LAPORAN PENDAHULUAN

30
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN PNEUMOTORAK oleh Karina Diana Safitri NIM 132310101019

description

laporan pendahuluan

Transcript of LAPORAN PENDAHULUAN

LAPORAN PENDAHULUANASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN PNEUMOTORAK

olehKarina Diana SafitriNIM 132310101019

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANUNIVERSITAS JEMBER19

2015

BAB 1. LAPORAN PENDAHULUAN

1.1 PengertianPneumotorak merupakan suatu keadaan dimana terdapat akumulasi udara ekstrapulmoner dalam rongga pleura, antara plura visceral dan parinteral, yang dapat menyebabkan timbulnya kolaps paru. Pada keadaan normal rongga pleura tidak berisi udara, supaya paru paru leluasa mengembang terhadap rongga dada. (Rahajoe, 2012)

Pneumotorak dapat diklasifikasikan menjadi spontan dan traumatik.1. Traumatik dapat dibagi menjadi a. Pneumotorak iatroganikTerjadi akibat dari komplikasitindakan medis dan jenis ini dibedakan menjadi dua yaitu : Pneumotorak traumatic iatrogonik aksidental ini terjadi akibat tindakan medis karena kesalahan atau komplikasi tindakan tersebut, misalnya pada tindakan parasentesis dada, biopsi pleura, biopsi transbonkial, biopsi atau aspirasi paru perkutaneus. Pneumotorak traumatik iatrogonik artificial (deliberate) merupakan pneumotorak yang sengaja dilakukan dengan cara mengisi udara kedalam rongga pleura melalui jarum dengan suatu alat Maxwell box. Biasanya untuk terapi tuberkulosis (sebelum era antibiotik ), atau untuk menilai permukaan paru. 2. Pneumotorak spontan dapat dibagi lagi menjadi primer (tanda adanya penyakit yang mendasari) ataupun sekunder (komplikasi dari penyakit paru kronik).

1.2 EtiologiPneumothorax disebabkan karena robekan pleura atau terbukanya dinding dada. Dapat berupa pneumothorak yang tertutup dan terbuka atau menegang (Tension Pneumothorak). Kurang lebih 75% trauma tusuk pneumothorak disertai hemotorak. Pneumothoraks menyebabkan paru kollaps,baik sebagian maupun keseluruhan yang menyebabkan tergesernya isi rongga dada ke sisi lain. Selain keadaan diatas, pneumotorak juga dapat disebabkan oleh 1. Infeksi saluran pernapasan2. Trauma dada3. Penyakit inflamasi paru akut kronis

1.3 PatofisiologiRongga dada mempunyai dua struktur yang penting dan digunakan untuk melakukan proses ventilasi dan oksigenasi, yaitu pertama tulang, tulang tulang yang menyusun struktur pernapasan seperti tulang klafikula, sternum, scapula. Kemudian yang kedua adalah otot-otot pernapasan yang sangat berperan pada proses inspirasi dan ekspirasi. Jika salah satu dari dua struktur tersebut mengalami kerusakan, akan berpengaruh pada proses ventilasi dan oksigenasi. contoh kasusnya, adanya fraktur pada tulang iga atau tulang rangka akibat kecelakaan, sehingga bisa terjadi keadaaan flail chest atau kerusakan pada otot pernapasan akibat trauma tumpul, serta adanya kerusakan pada organ viseral pernapasan seperti, paru-paru, jantung, pembuluh darah dan organ lainnya 4 di abdominal bagian atas, baik itu disebabkan oleh trauma tumpul, tajam, akibat senapan atau gunshot. Tekanan intrapleura adalah negatif, pada proses respirasi, udara tidak akan dapat masuk kedalam rongga pleura. Jumlah dari keseluruhan tekanan parsial dari udara pada kapiler pembuluh darah rata-rata (706 mmHg). Pergerakan udara dari kapiler pembuluh darah ke rongga pleura, memerlukan tekanan pleura lebih rendah dari -54 mmHg (-36 cmH2O) yang sangat sulit terjadi pada keadaan normal. Jadi yang menyebabkan masuknya udara pada rongga pleura adalah akibat trauma yang mengenai dinding dada dan merobek pleura parietal atau visceral, atau disebabkan kelainan konginetal adanya bula pada subpleura yang akan pecah jika terjadi peningkatan tekanan pleura. Akibatnya dari trauma tersebut pasien pneumotorak akan merasakan sesak napas akibat udara yang mulai masuk mengisi rongga pleura. Jika terus berlanjut penderita akan terlihat gelisah akibat kesulitan bernapas. Usaha dari tubuh untuk mengkompensasi akibat sesak napas yang terjadi adalah bernapas yang cepat (takipneu) dan denyut nadi yang meningkat (takikardia). Udara yang masuk kedalam rongga pleura ini akan menyebakan terjadi pendesakan pada parenkim paru- paru hingga menjadi kolaps, jadi yang mengisi rongga dada yang mengalami pneumotoraks adalah udara, pada saat diperiksa dengan mengetuk dinding dada akan terdengar suara hipersonor, akibat akumulasi udara pada rongga pleura. Kolapsnya paru-paru yang terdesak oleh udara yang berada di rongga pleura ini menyebabkan proses ventilasi dan oksigenasi berkurang atau malah tidak terjadi, sehingga jika didengarkan dengan stetoskop suara napas tidak terdengar

1.4 Manifestasi Klinis1. Pasien mengeluhkan awitan mendadak nyeri dada pluritik akut yang terlokalisasi pada paru yang sakit.2. Nyeri dada pleurik biasanya disertai sesak napas, peningkatan kerja pernapasan dan dispneu.3. Gerakan dinding dada mungkin tidak sama karena sisi yang sakit tidak mengembang seperti sisi yang sehat.4. Suara napas jauh atau tidak ada.5. Perkusi dada menghasilkan suara hipersonan.6. Takikardi menyertai tipe pneumotorak7. Tension pneumotorak Hipoksemia (tanda awal) Ketakutan Gawat napas (takipneu berat) Peningkatan tekanan jalan napas puncak dan merata, penurunan komplians, dan auto-tekanan ekspirasi akhir positif (auto-PEEP) pada pasien yang terpasang ventilasi mekanis. Kolaps kardiovaskuler (frekunsi jantung >140x/menit pada setiap hal berikut : sianosis perifer, hipotensi, aktivitas lintrik tanpa denyut nadi). Morton, 2012

1.5 Komplikasi dan Prognosis1.5.1 Komplikasi Komplikasi yang bisa timbul pada pasien dengan pneumotorak yaitu Tension Pneumotorak. Tension pneumotorak terjadi akibat adanya tekanan dalam rongga pleura meningkat sehingga paru mengempis lebih hebat, mediastinum tergeser kesisi lain dan mempengaruhi aliran darah vena ke atrium kanan. Keadaan ini dapat menyebabkan kematian secara cepat berhubungan dengan curah jantung yang tidak adekuat atau insufisiensi oksigen darah (hipoksemia), dan harus ditangani sebagai kedaruratan medis.Selain itu timbulnya infeksi sekunder pada fungsi toraks darurat akibat pemasangan WSD sangat ditakutkan. Infeksi dapat berupa empiema ataupun abses paru (Halim Danusantoso, 2000)

1.5.2 PrognosisPneumotorak pada orang dewasa muda prognosisnya sangat baik. Hal ini diakibatkan karena jaringan parunya sendiri masih cukup baik, kecuali daerah tempat terjadinya kebocoran dengan terapi yang tepat, kesembuhan yang dicapai selalu sempurna dan kemungkinan kambuh prkatis kecil sekali, tgerkecuali bila penderita kemudian hari menjadi seorang perokok, juga bila terapi terhadap penyakit dasarnya (TB) tidak sempurna.Sebaliknya pneumotorak pada orang dewasa setengah tua atau memang sudah tua, apabila kalau dia seorang peroko, maka pada sudah ada emfisema paru dengan tekanan udara intrapulmonal yang tinggi, maka pada keadaan sedemikian kesembuhan dapat disusul dengan suatu kekambuhan yang bahkan dapat sampai berkali-kali (Halim Danusantoso, 2000)

1.6 Pemeriksaan Penunjanga. Analisa Gas Darah Variabel tergantung dari derajat fungsi paru yang dipengaruhi, gangguan mekanisme pernapasan dan kemampuan mengkompesasi. P4 Co2 mungkin normal atau menurun, saturasi O2 biasanya menurun.b. Rontgen Bayangan udara dalam rongga pleura memberikan bayangan radiolusen yang tanpa struktur jaringan paru (avascular pattern) dengan batas paru berupa garis radioopak tipis yang berasal dari pleura visceral. Pada foto terlihat bayangan udara dari pneumothoraks yang berbentuk cembung, yang memisahkan pleura parietalis dengan pleura viseralis. Bila penumothoraksnya tidak begitu besar, foto dengan pernafasan dalam (inspirasi penuh) pun tidak akan menunjukkan kelainan yang jelas. Dalam hal ini dianjurkan membuat foto dada dengan inspirasi dan ekspirasi penuh. Selama ekspirasi maksimal udara dalam rongga pleura lebih didorong ke apeks, sehingga rongga intrapleura di apeks jadi lebih besar. Selain itu terdapat perbedaan densitas antara jaringan paru dan udara intrapleura sehingga memudahkan dalam melihat pneumothoraks, yakni terdapatnya kenaikan densitas jaringan paru selama ekspirasi tapi tidak menaikkan densitas pneumothoraks.

1.7 PenatalaksanaanPrimary survey (ABCDE) yang dilanjutkan dengan Resusitasi fungsi vitalPenilaian keadaan penderita dan prioritas terapi berdasrkan jenis perlukaan, tanda tanda vital, dan mekanisme trauma. Merupakan ABC-nya trauma, dan berusaha untuk mengenali keadaan yang mengancam nyawa terlebih dahulu.

1. Airwayand cervical spine controlPemeriksaan apakah ada obstruksi jalan napas yang disebabkan benda asing, fraktur tulang wajah, atau maksila dan mandibula, faktur laring atau trakea.Jaga jalan nafas dengan jaw thrust atau chin lift, proteksi c-spine, bila perlu lakukan pemasangan collar neck. Pada penderita yang dapat berbicara, dapat dianggap bahwa jalan napas bersih, walaupun demikian penilaian ulang terhadap airway harus tetap dilakukan.

2. Breathing Gerakan dada asimetris, trakea bergeser, vena jugularis distensi, tapi masih ada nafas Needle decompression:Tension pneumothorax membutuhkan dekompresi segera dan penaggulangan awal dengan cepat berupa insersi jarum yang berukuran besar pada sela iga dua garis midclavicular pada hemitoraks yang terkena. Tindakan ini akan mengubah tension pneumothorax menjadi pneumothoraks sederhana. Evaluasi ulang selalu diperlukan. Terapi definitif selalu dibutuhkan dengan pemasangan selang dada (chest tube) pada sela iga ke 5 ( setinggi puting susu) di anterior garis midaksilaris. Dekompresi segera memakai jarum suntik tusuk pada sela iga ke 2di midklavikula dan tutup dengan handskone biar udara lain tidak masuksaat dilakukan WSD. Prinsip dasar dekompresi jarum adalah untuk memasukan kateter ke dalam rongga pleura, sehingga menyediakan jalur bagia udara untuk keluar dan mengurangi tekanan yang terus bertambah. Meskipun prosedur ini bukantatalaksana definitif untuk tension pneumothorax, dekompresi jarum menghentikan progresivitas dan sedikit mengembalikan fungsi kardiopulmoner. Pemberian Oksigen

3. Circulation Akan terjadi takikardia, hipotensi Kontrol perdarahandengan balut tekan tapi jangan terlalu rapat untuk menghindari parahnya tension pneumothoraks. Pemasangan IV line 2 kateter berukuran besar (1-2 liter RL hangat 39 derajat celcius)

4. Disability nilai GSC daan reaksi pupil Tentukan tingkat kesadaran ketika sambil lakukan ABC

5. Prinsip Tatalaksana UGDa. Eksposure : buka pakaian penderita, cegah hipotermia, tempatkan di tempat tidur dengan memperhatikan jalan nafas terjaga.Pemasangan IV line tetap.b. Re-evaluasi Laju napas Suhu tubuh Pulse oksimetri : saturasi oksigen Pemasangan kateter EKG NGTbila tidak ada kontraindikasi (fraktur basis krani) Lakukan tube thoracostomy / WDS (water sealed drainage, merupakan tatalaksana definitif tension pneumothorax), (Continous suction).

Teknik pemasangan1. Bila mungkin pasien dalam posisi duduk/ setengah duduk/ tiduran dengan sedikit miring ke sisi yang sehat.2. Tentukan tempat untuk pemasangan WSD.Di kanan pada sela iga ke-7 atau ke-8.3. Tentukan kira-kira tebal dinding thoraks4. Secara streril diberi tanda pada selang WSD dari lubang terakhir sela WSD setebal dinding thoraks; mis dengan ikatan benang.5. Cuci tempat yang akan dipasang WSD dan sekitarnya dengan cairan antiseptik.6. Tutup dengan duk steril.7. Daerah tempat masuk selang WSD dan sekitarnya dianestesi local di atas tepi iga secara infiltrasi dan blok (berkas neurovaskular)8. Insisi kulit subkutis dan otot dada di tengah sela iga.9. Irisan diteruskan secara tajam (tusukan) menembus pleura.10. Dengan klem arteri lurus lubang di perlebar secara tumpul11. Selang WSD diklem dengan arteri klem dan di dorong masuk ke rongga pleura dengan sedikit tekanan.12. Fiksasi selang WSD sesuai dengan tanda tadi.13. Daerah luka dibersihkan dan diberi salep steril agar kedap udara.14. Selang WSD disambung dengan botol WSD steril.15. Bila mungkin pasang penghisap kontinu dengan tekanan -24 sampai -32 cm H2O.

1.8 Trauma TumpulTrauma TajamClinical Pathway

Torak

Pneumotorak

Akumulasi cairan dalam kavum pleura

Pemasangan WSDEkspansi Paru

Ketidakefektifan pola napas

Diskontuinitas jaringan

Kerusakan Integritas Kulit

Merangsang reseptor nyeri pada periver kulitMerangsang reseptor nyeri pada pleura viseralis dan parientalis

Nyeri Akut

21

BAB 2. ASUHAN KEPERAWATAN

2.1 Identitas KlienPada identitas klien berisikan tentang nama, alamat, jenis kelamin, tempat tanggal lahir, umur, tanggal MRS.2.2 Keluhan UtamaKeluhan sesak napas sering kali datang mendadak dan semakin lama semakin berat. Nyeri dada dirasakan pada sisi yang sakit, rasa berat, tertekan dan terasa lebih nyeri pada gerakan pernapasan.

2.3 Riwayat Kesehatan SekarangKeluhan sesak napas sering kali datang mendadak dan semakin lama semakin berat. Nyeri dada dirasakan pada sisi yang sakit, rasa berat, tertekan dan terasa lebih nyeri pada gerakan pernapasan. Melakukan pengkajian apakah ada riwat trauma yang mengenai rongga dada seperti peluru yang menembus dada dan paru, ledakan yang menyebabkan tekanan pada paru meningkat, kecelakaan lalu lintas biasanya menyebabkan trauma tumpul di dada atau tusukan benda tajam langsung menembus pleura.

2.4 Riwayat Kesehatan DahuluPerlu ditanyakan apakah klien pernah menderita penyakit seperti TB Paru dimana sering terjadi pada pneumothorax spontan.

2.5 Riwayat Kesehatan KeluargaPerlu ditanyakan adakah anggota keluarga yang menderita penyakit yang mungkin menyebabkan pneumothorax seperti kanker paru, asma, TB paru dan lain-lain.

2.6 Pengkajian B61. B1 (Breathing)a. InspeksiPeningkatan usaha dan frekuensi pernapasan serta penggunaan otot bantu pernapasan. Gerakan pernapasan ekspansi dada yang asimetris (pergerakan dada tertinggal pada sisi yang sakit), iga melebar, rongga dada asimetris (lebih cembung disisi yang sakit). Pengkajian batuk yang produktif dengan sputum yang purulen. Trakhea dan jantung terdorong ke sisi yang sehat.b. PalpasiTaktil fremitus menurun disisi yang sakit. Disamping itu, pada palpasi juga ditemukan pergerakan dinding dada yang tertinggal pada dada yang sakit. Pada sisi yang sakit, ruang antar iga bisa saja normal atau melebar.c. PerkusiSuara ketuk pada sisi yang sakithipersonorsampaitimpani.Batas jantung terdorong ke arah thoraks yang sehat apabila tekanan intrapleura tinggi.d. Auskultasi Suara napas menurun sampai menghilang pada sisi yang sakit.

2. B2 (Blood)Perawat perlu memonitor dampak pneumothoraks pada status kardiovaskular yang meliputi keadaan hemodinamik seperti nadi, tekanan darah dan pengisian kapiler/CRT.

3. B3 (Brain)Pada inspeksi, tingkat kesadaran perlu dikaji. Selain itu, diperlukan juga pemeriksaan GCS, apakah compos mentis, samnolen atau koma.

4. B4 (Bladder)Pengukuran volume output urine berhubungan dengan intake cairan. Perawat perlu memonitor adanya oliguri yang merupakan tanda awal dari syok.5. B5 (Bowel)Akibat sesak napas, klien biasanya mengalami mual dan muntah, penurunan nafsu makan dan penurunan berat badan.6. B6 (Bone)Pada trauma di rusuk dada, sering didapatkan adanya kerusakan otot dan jaringan lunak dada sehingga meningkatkan risiko infeksi. Klien sering dijumpai mengalami gangguan dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari disebabkan adanya sesak napas, kelemahan dan keletihan fisik secara umum.

2.7 Pemeriksaan Fisik

2.9 Prioritas DiagnostikNo.Diagnosa Keperawatan

1. Pola napas tidak efektif b/d penurunan ekspansi paru (akumulasi udara), gangguan muskuloskeletal, nyeri/ansietas, proses inflamasi

2. Nyeri akut b/d trauma jaringan dan reflek spasme otot sekunder

3. Kerusakan integritas kulit b/d trauma mekanik terpasang bullow drainage

2.10 Nursing Care PlanNoDiagnosaTujuan & kriteria hasilIntervensiRasional

1. Pola napas tidak efektif b/d penurunan ekspansi paru (akumulasi udara), gangguan muskuloskeletal, nyeri/ansietas, proses inflamasiSetelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam, pola nafas pasien paten dengan kriteria hasil:1. GDA dalam batas normal (70-150 mg/dl)2. Bebas sianosis3. Bebas dari tanda dan gejala hipoksia 4. Tidak ada penggunaan otot aksesoris pernapasan

1. Identifikasi etiologi/faktor pencetus (kolaps paru).2. Evalusi fungsi pernapasan, catat kecepatan/pernapasan serak, dispnea.3. Awasi kesesuaian pola pernapasan bila menggunakan ventilasi mekanik.4. Kaji fremitus5. Awasi/gambarkan seri GDA6. Berikan oksigen tambahan melaui kanula/masker sesuai indikasi.1. Pemahaman penyebab kolaps paru perlu untuk pemasangan selang dada yang tepat dan memilih tindakan terapeutik lain. 2. distres pernapasan dan perubahan pada tanda vital dapat terjadi sebagai akibat stres fisiologi dan nyeri/dapat menunjukan terjadinya syok sehubung dengan hipoksia.3. kesulitan bernapas dengan ventilator dan/atau peningkatan tekanan jalan napas diduga memburuknya kondisi/terjadinya komplikasi.4. suara dan taktil fremitus menurun pada jaringan yang terisi cairan5. Mengkaji status pertukaran gas dan ventilasi, perlu untuk kelanjutan terapi.6. alat dalam menurunkan kerja napas.

2.Nyeri akut b/d trauma jaringan dan reflek spasme otot sekunderSetelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam masalah Nyerisudah teratasi dengan kriteriahasil :1. melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri2. mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)3. merasakan nyaman setelah nyeri berkurang1. lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan factor presipitasi.2. pantau tanda tanda vital 3. Berikan tindakan nyaman, misalnya, relaksasi, latihan napas.4. kolaborasikan pemberian analgesik sesuai indikasi.5. berikan terapi oksigen sesuai indikator

1. nyeri trauma ada dalam beberapa derajat.2. perubahan frekuensi jantung atau TD menunjukan bahwa pasien mengalami nyeri.3. dapat menghilangkan ketidaknyamanan dan memperbesar efek terapi analgesik.4.menekan batuk non produktif, meningkatkan rasa nyaman.5. pemberian oksigen dapat membantu menghilangkan rasa nyeri.

3. Kerusakan integritas kulit b/d trauma mekanik terpasang bullow drainageSetelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam masalah kerusakan jaringan kulitsudah teratasi dengan kriteriahasil :1. integritas kulit yang baik bisa dipertahankan (sensasi, elastisitas, temeperatur, hidrasi)2. tidak ada luka atau lesi pada kulit3. perfusi jaringan dalam keadaan baik. 1. Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar.2. jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering3. monitor adanya kemerahan4. gantikan balutan pada interval waktu yang sesuai atau biaran luka tetap terbuka1. pertukaran udara lancar, mencegah ketidaknyamanan2. pasien akan merasa nyaman3. indicator dikubitus4. mempercepat penyembuhan luka pasien

4Resiko infeksi b/d tempat masuknya organism sekunder terhadap traumaSetelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam masalah sudah teratasi dengan kriteriahasil :

2.11 Implementasi

No.DxImplementasi

1. Pola napas tidak efektif b/d penurunan ekspansi paru (akumulasi udara), gangguan muskuloskeletal, nyeri/ansietas, proses inflamasi

1. Mengidentifikasi etiologi/faktor pencetus (kolaps paru).2. Mengevalusi fungsi pernapasan, catat kecepatan/pernapasan serak, dispnea.3. Mengawasi kesesuaian pola pernapasan bila menggunakan ventilasi mekanik.4. Mengkaji fremitus5. Mengawasi/gambarkan seri GDABerikan oksigen tambahan melaui kanula/masker sesuai indikasi.

2.Nyeri akut b/d trauma jaringan dan reflek spasme otot sekunder

1. Melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan factor presipitasi.2. Memantau tanda tanda vital 3. Memberikan tindakan nyaman, misalnya, relaksasi, latihan napas.4. Mengkolaborasikan pemberian analgesik sesuai indikasi.5. Memberikan terapi oksigen sesuai indikator

3. Kerusakan integritas kulit b/d trauma mekanik terpasang bullow drainage

1. menganjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar.2. menjaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering3. memonitor adanya kemerahan4. menggantikan balutan pada interval waktu yang sesuai atau biaran luka tetap terbuka.

2.12 Evaluasi

No.DxImplementasi

1. Pola napas tidak efektif b/d penurunan ekspansi paru (akumulasi udara), gangguan muskuloskeletal, nyeri/ansietas, proses inflamasi

S: -O: - Klien masih berbaring Klien menggunakan O2A: Masalah keperawatan teratasi sebagian.P: Tindakan keperawatan dilanjutkan.

2.Nyeri akut b/d trauma jaringan dan reflek spasme otot sekunder

S :O: Skala nyeri 2T : 120/80 mmHgHR: 90x/mnt regularRR: 26x/mntA: Masalah keperawatan teratasi sebagian.P: Tindakan keperawatan dilanjutkan

3. Kerusakan integritas kulit b/d trauma mekanik terpasang bullow drainage

S : -O : - turgor kulit normal- A : Masalah keperawatan teratasiP : Tindakan keperawatan dilanjutkan

2.13 Discharge Planing1. Biasakan konsumsi makanan yang banyak mengandung vitamin ddan bergizi 2. Olahraga secara teratur dan istirahat yang cukup 3. Berhenti merokok dan hindari kontaminasi rokok4. Berhenti minum alcohol5. Kenali tanda dan gejala penyakit dan kurangi stres

ReferensiDanu santoso, Halim, 2000, Buku Saku Ilmu Penyakit Paru. Jakarta : HipokratesHalim Dabusantoso (2000)Ilmu penyakit paru,jakarta ; HipocratesNurarif,Amin Huda. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA, NIC-NOC Jilid 2.Punarbawa, I Wayan,dkk. (Tanpa Tahun). Identifikasi Awal dan Bantuan Hidup Dasar pada Pneumotorak. Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.[Jurna] http://download.portalgaruda.org/article.php?article=82536&val=970 diakses pada tanggal 11 Mei 2015 pukul 15.00Rahajoe Nastini, Supriyanto Bambang. 2012. Buku Ajar Respirologi anak Edisi 1. IDAIUdjianti, Juni Wajan . 2010 . Keperawatan Kardiovaskular . Jakarta : Salemba MedikaWilkinson, Judith M. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan : Diagnosis NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC. Jakarta : EGC