenuhi Memenuhi

11 0,677 g 3,07% Memenuhi Memenuhi

12 0,630 g 4,10% Memenuhi Memenuhi

13 0,643 g 2,10% Memenuhi Memenuhi

14 0,630 g 4,10% Memenuhi Memenuhi

15 0,627 g 4,54% Memenuhi Memenuhi

16 0,634 g 3,47% Memenuhi Memenuhi

17 0,654 g 0,43% Memenuhi Memenuhi

18 0,643 g 2,10% Memenuhi Memenuhi

19 0,645 g 1,80% Memenuhi Memenuhi

20 0,653 g 0,58% Memenuhi Memenuhi

Perhitungan

(+) 5% = ( 5% x 0,6568) + 0,6568 = 0,6896 g

(-) 5% = (5% x 0,6568) – 0,6568 = 0,6240 g

* Range kolom A 5% = 0,6240 g – 0,6896 g

(+) 10% = (10% x 0,6568) + 0,6568 = 0,7225 g

(-) 10% = ( 10% x 0,6568) – 0,6568 = 0,5911 g

* Range kolom B 10% = 0,5911 g – 0,7225 g

1)

2)

3)

4)

5)

6)

7)

8)

9)

10)

11)

12)

13)

14)

15)

16)

17)

18)

19)

20)

d. Bobot rata – rata tablet Mangnesium 2 = 12,257 g ꞉ 20 = 0,6128 g

No Bobot Tablet % Penyimpangan Tablet A (5%) B (10%)

1 0,631 g 2,97% Memenuhi Memenuhi

2 0,603 g 1,60% Memenuhi Memenuhi

3 0,675 g 10,15% #Memenuhi #Memenuhi

4 0,690 g 12,60% #Memenuhi #Memenuhi

5 0,594 g 3,07% Memenuhi Memenuhi

6 0,629 g 2,64% Memenuhi Memenuhi

7 0,583 g 4,86% Memenuhi Memenuhi

8 0,639 g 4,27% Memenuhi Memenuhi

9 0,621 g 1,34% Memenuhi Memenuhi

10 0,611 g 0,29% Memenuhi Memenuhi

11 0,636 g 3,79% Memenuhi Memenuhi

12 0,619 g 1,01% Memenuhi Memenuhi

13 0,629 g 2,62% Memenuhi Memenuhi

14 0,641 g 4,60% Memenuhi Memenuhi

15 0,629 g 2,64% Memenuhi Memenuhi

16 0,639 g 4,27% Memenuhi Memenuhi

17 0,599 g 2,25% Memenuhi Memenuhi

18 0,642 g 4,76% Memenuhi Memenuhi

19 0,635 g 3,62% Memenuhi Memenuhi

20 0,593 g 3,23% Memenuhi Memenuhi

Perhitungan

(+) 5% = ( 5% x 0,6128) + 0,6128 = 0,6434 g

(-) 5% = (5% x 0,6128) – 0,6128 = 0,5822 g

* Range kolom A 5% = 0,5822 g – 0,6434 g

(+) 10% = (10% x 0,6128) + 0,6128 = 0,6741 g

(-) 10% = ( 10% x 0,6128) – 0,6128 = 0,5515 g

* Range kolom B 10% = 0,5515 g – 0,6741 g

1)

2)

3)

4)

5)

6)

7)

8)

9)

10)

11)

12)

13)

14)

15)

16)

17)

18)

19)

20)

2. Uji Kerapuhan Tablet

Abrasive

No Nama Tablet Bobot sebelum di Abrasive Bobot sesudah di Abrasive

1 Tablet Talkum 1 10,632 g 10,597 g

2 Tablet Talkum 2 10,759 g 10,710 g

3 Tablet Magnesium 1 13,188 g 13,015 g

4 Tablet Magnesium 2 12,247 g 12,165 g

Perhitungan Abrasive :

Rumus : B = [

] F =

1)

Tablet Talkum 1

2)

Tablet Talkum 2

3)

Tablet Magnesium 1

4)

Tablet Magnesium 2

Friability

No Nama Tablet Bobot Sebelum di Friability Bobot Setelah di

Friability

1 Tablet Talkum I 10,582 g (20 tab) 10,029 g (19 tab)

2 Tablet Talkum II 9,707 g (20 tab) 9,672 g (20 tab)

3 Tablet Magnesium I 13,010 g (20 tab) 12,995 (20 tab)

4 Tablet Magnesium II 12,160 g (20 tab) 11,519 (19 tab)

Perhitungan Friability :

Rumus : B = [

] F =

1)

Tablet Talkum I

2)

Tablet Talkum II

3)

Tablet Magnesium I

4)

Tablet Magnesium II

3. Uj Waktu Hancur

No Nama Tablet Waktu

1 Tablet Talkum 1 6 menit

2 Tablet Talkum 2 5 menit

3 Tablet Magnesium 1 6 menit

4 Tablet Magnesium 2 4 menit

4. Uji Keseragaman Ukuran

Jangka Sorong

a) Tablet Talkum I

No Tebal (mm) Diameter (mm)

1 0,4 1,2

2 0,4 1,2

3 0,45 1,2

4 0,45 1,2

5 0,4 1,2

6 0,4 1,2

7 0,4 1,2

8 0,4 1,2

9 0,4 1,2

10 0,4 1,2

Ʃ = 0,41 Ʃ = 1,2

b) Tablet Talkum II

No Tebal (mm) Diameter (mm)

1 0,4 1,2

2 0,45 1,2

3 0,4 1,2

4 0,45 1,2

5 0,4 1,2

6 0,45 1,2

7 0,45 1,2

8 0,4 1,2

9 0,4 1,2

10 0,4 1,2

Ʃ = 0,42 Ʃ = 1,2

c) Tablet Magnesium I

No Tebal (mm) Diameter (mm)

1 0,5 1,2

2 0,45 1,2

3 0,5 1,2

4 0,5 1,2

5 0,5 1,2

6 0,5 1,2

7 0,6 1,2

8 0,45 1,2

9 0,45 1,2

10 0,45 1,2

Ʃ = 0,5 Ʃ = 1,2

d) Tablet Magnesium II

No Tebal (mm) Diameter (mm)

1 0,5 1,2

2 0,5 1,2

3 0,5 1,2

4 0,45 1,2

5 0,5 1,2

6 0,5 1,2

7 0,5 1,2

8 0,5 1,2

9 0,45 1,2

10 0,5 1,2

Ʃ = 0,49 Ʃ = 1,2

Perhitungan :

Dik : Ʃ tebal tablet Talkum I = 0,41

Ʃ diameter tablet talkum I = 1,2

*Persyaratan : Menurut FI III,kecuali dinyatakan lain diameter tablet tidak lebih

dari 3X dan tidak kurang dari 1 ⅓ tebal tablet.

diameter tablet talcum : 3 x 0,41 = 1,23 (Memenuhi syarat)

1 ⅓ x 0,41 = 0,55 (Memenuhi syarat)

Dik : Ʃ tebal tablet Talkum II = 0,42

Ʃ diameter tablet talkum II = 1,2

diameter tablet talcum : 3 x 0,42 = 1,26 (Memenuhi syarat)

1 ⅓ x 0,42 = 0,60 (Memenuhi syarat)

Dik : Ʃ tebal tablet Magnesium I = 0,5

Ʃ diameter tablet Magnesium I = 1,2

Diameter tablet Magnsium : 3 x 0,5 = 1,5 (Memenuhi syarat)

1⅓ x 0, 5 = 0,70 (Memenuhi syarat)

Dik : Ʃ tebal tablet Magnesium II = 0,49

Ʃ diameter tablet Magnesium II = 1,2

Diameter tablet Magnsium : 3 x 0,49 = 1,97 (Memenuhi syarat)

1⅓ x 0,49 = 0,65 (Memenuhi syarat)

5. Uji Kekerasan Tablet

A. Tablet Talkum

No Kekerasan (Kg)

1 9

2 3

3 3

4 4

5 4

6 5

7 6

8 3

9 5

10 5

Perhitungan :

Menurut Parrot kekerasan tablet yang baik mempunyai kekerasan antara 4 – 8 kg

sedangkan menurut Fonner kekerasan minimum untuk tablet yang tidak bersalut adalah 5

kg

Dik : Ʃ Kekerasan tablet Talkum I = 4,83kg (Memenuhi syarat)

B. Tablet Talkum II

No Kekerasan (Kg)

1 6

2 8

3 8

4 9

5 6

6 3

7 4

8 4

9 8

10 8

Dik : Ʃ Kekerasan tablet talcum = 6,5kg (Memenuhi syarat)

C. Tablet Magnesium I

No Kekerasan (Kg)

1 9

2 5

3 8

4 8

5 5

6 4

7 3

8 5

9 5

10 4

Dik : Ʃ Kekerasan tablet talcum = 5,5kg (Memenuhi syarat)

D. Tablet Magnesium II

No Kekerasan (Kg)

1 8

2 7

3 5

4 4

5 5

6 5

7 4

8 4

9 4

10 5

Dik : Ʃ Kekerasan tablet Magnesium = 5,1 kg (Memenuhi syarat)

VI. PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan evaluasi tablet. Tujuan dilakukannya

evaluasi terhadap tablet yang dihasilkan adalah untuk mengetahui dan mengendalikan

kualitas tablet yang dihasilkan. Pada praktikum ini, dilakukan beberapa uji evaluasi terhadap

tablet, yaitu uji keseragaman bobot, uji kerapuhan tablet, uji waktu hancur, uji keseragaman

ukuran, dan uji kekerasan tablet. Tablet yang digunakan adalah tablet dengan pelicin talkum

dan tablet dengan pelicin Mg. Stearat. Tujuan digunakannya dua jenis tablet ini adalah untuk

membandingkan kualitas tablet dari masing-masing jenis tablet tersebut.

A. Uji keseragaman bobot

Uji keseragaman bobot dilakukan dengan menimbang 20 tablet yang dihasilkan,

baik berat keseluruhannya maupun berat masing-masing tablet. Penggunaan 20 tablet

untuk uji keseragaman bobot ini sesuai dengan yang tercantum pada literatur (FI IV).

Dari hasil penimbangan diperoleh bobot tablet yang bervariasi dengan bobot tablet rata-

rata sebesar; 0,5450 untuk tabet Talkum I; 0,5393 untuk tablet Talkum II; 0,6568 untuk

tablet Magnesium I dan 0,6128 untuk tablet Magnesium II.

Tablet tidak bersalut harus memenuhi syarat keseragaman bobot yang ditetapkan.

Hasil penimbanngan tablet satu persatu, tidak boleh lebih dari 2 tablet yang masing-

masing bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih besar dari harga yang telah

ditetapkan kolom A dan tidak satu tablet pun yang bobotnya menyimpang dari bobot

rata-ratanya lebih dari harga yang ditetapkan kolom B.

Hasil perhitungan yang dilakukan berdasarkan data yang dapat, diketahui bahwa

pada tablet Talkum I terdapat penyimpangan bobot sebanyak 7 tablet dan pada tablet

Talkum II terdapat penyimpangan bobot sebanyak 8 tablet. Pada tablet Magnesium I

tidak terdapat penyimpangan bobot, sementara itu pada tablet Magnesium II terdapat

penyimpangan bobot sebanyak 2 tablet. Hal ini menujukkan bahwa tablet dengan pelicin

talkum yang dihasilkan belum memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh Farmakope

Indonesia karena terdapat lebih dari 2 tablet yang memiliki bobot menyimpang dari harga

kolom A. Tablet dengan pelicin magnesium II juga tidak memenuhi persyaratan karena

terdapat tablet yang memiliki bobot menyimpang dari harga yang ditetapkan kolom B.

Sementara tablet dengan pelicin magnesium I memenuhi persyaratan yang ditetapkan.

Adapun faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya variasi dalam penimbangan

bobot antara lain : volume dari berat bahan yang diisikan kedalam cetakan serta garis

tengah cetakan dan tekanan yang diberikan pada bahan saat dilakukan kompresi. Selain

itu faktor-faktor yang mempengaruhi keseragaman bobot yaitu kondisi peralatan yang

digunakan selama proses penabletan seperti berubahnya pengaruh tekanan. (Dirjen POM

1979)

B. Uji kerapuhan tablet

Pada uji kerapuhan dilakukan dengan cara memasukkan 20 tablet yang telah

ditimbang dari tiap-tiap jenis tablet pada alat uji kerapuhan, yaitu Abrasive tester dan

Friabilator. Kemudian alat diputar selama 4 menit dengan kecepata 25 rpm. Setelah

diputar selama 4 menit kemudian dilakukan penimbangan kembali pada semua tablet

yang sebelumnya sudah dibebas debukan untuk mengetahui perbedaan bobot sebelum

dan sesudah dilakukan uji kerapuhan.

Hasil yang didapatkan pada uji kerapuhan dengan abrasive tester dan friabilator

berturut-turut menunjukan nilai kerapuhan, yakni:

1. Tablet Talkum I sebesar 0,33% dan 5,23 %

2. Tablet Talkum II sebesar 0,45% dan 0,36 %

3. Tablet Magnesium I sebesar 1,31% dan 0,11 %

4. Tablet Magnesium II sebesar 0,67% dan 5,31 %

Syarat nilai kerapuhan yang baik menurut Parrot (1971) deab Fonner et al (1981)

yaitu tidak boleh lebih dari 1%.

Berdasarkan data yang didapat, dapat diketahui pada pengujian dengan abrasive

tester tablet Talkum I, Talkum II dan Magnesium II memenuhi syarat dengan nilai

kerapuhan kurang dari 1%. Sementara tablet Magnesium I tidak memenunug syarat kaean

mempunyai nilaki kerapuhan lebih dari 1%.

Sementara pada pengujian dengan friabiloator, tablet Talkum II dan Magnesium I

memenuhi syarat dengan nilai kerapuhan kurang dari 1%, sementara tablet Talkum I dan

tablet Magnesium II tidak memenuhi syarat karena mempunyai nilai kerpuhan lebih dari

1 %.

Perbedaan nilai kerapuhan yang terjadi pada tablet Talkum I dan dan tablet

Magnesium II pada uji abrasive tester dan friabilator mungkin dikarenakan kerapuhan

tablet telah berkurang karena telah melewati uji dengan abrasive tester, sehingga ketika

diuji dengan friabilator nilai kerapuhan tablet membesar.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kekerasan tablet diantaranya yaitu pengikat

yang digunakan tidak terdistribusi dengan homogen didalam tablet atau dapat diakibatkan

oleh kesalahan saat proses kompresi tablet.

C. Uji waktu hancur

Syarat untuk penentuan tablet dinyatakan hancur menurut FI edisi III yaitu, tablet

dinyatakan hancur jika tidak ada bagian tablet yang tertinggal diatas kasa, kecuali

fragmen yang berasal dari zat penyalut. Kecuali dinyatakan lain, waktu yang diperlukan

untuk menghancurkan tablet tidak lebih dari 15 menit untuk tablet tidak bersalut dan

tidak lebih dari 60 menit untuk tablet bersalut gula dan bersalut selaput.

Jika tablet tidak memenuhi syarat ini, ulangi pengujian menggunakan tablet satu

persatu, kemudian ulangi lagi menggunakan 5 tablet dengan cakram penuntun. Dengan

cara pengujian ini tablet harus memenuhi syarat diatas.

Berdasarkan daya yang didapatkan dari uji menggunakan alat disintegration tester

diperoleh hasil, yaitu:

1. Tablet Talkum I memiliki waktu hancur 6 menit

2. Tablet Talkum II memiliki waktu hancur 5 menit

3. Tablet Magnesium stearate I memiliki waktu hancur 6 menit

4. Tablet Magnesium stearate II memiliki waktu hancur 4 menit

Dari hasil uji dengan alat disintegration tester pada keempat jenis tablet tersebut

(tablet Talkum I, Talkum II, Magnesium stearat I, Magnesium stearat II), dapat diketahui

bahwa kekempat jenis tablet tersebut memenuhi persyaratan yang diatur oleh Farmakope

Indonesia dimana waktu hancur dari tablet tidak bersalut kurang dari 15 menit.

D. Uji keseragaman ukuran

Parameter yang diperoleh dari penetapan kadar setiap tablet dari sejumlah 10

tablet dimana koefisien variansi hasil penetapan kadarnya dipakai sebagai patokan.

Keseragaman kadar dikatakan memenuhi syarat apabila koefisien variansi kurang dari

atau sama dengan 5% (Parrott, 1971).

Sementara menurut FI edisi III, kecuali dinyatakan lain diameter tablet tidak lebih

dari 3X dan tidak kurang dari 1 ⅓ tebal tablet.

Berdasarkan uji keseragaman ukuran yang dilakukan, didapat nilai keseragaman

ukuran dari masing-masing jenis tablet, yaitu :

Tablet Talkum I : 3 x 0,41 = 1,23

1 1/3 x 0,41 = 0,55

Tablet Talkum II : 3 x 0,42 = 1,26

1 1/3 x 0,42 = 0,60

Tablet Magnesium I : 3 x 0,5 = 1,5

11/3 x 0,5 = 0,70

Tablet Magnesium II : 3 x 0,49 = 1,97

11/3 x 0,49 = 0,65

Dari hasil tersebut, dapat diketahui bahwa tablet dari masing-masing jenis tablet

yang diujikan memenuhi syarat yang telah ditentukan.

E. Uji kekerasan tablet

Tahap evalusi selanjutnya adalah uji kekerasan tablet. Tujuan dari dilakukannya uji

kekerasan ini adalah untuk mengetahui kekuatan tablet dimana tablet harus mempunyai

kekuatan atau kekerasan tertentu serta tahan atas kerenyahan agar dapat bertahan

terhadap perlakukan berlebihan oleh konsumen. Kekerasan tablet sangat penting

diperhatikan terutama untuk produk yang mempunyai masalah bioavailabilitas nyata atau

potensial (Ansel 2008).

Pada uji kekerasan tablet digunakan 10 tablet dari masing-masing tablet Talkum I,

Talkum II, dan Magnesium I, Magnesium II, kemudian satu persatu tablet diuji dengan

hardness tester.

Menurut Parrot kekerasan tablet yang baik mempunyai kekerasan antara 4 – 8 kg,

tingkat kekerasan tablet yang melebihi nilai 4-8 kg tidak termasuk dalam hitungan.

Sedangkan menurut Fonner kekerasan minimum untuk tablet yang tidak bersalut adalah 5

kg.

Berdasarkan perhitungan yang dilakukan dari data yang didapat, diketahui bahwa

kekerasan dari masing-masing tablet memenuhi persyaratan yang ditentukan, baik tablet

Talkum I, Talkum II, ataupun Magnesium I, Magnesium II. Keempatnya memiliki nilai

kekerasan yang masih berada dalam rentang persyaratan yaitu, untuk tablet Talkum 1

mempunyai nilai kekerasan 4,83 kg, Talkum II 6,5 kg, Magnesium I 5,5 kg, dan

Magnesium II 5,1 kg.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kekeasan tablet adalah kompresibilitas

alat cetak dan sifat fisikokimia bahan yang dikempa. Jika gaya pengepresan yang

digunakan saat mencetak tablet kecil maka tekanan yang diterima oleh bahan juga akan

rendah atau tablet bersifat rapuh (Marais et al 2003).

VII. KESIMPULAN

1. Pada uji keseragaman bobot diperoleh hasil bahwa penyimpangan bobot rata-rata

tablet Talkum I, tablet Talkum II dan Tablet Magnesium stearat II tidak memenuhi

persyaratan Farmakope Indonesia edisi III. Sementara penyimpangan bobot rata-rata

Tablet Magnesium stearat I memenuhi syarat yang telah ditentukan pada Farmakope

Indonesia edisi III.

2. Pada kerapuhan tablet diperoleh hasil bahwa, pada uji dengan abrasive tester tablet

Magnesium stearat I tidak memenuhi syarat, sedangkan tablet Talkum I, Talkum II

dan Magnesium sterat II memenuhi syarat dengan nilai kerapuhan <1%.

Pada uji dengan friabilator, tablet Talkum I dan Magnesium stearat II tidak memenuhi

persyaratan sedangkan tablet Talkum II dan Magnesium stearat I memenuhi syarat

dengan nilai kerapuhan <1%.

3. Pada waktu hancur dari keempat tablet tersebut menunjukan bahwa keempat tablet

tersebut memenuhi syarat waktu hancur yang ditentukan yaitu kurang dari 15 menit.

4. Pada kekerasan tablet menunjukan bahwa tablet memenuhi syarat yang ditentukan

karena memiliki nilai kekerasan antara 4-8 kg.

DAFTAR PUSTAKA

Dirjen POM. 1979.Farmakope Indonesia, Edisi III.Departemen kesehatan Republik

Indonesia. Jakarta

Dirjen POM. 1995.Farmakope Indonesia, Edisi IV.Departemen kesehatan Republik

Indonesia. Jakarta

Lachman, L.A.L. Herbert, & L.K. Joseph. 1994. Teori dan Praktek Industri. Diterjemahkan

oleh : Siti Suyatmi. Universitas Indonesia Press. Jakarta

Sulaiman, T.N.S. 2007. Teknologi dan Formulasi Sediaan Tablet. Pustaka Laboratorium

Teknologi Farmasi Fakultas Farmasi UGM. Yogyakarta

Voight, R. 1984. Buku Ajar Teknologi Farmasi Edisi V. Diterjemahkan oleh Soewandhi, S.

N., Edisi 5. UGM press. Yogyakarta